• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah Yang Akan Menjalani Pembedahan Di Ruang IX Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah Yang Akan Menjalani Pembedahan Di Ruang IX Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN RESPON

CEMAS ANAK USIA SEKOLAH YANG AKAN

MENJALANI PEMBEDAHAN DI RUANG

IX RSUD dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh

LILIS ANDRIANI 121121092

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya

Saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk

memenuhi tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan. Penulis

menyadari bahwa tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan waktu, motivasi, arahan, bimbingan

dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Reni Asmara Ariga, SKp, MARS, dan ibu Nur Asnah Sitohang S.Kep,

Ns., M.Kep, sebagai penguji yang memberikan masukan untuk

kesempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan USU dan seluruh Staf

nonakademik Fakultas Keperawatan USU.

6. Direktur RSUD dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan

bagi peneliti untuk menggunakan RSUD dr. Pirngadi medan sebagai

(5)

7. Teristimewa kepada keluargaku, Ayahanda Abdul Rahman dan ibunda

yang selalu memberikan motivasi, dukungan moril dan materil serta doa

yang tiada henti bagi peneliti. Buat kakak dan adikku yang terkasih yang

menjadi motivator dan anugerah terindah dalam hidupku.

8. Teman-teman terbaikku (Rheny Puspita M, Nora Royekha S dan Sri

Pratiwi T), dan teman satu bimbingan (Alvionita, M. Adiul Ilham, Mukti

Ali) yang selalu memberi semangat satu sama lain. Semoga kita sukses

dalam segala cita-cita kita.

9. Teman-teman seperjuangan FKep USU Ekstensi angkatan 2012 yang

selalu memberi semangat satu sama lain. Semoga kita semua sukses dan

mendapatkan hasil yang terbaik.

10.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu yang telah banyak membantu peneliti.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan

dari segi isi dan penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 27 Januari 2014

(6)

DAFTAR ISI

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Dukungan Keluarga ... 8

2.2 Konsep Anak Usia Sekolah ... 13

2.3 Konsep Cemas ... 16

2.4 Respon Cemas Anak Usia Sekolah ... 18

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Respon Cemas Anak... 23

2.6 Konsep Persiapan Sebelum Menjalani Pembedahan ... 24

Bab 3. Kerangka Penelitian 3.1 Kerangka Konsep ... 27

3.2 Defenisi Operasional ... 28

Bab 4. Metodologi Penelitian 4.1Desain Penelitian ... 30

4.2 Populasi dan Sampel ... 30

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 31

4.5 Instrumen Penelitian... 32

4.6 Validasi dan Reliabilitas instrument ... 35

4.7 Pengumpulan Data ... 37

4.8 Analisa data ... 38

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1 Hasil ... 41

(7)

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan ... 53 6.2 Saran.. ... 53

Daftar Pustaka Lampiran

1. Lembar Persetujuan Kuesioner 2. Lembar Kuesioner

3. Surat Survey Awal

4. Surat Selesai Pengambilan Data 5. Surat Penelitian

6. Surat Selesai Penelitian 7. Surat Ethical Clearance

8. Surat Pernyataan Keaslian Terjemahan 9. Riwayat Hidup

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi

Medan……….. 28

Tabel 4.1 Kriteria penafsiran korelasi………. 39

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi data demografi keluarga dan anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di

ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan………... 42

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat dukungan keluarga pada anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan……….. .

43

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Kuesioner dukungan keluarga pada anak usia keluarga pada anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang

IX RSUD dr. Pirngadi Medan………. 43

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan total skor respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan………... 45

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan jawaban terhadap kuesioner respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan………….. 45

Tabel 5.6 Hasil analisa antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang

IX RSUD dr. Pirngadi Medan………. 47

(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Rentang respon kecemasan... 18

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi

(10)

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah yang Akan Menjalani Pembedahan di Ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

Nama : Lilis Andriani NIM : 121121092

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

Abstrak

Anak yang dirawat dirumah sakit pasti akan mengalami kecemasan dan tekanan sebelum menjalani pembedahan. Anak-anak yang sangat cemas dan tertekan sebelum menjalani pembedahan kemungkinan akan menunjukkan perilaku yang negatif setelah menjalani pembedahan. Maka untuk itu persiapan sebelum pembedahan lebih efisien dilakukan dengan adanya dukungan orang tua kepada anaknya. Dukungan keluarga adalah suatu dukungan yang bermanfaat bagi anak dalam mengatasi respon cemas dan dapat meredakan tekanan yang dirasakan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling, dan jumlah sampel adalah 30 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mencakup data demografi dan pernyataan mengenai dukungan keluarga dan respon kecemasan. Pengumpulan data berlangsung selama bulan September sampai November 2013. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Spearman Rank (Rho). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah yang

akan menjalani pembedahan, kekuatan hubungan kuat dan berpola negatif (p = 0,000, r = -0,606), semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah

respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan. Disarankan agar perawat dapat melakukan pendidikan kesehatan dan memberikan motivasi kepada keluarga dalam memberikan dukungan pada pasien anak yang akan menjalani pembedahan untuk mengurangi respon cemas anak.

(11)

Title of the Thesis : The Correlation Between the Family Support and the Anxious Response of the School-Age Children Who Will Undergo The Surgery in Room IX RSUD dr. Pirngadi

Children who are hospitalized will surely experience the anxiety and pressure before undergoing surgery. Children who are extremely anxious and depressed before undergoing surgery likely will show a negative behavior after undergoing surgery. Then for that preparation before surgery more efficiently done with the support of parents to their children, family support is a useful support for children in overcoming anxious response and can relieve the pressure is felt. This research aims to identify the correlation between the family support and the anxious response of the school-age children who will undergo the surgery in room IX RSUD dr. Pirngadi Medan. This research uses descriptive correlation design. Taking of sample using the technique of Accidental Sampling and the number of samples is 30 people. Research instrument in the form of a questionnaire, which includes demographic data and statements about family support and response to anxiety. Data collection took place during the months of September to November 2013. A correlation test was used in this study is testing the correlation of Spearman Rank (Rho). From the results of this research it can be concluded that there is a relationship support families with school-age children anxious response that will undergo surgery, the strength of the relationship is strong and is negative (p = 0.000, r =-0, 606) the higher family support then the lower school age children anxious response that will undergo the surgery in room IX RSUD dr. Pirngadi Medan. It is recommended that nurses can make health education and provide motivation to the family in providing support on patients who will undergo surgery to reduce your child's anxiety response

(12)

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah yang Akan Menjalani Pembedahan di Ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

