Lampiran 1. (lanjutan)
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Berilah pendapat Anda mengenai pernyataan-pernyataan berikut ini.
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
R : Ragu
A B C D E
No Pernyataan S TS R
A Pengetahuan umum seputar obat-obatan
1 Obat adalah bahan atau paduan bahan obat yang digunakan dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
2 Faktor yang mempengaruhi efek terapi obat dalam tubuh meliputi komposisi, bentuk sediaan, cara dan waktu pemberian serta kondisi fisik pasien
3 Selain kandungan bahan aktif, bahan tambahan dalam formulasi obat mampu meningkatkan/mempengaruhi efek terapi
4 Semakin mahal harga suatu obat menunjukkan kualitas dan kemampuannya dalam memberikan efek terapi semakin baik.
5 Pada dosis yang tepat, obat dapat memberikan efek terapi terhadap tubuh
6 Pada dosis yang melebihi dosis maksimal, obat dapat menyebabkan
keadaan yang membahayakan terhadap tubuh
7 Untuk memastikan keamanan, kenyamanan, dan optimasi
penggunaan obat, pasien harus mencermati, memahami, dan mematuhi anjuran yang tertera pada kemasan obat Banyak bahan obat untuk sediaan obat generik maupun merek dagang yang dibuat secara sintetik atau semi sintetik tidak hanya memberikan efek terapi tapi juga efek samping
B Pengetahuan seputar obat generik dan obat merek dagang
1 Obat generik memiliki nama obat sesuai dengan zat aktif yang dikandungnnya
2 Obat generik merupakan program pemerintah dengan tujuan memberikan obat alternatif bagi masyarakat, dengan kualitas terjamin, harga terjangkau, serta ketersediaan yang cukup.
3 Obat generik memiliki harga yang murah dikarenakan Pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan tidak
membutuhkan promosi
Lampiran 1. (lanjutan)
A B C D E
4 Semua obat generik yang beredar dipasaran termasuk dalam golongan obat bebas
5 Setiap obat generik yang beredar dipasaran pasti sudah lulus uji bioavaibilitas dan bioekuivalensi sesuai standar sehingga tidak perlu diragunakan kualitasnya
6 Obat dengan nama dagang adalah nama dagang yang diberikan oleh perusahaan Farmasi yang memproduksi dan
memperdagangkan obat tersebut, dimana nama tersebut dapat berupa nama generik maupun nama dagang (brand name)
7 Pemerintah tidak menentukan Harga Eceran Tertingggi (HET)obat dengan nama dagang sehingga harga spnuhny wewenang prosuden
8 Harga obat dengan nama dagang lebih mahal dibanding obat
generik dikarenakan membutuhkan biaya promosi
9 Obat adalah obat ethical biasanya tidak dgn nama dagang
(unbranded),sedangkn obat bebas biasanya nama dagang(branded) 10 Obat generik merupakan obat kelas dua yang kualitasnya tidak
terjamin
11 Pemerintah seharusnya semakin meningkatkan produksi dan pengadaan obat generik di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di puskesmas, rumah sakit, apotek serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
12 Bahan tambahan mempengaruhi kualitas obat, tidak hanya antar obat generik dengan obat dengan nama dagang, bahkan antar obat dengan nama dagang juga memiliki kualitas berbeda
13 Kita dapat mengetahui perbedaan obat generik dan obat dengan nama dagang dari informasi di media-media yang ada hari ini, khususnya media elektronik
14 Semua Industri yang memproduksi obat – obat generik adalah perusahaan Farmasi milik pemerintah, bukan milik swasta
15 Semua Industri yang memproduksi obat-obat dengan nama dagang adalah perusahaan Farmasi milik swasta, bukan milik pemerintah
16 Semua obat dengan nama dagang yang beredar dipasaran memiliki bentuk sediaan generiknya
C Rasionalitas pemilihan obat
1 Dalam memilih obat maka kita harus mempertimbangkan harga, aman, efek samping dan zat berkhasiat sesuai kebutuhan
2 Asam mefenamat merupakan obat anti inflamasi non steroid yang dapat meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menengah serta dapat mengurangi peradangan
3 Efek samping konsumsi asam mefenamat meliputi nyeri ulu hati, gangguan pencernaan, tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, mengantuk dan kelelahan
4 Ponstan merupakan obat anti inflamasi non steroid yang dapat meredakan nyeri, mulai nyeri gigi, perut, luka, menstruasi dan kepala.
5 Efek samping dari ponstan yaitu gangguan fungsi hati, nyeri ulu hati, mual, muntah, nafsu makan turun, diare, banyak buang gas, perlukaan lambung, gangguan fungsi ginjal, gangguan pembuluh darah dan lainnya
6 Pada dasarnya asam mefenamat dan ponstan memiliki khasiat yang sama jika dilihat dari segi zat aktifnya, hanya nama obatnya saja berbeda
7 Asam mefenamat dan ponstan memiliki perbedaan harga, harga ponstan hampir 2 kali harga asam mefenamat
8 Dalam mengobati rasa nyeri ringan maka kita dapat memilih asam mefenamat maupun ponstan.
9 Parasetamol termasuk obat analgetik non narkotik yang dapat meredakan nyeri dan demam yang mengandung N-asetil-p-aminofenol (parasetamol) 500 mg/tablet
