• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Kecukupan Energi, Protein dan Zat Gizi Mikro Keluarga pada Pemukiman Kumuh Di Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Kecukupan Energi, Protein dan Zat Gizi Mikro Keluarga pada Pemukiman Kumuh Di Jakarta Selatan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU GIZI IBU DENGAN KECUKUPAN

ENERGI, PROTEIN, DAN ZAT GIZI MIKRO KELUARGA

PADA PEMUKIMAN KUMUH DI JAKARTA SELATAN

EVI ASTUTI WIDYA SARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Kecukupan Energi, Protein, dan Zat Gizi Mikro Keluarga pada Pemukiman Kumuh di Jakarta Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

Evi Astuti Widya Sari. Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Kecukupan Energi, Protein, dan Zat Gizi Mikro Keluarga pada Pemukiman Kumuh di Jakarta Selatan. Dibimbing oleh Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc dan Yayat Heryatno, SP MPS.

Ibu merupakan penentu dan pengatur kebiasaan makan keluarganya. Oleh karena itu, pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku gizi ibu dengan kecukupan zat gizi keluarganya pada pemukiman kumuh di Jakarta Selatan. Sampel pada penelitian ini adalah keluarga dan ibu sebagai unit analisis. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara kepada unit analisis. Pengetahuan dan sikap ibu tegolong baik, namun praktiknya sebagia besar hanya tergolong sedang. Secara keseluruhan, kecukupan energi keluarga masih tergolong defisit, namun kecukupan protein tergolong cukup. Kecukupan fosfor, vitamin A, dan vitamin B sudah cukup. Sementara itu, kecukupan kalsium, zat besi, dan vitamin C masih tergolong kurang. Hasil uji regresi stepwise menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu tidak berpengaruh terhadap kecukupan zat gizi keluarga yang tinggal di area kumuh di Jakarta Selatan. Kata kunci: perilaku gizi, kecukupan gizi, pemukiman kumuh

ABSTRACT

Evi Astuti Widya Sari. Association between maternal nutritional behaviour with famili’s adequacy of energy, protein, and micronutrients in slums at South Jakarta. Supervised by Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc and Yayat Heryatno, SP MPS.

Determinant and regulator of family eating habit is a mother. Therefore, knowledge, attitudes, and practices of maternal nutrition essentially to be considered and improved. The purpose of this study was to determine the relationship between maternal nutritional behaviour with famili’s nutrient adequacy in slums at South Jakarta. The samples in this study were family and mother as the unit of analysis. The research was conducted by interviewing the unit of analysis. Mothers in this study has good knowledge and attitudes of nutrition, but their practises of nutrition was moderate. Over all, energy adequacy of family was still deficit, but protein adequacy was enough. Adequacy of vitamin A, vitamin B, and phospor were adequate, but calcium, iron, and vitamin C were deficit. Stepwise regression results indicate that maternal nutrition knowledge, attitude, and practice does not affect the nutritional adequacy of family who lived in slum at South Jakarta.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN PERILAKU GIZI IBU DENGAN KECUKUPAN

ENERGI, PROTEIN, DAN ZAT GIZI MIKRO KELUARGA

PADA PEMUKIMAN KUMUH DI JAKARTA SELATAN

EVI ASTUTI WIDYA SARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Kecukupan Energi, Protein dan Zat Gizi Mikro Keluarga pada Pemukiman Kumuh Di Jakarta Selatan

Nama : Evi Astuti Widya Sari NIM : I14090119

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc Pembimbing I

Yayat Heryatno, SP MPS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Tema dalam karya ilmiah ini adalah perilaku gizi ibu dan kecukupan zat gizi keluarga, dengan judul Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Kecukupan Energi, Protein, dan Zat Gizi Mikro Keluarga pada Pemukiman Kumuh di Jakarta Selatan.

Terima kasih Saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc selaku pembimbing skripsi pertama, Bapak Yayat Heryatno, SP MPS selaku pembimbing skripsi kedua dan Bapak Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS selaku penguji. Saya ucapkan terima kasih kepada Prof Ali Khomsan, Netty Hernawati, Rian Diana yang telah banyak memberi masukan, serta mahasiswa GM 46 khususnya Mustofa K, Wardani RK, Rachmat, Pratiwi CU, Naingolan WA, Ambarita EM, Lativa, Tofani SY, dan Wang A yang telah banyak membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. Serta kepada Pramono AJ (ayah), Rejeki S (ibu), dan Pramono D (adik) atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Umum 2

Tujuan Khusus 2

Hipotesis 2

Manfaat penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain, Tempat, dan Waktu 4

Jumlah dan Teknik Penarikan Sampel 5

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Keadaan Umum Wilayah 9

Karakteristik Keluarga 9

Perilaku Gizi Ibu 12

Pola Konsumsi Pangan Keluarga 15

Kecukupan Zat Gizi Keluarga 18

Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Kecukupan Zat Gizi Keluarga 19

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 27

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

1 Data primer dan teknik pengumpulannya 6

2 Pengelompokan dan analisis data 7

3 Deskriptif statistik karakteristik keluarga 10 4 Sebaran Ibu berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan 10 5 Sebaran karakteristik berdasarkan besar dan pendapatan keluarga 11 6 Deskriptif statistik skor perilaku gizi ibu 12

7 Sebaran ibu berdasarkan perilaku gizi 12

8 Sebaran ibu yang menjawab benar pertanyaan pengetahuan gizi 13

9 Sebaran ibu berdasarkan sikap gizi baik 14

10 Sebaran ibu berdasarkan praktik gizi yang baik 14 11 Pola konsumsi pangan menurut kelompok sumber zat gizi utama 15 12 Frekuensi konsumsi pangan keluarga (kali/minggu) 17 13 Deskriptif statistik konsumsi dan tingkat kecukupan gizi 18 14 Sebaran keluarga berdasarkan kecukupan energi dan protein 18 15 Sebaran keluarga berdasarkan kecukupan mineral 19 16 Sebaran keluarga berdasarkan kecukupan vitamin 19 17 Sebaran ibu berdasarkan kecukupan energi dan protein dan

perilaku gizi 20

18 Sebaran ibu berdasarkan kecukupan mineral dan perilaku gizi 21 19 Sebaran ibu berdasarkan kecukupan vitamin dan perilaku gizi 22

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 4

DAFTAR LAMPIRAN

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan merupakan permasalahan yang biasanya menjadi prioritas masalah di negara berkembang. Sebagai negara berkembang, Indonesia juga merupakan negara yang mempunyai permasalahan kemiskinan. Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pendapatan per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang (12,49 %) (BPS 2011). BPS (2011) menyatakan bahwa pulau Jawa merupakan wilayah di Indonesia yang menyumbang tingkat kemiskinan paling tinggi diantara pulau yang lain. Jakarta sebagai ibu kota negara ikut menyumbang kemiskinan terbesar bila dibandingkan dengan kota besar yang lainnya. Hal ini terbukti dari data Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Permukiman, Sub Direktorat Kawasan Metropolitan tahun 2008 yang mencantumkan bahwa Jakarta merupakan kota di Indonesia yang mempunyai luas wilayah kumuh terluas dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan kota lainnya.

Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan pusat perputaran uang terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang berurbanisasi ke Jakarta untuk mengadu nasib. Populasi penduduk yang semakin bertambah tanpa diimbangi perluasan wilayah mengakibatkan menumpuknya masyarakat-masyarakat kalangan menengah ke bawah yang tersingkir karena tidak mampu membeli atau menyewa rumah di pusat-pusat kota. Masyarakat yang tersingkir tersebut mulai membuat tempat tinggalnya di daerah-daerah bantaran rel maupun bantaran sungai. Semakin bertumpuknya warga yang tinggal di daerah tersebut tanpa adanya sanitasi yang memadai membuat daerah terebut menjadi daerah kumuh (slum area).

Masyarakat yang tinggal di daerah kumuh biasanya mempunyai resiko kekurangan asupan zat gizi. Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Keterbatasan dalam penemuhan kebutuhan makan dapat juga menyebabkan kekurangan atau defisiensi zat gizi mikro. Hal ini dapat menyebabkan berbagai dampak negatif pada kesehatan (Azwar 2004). Ibu sebagai pengatur pola makan keluarga berperan penting penuntasan kerawanan pangan ini. Pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu penting untuk diperhatikan karena berpengaruh terhadap pemilihan pembelian makanan yang berdampak pada konsumsi keluarga.

(18)

2

data dan informasi secara periodik dibutuhkan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi. Oleh karena itu, diperlukan dukungan data dan informasi tentang studi hubungan perilaku gizi ibu dengan kecukupan energi, protein dan zat gizi mikro keluarga pada pemukiman kumuh. Sebagai data acuan dalam perencanaan program-program pemerintah.

Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan perilaku gizi ibu dengan kecukupan konsumsi energi, protein, dan zat gizi mikro keluarga pada pemukiman kumuh di Jakarta Selatan

Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1. Mengkaji karakteristik sosial ekonomi keluarga (besar keluarga, usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga)

2. Mengkaji perilaku (pengetahuan, sikap, dan praktik) gizi ibu 3. Mengkaji pola konsumsi pangan keluarga

4. Mengkaji kecukupan konsumsi gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, zat besi, fosfor, dan kalsium) keluarga

5. Menganalisis hubungan perilaku gizi ibu dengan kecukupan konsumsi gizi keluarga

Hipotesis

Terdapat hubungan positif antara pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu dengan kecukupan konsumsi energi, protein, serta zat gizi mikro keluarga pada pemukiman kumuh di Jakarta Selatan.

Manfaat Penelitian

(19)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Kebutuhan zat gizi manusia dapat dicukupi dengan mengkonsumsi makanan. Makanan yang biasa dikonsumsi oleh seseorang biasanya bergantung dengan ketersediaan pangan di keluarga. Seseorang yang tergabung dalam keluarga akan mengkonsumsi makanan yang hampir seragam dengan anggota keluarga lainnya. Karakteristik keluarga akan mempengaruhi pola pangan keluarga tersebut. Keluarga yang tergolong keluarga besar akan membuat konsumsi pangan setiap anggotanya menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai jumlah anggota keluarga lebih sedikit. Pendapatan keluarga yang tinggi berarti mempunyai kemampuan untuk membeli makanan dalam jumlah yang lebih banyak sehinga makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga juga dapat lebih banyak dan beragam.

Semakin tinggi tingkat konsumsi pangan keluarga, akan membuat tingkat pemenuhan energi dan protein (AKE dan AKP) serta zat gizi lainnya keluarga menjadi tinggi. Selain kecukupan energi dan protein, kecukupan zat gizi mikro juga penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemeliharaan kesehatan. Kecukupan zat gizi ini dapat dilihat dari konsumsi makan. Konsumsi makan keluarga dipengaruhi ibu. Ibu menjadi pilar penting dalam keluarga karena merupakan orang yang biasanya menyediakan, memasak, dan mengatur ketersediaan makanan keluarga.

(20)

4

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Keterangan :

Variabel yang diteliti Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak diteliti

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian gabungan yang dilakukan oleh Departemen Gizi Masyarakat dan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor yang berjudul “Study of Food Access, Food Hygiene, Environmental Sanitation, And Coping Mechanism of Households at Slum Areas”. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study karena pengambilan data dan observasi serta menganalisis suatu keadaan dalam suatu saat tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan adanya daerah pemukiman kumuh di wilayah tersebut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2012.

Jumlah dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di daerah pemukinan kumuh. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling Without Replacement (SRSWOR). Besar sampel diperoleh dengan menggunakan formula (Cochran 1982) sebagai beikut :

1. Besar Keluarga 2. Usia Ibu 3. Pendidikan Ibu 4. Pekerjaan Ibu 5. Pendapatan Keluarga

Pengetahuan Gizi Ibu Sikap Gizi Ibu Praktik Gizi Ibu

Pola Konsumsi Pangan

(21)

5

N = ukuran populasi rumah tangga

s2 = ragam pendapatan rumah tangga (rupiah/kapita/bulan) tα/2 (v) = nilai peubah acak t-student, sehingga : P( t > tα/2 (v)) = α; v = derajat bebas dari t

d = akurasi parameter rata-rata pendapatan dengn rata-rata pendapatan rumah tangga di daerah kumuh, sehingga x- | < d

x = rata-rata pendapatan contoh rumah tangga di daerah kumuh = rata-rata pendapatan populasi rumah tangga di daerah kumuh Dari penelitian Patriasih et al. (2009) diketahui bahwa standar deviasi pendapatan rumah tangga yang memiliki anak jalanan di Bandung, Jawa Barat adalah Rp 103 244 per kapita/bulan. Hal tersebut diasumsikan bahwa pendapatan rumah tangga di daerah kumuh dapat diketahui melalui pendekatan pendapatan rumah tangga yang memiliki anak jalanan. Nilai standar deviasi digunakan untuk mendekati nilai s pada formula di atas sehingga s = 103 244. Nilai akurasi ditetapkan d = 20265 (perbedaan maksimum antara rata-rata pendapatan contoh dengan populasinya), dengan jaminan sebesar 95% atau P (|x - |<d) = 1 - = 0,95 atau = 0.05.

Terdapat kriteria inklusi dan ekslusi dalam penelitian ini. Kriteria inklusi adalah keluarga yang tingggal di daerah kumuh dalam area penelitian. Kriteria ekslusi adalah keluarga yang tidak mempunyai ibu. Setelah dilakukan cleaning data, didapatkan besar sampel dalam penelitian ini adalah 69 keluarga.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

(22)

6

ibu, (2) data pendapatan keluarga, (3) data konsumsi pangan yaitu recall 1x24 jam selama 2 hari dan food frequency dalam setahun terakhir, (4) pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu. Sedangkan data sekunder meliputi data keadaan umum daerah penelitian. Rincian jenis dan teknik pengumpulan data digambarkan pada tabel berikut ini

Tabel 1 Data primer dan teknik pengumpulannya

No Data Variabel Pengumpulan

1 Karakteristik 2 Perilaku gizi ibu Pengetahuan gizi ibu

Sikap gizi ibu

Repeated 24 hours food recall Food Frequency Quesioner

Wawancara menggunakan

kuesioner Survei konsumsi pangan yang digunakan dalam penelitian ini termasuk studi retrospektif. Penelitian ini menggunakan repeated 24 hours food recall dan food frequency questionnaires . Kelebihan metode ini waktu pelaksanaannya cepat, mengukur rata-rata populasi, respon unit analisis baik, mudah dilakukan, dan beban unit analisis rendah. Sedangkan kekurangannya adalah perlu alat bantu timbangan, mengandalkan ingatan, dan perlu tenaga ahli (Widajanti 2009).

