• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Akun Twitter @EHIndonesia sebagai Media untuk Gerakan Earth Hour Indonesia 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Akun Twitter @EHIndonesia sebagai Media untuk Gerakan Earth Hour Indonesia 2012"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS AKUN

TWITTER

@EHINDONESIA SEBAGAI

MEDIA UNTUK GERAKAN

EARTH HOUR

INDONESIA 2012

LULU HANIFAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Akun

Twitter @EHIndonesia sebagai Media untuk Gerakan Earth Hour Indonesia 2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Lulu Hanifah

(4)

ABSTRAK

LULU HANIFAH. Efektivitas Akun Twitter @EHIndonesia sebagai Media Gerakan Earth Hour Indonesia 2012. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS.

Gerakan Earth Hour adalah gerakan sosial mematikan lampu dan alat elektronik lainnya selama satu jam dengan tujuan untuk mengurangi gas rumah kaca di bumi. Gerakan ini dilaksanakan setiap minggu keempat bulan Maret di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu media kampanye dari gerakan Earth Hour adalah melalui Twitter dengan akun @EHIndonesia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara intensitas mengakses akun

Twitter dengan efektivitas Twitter sebagai media kampanye gerakan Earth Hour

Indonesia dilihat dari kognitif, afektif, dan behavioral. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif menggunakan kuesioner dengan didukung data-data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kemudahan mengakses internet dengan intensitas responden mengakses Twitter; 2) terdapat hubungan yang signifikan pada intensitas mengakses Twitter dengan aspek behavioral responden; dan 3) Twitter

efektif sebagai media gerakan sosial.

Kata kunci: Earth Hour, gerakan sosial, Twitter

ABSTRACT

LULU HANIFAH. Effectiveness Account Twitter @EHIndonesia as Media of

Earth Hour Indonesia Movement 2012. Supervised by DJUARA P. LUBIS.

Earth Hour is a social movement which turn off the light and others electronic devices for one hour. Earth Hour held every fourth week in March.

Earth Hour followed by many countries in the world, including Indonesia. Earth Hour use some media to campaign this movement to people, one of the media is

Twitter with account Twitter @EHIndonesia. The objective of this research is to analyze relation between intensity of Twitter access and Twitter effectiveness as a media of social movements with cognitive, affective, and behavioral factors. The methods of the research are quantitative and supported with qualitative data. This research results show that: 1) there is significant correlation between ease of access to the internet and intensity of access to internet; 2) there is significant correlation between intensity of access to internet and behavioral factor; and 3)

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

EFEKTIVITAS AKUN

TWITTER

@EHINDONESIA SEBAGAI

MEDIA UNTUK GERAKAN

EARTH HOUR

INDONESIA 2012

LULU HANIFAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi: Efektivitas Akun Twitter @EHIndonesia sebagai Media untuk Gerakan Earth Hour Indonesia 2012

Nama : Lulu Hanifah

NIM : I34090056

Disetujui oleh

Dr Ir Djuara P Lubis, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah komunikasi massa dan gerakan sosial dengan judul Efektivitas Akun Twitter @EHIndonesia sebagai Media Gerakan Earth Hour

Indonesia 2012.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih juga kepada Ir. Hadiyanto, MSi selaku penguji utama dan Ir. Nuraini W. Prasodjo selaku penguji akademik yang telah memberikan saran dan masukan berharga bagi penulis. Kakak-kakak WWF dan Earth Hour Indonesia, khususnya Kak Ve, Kak Laura, Kak Cea, dan Kak Ruri yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian. Orang tua tercinta Achmad Mucharom dan Neneng Solihat, serta kakak-kakak tersayang, Rizqi Amalia, Muhammad Aziz Hakim, Rismelsy yang selalu sabar memberi doa, dukungan, semangat, materi dan semua pengorbanannya dengan penuh ikhlas kepada penulis. Indra Setiyadi, untuk selalu memotivasi, mendukung dan mendengarkan keluh kesah penulis. Sahabat-sahabat KPM dan HIMASIERA khususnya Arif Rachman, Syifa Selvia, Rina Khaerunnisa, Ajeng Intan, Siska Oktavia, Nadia Zabila, Bahari Ilmawan, Faris Budiman, Elbie Yudha, M. Septiadi, Siti Chaakimah, dan Ganies Oktaviana atas dukungan, saran, bantuan, dan kebersamaan. Anggi Indriani, terimakasih telah memberikan inspirasi bagi penulis untuk meneliti situs jejaring sosial. Teman satu bimbingan, Agustin, untuk semangat, masukan, saran, candaan, dan kebersamaan dalam mengerjakan skripsi sehingga dapat sidang pada hari yang sama. Teman-teman Nature, Babang, Bagus, Ryan atas kebersamaannya. Teman-teman Sanggar Juara yang mengajarkan banyak hal kepada penulis. Teman-teman seperjuangan akselerasi KPM 46 yang banyak memberikan masukan bagi penulis. Kakak-kakak KPM 45, Jabbar, Farhan, Rezza, Mareta, Selvi, Didit dan Robi yang telah memberi saran, masukan, dan semangat bagi penulis. Seluruh keluarga besar KPM, khususnya KPM 46 atas dukungan dan kebersamaan selama ini. Mba Dini, Mba Icha, dan Mba Maria yang banyak membantu penulis dalam proses administrasi. Terimakasih juga kepada seluruh responden serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan studi pustaka hingga penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR TABEL (lanjutan) x 

DAFTAR GAMBAR x 

DAFTAR LAMPIRAN xi 

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 3 

Tujuan Penelitian 3 

Manfaat Penelitian 3 

TINJAUAN PUSTAKA 5 

Internet Sebagai Media Komunikasi Massa 5 

Komunitas Dunia Maya dan Situs Jejaring Sosial 6 

Gerakan Sosial 9 

Kerangka Pemikiran 11 

Hipotesis Penelitian 12 

Definisi Operasional 12 

PENDEKATAN LAPANGAN 16 

Metode Penelitian 16 

Lokasi dan Waktu 16 

Teknik Pengumpulan Data 16 

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18 

GAMBARAN UMUM 20 

Sejarah Earth Hour 20 

Earth Hour Indonesia dan Akun Twitter @EHIndonesia 22 

Karakteristik Responden 23 

INTENSITAS FOLLOWERS DALAM MENGAKSES TWITTER DAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN 28 

Intensitas Mengakses Akun Twitter @EHIndonesia 28  Hubungan Karakteristik Followers dengan Intensitas Mengakses

(10)

Tingkat Kemudahan Mengakses Internet 40  Hubungan Tingkat Kemudahan Mengakses Internet Followers Akun

Twitter @EHIndonesia dengan Intensitas Mengakses Twitter 42 

Ikhtisar 43 

EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN 45 

Aspek Kognitif 45 

Aspek Afektif 46 

Aspek Behavioral 46 

Hubungan Antara Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Behavioral 47  Hubungan Intensitas Mengakses Twitter dengan Efektivitas Twitter

sebagai Media untuk Gerakan Sosial 50 

Ikhtisar 53 

SIMPULAN DAN SARAN 55 

Simpulan 55 

Saran 55 

DAFTAR PUSTAKA 57 

LAMPIRAN 59

(11)

DAFTAR TABEL

1 Logo dan nama situs jejaring sosial dengan jumlah pengguna terbanyak

di dunia, 2012 7 

2 Jumlah 10 negara pengguna Twitter terbesar di dunia, 2012 8  3 Beberapa indikator partisipan Earth Hour di dunia pada tahun 2008

sampai tahun 2011 21 

4 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin, followers

@EHIndonesia, 2012 24 

5 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan, followers

@EHIndonesia, 2012 25 

6 Jumlah dan persentase responden menurut kategori usia, followers

@EHIndonesia, 2012 25 

7 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan, followers

@EHIndonesia, 2012 26 

8 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat penerimaan,

followers @EHIndonesia, 2012 26 

9 Jumlah dan persentase responden menurut tempat tinggal, followers

@EHIndonesia, 2012 27 

10 Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi mengakses Twitter,

followers @EHIndonesia, 2012 28 

11 Jumlah dan persentase responden menurut durasi mengakses Twitter,

followers @EHIndonesia, 2012 29 

12 Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut jenis

kelamin, followers @EHIndonesia, 2012 30 

13 Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter terhadap jenis

kelamin, followers @EHIndonesia, 2012 31 

14 Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut usia responden, followers @EHIndonesia, 2012 31  15 Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut usia

responden, followers @EHIndonesia, 2012 32  16 Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tingkat

pendidikan, followers @EHIndonesia, 2012 33  17 Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tingkat