10 Bodrex dan parasetamol memiliki persamaan bahan aktif berupa N-asetil-p-aminofenol
11 Bodrex dan parasetamol memiliki perbedaan dari jumlah bahan aktif dan bahan tambahan lain.
12 Bodrex memiliki kemampuan dalam mengatasi sakit kepala hebat/ migrain dikarenakan selain bahan aktif lebih banyak, ada
kandungan kafein didalamnya
13 Sebagai seorang praktisi, dalam mengobati sakit kepala berat kita lebih baik tetap menyarankan parasetamol sebanyak 3 x 3 tablet sehari
14 Vitamin C biasa jika dikonsumsi saat perut kosong berpotensi mengiritasi lambung
Lampiran 1. (lanjutan)
15 Vitalong C merupakan suplemen vitamin yang mengandung asam askorbat (Vitaimn C) 500 mg
16 Vitalong C diformulasi dalam granul-granul sehingga aman untuk lambung dan pelepasannya secara berkala
17 Antara vitamin C dan Vitalong C dari segi khasiat diantar keduanya sama, hanya beda produsen dan harga saja
Terimakasih banyak atas partisipasi teman-teman sekalian, semoga Allah seanntiasa memberi kemudahan dalam setiap aktivitas teman-teman
sekalian
Lampiran 2. Hasil pengujian Validitas dan Reliabilitas kuesioner
a. Hasil Validitas Kelompok A
Lampiran 2. (Lanjutan)
b. Uji Reliabilitas Kelompok A
Correlations
Correlation -.048 .548
**
-.100 .220 1 .683** .304* .463**
Sig. (2-tailed) .691 .000 .411 .068 .000 .011 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
a6 Pearson
Correlation .009 .354
**
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Total- item statistical
Lampiran 2. (Lanjutan)
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kelompok B
N %
Cases Valid 70 87.5
Excludeda 10 12.5
Total 80 100.0
Lampiran 2. (lanjutan)
*. Correlation is significant at the 0.05 level (
**. Correlation is significant at the 0.01level (
b. Uji Reliabilitas
Lampiran 2. (lanjutan)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 70 87.5
Excludeda 10 12.5
Total 80 100.0
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
skor b1 34.73 43.128 .217 .434 .665
skor b2 34.70 42.097 .338 .477 .655
skor b3 34.87 42.172 .226 .254 .664
skor b4 35.69 43.233 .110 .306 .678
skor b5 35.29 38.642 .338 .375 .649
skor b6 34.77 42.469 .252 .428 .661
skor b7 35.61 36.704 .496 .496 .624
skor b8 34.74 41.904 .348 .551 .653
skor b9 35.40 38.910 .332 .417 .650
skor b10 35.56 42.250 .150 .170 .675
skor b11 34.56 43.526 .433 .718 .659
skor b12 34.96 42.940 .130 .425 .676
skor b13 35.06 40.316 .317 .486 .653
skor b14 35.57 39.901 .292 .543 .656
skor b15 35.80 36.887 .464 .462 .628
skor b16 35.41 41.637 .164 .382 .675
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
Lampiran 2. (lanjutan)
Lampiran 2. (lanjutan)
**. Correlation is significant at
the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at
Lampiran 2. (lanjutan)
b. Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 70 87.5
Excludeda 10 12.5
Total 80 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
Lampiran 3. Analisa Univariat
Frequency Table jenis kelamin
Frequency Percent
Valid
jenis kelamin Statistic Std. Error
Skor laki-laki Mean 63.36 .643
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 62.08
Upper Bound 64.65
5% Trimmed Mean 63.46
Median 64.00
Variance 23.954
Std. Deviation 4.894
Minimum 49
Maximum 74
Range 25
Interquartile Range 6
Skewness -.362 .314
Kurtosis .440 .618
perempuan Mean 64.14 .336
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 63.48
Upper Bound 64.80
5% Trimmed Mean 64.20
Median 64.00
Variance 20.256
Std. Deviation 4.501
Minimum 50
Maximum 75
Range 25
Interquartile Range 6
Skewness -.222 .182
Lampiran 3. (lanjutan)
Angkatan
Frequency Percent
Valid
angkatan Statistic Std. Error
Skor 2011 Mean 65.76 .447
95% Confidence Interval for Mean
Interquartile Range 5
Skewness .236 .304
Kurtosis .032 .599
2012 Mean 61.46 .796
95% Confidence Interval for Mean
Interquartile Range 6
Kurtosis -.951 .918
2013 Mean 63.96 .651
95% Confidence Interval for Mean
Interquartile Range 6
Skewness -.219 .350
Kurtosis -.346 .688
2014 Mean 65.33 .541
95% Confidence Interval for Mean
Interquartile Range 6
Skewness .197 .302
Kurtosis -.559 .595
2015 Mean 60.62 .736
95% Confidence Interval for Mean
Interquartile Range 7
Skewness -.483 .365
Lampiran 3. (lanjutan)
program studi
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid DIII analis Farmasi dan
makanan
program studi Statistic
Std. Interval for Mean
Lower Bound 61.04
Interquartile Range 5
Skewness .176 .491 Interval for Mean
Interquartile Range 6
Skewness -.011 .340
Kurtosis -.624 .668
sarjana farmasi Mean 62.39 .426
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 61.54
Upper Bound 63.23
5% Trimmed Mean 62.49
Median 63.00
Variance 21.022
Std. Deviation 4.585
Minimum 49
Maximum 72
Range 23
Interquartile Range 7
Skewness -.379 .225
Kurtosis .101 .446
profesi apoteker Mean 66.16 .487
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 65.18
Upper Bound 67.14
5% Trimmed Mean 66.10
Median 66.00
Variance 11.851
Std. Deviation 3.443
Minimum 58
Maximum 75
Range 17
Interquartile Range 4
Skewness .268 .337
Lampiran 4. Analisa Bivariat
Crosstabs
1. Hubungan jenis kelamin dengan Pengetahuan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent jenis kelamin *
Pengetahuan 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
jenis kelamin * Pengetahuan Crosstabulation
Pengetahuan
Total Baik cukup
jenis kelamin laki-laki Count 44 14 58
% of Total 18.6% 5.9% 24.5%
perempuan Count 148 31 179
% of Total 62.4% 13.1% 75.5%
Total Count 192 45 237
% of Total 81.0% 19.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 1.324a 1 .250
Continuity Correctionb
.918 1 .338
Likelihood Ratio 1.271 1 .259
Fisher's Exact Test 0.253 0.168
Linear-by-Linear Association
1.319 1 .251
N of Valid Casesb 237
Lampiran 4. (lanjutan)
2. Hubungan angkatan dengan Pengetahuan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
angkatan *
Pengetahuan 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
angkatan * Pengetahuan Crosstabulation
Pengetahuan
Total baik cukup
angkatan 2011 Count 56 6 62
% of Total 23.6% 2.5% 26.2%
2012 Count 16 8 24
% of Total 6.8% 3.4% 10.1%
2013 Count 37 9 46
% of Total 15.6% 3.8% 19.4%
2014 Count 58 5 63
% of Total 24.5% 2.1% 26.6%
2015 Count 25 17 42
% of Total 10.5% 7.2% 17.7%
Total Count 192 45 237
% of Total 81.0% 19.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 24.325a 4 0.000
Likelihood Ratio 23.308 4 0.000
Linear-by-Linear Association 4.739 1 0.029 N of Valid Cases 237
Lampiran 4. (lanjutan)
3. Hubungan program studi dengan Pengetahuan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent program studi *
Pengetahuan 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
program studi * Pengetahuan Crosstabulation
Pengetahuan
Total baik cukup
program studi
DIII analis Farmasi dan makanan
Count 17 5 22
% of Total 7.2% 2.1% 9.3% ekstensi sarjana
faramsi
Count 44 5 49
% of Total 18.6% 2.1% 20.7%
sarjana Farmasi Count 85 31 116
% of Total 35.9% 13.1% 48.9%
profesi apoteker Count 46 4 50
% of Total 19.4% 1.7% 21.1%
Total Count 192 45 237
% of Total 81.0% 19.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 11.096a 3 0.011
Likelihood Ratio 11.953 3 0.008
Linear-by-Linear Association .290 1 0.590
N of Valid Cases 237
DAFTAR PUSTAKA
Alim, N. (2013). Tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik dan obat paten di kecamatan sajoanging kabupaten wajo. Jurnal. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. ISSN : 2302-1721. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Hal. 70 dan 72.
Anonim. (2011). Obat Paten, Obat Generik, dan Obat Generik Bermerek.
Anonim. (2013). Obat Generik berlogo (OGB) dalam Blog of Technology.
Anonim. (2014). Obat Generik VS Obat Bermerek. Pilihan bijak antara Obat
Paten dan Obat generik.
Ansel, H.C. (2008). Pengantar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit UI Press. Hal. 17 – 18.
Dewoto, H.R. (2012). Analgesik Opioid dan Antagonis. Dalam Gunawan, S.G., Rianto, S., Nafriadi. (2012). Farmakologi dan Terapan. Edisi Kelima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. Hal. 239.
Ditjen POM RI. (2008). IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia). Jakarta: Sagung Seto. Hal. 21.
Ditjen POM RI. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia No.Hk.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta : BPOM
RI. Hal. 3.
Erlina. (2011). Metodologi Penelitian. Medan: USU Press. Hal. 12, 55 – 61. Hardjosaputra, S.L.P., Listyawati, P., Tresni, K., Loecke, K., Indriyantoro., dan
Nawanti, I. (2008). DOI (Data Obat di Indonesia). Edisi Kesebelas. Jakarta: PT. Muliapurna Jayaterbit. Hal. 321, 400, 413 – 414, 641 dan 647. Hastono, S.P. (2006). Analisis Data. Jakarta: UI Press. Hal. 6 – 7, 54 – 55, 68– 69. Menkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.87
Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat. Jakarta:
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No. 98
Tahun 2015 tentang Pemberian Informasi Harga Eceran Tertinggi Obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 2.
Parullari, T. (2011). Analisis Data dengan SPSS laboratorium komputer fakultas
ekonomi. Modul Praktikum Komputer. Medan: Universitas Medan Area.
Hal. 2 dan 7.
