• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI LINGKUNGAN

PINTU ANGIN KELURAHAN SIBOLGA HILIR KECAMATAN SIBOLGA UTARA KOTA SIBOLGA TAHUN 2016

A. DATA SUBJEK

No. UrutResponden :

I. Data Ibu

1. NamaIbu :

2. Pendidikan : 1. Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 2. SD

(2)

B. KONDISI SANITASI LINGKUNGAN (OBSERVASI) Kondisi Sanitasi

Lingkungan Persyaratan Ya Tidak

1.Sarana Air

2. Ember/gayung pengambil airtidak diletakkan di lantai.

6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung. 7. Lantai Kedap Air.

11. Tersedia air dan alat pembersih. 3.Sarana

Pembuangan Air Limbah (SPAL)

(Depkes RI,1993)

1. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk. 2. Tidak menimbulkan bau.

3. Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidakmenyenangkan 4. Sarana

5. Mudah diangkut oleh satu orang. - Angka Kepadatan Lalat

No

Lokasi Pengukuran 30 Detik ke

(3)

C. PERSONAL HYGIENE IBU Kondisi Hygiene

Personal Ibu Persyaratan Ya Tidak

1. Kebersihan Tangan

a. Mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun.

b. Mencuci tangan dengan air yang mengalir.

c. Mencuci tangan setiap kali tangan kotor (setelah memegang binatang, berkebun, dll.)

d. Mencuci tangan menggunakan sabun setelah BAB.

e. Mencuci tangan setelah menceboki anak.

f. Mencuci tangan sebelum menyuapi anak.

g. Mencuci tangan sebelum memegang makanan.

h. Menggosok kedua permukaan tangan dan sela-sela jari ketika mencuci menggunakan air bersih dan sabun. 2. Mencuci botol susu dengan air yang

1. Mencuci peralatan makanan dengan menggunakan air bersih dan sabun. 2. Mencuci peralatan makanan dengan

air yang mengalir.

3. Peralatan makanan yang sudah bersih disimpan di tempat yang tertutup. 5. Kebersihan

Bahan Makanan

1. Mencuci bahanmakanan dengan menggunakan air bersih sebelum diolah dan dikonsumsi.

2. Mencuci bahan makanan dengan air yang mengalir.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

Lampiran 3

OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT DAN BIVARIAT A. Univariat (Frequency Table)

Umur Balita

Frequency Percent Valid Percent

(16)

Pekerjaan Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

laki-laki 18 51,4 51,4 51,4

perempuan 17 48,6 48,6 100,0

Total 35 100,0 100,0 100,0

Tidak Ada Genangan Air di Sekitar Sumber Air Bersih Frequency Percent Valid

Percent

Tidak Ada Bercak-Bercak Kotoran atau Lumut Pada Lantai/Dinding Frequency Percent Valid

(17)

Ember/Gayung Pengambil Air Tidak Diletakkan di Lantai Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent

(18)

Air Tidak Keruh

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent Frequency Percent Valid

Percent

Tinja Tidak Dapat Dijamah Oleh Serangga Maupun Tikus Frequency Percent Valid

(19)

Jamban Landai/Miring ke Arah Lubang Jongkok Sehingga Tidak Mencemari Tanah di Sekitarnya

Frequency Percent Valid Percent Frequency Percent Valid

Percent Frequency Percent Valid

Percent

Jamban Dilengkapi Dinding dan Atap Pelindung Frequency Percent Valid

(20)

Lantai Jamban Kedap Air Frequency Percent Valid

Percent Frequency Percent Valid

Percent Frequency Percent Valid

(21)

Kamar Mandi Tersedia Air dan Alat Pembersih Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid Percent

Saluran Pembuangan Air Limbah Tiak Menimbulkan Genangan Air Frequency Percent Valid

Percent

Saluran Pembuangan Air Limbah Tidak Menimbulkan Bau Frequency Percent Valid

(22)

Saluran Pembuangan Air Limbah Tidak Menimbulkan Becek, Kelembaban dan Pandangan Yang Tidak Menyenangkan

Frequency Percent Valid Percent Frequency Percent Valid Percent Frequency Percent Valid

Percent Frequency Percent Valid

(23)

Tempat Sampah Kuat Frequency Percent Valid

Percent Frequency Percent Valid

Percent

Tempat Sampah Mudah Diangkut Oleh Satu Orang Frequency Percent Valid

Percent Frequency Percent Valid

(24)

Tingkat Kepadatan Lalat Rendah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 3 8,6 8,6 8,6

Tidak 32 91,4 91,4 100,0

Total 35 100,0 100,0

Tingkat Kepadatan Lalat Sedang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 33 94,3 94,3 94,3

Tidak 2 5,7 5,7 100,0

Total 35 100,0 100,0

Tingkat Kepadatan Lalat Tinggi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 33 94,3 94,3 94,3

Ya 2 5,7 5,7 100,0

Total 35 100,0 100,0

Tingkat Kepadatan Lalat Sangat Tinggi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 35 100,0 100,0 100,0

Tingkat Kepadatan Lalat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Rendah 32 91,4 91,4 91,4

Sedang 2 5,7 5,7 97,1

Tinggi 1 2,9 2,9 100,0

(25)

Mencuci Tangan Dengan Menggunakan Air Bersih dan Sabun Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 22 62,9 62,9 62,9

Baik 13 37,1 37,1 100,0

Total 35 100,0 100,0

Mencuci Tangan Dengan Air Yang Mengalir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 16 45,7 45,7 45,7

Baik 19 54,3 54,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Mencuci Tangan Setiap Kali Tangan Kotor

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 13 37,1 37,1 37,1

Baik 22 62,9 62,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Mencuci Tangan Menggunakan Sabun Setelah BAB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 14 40,0 40,0 40,0

Baik 21 60,0 60,0 100,0

Total 35 100,0 100,0

Mencuci Tangan Setelah Meceboki Anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 3 8,6 8,6 8,6

Baik 32 91,4 91,4 100,0

(26)

Mencuci Tangan Setelah Menyuapi Anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 6 17,1 17,1 17,1

Baik 29 82,9 82,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Mencuci Tangan Sebelum Memegang Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 5 14,3 14,3 14,3

