KA.llAN IDISNGGIJNAAN RHIZOPLUS DAN MU1,SA IERHADAI'
PERTllMRljHAN DAN HASlL KEDELAI (Glycine
vinax
(LA)
Merrill)
I'AIIA TIGA SISTEM PERSIAPAN LAHAN SETlEtAH PAI)I
SAWAH
OLEH
:
EVA OKTAVIDIATI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
EVA OKTAVIDIATI. Kajian Penggunaan /?lzizoplz~.~ dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan ~ a s ~ l Kedelai (Glycine mux (L) Mefill) pada Tiga Sistem Persiapan Lahan Setelah Padi Sawah. Dibimbing oleh H. IS HIDAYAT UTOMO, MUNIF
GHULAMAHDI dan HARRIS BURHAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan rlzizoplus, mulsa dan tiga cara persiapan lahan serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai serta dinamika populasi gulma. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Keiompok sebagai Rancangan Lingkungan dan Rancangan . Petak-petak Terbagi (Split- .cpli/ /'lo/ l>esigiz) sebagai Rancangan Perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi keracunan pada tanaaafi kedelai um.ir 1-2 minggu setelah tanam akibat aplikasi herbisida glifosat untuk persiapan lahan. Sebagian besar lahan didominasi oleh gulma dari golongan teki-tekian
dari
awal hingga akhir penelitian dengan nilai Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) tertinggi. Bobot kering ~ u l m a total (BKGT) tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan olah tanah sempuma (9TS).-
Kombinasi perlakuan olah tanah minimum (OTM)
+
pemberian mulsa 3 ton ha-' sampai dengan 6 ton ha-', demikian juga dengan kombinasi perlakuarl uiah iarraii minimum dan penggunaan riziropius 3,75 @kg benih menunjukkan hasil laju asimilasi bersih (2-4 MST) tertinggi. Kombinasi perlakuan pemberian mulsa 6 ton ha-' + rl?izoplus 3,75 &kg benih mempunyai laju asimilasi bersih (4-6 MST) tertinggi, kombinasi perlakuan pemberian mulsa 3 ton ha-' + rl~izoplus 3,75 g/kg benih menunjukkan hasil jumlah bintil akar efektif (6 MST) dan bobot bintil akar efektif (6 MST) tertinggi. Kombinasi perlakuan olah tanah minimum + mulsa 3 ton ha-' + rhizoplus 3,75 g/kg benih mempunyai laju asimilasi bersih (2-4 MST) dan bobot bintil akar efektif (6 MST) tertinggi.Persiapan lahan secara tanpa olah tanah (PI) menunjukkan p e n g a d y;r;;g ! c - M baik dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya. Perlakuan tanpa olah tanah dapat menekan pertumbuhan gulma dengan ditemukannjra b e b t kering gtilrna L"~'&~t'igia octovulvis dan BKGT terendah, jumlah bintil akar efektif, bobot bintil akar efektif, jum:ah polong per iananlan, jumlah biji per tanaman dan hasil biji kering (ton ha-') ieliirlssi. ?eltlbcr;an muisa 3 sat~ipai dengan 6 ton ha-' (MI dan M2) dapat rnenekan bobot kering Pu.~pulzrnz conjtrgatum, E. cruss-gulli dan F. nziliaceu. Didapatkan hasil berupa ILD (6-8 MST), jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman dan hasil biji kering (ton ha-') tertingsj. Hlzkoplus 3,75 g/kg benih (R2) dapat menekan bobot kering gulma L. oc~rovulvis, E. c o l u n ~ ~ n , Y. conjtlgutu~?~, L. c l ~ i n e n . ~ ~ . ~ dan 17 rniliuceu dan dapat meningkakan LTR (2-4 MST).
Hasil bi-ji kering (ton ha-') pada perlakuan TOT (PI) adalah 1,52 ton ha-' lebih tin@ dibandingkan dengan OTM (P2) yaitu 1,37 ton ha-' dan OTS (P3) yaitu 1,06 ton ha-' atail terj~di peningkatan sebesar 30,32% pada TOT, 11% pada OTM apabila dibandingkan dengan OTS. Perlakuan pemberian mulsa jerami padi 6 ton ha-' memberikan hasil biji kering (ton ha-') 1,46 ton ha.' atau 23,86%, sedangkan pemberian
-i
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
KAJIAN PENGGUNAAN RHIZOPLUS DAN MULSA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) PADA
TIGA SISTEM PERSIAPAN LAHAN SETELAH PAD1 SAWAH
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.
Bogor, Maret 2002
Eva Oktavidiati
KAJIAN I'ENGGIJNAAN
RHIZOPLUS
DAN MIJLSA TERHADAP
I'ERTIJMBUHAN
DAN HASIL KEDELAI (Glycine
max
(L) Merrill)
PADA TIGA SISTEM PERSIAPAN LAHAN SETELAH PAD1
SAWAH
EVA OKTAVIDIATI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelarMagister Sains pada
Program
Studi Agronomi
PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Kajian Penggunaan Rhizoplus dan Mulsa Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glicine ntm (L) Merril)
pada Tiga Sistem Persiapan Lahan Setelah Padi sawah
Nama Mahasiswa : Eva Oktavidiati
Nomor Pokok : 96055
Program Stucii : Agronomi
Menyetujui :
1. Komisi Pembimbing
11.. H. Is Hidavat Utomo, h1.S. Ketua
Dr. lr.
Anggota
2. Ketua Program Studi
Agronomi,
Dr. Ir. Sudirman Yahva, M.Sc.
Penulis dilahirkan di Bengkulu Selatan pada tanggal 5 Oktober 1968, merupakan putra ketiga dari lima bersaudara, dari Ayahanda Syamsulbahri dan lbunda Aminah. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1980 di SD Negeri 15 Kotamadia Bengkulu. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan tahun 1983 di SMP Negeri 4 Bengkulu. Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan tahun 1986 di SMA Negeri 2 Bengkulu.
Pada tahun 1986 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, dan mendapat gelar sarjana pertanian pada tahun 1991. Penulis adalah penerima Tunjangan Ikatan Dinas (TID) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan ditempatkan di Kopertis Wilayah II Palembang diperbantukan (dpk) pada Universitas Muhammadiyah Bengkulu pada tahun 1994.
. PuJi syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahinat dan Karunia-Nya, penelitian dan penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis berjudul Kajian Penggunaan Hlzi~oplzrs dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (G1,vcine t n u (L) Merril) Pada Tiga Sistem Persiapan Lahan Setelah Padi Sawah, disusun sebagai salah satu sy arat untuk mem peroleh gelar Magister Sains pada Program Pascasarjana lnstitut I'ertanian Bogor.
Penelitian dan penulisan tesis ini dapat disetesaikan atas pengarahan serta bimbingan dari Tim Komisi Pembimbing. Penulis menyampaikan terima kasih dengan tulus dan penuh rasa hormat kepada Bapak Ir. H. Is Hidayat Utomo, MS., sebagai ketua komisi, Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S. dan Dr. Harris Burhan, Msc.Agr., masing- masing sebagai anggota.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor IPB dan Pimpinan Program Pascasarjana IPB atas kesempatan mengikuti studi program Magister Sains. Kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) dan Dekan Fakultas Pertanian UMB, serta Koordinator Perguruan Tinggi Wilayah I1 Palembang disampaikan terima kasih atas ijin melanjutkan studi Magister Sains. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Tim Manajemen Program Doktor (TMPD) yang telah membiayai studi penulis.