Pudjirahardjo, W.J. (1993). Penentuan Sampel. Dalam Poerwadi, T., Aboe, A.J., Linardi, W. Metode Penelitian dan Statistik Terapan. Surabaya. Airlangga Universitas Press. Hal. 56.
Sampurno. (2011). Manajemen Pemasaran Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 95 – 97 dan 139 – 141.
Subagyo, J. (2004). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal. 31.
Tjay, T.H., dan Kirana, R. (2015). Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Jakarta: penerbit PT Alex Komputindo Kelompok
Kompas-Gramedia. Hal. 318.
Trihendradi, C. (2011). Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik
Menggunakan SPSS 19. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 145.
Wahyuningsih, M. (2010). Vitamin-vitamin yang Dikonsumsi Sebelum dan
Sesudah Makan. Diakses pada 1 Juni 2016 pada
Widodo, R. (2004). Panduan keluarga memilih dan menggunakan obat. Yogyakarta: Kreasi wacana. Hal: 21-23, 27-31, dan 66.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik survei. Penelitian deskritif kuantitatif merupakan penelitian dengan pengujian teori (hipotesis) melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan menganalisis data dengan prosedur statistik (Erlina, 2011).
Teknik survei dimana informasi/data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup yang terdiri dari 4 bagian yaitu karakteristik responden, pengetahuan umum seputar obat-obatan, pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU mengenai obat generik dan obat merek dagang dan rasionalitas penggunaan obat.
3.2 Jenis dan Sumber Data penelitian
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di lingkungan Fakultas Farmasi USU dan waktu penelitian disesuaikan dengan waktu istirahat mahasiswa agar dapat mengisi kuesioner penelitian. Pengambilan data dilakukan selama bulan April 2016.
3.4Defenisi Operasional Kuesioner Penelitian
Tabel 3. 1 Tabel Definisi Operasional Kuesioner Penelitian
Variabel Definisi Skala Kategori
A B C D menjawab 7 pertanyaan mengenai obat-obatan, formulasi dan pengetahuan yang bersifat umum, setiap pertanyaan diberi bobot: benar = 2 2. Pengetahuan
seputar obat generik dan obat merek dagang
Pengetahuan responden berdasarkan
kemampuannya dalam menjawab 16 pertanyaan mengenai obat-obat generik, obat merek dagang, kebijakan pemerintah terhadap obat
A B C D
3. Rasionalitas pemilihan obat
Pengetahuan responden berdasarkan
kemampuannya dalam menjawab 17 pertanyaan mengenai penggunaan obat, antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis, contoh obatnya serta khasiat dan efek samping obat, serta setiap pertanyaan diberi bobot:
benar = 2 nama sesuai identitas, nama panggilan dan nama dengan inisial tertentu
Nominal
b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden secara biologis
Nominal a. Laki-laki b. perempuan c) Angkatan Angkatan responden
terhitung sesuai tahun ajaran masuk perguruan tinggi
Program studi yang sedang dijalani responden
Ordinal a. D III Analis
3.5 Subjek penelitian
3.5.1 Populasi sampel
3.5.2 Sampel
Pengambilan sampel jika populasi (N) telah diketahui, dapat dihitung menggunakan rumus berikut (Pudjirahardjo, 1993)
n = {N z2. p (1 – p)} {Nd2 + z2 . p (1 – p)}
Keterangan:
n = besar sampel
N = besar populasi (jumlah populais acuan)
z = nilai standar normal yang besarnya tergantung α, bila α = 0,05 maka z = 1,67
bila α = 0,01 maka z = 1,96
p = probabilitas suatu kejadian (persentase taksiran hal yang akan diteliti)
d = besarnya penyimpangan yang masih ditolerir (semakin kecil d, maka akan semakin teliti penelitian, d = 0,01 atau 0,05, dll)
dengan persen kepercayaan yang diinginkan 95%; N= 1584 mahasiswa; z = 1,67; p= 0,5; dan d =0,05 maka diperoleh besar sampel minimal, yaitu:
n = (1.584) (1,67)2 (0,5) ( 1 – 0,5) = 237,13 (1.584) (0,05)2 + (1,67)2 (0,5) ( 1 – 0,5)
n = 237 orang
Berdasarkan rumus di atas , sampel (responden) pada penelitian ini adalah 237 mahasiswa Fakultas Farmasi USU.
3.5.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
i. Mahasiswa Fakultas Farmasi USU yang aktif dari tahun ajaran 2011/2012 sampai 2015/2016 dengan program studi D-III, Farmasi S-1, Farmasi Ekstensi S-1 dan Profesi Apoteker.
b. Kriteria Eksklusi
i. Mahasiswa Fakultas Farmasi USU yang tidak aktif, diluar dari tahun ajaran 2011/2012 sampai 2015/2016 dengan program studi selain D-III, Farmasi S-1, Farmasi Ekstensi S-1 dan Profesi Apoteker.
ii. Tidak bersedia mengikuti penelitian ini dan mengisi kuesioner
3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Adapun pengambilan sampel diambil dengan metode snowball sampling, pengambilan sampel dengan bantuan key-informan, dan dari informan inilah akan berkembang sesuai petunjuknya. Dalam hal ini peneliti hanya mengungkapkan kriteria sebagai persyaratan untuk dapat dijadikan sampel (Subagyo, 2004)
3.7 Alat/ Instrumen Penelitian
Alat dan bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan – pertanyaan tertutup yang dikembangkan sendiri oleh peneliti yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
3.8 Pengolahan Data Penelitian
Tahap-tahap dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. Editing
2. Coding
Coding merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
3. Processing
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah dientry dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner ke paket program komputer.
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) dilakukan untuk pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry ke komputer dan lainnya (Hastono, 2006).
3.9 Uji Kualitas Kuesioner
Kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atas pemecahan masalah penelitian tergantung pada kualitas data yang dianalisis dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Ada dua konsep yang mengukur kualitas instrumen penelitian yaitu reliabilitas dan validitas. Hal ini berarti, bahwa kesimpulan hasil penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bisa jika datanya kurang reliable dan valid (Erlina, 2011).
karena kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya (akurat). Data yang kita kumpulkan tidak berarti jika alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi (Hastono, 2006).
3.9.1 Uji Validitas
Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Secara umum, validitas dikelompokkan dua bagian yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Validitas internal dibagi tiga yaitu content validity (validitas isi), construct
validity (validitas kontruk) dan criterin-related validity (validitas berhubungan
dengan kriteria). Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas kontruk (Erlina, 2011).
Pengujian validitas dilakukan dengan melihat angka signifikansi (p), juga membandingkan angka korelasi (r) hitung dengan r tabel. Jika seluruh butir pertanyaan mempunyai nilai (p < 0,05) dan r hitung lebih besar dari r tabel maka Ho ditolak, artinya variabel valid dan sebaliknya (Hastono, 2006).
3.9.2 Uji Reliabilitas
Peneliti menggunakan uji reliabilitas instrumen dengan menghitung nilai
Cronbatch’s Alpha. Jika nilai Cronbatch’s Alpha lebih besar dan mendekati 1
maka kuesioner dapat dinyatakan reliabel (Trihendradi, 2011). Selain itu nilai reliabilitas yang lebih besar dari nilai t tabel menunjukkan data reliabel. Adapun suatu penelitian yang menggunakan data primer setidaknya berhubungan dengan emapt hal yaitu: (1) subjek yang diteliti, (2) konstruk yang diukur, (3) instrumen pengukur, (4) waktu pengukuran (Erlina, 2011).