Baik 30 85,7 85,7 100,0

Total 35 100,0 100,0

Mencuci Tangan Sebelum Menyusui

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 19 54,3 54,3 54,3

Baik 16 45,7 45,7 100,0

Total 35 100,0 100,0

Menggosok Kedua Permukaan Tangan dan Sela-Sela Jari Ketika Mencuci Tangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 9 25,7 25,7 25,7

Baik 26 74,3 74,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Rutin Memotong Kuku Setiap 1 Kali 2 Minggu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 4 11,4 11,4 11,4

Baik 31 88,6 88,6 100,0

(27)

Membersihkan Kuku Yang Kotor Dengan Sabun Saat Mandi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 10 28,6 28,6 28,6

Baik 25 71,4 71,4 100,0

Total 35 100,0 100,0

Kebersihan Kuku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 3 8,6 8,6 8,6

Baik 32 91,4 91,4 100,0

Total 35 100,0 100,0

Mencuci Botol Susu Dengan Menggunakan Air Bersih dan Sabun Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 3 8,6 8,6 8,6

Baik 32 91,4 91,4 100,0

Total 35 100,0 100,0

Mencuci Botol Susu Dengan Air yang Mengalir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 16 45,7 45,7 45,7

Baik 19 54,3 54,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Mensterilkan Botol Susu Dengan Menggunakan Air Panas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 9 25,7 25,7 25,7

Baik 26 74,3 74,3 100,0

(28)

Kebersihan Botol Susu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 3 8,6 8,6 8,6

Baik 32 91,4 91,4 100,0

Total 35 100,0 100,0

Mencuci Peralatan Makanan Dengan Menggunakan Air Bersih dan Sabun Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 35 100,0 100,0 100,0

Mencuci Peralatan Makanan Dengan Air Yang Mengalir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 13 37,1 37,1 37,1

Baik 22 62,9 62,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Peralatan Makanan Yang Sudah Bersih Disimpan di Tempat Yang Tertutup Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 20 57,1 57,1 57,1

Baik 15 42,9 42,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Kebersihan Peralatan Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 12 34,3 34,3 34,3

Baik 23 65,7 65,7 100,0

(29)

Mencuci Bahan Makanan Dengan Menggunakan Air Bersih Sebelum Diolah dan Dikonsumsi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 35 100,0 100,0 100,0

Mencuci Bahan Makanan Dengan Air Yang Mengalir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 16 45,7 45,7 45,7

Baik 19 54,3 54,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Bahan Makanan Yang Sudah Bersih Disimpan di Tempat Yang Tertutup Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 13 37,1 37,1 37,1

Baik 22 62,9 62,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Kebersihan Bahan Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak baik 11 31,4 31,4 31,4

Baik 24 68,6 68,6 100,0

Total 35 100,0 100,0

Statistics

SAB JK SPAL SPS TKL KK KBS KPM KBM KT

N Valid 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

(30)

Sarana Air Bersih

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent

(31)

Tingkat Kepadatan Lalat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

rendah 32 91,4 91,4 91,4

sedang 2 5,7 5,7 97,1

tinggi 1 2,9 2,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Kebersihan Tangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 5 14,3 14,3 14,3

Tidak baik 30 85,7 85,7 100,0

Total 35 100,0 100,0

Kebersihan Kuku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 24 68,6 68,6 68,6

Tidak baik 11 31,4 31,4 100,0

Total 35 100,0 100,0

Kebersihan Botol Susu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 16 45,7 45,7 45,7

Tidak baik 19 54,3 54,3 100,0

(32)

Kebersihan Peralatan Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 18 51,4 51,4 51,4

Tidak baik 17 48,6 48,6 100,0

Total 35 100,0 100,0

Kebersihan Bahan Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 19 54,3 54,3 54,3

Tidak baik 16 45,7 45,7 100,0

(33)

2. BIVARIAT

A. Sarana Air Bersih (SAB) * diare Crosstab a Computed only for a 2x2 table

(34)

Variables in the Equation a Variable(s) entered on step 1: SAB.

(35)

N of Valid Cases 35 a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,14.

c The standardized statistic is -3,312.

Variables in the Equation

C. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) * diare

(36)

Chi-Square Tests a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,69. c The standardized statistic is -3,280.

Variables in the Equation a Variable(s) entered on step 1: SPAL.

(37)

% of Total 71,4% 20,0% 91,4%

a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,86.

c The standardized statistic is -2,823.

(38)

E. Kebersihan Tangan (KT) * diare a Computed only for a 2x2 table

(39)

Variables in the Equation

F. Kerbersihan Kuku (KK) * diare Crosstab

Continuity Correction(a) ,268 1 ,604

Likelihood Ratio ,895 1 ,344 ,447 ,309

Fisher's Exact Test ,447 ,309

(40)

Association

N of Valid Cases 35 a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,14. c The standardized statistic is -,908.

G. Kebersihan Botol Susu (KBS) * diare Crosstab

Continuity Correction(a) 2,098 1 ,147

Likelihood Ratio 3,375 1 ,066 ,132 ,074

(41)

Linear-by-Linear

Association 3,232(c) 1 ,072 ,132 ,074 ,060

N of Valid Cases 35

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,57. c The standardized statistic is -1,798.

H. Kebersihan Peralatan Makanan (KPM) * diare Crosstab

Continuity Correction(a) ,000 1 1,000

(42)

Fisher's Exact Test 1,000 ,604 Linear-by-Linear

Association ,011(c) 1 ,916 1,000 ,604 ,289

N of Valid Cases 35

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,86. c The standardized statistic is ,105.

(43)

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson

Chi-Square ,184(b) 1 ,668 ,723 ,481

Continuity

Correction(a) ,003 1 ,957

Likelihood Ratio ,185 1 ,667 ,723 ,481 Fisher's Exact

Test ,723 ,481

Linear-by-Linear

Association ,179(c) 1 ,672 ,723 ,481 ,269 N of Valid Cases 35

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,57.

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

Lampiran 9

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar Lampiran 1. Peneliti mewawancarai responden

(50)

Gambar Lampiran 3. Terdapat Bercak-Bercak Kotoran atau Lumut Pada Lantai/Dinding

(51)

Gambar Lampiran 5. Kamar Mandi Tidak Terdapat Ventilasi

(52)

Gambar Lampiran 7. Lantai dan Dinding Jamban

(53)

Gambar Lampiran 9. SPAL dengan Saluran Terbuka yang Menimbulkan Genangan Air, Bau, dan Becek.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F. 2011. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Universitas Indonesia.

