PENGARUH H O M O N TIROKSIN
TEmAD,LhP
LAJU METAMORFOSLS KECEBONG
KATAK EEIVIBU
(Rann catesbeiana
S haw)
Oleh :
S a r j o n o
99460 / AIRPROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
SARJONO. Pengaruh hormon tiroksin terhadap laju metamorfosis kecebong katak lembu (Rana catesbeiana Shaw). Dibawah bimbingan Muhammad Zairin Jr., Agus Oman Sudrajat dan Eddy Supriyono.
Tujuan dari perlelitian adalah untuk mengetahui kebutuhan hormon tiroksin dan lama perendaman yang optimum pada metamorfosis katak lembu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola percobaan faktorial 2 x 5, faktor peubah pertama lama perendaman dengan 2 (dua) taraf yaitu 2 hari (TI) dan 4 hari (T2) dan peubah kedua dosis hormon tiroksin dengan 5 (enam) taraf yaitu, 50 pgll (PI) , 100 pgll (Pzj , 150 pgll (P3) , 200 pgll
(P4), 250 pgI1 (Ps) dan sebagai kontrol 0 pgll (Po), masing-masing dengan 4 ulangan.
Pada T2P5 perkembangan stadia mencapai 24.7
+
0.14, dengan laju metamorfosis 0.49+
0.005 stadialhari, sedang ToPo (kontrol) masih pada stadia 17.3+
0.10 dengan laju metamorfosis 0.24+
0.006 stadidhari. Bobot tertinggi dicapai pada kontrol 12.3+
1.76 g dan terendah 6.0 -t 0.37 g (T2Ps) masing-masing dengan laju pertumbuhan 0.22+
0.53% dan -2.1+-
1.10%. Produksi percil tertinggi diperoleh pada T2P4 (71.0 i 9.00%) sedangkan kontrol masih 0.00 %. Perlakuan kontrol memberi kelulusan hidup tertinggi (86.3 2 2.50%) dan sebaliknya TIPi terendah (52.5+
6.45%). Konsentrasi tiroksin darah tertinggi 0.97+
0.198 plldl (T2P4) dan terendah 0.67+
0.028 plldl (kontrol). Dosis tiroksin dan lama perendaman yang menunjukkan ada interaksi yaitu terhadap perkembangan stadia dan laju metamorfosis, prvduksi percil, dan kandungan hormon tiroksin dalam darah kecebong.SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PENGARUH
HGRMON TIROKSIN TERHADAP LAJU METAMORFOSIS KECEBONG
KATAK LEMBU (Rana catesbeiana Shaw), adalah benar hasil karya saya sendiri
dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan infonnasi yang digunakan telah dinyarakan secara
jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Februari 2002
T
6
PENGARUH HORMON TIROKSIN
TERHADAP LAJU METAMORFOSIS KECEBONG
KATAK LEMBU
(Rana catesbeiana
Shaw)
Oleh :
S a r j o n o
99460 1 AIRTesis sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Magister Sains
pada
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Pengaruh hormon tiroksin terhadap laju metamorfosis kecebong katak lernbu (Rana catesbeiana Shaw)
Nama Mahasiswa : S a r j o n o Nomor Pokok : 99460 /AIR
Menyetuj ui :
1. Komisi Pem bimbing :
Dr. Muhammad Zairin Jr. K e t u a
\.
Dr. Ir. A ~ u s OmLn Sudraiat, MSc.
Anggota Anggota
2. Ketua Program Studi Ilmu perairan
L
Dr.Ir. Kusman Sumawidjaja, MSc,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1959 di Klaten, Jawa Tengah
sebagai anak ke enam dari delapan bersaudara, dari pasangan ayah Sadirin
Reksowihardjo (almarhum) dan ibu Suminem Reksowihardjo (almarhumah).
Menikah dengan Bhakti Pratiwi dan dikaruniai sepasang anak yaitu Andy Pradana
Jati dan Shinta Prajna Paramita Jati.
Penulis tamat sekolah dasar pada tahun 1971 di SD Negeri Melikan, Wedi -
Klaten. Menamatkan sekolah menengah pertama di SMP Pangudi Luhur Bayat -
Klaten pada tahun 1974, kemudian menyelesaikan pendidikan menengah atas di
SMA Negeri I1 Klaten tahun 1977. Tahun 1978 melanjutkan ke Fakultas Pertanian -
Jurusan Ilmu Perikanan di Univemitas Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus tahun
1985. Pada tahun 1999 mengikuti Program Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor
pada Program Studi Ilmu Perairan.
Penulis tahun 1986 - 1993 bekerja di Balai Informasi Pertanian (BIP) Ujung
Pandang. Kemudian pada tahun 1994 pindah ke BJP Yogyakarta, yang sejak 2001
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga Tesis yang berjudul : Pengaruh hormon tiroksin terhadap laju
metamorfosis kecebong katak lembu (Ranu catesbeiana Shaw), ini dapat
diselesaikan.
Kami menyadari bahwa Tesis ini terselesaikan atas bimbingan, kritik dan
saran serta dukungan moril dan materiil dari semua pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Zairin Junior, Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, MSc., Dr.Ir.
Eddy Supriyono, MSc. selaku Komisi Pembimbing.
2. Bapak Kepala BPTP Yogyakarta, Ka. Puslitbang Sosial dan Ekonomi Pertanian
Bogor, Ka. Badan Litbang Pertanian dan Pimpro ARM-11, yang memberi
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana di IPB Bogor.
3. Bapak Ketua Jurusan, Ketua dan staf Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan,
Fak. Perikanan dan Kelautan IPB Bogor dan Ka. Balitnak Ciawi Bogor, atas
bantuan fasilitas laboratorium selama kami melakukan penelitian.
4. Bapak Antonny Harry Saputra, MBA.. selaku Direktur Dian Kencana Putranisa
Farm Ciarnpea, atas dukungan dan kerjasamanya yang baik selama penelitian.
5. Rekan-rekan angkatan 1999 Program Studi Ilmu Perairan Program Pascasarjana
. . .
V l l l6. Seluruh keluarga khususnya istri dan putra-putriku serta ibu atas doa dan
dukungannya selarna mengikuti Program Pascasarjana di IPB Bogor.
Akhir kata penulis berharap semoga tuliaan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Bogor, Februari 2002
DAFTAR IS1
...
Daftar Tabel...
Daftar Gambar...
Daftar Lampiran
...
PENDAHULUAN... Latar Belakang
... Permusan dan Pendekatan Masalah
... Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
...
...
Hipotesis
...
TINJAUAN PUSTAKAMetarnorfosis
...
Hormon Tiroksin
...
...
Faktor Lingkungan dan Pakan
METODOLOGI PENELITIAN
...
...
Tempat dan Vlaktu Percobaan
Bahan Percobaan
...
...
Rancangan Percobaan
...
Pengamatan dan Analisis Data
Pelaksanaan Percobaan
...
Kondisi Lingkungan Percobaan
...
Halaman
.xi
.
xii...
.
XI111
1
3
4
4
. 4
5
5
8
11
13
13
13
14
14
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
...
...
Hasil...
Pembahasan
...
KESIMPULAN DAN SARAN
...
Kesimpulan
...
Saran
...
DAFTAR PUSTAKA
...
DAFTAR
TABEL
Halaman
1. Analisis proksimat pakan
. . . .
..
. . ..
. . .. . .
..
. . . ..
..
.
. .
. . ..
.. .
. 14DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Perkembangan stadia kecebong katak lembu selaina penelitian
(a) perendaman 2 hari dan (b) perendarnan 4 hari
...
202. Laju metamorfosis kec3bong katak lembu selan~a penelitian (a)
...
perendaman 2 hari dan (b) perendaman 4 hari 2 1
3. Perkembangan stadia kecebong katak leinbu pada akhir
...
penelitian 2 3
4. Laju mctamorfosis kecebong katak lembu pada akhir penelitian 23
5. Perkembangan bobot kecebong katak lembu selama penelitian
...
(a) perendaman 2 hari dan (b) perendaman 4 hari 2 5
6. Laju pertumbuhan kecebong katak lembu selaina penelitian
...
(a) perendaman 2 hari dan (b) perendaman 4 hari 26
...
7. Bobot kecebong katak lembu pada akhir penelitian 2 7
8. Laju pertumbuhan kecebong katak lembu pada akhir penelitian 2 7
...
9. Produksi percil katak lembu pada akhir penelitian 28
...
10. Kelulusan hidup kecebong katak lembu pada akhir penelitian 29
11. Perkembangan konsentrasi tiroksin darah kecebong katak lembu
selama penelitian (a) perendarnan 2 hari dan (b) perendaman 4
hari
...
3 1 12. Konsentrasi tiroksin darah kecebong katak lembu pada akhirDAFTAR
LAMPIRAN
Halaman
44
45
[image:23.580.72.494.92.738.2]Layout percobaan
...
...
Prosedur pengukuran konsentrasi hormon tiroksin
Perkembangan stadia kecebong katak lembu pada setiap
...
pengamatan selama penelitian
Rerata perkembangan stadia kecebong katak lembu pada setiap
pengamatan selama penelitian
...
Perkembangan stadia kecebong katak lernbu pada akhir
penelitian (hari ke 30)
...
Analisis ragam perkembangan stadia kecebong katak lembupada akhir penelitian (hari ke 30)
...
Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) perkembangan
stadia kecebong katak lembu
...
Grafik respon dosis tiroksin dan lama perendaman terhadap
perkembangan stadia kecebong katak
...
Laju metamorfosis (stadiahari) kecebong katak lembu pada
setiap pengamatan selama peneitian
...
Rerata laju metamorfosis (stadialhari) kecebong katak lembu
...
pada setiap pengamatan selama penelitian.
Laju metamorfosis (stadiahari) kecebong katak lembu pada
akhir penelitian (hari ke 30)
...
...
Analisis ragarn laju metamorfosis kecebong katak lembu
Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) laju
...
xiv
14. Grafik respon dosis tiroksin dan lama perendaman terhadap laju
metamorfosis kecebong katak lembu ...
15. Bobot (g) kecebong katak lembu pada setiap pengamatan selama
...
penelitian
16. Rerata bobot (g) kecebongkatak lembu pada setiap pengamatan
...
selama penelitian
17. Bobot (g) kecebong katak lembu pada akhir penelitian (hari ke 3 0)
...
18. Analisis ragaii bobot katak lembu pada akhir penelitian (hari ke
19. Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) bobot katak
...
lembu pada akhir penelitian (hari ke 30)
20. Laju pertumbuhan (%) kecebong katak lembu pada setiap
pengamatan selama penelitian.
...
21. Rerata laju pertumbuhan (%) kecebong katak lembu pada
...
setiap pengamatan selama penelitian
22. Laju pertumbuhan (%) kecebong katak lembu pada setiap
...
pengamatan pada akhir penelitian
23. Analisis ragam laju pertumbuhan katak lembu pada akhir
penelitian (hari ke 30)
...
24. Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) laju...
pertwnbuhan katak lembu pada akhir penelitian (hari ke 30)
25. Grafik respon dosis tiroksin dan lama perendaman terhadap laju
...
pertwnbuhan kecebong katak lembu..
26. Produksi percil (%) katak lembu pada setiap pengamatan selama
...
27. Rerata produksi percil (%) katak lembu pada setiap
pengamatan selama penelitian
...
28. Produksi percil (%) katak lembu pada akhir penelitian (hari ke
29. Analisis ragam produksi percil katak lenlbu pada akhir
...
penelitian (hari ke 30)
30. Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) produksi percil katak lembu
...
3 1. Grafik respon dosis tiroksin dan lama perendaman terhadap
...
produksi percil katak le~nbu
32. Kelulusan hidup (%) kecebong katak lembu pada setiap
...
pengamatan selama penelitian
33. Rerata kelulusan hidup (%) kecebong katak lembu pada setiap
...
pengamatan selama penelitian
34. Kelulusan hidup (%) kecebong katak lembu pada akhir
...
penelitian (hari ke 30)
...
35. Analisis ragam kelulusan hidup kecebong katak lembu
36. Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) kelulusan hidup katak lembu
...
37. Grafik respon dosis tiroksin dan lama perendaman terhadap
...
kelulusan hidup kecebong katak lembu
38. Konsentrasi tiroksin (p lldl) dalarn darah kecebong katak lembu
...
39. Rerata konsentrasi tiroksin (p Ildl) dalam darah kecebong katak
lembu pada setiap pengamatan selama penelitian
...
7 140. Konsentrasi tiroksin (p lldl) dalam darah kecebong katak lembu
pada akhir penelitian (hari ke 30)
...
7 1 4 1. Analisis ragam konsentrasi tiroksin dalam darah kecebong kataklembu
...
7242. Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) konsentrasi
tiroksin dalam darah kecebong katak lembu
...
7243 Grafik respon dosis tiroksin dan lama perendaman terhadap
konsentrasi tiroksin dalam darah kecebong katak lembu
...
44 Perkembangan stadia kecebong Rana pipien ( Taylor dan
Kollros 1946; dalam Kugh 195 1)
...
74HASIL DAN PEMBAHASAN
H a s i l
Perkembangan Stadia dan Laju Metamorfosis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan stadia dan laju
metamorfosis kecebong katak lembu yang mendapat perlakuan perendaman hormon
tiroksin (T4) dengan 50 pg/l (Pl), 100 pgil (P2), 150 pgll (P3), 200 pgll (P4) dan
250 pgil (P5) dengan lama perendaman 2 hari (TI) dan 4 hari (T2) mengalami
peningkatan stadia lebih tinggi dan metarnorfosis lebih cepat dibandingkan dengan
dosis 0 pgll (Po) atau kontrol pada setiap pengamatan. Perkembangan stadia dapat
dilihat pada Gambar 1, Lampiran 3, 4 dan laju rr~etamorfosis pada Gambar 2,
Lampiran 9, 10.
Analisis statistik menunjukkan bahwa pada akhir penelitiarl, perbedaan dosis
dan lama perendaman berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap perkembangan stadia
kecebong. Perkembangan stadia tertinggi dicapai pada perlakuan T2P5 yaitu stadia
24.7
+
0.14, sedangkan perkembangan stadia terendah pada perlakuan kontrol yaitu6 12 18 24 30 waktu pengamatau (hari)
-D- TlPl -&-
TIP2
0 6 12 18 24 30
[image:28.593.133.475.73.615.2]waktu pengarnixtan (hari)
Gambar 1. Perkembangan stadia kecebong
katak
lembu selama penelitian,Gambar 2. Laju metarnorfosis kecebong katak lembu selarna penelitian,
Grafik respon hubungan antara perkembangan stadia dengan perlakuan dosis tiroksin
menghasilkan persamaan Y = -0,0002x2 + 0 , 0 7 9 2 ~ + 18,451 dengan R~ = 0,8092
untuk perlakuan perendaman 2 hari dan Y = -0,0002x2
+
0 , 0 7 2 ~ + 18,183 R2 =0,8754 untuk perlakuan perendaman 4 hari (Lampiran 8). Dosis tiroksin optimal
yang didapat adalah 198.0 pgll untuk perendaman 2 hari dan 180.0 pg/l untuk
perendaman 4 hari.
Analisis statistik menuiljukkan bahwa perbedaan dosis dar, lama perendaman
berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap laju netamorfosis kecebong. Laju
metamorfosis tertinggi didapatkan pada perlakuan T2P5 yaitu 0.49 k 0.005
(stadiahari), sedangkan laju metamorfosis terendah pada perlakuan kontrol yaitu
0.24
+
0.006 (stadidhari) (Gambar 4, Lampiran 16). Grafik respon hubungan antaralaju metamorfosa dengan perlakuan dosis menghasilkan persamaan Y = -0,000008x2
+
0 , 0 0 2 7 ~+
0,2754 dengan R~ = 0,8096 untuk per!akuan dengan perendaman 2 haridan Y = -0,000006x2
+
0 , 0 0 2 4 ~+
0,2663 dengan R2 = 0,8744 ~ n t u k perlakuandengan perendaman 4 hari (Lampiran 14). Dosis optimal yang didapat pada masing-
masing perlakuan perendaman adalah 200.0 pgll untuk perendaman 2 hari dan 168,8
dosis tiroksin (pg/l)
[image:31.580.119.431.65.313.2]+
perendaman 2 hari+
perendaman 4 hariGambar 3. Perkembangan stadia kecebong katak lembu pada akinir penelitian. (notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata)
dosis tiroksin (pg/l)
[image:31.580.74.439.353.683.2]+
perendaman 2 hari perendaman 4 hariPertumbuhan
Perkembangan bobot dan laju pertumbuhan kecebong katak yang direndam
di dalarn larutan honnon tiroksin 50 pg/l (PI), 100 pgll (P2), 150 pg/l (P3), 200 pg/l
(P4) dan 250 pg/l (P5) selama 2 hari (TI) dan 4 hari (T2) dapat dilihat pada Gambar
5 dan Gambar 6. Pada Gambar 5 kecebong yang mendapat perlakuan mengalami
penurunan bobot hingga akhir penelitian. Khusus pada perendaman 2 hari masih
terlihat penambahan bobot pada periode hari ke 6-8 tetapi kemudian turun,
sedangkan pada kontrol terjadi penambahan bobot.
Analisis statistik menunjukkan bahwa dosis tiroksin dan lama perendaman
berpengaruh nyaia (P>0.05) terhadap bobot kecebong pada akhir pengamatan, tetapi
tidak ada interaksi antar kedua faktor perlakuan tersebut (Lampiran 18). Pada hari
ke-30 didapatkan bobot terendah pada perlakuan T2P5 yaitu 6.0 f 0.37 g dan bobot
tertinggi pada ToPo yaitu 12.3 f 1.9 1 g (Gambar 7).
Pada gambar 6 tampak bahwa pada kecebong yang mendapat perlakuan, laju
perturnbuhan menjadi negatif walaupun bervariasi, kecuali pada perldcuan kontrol.
