• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian penggunaan rhizoplus dan mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glicine ntm (L) Merril) pada tiga sistem persiapan lahan setelah padi sawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian penggunaan rhizoplus dan mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glicine ntm (L) Merril) pada tiga sistem persiapan lahan setelah padi sawah"

Copied!
254
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)

KA.llAN IDISNGGIJNAAN RHIZOPLUS DAN MU1,SA IERHADAI'

PERTllMRljHAN DAN HASlL KEDELAI (Glycine

vinax

(LA)

Merrill)

I'AIIA TIGA SISTEM PERSIAPAN LAHAN SETlEtAH PAI)I

SAWAH

OLEH

:

EVA OKTAVIDIATI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(134)

EVA OKTAVIDIATI. Kajian Penggunaan /?lzizoplz~.~ dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan ~ a s ~ l Kedelai (Glycine mux (L) Mefill) pada Tiga Sistem Persiapan Lahan Setelah Padi Sawah. Dibimbing oleh H. IS HIDAYAT UTOMO, MUNIF

GHULAMAHDI dan HARRIS BURHAN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan rlzizoplus, mulsa dan tiga cara persiapan lahan serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai serta dinamika populasi gulma. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Keiompok sebagai Rancangan Lingkungan dan Rancangan . Petak-petak Terbagi (Split- .cpli/ /'lo/ l>esigiz) sebagai Rancangan Perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi keracunan pada tanaaafi kedelai um.ir 1-2 minggu setelah tanam akibat aplikasi herbisida glifosat untuk persiapan lahan. Sebagian besar lahan didominasi oleh gulma dari golongan teki-tekian

dari

awal hingga akhir penelitian dengan nilai Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) tertinggi. Bobot kering ~ u l m a total (BKGT) tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan olah tanah sempuma (9TS).

-

Kombinasi perlakuan olah tanah minimum (OTM)

+

pemberian mulsa 3 ton ha-' sampai dengan 6 ton ha-', demikian juga dengan kombinasi perlakuarl uiah iarraii minimum dan penggunaan riziropius 3,75 @kg benih menunjukkan hasil laju asimilasi bersih (2-4 MST) tertinggi. Kombinasi perlakuan pemberian mulsa 6 ton ha-' + rl?izoplus 3,75 &kg benih mempunyai laju asimilasi bersih (4-6 MST) tertinggi, kombinasi perlakuan pemberian mulsa 3 ton ha-' + rl~izoplus 3,75 g/kg benih menunjukkan hasil jumlah bintil akar efektif (6 MST) dan bobot bintil akar efektif (6 MST) tertinggi. Kombinasi perlakuan olah tanah minimum + mulsa 3 ton ha-' + rhizoplus 3,75 g/kg benih mempunyai laju asimilasi bersih (2-4 MST) dan bobot bintil akar efektif (6 MST) tertinggi.

Persiapan lahan secara tanpa olah tanah (PI) menunjukkan p e n g a d y;r;;g ! c - M baik dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya. Perlakuan tanpa olah tanah dapat menekan pertumbuhan gulma dengan ditemukannjra b e b t kering gtilrna L"~'&~t'igia octovulvis dan BKGT terendah, jumlah bintil akar efektif, bobot bintil akar efektif, jum:ah polong per iananlan, jumlah biji per tanaman dan hasil biji kering (ton ha-') ieliirlssi. ?eltlbcr;an muisa 3 sat~ipai dengan 6 ton ha-' (MI dan M2) dapat rnenekan bobot kering Pu.~pulzrnz conjtrgatum, E. cruss-gulli dan F. nziliaceu. Didapatkan hasil berupa ILD (6-8 MST), jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman dan hasil biji kering (ton ha-') tertingsj. Hlzkoplus 3,75 g/kg benih (R2) dapat menekan bobot kering gulma L. oc~rovulvis, E. c o l u n ~ ~ n , Y. conjtlgutu~?~, L. c l ~ i n e n . ~ ~ . ~ dan 17 rniliuceu dan dapat meningkakan LTR (2-4 MST).

Hasil bi-ji kering (ton ha-') pada perlakuan TOT (PI) adalah 1,52 ton ha-' lebih tin@ dibandingkan dengan OTM (P2) yaitu 1,37 ton ha-' dan OTS (P3) yaitu 1,06 ton ha-' atail terj~di peningkatan sebesar 30,32% pada TOT, 11% pada OTM apabila dibandingkan dengan OTS. Perlakuan pemberian mulsa jerami padi 6 ton ha-' memberikan hasil biji kering (ton ha-') 1,46 ton ha.' atau 23,86%, sedangkan pemberian

-i

(135)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

KAJIAN PENGGUNAAN RHIZOPLUS DAN MULSA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) PADA

TIGA SISTEM PERSIAPAN LAHAN SETELAH PAD1 SAWAH

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2002

Eva Oktavidiati

(136)

KAJIAN I'ENGGIJNAAN

RHIZOPLUS

DAN MIJLSA TERHADAP

I'ERTIJMBUHAN

DAN HASIL KEDELAI (Glycine

max

(L) Merrill)

PADA TIGA SISTEM PERSIAPAN LAHAN SETELAH PAD1

SAWAH

EVA OKTAVIDIATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar

Magister Sains pada

Program

Studi Agronomi

PROGRAM

PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(137)

Judul Tesis : Kajian Penggunaan Rhizoplus dan Mulsa Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glicine ntm (L) Merril)

pada Tiga Sistem Persiapan Lahan Setelah Padi sawah

Nama Mahasiswa : Eva Oktavidiati

Nomor Pokok : 96055

Program Stucii : Agronomi

Menyetujui :

1. Komisi Pembimbing

11.. H. Is Hidavat Utomo, h1.S. Ketua

Dr. lr.

Anggota

2. Ketua Program Studi

Agronomi,

Dr. Ir. Sudirman Yahva, M.Sc.

(138)

Penulis dilahirkan di Bengkulu Selatan pada tanggal 5 Oktober 1968, merupakan putra ketiga dari lima bersaudara, dari Ayahanda Syamsulbahri dan lbunda Aminah. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1980 di SD Negeri 15 Kotamadia Bengkulu. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan tahun 1983 di SMP Negeri 4 Bengkulu. Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan tahun 1986 di SMA Negeri 2 Bengkulu.

Pada tahun 1986 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, dan mendapat gelar sarjana pertanian pada tahun 1991. Penulis adalah penerima Tunjangan Ikatan Dinas (TID) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan ditempatkan di Kopertis Wilayah II Palembang diperbantukan (dpk) pada Universitas Muhammadiyah Bengkulu pada tahun 1994.

(139)

. PuJi syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahinat dan Karunia-Nya, penelitian dan penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis berjudul Kajian Penggunaan Hlzi~oplzrs dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (G1,vcine t n u (L) Merril) Pada Tiga Sistem Persiapan Lahan Setelah Padi Sawah, disusun sebagai salah satu sy arat untuk mem peroleh gelar Magister Sains pada Program Pascasarjana lnstitut I'ertanian Bogor.

Penelitian dan penulisan tesis ini dapat disetesaikan atas pengarahan serta bimbingan dari Tim Komisi Pembimbing. Penulis menyampaikan terima kasih dengan tulus dan penuh rasa hormat kepada Bapak Ir. H. Is Hidayat Utomo, MS., sebagai ketua komisi, Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S. dan Dr. Harris Burhan, Msc.Agr., masing- masing sebagai anggota.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor IPB dan Pimpinan Program Pascasarjana IPB atas kesempatan mengikuti studi program Magister Sains. Kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) dan Dekan Fakultas Pertanian UMB, serta Koordinator Perguruan Tinggi Wilayah I1 Palembang disampaikan terima kasih atas ijin melanjutkan studi Magister Sains. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Tim Manajemen Program Doktor (TMPD) yang telah membiayai studi penulis.