Aulia, N. 2006. Tips Keluarga Sehat. Jakarta: Restu Agung.

Anwar, A. 2004. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Sumber Wijaya.

Azwar, Azrul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bhutta A.Z, Sazawal S, Hidayat A, dkk. 2000. Therapeutic Effects of Oral Zinc in Acute and Persistent Diarrhea in Childeren in Developing Countries. Tanpa Kota Penerbit: Pooled Analysis of Randomizol Controlled Trials. Bintoro, Bhakti Rochman Tri. 2010. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan

Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Surakarta: Skripsi FKM Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Cahyono, Dwi Anton Budi dan Dyah Andari. 2010. Mudah dan Hemat Hidup Sehat. Solo : Pustaka Arafah.

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya Medika.

Departement Kesehatan RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/Per/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta: Depkes RI.

_____________.1992. Petunjuk Teknis Sanitasi Pemberantasan Lalat. Jakarta: Direktorat Jendral PPM dan PL.

_____________. 1993. Persyaratan Kesehatan Tempat-Tempat Umum. Jakarta: Direktorat Jendral PPM dan PL.

(55)

_____________. 2002. Pemantauan Pertumbuhan Anak. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.

_____________. 2003. Kepmenkes RI Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta: Depkes RI.

_____________.2004. Fasilitas Sanitasi Dasar. Jakarta: Depkes RI.

_____________.2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL.

_____________. 2006. Kumpulan modul kursus hygiene sanitasi makanan & minuman. Sub Direktorat Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan Direktorat Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Ditjen PPM & PL.

_____________. 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI.

_____________. 2007. Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2007.

_____________. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta: Depkes RI.

_____________. 2008. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL.

_____________. 2008. Kepmenkes RI Nomor 519 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat. Jakarta: Depkes RI.

_____________. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI.

_____________.2011. Peratuan Menteri Kesehatan RI No. 1096/Menkes/PER /VI/2011 Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta: Depkes RI.

_____________. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. _____________. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

(56)

_____________. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.

Dinas Kesehatan Kota Sibolga. 2014. Profil Kesehatan Puskesmas Pintu Angin Kota Sibolga Tahun 2014. Sibolga: Dinkes Sibolga.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Medan: Dinkes Sumut.

Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta; Nuha Medika. Echols dan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT Citra Adtya Bakti. Geo, Monika Karunia Tuda. 2012. Hubungan Personal Hygiene Ibu Dan Sarana

Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Desa Raja Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo. Nusa Tenggara Timur: Skripsi FKM Universitas Nusa Cendana.

James, Chin. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: C.V Info Medika.

Irianto, Koes dan Putranto Jokohadikusumo. 2010. Sains Kesehatan Masyarakat. Bandung: Sarana Ilmu Pustaka.

Kasjono, Heru Subari dan Yasril. 2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

_____________. 2011. “Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita”. Tersedia di http://www.dinkes-tts.web.id/bankdata /category/7pedoman penanganandiare.html?download=18:bukupanduan. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2015.

(57)

Kusumaningrum, Arie, dkk. 2011. Pengaruh PHBS Tatanan Rumah Tangga Terhadap Diare Balita di Kelurahan Gandus Palembang. Universitas Sriwijaya, Palembang. http://eprints.unsri.ac.id/ diunggah pada 27 Maret 2016

Lemeshow, Stanley. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Manalu, M. 2012. Hubungan Tingkat Kepadatan Lalat (Musca Domestica) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Pemukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Medan: Skripsi,FKM Sumatera Utara.

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV.Trans Info Media.

Mubarak, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Nguyen, T., Et.Al. 2006. Etiology And Epidemiology Of Diarrhea In Children In Hanoi Vietnam. Vietnam: International Journal Of Infection Diseases.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurfadhila. 2014. Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Higiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir Kota Palembang Tahun 2014. Skripsi : FKM Universitas Sriwijaya.

Nursalam,dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawan dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Perry dan Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Ramig, R.F.2004. Minireview Pathogenesis of Intestinal and Systemic Rotavirus Infection. J Virol.

Safira, Sarah. 2015. Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015. Skripsi: FKM Universitas Sumatera Utara.

(58)

Sembel, Dantje T. 2009. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: C.V Andi. Schwartz, M.William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.

Siti, Rahma. 2014. Hubungan Hygiene Sanitasi, Kepadatan Lalat dan Pengelolaan Limbah Padat Dengan Kejadian Diare Pada Rumah Susun Sukaramai Tahun 2014. Skripsi : FKM Universitas Sumatera Utara.

Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soenarto, S.Y. 2009. Extention For Hospital-Based Surveillance and Strain Characterization of Rotavirus Diarrhea in Indonesia.

Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Subagyo, B. Santoso. N.B. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: IDAI.

Suharyono. 2008. Diare Akut. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sungkapalee. 2006. Incidence and Clinical Manifestations of Rotavirus Infection Among Children With Acite Diarrhea Admitted at Buri Ram Hospital. Thailand: The Southest Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health.

Suraatmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi. Jakarta: Sagung Seto.

Suryabudhi, M. 2000. Cara Merawat Bayi dan Anak - anak. Bandung : Pionir Jaya.

Sutomo, Budi. 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta: Demedia Pustaka. Suyono dan Budiman. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks

Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Syahputri. 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun. Tersedia di http://www.perilakuhidupbersih(PHBS).com. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2015

(59)

Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

WHO. 2013. “Diarrhoeal Disease”. Tersedia di http://www.who.int/mediacentre /factsheets/fs330/en/. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2015.

Widjaja, M.C. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya (Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga

Widyati, dkk. 2002. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan. Jakarta: Grasindo.

World Health Organization. 2009. Diarrhoeal Disease. Geneva: WHO.

World Health Organization dan United Nations Children’s Fund. 2013. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report. Geneva: WHO and UNICEF Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation. Yusiana, Maria Anita. 2013. Personal Hygiene Ibu yang Kurang Berhubungan

Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Ruang Anak. Skripsi: Stikes RS

Babtis Kediri.

(60)

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat Analitik dengan menggunakan desain penelitian Cross Sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dan personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga.

