• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Ammonia Limbah Cair Laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Industri Secara Spektrofotometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kadar Ammonia Limbah Cair Laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Industri Secara Spektrofotometri"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

INDUSTRI

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

KARYA ILMIAH

052401076

Rahmi Juwita Putri Daulay

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN KADAR AMMONIA LIMBAH CAIR

LABORATORIUM BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2008

NIM : 052401076

(3)

Judul : PENENTUAN KADAR AMMONIA LIMBAH CAIR LABORATORIUM BALAI RISET DAN

STANDARDISASI INDUSTRI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : RAHMI JUWITA PUTRI DAULAY

Nomor Induk Mahasiswa : 052401076

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

(4)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah

ini dengan baik, serta shalawat beriring salam tak lupa penulis sampaikan kepada

Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan Suri Teladan yang

baik kepada umat manusia.

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk melengkapi

persyaratan penyelesaian perkuliahan di jurusan Kimia Analis Program Diploma III

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa petunjuik dan bimbingan dari Dosen serta

bantuan dari pihak lain maka sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas

MIPA Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Marpongahtun MSc selaku dosen pembimbing penulis yang telah

menyediakan waktu dan pikiran dalam memberikan pengarahan dan bimbingan

kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.

3. Ibunda tercinta Hj. Nur Abidah ,BSc, ayahanda tercinta Drs. H. M. Thoha

Daulay, MM, kakak, abang, adik, beserta keluarga yang senantiasa mendo’akan

dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi di

Universitas Sumatera Utara pada Program Diploma 3.

4. Sahabat-sahabat penulis : diyyah, Nina, Siti, Karti, Icut, cici, ratih, yuli, winda,

dan teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

mendukung dan membantu penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Medan, 2008

(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRACT ... iii

INTI SARI ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.1.1 Sifat Umum Air ... 4

2.1.2 Karakteristik Badan Air ... 5

2.1.3 Pencemaran Air ... 8

2.2 Limbah ... 9

2.2.1 Sumber Limbah Cair ... 10

2.2.2 Karakteristik Limbah Cair ... 12

2.2.3 Teknik Pengolahan Limbah Cair ... 13

2.3 Amoniak ... 16

(7)

2.5 Spektrofotometri ... 22

BAB 3 BAHAN DAN METODE ... 24

3.1 Prinsip Percobaan ... 24

3.2 Sampel ... 24

3.3 Peralatan ... 24

3.4 Bahan-bahan ... 25

3.5 Prosedur Analisa ... 25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Data ... 26

4.2 Pembahasan ... 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus

dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk

hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk sebagai kepentingan harus dilakukan secara

bijaksana,dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi

mendatang.

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas

air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas

air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik,

dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain

menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,

kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya

air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara

seksama.

Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki Peraturan Pemerintah No. 20 tahun

1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan

(9)

yang pada dasarnya berkaitan dengan upaya pengelolaan sumber daya air dan sumber

daya alam lainnya, dalam rangka pengendalian dampak lingkungan (Effendi,H. 2003).

Amoniak (NH3), merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH

rendah dan disebut amonium; amoniak sendiri berada dalam keadaan tereduksi.

Amoniak dalam air permukaan berasal dari seni dan tinja; juga dari oksidasi zat

organik (HaObCcNd) secara mikrobiologis, yang berasal dari air alam atau air

buangan industri dan penduduk (Alaerts, 1984).

Salah satu parameter yang terdapat dalam air adalah amoniak. Amoniak

biasanya berasal dari tinja, limbah domestik, limbah industri dan pupuk pertanian. Air

biasanya mengandung amoniak dalam jumlah yang sedikit. Kadar amoniak yang

tinggi dalam air dapat bersifat toksik, untuk itu diperlukan pengolahan dan analisis

terhadap air. Dalam hal ini kadar amoniak dalam air dapat dianalisis dengan

menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang (λ) 425 nm

Berdasarkan hal tersebut diatas, amoniak dalam jumlah yang tinggi dapat

bersifat toksik di dalam perairan sehingga perlu dilakukan analisa kadar amoniak agar

dapat mengontrol toksisitas suatu perairan sehingga tidak merusak kehidupan biota

perairab (Effendi,H. 2003).

1.2 Permasalahan

Kadar amoniak yang melebihi standart dapat mempengaruhi kehidupan biota

perairan, untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan apakah kadar amoniak pada limbah

cair industri telah memenuhi syarat baku mutu kualitas limbah industri menurut

(10)

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar amoniak dalam limbah cair laboratorium Balai Riset dan

Standardisasi Industri

2. Untuk mengetahui apakah kadar ammonia yang diperoleh telah memenuhi syarat

kualitas baku mutu limbah industri menurut keputusan menteri Lingkungan

Hidup.

1.4 Manfaat

1. Sebagai informasi dan wawasan bagi masyarakat luas dalam mengetahui cara

penentuan kadar amoniak dengan menggunakan alat spektrofotometer

2. Untuk mengetahui apakah limbah industri layak untuk dibuang ke lingkungan

(11)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta

km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan, dan salju. Air

tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah, dan gunung es. Semua badan air di

daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang

berlangsung secara kontinu.

