• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP

DI KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM: 051000135 IRFANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP

DI KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2010 SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 051000135 IRFANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP

DI KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 051000025 IRFANI

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi pada Tanggal 4 September 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Medan, 4 September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

(4)

ABSTRAK

Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).Pencapaian program imunisasi di di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai pada Tahun 2009 masih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu imunisasi BCG sebesar 53,8%. Imunisasi DPT1+HB1 sebesar 63 %, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 57%, Imunisasi Polio 3 sebesar 62,3% dan imunisasi Campak sebesar 55,3%.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap) terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi berusia 9 bulan hingga 12 bulan , yaitu sebanyak 286 ibu . Sampel 74 orang diambil dengan teknik simple random sampling. Data primer diambil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap adalah pendidikan (p=0,001) dan pengetahuan (p=0,000). Variabel yang tidak berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap adalah variabel umur, pekerjaan, pendapatan dan sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada pihak Puskesmas Tanjung Beringin khusunya petugas kesehatan penanggung jawab program imunisasi dan bidan desa hendaknya memberikan motivasi dan penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap tidak hanya kepada para ibu yang memiliki bayi tetapi juga kepada keluarganya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan dukungan keluarga terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap oleh ibu.

(5)

ABSTRACT

Immunization is a deliberately effort to provide immunity for the baby or children to avoid from infectious diseases that can be prevented by immunization. The achievement of immunization programs in Tanjung Beringin subdistrict Serdang Bedagai district in 2009 was still low if compared with the target of Serdang Bedagai health department. The achievement for Bacciluss Calmette Guerin Immunization (BCG) was 53,8%, while the achievement for Diphtheria, Pertusiss, Tetanus, Hepatitis B (DPT1+HB1) was 63%, DPT3+HB3 was 57%, Polio 3 was 62,3% and Measles was 55,3%.

The type of research used explanatory approach that aimed to explain the influence of predisposing factors of mother (age, education, work, income, knowledge, and attitude) on giving complete basic immunization in Tanjung Beringin subdistrict Serdang Bedagai district in 2010. The population were all 286 mothers who had the child between nine until tweleve months old was obtained 74 mothers. The sample was determined by simple random sampling technique. The primary data were obtained through interviews using questionnaires. The data were analyzed through Logistic Regression.

The results of research showed that variables which had significant influence on the mothers practice on giving complete basic immunization were education (ρ = 0,001) and knowledge( ρ = 0,000). The variables which had not relationship with the mothers practice on giving complete basic immunization were age, work, income and attitude.

Based on this research it is expected to Tanjung Beringin health center especially for the health personnel that responsible for immunization programs and village midwives to give motivation and counseling about the complete basic immunization not only for the mothers but also to their family. That efforts are expected to increase the knowledge and family motivation for the mothers in giving the complete basic immunization

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Irfani

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/30 Januari 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Tangkul 1 No. 45 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1992-1993 : TK Yayasan Kumala

Bhayangkari I SPN Sampali Medan

2. Tahun 1993-1999: SD Negeri 060866 Medan

3. Tahun 1999-2002 : SLTP Negeri 11 Medan

4. Tahun 2002-2005 : SMU Negeri 3 Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi

Dasar Lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2010”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat.

Selama penulisan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi

ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak

secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. DR. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan.

3. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji

yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan sabar memberikan saran,

dukungan, nasehat, bimbingan, serta pengarahan kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

4. Siti Khadijah Nasution, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus

sebagai Penguji I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan,

(8)

5. Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H, selaku dosen Penguji II yang telah memberikan

masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan

kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

7. dr. Linda Trimurni Maas, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademi yang

memberikan dukungan dan saran serta membimbing selama penulis menjalani

pendidikan.

8. Fitriadi, S.Sos.M.Si, selaku Camat di Kecamatan Tanjung Beringin dan seluruh

staf yang telah membantu penelitian penulis.

9. dr. Erna Ningsih, selaku Kepala Puskesmas Tanjung Beringin dan seluruh staf

khususnya Wiwin Handayani, SKM, Eka Yuani Fitri, dan Rismawaty Purba yang

telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10.Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama

penulis mengikuti pendidikan.

11.Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda (Irwan Amir, S.E) dan Ibunda

(Alm. Nurlatifah Hrp) yang senantiasa memberikan dukungan,do’a dan kasih

sayang kepada penulis selama ini, serta adik-adikkku tercinta (Imral Fadillah dan

Ricky Irawan)

12.Sahabat-sahabatku (Sri Septenia, SKM, Ellina Margareth Manurung, Yessy

Oktorina, Asny Olyfta, SKM, Silvy Yanuasty S.E. dan Vivi Yovita S.Ked yang

(9)

13.Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK : Ade, Tini, Yuni, Franky,

Rina,Ria Risty, Husein, Siska, Ferny, Aida, Bertha, Lydia, Etrie, Zulham,

Wisana, Siti Madinah, Suaidah, Rani dan lain-lain.