pendidikan, followers @EHIndonesia, 2012 34  18 Jumlah dan persentase frekuensi frekuensi mengakses Twitter menurut

jenis pekerjaan responden, followers @EHIndonesia, 2012 35  19 Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut jenis

pekerjaan, followers @EHIndonesia, 2012 36  20 Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tingkat

penerimaan, followers @EHIndonesia, 2012 37  21 Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tingkat

penerimaan, followers @EHIndonesia, 2012 37  22 Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tempat

tinggal, followers @EHIndonesia, 2012 39 

(12)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

24 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepemilikan alat TIK,

followers @EHIndonesia, 2012 41 

25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat melek teknologi,

followers @EHIndonesia, 2012 42 

26 Jumlah dan persentase kemudahan mengakses internet dengan intensitas mengakses Twitter, followers @EHIndonesia, 2012 43  27 Jumlah dan persentase responden menurut perubahan aspek kognitif,

followers @EHIndonesia, 2012 45 

28 Jumlah dan persentase responden menurut perubahan aspek afektif,

followers @EHIndonesia, 2012 46 

29 Jumlah dan persentase responden berdasarkan perubahan aspek behavioral, followers @EHIndonesia, 2012 47  30 Jumlah dan persentase responden menurut tindakan melakukan serta

melakukan dan mengajak gerakan Earth Hour 2012 47  31 Jumlah dan persentase aspek afektif berdasarkan aspek kognitif,

followers @EHIndonesia, 2012 48 

32 Jumlah dan persentase aspek behavioral berdasarkan aspek afektif,

followers @EHIndonesia, 2012 49 

33 Jumlah dan persentase aspek behavioral berdasarkan aspek kognitif

followers @EHIndonesia, 2012 49 

34 Jumlah dan persentase aspek kognitif menurut intensitas mengakses

Twitter, followers @EHIndonesia, 2012 50 

35 Jumlah dan persentase aspek afektif menurut intensitas mengakses

Twitter, followers @EHIndonesia, 2012 52 

36 Jumlah dan persentase aspek behavioral menurut intensitas mengakses

Twitter, followers @EHIndonesia, 2012 53 

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan

sosial 12 

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Strategi kampanye Earth Hour Indonesia 2012-2014 59  2 Dokumentasi kegiatan Earth Hour Indonesia 2012 59 

3 Statistik Akun Twitter @EHIndonesia 60 

4 Daftar responden menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan,

dan alamat 62 

5 Hasil analisis hubungan karakteristik responden dengan intensitas

mengakses Twitter 64 

6 Hasil analisis hubungan tingkat kemudahan mengakses internet

terhadap intensitas mengakses Twitter 68 

7 Hasil analisis hubungan kognitif, afektif, dan behavioral 68  8 Hasil analisis hubungan intensitas mengakses Twitter dengan efektivitas

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Bungin (2008), komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Adanya kemampuan media massa yang makin berkembang dan perkembangan khayalak yang semakin kritis, menyebabkan media massa bukan hanya sebagai sarana menyampaikan informasi tetapi juga digunakan untuk membangkitkan kesadaran dan kepedulian khalayak tentang satu isu yang sedang berkembang.

Salah satu hasil dari perkembangan teknologi informasi yang berdampak pada media massa adalah munculnya internet (media virtual). Perkembangan internet dinilai cukup pesat oleh berbagai pihak. Pengguna internet di Indonesia pun kian hari kian bertambah. Menurut riset MarkPlus Insight 2012, pertumbuhan penggunaan Internet di Indonesia terus meningkat. Pada akhir tahun 2012, pengguna Internet di Indonesia mencapai 61.08 juta orang atau sebesar 23.5% dari seluruh populasi Indonesia. Riset MarkPlus Insight juga menemukan bahwa 58 juta orang, atau sebesar 95% pengguna internet mengakses internet dari notebook,

netbook, tablet, dan perangkat seluler (Karimuddin 2012). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna internet, mengakses internet secara mobile.

Internet mengembangkan teknologi-teknologi cyber, salah satunya adalah situs jejaring sosial. Beberapa situs jejaring sosial yang populer antara lain adalah

Facebook, Twitter, Tumblr, dan Youtube. Berbeda dengan media massa lainnya, komunikasi yang dilakukan dengan internet bisa menjadi komunikasi dua arah karena khalayak bisa berinteraksi dengan berkomentar, bertanya, dan memberi saran pada situs-situs tertentu. Dengan demikian, adanya internet, khususnya situs jejaring sosial, semakin mempermudah dan mempercepat pertukaran informasi, termasuk pertukaran isu yang sedang berkembang. Hal ini yang menjadi salah faktor penyebab internet berkembang cukup pesat.

(16)

2

Melihat dari perkembangan zaman, gerakan sosial kini tidak hanya dapat dilakukan melaui aksi-aksi dan turun langsung ke jalan, tetapi juga dapat melalui media massa, khususnya situs jejaring sosial melalui internet. Jaringan yang terbentuk untuk melakukan gerakan sosial bukan hanya lewat jaringan di dunia nyata tetapi juga lewat dunia maya. Berawal dari dunia maya, masyarakat dapat merealisasikannya ke dunia nyata seperti pada anggota grup dukungan Bibit-Candra yang akhirnya melakukan aksi damai turun ke jalan pada Hari Anti Korupsi Sedunia. Contoh lain yang serupa adalah munculnya gerakan “Koin Cinta untuk Prita” sebagai bentuk protes masyarakat terhadap tuntutan RS OMNI Internasional kepada Prita Mulyasari atas milis tentang RS OMNI Internasional yang dibuatnya. Gerakan ini muncul dari sebuah grup Facebook yang menjaring lebih dari 19 000 partisipan (Heryanto 2009). Berkat adanya gerakan ini, Prita dapat menghadapi kasusnya karena banyak dukungan bahkan akhirnya memperoleh uang sekitar satu milyar rupiah dari “Koin Cinta untuk Prita”.

Melalui situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan website lainnya aktor-aktor gerakan sosial bisa lebih mudah mengajak khalayak untuk ikut terlibat dalam gerakan sosial tertentu untuk segala kalangan dan segala tempat di penjuru dunia. Kelompok-kelompok sosial dunia maya juga dapat dimanfaatkan untuk memudahkan proses pergerakan sosial. Kelompok sosial dunia maya yaitu kelompok yang terbentuk disasarkan pada kegemaran dan kebutuhan anggota masyarakat terhadap kelompok tersebut (Bungin 2008).

Salah satu situs jejaring sosial yang berkembang pesat saat ini adalah

Twitter. Pada tahun 2012, Indonesia menjadi negara dengan pengguna Twitter

terbanyak nomor lima di dunia dengan jumlah pengguna sebanyak 29 juta akun (Semiocast 2012). Bahkan, perkembangan user Twitter Indonesia berada di peringkat kedua setelah Amerika Serikat dengan peningkatan sebanyak 9 juta akun Twitter selama setahun. Twitter merupakan salah satu media yang membebaskan penggunanya untuk dapat berinteraksi dengan pengguna Twitter

lainnya dan dapat memperoleh informasi dari berbagai macam narasumber yang dapat memuaskan kebutuhan informasinya di manapun mereka berada. Pemegang akun Twitter memegang kendali atas alur informasi yang ingin diterima maupun yang diberikan dengan mem-follow akun-akun yang diinginkan.

Salah satu gerakan sosial yang memanfaatkan Twitter sebagai media sosialisasi dan kampanye adalah gerakan Earth Hour, yaitu gerakan mematikan listrik dan alat-alat elektronik lainnya selama satu jam. Earth Hour adalah salah satu gerakan yang banyak diselenggarakan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Konsep Earth Hour muncul pada tahun 2006 dan pertama kali diselenggarakan pada tanggal 31 Maret 2007 di Sidney, Australia. Di Indonesia,

(17)

3 Perumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana efektivitas situs jejaring sosial, khususnya Twitter sebagai media gerakan sosial. Gerakan sosial yang diangkat adalah Gerakan Earth Hour Indonesia 2012 yang telah sukses diselenggarakan pada 31 Maret 2012. Penelitian ini ingin melihat apakah kesuksesan gerakan

Earth Hour Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh adanya akun Twitter

@EHIndonesia sebagai salah satu media kampanye. Berdasarkan hal tersebut, perumusan masalah yang diangkat adalah:

1. Apa hubungan karakteristik pengguna Twitter dengan intensitasnya dalam mengakses akun Twitter @EHIndonesia?

2. Apa hubungan tingkat kemudahan mengakses internet dengan intensitas

followers @EHIndonesia dalam mengakses akun Twitter @EHIndonesia? 3. Apa hubungan intensitas mengakses akun Twitter dengan efektivitas Twitter

sebagai media untuk gerakan Earth Hour Indonesia dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan behavioral?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas Twitter sebagai media untuk gerakan Earth Hour Indonesia 2012. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis hubungan karakteristik pengguna Twitter dengan intensitasnya dalam mengakses akunTwitter @EHIndonesia.