3.10 Cara Pengukuran Variabel
Pengujian pengetahuan mahasiswa dilakukan dengan menghitung jumlah poin total yang diperoleh. Adapun kuesioner yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dengan menilai hasil kuesioner dengan pemberian poin untuk setiap pertanyaan, setiap pertanyaan yang benar akan diberi poin 2 dan yang tidak benar diberi poin 0. Maka Pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU dapat diketahui dengan total poin yang telah dijumlahkan dengan kategori:
a. Pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden 61– 80 poin. b. Pengetahuan cukup, apabila nilai yang diperoleh responden 41 – 60 poin. c. Pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden 21 – 40 poin. d. Pengetahuan buruk, apabila nilai yang diperoleh responden 0 – 20 poin.
3.11 Analisis Data
down dengan dialog box interface, sehingga memudahkan input data, memberikan perintah serta menyajikan data analisis (Parullari, 2011).
3.11.1 Analisis Deskriptif (Univariat)
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan/mendiskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean (rata-rata), median, standard deviasi dan interkuartil range, minimal maksimal. Dalam analisis data kuantitatif kita dihadapkan pada kumpulan data yang besar/banyak yang belum jelas maknanya. Fungsi analisis sebetulnya adalah menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut berupa ukuran-ukuran statistik, tabel dan juga grafik (Hastono, 2006).
Pengujian analisis univariat dalam penelitian diperlukan untuk memberikan gambaran dari masing-masing variabel meliputi jenis kelamin, program studi dan angkatan berhubungan dengan pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU terhadap obat generik dan obat merek dagang.
3.11.2 Analisis Analitik (Bivariat)
(Hastono, 2006). Analisis ini dilakukan untuk melihat perbedaan pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, program studi dan angkatan.
3.12 Prosedur Penelitian
Langkah – langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah:
Menentukan permasalahn Menentukan tujuan masalah
Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk melakukan penelitian dan pengambilan data
Menyiapkan dan membagikan kuesioner Mengumpulkan data
Mengolah data
Gambar 3.1 Diagram Langkah Penelitian
Persiapan Penelitian
Izin Penelitian
Pengambilan Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas, semua pertanyaan valid dan reliabel. Pada pengujian reliabilitas nilai Cronbachs Alpha pertanyaan A yaitu 0,409; pertanyaan B yaitu 0,673; pertanyaan C yaitu 0,706 (data lengkap terlampir)
Kuesioner dinyatakan valid Jika seluruh butir pertanyaan mempunyai nilai (p < 0,05) dan r hitung lebih besar dari r tabel maka Ho ditolak, artinya variabel valid begitu juga sebaliknya (Parullari, 2011). Data lengkap dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Uji Validasi
P r tabel Validitas
(r hitung)
Hasil
A B C E
A1
0.2352
0.533
Valid
A2 0.321
A3 0.655
A4 0.636
A5 0.463
A6 0.357
A7 0.238
B1 0.318
B2 0.429
B3 0.353
B4 0.256
B5 0.501
B6 0.360
B7 0.628
B8 0.441
B9 0.493
B10 0.311
A B C E
B12 0.276
B13 0.455
B14 0.449
B15 0.605
B16 0.337
C1 0.388
C2 0.269
C3 0.470
C4 0.463
C5 0.311
C6 0.536
C7 0.562
C8 0.497
C9 0.295
C10 0.273
C11 0.345
C12 0.368
C13 0.462
C14 0.404
C15 0.466
C16 0.478
C17 0.569
4.2 Karekteristik Responden
Tabel 4.2 Karakteristik Responden
S1 – ekstensi Farmasi S1
81% 19%
dengan rata-rata skor (62,82). Data yang diperoleh ini akan dibandingkan dengan pengetahuan responden untuk melihat ada tidaknya hubungan antara karakteristik responden dengan pengetahuan responden sendiri.
4.3 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Farmasi USU Terhadap Obat
Generik Dan Obat Merek Dagang
Berdasarkan hasil penelitian didapati mayoritas mahasiswa Fakultas Farmasi USU yang terlibat dalam penelitian ini mepunyai tingkat Pengetahuan yang baik sebanyak 192 (81%) dari 237 responden. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Mahasiswa Farmasi USU terhadap obat generik
dan obat merek dagang
Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Baik 192 81
Cukup 45 19
Kurang 0 0
Buruk 0 0
Data pada tabel di atas dapat dilihat secara jelas pada Gambar 4.1 di bawah ini:
Gambar 4.1 Diagram perbandingan jumlah responden berdasarkan pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pengetahuan seputar obat-obatan secara umum, selain itu mahasiswa telah mengetahui obat generik dan obat merek dagang, perbedaan antara obat generik dan obat merek dagang, baik khasiat, efek samping, pengaruh dari formulasi obat dan rasionalitas dalam memilih obat.
Satu hal yang perlu diketahui, bahwa kualitas obat generik tidak kalah dengan obat bermerek lainnya adalah bahwa obat generik juga mengikuti persyaratan dalam Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Selain itu, obat generik juga harus lulus uji Bioavailabilitas/Bioekivalensi (BA/BE). Uji ini dilakukan untuk menjaga mutu obat generik (Alim, 2013).
4.4 Persentase Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Farmasi USU Tentang
Obat Generik Dan Obat Merek Dagang
Sejumlah 232 responden mengetahui efek terapi obat dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor komposisi, bentuk sediaan, cara dan waktu pemberian serta kondisi fisik pasien. Sejumah 97 responden menyadari bahwa selain kandungan bahan aktif, bahan tambahan dalam formulasi obat mampu meningkatkan/mempengaruhi efek terapi, namun masih banyak yaitu 80 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini, sehingga hal ini memerlukan beberapa upaya yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan mahasiswa seputar formulasi obat dan hubungannya terhadap efek terapi obat.
Sebanyak 232 responden telah mengetahui bahwa pada dosis yang tepat, obat dapat memberikan efek terapi terhadap tubuh, dan 227 reponden juga mengetahui bahwa pada dosis yang melebihi dosis maksimal, obat dapat menyebabkan keadaan yang membahayakan terhadap tubuh. Ketepatan jumlah dosis dalam penggunaan obat merupakan bagian terpenting yang harus diperhatikan untuk memperoleh khasiat sebagaimana yang diharap. Pemberian obat pada dosis lazim, yaitu jumlah dosis acuan penggunaan obat/dosis yang tepat dapat memberikan khasiat dari suatu obat sebagaimana yang diharapkan. Namun, pemberian obat diatas dosis maksimal maka obat tersebut akan menjadi racun bagi pasien/pengguna obat. Hal ini disebabkan, terdapat dua sisi yang tidak terpisahkan dari obat, sisi positif yang memberikan manfaat dan sisi negatif yang bisa menjadi racun bagi tubuh pemakai (Zeenot, 2013).
(23,6%) responden ragu dengan pernyataan tersebut. Dewasa ini, pesatnya perkembangan teknologi informasi, promosi mengenai obat semakin marak membanjiri media massa dan media sosial. Selain itu perbedaan dan informasi obat generik dan obat dengan nama dagang dapat diperoleh dari media-media yang ada hari ini, khususnya media elektronik, pernyataan ini dibenarkan oleh 190 (80,2%) responden.
Hal ini di antaranya menyebabkan mahasiswa masih terperdaya dengan berbagai informasi ini, selain itu informasi seputar obat-obatan khasiat dan lainnya belum sempurna mereka terima sehingga masih terpengaruh dengan iklan, namum ada juga mahasiswa yang sudah cerdas dan tidak mudah terpengaruhi dengan iklan, promosi dan lainnya. Harga mahal tidak menjadi garansi bahwa obat tersebut lebih memiliki khasiat yang bermutu, beberapa pakar mengatakan bahwa obat generik terbukti memiliki khasiat yang bagus untuk dikonsumsi, selain juga lebih murah (Zeenot, 2013).
