• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keberadaan Wiraswasta Asing Terhahadap Perkembangan Bisnis Pariwisata Masyarakat Di Tuktuk Siadong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Keberadaan Wiraswasta Asing Terhahadap Perkembangan Bisnis Pariwisata Masyarakat Di Tuktuk Siadong"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PENGARUH KEBERADAAN WISATAWAN ASING TERHADAP PERKEMBANGAN BISNIS PARIWISATA MASYARAKAT DI TUKTUK SIADONG

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH :

080901029

GRACE BERLIAN SINAMBELA

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

ABSTRAK

Tuktuk Siadong sudah menjadi daerah wisata sejak tahun 1960. Perkembangan Tuktuk terjadi sedemikian rupa diakibatkan oleh semakin dikenalnya Tuktuk sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Utara, Indonesia. Berbagai upaya pembangunan dan penataan kawasan dilakukan agar dapat menambah nilai-nilai vitalitas yang strategis dan signifikan pada kawasan tersebut sebagai kawasan wisata. Selain itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha penginapan dan usaha-usaha lain yang menjadi pendukung kegiatan wisata terus dikembangkan. Dengan demikian, penjualan barang maupun jasa menjadi pekerjaan yang mendominasi di Tuktuk ini.

Tuktuk sebagai daerah tujuan wisata sangat identik dengan Danau Toba, karena sejauh mata memandang, terbentang Danau Toba yang begitu luasnya. Di atas danau ini, banyak tumbuh tanaman sejenis eceng gondok dan teratai. Keberadaan tanaman ini menjadi feeding ground dan nursey ground yang sangat baik bagi spesies air tawar yang ada di tempat ini, namun jika keberadaan enceng gondok ini tidak ditata letaknya, justru akan sangat mengganggu pemandangan. Selain enceng gondok, sampah yang berserakan di danau akibat tidak adanya pengelolaan yang baik juga menjadi permasalahan tampilan fisik Danau Toba, terutama ketika musim turis lokal; karena kenyataannya turis lokal jika berwisata cenderung tidak peduli lingkungan. Membuang sampah sembarangan, merusak lingkungan alam tempatnya berwisata dengan mengukir nama di objek-objek wisata atau memetik bunga sembarangan; sangat berbeda dengan wisatawan mancanegara yang berlibur namun tetap menjaga lingkungan. Di sini sangat diperlukan kesadaran pribadi tiap-tiap individu bahwa masih ada generasi yang akan datang yang juga memerlukan kelestarian alam untuk melangsungkan hidup. Jika kesadaran sudah tertanam pada masing-masing individu, tentunya tiap-tiap orang akan disiplin dengan sendirinya, tanpa perlu penjagaan ketat. Lagipula, seharusnya kita malu jika tidak mempedulikan lingkungan kita, karena wisatawan mancanegara saja sangat peduli. Pengelolaan terhadap Danau Toba ke depannya sebaiknya tidak mengabaikan aspek lingkungan, mengingat pemerintah yang terkadang memiliki orientasi jangka pendek dan pragmatis. Kebijakan yang dikeluarkan terkadang hanya memikirkan kepentingan pemilik modal. di sisi lain perhatian pemerintah terhadap Danau Toba dan masyarakat di sekitarnya sangat minim. Jadi, ada baiknya jika pembangunan yang dilakukan bersifat ekowisata, yaitu wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengkonversi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Berbicara mengenai pengelolaan daerah wisata, tidak terlepas dari kualitas manusianya. Semakin berkualitas sumber manusia pada suatu daerah, akan semakin baik, karena pembangunan tidak berjalan begitu saja, melainkan diperlukan strategi agar suatu daerah tujuan wisata tidak mati dan terjaga keberlangsungannya.

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, hanya karena-Nya penulis masih memiliki nafas kehidupan sampai saat ini, dan bukan semata-mata karena kehebatan penulis maka skripsi yang berjudul “Pengaruh Keberadaan Wisatawan Asing Terhadap Perkembangan Bisnis Pariwisata Masyarakat Di Tuktuk Siadong” ini dapat terselesaikan, melainkan hanya karena kekuatan, pertolongan dan kasih karunia Tuhan.

Adapun skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa kasih sayang, bimbingan, ketegasan, penguatan, penyemangatan dan koreksi-koreksi yang secara kontinu diberikan tanpa merasa terbeban oleh banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan juga permohonan maaf bilamana selama ini penulis pernah menyakiti atau menyinggung secara sengaja maupun tidak, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si. yang terhormat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina, M. Si. yang terhormat sebagai Ketua Departemen Sosiologi. Ibu yang penulis kasihi dan segani. Terima kasih atas ketegasan ibu. Membuat penulis selalu berusaha memperbaiki diri, lebih disiplin, berhati-hati dan lebih teliti pada saat perkuliahan sampai pada saat penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Junjungan S. B. P. Simanjuntak, M. Si. yang terhormat sebagai dosen pembimbing. Terima kasih atas perhatian dan waktu yang bapak berikan untuk membimbing dan bertukar pikiran dengan penulis.

(6)

Tuhan, dan saya masih mempunyai Tuhan sebagai tempat saya mengadu, dan untuk berbicara ketika saya rindu dan sudah tidak lagi dapat berbicara kepada bapak.”

5. My super duper mom. Sangat besar mempengaruhi setiap langkah yang penulis ambil, dan penulis selalu kehabisan kata untuk berterima kasih kepada wanita terhebat di hidup penulis ini. “Mom, even always hard for me to shows my love and I can’t describe it well, you have to know even this BIG world can’t compare with my love to you. I will always try my best with my heart always belong to Jesus, and letting Jesus take part in my life. And I know even if I give you my last breath, it’s not worth enough to pay what you’ve did to me. It’s a long long journey that we already through mom, and I hope I can make you happy and really proud someday, and we still have a long time to be together. I do love you with all my heart.”

6. Adikku Cua, “Maaf, kamu tidak cukup lama memiliki seorang bapak, dek. Kakak tau pasti sakit di dalam hatimu. Doakan kakak bisa alih tanggung jawab untuk membahagiakan keluarga kecil kita. Kakak selalu coba yang terbaik dek, dekatkan dirimu ke Tuhan dek.. Kita harus bisa menjadi kebanggaan buat mamak.”

7. Tiga orang sepupu yang sudah menemani penulis ke Tuktuk dalam rangka pra observasi terlebih pada saat penelitian (Oline, Ius, Novi)

8. Dua guide favorit yang memberi sangat banyak informasi mengenai Tuktuk dan berbagi saat-saat yang sangat menyenangkan, serta sudah seperti saudara bagi penulis (bang Romal, bang Iran)

9. Keluarga yang penulis sangat kasihi, di manapun berada; opung, tulang-nantulang, om-tante, bou-amangboru, uda-nanguda, sepupu di Medan, Duri, Semarang, Salatiga, Bekasi, Jakarta, Surabaya, Jayapura, dan keluarga-keluarga lainnya.

10.Sahabat penulis, Iyuth; “Terima kasih sudah menjadi sahabat yang sangat baik; menegur dan mengingatkan di saat aku salah, menghibur di saat aku sedih, dan menjadi pendengar yang baik.. Maaf jika sering aku tidak menjadi sahabat yang baik untukmu.”

(7)

13.Seluruh responden yang sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian ini.

14.Adapun berbagai pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis, harap dimaklumi dan dimaafkan.