Pemilihan lokasi dengan pertimbangan:

1. Masih tingginya kasus diare pada balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara.

2. Keadaan Lingkungan dan perilaku nelayan di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara yang masih belum memenuhi syarat kesehatan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian di rencanakan akan di lakukan pada bulan Maret 2016. 3.3 Populasi dan Sampel

(61)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang berumur 12-59 bulan dan berada di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara pada bulan Februari 2016 di Puskesmas Pintu Angin, yakni sebanyak 110 balita.

3.3.2 Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian balita yang berusia 12-59 bulan dan berada di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Tahun 2016 dengan menggunakan teknik simple random sampling. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut (Lemeshow, 1997) : Rumus :

Keterangan :

n : Besar sampel N : Jumlah populasi

Z : Standar deviasi normal untuk CI 95% = 1,96 d : Derajat ketetapan yang diinginkan sebesar 0,1 P : Asumsi proporsi 0,5

(62)

n

=

n = 34,6013 = 35

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus diatas, maka diketahui jumlah sampel dari 110 balita, didapat sampel sebanyak 35 responden.

3.3.3 Kriteria Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel memenuhi kriteria Inklusi sebagai berikut :

1. Keluarga (dalam hal ini yang diwawancarai adalah Ibu Rumah Tangga) yang memiliki balita yang menderita penyakit diare selama bulan Februari 2016. Jika terdapat dua penderita dalam satu rumah, maka dipilih salah satunya saja.

2. Tinggal di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga.

3. Ibu yang memiliki balita dengan rentang usia 12-59 bulan.

4. Ibu yang menggunakan botol susu untuk memberikan susu pada balitanya. 5. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

3.4Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

(63)

Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi kesehatan dan administratif terkait, seperti Dinas Kesehatan Kota Sibolga, Puskesmas Pintu Angin, Kantor Kelurahan Sibolga Hilir, dan Kepala Lingkungan Lokasi Penelitian.

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Melakukan wawancara langsung kepada responden (ibu balita) yang bertempat tinggal di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga mengenai kejadian diare pada balita dan personal hygiene ibu dengan menggunakan kuesioner.

2. Melakukan observasi langsung di rumah responden untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan yang meliputi sarana air bersih, sarana jamban keluarga, sarana pembuangan air limbah dan sarana pembuangan sampah. 3. Melakukan pengukuran mengenai angka kepadatan lalat di dapur rumah

responden dengan menggunakan fly grill. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan dan personal hygiene ibu.

3.5.2 Variabel Dependen

(64)

3.5.3 Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka definisi operasional dari variabel adalah sebagai berikut :

1. Diare adalah : Buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir. Hasil ukur : - Ya, jika keluarga memiliki balita yang menderita diare pada bulan

Februari 2016.

- Tidak, jika keluarga memiliki balita dan tidak menderita diare pada bulan Februari 2016 yang diperoleh dari hasil wawancara oleh peneliti.

Cara Pengukuran : - Wawancara

- Rekam medis Puskesmas

2. Sarana Air Bersih adalah :Ketersediaan air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Syarat sarana air bersih yang sehat adalah:

1. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran dan tidak berlumut pada lantai/dinding.

2. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di lantai.

3. Kondisi fisik, air tidak berasa, tidak berbau, berwarna, tidak keruh (Permenkes RI No.416 Tahun 1990).

(65)

- Tidak memenuhi syarat, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat sarana air bersih yang sehat.

Cara Pengukuran : Observasi

3. Sarana Jamban Keluarga adalah : Ketersediaan sarana pembuangan kotoran yaitu berupa tinja, air seni dan CO2 yang digunakan oleh keluarga yang memiliki balita dalam waktu pemeriksaan/pengamatan langsung terhadap fisik. Berdasarkan Depkes RI Tahun 2004, syarat jamban yang sehat adalah:

1. Tidak Berbau

2. Tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. 6. Cukup penerangan. Minimal 100 lux (Kepmenkes RI No.519 Tahun

2008).

7. Lantai kedap air.

8. Ventilasi cukup baik (Minimal 10% dari luas lantai). 9. Tersedia air dan alat pembersih.

Hasil ukur : - Memenuhi syarat, jika memenuhi semua syarat jamban yang sehat

- Tidak memenuhi syarat, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat jamban yang sehat.

(66)

4. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah : Ketersediaan tempat pembuangan sisa air yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Berdasarkan Depkes RI Tahun 1993, syarat SPAL yang sehat adalah:

1. Tidak mencemari sumber air bersih.

2. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk. 3. Tidak menimbulkan bau.

4. Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan.

5. Bentuk saluran tertutup dan lancar.

Hasil ukur : - Memenuhi syarat, jika memenuhi semua syarat SPAL yang sehat. - Tidak memenuhi syarat, jika ada variabel yang tidak memenuhi

syarat SPAL yang sehat. Cara Pengukuran : Observasi

5. Sarana Pembuangan Sampah adalah : Keadaan tempat bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang sampah sementara dari aktifitas rumah tangga pada tempat tinggal untuk diproses lebih lanjut. Menurut Entjang (2000), syarat tempat sampah yang baik adalah:

(67)

2. Mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Hasil ukur : - Memenuhi syarat, jika memenuhi semua syarat tempat sampah yang sehat.

- Tidak memenuhi syarat, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat tempat sampah yang sehat.

Cara Pengukuran : Observasi

6. Angka Kepadatan Lalat adalah : Jumlah lalat yang hinggap di fly grill yang diukur di dapur rumah responden.

Cara pengoperasian fly grill adalah sebagai berikut :

1. Letakkan fly grill di tempat yang akan dihitung kepadatan lalatnya.

2. Dipersiapkan stopwatch untuk menentukan waktu perhitungan selama 30 detik.

3. Dihitung banyaknya lalat yang hinggap selama 30 detik dengan menggunakan counter. Lalat yang terbang dan hinggap lagi dalam waktu 30 detik tetap dihitung.

4. Jumlah lalat yang hinggap dicatat.

(68)

6. Dari lima kali perhitungan yang mendapatkan nilai tertinggi dihitung rata ratanya, maka diperoleh angka kepadatan lalat pada tempat tersebut. Menurut Depkes RI (2001), penghitungan kepadatan lalat menggunakan fly grill sudah mempunyai angka recommendation control yaitu :

1. 0-2 : Tidak menjadi masalah (rendah).