Berdasarkan penelitian sebanyak 207 (87,3%) responden mengetahui bahwa obat generik memiliki nama obat sesuai dengan zat aktif yang dikandungnnya, sebanyak 141 (59,5%) responden mengetahui bahwa tidak semua obat generik yang beredar dipasaran termasuk dalam golongan obat bebas dan 185 (78,1%) responden setuju bahwa setiap obat generik yang beredar dipasaran pasti sudah lulus uji bioavaibilitas dan bioekuivalensi sesuai standar sehingga tidak perlu diragunakan kualitasnya.
cukup. Berdasarkan penelitian, 202 (85,2%) responden setuju bahwa obat generik memiliki harga yang murah dikarenakan Pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan tidak membutuhkan promosi. Namun sebanyak 118 (49,8%) responden belum mengetahui bahwa Pemerintah telah menetapkan HET untuk semua obat, tidak hanya untuk obat generik saja. Hal ini menunjukkan hampir 50% dari responden belum mengikuti perkembangan Peraturan Pemerintah yang terbaru.
Pemerintah dalam rangka menjamin keterjangkauan harga obat sebagai upaya memenuhi akuntabilitas dna transparansi kepada masyarakat, perlu pengaturan pemberian informasi harga eceran tertinggi obat. Industri Farmasi wajib mencantumkan informasi HET dengan mencantmkan pada label obat, berupa nilai nominal dalam bentuk sediaan rupiah baik untuk obat Generik yang belum terdapat dalam Katalog Elektronik dan obat selain Obat Generik (Menkes RI, 2016).
Sebanyak 107 (45,1%) responden tidak setuju akan pernyataan bahwa obat generik merupakan obat kelas dua yang kualitasnya tidak terjamin, namun 95 (40,1%) reponden masih setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini memberikan gambaran bahwa banyak mahasiswa yang terbawa dengan opini yang berkembang saat ini yang mahal itu yang berkualitas, walaupun yang tidak setuju lebih banyak jumlahnya, hanya saja perbandingannya sangat sedikit. Walaupun mahalnya obat dagang karena membutuhkna biaya untuk iklan dan promosi juga disadari oleh 203 (85,7%) responden.
kriteria khasiat, keamanan dan mutu obat. Namun, sekarang ini terdapat
kecenderungan bahwa penggunaan obat generik mulai menurun (Ditjen POM RI, 2008).
Sebanyak 107 (45,1%) responden mengetahui bahwa tidak semua industri yang memproduksi obat–obat generik adalah perusahaan Farmasi milik pemerintah, tapi ada juga industri milik swasta yang memproduksinya. Sedangkan produsen obat dengan nama dagang, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 83 (35%) responden mengetahui bahwa tidak semua industri yang memproduksi obat-obat dengan nama dagang adalah perusahaan Farmasi milik swasta, tapi ada beberapa industri milik pemerintah yang memproduksi obat dengan nama dagang, namun 96 (40,5%) responden masih belum mengetahui hal tersebut. begitu juga dengan 109 (46%) responden menganggap bahwa semua obat dengan nama dagang yang beredar dipasaran memiliki bentuk sediaan generiknya, padahal tidak semua obat yang beredar dipasaran memiliki nama generik, hanya 71 (30%) responden yang mengetahui bahwa tidak semua obat yang beredar di pasaran memiliki nama generik.
Hasil survei The Indian Pharmaceutical Association (IPA)- The Indian
Hospitasl Pharmacist Association (IHPA) sepanjang tahun 2007 yang
menyebutkan beberapa perusahaan pemerintah hanya menempati urutan kedua dalam produksi obat-obatan (Anonim, 2013).
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat: pilihlah obat yang paling khusus untuk penyakit Anda, mengacu pada kondisi tubuh Anda, pilihlah efek samping paling ringan, pilih bentuk sediaan obat yang paling sesuai dan nyaman dan pilihlah yang harganya murah.
Sebanyak 223 (94,1%) responden mengetahui salah satu obat generik yaitu asam mefenamat merupakan obat anti inflamasi non steroid yang dapat meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menengah serta dapat mengurangi peradangan, selain itu 177 (74,7%) juga mengetahui efek sampingnya. Sedangkan 214 (90,3%) responden juga mengetahui bahwa ponstan yang merupakan obat dengan nama dagang dari asam mefenamat memiliki zat aktif dan khasiat yang sama dengan asam mefenamat. Namun 174 (73,4%) responden menyarankan kepada pasien yang mengalami nyeri ringan dapat mengonsumsi asam mefenamat ataupun ponstan. Adapun rasionalitas pemilihan obat, salah satu yang harus diperhatikan dalam memilih obat efek samping yang paling sedikit, dalam hal ini ponstan memiliki efek samping sedikit lebih banyak dibandingkan dengan asam mefenamat, sehingga seorang praktisi kesehatan mempertimbangkan efek samping yang paling sedikit dalam meresepkan obat (Widodo, 2004).
rasionalitas pemilihan obat dalam mengobati sakit kepala berat sebanyak 121 (51,1%) responden tidak setuju diberikan parasetamol 3 x 3 tablet sehari, namun hanya 77 (32,5%) responden yang setuju. Menurut Widodo, 2004 menyatakan bahwa parasetamol dapat dikombinasi dengan kafein dengan beberapa merek dagang misalnya Copara, Oskadon, Bodrex, Panadol Extra. Adapun dosis parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau mengandung 125 mg/5 mL. Selain itu, parasetamol terdapat dalam sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis parasetamol sehari untuk dewasa 300 mg – 1 g perkali, dengan maksimum dosis 4 g sehari (Dewoto, 2012). Adapun jika parasetamol diberika 3 x 3 tablet sehari maka jumlah massa totalnya adalah 4.500 mg (4,5g) hal ini telah melebihi dosis maksimum. Akan terjadi kerusakan hati bahkan dosis di atas 6 g dapat menyebabkan necrosis hati yang tidak reversibel (Tjay dan Kirana, 2015).
Mayoritas responden (diatas 80%) mengetahui vitamin C baik generik maupun salah satu bentuk dagangnya yaitu Vitalong C memiliki bahan aktif yang sama, namun dari segi produsen dan harga berbeda.
Tabel 4.4 Persentase pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU tentang obat generik dan obat merek dagang
No Pernyataan Benar Salah Ragu
A B C D E
A Pengetahuan umum seputar
obat-obatan
Jlh % Jlh % Jlh %
1 Obat adalah bahan atau paduan bahan obat yang digunakan dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
226 95.4 7 3.0 4 1.7
2 Faktor yang mempengaruhi efek terapi obat dalam tubuh meliputi komposisi, bentuk sediaan, cara,waktu pemberian & kondisi fisik pasien
232 97.9 3 1.3 2 .8
3 Selain kandungan bahan aktif, bahan tambahan dalam
formulasi obat mampu
meningkatkan/mempengaruhi efek terapi
97 40.9 80 33.8 60 25.3
4 Semakin mahal harga suatu obat menunjukkan kualitas dan kemampuannya dalam
memberikan efek terapi semakin baik.
141 59.5 45 19.0 51 21.5
5 Pada dosis yang tepat, obat dapat memberikan efek terapi terhadap tubuh
232 97.9 2 0.8 3 1.3
6 Pada dosis yang melebihi dosis maksimal, obat dapat
menyebabkan keadaan yang membahayakan terhadap tubuh
227 95.8 3 1.3 7 3.0
7 Untuk memastikan keamanan, kenyamanan, optimasi
penggunaan obat, pasien harus mencermati, memahami, mematuhi anjuran yang tertera pada kemasan obat
233 98.3 1 0.4 3 1.3
B Pengetahuan seputar obat generik dan obat merek dagang
1 Obat generik memiliki nama obat sesuai dengan zat aktif
A B C D E
2 Obat generik merupakan program pemerintah dengan tujuan memberikan obat alternatif bagi masyarakat, dengan kualitas terjamin, harga terjangkau, serta ketersediaan yang cukup.
