53
Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Tingkat Konsumsi Beras
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,749a ,561 ,541 211,16944
a. Predictors: (Constant), Tingkat Konsumsi Non Beras, Umur, Jumlah Anggota Rumah Tangga, Tingkat
Pendapatan Rumah Tangga
b. Dependent Variable: Tingkat Konsumsi Beras
ANOVAa Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5011971,826 4 1252992,957 28,099 ,000b
Residual 3924142,955 88 44592,534
Total 8936114,781 92
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 14,154 106,910 ,132 ,895
Tingkat Pendapatan
Rumah Tangga -52,654 25,338 -,167 -2,078 ,041
Jumlah Anggota
Rumah Tangga 127,205 18,298 ,556 6,952 ,000
Umur 7,554 1,971 ,274 3,833 ,000
Tingkat Konsumsi Non
Beras ,062 ,020 ,268 3,021 ,003
DAFTAR PUSTAKA
Amang, 1993. Ekonomi Perberasan Jagung dan Minyak Sawit. Jakarta: PT Dharma Karsa Utama
Ariani dkk. 1995. Perencanaan Kebutuhan Pangan Pada Repelita VI di tiga Provinsi di Indonesia (Penerapan Pedoman Pola Pangan Harapan). Institut Pertanian Bogor
Aziz, T. A. 2008. Kajian Perubahan Pola Konsumsi Pangan di Sumatera Utara. Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara Badan Ketahanan Pangan. 2011. Analisis Konsumsi Pangan Provinsi Bengkulu
2011. Bengkulu
_____________________. 2014. Laporan Analisis Konsumsi Pangan Kabupaten Langkat 2014. Langkat
_____________________. 2014. Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan 2014. Jakarta
_____________________. 2015. Metode dan Teknis Pengolahan Data Susenas Untuk Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan. Sumatera Utara
Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Secanggang Dalam Angka. Langkat Baliwati dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
Bangun, Haga P. 2013. Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Fatimah, E. 1995. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran dan Tingkat Konsumsi Pangan Keluarga (Studi Kasus di Kelurahan Tanah Sareal, Bogor). Institut Pertanian Bogor. Bogor
Hasibuan, Monalisa. 2014. Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Khumaidi, M. 1997. Beras Sebagai Pangan Pokok Utama Bangsa Indonesia Keunikan dan Tantangannya Bogor. Orasi ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Pertanian IPB
Supriana, T. 2013. Dasar Ekonometrika. Medan: Universitas Sumatera Utara _________. 2013. Ekonomi Makro. Medan: USU Press
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Dari data Badan Pusat Statistik (Kecamatan Secanggang Dalam Angka Tahun 2015) bahwa Desa Selotong merupakan desa terluas di Kecamatan Secanggang dan memiliki jumlah penduduk sebesar 4.704 jiwa.
Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan
No Desa/Kelurahan Luas (Km2)
1 Kepala Sungai 9,46
3.2 Metode Penentuan Sampel
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Selotong jumlah rumah tangga di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang sebesar 1.274 rumah tangga. Setiap rumah tangga mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel di Desa Selotong. Jumlah sampel dapat dihitung dengan rumus Slovin
(Supriana, 2015), yaitu :
Keterangan : = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
e = Taraf kesalahan (dalam penelitian ini digunakan α = 10%)
Maka dapat diperoleh jumlah sampel sebesar : =
= 92,72 = 93 sampel
Maka dari rumus di atas dapat diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti adalah 93 sampel rumah tangga dan ditentukan secara Simple Random Sampling.
3.3 Metode Pengumpulan Data
20
Statistik dan Badan Ketahanan Pangan, serta dari berbagai literatur, jurnal, dan internet yang mendukung penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk indentifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong. Pola konsumsi pangan diperoleh dari hasil wawancara kepada masyarakat di Desa Selotong dengan pertanyaan seputar jenis/kelompok dan jumlah pangan yang dikonsumsi per harinya, seperti kelompok padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain.
Untuk identifikasi masalah 1 digunakan perhitungan konsumsi energi berdasarkan acuan PPH (BKP Sumatera Utara, 2015) dengan formula sebagai berikut :
1) Konsumsi Aktual
2) Energi Aktual
3) % Aktual
5) Skor Aktual = % Aktual x Bobot 6) Skor AKE = % AKE x Bobot
7) Menghitung skor PPH dengan ketentuan menggunakan skor maksimum jika skor AKE > skor maksimum.
Penentuan Bobot :
1) Sumber Tenaga (Karbohidrat dan Lemak) = 33,3 %
Padi-padian (50%), umbi-umbian (6%), minyak dan lemak (10%), buah/biji beminyak (3%), dan gula (5%). Bobot : 33,3 % / 74 % = 0, 5.
2) Sumber Zat Pembangun (Protein) = 33,3 %
Pangan hewani (12%) dan kacang-kacangan (5%). Bobot : 33,3 % / 17 % = 2. 3) Sumber Zat Pengatur (Vitamin dan Mineral) = 33,3 %
Sayur dan buah (6%). Bobot : 33,3 % / 6 % = 5. 4) Lain-lain (0,1%)
Bumbu-bumbuan dan minuman (3%). Bobot : 0,1 % / 3 % = 0,03. (Sumber : BKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015)
22
Untuk indentifikasi masalah 3 dianalisis menggunakan alat uji statistik yaitu Analisisi Regresi Linear Berganda (Multiple Regression Analysis) dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Services Solution) dengan persamaan:
Y = b0+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 +e Keterangan :
Y = Tingkat Konsumsi Beras
b0 = Koefisien Intersep (Nilai Konstanta) b1,b2,b3b4,= Koefisien Regresi
X1 = Tingkat Pendapatan Rumah Tangga X2 = Jumlah Anggota Rumah Tangga
X3 = Umur
X4 = Tingkat Konsumsi Non Beras
e = Error
3.4.1 Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak (Uji F)
Hipotesis yang digunakan :
H0 : Tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.