(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2. Manfaat praktis ... 8

1.5. Hipotesis ... 8

1.6. Definisi Konsep ... 8

1.7. Kerangka Teori ... 10

1.8. Operasional Variabel ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 20

2.1. Konsepsi Pariwisata ... 20

2.2. Hasil (produk) industri pariwisata ... 27

2.3. Dampak Pariwisata Terhadap Masyarakat ... 28

2.4. Perubahan pada Masyarakat yang Berdomisili pada Daerah Tujuan Wisata ... 30

2.5. Manfaat Pariwisata ... 33

2.6. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Lokal Atas Kepariwisataan ... 35

(9)

3.3. Populasi dan Sampel ... 43

3.3.1. Populasi ... 43

3.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 43

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.5. Teknik Analisis Data ... 46

3.6. Jadwal Kegiatan ... 48

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN ... 49

4.1. Deskripsi Lokasi ... 49

4.2. Letak Geografis dan Pembagian Administratif ... 49

4.3. Data monografi ... 50

4.4. Karakteristik Responden ... 63

4.4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

4.4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 64

4.4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 65

4.4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 66

4.4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ... 66

4.4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 67

4.4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ... 67

4.4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Kepulangan Responden yang Berdomisili di Luar Tuktuk ... 68

4.4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 69

4.4.10. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Profesi ... 70

4.4.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Kesesuaian Pekerjaan yang Ditekuni Dengan Cita-Cita/ Harapannya ... 71

4.4.12. Karakteristik Responden Berdasarkan Rata-Rata Penghasilan Per Bulan ... 71

(10)

4.4.14. Karakteristik Responden Berdasarkan Mayoritas Suku di Tempat Tinggalnya (Suku Yang Sama dengan Responden

Atau Tidak) ... 73 4.4.15. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Penguasaan Adat Istiadat yang Dianut ... 74 4.4.16. Karakteristik Responden Berdasarkan Bangga/ Tidaknya

Responden Terhadap Adat Istiadat yang Dianutnya ... 74 4.4.17. Sering/ Tidaknya Diadakan Pesta Adat di Tuktuk ... 75 4.4.18. Karakteristik Responden Berdasarkan Intensitas Sering/

Tidaknya Responden Menghadiri Acara/ Pesta Adat ... 75 4.4.19. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat

Responden Perihal Penting/ Tidaknya Pesta Adat ... 76 4.4.20. Pendapat Responden Mengenai Media Terpenting dalam

Mempromosikan Tuktuk Sebagai Daerah Wisata ... 76 4.4.21. Asal Negara Wisatawan mancanegara yang Paling

Banyak Berkunjung ke Tuktuk ... 77 4.4.22. Profesi Wisatawan mancanegara yang Datang Berkunjung

ke Tuktuk ... 78 4.4.23. Status Pernikahan Wisatawan mancanegara yang Datang

Berkunjung ke Tuktuk ... 78 4.4.24. Partner Wisatawan Mancanegara Berwisata di Tuktuk ... 79 4.4.25. Lama Menetap Wisatawan Mancanegara ... 80 4.4.26. Didampingi/ Tidaknya Wisatawan Mancanegara Oleh

Tour Guide Ketika Berwisata di Tuktuk ... 80 4.4.27. Transportasi Alternatif Pilihan Wisatawan Untuk Berwisata

di Tuktuk ... 81 4.4.28. Daya Tarik (Objek Wisata) di Daerah Tuktuk yang Paling

Diincar Oleh Wisatawan ... 82 4.4.29. Hubungan Kekeluargaan Masyarakat di Tuktuk ... 83 4.4.30. Ketertarikan Wisatawan Asing yang Berkunjung ke

Tuktuk untuk Mengenal Penduduk Sekitar ... 83 4.4.31. Preferensi Wisatawan Asing dalam Memilih Tempat

(11)

4.4.33. Souvenir untuk Dibawa oleh Wisatawan Mancanegara ke

Negaranya ... 85 4.4.34. Adanya Ketertarikan Wisatawan Mancanegara untuk

Berkunjung Kembali Seusai Kunjungan Perdananya ... 86 4.4.35. Intensitas Berkencan dengan Wisatawan Asing yang

Dipandu (Khusus Tour guide) ... 86 4.4.36. Tujuan Utama Wisatawan Asing jika Mengencani Penduduk

Lokal ... 87 4.4.37. Tempat untuk Merawat Wisatawan Asing yang

Mendadak Mengalami Gangguan Kesehatan ... 88 4.4.38. Karakteristik Responden Berdasarkan Bahasa-Bahasa

Asing yang Dikuasai ... 89 4.4.39. Status Kepemilikan Bangunan-Bangunan Berupa

Penginapan di Tuktuk ... 90 4.4.40. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan

Usaha yang Dikelolanya (Khusus Pengusaha) ... 90 4.4.41. Ada/ Tidaknya Program Khusus Secara Gotong Royong

untuk Menjaga Kebersihan Tuktuk Sebagai Daerah

Wisata ... 91 4.4.42. Ada/ Tidaknya Wisatawan Asing yang Datang ke Daerah

Ini yang Secara Langsung atau Tidak Melakukan Pengerusakan Lingkungan, seperti Membuang Sampah

Sembarangan atau Merusak Tanaman ... 91 4.4.43. Pernah/ Tidak Terjadinya Tindakan Kriminal/ Kejahatan

Baik Besar Maupun Kecil yang Dilakukan oleh Penduduk

Lokal Terhadap Wisatawan Asing ... 92 4.4.44. Ada/ Tidaknya Peran Pemerintah dalam Menyokong

Eksistensi Tuktuk Sebagai Daerah Wisata ... 93 4.4.45. Ada/ Tidaknya Budaya Asing yang Masuk Disebabkan

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Luas Areal ... 51

Tabel 4.2. Luas Areal Menurut Kepemilikan ... 51

Tabel 4.3. Luas Areal Menurut Penggunaan ... 51

Tabel 4.4. Luas Areal Tanah Kering ... 51

Table 4.5. Luas Areal Tanah Tandus ... 52

Tabel 4.6. Luas Areal Perkampungan ... 52

Tabel 4.7. Luas Areal Perkebunan ... 52

Tabel 4.8. Luas Areal Hutan ... 52

Tabel 4.9. Luas Areal Pemilikan Tanah/ KK ... 53

Tabel 4.10. Luas Areal Tanah Kuburan ... 53

Tabel 4.11. Luas Areal Lapangan Olahraga ... 53

Tabel 4.12. Jumlah Penduduk ... 54

Tabel 4.13. Jumlah Penduduk Menurut Umur ... 54

Tabel 4.14. Jumlah Penduduk Menurut Kewarganegaraan ... 54

Tabel 4.15. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 55

Tabel 4.16. Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 55

Tabel 4.17. Jumlah Penduduk Menurut Perubahan ... 55

Tabel 4.18. Jumlah Penduduk Menurut Perkawinan/ Perceraian ... 56

Tabel 4.19. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 56

Tabel 4.20. Lembaga Perekonomian ... 56

Tabel 4.21. Sarana Pemasaran Perekonomian ... 57

Tabel 4.22. Perekonomian – Pabrik/ Pengolahan ... 57

Tabel 4.23. Perekonomian – Prasarana Produksi ... 57

(13)

Tabel 4.27. Perhubungan – Pengangkutan ... 59

Tabel 4.38. Data Terbaru Jumlah Pengunjung/ Wisatawan Tahun 2008 - 2009 ... 63

Tabel 4.39. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

Tabel 4.40. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 64

Tabel 4.41. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 65

Tabel 4.42. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 66

Tabel 4.43. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ... 66

Tabel 4.44. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 67

Tabel 4.45. Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ... 67

Tabel 4.46 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepulangan Responden yang Berdomisili di Luar Tuktuk ... 68

Tabel 4.47. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 69

Tabel 4.48. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Profesi ... 70

Tabel 4.49. Karakteristik Responden Berdasarkan Kesesuaian Pekerjaan Yang Ditekuni Dengan Cita-Cita/ Harapannya ... 71

Tabel 4.50. Karakteristik Responden Berdasarkan Rata-Rata Penghasilan Per Bulan ... 71

Tabel 4.51. Karakteristik Responden Berdasarkan Bahasa yang Dikuasai ... 72

(14)

Tabel 4.53. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Penguasaan Adat Istiadat yang Dianut ... 74

Tabel 4.54. Karakteristik Responden Berdasarkan Bangga/ Tidaknya Responden Terhadap Adat Istiadat yang Dianutnya ... 74

Tabel 4.55. Sering/ Tidaknya Diadakan Pesta Adat di Tuktuk ... 75

Tabel 4.56. Karakteristik Responden Berdasarkan Intensitas Sering/ Tidaknya Responden Menghadiri Acara/ Pesta Adat ... 75

Tabel 4.57. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat Responden Perihal Penting/ Tidaknya Pesta Adat ... 76

Tabel 4.58. Pendapat Responden Mengenai Media Terpenting dalam Mempromosikan Tuktuk Sebagai Daerah Wisata ... 76

Tabel 4.59. Asal Negara Wisatawan mancanegara yang Paling Banyak Berkunjung ke Tuktuk ... 77

Tabel 4.60. Profesi Wisatawan Mancanegara yang Datang Berkunjung ke Tuktuk ... 78

Tabel 4.61. Status Pernikahan Wisatawan Mancanegara yang Datang Berkunjung ke Tuktuk ... 78

Tabel 4.62. Partner Wisatawan Mancanegara Berwisata di Tuktuk ... 79

Tabel 4.63. Lama Menetap Wisatawan Mancanegara ... 80

Tabel 4.64. Didampingi/ Tidaknya Wisatawan Mancanegara Oleh Tour Guide Ketika Berwisata di Tuktuk ... 80