Pengumpulan data sekunder seperti keadaan umum daerah penelitian, geografi, demografi wilayah dilakukan dengan mengambil data dari Badan Pusat Statistik serta Website resmi Pemerintah Kota Jakarta Selatan.

Pengolahan dan Analisis Data

(23)

7 Tabel 2 Pengelompokan dan analisis data

Variabel Pengelompokan Analisis Data Acuan

Besar keluarga

Deskriptif Papalia & Old 2001

Data konsumsi pangan akan dihitung kandungan gizinya dan tingkat kecukupannya dalam sehari. Kandungan zat gizi pangan dihitung dengan menggunakan acuan DKBM. Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan gizi adalah (Hardinsyah et al. 2002):

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan :

KGij : jumlah zat gizi i dari setiap jenis pangan j Bj : berat pangan j (gram)

Gij : kandungan zat gizi i dari pangan j

(24)

8

Sedangkan tingkat kecukupan zat gizi diolah menggunakan acuan AKG 2004. Tingkat kecukupan zat gizi dapat dihitung menggunakan rumus (Hardinsyah dkk 2002):

TKGi = (TKi/AKGi) x 100% Keterangan :

TKGi : Kecukupan Gizi i TKi : Konsumsi gizi i

AKGi : Angka Kecukupan gizi i yang dianjurkan

Data kecukupan zat gizi dianalisis regresi stepwise terhadap pegetahuan, sikap, dan perilaku gizi. Daerah ini umumnya dihuni oleh orang yang memiliki penghasilan sangat rendah, terbelakang, pendidikan rendah, dan lain sebagainya. Di Jakarta dan sekitarnya banyak terdapat daerah kumuh baik di tengah maupun pinggiran kota

Keluarga adalah kelompok individu, biasanya didasarkan pada hubungan kekeluargaan yang hidup bersama dalam satu atap yang sama dan menggunakan sumber daya yang sama dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya

Besar Keluarga adalah jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah dan bersama pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga dan digunakan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga Usia ibu adalah lamanya hidup ibu dalam tahun

Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh ibu

Pekerjaan ibu adalah mata pencaharian utama yang dilakukan oleh ibu untuk memenuhi kebutuhan hidup

Kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang untuk kelangsungan hidup sehat

Pengetahuan gizi ibu adalah kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan tentang gizi yang diajukan dalam kuesioner

Sikap gizi adalah kecenderungan ibu dalam menyikapi pertanyaan tentang gizi yang diajukan dalam kuesioner

Praktik gizi ibu adalah perbuatan ibu dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan anjuran gizi yang baik yang terdapat pada kuesioner

(25)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Wilayah

Jakarta Selatan merupakan wilayah yang tergabung dalam pemerintahan DKI Jakarta. Jakarta Selatan memiliki 10 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 145.73 Km2, jumlah penduduk 1 893 705 jiwa, dan kepadatan penduduk 12 994.61 jiwa/Km2. Kecamatan terpadat adalah Tebet dengan jumlah penduduk 221 421 jiwa, luas wilayah 9.53 Km2, dan kepadatan penduduk 23 234.10 jiwa/Km2 (Pemkot Jaksel 2012). Berdasarkan letak geografisnya, Jakarta Selatan berada pada 106’22’42 Bujur Timur sampai 106’58’18 Bujur Timur dan 5’19’12 Lintang Selatan. Berbatasan sebelah utara degan Banjir Kanal, Jl. Jendral Sudirman, Kecamatan Tanah Abang, Jl. Kebayoran Lama, dan Kebun Jeruk. Berbatasan sebelah timur dengan Sungai Ciliwung, sebelah selatan dengan Pemkot Depok, dan sebelah barat dengan Kecamatan Ciledug dan Pemkot Tangerang. Topografi Jakarta Selatan menunjukkan bahwa daerah ini merupakan perbukitan rendah dengan kemiringan 0.25%. Ketinggian tanah Jakarta Selatan 5-50 m di atas permukaan air laut. Jakarta Selatan memiliki suhu rata-rata per tahun 27ºC dan kelembaban 80% sampai 90% (Pemkot Jakarta Selatan 2012).

Kecamatan yang dijadikan tempat penelitian dalam penelitian ini adalah Tebet. Pemilihan ini dilakukan secara purposive karena merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk hampir dua kali lipat kepadatan wilayah Jakarta Selatan. Selain itu, terdapat kawasan kumuh di sekitar Sungai Ciliwung yang selama ini merupakan menjadi permasalahan ibu kota. Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya (Kurniasih 2007).

Karakteristik Keluarga

(26)

10

Tabel 3 Deskriptif statistik karakteristik keluarga

Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviasi

Jumlah Keluarga (orang) 1 7 3.8 1.3

Usia Ibu (tahun) 18 80 35.5 13.0

Lama Sekolah Ibu (tahun) 0 16 8.2 3.5

Pendapatan Perkapita (Rupiah) 149 063 2 557 292 713 127 483 541

Usia ibu dikategorikan dalam 4 kategori yaitu <20 tahun termasuk remaja, 20-40 tahun termasuk dewasa awal, 41-60 tahun termasuk dewasa madya, dan >60 tahun termasuk dewasa akhir. Rata-rata usia ibu pada penelitian ini adalah 35.5 yang termasuk golongan dewasa awal. Standar deviasinya cukup besar yaitu 13.0. Usia ibu termuda adalah 18 tahun dan tertua adalah 80 tahun. Berdasarkan Tabel 4 sebagian besar ibu termasuk golongan usia dewasa awal. Terdapat pula 2.9% ibu yang merupakan remaja.

Tabel 4 Sebaran Ibu berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan

No Karakteristik Jumlah

N %

1 Remaja 2 2.9

Dewasa awal 50 72.5

Dewasa madya 13 18.8

Dewasa akhir 4 5.8

Jumlah 69 100.0

2 Pendidikan Ibu

Perguruan Tinggi 1 1.4

SMA 21 30.4

SMP 21 30.4

SD 23 33.3

Tidak sekolah 3 4.3

Jumlah 69 100.0

3 Pekerjaan Ibu

Tidak Bekerja 42 60.8

Pedagang 13 18.8

Jasa 10 14.5

Buruh 3 4.3

Lainnya 1 1.4

Jumlah 69 100.0

(27)

11 penelitian ini. Sebagian besar tidak bekerja. Pekerjaan terbanyak adalah pedagang dan jasa.

Tabel 5 Sebaran karakteristik berdasarkan besar dan pendapatan keluarga

No Karakteristik Jumlah

n %

1 Besar Keluarga

Kecil 52 75.4

Sedang 17 24.6

Besar 0 0

Jumlah 69 100.0

2 Pendapatan Keluarga

Tidak miskin 52 75.4

Miskin 17 24.6

Jumlah 69 100.0

Pendapatan keluarga dikategorikan dalam miskin dan tidak miskin. Pengkategorian ini berdasarkan garis kemiskinan DKI Jakarta tahun 2012 yaitu Rp 392 571. Diketahui dari data pada Tabel 3 rata-rata pendapatan perkapita keluarga adalah Rp 713 127. Rata-rata ini berada di atas garis kemiskinan DKI Jakarta 2012 yang berarti bawa keluarga tidak tergolong miskin. Akan tetapi minimum pendapatan perkapita adalah Rp 149 063 (<GK DKI Jakarta 2012) yang berarti masih ada keluarga yang tergolong miskin. Berdasarkan data pada Tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar keluarga tergolong tidak miskin. Akan tetapi jika menggunakan acuan WHO yaitu 2 dollar perhari, maka 52.2% keluarga termasuk keluarga miskin.