2. Menganalisis hubungan tingkat kemudahan mengakses internet dengan intensitas followers @EHIndonesia mengakses akun Twitter @EHIndonesia. 3. Menganalisis hubungan intensitas mengakses akun Twitter dengan

efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan Earth Hour Indonesia dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan behavioral.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pihak yang berminat maupun pihak yang terkait dengan pemanfaatan Twitter sebagai media untuk gerakan sosial, khususnya kepada:

1. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai efektivitas situs jejaring sosial sebagai media untuk gerakan sosial. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur dan bahan acuan bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai efektivitas situs jejaring sosial sebagai media untuk gerakan sosial.

2. Pengerak sosial, khususnya WWF

(18)

4

3. Non akademisi dan masyarakat luas

(19)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Internet Sebagai Media Komunikasi Massa

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang digunakan secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula (Bungin 2008). Pesan yang disampaikan oleh media massa kepada khalayak berupa informasi massa. Menurut Bungin (2008), informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi secara pribadi. Sebagai media yang mencakup khalayak luas, media massa tentu saja memiliki peran, yaitu:

1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat (media edukasi), media massa menjadi media yang membuka pikiran dan mendidik masyarakat agar menjadi masyarakat yang maju.

2. Sebagai media informasi, yaitu setiap saat menyampaikan informasi dengan terbuka, jujur, dan benar kepada masyarakat agar masyarakat menjadi kaya dan terbuka akan informasi.

3. Sebagai media hiburan, bukan hanya menghibur, media massa juga menjadi

agent of change dalam institusi budaya dan katalisator pengembangan budaya.

Menurut Kitchin dalam Green dalam Bungin (2008), dunia maya dapat dikonstruksikan sebagai tiga domain yang berbeda, yaitu internet, intranet, dan realitas virtual. “Internet telah berkembang menjadi sebuah teknologi yang tidak saja mampu mentransmisikan berbagai informasi, namun juga telah mampu menciptakan dunia baru dalam realitas kehidupan manusia, yaitu sebuah realitas materialistis yang tercipta dalam dunia maya” (Bungin 2008). “Internet pada dasarnya merupakan sebuah jaringan antar-komputer yang saling berkaitan. Jaringan ini tersedia secara terus-menerus sebagai pesan-pesan elektronik, termasuk e-mail, transmisi file, dan komunikasi dua arah antar individu atau komputer” (Severin dan Tankard 2001). Menurut penelitian Sosiawan [tidak ada tahun], perbedaan karakteristik internet dibanding media komunikasi klasik dilihat dari sistem dan operasional sebagai alat maupun medium komunikasi adalah: 1. Perbedaan utama dan makro tersebut yaitu: internet adalah media berbasis

komputer.

2. Internet sebagai media komunikasi memiliki penawaran interaktif yang dinamis terhadap penggunanya/user.

3. Media internet mampu menjadi pusat informasi dan sumber informasi yang tidak terbatas.

4. Luas jangkauan dari media internet melintas antar benua, antar negara, serta antar budaya.

(20)

6

Komunitas Dunia Maya dan Situs Jejaring Sosial

Dunia maya adalah realita yang terhubung secara global, didukung komputer, berakses komputer, multidimensi, “artificial”, atau “virtual” (Gibson dalam Severin dan Tankard 2001). Severin dan Tankard (2001) mendeskripsikan komunitas maya sebagai komunitas-komunitas yang lebih banyak muncul di dunia komunikasi elektronik melalui internet daripada di dunia nyata. Menurut hasil penelitian Sosiawan [tidak ada tahun] internet memiliki dua fasilitas utama yang digunakan dalam berkomunikasi, yaitu sebagai alat penyampaian pesan dan penerimaan pesan. Fasilitas ini nampak pada e-mail yang memberikan pelayanan untuk dapat menghubungkan dua atau lebih peserta komunikasi melalui pesan yang dikirim secara elektronik. Pada fasilitas e-mail, internet menjadi perantara komunikasi melalui teks berformat surat antar dua orang (secara interpersonal).

Situs jejaring sosial didefinisikan sebagai “layanan berbasis web yang memungkinkan individu untuk: 1) membangun profil publik atau semi-publik dalam sebuah sistem yang dibatasi, 2) mengartikulasikan daftar pengguna lain dengan siapa mereka berbagi sambungan, dan 3) melihat dan menampilkan daftar-daftar koneksi dan dibuat oleh orang lain dalam sistem” (Boyd dan Ellison dalam Ginting 2010). Pernyataan Boyd dan Ellison pada poin satu didukung oleh hasil penelitian Kanto et al. (2011) yang menjelaskan bahwa perilaku remaja dalam jejaring sosial Facebook dan Twitter melalui internet dan telepon genggam yang utama adalah untuk kepentingan hubungan antar pribadi, yaitu menulis di wall, memperbaharui profil, menulis pesan, mem-posting foto baru, ataupun menandai foto. Pernyataan pada poin dua dan tiga didukung oleh penelitian Ellison et al.

(2007) yang menunjukkan bahwa teman-teman responden di Facebook rata-rata adalah teman sekelas, orang-orang yang tinggal di dekat mereka, atau orang-orang yang sering berinteraksi sosial secara langsung dan melibatkan orang-orang baru dan sebesar 97% mantan teman-teman sekolah tinggi responden telah melihat profil Facebook mereka, dan sebanyak 90% atau lebih juga melaporkan bahwa teman-teman lainnya serta orang-orang di kelas mereka telah melihat profil

Facebook-nya. Selain Facebook, terdapat situs-situs jejaring sosial lainnya yang populer di dunia, seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Situs jejaring sosial yang pertama muncul adalah classmates.com pada tahun 1995. Tahun 1997 menyusul situs-situs lain, yaitu sixdegrees.com, clao.com, dooyoo, dan tuluna. Namun, tiga jenis situs jejaring sosial yang paling populer di dunia sejak beberapa tahun yang lalu hingga tahun 2012 adalah Facebook, Twitter, dan LinkedIn (Tabel 1). Tidak berbeda jauh dengan dunia, di Indonesia situs jejaring sosial yang paling populer diantaranya Facebook. Twitter, dan Friendster. Menurut penelitian Zam (2009), Ginting (2010), dan Kanto et al. (2011) kebanyakan pengguna situs jejaring sosial, khususnya Friendster dan Facebook

(21)

7 Tabel 1 Logo dan nama situs jejaring sosial dengan jumlah pengguna terbanyak

di dunia, 2012a

Logo Jenis situs jejaring sosial Jumlah pengguna (juta jiwa)

Facebook 750

Twitter 250

LinkedIn 110

MySpace 71

Google Plus 66

a

Sumber: eBizMBA Rank 2012 (http://www.ebizmba.com/articles/social-networking-websites)

Berbeda dengan Facebook dan Friendster, Twitter memiliki keunikan tersendiri. Twitter merupakan situs jejaring sosial microblogging yang membatasi penggunanya untuk menulis apapun yang ada dipikirannya sebanyak 140 karakter. Oleh karena itu, Twitter disebut juga sebagai “SMS Internet”. Pengguna Twitter

dapat memperoleh informasi apapun yang diinginkan dengan mem-follow akun-akun Twitter yang diinginkan. Apabila pengguna Twitter tidak menginginkan infromasi dari akun tertentu yang di-follow, cukup dengan meng-unfollow akun

Twitter tersebut. Konsep “following” menentukan siapa yang dapat memberikan informasi kepada kita dan konsep “follower” menentukan siapa yang akan mendapat informasi dari kita (Nugraha 2010).