Tabel 4.65. Transportasi Alternatif Pilihan Wisatawan Untuk Berwisata di Tuktuk ... 81

Tabel 4.66. Daya Tarik (Objek Wisata) di Daerah Tuktuk yang Paling Diincar Oleh Wisatawan ... 82

Tabel 4.67. Hubungan Kekeluargaan Masyarakat di Tuktuk ... 83

Tabel 4.68. Ketertarikan Wisatawan Asing yang Berkunjung ke Tuktuk untuk Mengenal Penduduk Sekitar ... 83

Tabel 4.69. Preferensi Wisatawan Asing dalam Memilih Tempat Makan ... 84

Tabel 4.70. Menu Makanan yang Mendominasi di Daerah Tuktuk ... 85

Tabel 4.71. Souvenir untuk Dibawa oleh Wisatawan Mancanegara ke Negaranya ... 85

(15)

Tabel 4.74. Tujuan Utama Wisatawan Asing jika Mengencani Penduduk Lokal ... 87 Tabel 4.75. Tempat untuk Merawat Wisatawan Asing

yang Mendadak Mengalami Gangguan Kesehatan ... 88 Tabel 4.76. Karakteristik Responden Berdasarkan Bahasa-Bahasa Asing yang

Dikuasai ... 89 Tabel 4.77. Status Kepemilikan Bangunan-Bangunan Berupa Penginapan di

Tuktuk ... 90 Tabel 4.78. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Usaha

Yang Dikelolanya (Khusus Pengusaha) ... 90 Tabel 4.79. Ada/ Tidaknya Program Khusus Secara Gotong Royong untuk

Menjaga Kebersihan Tuktuk Sebagai Daerah Wisata ... 91 Tabel 4.80. Ada/Tidaknya Wisatawan Asing yang Datang ke Daerah Ini yang

Secara Langsung atau Tidak Melakukan Pengerusakan Lingkungan,

seperti Membuang Sampah Sembarangan atau Merusak Tanaman ... 91 Tabel 4.81. Pernah/ Tidak Terjadinya Tindakan Kriminal/ Kejahatan Baik Besar

Maupun Kecil yang Dilakukan oleh Penduduk Lokal Terhadap

Wisatawan Asing ... 92 Tabel 4.82. Ada/ Tidaknya Peran Pemerintah dalam Menyokong

Eksistensi Tuktuk Sebagai Daerah Wisata ... 93 Tabel 4.83. Ada/ Tidaknya Budaya Asing yang Masuk Disebabkan

Kedatangan Wisatawan Asing ke Tuktuk ... 95 Tabel 4.84. Karakteristik Responden Berdasarkan Keinginan untuk

Mengidentifikasi (Meniru), Misalnya Penampilan Fisik

ataupun Gaya Hidup Wisatawan Asing Tersebut ... 97 Tabel 4.85. Karakteristik Responden Berdasarkan Ketertarikannya

terhadap Budaya Asing ... 98 Tabel 4.86. Ketertarikan Wisatawan Asing yang Ditemui oleh Responden

Terhadap Adat Istiadat yang Dianut oleh Responden ... 98 Tabel 4.87. Karakteristik Responden Berdasarkan Preferensinya Secara Personal

Antara Wisatawan Lokal, Mancanegara, Atau Keduanya ... 100 Tabel 4.88. Hal yang Responden Sukai dari Wisatawan Mancanegara ... 101 Tabel 4.89. Hal yang Responden Tidak Sukai dari Wisatawan Mancanegara ... 103 Tabel 4.90. Kedatangan Wisatawan Asing, Memberikan Manfaat Langsung/

Tidak dalam Hal Peningkatan Ekonomi ... 105 Tabel 4.91. Karakteristik Responden Berdasarkan Biasa/ Tidaknya Menabung/

(16)

Tabel 4.92. Karakteristik Responden Berdasarkan Perihal Pemilihan Pasangan

Hidup untuk Masa Depan (Khusus Tour guide Lajang) ... 106 Tabel 4.93. Ada/ Tidaknya Perbedaan Status Sosial antara Seseorang yang

Menikah dengan Warga Negara Asing dengan yang

Menikahi Warga Negara Indonesia ... 107 Tabel 4.94. Benar/ Tidak Bilamana Status Sosial Penduduk Lokal yang Menikah

dengan Warga Negara Asing Lebih Tinggi (Khusus yang menjawab ‘ada’

pada pertanyaan sebelumnya) ... 108 Tabel 4.95. Karakteristik Responden Berdasarkan Setuju/ Tidaknya Responden

terhadap Budaya Menikah dengan Pariban (Khusus Responden

(17)

ABSTRAK

Tuktuk Siadong sudah menjadi daerah wisata sejak tahun 1960. Perkembangan Tuktuk terjadi sedemikian rupa diakibatkan oleh semakin dikenalnya Tuktuk sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Utara, Indonesia. Berbagai upaya pembangunan dan penataan kawasan dilakukan agar dapat menambah nilai-nilai vitalitas yang strategis dan signifikan pada kawasan tersebut sebagai kawasan wisata. Selain itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha penginapan dan usaha-usaha lain yang menjadi pendukung kegiatan wisata terus dikembangkan. Dengan demikian, penjualan barang maupun jasa menjadi pekerjaan yang mendominasi di Tuktuk ini.

Tuktuk sebagai daerah tujuan wisata sangat identik dengan Danau Toba, karena sejauh mata memandang, terbentang Danau Toba yang begitu luasnya. Di atas danau ini, banyak tumbuh tanaman sejenis eceng gondok dan teratai. Keberadaan tanaman ini menjadi feeding ground dan nursey ground yang sangat baik bagi spesies air tawar yang ada di tempat ini, namun jika keberadaan enceng gondok ini tidak ditata letaknya, justru akan sangat mengganggu pemandangan. Selain enceng gondok, sampah yang berserakan di danau akibat tidak adanya pengelolaan yang baik juga menjadi permasalahan tampilan fisik Danau Toba, terutama ketika musim turis lokal; karena kenyataannya turis lokal jika berwisata cenderung tidak peduli lingkungan. Membuang sampah sembarangan, merusak lingkungan alam tempatnya berwisata dengan mengukir nama di objek-objek wisata atau memetik bunga sembarangan; sangat berbeda dengan wisatawan mancanegara yang berlibur namun tetap menjaga lingkungan. Di sini sangat diperlukan kesadaran pribadi tiap-tiap individu bahwa masih ada generasi yang akan datang yang juga memerlukan kelestarian alam untuk melangsungkan hidup. Jika kesadaran sudah tertanam pada masing-masing individu, tentunya tiap-tiap orang akan disiplin dengan sendirinya, tanpa perlu penjagaan ketat. Lagipula, seharusnya kita malu jika tidak mempedulikan lingkungan kita, karena wisatawan mancanegara saja sangat peduli. Pengelolaan terhadap Danau Toba ke depannya sebaiknya tidak mengabaikan aspek lingkungan, mengingat pemerintah yang terkadang memiliki orientasi jangka pendek dan pragmatis. Kebijakan yang dikeluarkan terkadang hanya memikirkan kepentingan pemilik modal. di sisi lain perhatian pemerintah terhadap Danau Toba dan masyarakat di sekitarnya sangat minim. Jadi, ada baiknya jika pembangunan yang dilakukan bersifat ekowisata, yaitu wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengkonversi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Berbicara mengenai pengelolaan daerah wisata, tidak terlepas dari kualitas manusianya. Semakin berkualitas sumber manusia pada suatu daerah, akan semakin baik, karena pembangunan tidak berjalan begitu saja, melainkan diperlukan strategi agar suatu daerah tujuan wisata tidak mati dan terjaga keberlangsungannya.

(18)
(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pariwisata pada umumnya lebih dipandang sebagai kegiatan ekonomi, mengingat tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, baik bagi masyarakat maupun daerah dan negara. Sejauh ini sebagian orang belum menyadari adanya kaitan antara pariwisata dengan Sosiologi. Namun harus diingat, selain menyangkut pengembangan ekonomi, pariwisata adalah sektor yang di dalamnya terdapat berbagai fenomena kemasyarakatan menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan, dan sebagainya yang merupakan objek kajian Sosiologi, dan pariwisata merupakan salah satu sektor yang penting dalam pembangunan. Bahkan ketika terjadi kegiatan ekonomi yang sederhana seperti kegiatan jual-beli, komunikasi antara penjual dan pembeli adalah sebuah bentuk interaksi yang merupakan bagian dari kajian Sosiologi. Penjelasan secara nyata dapat dicontohkan sebagai berikut: Jika pariwisata merupakan sektor yang menghasilkan devisa, ini adalah bagian dari kajian ilmu ekonomi; penciptaan lapangan kerja pada daerah wisata, perubahan pola perilaku dan bergesernya nilai budaya masyarakat setempat dikarenakan berbaurnya masyarakat setempat dengan pendatang dari dalam maupun luar negeri, inilah kajian Sosiologisnya.