Perilaku Gizi Ibu

(28)

12

Tabel 6 Deskriptif statistik skor perilaku gizi ibu

Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviasi

Pengetahuan Gizi 40 100 78.6 14.8

Sikap Gizi 55 100 81.2 10.4

Praktik Gizi 37 100 67.6 16.4

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian rata-rata sikap gizi ibu tergolong baik (81.2), pengetahuan dan praktik tergolong sedang (78.6 dan 67.6). Sedikit berbeda dengan data pada Tabel 6, Tabel 7 menunjukkan sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan gizi yang baik. Hal ini disebabkan terdapatnya ibu dengan pengetahuan gizi rendah (nilai minimum 40). Karenanya rata-rata skor pengetahuan gizi ibu menjadi menurun. Sejalan dengan pengetahuannya, sikap gizi ibu sebagian besar baik dan hanya 2.9% saja yang mempunyai sikap gizi kurang (Tabel 7). Hal ini sejalan dengan penelitian Mawaddah dan Hardinsyah (2008) bahwa pengetahuan gizi yang baik akan memiliki sikap gizi yang baik pula. Akan tetapi, hasil yang disajikan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa hanya sedikit ibu yang memiliki praktik gizi baik. Sebagian besar ibu mempunyai praktik gizi sedang bahkan kurang (79.7%). Hal ini sejalan dengan Tabel 6 yang menunjukkan bahwa skor rata-rata tergolong sedang.

Tabel 7 Sebaran ibu berdasarkan perilaku gizi

(29)

13 penelitian Afianti (2002) yaitu terdapat hubungan pengetahuan gizi PUGS terhadap sikap dan praktik gizi. Ningsih (2008) juga mengungkapkan bahwa pengetahuan gizi berhubungan dengan sikap gizi, akan tetapi sikap gizi tidak berhubungan dengan praktik gizi.

Secara keseluruhan, ibu telah mengetahui bahwa rajin mengonsumsi buah dan sayur dapat memperlancar buang air besar (BAB). Ibu juga telah banyak yang mengetahui bahwa rabun pada mata disebabkan oleh kurangnya makanan yang megandung vitamin A seperti wortel dan sayuran hijau. Selain itu, ibu juga sudah mengetahui bahwa merokok berbahaya untuk kesehatan (paru-paru). Namun, hanya sedikit keluarga yang sama sekali tidak merokok (Tabel 8). Kurang dari 50% ibu mengetahui bahwa pangan hewani baik dibanding pangan nabati untuk pertumbuhan anak. Tabel 8 Sebaran ibu yang menjawab benar pertanyaan pengetahuan gizi

Pertanyaan Pengetahuan Gizi n %

Sumber karbohidrat seperti nasi, roti, jagung, ubi, mie adalah

makanan yang harus dimakan agak banyak agar bertenaga dan kuat 54 78.3

Pangan hewani lebih baik untuk pertumbuhan badan anak 33 47.8

Contoh makanan sumber protein adalah daging, telur, tahu, tempe 48 69.6

Agar gigi dan tulang menjadi kuat, sebaiknya mengonsumsi makanan

sumber kalsium seperti susu atau sayuran berdaun hijau 48 69.6

Rabun pada mata, sering kali terjadi karena kekurangan sumber

vitamin A seperti wortel dan sayuran berdaun hijau 64 92.8

Agar BAB lancar tiap hari,harus rajin mengonsumsi buah dan sayur 67 97.1 Hati, daging, telur, dan sayuran berdaun hijau berguna untuk

mencegah anemia(mata berkunang-kunang, cepat lelah, lesu) 51 73.9 Dibanding tempe, tahu biasanya mengandung lebih banyak formalin 62 89.9 Merokok berbahaya bagi paru-paru dan menyebabkan batuk 63 91.3 ASI (Air Susu Ibu) sebaiknya diberikan sampai usia dua tahun 52 75.4

(30)

14

Tabel 9 Sebaran ibu berdasarkan sikap gizi baik

Pertanyaan n %

Makan nasi penting sebagai sumber tenaga* 68 98.6

Minum susu setiap hari penting untuk anak * 68 98.6

Kebiasaan makan sayur setiap hari bermanfaat bagi kesehatan* 69 100.0

Sarapan pagi penting* 52 75.4

Konsumsi daging bermanfaat untuk menambah darah* 59 85.5

ASI cukup diberikan sampai anak berusia 1 tahun** 34 49.3

Menyediakan sayuran hijau dalam menu sehari-hari lebih baik

daripada sayuran yang tidak berwarna* 60 87.0

Mengkonsumsi tahu dan tempe sama baiknya dengan makan

telur/daging** 10 14.5

Kebiasaan merokok tidak perlu dihilangkan/dikurangi** 59 85.5

Formalin baik digunakan untuk mengawetkan tahu, ikan basah dan

ayam** 68 98.6

* setuju **tidak setuju

Tabel 10 Sebaran ibu berdasarkan praktik gizi yang baik

Pertanyaan n %

Anak balita minum susu (ASI atau non ASI) setiap hari 34 85.0

Makan sayur setiap hari 17 24.6

Menghindari makanan yang mengandung formalin (tahu, daging

ayam, ikan segar) 54 78.3

Menghindari makanan/minuman olahan yang berwarna mencolok

(kerupuk, kue, jajanan pasar, sirup) 63 91.3

Memberikan ASI saja (ekslusif) sampai anak berusia 6 bulan 18 45.0 Lebih sering mengkonsumsi sayuran berwarna (wortel, bayam)

dibandingkan tidak berwarna (sawi, kol) 66 95.7

Makan daging sapi/ayam minimal satu kali seminggu 59 85.5

Lebih sering makan dengan pangan hewani daripada tahu atau tempe 22 31.9

(31)

15 Pola Konsumsi Pangan Keluarga

Dewasa ini telah terjadi perubahan pola konsumsi makan seperti rendahnya konsumsi buah dan sayur, tingginya konsumsi garam dan meningkatnya konsumsi makananan yang tinggi lemak serta berkurangnya aktifitas olah raga pada sebagian masyarakat terutama di perkotaan (Azwar 2004). Pola makan yang sekarang banyak dianut oleh masyarakat perkotaan ini Kebiasaan Pola konsumsi pangan keluarga dapat diketahui dengan menggunakan Food Frequency Questionaire. Semakin sering suatu bahan makanan dikonsumsi oleh suatu keluarga menunjukkan bahwa makanan tersebut merupakan makanan yang disukai anggota keluarga dan memiliki harga yang sesuai dengan pendapatan keluarga.

Tabel 11 Pola konsumsi pangan menurut kelompok sumber zat gizi utama

Sumber zat gizi utama Rata-rata Minimal Maksimal

Karbohidrat

Beras 16.5 14.0 21.0

Tepung terigu 7.1 0.0 42.0

Jagung 0.5 0.0 3.0

Protein

Protein Hewani

Ayam 4.9 0.2 21.0

Ikan 4.1 0.0 19.0

Susu 13.2 0.0 56.0

Telur 5.5 0.0 21.0

Protein Nabati

Tahu 4.7 0.0 21.0

Tempe 4.7 0.5 21.0

Lemak

Gorengan 4.4 0.0 14.0

Vitamin dan Mineral

Sayur

Tomat 2.8 0.0 7.0

Wortel 1.9 0.0 7.0

Kol 1.8 0.0 4.0

Buah

pisang 1.6 0.0 7.0

Jeruk 1.6 0.0 7.0

Jambu 1.1 0.0 5.0

(32)

16

di bawah konsumsi tepung terigu. Hal ini karena tepung terigu lebih mudah dibuat menjadi berbagai jenis makanan lain atau dicampur dengan sumber makanan lain. Sementara beras biasa dikonsumsi sebagai pangan pokok (Tabel 12). Sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi adalah susu 13.2 kali perminggu (1-2 kali perhari). Susu dipercaya sebagai peningkat kecerdasan pada anak sehingga merupakan protein yang paling sering dikonsumsi. Akan tetapi, susu ini biasanya hanya dikonsumsi oleh anak-anak saja karena ibu lebih memprioritaskan anak-anak dibandingkan dengan anggota keluarga lain dalam konsumsi susu.