Kepada Ayahanda, Ibunda tercinta dan mertua, serta kakak dan adik baik yang berada di Bogor ataupun yang di Madura, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas pengorbanan dan do'a restunya. Khusus kepada suami tercinta Lr. Sunaryadi, M.Si. dan Ananda tersayang Yesa Vadina Afrasari, walaupun dalam keprihatinan tetap setia mendampingi penulis dengan pen& kesetiaan, kesabaran, dan keceriaan, penulis sampaikan ucapan terima kasih.
Semoga h a i l penelitian ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2002
... DAFTAR IS1 ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... PEN DAHULUAN ...
Latar Belakang . .
...
Tujuan Penelltlan
. . .
Hipotesis
...
TlNJ AUAN PUSTAKA
Pengunaan Klziloplus bagi Tanaman Kedelai ...
Pengertian dan Peranan Mulsa ...
Peranan Mulsa Jerami Padi terhadap Produksi Tanaman ...
Persiapan Lahan Tanaman Kedelai ...
BAHAN DAN
METODE
...Tempat dan Waktu Penelitian ... Bahan dan Alat ... Metode Penelitian ... Pelaksanaan Penelitian ...
...
Pengamatan dan Pengumpulan Data Tanaman Kedelai
...
Pengamatan Gulma
HASIL DAN PEMBAHASAN ...
Keadaan Umum Pertanaman . . .
Tingkat Keracunan Tanaman ...
Dinamika Populasi Gulma . . .
Pertumbuhan dan Produksi Kedelai ...
Pembahasan Umum ...
KESIMPULAN DAN SARAN ...
Kesimpulan ...
...
Saran
DAFTAR PUSTAKA . . .
1)AF'I'AK
TABEL
Halaman
... 1 Kandungan nutrien beberapa jerami tanaman pertanian..
...
2 Spesies gulma dan nisbah jumlah dominansi (NJD) pada 2,4,6 MST..
3 Pengaruh persiapan lahan (P) terhadap populasi gulma dominan pada 2,4 dan 6 MST.. ...
4 Pengaruh pemberian mulsa (M) terhadap populasi gulma dominan pada 2,4 dan 6 MST.. ...
5 Pengaruh pensgunam rkrroplus ( R ) terhadap populasi gulma dominan pada 2,4 dan 6 MST.. ...
6 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh sistem persiapan lahan, mulsa dan penggunaan rlzizoplus terhadap bobot kering gulma dominan.. ...
7 Pengaruh persiapan lahan (P) terhadap bobot kering L. octovalvis pada 4 MST ...
8 Pengaruh penggunaan rlzizoplus ( R ) terhadap bobot kering gulma L. octovulvis pada 4 hlST ...
9 Pengaruh penggunaan rlzizoplus ( R ) terhadap bobot kering gulma E. colotzum pada 4 MST d i n 6 MST ...
10 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap bobot kering gulma f'. conjugutzo?~ pada 2 MST.. ...
1 1 Pengaruh penggunaan rhtzoplus (
R
) terhadap bobot kering'bxlma 1'. conjugutz~?~ pada 2 MST ...12 Pengaruh penggunaan I-l?r:oplus ( R ) terhadap bobot kering gulma L.chirzerzsis pada 2 MST ...
13 Pengaruh persiapan lahan (P) terhadap bobot kering E. cruss-gulli
...
pada 4 MST
Halaman
15 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap bobot kering gulma
I<: I M I I I U C ~ U pada 2 MST.. ... 48
16 Pengaruh perlakuan pemberian inulsa (M) terhadap bobot kering gulma I+'. mil~uceu pada 4 MST.. ...
17 Pengaruh penggunaan rhizoplus ( R ) terhadap bobot kering gulma F. miliacea pada 4 MST ...
18 Pengaruh interaksi antara pemberian lnulsa dan penggunaan rhizoplus (MR) terhadap bobot kering F. miliacea pada 6 MST ...
19 Pengaruh persiapan lahan (P) terhadap bobot kering e l m a total pada 2 MST dan 4 MST ...
20 Rekapitulasi analisis ragain pengaruh sistem persiapan lahan, mulsa dan penggunaan rhrzoplus terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.. ...
2 1 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap indeks luas daun pada 6-8 MST ...
22 Pengaruh penggunaan rlzizoplus ( R ) terhadap laju tumbuh relatif pada 2-4 MST ...
23 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh sistem persiapan lahan, mulsa dan penggunaan rltizoplus terhadap laju asimilasi bersih pada setiap waktu
...
pengainatan
24 Pengaruh interaksi antara perlakuan persiapan M a n . mulsa dan penggunaan rhcoplus (PMR) terhadap LAB 2-4 MST.. ...
15 Pengaruh ~nteraksi antara pemberian mulsa dan pen,uunaan rhrzoplzrs (MR) terhadap L A B pada 4-6 MST.. ...
26 i'engaruh persiapan lahan (P) terhadap jumlah bintil akar efektif pada Setiap \vaL?u pengamatan . . .
27 Pengaruh interaksi antara pemberian mulsa dan penggunaan rlzizoplzrs (MR) terhadap jumlah bintil akar efektif pada 6
MST..
...Halaman
29 Pengaruh interaksi antara perlakuan persiapan lahan, mulsa dan penggunaan rlzizoplus (PMR) terhadap bobot bintil akar efektif pada
6 MST.. ... 6 3 30 Pengaruh perlakuan persiapan lahan (P) terhadap jumlah polong per
...
tanaman 64
3 1 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap jumlah polong per
tanaman ... 65 32 Pengaruh perlakuan persiapan lahan (P) terhadap jumlah biji per
tanainan ... 66
33 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap jilrnhh biji per
tanarrian ... 67
34 Pengaruh perlakuan persiapan lahan (P) terhadap hasil biji kering - I
(ton ha ).. ... 68
35 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap hasil biji kering
- 1 .
1 Koefisien Komunitas Vegetasi Gulma pada Analisis Vegetasi Awal
(30 hari sebelum tanam). ... 86 2 Hasil Analisis Vegetasi Awal Gulma (30 HST) di lahan penelitian ... 87
3 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan 1ihizoplu.s
Terhadap Bobot Kering 1,. octovulvis pada 2 MST.. ... 8 8
4 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rlzizoplus
Terhadap Bobot Kering I,. octovulvis pada 4 MST.. ... 8 8
5 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplus
Terhadap Bobot Kering E. colonu~n pada 4 MST.. ... 88
6 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Khtoplus
Terhadap Bobot Kering E. colonu~n pada 6 MST.. ... 89
7 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Hhizoplus
Terhadrrp Sob01 Kering Pa.~pulum distichun~ pada 4 MST.. ... 89
8 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplzts
Terhadap Bobot Kering P.conjuguru~n pada 2 MST.. ... 89
9 Hasil Analisis Ragam Pengamh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizop/lts
Terhadap Bobot Kering L clzineizsis pada 2 , 4 dan 6 MST.. ... 90
10 Hasil Analis~s Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rlzizopius
Terhadap Bobot Kering E. Cruss-gullr pada 2,4 dan 6 MST.. ... 9 1
11 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan: Mulsa dan Rlzizopl~~.~ Terhadap Bobot Kering I;. nziliucea pada 2,4 dan 6 MST.. ... 92
12 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplus
Terhadap Bobot Kering C-vperus iriu pada 2,4 dan 6 MST.. ... 93
13 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplus
Halaman
14 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan. Mulsa dan I<l~izoplzi.s
...
Terhadap lndeks Luas Daun pada 2.4. 4.6 dan 6-8 MST
15 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan. Mulsa dan Hl~izoplus Terhadap Laju Tu~nbuh Relatif pada 2.4. 4.6 dan 6-8 MST ...
16 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizc1p1u.s Terhadap Laj u Asimilasi Bersih 2.4. 4-6 dan 6-8 MST ...