H1 : Tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.
3.4.2 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menunjukkan apakah secara parsial variabel bebas (tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras) yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (tingkat konsumsi beras). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05.
Kriteria pengujian :
- Jika t hitung≤ ttabel atau jika signifikansi t > α ; H0 diterima dan H1 ditolak.
- Jika t hitung > ttabel atau jika signifikansi t≤α ; H0 ditolak dan H1 diterima.
Hipotesis yang digunakan :
H0 : Tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur dan tingkat konsumsi non beras secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.
24
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Definisi
1. Pangan adalah salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, seperti kebutuhan akan beras, jagung, ubi, daging, minyak, kacang-kacangan, gula, sayur, buah, dan sebagainya.
2. Pangan Beras adalah suatu kebutuhan bahan pangan dasar beras yang selalu dikonsumsi manusia.
3. Pangan Non Beras adalah suatu kebutuhan bahan pangan manusia selain beras, seperti kebutuhan akan jagung, ubi, daging, minyak, kacang-kacangan, gula, sayur, buah, dan sebagainya.
4. Pola Konsumsi Pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu dan dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan masyarakat.
5. Tingkat Konsumsi Beras adalah jumlah rata-rata beras yang dikonsumsi anggota masyarakat dalam satuan gr/kap/hr.
6. Tingkat Konsumsi Non Beras adalah jumlah pangan selain beras yang rata-rata dikonsumsi anggota masyarakat dalam satuan gr/kap/hr.
energi (kalori) anekaragam pangan dan dalam bentuk komposisi berat (gram atau kg) anekaragam pangan yang memenuhi kebutuhan gizi penduduk. 8. Pola Pangan Harapan Ideal adalah suatu parameter yang digunakan untuk
menilai tingkat keanekaragaman dan mutu gizi ketersediaan dan konsumsi pangan penduduk Indonesia secara Nasional dengan skor PPH Ideal yang ditargetkan sebesar 95 pada tahun 2015.
9. Konsumsi Energi adalah sejumlah energi pangan yang dikonsumsi penduduk rata-rata per orang per hari dalam satuan Kkal/kap/hr.
10. Angka Kecukupan Energi adalah sejumlah zat gizi/energi pangan yang diperlukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dalam satuan Kkal/kap/hr.
11. Bobot adalah nilai yang diberikan untuk setiap kelompok bahan pangan dengan mempertimbangkan kepadatan energi, zat gizi, serat, kuantitas, dan cita rasa terhadap komoditas tersebut.
12. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan satu dapur yang sama dalam satuan Rp/bulan.
13. Jumlah Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota lainnya yang masih menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan jiwa.
26
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Februari – Maret tahun 2016.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Desa Selotong terletak di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat dengan luas wilayah 46,17 km2dan ketinggian 4 meter di atas permukaan laut. Desa Selotong memiliki musim hujan dan musim kemarau dengan jumlah bulan hujan adalah 5 bulan. Desa Selotong merupakan desa terluas di Kecamatan Secanggang dan teridiri dari 9 (sembilan) dusun.
Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Jaring Halus Kecamatan Secanggang
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karang Gading Kecamatan Secanggang
• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang
• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Secanggang Kecamatan Secanggang
4.1.1 Keadaan Penduduk
a. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Pada tahun 2015 penduduk di Desa Selotong berjumlah 4.704 jiwa (2.436 laki-laki dan 2.268 perempuan) dengan 1.274 rumah tangga. Berdasarkan golongan umur penduduk di Desa Selotong dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
Sumber : Kantor Kepala Desa Selotong Tahun 2015
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Selotong pada tahun 2015 sebesar 4.704 jiwa. Dari tabel di atas juga menunjukkan jumlah usia 18-56 (usia produktif) yang paling banyak sebesar 1.974 jiwa (41,96%) dan jumlah usia >56 yang paling sedikit sebesar 370 jiwa (7,87%).
b. Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
29
Tabel 6. Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan No Mata Pencaharian
1 Petani 952 350 1.302 40,83
2 Buruh Tani 650 450 1.100 34,49
3 Buruh Migran 100 50 150 4,70
4 Pegawai Negeri Sipil 40 45 85 2,67
5 Pengrajin Industri Rumah Tangga 5 5 10 0,31
6 Pedagang Keliling 85 50 135 4,23
7 Peternak 300 100 400 12,54
8 Dokter Swasta - - -
-9 Bidan Swasta - 2 2 0,06
10 Pensiunan TNI/POLRI 5 - 5 0,16
Total 2.137 1.052 3.189 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Selotong Tahun 2015
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Selotong bekerja sebagai petani sebesar 1.302 jiwa (40,83%), dan yang paling sedikit adalah sebagai penisunan TNI/POLRI sebesar 5 jiwa (0,16%).
c. Penduduk Menurut Agama
Taebl 7 merupakan data jumlah penduduk Desa Selotong berdasarkan agama yang dianut.
Tabel 7. Penduduk Menurut Kelompok Agama
No Agama Laki-laki Perempuan Jumlah
(Jiwa)
Persentase (%) (Jiwa) (Jiwa)
1 Islam 2.424 2.255 4.679 99,47
2 Kristen 2 3 5 0,11
Tabel 7 menunjukkan bahwa penduduk di Desa Selotong mayoritas beragama Islam sebesar 4.679 jiwa (99,47%). Dan sisanya beragama kristen dan budha.