14.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan,

bantuan dan do’a selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam

rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, September 2010

(10)

DAFTAR ISI

2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Imunisasi Dasar pada bayi ... 16

2.4.1. Perkembangan Imunisasi di Indonesia ... 25

2.4.2. Tujuan Imunisasi ... 26

2.4.3. Lima Imunisasi Dasar Lengkap ... 27

2.4.4. Usia dan Jadwal Imunisasi ... 30

(11)

2.4.6. Efek Samping Imunisasi ... 34

3.5. Definisi Operasional... 41

3.6. Aspek Pengukuran ... 43

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 43

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 44

3.7. Teknik Analisa Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 46

4.2. Analisis Univariat ... 49

4.2.1. Karakteristik Responden ... 49

4.2.2. Deskripsi Pengetahuan Responden ... 50

4.2.3. Deskripsi Sikap Responden ... 54

4.3. Deskripsi Berdasarkan Variabel Tindakan ... 56

4.4. Analisis Bivariat ... 57

4.4.1. Hubungan antara Umur dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 57

4.4.2. Hubungan antara Pendidikan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 58

4.4.3. Hubungan antara Pekerjaan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 59

4.4.4. Hubungan antara Pendapatan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 60

4.4.5. Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 60

4.4.6. Hubungan antara Sikap dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 61

(12)

5.1.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemberian

Imunisasi Dasar Lengkap ... 66

5.1.2.Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 68

5.2. Variabel yang tidak Berpengaruh terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 69

5.2.1. Pengaruh Umur terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 69

5.2.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 70

5.2.3. Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 71

5.2.4. Pengaruh Variabel Sikap terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1. Kesimpulan ... 74

6.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Pedoman Jawaban

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 36

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 39

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 40

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kecamatan Tanjung Beringin... 42

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 43

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku ... 44

Tabel 4.5. Prasarana dan Sarana Kecamatan Tanjung Beringin ... 44

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 46

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan tentang Imunisasi Dasar Lengkap ... 48

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang Imunisasi Dasar Lengkap ... 50

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Imunisasi Dasar Lengkap ... 51

Tabel 4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap tentang Imunisasi Dasar Lengkap ... 52

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 53

Tabel 4.12. Hubungan antara Umur dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 54

Tabel 4.13. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 55

(14)

Tabel 4.15. Hubungan antara Pendapatan dengan Pemberian Imunisasi

Dasar Lengkap ... 56

Tabel 4.16. Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi

Dasar Lengkap ... 57

Tabel 4.17. Hubungan antara Sikap dengan Pemberian Imunisasi

Dasar Lengkap ... 58

Tabel 4.18. Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Pengetahuan dan

Sikap dengan Variabel Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 59

Tabel 4.19. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara

Umur, Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap ... 59

Tabel 4.20 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara

Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap ... 60

Tabel 4.21 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara

Pendidikan dan Pengetahuan . ... 60

DAFTAR GAMBAR

(15)

ABSTRAK

Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).Pencapaian program imunisasi di di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai pada Tahun 2009 masih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu imunisasi BCG sebesar 53,8%. Imunisasi DPT1+HB1 sebesar 63 %, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 57%, Imunisasi Polio 3 sebesar 62,3% dan imunisasi Campak sebesar 55,3%.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap) terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi berusia 9 bulan hingga 12 bulan , yaitu sebanyak 286 ibu . Sampel 74 orang diambil dengan teknik simple random sampling. Data primer diambil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap adalah pendidikan (p=0,001) dan pengetahuan (p=0,000). Variabel yang tidak berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap adalah variabel umur, pekerjaan, pendapatan dan sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada pihak Puskesmas Tanjung Beringin khusunya petugas kesehatan penanggung jawab program imunisasi dan bidan desa hendaknya memberikan motivasi dan penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap tidak hanya kepada para ibu yang memiliki bayi tetapi juga kepada keluarganya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan dukungan keluarga terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap oleh ibu.

(16)

ABSTRACT

Immunization is a deliberately effort to provide immunity for the baby or children to avoid from infectious diseases that can be prevented by immunization. The achievement of immunization programs in Tanjung Beringin subdistrict Serdang Bedagai district in 2009 was still low if compared with the target of Serdang Bedagai health department. The achievement for Bacciluss Calmette Guerin Immunization (BCG) was 53,8%, while the achievement for Diphtheria, Pertusiss, Tetanus, Hepatitis B (DPT1+HB1) was 63%, DPT3+HB3 was 57%, Polio 3 was 62,3% and Measles was 55,3%.

The type of research used explanatory approach that aimed to explain the influence of predisposing factors of mother (age, education, work, income, knowledge, and attitude) on giving complete basic immunization in Tanjung Beringin subdistrict Serdang Bedagai district in 2010. The population were all 286 mothers who had the child between nine until tweleve months old was obtained 74 mothers. The sample was determined by simple random sampling technique. The primary data were obtained through interviews using questionnaires. The data were analyzed through Logistic Regression.