17 Hasil Analisis Ragain Pengaruh Persiapan lahan. Mulsa dan Rlzizop1zi.s Terhadap Jumlah Bintil Akar Efektif pada 4. 6 clan 8 MST ...
18 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplus Terhadap Bobot Bintil Akar efektif pada 4. 6 dan 8 MST ...
19 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplus
...
Terhadap Jumlah polong Per tanaman
20 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplu.~ ... Terhadap J umlah bij i per tanalnan
21 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan. Mulsa dan Rhisoplus ... Terhadap Berat 100 biji
22 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan. Mulsa dan Rhizoplus ...
Terhadap Hasil Biji Kering (tha)
... 23 Hasil Analisis Tanah pada Awal Penelitian
24 Hasil Analisis Beberapa Parameter Tanah Pada Tengah dan Akhir
. .
...
penelltian
... 26 Analisis Kandungan Nitrogen dan Fosfat Daun pada 6 MST
27 Kisaran Suhu harian ("C) 1-3 MST Berdasarkan Kedalam Tanah (cm)
...
dan Waktu Pengamatan
...
28 Tata Letali Percobaan di Lapangan
...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu dari beberapa jenis tanaman lahan kering di
Indonesia yang paling dominan ditanam petani di lahan sawah setelah padi (Adisanvanto
dan Suhartina 1995).
Kedelai adalah tanaman yang beresiko tinggi dalam pengusahaannya pada areal
yang luas, sering menghadapi kendala baik bersifat teknis maupun non teknis sehingga
tingkat produktivitas yang dicapai sangat beragam. Peningkatan produktivitas kedelai
masih dititikberatkan pada lahan sawah yang menempati 65% luas pertanaman dengan
rata-rata produlisi 1,2 ton ha-' (Adisanvanto et ul. 1996).
Manshuri dan Harnowo (1 997) menyebutkan bahwa kedelai merupakan tana~nan
kacang-kacangan terpenting di Indonesia khususnya sebagai bahan pangan sumber
protein nabati. Kebutuhan akan kedelai semakin tahun semakin meningkat sejalan dengan
peningkatan jumlah penduduk. Arsyad dan Asadi (1997) menyebutkan bahwa perrnintaan
terhadap kedelai pada tahun 2000 mencapai sekitar 2.4 juta ton. Sementara produksi
nasional deivasa ini baru sekitar 1,7 juta ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. pemerintah terpaksa mengimpor kedelai sekitar 0,7 juta ton setiap tahun.
Adapun produktivitas kedelai tahun 1999 lebih rendah 4,7% dari tahun 1998
karena rnenurunnya penggunaan pestisida dan pupuk. Kondisi ini karena harga kedua
saprodi tesebut tidak terjanbau oleh petani, sementara tanaman' kedelai sangat rentan
terhadap hama dan penyakit.
Penanaman kedelai setelah padi sawah mempunyai beberapa kendala seperti
berikutnya. Adanya kendala ini memungkinkan diterapkannya sistem budidaya tanpa
olah tanah (lY0T) yang merupakan bagian dari olah tanah konservasi (conaServution
/il/uge) yang dalam pengolahannya mengandalkan herbisida. Sistem ini dapat menekan
erosi tanah hingga 91% (Webster dan Shaw 1996), menghemat waktu, tenaga kerja,
biaya, mempertahankan kelembaban tanah dan degradasi lahan (Burgess el ul. 1995),
waktu tanam lebih cepat sehingga waktu panen lebih awal dan resiko kekeringan lebih
kecil.
Kultur teknis kedelai dewasa ini merupakan tanaman kedua setelah padi sawah,
mempunyai masalah utama berupa gulma yang tumbuh di areal pertanaman. Stooler dan
Wooley (1985) melaporkan bahwa gulma dapat menurunkan hasil kedelai antara 12%
sampai 80% tergantung pada kerapatan dan jenis gulma yang tumbuh. Lebih lanjut
Effendi dan Utomo (1986) menyatakan bahwa keadaan yang tidak menguntungkan ini
dapat dikurangi dengan pemberian mulsa.
Pengolahan tanah dan pemberian mulsa secara tepat dapat menciptakan
lingkungan tumbuh kedelai dengan baik karena tejaganya kelembaban tanah serta
menekan pertumbuhan gulma (Ardjasa dan Bangun 1985). Edmond et ul. (1977)
menambahkan bsberapa keuntungan lain penggunaan mulsa yaitu kemampuannya untuk
dapat mengurang penguapan air dari pennukaan tanah di musim kemarau ketika suhu
tinggi, menekan fluktuasi suhu tanah, melindungi tanah terhadap curah hujan yang
berlebihan dan mencegah perkecambahan dari berbagai macam benih gulma. Selain itu
Suwardjo (1981) mendapatkan aktivitas cacing tanah yang tinggi pada tanah bermulsa.
Dengan demikian agregat tanah menjadi mantap. Oleh karena itu pada tanah bermulsa,
Utomo 1986, Sutarto el ul. 1988). Dengan ketahanan penetrasi yang lebih kecil memungkinkan akar berkembang lebih baik.
Pada tanaman legum seperti kedelai terdapat ciri khas tertentu yaitu adanya bintil
akar, walaupun ada beberapa spesies yang tidak berbintil akar. Bintil akar merupakan
tempat terjadinya simbiosis antara tanaman dengan bakteri Rhizobium ,~uponicuin yang
mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan nitrogen bagi tanaman (Yutono 1993).
Penggunaan inokulan rlzizobiurn merupakan suatu bentuk bioteknologi yang
benvawasan lingkungan. Saraswati et ul. (1996) menyebutkan bahwa rlzizoplus adalah
pupuk hayati yang mengandung mikroba efektif multiguna dan diperkaya dengan unsur
mikro utama dan bahan pengaktif mikroba yang dapat memenuhi kebutuhan N dan P
tanaman. Akan tetapi efektivitas rlzi~oplus dalam aplikasinya di lapang ditentukan oleh
tiga faktor yang saling terkait, antara lain : (1). Galur rlzizobiurn, (2). Genotipe (varietas)
tanaman kacang-kacangan dan (3). Lingkungan tumbuh tanaman dan rhzzobium (Pasaribu
et ~1.1989). Lingkungan tumbuh tanaman dan rlzizobiurn yang berpengaruh bagi
keberhasilan inokulasi diantaranya adalah kelembaban tanah, pH tanah, suhu tanah dan
udara serta bahan organik tanah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan rlzizoplus dan
mulsa terhadap pertumbuhan, hasil kedelai pada tiga sistem persiapan lahan setelah padi
sawah dan dinamika populasi gulma., Selain itu bertujuan untuk mengetahui pengaruh
interaksi antara penggunaan r1zi;oplus dan mulsa terhadap pertumbuhan, hasil kedelai
Hipotesis
1 . Taraf penggunaan rl~rzoplus yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil'kedelai.
2. Taraf penggunaan mulsa yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap pertumbuhan, hasil kedelai dan dinamika populasi gulma.
3. Sistein persiapan lahan yang berbeda akan memberikan perbedaan terhadap
pertumbuhan, hasil kedelai dan dinamika populasi p l m a .
4. Adanya interaksi antara penggunaan rlzizoplus, pemberian mulsa dan sistem
persiapan lahan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, hasil kedelai dan dinamika
IINJAIJAN
YUS'I'AKA
Penggunaan Rhizoplus bagi Tanaman Kedelai
Secara alamiah tanaman kacang-kacangan (leguminoceae) hidup bersimbiosis
dengan bakteri ri~izohiz~~n sp yang dapat mengikat nitrogen dari udara (Sumarno et ul.