223 94.1 3 1.3 11 4.6
3 Obat generik memiliki harga yang murah dikarenakan Pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan tidak membutuhkan
promosi
202 85.2 16 6.8 19 8.0
4 Semua obat generik yang beredar dipasaran termasuk dalam golongan obat bebas
141 59.5 40 16.9 56 23.6
5 Setiap obat generik yang beredar dipasaran pasti sudah lulus uji bioavaibilitas dan bioekuivalensi sesuai standar sehingga tidak perlu
diragunakan kualitasnya
185 78.1 17 7.2 35 14.8
6 Obat dengan nama dagang adalah nama dagang yang diberikan oleh perusahaan Farmasi yang memproduksi dan memperdagangkan obat tersebut, dimana nama tersebut dapat berupa nama generik maupun nama dagang (brand name)
219 92.4 9 3.8 9 3.8
7 Pemerintah tidak menentukan HET obat dengan nama dagang sehingga harga sepenuhnya wewenang prosuden
48 20.3 71 30.0 118 49.8
8 Harga obat dengan nama dagang lebih mahal dibanding obat generik dikarenakan membutuhkan biaya promosi
203 85.7 17 7.2 17 7.2
9 Obat adalah obat ethical biasanya tidak dengan nama dagang (unbranded),
sedangkan obat bebas biasanya dengan nama dagang (branded)
A B C D E
10 Obat generik merupakan obat kelas dua yang kualitasnya tidak terjamin
107 45.1 95 40.1 35 14.8
11 Pemerintah seharusnya semakin meningkatkan produksi dan pengadaan obat generik di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di puskesmas, rumah sakit, apotek serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
223 94.1 7 3.0 7 3.0
12 Bahan tambahan
mempengaruhi kualitas obat, tidak hanya antar obat generik dengan obat dengan nama dagang, bahkan antar obat dengan nama dagang juga memiliki kualitas berbeda
197 83.1 20 8.4 20 8.4
13 Kita dapat mengetahui perbedaan obat generik dan obat dengan nama dagang dari informasi di media-media yang ada hari ini, khususnya media elektronik
190 80.2 28 11.8 19 8.0
14 Semua industri yang memproduksi obat – obat generik adalah perusahaan Farmasi milik pemerintah, bukan milik swasta
107 45.1 72 30.4 58 24.5
15 Semua industri yang
memproduksi obat-obat dengan nama dagang adalah
perusahaan Farmasi milik swasta, ada juga milik pemerintah
83 35.0 96 40.5 58 24.5
16 Semua obat dengan nama dagang yang beredar dipasaran memiliki bentuk sediaan
generiknya
71 30.0 109 46.0 57 24.1
C Rasionalitas pemilihan obat
1 Dalam memilih obat maka kita harus mempertimbangkan harga, aman, efek samping dan zat berkhasiat sesuai kebutuhan
A B C D E
2 Asam mefenamat merupakan obat anti inflamasi non steroid yang dapat meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menengah serta dapat mengurangi peradangan
223 94.1 4 1.7 10 4.2
3 Efek samping konsumsi asam mefenamat meliputi nyeri ulu hati, gangguan pencernaan, tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, mengantuk dan kelelahan
177 74.7 23 9.7 37 15.6
4 Ponstan merupakan obat anti inflamasi non steroid yang dapat meredakan nyeri, mulai nyeri gigi, perut, luka, menstruasi dan kepala.
214 90.3 7 3.0 16 6.8
5 Efek samping dari ponstan yaitu gangguan fungsi hati, nyeri ulu hati, mual, muntah, nafsu makan turun, diare, banyak buang gas, perlukaan lambung, gangguan fungsi ginjal, gangguan pembuluh darah dan lainnya
190 80.2 6 2.5 41 17.3
6 Pada dasarnya asam mefenamat dan ponstan memiliki khasiat yang sama jika dilihat dari segi zat
aktifnya, hanya nama obatnya saja berbeda
205 86.5 10 4.2 22 9.3
7 Asam mefenamat dan ponstan memiliki perbedaan harga, harga ponstan hampir 2 kali harga asam mefenamat
131 55.3 72 30.4 34 14.3
8 Dalam mengobati rasa nyeri ringan maka kita dapat memilih asam mefenamat maupun ponstan.
40 16.9 174 73.4 23 9.7
9 Parasetamol termasuk obat analgetik non narkotik yang dapat meredakan nyeri dan demam yang mengandung N-asetil-p-aminofenol
(parasetamol) 500 mg/tablet
A B C D E
10 Bodrex dan parasetamol memiliki persamaan bahan aktif berupa N-asetil-p-aminofenol
201 84.8 10 4.2 26 11.0
11 Bodrex dan parasetamol memiliki perbedaan dari jumlah bahan aktif dan bahan tambahan lain.
188 79.3 21 8.9 28 11.8
12 Bodrex memiliki kemampuan dalam mengatasi sakit kepala hebat/ migrain dikarenakan selain bahan aktif lebih banyak, ada kandungan kafein
didalamnya
176 74.3 23 9.7 38 16.0
13 Sebagai seorang praktisi, dalam mengobati sakit kepala berat kita lebih baik tetap
menyarankan parasetamol sebanyak 3 x 3 tablet sehari
121 51.1 77 32.5 39 16.5
14 Vitamin C biasa jika
dikonsumsi saat perut kosong berpotensi mengiritasi lambung
210 88.6 12 5.1 15 6.3
15 Vitalong C merupakan suplemen vitamin yang mengandung asam askorbat (Vitaimn C) 500 mg
204 86.1 4 1.7 29 12.2
16 Vitalong C diformulasi dalam granul-granul sehingga aman untuk lambung dan
pelepasannya secara berkala
206 86.9 13 5.5 18 7.6
17 Antara vitamin C dan Vitalong C dari segi khasiat diantar keduanya sama, hanya beda produsen dan harga saja
197 83.1 16 6.8 24 10.1
4.5 Hubungan karakateristik responden dengan pengetahuan mahasiswa
Farmasi
4.5.1 Hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan
signifikan yang diperoleh (p value) < alpha (0,05). Adapun hasil yang diperoleh p value (0,250), maka nilainya > (0,05), hasil ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara jenis kelamin dengan pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa baik laki-laki dan perempuan dapat memperoleh informasi obat generik dan obat merek dagang yang sama dari berbagai sumber yang ada. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Pengetahuan mahasiswa berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Baik Cukup Rata-rata skor Signifikansi
Laki-laki 44 14 63.36 0.250
Perempuan 148 31 64.14
Data pada tabel di atas dapat dilihat secara jelas pada Gambar 4.2 di bawah ini:
Gambar4.2 Diagram pengetahuan mahasiswa berdasarkan jenis kelamin
Baik Cukup
4.5.2 Hubungan angkatan dengan pengetahuan
Hasil pengujian menunjukkan signifikansi antara angkatan dan pengetahuan yaitu (0,000), nilai ini lebih kecil dari alpha (0,05). Maka terdapat hubungan antara angkatan dan pengetahuan. Dari hasil penelitian menunjukkan
Jum
la
h R
es
ponde
n
rata-rata skor angkatan 2011 paling tinggi yaitu 65,76 dan rata-rata skor paling rendah angkatan 2015 yaitu 60,62. Seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi menunjukkan lebih banyak pengetahuan yang diperolehnya, baik melalui pendidikan, pengalaman, maupun informasi dari masyarakat sekitar khususnya dikalangan akademisi, dan dari berbagai informasi yang berkembang. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 4.6 Pengetahuan mahasiswa berdasarkan angkatan
Angkatan Baik Cukup Rata-rata skor Signifikansi
2011 56 6 65.76 0.000
2012 16 8 61.46
2013 37 9 63.96
2014 2015
58 25
5 17
65.33 60.62
Data pada tabel di atas dapat dilihat secara jelas pada Gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3 Diagram pengetahuan mahasiswa berdasarkan angkatan
Baik Cukup
Menurut Zeenot, 2013 menyatakan bahwa seiring dengan semakin meningkatnya pemberdayaan masyarakat, yang berdampak semakin
Jum
la
h R
es
ponde
n
meningkatnya tinggi tingkat pendidikan, sekaligus semakin semakin mudahnya akses untuk memperoleh informasi, maka semakin tinggi pula tingkat ketertarikan masyarakat terhadap kesehatan. Hal ini juga mempengaruhi terhadap pengetahuan akan obat generik dengan obat merek dagang dan lainnya. Semakin lama seseorang berada dalam proses pendidikan/studi, maka pengetahuan yang diperoleh semakin bertambah.