The results of research showed that variables which had significant influence on the mothers practice on giving complete basic immunization were education (ρ = 0,001) and knowledge( ρ = 0,000). The variables which had not relationship with the mothers practice on giving complete basic immunization were age, work, income and attitude.

Based on this research it is expected to Tanjung Beringin health center especially for the health personnel that responsible for immunization programs and village midwives to give motivation and counseling about the complete basic immunization not only for the mothers but also to their family. That efforts are expected to increase the knowledge and family motivation for the mothers in giving the complete basic immunization

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa

kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang

harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana yang

dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Depkes RI,

2009).

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda

(double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit

degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas

wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya

vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan

untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah ke daerah lain atau satu

negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil

yang efektif (Depkes RI, 2005).

Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan

“Indonesia Sehat 2010’ adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan

kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai

kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat. Sebagai acuan

pembangunan kesehatan kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan

kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan

(18)

pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara

menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.(Depkes RI, 2005).

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan

kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Depkes

RI, 2000). Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif

untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian

penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun

akan berkurang (WHO, 2007).

Program imunisasi di puskesmas dilaksanakan baik melalui program rutin

maupun program tambahan untuk Penyakit-Penyakit yang Dapat Dicegah dengan

Imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B

(HB), dan Campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang

terdiri dari BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio empat kali, HB tiga kali, dan Campak

satu kali (Depkes RI, 2005).

Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian

Indonesia Sehat 2010 adalah persentase desa yang mencapai Universal Child

Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap 100 % secara merata pada bayi

di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010 (Depkes RI, 2005).

Hampir lima juta bayi di Indonesia setiap tahunnya butuh imunisasi rutin atau

L-I-L (Lima Imunisasi Lengkap). Riset Kesehatan Dasar 2007 melaporkan bahwa

500.000 anak di Indonesia tidak mendapatkan setengah dari vaksin Lima Imunisasi

(19)

Sejak penetapan the Expanded Program on Immunization (EPI) atau Program

Pembangunan Imunisasi (PPI) oleh WHO tahun 1974, cakupan imunisasi dasar anak

meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada

2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000

kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi terhadap 7

penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang:

BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B (Bates, 1994).

Cakupan imunisasi rutin secara nasional dalam tiga tahun terakhir mencapai

lebih dari 90% namun masih belum merata di semua desa. Hal ini ditunjukkan

dengan pencapaian UCI desa dalam tiga tahun terakhir belum mencapai 80%

(Pedoman Penyelenggaraan PIN, 2005).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2008, di

Indonesia cakupan imunisasi BCG sebesar 86,9%, imunisasi campak sebesar 81,6%,

imunisasi Polio sebesar 71%, imunisasi DPT sebesar 67,7%, dan imunisasi Hepatitis

B sebesar 62,8%, sedangkan cakupan imunisasi lengkap sebesar 46,2% (Depkes RI,

2008).

Di Sumatera Utara pencapaian program imunisasi sudah cukup tinggi bila

dilihat dari cakupan jenis imunisasi di mana 306.221 orang bayi yang menjadi

sasaran, diketahui bahwa yang mendapat imunisasi BCG sebesar 286.215 orang

(93,47%), imunisasi DPT1+HB1 sebesar 295.499 orang (96,50%), imunisasi

DPT3+HB3 sebesar 277.239 orang (90,54%), imunisasi Polio3 sebesar 286.359

orang (93,51%), imunisasi campak sebesar 282.550 orang (92,27%), dan imunisasi

(20)

Menurut Defianti dalam Elisa (2007) di Kecamatan Medan Sunggal

menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dan peran serta ibu dalam

kelengkapan pemberian imunisasi. Hasil Penelitian Kamidah dan Satrinawati dalam

Maryani (2009) di Yogyakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat

antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu terhadap imunisasi bayinya. Hasil

penelitian Sri Sulastri (2002) di Kecamatan Andir Kota Bandung menunjukkan

bahwa ada hubungan pengetahuan ibu terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi

BCG. Menurut Ningrum dalam Maryani (2009) di Kabupaten Boyolali menyatakan

bahwa tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh positif terhadap kelengkapan

imunisasi dasar. Menurut penelitian Ali (2002), didapatkan bahwa usia ibu

berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi.

Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi dan

balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat

terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Peran seorang ibu

pada program imunisasi sangatlah penting, oleh sebab itu suatu pemahaman tentang

program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut. (Ali, 2002)

Di Kabupaten Serdang Bedagai pencapaian program imunisasi dengan

cakupan sebesar 14.530 orang bayi, diketahui bahwa yang mendapat imunisasi BCG

sebesar 13.320 orang (91,67%), imunisasi DPT1+HB1 sebesar 13.665 orang

(94,05%), imunisasi DPT3+HB3 sebesar 13.269 orang (91,32%), imunisasi Polio3

sebesar 13.190 orang (90,78%), imunisasi campak sebesar 12.832 orang (87%), dan

imunisasi Hepatitis B3 sebesar 9.835 orang (67,69 %) (Dinkes Serdang Bedagai,

(21)

Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian

Kabupaten Serdang Bedagai Sehat 2010 adalah Persentase Desa yang mencapai UCI.