Nama : Lilis Andriani NIM : 121121092

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

Abstrak

Anak yang dirawat dirumah sakit pasti akan mengalami kecemasan dan tekanan sebelum menjalani pembedahan. Anak-anak yang sangat cemas dan tertekan sebelum menjalani pembedahan kemungkinan akan menunjukkan perilaku yang negatif setelah menjalani pembedahan. Maka untuk itu persiapan sebelum pembedahan lebih efisien dilakukan dengan adanya dukungan orang tua kepada anaknya. Dukungan keluarga adalah suatu dukungan yang bermanfaat bagi anak dalam mengatasi respon cemas dan dapat meredakan tekanan yang dirasakan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling, dan jumlah sampel adalah 30 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mencakup data demografi dan pernyataan mengenai dukungan keluarga dan respon kecemasan. Pengumpulan data berlangsung selama bulan September sampai November 2013. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Spearman Rank (Rho). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah yang

akan menjalani pembedahan, kekuatan hubungan kuat dan berpola negatif (p = 0,000, r = -0,606), semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah

respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan. Disarankan agar perawat dapat melakukan pendidikan kesehatan dan memberikan motivasi kepada keluarga dalam memberikan dukungan pada pasien anak yang akan menjalani pembedahan untuk mengurangi respon cemas anak.

(13)

Title of the Thesis : The Correlation Between the Family Support and the Anxious Response of the School-Age Children Who Will Undergo The Surgery in Room IX RSUD dr. Pirngadi

Children who are hospitalized will surely experience the anxiety and pressure before undergoing surgery. Children who are extremely anxious and depressed before undergoing surgery likely will show a negative behavior after undergoing surgery. Then for that preparation before surgery more efficiently done with the support of parents to their children, family support is a useful support for children in overcoming anxious response and can relieve the pressure is felt. This research aims to identify the correlation between the family support and the anxious response of the school-age children who will undergo the surgery in room IX RSUD dr. Pirngadi Medan. This research uses descriptive correlation design. Taking of sample using the technique of Accidental Sampling and the number of samples is 30 people. Research instrument in the form of a questionnaire, which includes demographic data and statements about family support and response to anxiety. Data collection took place during the months of September to November 2013. A correlation test was used in this study is testing the correlation of Spearman Rank (Rho). From the results of this research it can be concluded that there is a relationship support families with school-age children anxious response that will undergo surgery, the strength of the relationship is strong and is negative (p = 0.000, r =-0, 606) the higher family support then the lower school age children anxious response that will undergo the surgery in room IX RSUD dr. Pirngadi Medan. It is recommended that nurses can make health education and provide motivation to the family in providing support on patients who will undergo surgery to reduce your child's anxiety response

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada

anak jika anak di rawat dirumah sakit. Anak tersebut akan mudah mengalami

krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

kesehatanya maupun lingkungan sehari-hari dan anak mengalami keterbatasan

dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian yang

bersifat menekan (Nursalam, 2005).

Anak usia sekolah merupakan periode dalam kehidupan yang dimulai pada

usia 6-12 tahun. Dimana anak usia sekolah memiliki peningkatan kekhawatiran

terhadap integritas tubuhnya. Karena tubuh merupakan hal yang penting dan

bernilai khusus, anak menjadi sangat sensitif terhadap segala sesuatu yang

dianggap mengancam atau menjadi indikasi timbulnya cedera pada tubuhnya

(Wong, 2008).

Bedah telah menjadi salah satu bentuk keahlian sejak pertengahan abad

19. Pembedahan merupakan cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau

tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana. Saat

menghadapi pembedahan, klien akan mengalami berbagai stresor. Pembedahan

yang ditunggu pelaksanaanya akan menyebabkan rasa takut dan cemas pada klien

yang menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat,

(15)

Kecemasan adalah keadaan yang tidak mengenakan dan tidak merasa

nyaman yang terjadi dikehidupan sehari-hari yang juga dapat terjadi pada

seseorang yang akan menjalani pembedahan. Banyak hal yang mendukung

pendapat bahwa perawatan dirumah sakit dan pembedahan akan menimbulkan

stress besar pada anak. Rasa cemas anak akan mempengaruhi respon anak

terhadap penaganan medis. Melamied dan siegal (1975) mencatat bahwa karena

stress yang dialaminya, sangat besar 10% sampai 35% anak memperlihatkan

masalah emosi atau perilaku yang akut atau jangka lama seperti mimpi buruk,

peningkatan ketergantungan, regresi dan hilangnya kemampuan buang air sendiri,

gangguan makan dan peningkatan rasa takut.

Rasa takut anak terkait dengan rumah sakit terutama disebabkan oleh

keberadaanya di lingkungan yang baru, terhentinya kegiatan rutin dan prosedur

yang menimbulkan nyeri, multilasi tubuh dan perasaan disia-siakan serta

pemisahan (Gruendemann, 2005). Hal ini berkaitan pada kecemasan yang dialami

anak usia sekolah yaitu selain berpisah dengan kelompok sosial dan keluarga,

anak usia sekolah juga merasakan cemas saat mengalami luka pada tubuh dan

adanya rasa nyeri (Supartini, 2004). Kecemasan anak usia sekolah lebih terpusat

pada hal yang nyata, yaitu cedera pada tubuhnya (Rudolph, 2006).

Takut cedera dan nyeri tubuh merupakan akibat dari rasa takut terhadap

penyakit, kecacatan, dan kematian (Muscari, 2005). Ketakutan tentang tubuh yang

disakiti dan nyeri merupakan penyebab utama yang menimbulkan kecemasan

pada anak (Potter, 2005). Anak usia sekolah tidak begitu khawatir terhadap nyeri

(16)

kemungkinan kematian (Wong, 2008). Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri

akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal karena

anak usia sekolah sudah mampu mengkomunikasikannya (Supartini, 2004).

Menurut Alifatin (2001) dalam Christine (2010), respon cemas yang

ditunjukkan anak saat perawat melakukan tindakan invasif sangat

bermacam-macam, ada yang bertindak agresif, bertindak dengan mengekspresikan secara

verbal, membentak, serta dapat bersikap dependen yaitu menutup diri dan tidak

kooperatif .

Intervensi yang dilakukan perawat melalui persiapan dan bantuan bagi

anak yang dijadwalkan menjalani pembedahan dapat mendeteksi adanya rasa

cemas serta mencegah masalah jangka pendek atau panjang yang berkaitan

dengan pengalaman pembedahan (Gruendemann, 2005).

Kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaan bentuk dukungan dari

keluarga (Hidayat, 2005). Dukungan keluarga adalah memberikan motivasi, rasa

nyaman, kasih sayang, dan perhatian (Novtaria, 2011). Anggota keluarga dapat

memberi dukungan melalui kehadiran mereka disana, tetapi mereka akan

menghadapi stresor yang sama seperti yang dihadapi klien (Potter, 2005).