Eosis tiroksin dan lama perendaman berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap laju
pertumbuhan pada akhir penelitian (Gambar 8, Lampiran 23). Laju pertumbuhan
tertinggi didapatkan pada kontrol adalah 0.2 f 0.53 (%/hari) dan terendah pada
0 Y' I M 4 cn
-
250 Dosis tiroksin (1-1611) [image:35.584.111.471.71.418.2]-4- perendarm 2 hari
+
perendarman 4 hariGambar 7. Perkembangan bobot kecebong katak lembu pada akhir penelitian. (notasi huruf yang saina menunjukkan tidak berbeda nyata)
1
a Dosis tiroksin (pdl)- 2 . 5
-1
d d [image:35.584.79.462.467.639.2]+ p e r e n d a m a n 2 h a r i p e r e n d a n i a n 4 h a r i
Kelulusan Hidup
Analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan dosis tiroksin dan lama
waktu perendaman berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kelangsungan hidup
kecebong (Lampiran 35). Kelulusan hidup kecebong tertinggi didapatkan pada
kontrol yaitu 86.3 _+ 2.50% dan kelangsung hidup terendah pada perlakuan TIP5
yaitu 52.5
+
6.45% (Gambar 10, Lampiran 36)dosis tiroksin (pgll)
[image:36.588.136.480.278.481.2]+-
perendarnan 2 hariI t
perendaman 4 hariGambar.9. Kelulusan hidup kecebong katak lembu pada akhir penelitian (notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata).
Produksi Percil
Analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan dosis tiroksin dan lama
waktu perendarnan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi percil (Lampiran
29). Produksi percil tertinggi didapatkan pada perlakuan T2P5 yaitu pemberian dosis
sedangkan pada perlakuan kontrol belum mengl~asilkan percil (0 %) (Gambar 9,
Lampiran 30).
0 50 100 150 200 250
dosis tiroksin (pgll)
+
perendaman 2 hari+
perendaman 4 hariGsunbar 10. Produksi percil katak lembu pada akhir penelitian (notasi huruf yang s m a menunjukkan tidak berbeda nyata).
Konsentrasi Hormon Tiroksin Darah
Hasil analisis kandungan hormon tiroksin darah menunjukkan bahwa
perlakuan perendaman dengan dosis 50 pgll (PI), 100 pgll (P2), 150 pgll (P3), 200
pgll (P4) dan 250 pgll (P5) selama 2 hari (Tl) dan 4 hari (T2) meningkatan
kandungan tiroksin darah lebih tinggi dibanding dengan kontrol, terutama pada
periode pengarnatan hari ke-6 (Gambar 11 dail Lampiran 39). Analisis statistik
menunjukkan bahwa perbedaan dosis dan lama perendaman pada pengamatan hari
ke-30 memberikan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kandungan tiroksin
lama perendaman. Kandungan tiroksin dalam
darsh
tertinggi pada T2P4 yliou 0.98*
0.013 fldl dan terendah pada ToPo yaitu 0.67 f 0.028pVdl
(Gambar 12 dm Lampiran 42).0.0
!
I I I I u 10 6 12 18 24 30
waktu pengamatan ( hari )
4 T o P o --I--TlPl -+TlP2
[image:38.580.71.475.167.624.2]-+TIP3
-+--TIP4
4 T l P Sdosis tiroksin (pgl!)
+
perendaman 2 hari+
perendaman 4 hariPembahasan
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa dosis tiroksin dan lama
perendarnan berpengaruh terhadap perkembangan stadia dan laju metamorfosis,
serta bobot dan laju pertumbuhan kecebong katak lembu. Peningkatan stadia dan
laju metamorfosis pada kecebong yang diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan
dengan dosis 0 pgll (ToPo, kontrol). Semakin tinggi dosis dan lama perendaman
maka perkembangan stadia dan laju metamorfosis akan semakin cepat.
Perkembangan stadia dan laju metamorfosis tercepat terjadi pada periode awal atau
hari ke 6 pada setiap perlakuan, sebagai akibat langsung pemberian tiroksin pada
media hidup kecebong. Kondisi yang sama tidak dijumpai pada kontrol. Seperti
dikemukakan Djojosoebagio (1 999), apabila kecebong direndam dalam media yang
diberi tiroksin rnaka metamorfosis akan berlangsung cepat, karena di dalanl tubuh
kecebong tersebut rerjadi kelebihan hormon tiroid (hipertiroidisme) yang berarti
akan mempercepat metamorfosis. Selanjutnya juga dikatakan pada kecebong yang
menderita kekurangan hormon tiroid (hypotiroidisme), proses metamorfosis akan
terharnbat. Bilamana kondisi tersebut berkepdjangan kemungkin dapat terjadi
gaga1 inetarnorfosis dan kecebong tetap turnbuh sebagai hewan akuatik.
Pengamatan hari ke-30 menunjukkan bahwa perbedaan dosis tiroksin dan
lama perendaman masih berpengaruh terhadap perkembangan stadia dan laju
metamorfosis kecebong. Beberapa dosis dan lama perendaman tidak berpengaruh
perendaman 4 hari dosis 200 pgll, 250 pgll dar perendaman 2 hari dosis 250 pgll;
perendaman 4 hari dosis 150 pgll, 200 pgll, dan perendaman 2 hari dosis 200 pgll;
perendaman 4 hari dosis 50 pgll, 100 pgll, 150 \ig/l dan perendaman 2 hari dosis
100 pgll dan 150 pgll. Dari data tersebut dapat dikemukakan bahwa perkembangan
stadia dan laju metamorfosis dipengaruhi faktor pemberian tiroksin dan faktor
internal dalam ha1 ini tiroksin yang disintesis oleh tubuh. Hal tersebut didukung
oleh grafik respon dosis tiroksin terhadap perkembangan stadia, dimana pada
perendaman 2 hari dosis tiroksin optimum adalah 198.0 pgll (R2 = 0,8754) dan
untuk perendaman 4 hari adalah 180 pgll (R2 = 0,8092) (Lampiran 8). Sedangkan
padr laju metamorfosis, dosis tiroksin optimum adalah 200 pgll (R2 = 0,8744 )
untuk perendaman 2 hari dan 168,75 pgll (R2 = 0,8096) untuk perendaman 4 hari
Secara umum dapat dikemukakan bahwa kecebong yang mendapat perlakuan
perendaman dalam media yang diberi tiroksin dengan dosis antara 50pgll - 250
pgll memperlihatkan penurunan bobot dan laju perturnbuhannya negatif. Tetapi
pada perlakuan kontrol (ToPo, dosis 0 pgll), dimana sampai pengamatan hari ke-
30 masih terjadi peningkatan bobot. Pada pengamatan hari ke-30 tampak bahwa
perbedaan dosis tiroksin dan lama perendaman masih berpengaruh terhadap bobot
dan laju pertumbuhan kecebong, tetapi tidak ada interaksi antara ke dua faktor
perlakuan tersebut. Apabila dibanding dengan kontrol, semua perlakuan
memperlihatkan pengaruh yang nyata. Bobot terbesar yaitu 12.3 f 1.91 g diperoleh
gambar tersebut terlihat bahwa perbedaan dosis tiroksin pada lama perendaman 4
hari tidak berpengaruh terhadap bobot kecebong, masing-masing 6.9
+
0.67 (50pgll), 6.2
+
0.25 (100 pgll), 6.7+
0.67 (150 pgll), 6.2 f 0.43 (200 pgll) dan 6.0+
0.48 (250 pgll).
Gambar 6 memperlihatkan laju pertumbuhan negatif pada kecebong yang
inendapat perlakuan, kecuali pada perlakuan kontrol. Penurunan bobot dan atau laju
pertumbuhan negatif pada kecebong dapat disebabkan karena pengaruh adaptasi
seperti yang diperlihatkan pada periode awal sampai dengan hari ke-6, karena pada
perlakuan kontrol pun juga mengalami penurunan bobot tersebut. Penurunan bobot
pada kecebong yang mendapat perlakuan lebih banyak, karens pengaruh dari
pemberian hormon tiroksin membuat kecebong kelebihan hormon tiroid
(hipertiroidisme), sehingga kondisi tersebut menyebabkan metabolisme berbalik
menjadi katabolisme yang berakibat pada penurunan bobot. Menurut
Djojosoebagio (1 999), tiroksin pada dosis berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
katabolisme protein. Penurunan bobot kecebong yang lain yaitu karena proses
metamorfosis. Penurunan bobot secara tajam terjadi pada saat kecebong menjelang
metamorfosis sempurna, yaitu pada saat kecebong dalam kondisi puasa sementara
kebutuhan energi tinggi. Sebagai konsekwensinya maka terjadi pemanfaatan energi
cadangan yang tersimpan dalam bentuk jaringan ekor.