Setelah susu, protein hewani lain yang sering dikonsumsi adalah telur, ayam, dan ikan. Telur merupakan sumber protein hewani yang paling murah dan mudah dicari di pasaran sehingga lebih sering dikonsumsi. Sumber protein nabati yang paling sering dikonsumsi adalah tahu dan tempe 4.7 kali perminggu. Selain karena rasanya yang enak, tempe dan tahu merupakan sumber protein yang cukup terjangkau harganya dan banyak ditemukan dimana saja.Sumber lemak yang biasa dikonsumsi adalah gorengan 4.4 kali perminggu. Sumber vitamin dan mineral yaitu sayur dan buah yang sering dikonsumsi adalah tomat, wortel, kol, pisang, jeruk, dan jambu. Buah yang sering dikonsumsi ini merupakan buah yang dapat ditemukan kapan saja (bukan buah musiman) dan harganya pun cukup murah.

Data pada Tabel 12 menggambarkan pula bahwa beras merupakan jenis serealia yang paling sering dikonsumsi. Hal ini karena beras merupakan makanan pokok keluarga pada penelitian ini. Jenis protein hewani yang paling sering dikonsumsi adalah susu, kemudian disusul oleh telur, ayam, ikan basah, dan ikan kering. Tahu dan tempe merupakan sumber pangan nabati yang cukup sering dikonsumsi. Konsumsi sayur keluarga masih rendah. Hal ini terlihat pada Tabel 12, konsumsi sayur rata-rata kurang dari 2 kali perminggu. Sayur yang dikonsumsi sebagian besar adalah sayuran berwarna. Sama halnya dengan praktik gizi pada Tabel 10 yang menjelaskan bahwa sebagian besar keluarga mengonsumsi sayuran berwarna.

(33)

17 Tabel 12 Frekuensi konsumsi pangan keluarga (kali/minggu)

Jenis Pangan Rata-Rata Minimal Maksimal Pangan Pokok

Beras 16.5 14 21

Mie 3.4 0 28

Protein Hewani

Ayam 2.2 0.2 7

Sapi 0.2 0 4

Ikan Basah 1.9 0 7

Ikan Asin 1.3 0 5

Susu 13.2 0 56

Telur 5.5 0 21

Protein Nabati

Tahu 4.7 0 21

Tempe 4.7 0.5 21

Sayur

Bayam 1.6 0 7

Kangkung 1.3 0 5

Sawi 1.3 0 7

Wortel 1.9 0 7

Kol 1.8 0 4

Kacang Panjang 1.2 0 3

Buncis 1.2 0 7

Labu Siam 1.2 0 4

Tomat 2.8 0 7

Buah

Jambu 1.1 0 5

Pepaya 0.8 0 5

Mangga 0.4 0 3

Pisang 1.6 0 7

Jeruk 1.6 0 7

Salak 0.6 0 3

Semangka 0.6 0 7

Jajanan

Bakso 1.8 0 5

Siomay 0.9 0 7

Gorengan 4.4 0 14

Mie Ayam 0.9 0 7

Sosis 1.9 0 7

Chiki 3.2 0 7

Biskuit 2.9 0 7

Minuman

Teh 6.0 0 21

(34)

18

Kecukupan Zat Gizi Keluarga

Setelah dilihat pola konsumsi pangan keluarga, dihitung pula tingkat kecukupan gizi keluarga. Tabel 12 menyajikan data yang menggambarkan deskriptif statistik kecukupan gizi keluarga.

Tabel 13 Deskriptif statistik konsumsi dan tingkat kecukupan gizi

Zat Gizi Minimum Maksimum Rata-rata

Konsumsi TK (%) Konsumsi TK (%) Konsumsi TK (%)

TK = Tingkat Kecukupan Gizi

Tingkat kecukupan gizi dihitung berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2004

Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 13), rata-rata konsumsi energi keluarga adalah 1586 Kal dengan tingkat kecukupan 75.4% (sedang). Terdapat pula keluarga dengan kecukupan minimum 45.7% (defisit berat) dan maksimal 124.4% (lebih). Sementara itu, data pada Tabel 14 menyatakan sebaran keluarga berdasarkan kecukupan energi sebagian besar tegolong defisit energi. Hal ini disebabkan oleh nilai maksimum dan minimum konsumsi cukup besar. Kurangnya energi dan protein (KEP) dapat menyebabkan penurunan produktifitas kerja (Agung I 2002).

Berbeda dengan energi, konsumsi protein 43.2 gram dengan tingkat kecukupan protein (Tabel 13) cukup (95.8%). Akan tetapi, berbeda dengan data pada Tabel 14 yang menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga berkecukupan protein lebih (30.4%). Ketidaksamaan hasil ini disebabkan oleh nilai maksimum dan minimum yang cukup tinggi.

Tabel 14 Sebaran keluarga berdasarkan kecukupan energi dan protein

Kategori Energi Protein

(35)

anak-19 anak saja yang mengonsumsi susu, sehingga kecukupan kalsium anggota keluarga lain selain anak-anak masih kurang. Akan tetapi kecukupan fosfor sebagian besar sudah cukup (Tabel 13 dan 15) karena hampir semua makanan mengandung fosfor sehingga kecil kemungkinan seseorang atau keluarga mengalami kekurangan fosfor. Diketahui dari data pada Tabel 15 bahwa kecukupan zat besi keluarga 47.8% cukup, dan sisanya masih kurang. Berbeda dengan Tabel 13 yang menunjukkan bahwa rata-rata kecukupan zat besi cukup (80%). Perbedaan ini karena nilai maksimum dan minimum konsumsi zat besi yang cukup tinggi.

Tabel 15 Sebaran keluarga berdasarkan kecukupan mineral

Kategori Kalsium Fosfor Besi

n % n % n %

Cukup 19 27.5 64 92.8 33 47.8

Kurang 50 72.5 5 7.2 36 52.2

Jumlah 69 100.0 69 100.0 69 100.0

Banyak keluarga yang telah cukup dalam penuhan vitamin A dan vitamin B (konsisten anatara Tabel 13 dan 16). Namun, vitamin C sebagian besar keluarga masih kurang (sejalan antara Tabel 13 dan 16). Hal ini dapat disebabkan karena konsumsi buah dan sayur yang kurang mengandung vitamin C.