4.1.2 Sarana dan Prasarana
Pada umumnya hal yang mendorong meningkatnya kesejahteraan suatu desa dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Desa Selotong memiliki berbagai sarana dan prasarana seperti yang dtunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1 Sarana Pendidikan 3
2 Sarana Kesehatan 5
3 Sarana Ibadah 8
Sumber : Kantor Kepala Desa Selotong Tahun 2015
Tabel 8 menunjukkan bahwa di Desa Selotong memiliki sarana pendidikan sebanyak 3 unit (2 SD Negeri dan 1 SMP Negeri), sarana kesehatan sebanyak 5 unit (1 puskesmas pembantu dan 4 pos yandu), dan sarana ibadah sebanyak 8 unit (2 mesjid dan 6 musholla). Dari data tabel di atas menunjukkan Desa Selotong memiliki sarana dan prasarana yang kurang tersedia, seperti tidak adanya sarana pendidikan SMA, tidak adanya pabrik atau kilang padi, dan sebagainya.
4.2 Karakteristik Sampel Penelitian
31
4.2.1 Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga di Desa Selotong bervariasi. Hal ini disebabkan mata pencaharian masyarakat di Desa Selotong beragam. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Desa Selotong No Pendapatan Rumah Tangga
2 1.000.000 - 2.000.000 60 64,52
3 > 2.000.000 29 31,18
Total 93 100
Sumber : Lampiran 5
Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa pendapatan rumah tangga terbanyak di Desa Selotong adalah pendapatan yang berkisar Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 per bulannya yaitu sebanyak 60 rumah tangga atau berkisar 64,52%. Sedangkan pendapatan terkecil adalah pendapatan rumah tangga yang berkisar lebih kecil dari Rp 1.000.000 per bulannya yaitu sebanyak 4 rumah tangga atau berkisar 4,30%.
4.2.2 Jumlah Anggota Rumah Tangga
Tabel 10. Jumlah Anggota Rumah Tangga Selotong pada kelompok 4– 6 (sedang) yaitu sebanyak 52 KK atau 55,91 % dan yang terkecil pada kelompok > 6 yaitu sebanyak 4 KK atau 4,30 %.
4.2.3 Umur
Memahami perbedaan umur penting karena perbedaan umur mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek dan juga akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Adapun perbedaan umur ibu rumah tangga di Desa Selotong dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Umur Ibu Rumah Tangga
No Umur Jumlah Persentase
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pola Konsumsi Pangan
Pola Konsumsi Pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pola Konsumsi Pangan juga menggambarkan keberagaman pangan rumah tangga di daerah penelitian, yaitu Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.
Dari hasil penelitian diperoleh pola konsumsi pangan atau tingkat keberagaman pangan rumah tangga di Desa Selotong pada Tabel 12.
Tabel 12. Data Keberagaman Pangan Rumah Tangga di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
Padi-padian 268,48 976,29 48,81 0,50 24,41 25,00 24,79
Umbi-umbian 50,18 66,91 3,35 0,50 1,67 2,50 1,67
Pangan
Hewani 185,40 317,83 15,89 2,00 31,78 24,00 24,00
Minyak dan
Lemak 49,05 392,40 19,62 0,50 9,81 5,00 5,00
Buah/Biji
Berminyak 16,40 98,40 4,92 0,50 2,46 1,00 1,00
Kacang-kacangan 73,55 210,14 10,51 2,00 21,01 10,00 10,00
Gula 53,96 179,87 8,99 0,50 4,50 2,50 2,50
Sayur dan
Buah 254,58 132,82 6,64 5,00 33,21 30,00 30,00
Dan Lain-lain 27,38 109,52 5,48 0,03 0,16 0,00 0,00
Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi rumah tangga di Desa Selotong adalah 978,98 gr/kap/hr. Hal ini berarti berat konsumsi pangan di Desa Selotong melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan sebesar 850 gr/kap/hr. Berat konsumsi pangan rumah tangga terbesar sampai terkecil adalah padi-padian, sayur dan buah, pangan hewani, kacang-kacangan, gula, umbi-umbian, minyak dan lemak, lain-lain (minuman dan bumbu), dan buah/biji berminyak.
Dari Tabel 12 juga menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi rumah tangga di Desa Selotong adalah 2.484,18 kkal atau 124,21 %. Hal ini berarti konsumsi energi di Desa Selotong melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan sebesar 2000 kkal. Kelompok pangan yang memiliki energi terbesar sampai yang terkecil adalah padi-padian, minyak dan lemak, pangan hewani, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, lain-lain (minuman dan bumbu), buah/biji berminyak, dan umbi-umbian.
Dari hasil penelitian diperoleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Terlihat pada Tabel 12 bahwa skor PPH di Desa Selotong sebesar 98,96. Hal ini berarti PPH di Desa Selotong sudah mencapai target 95 yang telah ditetapkan Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2015.
5.2 Tingkat Konsumsi
35
Dari hasil penelitian diperoleh tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat yang terdapat pada Tabel 13.