Percil merupakan tahap akhir dari perkembangan stadia kecebong, atau
kecebong telah mengalami metamorfosis sempurna. Dengan kata lain percil
tiroksin berperan penting dalam perkembangan stadia/metamorfosis kecebong maka
dengan pemberian hormon tersebut pada media pemeliharaan diharapkan dapat
meningkatkan produksi percil. Pada tingkat perendaman 2 hari terlihat bahwa
perbedaan dosis cenderung memberikan hasil linier dalam produksi percil,
walaupun pada dosis 100 pgll , 150 pgll, 200 pgll tidak berbeda. Sedangkan
perendarnan selama 4 hari pada dosis 150 pgll memberikan produksi percil yang
lebih rendah dibanding dengan dosis lainnya, tetapi tidak berbeda dengan dosis 50
pgll dan LOO pgll. Hal ini diduga terjadi karena perkembangan stadia yang relatif
seragan sebab bila dilihat dari tingkzt perkembangan stadia, reratanya cukup tinggi
yaitu 24.2
+
0.15. Bila ditinjau dari perbedaan lama perendaman, produksi percilpada perendaman 2 hari relatif lebih rendah bila dibanding dengan perendaman 4
h x i , walaupun pada dosis 250 pgll produksi percil lebih tinggi pada dosis yang
sama pada perendarnan 2 hasi. Produksi percil tertinggi diperoleh pada dosis 250
pgll dengan lama perendaman 4 hari yaitu 7i f 9.00%. Berdasarkan dari uji respon
pada perendaman 4 hari, produksi percil optimum dicapai pada dosis 206.29 pgll
(R2 = 0.7773), sedangkan pada perendaman 2 hari respon dosis terhadap produksi
percil bersifat linier (R2 = 0.9457)
Horrnon tiroksin yang diberikan pada media hidup kecebong selain dapat
mempengaruhi perkembangan stadia dan pertumbuhan, ternyata juga berpengaruh
terhadap kelulusan hidup kecebong katak lembu. Kelangsungan hidup kecebong
tertinggi diperoleh pada kontrol (86.2 f 2.50%) dan kelangsung hidup terendah
nilai rerata kelangsungan hidup terlihat bahwa tiroksin dosis 250 pg/l merupakan
dosis kritis bagi kelangsung hidup kecebong. Sedar-gkan lama perendaman
cenderung berkorelasi negatif terhadap kelangsungan hidup dimana semakin lama
perendaman akan semakin rendah tingkat kelangsungan hidup kecebong. Dalam
kondisi hipertiroid, perkembangan stadia/metamorfosis yang berlangsung cepat
perlu didukung dengan energi yang besar sehingga proses degradasi protein
(penyusutan ekor) akan berlangsung cepat pula. Apabila cadangan energi sudah
habis sebelum kecebong mencapai metamorfosis sempurna maka akan terjadi
kematian kecebong tersebut. Hasil uji respon illenunjukkan bahwa dosis optimal
untuk kelulusan hidup kecebong adalah 6 1.13 pg/l pada perendaman 2 hari.
Hasil analisis tiroksin darah menunjukkan bahwa kecebong yang mendapat
perlakuan lama perendaman dan dosis tiroksin yang berbeda didapatkan kandungan
holmon tiroksin darah yang berbeda. Gambar 11 memperlihatkan bahwa pada
kecebong yang mendapat perlakuan pada pengamatan hari ke-6 terjadi peningkatan
kandungan tiroksin darah yang tinggi, tetapi pada pengamatan hari ke- 12 terjadi
p e n m a n secara drastis. Peningkatan kandungan tiroksin tersebut diduga karena
pengaruh penyerapan hormon tiroksin dari media hidup kecebong, karena kondisi
tersebut tidak terjadi pada perlakuan kontrol. Sedangkan penurunan kandungan
tiroksin darah diduga karena hormon tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk
memacu perkembangan stadia kecebong, terbukti kecebong yang mendapat
perlakuan tiroksin bermetamorfosis lebih cepat dibanding dengan kontrol.
kandungan tiroksin darah walaupun tidak ada kenaikan yang drastis seperti pada
periode awal. Sedangkan untuk perlakuan kontrol dari awal sampai hari ke-30
memperlihatkan peningkatan kandungan tiroksin darah secara kontinyu.
Peningkatan hormon tersebut diduga meningkatkan kemampuan proses biokimia
selama berlangsung metamorfosis hingga mencapai metamorfosis sempurna
(Galton 1985). Gambar 12 memperlihatkan bahwa pada hari ke-30, kecebong yang
mendapat perlakuan lama perendaman dan dosis tiroksin yang berbeda kandungan
tiroksin darah cenderung tidak berbeda nyata dan tidak ada interaksi antara dosis
dan lama perendaman.
Konsentrasi tiroksin tertinggi didapatkan pada perlakuan dosis 200 pgll
pada perendaman 4 hari yaitu 0.98
+
0.013 plldl dan terendah pada dosis 0 pg/lyaitu 0.67
+
0.28 plldl. Hal ini diduga karena perkeinbangan stadia kecebong sudahmendekati sempurna, sehingga kebutuhan hormon tiroksin sudah mendekati
maksimum. Disamping itu dapat dikemukakan bahwa pengaruh pemberian tiroksin
dalam media hidup kecebong terhadap konsentrasi tiroksin darah hanya sampai
pada pengamatan hari ke-6. Selanjutnya hormon tiroksin yang ada merupakan
aktifitas dari sintesis tiroksin kecebong sendiri (endogenous), terbukti kandungan
hormon tiroksin antar perlakuan perbedaannya sangat rendah. Sehubungan dengan
ha1 tersebut, alternatif lain yang diduga dapat meningkatkan kandungan horrnon
tiroksin darah yaitu pemberian tiroksin melalui pakan. Dengan pemberian hormon
kontinyu, sehingga perkembangan stadia kecebong tidak terjadi secara mendadak
seperti pada perlakuan perendaman.
. Berdasarkan dari hasil analisis statistik, dosis tiroksin dan lama perendaman
menunjukkan adanya interaksi terhadap perkembangan stadia, produksi percil dan
kelulusan hidup. Hal ini diduga berkaitan dengan penyerapan tiroksin dalam tubuh
kecebong. Semakin tinggi dosis dan semakin lama perendaman akan semakin
banyak tiroksin yang terserap. Dampak positif dari tingginya penyerapan tiroksin
tersebut adalah percepatan perkernbangan stadia. Sedangkan dampak negatifnya
yaitu penururlan bobot secara drastis dan nlenurunkan tingkat kelulusan hidup
kecebong.
Dalam kaitannya dengan pengembangan usaha budidaya katak lembu,
khususnya untuk mempercepat penyediaan percil maka penggunaan horrnon
tiroksin menjadi salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Hal ini terbukti derigan
pemberian tiroksin dosis 50 pgll terjadi perkembangan stadia yang cukup besar
dibanding dengan yang tanpa perlakuan. Untuk mendapatkan produksi yang
optimai sebaiknya disamping perkembangan stadia, tingkat kelulusan hidup perlu
menjadi pertimbangan, dimana tingkat kelulusan hidup yang optimal yaitu pada
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberian hormon tiroksin pada media hidup kecebong katak 1embu.akan
ineningkatkan perkembangan stadia dan laju metamorfosis, produksi percil dan
konsentrasi tiroksin darah, tetapi cenderung menurunkan tingkat perturnbullan
dan kelulusan hidup kecebong.
2. Dosis optimal hormon tiroksin terhadap perkembangan stadia kecebong katak
lembu pada perendaman 2 hari dan 4 hari masing-masing adalah 198.00 pgll dan
1 80.00 pgll, sedmg terhadap kelulusan hidup yaitu 6 1.13 pgll pada perendaman
2 hari.
S a r a n
Berdasarkan dari h a i l penelitian ini disarankan untuk selanjutnya yaitu :
1. Perlu penelitian pengunaan tiroksin dengan dosis rendah, perendaman berulang
dan pemberian tiroksin melalui pakan.
2. Aplikasi penggunaan hormon tiroksin untuk memacu metamorfosis kecebong
katak lembu pada pernedaman 2 hari dan 4 hari masing-masing adalah 198 pg/l
180 pgll dan dosis 61.13 pgll lama perendaman 2 hari dapat memberi tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Adams,I.K. and Bruinsma. 1987. Intensive commercial bullfrog culture. Brazilian Experience Aquaculture Maguine, 13; 28-44.
Binkle~~S.A.1995. Endocrinology. Harpercollins Col!ege Publishers. New York.
Boyd C.E. 1990. Water Quality in pond for Aquaculture. Alabama Agricultural Exp. Station. Auburn University. Alabama.
Bress,O. and C.S. Nicoll. 1993. Effects of Prolactin, Growth Hormone, and Triiodotironine on Prolactin Receptors in Larval and Adult Tiger Salamanders (A./igrinunz). The Journal of Experimental Zoology, 266: 290-298.
Djojosoebagio,S. 1996. Fisiologi Kelenjar Endokrin. Universitas Indonesia - UI
Press. Jakarta.
Etkin, W. 1964. Metamorphosis. Physiology of Amphibia. Academic Press new York. 427 - 467.
Galton,V.A. 1980a. Binding of Thyroid Hormones in vivo by Hepatic Nuclei of R. catesheiana Tadpole. Endocrinology, 106; 859 - 866.
...
1980b. Binding of Thyroid Hormones in vivo by Hepatic Nuclei of R.catesheiana Tadpole at Different Stages of Metamorphic. Endocrinology, 107. 1910 - 191 5....
1980c. Binding of Thyroid Hormones in Serum and Liver Cytosol of R. catesheiana Tadpoles. Endocrinology, 1 07; 6 1 - 69....
1984. Putative Nuclear Triiodothyronine Receptors in Tadpole Erythrocytes : Regulation of Receptor Number by Thyroid Hormone. Endocrinology, 1 14; 736-742....
1987. Hepatic Iodothyronine 5'-Deiodinase Activity in R.catesbeiana Tadpoles at Different Stages of Life Cycle. Endocrinology, 12 1 ; 42- 47....
1988. Iodothyronine 5'-Deiodinase Activity in Amphibian R.catesbeiana at Different Stages of Life Cycle. Endocrinology,.
. .
. . . .. .
..