(20)

berminat menanamkan modalnya di Indonesia, selain karena keamanan yang labil, terlalu banyak pungli (pungutan liar) untuk memulai suatu bisnis di Indonesia. Upah buruh yang terus meningkat mengakibatkan harga produk tidak kuat bersaing di pasar internasional.

Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah harus mencari alternatif sektor ekonomi yang dianggap pas untuk mengatasi persoalan tersebut. Salah satu sektor ekonomi yang dianggap cukup prospektif adalah pariwisata. Sektor ini diyakini tidak hanya sekedar mampu menjadi andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk pembangunan, tetapi juga mampu mengentaskan kemiskinan. Berikut adalah grafik kunjungan wisatawan mancanegara bulanan tahun 2012.

2012 pukul 00:40 wib).

(21)

yang bersepeda di daerah ini, walaupun kondisi jalan di daerah ini bukanlah jalan yang rata. Kebanyakan dari penduduk di daerah ini, terutama pemuda-pemudinya, bahasa utama yang dikuasai adalah bahasa daerah (Batak), dan bahasa keduanya adalah bahasa Inggris. Tidak hanya itu, banyak pula dari antara mereka yang menguasai bahasa Jerman, Prancis, atau bahasa asing lainnya. Hebatnya, rata-rata penduduk mempelajari bahasa asing tersebut secara otodidak. Mereka lahir dan dibesarkan di daerah wisata, memiliki orangtua yang juga sedikit banyak sudah menguasai bahasa asing, berada di lingkungan yang sudah umum menguasai bahasa asing, dan berbaur dengan banyak wisatawan asing yang bertamu ke daerah tersebut. Namun demikian, walaupun kebanyakan mereka memiliki kosa kata yang cukup luas, sangat luas, bahkan menguasai bahasa slank (bahasa Inggris sehari-hari) dengan cukup baik; hal yang sangat disayangkan adalah kebanyakan dari mereka hanya menguasai bahasa asing secara aktif, namun kurang atau bahkan tidak menguasai bahasa asing secara pasif (dalam hal penulisan, tata bahasa, dsb).

Sebelum ada kegiatan pariwisata, karakter dan perilaku masyarakat cenderung mengikuti tradisi dan orientasi prilaku masyarakat Timur. Setelah wilayah Tuktuk menjadi daerah tujuan wisata yang telah banyak dikunjungi para wisatawan asing terutama dari Eropa dan Amerika, ada kesan tampilan dari masyarakat khususnya pemuda yang intens berinteraksi dengan para turis mengalami ‘infeksi’ misalnya berambut panjang (gondrong), mengenakan anting pada telinganya dan memakai kacamata hitam pada siang hari, terutama anak muda berprofesi sebagai tour guide.

(22)

pemasaran objek dan daerah tujuan wisata dilakukan ketika para pemandu wisata lokal membawa wisatawan tersebut ke tempat-tempat hiburan, area pendakian (site hiking), atau sekedar berjalan-jalan dan menikmati suasana daerah pedesaan dan tepi Danau Toba yang masih sejuk.

Berbagai pilihan jenis penginapan ditawarkan kepada wisatawan, dan semuanya kembali kepada keputusan wisatawan, jenis penginapan apa yang diinginkan; apakah yang sederhana, menengah atau mewah, namun wisatawan asing pada umumnya tidak mematok pilihan kepada penginapan yang mewah atau mahal. Mereka justru mencari penginapan yang tenang, dekat dengan bibir pantai atau danau, di mana pada malam hari mereka akan senang untuk melakukan kegiatan barbeque (memanggang daging di luar ruangan dengan alat pemanggang) dan minum beer (bir), vodka (vodka) atau wine (anggur) sambil menikmati suasana malam hari yang sejuk. Fasilitas penginapan diantaranya adalah shower (pancuran air mandi), water heater (pemanas air mandi), bath tub (bak mandi/ tempat berendam), restaurant (restoran), extra bed (tempat tidur tambahan), swimming pool (kolam renang), dsb. Tidak semua penginapan memiliki fasilitas ini. Beberapa diantaranya hanya memiliki shower dan water heater, atau hanya shower. Namun yang terpenting diantara semuanya adalah water heater, karena pada pagi dan malam hari, air mandi cenderung sangat dingin.

(23)

waitress (pelayan) saja. Minuman atau makanan yang kita pesan, kita ingat sendiri dan kita bayar belakangan di kasir. Suasana di Roy’s pub ini cukup menarik. Pada saat kita masuk, kita disuguhkan dengan lukisan-lukisan, dan itu memang merupakan gallery lukis. Sampai di dalam pub, kita dapat melihat kursi dan meja yang terbuat dari kayu jati yang dengan sengaja masih tampak jelas berbentuk pohon yang dibelah serta divernis, dan pada dindingnya tergantung lukisan-lukisan. Kegiatan yang dapat dilakukan selama di pub ini adalah menikmati suguhan nyanyian dari penyanyi utama dan penyanyi tamu, yang menyanyikan lagu batak atau lagu barat, yang sebelumnya diawali dengan introduction yang menggunakan bahasa Inggris. Adapun mayoritas pengunjung pub ini adalah wisatawan mancanegara, dan adalah hal biasa melihat wisatawan mancanegara bersama tour guidenya berkencan di pub ini.

Sisi lain yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ke daerah ini berasal dari segi sosial, yang mana Tuktuk mayoritas penduduknya berasal dari etnis Batak, yang dari sisi sosial, masih menganut tradisi menikahkan pariban (anak laki-laki dari adik/kakak perempuan ayah si anak perempuan), namun seiring dengan banyaknya wisatawan asing berkunjung ke daerah ini, sebagian masyarakat di daerah ini sudah berubah orientasinya, dalam artian lebih tertarik menikahkan anaknya dengan wisatawan asing, terutama yang berprospek baik, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini, salah satu alasannya adalah peningkatan ekonomi, yang juga berdampak pada pengembangan modal pembangunan penginapan yang mereka miliki. Demikian beberapa hal yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Tuktuk ini.

1.2. Perumusan Masalah

(24)

pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian, terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah (Sugiyono 2008 : 35). Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah:

a. Apakah terdapat pengaruh kedatangan wisatawan asing terhadap perubahan perilaku pebisnis wisata lokal Tuktuk Siadong.

b. Bagaimanakah pola adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam mengembangkan bisnis kepariwisataan di Tuktuk Siadong.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh kedatangan wisatawan asing terhadap perubahan perilaku pebisnis wisata lokal Tuktuk Siadong.

b. Untuk menggambarkan pola adaptasi yang dikembangkan pebisnis wisata lokal Tuktuk Siadong dalam pengelolaan bisnis kepariwisataan yang ada.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

(25)

1.4.2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam membuat karya tulis ilmiah tentang pengaruh kedatangan wisatawan asing terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat.

1.5. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono, 2005 : 64) Hipotesis yang baik tidak berbentuk dan . Adapun hipotesis pada penelitian ini ialah bahwa kedatangan wisatawan asing akan meningkatkan ekonomi masyarakat, dan sedikit banyak mengubah aspek sosial masyarakat.

1.6. Definisi Konsep

Konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual manusia yang merujuk pada kenyataan yang benar-benar nyata dari segi empiris dan bukan merupakan refleksi sempurna (Suyanto, 2005 : 49). Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Wisatawan atau turis, adalah mereka yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi ole penelitian ini adalah pelancong yang datang dari luar negeri, yang dalam penelitian ini tidak dibatasi pada pelancong dari negara-negara tertentu, melainkan semua wisatawan yang datang dari luar Negara Indonesia

(26)

dilakukan unt ini. Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

c. Bisnis, dalam Wikipedia merupakan organisasi yang menjual barang atau jasa kepada

d. Masyarakat, menurut Talcott Parsons (dalam Kamanto Sunarto, 2004:56) ialah suatu sistem sosial yang swasembada, melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah masyarakat Tuktuk Siadong.

e. Pedagang, dalam Wikipedia adalah orang yang melakukan memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu

1. Pedaga

2. Pedaga

ke

f. Pengusaha (wirausahawan) dalam Wikipedia, menciptakan sebuah menghadapi risiko dan ketidakpastian untuk tujuan mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan mengidentifikasi peluang signifikan dan sumber daya yang

diperlukan. Kamus Besar Bahasa Indonesi

(27)

operasinya, serta memasarkannya.

g. Pekerjaan lain-lain/ jasa: yang dimaksudkan di sini adalah profesi-profesi lain yang berhubungan dengan pariwisata, di luar pedagang dan pengusaha, serta pekerja-pekerja yang menjual jasa, seperti: tour guide, waiter (pramusaji), supir kendaraan sewaan, dll.