Tabel 16 Sebaran keluarga berdasarkan kecukupan vitamin

Kategori Vitamin A Vitamin B Vitamin C

n % n % n %

Cukup 46 66.7 51 73.9 11 84.1

Kurang 23 33.3 18 26.1 58 15.9

Jumlah 69 100.0 69 100.0 69 100.0

Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Kecukupan Zat Gizi Keluarga Pengetahuan, sikap, dan praktik gizi merupakan suatu hal yang berhubungan. Pengetahuan gizi seseorang biasanya menentukan sikap gizi seseorang itu juga. Sedangkan praktik gizi merupakan cerminan tindakan dari pengetahuan dan sikap gizi. Diharapkan dengan pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu yang baik dapat meningkatkan kecukupan gizi keluarganya menjadi lebih baik pula. Ibu digunakan sebagai unit analisis karena biasanya merupakan pengatur dalam konsumsi pangan dalam keluarga.

(36)

20

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa semakin baik pengetahuan dan sikap gizi ibu, maka kecukupan energi keluarganya semakin baik (dilihat dari kecukupan energi cukup). Akan tetapi dengan tingkat pengetahuan dan sikap gizi ibu yang baik, keluarganya mengalami kecukupan energi lebih, defisit ringan hingga berat lebih banyak dibandingkan pengetahuan gizi ibu yang rendah. Kejadian ini disebabkan oleh sebagian besar ibu mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik namun tidak menerapkan pengetahuan dan sikap gizinya tersebut dalam tindakan pengaturan makan keluarganya sehari-hari. Diduga hal ini juga karena status kesehatan keluarga dalam dua mingggu terakhir yang kurang baik, 88.4% sakit (Hernawati dkk 2012) sehingga nafsu makan menurun.

Praktik gizi ibu yang semakin baik, maka semakin sedikit keluarga yang mengalami kelebihan dan defisit energi. Sebagian besar yang mengalami defisit energi ringan hingga berat adalah ibu dengan kategori praktik sedang. Hal ini karena memang sebagian besar ibu berpraktik gizi sedang dan sebagian besar keluarga mengalami defisit energi. Akan tetapi diketahui dari Tabel 16 bahwa semakin baik praktik gizi ibu kecukupan energi semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena semakin baik praktik gizi ibu biasanya akan lebih mengurangi konsumsi karbohidrat dan meningkatkan konsumsi protein (Tabel 16). Sementara itu, ibu yang memiliki praktik gizi sedang atau kurang masih memprioritaskan konsumsi karbohidrat dan kurang konsumsi protein (Tabel 16).

Tabel 17 Sebaran ibu berdasarkan kecukupan energi dan protein dan perilaku gizi

Kategori Kecukupan Energi Kecukupan Protein

(37)

21 Pengetahuan dan sikap gizi ibu baik, maka kecukupan kalsium dan zat besi keluarga juga lebih baik (cukup) dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang kurang dan sedang. Namun, pengetahuan dan sikap ibu yang baik juga mempunyai jumlah keluarga dengan kecukupan yang kurang lebih banyak dibandingkan ibu dengan pengetahuan dan sikap yang kurang. Hal ini karena keluarga dalam penelitian ini sebagian besar memiliki ibu dengan pengetahuan gizi baik, namun kekurangan kalsium dan zat besi. Diduga ibu tidak menerapkan pengetahuan dan sikapnya dalam penyelenggaraan pangan keluarganya. Dapat juga disebabkan karena faktor lain seperti kebiasaan makan pangan yang mengandung kalsium dan zat besi yang kurang. Akan tetapi, semakin baik pengetahuan dan sikap gizi ibu, maka kecukupan fosfor keluarga juga semakin baik (cukup). Ibu dengan praktik gizi yang baik lebih sedikit keluarganya mengalami kekurangan kalsium, fosfor dan zat besi. Akan tetapi lebih sedikit pula keluarganya yang tingkat kecukupan mineralnya cukup.

Tabel 18 Sebaran ibu berdasarkan kecukupan mineral dan perilaku gizi

Kategori Kecukupan Kalsium Kecukupan Fosfor Kecukupan Zat Besi

(38)

22

status kesehatan. Sama seperti sebelumnya, ibu dengan praktik gizi baik lebih sedikit keluarganya yang mempunyai kecukupan vitamin cukup dan kurang dibanding dengan yang berpraktik gizi kurang. Hal ini diduga karena hanya sebagian kecil ibu dengan praktik gizi baik.

Selain karena hanya sedikit ibu dengan praktik gizi baik, selalu lebih sedikitnya tingkat kecukupan gizi antara ibu dengan praktik gizi baik dibanding dengan ibu dengan praktik gizi rendah dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti status kesehatan, pengeluaran untuk pangan, preferensi akan, kebiasaan makan. Selain itu diduga walaupun ibu memiliki praktik gizi yang baik, namun tidak mengetahui secara pasti seberapa banyak makanan yang harus disediakan dan dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarganya setiap hari agar memenuhi kebutuhan gizinya.

Tabel 19 Sebaran ibu berdasarkan kecukupan vitamin dan perilaku gizi

(39)

23 memberi kontribusi yang besar mengatasi masalah kesehatan dan gizi masyarakat (Azwar 2004).

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu tidak berpengaruh terhadap kecukupan zat gizi (energi, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C) keluarga. Hal ini karena pengetahuan dan sikap gizi ibu tidak terlalu mencerminkan konsumsi pangan keluarga. Diketahui pula ada Tabel 16, 17, dan 18 bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan dan sikap gizi baik, keluarganya cukup banyak yang tergolong kekurangan zat gizi. Pengetahuan dan sikap yang baik belum tentu mencerminkan tingkat kecukupan gizi yang baik pula. Khomsan (2000) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan gizi tidak berarti mau mengubah kebiasaan makannya. Pengetahuan gizi bukan merupakan faktor yang cukup untuk dapat mengubah perilaku makan seseorang (Worsley 2002). Ningsih (2008) mengemukakan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan protein. Selain itu, Patriasih (2005) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi terhadap kecukupan energi. Sejalan dengan penelitian (Mawaddah & Hardinsyah 2008) yang menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tidak berhubungan dengan konsumsi energi, protein, dan zat besi. Serta tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan keragaman konsumsi pangan (Meitasari 2008).

Pengetahuan merupakan salah satu hal penting dalam pembentukan tindakan seseorang. Sedangkan pembentukan sikap ditentukan oleh pengetahuan, keyakinan, serta emosi (Notoatmodjo 2007). Jika tidak ada implementasi pengetahuan dan sikap gizi ibu tersebut ke dalam sebuah tindakan, maka tidak akan mempengaruhi konsumsi makan keluarganya. Terdapat pula salah satu perbedaan nyata antara jawaban pada sikap gizi dengan praktik gizi. Seluruh ibu (100%) ibu mengungkapkan kesetujuannya dalam pertanyaan mengonsumsi sayur setiap hari baik untuk kesehatan, namun pada praktik gizi hanya terdapat kurang dari 25% keluarga ibu yang mengonsumsi sayur setiap hari.

Menurut Khomsan dkk (2009), praktik gizi merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sampel terkait dengan pernyataan yang diajukan tentang praktik gizi yang baik. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa praktik gizi tidak berpengaruh dengan kecukupan zat gizi keluarga. Diduga hal ini terjadi karena praktik gizi merupakan kebiasaan ibu, sedangkan tingkat kecukupan energi, kalsium, dan zat besi diambil menggunakan recall selama dua hari. Food recall mengandalkan ingatan ibu yang terbatas sehingga informasi yang diperoleh tidak akurat (overreport dan underreport), menggambarkan keadaan konsumsi rentang waktu yang pendek, tidak selalu menunjukkan pola makan harian. Selain itu, kuesioner pertanyaan tentang praktik gizi tidak mengukur secara spesifik mengenai konsumsi pangan keluarga sehingga hasil regresi yang didapatkan kurang tepat (berbeda dengan teori yang ada).