Tabel 13. Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
Total Beras dan Non Beras 978,98 850
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Jika dibandingkan tingkat konsumsi beras di Desa Selotong dengan tingkat konsumsi beras Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras
No Uraian
Tingkat Konsumsi Beras gr/kap/hr Ideal
gr/kap/hr
1 Nasional 263,5 239
2 Provinsi Sumatera Utara 348,5 239
3 Kabupaten Langkat 246,5 239
4 Desa Selotong 236,7 239
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Dapat dilihat dari Tabel 14 bahwa tingkat konsumsi beras di Desa Selotong paling rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi beras Provinsi Sumatera Utara, Nasional dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi beras di Desa Selotong berada di bawah angka ideal. Hal ini karena setiap harinya masyarakat mengkonsumsi beras tidak dengan jumlah yang berlebih. Tetapi masyarakat lebih mengutamakan lauk pauk untuk dimakan karena sebagian besar lauk pauk tidak dibeli oleh masyarakat. Melainkan diproduksi sendiri atau membeli dengan harga yang lebih murah dengan tetangga yang bekerja sebagai nelayan atau petani.
37
Tabel 15. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Padi-padian
2 Provinsi Sumatera Utara 68,1 36
3 Kabupaten Langkat 28,0 36
4 Desa Selotong 31,7 36
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Dapat dilihat dari Tabel 15 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara tetapi di atas tingkat Nasional dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian berada di bawah angka ideal. Hal ini karena masyarakat jarang mengkonsumi jagung, jika ada yang mengkonsumsi tetapi dalam jumlah sedikit. Masyarakat lebih sering mengkonsumsi pangan non beras selain kelompok padi-padian. Karena seperti jagung, mie basah dan kering, roti, dan tepung mereka harus membeli ke pasar dengan mengeluarkan biaya.
Tabel 16. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Umbi-umbian
No Uraian
Tigkat Konsumsi Non Beras Umbi-umbian
gr/kap/hr Ideal gr/kap/hr
1 Nasional 31,8 90
2 Provinsi Sumatera Utara 59,1 90
3 Kabupaten Langkat 18,8 90
4 Desa Selotong 50,1 90
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Dapat dilihat dari Tabel 16 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok umbi-umbian di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara tetapi di atas tingkat Nasional dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok umbi-umbian di Desa Selotong berada di bawah angka ideal. Menurut hasil penelitian masyarakat mengkonsumsi ubi kayu, ubi jalar dan kentang, tetapi jumlahnya tidak banyak. Hal ini yang membuat tingkat konsumsi umbi-umbian tidak mencapai angka ideal.
39
Tabel 17. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Pangan Hewani
2 Provinsi Sumatera Utara 191,6 140
3 Kabupaten Langkat 188,2 140
4 Desa Selotong 185,4 140
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Dapat dilihat dari Tabel 17 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat, tetapi di atas tingkat Nasional. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena mata pencaharian masyarakat di Desa Selotong sebagian besar adalah nelayan dan petani. Hasil dari tangkapan nelayan yang mereka konsumsi tanpa membeli. Masyarakat yang bukan bekerja sebagai nelayan, sebagian besar membeli ikan dengan tetangga mereka yang bekerja sebagai nelayan dengan harga yang lebih murah dibandingkan di pasar. Begitu juga dengan konsumsi telur ayam. Hampir seluruh masyarakat memiliki ayam di halaman rumahnya. Hal ini yang membuat mereka jarang membeli telur di pasar.
Tabel 18. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok
2 Provinsi Sumatera Utara 27,8 25
3 Kabupaten Langkat 31,7 25
4 Desa Selotong 49,0 25
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Dapat dilihat dari Tabel 18 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak di Desa Selotong paling tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena masyarakat di Desa Selotong mengkonsumsi minyak goreng yang berlebih untuk menggoreng ikan (karena setiap hari masyarakat makan ikan) dan juga menggoreng pisang (karena masyarakat memiliki pohon pisang sendiri), serta untuk menggoreng tahu dan tempe menjadi cemilan atau lauk untuk makan.
41
Tabel 19. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Buah/Biji Berminyak
2 Provinsi Sumatera Utara 20,2 10
3 Kabupaten Langkat 174,5 10
4 Desa Selotong 16,4 10
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Dapat dilihat dari Tabel 19 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok buah/biji berminyak di Desa Selotong berada di bawah tingkat Kabupaten Langkat dan Provinsi Sumatera Utara, tetapi di atas tingkat Nasional. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok buah/biji berminyak di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena masyarakat sering mengkonsumsi kelapa untuk dijadikan santan pada sayuran. Masyarakat memiliki pohon kelapa sendiri di belakang rumahnya. Sebagian masyarakat meminta atau diberikan kelapa oleh tetangga yang memiliki pohon kelapa.
Tabel 20. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok
Kacang-2 Provinsi Sumatera Utara 23,4 35
3 Kabupaten Langkat 17,6 35
4 Desa Selotong 73,5 35
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Dapat dilihat dari Tabel 20 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan di Desa Selotong paling tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena selain ikan masyarakat juga sering mengkonsumsi tahu dan tempe setiap harinya karena harga terjangkau. Dan juga mengkonsumsi kacang tanah yang menjadi lauk makan serta kacang hijau untuk dijadikan bubur.
Selain tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan, tingkat konsumsi non beras kelompok gula juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok gula Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Gula
No Uraian
Tigkat Konsumsi Non Beras Gula gr/kap/hr Ideal
gr/kap/hr
1 Nasional 24,5 30
2 Provinsi Sumatera Utara 16,0 30
3 Kabupaten Langkat 17,3 30
43
Dapat dilihat dari Tabel 21 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok gula di Desa Selotong paling tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok gula Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok gula di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena masyarakat mengkonsumsi gula putih/gula pasir untuk minum teh manis dan kopi (1-3 kali sehari), serta gula merah untuk membuat bubur kacang hijau.