Kepada Ayahanda, Ibunda tercinta dan mertua, serta kakak dan adik baik yang berada di Bogor ataupun yang di Madura, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas pengorbanan dan do'a restunya. Khusus kepada suami tercinta Lr. Sunaryadi, M.Si. dan Ananda tersayang Yesa Vadina Afrasari, walaupun dalam keprihatinan tetap setia mendampingi penulis dengan pen& kesetiaan, kesabaran, dan keceriaan, penulis sampaikan ucapan terima kasih.

Semoga h a i l penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2002

(140)

... DAFTAR IS1 ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... PEN DAHULUAN ...

Latar Belakang . .

...

Tujuan Penelltlan

. . .

Hipotesis

...

TlNJ AUAN PUSTAKA

Pengunaan Klziloplus bagi Tanaman Kedelai ...

Pengertian dan Peranan Mulsa ...

Peranan Mulsa Jerami Padi terhadap Produksi Tanaman ...

Persiapan Lahan Tanaman Kedelai ...

BAHAN DAN

METODE

...

Tempat dan Waktu Penelitian ... Bahan dan Alat ... Metode Penelitian ... Pelaksanaan Penelitian ...

...

Pengamatan dan Pengumpulan Data Tanaman Kedelai

...

Pengamatan Gulma

HASIL DAN PEMBAHASAN ...

Keadaan Umum Pertanaman . . .

Tingkat Keracunan Tanaman ...

Dinamika Populasi Gulma . . .

Pertumbuhan dan Produksi Kedelai ...

Pembahasan Umum ...

KESIMPULAN DAN SARAN ...

Kesimpulan ...

...

Saran

DAFTAR PUSTAKA . . .

(141)

1)AF'I'AK

TABEL

Halaman

... 1 Kandungan nutrien beberapa jerami tanaman pertanian..

...

2 Spesies gulma dan nisbah jumlah dominansi (NJD) pada 2,4,6 MST..

3 Pengaruh persiapan lahan (P) terhadap populasi gulma dominan pada 2,4 dan 6 MST.. ...

4 Pengaruh pemberian mulsa (M) terhadap populasi gulma dominan pada 2,4 dan 6 MST.. ...

5 Pengaruh pensgunam rkrroplus ( R ) terhadap populasi gulma dominan pada 2,4 dan 6 MST.. ...

6 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh sistem persiapan lahan, mulsa dan penggunaan rlzizoplus terhadap bobot kering gulma dominan.. ...

7 Pengaruh persiapan lahan (P) terhadap bobot kering L. octovalvis pada 4 MST ...

8 Pengaruh penggunaan rlzizoplus ( R ) terhadap bobot kering gulma L. octovulvis pada 4 hlST ...

9 Pengaruh penggunaan rlzizoplus ( R ) terhadap bobot kering gulma E. colotzum pada 4 MST d i n 6 MST ...

10 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap bobot kering gulma f'. conjugutzo?~ pada 2 MST.. ...

1 1 Pengaruh penggunaan rhtzoplus (

R

) terhadap bobot kering'bxlma 1'. conjugutz~?~ pada 2 MST ...

12 Pengaruh penggunaan I-l?r:oplus ( R ) terhadap bobot kering gulma L.chirzerzsis pada 2 MST ...

13 Pengaruh persiapan lahan (P) terhadap bobot kering E. cruss-gulli

...

pada 4 MST

(142)

Halaman

15 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap bobot kering gulma

I<: I M I I I U C ~ U pada 2 MST.. ... 48

16 Pengaruh perlakuan pemberian inulsa (M) terhadap bobot kering gulma I+'. mil~uceu pada 4 MST.. ...

17 Pengaruh penggunaan rhizoplus ( R ) terhadap bobot kering gulma F. miliacea pada 4 MST ...

18 Pengaruh interaksi antara pemberian lnulsa dan penggunaan rhizoplus (MR) terhadap bobot kering F. miliacea pada 6 MST ...

19 Pengaruh persiapan lahan (P) terhadap bobot kering e l m a total pada 2 MST dan 4 MST ...

20 Rekapitulasi analisis ragain pengaruh sistem persiapan lahan, mulsa dan penggunaan rhrzoplus terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.. ...

2 1 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap indeks luas daun pada 6-8 MST ...

22 Pengaruh penggunaan rlzizoplus ( R ) terhadap laju tumbuh relatif pada 2-4 MST ...

23 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh sistem persiapan lahan, mulsa dan penggunaan rltizoplus terhadap laju asimilasi bersih pada setiap waktu

...

pengainatan

24 Pengaruh interaksi antara perlakuan persiapan M a n . mulsa dan penggunaan rhcoplus (PMR) terhadap LAB 2-4 MST.. ...

15 Pengaruh ~nteraksi antara pemberian mulsa dan pen,uunaan rhrzoplzrs (MR) terhadap L A B pada 4-6 MST.. ...

26 i'engaruh persiapan lahan (P) terhadap jumlah bintil akar efektif pada Setiap \vaL?u pengamatan . . .

27 Pengaruh interaksi antara pemberian mulsa dan penggunaan rlzizoplzrs (MR) terhadap jumlah bintil akar efektif pada 6

MST..

...
(143)

Halaman

29 Pengaruh interaksi antara perlakuan persiapan lahan, mulsa dan penggunaan rlzizoplus (PMR) terhadap bobot bintil akar efektif pada

6 MST.. ... 6 3 30 Pengaruh perlakuan persiapan lahan (P) terhadap jumlah polong per

...

tanaman 64

3 1 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap jumlah polong per

tanaman ... 65 32 Pengaruh perlakuan persiapan lahan (P) terhadap jumlah biji per

tanainan ... 66

33 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap jilrnhh biji per

tanarrian ... 67

34 Pengaruh perlakuan persiapan lahan (P) terhadap hasil biji kering - I

(ton ha ).. ... 68

35 Pengaruh perlakuan pemberian mulsa (M) terhadap hasil biji kering

- 1 .

(144)

1 Koefisien Komunitas Vegetasi Gulma pada Analisis Vegetasi Awal

(30 hari sebelum tanam). ... 86 2 Hasil Analisis Vegetasi Awal Gulma (30 HST) di lahan penelitian ... 87

3 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan 1ihizoplu.s

Terhadap Bobot Kering 1,. octovulvis pada 2 MST.. ... 8 8

4 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rlzizoplus

Terhadap Bobot Kering I,. octovulvis pada 4 MST.. ... 8 8

5 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplus

Terhadap Bobot Kering E. colonu~n pada 4 MST.. ... 88

6 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Khtoplus

Terhadap Bobot Kering E. colonu~n pada 6 MST.. ... 89

7 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Hhizoplus

Terhadrrp Sob01 Kering Pa.~pulum distichun~ pada 4 MST.. ... 89

8 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplzts

Terhadap Bobot Kering P.conjuguru~n pada 2 MST.. ... 89

9 Hasil Analisis Ragam Pengamh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizop/lts

Terhadap Bobot Kering L clzineizsis pada 2 , 4 dan 6 MST.. ... 90

10 Hasil Analis~s Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rlzizopius

Terhadap Bobot Kering E. Cruss-gullr pada 2,4 dan 6 MST.. ... 9 1

11 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan: Mulsa dan Rlzizopl~~.~ Terhadap Bobot Kering I;. nziliucea pada 2,4 dan 6 MST.. ... 92

12 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplus

Terhadap Bobot Kering C-vperus iriu pada 2,4 dan 6 MST.. ... 93

13 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplus

(145)

Halaman

14 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan. Mulsa dan I<l~izoplzi.s

...

Terhadap lndeks Luas Daun pada 2.4. 4.6 dan 6-8 MST

15 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan. Mulsa dan Hl~izoplus Terhadap Laju Tu~nbuh Relatif pada 2.4. 4.6 dan 6-8 MST ...

16 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizc1p1u.s Terhadap Laj u Asimilasi Bersih 2.4. 4-6 dan 6-8 MST ...

17 Hasil Analisis Ragain Pengaruh Persiapan lahan. Mulsa dan Rlzizop1zi.s Terhadap Jumlah Bintil Akar Efektif pada 4. 6 clan 8 MST ...

18 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplus Terhadap Bobot Bintil Akar efektif pada 4. 6 dan 8 MST ...