Keluarga juga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan

anaknya, proses pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut

tidak bersifat langsung terhadap anak, secara psikologis anak akan merasakan

perubahan perilaku orang tua yang mendampinginya selama perawatan (Marks,

1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses

(17)

Wijayanti (2009) menjelaskan bahwa pada pasien pre operasi sangat

membutuhkan dukungan keluarga, pasien dapat mengekspresikan ketakutan dan

kecemasannya pada keluarga dengan mengurangi kecemasan dan ketakutan yang

berlebihan dan tidak beralasan, akan mempersiapkan pasien secara emosional.

Dan dari penelitian Novtaria (2011) yang berjudul hubungan dukungan keluarga

terhadap respon cemas pasien prabedah yaitu dengan adanya dukungan keluarga

dapat membuat respon cemas pasien berkurang.

Kesimpulan dari hasil penelitian Fincer dkk, (2012) yang berjudul The

effectiveness of a standardised preoperative preparation in reducing child and

parent anxiety: a single-blind randomised controlled trial. Diperkirakan bahwa

sekitar 50-70% anak dirawat di rumah sakit mengalami kecemasan dan tekanan

sebelum menjalani pembedahan. Anak-anak yang sangat cemas dan tertekan

sebelum menjalani pembedahan kemungkinan akan menunjukkan perilaku negatif

setelah menjalani pembedahan. Persiapan sebelum pembedahan lebih efisien

dilakukan dengan adanya dukungan orang tua kepada anak, oleh karena itu orang

tua harus terlibat aktif dalam persiapan sebelum pembedahan pada anak mereka.

Pada saat peneliti melakukan survey awal ke ruang IX di Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Pirngadi Medan mendapati suatu keadaan ternyata pada pasien

anak yang akan menjalani pembedahan dapat menimbulkan respon cemas.

Dimana pasien anak harus menjalani berbagai prosedur persiapan pembedahan

yang salah satunya menjalani tindakan anestesi. Menurut Wong (2008) dimana

salah satu penelitian terhadap anak sekolah menemukan bahwa hal yang

(18)

pemulihan yang tidak pasti atau kemungkinan kematian. Sedangkan menurut

Gruendemann (2005) rasa cemas anak juga disebabkan oleh keberadaanya

dilingkungan yang baru, terhentinya kegiatan rutin, prosedur yang menimbulkan

nyeri, mutilasi tubuh, dan perasaan disia-siakan serta pemisahan. Jauh dari

keluarga juga dapat membuat cemas pada anak (Muscari, 2005).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Respon Cemas Anak Usia

Sekolah Yang Akan Menjalani Pembedahan di Ruang IX Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2013”.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia

sekolah Yang Akan Menjalani Pembedahan di Ruang IX Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

1.3 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini hipotesa yang dibuat adalah hipotesa kerja (hipotesa

alternatif) yaitu ada hubungan antara dukungan keluarga dengan respon cemas

anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr.

(19)

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia

sekolah Yang Akan Menjalani Pembedahan di Ruang IX Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada anak usia sekolah di Ruang

IX RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

2. Mengidentifikasi respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani

pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

3. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas

anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX

RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan perawat dalam

memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi respon cemas

pada anak dengan memfasilitasi keluarga dalam memberikan dukungan bagi anak

(20)

1.5.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berguna bagi

para pembaca untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan anak sehingga

masalah psikologis dapat teratasi yang dapat membantu proses penyembuhan.

1.5.3 Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan peneliti sehingga

menjadi masukan pentingnya dukungan keluarga dalam setiap intervensi

keperawatan yang dilakukan pada anak dan dapat mengurangi dampak trauma

(21)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Pengertian Keluarga

WHO (1969) mendefinisikan keluarga adalah anggota rumah tangga yang

saling behubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Mubarak,

2006). Menurut Dep. Kes RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal

disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Setiawati, 2008).

Sedangkan Freidman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah

kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan

emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian

dari keluarga. Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis

bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan

antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang

laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik

anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1992 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anak-anaknya,

(22)

Adapun tipe keluarga menurut Suprajitno (2004) dikelompokkan menjadi

dua yaitu:

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah

ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.

b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek-nenek, paman-bibi).

2.1.2 Dukungan keluarga

Friedman (1998) dalam Murniasih (2007) menyatakan Dukungan keluarga

adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota

keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan

keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung

selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika di perlukan.

Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga

dengan lingkungan (Setiadi, 2008). Menurut Smet (1994) dalam Christine (2010)

Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran,

bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab

dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal

yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah

(23)

emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang

menyenangkan pada dirinya .

2.1.3 Komponen dukungan keluarga

Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Sarafino, (1994) dalam

Christine (2010), terdiri dari :

a. Dukungan pengharapan

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk

memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan

strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor.

Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi

penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai

seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi

melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain,

penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang

dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang

yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu

meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi

alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek

yang positif.

b. Dukungan nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

(24)

(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda

atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di

dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau

meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan

pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit

ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan

masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan

mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai

sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

c. Dukungan informasi

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi

dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan

tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang

mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan

masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed

back (Sheiley, 1995). Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai

penghimpun informasi dan pemberi informasi.

d. Dukungan emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara

(25)

mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai.

Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa

dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat,

empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya

merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan

tempat istirahat dan memberikan semangat.

2.1.4 Dukungan Keluarga Pada Anak Yang Akan Menjalani Pembedahan

Anak usia sekolah membutuhkan dan menginginkan bimbingan atau

dukungan dari orang tuanya, namun itu tidak akan diungkapkan karena keinginan

mandirinya. Saat dalam masa hospitalisasi reaksi negative yang muncul adalah

iritabilitas terhadap orang tua, menarik diri dari petugas dan tidak mau

berhubugan dengan teman sebaya. Reaksi positif akan muncul ketika anak merasa

mandiri (Wong, 2008).

Menurut Muscari (2005) anak usia sekolah mulai menginternalisasikan

pengendalian diri dan membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka

melakukannya, walau membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang

dipercaya untuk menjawab pertayaan dan memberikan bimbingan untuk membuat

keputusan. Perasaan hilang kendali dikaitkan dengan bergantung kepada orang

lain dan gangguan peran dalam keluarga. Takut cedera dan nyeri tubuh

merupakan akibat dari rasa takut terhadap penyakit, kecacatan, dan kematian.

Rasa cemas anak dan ketakutan akan mempengaruhi respon anak terhadap

(26)

sebelum operasi lebih efisien dilakukan dengan adanya dukungan orang tua

kepada anak maka untuk itu orang tua harus terlibat aktif dalam persiapan pra

operasi anak mereka.