Selain tingkat konsumsi non beras kelompok gula, tingkat konsumsi non beras kelompok sayur dan buah juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok sayur dan buah Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Sayur dan Buah
2 Provinsi Sumatera Utara 263,9 230
3 Kabupaten Langkat 227,7 230
4 Desa Selotong 254,5 230
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
harus membeli lagi ke pasar. Masyarakat juga menanam berbagai macam sayur-sayuran, seperti sayur bayam, kangkung, sawi, kacang panjang, daun ubi, daun pepaya, dan genjer. Jadi mereka mengkonsumsi sayur-sayuran dari hasil produksi mereka sendiri.
Selain tingkat konsumsi non beras kelompok sayur dan buah, tingkat konsumsi non beras kelompok lain-lain (minuman dan bumbu) juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok lain-lain Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok–Lain-lain
No Uraian
2 Provinsi Sumatera Utara 3,1 15
3 Kabupaten Langkat 1,8 15
4 Desa Selotong 27,3 15
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
45
Tabel 24. Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras Nasional, Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Langkat, dan Desa Selotong
No Kelompok
(Beras) 263,5 348,5* 246,5 236,7 239,0
2 Padi-padian
(Non Beras) 32,4 68,1* 28,0 31,7 36,0
3 Umbi-umbian 31,8 59,1* 18,8 50,1 90,0
4 Pangan Hewani 102,6 191,6* 188,2 185,4 140,0
5 Minyak dan
Lemak 27,0 27,8 31,7 49,0* 25,0
6 Buah/Biji
Berminyak 7,0 20,2 174,5* 16,4 10,0
7
Kacang-kacangan 23,2 23,4 17,6 73,5* 35,0
8 Gula 24,5 16,0 17,3 53,9* 30,0
9 Sayur dan Buah 256,3 263,9* 227,7 254,5 230,0
10 Lain-lain 58,9* 3,1 1,8 27,3 15,0
Keterangan : *) Nilai tertinggi
Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara
Tabel 24 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras di Desa Selotong berada di bawah angka ideal Nasional, begitu juga dengan konsumsi non beras padi-padian dan umbi-umbian berada di bawah angka ideal Nasional. Sedangkan kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain berada di atas angka ideal Nasional.
5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Beras Masyaralat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
umur, dan tingkat konsumsi non beras) terhadap variabel terikat (tingkat konsumsi beras) terdapat pada Tabel 25.
Tabel 25. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Beras di Desa Selotong
No Variabel Koef. Regresi Sig.
1 Konstanta 14,154 0,895
2 Tingkat Pendapatan Rumah Tangga -52,654 0,041
3 Jumlah Anggota Rumah Tangga 127,205 0,000
4 Umur 7,554 0,000
5 Tingkat Konsumsi Non Beras 0,062 0,003
R Square 0,561
Sumber : Lampiran 6
Dari Tabel 25 dapat diperoleh persamaan :
Y = 14,154–52,654X1+ 127,205X2+ 7,554X3+ 0,062X4
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2 (R Square) yang diperoleh adalah sebesar 0,561. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 56,1 % variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras berpengaruh terhadap variabel terikat tingkat konsumsi beras. Sedangkan sisanya 43,9 % dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
47
Dari tabel Anova pada lampiran 6, diperoleh signifikansi F adalah sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat tingkat konsumsi beras.
Secara parsial variabel bebas tersebut ada yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata. Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t tingkat pendapatan rumah tangga (X1) adalah sebesar 0,041 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras. Angka 52,654 menunjukkan besarnya koefisien regresi X1.Nilai koefisien regresi bertanda negatif sebesar -52,654. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan pendapatan, maka akan terjadi penurunan konsumsi beras sebesar 52,654 gr. Hal ini karena penambahan pendapatan bisa saja dikeluarkan untuk konsumsi non beras dan non pangan.
semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka semakin banyak pula konsumsi berasnya.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t umur (X3) adalah sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas umur secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras. Angka 7,554 menunjukkan besarnya koefisien regresi X3. Nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 7,554. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan umur 1 tahun, maka akan terjadi penambahan konsumsi beras sebesar 7,554 gr. Penambahan konsumsi beras dikarenakan apabila bertambahnya umur ibu rumah tangga berarti semakin tinggi umur anak-anaknya, maka semakin banyak pula mengkonsumsi berasnya.
6.1 Kesimpulan
1. Pola konsumsi pangan di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat didominasi oleh kelompok pangan non beras.
2. Tingkat konsumsi beras di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat berada di bawah angka ideal Nasional. Begitu juga tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian dan kelompok umbi-umbian yang masih di bawah angka ideal Nasional. Sedangkan tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain (minuman dan bumbu) berada di atas angka ideal Nasional.
3. Secara serempak dan parsial keempat faktor (tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras) berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.
6.2 Saran
1. Kepada Pemerintah
50
2. Kepada Masyarakat
Disarankan kepada masyarakat di Desa Selotong agar meningkatkan konsumsi umbi-umbiannya dan sebaliknya mengurangi konsumsi tujuh kelompok pangan yang berlebih, yaitu pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan agar pola konsumsi pangan masyarakat berimbang dan beragam.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pola Konsumsi Pangan
Pola Konsumsi Pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata perorang per hari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004 menetapkan bahwa Angka Kecukupan Gizi/Energi (AKG/AKE) di tingkat konsumsi sebesar 2.000 Kkal per kapita per hari dan protein 52 gram per kapita per hari, dan 57 gram per kapita per hari ditingkat ketersediaan (BKP Bengkulu, 2011).