Desa yang mencapai UCI adalah desa yang cakupan imunisasi campaknya 100%.

Berdasarkan data dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, bahwa

Kecamatan Tanjung Beringin memiliki persentase cakupan desa/kelurahan UCI yang

terendah hanya sekitar 25%.

Pencapaian program imunisasi di Kecamatan Tanjung Beringin pada tahun

2009 diketahui bahwa yang mendapat imunisasi BCG sebesar 53,8%, imunisasi

DPT1+HB1 sebesar 63,0%, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 57,0%, imunisasi Polio3

sebesar 62,3%, imunisasi campak sebesar 55,3% (Profil Puskesmas Tanjung

Beringin, 2010). Persentase cakupan imunisasi dasar lengkap ini masih rendah jika

dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Serdang Bedagai yaitu imunisasi BCG sebesar 95,0%, imunisasi hepatitis B sebesar

97,0%, imunisasi DPT1+HB1 sebesar 97,0%, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 90,0%,

imunisasi Polio 4 sebesar 90,0% dan imunisasi Campak sebesar 90,0%.

Berdasarkan survei pendahuluan di Puskesmas Tanjung Beringin, peneliti

melakukan diskusi secara langsung dengan petugas pengelola program imunisasi dan

didapat keterangan bahwa pencapaian program imunisasi sangat rendah diduga

disebabkan oleh sebagian besar wanita menikah di usia muda, selain itu juga

pendidikannya rendah, dan pengetahuannya kurang tentang imunisasi dasar lengkap.

Depkes RI (2000) menyebutkan komponen pendukung ibu melakukan

(22)

kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan,

sumber pendapatan atau penghasilan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis ingin melakukan

penelitian mengenai pengaruh faktor predisposisi ibu (meliputi : umur, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap, dan jumlah anak) terhadap pemberian

imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana

pengaruh faktor predisposisi ibu (meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

pengetahuan, dan sikap) terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar

lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi

ibu (meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap)

terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada pemegang program imunisasi, program kesehatan

ibu dan anak maupun untuk evaluasi keberhasilan program imunisasi di tingkat

puskesmas.

2. Menambah pengetahuan penulis dalam penelitian lapangan dan dapat

dimanfaatkan sebagai referensi ilmiah untuk pengembangan ilmu khususnya

Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

3. Sebagai bahan perbandingan dan sumber informasi untuk penelitian-penelitian

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua

makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu

berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang

dimaksud dengan perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas

dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Skiner seorang ahli psikologi,

merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,

maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan

(25)

1. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab

itu disebut covert behaviour atau unobservable behaviour, misalnya seorang ibu

hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV /AIDS

dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktek. Misal, seorang

ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk di

imunisasi (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku Skiner, maka perilaku kesehatan adalah suatu

respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan

sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan.

(26)

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang

untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini

terdiri dari tiga aspek :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu

dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relative, maka dari

itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan

yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya

makanan dan minuman juga dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut (Notoatmodjo,

2003).

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan,

atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati

sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri (Notoatmodjo,

(27)

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan,

baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan

tersebut tidak memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana

seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya

sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan

tinja, air minum, tempat pembuangan sampah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Seorang ahli lain Becker dalam Notoatmodjo (2003) membuat klasifikasi lain

tentang perilaku kesehatan yaitu :

a. Perilaku hidup sehat (healthy behaviour)

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b. Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,

persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab, dan gejala penyakit,

pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak

orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan

kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama

(28)

Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang) namun dalam memberikan respons sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang namun

respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap

stimulus yang berbeda disebabkan determinan perilaku. Determinan perilaku ini

dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang

bersikap given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis

kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan

faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Smet, 1994).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia sangatlah

kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom, seorang

ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, ranah

atau kawasan yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor

(psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu pengetahuan (knowledge), sikap

(29)

Determinan Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena

perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal

(lingkungan). Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi

dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,

motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku

dari analisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku khususnya perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green dan WHO (World

Health Organization).

1. Teori Lawrence Green

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor.

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan

sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku pertugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok

(30)

Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya

dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, dan

perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku. Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan

anaknya di posyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum

mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya (predisposing factors), tetapi barangkali

juga karena rumahnya jauh dengan posyandu atau puskesmas tempat

mengimunisasikan anaknya (enabling factors). Sebab lain mungkin karena para

petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain di sekitarnya tidak pernah

mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors).

2. Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok yaitu, pemikiran dan

perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi, dan sumber-sumber

atau fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku, dan kebudayaan masyarakat.

Pemikiran dan perasaan, yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (kesehatan)

(31)

2.1.5. Perubahan Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang

digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku (Notoatmodjo,

2003).

1. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena

kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan

lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota

masyarakat di dalamnya juga mengalami perubahan (Notoadmodjo, 2003).

2. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

Misalnya, pak Anwar adalah perokok berat., karena pada suatu saat ia terserang

batuk-batuk yang sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk mengurangi

rokok sedikit demi sedikit, dan akhirnya ia berhenti merokok sama sekali

(Notoadmodjo, 2003).

3. Kesediaan untuk Berubah

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam

masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk

menerima inovasi tersebut (berubah perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat

lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap

orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readliness to change) yang

(32)

2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Imunisasi Dasar Pada Bayi

Keberhasilan pemberian imunisasi kepada bayi memerlukan kerjasama dan

dukungan dari semua pihak terutama kesadaran ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk

membawa bayinya ke fasilitas pelayanan imunisasi, seperti Posyandu, Rumah Sakit,

Klinik Bersalin, Praktek Dokter atau Bidan.

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi imunisasi dasar pada bayi adalah

sebagai berikut :

2.2.1. Umur Ibu

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat

utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta

sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan

pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Khalimah, 2007).

Dari penelitian Ali (2002), didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan

pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi.

2.2.2. Pendidikan Ibu

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya

upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran

(intelektual) dan tubuh anak (Munib, 2004).

Menurut Dictionary of Education, pendidikan adalah proses seseorang

mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di

dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada

(33)

sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan

sosial dan kemampuan individu yang optimal (Munib, 2004).

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh

kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat menerima segala

informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana

menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Munib, 2004)

2.2.3. Pekerjaan Ibu

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa

bermacam-macam, berkembang, dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh

pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang

berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu

keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya (Anoraga, 1998).

Bagi pekerja wanita, mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu

saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat

dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan

keluarga, suami, anak dan hal-hal yang menyangkut urusan rumah tangganya,

termasuk urusan imunisasi anaknya (Anoraga, 1998).

Dari penelitian Khalimah (2007), didapatkan bahwa pekerjaan ibu

berhubungan dengan penerapan imunisasi campak.

2.2.4. Pendapatan

Menurut Sumardidan Dieter Evers dalam Khalimah (2007), pendapatan yaitu

(34)

hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang

diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota

keluarga lainnya.

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak,

karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer

maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1995).

2.2.5. Pengetahuan (Knowledge)

Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behaviour).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

(35)

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan

sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti

ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan.

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

dan merupakan pengetahuan yang rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

(36)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek atau materi.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakkan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari pendidikan

(Notoatmodjo, 2003).

2.2.6. Sikap (attitude) 2.2.6.1. Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan

bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

(37)

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo,

2007).

Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek

di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2.2.6.2. Komponen Pokok Sikap

Allport yang dikutip dari Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sebagai contoh misalnya, seorang

ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya,

pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir

dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen

emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan

anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai

(38)

2.2.6.3. Tingkatan Sikap 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko

merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).

2.2.6.4. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap

1. Faktor Internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia

luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau

ditolak.

2. Faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang

merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap (Notoatmodjo,

(39)

2.3. Tindakan Ibu

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya

diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau

disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice) begitu juga dengan

tindakan (practice) kesehatan seperti mengimunisasikan anaknya (Notoatmodjo,

2003).

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan atau peran

serta. Untuk mewujudkan suatu sikap menjadi suatu perbuatan nyata atau peran serta

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain

adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi

dari suaminya dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai agar ibu tersebut

mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor

dukungan dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orangtua atau mertua dan

lain-lain (Notoatmodjo, 2003).

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh

(40)

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek

tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengimunisasikan anaknya pada

umur-umur tertentu tanpa menunggu ajakan atau perintah.

2.4. Imunisasi

Imunisasi merupakan upaya yang dilakukan guna mencegah penyakit

tertentu, dengan jalan memberikan kekebalan secara pasif. Bayi yang diimunisasi

berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Kekebalan (imunitas)

seseorang dapat diperoleh sejak lahir yaitu imunitas bawaan (innate immunity) dan

ada juga imunitas yang diperoleh (acquired immunity). Proses terjadinya imunitas

dalam tubuh ada secara aktif yaitu apabila seseorang menderita penyakit tertentu

seperti cacar air (varicella) dan campak (measles) atau diberikan imunisasi DPT,

BCG dan lain-lain. Dikatakan imunitas secara aktif yaitu karena tubuh sendiri yang

berusaha membuat pertahanan dengan membentuk antibodi setelah terinfeksi dengan

bibit penyakit tadi, maupun melalui rangsangan dengan memberikan vaksin yang

berisikan kuman-kuman penyakit yang telah dilemahkan atau toxin kuman penyakit

yang disebut toxoid (Markum, 1987).