1.7. Kerangka Teori

Gillin dan Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi, ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Definisi lain adalah dari Selo Soemardjan, yang merumuskan perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. (Soerjono Soekanto, 1990 : 337)

Sifat dan bentuk dari dampak sosial-budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pitana (1999) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang ikut menentukan dampak sosial budaya tersebut adalah sebagai berikut:

Jumlah wisatawan terhadap jumlah penduduk lokal;

a. Objek dominan yang menjadi the tourist gaze (sajian wisata) dan kebutuhan wisatawan terkait dengan sajian tersebut;

b. Sifat-sifat atraksi wisata yang disajikan, apakah alam, situs arkeologi, budaya kemasyarakatan, dan seterusnya;

(28)

d. Perbedaan tingkat ekonomi dan perbedaan kebudayaan antara wisatawan dengan masyarakat lokal;

e. Perbedaan kebudayaan wisatawan dengan masyarakat lokal;

f. Tingkat otonomi (baik politik, geografis, dan sumberdaya) dari daerah tempat wisata; g. Laju/ kecepatan pertumbuhan pariwisata;

h. Tingkat perkembangan pariwisata (apakah awal, atau sudah jenuh); i. Tingkat pembangunan ekonomi daerah tempat wisata;

j. Struktur sosial masyarakat lokal;

k. Tipe resort yang dikembangkan (openresort atau enclaveresorts)

l. Peranan pariwisata dalam ekonomi daerah tempat wisata.

Dilihat dari kacamata ekonomi makro, dampak positif pariwisata antara lain :

a. Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan, perlu penyediaan kebutuhan (need), keinginan (want), dan harapan (expectation) wisatawan.

b. Dapat meningkatkan kesempatan kerja. Dengan dibangunnya hotel atau restoran, akan diperlukan tenaga kerja/ karyawan yang cukup banyak.

c. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat. Sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relative cukup besar.

(29)

f. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi lainnya.

g. Dapat memperkuat neraca pembayaran. Bila neraca pariwisata mengalami surplus, dengan sendirinya akan memperkuat neraca pembayaran

(30)

Secara teoritis, Cohen (dalam Pitana, 2009) mengelompokkan dampak sosial budaya pariwisata ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu:

a. Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya;

b. Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat; c. Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial;

d. Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata; e. Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat; f. Dampak terhadap pola pembagian kerja;

g. Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial; h. Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;

i. Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan j. Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.

Dalam kehidupan keseharian, perubahan sosial dan kebudayaan sangat sulit ditemukan garis pemisahnya. Karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Sehingga walaupun secara teoritis dan analitis pemisahan antara pengertian kedua istilah tersebut dapat dirumuskan, namun di dalam kehidupan nyata, garis pemisah tersebut sulit dipertahankan. Yang jelas, perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu keduanya bersangkut-paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya. (Soerjono Soekanto, 1990 : 342,343). Perubahan sosial dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk yaitu:

(31)

c. Perubahan yang dikehendaki/ direncanakan (intended/ planned change) dan perubahan yang tidak dikehendaki/ tidak direncanakan (unintended/ unplanned change)

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan dibagi menjadi dua bagian yaitu yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan yang berasal dari luar masyarakat. Adapun sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri ialah:

a. Bertambah atau berkurangnya penduduk b. Penemuan-penemuan baru

c. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat

d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri Sedangkan sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat ialah:

a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia b. Peperangan dengan negara lain

c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan adalah: a. Kontak dengan kebudayaan lain

b. Sistem pendidikan yang maju

c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang

e. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka f. Penduduk yang heterogen

g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu h. Orientasi ke masa depan

i. Nilai bahwa manusia harus memperbaiki taraf hidupnya

(32)

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional

d. Adanya vested interests (kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat), dengan kata lain ada pihak-pihak tertentu yang enggan melepaskan kedudukannya e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi

f. Prasangka/ sikap yang tertutup terhadap hal-hal baru/ asing g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis

h. Adat/ kebiasaan, mencakup kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian yang sukar diubah

i. Nilai bahwa pada hakekatnya hidup ini buruk dan tidak mungkin diperbaiki

(33)

a. Scientific thinking (cara berpikir yang ilmiah) yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat. Hal ini menghendaki suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dan baik.

b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.

c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. Hal ini memerlukan penelitian yang kontinu agar tidak tertinggal.

d. Penciptaan iklim yang favorable dari masyarakat dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi tahap, karena banyak sangkut pautnya dengan belief system (kepercayaan) masyarakat.

e. Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.

f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan sosial planning (perencanaan sosial). Apabila itu tidak dilakukan, maka perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat. (Soerjono Soekanto, 1990 : 333-393)

(34)
(35)

1.8. Operasional Variabel

Defenisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit dalam kategori tertentu dari tiap-tiap variabel. Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur dan dinilai. Dalam penelitian kuantitatif secara umum, terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independen), dan variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini, yang menjadi hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:

Gaya berpakaian Gaya berbicara Cara berpikir

Gaya konsumsi Pendapatan masyarakat Muncul kegiatan wirausaha

Bagan Alur Hubungan Antar Variabel X (Bebas) Dan Variabel Y (Terikat) : Keberadaan wisatawan

Identifikasi oleh masyarakat lokal terhadap wisatawan asing dll.

Perkembangan bisnis pariwisata masyarakat di Tuktuk Siadong

(Y)

Keberadaan

(36)

Keberadaan wisatawan asing

(X)

Perkembangan bisnis pariwisata masyarakat di Tuktuk Siadong

(Y)

= Lama menetap = Pendapatan masyarakat = Perilaku konsumsi, apakah hemat

atau boros

= jika boros, akan banyak sektor usaha yang diuntungkan

= Bahasa yang dibawa = terjadi pembelajaran bahasa-bahasa baru

= Sikap terhadap lingkungan alam, terhadap manusia, apakah

mengagumi, dan memelihara atau justru bertindak semena-mena tanpa bertanggung jawab, misalnya melakukan pengerusakan lingkungan

= Kondisi lingkungan yang membaik/ memburuk

= Gaya berpakaian = terjadi identifikasi gaya berpakaian oleh penduduk setempat terhadap turis yang berkunjung

= Interaksi dengan masyarakat setempat

= terjadi pertukaran atau pertambahan budaya = Pola hidup, misalnya: wisatawan

lebih memilih berjalan kaki, atau rental sepeda, atau rental motor, atau rental mobil

= membuka peluang

munculnya usaha-usaha tour guiding dan jasa penyewaan kendaraan

(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsepsi Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Hidup seolah-olah didesain untuk produksi dan pekerjaan, sehingga tidak jarang mengakibatkan orang stress. Pariwisata kemudian menjadi kanal yang tepat untuk membebaskan masyarakat dari tekanan tersebut (Janianton, 2006 : 1)

Pada tahun 1980’an, pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan kebijakannya di bidang pariwisata (Pendit, 1999 : 80) melandaskan pembangunan daerah tujuan wisata ini atas dasar-dasar pokok pikiran :

1. Tersedianya prasarana, sarana dan fasilitas-fasilitas lainnya serta besarnya potensi kepariwisataan di daerah yang berssangkutan

2. Asas pemerataan pembangunan, sehingga pengembangan pariwisata dapat dilaksanakan serempak tanpa mengabaikan potensi sumber-sumber yang dimiliki di tiap daerah.