Menurut Anderson dan Masur (1989) dalam Wijayanti (2009) menjelaskan

bahwa pada pasien pra operasi sangat membutuhkan dukungan keluarga, pasien

dapat mengekspresikan ketakutan dan kecemasannya pada keluarga dengan

mengurangi kecemasan dan ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan, akan

mempersiapkan pasien secara emosional. Selain itu, mempersiapkan keluarga

terhadap kejadian yang akan dialami pasien dan diharapkan keluarga banyak

memberi dukungan pada pasien dalam menghadapi operasi. Dan dengan adanya

dukungan keluarga dapat membuat respon cemas pasien berkurang (Novtaria,

2011).

2.2 Konsep Anak Usia Sekolah

Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan

seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dalam aktivitas yang lebih komplek,

membuat keputusan, dan kegiatan yang memiliki tujuan (Muscari, 2005).

Sedangkan menurut Wong (2008) usia sekolah atau masa sekolah merupakan

rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun memiliki

berbagai label, yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari

periode tersebut.

Perkembangan kognitif, psikososial, interpersonal, psikoseksual, moral,

(27)

anak banyak mengembangkan kemampuan interaksi sosial belajar tentang nilai

moral dan budaya dari lingkungan keluarga, dan mulai mencoba mengambil

bagian dikelompok. Terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca,

menulis, berhitung, serta belajar bersosialisasi dengan baik disekolah (Hidayat,

2009).

Menurut Hockenbery & Wilson (2007) dalam Purwandari (2009)

karakteristik perkembangan pada anak usia sekolah di tandai dengan:

perkembangan biologis, psikososial, tempramen, kognitif, moral, spiritual, bahasa,

sosial, konsep diri dan seksualitas.

a. Perkembangan biologis ditandai dengan perkembangan pertumbuhan

dan berat, perubahan proporsi tubuh, dan kematangan system tubuh.

perkembangan system tubuh pada anak usia sekolh ditandai dengan:

maturnya system gastro intestinal, jaringan tubuh dan organ, imun, dan

tulang.

b. Perkembangan psikososial anak usia sekolah ditandai dengan

pengembangan fase industri. Pada tahap industri anak

mengembangkan kemampuan personal dan kemampuan sosial.

c. Perkembangan tempramen anak di kembangkan melalui interaksi

dengan lingkungan, pengalaman, motivasi dan kemampuan. Tiga

temperamen anak adalah: anak yang mudah, anak yang lambat, dan

anak yang sulit.

d. Perkembangan kognitif usia 7-11 tahun piaget berada pada tahap

(28)

memahami hubungan diantara sesuatu dan ide yang ada didalamnya.

Perkembangan kognitif anak usia sekolah memasuki tahap opersional

konkret, dimana anak mulai memiliki kemampuan untuk

menghubungkan serangkaian kejadian yang dapat diungkapkan secara

verbal ataupun simbolik.

e. Perkembangan moral anak usia sekolah ditandai dengan mempelajari

standar perilaku dan merasa bersalah apabila melanggar standar

perilaku.

f. Perkembangan spiritual anak usia sekolah ditandai dengan

menggunakan kata sifat seperti mencintai dan menolong untuk

menggambarkan sifat dari Tuhan.

g. Perkembangan bahasa anak usia sekolah ditandai dengan anak mulai

meningkatkan kemampuan menggunakan bahasa dan kemampuan

berkembang seiring dengan pendidikan di sekolah. Anak usia sekolah

8 sampai 12 tahun sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang

dewasa. Pembedaharaan kata sudah lebih banyak dikuasai dan anak

sudah mampu berfikir secara konkret (Supartini, 2004).

h. Kemampuan sosialisasi anak usia sekolah ditandai dengan

keingintahuan tentang dunia luar keluarga dan pengaruh kelompok

sangat kuat pada anak.

i. Perkembangan konsep diri pada anak usia sekolah ditandai anak mulai

mengetahui tentang tubuh manusia dan anak mampu menggambarkan

(29)

keingintahuan tentang hubungan seksual. Fakta menunjukkan anak

memiliki pengalaman berhubungan seksual sebelum mencapai usia

remaja sebagai respon normal terhadap keingintahuan tentang seksual.

2.3 Konsep Cemas 2.3.1 Pengertian cemas

Cemas dalam istilah medisnya sering disebut ansietas. Ansietas sangat

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Ansietas dapat diartikan

sebagai salah satu respon perasaan yang tidak berdaya dan tidak terkendali

(Muwarni, 2008).

Kecemasan adalah repon emosional terhadap penilaian. Cemas yaitu

perasaan tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang tidak jelas atau tidak

spesifik (Tarwoto, 2010). Dan menurut Rasmun (2004) cemas adalah perasaan

yang tidak menyenangkan tidak menentu dari individu.

Sedangkan menurut Suliswati (2005) dan Trismiati (2004) dalam

Marlindawani, dkk (2012) menyatakan ansietas merupakan respon individu

terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangan yang dialami oleh setiap

makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Ansietas merupakan pengalaman

subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta

merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Ansietas adalah

perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang

dirasakan sebagai ancaman. Ansietas merupakan suatu perasaan yang tidak

(30)

jantung dan pernapasan. Ansietas melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak

menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain ansietas adalah reaksi atas

situasi yang dianggap berbahaya.

Cemas adalah suatu respon emosional dari rasa takut, tertekan, dan

khawatir yang secara subjektif dialami oleh seseorang dengan objek tidak spesifik

atau tidak jelas, terutama oleh adanya pengalaman baru termasuk pada pasien

yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan atau operasi yang

berpengaruh terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan

kehidupannya sendiri (Atree & Merchant, 1996 dalam Christine, 2010).

2.3.2 Tingkat kecemasan

Peplau (1963, dikutip dari Laraia & Stuart, 1998 dalam Marlindawani, dkk

2012) mengidentifikasi empat tingkat kecemasan dan menggambarkan efek pada

tiap individu sebagai berikut:

Kecemasan ringan: cemas yang normal yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

lahan persepsinya. Cemas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas.

Kecemasan sedang: cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih

(31)

Kecemasan berat: cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan

tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi ketegangan. Individu ini memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

Kecemasan sanagat berat atau Panik: tingkat panik dari suatu cemas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror. Karena mengalami

kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan

sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas

motorik, menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi

yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat cemas ini

tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu

yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

Rentang Respon Kecemasan

Skema 2.1 Rentang Respon Kecemasan

Ringan Sedang Berat Panik

(32)

2.4 Respon cemas anak terhadap rumah sakit dan pembedahan

Berbagai perasaan sering muncul pada anak ketika di rawat di rumah sakit

yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul

karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya,

perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan

menyakitkan (Supartini, 2004) dan karena lingkungan rumah sakit dirasakan asing

dan karena pembedahan yang akan dijalani, kebayakan anak merasakan tingkat

kecemasan tertentu selama periode pre operasi (Speer, 2007).