Kekebalan yang diperoleh secara aktif biasanya bertahan lama, malah

seumur hidup. Selain kekebalan aktif tersebut ada juga yang diperoleh secara pasif

yaitu kekebalan yang diperoleh karena bawaan sejak lahir, misalnya bayi yang baru

(41)

dalam tubuhnya telah ada antibodi yang diperoleh dari ibunya sewaktu berada dalam

kandungan (Markum, 1987).

2.4.1. Perkembangan Imunisasi di Indonesia

Di Indonesia, program imunisasi telah dimulai sejak abad ke 19 untuk

membasmi penyakit cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia

ditemukan pada tahun 1972 dan pada tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan

negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai diperkenalkan

imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan

terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan tetanus neonatorum.

Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen polio dan campak

yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai Kecamatan Pengembangan

Program Imunisasi (PPI) (Depkes RI, 2005).

Pada tahun 1984, cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai

4%. Dengan strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73%

pada akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat

infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor

internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupaya

mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya serta

melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin . Pada akhir tahun 1989,

sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan pelayanan imunisasi

(42)

Dengan status program demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai UCI

yaitu komitmen internasional dalam rangka Child Survival pada akhir tahun 1990.

Dengan penerapan strategi mobilisasi sosial dan pengembangan Pemantauan Wilayah

Setempat (PWS), UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990.

Akhirnya lebih dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum

ulang tahunnya yang pertama. (Depkes RI, 2000).

Dengan capaian program Imunisasi dasar rutin lebih dari 80%, selama 10

tahun sejak tahun 1995 sampai 2005, maka di Indonesia tidak ditemukan kasus polio.

Tetapi pada Maret 2005, ditemukan virus polio liar yang berasal dari Nigeria di desa

Cidahu Jawa Barat. Kemudian kasus polio menyebar ke beberapa provinsi. Sehingga

untuk memutus rantai penularannya, pemerintah segera melakukan imunisasi serentak

pada daerah-daerah yang terdapat kasus polio. Kemudian imunisasi dilanjutkan

dengan 5 kali putaran Pekan Imunisasi Nasional pada tahun 2005 dan 2006. Dengan

dilakukannya upaya imunisasi tersebut, sampai saat ini tidak ada lagi kasus polio liar

di Indonesia (Anonim, 2009)

Mulai tahun 1992 diperkenalkan imunisasi Hepatitis B di beberapa kabupaten

di beberapa propinsi dan mulai tahun 1997 imunisasi Hepatitis B dilaksanakan secara

nasional. Sampai saat ini program imunisasi di Indonesia secara rutin memberikan

antigen BCG, DPT, Polio, Campak, dan hepatitis B (Anonim, 2009).

2.4.2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

(43)

karena dengan imunisasi tubuh akan membuat zat antibodi dalam jumlah yang cukup

banyak sehingga anak menjadi kebal atau imun terhadap penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi tersebut (Ranuh, 2001).

Program imunisasi dasar merupakan salah satu program priorotas Dirjen

PPM&PL (Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan). Adapun

dalam imunisasi dasar meliputi DPT, Polio, BCG, Campak dan Hepatitis. Sebagai

sasaran adalah bayi berumur 0-1 tahun. Tujuan dari imunisasi dasar adalah

tercapainya kekebalan Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) pada

masyarakat (Depkes RI, 2005).

Tanpa imunisasi sekitar 2 dari 100 kelahiran hidup akan meninggal karena

batuk rejan, 2 dari 100 kelahiran hidup akan meninggal karena tetanus. Imunisasi

yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak dari

penyakit-penyakit tertentu. Walaupun saat ini fasilitas pelayanan untuk imunisasi

telah tersedia di masyarakat tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan

imunisasi yang lengkap (Depkes RI, 1997).

2.4.3. Lima Imunisasi Dasar Lengkap

1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat

terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk

TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier (pada seluruh lapangan

(44)

kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu

kali dan diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudian cara pemberian

imunisasi BCG melalui intra dermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulikus

pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional, dan reaksi panas

(Hidayat, 2005).

TBC merupakan penyakit yang banyak dijumpai di Indonesia. Kuman TBC

masuk ke dalam tubuh manusia, utamanya melalui paru-paru dengan cara menghirup

udara yang terkontaminasi dengan kuman TBC. Anak-anak yang terpapar oleh kuman

TBC untuk pertama kalinya, akan menderita penyakit TBC yang dikenal dengan

sebutan komplek primer. Kuman yang berhasil ditangkap di saluran pernapasan

bronkhus, lalu diseret ke dalam kelenjar limfe. Namun karena kuman TBC ini amat

bandel untuk dimatikan, kadang kuman TBC malah bisa menginfeksi kelejar limfe.