(40)

24

keluarga, ketersedian pangan, akses pangan, dan konsumsi pangan itu sendiri. Sebanyak 73.06% keluarga menggunakan pendapatannya untuk memenuhi keperluan pangan. Dilihat dari sisi kesehatan, 42.2% anggota keluarga mengalami sakit selama 2 minggu terakhir. Penyakit yang diderita sebagian besar (90.99%) merupakan penyakit infeksi seperti batuk, pilek, flu, tipus, demam, cacar, gatal-gatal, diare, campak, sesak nafas dan rata-rata lama sakit adalah 4.40 hari. Perilaku makan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor yang ada pada diri seseorang (Worsley 2002).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga merupakan keluarga kecil dan tergolong keluarga tidak miskin berdasarkan Garis Kemiskinan DKI Jakarta 2012. Sebagian besar ibu tegolong dalam usia dewasa awal (20-40 tahun) dan tidak bekerja. Pendidikan ibu tegolong merata dari SD, SMP, dan SMA.

Secara keseluruhan pengetahuan gizi ibu rata-rata tergolong sedang (78.6), sikap gizi ibu rata-rata tergolong baik (81.2), dan praktik gizi ibu tergolong sedang (67.6). Berdasarkan sebaran, pengetahuan dan sikap gizi ibu sebagian besar tergolong baik, dan praktik gizi ibu tergolong sedang.

Seluruh keluarga menggunakan beras sebagai makanan pokok. Pangan sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi adalah susu dan telur, sedangkan protein nabati adalah tahu dan tempe. Umumnya konsumsi sayur dan buah masih rendah. Keluarga juga lebih banyak mengonsumsi jajanan, kopi, dan teh. Kecukupan protein keluarga sebagian besar tergolong cukup, akan tetapi kecukupan energi keluarga sebagian besar masih tergolong defisit berat. Kecukupan vitamin dan mineral keluarga banyak yang sudah tergolong cukup. Namun, kecukupan kalsium dan vitamin C keluarga masih kurang dari kebutuhan.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu tidak berpengaruh terhadap kecukupan zat gizi (energi, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C).

Saran

(41)

25 Peran serta masyarakat dalam hal ini juga perlu untuk digerakkan agar hasil yang diinginkan lebih cepat terlaksana. Ayu (2008) menyebutkan dalam tesisnya bahwa pendampingan gizi dapat meningkatkan pengetahuan gizi, meningkatkan pola asuh balita, menurunkan penyakit infeksi, menurunkan balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Afianti NT. 2002. Perilaku Gizi Mahasiswa Bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia Tentang Pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang. [Skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Agung I. 2002. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap Gizi Baik Berhubungan dengan Meningkatnya Produktivitas Kerja. [Makalah]. Fakultas MIPA. Universitas Hindu Indonesia

Ayu SD. 2008. Pengaruh Program Pendampingan Gizi Terhadap Pola Asuh, Kejadian Infeksi, dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein. [Tesis]. Universitas Diponegoro

Azwar A. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang. Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan

Barokah S. 1993. Kebiasan Makan di Luar Rumah pada Keluarga Ibu Bekerja Dan Tidak Bekerja. [Skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor [BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia. Jakarta.

______. 2011. Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th. XIV . Jakarta

Cochran WG. 1982. Sampling Technique. John Wiley and Son. New York [Depkes] Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi

Orang Dewasa. Jakarta

[DKP-Deptan] Dewan Ketahanan Pangan – Departemen Pertanian. 2005. Neraca Bahan Makanan Indonesia 2003-2004. Jakarta

________. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006 – 2009. Jurnal Gizi dan Pangan. Juli 2006 1(1): 57-63

[DPU] Departemen Pekerjaan Umum . 2008. Data pemukiman kumuh. [Internet]. [Diacu pada 16 Maret 2012]. Tersedia dari http://ciptakarya. pu.go.id/kumuh/main.php?module=home

Gabriel A. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi serta Hidup Bersih dan Sehat Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita Di Desa Cikarawang Bogor. [Skripsi]. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Gibson RS.2005. Principles of Nutrition Assessment Edisi Kedua. Oxford University .New York

(42)

26

Institut Pertanian Bogor dan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian

Hernawati N, Khomsan A, Sukandar D. 2012. Study of Food Access, Food Hygiene, Environmental Sanitation and Coping Mechanism of Households at Slum Areas. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumsen dan Depatemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor dan Direktorat Pendidikan tinggi

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Khomsan A, Faisal A, Sukandar D, Riyadi H & Mudjajanto ES. 2009. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyandu serta Perbaikan Gizi Balita. Departemen Gizi Masyarakat. Institut Pertanian Bogor dan Nestle Foundation

Kurniasih S. 2007. Penelitian : Usaha Perbaikan Pemukiman Kumuh di Petukangan Utara – Jakarta Selatan

Maria A. 2004. Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi Seimbang serta Hubungan dengan Status Gizi Mahasiswa IPB. [Sripsi]. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Mawaddah N, Hardinsyah. 2008. Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi serta Tingkat Konsumsi Ibu Hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta. J Gizi dan Pangan. Maret 2008 3(1): 30-42

Meitasari D. 2008. Analisis Determinan Keragaman Konsumsi Pangan pada Keluarga Nelayan. [Skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Ningsih R. 2008. Analisis Perilaku Sadar Gizi Ibu serta Hubungannya

dengan Konsumsi Pangan dan Status Gizi Balita di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta

Papalia DE, Old SW. 2001. Human Development, Second Edition. USA : Mc Graw-Hill

Patriasih R. 2005. Pengetahuan dan Sikap Gizi, Perilaku Makan serta Status Gizi Manula pada Panti Werdha di Kota Bandung. [Tesis]. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Patriasih R, Widiaty I, Dewi M, & Sukandar S. 2009. Studi Aspek Sosial Ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Berpengaruh terhadap Kesehatan dan Status Gizi Anak Jalanan. Laporan Penelitian. Neys-Van Hoogstragen Foundation (NHF) dan Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

(43)

27 __________. 2012. Keadaan Geografi Jakarta Selatan [internet]. [diacu 11

September 2013]. Tersedia dari http://selatan.jakarta.go.id

__________. 2012. Visi Misi Pemerintah kota Jakarta Selatan [internet]. [diacu 11 September 2013]. Tersedia dari http://selatan.jakarta.go.id Suhardjo S. 1979. Pendidikan Gizi 1. [Diktat]. Fakultas Pertanian. Institut

Pertanian Bogor

UU RI No 7 tahun 1996. Undang-Undang Pangan. Jakarta

Worsley A. 2002. Nutrition Knowledge and Food Consumption : Can Nutrition Knowledge Change Food Behaviour ?. Asia Pasific J Clin Nutr 11 : S579-S585

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

KUESIONER

STUDI AKSES PANGAN, HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN, DAN KOPING STRATEGI KELUARGA DI DAERAH KUMUH

1. TANGGAL KUNJUNGAN :_________________________ 2012 2. PEWAWANCARA : ______________________________ 3. NO RESPONDEN : ______________________________ 4. NAMA RESPONDEN : ______________________________ 5. NAMA KEPALA KELUARGA : ______________________________