19 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplus

...

Terhadap Jumlah polong Per tanaman

20 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan, Mulsa dan Rhizoplu.~ ... Terhadap J umlah bij i per tanalnan

21 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan. Mulsa dan Rhisoplus ... Terhadap Berat 100 biji

22 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Persiapan lahan. Mulsa dan Rhizoplus ...

Terhadap Hasil Biji Kering (tha)

... 23 Hasil Analisis Tanah pada Awal Penelitian

24 Hasil Analisis Beberapa Parameter Tanah Pada Tengah dan Akhir

. .

...

penelltian

... 26 Analisis Kandungan Nitrogen dan Fosfat Daun pada 6 MST

27 Kisaran Suhu harian ("C) 1-3 MST Berdasarkan Kedalam Tanah (cm)

...

dan Waktu Pengamatan

...

28 Tata Letali Percobaan di Lapangan

...

(146)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu dari beberapa jenis tanaman lahan kering di

Indonesia yang paling dominan ditanam petani di lahan sawah setelah padi (Adisanvanto

dan Suhartina 1995).

Kedelai adalah tanaman yang beresiko tinggi dalam pengusahaannya pada areal

yang luas, sering menghadapi kendala baik bersifat teknis maupun non teknis sehingga

tingkat produktivitas yang dicapai sangat beragam. Peningkatan produktivitas kedelai

masih dititikberatkan pada lahan sawah yang menempati 65% luas pertanaman dengan

rata-rata produlisi 1,2 ton ha-' (Adisanvanto et ul. 1996).

Manshuri dan Harnowo (1 997) menyebutkan bahwa kedelai merupakan tana~nan

kacang-kacangan terpenting di Indonesia khususnya sebagai bahan pangan sumber

protein nabati. Kebutuhan akan kedelai semakin tahun semakin meningkat sejalan dengan

peningkatan jumlah penduduk. Arsyad dan Asadi (1997) menyebutkan bahwa perrnintaan

terhadap kedelai pada tahun 2000 mencapai sekitar 2.4 juta ton. Sementara produksi

nasional deivasa ini baru sekitar 1,7 juta ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri. pemerintah terpaksa mengimpor kedelai sekitar 0,7 juta ton setiap tahun.

Adapun produktivitas kedelai tahun 1999 lebih rendah 4,7% dari tahun 1998

karena rnenurunnya penggunaan pestisida dan pupuk. Kondisi ini karena harga kedua

saprodi tesebut tidak terjanbau oleh petani, sementara tanaman' kedelai sangat rentan

terhadap hama dan penyakit.

Penanaman kedelai setelah padi sawah mempunyai beberapa kendala seperti

(147)

berikutnya. Adanya kendala ini memungkinkan diterapkannya sistem budidaya tanpa

olah tanah (lY0T) yang merupakan bagian dari olah tanah konservasi (conaServution

/il/uge) yang dalam pengolahannya mengandalkan herbisida. Sistem ini dapat menekan

erosi tanah hingga 91% (Webster dan Shaw 1996), menghemat waktu, tenaga kerja,

biaya, mempertahankan kelembaban tanah dan degradasi lahan (Burgess el ul. 1995),

waktu tanam lebih cepat sehingga waktu panen lebih awal dan resiko kekeringan lebih

kecil.

Kultur teknis kedelai dewasa ini merupakan tanaman kedua setelah padi sawah,

mempunyai masalah utama berupa gulma yang tumbuh di areal pertanaman. Stooler dan

Wooley (1985) melaporkan bahwa gulma dapat menurunkan hasil kedelai antara 12%

sampai 80% tergantung pada kerapatan dan jenis gulma yang tumbuh. Lebih lanjut

Effendi dan Utomo (1986) menyatakan bahwa keadaan yang tidak menguntungkan ini

dapat dikurangi dengan pemberian mulsa.

Pengolahan tanah dan pemberian mulsa secara tepat dapat menciptakan

lingkungan tumbuh kedelai dengan baik karena tejaganya kelembaban tanah serta

menekan pertumbuhan gulma (Ardjasa dan Bangun 1985). Edmond et ul. (1977)

menambahkan bsberapa keuntungan lain penggunaan mulsa yaitu kemampuannya untuk

dapat mengurang penguapan air dari pennukaan tanah di musim kemarau ketika suhu

tinggi, menekan fluktuasi suhu tanah, melindungi tanah terhadap curah hujan yang

berlebihan dan mencegah perkecambahan dari berbagai macam benih gulma. Selain itu

Suwardjo (1981) mendapatkan aktivitas cacing tanah yang tinggi pada tanah bermulsa.

Dengan demikian agregat tanah menjadi mantap. Oleh karena itu pada tanah bermulsa,

(148)

Utomo 1986, Sutarto el ul. 1988). Dengan ketahanan penetrasi yang lebih kecil memungkinkan akar berkembang lebih baik.

Pada tanaman legum seperti kedelai terdapat ciri khas tertentu yaitu adanya bintil

akar, walaupun ada beberapa spesies yang tidak berbintil akar. Bintil akar merupakan

tempat terjadinya simbiosis antara tanaman dengan bakteri Rhizobium ,~uponicuin yang

mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan nitrogen bagi tanaman (Yutono 1993).

Penggunaan inokulan rlzizobiurn merupakan suatu bentuk bioteknologi yang

benvawasan lingkungan. Saraswati et ul. (1996) menyebutkan bahwa rlzizoplus adalah

pupuk hayati yang mengandung mikroba efektif multiguna dan diperkaya dengan unsur

mikro utama dan bahan pengaktif mikroba yang dapat memenuhi kebutuhan N dan P

tanaman. Akan tetapi efektivitas rlzi~oplus dalam aplikasinya di lapang ditentukan oleh

tiga faktor yang saling terkait, antara lain : (1). Galur rlzizobiurn, (2). Genotipe (varietas)

tanaman kacang-kacangan dan (3). Lingkungan tumbuh tanaman dan rhzzobium (Pasaribu

et ~1.1989). Lingkungan tumbuh tanaman dan rlzizobiurn yang berpengaruh bagi

keberhasilan inokulasi diantaranya adalah kelembaban tanah, pH tanah, suhu tanah dan

udara serta bahan organik tanah.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan rlzizoplus dan

mulsa terhadap pertumbuhan, hasil kedelai pada tiga sistem persiapan lahan setelah padi

sawah dan dinamika populasi gulma., Selain itu bertujuan untuk mengetahui pengaruh

interaksi antara penggunaan r1zi;oplus dan mulsa terhadap pertumbuhan, hasil kedelai

(149)

Hipotesis

1 . Taraf penggunaan rl~rzoplus yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap pertumbuhan dan hasil'kedelai.

2. Taraf penggunaan mulsa yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap pertumbuhan, hasil kedelai dan dinamika populasi gulma.

3. Sistein persiapan lahan yang berbeda akan memberikan perbedaan terhadap

pertumbuhan, hasil kedelai dan dinamika populasi p l m a .

4. Adanya interaksi antara penggunaan rlzizoplus, pemberian mulsa dan sistem

persiapan lahan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, hasil kedelai dan dinamika

(150)

IINJAIJAN

YUS'I'AKA

Penggunaan Rhizoplus bagi Tanaman Kedelai

Secara alamiah tanaman kacang-kacangan (leguminoceae) hidup bersimbiosis

dengan bakteri ri~izohiz~~n sp yang dapat mengikat nitrogen dari udara (Sumarno et ul.

1989).

Kebutuhan tanaman kacang-kacangan akan hara N sangat tinggi sehingga adanya

sumber N yang murah akan sangat membantu mengurangi biaya produksi. Pada kedelai,

untuk menghasilkan 1 kg biji, tanaman menyerap 70-80 g N dari dalam tanah, sehingga

apabila hasil panen 1500 kg ha-' akan terserap 105-120 kg N dari dalam tanah. Dengan

adanya rlztobiunz sp yang efektif 50-75% dari total kebutuhan tanaman akan N tersebut

dapat dipenuhi dari fiksasi oleh rhizobium sp (Pasaribu et ul. 1989).