Air memiliki rumus kimia H2O, ini berarti bahwa pada setiap molekul

air memiliki ikatan kimia antara atom oksigen dengan hidrogen adalah kovalen, yang

berarti mereka melibatkan pembagian elektron secara bersama. Tetapi, pembagiannya

tidak seimbang, karena oksigen lebih rakus menarik pada elektron daripada atom

hidrogen. Sebagai akibatnya elektron molekul air mengikat atom oksigen lebih erat.

Bentuk molekul air juga suatu hal yang menarik. Ketiga atomnya tidak berjejer

lurus. Namun ikatannya mengatur sendiri dalam bentuk segitiga. Bentuk lengkungan

ini berasal dari dua pasang elektron hidrogen yang terpisah yang mengelilingi atom

oksigen. Pasangan elektron ini menolak elektron-elektron dalam ikatannya dengan

hidrogen, yang menyebabkan mereka membentuk sudut 105 derajat.

Sebuah molekul dengan ujung-ujung yang muatannya berlawanan disebut

polar. Oleh karena itu air disebut molekul kovalen polar, karena ciri bersama dari

ikatan yang tidak seimbang. Sebagaimana akan kita lihat, jenis khas dari polaritas ini

(12)

2.1.1 Sifat Umum Air

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia

yang lain . Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0oC (32oF) – 100oC, air

berwujud cair. Suhu 0oC merupakan titik beku (freezing point) dan 100o

b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai

penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas

ataupun dingin dalam seketika. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik

digunakan sebagai pendingin mesin.

C

merupakan titik didih (boiling point) air.

c. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan

(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini

memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses

perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas

yang besar. Sifat ini merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan

terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi.

d. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis

senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang

sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga

35.000 mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut

diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan

bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup

dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. sifat ini juga memungkinkan air

digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar

(13)

e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan

memiliki tegngan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan

tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki

sifat membasahi suatu bahan secara baik. tegangan permukaan yang tinggi

juga memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk

bergerak dalam pipa kapiler.

f. Air merupaka satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.

Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas

yang lebih rendah dari pada air. Dengan demikian es mengapung di air. Sifat

ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang beriklim dingin hanya

membeku pada bagian permukaan sehingga kehidupan organisme akuatik

tetap berlangsung.

2.1.2 Karakteristik Badan Air

Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi,

komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air

harus mencakup ketiga komponen tersebut, yaitu :

A.

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah. Air

permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lain,

yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Sekitar 69% air yang masuk ke

sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju, dan sisanya berasal dari air tanah. Air Permukaan

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar

(14)

asam, dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas

yang terdapat di atmosfer. Setelah jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami

kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah.

Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu

badan air tergenang dan badan air mengalir.

1. Perairan tergenang

Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk, rawa, dan sebagainya.

Perairan tergenang, khususnya danau, biasanya mengalami stratifikasi secara vertikal

akibat perbedaan intensitas cahya dan perbedaan suhu pada kolom air yang terjadi

secara vertikal. Arus air danau dapat bergerak ke berbagai arah. Paerairan danau

biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertikal. Stratifikasi ini tergantung

pada kedalaman dan musim.

Berdasarkan intensitas cahaya yang masuk ke perairan, stratifikasi vertikal

kolom air pada perairan tergenang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Lapisan eufotik, yaitu lapisan yang masih mendapatkan cukup cahaya

matahari.

b. Lapisan kompensasi, yaitu lapisan dengan intensitas cahaya sebesar 1% dari

intensitas cahaya permukaan.

c. Lapisan profundal, yaitu lapisan di bawah lapisan kompensasi, dengan

intensitas cahaya sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya (afotik).

Tiupan aingin dan perubahan musim yang mengakibatkan perubahan intensita

cahaya matahari dan perubahan suhu dapat mengubah atau menghancurkan stratifikasi

vertikal kolom air. Fenomena perubahan stratifikasi vertikal ini dapat diamati dengan

jelas pada perairan tergenang yang terdapat di wilayah ugahari yang memiliki empat

(15)

2. Perairan mengalir

Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus

yang searah relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik, serta

sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai,

biasanya terjadi percampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk

stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan tergenang. Kecepatan arus, erosi,

dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan

flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.

B.

Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah

ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus berkisar

antara 10 Air Tanah

-10

– 10 -3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan

tanah, dan pengisian kembali air. Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari

air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang sangat

lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang lama

tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran.

Jika laju pengambilan air tanah pada akifer melebihi laju pengisiannya maka

akan terjadi penurunan volume air tanah dan penambahan volume udara yang

besarnya setara dengan volume air yang dikeluarkan dari akifer. Kondisi ini

memunkinkan terjadinya penurunan muka tanah. Pengambilan air tanah akan

mengubah aliran air tanah. Bersamaan dengan keluarnya air dari akifer, tekanan

hidrostatik air tanah mengalami penurunan sehingga aliran air tanah dari arah laut

(16)

Air tanah yang berasal dari lapisan deposit pasir memiliki kandungan

karbondioksida tinggi dan kandungan bahan terlarut rendah. Air tanah yang berasal

dar lapisan deposit kapur juga memiliki kadar karbondioksida yang rendah, namun

memiliki nilai TDS yang tinggi.