1989).
Kebutuhan tanaman kacang-kacangan akan hara N sangat tinggi sehingga adanya
sumber N yang murah akan sangat membantu mengurangi biaya produksi. Pada kedelai,
untuk menghasilkan 1 kg biji, tanaman menyerap 70-80 g N dari dalam tanah, sehingga
apabila hasil panen 1500 kg ha-' akan terserap 105-120 kg N dari dalam tanah. Dengan
adanya rlztobiunz sp yang efektif 50-75% dari total kebutuhan tanaman akan N tersebut
dapat dipenuhi dari fiksasi oleh rhizobium sp (Pasaribu et ul. 1989).
Menurut Yutono (1993), tidak semua tanah mengandung bakteri penambat N,
sehngga perlu diinokulasi dengan rlzizobium sp. Inokulasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, mulai dari yang sangat sederhana sampai dengan cara yang rumit yaitu :
( 1 ) inokulasi dengan menggunakan tanah yang pernah ditumbuh leguininoceue; (2)
inokulasi dengan menggunakan suspensi bintil akar; dan (3) inokulasi dengan memakai
biakan murni rhi:ohiunz sp.
Tujuan inokulasi pada dasarnya merupakan upaya menyediakan galur rhi,-obiufiz
sp yang paling serasi pada penanaman suatu jenis atau varietas legurninosa, dengan
demikian dapat meningkatkan penambatan N bebas dari udara sehingga mengurangi
penggunaan pupuk N anorganik, dan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pupuk N
tanpa mengurangi hasil (Gardner et ul. 1985). Manwan et ul. (1990) inenambahkan
Kehadiran galur rlzizohizrm sp yang serasi merupakan syarat utama untuk
menjamin terbentuknya binti l akar yang efektif. Terbentuknya bintil akar diawali dengan
invasi suatu galur rl~izohium sp pada akar rambut, menyusup ke dalam epidermis dan
masuk ke korteks (Carlson 1973). lnteraksi antara sel rhizohium sp dengan sel jaringan
akar akan membentuk bintil-bintil akar. Dalam interaksi ini sel rlzizohiuin sp akan
berubah menjadi bakteroid, sedangkan di bagian tengah sel yang mengandung bakteroid
terbentuk p i p e n merah (leglzemoglohin). Enzim nitrogenase yang terbentuk oleh
bakteroid dan Ieglzernoglobin merupakan komponen penting yang terlibat dalam proses
penambatan
Nz
(Yutono 1993).Manwan et ul. (1990) menyebutkan, rlzizobium sp dapat bertahan dalam tanah
selama 6 musim berturut-turut tanpa tanaman kedelai. Adapun populasi rlzizohia tetap
efektif yaitu sebanyak 14 000 sel per gram tanah.
Ada beberapa pertimbangan dilakukan inokulasi pada legurninosa diantaranya
adalah : (1) apabila menanam suatu jenis leguminosa pada lahan yang belum
mengandung populasi rJzizobium sp atau pada lahan yang belum pernah ditanami
kedelai; (2) apabila suatu variaetas legum baru pada suatu daerah dan sebagai inokulan
digunakan galur yang paling sesuai dengan varietas tersebut; dan (3) apabila inenanam
suatu jenis leguminosa pada lahan yang rnengandung faktor-faktor penghambat
perkembangan rlzizobiuin sp dan bintil akar, yang pada pelaksanaannya pemberian
inokulan disertai dengan penambahan bahan-bahan yang berpengaruh positif terhadap
perkembangan rhizobiui~z . ~ p dalam rhizosfer (Yutono 1993).
Dalarn memilih galur inokulan terdapat syarat-syarat tertentu yang perlu
N pada kondisi lapang dengan rentang yang luas; (2) malnpu berkompetisi dalam
rhizosfer untuk membentuk bintil, tahan hidup dalam tanah baik bersama tanaman inang
mahpun tidak; (3) dalam keadaan khas seperti pH rendah, suhu rendah dan kadar N tinggi
masih mampu membentuk bintil akar yang efektif, serta toleran terhadap pestisida; dan
(4) mudah tumbuh pada medium peat dan medium agar (Date 1975).
I<lzcoplu.s merupakan pengembangan dari inokulan rhizobium sp komersial terdiri
dari beberapa jenis mikroba efektif multiguna seperti brudyrlzizobiu dan mikroba pelarut
fosfat (Saraswati et ul. 1996). Adapun keunggulan rltizoplus dibandingkan dengan pupuk
mikroba lainnya adalah : (1). mikroba yang digunakan adalah hasil seleksi yang intensif
terhadap sifat spesifik dengan daya adaptasi yang luas, (2). bersifat multiguna,
meningkatkan ketersediaan N dan P serta unsur mikro dalam tanah, (3). dengan
penggunaan teknologi maju dalam pembuatannya, mampu mencegah kontaminasi oleh
mikroba lain dan (4). pengendalian mutu dilakukan secara intensif untuk menjamin
efektivitas pupuk mikroba ini.
Inokulasi dengan menggunakan rhizobium sp diharapkan dapat meningkatkan
hasil kedelai. Namun pada lahan sawah yang sudah sering ditanam kedelai, ternyata
inokulasi r.lzi=ohiunz sp tidak meningkatkan hasil (Adisanvanto et ul.. 1996). Demikian
pula dengan Pasaribu er ul. (1989) mendapatkan bahiva inokulasi rlzizobium sp pada
lahan yang sudah ditanami kedelai tidak efektif.
Hasil penelitian lapangan di Kabupaten Lebak menunjukkan bahwa penggunaan
r-hkoplus dapat meningkatkan pembintilan, pertumbuhan tanaman, dan serapan
N
dan Ptanaman (Sarasivati et ul. 1996). Dengan menggunakan rlzizoplus, pemupukan dengan 50
Pegertian dan Peranan Mulsa
Mulsa adalah semua atau setiap bahan yang digunakan menutup tanah yang
berfungsi untuk mengurangi penguapan air di permukaan dan menciptakan kelembaban
tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Mulsa merupakan suatu lapisan dari
sisa-sisa tanaman atau bahan lain, seperti pasir atau kertas, pada permukaan tanah. Bahan
mulsa meliputi semua bahan tidak hidup yang dipergunakan untuk memperlakukan tanah
dengan tujuan memperoleh beberapa keuntungan dengan cara menyebarkan bahan
dipermukaan tanah (Purwowidodo 1983).
Bahan mulsa bisa berupa bahan organik, bahan anorganik sintetis maupun
alamiah. Mulsa dapat disebarkan membentuk lapisan dengan ketebalan tertentu
tergantung pada bahan dan aplikasinya. Ada beberapa macam mulsa yang biasa
digunakan dalam pertanian diantaranya adalah mulsa organik berupa sisa tanaman dan
mulsa anorganik berupa aluminium dan plastik.
Rosenberg (1974) membagi mulsa menurut bahan dan teknik yang digunakan,
menjadi empat kelompok yaitu : (1) mulsa debu berupa mulsa yang diperoleh dengan
menggemburkan bagian atas tanah yang berfungsi sebagai penghalang gerakan air; (2)
mulsa gulma atau serasah berupa potongan gulma dan sisa bahan tanaman lainnya yang
dibiarkan kenng diatas permukaan tanah; (3) mulsa tunggul berupa mulsa yang diperoleh
dengan membiarkan sisa tanaman serealia tetap berada di lahan sehingga dapat
menambah kekerasan permukaan tanah; dan (4) mulsa jerami berupa jerami tanaman
serealia yang sudah tidak diperlukan lagi.