. . . ... 1989. The Role of 3,5,3'-Triiodothyronine in Physiological Action of Thyroxine in Premetamorphic Tadpole. Endocrinology, 1 24; 2427-2433.Galton,V.A. and D.St.Germain 1985a. Putative Nuclear Triiodothyronine Receptors in Tadpole Livzr during Metamorphic Climax. Endocrinology, 1 17 91 2-9 16.
.
.
. . .
. . ..
1985b. Metabolism of Thyroxine in R. catesbeiana Tadpoles during ivletamorphic Climax. Endocrinology, 109; 1 127- 1 13 1.Hayes T.B. 1995. Interpendence of Corticosterone and Thyroid Hormones in Larva Toads (B.boreas). I. Thyroid Hornlone Dependent and Independent Effect of Corticosterone on Growth and Development. The Journal of Experimental Zoology, 271; 95- 102.
Hayes T.B. and Tzu H. Wu 1995. Interpendence of Corticosterone and Thyroid Hormones in Larva Toads (B.boreas). 11. Regulation of Corticosterone and Thyroid Hormones. The Journal of Experimental Zoology, 27 1 : 103- 1 1 1.
Hayes T.B. and P.Licht. 1995. Factors Influencing Testoterone Metabolism by Anuran Larvae. The Journal of Experimental Zoology, 271 : 1 12-
119.
Izutzu,Y.,M. Kaiho, and K.Ycshizato. 1993. Defferent Distribution of Epidermal Basal Cells in Anuran Larval Skin Corelates with the Skin's Region Specific Fate at Metamorphosis. The Journal of Experimental Zoology, 267: 605-6 1 5.
Izutzu,Y .,M. Kaiho, and K.Yoshinato. 1993. Metamorphosis Dependent Recognitiopn of Larval Skin as non-Self by Inbred Adult Frogs (Xlaevis) The Journal of Experimental Zoology, 266: 163- 167.
Jaya,I.D.N.M. 1991. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Tiroksin terhadap Pertumbuhan, rnetamorfosis dan Kelangsungan Hidup Kecebong Katak Benggala (Rana catesbeiana Shaw). Skripsi Fak. Biologi, Universitas Pancasila, Jakarta.
Martinez, I.P., R. Alvares and M.Paz Herraez. 1996. Growth and metamorphosis of Rana parezi larva ini culture : effect of larva density. Aquaculture, 142;. 163-1 70.
Martinez, I.P., R. Alvares and M.Paz Herraez. 1994. Response of hacthery-reared Rana parezi larva fed diferent diets. Aquaculture, 142; 235 -
244.
Montgomery R., Robert L.Dryer, T. W. Conway and Arthur A.Spector. 1993. Biokimia : Suatu Pendektan Berorientasi Kasus. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Mohonthy,S.N. and M.C. Dash. 1986. Effects of diet and aeration on the growth and illetamorphosis of Rana tigrina Tadpoles. Aquaculture, 5 1 ; 89-96.
Mundriyanto,H. dan 1.B.Subaima. 1991. Studi pendahuluan pengaruh pemberian thyroxin terhadap metamorfosis kecebong katak lembu (R.. catesbeiana Shaw) .Buletin Penelitian Perikanan Darat. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangkan. Balitkanwar. Bogor, 36 - 41.
Nava,A.Flores, M.A.Olvera-Novoa and Eucario G.Leyva, 1994. A comparison of the effects of three water-circulation regiines on aquaculture of bullfrog (Rana catesbeiana Shaw). Aquaculture, 128; 104 - 1 14.
Osalde,C.C., M.A.Olvera-Novoa, M.R. Serna, A.F. Nava, 1996. Estimation of protein requirement for bullfrog (Rana catesbeiana Shaw) tadpoles, and effect on metamorphosis. Aquaculture, 142; 223 -
23 1.
Oguchi,A., M. Mita, M. Ohkawa, K. Kawamura, and S. Kikuyama. 1994. Analysis of Lung Surfactant in the Metamorphosing Bullfrog (R.catesbeiana). The Journal of Experimental Zoology, 269: 5 15- 521.
Pelster,B., W. W.Burggren, S .Petrou and I. Wahlqvist. 1993. Development Changes in the Acetylcoline Influence on Heart Muscle on R.catesbeiana : in situ and in vitro Effects. The Journal of Experimental Zoology, 267: 1-8.
Rugh, Robert, Ph.D. 1951. The Frog. McGraw-Hill Book Company. New York, Toronto, London.
Prosiding Seminar Hasil Perikanan air Tawar 199211 993 Balitkanwar Puslitbangkan. Badanlitbang. 263-265.
Sugiri,N. 1979. Beberapa aspek biologi kodok batu {Rana blythi Bloulenger Tanidae, Anura, Amphibi) di beberapa wialayah Indonesia dan kedudukan taksanya. Tesis Pascasarj ana IPB.
Stee1,R.G.D dan J.I-I.Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu pendekatan biometrik.Gramedia Pustaka Utan~a. Jakarta
Strorer, T.I. and R.L. Usinger. 1957. General Zoology. McGraw-Hill Book Company. New York, Toronto, London.
Sparling,D. 2000. Effects cf Organic Contaminats on Thyroid fungtioning in
Amphibians. USGS. Science for changing world.
http/www.msc.nbs.gov.endocrine/ 06sparling.11tm.
Turner, C.Donnei1.Fh.D. and J.T. Bagnara, Ph.D. 1976. General Endocrinology W.B. Saunders Company. Philadelpia, Toronto, London.
Tata JR., A, Kawahara and BS. Baker. 1994. Prolactin inhibits both thyroid hormone-induced morphogenesis and cell death in cultured amphibian larval tissues. The Journal of Developmental Biology,. 146 : 72-80
.
Wright,M.L., L. J.Cyrkowski, L. Lundrigan, K.L. Hemon, D.M.Kochan, E.E.Faszewski, and C.M.A~luszewski. 1994. Anterior Pituitary and Adrenal Cortical Horlnones Accelerate or Inhibit Tadpole Xindlimb Growth and Development Depending on Stage of Spontaneous Developnlent or Thyroxine Concentartion in Induced Metamorphosis. The Journal of Experimental Zoology, 270: 175-
Lampiran 1 . Layout percobaan
Keterangan : To =
Q
hari ; T I = 2 hari ; T2 = 4 hari LamaPerendaman
To
T 1
Perlakuan Dosis Hormon Tiroksin (pgll)
Po 0
To Po To Po To Po To Po
p I
50
T I P I TI PI T I P I T I PI T2 PI
p2 100
T1P2 T I P2 T1P2 T I P2 T2 p2
p3 150
T I P3 T I P 3 T I P3 T2 P3
p4 200
TIP^
TIP4
TIP^
T1P4 T 2 P 4
p5 250
T I P S T I P S T I P S
TIP^
Lampiran 2. Prosedur Pengukuran Konsentrasi Hormon Tiroksin
1. Sampel darah diambil dari arteriljantung dengan mengunakan jarum mikro.
2. Segera setelah sampel darah diambil dan di!:umpulkan dalam tabung, kemudian
disentrifusi dengan kecepatan 2000 rpm selama 30 menit pada suhu 4 'C. Plasma
hasil pemisahan dimasukkan dalarn tabung dan ditutup, selanjutnya disinlpan
pada temperatw (-20°C) sampai analisis dilakukan.
3. Pada tabung reaksi (12 x 15 mm) yang tanpa lapis antibodi spesifik ditulis labei
T (total count) dan NSB (non spesijic hinding), masing-masing secara duplo.
Sedangkan pada tabung reaksi yang dilapis antibodi spesifik ditulis label A
(nzaximunz binding) atau standar 0 ngldl, dan standar yang lain yaitu B s.d. F, masing-masing secara duplo. Selanjutnya tabung reaksi untuk sampel ditulis
nomor sampel, masing-masing secara duplo.
3. Untuk tabung A dan NSB ditambahkan sebanyak 100 p1 larutan standar A (0
ngldl). Demikian pula untuk standar yang lainnya (B - F) masing-masing
ditambahkan 100 p1.
4. Selanjutnya sampel diambil 100 p1 ltemurlian dipindahkan ke dalam tabung
reaksi yang telah disediakan, masing-masing salnpel ditambah dengan 1.0 ml
I) tiroksin kemudiarl dikocok dengan Vortex.
5. Tabung T dipisahkan untuk pencacah dan tidak memerlukan proses lebih lanjut,
sedang tabung yang lain diinkubasikan selalna 120 menit pada suhu 37 O C dalanl
penangas air.
6. Cairan dalam tabung selanjutnya dibuang dan dikeringkan selanla 2-3 menit,
kecuali pada tabung T.
7. Untuk menghitung konsentrasi horlnon tiroksin, digunakan pencacah gamma
selama satu menit terlebih dahulu, selanjutnya hasil cacahafi radioaktif standar
diolah untuk mendapatkan grafik siandar. Hasil pencacah sanlpel dihitung
Lampiran 3 : Perkembangan stadia kecebong katak lembu pada setiap pengamatan selama penelitian.