Menurut Yutono (1993), tidak semua tanah mengandung bakteri penambat N,

sehngga perlu diinokulasi dengan rlzizobium sp. Inokulasi dapat dilakukan dengan

berbagai cara, mulai dari yang sangat sederhana sampai dengan cara yang rumit yaitu :

( 1 ) inokulasi dengan menggunakan tanah yang pernah ditumbuh leguininoceue; (2)

inokulasi dengan menggunakan suspensi bintil akar; dan (3) inokulasi dengan memakai

biakan murni rhi:ohiunz sp.

Tujuan inokulasi pada dasarnya merupakan upaya menyediakan galur rhi,-obiufiz

sp yang paling serasi pada penanaman suatu jenis atau varietas legurninosa, dengan

demikian dapat meningkatkan penambatan N bebas dari udara sehingga mengurangi

penggunaan pupuk N anorganik, dan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pupuk N

tanpa mengurangi hasil (Gardner et ul. 1985). Manwan et ul. (1990) inenambahkan

(151)

Kehadiran galur rlzizohizrm sp yang serasi merupakan syarat utama untuk

menjamin terbentuknya binti l akar yang efektif. Terbentuknya bintil akar diawali dengan

invasi suatu galur rl~izohium sp pada akar rambut, menyusup ke dalam epidermis dan

masuk ke korteks (Carlson 1973). lnteraksi antara sel rhizohium sp dengan sel jaringan

akar akan membentuk bintil-bintil akar. Dalam interaksi ini sel rlzizohiuin sp akan

berubah menjadi bakteroid, sedangkan di bagian tengah sel yang mengandung bakteroid

terbentuk p i p e n merah (leglzemoglohin). Enzim nitrogenase yang terbentuk oleh

bakteroid dan Ieglzernoglobin merupakan komponen penting yang terlibat dalam proses

penambatan

Nz

(Yutono 1993).

Manwan et ul. (1990) menyebutkan, rlzizobium sp dapat bertahan dalam tanah

selama 6 musim berturut-turut tanpa tanaman kedelai. Adapun populasi rlzizohia tetap

efektif yaitu sebanyak 14 000 sel per gram tanah.

Ada beberapa pertimbangan dilakukan inokulasi pada legurninosa diantaranya

adalah : (1) apabila menanam suatu jenis leguminosa pada lahan yang belum

mengandung populasi rJzizobium sp atau pada lahan yang belum pernah ditanami

kedelai; (2) apabila suatu variaetas legum baru pada suatu daerah dan sebagai inokulan

digunakan galur yang paling sesuai dengan varietas tersebut; dan (3) apabila inenanam

suatu jenis leguminosa pada lahan yang rnengandung faktor-faktor penghambat

perkembangan rlzizobiuin sp dan bintil akar, yang pada pelaksanaannya pemberian

inokulan disertai dengan penambahan bahan-bahan yang berpengaruh positif terhadap

perkembangan rhizobiui~z . ~ p dalam rhizosfer (Yutono 1993).

Dalarn memilih galur inokulan terdapat syarat-syarat tertentu yang perlu

(152)

N pada kondisi lapang dengan rentang yang luas; (2) malnpu berkompetisi dalam

rhizosfer untuk membentuk bintil, tahan hidup dalam tanah baik bersama tanaman inang

mahpun tidak; (3) dalam keadaan khas seperti pH rendah, suhu rendah dan kadar N tinggi

masih mampu membentuk bintil akar yang efektif, serta toleran terhadap pestisida; dan

(4) mudah tumbuh pada medium peat dan medium agar (Date 1975).

I<lzcoplu.s merupakan pengembangan dari inokulan rhizobium sp komersial terdiri

dari beberapa jenis mikroba efektif multiguna seperti brudyrlzizobiu dan mikroba pelarut

fosfat (Saraswati et ul. 1996). Adapun keunggulan rltizoplus dibandingkan dengan pupuk

mikroba lainnya adalah : (1). mikroba yang digunakan adalah hasil seleksi yang intensif

terhadap sifat spesifik dengan daya adaptasi yang luas, (2). bersifat multiguna,

meningkatkan ketersediaan N dan P serta unsur mikro dalam tanah, (3). dengan

penggunaan teknologi maju dalam pembuatannya, mampu mencegah kontaminasi oleh

mikroba lain dan (4). pengendalian mutu dilakukan secara intensif untuk menjamin

efektivitas pupuk mikroba ini.

Inokulasi dengan menggunakan rhizobium sp diharapkan dapat meningkatkan

hasil kedelai. Namun pada lahan sawah yang sudah sering ditanam kedelai, ternyata

inokulasi r.lzi=ohiunz sp tidak meningkatkan hasil (Adisanvanto et ul.. 1996). Demikian

pula dengan Pasaribu er ul. (1989) mendapatkan bahiva inokulasi rlzizobium sp pada

lahan yang sudah ditanami kedelai tidak efektif.

Hasil penelitian lapangan di Kabupaten Lebak menunjukkan bahwa penggunaan

r-hkoplus dapat meningkatkan pembintilan, pertumbuhan tanaman, dan serapan

N

dan P

tanaman (Sarasivati et ul. 1996). Dengan menggunakan rlzizoplus, pemupukan dengan 50

(153)

Pegertian dan Peranan Mulsa

Mulsa adalah semua atau setiap bahan yang digunakan menutup tanah yang

berfungsi untuk mengurangi penguapan air di permukaan dan menciptakan kelembaban

tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Mulsa merupakan suatu lapisan dari

sisa-sisa tanaman atau bahan lain, seperti pasir atau kertas, pada permukaan tanah. Bahan

mulsa meliputi semua bahan tidak hidup yang dipergunakan untuk memperlakukan tanah

dengan tujuan memperoleh beberapa keuntungan dengan cara menyebarkan bahan

dipermukaan tanah (Purwowidodo 1983).

Bahan mulsa bisa berupa bahan organik, bahan anorganik sintetis maupun

alamiah. Mulsa dapat disebarkan membentuk lapisan dengan ketebalan tertentu

tergantung pada bahan dan aplikasinya. Ada beberapa macam mulsa yang biasa

digunakan dalam pertanian diantaranya adalah mulsa organik berupa sisa tanaman dan

mulsa anorganik berupa aluminium dan plastik.

Rosenberg (1974) membagi mulsa menurut bahan dan teknik yang digunakan,

menjadi empat kelompok yaitu : (1) mulsa debu berupa mulsa yang diperoleh dengan

menggemburkan bagian atas tanah yang berfungsi sebagai penghalang gerakan air; (2)

mulsa gulma atau serasah berupa potongan gulma dan sisa bahan tanaman lainnya yang

dibiarkan kenng diatas permukaan tanah; (3) mulsa tunggul berupa mulsa yang diperoleh

dengan membiarkan sisa tanaman serealia tetap berada di lahan sehingga dapat

menambah kekerasan permukaan tanah; dan (4) mulsa jerami berupa jerami tanaman

serealia yang sudah tidak diperlukan lagi.

Menurut Rahardjo el u1. (1981) terdapat berbagai kandungan nutrien dalam

(154)

Tabel 1 . Kandungan nutrien beberapa jerami tanaman pertanian

Komposisi Serami

I

Protein 5,48f 1,53 6,41f 3,56

(

13,94f2,57

1

14,02

I

Bahan Kering

I Lemak

Abu

(

22,85+_7,08

1

7,89+_3,92 11,18+2,14

1

6,53

1

Jerami Padi

1

Serat

1

31,47&4,93

1

32,47&4,93

1

3 1,53+_4,26

1

38,04

J

, I

1

NFE

1

39,879,67

[

51,54+_9,31

1

41,53*4,26

1

38,11

(%)

Jerami Jagung

92,24+0,37 1 -68S.92

I

p

1

0,09+0,028

/

0,18f0,07

1

0,23+0,03 0,2 8

Sumber : Rahardjo et ul. (1981)

Pemilihan jenis mulsa ini perlu diperhatikan karena tiap jenis mulsa mempunyai

kelebihan dan kekurangan masing-masing. Misalnya mulsa yang berasal dari jerami

memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki konduktivitas termal yang rendah,

sehingga aliran panas ke &lam tanah sangat lemah, akibatnya suhu permukaan tanah

pada siang hari lebih rendah dari tanah yang terbuka atau tanah yang menggunakan mulsa

plastik. Selanjutnya dikemukanan bahwa mulsa dari sisa tanaman dapat menurunkan

suhu tanah, sedangkan mulsa dari bahan plastik akan meningkatkan suhu tanah (Oke

1978).