2. 3-5 : Perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat-tempat berkembangbiak lalat seperti tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain (sedang).

3. 6-20 : Populasi padat dan perlu pengamatan lalat dan bila mungkin direncanakan tindakan pengendaliannya (tinggi).

4. >21 : Populasi sangat padat dan perlu diadakan pengamanan terhadap tempat berkembangbiaknya lalat dan tindakan pengendalian (sangat tinggi/sangat padat).

Hasil ukur : - Rendah, jika angka kepadatan lalat 0-2. - Sedang, jika angka kepadatan lalat 3-5. - Tinggi, jika angka kepadatan lalat 6-20. - Sangat tinggi, jika angka kepadatan lalat >21. Cara Pengukuran : Fly grill

7. Kebiasaan Cuci Tangan adalah : Suatu tindakan dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air bersih dan sabun dengan tujuan untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit menular, khususnya diare. Adapun cara untuk menjaga kebersihan tangan dan kuku adalah:

(69)

2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas. 3. Mencuci tangan dengan air yang mengalir.

4. Menggosok kedua permukaan tangan dan sela-sela jari ketika mencuci tangan.

Hasil ukur : - Baik, jika memenuhi semua syarat cara menjaga kebersihan tangan dan yang baik.

- Tidak baik, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat cara mejaga kebersihan tangan yang baik.

Cara Pengukuran : Wawancara

8. Kebiasaan Menjaga Kebersihan Kuku adalah: Suatu aspek penting untuk mencegah penularan penyakit melalui kuku yang dapat dilakukan dengan rutin memotong kuku dan membersihkan kuku yang kotor dengan sabun saat mandi. Hasil ukur : - Baik, jika memenuhi semua syarat cara menjaga kebersihan

kuku yang baik.

- Tidak baik, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat cara mejaga kebersihan kuku yang baik.

Cara Pengukuran : Wawancara

(70)

1. Mencuci botol susu dengan menggunakan air bersih dan sabun. 2. Mencuci botol susu dengan air yang mengalir.

3. Mensterilkan botol susu dengan menggunakan air panas.

Hasil ukur : - Baik, jika memenuhi semua syarat kebersihan botol susu. - Tidak baik, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat

kebersihan botol susu. Cara Pengukuran : Wawancara

10. Kebiasaan Menjaga Kebersihan Peralatan Makanan adalah: Keadaan peralatan makanan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi.

Persyaratan peralatan yang digunakan untuk penanganan makanan berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, yaitu;

1. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun. 2. Peralatan yang sudah dicuci dikeringkan dengan alat pengering/lap yang

bersih.

3. Peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang bebas pencemaran.

Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan tidak boleh digunakan kembali, apabila peralatan tersebut dirancang hanya untuk sekali pakai.

(71)

- Tidak baik, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat kebersihan peralatan makanan.

Cara Pengukuran : Wawancara

11. Kebiasaan Menjaga Kebersihan Bahan Makanan adalah : Keadaan bahan makanan yang terjaga dari adanya kerusakan, disamping juga menjaga terhindarnya dari pencemaran, baik yang terbawa oleh bahan makanan ataupun faktor lingkungan yang akan masuk ke bahan makanan. Cara untuk menjaga kebersihan bahan makanan adalah:

1. Mencuci bahan makanan dengan menggunakan air bersih sebelum diolah dan dikonsumsi.

2. Mencuci bahan makanan dengan air yang mengalir.

3. Bahan makanan yang sudah bersih disimpan di tempat yang tertutup dan tidak memungkinkan terjadinya pencemaran.

Hasil ukur : - Baik, jika memenuhi semua syarat kebersihan bahan makanan. - Tidak baik, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat

kebersihan bahan makanan. Cara Pengukuran : Wawancara

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

(72)
(73)

Lingkungan Pintu Angin merupakan salah satu lingkungan yang terdapat di Kelurahan Sibolga Hilir. Lingkungan Pintu Angin berada di daerah pinggir pantai atau pesisir laut dengan ketinggian 6 meter dari permukaan laut.

Lingkungan Pintu Angin mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Lingkungan Panomboman, Mela

2. Sebelah Timur : Pegunungan, Bukit Barisan, Kelurahan Angin Nauli 3. Sebelah Selatan : Lingkungan Simare-mare

4. Sebelah Barat : Teluk Tapian Nauli

Berdasarkan data penduduk tahun 2015, jumlah penduduk Pintu Angin 3566 jiwa, 787 KK. Rata-rata setiap rumah tangga terdiri dari 5 orang anggota keluarga. Jumlah penduduk dengan rincian :

1. Penduduk dengan jenis kelamin laki-laki 1819 jiwa 2. Penduduk dengan jenis kelamin perempuan 1747 jiwa

Mayoritas tingkat pendidikan penduduk adalah tamat SLTA, yaitu sebanyak 829 orang. Dan sebagian besar penduduk bermatapencaharian dari hasil laut.

(74)

Gambaran karakteristik balita berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Balita Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

Karakteristik Balita n %

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa berdasarkan karakteristik balita berdasarkan umur, persentase paling besar adalah balita berumur 20-29 bulan, yaitu sebanyak 11 orang atau 31,4% dari jumlah sampel dan mayoritas balita berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 18 balita atau 51,4% dari jumlah sampel.

4.2.2 Karakteristik Responden

Gambaran tentang karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

(75)

Karakteristik Responden n % Jenis Pekerjaan

PNS 1 2,9

Pegawai Swasta/ Karyawan Swasta 2 5,7

Buruh 1 2,9

Pedagang 2 5,7

Ibu Rumah Tangga 29 82,9

Total 35 100

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD SD

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 29 responden (82,9%) dengan mayoritas tingkat pendidikan terakhir SLTA yaitu sebanyak 20 responden (57,1%).