Twitter dibentuk pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan Williams. Awal mula dibentuk bernama “Twttr” kemudian pada akhir tahun 2006, berganti nama menjadi “Twitter” (Bennett 2012). Menurut penelitian Nugraha (2010), situs jejaring sosial Twitter, selain untuk berinteraksi dengan teman, juga dapat menjadi sarana citizen journalism, yaitu live report tentang peristiwa yang sedang berlangsung (dikenal dengan istilah live tweet). Hal ini karena Twitter

(22)

8

Terdapat 75 juta akun Twitter terbentuk dan tercatat secara resmi di dunia pada tahun 2010. Peningkatan terjadi pada tahun 2011, pengguna Twitter melesat sampai pada angka 200 juta pengguna terdaftar walaupun jumlah pengguna regulernya masih dalam perdebatan (Taufiqurrakhman 2011). Pada tahun 2012, terbentuk lebih dari 465 juta akun Twitter tersebar di seluruh dunia dengan sebelas akun Twitter terbentuk setiap detik (Bennet 2012). Jumlah 10 negara pengguna

Twitter terbesar di dunia tahun 2012 tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah pengguna dari 10 negara pengguna Twitter terbesar di dunia, 2012a

a

Sumber: Bennet 2012 (http://www.mediabistro.com/allTwitter/Twitter-statistics-2012_b18914)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Amerika merupakan negara yang mendominasi Twitter dengan total pengguna sebesar 107.7 juta jiwa. Namun, pertumbuhan yang cukup signifikan terjadi di beberapa negara seperti Jepang, Brazil dan Indonesia (Taufiqurrakhman 2011). Pesatnya perkembangan Twitter di Indonesia menjadi bukti bahwa Twitter menjadi media yang strategis untuk menyosialisasikan dan menggerakan massa dalam gerakan sosial. Kemudahan dan kelebihan Twitter dapat menarik perhatian pengguna internet untuk tergabung dengan Twitter. Empat faktor yang menjadi alasannya menurut Siregar (2012) yaitu: 

1. Keringkasan

Terbatasnya karakter yang dapat dipublikasikan melalui Twitter (140 karakter) membuat informasi lebih cepat disampaikan dan lebih mudah dipahami oleh pengguna lain.

2. Informasi bebas dan update

Pengguna Twitter dapat dengan bebas mempublikasikan informasi apapun yang terlintas di pikirannya. Selain itu, informasi yang paling update juga dapat ditemukan di Twitter dibandingkan dengan media lain karena kecepatan pengguna untuk mempublikasikan peristiwa yang terjadi di tempat kejadian tanpa harus ada wartawan atau jurnalis.

3. Komunitas terbuka

Hampir tidak ada batasan bagi pengguna Twitter untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan pengguna yang lain. Hal ini juga merupakan salah satu

Negara Pengguna Twitter (juta jiwa)

Amerika Serikat 107.7

Brazil 33.3 Jepang 29.9

Britania Raya 23.3

Indonesia 19.5

India 13

Meksiko 11

Filipina 8

Spanyol 8

(23)

9 alasan mengapa Twitter dijadikan salah satu media gerakan sosial untuk menjaring massa.

4. Jejaring sosial yang membangun gudang data

Berbagai informasi yang dipublikasikan melalui Twitter akan membentuk suatu pola yang juga menjadi informasi berbasis kekuatan massa yang menjelaskan minat dan tren.

Gerakan Sosial

Gerakan sosial menjadi salah satu topik yang banyak diperbincangkan. Di Indonesia sendiri, gerakan sosial merupakan salah satu cara ampuh untuk melakukan perubahan-perubahan tertentu. Menurut Sztompka (1993) ada beberapa alasan yang menyebabkan gerakan sosial menonjol pada masanya, yaitu: kepadatan penduduk yang menyebabkan meningkat peluang mobilisasi, rasa keterasingan yang memunculkan kerinduan terhadap sebuah komunitas dengan solidaritas dan kebersamaaan, meningkatnya ketimpangan sosial dan adanya transformasi demokratis sistem politik yang membuka peluang bagi tindakan kolektif, adanya keyakinan bahwa perubahan sosial dan kemajuan tergantung pada tindakan manusia, meningkatnya pendidikan, kemunculan dan menguatnya media massa yang sebagai instrumen yang sangat kuat untuk mengartikulasikan, membentuk, menyatukan keyakinan, merumuskan dan menyebarkan pesan ideologis, serta membentuk pendapat umum.

Menurut Blumer (1969) dalam Taib (2010), gerakan sosial merupakan gerakan bersama untuk menentukan suatu tatanan baru dalam kehidupan. Aberle (1996) dalam Taib (2010) menyatakan bahwa gerakan sosial adalah suatu usaha terorganisir oleh suatu kelompok manusia untuk menimbulkan perubahan di hadapan tekad manusia lainnya. Hal ini dibedakan dari usaha-usaha individu secara murni serta dibedakan pula dari aksi kerumunan. Sztompka (1993) menyatakan bahwa definisi gerakan sosial harus terdiri dari empat komponen, yaitu kolektivitas orang yang bertindak sama, tujuan bersama tindakannya adalah perubahan tertentu dalam masyarakat menurut cara yang sama, kolektivitasnya tersebar namun derajatnya lebih rendah daripada organisasi formal, dan tindakannya mempunyai derajat spontanitas daripada organisasi formal. Sementara menurut Eyerman dan Jamison dalam Sztompka (1993), gerakan sosial merupakan tidakan kolektif yang terorganisir dengan tujuan untuk menciptakan perubahan sosial atau mengungkapkan perasaan tidak puasnya secara kolektif di depan umum dan mengubah basis sosial dan politik yang dirasa tidak memuaskan. Jadi, gerakan sosial merupakan suatu tindakan kolektif yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang memiliki persamaan nasib dan terjadi karena ketidakpuasannya atas suatu hal dengan tujuan bersama yaitu menciptakan perubahan. Singh dalam Ngadiah (2003) dalam Taib (2010) mengemukakan tiga tipe gerakan sosial, yaitu tipe klasik, tipe neo-klasik, dan tipe gerakan sosial baru (new social movement).

Pada tahun 2009, seiring dengan berkembang pesatnya situs jejaring sosial di Indonesia, berkembang pesat pula aksi-aksi gerakan sosial melalui situs jejaring sosial khususnya Facebook. Salah satu gerakan yang memanfaatkan Facebook

(24)

10

RS OMNI Internasional karena mem-posting ceritanya tentang rumah sakit tersebut di sebuah mailing list (milis) e-mail yang membuahkan suatu grup “Dukungan bagi Ibu Prita Mulyasari, penulis surat keluhan melalui internet yang dipenjara”. Gerakan ini pun berlanjut ketika Prita divonis denda sebesar 204 juta rupiah yang membuahkan grup Facebook lain yaitu “Koin cinta untuk Prita”. Kehadiran grup ini mampu menggerakan hati khalayak untuk mendukung dan menyumbang, bahkan berkat adanya grup dukungan ini, RS OMNI Internasional mencabut gugatannya terhadap Prita Mulyasari.

Contoh lain dari gerakan sosial maya yang cukup spektakuler adalah kasus petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah dengan pihak Kepolisian Republik Indonesia (POLRI). Muncul grup-grup di Facebook yang menyatakan dukungannya terhadap kedua pimpinan KPK tersebut. Bahkan, tepat pada Hari Anti Korupsi Sedunia, anggota dari grup-grup tersebut melanjutkan aksinya di dunia nyata dengan turun ke jalan (aksi damai). Dalam kasus Bibit dan Chandra, gerakan para Facebookers telah mencapai tujuan awal yaitu membela Bibit dan Chandra dengan diturunkannya status deponeering atau surat mengesampingkan perkara kasus pada 24 Januari 2011 lalu. Semenjak dua gerakan yang cukup spektakuler tersebut, mulai bermunculan grup-grup lain di Facebook untuk melakukan gerakan sosial atas dasar solidaritas dan ketidakpuasan atas keputusan pemerintah.

Adanya grup-grup di Facebook dimanfaatkan oleh aktor-aktor penggerak untuk melaksanakan gerakan sosial. Lewat Facebook, orang yang tidak saling kenal bersatu-padu untuk melakukan usaha perubahan yang dinilai menyimpang. Sesuai dengan Teori “desa global” yang dikemukakan oleh Marshall McLuhan dalam Bungin (2008), kita sebenarnya hidup dalam suatu “desa global”. Pernyataan ini terkait pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Berangkat dari teori ini, menjadi suatu kemudahan bagi aktor-aktor penggerak untuk menggerakan khalayak dari golongan, kalangan, dan belahan dunia manapun melakukan gerakan sosial lewat situs jaringan sosial sehingga dapat lebih mudah dan lebih banyak menggalang khalayak untuk melakukan gerakan sosial. Kini, gerakan sosial tidak harus dilakukan secara tatap muka dan mengumpulkan khalayak di suatu tempat tertentu, tapi cukup dengan ‘mengajak’ khalayak pengguna situs jejaring sosial untuk ikut serta dalam gerakan sosial.

(25)

11 keberadaan grup itu sendiri (internal) dan juga mempengaruhi perkembangan kasus Bibit Chandra (eksternal) yang menjadi tujuan utama gerakan ini.