Keterangaxi :
Po = dosis tiroksin 0 pg/l (kontrol) T1 = perendaman 2 hari
PI = dosis tiroksin 50 pgil T2 = perendaman 4 hari
P2 = dosis tiroksin 100 pgll t = pengamatan hari ke-
P3 = dosis tiroksin 150 pgll P4 = dosis tiroksin 200 pgll P5 = dosis tiroksin 250 pg/l
Perla- kuan ToPo TIP1 TIP2 TIP3 TIP4 TIP5 T2P1 T2P2 T2P3 T2P4 T2P.5 Perla- kuan ToPo TlPl TIP2 TIP3
Ulangan - 2 Ulangan - 1
t-0 10.1 10.1 10.0 9.9 10.2 10.0 10.1 10.1 10.0 10.4 10.1 t-30 17.2 22.3 23.5 23.9 24.3 24.5 24.0 23.9 24.5 24.5 24.7 t-6 12.3 16.3 16.8 17.9 17.9 18.8 17.2 17.2 18.0 18.1 18.5 t-0 10.2 10.2 10.2 10.2 10.1 10.1 10.1 10.1 10.2 10.1 10.1 18.5 q7.4 10.2 17.4 10.1 17.7 18.4 18.4 23.0 21.5 22.1 22.6 22.5 22.7
Ulangan
-
420.6 19.9 19.6 20.9 20.8 21.3 t-6 12.5 14.0 17.0 17.7 18.1 18.1 16.8 17.7 18.1 17.8 18.5
Ulangan
-
3t-0 10.1 10.1 10.2 10.3 10.1 10.5 10.0 9.9 19.0 10.1 10.1 t-12 13.9 17.9 19.1 19.8 20.6 21.1 19.9 19.7 20.7 20.6 21.3 23.8 22.7 23.6 23.0 23.4 23.9 t-24 16.5 21.5 21.8 22.7 23.5 24.0 22.8 22.8 23.3 23.6 24.3 t-12 13.9 16.9 18.9 19.6 20.9 20.7 19.1 20.1 21.2 20.6 21.3 - t-18 15.2 19.9 20.8 21.3 22.2 22.9 20.9 21.3 21.9 22.3 22.9 1-6 12.4 15.9 17.1 17.4 18.2 19.1 17.4 17.4 18.0 18.7 18.3 1-0 10.2 10.: 10.1 10.2 24.7 23.9 24.4 24.1 24.7 24.5 t-30 17.4 23.2 23.3 24.0 24.4 24.7 23.7 24.1 24.2 24.3 24.7 t-18 14.8 19.2 21.1 21.7 22.3 t-18 15.6 18.1 25.3 21.2 22.5 22.5 21.1 21.6 22.0 23.1 22.8 t-12 12.7 18.3 19.6 19.6 20.9 25.6 19.1 20.4 20.9 20.5 20.9 f-6 11.4 15.9 16.8 18.0 t-24 16.5 20.7 22.1 23.0 23.4 23.8 22.9 22.8 23.1 23.7 24.1 t-12 13.1 17.3 18.9 19.9 17.7 - -
t-24
I
t-30 t-1814.7 19.9 21.0 21.4 22.7 22.6 21.0 22.1 22.6 22.3 22.8 20.2 16.4 20.8 22.3 22.9 23.6 17.2 22.8 23.7 23.9 24.2
t - 2 4 1 t-30
Lampiran 4 : Rerata perkembangan stadia kecebong katak lembu pada setiap pengamatan selama penelitian.
Lampiran 5 : Perkembangan stadia kecebong katak lembu pada akhir penelitian (hari ke 30).
Waktu pengamatan (hari ke-)
Perlakuan 0
ToPo 10.1 k 0.06 T l P l 10.1 k 0.04 TI P2 10.1 k0.09 TIP3 10.1 50.17 TIP4 10.1 k 0.09 TIP5 10.1 k0.29 10.1 k 0.07 10.0 k 0.10 10.1 k 0.09 10.1
+
0.15T2P5 10.1k0.02
Lama
Perendaman
( T I
T 1
Rerata
T2
Rerata
- -
6
12.2 k 0.53 15.5 k 1.04 16.9k0.13 17.8k0.25 18.0k0.18 18.6k0.43 17.2 f 0.30 17.5 k 0.21 17.9k0.16 18.2 k 0.38 18.4k0.09
12
13.4 i 0.62 17.6 k 0.66 19.1 k 0.31 19.7k0.16 20.7 f 0.37 21.0f 0.43
19.5 k 0.47 20.0 k 0.36 20.9k 0.22 20.6 k 0.1 1 21.2k0.19
Dosis hormon tiroksin (pgll ) 18
15.1 k 0.43 19.3 f 0.87 21.0 k 0.23 21.4k 0.22 22.4 k0.21 22.8f0.23 21.1 k 0.25 21.8 k 0.38 22.3 k0.35. 22.6 k 0.35 22.8k0.07
Po
( 0 )
17.2 17.4 17.2 17.3 17.3
+
0.10 17.2 17.4 17.2 17.3
17.3
+
0.1024
16.5 k 0.07 21.2 k 0.57 22.2 f 0.27 22.8k 0.18 23.5 k 0.13 23.9k0.14
'
22.9 k 0.34 23.2 k 0.46 23.3 k0.24 23.6 f 0.13 24.0k0.19PI
( 5 0 )
22.3 23.2 22.8 23.5 23.0 rt
0.53 24.0 23.7 23.9 24.3
24.0
a
0.26
p2
( 100
23.5 23.3 23.7 23.3 23.44
+
0.19 23.9 24.1 24.4 24.0
24.1 f
0.22
30
17.3 k 0.10 23.0 k 0.53 23.4 f0.19 23.9k0.07 24.3 k 0.10 24.7k0.13 24.0 k 0.26 24.1 f 0.22 24.2k0.15 24.5 k 0.14 24.7k0.14
p3
( 150 )
23.9 24.0 23.9 23.8 23.9
+
0.07 24.1 24.2 24.1 24.4
24.2 _+
0.15
p4
( 200 )
24.3 24.4 24.2 24.4 24.3 rt
0.10 24.5 24.3 24.7 24.5
24.5
+
0.14ps
( 250 )
24.5 24.7 24.7 24.8 24.7 rt
0.13
I
24.7 24.7 24.5 24.8Lampiran 6 : Analisis ragam perkembangan stadia kecebong katak pada akhir penelitian (hari ke 30).
* *
= berbeda sangat nyataLampiran 7 : Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) perkembangan stadia kecebong katak lembu.
Sumber raganl Perlakuarl Perendaman Dosis Interaksi Gal at Total
K. tengah
29.084 1.548 63.350 0.325 0.045 6.841
Keterangan :
Db 11 1 5 5 36 47
Pada kolom rerata nilai yang notasi huruf sama menandakan tidak berbeda nyata antar perlakuan tersebut.
F hitung
649.764
**
34.584**
i415.295
**
7.270**
J.kuadrat 3 19.93 1.55 316.75 1.63 1.61 321.54 Lama perendaman PerlakuanF Tabel
( T )
T2 T1 Dosis
(T,
P)
T2P5 TIP5 T2P4 0.05 2.142 4.125 2.50 2.50 Rerata 23.1 a 22.8 b ( P I
~5
p4
p3
Rerata 24.7 a 24.7 a 24.5 ab TIP4 T2P3 T2P2 T2P 1 TIP3 TIP2 T l P l ToPo 0.01 2.901 7.44 3.62 3.61 Rerata 24.7 a 24.4 b 24.1 c p2 P 1
Po
24.3 bc 24.2 bcd 24.1 cd 24.0 cd 23.9 d 23.4 e 23.0 f
17.3 g
Lampiran 8 : Grafik respon dosis tiroksin dan lama perendarnan terhadap perkembangan stadia kecebong katak lembu
.
0 50 100 150 200 250 300
1 dosis tiroksin (ugti)
+TI (2 hari) W T2 (4 hari)
-- - -
Dosis optimal perendaman tiroksin terhadap perkernbangan stadia kecebong katak
lembu pada :
-
perendaman 2 hari = 1 98.0 pg/lLampiran 9. Laju metamorfosis (stadialhari) kecebong katak lembu pada setiap pengamatan selama penelitian
Keterangan :
Po = dosis tiroksin
O
pgll (kontrol) T1 = perendaman 2 hariP1 = dosis tiroksin 50 pgll T2 = perendaman 4 hari
P2 = dosis tiroksin 100 pgll t = pengarnatan hari ke- P3 = dosis tiroksin 150 pgll
74 = dosis tiroksin 200 pgll P5 = dosis tiroksin 250 pgll
Perla- kuan
I
ToPo T l P l TIP2 TIP3 TIP4 TIP5 T2P1 T2P2 T2P3 T2P4 T2P5 Perla- kuan ToPo T l P l TIP2 TIP3 TIP4 TIP5 T2P1 T2P2 T2P3 T2P4 T2P5Ulangan - 2 Ulangan - 1
t-0 0.00 0.00 0.00 0.00 t-12 0.32 0.66 0.76 0.83 t-6 0.36 1.05 1.14 1.33 t-18 0.30 0.44 0.62 0.61 0.69 0.69 0.61 0.64 0.66 0.72 0.7G t-24 0.26 0.44 0.50 0.53 0.56 0.57 0.53 0.53 0.54 0.57 0.58 t-0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 ' 0 . 0 0
t-18 0.28 0.55 0.60 0.64 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 t-30 0.23 0.40 0.35 0.46 0.47 0.48 0.46 0.46 0.46 0.48 0.49 Ulangan - 3
0.67 0.72 0.60 0.63 0.66 0.67 0.71 t-6 0.39 0.64 1.14 1.24 1.33 1.34 1.11 1.28 1.31 1.29 1.40 t-24 0.27 0.48 0.49 0.53 t-12 0.31 0.56 0.73 0.79 0.91 0.89 0.75 0.84 0.92 0.88 0.93
1.29
1
0.87Lampiran 10 : Rerata laju metarnorfosis (stadialhari) kecebong katak lembu pada setiap pengamatan selama penelitian.