Air tanah biasanya memiliki kandungan besi relatif tinggi. Jika air tanah

mengalami kontak dengan udara dan mengalami oksigenasi, ion ferri pada ferri

hidroksida [Fe(OH)3

Bahan pencemar (polutan) adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam

atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem

sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Berdasarkan cara masuknya ke

dalam lingkungan, polutan dikelompokkan menjadi dua, yitu polutan alamiah dan

polutan antropogenik. Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki suatu

lingkungan secara alami. Polutan antropogenik adalah polutan yang masuk ke badan

air akibat aktivitas manusia, misalnya kegiatan domestik, kegiatan urban, maupun ] yang banyak terdapat dalam air tanah akan teroksidasi menjadi

ion ferro, dan segera mengalami presipitasi serta membentuk warna kemerahan pada

air. Oleh karena itu, sebelum digunakan untuk nernagai kebutuhan, sebaiknya air

tanah yang baru disedot didiamkan terlebih dahulu selama beberapa saat untuk

mengendapkan besi.

2.1.3 Pencemaran Air

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang

dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemar memasuki badan air

dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan pertanian, limbah

(17)

kegiatan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara

mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya polutan tersebut.

Jenis-jenis Pencemar

Polutan yang memasuki perairan terdiri atas campuran berbagai jenis polutan.

Jika di perairan terdapat lebih dari dua jenis polutan maka kombinasi pengaruh yang

ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga

sebagai berikut :

1. Additif; pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan merupakan

penjumlahan dari pengaruh masing-masing polutan. Misalnya, pengaruh kombinasi

zinc dan kadmium terhadap ikan.

2. Synergism; pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jen is polutan lebih besar

darpada penjumlahan pengaruh dari masing-masing polutan. Misalnya, pengaruh

kombinasi copper dan klorin atau pengaruh kombinasi copper dan surfaktan.

3. Antagonism; pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan saling

mengganggu sehingga pengaruh secara kumulatif lebih kecil atau mungkin hilang.

Misalnya, pengaruh kombinasi kalsium dan timbal atau zinc dan aluminium

(Effendi,H. 2003).

2.2 Limbah

Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang

merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin

bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka

jumlah air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang

(18)

kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan

lingkungan (http://www.likomedia.or.id).

Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama

terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% daripadanya

berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organi dan buka organik (Mahida,

1984).

Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan

pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang

terbuang dari sumber domestik, sumber industri, dan padsa saat tertentu tercampur

dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan.

2.2.1 Sumber Limbah Cair

Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu

sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam dan atau belum mepunyai

nilai ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Menurut

sumber-nya limbah dapat dibagai menjadi :

1. Aktivitas bidang rumah tangga

A. Aktivitas manusia

Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair sangat beraga, sesuai dengan

kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula. Beberapa aktivitas manusia yang

menghasilkan limbah cair diantaranya adalah aktivitas dalam bidang rumah tangga,

perkantoran, perdagangan, perindustrian, pertanian, dan pelayanan jasa.

Sangat banyak aktivitas rumah tangga yang menghasilkan limbah cair, antara lain

(19)

mencuci kendaraan, penggunaan toliet, dan sebagainya. Semakin banyak jenis

aktivitas yang dilakukan, semakin besar volume limbah cair yang dihasilkan.

2. Aktivitas bidang perkantoran

Aktivitas perkantoran pada umumnya merupakan aktivitas penunjang kegiatan

pelayanan masyarakat. Limbah cair dari sumber ini biasanya dihasilkan dari

aktivitas kantin yang menyediakan makanan dan minuman bagi pegawai, aktivitas

penggunaan toilet, aktivitas pencucian peralatan, dan sebagainya.

3. Aktivitas bidang perdagangan

Kegiatan dalam bidang perdagangan yang menghasilkan limbah cair, yaitu

pengepelan lantai gedung, pencucia alat makan dan minum di restoran,

penggunaan toilet, pencucian pakaian, pencucian kendaraan, dan sebagainya.

4. Aktivitas bidang perindustrian

Aktivitas bidang perindustrian juga sangat bervariasi. Variasi kegiatan bidang

perindustrian dipengaruhi antara lain oleh faktor jenis bahan baku yang diolah,

jenis barang atau bahan jadi yang dihasilkan, kapasitas produksi, teknik proses

produksi yang diterapkan. Jenis aktivitas utama yang menghasilkan limbah cair

dan sifat pencemaran yang potensial.

5. Aktivitas bidang pertanian

Aktivitas bidang pertanian menghasilkan limbah cair karena digunakannya air

untuk mengairi lahan pertanian. Secara alamiah dan dalam kondisi normal, limbah

cair pertanian sebenarnya tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan,

namun dengan digunakannya fertilizer serta pestisida yang kadang-kadang

dilakukan secara berlebihan, sering menimbulkan dampak negatif pada

keseimbangan ekosistem air pada badan air penerima.