Bila anak dengan pertahanan tubuh yang cukup karena memliki status gizi yang baik,

maka umumnya tubuh dapat menahan serangan infeksi TBC, dan penyakitnya tidak

berkembang. Sampai tahap tersebut anak yang bersangkutan sukses menahan

serangan kuman TBC. Pada anak-anak penyakit TBC dapat menimbulkan

komplikasi, menjalar ke otak dan menimbulkan meningitis (meningitis tuberculosa).

Penyakit ini sangat berbahaya, karena menimbulkan kematian dan kelainan saraf

apabila survive dan dapat menimbulkan kecacatan yang permanen (Achmadi, 2006).

Daya kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin BCG amat bervariasi. 85

persen daya kekebalan yang telah ditimbulkan oleh pemberian vaksin BCG semasa

(45)

kontroversi terhadap pemberian vaksin BCG, terutama dalam hal kemampuan

perlindungan terhadap serangan TBC, ada kesepakatan bahwa pemberian BCG dapat

mencegah timbulnya komplikasi seperti radang otak atau meningitis yang diakibatkan

oleh TBC pada anak. Dengan demikian, BCG masih bermafaat khususnya dalam

mencegah timbulnya cacat pascameningitis. Dengan kata lain, vaksin BCG masih

diperlukan bagi anak-anak (Achmadi, 2006).

2) Imunisasi DPT (Diptheri, Pertusis, dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri

yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang

pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali,

dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap

pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti,

kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT

melalui intra muskular.

Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan

seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek

berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun,

(46)

3) Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini

adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat

kali. Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0-11 bulan dengan interval

pemberian 4 minggu. Cara pemberian imunisasi melalui oral ( Hidayat, 2005).

4) Imunisasi Campak

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini adalah

virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali.

Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian

imunisasi campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi

ruam pada tempat suntikan dan panas (Hidayat, 2005).

5) Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

hepatitis yang kendungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian

imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11

bulan. Cara pemberian imunisasi ini adalah intramuskular (Hidayat, 2005).

2.4.4. Usia dan Jadwal Imunisasi

Usia yang baik untuk diberikan imunisasi secara lengkap adalah sebelum bayi

(47)

imunisasi sedini mungkin setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi

sebelum bayi berumur 1 tahun, hal ini berkaitan dengan semakin menurunnya daya

tahan tubuh bayi yang diperoleh dari ibunya. Khusus untuk campak dimulai segera

setelah anak berusia 9 bulan, kemungkinan besar pembentukan zat kekebalan dalam

tubuh anak dihambat oleh karena masih adanya zat kekebalan yang berasal dari darah

ibu.

Urutan pemberian jenis imunisasi, berapa kali harus diberikan serta jumlah

dosis juga sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan tubuh bayi. Penggabungan

pemberian imunisasi DPT dengan Hepatitis B (HB) yang dinamakan DPT+HB

Combo dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan jenis imunisasi, mengurangi

jumlah suntikan imunisasi dan menghemat biaya vaksin.Untuk jenis imunisasi yang

harus diberikan lebih dari sekali juga harus diperhatikan rentang waktu antara satu

pemberian dengan pemberian berikutnya. Untuk lebih jelasnya seperti terdapat pada

tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi

Umur Vaksin Tempat

Bayi lahir di rumah :

0 bulan HB1 Rumah

1 bulan BCG, Polio1 Posyandu

2 bulan DPT/HB kombo1, Polio2 Posyandu 3 bulan DPT/HB kombo2, Polio3 Posyandu 4 bulan DPT/HB kombo3, Polio4 Posyandu

9 bulan Campak Posyandu

Bayi lahir di RS/Bidan Praktek :

0 bulan HB1, Polio1, BCG RS/ Bidan

2 bulan DPT/HB kombo1, Polio2 RS/ Bidan 3 bulan DPT/HB kombo2, Polio3 RS/ Bidan 4 bulan DPT/HB kombo3, Polio4 RS/ Bidan

9 bulan Campak RS/ Bidan

(48)

2.4.5. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah tuberculosis, difteri,

pertusis, tetanus, hepatitis B, polio, dan campak. Berikut ini akan dijelaskan secara

ringkas mengenai bahaya penyakit-penyakit tersebut :

a. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosa (disebut juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernafasan

lewat bersin atau batuk . Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat

badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk

terus-menerus, nyeri dada dan (mungkin) batuk darah. Gejala lain tergantung pada

organ yang diserang. Tuberculosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian

(Depkes RI, 2005).

b. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium

diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala awal

penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam

2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat

menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian

(Depkes RI, 2005).

c. Pertusis

Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran

pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Penyebaran pertusis

(49)

penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang

lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan

keras. Komplikasi pertusis adalah pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan

kematian (Depkes RI, 2005).

d. Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang

menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi

melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah

kaku otot pada rahang disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,

berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menyusui (sucking)

antara 3-28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh

menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan

infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian (Depkes RI, 2005).

e. Hepatitis B

Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

hepatitis b yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang

tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan seksual.

Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada ialah merasa

lemah, gangguan perut, dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran

menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Penyakit ini

bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatic, kanker hati dan

(50)

f. Polio

Penyakit polio dapat dicegah dengan pemberian vaksin polio. Dikenal

sebagai penyakit lumpuh pada anak. Penyakit ini ditandai dengan panas badan, sakit

tenggorokan, mual, sakit kepala, diare, kekakuan pada leher, punggung dan lengan.

Penyakit ini dapat menyebabkan kesulitan bernafas, kelumpuhan dan kematian.

Merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan pada anak lebih dari 2 tahun.

Keluhannya berupa panas badan, lemah, lidah menjadi kotor. Pada kasus yang berat

dapat menimbulkan perdarahan usus, penurunan kesadaran, meningitis sampai

menimbulkan kematian (Depkes RI, 2005).

g. Campak (measles)

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles. Disebarkan

melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam,

bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam

pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.

Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran

nafas (pneumonia) (Depkes RI, 2005).

2.4.6. Efek samping Imunisasi

Dewasa ini pemberian imunisasi dapat dikatakan sudah aman, meskipun

demikian karena vaksin yang dimasukkan merupakan kuman yang telah dilemahkan

maka biasanya setelah pemberian imunisasi bayi mengalami gejala umum seperti

(51)

merupakan hal yang menunjukkan reaksi vaksin di dalam tubuh sehingga tidak perlu

dicemaskan (Theophillus, 2004).

Bagi ibu yang bayinya telah diimunisasi sering kali salah menafsirkan gejala

tersebut, hal ini berakibat bayinya tidak dibawa untuk imunisasi pada jadwal

berikutnya (Anonim, 2005).

Sesuai dengan keputusan KONIKA (Kongres Nasional Ilmu Kesehatan

Anak) tahun 1984 bahwa sakit ringan bukanlah indikasi kontra untuk pemberian

imunisasi. Hal ini perlu diperhatikan oleh para petugas kesehatan sebab hal tersebut

sangat berbeda dengan anggapan lama bahwa imunisasi dapat diberikan hanya pada

anak yang sehat (Depkes RI, 1997).

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan pengembangan program imunisasi

(Depkes RI, 1990) imunisasi dapat diberikan kepada :

1. Anak sehat

2. Anak pilek

3. Anak batuk rejan/tanpa sesak nafas. Bila anak batuk berat obati dulu dan

imunisasinya ditunda sampai batuknya sembuh.

4. Anak diare,enam kali

5. Kurang gizi, derajat ringan dan sedang, berikan terutama vaksinasi Campak

karena merupakan kelompok resiko tinggi untuk terserang campak.

6. Sakit ringan yang lain

(52)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, dapat dirumuskan definisi konsep variabel

penelitian sebagai berikut :

1. Faktor Predisposisi ibu adalah faktor yang dapat mempermudah terjadinya

perilaku pada diri ibu untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi.

2. Pemberian imunisasi dasar lengkap oleh ibu adalah tindakan ibu dalam

pelaksanaan imunisasi pada bayi dari pemberian imunisasi BCG, DPT, HB, Polio

dan Campak

2.6. Hipotesa Penelitian

Dari gambar kerangka konsep di atas, maka hipotesa pada penelitian ini

adalah terdapat pengaruh faktor predisposisi (meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, jumlah anak pengetahuan dan sikap ibu ) terhadap tindakan ibu dalam

pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten

Serdang Bedagai tahun 2010. Faktor Predisposisi -Umur

-Pendidikan -Pekerjaan -Pendapatan -Pengetahuan -Sikap

Gambar

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi  Umur Vaksin
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner r Tabel r Hasil Alpha C Keterangan
Tabel 3.1 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Ilmu Budaya UGM. Mujirahayu

Dengan ini kami mengundang perusahaan Saudara untuk dilakukan pembuktian terhadap data- data kualifikasi perusahaan saudara pada Pekerjaan Pengadaan Penyedia jasa Security tahun

Tahun 2010 jumlah konsumsi kWh konsumen industri kecil (tabel 1) diberbagai wilayah diproyeksikan akan meningkat karena tambahan kapasitas pembangkit baru

Pengembangan Sistem Informasi Untuk Sarana Pengelolan Informasi Pada Bagian Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Sumetera Utara. Fakultas adalah unsur pelaksanan akademik

Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar serat kasar, daya larut dalam air, daya serap air, daya serap minyak dan uji organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa..

[r]

Analisis laporan keuangan suatu perusahaan atau badan usaha lain dilakukan sesuai dengan kondisi perusahaan atau badan usaha lain tersebut, karena tidak semua

Photogrammetry was selected to build the above- water model, since images suffice to compute a 3D point cloud, but also to estimate the trajectory of the boat, in order to