4.5.3 Hubungan program studi dengan pengetahuan
Hasil pengujian menunjukkan signifikansi antara program studi dan pengetahuan yaitu (0,011), nilai ini lebih kecil dari p value (0,05). Maka terdapat hubungan antara program studi dan pengetahuan. Dari hasil penelitian menunjukkan rata skor profesi Apoteker paling tinggi yaitu 66,16 dan rata-rata skor paling rendah pada mahasiswa program studi Sarjana yaitu 62,39. Semakin tinggi program studi yang dijalani mahasiswa Farmasi menunjukkan pengetahuan tentang obat generik dan obat merek dagang semakin baik, artinya kemampuan dalam membedakan keduanya, baik secara kualitas, biaya, dan lainnya. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Pengetahuan mahasiswa berdasarkan program studi
Program studi Baik Cukup Rata-rata skor Signifikansi
D III Analis Farmasi 17 5 62.82 0.011
Ekstensi S-1 44 5 65.90
S-1 85 31 62.39
Profesi Apoteker 46 4 66.16
Gambar 3.4 Diagram pengetahuan mahasiswa berdasarkan program studi
Baik Cukup
Jum
la
h R
es
ponde
n
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU terhadap obat generik dan obat merek dagang adalah baik.
2. Terdapat hubungan antara karakteristik (program studi dan angkatan) dengan pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU terhadap obat generik dan obat merek dagang, namun karakteristik (jenis kelamin) tidak berhubungan dengan pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU terhadap obat generik dan obat merek dagang.
5.2 Saran
- Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian terhadap mahasiswa selain Fakultas Farmasi USU atau di kampus lainnya.
- Bagi perguruan tinggi dapat melakukan peninjauan ulang terhadap kurikulum agar mahasiswa dapat benar-benar memahami obat generik dan obat merek dagang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Adapun bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi (Menkes RI, 2013).
Obat adalah komoditas khusus bukan komoditas umum. Segala sesuatu yang berkaitan dengan obat dilakukan regulasi secara ketat karena menyangkut keamanan, keselamatan jiwa manusia. Mulai dari bahan baku, bahan penolong, kemasan, produksi, pengujian mutu, distribusi dan peredaran, promosi/iklan, penjualan, penggunaannya, dilakukan pengaturan secara rinci dan ketat (highly
regulated). Ada lima aspek penting setidaknya yang harus dipenuhi oleh produk
obat yaitu: keamanan (safety), khasiat (efficacy), kualitas (quality), penggunaan yang rasional (rational of use) dan informasi produk yang benar (the right
information) (Sampurno, 2011).
Obat dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Namun, jika tidak digunakan secara tepat maka dapat memberikan efek yang buruk. Maka dari itu, penggunaan obat harus sesuai dengan aturan yang diberikan oleh para ahli yaitu dokter dan apoteker (Zeenot, 2013).
2.2 Peran Obat
Obat memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan, karena pencegahan dan penanganan berbagai jenis penyakit tidak terlepas dari tindakan terapi menggunakan obat maupun farmakoterapinya. Adapun peran obat meliputi:
a. penetapan diagnosis
b. pencegahan terhadap segala bentuk/jenis penyakit c. menyembuhkan segala bentuk/jenis penyakit d. memulihkan kesehatan
e. mengubah fungsi normal tubuh dengan maksud tujuan tertentu f. mengurangi rasa sakit
g. meningkatkan pola hidup sehat dalam ruang lingkup sosial kemasyarakatan atau peningkatan kesehatan
2.3 Klasifikasi Obat
Klasifikasi obat menurut Permenkes RI No. 949/Menkes/Per/VI/2000 yaitu:
2.3.1 Obat Bebas
Obat Bebas merupakan obat yang bisa dibeli bebas di apotek, dan toko obat bahkan warung tanpa resep dokter, ditandai lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Contohnya Vitamin B Komplek, Vitamin C dan lainnya.
Gambar 2.1 Logo Obat Bebas
2.3.2 Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar W = Waarschuwing = peringatan), yakni obat yang bebas penjualannya disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran biru bergaris tepi hitam. Pada kemasan obat biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih dengan beberapa tulisan. Contoh obat bebas terbatas Antimo, Gargarisma dan lainnya.
Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas
2.3.3 Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = Gevaarlijk = berbahaya), yaitu obat dalam golongan ini dapat diberikan harus dengan resep dari dokter. Tanda khusus obat keras yaitu lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K yang menyentuh garis tepi. Contohnya Ampicillin, Chloramphenicol dan lainnya.
Gambar 2.4 Logo Obat Keras
2.3.4 Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat yang mengakibatkan timbulnya perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contohnya Diazepam dan Phenobarbital.
2.3.5 Narkotika
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi hingga menghilangkan secara total rasa nyeri. Selain itu, narkotika juga bisa mengakibatkan timbulnya ketergantungan pemakai terhadap keberadaan obat tersebut. Contohnya Kodein, Morfin dan lainnya.
Gambar 2.5 Logo Obat Narkotika
2.3.6 Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat Wajib Apotek merupakan obat keras yang dapat diperoleh di apotek tanpa harus menggunakan resep dokter dan diberikan oleh Apoteker. Hal ini sesuai dengan keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan sebagai upaya membantu masyarakat dalam konteks pengobatan sendiri (swamedikasi), utamanya upaya akses terhadap obat. Contohnya Kloramphenicol, prednisolon dan lainnya (Zeenot, 2013).
2.4 Tata Nama Obat
2.4.1 Nama Kimia
2.4.2 Nama bukan Dagang (unbranded name)
Obat bukan dengan nama dagang yaitu obat generik. Obat generik adalah obat yang menggunakan nama International Non-proprietary Name (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Menkes RI, 2010). Penggunaan obat generik di Amerika Serikat sekitar 50% dari seluruh resep yang ada, sementara di Indonesia hanya mempunyai pasar sekitar 7% (Sampurno, 2011).
Di Indonesia, kewajiban menggunakan obat generik berlaku di unit-unit pelayanan kesehatan pemerintah. Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan yang dinginkan, maka kebijakan tersebt mencakup komponen-komponen berikut:
1. Produksi obat generik dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Produksi dilakukan oleh produsen yang memenuhi syarat CPOB dan disesuaikan dengan kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan kesehatan. 2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat.
3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit- unit pelayanan kesehatan sesuai dengan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik).
4. Peresapan berdasarkan atas nama generik, bukan nama dagang.
5. Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan diberlakukan di unit unit pelayanan kesehatan.
6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan masyarakat luas secara berkesinambungan.
Mutu obat generik tidak perlu diragukan dikarenakan setiap obat generik mendapat perlakuan yang sama dalam hal evaluasi terhadap pemenuhan kriteria khasiat, keamanan dan mutu obat. Namun sekarang ini penggunaan obat generik mulai menurun. Untuk itu hasil dari pemeriksaan mutu dan informasi mengenai obat generik harus selalu dikomunikasikan kepada pemberi pelayanan maupun ke masyarakat luas (Ditjen POM RI, 2008).