Menurut Rahardjo el u1. (1981) terdapat berbagai kandungan nutrien dalam
Tabel 1 . Kandungan nutrien beberapa jerami tanaman pertanian
Komposisi Serami
I
Protein 5,48f 1,53 6,41f 3,56(
13,94f2,571
14,02I
Bahan Kering
I Lemak
Abu
(
22,85+_7,081
7,89+_3,92 11,18+2,141
6,531
Jerami Padi
1
Serat1
31,47&4,931
32,47&4,931
3 1,53+_4,261
38,04J
, I
1
NFE1
39,879,67[
51,54+_9,311
41,53*4,261
38,11(%)
Jerami Jagung
92,24+0,37 1 -68S.92
I
p1
0,09+0,028/
0,18f0,071
0,23+0,03 0,2 8Sumber : Rahardjo et ul. (1981)
Pemilihan jenis mulsa ini perlu diperhatikan karena tiap jenis mulsa mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Misalnya mulsa yang berasal dari jerami
memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki konduktivitas termal yang rendah,
sehingga aliran panas ke &lam tanah sangat lemah, akibatnya suhu permukaan tanah
pada siang hari lebih rendah dari tanah yang terbuka atau tanah yang menggunakan mulsa
plastik. Selanjutnya dikemukanan bahwa mulsa dari sisa tanaman dapat menurunkan
suhu tanah, sedangkan mulsa dari bahan plastik akan meningkatkan suhu tanah (Oke
1978).
Tujuan penggunaan mulsa adalah untuk meningkatkan hasil dan kualitas hasil
tanaman dengan memodifikasi keadaan lingkungan. sehingga memperbaiki lingkungan
perakaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan serta produksi tanaman.
Pemulsaan tanah dapat mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehlngga dapat
memperbaikl pengambilan zat hara oleh akar tanaman (Kartasapoetra et ul. 1985).
Mulsa dapat mempengaruhi kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Pengaruhnya
terhadap kond~si fisik tanah adalah sebagai berikut : (1) mengurangi daya tumbuk
langsung butir-butir hujan; (2) menurunkan jumlah dan jarak percikan tanah kalau ada; Jerami
Kc. Tanah
9 1,2 1M,64
/
90,52+2,32 1 -4OS.551
1 .95+_00.90Jerami Kedelai
(3) menuri~nkan dispersi butir tanah permukaan sehingga mencegah pengerasan atau
pengerakan permukaan; (4) memperkecil fluktuasi kelembaban dan suhu tanah; (5)
mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah terutama erosi internal dan penyumbatan
pori tanah; (6) memperbesar infiltrasi; (7) mengurangi terjadinya evaporasi; dan (8)
mempertahankan kelembaban tanah (Kohnke el ul. 1959). Pengaruh mulsa terhadap
biologi tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroba, keberadaan insekta tanah, cacing
tanah dan populasi hewan tanah lainnya yang dekat dengan permukaan tanah, dengan
adanya suhu dan kelembaban yang seimbang dan relatif stabil sehingga dapat
mempermudah pertumbuhan benih secara maksimal (Varadan dan Rao 1983).
Marshal dan Holmes (1988) menyatakan bahwa mulsa dapat menurunkan
evaporasi dengan cara ditebarkan di atas pennukaan tanah. Mulsa dapat meningkatkan
penahanan air bagi tanah pada s a t hujan. Keefektivan mulsa &lam rnencegah evaporasi
dari tanah sangat dipengaruh oleh kesempumaan bahan tersebut menutupi permukaan
tanah.
Roose (1988), melaporkan bahwa penggunaan mulsa dapat menurunkan erosi
hingga 95 persen. karena tanah secara tidak langsung terkena pukulan air hujan. Fungsi
lain dari lnulsa adalah melindungi permukaan tanah agar lebih permeabel, kernantapan
agregat dan aerasi. serta dapat mengendalikan tanaman pengganggu (Arsyad 1989).
Peranan Mulsa Jerami Padi terhadap Produksi Tanaman
Jerami padi umumnya dipandang sebagai limbah pertanian yang rendah nilainya,
sehlngga pemanfaatannya di Indonesia relaiif kurang maksimal. Potensi Jerami padi di
Pusat Satistik 1998). lika diasumsikan satu hektar menghasikan kurang lebih 4 ton jerami padi, maka tiap tahunnya potensi jerami padi di lndonesla sekitar 45 juta ton.
Komar (1984) melaporkan bahwa pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak
berkisar antar 3 1-39 persen, sebagian besar dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai
pupuk sekitar 36-62 persen sedang sisanya antara 7-1 6 persen digunakan untuk keperluan
industri.
Adanya potensi jerami padi yang sangat besar, maka pemanfaatan jerami sebagai
mulsa dalam budidaya pertanian pertanian sangat dianj urkan. Umumnya jerami padi
setelah panen dibakar dan bahkan sebagian diantaranya diangkut ke luar lahan.
Kenyataan ini mengakibatkan semakin banyaknya pupuk anorganik yang hams
ditambahkan ke lahan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Dengan adanya
pengeinbalian limbah pertanian seperti jerami padi ke lahan, maka akan menyurnbangkan
unsur hara ke tanah sehingga akan mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Dampak
yang lebih lanjut, kesuburan tanah dapat dilestarikan (Buckman dan Brady 1980).
Jerami rnerupakan limba'. + " n m - n +..n tolnh m a n - n l n m ; 1; - ; f i l m - ; L a v t n r n C
I1 ~ ~ 1 1 ~ 1 1 1 ~ 1 1 CUU, LbIUII l11ClllfjU1U1lIL l l f j I l l I l R U J l UUlCCLICI.1
lanjut, sehingga sebagian besar karbohidrat membentuk ikatan kokoh dengan Iignin
dalam bentuk lignoselulosa dan lignohemiselulosa. Jackson (1978) menyatakan bahwa
jerami padi mengandung silika dalam gugus organik sebanyak 12-16 persen dari bahan
kering, dan silika ini menyelimuti sel jerami padi. Sedangkan komposisi kimia jerami
padi sangat ben.ariasi tergantung pada varietas padi, tempat tumbuh, jenis pupuk, jumlah
pupuk yang digunakan, dan iklim.
Menurut Sudriatna et ul. (1993), jerami padi dapat digunakan sebagai sumber
Penambahan bahan organik tanah dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah,
rnemperbaiki struktur tanah, meningkatkan ketersediaan air dan hara dalam tanah.
Sebagai sumber bahan organik sebaiknya dipenuhi dari lahan yang bersangkutan
sehingga tidak memerlukan biaya pengangkutan. Bahan tersebut dapat berasal dari sisa
tanaman utama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian 5 ton ha-' jerami padi yang
dihamparkan merata di pennukaan tanah dapat meningkatkan hasil kedelai sebesar 30%.
Disamping itu mulsa jerami dapat juga mengurangi tingkat serangan hama lalat bibit dan
menekan pertumbuhan gulma (Manwan et uI. 1990, Adisanvanto et a/. 1996). Kenaikan
hasil kedelai sebanyak 300 kg/ha diperoleh di Mojosari dengan pemberian mulsa jerami
5 ton ha-' dan naik 492 kg ha-' di Karawang dengan pemberian mulsa jerami 6 ton ha-'
(Mastur dan Sunarlim 1993). Adapun kombinasi pemberian mulsa 5 ton ha" dan
penempatan biji kedelai di tunggul bekas padi dapat meningkatkan atau memperbaiki
pertumbuhan akar dalam tanah (Sutarto et al. 1988).