Rasa cemas anak terkait rumah sakit dan pembedahan akan menimbulkan

kecemasan yang memperlihatkan masalah emosi atau perilaku yang akut atau

jangka lama seperti mimpi buruk, peningkatan ketergantungan, regresi, hilangnya

kemampuan buang air sendiri, gangguan makan dan peningkatan rasa takut

(Gruendemann, 2005).

Kehilangan kendali dapat terlihat jelas dalam perilaku anak dalam hal

kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan

aktivitas sehari-hari dan berkomunikasi. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit

anak akan kehilangan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya,

hal ini akan menimbulkan regresi sehingga anak bereaksi terhadap ketergantungan

dan negativisme. Anak akan menjadi cepat marah dan agresif jika terjadi

ketergantungan dalam jangka waktu yang lama maka anak akan kehilangan

otonominya pada akhirnya menarik diri dari hubungan interpersonal. Anak juga

(33)

mengigit bibir, menendang, memukul, atau berlari keluar jika terdapat luka pada

tubuh dan rasa nyeri. (Nursalam, 2005).

Adapun perbedaan respon cemas toddler, pra sekolah dan anak usia

sekolah yaitu:

2.4.1 Masa toddler

Pada masa toddler konsep tentang citra tubuh, terutama definisi batasan

tubuh, perkembangannya masih sangat buruk. Pengalaman intrusif, seperti

pemeriksaan telinga atau mulut atau pemeriksaan suhu rektal merupakan prosedur

yang sangat mencemaskan (Wong, 2008). Menurut Debord (2006) dalam

Margeretha, (2007) toddler dapat mengalami regresi ke perilaku bayi, marah dan

tidak mengerti perasaan mereka, takut sendiri atau tanpa orang tua, menarik diri,

menjadi sensitif.

2.4.2 Masa pra sekolah

Pada masa pra sekolah ketakutan akan terhadap perlukaan muncul karena

anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya.

Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak,

ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama

dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua (Supartini, 2004).

2.4.3 Anak Usia Sekolah

Kekhawatiran utama anak usia sekolah pada saat di rawat dirumah sakit

adalah ketakutan mereka akan perkataan bahwa ada sesuatu yang “salah” dengan

mereka. Mereka biasanya sangat berminat secara aktif terhadap kesehatan atau

(34)

tidak pasti, atau kemungkinan kematian. (Wong, 2008). Menurut Debord (2006)

dalam Margeretha, (2007) Pada anak usia sekolah dapat merengek ketika sesuatu

terjadi pada mereka, dapat menjadi lebih agresif, bertanya pada orang dewasa,

mencoba perilaku yang baru, adanya masalah sekolah, ketakutan dan mimpi

buruk dan kehilangan konsentrasi. Respon terhadap cemas ataupun stress dapat

meliputi: menarik diri, merasa tidak dicintai, kurang memperhatikan sekolah dan

teman, dan juga kesulitan menyatakan perasaanya. Di bawah pengaruh cemas

ataupun stress, mereka dapat khawatir akan masa yang akan datang, sakit kepala

dan masalah pada perut, kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, dan sering

berkemih.

Usia sekolah mulai memiliki pengetahuan tentang tubuhnya,

perkembangan sosial dipusatkan pada tubuh dan kemampuanya. Mekanisme

koping pada anak meliputi pemecahan masalah dengan komunikasi, bersikap

tenang, menolak, atau regresi. Mekanisme pertahanan utama anak usia sekolah

adalah reaksi formasi, yaitu suatu mekanisme pertahanan yang tidak di sadari,

anak menganggap suatu tindakan adalah berlawanan dengan dorongan hati yang

mereka sembunyikan. Anak usia sekolah dapat bereaksi terhadap perpisahan

dengan menunjukkan kesendirian, kebosanan, isolasi, dan depresi. Anak mungkin

juga menunjukkan agresi, iritabilitas, serta ketidakmampuan berhubungan dengan

saudara kandung dan teman sebayanya. Perasaan kehilangan kendali dikaitkan

dengan bergantung kepada orang lain dan gangguan peran dalam keluarga. Takut

cedera dan nyeri tubuh merupakan akibat dari rasa takut terhadap penyakit,

(35)

Menurut Stuart (2002) dalam Apriliawati (2011) menjelaskan kecemasan

dapat diekpresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan psikologis

seperti perilaku yang secara tidak langsung mempengaruhi timbulnya gejala atau

mekanisme koping sebagai upaya melawan kecemasan.

a. Respon Fisiologi

Respon system syaraf otonom terhadap rasa takut dan kecemasan

menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh termasuk dalam

pertahanan diri. Serabut syaraf simpatis mengatifkan tanda-tanda vital

pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh.

Pada anak usia sekolah, nilai normal dennyut nadi adalah 75-110 kali

permenit, tekanan darah berkisar 94-112/56-60 mmHg dan nilai suhu

tubuh 370

Anak yang mengalami gangguan kecemasan akibat perpisahan akan

menunjukkan sakit perut, sakit kepala, mual muntah, demam ringan,

gelisah, kelelahan, sulit berkonsentrasi, mudah marah, beberapa anak

juga menyatakan mengalami gejala vertigo dan palpitasi dan

manifestasi klinis pada anak kecemasan juga dapat berupa kesulitan

tidur, tantrum di pagi hari (Pott & Modleco, 2007 dalam Apriliawati,

2011).

C (Muscari (2005).

System kardiovaskuler akan memunculkan tanda palpitasi, jantung

berdebar, tekanan darah meningkat. Respon kardiovaskuler ini

memberikan data yang sangat bermanfaat terkait pengaruh stressor

(36)

penelitian lain menunjukkan bahwa, anak usia sekolah yang menjalani

prosedur pembedahan menunjukkan peningkatan tekanan darah dan

denyut nadi (Tsai, 2007 dalam Apriliawati 2011).

b. Respon psikologis

Respon perilaku akibat kecemasan adalah tampak gelisah, terdapat

ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang

koordinasi, menarik diri dar hubungan interpersonal, melarikan diri

dari masalah, menghindar, dan sangat waspada. Respon kognitif akibat

kecemasan adalah konsentrasi memburuk, perhatian terganggu, pelupa,

salah dalam memberikan penilaian, lapang persepsi menurun,

kreativitas menurun, bingung, sangat waspada, kehilangan objektivitas

dan takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut pada

cedera atau kematian dan mimpi buruk. Respon afektif akibat

kecemaan adalah tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan,

waspada, khawatir, rasa bersalah atau malu (Stuart, 2002 dalam

Apriliawati, 2011).

2.5 Faktor yang mempengaruhi respon cemas anak

Rasa cemas dan takut anak terkait dengan rumah sakit dan pembedahan

terutama adalah pemisahan dari orang tua. Secara tradisional, orang tua dan anak

dipisahkan selama fase perawatan pra operasi (Gruendemann, 2005). Rasa cemas

anak juga disebabkan oleh keberadaanya dilingkungan yang baru, terhentinya

(37)

sia-siakan serta pemisahan. Dan juga ketakutan tentang tubuh yang disakiti dan

nyeri merupakan penyebab utama yang menimbulkan kecemasan pada anak

(Potter, 2005).