4.2.3 Variabel Dependen

4.2.3.1 Kejadian Diare pada Balita

Kejadian diare pada balita adalah penyakit diare yang dialami oleh balita dalam satu bulan terakhir. Gambaran mengenai kejadian diare dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

(76)

4.2.4 Variabel Independen 4.2.4.1 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah sarana sanitasi lingkungan yang dimiliki oleh responden. Poin-poin pada lembar observasi mengenai sanitasi dasar terdiri dari 4 butir poin. Gambaran mengenai sanitasi dasar yang dimiliki responden berdasarkan lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Sanitasi Lingkungan Yang Dimiliki Responden di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

Sarana Sanitasi Ya Tidak Total

jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya.

i. Cukup penerangan (Tidak silau dan cahaya tersebar secara merata).

20 57,1 15 42,9 35 100 j. Ventilasi cukup baik (minimal 10%

dari luas lantai).

17 48,6 18 51,4 35 100 k. Tersedia air dan alat pembersih di

kamar mandi

(77)

Sarana Pembuangan Air Limbah a. Tidak menimbulkan genangan air

yang menjadi sarang serangga atau nyamuk.

18 51,4 17 48,6 35 100

b. Tidak menimbulkan bau. 19 54,3 16 45,7 35 100 c. Tidak menimbulkan becek,

kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan berkembang biak lalat seperti tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain (sedang).

2 5,7 33 94,3 35 100

c. 6-20: Populasi padat dan perlu pengamatan lalat dan bila mungkin direncanakan tindakan pengendaliannya (tinggi).

2 5,7 33 94,3 35 100

d. >21: Populasi sangat padat dan perlu diadakan pengamanan

terhadap tempat

berkembangbiaknya lalat dan tindakan pengendalian (sangat tinggi/ sangat padat).

0 0 35 100 35 100

(78)

oleh serangga maupun tikus (91,4%). Sarana pembuangan air limbah yang dimiliki responden sebagian besar tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga atau nyamuk (51,4%) dan tidak menimbulkan bau (54,3%). Sementara untuk sarana pembuangan sampah, hampir seluruh responden tidak memiliki sarana pembuangan sampah yang tertutup (97,1%) serta angka kepadatan lalat yang rendah dan tidak menimbulkan masalah (91,4%).

Berdasarkan observasi dan syarat sanitasi dasar sehat yang terpenuhi oleh responden, maka dapat dikategorikan menjadi memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat. Gambaran mengenai sanitasi dasar di rumah responden dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Kondisi Sanitasi Dasar Responden di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

Sanitasi Dasar n %

Sarana Air Bersih

Tidak Memenuhi Syarat 27 77,1

Memenuhi Syarat 8 22,9

Total 35 100

Jamban Keluarga

Tidak Memenuhi Syarat 31 88,6

Memenuhi Syarat 4 11,4

Total 35 100

Sarana Pembuangan Air Limbah

Tidak Memenuhi Syarat 33 91,4

Memenuhi Syarat 3 8,6

Total 35 100

Sarana Pembuangan Sampah

Tidak Memenuhi Syarat 32 91,4

Memenuhi Syarat 3 8,6

Total 35 100

(79)

syarat yaitu sebanyak 27 responden (77,1%) dan hanya 8 responden (22,9%) yang memiliki sarana air bersih yang telah memenuhi syarat. Sementara berdasarkan variabel jamban keluarga, dapat diketahui bahwa lebih banyak responden yang memiliki jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan, yaitu sebanyak 31 responden (88,6%) dan hanya 4 responden (11,4%) yang memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan variabel sarana pembuangan air limbah, dapat diketahui bahwa lebih banyak responden yang memiliki saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan, yaitu sebanyak 32 responden (91,4%) dan hanya 3 responden (8,6%) yang memiliki sarana pembuangan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan. Sementara berdasarkan variabel sarana pembuangan sampah, dapat diketahui bahwa lebih banyak responden yang memiliki sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 32 responden (51,4%) dan hanya 3 responden (48,6%) yang memiliki sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.

4.2.4.2 Personal Hygiene

Personal Hygiene adalah kebersihan diri yang dimiliki oleh responden.

Poin-poin pada lembar observasi mengenai personal hygiene terdiri dari 5 butir poin. Gambaran mengenai personal hygiene yang dimiliki responden berdasarkan lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut:

(80)

Personal Hygiene Ibu Ya Tidak Total

n % n % n %

Kebersihan Tangan

a. Mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun.

13 37,1 22 62,9 35 100

d. Mencuci tangan menggunakan sabun setelah BAB.

21 60 14 40 35 100

e. Mencuci tangan setelah menceboki anak.

32 91,4 3 8,6 35 100 f. Mencuci tangan sebelum menyuapi

anak.

29 82,9 6 17,1 35 100 g. Mencuci tangan sebelum

memegang makanan.

30 85,7 5 14,3 35 100 h. Menggosok kedua permukaan

tangan dan sela-sela jari ketika mencuci tangan

16 45,7 19 54,3 35 100

Kebersihan Kuku

a. Rutin memotong kuku setiap 1 kali 2 minggu menggunakan air bersih dan sabun

32 91,4 3 8,6 35 100

a. Mencuci peralatan makanan dengan menggunakan air bersih dan sabun.

35 100 0 0 35 100

b. Mencuci peralatan makanan dengan air yang mengalir. menggunakan air bersih sebelum

(81)

diolah dan dikonsumsi.

b. Mencuci bahan makanan dengan air yang mengalir.

19 54,3 16 45,7 35 100 c. Bahan makanan yang sudah bersih

disimpan di tempat yang tertutup.

22 62,9 13 37,1 35 100

(82)

Berdasarkan kuesioner dan syarat personal hygiene yang memenuhi syarat kesehatan, maka dapat dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Gambaran mengenai personal hygiene responden dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Distribusi Kondisi Personal Hygiene Responden di Lingkungan

(83)

memiliki kebiasaan tidak baik dalam menjaga kebersihan kuku. Berdasarkan variabel kebersihan botol susu dapat diketahui bahwa lebih banyak responden yang memiliki kebiasaan baik dalam menjaga kebersihan botol susu yaitu sebanyak 19 responden (54,3%) dan hanya 16 responden (45,7%) yang memiliki kebiasaan tidak baik dalam menjaga kebersihan kuku. Sementara berdasarkan variabel kebersihan peralatan makanan dapat diketahui bahwa sedikit lebih banyak responden di Lingkungan Pintu Angin yang memiliki kebiasaan baik dalam menjaga kebersihan peralatan makanan yaitu sebanyak 18 responden (51,4%) dan sebanyak 17 responden (48,6%) yang memiliki kebiasaan tidak baik dalam menjaga kebersihan peralatan makanan. Berdasarkan variabel kebersihan bahan makanan dapat diketahui bahwa lebih banyak responden yang memiliki kebiasaan baik dalam menjaga kebersihan bahan makanan yaitu sebanyak 19 responden (54,3%) dan hanya 16 responden (45,7%) yang memiliki kebiasaan tidak baik dalam menjaga kebersihan bahan makanan.