(20)

Sangat banyak dan bervariasi aktivitas di berbagai jenis badan usaha pelayanan

jasa, berakibat sangat bervariasinya kuantitas serta kualitas limbah cair.

B.

Hujan merupakan aktivitas alam uang menghasilkan limbah cair yang disebut air

larian. Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan merembes ke dalam tanah dan

sebagian besar lainnya akan mengalir di permukaan tanah menuju sungai, telaga, atau

tempat lain yang lebih rendah. Air larian yang jumlahnya berlebihan sebagai akibat

dari hujan yang turun dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama dapat

menyebabkan saluran air hujan teraliri dalam jumlah yang melebihi kapasitas, dan

dapat menyebabkan terjadinya banjir. Atas dasar itu, air hujan perlu diperhitungkan

dalam perencanaan sistem saluran limbah agar dapat dihindari hal-hal yang tidak

diinginkan dari adanya air hujan, baik bagi lingkungan maupun bagi kesehatan

masyarakat.

2.2.2 Karakteristik Limbah Cair

Limbah domestik terdiri dari pembuangan air kotor. Kotoran-kotoran ini

merupakan campuran yang rumit dari zat-zat bahan mineral dan organik dalam

banyak bentuk. Sampah itu juga mengandung zat-zat hidup, khususnya bakteri, virus,

dan protozoa. Kebanyakan dari bakteri itu secara relatif tidak berbahaya namun

sebagian secara positif berbahaya sebagai penyebab penyakit. Aktivitas Alam

Kadar air limbah sangat tinggi, yaitu 99% atau lebih. Benda-benda padat

dalam limbah dapat berbentuk organik maupun anorganik. Zat organik dalam limbah

terdiri dari bahan-bahan nitrogen, karbohidrat, lemak, dan sabun. Zat tersebut mudah

(21)

2.2.3 Teknik Pengolahan Limbah Cair

Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya

telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan

yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode

pengolahan:

1. Pengolahan secara fisika

2. Pengolahan secara kimia

3. Pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut

dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

1. Pengolahan Limbah Secara Fisika

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,

diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap

atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening)

merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang

berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara

mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses

pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di

dalam bak pengendap.

2. Pengolahan Limbah Secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk

menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam

(22)

tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya

berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat

diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa

reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

3. Pengolahan Limbah Secara Biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai

pengolahan sekunder, pengolahan secara nbiologi dipandang sebagai pengolahan yang

paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai

metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.

Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua

jenis, yaitu:

1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);

2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan

berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal

berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan

berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai

beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%

(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi

yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu

waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat

(23)

sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan

pendahuluan.

Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga

termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti

Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun

dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat

memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan

waktu detensi 3-5 hari saja.

Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media

pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai

modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:

1. Trickling filter

2. Cakram biologi

3. Filter terendam

4. Reaktor fludisasi

Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar

80% - 90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian

secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:

1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;

2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat

dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses

(24)

2.3 Amoniak

Adanya amoniak dalam air akan mempengaruhi pertumbuhan biota budi daya.

Pengaruh langsung dari kadar amonia tinggi yang belum me,matikan ialah rusaknya

jaringan insang, dimana lempeng insang membengkak sehingga fungsinya sebagai alat

pernapasan akan terganggu. Sebagai akibat lanjut, dalam keadaan kronis biota budi

daya tidak lagi hidup normal. Penyebab timbulnya amonia dalam air tambak/kolam

adalah sisa-sisa ganggang yang mati, sisa pakan, dan kotoran biota budi daya sendiri

(Sutrisno, 2006).

Amoniak (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion

Ammonium adalah bentuk transisi dari amoniak. Amoniak banyak digunakan dalam

produksi urea, industri bahan kimia (asam nitrat, amonium fosfat, amonium nitrat, dan

amonium sulfat), sertra industri bubur kertas dan kertas (pulp dan paper). Sumber

amoniak di perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan

nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal adri

dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh

mikroba dan jamur. Proses ini dikenal dengan istilah amonifikasi, ditunjukkan dalam

persamaan reaksi berikut:

N organik + O2 → NH3-N + O2→ NO2-N + O2 → NO3

Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme juga

banyak mengeluarkan amoniak. Sumber amoniak yang lain adalah reduksi gas

nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri, dan domestik.

Amoniak yang terdapat dalam mineral masuk ke badan air melalui erosi tanah. Di -N

(25)

perairan alami, pada suhu dan tekanan normal amoniak berada dalam bentuk gas dan

membentuk kesetimbangan dengan gas amonium.

Selain terdapat dalam bentuk gas, amoniak membentuk kompleks dengan

beberapa ion logam. Amoniak juga dapat terserap ke dalam bahan-bahan tersuspensi

dan koloid sehingga mengendap di dasar perairan. Amoniak di perairan dapat

menghilang melalui proses volatilisasi karena tekanan parsial amoniak dalam larutan

meningkat dengan semakin meningkatnya pH. Hilangnya amoniak ke atmosfer juga

dapat meningkat dengan meningkatnya kecepatan angin dan suhu.