Berdasarkan dua pokok pikiran tersebut, skala prioritas pembangunan dan pengembangan daerah tujuan wisata, diputuskan untuk dibangun sebagai 10 daerah tujuan wisata di sepuluh provinsi, yaitu:

(38)

2. Sumatra Barat, meliputi wilayah Bukittinggi dengan Danau Maninjau, Danau Singkarak, Payakumbuh, dan Batusangkar, serta Kotamadya Padang beserta objek-objek wisata di sekitarnya

3. Jawa Barat, meliputi wilayah kota Bandung, Jabotabek, Gunung Gede, Banten, Cirebon, Tasikmalaya, dan Ciamis

4. Jawa Tengah dan Jogjakarta, meliputi wilayah Merapi-Merbabu, Semarang, Ambarawa, Kopeng, Dieng, Solo, Yogyakarta, serta lingkungan Candi Borobudur dan Candi Prambanan, termasuk Kudus dan Demak

5. Jawa Timur, meliputi wilayah kota Surabaya, Malang (Trowulan, Pandaan, Tretes), Gunung Bromo, dan Pulu Madura serta Banyuwangi

6. Sulawesi Selatan, meliputi Kotamadya Ujung Pandang, Maros, Gowa, Jeneponto, Bulukumba, Selayar, Kabupaten Luwu dan terutama Tanah Toraja

7. Sulawesi Utara, meliputi wilayah Kabupaten Minahasa, Air Madidi, Rembokan, Taratara dan Tasik Ria.

Pariwisata memiliki 10 faktor daya tarik, yaitu: 1. Alam

a. Keindahan alam (topografi umum seperti flora dan fauna di sekitar danau, sungai, pantai, laut, pulau-pulau, mata air panas, sumber mineral, teluk, gua, air terjun, cagar alam, hutan, dsb.)

(39)

2. Sosial Budaya

a. Adat-istiadat (pakaian, makanan dan tata cara hidup daerah, pesta rakyat, kerajinan tangan dan produk-produk lokal lainnya.)

b. Seni bangunan (arsitektur setempat seperti candi, pura, mesjid, gereja, monument bangunan adat, dsb.)

c. Pentas & pagelaran, festival (gamelan, musik, seni tari dan pecan olahraga, kompetisi&pertandingan, dsb.)

d. Pameran pecan raya (pekan-pekan raya yang bersifat industry komersial) 3. Sejarah - Peninggalan purbakala (bekas-bekas istana, tempat peribadahan, kota

tua dan bangunan-bangunan purbakala peninggalan sejarah, dongeng atau legenda.)

4. Agama - Kegiatan masyarakat (kehidupan beragama tercermin dari kegiatan penduduk setempat sehari-harinya dalam soal beribadah, upacara, pesta, dsb.) 5. Fasilitas rekreasi

a. Olahraga (berburu, memancing, berenang, main ski, berlayar, golf, naik kuda, mendaki, dsb.)

b. Edukasi (museum arkeologi dan etnologi, kebun binatang, kebun raya, akuarium, planetarium, laboratorium, dsb.)

6. Fasilitas kesehatan – untuk istirahat, berobat dan ketenangan (spa mengandung mineral, spa air panas, sanatorium, tempat mendaki, piknik, tempat semedi, istirahat, dsb.)

(40)

8. Fasilitas hiburan – waktu malam (kasino, night club, disko, bioskop, teater, sandiwara, dsb.)

9. Infrastruktur – kualitas wisata (jalan-jalan raya, taman, listrik, air, pelayanan keamanan, pelayanan kesehatan, komunikasi, kendaraan umum, dsb.)

10.Fasilitas pangan dan akomodasi – makanan & penginapan (hotel, motel, bungalow, inn, cottage, guest house, restoran, coffeeshop, rumah makan, dsb.)

Pesat tidaknya perkembangan kegiatan kepariwisataan sangat erat kaitannya dengan penyediaan sarana dan prasarana kepariwisataan sebagai penunjang.

i. Prasarana kepariwisataan

Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Dalam pengertian ini, yang termasuk dalam kategori prasarana adalah:

a. Prasarana umum (general infrastructure)

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian. Adapun yang termasuk kelompok ini, antara lain:

- Sistem penyediaan air bersih - Pembangkit tenaga listrik

- Jaringan jalan raya dan jembatan

(41)

b. Kebutuhan masyarakat banyak (Basic Needs of Civilized Life)

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak. Dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

- Rumah sakit, klinik, puskesmas - Apotek

- Bank - Kantor Pos

- SPBU (Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum)

- Administration offices (pemerintahan umum, polisi, pengadilan, badan-badan legislatif, dsb.)

Tanpa adanya prasarana tersebut, sukarlah bagi sarana-sarana kepariwisataan dapat memenuhi fungsinya dalam memberikan pelayanan bagi wisatawan.

ii. Sarana kepariwisataan terdiri dari tiga macam, di mana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Dalam hubungan usaha setiap Negara untuk membuat wisatawan lebih banyak datang, lebih lama tinggal, lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya, maka ketiga sarana ini sangat memegang peranan penting. Ketiga sarana yang dimaksudkan ialah: a. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Superstructure)

(42)

- Perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan. Di dalam literatur kepariwisataan disebut dengan “Receptive Tourist Plan”. Yang dimaksudkan dengan “Receptive Tourist Plan” ialah perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour, sightseeing bagi wisatawan, seperti: travel agent, tour operator, tourist transportation (tourist bus, taxi, coach bus, rent-a-car, dsb.)

- Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan ke mana wisatawan pergi. Dalam istilah kepariwisataan perusahaan ini biasa disebut dengan “Residental Tourist Plan”. Yang dimaksudkan dengan “Residental Tourist Plan” adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan, misalnya hotel, motel, youth hostel, cottages, camping areas, caravanning taverns, dsb. Serta catering establishments, seperti bar and restaurant, coffee shop, cafeteria, grill-room, self-service, dan sebagainya. Dapat pula ditambahkan di sini, kantor-kantor pemerintah seperti: tourist information center, government tourist office, dan tourist association dapat pula dimasukkan ke dalam kelompok ini, karena mereka juga memberikan pelayanan kepada wisatawan yang datang, walaupun secara tidak langsung.

(43)

PEMENCAR PENGELUARAN WISATAWAN

1. Accomodation 25,4 %

2. Foods & Beverages 38,8 %

3. Purchases 26,3 %

4. Lokal Transportation 4,5 %

5. Others 5,0 %

100 %

b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstructure) Yang dimaksudkan dengan sarana pelengkap kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau daerah yang dikunjunginya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: fasilitas untuk berolahraga, baik di musim dingin atau di musim panas (seperti ski, golf course, tennis court, swimming pool, boating facilities, hunting safari dengan segala perlengkapannya. Jadi harus ada sesuatu yang dapat dilakukan di tempat yang dikunjungi, sehingga ada perintang yang membuat wisatawan tidak cepat bosan di tempat tersebut.

(44)

cinema, opera. Sarana semacam ini perlu diadakan untuk wisatawan, namun tidaklah begitu mutlak pengadaannya, karena tidak semua wisatawan senang dengan kegiatan tersebut.

2.2. Hasil (produk) industri pariwisata

Pariwisata sebagai suatu industri menghasilkan jasa-jasa (services) sebagai produk yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travelers pada umumnya. Dapat dikatakan, yang dimaksudkan dengan hasil (produk) industri pariwisata adalah: semua jasa (services) yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya, sampai ia kembali ke rumah di mana ia tinggal. Pada dasarnya, tiga golongan pokok industri pariwisata tersebut, yaitu:

a. Tourists objects: Objek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata, yang menjadi daya tarik orang-orang yang datang berkunjung ke daerah tersebut

b. Facilities: Fasilitas-fasilitas yang diperlukan di tempt tujuan tersebut, seperti akomodasi perhotelan (accommodation), bar dan restoran (catering), entertainment dan rekreasi

c. Transportation: Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah tujuan wisata serta transportasi di tempat tujuan ke objek-objek pariwisata.

(45)

1. Jasa-jasa travel agent untuk mengurus dokumen perjalanan, seperti paspor, exit-permit, visa ataupun tiket pesawat

2. Jasa-jasa taxi service/ coach bus untuk transfer dari rumah ke bandara pada saat berangkat (departure)

3. Jasa-jasa maskapai penerbangan (airlines) yang akan membawanya ke tempat tujuan yang dikehendaki

4. Jasa-jasa taxi service/ coach bus untuk transfer dari bandara ke hotel pada saat kedatangan (arrival) di tempat tujuan

5. Jasa-jasa akomodasi perhotelan/ motel di tempat yang dituju selama tinggal berkunjung di sana

6. Jasa-jasa bar dan restoran, baik di dalam maupun di luar hotel

7. Jasa-jasa tour operator/ tour guide untuk kegiatan sightseeingtour ke objek-objek pariwisata

8. Jasa-jasa yang diberikan pada objek pariwisata, atraksi dan entertainment show di tempat yang dikunjungi

9. Jasa-jasa souvenir shop dan handicraft center, dll.

2.3. Dampak Pariwisata Terhadap Masyarakat

(46)

a. Bagi pemerintah daerah, berkembangnya pariwisata yang disertai dengan kunjungan wisatawan yang mau tinggal lama adalah menguntungkan, karena pemasukan devisa dapat diharapkan, bahkan mungkin melebihi target tahunan

b. Membuka kesempatan kerja, yaitu dengan munculnya hotel-hotel, restoran, toko-toko penjual cindera mata, dan bahkan masyarakat yang menciptakan usaha sendiri (berwirausaha) guna menyediakan kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata tersebut.