Persiapan Lahan Tanaman Kedelai
Persiapan lahan merupakan prasyarat utama yang harus dilakukan dalam
budidaya tanaman kedelai. karena teknik persiapan lahan tersebut sangat menentukan
keberhasilan produksi kedelai. Menurut Titaley (1992) persiapan lahan diartikan sebagai
rnanipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Secara umum tujuan pengolahan tanah adalah untuk
mempersiapkan tanah agar kondisinya baik bagi perkembangan akar dan pertumbuhan
tanaman, mencegah erosi, memberantas gulrna dan mengelola sisa-sisa tanaman untuk
Pada prinsipnya pengolahan tanah dikelompokkan dalam beberapa ketegori
pengolahan tanah berdasarkan tingkat aktivitas dan perlakuan terhadap tanah tersebut.
Ada beberapa teknik pengolahail tanah yang sudah banyak dikenal antara lain : ( I ) olah
tanah sempurna vull lrlluge); (2) olah tanah minimum (minimum lilluge); (3) tanpa olah
tanah (no-lrllage); dan (4) olah tanah bermulsa (nzulclz trlluge).
Olah tanah sempurna (OTS) dilakukan dengan cara mengolah seluruh pemukaan
tanah secara intensif sebelum ditanami. Pengolahan ini dimaksudkan agar aerasi
meningkat dan pertumbuhan gulma menurun sehingga ketersediaan hara meningkat dan
tanaman akan tumbuh lebih baik. Cara ini memerlukan banyak waktu, tenaga biaya, dan
mempermudah erosi. Disamping itu, apabila cara ini diterapkan di daerah tropik seperti
Indonesia dengan curah hujan dan suhu yang tinggi sepanjang tahun, akan memacu dan
mempercepat degradasi lahan yang berakibat pada daya dukung dan produktivitas tanah
semakin menurun (Djunaedi 199 8).
Pada saat ini telah dikembangkan sistem pengolahan tanah konservasi
(consewutron rrlluge) yang mampu memperbaiki dan mengatasi kerusakan tanah akibat
pengolahan tanah secara konvensional. Olah tanah konservasi mempakan sisitem
pengolahan tanah yang tidak memerlukan persiapan selain membuka tempat untuk biji.
Keuntungan utama dari sistem ini adalah dapat menurunkan energi dan kerusaan tanah.
Walaupun demikian terdapat kelemahan dalam faktor pertuinbuhan dan hasil tanaman,
suhu menjadi lebih rendah, kondisi optimum untuk tanaman menjadi berkurang dan
Siste~n olah tanah konservasi dibagi dalam beberapa jenis pengolahan yaitu tanpa
olah tanah (no-/rllu~e), olah tanah minimum (minimurn /illuge) dan olah tanah yang
diikuti pemberian mulsa (mulch trlluge) .
Lingkungan tumbuh yang sesuai untuk keberhasilan pertumbuhan kedelai
dipengaruhi oleh kondisi lahan pada saat tanam, sehingga persiapan lahan untuk
menunjang keberhasilan tersebut menjadi faktor yang penting (Adisanvanto e/ u1. 1996).
Adanya pengolahan tanah yang tepat dapat menciptakan lingkungan tumbuh yang baik
bagi tanaman kedelai karena terjaganya kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan
~ u l m a (Ardjasa dan Bangun 1985). Stooler dan Wooley (1985) melaporkan bahwa gulma "
dapat menurunkan hasil kedelai antara 12% hingga 80% tergantung pa& kenpatan dan
jenis gulma yang tumbub.
Rachman (1987) menyatakan, secara garis besar pengolahan tanah dapat
dikelompokkan kedalam sistem pengolahan tanah konvensional, pengolahan tanah
minimum dan tanpa olah tanah. Pengolahan tanah konvensional ada!ah sistem
pengolahan tanah yang dilakukan pada seluruh permukaan lahan pertanian secara intensif
sebelum ditanami. Pengolahan ini memerlukan banyak waktu, tenaga dan biaya serta
akan merangsang atau mempermudah terjadinya erosi dan aliran pennukaan serta dalam
jangka panjang akan menurunkan porositas atau pemadatan tanah.
Menurut Sinukaban (1987) pengolahan tanah minimum dimaksudkan untuk
mengurangi ketidakefisienan dan efek samping yang merugikan pada sistem
konvensional dengan cara pengolahan tanah seperlunya saja sesuai yang diperlukan
Tanpa olah tanah merupakan sistem penanaman langsung tanpa didahului dengan
pengolahan tanah lanah yang tanpa diolah (zero tillage) memberikan keuntungan antara
lain dapat rnenghemat biaya, mempertahahkan kelembaban tanah, mengurangi laju erosi
serta waktu tanam lebih cepat sehingga waktu panen bisa lebih awal dan resiko
kekeringan lebih kecil (Arifin el a]. 1995).
Beberapa kelemahan dari sistem tanpa olah tanah menurut Luzt dan Liliard
(1973) adalah terjadinya ketidakmampuan akar tanaman untuk menyerap hara dari
perrnukaan tanah yang tidak diolah, terjadi persaingan antara tanaman dengan gulma
terutama dalam penyerapan unsur hara karena penggunaan herbisida belum sepenuhnya
dapat menekan pertumbuhan gulma.
Menurut Troeh et ul. (1980) sistem tanpa olah tanah dan pengolahan tanah
minimum dilakukan pada tanah yang mengandung bahan organik rendah, struktur tanah
mudah rusak dan terjadi lapisan padat di permukaan tanah apabila terjadi pengolahan
tanah berlebihan. Pada sistem ini, untuk memberantas gulma digunakan bahan kimia.
Penggunaan herbisida yang diikuti zero tilluge atau minimum tillage mampu memberikan
pendapatan bersih yang lebih baik atau menyamai hasil dari perlakuan pengolahan tanah
secara penuh !full (illage).
Musfal et 01. (1996) melaporkan bahwa penerapan sistem tanpa olah tanah pada
lahan sawah !-an@ diikuti dengan pemberian herbisida dapat melestarikan tanah dan air
serta men@emat waktu dan biaya. Peningkatan h a i l terjadi karena adanya perbaikan
sifat fisik dan kimia tanah akibat adanya tambahan bahan organ& dari gulma yang lebih
Menurut Akobundu (1 987) glifosat merupakan herbisida berspektrum luas yang
dapat mengendalikan gulma semusim dan tahunan di daerah tropika. Djunaedi (1998)
menambahkan, penggunaan herbisida dalam budidaya tanaman pertanian merupakan
teknologi pilihan karena (1) dapat diaplikasikan untuk gulma diantara tanaman yang tidak
dapat dilakukan pengendalian secara mekanis, (2) memperkecil kemungkinan rusaknya
sistem perakaran tanaman akibat pengolahan mekanis, (3) dapat menggantikan fungsi
pengolahan tanah pada persiapan lahan, (4) mengendalikan gulma sejak awal
pertanaman.
Duke dan Hoagland (1985) menyatakan bahwa mekanisme kerja glifosat pada
tumbuhan adalah dengan menghambat aktivitas enzim 5-enolpiruvilshikimat-3-fosfat
(EPSP) sintase yaitu suatu enzim pada lintasan asam sikimat yang berfungsi dalam
pembentukan asam amino aromatik seperti fenilalanin, tirosin dan triptofan. Hassal
(1982) menambahkan, herbisida ini dapat dirumuskan sebagai garam isoprophylamine
glyphosate dengan struktur kimia sebagai berikut : u
0 0
Gambar 1. Struktur Kimia Glifosat
Glifosat merupakan herbisida yang bersifat sistemik, menghambat jalur
biosintesis asam amino aromatik dan sintesis protein serta tidak aktif dalam tanah
Hasil penelitian yang dilakukan di IRRl terhadap tanaman kedelai dan jagung
setelah padi sawah menunjukkan bahwa hampir semua kedelai dan jagung yang ditanam
tanpa olah tanah hasilnya sama atau lebih baik daripada yang diolah intensif (Syari fuddin
1988), sedangkan hasil penelitian Adisarwanto et a/. (1996) menunjukkan tidak terdapat
perbedaan hasil kedelai pada tanah diolah dengan tanah tanpa diolah. Tanpa pengolahan
tanah disertai dengan pembuatan saluran drainase dapat meningkatkan hasil kedelai lebih
dari 100% dibandingkan dengan tanam tanpa saluran drainase.