Amoniak yang terukur di perairan berupa amoniak total (NH3 dan NH4+).

Amoniak bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan amonium (NH4+) dapat terionisasi.

Persentase amoniak bebas meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu

perairan. Pada pH atau kurang, sebagian besar amoniak akan mengalami ionisasi.

Sebaliknya, pada pH lebih besar dari 7, amoniak tak terionisasi yang bersifat toksik

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak.

Amoniak bebas (NH3

Sumber nitrogen yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan

akuatik adalah nitrat (NO

) yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap

organisme akuatik. Toksisitas amoniak terhadap organisme akuatik akan meningkat

jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu. Avertebrata air lebih

toleran terhadap toksisitas amoniak dari pada ikan. Ikan tidak dapat bertoleransi

terhadap kadar amoniak bebas yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses

pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan sufokasi.

Akan tetapi, amoniak bebas ini tidak dapat dikur secara langsung.

3), amonium (NH4), dan gas nitrogen (N2). Pupuk yang

mengandung amonium, misalnya urea, berfungsi untuk menambah pasokan nitrogen

(26)

jarang ditemukan pada perairan yang mendapat cukup pasokan oksigen. Sebaliknya,

pada wilayah anoksik (tanpa oksigen) yang biasanya terdapat di dasar perairan, kadar

amoniak relatif tinggi.

Kadar amoniak pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter. Kadar

amoniak bebas yang tidak terionisasi (NH3

Ada beberapa prosedur yang dikenal untuk menentukan amoniak dalam air,

yaitu metode Nessler, metode phenate, metode elektroda ammonia-selective, metode

gas kromatografi dan metode titrasi. Umumnya sebelum dianalisis dengan metode

tersebut, contoh air diatur dulu pH-nya dengan asam borat sampai 9,5. Pengaturan pH

ini dimaksudkan untuk mengurangi N dan senyawa sianat. Juga umumnya contoh air

didestilasi terlebih dahulu untuk mengurangi jumlah pengganggu. Misalnya akan ) pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih

dari 0,2 mg/liter, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Kadar amoniak

yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal

dari limbah domestik, industri, dan limpasan pupuk pertanian. Kadar amoniak yang

tinggi juga dapat ditemukan pada dasar danau yang mengalami kondisi tanpa oksigen.

Toksisitas akut amoniak yang tidak terionisasi terhadap organisme akuatik sangat

bervariasi (Effendi,H. 2003).

Amoniak digunakan dalam produksi makanan binatang dan pupuk dan di

dalam pembuatan serat, plastik, bahan ledak, kertas, dan karet. Ini digunakan sebagai

suatu pendingin, di dalam pengolahan metal, dan sebagai bahan dasar untuk

kandungan nitrogen campuran. Amoniak dan garam ammonium digunakan di dalam

bahan pembersih dan sebagai aditip makanan, dan ammonium klorida digunakan

sebagai suatu diuretic

(27)

ditentukan dengan metode Nessler atau titrasi, destilat dengan asam borat dan bila

akan dianalisis dengan metode phenat harus ditampung dengan asam sulfat. Pemilihan

metode yang mana akan dipakai harus didasarkan atas jumlah ammonia yang

terkandung dalam contoh air.

Metode Nessler dapat digunakan untuk amoniak dengan kadar 0,02 ppm.

Dengan metode ini pendahuluan dengan reagensia ZnSO4 mutlak dilakukan agar

pengotor Ca, Mg, Fe, dan S mengendap dari kkeruhan. Reagensia Nessler (campuran

HgI2 dan KI dalam larutan NaOH) dengan amoniak akan membentuk warna kuning

yang dapat diukur pada panjang gelombang 400-425 nm. Untuk kuvet 1 cm

konsentrasi NH3 – N yang dapat diukur yaitu 0,4-5 ppm. Selain itu, metode Nessler

dengan KIT ini menggunakan senyawa dengan logam berat Hg dengan pengamatan

warna secara visual baru tampak jelas bila perbedaan kadar NH3 nya 2 ppm.

Metode elektroda amoniak-selective dan gas kromatografi perlu alat khusus

dan keterampilan khusus sehingga tidak cocok untuk di lapangan yang pengukurannya

harus segera dilakukan setiap hari.

Metode phenat sebetulnya merupakan metode yang tepat bila ditinjau dari

kepekaannya yang tinggi yaitu 10 ppb tetapi kelemahannya reagensia phenat

(campuran phenol dan NaOH) ini tidak stabil. Hanya tepat pengukurannya bila

reagensia phenat dibuat setiap hari.