Contoh gerakan sosial lain yang menjaring khalayak melalui situs jejaring sosial adalah gerakan peduli lingkungan. Isu ini makin berkembang seiring dengan perubahan iklim yang mengancam kehidupan di Bumi. Salah satu cara untuk menghambat percepatan sumbernya adalah dengan mengajak setiap individu melakukan perubahan gaya hidup. Seiring dengan hal tersebut, muncul gerakan-gerakan sosial untuk menyelamatkan bumi. Salah satu contohnya adalah gerakan Earth Hour yang merupakan gerakan sosial dari World Wildlife Fund

(WWF), gerakan Earth Hour dilakukan dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak terpakai selama satu jam. Earth Hour pertama kali digagas pada tahun 2006 dan diselenggarakan pertama kali pada tahun 2007 di Sidney, Australia. Semenjak itu, Earth Hour diselenggarakan setiap hari Sabtu di minggu keempat bulan Maret setiap tahunnya. Pada tahun 2012, Earth Hour dilaksanakan pada 31 Maret dan diikuti oleh 148 negara di dunia. Di Indonesia sendiri, gerakan

Earth Hour diikuti oleh 26 kota dan berhasil menurunkan beban listrik nasional sebesar 526 MW (WWF-Indonesia 2012). Earth Hour melakukan kampanye pada berbagai media massa, termasuk melalui internet dengan website, dan situs jejaring sosial Facebook dan Twitter dengan akun Twitter yang bernama @EHIndonesia.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, karakteristik pengguna internet dan tingkat kemudahan khalayak mengakses internet diduga merupakan aspek yang berhubungan dengan efektivitas situs jejaring sosial, khususnya

Twitter. Karakteristik pengguna terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penerimaan, dan tempat tinggal. Dalam hal ini, karakteristik pengguna internet sama dengan karakteristik pengguna Twitter. Kemudahan khalayak mengakses internet ditentukan oleh indikator jenis fasilitas internet yang dimiliki dan tingkat pengetahuan khalayak tentang teknologi yang biasa disebut dengan istilah melek teknologi. Berdasarkan karakteristik pengguna internet dan kemudahan khalayak mengakses internet tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap intensitas khalayak mengakses Twitter yang mengusung gerakan sosial dan tingkat keterlibatan khalayak pada gerakan sosial yang diusung. Karakteristik pengguna dapat dikatakan sebagai ‘receiver’ atau penerima menurut model Berlo (1960), sedangkan Twitter yang mengusung gerakan sosial dapat dikatakan sebagai ‘channel’ atau media, dengan administratornya sebagai ‘source’ atau sumber (Berlo 1960). Intensitas keterlibatan dapat diukur dengan frekuensi followers mengakses Twitter yang mengusung gerakan sosial dan durasi followers mengakses Twitter yang mengusung gerakan sosial.

(26)

12

kognitif (pengetahuan pada sebuah objek), komponen afektif (perasaan terhadap sebuah objek), dan komponen behavioral (tindakan terhadap objek) (Rakhmat 2001). Perilaku atau tindakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu melakukan gerakan sosial dan/atau mengajak khalayak lain melakukan gerakan sosial. Semakin positif sikap followers terhadap gerakan sosial, maka semakin efektif pula penggunaan Twitter sebagai media gerakan sosial.

Gambar 1 Kerangka pemikiran efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan sosial. artinya berhubungan dengan

Hipotesis Penelitian

1. Karakteristik followers Twitter yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penerimaan, dan kota tinggal berhubungan dengan intensitasnya dalam mengakses Twitter @EHIndonesia. 2. Kemudahan dalam mengakses internet yang terdiri dari jenis fasilitas

internet dan tingkat melek teknologi yang dimiliki pengguna Twitter

mempengaruhi intensitasnya pada gerakan sosial melalui Twitter.

3. Semakin tinggi intensitas followers pada akun Twitter @EHIndonesia, maka akan semakin tinggi perilakunya dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan behavioralnya.

4. Semakin tinggi perilaku followers Twitter yang mengusung gerakan sosial, semakin efektif penggunaan Twitter sebagai media gerakan sosial.

Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan. Usia responden pada saat penelitian yang dihitung

Perilaku

1. Kognitif 2. Afektif 3. Behavioral

a. Melakukan b. Mengajak

Karakteristik followers

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Jenis pekerjaan 5. Tingkat penerimaan 6. Kota tinggal

Tingkat kemudahan mengakses internet

1. Jenis fasilitas internet yang dimiliki

2. Tingkat melek teknologi khalayak

Intensitas mengakses

(27)

13 dalam satuan tahun dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat. Berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang, rentang usia dibedakan atas: 1) remaja (skor 1) apabila usia responden 16-22 tahun; 2) dewasa muda (skor 2) apabila usia responden 23-30 tahun; dan 3) dewasa menengah (skor 3) apabila usia responden 31-50 tahun (Newman and Newman yang dikutip oleh Pannen dan Sadjati (2001)).

2. Jenis kelamin adalah identitas responden berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal. Jenis kelamin dibedakan atas: 1) laki-laki; dan 2) perempuan.

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani oleh responden. Berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata lapang, tingkat pendidikan dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila responden menempuh pendidikan hingga tamat SMP/sederajat; 2) sedang (skor 2) apabila responden menempuh pendidikan hingga tamat SMA/sederajat; dan 3) tinggi (skor 3) apabila responden menempuh pendidikan hingga tamat Perguruan Tinggi.

4. Jenis pekerjaan adalah kegiatan atau kesibukan utama yang dijalankan oleh responden saat ini untuk memperoleh nafkah atau pendapatan. Berdasarkan data yang didapatkan di lapang, jenis pekerjaan dibedakan atas: 1)

freelancer atau wiraswasta; 2) pelajar atau mahasiswa; dan 3) pegawai negeri atau pegawai swasta.

5. Tingkat penerimaan adalah penerimaan yang diperoleh responden setiap satu bulan, baik dari gaji hasil bekerja maupun uang kiriman orang tua, bagi pelajar atau mahasiswa. Tingkat penerimaan ditentukan berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang. Tingkat penerimaan dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila penerimaan kurang dari Rp 1 000 000; 2) sedang (skor 2) apabila penerimaan antara Rp 1 000 000 sampai Rp 4 000 000; dan 3) tinggi (skor 3) apabila penerimaan lebih dari Rp 4 000 000.

6. Tempat tinggal adalah provinsi atau pulau tempat responden berdomisili. Tempat tinggal ditentukan berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang. Tempat tinggal dibedakan atas: 1) Jakarta; 2) Jawa Barat; 3) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta; 3) Jawa Timur dan Bali; 5) Sumatera; 6) Kalimantan; dan 7) Sulawesi.

7. Tingkat kemudahan mengakses internet adalah kemudahan responden dalam menggunakan internet dilihat dari tingkat kepemilikan alat teknologi, komunikasi, dan informasi (TIK) dan tingkat melek teknologi yang dimiliki responden.

(28)

14

b. Tingkat melek teknologi adalah kemampuan responden dalam menguasai teknologi yang berkembang saat ini. Tingkat melek teknologi diukur berdasarkan aktivitas yang dilakukan ketika menggunakan internet, perangkat elektronik yang dimiliki, dan situs jejaring sosial lain yang dimiliki selain Twitter. Tingkat melek teknologi dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 7-10; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 11-14. 8. Intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran intens dari suatu kegiatan

(KBBI 2012). Intensitas diukur melalui frekuensi responden membuka

Twitter dan durasi (waktu) yang dibutuhkan sekali membuka Twitter. Frekuensi dibedakan atas tiga kategori, yaitu: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 3-5; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 6-8; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 9-11. Durasi dibedakan atas tiga kategori, yaitu: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh adalah 2; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 3-4; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 5-6. a. Frekuensi mengakses Twitter adalah tingkat keseringan responden

mengakses (membuka timeline, me-mention, dan me-retweet) Twitter

dalam satu minggu terakhir saat mengisi kuesioner.

b. Frekuensi mengakses Twitter @EHIndonesia adalah tingkat keseringan responden mengakses (membuka timeline, me-mention, dan

me-retweet) Twitter @EHIndonesia dalam satu minggu terakhir saat mengisi kuesioner.

c. Durasi mengakses Twitter adalah tingkat lamanya responden mengakses (melihat timeline, mem-post tweet, me-mention, dan

me-retweet) dalam sekali membuka Twitter.

d. Durasi mengakses Twitter @EHIndonesia adalah tingkat lamanya responden mengakes (melihat timeline, mem-post tweet, me-mention, dan me-retweet) dalam sekali membuka Twitter @EHindonesia.