6. RT : ______________________________

7. RW : ______________________________

8. DUSUN/KAMPUNG : ______________________________

9. DESA : ______________________________

10. Jam mulai wawancara : ______________________________ 11.Jam selesai wawancara : ______________________________

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

DAN DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(44)
(45)

29 B. PENDAPATAN KELUARGA SATU BULAN TERAKHIR

Anggota

Keterangan : 1) Pilih salah satu (hari, minggu, bulan, tahun)

2) Kolom B3 = bulan digunakan untuk merekap kolom sebelumnya dan harus terisi

Catatan: Semua pendapatan dikonversi ke bulan, dalam perhitungan perhatikan Jumlah waktu kerja

Berikan kode pangan/bahan pada saat editing sesuai kode pangan

1 Sebut nama bahan pangan bila pangan tersebut tidak tercantum pada DKBM

(46)

30

D. KONSUMSI KELUARGA (Recall 2x24 jam) HARI KEDUA No. Kode1

)

Pangan / bahan

2)

URT g/URT Sisa (URT) g

sisa

Berat Bersih (g)3)

satuan satuan

Keterangan:

Berikan kode pangan/bahan pada saat editing sesuai kode pangan

1 Sebut nama bahan pangan bila pangan tersebut tidak tercantum pada DKBM

2Berat bersih = (gr/URT) – (gr/URT sisa) Catatan : Ayah makan/jajan diluar rumah (makan siang)

Anak makan/jajan diluar rumah (Makan malam)

E. FREKUENSI KONSUMSI PANGAN KELUARGA SATU TAHUN TERAKHIR

No. Jenis Pangan Frekuensi Pangan (Kali per)

1)

Hari Minggu Bulan Tahun

1.

SEREALIA/UMBI-UMBIAN

1. Beras 2. Mie

3. ………..

2. DAGING, IKAN & TELUR:

1. Daging Ayam 2. Daging Sapi 3. Ikan Basah 4. Ikan Asin 5. Susu 6. Telur 7. ...

3. KACANG-KACANGAN &

POLONG-POLONGAN

(47)

31

No. Jenis Pangan Frekuensi Pangan (Kali per)

(48)

32

F2. PENGETAHUAN GIZI IBU

1. Kalau Bapak/suami akan bekerja, makanan apa yang harus dimakan agak

banyak agar bertenaga dan kuat bekerja?

_______________________________________________________________

(nasi, jagung, ubi jalar, singkong, mie, lainnya sebutkan) Ket. : Jawaban tidak harus disebutkan semua & disebutkan salah satu sudah benar 1= Benar 2 = Salah

2. Agar anak-anak bertumbuh tinggi badannya, makanan hewani atau nabati yang

lebih baik?

_______________________________________________________________

(hewani) 1= Benar 2 = Salah

3. Contoh makanan sumber protein adalah:

_______________________________________________________________

(daging, telur, tahu, dan tempe) 1= Benar 2 = Salah

4. Supaya gigi dan tulang menjadi kuat, makanan apa yang seharusnya dimakan ?

_______________________________________________________________

(sumber kalsium seperti susu atau sayuran berdaun hijau) Ket. : Jawaban tidak harus disebutkan semua & disebutkan salah satu sudah benar 1= Benar 2 = Salah

5. Rabun pada mata, seringkali terjadi karena kekurangan makanan apa ?

_______________________________________________________________

(kekurangan makanan sumber vitamin A: wortel dan sayuran berdaun hijau)

Ket. : Jawaban tidak harus disebutkan semua & disebutkan salah satu sudah

benar 1= Benar 2 = Salah

6. Supaya buang air lancar tiap hari, makanan apa yang harus dimakan ?

_______________________________________________________________

(rajin makan sayur dan buah tiap hari) 1= Benar 2 = Salah

7. Bila mata berkunang-kunang, cepat lelah, lesu, dan hal-hal tersebut adalah

tanda-tanda kurang darah, makanan apa yang harus dimakan ?

_______________________________________________________________

(hati, daging, telur, dan sayuran berdaun hijau) Ket. : Jawaban tidak harus disebutkan semua & disebutkan salah satu sudah benar 1= Benar 2 = Salah

8. Yang kemungkinan mengandung lebih banyak formalin adalah tahu atau tempe?

_______________________________________________________________

(tahu) 1= Benar 2 = Salah

9. Apa bahaya merokok bagi kesehatan ?

(49)

33

10. Bila Anda mempunyai anak kecil, agar dia tumbuh dengan baik dan cerdas,

pemberian ASI (Air Susu Ibu) sebaiknya sampai usia berapa ?

_______________________________________________________________

(dua tahun) 1= Benar 2 = Salah

G. SIKAP GIZI IBU

No. Pertanyaan

Jawaban Responden

1 Makan nasi penting sebagai sumber tenaga

1 = setuju 2 = ragu-ragu 3 = tidak setuju

2 Minum susu setiap hari penting untuk anak

1 = setuju

4 Sarapan pagi tidak terlalu penting

1 = setuju 2 = ragu-ragu 3 = tidak setuju

5 Konsumsi daging bermanfaat untuk menambah darah

Menyediakan sayuran hijau dalam menu sehari-hari lebih baik daripada sayuran yang tidak berwarna

10. Formalin baik digunakan untuk mengawetkan tahu, ikan basah dan ayam

1 = setuju 2 = ragu-ragu 3 = tidak setuju

H. PERILAKU GIZI IBU

No. Pertanyaan Jawaban Responden

1 Kami suka makan buah

(50)

34

No. Pertanyaan Jawaban Responden

4. Saya menghindari makanan yang mengandung formalin (tahu, daging ayam, ikan segar)

1 = ya 2 = tidak

5.

Saya menghindari makanan/minuman olahan yang berwarna mencolok (kerupuk, kue, jajanan pasar, sirup)

Kami lebih sering mengkonsumsi sayuran berwarna (wortel, bayam) dibandingkan tidak berwarna (sawi, kol)

1 = ya 2 = tidak

8 Kami makan daging sapi/ayam minimal satu kali seminggu

1 = ya 2 = tidak

9 Ada anggota keluarga yang merokok

1 = setiap hari Boyolali, 22 September 1990. Menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD N 2 Blanceran selama 3 tahun, lalu dilanjutkan di SD N 1 Bendosari selama 3 tahun. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP N 1 Sawit dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA N 1 Boyolali. Kemudian melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Tabel 1  Data primer dan teknik pengumpulannya
Tabel 2  Pengelompokan dan analisis data
Tabel 3  Deskriptif statistik karakteristik keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi rurnpon sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan antara lain: sebagai tempat berkumpulnya ikan; sebagai tempat daerah penangkapan ikan dan sebagai tempat berlin dung jenis

Perhitungan Uji Koefisien Korelasi Kekuatan Pergelangan Tangan, Koordinasi Mata-Tangan dan Fleksibilitas Pergelangan Tangan dengan Hasil Forehand Backspin Service..1. Uji

[r]

[r]

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELET Alamat Kantor : Jl. Raya Kelet –

Penelitian ini menunjukan bahwa perubahan tingkat kepadatan bangunan dan luas tutupan lahan yang ada di kelurahan Bahu dan Kelurahan Kleak tahun 2003 hingga pada

Pada hari ini, Senin tanggal Enam belas bulan Januari tahun dua ribu tujuh belas, bertempat di Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII, Panitia Pengadaan

Berdasarkan analisa kemampuan dan kemauan pelanggan terhadap tarif resmi air bersih yang berlaku, kemampuan masyarakat dalam membayar tarif dengan pendekatan pendapatan rumah