Tujuan penggunaan mulsa adalah untuk meningkatkan hasil dan kualitas hasil

tanaman dengan memodifikasi keadaan lingkungan. sehingga memperbaiki lingkungan

perakaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan serta produksi tanaman.

Pemulsaan tanah dapat mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehlngga dapat

memperbaikl pengambilan zat hara oleh akar tanaman (Kartasapoetra et ul. 1985).

Mulsa dapat mempengaruhi kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Pengaruhnya

terhadap kond~si fisik tanah adalah sebagai berikut : (1) mengurangi daya tumbuk

langsung butir-butir hujan; (2) menurunkan jumlah dan jarak percikan tanah kalau ada; Jerami

Kc. Tanah

9 1,2 1M,64

/

90,52+2,32 1 -4OS.55

1

1 .95+_00.90

Jerami Kedelai

(155)

(3) menuri~nkan dispersi butir tanah permukaan sehingga mencegah pengerasan atau

pengerakan permukaan; (4) memperkecil fluktuasi kelembaban dan suhu tanah; (5)

mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah terutama erosi internal dan penyumbatan

pori tanah; (6) memperbesar infiltrasi; (7) mengurangi terjadinya evaporasi; dan (8)

mempertahankan kelembaban tanah (Kohnke el ul. 1959). Pengaruh mulsa terhadap

biologi tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroba, keberadaan insekta tanah, cacing

tanah dan populasi hewan tanah lainnya yang dekat dengan permukaan tanah, dengan

adanya suhu dan kelembaban yang seimbang dan relatif stabil sehingga dapat

mempermudah pertumbuhan benih secara maksimal (Varadan dan Rao 1983).

Marshal dan Holmes (1988) menyatakan bahwa mulsa dapat menurunkan

evaporasi dengan cara ditebarkan di atas pennukaan tanah. Mulsa dapat meningkatkan

penahanan air bagi tanah pada s a t hujan. Keefektivan mulsa &lam rnencegah evaporasi

dari tanah sangat dipengaruh oleh kesempumaan bahan tersebut menutupi permukaan

tanah.

Roose (1988), melaporkan bahwa penggunaan mulsa dapat menurunkan erosi

hingga 95 persen. karena tanah secara tidak langsung terkena pukulan air hujan. Fungsi

lain dari lnulsa adalah melindungi permukaan tanah agar lebih permeabel, kernantapan

agregat dan aerasi. serta dapat mengendalikan tanaman pengganggu (Arsyad 1989).

Peranan Mulsa Jerami Padi terhadap Produksi Tanaman

Jerami padi umumnya dipandang sebagai limbah pertanian yang rendah nilainya,

sehlngga pemanfaatannya di Indonesia relaiif kurang maksimal. Potensi Jerami padi di

(156)

Pusat Satistik 1998). lika diasumsikan satu hektar menghasikan kurang lebih 4 ton jerami padi, maka tiap tahunnya potensi jerami padi di lndonesla sekitar 45 juta ton.

Komar (1984) melaporkan bahwa pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak

berkisar antar 3 1-39 persen, sebagian besar dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai

pupuk sekitar 36-62 persen sedang sisanya antara 7-1 6 persen digunakan untuk keperluan

industri.

Adanya potensi jerami padi yang sangat besar, maka pemanfaatan jerami sebagai

mulsa dalam budidaya pertanian pertanian sangat dianj urkan. Umumnya jerami padi

setelah panen dibakar dan bahkan sebagian diantaranya diangkut ke luar lahan.

Kenyataan ini mengakibatkan semakin banyaknya pupuk anorganik yang hams

ditambahkan ke lahan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Dengan adanya

pengeinbalian limbah pertanian seperti jerami padi ke lahan, maka akan menyurnbangkan

unsur hara ke tanah sehingga akan mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Dampak

yang lebih lanjut, kesuburan tanah dapat dilestarikan (Buckman dan Brady 1980).

Jerami rnerupakan limba'. + " n m - n +..n tolnh m a n - n l n m ; 1; - ; f i l m - ; L a v t n r n C

I1 ~ ~ 1 1 ~ 1 1 1 ~ 1 1 CUU, LbIUII l11ClllfjU1U1lIL l l f j I l l I l R U J l UUlCCLICI.1

lanjut, sehingga sebagian besar karbohidrat membentuk ikatan kokoh dengan Iignin

dalam bentuk lignoselulosa dan lignohemiselulosa. Jackson (1978) menyatakan bahwa

jerami padi mengandung silika dalam gugus organik sebanyak 12-16 persen dari bahan

kering, dan silika ini menyelimuti sel jerami padi. Sedangkan komposisi kimia jerami

padi sangat ben.ariasi tergantung pada varietas padi, tempat tumbuh, jenis pupuk, jumlah

pupuk yang digunakan, dan iklim.

Menurut Sudriatna et ul. (1993), jerami padi dapat digunakan sebagai sumber

(157)

Penambahan bahan organik tanah dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah,

rnemperbaiki struktur tanah, meningkatkan ketersediaan air dan hara dalam tanah.

Sebagai sumber bahan organik sebaiknya dipenuhi dari lahan yang bersangkutan

sehingga tidak memerlukan biaya pengangkutan. Bahan tersebut dapat berasal dari sisa

tanaman utama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian 5 ton ha-' jerami padi yang

dihamparkan merata di pennukaan tanah dapat meningkatkan hasil kedelai sebesar 30%.

Disamping itu mulsa jerami dapat juga mengurangi tingkat serangan hama lalat bibit dan

menekan pertumbuhan gulma (Manwan et uI. 1990, Adisanvanto et a/. 1996). Kenaikan

hasil kedelai sebanyak 300 kg/ha diperoleh di Mojosari dengan pemberian mulsa jerami

5 ton ha-' dan naik 492 kg ha-' di Karawang dengan pemberian mulsa jerami 6 ton ha-'

(Mastur dan Sunarlim 1993). Adapun kombinasi pemberian mulsa 5 ton ha" dan

penempatan biji kedelai di tunggul bekas padi dapat meningkatkan atau memperbaiki

pertumbuhan akar dalam tanah (Sutarto et al. 1988).

Persiapan Lahan Tanaman Kedelai

Persiapan lahan merupakan prasyarat utama yang harus dilakukan dalam

budidaya tanaman kedelai. karena teknik persiapan lahan tersebut sangat menentukan

keberhasilan produksi kedelai. Menurut Titaley (1992) persiapan lahan diartikan sebagai

rnanipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi

pertumbuhan tanaman. Secara umum tujuan pengolahan tanah adalah untuk

mempersiapkan tanah agar kondisinya baik bagi perkembangan akar dan pertumbuhan

tanaman, mencegah erosi, memberantas gulrna dan mengelola sisa-sisa tanaman untuk

(158)

Pada prinsipnya pengolahan tanah dikelompokkan dalam beberapa ketegori

pengolahan tanah berdasarkan tingkat aktivitas dan perlakuan terhadap tanah tersebut.

Ada beberapa teknik pengolahail tanah yang sudah banyak dikenal antara lain : ( I ) olah

tanah sempurna vull lrlluge); (2) olah tanah minimum (minimum lilluge); (3) tanpa olah

tanah (no-lrllage); dan (4) olah tanah bermulsa (nzulclz trlluge).