Jalid ( 1996) mendapatkan bahwa pengolahan tanah belum memperlihatkan
pengaruh yang jelas terhadap hasil kacang hijau kecuali terhadap liputan dan bobot
kering gulma pada umur 30 dan 45 HST. Akan tetapi tanah yang tanpa diolah disertai
dengan penggnaan mulsa jerami padi memberikan keuntungan tertinggi (Arifin et al.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan dan pengembangan Novartis Crop
Protection, di Desa Balonggandu, Kecamatan Jatisari, Cikampek, Jawa Barat. Waktu
penelitian pada bulan September 1998 sampai dengan Pebruari 1999.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan antara lain adalah benih kedelai varietas Nakon Shawan
(NS), herbisida glifosat (Polaris 240 AS dengan bahan aktif lsopropil amina glifosat 240
E
I-'
6 1 ha-'), rhroplus, mulsa jerami padi, insektisida, pupuk urea, SP-36, KCI, Marshalu
25 ST (Karbosulfan 25,53%), Dursban 20 EC (Kloropirifos 200 g I-'), Furadan 3G
(Karbofuran 3%), Match, dan cat
Peralatan yang digunakan antara lain adalah kuadrat ukuran 0,5 x 0,5 m, alat
semprot tipe knapsack sprayer, pnetrometer, pH meter, termometer tanah, meteran,
timbangan, pelubang kertas, label, ember plastik, kantong kertas, plastik, karung plastik,
tali rafia. kamera dan alat tul~s menulis.
Metode Penelitian
Percobaan menggunakan Rancangan Faktorial dengan Rancangan Percobaan
Petak-petak terbagi (Split-split plot) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
terdiri dari
Petak Utama adalah Persiapan Lahan (P) terdiri dari :
Pl=Tanpa Olah Tanah (TOT)
+ Herbisida Glifosat (Polaris 240 AS 6
1 ha-')P2=Olah Tanah Min~mum(OTM)+Herbisida Glifosat (Polaris240AS 6 1 ha")
Anak Petak adalah Pemberian Mulsa Jeranii Padi (M) terdiri dari :
MO = Tanpa Mulsa
M 1 = . Mulsa jerami 3 ton ha"
M2 = Mulsa jerami 6 ton ha-'
Anak-anak Petak adalah Penggunaan ~~lzizoplus terdiri dari :
RO = Tanpa rlzizoplu.~
R1 = Rltizoplus dosis 2,75 g k g benih
R2 = Rltizoplus dosis 3,75 glkg benih
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 8 1 satuan percobaan.
Satu petak percobaan berukuran 5 m x 2,5 m selngga total luasan yang diperlukan
adalah 10 1 2 3
m'
. Penempatan semua perlakuan dalain petak percobaan dilakukansecara acak.
Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
v... 1 ljK1 . - p q . + V A\, 1 1 A : 'Ciif-&Ij
+(PM)ij+Fijl+(PR)ik+(MR)ik+(PMR)ijk+~ijkl
Dimana :
i = 1,2,3 ipersiapan lahan)
j = 1,2,3 (mulsa jerami padi) k = 1,2:3 ( rhizoplus)
1 = 1,2,3 (kelompok)
Yi!kl = Nilai pengamatan sistem persiapan lahan ke-i, mulsa jerami padi ke-j, inokulan
rhlzoplzrs ke-k dan ulangan ke-1.
p = Nilai rata-rata
Pi = Pengaruh aditif dari taraf ke-1 faktor persiapan lahan
E,, = Pengaruh galat petak utama
Mj = Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor rnulsa jerami padi
PMij = Pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor sistem persiapan lahan dan taraf
ke-j dari faktor pemberian mulsa jerami padi
Zjijl = Pengaruh galat anak petak
Rk = Pengaruh aditif dari taraf ke-k faktor rlzi=oplus
PRik = Pengaruh interaksi antara taraf ke-1 dari faktor sistem persiapan lahan dan taraf
ke-k dari faktor rlzi=oplus
MRjk = Pengaruh interaksi antara taraf ke-j dari faktor pemberian mulsa jerami padi dan
taraf ke-k dari faktor inokulan rlzizoplus
PMRijk = Pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor sistem persiapan lahan, taraf ke-j
dari faktor pemberian mulsa jerami padi dan taraf ke-k dari faktor inokulan
r1ti:oplus
,
= Pengaruh galat anak-anak petakData yang didapat dianalisis secara statistik. Uji nyata pada sidik ragam
dilakukan pada taraf nyata 5%. Apabila terdapat F nyata, dilanjutkan dengan uji nilai
Peiaksanaan Penelitian
Persiapan lahan
Petak percobaan dibuat dengan ukuran 5 m x 2,5 m sebanyak 81 petak, diantara
petak dibatasi oleh seng pembatas, sedang saluran drainase dibuat dengan lebar 30-40 cm
dan kedalaman 30 cm. Penempatan petak percobaan berdasarkan letak Utara Selatan,
tegak lurus terhadap datangnya sinar matahari dengan tiga saluran drainase utama dan
saluran-saluran drainase antar petak-petak utama.
Untuk perlakuan tanpa olah tanah (TOT), lahan bekas padi sawah disemprot
dengan herbisida glifosat yang terfonnulasi dalam polaris 240 AS 6 1 ha-' seminggu
S a ~ a ~ . ,,,,dl,,
-
t dnam. Untuk perlakuan olah tanah minimum (OTM), dilakukan penyemprotandengan herbisida glifosat kemudian hanya diolah tanah yang berada dalam barisan
tanarnm. Perlakuan olah tanah sempurna (OTS), lahan bekas padi sawah diolah secara
sempurna dengan cara dipacul dan digaru dua kali tanpa rnenggunakan herbisida.
Pem berian Rhizoplus
Benih dicampur dengan rhizoplus sesuai dengan perlakuan yaitu tanpa rhzzoplus,
rhcop1u.s dengan dosis 2,75 _&g benih, dan rlz1zop1u.c 3,75 f i g benih, yang sebelumnya
telah dibasahi dengan air.
Penanaman
Penanaman dilakukan secara serentak baik pa& TOT, OTM rnstupun OTS dengan
tugal pada jarak tanam 20
x
20 cm dengan 2 biji per lubang pada kedalaman tugal lebihkurang 3 cm. kemudian ditutup dengan abu sekam. Sebelumnya benih diberi insektisida
Marshal 10
gr
kg-' benih dan dicampur bersamaan dengan pemberian sesuai denganPemberian Muisa
Pemberian mulsa jerami padi dilakukan setelah benih ditanam dengan cara jerami
padi disebar merata di atas permukaan tanah. Adapun dosis yang diberikan sesuai dengan
perlakuan yaitu tanpa pemberian mulsa, mulsa 3 ton ha-' dan mulsa 6 ton ha-'.
Pemupukan
Pupuk dberikan dengan dosis 25 kg urea ha-', 50 kg SP-36 ha-' dan 100 kg KC1
ha-' dengan cara tugal dan ditempatkan 5-7 cm disamping tanaman pada umur 25 HST
(waktu anj uran pemberian pupuk pacia lahan yang menggunakan rhrzophs).