9. Efektivitas Twitter @EHIndonesia dalam mengajak responden untuk ikut serta dalam gerakan Earth Hour Indonesia dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan aspek behavioral.

a. Aspek kognitif (pengetahuan) adalah kemampuan responden untuk memahami, mengingat, dan mendefinisikan mengenai informasi yang disampaikan melalui Twitter dan tingkat penambahan pemahaman maupun pengetahuan responden atas informasi yang diberikan melalui

Twitter. Pada aspek kognitif, diberikan 10 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1) salah; dan 2) benar dengan skor: 1) rendah apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 10-13; 2) sedang apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 14-16; dan 3) tinggi apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 17-20.

(29)

15 2) tidak setuju; 3) setuju; dan 4) sangat setuju dengan skor: 1) negatif apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 5-9; 2) netral apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 10-14; dan 3) positif apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 15-20.

c. Aspek behavioral (tindakan) adalah tindakan yang telah dilakukan responden terkait dengan gerakan Earth Hour 2012. Pada aspek behavioral, diberikan 15 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1) tidak; dan 2) ya dengan skor: 1) rendah apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 15-20; 2) sedang apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 21-25; dan 3) tinggi apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 26-30. Efektivitas Twitter sebagai media gerakan Earth Hour dikatakan:

1. Tinggi apabila aspek kognitif, afektif, dan behavioral berada dalam kategori tinggi.

2. Sedang apabila terdapat dua aspek perilaku yang berada dalam kategori tinggi.

3. Rendah apabila terdapat satu aspek perilaku yang berada dalam kategori tinggi.

(30)

16

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner elektronik yang disebarkan melalui Twitter dan beberapa kuesioner disebar melalui e-mail kepada followers akun Twitter @EHIndonesia. Hasil wawancara tersebut kemudian dikode, diolah melalui Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 dan dianalisis. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara semi terstruktur kepada responden dan informan untuk mengetahui informasi lebih dalam mengenai Gerakan Earth Hour Indonesia.

Lokasi dan Waktu

Gerakan sosial yang dipilih untuk penelitian ini adalah gerakan Earth Hour

Indonesia 2012 yang merupakan gerakan mematikan lampu dan alat-alat elektronik lainnya yang tidak terpakai selama satu jam. Gerakan ini dilaksanakan pada 31 Maret 2012 pukul 20.30 sampai pukul 21.30 waktu setempat. Gerakan

Earth Hour merupakan gerakan yang awalnya dicetuskan oleh organisasi World Wildife Fund (WWF). Kantor WWF Indonesia yang dipilih untuk penelitian adalah Kantor WWF Indonesia yang beralamat di Graha Simatupang Tower 2 Unit C, 7th-11th Floor Jalan LetJen TB. Simatupang Jakarta. Penelitian dilakukan secara online dengan menyebar kuesioner di Twitter. Wawancara semi terstruktur dilakukan melalui chatting dengan responden dan bertemu langsung dengan informan.

Gerakan Earth Hour Indonesia menggunakan berbagai media online untuk mengkampanyekan aksinya, salah satunya adalah melalui Twitter dengan akun @EHIndonesia. Pemilihan Earth Hour dilakukan secara sengaja (purposive). Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dipilihnya Earth Hour sebagai tempat penelitian adalah: 1) gerakan Earth Hour Indonesia memiliki akun Twitter yaitu @EHIndonesia yang digunakan untuk mengampanyekan sekaligus menarik dan mengajak khalayak untuk ikut serta pada gerakan Earth Hour sehingga sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti, dan 2) telah berhasilnya aksi

Earth Hour Indonesia direalisasikan setiap tahunnya pada setiap minggu keempat bulan Maret. Dengan pertimbangan tersebut diharapkan dapat diamati efektivitas dari akun Twitter @EHIndonesia sebagai media gerakan Earth Hour Indonesia.

Teknik Pengumpulan Data

(31)

17 adalah Campaign Coordinator Earth Hour Indonesia, administrator akun Twitter

@EHIndonesia, Coordinator Earth Hour Bogor, dan beberapa partisipan Earth Hour Indonesia. Populasi dari penelitian ini adalah followers dari akun Twitter

@EHIndonesia. Followers yang dapat menjadi responden adalah yang

mem-follow akun Twitter @EHIndonesia sebelum tanggal 31 Maret 2012 (terakhir kali

Earth Hour dilaksanakan). Followers yang memenuhi syarat didapatkan dengan memberikan screening question (pertanyaan saringan kepada calon responden) terlebih dahulu.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan didukung data-data kualitatif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Data sekunder, meliputi profil Earth Hour, jumlah followers @EHIndonesia per tanggal 31 Maret 2012, dan jumlah followers @EHIndonesia saat penelitian berlangsung.

2. Data primer, yang diperoleh dari survei responden dengan menggunakan kuesioner serta wawancara semi terstruktur dengan responden dan informan.

Penelitian dilaksanakan secara survidalam waktu enam bulan dengan menggunakan dua tahap penelitian. Pertama, kuesioner elektronik berupa link

dikirim kepada followers @EHIndonesia, kuesioner dikirim dengan cara mention follower yang dimaksud kemudian memberikan link kuesioner atau dengan mengirimkan link kuesioner melalui e-mail followers kemudian menunggu

followers yang merespon kuesioner. Tidak semua yang merespon kuesioner peneliti menjadi responden karena terdapat screening question pada kuesioner untuk menanyakan kapan calon responden mem-follow akun Twitter

@EHIndonesia, hanya yang mem-follow sebelum tanggal 31 Maret 2012 yang akan menjadi responden karena diasumsikan followers melihat kampanye Earth Hour Indonesia 2012 melalui Twitter pada saat itu. Link kuesioner dikirim kepada

followers @EHIndonesia yang saat penelitian berlangsung sedang aktif di Twitter

atau sedang muncul di timeline Twitter peneliti. Kedua, dilakukan wawancara semi terstruktur kepada informan dan responden. Wawancara dengan informan dilakukan melalui tatap muka. Wawancara dengan responden dilakukan melalui

chatting karena lokasi responden yang berjauhan. Wawancara dengan responden bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang alasan responden mengikuti atau tidak mengikuti gerakan Earth Hour dan apakah responden yang mengikuti gerakan Earth Hour salah satu alasannya adalah karena terpengaruh dengan

Twitter @EHIndonesia. Wawancara dengan responden juga dilakukan apabila jawaban responden ternyata berbeda dengan maksud pertanyaan di kuesioner. Responden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun.

(32)

18

akun Twitter @EHIndonesia. Ketiga, kuesioner disebarkan secara elektronik sehingga responden yang mungkin bingung atau tidak mengerti pertanyaan kuesioner tidak dapat bertanya langsung sehingga beberapa jawaban kurang sesuai dengan maksud pertanyaan yang sebenarnya.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner dan pertanyaan semi terstruktur sebagai pedoman wawancara. Kuesioner yang menjadi acuan dibagi menjadi lima bagian. Pertama, berisi pertanyaan mengenai karakteristik individu atau karakteristik followers. Kedua, berisi pertanyaan mengenai tingkat kemudahan mengakses internet. Ketiga, berisi pertanyaan mengenai frekuensi mengakses Twitter. Keempat, berisi pertanyaan mengenai durasi mengakses Twitter. Kelima, berupa pernyataan responden mengenai aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek behavioralnya.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam kartu atau berkas data. Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang. Untuk penelitian ini, hasil jawaban kuesioner dari 122 orang responden yang diperoleh kemudian diolah. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu

pertama, memilah responden berdasarkan screening question, hanya yang

mem-follow @EHIndonesia sebelum 31 Maret 2012 yang menjadi responden penelitian kemudian diperoleh responden yang akan diolah hasil jawabannya sebanyak 80 orang responden (Lampiran 2). Kedua, memeriksa hasil jawaban responden. Jawaban responden yang kurang sesuai dengan maksud peneliti yang sebenarnya diberi tanda, kemudian peneliti menghubungi responden yang dimaksud melalui

e-mail atau chatting untuk melakukan wawancara lebih lanjut terkait kuesioner yang telah diisi. Ketiga, melakukan pengkodean data kemudian memasukkan data ke dalam Microsoft Excel 2007 sesuai dengan indikator dan variabelnya. Keempat, data hasil kuesioner terhadap responden kemudian dibuat tabel frekuensi dan tabel silangnya serta diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software Statistic Program for Social Science (SPSS) for Windowsversi 16.0. Analisis data meliputi:

1. Analisis χ2 (chi-square) untuk melihat hubungan dan keeratan hubungan dari data nominal dan ordinal, yaitu hubungan jenis kelamin dengan frekuensi dan durasi responden dalam mengakses Twitter, jenis pekerjaan dengan frekuensi dan durasi responden dalam mengakses Twitter, serta tempat tinggal dengan frekuensi dan durasi responden dalam mengakses Twitter.