Olah tanah sempurna (OTS) dilakukan dengan cara mengolah seluruh pemukaan

tanah secara intensif sebelum ditanami. Pengolahan ini dimaksudkan agar aerasi

meningkat dan pertumbuhan gulma menurun sehingga ketersediaan hara meningkat dan

tanaman akan tumbuh lebih baik. Cara ini memerlukan banyak waktu, tenaga biaya, dan

mempermudah erosi. Disamping itu, apabila cara ini diterapkan di daerah tropik seperti

Indonesia dengan curah hujan dan suhu yang tinggi sepanjang tahun, akan memacu dan

mempercepat degradasi lahan yang berakibat pada daya dukung dan produktivitas tanah

semakin menurun (Djunaedi 199 8).

Pada saat ini telah dikembangkan sistem pengolahan tanah konservasi

(consewutron rrlluge) yang mampu memperbaiki dan mengatasi kerusakan tanah akibat

pengolahan tanah secara konvensional. Olah tanah konservasi mempakan sisitem

pengolahan tanah yang tidak memerlukan persiapan selain membuka tempat untuk biji.

Keuntungan utama dari sistem ini adalah dapat menurunkan energi dan kerusaan tanah.

Walaupun demikian terdapat kelemahan dalam faktor pertuinbuhan dan hasil tanaman,

suhu menjadi lebih rendah, kondisi optimum untuk tanaman menjadi berkurang dan

(159)

Siste~n olah tanah konservasi dibagi dalam beberapa jenis pengolahan yaitu tanpa

olah tanah (no-/rllu~e), olah tanah minimum (minimurn /illuge) dan olah tanah yang

diikuti pemberian mulsa (mulch trlluge) .

Lingkungan tumbuh yang sesuai untuk keberhasilan pertumbuhan kedelai

dipengaruhi oleh kondisi lahan pada saat tanam, sehingga persiapan lahan untuk

menunjang keberhasilan tersebut menjadi faktor yang penting (Adisanvanto e/ u1. 1996).

Adanya pengolahan tanah yang tepat dapat menciptakan lingkungan tumbuh yang baik

bagi tanaman kedelai karena terjaganya kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan

~ u l m a (Ardjasa dan Bangun 1985). Stooler dan Wooley (1985) melaporkan bahwa gulma "

dapat menurunkan hasil kedelai antara 12% hingga 80% tergantung pa& kenpatan dan

jenis gulma yang tumbub.

Rachman (1987) menyatakan, secara garis besar pengolahan tanah dapat

dikelompokkan kedalam sistem pengolahan tanah konvensional, pengolahan tanah

minimum dan tanpa olah tanah. Pengolahan tanah konvensional ada!ah sistem

pengolahan tanah yang dilakukan pada seluruh permukaan lahan pertanian secara intensif

sebelum ditanami. Pengolahan ini memerlukan banyak waktu, tenaga dan biaya serta

akan merangsang atau mempermudah terjadinya erosi dan aliran pennukaan serta dalam

jangka panjang akan menurunkan porositas atau pemadatan tanah.

Menurut Sinukaban (1987) pengolahan tanah minimum dimaksudkan untuk

mengurangi ketidakefisienan dan efek samping yang merugikan pada sistem

konvensional dengan cara pengolahan tanah seperlunya saja sesuai yang diperlukan

(160)

Tanpa olah tanah merupakan sistem penanaman langsung tanpa didahului dengan

pengolahan tanah lanah yang tanpa diolah (zero tillage) memberikan keuntungan antara

lain dapat rnenghemat biaya, mempertahahkan kelembaban tanah, mengurangi laju erosi

serta waktu tanam lebih cepat sehingga waktu panen bisa lebih awal dan resiko

kekeringan lebih kecil (Arifin el a]. 1995).

Beberapa kelemahan dari sistem tanpa olah tanah menurut Luzt dan Liliard

(1973) adalah terjadinya ketidakmampuan akar tanaman untuk menyerap hara dari

perrnukaan tanah yang tidak diolah, terjadi persaingan antara tanaman dengan gulma

terutama dalam penyerapan unsur hara karena penggunaan herbisida belum sepenuhnya

dapat menekan pertumbuhan gulma.

Menurut Troeh et ul. (1980) sistem tanpa olah tanah dan pengolahan tanah

minimum dilakukan pada tanah yang mengandung bahan organik rendah, struktur tanah

mudah rusak dan terjadi lapisan padat di permukaan tanah apabila terjadi pengolahan

tanah berlebihan. Pada sistem ini, untuk memberantas gulma digunakan bahan kimia.

Penggunaan herbisida yang diikuti zero tilluge atau minimum tillage mampu memberikan

pendapatan bersih yang lebih baik atau menyamai hasil dari perlakuan pengolahan tanah

secara penuh !full (illage).

Musfal et 01. (1996) melaporkan bahwa penerapan sistem tanpa olah tanah pada

lahan sawah !-an@ diikuti dengan pemberian herbisida dapat melestarikan tanah dan air

serta men@emat waktu dan biaya. Peningkatan h a i l terjadi karena adanya perbaikan

sifat fisik dan kimia tanah akibat adanya tambahan bahan organ& dari gulma yang lebih

(161)

Menurut Akobundu (1 987) glifosat merupakan herbisida berspektrum luas yang

dapat mengendalikan gulma semusim dan tahunan di daerah tropika. Djunaedi (1998)

menambahkan, penggunaan herbisida dalam budidaya tanaman pertanian merupakan

teknologi pilihan karena (1) dapat diaplikasikan untuk gulma diantara tanaman yang tidak

dapat dilakukan pengendalian secara mekanis, (2) memperkecil kemungkinan rusaknya

sistem perakaran tanaman akibat pengolahan mekanis, (3) dapat menggantikan fungsi

pengolahan tanah pada persiapan lahan, (4) mengendalikan gulma sejak awal

pertanaman.

Duke dan Hoagland (1985) menyatakan bahwa mekanisme kerja glifosat pada

tumbuhan adalah dengan menghambat aktivitas enzim 5-enolpiruvilshikimat-3-fosfat

(EPSP) sintase yaitu suatu enzim pada lintasan asam sikimat yang berfungsi dalam

pembentukan asam amino aromatik seperti fenilalanin, tirosin dan triptofan. Hassal

(1982) menambahkan, herbisida ini dapat dirumuskan sebagai garam isoprophylamine

glyphosate dengan struktur kimia sebagai berikut : u

0 0

Gambar 1. Struktur Kimia Glifosat

Glifosat merupakan herbisida yang bersifat sistemik, menghambat jalur

biosintesis asam amino aromatik dan sintesis protein serta tidak aktif dalam tanah

(162)

Hasil penelitian yang dilakukan di IRRl terhadap tanaman kedelai dan jagung

setelah padi sawah menunjukkan bahwa hampir semua kedelai dan jagung yang ditanam

tanpa olah tanah hasilnya sama atau lebih baik daripada yang diolah intensif (Syari fuddin

1988), sedangkan hasil penelitian Adisarwanto et a/. (1996) menunjukkan tidak terdapat

perbedaan hasil kedelai pada tanah diolah dengan tanah tanpa diolah. Tanpa pengolahan

tanah disertai dengan pembuatan saluran drainase dapat meningkatkan hasil kedelai lebih

dari 100% dibandingkan dengan tanam tanpa saluran drainase.

Jalid ( 1996) mendapatkan bahwa pengolahan tanah belum memperlihatkan

pengaruh yang jelas terhadap hasil kacang hijau kecuali terhadap liputan dan bobot

kering gulma pada umur 30 dan 45 HST. Akan tetapi tanah yang tanpa diolah disertai

dengan penggnaan mulsa jerami padi memberikan keuntungan tertinggi (Arifin et al.