Anak usia sekolah mulai menunjukkan kekhawatiran terhadap pemulihan

yang tidak pasti, atau kemungkinan kematian, kemungkinan efek menguntungkan

dan merugikan suatu prosedur, contohnya anak usia sekolah merasa takut

terhadap prosedur anastesi yang sebenarnya, injeksi dan masker wajah (Wong,

2008).

2.6 Konsep persiapan sebelum menjalani pembedahan 2.6.1 Pengertian

Pembedahan atau operasi ialah semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasive dengan membuka atau menempilkan bagian tubuh

yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani di tampilkan, dilakukan

tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka

(Sjamsuhidayat, 2004).

Sedangkan pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan

pembedahan yang dimulai sejak ditentukanya persiapan pembedahan dan berakhir

sampai pasien berada dimeja bedah (Hidayat, 2006). Pre operasi dimulai ketika

keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke

(38)

2.6.2 Gambaran pasien yang akan menjalani pembedahan

Saat menghadapi pembedahan klien, akan mengalami berbagai stessor.

Pembedahan yang ditunggu pelaksanaannya akan menyebabkan rasa takut dan

ansietas pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri,

kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada orang lain, dan mungkin kematian

(Potter, 2005).

2.6.3 Persiapan pasien anak yang akan menjalani pembedahan

Anak- anak yang menjalani prosedur bedah memerlukan persiapan fisik

dan psikologik. Secara umum, persiapan psikologik sama dengan yang

didiskusikan untuk prosedur apa pun dan dapat menggunakan banyak tehnik

seperti yang digunakan dalam mempersiapkan anak untuk hospitalisasi, seperti

film, buku, dan permainan. Adapun poin-poin prosedur yang ditekankan pada saat

sebelum operasi yaitu penerimaan, uji darah, injeksi obat pra operatif (jika di

resepkan) (Wong, 2008).

Menurut Iswara (2006) dalam Margaretha (2007) menyatakan bahwa

penting untuk mempersiapkan anak menjalani operasi. Ada beberapa langkah

yang perlu dilakukan yaitu: anak harus mengenali dokter bedahnya, waktu operasi

harus pagi hari, premedikasi dilakukan diruang rawat inap, hal ini mengurangi

rasa takut yang dirasakan oleh anak.

Intervensi yang dilakukan perawat melalui persiapan dan bantuan bagi

anak yang dijadwalkan menjalani pembedahan dapat mendeteksi adanya rasa

(39)

dengan pengalaman pembedahan (Gruendemann, 2005). Persiapan yang adekuat

untuk anak dan orang tuanya memungkinkan anak beradaptasi secara lebih baik

terhadap pengalaman pembedahan dan pemulihan.

2.6.4 Klasifikasi Pembedahan

Berdasarkan tingkat resikonya suatu prosedur/pembedahan

dikelompokkan menjadi dua, yaitu minor dan mayor. Bedah minor adalah

pembedahan yang sederhana dan resikonya sedikit. Kebayakan bedah minor

dilaksanakan dalam anastesia lokal, meskipun ada juga dilaksanakan dalam

anastesia umum. Meskipun bedah minor adalah pembedahan yang sederhana

perlu diingat bahwa ada pasien yang tidak memandangnya sebagai pembedahan

yang tidak sederhana sehingga mereka bisa merasakan cemas dan takut. Bedah

mayor adalah pembedahan yang mengandung resiko yang cukup tinggi untuk

pasien dan biasanya pembedahan ini luas. Biasanya pembedahan mayor dilakukan

(40)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah yang akan

menjalani pembedahan.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga dan

variabel dependen adalah respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani

pembedahan.

Variabel Independen Variable Dependen

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Berpengaruh

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX

RSUD dr. Pirngadi Medan.

Dukungan keluarga: - Dukungan pengharapan - Dukungan nyata

- Dukungan informasi - Dukungan emosional

Respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan:

- Cemas Ringan - Cemas Sedang - Cemas Berat - Panik

(41)

3.2 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan.

(42)
(43)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan

untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak

usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi

Medan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.1.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia sekolah yang akan

dilakukan pembedahan dan yang menjalani persiapan sebelum pembedahan di

RSUD dr. Pirngadi Medan. Data jumlah anak usia sekolah (6-12 tahun) dari

rekam medik yang dilakukan pembedahan Tahun 2012 berjumlah 204 orang anak.

4.1.2 Sampel

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Accidental sampling yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden

yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2010). Jika populasi kurang dari

100, sebaiknya semua diambil menjadi sampel jika lebih bisa diambil 15% dari

jumlah populasi (Arikunto, 2006). Maka sampel dari penelitian ini berjumlah 30

(44)

Kriteria Inklusi sampel adalah:

a. Anggota keluarga pasien yang menemani pasien saat menjalani

pembedahan.

b. Pasien anak yang dijadwalkan satu hari sebelum dilakukan

pembedahan dan berumur antara 8 sampai 12 tahun.

c. Pasien anak yang baru pertama sekali akan dilakukan pembedahan

baik pembedahan minor maupun mayor.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan. Waktu

pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September hingga bulan November

Tahun 2013.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitan ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan rekomendasi dari

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara yang kemudian dikirim ke pimpinan RSUD dr. Pirngadi Medan. Dalam

penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik,

yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan

penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Menurut Hidayat (2008), ada

pertimbangan etik yang perlu diperhatikan pada saat penelitian yaitu: 1. Self

determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan

(45)

peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti

memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden

bersedia menjadi peserta penelitian, maka responden diminta menandatangani

lembar persetujuan, 3. Anonymity, penelitian tidak mencantumkan nama

responden pada lembar persetujuan data, tetapi memberikan kode pada

masing-masing lembar persetujuan, 4. Confidentially, penelitian menjamin kerahasiaan

informasi responden dan kelompok tertentu yang dilaporkan sebagai hasil

penelitian. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

dengan skala likert. Proses penyusunan kuesioner mengacu kepada

penelitian-penelitian sebelumnya (Christine, 2010) dan disesuaikan serta dikembangkan oleh

peneliti dengan melihat kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen

penelitian berupa kuesioner terdiri dari tiga bagian yang berisi data demografi,

dukungan keluarga dan kuesioner untuk menilai respon cemas anak yang akan

menjalani pembedahan.

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi

responden. Kuesioner demografi untuk keluarga terdiri dari hubungan dengan

pasien, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan. Kuesioner

(46)

4.5.2 Kuesioner Dukungan Keluarga

Penilaian kuesioner dukungan keluarga menggunakan skala likert.