Metode titrasi umumnya digunakan, tetapi mempunyai kelemahan karena

terjadi deviasi yang sangat besar sehingga tidak cocok untuk diterapkan pada air

tambak/kolam yang mempunyai kadar NH3 sangat rendah. Metode titrasi sangat

cocok pada contoh air dengan amoniak 5 ppm. Walaupun demikian, metode ini tetap

(28)

Salah satu dari penentuan colorimetric untuk menentukan amoniak yang paling

tua adalah nesslerisasi. Nesslerisasi merupakan reaksi antara kalium mercuric iodida

dan amoniak untuk membentuk suatu koloidal mercuric iodid ammono-basic

merah-coklat yang kompleks:

2(HgI2 . 2KI) + 2NH3→ NH2Hg2I3 + 4KI + NH4

Kandungan campuran nitrogen organik di dalam contoh dapat diubah ke garam

ammonium dengan proses kjedahl, dan amoniak yang yang dihasilkan ditentukan

secara spectrofotometri dengan salah satu dari metoda di atas. Ini mungkin

dilaksanakan mengikuti kepindahan amoniak yang diuraikan di atas dari contoh

dengan penyulingan untuk menciri nitrogen organik dari amoniak, kalau tidak suatu

contoh aliquot yang terpisah mungkin diproses dan nitrogen organik yang ditentukan

dengan perbedaan antara yang dicerna ( amoniak yang lebih nitrogen organik) dan

belum dicernakan ( amoniak) aliquot.

I

Absorbansi diukur pada 425 nm. kalsium, magnesium, besi, dan sulfida

bertentangan dengan reaksi nesslerisasi. Sulfida mungkin diendapkan dengan

karbonat. Gangguan ion logam mungkin diatasi dengan penyulingan amoniak dari

larutan bersifat alkali ke dalam cairan asam borik sebelum nesslerisasi. Persiapan

bahan reaksi nessler adalah berdasar kepada batch demi batch variabilitas di dalam

warna, dan bahan reaksi tidak tersimpan dengan baik, sedemikian sehingga batch baru

harus sering disiapkan.

Metoda yang lain untuk menentukan amoniak adalah berdasar pada reaksi

amoniak dengan suatu zat fenol, nitroprusside, dan hipoklorit di dalam suatu medium

bersifat alkali. Absorbansi dari larutan yang dihasilkan, diukur pada 660 nm, apakah

berbanding lurus kepada konsentrasi amoniak. Kedua sistem ini mampu menentukan

(29)

Dengan metoda apapun juga, penentuan amoniak diganggu oleh kesukaran

(dalam) perolehan ( dan memelihara) reagent bebas ammonia, terutama air, dalam

kaitan dengan daya larut gas amoniak yang tinggi di dalam air dan pada fakta bahwa

penyulingan dan kolom penukar ion biasa tidak memindahkan amoniak dari air. Ini

diperlukan untuk membawa bahan reaksi yang kosong sedikitnya sehari dan tinggal

waspada untuk mencegah penggunaan konsentrasi larutan ammonium hidroksida yang

terbuka di dalam laboratorium selama pengukuran. Jika air laboratorium tercemar,

penyulingan dari larutan asam atau penggunaan penukar ion ammonia-removing

khusus harus digunakan untuk memperoleh bahan reaksi air bebas ammonia (Minear,

1984).

J. nessler di tahun 1856 pertama mengusulkan suatu larutan mercuric iodida

yang bersifat alkali di dalam kalium iodida sebagai bahan reaksi untuk penentuan

amoniak secara colorimetri. Berbagai modifikasi dari bahan reaksi sejak itu telah

dibuat. Ketika bahan reaksi nessler ditambahkan untuk melarutkan suatu larutan

garam amoniak, amoniak bebas bereaksi dengan bahan reaksi dengan cepat tetapi

tidak langsung membentuk suatu hasil orange-coklat, yang mana tersisa di dalam

larutan koloidal, tetapi flocculate sudah bertahan lama.Perbandingan colorimetri harus

dibuat sebelum flocculasi terjadi.

Reaksi dengan bahan reaksi nessler (suatu larutan kalium mercuri-iodida yang

bersifat alkali) mungkin ditunjukkan seperti persamaan reaksi berikut:

2K2(HgI4) + 2NH3→ NH2Hg2I3 + 4KI + NH4

Bahan reaksi digunakan untuk penentuan amoniak dalam larutan amoniak cair

di (dalam) air. Di hadapan unsur yang bertentangan, itu terbaik untuk memisahkan

(30)

ini juga dapat digunakan untuk penentuan nitrat dan nitrit: ini dikurangi di dalam

laruan bersifat alkali dengan campuran logam devarda ke amoniak, yang mana

dipindahkan dengan penyulingan. Prosedur ini juga dapat digunakan untuk

konsentrasi amoniak yang sama rendah seperti 0,1 mg/liter (Vogel, 1984).

2.5 Spektrofotometri

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan

panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya

yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk

mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau

diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer

dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih

terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah

optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan

diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi

melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin

diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu

trayek panjang gelombang 30 - 40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang

gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai

cahaya sperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak

yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan

suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun

(31)

1. Sumber: sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorbsi adalah lampu

wolfram. Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu, variasi tegangan masih

dapat diterima 0,2% pada suatu sumber DC. Lampu hidrogen atau lampu

deuterium digunakan untuk sumber pada daerah UV. Kebaikan lampu wolfram

adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang

gelombang. Untuk memperoleh tegangan yang stabil dapat digunakan

transformator.

2. Monokromator : digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.

Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar

monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah.

Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk

mendapatkan λ yang diinginkan.

3. Sel Absorbsi : pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca

corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus

menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahya pada daerah ini.

Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang

lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi

bentuk silinder dapat juga digunakan. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil

leburan serta seragam keseuruhannya.

4. Detektor : peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya

pada berbagai panjang gelombang. Pada spektrofotometer, tabung pengganda

(32)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Bahan-bahan :

1. larutan nessler

2. Aquadest

3.2 Sampel

Sampel diambil dari tempat penampungan limbah yang berasal dari beberapa

laboratorium yang di Balai Riset dan standardisasi Industri Medan. Dimana sampel

diambil dari dua titik yang berbeda, yaitu inlet dan outlet. Sebelum sampel diambil,

terlebih dahulu diukur pH dengan menggunakan kertas pH. Lalu diambil sampel

dengan menggunakan wadah plastik tanpa adanya gelembung udara.

3.3 Peralatan

1. spektrofotometer DR 2000/2010

2. beaker glass

3. pipet volume 20 ml

4. pipet ukur

5. erlenmeyer 250 ml

(33)

3.4 Prosedur Analisa

1. Dilarutkan 100 gr HgI2 dan 70 gr KI ke dalam sedikit air.

Pembuatan larutan pereaksi nessler :

2. Dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam air dingin yang mengandung 160 gr

NaOH sambil terus diaduk dengan hati-hati.

3. Diencerkan sampai satu liter.

4. Disimpan dalam botol gelap dan ditempakan di tempat dingin.

1. Dioptimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk penggunaan alat

untuk pengujian kadar ammonium

Penentuan kalibrasi :

2. Diukur 50 ml larutan baku (standard) dan dimasukkan kedalam labu

Erlenmeyer 100 ml

3. Ditambahkan 1 ml larutan nessler, dikocok dan dibiarkan selama ± 10 menit

4. Dimasukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, dibaca dan dicatat

hasilnya

1. Dipipet 50 ml masing-masing sampel kedalam erlenmeyer 250 ml

Penentuan Kadar Ammonium

2. Ditambahkan 1 ml larutan nessler kedalam masing-masing erlenmeyer yang

telah berisi sampel

3. Didiamkan selama ±10 menit

4. Dimasukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, diukur kadar

ammonium sampel pada spektrofotometri DR 2000/2010 pada panjang

gelombang 425 nm

(34)

← Dipipet 50 ml masing-masing sampel

kedalam erlenmeyer 250 ml

← ditambahkan 1 ml pereaksi nessler

← didiamkan selama ± 10 menit Flowchart

← dimasukkan kedalam kuvet

← diukur absorbansinya pada alat

spektrofotometer DR 2000/2010 pada

panjang gelombang 425 nm

← dicatat hasil kadar amonia Sampel

Larutan kuning pucat

(35)

3.5 Prinsip Percobaan

Pereaksi Nesler (K2H4I4) bila bereaksi dengan ammonium dalam larutan basa

akan membentuk dispersi koloid yang berwarna kuning coklat. Intensitas warna

yang akan terjadi berbanding lurus dengan konsentrasi ammonium. Warna yang

(36)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari analisa kadar amoniak yang dilakukan selama empat minggu diperoleh

hasil data analisa sebagai berikut :

4.1.1

No.

Data Analisa Kadar Amoniak dari Sampel Limbah Cair Laboratorium

BARISTAND

Tabel 4.1.1.1 Data analisa pada minggu I

Sampel NH3 – N (mg/l)

1. Inlet 4,05

2. Outlet 1,73

Tabel 4.1.1.2 Data analisa pada minggu II

No. Sampel NH3 – N (mg/l)

1. Inlet 3,25

(37)

Tabel 4.1.1.3 Data analisa pada minggu III

No. Sampel NH3 – N (mg/l)

1. Inlet 2,6

2. Outlet 1,57

Tabel 4.1.1.4 Data analisa pada minggu IV

No. Sampel NH3 – N (mg/l)

1. Inlet 1,30

2. Outlet 1,01

Tabel 4.1.2 Data analisa sampel Limbah Cair Industri AQUA Data Analisa Kadar Amoniak Sampel Limbah Cair Industri AQUA

NO Sampel NH3-N

1. Filler Aqua 0,32

2. Outlet Aqua 0,54

3. Loundry Aqua 0,25

(38)

4.2 Pembahasan

Limbah cair berbagai industri terutama limbah agroindustri yang berkembang

sangat pesat adalah salah satu masalah serius yang dihadapi oleh masyarakat

Indonesia. Berbagai kasus pencemaran telah sering didengar dan dilihat langsung baik

melalui surat kabar, majalah, radio, internet, TV, atau bahkan obrolan dengan teman.

Didalam implementasi persfektif penangganan limbah cair dimasa depan, kita

haruslah memandang bahwa semua sistem pengolahan limbah cair adalah industri.