4.2.4.3 Angka Kepadatan Lalat

(84)

Tabel 4.8 Distribusi Kepadatan Lalat di Dapur Rumah Responden di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

Kepadatan Lalat n %

Rendah 32 91,4

Sedang 2 5,7

Tinggi 1 2,9

Total 35 100

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga memiliki kepadatan lalat dengan kategori rendah yaitu sebanyak 32 responden (91,4%).

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan narasi dengan analisis statistik Chi square. Adanya hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen ditunjukkan dengan nilai p < 0,05.

(85)

Tabel 4.9 Analisis Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

(86)

diare pada balita dengan PR=0,027, yaitu CI 95% [(0,003), (0,230)] yang menunjukkan bahwa responden dengan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat memiliki peluang kejadian diare pada balitanya 0,027 kali lebih besar dibandingkan responden dengan sarana air bersih yang memenuhi syarat.

Berdasarkan variabel jamban keluarga dapat diketahui bahwa dari 31 responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat, terdapat 25 balita (80,6%) yang menderita penyakit diare dan tidak terdapat balita (0%) yang menderita diare pada responden yang memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat. Berdasarkan hasil uji exact fisher karena terdapat lebih dari 25% expected count yang nilai nya kurang dari 5 maka diperoleh nilai p = 0,004 (p<0,05), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan PR=0,064, yaitu CI 95% [(0,005), (0,748)] yang menunjukkan bahwa responden dengan jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat memiliki peluang kejadian diare pada balitanya 0,064 kali lebih besar dibandingkan responden dengan jamban keluarga yang memenuhi syarat.

Berdasarkan variabel sarana pembuangan air limbah dapat diketahui bahwa dari 32 responden yang memiliki sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat, terdapat 27 balita (84,4%) yang menderita penyakit diare dan tidak terdapat balita (0%) yang menderita diare pada responden yang memiliki sarana pembuangan air limbah yang memenuhi syarat. Berdasarkan hasil uji exact fisher karena terdapat lebih dari 25% expected count yang nilai nya kurang dari 5

(87)

dengan PR=0,000, yaitu CI 95% [(0,000),(0,000)] yang menunjukkan bahwa responden dengan sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat tidak memiliki peluang kejadian diare pada balitanya.

Berdasarkan variabel sarana pembuangan sampah dapat diketahui bahwa dari 32 responden yang memiliki sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat, terdapat 25 balita (78,1%) yang menderita penyakit diare dan tidak terdapat balita (0%) yang menderita diare pada responden yang memiliki sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat. Berdasarkan hasil uji exact fisher karena terdapat lebih dari 25% expected count yang nilai nya kurang dari 5

maka diperoleh nilai p = 0,018 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sarana pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita dengan PR=0,000, yaitu CI 95% [(0,000),(0,000)] yang menunjukkan bahwa responden dengan sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat tidak memiliki peluang kejadian diare pada balitanya.

4.3.2 Hubungan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita Analisis hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut :

(88)

Personal Hygiene

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa berdasarkan variabel kebersihan tangan dari 30 responden yang memiliki kebiasaan yang tidak baik dalam menjaga kebersihan tangan, terdapat 24 balita (80%) yang menderita diare dan hanya 1 balita (20%) yang menderita diare dari 5 responden yang memiliki kebiasaan yang baik dalam menjaga kebersihan tangan. Berdasarkan hasil uji exact fisher karena terdapat lebih dari 25% expected count yang nilai nya kurang

(89)

dengan kebersihan tangan ibu yang tidak baik memiliki peluang kejadian diare pada balitanya 0,375 kali lebih besar dibandingkan responden dengan kebersihan tangan ibu yang baik.

Berdasarkan variabel kebersihan kuku dapat diketahui bahwa dari 24 responden yang memiliki kebiasaan yang baik dalam menjaga kebersihan kuku, terdapat 16 balita (66,7%) yang menderita diare dan hanya 9 balita (81,8%) yang menderita diare dari 11 responden yang memiliki kebiasaan yang tidak baik dalam menjaga kebersihan kuku. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,357. Jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan (p>0,05), maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku dengan kejadian diare pada balita.

Berdasarkan variabel kebersihan botol susu dapat diketahui bahwa dari 19 responden yang memiliki kebiasaan yang tidak baik dalam menjaga kebersihan botol susu, terdapat 16 balita (84,2%) yang menderita diare dan hanya 9 balita (56,3%) yang menderita diare dari 16 responden yang memiliki kebiasaan yang baik dalam menjaga kebersihan botol susu. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,068 (p>0,05) artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebersihan botol susu dengan kejadian diare pada balita.

(90)

square diperoleh nilai p = 0,915 (p>0,05) artinya tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara kebersihan peralatan makanan dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan variabel kebersihan bahan makanan dapat diketahui bahwa dari 19 responden yang memiliki kebiasaan yang baik dalam menjaga kebersihan bahan makanan, terdapat 13 balita (68,4%) yang menderita diare dan hanya 12 balita (75%) yang menderita diare dari 16 responden yang memiliki kebiasaan yang tidak baik dalam menjaga kebersihan bahan makanan. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,668 (p>0,05) artinya tidak terdapat hubungan

(91)

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kejadian diare pada balita dalam satu bulan terakhir sebanyak 25 balita (71,6%). Balita yang terkena diare lebih banyak dibandingkan dengan balita yang tidak terkena diare yaitu sebanyak 10 balita (28,6%).