Kuesioner dukungan keluarga ini terdiri dari 26 butir pernyataan, yang terbagi

dalam 6 pernyataan yaitu dukungan pengharapan (nomor 1-6), 7 pernyataan untuk

dukungan nyata (nomor 7-13), 7 pernyataan untuk dukungan informasi (nomor

14-20) dan 6 pernyataan untuk dukungan emosional (nomor 21-26). Kuesioner ini

disajikan dalam bentuk pernyataan positif (no 1-5, 9-16, 18-20, 22-25) dan

pernyataan negatif (no 6, 7, 8, 17, 21,dan 26) dengan tiga pilihan jawaban yang

terdiri dari Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KD), dan Selalu (SL). Bobot nilai

yang diberikan untuk setiap peryataan positif 1 sampai 3, dimana jawaban Selalu

(SL) mendapat nilai 3, Kadang-kadang (KD) mendapat nilai 2, dan Tidak Pernah

(TP) mendapat nilai 1. Sedangkan bobot nilai untuk setiap pernyataan negatif dari

1 sampai 3, dimana jawaban Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 3, Kadang-kadang

(KD) mendapat nilai 2, dan Selalu (SL) mendapat nilai 1. Total skor adalah 26-79,

semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin tinggi.

Berdasarkan rumus statistik i =

Rentang

Hidayat (2008) Banyak kelas

Dimana i merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi

dikurang nilai terendah) sebesar 52 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas

untuk dukungan sosial keluarga (kurang, cukup, dan baik), maka akan diperoleh

panjang kelas sebesar 17. Dengan i= 17 dan nilai terendah 26 sebagai batas bawah

kelas interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas interval

(47)

26-43: dukungan kurang

44-61: dukungan cukup

62-79: dukungan baik

2.5.3 Kuesioner Respon cemas anak usia sekolah

Kuesioner respon cemas bertujuan untuk mengidentifikasi respon cemas

anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan. Pernyataan dalam kuesioner

ini juga terbagi atas pernyataan positif (no 1-9, 11, 12, 13, dan 15-22) dan

pernyataan negatif (no 10 dan 14). Penilaian menggunakan skala Likert yang

terdiri dari 22 pernyataan dengan skor pilihan yang diberikan untuk setiap

peryataan positif 1 sampai 3, dimana jawaban Sering (SR) mendapat nilai 3,

Kadang-kadang (KD) mendapat nilai 2, dan Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 1.

Sedangkan bobot nilai untuk setiap pernyataan negatif dari 1 sampai 3, dimana

jawaban Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 3, Kadang-kadang (KD) mendapat

nilai 2, dan Selalu (SL) mendapat nilai 1. Total skor berkisar antara 1 sampai 3

untuk setiap pernyataan, sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh

responden adalah 22 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 66. Semakin

tinggi total skor kuesioner maka semakin tinggi repon cemas yang dialami anak.

Menggunakan rumus statistik menurut Hidayat (2008), yang sama seperti

pada kuesioner dukungan keluarga, dengan rentang sebesar 44 dan banyak kelas

dibagi atas 4 kategori kelas untuk respon cemas (ringan, sedang, berat, dan panik)

didapatlah panjang kelas sebesar 11. Dengan i = 11 dan nilai terendah 22 sebagai

bawah kelas interval pertama, maka respon cemas dikategorikan atas kelas

(48)

22-33: respon cemas ringan

34-45: respon cemas sedang

46-57: respon cemas berat

58-69: respon cemas Panik

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.6.1 Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalitan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006).

Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam

mengukur suatu data. Tinggi rendahnya suatu instrumen menunjukkan sejauh

mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel

yang dimaksud. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Content Validity

yaitu instrumen dibuat berdasarkan isi dan menjelaskan isi sehingga diperoleh

nilai indeks (CVI). Dikatakan valid jika nilai CVI > 0,7 (Pollit & Hungler, 1999).

Adapun Uji validitas isi untuk kuesioner data demografi dan dukungan keluarga

dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan konsep kepada seorang yang

ahli dibidangnya yaitu kepada staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara khususnya yang berpendidikan strata II ibu Siti Zahara Nasution,

S.Kp, MNS dengan hasil Conten Validity Index (CVI) yang diperoleh yaitu 0,9

dan uji validitas isi untuk kuesioner respon cemas anak usia sekolah yang akan

(49)

S.Kep,Ns, M. Kep dengan hasil Conten Validity Index (CVI) yang diperoleh yaitu

0,89. Dari hasil CVI yang diperoleh menunjukkan kuesioner data demografi,

dukungan kelurga dan respon cemas anak yang menjalani pembedahan dapat

dikatakan valid.

4.6.7 Uji Reliabilitas

Uji realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat

tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat

ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner penelitian ini akan diuji dengan

reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali

pengetesan. Uji reabilitas dilakukan dengan rumus alpha cronbach (α), sehingga

alat ukur yang digunakan dapat dipercaya (Arikunto, 2006). Dimana menurut

Djemari (2004) dalam Suyanto (2011) jika alpha > 0,70 maka butir-butir

pernyataan dikatakan reliabel. Uji reliabel ini dibantu dengan menggunakan

teknik komputerisasi. Uji reliabilitas dilakukan kepada 10 orang tua yang

memiliki anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD

dr. Pirngadi Medan pada bulan Agustus Tahun 2013. Data yang didapat dianalisa

dengan komputerisasi yaitu koefisien reliabilitas kuesioner dukungan keluarga

sebesar 0,773 dan koefisien reliabilitas kuesioner respon cemas anak usia sekolah

yang akan menjalani pembedahan sebesar 0,854, karena nilai uji reliabilitas lebih

(50)

4.7 Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengisi

kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat rekomendasi izin

pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu RSUD dr.

Pirngadi Medan.

Peneliti meminta izin terlebih dahulu kepada kepala ruangan IX. Setelah

mendapatkan izin dari kepala ruangan IX peneliti juga meminta bantuan kepada

salah satu staf perawat serta adik mahasiswa yang sedang berdinas diruangan IX

untuk dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan sampel, dimana

sebelumnya peneliti menjelaskan terlebih dahulu kriteria yang akan menjadi

sampel peneliti kepada staf perawat dan adik mahasiswa yang berdinas di ruangan

IX RSUD dr.Pirngadi Medan.

Penelitian dilakukan setelah menjumpain responden yang sesuai dengan

kriteria inklusi yang sudah ditentukan oleh peneliti. Setelah mendapatkan

responden peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat

dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia

berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent atau responden

dapat menyatakan persetujuan secara verbal. Sebelum membagikan kuesioner,

peneliti terlebih dahulu menyeleksi responden yang sesuai dengan kriteria

penelitian. Responden yang sesuai dengan kriteria penelitian dan yang bersedia

diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada

(51)

responden dalam mengisi kuesioner, peneliti memeriksa kejelasan dan

kelengkapan data. Jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Selama

penelitian, peneliti hanya mendapatkan 18 sampel dan 12 sampel didapat dari

bantuan kakak staf perawat dan adik mahasiwa yang berdinas di ruang IX.