(33)

19 mengakses Twitter dengan efektivitas Twitter sebagai media gerakan sosial dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan behavioral.

Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji korelasi Rank Spearman dan Chi-square adalah melalui nilai signifikansi atau propabilitas atau alpha (α) yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0.05). Artinya, hasil penelitian mempunyai tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan sebesar 5%. Penyimpulan hasil penelitian dirumuskan sebagai berikut:

H0 adalah kebalikan dari pernyataan hipotesis yang akan diuji sedangkan H1 adalah pernyataan hipotesis yang akan diuji.

1. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0.05, maka H0 ditolak. Jadi, terdapat hubungan yang signifikan antar kedua variabel; dan

(34)

20

GAMBARAN UMUM

Bab ini memaparkan tentang gambaran umum Earth Hour Indonesia, yaitu sejarah gerakan Earth Hour, gerakan Earth Hour Indonesia, data-data terkait akun

Twitter @EHIndonesia, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Earth Hour Indonesia dan kota-kota yang berpartisipasi dalam gerakan ini. Bab ini juga memaparkan karakteristik responden penelitian.

Sejarah Earth Hour

Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman kehidupan di bumi yang paling signifikan. Salah satu cara menghambat percepatan sumber perubahan iklim adalah dengan mengajak masyarakat global mengubah gaya hidup. Salah satu cara mengubah gaya hidup yang paling murah dan paling sederhana adalah dengan hemat energi. WWF, dengan gerakan Earth Hour berusaha memberikan inisiatif mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk menerapkan gaya hidup hemat energi. Earth Hour merupakan salah satu gerakan sosial yang dirintis oleh organisasi konservasi terbesar di dunia, yaitu World Wildlife Fund (WWF). Pada tahun 2007, WWF-Australia terinspirasi oleh adanya gerakan peduli terhadap perubahan iklim yang dilakukan oleh sekelompok warga Sidney, Australia. Gerakan tersebut menunjukkan bahwa semua kalangan dari mulai anak-anak hingga dewasa memiliki kemampuan untuk mengubah bumi menjadi lebih baik. Terinspirasi dari gerakan tersebut, WWF-Australia, Fairfax Media, dan pemerintah Kota Sidney melakukan kampanye kolaborasi dengan tujuan mengurangi gas rumah kaca di Sidney. Hingga kini, gerakan yang melibatkan hampir seluruh lapisan masyarakat tersebut dikenal sebagai gerakan Earth Hour. Di Sidney, Australia, lebih dari 2.2 juta jiwa dan 2000 organisasi bisnis mematikan listrik mereka selama satu jam sebagai aksi melawan perubahan iklim yang terjadi di bumi. Tidak lama setelah itu, sebanyak 35 negara dan hampir 400 kota di dunia menjadi bagian dari gerakan Earth Hour

(WWF 2012).

(35)

21

Tabel 3 Beberapa indikator partisipan Earth Hour di dunia pada tahun 2008 sampai tahun 2011

Uraian Tahun

2008 2009 2010 2011

Negara yang

berkomitmen 35 88 128 135

Kota yang berkomitmen 37 4000 4616 5251

Ibukota Negara 20 28 56 80

Ikon Global 37 53 1573 1775

Partisipan 50 juta 1 milyar 1.5 milyar 1.8 milyar Komitmen Bisnis

Multinasional 18 25 66 116

Mitra Media 25 61 443 453

Sumber: Earth Hour Indonesia (http://www.earthhour.wwf.or.id)

Gerakan mematikan listrik ini menjadi salah satu kegiatan global yang rutin diselenggarakan tiap tahunnya. Earth Hour di seluruh dunia diselenggarakan setiap hari Sabtu terakhir di bulan Maret pada waktu malam hari selama satu jam. Walaupun hanya satu jam, gerakan ini memberikan perubahan besar bagi penghematan energi dan menjadi salah satu langkah awal untuk terus berkomitmen menekan perubahan iklim global. Target kampanye Earth Hour, yaitu untuk melanjutkan target efisiensi energi dan perubahan gaya hidup di kota-kota besar di dunia dengan konsumsi listrik tinggi dan berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi baru terbarukan yang lebih bersih dan berdampak minimal pada lingkungan, serta mengangkat dan memancing semangat kepemimpinan pemerintahan dan korporasi untuk secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan mereka. Target Earth Hour adalah mencapai partisipan lebih dari satu milyar orang di seluruh dunia di lebih dari 5000 kota, melibatkan komunitas-komunitas di lebih dari 6000 kota kecil dan kotamadya serta bekerjasama dengan banyak massa, mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih ramah lingkungan, serta memberikan mandat dari total dukungan yang terkumpul kepada para pemimpin dunia sehingga dapat membuat perubahan yang berarti.

Pada tahun 2012, Earth Hour diselenggarakan pada 31 Maret 2012 pukul 20.30 sampai pukul 21.30, jutaan orang dari 152 negara dengan lebih dari 7000 kota mematikan listrik selama satu jam (WWF 2012). Kesuksesan Earth Hour ini tidak lepas dari kampanye, baik kampanye online dan offline. Kampanye offline

yang dilakukan Earth Hour diantaranya turun ke jalan saat “car free-day” dan melakukan aksi Earth Hour bersama-sama dengan lilin sebagai penerang. Kampanye online yang dilakukan Earth Hour adalah melalui situs jejaring sosial sehingga Earth Hour terhubung dengan komunitas global yang berkomitmen tinggi untuk melakukan perubahan demi keberlanjutan bumi. Kampanye online

yang dilakukan Earth Hour diantaranya melalui media sosial Facebook, YouTube,

[image:35.595.112.516.146.310.2]
(36)

22

Keberhasilan kampanye ini diharapkan dapat diadopsi oleh masyarakat, komunitas, bisnis, serta pemerintah lain di seluruh dunia sehingga seluruh warga dunia dapat menunjukkan bahwa sebuah aksi individu yang sederhana sekalipun bila dilakukan secara massal akan membuat kehidupan di Bumi menjadi lebih baik (WWF 2012).

Earth Hour Indonesia dan Akun Twitter @EHIndonesia

Gerakan Earth Hour Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 2009. Gerakan ini diselenggarakan di Indonesia karena melihat isu-isu perubahan iklim yang merupakan salah satu ancaman kehidupan bumi yang paling signifikan dan melihat keberhasilan gerakan Earth Hour di negara-negara lain di seluruh dunia yang membawa perubahan ketika Earth Hour berlangsung dan pasca Earth Hour. Earth Hour Indonesia merupakan salah satu solusi yaitu dengan melakukan aksi kecil yang membawa perubahan besar untuk keberlanjutan bumi.

Berdasarkan kondisi konsumsi listrik di Indonesia yang masih memperlihatkan pola penggunaan yang boros, maka WWF-Indonesia berkomitmen untuk tetap mengusung kampanye ini hingga 2014 untuk membangun kesadaran dan pengetahuan sehingga publik Indonesia, terutama di kota-kota besar di Jawa – Bali (WWF-Indonesia 2012).

Pada tahun 2009, Earth Hour Indonesia hanya dilaksanakan di Jakarta sebagai ikon kota pelaksana Earth Hour. Namun pada tahun 2010 Earth Hour

Indonesia berhasil menjadi kampanye terbesar di Asia Tenggara dengan tiga ikon kota pelaksana, yaitu Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Sementara pada tahun 2011 Earth Hour Indonesia diselenggarakan untuk yang ketiga kalinya dan menjadi kampanye online ketiga terbesar di dunia setelah Brasil dan Amerika. Keberhasilan Earth Hour Indonesia salah satunya karena didukung oleh media kampanye yang efektif.

Media kampanye Earth Hour Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu kampanye offline dan kampanye online. Tidak jauh berbeda dengan Earth Hour

dunia, media kampanye online Earth Hour Indonesia diantaranya melalui Twitter,

Facebook, dan YouTube. Salah satu alasan Earth Hour Indonesia melakukan kampanye online adalah pesatnya perkembangan media sosial di Indonesia.

Campaign CoordinatorEarth Hour Indonesia, Verena Puspawardani menjelaskan bahwa media sosial dinilai sangat efektif untuk menjaring massa dan mengampanyekan Earth Hour. Media kampanye online merupakan penguat kampanye offline yang dilakukan oleh Earth Hour Indonesia.