Bahan pangan untuk konsumsi sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok besar. Jenis pangan pada masing-masing kelompok dapat berbeda pada setiap daerah/kota sesuai sumberdaya pangan yang tersedia. Secara nasional bahan pangan dikelompokkan sebagai berikut :
a. Padi-padian : beras, jagung, sorghum dan terigu b. Umbi-umbian : ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu,
dan umbi lainnya
c. Pangan hewani : ikan, daging, susu dan telur
d. Minyak dan lemak : minyak kelapa, minyak sawit (minyak goreng, minyak jagung, margarin) e. Buah/biji berminyak : kelapa, kemiri, jambu mete dan
9
f. Kacang-kacangan : kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang lainnya
g. Gula : gula pasir, gula merah
h. Sayur dan buah : semua jenis sayuran dan buah-buahan yang biasa dikonsumsi
i. Lain-lain : teh, kopi, sirup, bumbu-bumbuan, makanan dan minuman jadi.
Seperti diketahui bersama ketahanan pangan nasional akan terwujud apabila didukung langsung oleh ketahanan pangan skala rumah tangga. Pola konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga sekaligus ketahanan pangan nasional. Dimana pola konsumsi pangan sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah tangga, seperti pendapatan, harga pangan, selera dan kebiasaan makan
(BKP Langkat, 2015).
Untuk melihat situasi pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dilakukan pendataan kebiasaan konsumsi pangan masyarakat sehingga diperoleh gambaran tentang kualitas dan kuantitas konsumsi pangan di daerah penelitian tersebut.
2.1.2 Pola Pangan Harapan
dianjurkan untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Pola Pangan Harapan (PPH) dapat digunakan sebagai ukuran keseimbangan dan keanekaragaman pangan dengan terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan. Skor pola konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi konsumsi pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan serta mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif
(BKP Bengkulu, 2011).
Tabel 3. Standar Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional
No Kelompok Pangan Skor PPH
Sumber : BKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015
PPH berguna untuk :
1) Sebagai alat atau instrumen perencanaan konsumsi pangan, ketersediaan pangan dan produksi pangan.
2) Sebagai instrumen evaluasi tingkat pencapaian konsumsi pangan, penyediaan pangan dan produksi pangan.
11
2.1.3 Tingkat Konsumsi
Tingkat konsumsi menggambarkan jumlah bahan makanan yang rata-rata dikonsumsi anggota masyarakat. Terdapat 3 (tiga) cara untuk menjelaskan tingkat konsumsi, yaitu :
1) Berdasarkan jenis atau macam dan jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga.
2) Menurut pengelompokan penggunaan komoditi.
3) Menurut nilai (pengeluaran) dari komoditas yang dikonsumsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras adalah sebagai berikut : 1) Tingkat Pendapatan Rumah Tangga
2) Jumlah Anggota Rumah Tangga
Jumlah anggota rumah tangga juga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Bagi rumah tangga dengan anggota rumah tangga banyak, pada kondisi tersebut maka tingkat konsumi pangan akan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih kecil. Untuk mencukupi konsumsi pangan seluruh anggota rumah tangga maka pada kondisi ini pula lebih mengutamakan kuantitas dibandingkan kualitas pangan.
3) Umur
Memahami umur konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek(Sumarwan, 2004).
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Konsumsi
Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) yang dikemukakan oleh Keynes, menduga bahwa fungsi konsumsi memiliki karakteristik :
1) Kecenderungan mengkonsumsi merupakan fungsi yang stabil dan besarnya konsumsi agregat ditentukan oleh besarnya pendapatan agregat.
2) Konsumsi akan meningkat jika pendapatan meningkat, tetapi peningkatan konsumsi yang terjadi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan.
13
4) Peningkatan pendapatan akan diikuti dengan peningkatan tabungan, dan turunnya pendapatan akan diikuti dengan penurunan tabungan dalam jumlah yang lebih besar (Supriana, 2013).
Konsumsi adalah fungsi linier dari pendapatan yang dapat dibelanjakan. Hal ini dituliskan sebagai berikut :
Gambar 1. Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis)
Persamaan di atas dinamakan fungsi konsumsi, di mana a adalah titik potong (intersep) dan b adalah kemiringan (slope) fungsi konsumsi. Slope dari fungsi konsumsi adalah kecenderungan untuk mengkonsumsi (Marginal Propensity to Consume = MPC). MPC sebesar b dapat diartikan sebagai penambahan sebesar 1
satuan pendapatan yang dapat dibelanjakan akan menaikkan konsumsi sebesar b,
K
onsum
si
Pendapatan yang Dapat Dibelanjakan C
Yd
2.3 Penelitian Terdahulu
Haga Prana P. Bangun (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi (Studi Kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang) menyimpulkan bahwa pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Sidoarjo Dua Ramunia tersebut masih didominasi oleh beras dibandingkan bahan pangan lainnya. Tingkat konsumsi beras di Desa Sidoarjo Dua Ramunia berada di atas tingkat konsumsi beras Kabupaten Deli Serdang dan di bawah tingkat konsumsi beras Sumatera Utara. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras di Desa Sidoarjo Dua Ramunia adalah jumlah anggota keluarga dan tingkat pendapatan.