Sehingga sampel penelitian dapat terpenuhi sebanyak 30 sampel. Selanjutnya

data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan bantuan komputerisasi.

4.8 Analisa Data

Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisa data melalui empat tahap

yaitu:

1. Editing memeriksa kelengkapan data responden dan memastikan

bahwa semua jawaban terisi.

2. Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Pertama, peneliti

membuat kode pada kuesioner sebagai pengganti identitas responden.

Selanjutnya peneliti memberikan kode pada masing-masing variabel

dalam kuesioner.

3. Processing : Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah

diisi oleh responden ke komputer. Data berupa jawaban-jawaban dari

masing-masing responden yang berbentuk “kode” (angka atau huruf)

dimasukkan ke dalam program atau perangkat lunak komputer.

4. Cleaning: Hal yang dilakukan tahap ini adalah pengecekan kembali

(52)

kembali kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan lain-lain. Dari data yang telah dimasukkan

sebelumnya tidak ada missing (data yang hilang).

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat

lunak komputer berbasis statistik. Adapun Metode statistik untuk analisa data

yang digunakan dalam penelitian iniialah: a. Analisa univariat

Untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variable penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini analisa

data dengan metode statistik univarat yaitu menggunakan tabel

distribusi frekuensi untuk menganalisa data demografi dan variabel

independen (dukungan keluarga) serta variabel dependen (respon

cemas anak yang akan menjalani pembedahan). Untuk menganalisa

variabel dukungan keluarga dan variabel respon cemas ditampilkan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

b. Analisa bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen (dukungan

keluarga) dan variabel dependen (respon cemas anak usia sekolah yang

akan menjalani pembedahan) digunakan formulasi korelasi Spearman

Rank (Rho). Uji korelasi Spearman Rank (Rho) digunakan pada

penelitian ini karena variabel dukungan keluarga dan respon cemas

anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan merupakan

(53)

Untuk mengetahui apakah hubungan itu lemah, sedang atau

kuat dipakai standar korelasi menurut Burns dan Grove (2001) dalam

Christine (2010). dapat dilihat pada tabel 4.1berikut.

Tabel 4.1 Kriteria Penafsiran Korelasi

Nilai r Penafsiran

Diatas -0.5 Korelasi negatif tinggi

Hubungan negatif dengan interprestasi kuat - 0.3 sampai – 0.5 Korelasi negatif sedang

Hubungan negatif dengan interpretasi memadai - 0.1 sampai – 0.3 Korelasi negatif rendah

Hubungan negatif dengan interpretasi lemah

0 Tidak ada / hubungan

0.1 sampai 0.3 Korelasi positif rendah

Hubungan positif dengan interpretasi lemah 0.3 sampai 0.5 Korelasi positif sedang

Hubungan positif dengan interpretasi memadai Diatas 0.5 Korelasi positif tinggi

(54)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, peneliti menguraikan hasil penelitian dan pembahasan

mengenai hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah

yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan.

5.1 Hasil

Penelitian ini telah dilakukan mulai dari bulan September hingga bulan

November 2013 di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan. Responden pada

penelitian ini adalah pasien anak dan keluarga yang menemani pasien sebelum

menjalani pembedahan. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi,

dukungan keluarga, dan respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani

pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan.

5.1.1 Data Demografi

Deskripsi karakteristik demografi keluarga dan pasien anak usia sekolah

yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan didapat

dari 30 responden. Mayoritas responden yang memiliki hubungan sebagai ibu

sebanyak 20 orang (66,7%), berada pada usia 38–41 tahun sebanyak 13 orang

(43,3%), berpendidikan SMU sebanyak 16 orang (53,3%), memiliki pekerjaan

sebagai wiraswasta sebanyak 18 orang (60,0%), dan yang berpenghasilan dibawah

Rp 1.650.000 sebanyak 20 keluarga (66,7%). Selanjutnya mayoritas responden

(55)

tahun sebanyak 10 orang anak (33,3%). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat

pada tabel 5.1 sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi data demografi keluarga dan anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan (n=30)

Data demografi Frekuensi Persentase (%)

(56)

5.1.2 Dukungan Keluarga

Data tentang tingkat dukungan keluarga pada pasien anak yang akan

menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan, bahwa mayoritas

keluarga yang memberi dukungan yang baik sebanyak 14 orang (46,7%).

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat dukungan keluarga pada anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Baik 14 46,7

Cukup 11 35,7

Kurang 5 16,7

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Kuesioner dukungan keluarga pada anak usia keluarga pada anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr. Pirngadi Medan

2 Keluarga membujuk anak agar mau menerima tindakan pemeriksaan pada persiapan operasi

4 13 13

(13,3) (43,3) (43,3)

3 Keluarga menanggapi keluhan anak saat melaksanakan persiapan operasi

8 11 11

(26,7) (36,7) (36,7)

4 Keluarga memperhatikan reaksi anak saat menghadapi persiapan operasi

7 4 19

(23,3) (13,3) (63,3)

5 Keluarga mendengarkan keluhan anak dan memberikan tanggapan yang positif terhadap keluhanya

7 6 17

(23,3) (20,0) (56,7)

6 Keluarga membiarkan anak menangis ketika pemeriksaan kesehatan dilakukan

12 11 7

(40,0) (36,7) (23,3)

7 Keluarga menolak memberikan bantuan kepada anak selama tindakan pemeriksaan terkait persiapan operasi yang dilakukan

13 14 3

Gambar

Tabel 4.1 Kriteria Penafsiran Korelasi
Tabel 5.1  Distribusi frekuensi dan persentasi data demografi keluarga dan anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan total skor respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan di ruang IX RSUD dr

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap sistem penjualan tiket dan penyewaan lokasi yang sedang berjalan pada dua objek wisata yang dikelola oleh pemerintah, yaitu Kebun

Karyawan yang berpendidikan tinggi seringkali dianggap lebih berpotensi dan produktif dibanding yang berpendidikan rendah.Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Mulyadi

Sore hari sepulangnya menyabit rumput, ia segera menemui penggembala kerbau untuk mengambil alu yang dititipkannya.. Ternyata, alunya patah

[r]

Kedua Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh diatas, maka dapat disimpulkan intensi berhenti merokok adalah keinginan serta niat individu yang secara sadar untuk menghentikan kebiasaan

Because SharePoint has a record of where items need to be deployed to on the server, SharePoint can simply extract the solution contents and follow the instructions to deploy

Select object to offset or <exit>:Pilih garis atas dari kotak sebelah bawah Specify point on side to offset: Klik bagian atas dari garis kotak sebelah atas Maka akan