Dalam pengertian bahwa penyakit diare dapat ditandai dengan bertambahnya frekuensi defakasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) (Suraatmaja, 2007). Penelitian lain juga mengatakan bahwa penyakit diare sering disebabkan oleh faktor sanitasi yang buruk seperti tidak memadainya penyediaan air bersih, kekurangan sarana kebersihan dan pencemaran air. Selain itu dapat disebabkan oleh personal hygiene ibu yang kurang baik sehingga berpengaruh terhadap kesehatan balita (Yusiana, 2013).

(92)

kondisi sanitasi lingkungan dan personal hygiene ibu yang belum memenuhi syarat kesehatan.

Pencegahan penyakit diare dapat dilakukan dengan memperhatikan personal hygiene yang bertujuan untuk memelihara kebersihan diri, menciptakan

keindahan dan juga meningkatkan kesehatan individu agar dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene perorangan harus diperhatikan yang salah satunya adalah tingkat pengetahuan yaitu pengetahuan hygiene perorangan sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan tetapi berbekal pengetahuan tidak cukup karena kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada kualitas orang tersebut karena pengetahuan penting dalam meningkatkan status kesehatan individu (Wartonah, 2006).

5.2 Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita

5.2.1 Hubungan antara Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare

(93)

Sebagian besar responden penelitian memiliki sarana air bersih yang berasal dari PDAM dan mata air pegunungan yang secara fisik sudah memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes No. 416/Menkes/Per/1990, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak keruh. Air bersih ini digunakan untuk menyuci peralatan makan dan minum, menyuci bahan makanan, mandi, dan minum. Namun, setengah dari responden mengatakan bahwa air mereka sering mengalami kekeruhan apabila sedang musim hujan dan air tersebut tetap digunakan untuk mencuci alat makan dan dimasak sebagai air minum. Jika sumber air yang digunakan terkontaminasi bakteri patogen seperti E.Coli maka peralatan makan dan minum berisiko untuk terkontaminasi, terlebih jika perilaku mencucinya kurang baik. Akibatnya terjadi rantai penularan penyakit diare.

Selain itu, sarana air bersih yang tercemar juga disebabkan karena sebagian besar tempat penampungan air responden terdapatnya bercak-bercak kotoran atau lumut pada dinding atau lantai yang memungkinkan terkontaminasinya air bersih dengan mikroorganisme patogen yang dapat menimbulkan diare pada balita.

Penelitian ini sejalan dengan Siti (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare.

Menurut Slamet (2009), Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut.

(94)

rumah-rumah atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran dirumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air ataupun makanan dari tempatnya (Widoyono, 2011).

5.2.2 Hubungan antara Jamban Keluarga dengan Kejadian Diare

Berdasarkan hasil analisis penelitian dengan exact fisher karena terdapat lebih dari 25% expected count yang nilai nya kurang dari 5 maka diperoleh nilai p = 0,004 lebih kecil dari nilai (∝= 0,05), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan PR=0,064, yaitu CI 95% [(0,005), (0,748)] yang menunjukkan bahwa responden dengan jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat memiliki peluang kejadian diare pada balitanya 0,064 kali lebih besar dibandingkan responden dengan jamban keluarga yang memenuhi syarat.

(95)

mempermudah cahaya matahari untuk masuk ke kamar mandi dimana cahaya matahari tersebut dapat membunuh bakteri yang ada di kamar mandi. Ketidaktersediaan ventilasi di kamar mandi menyebabkan kamar mandi masyarakat menjadi pengap dan gelap jika tidak ada cahaya lampu.

Penelitian ini sejalan dengan Geo (2012) yang menyatakan ada hubungan antara jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Siti (2014) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara jamban keluarga dengan kejadian diare.

Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit diantaranya tipus, kolera, disentri, poliomyelitis, ascariasis, dan sebagainya. Kotoran manusia merupakan buangan padat selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan, juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Oleh sebab itu perlu sekali menjaga kebersihan jamban dan kamar mandi, sehingga tidak terjadi penularan penyakit yang diakibatkan oleh tinja (Azwar, 2009).

5.2.3 Hubungan antara Sarana Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare

(96)

responden dengan sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat tidak memiliki peluang kejadian diare pada balitanya.

Berdasarkan hasil observasi, sarana pembuangan air limbah responden yang ada sebagian besar tebuka yaitu air limbah langsung dibuang melalui got disekitar rumahnya. Sistem pembuangan air limbah yang tidak tertutup dapat menimbulkan bau dan menjadi sarang berkembang biaknya vektor penyebar penyakit. Bahkan terdapat rumah yang tidak memiliki penampungan sisa air limbah sehingga air limbah langsung jatuh ke tanah tanpa penampungan sehingga mencemari lingkungan.

Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rahma (2006) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku ibu terhadap pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada anak balita usia 2-5 tahun Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bintoro (2010), di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar, hasilnya menyatakan bahwa pengolahan air limbah yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah, akan mengakibatkan kejadian diare sebesar 2,50 kali dibandingkan dengan pembuangan limbah yang ada SPAL dengan nilai p = 0,026 yang artinya ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada balita.

Gambar

Gambar Lampiran 1. Peneliti mewawancarai responden
Gambar Lampiran 3. Terdapat Bercak-Bercak Kotoran atau Lumut Pada
Gambar Lampiran 5. Kamar Mandi Tidak Terdapat Ventilasi
Gambar Lampiran 8. Tempat Sampah yang Tidak Memiliki Tutup
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ira pada tahun 2008 telah melaporkan kejadian yang dialaminya ini ke Kepolisian Metro Tangerang Kota, namun kurang mendapat tanggapan yang berarti dan kasusnya pun

Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan Metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi Pengeluaran

Menyatakan merek “IKEA” yang terdaftar atas nama TERGUGAT dengan Nomor Pendaftaran IDM000092006 tanggal pendaftaran 09 Oktober 2006 untuk kelas barang/jasa 21, tidak

78 Al bij het onderzoek voor zijn proefschrift merkte Constandse op dat on - danks alle voorsprong die de boeren in de Noordoostpolder hadden, zij lang niet altijd

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO ASSETS RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PROPERTYi. DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI

Termasuk soal catering/ makanan, karena kesibukan, orang lebih memilih memesan makanan pada catering daripada memasaknya.Tetapi pelayanan pihak catering yang masih manual

[r]

Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis berusaha untuk membuat suatu aplikasi berbasis web yang disebut Portal Stasiun yang bertujuan untuk menyediakan informasi, khusus