Pemeliharaan tanaman
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida
Dursban 20 EC 1-2 cc/l air dan Match 1-13 ccA air bila ada gejala serangan. Penyiangan
dilakukan pada saat tanaman telah selesai pembungaan, pengairan diberikan sesuai
tingkat kebutuhan tanaman akan air yang disesuaikan dengan keadaan hujan.
Panen
to A n
Tanaman kedelai dipanen apabila tanaman sudah memperlihtkm c c ~ l U U - ~ ~ U ~ ~
panen. yaitu daun dan polong telah benvarna kuning atau coklat dan mengering.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Tanaman Kedelai
Pengamatztn dilakukan terhadap gulma dan tanaman kedelai. Pengainatan
terhadap tanaman kedelai meliputi pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan hasil
tanaman. Pada setiap petak ditentukan sepuluh tanaman contoh secara acak dan
d~berikan label. Tanaman yang diberi label tersebut dijadikan sampel untuk pengukuran
Pengamatan pertumbuhan meliputi bobot kering tanaman, luas daun, jumlah bintil
akar efektif, bobot bintil akar efektif dan analisis tumbuh yang meliputi indeks luas daun
(ILD), laju tumbuh relatif (LTR), laju asimilasi bersih (LAB). Sedangkan pengamatan
terhadap hasil dan komponen hasil meliputi jumlah polong per tanaman, jumlah biji per
tanaman, bobot 100 biji, dan hasil biji kering (ton ha-').
Untuk analisis pertumbuhan tanaman yang meliputi Indeks luas daun (ILD), laju
pertumbuhan relatif (LTR), laju asimilasi bersih (LAB) dilakukan di laboratoriwn
budidaya tanaman IPB dan laboratorium penelitian Novartis stasiun Cikampek.
Data laju pertumbuhan tanaman diperoleh dengan mencabut 2 tanaman secara
acak dari setiap petak percobaan, kemudian dicuci bersih dan dioven pada suhu 80°C
selama 36 jam. Setelah kering lalu ditimbang. Pengambilan contoh tanaman untuk laju
pertumbuhan tanaman dilakukan 4 kali yaitu 2,4,6 dan 8 MST.
Data untuk indeks luas daun diperoleh dengan mencabut dua tanaman secara acak
pada setiap satuan percobaan, kemudian dipisahkan bagian-bagian tanaman dan helai
daun. Helai daun dibersihkan dan dimasukkan dalam Automatic Leaf Area Meter.
Analisis pertumbuhan tanaman dihitung dengan menggunakan rumus yang
dikembangkan oleh Radford ( 1967) sebagai berikut :
1. lndeks luas daun (ILD)
Adalah rasio luas daun terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman
budidaya.
LA2 -+ LA1 1
ILD = ... x
----
3
L G A
LA, = Luas daun pada waktu tl (cm2)
LA2 = Luas daun pada waktu tz (cm')
2. Laju asimilasi bersih (LAB)
Adalah laju pertambahan bobot bahan kering tanaman rata-rata tiap satuan luas
daun tiap waktu.
W 2 - W I L n L 2 - L n L ,
LAB =
---
x---
(g/cm2/hari) L2-
LI t2-
tlDirnana :
W = Bobot kering tanaman bagian atas yang dipanen pada saat t
W2 = Bobot kering tanaman bagian atas yang dipanen pada saat tz L = Luas daun
t = Waktu (hari)
3. Laju tumbuh relatif (LTR)
Adalah laju pertambahan bobot bahan kering tanaman tiap bobot bahan kering
tanaman yang ada tiap satuan waktu.
4. Jumlah dan bobot bintil akar efektif
Pengamatan jumlah bintil akar per tanaman dan bobot bintil akar efektif per
: : Z ~ Z E &!dakafi pada 4. 6 dan 8 MST. Tanaman contoh sebelum dioven, dihitung
dahulu jumlah bintil akamya. Kriteria untuk bobot bintil akar efektif adalah bintil akar
berukuran terbesar dan terberat per tanaman yang diambil atas dasar standar yang
disesuaikan dengan jumlah bintil akar efektif yang ada.
5. Jumlah polong per tanaman
Jumlah polong per tanaman diamati pada waktu panen dengan cara menghitung
jumlah polong isi per tanaman. Tanaman contoh yang diamati, ditentukan secara acak
6. Jumlah biji per tanaman
Jumlah biji per tanaman diamati pada waktu panen dengan cara menghitung
jumlah biji per tanaman pada setiap rumpun tanaman yang diambil secara acak.
7. Bobot 100 biji
Diambil secara acak sebanyak 100 biji kedelai hasil panenan yang telah mencapai
bobot kering konstan yaitu pada kadar air 12-14%.
8. Hasil biji kering (ton ha-')
Hasil biji kering diamati pada luas ubinan 2 m x 2 m. Biji-biji kedelai yang
diperoleh dikeringkan dalam oven h i n a a mencapai kadar air 14%.
Pengamatan Gulma
Pengamatan gulma dilakukan dengan menggunakan metode visual dan analisis
vegetasi dengan metode kuadrat, meliputi : macam spsies, kerapatan, frekuensi, berat
kering dan nisbah jumlah dominansi (NJD). Analisis vegetasi dilakukan dengan
menggunakan petak contoh ukuran 0,5 x 0,5 m. Data bobot kering diperoleh setelah
eulma &oven pada suhu 105°C selarna 24 jam. Pengarnatan gulma dilakukan pada saat u
sebelum tanam, 2 , 4 dan 6 MST.
Pengamatan gulma bertujuan untuk melihat gulrna-gulma dominan pada tiap-tiap
pengamatan dan pada setiap perlakuan. Data vegetasi gulma dianalisis dengan rumus
yang dikembangkan oleh Numata (1982). Rumus yang digunakan sebagai berikut :
1. Kera patan mutlak (KM) 'dan kerapatan nisbi (KN)
Kerapatan mutlak (KM ) = Jumlah individu spesies itu dalam petak contoh
KM spesies itu
Kerapatan nisbi
(m
j = ... X 100%2. Frekuensi mutlak (FM) dan frekuensi nisbi (FN)
Frekuensi mutlak (FM) = Jumlah petak contoh yang memuat spesies itu
Nilai FM jenis itu
Frekuensi nisbi (FN) =
...
x 100% Jumlah nilai FM semua jenis3. Bobot kering gulma mutlak (BKM) dan bobot kering gulma nisbi (BKN)
Bobot kering gulma rnutlak (BKM) = Bobot kering spesies gulma tertentu
BKM dpesies tertentu
Bob01 kering @Ima nisbi (BKN) =
---
--
----
---
----
---
X 100%Jumlah nilai BKM semua jenis
Berdasarkan hasil analisis vegetasi tersebut maka dapat diperoleh nilai nisbah
jumlah dominansi (NJD), koefisien komunitas dan dinamika populasi gulma.
a. Nilai nisbah jumlah dominansi (NJD)
KN
+
FN
+
BKN
Nilai nisbah jumlah dominansi =
...
X 100%3
b. Koefisien komunitas
Koefisien komunitas dihitung untuk mengetahui tingkat kesammm masing
masing komunitas vegetasi gulma dengan rumus sebagai berikut :
2W
c
=---
x 100%a + b
dimana :
C = Koefisien komunitas
2~ = Jumlah dari dua komunitas terendah untuk jenis dari masingmasing
komunitas
a = Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama
c. Bobot kering gulma total
Bobot kering gulma total diperoleh melalui penggabungan semua bobot kering
spesies gulma dalatn satu p