Selain itu, disebutkan pula dampak negatif yang timbul antara lain:

a. Ketimpangan ekonomi yang mendatangkan kecemburuan sosial, pergeseran norma, sistem nilai budaya, kesenian, alih fungsi teknologi, cara berpakaian, dan perilaku bermasyarakat

b. Kenaikan harga barang dan jasa

c. Penduduk setempat khususnya kalangan remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan seperti meniru cara berpakaian, cara makan, serta cara hidup lainnya yang tidak sesuai dengan budaya dan kepribadian setempat

d. Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti pemerasan, perampokan, pencurian, perjudian

(47)

h. Munculnya neo-kolonialisme atau neo-imperialisme

i. Pariwisata menjadi wahana eksploitasi dari negara-negara maju (negara asal wisatawan) terhadap negara-negara berkembang (daerah tujuan wisata) j. Terjadinya pengerusakan lingkungan baik karena pembangunan prasarana

dan sarana pariwisata maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil.

2.4. Perubahan pada Masyarakat yang Berdomisili pada Daerah Tujuan

Wisata

Pada penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Erawan (1989:34) masyarakat yang berdomisili di daerah tujuan wisata memiliki dua pengaruh, yaitu pengaruh sosial dan pengaruh ekonomi

1. Pengaruh sosial

(48)

konsumsi para wisatawan tersebut.

Selanjutnya kadang-kadang dikatakan bahwa efek demonstratif yang terjadi pada penduduk setempat tersebut mempunyai pengaruh yang dapat menolong mereka-mereka ini untuk bekerja lebih keras, agar mereka dapat memperbaiki standar hidupnya. Namun berlawanan dengan pendapat ini dinyatakan bahwa kemakmuran ataupun kemewahan yang ditunjukkan oleh para wisatawan tersebut di tengah-tengah kemiskinan penduduk lokal, dapat menimbulkan rasa sakit hati atau dendam, hingga hal ini sering-sering menimbulkan tindak kejahatan. Pandangan yang lain menyatakan bahwa pencampuran social antara wisatawan dan penduduk local menimbulkan situasi harga-menghargai (goodwill) di antara bangsa-bangsa dan dapat membina saling pengertian yang lebih baik mengenai kebudayaan dan persahabatan di antara mereka. Keadaan ini kemungkinan hanya benar di negara-negara yang jumlah wisatawannya yang datang ke daerah itu relatif jarang. Akan tetapi bila jumlah wisatawan yang datang ke daerah itu sudah berlebih-lebihan maka selera dan kebiasaan dari para wisatawan dapat dipandang sebagai suatu penjajahan oleh penduduk lokal, karena mereka merasa cara hidupnya dirongrong.

(49)

terjadi pada penduduk setempat pada saat sumber-sumber yang disebut sebagai sumber milik umum (common resources) harus dibagi, atau sepenuhnya tidak bisa digunakan oleh penduduk setempat.

2. Pengaruh lingkungan

Tidak seperti ekspor barang-barang biasa maka pariwisata tergantung pada kedatangan langganannya ke tempat produsen atau daerah wisata tersebut. Adanya pola musiman dalam bidang pariwisata ini telah menimbulkan keadaan penuh sesak dan kemacetan-kemacetan terutama di bidang lalu lintas khususnya pada musim wisatawan ramai (peak season). Dengan semakin meningkatnya jumlah wisatawan tersebut maka keadaan seperti itu akan semakin parah, dan ini akan cenderung mengakibatkan rusaknya fasilitas-fasilitas yang sebenarnya ingin mereka lihat. Dan ini akan mengurangi nilai keindahan daerah tersebut. Di samping itu, keadaan penuh sesak tersebut dapat menimbulkan kerusakan lingkungan baik pencemaran udara, pencemaran pantai, dan lain sebagainya. Akibat yang lain adalah timbulnya pembangunan fisik yang tidak terkontrol, dan ini dapat merusak keadaan lingkungan.

(50)

nyaman untuk keperluan istirahat. Gairah wisatawan yang demikian justru akan mendorong pemeliharaan lingkungan alam, sebab seandainya daerah tujuan atau objek wisata tersebut rusak atau tidak terpelihara, maka wisatawan tidak akan mendatangi objek wisata itu lagi di masa-masa yang akan datang.

2.5. Manfaat Pariwisata

Beberapa manfaat pariwisata dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Peningkatan pertumbuhan urbanisasi sebagai akibat adanya pembangunan prasarana dan sarana kepariwisataan dalam suatu wilayah atau suatu daerah tujuan.

2. Pertumbuhan kegiatan beberapa industri, yang berhubungan dengan pelayanan wisatawan, seperti perusahaan angkutan, akomodasi perhotelan, restoran, entertainments, souvenir shop, handicraft¸ kesenian daerah, perusahaan mebel, decoration and gardening, pendidikan, dan lain-lain. 3. Meningkatkan produk hasil kepariwisataan disebabkan meningkatnya

konsumsi wisatawan, seperti timbulnya istilah kebudayaan komersil demi kebutuhan wisatawan.

4. Menyebarkan pemerataan pendapatan.

(51)

7. Menimbulkan multiplier effect (efek pengganda) pada negara-negara “tourist receiving countries”, diantaranya berupa:

a. Tourist Multiplier

Hal ini timbul sebagai akibat pengeluaran wisatawan, karena timbul transaksi berantai dalam masyarakat yang dapat menciptakan pendapatan (income) bagi kegiatan ekonomi umumnya.

b. Investment Multiplier

Banyaknya wisatawan yang datang pada suatu Negara atau suatu daerah tujuan, selalu memerlukan peralatan berupa barang-barang modal guna melengkapi baik prasarana maupun sarana kepariwisataan, sehingga perlu diadakan investasi yang cukup besar pada beberapa daerah tujuan wisata.

c. Foreign Trade Multiplier

Datangnya wisatawan pada beberapa Negara dapat menimbulkan pandangan atau saling interaksi timbal balik antara individu-individu yang saling berkomunikasi.

8. Memperluas pasaran barang-barang yang dihasilkan dalam negeri.

9. Pariwisata dapat memulihkan kesehatan, baik jasmani, maupun rohani sebagai akibat terhindar dari kesibukan dan tekanan sehari-hari, memperoleh udara segar dan menikmati perlakuan yang menyenangkan. 10.Pariwisata dapat menghilangkan prasangka (prejudice) dan kepicikan dan

(52)

2.6. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Lokal Atas Kepariwisataan

Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan (Atkinson dalam Ginting, 2006). Chaplin dalam Ginting (2006) memandang persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. Proses perseptual ini dimulai dengan perhatian, yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Didalamnya mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian (Chaplin dalam Ginting, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Baltus dalam Ginting (2006) adalah :

1. Kemampuan dan keterbatasan fisik dari alat indera dapat mempengaruhi persepsi untuk sementara waktu ataupun permanen.

2. Kondisi lingkungan.

3. Pengalaman masa lalu. Bagaimana cara individu untuk menginterpretasikan atau bereaksi terhadap suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa lalunya.

4. Kebutuhan dan keinginan. Ketika seorang individu membutuhkan atau menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkan dan diinginkannya tersebut.

(53)

Sedangkan menurut Chaplin dalam Ginting (1999) persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional. Maka, arti suatu objek atau satu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun faktor-faktor organisme. Dengan alasan sedemikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang berbeda juga akan berbeda karena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai persepsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses yang melibatkan aspek kognitif dan afektif individu untuk melakukan pemilihan, pengaturan, dan pemahaman serta penginterpretasian rangsang-rangsang indrawi menjadui suatu gambar obyek tertentu secara utuh.

(54)

langsung atau tidak langsung. Kemudian yang tidak kalah pentingnya ialah memberikan kebebasan budaya (cultural freedom) untuk merangsang kreativitas ke arah pembaharuan dalam menanggapi tantangan pembangunan. Berikan keleluasaan kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuan mengatasi kesulitan dan meningkatkan kesejahteraan dengan mengacu pada kebudayaan mereka sebagai pedoman dalam beradaptasi terhadap lingkungannya secara aktif. Dengan demikian, masyarakat lokal (terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata) menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional seperti di Bali, upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi pariwisata.