(163)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan dan pengembangan Novartis Crop

Protection, di Desa Balonggandu, Kecamatan Jatisari, Cikampek, Jawa Barat. Waktu

penelitian pada bulan September 1998 sampai dengan Pebruari 1999.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan antara lain adalah benih kedelai varietas Nakon Shawan

(NS), herbisida glifosat (Polaris 240 AS dengan bahan aktif lsopropil amina glifosat 240

E

I-'

6 1 ha-'), rhroplus, mulsa jerami padi, insektisida, pupuk urea, SP-36, KCI, Marshal

u

25 ST (Karbosulfan 25,53%), Dursban 20 EC (Kloropirifos 200 g I-'), Furadan 3G

(Karbofuran 3%), Match, dan cat

Peralatan yang digunakan antara lain adalah kuadrat ukuran 0,5 x 0,5 m, alat

semprot tipe knapsack sprayer, pnetrometer, pH meter, termometer tanah, meteran,

timbangan, pelubang kertas, label, ember plastik, kantong kertas, plastik, karung plastik,

tali rafia. kamera dan alat tul~s menulis.

Metode Penelitian

Percobaan menggunakan Rancangan Faktorial dengan Rancangan Percobaan

Petak-petak terbagi (Split-split plot) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang

terdiri dari

Petak Utama adalah Persiapan Lahan (P) terdiri dari :

Pl=Tanpa Olah Tanah (TOT)

+ Herbisida Glifosat (Polaris 240 AS 6

1 ha-')

P2=Olah Tanah Min~mum(OTM)+Herbisida Glifosat (Polaris240AS 6 1 ha")

(164)

Anak Petak adalah Pemberian Mulsa Jeranii Padi (M) terdiri dari :

MO = Tanpa Mulsa

M 1 = . Mulsa jerami 3 ton ha"

M2 = Mulsa jerami 6 ton ha-'

Anak-anak Petak adalah Penggunaan ~~lzizoplus terdiri dari :

RO = Tanpa rlzizoplu.~

R1 = Rltizoplus dosis 2,75 g k g benih

R2 = Rltizoplus dosis 3,75 glkg benih

Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 8 1 satuan percobaan.

Satu petak percobaan berukuran 5 m x 2,5 m selngga total luasan yang diperlukan

adalah 10 1 2 3

m'

. Penempatan semua perlakuan dalain petak percobaan dilakukan

secara acak.

Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

v... 1 ljK1 . - p q . + V A\, 1 1 A : 'Ciif-&Ij

+(PM)ij+Fijl+(PR)ik+(MR)ik+(PMR)ijk+~ijkl

Dimana :

i = 1,2,3 ipersiapan lahan)

j = 1,2,3 (mulsa jerami padi) k = 1,2:3 ( rhizoplus)

1 = 1,2,3 (kelompok)

Yi!kl = Nilai pengamatan sistem persiapan lahan ke-i, mulsa jerami padi ke-j, inokulan

rhlzoplzrs ke-k dan ulangan ke-1.

p = Nilai rata-rata

(165)

Pi = Pengaruh aditif dari taraf ke-1 faktor persiapan lahan

E,, = Pengaruh galat petak utama

Mj = Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor rnulsa jerami padi

PMij = Pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor sistem persiapan lahan dan taraf

ke-j dari faktor pemberian mulsa jerami padi

Zjijl = Pengaruh galat anak petak

Rk = Pengaruh aditif dari taraf ke-k faktor rlzi=oplus

PRik = Pengaruh interaksi antara taraf ke-1 dari faktor sistem persiapan lahan dan taraf

ke-k dari faktor rlzi=oplus

MRjk = Pengaruh interaksi antara taraf ke-j dari faktor pemberian mulsa jerami padi dan

taraf ke-k dari faktor inokulan rlzizoplus

PMRijk = Pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor sistem persiapan lahan, taraf ke-j

dari faktor pemberian mulsa jerami padi dan taraf ke-k dari faktor inokulan

r1ti:oplus

,

= Pengaruh galat anak-anak petak

Data yang didapat dianalisis secara statistik. Uji nyata pada sidik ragam

dilakukan pada taraf nyata 5%. Apabila terdapat F nyata, dilanjutkan dengan uji nilai

(166)

Peiaksanaan Penelitian

Persiapan lahan

Petak percobaan dibuat dengan ukuran 5 m x 2,5 m sebanyak 81 petak, diantara

petak dibatasi oleh seng pembatas, sedang saluran drainase dibuat dengan lebar 30-40 cm

dan kedalaman 30 cm. Penempatan petak percobaan berdasarkan letak Utara Selatan,

tegak lurus terhadap datangnya sinar matahari dengan tiga saluran drainase utama dan

saluran-saluran drainase antar petak-petak utama.

Untuk perlakuan tanpa olah tanah (TOT), lahan bekas padi sawah disemprot

dengan herbisida glifosat yang terfonnulasi dalam polaris 240 AS 6 1 ha-' seminggu

S a ~ a ~ . ,,,,dl,,

-

t dnam. Untuk perlakuan olah tanah minimum (OTM), dilakukan penyemprotan

dengan herbisida glifosat kemudian hanya diolah tanah yang berada dalam barisan

tanarnm. Perlakuan olah tanah sempurna (OTS), lahan bekas padi sawah diolah secara

sempurna dengan cara dipacul dan digaru dua kali tanpa rnenggunakan herbisida.

Pem berian Rhizoplus

Benih dicampur dengan rhizoplus sesuai dengan perlakuan yaitu tanpa rhzzoplus,

rhcop1u.s dengan dosis 2,75 _&g benih, dan rlz1zop1u.c 3,75 f i g benih, yang sebelumnya

telah dibasahi dengan air.

Penanaman

Penanaman dilakukan secara serentak baik pa& TOT, OTM rnstupun OTS dengan

tugal pada jarak tanam 20

x

20 cm dengan 2 biji per lubang pada kedalaman tugal lebih

kurang 3 cm. kemudian ditutup dengan abu sekam. Sebelumnya benih diberi insektisida

Marshal 10

gr

kg-' benih dan dicampur bersamaan dengan pemberian sesuai dengan
(167)

Pemberian Muisa

Pemberian mulsa jerami padi dilakukan setelah benih ditanam dengan cara jerami

padi disebar merata di atas permukaan tanah. Adapun dosis yang diberikan sesuai dengan

perlakuan yaitu tanpa pemberian mulsa, mulsa 3 ton ha-' dan mulsa 6 ton ha-'.

Pemupukan

Pupuk dberikan dengan dosis 25 kg urea ha-', 50 kg SP-36 ha-' dan 100 kg KC1

ha-' dengan cara tugal dan ditempatkan 5-7 cm disamping tanaman pada umur 25 HST

(waktu anj uran pemberian pupuk pacia lahan yang menggunakan rhrzophs).

Pemeliharaan tanaman

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida

Dursban 20 EC 1-2 cc/l air dan Match 1-13 ccA air bila ada gejala serangan. Penyiangan

dilakukan pada saat tanaman telah selesai pembungaan, pengairan diberikan sesuai

tingkat kebutuhan tanaman akan air yang disesuaikan dengan keadaan hujan.

Panen

to A n

Tanaman kedelai dipanen apabila tanaman sudah memperlihtkm c c ~ l U U - ~ ~ U ~ ~

panen. yaitu daun dan polong telah benvarna kuning atau coklat dan mengering.

Pengamatan dan Pengumpulan Data Tanaman Kedelai

Pengamatztn dilakukan terhadap gulma dan tanaman kedelai. Pengainatan

terhadap tanaman kedelai meliputi pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan hasil

tanaman. Pada setiap petak ditentukan sepuluh tanaman contoh secara acak dan

d~berikan label. Tanaman yang diberi label tersebut dijadikan sampel untuk pengukuran

(168)

Pengamatan pertumbuhan meliputi bobot kering tanaman, luas daun, jumlah bintil

akar efektif, bobot bintil akar efektif dan analisis tumbuh yang meliputi indeks luas daun

(ILD), laju tumbuh relatif (LTR), laju asimilasi bersih (LAB). Sedangkan pengamatan

terhadap hasil dan komponen hasil meliputi jumlah polong per tanaman, jumlah biji per

tanaman, bobot 100 biji, dan hasil biji kering (ton ha-').

Untuk analisis pertumbuhan tanaman yang meliputi Indeks luas daun (ILD), laju

pertumbuhan relatif (LTR), laju asimilasi bersih (LAB) dilakukan di laboratoriwn

budidaya tanaman IPB dan laboratorium penelitian Novartis stasiun Cikampek.