Perlakuan TOP0 TlPl TIP2 TIP3 TIP4 TIP5 T2P 1 T2P2 T D 3 T2P4 T2P5
Lampiran 11 : Laju metamorfosis (stadialhari) kecebong katak lembu pada akhir penelitian (hari ke 30)
Lama
Perendaman
( T I
T I
Rerata
T2
Rerata
Dosis hormon tiroksin ( pgll)
Po ( 0 )
0.23 0.24 0.23 0.24
0.24 f 0.006
0.23 0.24 0.23 0.24
0.24 f 0.006
p3 ( 1 5 0 )
0.46 0.47 0.46 0.45
0.46 f 0.008
0.46 0.47 0.47 0.48
0.47 f 0.008 p I
(50 )
0.40 0.44 0.42 0.45
0.43 f 0.022
0.46 0.45 0.46 0.48
0.46 k 0.013
p2 ( 1 0 0 )
0.45 0.44 0.45 0.44
0.44 k 0.006
0.46 0.47 0.48 0.47
0.47
+
0.008p4 ps
( 2 0 0 )
I
(250 )0.47 0.47 0.47 0.48
0.47 f 0.005
0.48 0.47 0.49 0.48
0.48 f 0.008
0.48 0.49 0.50 0.48
0.49
*
0.0100.49 0.49 0.48 0.49
Lampiran 12 : Analisis ragarn laju metamorfosis kecebong katak lembu
**) berbeda sangat nyata
*
) berbeda nyataLanlpiran 13 : Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) laju metamorfosis kecebong katak lembu.
K. tengah
0.033561 0.002002 0.073032 0.000402 0.000097 0.007929 J.kuadrat 0.369173 0.002002 0.365160 0.002010 0.003475 0.372648 Sumber ragam Perlakuan Perendaman Dosis Interaksi Galat
l ~ o t a l
Keterangan :
db
1 1 1 5 5 3 6
47
Pada kolom rerata nilai yang notasi huruf sama menandakan tidak berbeda nyata antar perlakuan tersebut.
F hitung
347.68
**
20.741**
756.59**
4.17* Perlakuan (T, P) T2P5 TIP5 T2P4 TIP4 T2P3 T2P2 T2P 1 TIP3 TIP2 TlPl ToPo F Tabel Rerata 0.49 a 0.49 a 0.48 ab 0.47 bc 0.47 bc 0.47 bc 0.46 c 0.46 cd 0.45 d 0.43 e 0.24 f Dosis 0.05 2.14 4.13 2.50 2.50Oa2'
i
( P I
P5 P4 P3 P2
P 1 Po Lama perendaman 0.61- 2.90 7.44 3.62 3.61 Rerata 0.49 a 0.48 b 0.47 c 0.46 c 0.45 d
( T )
T2 T 1
Lampiran 14 : Grafik respon dosis tiroksin dan lama perendaman terhadap laju metarnorfosis kecebong katak lembu.
I
I 0.00
I
I 0 50 100 150 200 250
I
I
I
dosis tiroksin (ugll)I
+
TI (2 hari) H T2 (4 hari)I -
Dosis optimal perendaman tiroksin terhadap laju metamorfosis katak lembu pada :
Lampiran 15 : Bobot (g) kecebong katak lembu pada setiap pengamatan selama penelitian
Keterangan :
Po = dosis tiroksin 0 pg/l (kontrol) T1 = perendaman 2 hari
P 1 = dosis tiroksin 50 pg/l T2 = perendaman 4 hari
P2 = dosis tiroksin 100 pg/l t = pengamatan hari ke-
P3 = dosis tiroksin 150 pg/l
P4 = dosis tiroksin 200 pg/l P5 = dosis tiroksin 250 pg/l
Perla-
kuan
ToPo TlPl TIP2
Ulangan - 2 Ulangan
-
1t-0
11.5 11.6 10.2 t-30
14.8 9.0 7.5
t-6
11.3 1 1 . 1
9.7 t-0
1 1 . 1 11.8 12.8
t-12
12.5 12.7 7.6
t-12
1 1 . 1 10.7
8.4 t-18
11.5 10.6 7.7 t-6
11.5 10.4 10.0
t-18
14.8 9.4 7.1
, t-24
10.8
9.5
8.7 t-24
13.6 10.3 9.3
t-30
1 1 . 1
Lampiran 16 : Rerata bobot (g) kecebongkatak lembu pada setiap pengamatan selama penelitian
I
Perlakuan1
t-0Lampiran 17 : Bobot (g) kecebong katak lembu pada akhir penelitian (hari ke 30)
Dosis hormon tiroksin ( pgfl )
I
LamaI
I
Perendaman
( T )
T I Rerata T2 Rerata p5 (250) 5.7 6.5 6.3 6.3
6.2 f 0.36
Po
( 0 )
14.8 11.1 12.0 11.2
12.3 f 1.91
14.8 11.1 12.0 11.2
12.3 f 1.91
PI (50 9.0 7.5 9.1 7.6
8.3 f 0.86
p3 (150 8.9 9.2 8.0 8.7
8.7 f 0.50 Pz (1 00) 7.5 7.7 9.0 7.8
8.0 f 0.69
p4 (200) 7.2 6.8 6.7 7.0
6.9 f 0.25
6.2 6.4 5.8 6.3
6.2 Itr .25
7.0 7.7 7.1 6.1 7.0f 0.67 5.9 7.6 6.7 6.5
6.7 f .67
6.7
-I-
6.7 6.4 5.6 5.9 6.0 5.8 5.95 7
Lampiran 18 : Analisis ragam bobot katak lembu pada akhir penelitian (hari ke 30)
Sumber ragam
1
DbI
J.kuadrat K. tengahI I I I
* *
) berbeda sangat nyataNS
) tidak berbeda nyata
2 10.95 12.33 191.06 7.56 28.44 239.39 Perlakuan Perendarnan Dosis Interaksi Galat Totai F hitung 11 1 5 5 36 47
Lampiran 19 : Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMR?') bobot katak lembu pada akhir penelitian (30 hari)
Keterangan :
Pada kolom rerata nilai yang notasi huruf sama menandakan tidak berbeda nyata antar perlakuan tersebut.
Perlakuan
(T, P)
ToPo TIP3 T l P l T l P 2 T2P3 TIP4 T2P2 T2P4 T1 P5 T2P 1 T2P5 Rerata 12.3 a 8.7 b 8.3 bc 8.0 bcd 7.0 cde 6.9 de 6.7 de
6.2 e
6.2 e
6.2 e 6.0 e
Dosis ( P I
PO P 1 P2 P3 P4
P5
Lama perendaman Rerata 12.2 a 7.9 b 7.3 bc 7.2 bc 6.5 c 6.1 d( T I
T1 T2
Rerata
Lampiran 20 : Laju pertumbuhan (96) kecebong katak lembu pada setiap pengamatan selarna penelitian.
Keterangan :
Po = dosis tiroksin 0 pgll (kontrol) T 1 = perendaman 2 hari P1 = dosis tiroksin 50 pgll T2 = perendaman 4 hari
P2 = dosis tiroksin 100 pgil t = pengarnatan hari ke- P3 = dosis tiroksin 150 pgll
P4 = dosis tiroksin 200 pgll P5 = dosis tiroksin 250 pgll
Perla-
kuan
TIP1 TIP2
Ulangan - 2 Ulangan
-
It-0
-
--
--
--
-
- --
TIP3
-
-1.0TIP4 - -1.4
TIP5
-
-6.2 -1.6 -2.1T2P1 - -4.6 -0.6 -1.5 -2.0 T2P2 - -5.3 -2.3 -1.8 -2.5
T2P3 - -1.7
-1.7
T2P5 - -2.0
t-24 -0.3 -0.8 -0.7 -0.1 -1.4 -1.5 -1.8 -1.7 -1.6 -1.9 -2.4 Perla- kuan ,.Po T l P l TIP2 TIP3 TIP4 TIP5 *T2P1 .T2P2 T2P3 T2P4 T2P5 t-30 -0.1 -1.4 -1.0 -0.5 -1.7 -1.5 -2.2 -1.7 -1.4 -2.0 -2.1 t-6 -0.3 -0.7 -0.9 -1.4 -4.8 -2.8 -4.5 -3.7 -2.1 -5.2 -4.1 t-24 0.8 -0.6 -1.3 t-18 2.9 -4.9 -1.0
Ulangan - 4 t-30 -
1.0 -0.9 -1.8 t-12 1.0 0.6 -4.3 t-0
/
t-6-
/
0.6Ulangan - 3
t-12 -0.3 -0.6 -1.7 -1.1 -1.7 -2.0 -2.6 -2.5 -1.5 -3.1 -3.7 - - t-30 -0.2 -1.4 -1.1 -0.8 -1.7 -2.0 -1.7 -1.6 -2.0 -2.0 -2.2 t-0
-
-
--
--
- - --
-
t-18 0.7 -0.1 -1.3 0.1 -0.5 0.2 1.2 0.5 -2.4 0.3 -1.2 -2.0 -4.0 t-30 0.2 -0.6 -0.9 -1.1 -1.8 -2.1 -2.3 -1.8 -1.3 -1.8 -2.2 t-6 -1.2 -0.5 -1.7 -1.8 -2.9 -4.3 -2.7 -2.7 -5.6 -5.1 -7.2 t-18 -1.1 -0.5 1.6 1.7 0.1 0.5 -2.3 -0.8 -6.9 -1.3 0.4 t- 12 0.8 1.8 -2.0 -2.5 -1.4 -3.3 -2.5 -2.1 -0.6 -1.5 -3.8 t-o--t
--
-1.8Lampiran 21 : Rerata laju pertumbuhan (%) kecebong katak lembu pada setiap pengamatan selama penelitian.