Selain itu, masyarakat lokal merupakan ‘pemilik’ langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan, dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada di tangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka.

(55)

Secara evolutif, Greenwood (1977) melihat bahwa hubungan antara wisatawan dengan masyarakat lokal menyebabkan terjadinya proses komersialisasi dari keramahtamahan masyarakat lokal. Pada awalnya wisatawan dipandang sebagai 'tamu' dalam pengertian tradisional, yang disambut dengan keramahtamahan tanpa motif ekonomi. Dengan semakin bertambahnya jumlah wisatawan, maka hubungan berubah terjadi atas dasar pembayaran, yang tidak lain daripada proses komersialisasi, dimana masyarakat lokal sudah mulai agresif terhadap wisatawan, mengarah kepada eksploitasi dalam setiap interaksi, tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Pada fase-fase seperti ini, banyak ditemui tindakan kriminal terhadap wisatawan. Fase ini biasanya direspon oleh Pemerintah dengan melakukan pengaturan pariwisata secara melembaga dan profesional, sehingga hubungan wisatawan dengan masyarakat lokal tidak semakin memburuk. Profesionalisme menjadi inti pokok untuk membina hubungan baik dengan wisatawan, dan sangat memperhatikan kelanjutan hubungan di masa-masa yang mendatang.

Dalam hubungan dengan evolusi sikap masyarakat terhadap wisatawan, Doxey (1976) sudah mengembangkan sebuah kerangka teori yang disebut irendex (irritation index). Model Irendex dari Doxey ini menggambarkan perubahan sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan secara linier. Sikap yang mula-mula positif berubah menjadi semakin negatif seiring dengan pertambahan jumlah wisatawan. Tahapan-tahapan sikap masyarakat terhadap digambarkan sebagai berikut:

(56)

daerah tujuan wisata, dan umumnya daerah tujuan wisata tersebut belum mempunyai perencanaan.

2. Apathy. Masyarakat menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah, dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan didominasi oleh hubungan komersialisasi. Perencanaan yang dilakukan pada daerah tujuan wisata pada fase ini umumnya hanya menekankan pada aspek pemasaran.

3. Annoyance. Titik kejenuhan sudah hampir dicapai, dan masyarakat mulai merasa ternganggu dengan kehadiran wisatawan. Perencanaan umumnya berusaha meningkatkan prasarana dan sarana, tetapi belum ada usaha membatasi pertumbuhan.

4. Antagonism. Masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan ketidak-senangannya, dan melihat wisatawan sebagai sumber masalah. Pada fase ini perencana baru menyadari pentingnya perencanaan menyeluruh.

(57)

and other people's places. Perjalanan adalah menuju ketempat kehidupan orang lain dan menuju tempat orang lain.

1. Be Flexible. Are you prepared to accept cultures and practices different

from your own?

(Jadilah Fleksibel. Apakah Anda siap untuk menerima budaya dan praktek-praktek yang berbeda dari yang anda alami sendiri?)

2. Choose Responsibly, Have you elected to support businesses that clearly and actively address the cultural and environmental concerns of the locale

you are visiting?

(Pilih secara bertanggung jawab, apakah Anda memilih untuk mendukung bisnis yang jelas dan secara aktif mengatasi masalah budaya dan lingkungan dari lokasi yang Anda kunjungi.)

3. Do your homework. Have you done any research about the people and places you plan to visit so you may avoid what may innocently offend them

or harm their environment?

(Kerjakan pekerjaan rumah Anda. Sudahkah Anda meneliti orang dan tempat-tempat yang akan anda kunjungi sehingga Anda dapat menghindarkan apa yang secara tidak sengaja dapat menyinggung perasaan atau merugikan lingkungan mereka?)

4. Be Aware. Are you informed of the holidays, holidays and general religious and social customs of the places you visit?

(58)

5. Support Local Enterprise. Have you made a commitment to contribute to the local economy by using businesses that economically support the community

you are visiting, eating in local restaurant and buying locally made artisan

crafts as remembrances of your trip?

(Dukunglah usaha lokal. Apakah Anda membuat sebuah komitmen untuk memberikan kontribusi terhadap ekonomi lokal dengan menggunakan usaha yang secaraekonomis mendukung komunitas yang Anda kunjungi, makan di restoran lokal dan membeli kerajinan buatan

lokal sebagaikenangan dari perjalanan Anda?)

6. Be Respectful and observant. Are you willing to respect local laws that may include restrictions of your usage of or access to places and things that may

harm or otherwise erode the environment or alter or run counter to the

places your visit?

(Bersikaplah hormat dan jeli. Apakah anda bersedia untuk menghargai peraturan daerah setempat yang dapat mencakup pembatasan penggunaan atau akses ketempat-tempat yang dapat membahayakan atau merusak lingkungan atau bertentangan dengan lingkungan pada tempat-tempat yang anda kunjungi?)

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian untuk meneliti sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Penelitian eksplanatif ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel yang dihipotesiskan, yakni untuk mengetahui apakah suatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya, ataukah suatu variabel disebabkan/ dipengaruhi atau tidak oleh variabel lainnya (Faisal, 2003 : 21)

3.2. Lokasi penelitian

(60)

melakukan penelitian ialah karena peneliti ingin melihat pengaruh keberadaan wisatawan asing terhadap perkembangan bisnis pariwisata masyarakat di Tuktuk Siadong. Selain itu, lokasi ini juga merupakan daerah tujuan wisata yang terkenal di provinsi Sumatera Utara, dan merupakan daerah yang menurut peneliti paling terpengaruh oleh kebudayaan asing, dan berdasarkan pertimbangan masih dapat dijangkau oleh peneliti yang bertempat tinggal di kota Medan.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008 : 80) Jadi populasi pada penelitian ini ialah Tuktuk Siadong, Kabupaten Samosir, dengan jumlah penduduk sebanyak 2535 individu (50 KK), serta jumlah pengunjung terakhir pada 2008/2009, yang diperoleh dari data monografi sebanyak 1250 wisatawan asing, dan 1650 wisatawan domestik.

3.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

(61)

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah penduduk setempat, dengan menerapkan teknik simple random sampling yaitu, pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi tersebut, dilakukan pada populasi yang homogen. Tentunya dengan kriteria yang dianggap peneliti cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2008:82). Dengan indikator: merupakan penduduk lokal yang bertempat tinggal di Tuktuk Siadong, Kabupaten Samosir, tanpa melihat rentang usia. Dan profesi yang digunakan sebagai sampel ialah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan kepariwisataan, yaitu: pedagang, pengusaha, lain-lain/ jasa. Yang berdasarkan data monografi 2008/2009, diketahui penduduk yang berprofesi sebagai pedagang ialah sebanyak 31 orang, yang berprofesi sebagai pengusaha sebanyak 34 orang, dan yang berprofesi di bidang lain-lain/ jasa ialah sebanyak 57 orang, dengan total 122 orang.

Rumus penarikan sampel yang digunakan ialah rumus menurut Taro Yamane (Bungin, 2009 : 105) berikut:

n =

1 ) (d 2 + N

N

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

Gambar

tabel, jika harga t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
Tabel 4.1.
Tabel 4.5.
Tabel 4.10.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian di SMA 1 Playen Gunung Kidul dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, Intensitas nyeri haid pada sisiwi kelas XI di SMA 1 Playen

Setelah diketahui bahwa sampel yang digunakan untuk penelitian adalah homogen dan berdistribusi normal, kemudian peneliti menjalankan proses pembelajaran dengan menerapkan

Garap catur lakon Kalabendu sajian Manteb Soedharsono terdapat garap janturan ( janturan adegan), garap pocapan ( pocapan peristiwa), dan garap ginem ( ginem blangkon ).(3)

• Fundamental movement skills are the foundation upon which game and sport skills are based. Basic

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana respon masyarakat terhadap pembangunan

Secara berkelompok 3-4 orang, peserta didik didorong untuk mencari dan menuliskan informasi pada permasalahan, khususnya terkait informasi: apa yang diketahui dan apa

Diet penurunan berat badan yang sesuai dan sehat bisa dilakukan dengan cara latihan fisik untuk mengontrol berat badan, kemampuan seseorang dalam meningkatkan

Berdasarkan ungkapan kelima informan diatas merupakan penyebab kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif yaitu karena faktor pengetahuan dan kesadaran yang kurang