Data laju pertumbuhan tanaman diperoleh dengan mencabut 2 tanaman secara

acak dari setiap petak percobaan, kemudian dicuci bersih dan dioven pada suhu 80°C

selama 36 jam. Setelah kering lalu ditimbang. Pengambilan contoh tanaman untuk laju

pertumbuhan tanaman dilakukan 4 kali yaitu 2,4,6 dan 8 MST.

Data untuk indeks luas daun diperoleh dengan mencabut dua tanaman secara acak

pada setiap satuan percobaan, kemudian dipisahkan bagian-bagian tanaman dan helai

daun. Helai daun dibersihkan dan dimasukkan dalam Automatic Leaf Area Meter.

Analisis pertumbuhan tanaman dihitung dengan menggunakan rumus yang

dikembangkan oleh Radford ( 1967) sebagai berikut :

1. lndeks luas daun (ILD)

Adalah rasio luas daun terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman

budidaya.

LA2 -+ LA1 1

ILD = ... x

----

3

L G A

LA, = Luas daun pada waktu tl (cm2)

LA2 = Luas daun pada waktu tz (cm')

(169)

2. Laju asimilasi bersih (LAB)

Adalah laju pertambahan bobot bahan kering tanaman rata-rata tiap satuan luas

daun tiap waktu.

W 2 - W I L n L 2 - L n L ,

LAB =

---

x

---

(g/cm2/hari) L2

-

LI t2

-

tl

Dirnana :

W = Bobot kering tanaman bagian atas yang dipanen pada saat t

W2 = Bobot kering tanaman bagian atas yang dipanen pada saat tz L = Luas daun

t = Waktu (hari)

3. Laju tumbuh relatif (LTR)

Adalah laju pertambahan bobot bahan kering tanaman tiap bobot bahan kering

tanaman yang ada tiap satuan waktu.

4. Jumlah dan bobot bintil akar efektif

Pengamatan jumlah bintil akar per tanaman dan bobot bintil akar efektif per

: : Z ~ Z E &!dakafi pada 4. 6 dan 8 MST. Tanaman contoh sebelum dioven, dihitung

dahulu jumlah bintil akamya. Kriteria untuk bobot bintil akar efektif adalah bintil akar

berukuran terbesar dan terberat per tanaman yang diambil atas dasar standar yang

disesuaikan dengan jumlah bintil akar efektif yang ada.

5. Jumlah polong per tanaman

Jumlah polong per tanaman diamati pada waktu panen dengan cara menghitung

jumlah polong isi per tanaman. Tanaman contoh yang diamati, ditentukan secara acak

(170)

6. Jumlah biji per tanaman

Jumlah biji per tanaman diamati pada waktu panen dengan cara menghitung

jumlah biji per tanaman pada setiap rumpun tanaman yang diambil secara acak.

7. Bobot 100 biji

Diambil secara acak sebanyak 100 biji kedelai hasil panenan yang telah mencapai

bobot kering konstan yaitu pada kadar air 12-14%.

8. Hasil biji kering (ton ha-')

Hasil biji kering diamati pada luas ubinan 2 m x 2 m. Biji-biji kedelai yang

diperoleh dikeringkan dalam oven h i n a a mencapai kadar air 14%.

Pengamatan Gulma

Pengamatan gulma dilakukan dengan menggunakan metode visual dan analisis

vegetasi dengan metode kuadrat, meliputi : macam spsies, kerapatan, frekuensi, berat

kering dan nisbah jumlah dominansi (NJD). Analisis vegetasi dilakukan dengan

menggunakan petak contoh ukuran 0,5 x 0,5 m. Data bobot kering diperoleh setelah

eulma &oven pada suhu 105°C selarna 24 jam. Pengarnatan gulma dilakukan pada saat u

sebelum tanam, 2 , 4 dan 6 MST.

Pengamatan gulma bertujuan untuk melihat gulrna-gulma dominan pada tiap-tiap

pengamatan dan pada setiap perlakuan. Data vegetasi gulma dianalisis dengan rumus

yang dikembangkan oleh Numata (1982). Rumus yang digunakan sebagai berikut :

1. Kera patan mutlak (KM) 'dan kerapatan nisbi (KN)

Kerapatan mutlak (KM ) = Jumlah individu spesies itu dalam petak contoh

KM spesies itu

Kerapatan nisbi

(m

j = ... X 100%
(171)

2. Frekuensi mutlak (FM) dan frekuensi nisbi (FN)

Frekuensi mutlak (FM) = Jumlah petak contoh yang memuat spesies itu

Nilai FM jenis itu

Frekuensi nisbi (FN) =

...

x 100% Jumlah nilai FM semua jenis

3. Bobot kering gulma mutlak (BKM) dan bobot kering gulma nisbi (BKN)

Bobot kering gulma rnutlak (BKM) = Bobot kering spesies gulma tertentu

BKM dpesies tertentu

Bob01 kering @Ima nisbi (BKN) =

---

--

----

---

----

---

X 100%

Jumlah nilai BKM semua jenis

Berdasarkan hasil analisis vegetasi tersebut maka dapat diperoleh nilai nisbah

jumlah dominansi (NJD), koefisien komunitas dan dinamika populasi gulma.

a. Nilai nisbah jumlah dominansi (NJD)

KN

+

FN

+

BKN

Nilai nisbah jumlah dominansi =

...

X 100%

3

b. Koefisien komunitas

Koefisien komunitas dihitung untuk mengetahui tingkat kesammm masing

masing komunitas vegetasi gulma dengan rumus sebagai berikut :

2W

c

=

---

x 100%

a + b

dimana :

C = Koefisien komunitas

2~ = Jumlah dari dua komunitas terendah untuk jenis dari masingmasing

komunitas

a = Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama

(172)

c. Bobot kering gulma total

Bobot kering gulma total diperoleh melalui penggabungan semua bobot kering

spesies gulma dalatn satu p

Gambar

Tabel 2.Spesies gulma, dan nisbah jumlah dominansi (NJD) pada 2,4 dan 6 MST
Tabel 3.  Pengaruh persiapan  lahan (P) terhadap populasi gulma dominan  pada 2 , 4  dan  6  MST  I  Gol
Tabel 4.  Pengaruh pemberian mulsa (M) terhadap populasi gulma dominan pada 2 , 4  dan  6 MST
Tabel  6.  Rekapitulasi  analisis  ragam  pengaruh  sistem  persiapan  lahan,  mulsa  dan  penggunaan rlzizoplur; terhadap bobot kering gulma dominan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari sisi pengeluaran kesehatan, keluarga Bapak I Nyoman Juita dan Ibu Ni Ketut Suarsi terkadang tidak harus mengeluarkan uang lebih diluar pengeluaran sehari-harinya

TOPSTAR FASHION (D&amp;C BRIGHTSPORT CENTRE) BUKA DIGI STORE EXPRESS LABUAN (LEDDER ENTERPRISE) BUKA.. STREETWISE FASHION STORE

memperketat alur pembiayaan agar barang yang diperjualbelikan dapat dipastikan telah menjadi milik bank baik secara langsung maupun secara prinsip sebelum

Diawali dengan pelatihan bagi masyarakat untuk mengolah pepaya menjadi produk olahan seperti dodol, saus, dan stik pepaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan

perubahan energi kinetik gerakan lompat jauh.Pada sudut take-off diperoleh tinggi maksimal lompatan atlet adalah 2.28 meter, dikarenakan untuk memperoleh tinggi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat perbedaan stres kerja yang dialami perawat yang bekerja pada shift pagi, siang, dan malam.. Perawat yang bekerja dengan

Berdasarkan hasil pengambilan keputusan yang dilakukan pada tanggal 19 Desember 2020 bahwa PT Bhineka Wana ditetapkan “ MEMENUHI ” standar Verifikasi Legalitas Kayu sesuai

Kesimpulan dari analisis Akuntansi Diferensial pada Sanggar Linang Sayang adalah dengan mengambil keputusan untuk membeli setengah jadi Gazebo yang akan dipasarkan, karena dari