Larnpiran 22 : Laju pertumbuhan (%) kecebcng katak lelnbu pada akhir penelitian (hari ke 30).
perlakuan TOP0 TIPI TIP2 TIP3 TIP4 TIP5 T2P 1
T2P2 T2P3
Lama
Perendaman
( T )
TI
Rerata
T2
Rerata
t-0
0.0 f 0.00 0.0 +_ 0.00
0.0
+
0.00 0.0 f 0.00 0.0 f 0.00 0.0 k0.00 0.0 f 0.00 0.0 f 0.00 0.0 kO.OO 0.0 kO.OO 0.0 f 0.00--
I i
t-12 t-18 1 t-24
t-6
-0.5 rt 0.80 -1.4 f 0.96
-2.1 f 1.32
-2.4 f 0.97
-3.9 k 1.28 -4.8 f 1.57 -3.8 f 0.89 -3.6 k 1.26 -3.8 f 1.50 -5.0f 0.19 -6.3 f 1.58
--
I
Dosis hormon tiroksin (pg/l )
t-30
0.2 f 0.53
-1.1 f 0.40
-1.2 rf: 0.40 -0.8 f 0.26 -1.7 k 0.19 -1.9 f 0.31 -2.1 f 0.27 -1.9 f C.45 -1.6 f 0.32 -1.9+0.15 -2 1
+
0.10 0.2 rt 0.47-0.6 f 0.19 -0.8 f 0.31
-0.6 f 0.34 -1.4 k 0.17 -1.9 t 0.36 -1.8 f 0.42
-1.8 f 0.48 -1.6 f 0.26 -1.7 rt: 0.22 -2.1 k 0.38 0.3 rt 0.70
0.7 rt 0.98 -2.2 f 1.40
-1.6 f 0.68
-2.4
+
1.81 -2.7 f 1.07-1.7 f 1.06
-2.2 f 0.33
-1.8 f 1.03
-2.2 f 0.64
-3.3 f 0.58
1
0.6 f 1.72
,
-1.3 f 2.440.2 rf: 1.46 -0.0 f 1.55 3.2 k 1.41 -0.6 f 1.30
-1.5 f 1.96
-0.7 f 0.94
-2.7
+
3.27 -0.8 kO.85 0.4 rt 1.63Po ( 0 )
1 .O -0.1
0.2 -0.2 0.2 +_ 0.53
1 .O -0.1
0.2 -0.2 0.2
+
0.53p I
( 5 0
>
-0.9 -1.4 -0.6 -1.4 -1.1 f 0.40
-2.0 -2.2 -2.3 -1.7 -2.1 f 0.27
p2 ( 100)
-1.8 -1.0 -0.9 -1.1 -1.2 f 0.40
-2.5
p3
( 150
1
-1 .O -0.5 -1.1 -0.8 -0.9 f 0.26
-1.7
p4 ( 200
-1.4 -1.7 -1.8 -1.7 -1.7 f 0.19
-1.7 -1.7
1
-1.4P5 ( 250
1
-2.1 -1.5 -2.1 -2.0 -1.9 f 0.31
-2.0 -2.0 -1.8 -2.0 -1.9 k0.15 -1.8 -1.6 -1.9 f 0.45
-2.1
-2.2 -2.2 -2.1 k 0.10 -1.3
Lampiran 23 : Analisis ragam laju pertumbuhan katak lembu pada akhir penelitian (hari ke 3 0).
*
*) berbeda sangat nyata NS = tidak beda nyataLampiran 24 : Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) laju pertumbuhan katak lembu pada akhir penelitian (30 hari).
.
,
Perlakuan
I
DosisI
Lama perendamanI
TlPo TIP3 T l P l TIP2 T2P3 TIP4 T2P4 T2P2 TIP5 T2P 1
1
T2P5F hitung
21.882
**
21.742**
41.366**
2.427 NS K. tengah2.693 2.675 5.090 0.299 0.123 0.724 J.kuadrat 29.62 2.68 25.45 1.49 4.43 34.05 Surnber ragam Perlakuan Perendaman Dosis Interaksi Gaiat Total
Keterangan :
Pada kolom rerata nilai yang notasi huruf sarna menandakan tidak berbeda nyata antar perlakuan tersebut.
I
db 11 1 5 5 36 47 F Tabel - -Rerata 0.2 a -0.8 b -1.1 bc -1.2 bc -1.6 cd -1.7 cd -1.9 d -1.9 d -1.9 d -2.1 d -2.1 d 0.05 2.1 4.1 2.53 2.50 0.01 2.9 7.4 3.6 3.6( P I
Po P3 P2 P 1 P4 P 5 Rerata 0.2 a -1.2 b -1.5 bc -1.6 bc -1.8 c
Lampiran 25 : Grafik respon dosis tiroksin dan lama perendaman terhadap laju perturnbuhan kecebong katak lembu.
dosis tiroksin (ugll)
I -2.50
'
y = 6. I O - ~ X * - 0.02 1 1 x-
0.2794I
R* = 0.6392
1
+ T I (2 hari).
T2 (4 hari)L
Dosis optimal perendaman tiroksin terhadap laju pertumbuhan kecebong katak lembu pada :
-
perendaman 2 hari = 277.50 pg!lLampiran 26 : Produksi percil (96) katak lembu pada setiap pengainatan selama penelitian.
Perla-
kuan ToPo TIP1 TIP2 TIP3 TIP4 TIP5 T2P 1 T2P2 T2P3 T2P4 T2P5
Perla-
.
. kuanUlangan - 1
Ulangan - 3
Ulangan - 2
I
1
t-24
1
t-30 t-0 t-6 1-12 t-18 1 -t-24 t-30 ,0.0 0.0 0.0 0.0 0 . 0 0.3 0.0 0.0
0.0 14.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 21.1
0.0 0.0 0.0
1
6.7 30.80.0 0.0 7.7 27.3 50.0
0.0 0.0 12.5 28.6 66.7
0.0 0.0 0.0 16.7 45.5
Ulangan - 4
t-12 t-18
0.0 0.0
0.0 0.0
0.0 0.0
0.0 0.0
0.0 10.0
0.0 12.5
0.0 0.0
0.0 12.5
0.0 0.0
0.0 8.3
0.0 0.0
Keterangan :
&.Po = dosis tiroksin 0 pgll (kontrol) TI = perendaman 2 hari
Pi = dosis tiroksin 50 pgll T2 = perendaman 4 hari
P2 = dosis tiroksin 100 pgll t = pengamatan hari ke- P3 = dosis tiroksin 150 pgll
Lampiran 27 : Rerata produksi percil (%) katak lembu pada setiap pengamatan selama penelitian
1
PerlakuanLampiran 28 : Produksi percil (%) katak lelnbu pada akhir penelitian (hari ke 30)
Lampiran 29 : Analisis ragam produksi percil (%) katak pada akhir penelitian (hari ke 30)
* *
) berbeda sangat nyataLanpiran 30 : Analisis Duncan's Multiple Range Test (DMRT) produksi percil katak lembu. F hitung 50.941** 30.542** 99.1 14** 6.789* K. tengah - 2117.705 1282.160 4120.307 282.2 1 1
41.572
.Keterangan :
Pada kolom rerata nilai yang notasi huruf sama menandakan tidak berbeda nyata antar perlakuan tersebut.
J. kuadrat 23294.75 1282.16 20601.54 1411.06 1496.58 Sumber ragam Perlakuan Perendaman Dosis Interaksi Galat
1
db 11 1 5 5 36 F Tabel0.05
1
0.01I
2.142
1
2.9014.125 1 7.44
I
-
Lama perendaman
-7
I
Rerata44.8 a T1 527.475 2.50 2.50 Perlakuan
(T, P) Rerata
I
24791.33 Total
3.62
1
3.612
Dosis,
47'
( p )
Lampiran 3 1 : Grafik respon dosis tiroksin dan lama perendaman terl~adap produksi percil katak lembu.
dosis tiroksin (ugll)
TI ( 2 hari)
.
T2 (4 hari)Dosis optimal perendaman tiroksin terhadap produksi percil kecebong katak lembu
pada :
-
perendaman 2 hari tidak ada - linierLampiran 32: Kelulusan hidup (%) kecebong katak len~bu pada setiap pengamatan selama penelitian
Keterangan :
Po = dosis tiroksin 0 pgll (kontrol) T1 = perendainan 2 hari P1 = dosis tiroksin 50 pgll T2 = perendaman 4 hari