15
2.4 Kerangka Pemikiran
Penelitian dilakukan di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dengan sasaran responden masyarakat (ibu rumah tangga) di Desa Selotong. Setiap masyarakat memiliki pola konsumsi pangan tersendiri. Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi mayarakat dan dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan mayarakat. Pola konsumsi pangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat. Tingkat konsumsi beras dan non beras membentuk skor berupa Pola Pangan Harapan (PPH) di daerah penelitian (Desa Selotong). Selanjutnya PPH di Desa Selotong akan dibandingkan dengan PPH Ideal Nasional. Sehingga dapat diketahui PPH di Desa Selotong ideal atau tidak ideal.
Selain pola konsumsi pangan, tingkat konsumsi beras dan non beras diperlukan juga data pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.
Masyarakat
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras
Menyatakan Alur
Menyatakan Pengaruh
17
2.5. Hipotesis Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional dan bahkan politis. Menurut Khumaidi (1997), Pangan pokok ialah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi yang terbesar. Sedangkan pangan pokok utama ialah pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditi lain.
2
Program peningkatan ketahanan pangan dimaksudkan sebagai upaya untuk menjaga ketersediaan pangan nasional (beras dan sumber bahan pangan lain), agar dapat dipenuhi dan diproduksi domestik sehingga mampu mengurangi ketergantungan akan impor.
Salah satu bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah beras. Pembentukan pola konsumsi beras pada rumah tangga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan pengaruh yang berasal dari rumah tangga yaitu pendapatan rumah tangga, jumlah konsumsi beras, jumlah pembelian beras dan kelas sosial. Faktor eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar lingkungan rumah tangga, yaitu harga beras.
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi masyarakat ini dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan masyarakat yang selanjutnya dapat diamati dari parameter Pola Pangan Harapan (PPH) (Baliwati dkk, 2010) .
pertanian dan pangan dengan adanya PPH akan mengetahui banyaknya pangan yang harus disediakan untuk konsumsi penduduk agar terpenuhi kecukupan gizi dengan mutu yang lebih baik. Prinsip dasar perencanaan kebutuhan pangan dengan PPH adalah tersedianya pangan yang beranekaragam yang sesuai dengan kecukupan gizi penduduk setempat. Selain itu PPH disajikan dalam kelompok pangan untuk memberikan keleluasaan menentukan pilihan jenis pangan yang diinginkan diantara kelompoknya dengan memperhatikan aspek pola konsumsi atau preferensi jenis pangan penduduk dan aspek potensi wilayah setempat
(Ariani dkk, 1995).
Tabel 1. Susunan dan Jumlah Pangan Ideal Nasional Per Kapita Per Hari
No Kelompok %
3 Pangan Hewani 12 240 140
4 Minyak dan Lemak 10 200 25
5 Buah/Biji Berminyak 3 60 10
6 Kacang-kacangan 5 100 35
7 Gula 5 100 30
8 Sayur dan Buah 6 120 230
9 Lain-lain 3 60 15
Total 100 2.000 850
Sumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015
4
Tabel 2. Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Nasional Tahun 2014
No. KELOMPOK PANGAN
4. Minyak dan Lemak 27,0 8,9
Minyak Kelapa 2,6 0,9
8. Sayur dan Buah 256,3 93,5
Dari Tabel 1 dan Tabel 2 dapat diketahui pola konsumsi pangan ideal dan juga pola konsumsi pangan Nasional. Tingkat konsumsi pangan Nasional kelompok padi-padian, minyak dan lemak, sayur dan buah, dan lain-lain berada di atas angka ideal, sedangkan tingkat konsumsi pangan Nasional kelompok umbi-umbian, pangan hewani, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, dan gula berada di bawah angka ideal.
Dari data Lampiran 1 dapat diketahui pola konsumsi pangan Provinsi Sumatera Utara. Diperoleh dari data Lampiran 1 bahwa tingkat konsumsi pangan kelompok padi-padian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak berada di atas angka ideal, sedangkan tingkat konsumsi pangan kelompok umbi-umbian, kacang-kacangan, gula, dan pangan lain-lain berada di bawah angka ideal.
Dari data Lampiran 2 dapat diketahui pola konsumsi pangan Kabupaten Langkat. Diperoleh dari data Lampiran 2 bahwa tingkat konsumsi pangan kelompok pangan hewani, minyak dan lemak serta buah/biji berminyak berada di atas angka ideal, sedangkan tingkat konsumsi pangan kelompok padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta pangan lain-lain berada di bawah angka ideal.
6
Kabupaten Langkat. Tingkat konsumsi pangan kelompok minyak dan lemak Nasional paling rendah dibandingkan tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Tingkat konsumsi pangan kelompok buah/biji berminyak Nasional paling rendah dibandingkan tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Tingkat konsumsi pangan kelompok kacang-kacangan Nasional berada di atas Kabupaten Langkat tetapi di bawah Provinsi Sumatera Utara. Tingkat konsumsi pangan kelompok gula Nasional berada di atas Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Tingkat konsumsi pangan kelompok sayur dan buah Nasional berada di atas Kabupaten Langkat tetapi di bawah Provinsi Sumatera Utara. Tingkat konsumsi pangan kelompok lain-lain (minuman dan bumbu) Nasional berada di atas Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat.
Peneliti akan melakukan survei pola konsumsi pangan di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat untuk mengetahui situasi pangan penduduk yang akan dibandingkan dengan situasi pangan penduduk Nasional, Sumatera Utara, Kabupaten Langkat, dan dibandingkan juga dengan pola konsumsi pangan ideal Nasional yang telah dilampirkan pada Tabel 1. Serta untuk mengetahui skor PPH di daerah penelitian yang akan dibandingkan dengan skor PPH Ideal Nasional.
1.2 Identifikasi Masalah
2. Bagaimana tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat di Desa Selotong?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong. 2. Untuk mengetahui tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat di Desa
Selotong.