Pemerintah dalam rangka menjamin keterjangkauan harga obat sebagai upaya memenuhi akuntabilitas dan transparansi kepada masyarakat, perlu pengaturan pemberian informasi Harga Eceran Tertinggi Obat (HET). HET adalah harga jual tertinggi obat di apotek, toko obat dan instalasi farmasi rumah sakit/ klinik. Industri Farmasi wajib memberikan informasi HET dengan mencamtukan pada label obat berupa nilai nominal dalam bentuk satuan rupiah baik pada Obat Generik dan selain Obat Generik serta mencantumkan formula HET untuk Obat Generik yang terdapat dalam Katalog Elektronik (Menkes RI, 2016)
2.4.3 Nama dagang (branded name)
Menurut Menkes RI, 2010 mengatakan bahwa obat generik bermerek/bernama dagang adalah obat dengan nama dagang yang mengggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan. Obat merek dagang adalah obat yang telah habis masa hak patennya (off patent) yang diproduksi dan dipasarkan dengan nama dagang (brand name). Sebagian negara yang sedang berkembang memproduksi obat branded generic atau disebut juga obat “me too”. Mereka tidak dapat memproduksi obat paten karena biaya Research& Development (R&D) sangat mahal dan membutuhkan kapabilitas penelitian dengan dukungan teknologi modern yang mahal (Sampurno, 2011).
Obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten (Menkes, 2010). Hak paten diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang ditemukannya berdasarkan riset Industri farmasi. Pemilik obat paten mempunyai hak ekslusif untuk memproduksi dan memasarkan obat patennya. Pihak lain diperbolehkan memproduksi jika mendapat persetujuan/izin dari pemilik paten tersebut. Paten dalam hal ini bisa berupa bahan aktif, proses teknologi dan khasiatnya. Setelah masa paten habis maka obat tersebut dapat diproduksi oleh industri lainnya (Sampurno, 2011).
industri farmasi lainnya dengan berbagai nama baik generik maupun nama dagang. Amlodipine dengan nama Amlodipine (Generik) diproduksi oleh Soho, Amcor (nama dagang) diproduksi oleh Merck Indonesia, Calsivas (nama dagang) diproduksi oleh Fahrenheit dan lainnya (Anonim, 2011).
2.5 Rasionalitas Pemilihan Obat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan sendiri atau dalam memilih dan menggunakan obat yaitu:
a. Memilih obat yang sesuai dengan jenis penyakit
Dalam memilih obat, kita harus mengetahui penyakit yang akan diobati, baik jenisnya, gejalanya dan penyebabnya. Misalnya contoh kasus seseorang yang mengalami batuk, kita harus mengetahui jenis batuknya berdahak atau batuk kering, gejalanya, serta penyebabnya, sehingga dapat diberikan obat sesuai dengan jenis batuk yang diderita pasien tersebut, jika pasien menderita batuk berdahak diakibatkan oleh alergi, maka pasien akan diberikan obat batuk yang mengandung anti alergi.
b. Mengacu pada kondisi tubuh
Obat memberikan efek terapi yang berbeda pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi tubuh seseorang baik massa tubuh, pola hidup dan lainnya.
c. Obat dengan efek samping ringan
d. Memilih obat dengan bentuk sediaan yang sesuai dan nyaman
Obat tersedia dalam beberapa bentuk sediaan, misalnya tablet, sirup, salep dan lainnya. Pada anak-anak yang sulit minum obat dengan bentuk sediaan tablet atau kapsul, maka dapat diberikan obat dengan bentuk sediaan sirup sehingga mudah untuk diminum bahkan dengan berbagai variasi rasa.
e. Memilih obat dengan harga yang murah
Obat dengan harga yang tinggi tidak selalu menunjukkan kualitas yang lebih baik. Obat dengan isi bahan aktif yang sama akan memiliki efek yang sama dari segi khasiatnya, namun dari segi harga antar merek obat memiliki perbedaan harga 3 kali lipat bahkan lebih. Produsen akan berlomba-lomba membuat iklan ddan promosi, biaya iklan dan promosi akan dibebankan kepada harga produk obat tersebut (Widodo, 2004).
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dalam membeli suatu barang atau jasa termasuk obat dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor Sosial
2. Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh luas dan dalam pada perilaku konsumen. Masa pertumbuhan, pendidikan masa kecil, keinginan dan perilaku keluarga dapat mempengaruhi perilaku pembelian seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub kultur atau kelompok orang dengan sistem nilai yang sama dalam satu kesamaan pengalaman kehidupan. Kelompok masyarakat ini bisa berupa kesamaan dan kebangsaan, keagamaan dan profesi. Faktor latar belakang sub kultur bisa berpengaruh pada perilaku pembelian dari konsumen.
3. Faktor Personal
Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik personal termasuk umur, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup dan personalitas konsumen. Sebagai contoh dalam populasi sekarang ini kelompok usia lanjut cenderung makin besar prosentasenya. Implikasinya prevalensi penyakit degeneratif akan meningkat, sehingga obat-obatan untuk penyakit degeneratif semakin banyak dibutuhkan.
4. Faktor Psikologis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan
obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku Farmasi (Ditjen POM RI, 2012).
Beberapa perusahaan mengkhususkan diri dalam pembuatan obat-obat yang dijual secara bebas dan dipromosikan secara langsung kepada masyarakat umum. Sebagian industri mengkhususkan diri dalam pembuatan obat-obat yang dijual melalui resep dokter, dipromosikan kepada tenaga-tenaga kesehatan saja, tidak kepada masyarakat umum (Ansel, 2008).
Obat generik yang menggunakan nama International Non-proprietary
Name (INN) yang secara umum dikenal sebagai obat generik. Sebagian besar
(67%) resep obat di Indonesia merupakan obat generik bermerek, diikuti obat paten yang menyumbang 25% dan obat generik sebesar 8%. Salah satu penyebab masih rendahnya pangsa pasar obat generik adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik sehingga opini yang berkembang adalah obat
(Menkes RI, 2013) dan anggapan lain bahwa obat generik yang harganya murah tidak berkualitas jika dibandingkan obat bermerek. Konsumsi obat generik di Indonesia paling rendah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Alim, 2013).
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan juga memantau pemanfaatan obat generik melalui indikator persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu di puskesmas dan rumah sakit. Rata-rata penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pada tahun 2013 sebesar 85,49%. Penggunaan tersebut telah memenuhi target tahun 2013 yaitu sebesar 75% (Menkes RI, 2013).
1.2Perumusan masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU terhadap obat generik dan obat merek dagang?
2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik (jenis kelamin, angkatan dan program studi) dengan pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU terhadap obat generik dan obat merek dagang?
1.3Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
1. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU terhadap obat generik dan obat merek dagang adalah baik.
2. Terdapat hubungan antara karakteristik (jenis kelamin, angkatan dan program studi) dengan pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU terhadap obat generik dan obat merek dagang.
1.4Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi USU terhadap obat generik dan obat merek dagang.
1.5Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi penulis dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapan teori –teori yang ada b. Bagi institusi Perguruan Tinggi sebagai bahan evaluasi dan peninjauan
kurikulum di Fakultas Farmasi.
c. Bagi pemerintah dapat mengevaluasi peraturan-peraturannya khususnya terkait kebijakan dibidang kesehatan dan meninjau kembali instansi-instansi khususnya instansi-instansi pendidikan dan kesehatan
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 1.1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian
Karakteristik Mahasiswa Fakultas Farmasi USU
1. Jenis kelamin 2. Program Studi 3. Angkatan
Persepsi mahasiswa Fakultas Farmasi USU
1. Baik (61 – 80) 2. Cukup
(41 – 60) 3. Kurang
(21 – 40) 4. Buruk