(37)

23 Akun Twitter @EHIndonesia dibentuk setahun setelah Earth Hour

Indonesia yang pertama diselenggarakan, tepatnya pada 10 Februari 2010. Pada saat Earth Hour 2012 diselenggarakan, jumlah followers @EHIndonesia sebanyak 6398 followers. Pasca Earth Hour 2012, jumlah followers @EHIndonesia meningkat pesat, yaitu mencapai angka 19149 pada 19 Desember 2012 (Socialbakers 2012). Rata-rata jumlah tweet yang di-post oleh akun ini sebanyak 16 tweet per hari dengan 360 retweets per 100 tweet, dan 16 replies per 100 tweet. Sebanyak 86% dari followers-nya berasal dari Indonesia dan sebanyak 14% sisanya berasal dari mancanegara (Socialbaker 2012). Hal ini menunjukkan bahwa jejaring yang dibangun oleh akun Twitter @EHIndonesia sudah cukup luas sehingga tweet yang di-post oleh akun ini dapat dilihat bukan hanya oleh orang Indonesia.

Akun Twitter @EHIndonesia dipegang oleh tiga orang administrator yang bertugas mem-post tweet, membalas mention akun-akun lain, dan me-retweet

informasi-informasi yang relevan dengan Earth Hour. Untuk memperluas jejaring, beberapa kota besar di Indonesia juga memiliki akun TwitterEarth Hour

dan berkolaborasi dengan akun Twitter @EHIndonesia, diantaranya @EHAceh, @EHTangerang, @EHJakarta, @EHBogor, @EHbdg, @EHSemarang, @EHMalang, @EHJogja, @EHKediri, @EHSurabaya, @EHDenpasar, @EHSamarinda, @EHPontianak, @EHGorontalo, dan @EHMakassar.

[image:37.595.114.513.393.561.2]

Sumber: https://www.Twitter.com/EHIndonesia

Gambar 2 Timeline akun Twitter @EHIndonesia

Karakteristik Responden

(38)

24

(usia responden antara 18 sampai 30 tahun), dan dewasa sedang (usia responden lebih dari 30 tahun). Variabel tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah (kurang dari/sama dengan tamat SMP/sederajat), kategori sedang (tamat SMA/sederajat), dan kategori tinggi (tamat Perguruan Tinggi/sederajat). Sementara untuk variabel jenis pekerjaan dibagi menjadi dua tiga kategori, yaitu freelancer/wiraswasta, pelajar/mahasiswa, dan pegawai negeri/swasta. Penggolongan jenis pekerjaan didasarkan oleh jam kerja responden dan kemungkinan intensitasnya dalam mengakses Twitter. Variabel tingkat penerimaan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah (penerimaan kurang dari Rp 1 000 000), kategori sedang (penerimaan antara Rp 1 000 000 sampai Rp 4 000 000), dan kategori tinggi (penerimaan lebih besar dari Rp 4 000 000).

Jenis Kelamin

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 orang responden selama dua bulan penyebaran kuesioner menunjukkan bahwa responden penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin, followers

@EHIndonesia, 2012

Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 38 47.5

Perempuan 42 52.5

Jumlah 80 100.0

Tidak terdapat perbedaan yang terlalu jauh antara responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, yaitu sebesar 47.5% responden berjenis kelamin laki-laki dan sebesar 52.5% responden berjenis kelamin perempuan (Tabel 4). Responden didominasi oleh perempuan karena menurut data statistik yang diperoleh dari Socialbakers (2012), sebagian besar followers @EHIndonesia berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 67%.

Usia

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 orang responden diperoleh data bahwa responden berada pada rentang usia antara 16 sampai dengan 45 tahun. Persentase data responden menurut kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 5.

(39)

25 pengguna internet termasuk pengguna Twitter memang berada pada usia antara 15 sampai 30 tahun (Semiocast 2012).

Tabel 5 Jumlah dan persentase responden menurut kategori usia, followers

@EHIndonesia, 2012

Kategori usia Jumlah (orang) Persentase (%)

Remaja (16-22 tahun) 43 53.8

Dewasa Muda (23-30 tahun) 29 36.2

Dewasa Menengah (31-50 tahun) 8 10.0

Jumlah 80 100.0

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan followers Twitter @EHIndonesia dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu tamat SMP, tamat SMA, dan tamat perguruan tinggi. Tabel 6 menyajikan jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan, followers

@EHIndonesia, 2012

Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tamat SMA dengan persentase sebesar 56.2%. Responden yang tamat Perguruan Tinggi memiliki persentase sebesar 40%. Hanya sedikit responden yang tingkat pendidikannya tamat SMP, yaitu sebesar 3.8% (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

followers @EHIndonesia berada pada jenjang pendidikan yang sedang. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan rata-rata data di lapangan, jenis pekerjaan dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan perkiraan waktu luang yang dimiliki, yaitu freelancer

atau wiraswasta, pelajar atau mahasiswa, dan pegawai negeri atau swasta. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 orang responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jenis pekerjaan sebagai pelajar atau mahasiswa. Persentase data responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tamat SMP 3 3.8

Tamat SMA 45 56.2

Tamat Perguruan Tinggi 32 40.0

(40)

26

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan, followers

@EHIndonesia, 2012

Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden didominasi oleh pelajar atau mahasiswa, yaitu sebesar 58.8%. Hal ini menggambarkan bahwa

followers @EHIndonesia didominasi oleh orang-orang yang masih menempuh pendidikan, baik sekolah maupun perguruan tinggi. Responden yang didominasi pelajar atau mahasiswa salah satu penyebabnya adalah mayoritas rensponden berada pada rentang usia 16 sampai 22 tahun, usia remaja yang masih produktif untuk menempuh pendidikan di sekolah maupun perguruan tinggi.

Tingkat Penerimaan

Tingkat penerimaan dikategorikan berdasarkan rata-rata data di lapangan. Tingkat penerimaan dikatagorikan rendah apabila penerimaan responden kurang dari Rp 1 000 000, sedang apabila penerimaan responden berkisar antara Rp 1 000 000 sampai Rp 4 000 000, dan tinggi apabila penerimaan responden lebih dari Rp 4 000 000. Jumlah dan persentase responden menurut penerimaan, dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat penerimaan,

followers @EHIndonesia, 2012

Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat penerimaan responden mayoritas berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 58.8%. Sebesar 25% responden memiliki tingkat penerimaan yang rendah, dan sebesar 16.2% responden memiliki tingkat penerimaan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas followers @EHIndonesia memiliki tingkat penerimaan yang tergolong sedang, yaitu antara Rp 1 000 000 sampai dengan Rp 4 000 000. Hal ini sesuai dengan penelitian MarkPlus Insight yang menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna internet berada pada kalangan middle class (Karimuddin 2012).

Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Freelancer/Wiraswasta 5 6.2

Pelajar/Mahasiswa 47 58.8

Pegawai negeri/swasta 28 35.0

Jumlah 80 100.0

Tingkat penerimaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah 20 25

Sedang 47 58.8

Tinggi 13 16.2

(

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan
Tabel 3  Beberapa indikator partisipan Earth Hour di dunia pada tahun 2008
Gambar 2 Timeline akun Twitter @EHIndonesia
Tabel 9  Jumlah dan persentase responden menurut tempat tinggal, followers@EHIndonesia, 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan pendekatan permainan keterampilan gerak terpilih dan membandingkan pendekatan permainan keterampilan

Persoalan yang terkait dengan sains dan teknologi akan dihadapi setiap individu pada level personal, komunitas, nasional bahkan global (OECD, 2009). Selanjutnya

Tujuan dari penelitian ini ialah meningkatkan efektivitas Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan dengan menggunakan Metode SAS pada kelas l sekolah

Variasi kondisi optimum ini menunjukkan bahwa pengikatan ion logam Cr sangat efektif pada suasana asam, kecepatan pengadukan yang rendah menyebabkan kurang

(4) Buku teks pelajaran kimia sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah (MA), sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini, memenuhi syarat kelayakan

Bila nilai intrinsik saham lebih rendah dibandingkan dengan harga pasarnya, maka saham tergolong overvalued sehingga saham tersebut sebaiknya tidak dibeli dan

Kemudian dari peta lokasi tempat sampah tersebut kita memebentuk sebuah graf dengan memandang tempat sampah sebagai simpul dan jalur yang dilalui dari suatu tempat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, Laporan Akhir yang berjudul “Strategi E-Commerce Terhadap Tingkat Hunian