3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah :
1. Sebagai sumber pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang pola konsumsi pangan dan tingkat konsumsi beras dan non beras.
2. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
i
ABSTRAK
SHELLA AGUSTIA PURBA (120304017) dengan judul skripsi “Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras (Studi Kasus: Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat).” Penelitian skripsi ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Emalisa, SP., M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan masyarakat; mengetahui tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat; dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong didominasi oleh konsumsi pangan non beras; Tingkat konsumsi beras, non beras kelompok padi-padian dan umbi-umbian berada di bawah angka ideal Nasional, sedangkan tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain (minuman dan bumbu) berada di atas angka ideal Nasional. Secara serempak dan parsial keempat faktor (tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras) berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.
ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT
KONSUMSI BERAS DAN NON BERAS
(Studi Kasus : Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
OLEH :
SHELLA AGUSTIA PURBA 120304017
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
ABSTRAK
SHELLA AGUSTIA PURBA (120304017) dengan judul skripsi “Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras (Studi Kasus: Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat).” Penelitian skripsi ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Emalisa, SP., M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan masyarakat; mengetahui tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat; dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong didominasi oleh konsumsi pangan non beras; Tingkat konsumsi beras, non beras kelompok padi-padian dan umbi-umbian berada di bawah angka ideal Nasional, sedangkan tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain (minuman dan bumbu) berada di atas angka ideal Nasional. Secara serempak dan parsial keempat faktor (tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras) berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.
RIWAYAT HIDUP
Shella Agustia Purba, lahir di Pematangsiantar pada tanggal 5 Agustus 1994, sebagai anak tunggal dari Bapak Sofyan Purba (Alm) dan Ibu Wahyu Endarini Bangun (Almh).
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1999 masuk Taman Kanak-kanak MBBA Pematangsiantar lulus tahun 2000.
2. Tahun 2000 masuk SD Swasta Tamansiswa Pematangsiantar lulus tahun 2006. 3. Tahun 2006 masuk SMP Swasta Tamansiswa Pematangsiantar lulus tahun
2009.
4. Tahun 2009 masuk SMA Swasta Tamansiswa Pematangsiantar lulus tahun 2012.
5. Tahun 2012 masuk di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP (Undangan).
Kegiatan yang pernah diikuti selama kuliah :
1. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Nagori Siporkas, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Agustus. 2. Melaksanakan penelitian skripsi pada bulan Februari – Maret 2016 di Desa
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras (Studi Kasus : Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat).” Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di Program Studi Agrubisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua, Bapak Sofyan Purba (Alm) dan Ibunda tercinta Wahyu Endarini Bangun (Almh) yang selalu memberikan dukungan, perhatian, serta materi dalam melakukan kegiatan apapun yang bersfiat positif dari awal penulis masuk pendidikan formal hingga penulis duduk di semester IV.
2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta Ibu Emalisa, SP., M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Agribisnis yang telah banyak membantu seluruh proses administrasi.
6. Seluruh instansi terkait dalam penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh responden yang telah memberikan waktu dan bersedia untuk diwawancarai.
8. Seluruh keluarga penulis yang memberikan motivasi dan materi dalam perkuliahan hingga sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini.
v
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya. Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2016
DAFTAR ISI
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ...183.2 Metode Penentuan Sampel...19
3.3 Metode Pengumpulan Data ...19
3.4 Metode Analisis Data ...20
3.4.1 Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak (Uji F) ...22
3.4.2 Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial (Uji T) ...23
3.5 Definisi dan Batasan Operasioanl ...24
3.5.1 Definisi...24
vii
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ...27
4.1.1 Keadaan Penduduk...28
4.1.2 Sarana dan Prasarana ...30
4.2 Karakteristik Sampel Penelitian ...30
4.2.1 Pendapatan Rumah Tangga...31
4.2.2 Jumlah Anggota Rumah Tangga ...31
4.2.3 Umur ...32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Konsumsi Pangan...33
5.2 Tingkat Konsumsi ...34
5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Beras Masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat...45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...49
6.2 Saran...49 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
1 Susunan dan Jumlah Pangan Ideal Nasional Per Kapita Per Hari 3 2 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Nasional Tahun 2014 4
3 Standar Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional 10
4 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan 18
5 Penduduk Menurut Kelompok Umur 28
6 Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan 29
7 Penduduk Menurut Kelompok Agama 29
8 Sarana dam Prasarana 30
9 Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Desa Selotong 31
10 Jumlah Anggota Rumah Tangga 32
11 Umur Ibu Rumah Tangga 32
12 Data Keberagaman Pangan Rumah Tangga di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
33 13 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Desa Selotong, Kecamatan
Secanggang, Kabupaten Langkat
35
14 Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras 36
15 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Padi-padian
37 16 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok
Umbi-umbian
38 17 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Pangan
Hewani
39 18 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Minyak
dan Lemak
40 19 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok
Buah/Biji Berminyak
41 20 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok
Kacang-kacangan
42 21 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Gula 42 22 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Sayur
dan Buah
43 23 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Lain-lain 44 24 Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras Nasional,
Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Langkat, dan Desa Selotong 45 25 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Konsumsi Beras di Desa Selotong
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
1 Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) 13 2 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pola Konsumsi Pangan
dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Lampiran
1 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2014
1 2 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Langkat
Tahun 2014
2 3 Konsumsi Pangan Rata-rata Rumah Tangga di Desa Selotong
Per Kapita Per Hari
3 4 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Desa Selotong,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Tahun 2014
4
5 Data Responden 5