Dengan memandang sistem pengolahan limbah cair sebagai industri maka diharapkan

akan meningkatkan efisiensi dan memberi perhatian lebih terhadap pemakaian bahan

dan produknya

Limbah industri sangat beragam, sesuai dengan jenis industri. Berbagai jenis

industri berpotensi mencemari lingkungan diantaranya adalah industri tekstil, cat,

penyamakan kulit, farmasi, dan industri pangan. Limbah industri pangan dapat

menim-bulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar

karbohi-drat, protein, lemak, garam-garam mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang

digunakan di dalam proses produksi. Contoh beberapa industri pangan yang

menghasilkan limbah seperti ini adalah produk susu, pengalengan dan pengawetan

buah-buahan dan sayuran, pengalengan dan pengawetan hasil laut, pemurnian gula,

permen, produk daging, pengawetan dan pengalengan daging, serta penggilingan

biji-bijian.

Masalah pencemaran karena buangan limbah yang tidak dikelola dengan baik

seringkali tidak hanya disebabkan oleh industri besar, tetapi juga oleh industri kecil

yang seringkali belum mempunyai fasilitas pengolah limbah. Mengingat jumlah

industri kecil yang sangat banyak dan lokasi yang menyebar, maka hal ini perlu

(39)

pengolah limbah dan adanya Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : KEP 03/MENKLH/II/1991 tentang

Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan yang Sudah Beroperasi, seharusnya dapat

mengelola limbah yang dihasilkan dengan prosedur yang benar dan bertanggung

jawab, namun dalam pelaksanaannya masih sering terjadi pelanggaran.

Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter. Kadar

amonia bebas yang tidak terionisasi (NH3) pada perairan tawar sebaiknya lebih dari

0,02 mg/liter. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mg/liter, perairan bersifat toksik

bagi beberapa jenis ikan. Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya

pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri dan limpasan

pupuk pertanian. Kadar amonia yang tinggi juga dapat ditemukan pada dasar danau

yang mengalami kondisi tanpa oksigen. (Effendi, 2003)

Ada beberapa prosedur yang dikenal untuk menentukan amoniak dalam air,

yaitu metode Nessler, metode phenate, metode elektroda ammonia-selective, metode

gas kromatografi dan metode titrasi. Umumnya sebelum dianalisis dengan metode

tersebut, contoh air diatur dulu pH-nya dengan asam borat sampai 9,5. Pengaturan pH

ini dimaksudkan untuk mengurangi N dan senyawa sianat. Juga umumnya contoh air

didestilasi terlebih dahulu untuk mengurangi jumlah pengganggu. Misalnya akan

ditentukan dengan metode Nessler atau titrasi, destilat dengan asam borat dan bila

akan dianalisis dengan metode phenat harus ditampung dengan asam sulfat. Pemilihan

metode yang mana akan dipakai harus didasarkan atas jumlah ammonia yang

(40)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari data analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisa kadar amoniak bebas (NH3

minggu I : 1,73 mg/liter

minggu II : 0,39 mg/liter

minggu III : 1,57 mg/liter

minggu IV : 1,01 mg/liter

) yang diperoleh dari limbah cair

laboratorium Balai Riset Standardisasi Industri adalah sebagai berikut :

2. Untuk limbah cair yang berasal dari luar laboratorium (pabrik aqua) diperoleh

kadar amonia bebas sebagai berikut :

Filler Aqua : 0,32 mg/liter

Outlet Aqua : 0,54 mg/liter

Loundry Aqua : 0,25 mg/liter

Kantin Aqua : 0,97 mg/liter

3. Dari hasil analisa di atas diketahui bahwa kadar amoniak yang diperoleh masih

sesuai dengan kualitas baku mutu limbah cair industri menurut keputusan

(41)

5.2 Saran

Warna merupakan salah satu gangguan dalam analisa kadar amoniak. Oleh

karena itu, sampel air yang pekat atau berwarna sebaiknya diencerkan terlebih daulu

sebelum penambahan larutan pereaksi nessler. Hal ini dimaksudkan agar absorbansi

(42)

Alaerts, G. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha-Nasional.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:

Penerbit Rajawali.

Minear, R.A. 1984. Water Analysis Volume II Inorganic Species. Part 2. Florida:

Academy Press,inc.

Soeparman. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Sutrisno, T.C. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Keenam. Jakarta:

Rieneka Cipta.

Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit

Gambar

Tabel 4.1.1.1 Data analisa pada minggu I
Tabel 4.1.1.3 Data analisa pada minggu III

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tersebut diketahui bahwa limbah cair dari industri karet pada minggu ketiga melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 1995

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang diberi judul “ ANALISIS KADAR NITRAT (NO 3 )

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada sampel limbah cair industri kelapa sawit dengan parameter COD maka diperoleh kadar COD pada limbah industri kelapa sawit sebesar

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Saeed (2012), bahwa pada umumnya tanaman lebih banyak menyerap NH 4 -N dibanding N-NO 3 sebagai sumber nitrogen,

). Ammonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan ammonium dapat terionisasi. Presentase ammonia bebas meningkat dengan meningkatnya pH di perairan. Pada pH 7 atau kurang,

Dalam industri kegunaan fosfat terdapat pada ketel uap untuk. Universitas

- Dimasukkan kedalam oven labu destilasi pada suhu 105 ºc selama 3 jam. - Dimasukkan kedalam desikator, tunggu selama

Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amilum.Amilum tidak mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk kompleks yang sukar larut dalam