• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Curah Hujan, Debit dan Tutupan Lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Curah Hujan, Debit dan Tutupan Lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS CURAH HUJAN, DEBIT DAN TUTUPAN LAHAN

DI SUB DAS CILIWUNG HULU

ABDUL KHOLIK

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Curah Hujan, Debit dan Tutupan Lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Abdul Kholik

(4)

ABSTRAK

ABDUL KHOLIK. Analisis Curah Hujan, Debit dan Tutupan Lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu. Dibimbing oleh NANA MULYANA ARIFJAYA.

Banjir besar yang terjadi di Jakarta pada tahun 1996, 2002, 2007 dan 2013 diduga kuat akibat terjadinya kerusakan ekosistem di Sub DAS Ciliwung Hulu. Faktor yang menyebabkan banjir pada dasarnya ada dua hal yaitu curah hujan dan tutupan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi peluang curah hujan maksimum harian, 2-harian dan 3-harian serta debit harian maksimum dan minimum pada periode ulang 5, 10, 25 dan 50 tahun serta menganalisis perubahan tutupan lahan yang terjadi di Sub DAS Ciliwung Hulu. Hasil analisis menunjukan peluang curah hujan maksimum harian pada periode ulang 5, 10, 25 dan 50 tahunan masing-masing sebesar 130 mm, 160 mm, 200 mm dan 229 mm maksimum 2-harian yaitu 168 mm, 202 mm, 248 mm dan 283 mm dan curah hujan maksimum periode 3-harian sebesar 215 mm, 268 mm, 337 mm dan 389 mm. Peluang debit harian maksimum di Bendung Katulampa pada periode ulang 5, 10, 25 dan 50 tahun masing-masing sebesar 470 m3/det; 565,5 m3/det; 703,4 m3/det; dan 819,5 m3/det. Debit harian minimum pada periode ulang yang sama berturut-turut yaitu 1,4 m3/det; 1 m3/det; 0,8 m3/det; dan 0,6 m3/det. Rata-rata peningkatan areal terbangun dari tahun 1996 sampai 2011 mencapai 71,8 ha/tahun. Kata kunci: DAS Ciliwung Hulu, limpasan, periode ulang dan tutupan lahan.

ABSTRACT

ABDUL KHOLIK. Analysis of Rainfall, Discharge, and Land Use Change in Upstream Ciliwung Watershed. Supervised by NANA MULYANA ARIFJAYA.

Large floods that occurred in the Jakarta in 1996, 2002, 2007 and 2013 respect of Ciliwung watershed. Factors that cause flooding are basically two things that rainfall and land cover. The aim of study to analysis of frequency to predict the opportunity of maximum rainfall in one day, 2 days, and 3 days, as well as to analyze the maximum daily discharge in the return period of 5, 10, 25 and 50 years and to analysis change of land cover in Ciliwung up stream. The analysis result shows that the maximum rainfall in the period of 5, 10, 25 and 50 years are respectively 130 mm, 160 mm, 200 mm and 229 mm/day. While the opportunity of 2 day-maximum rainfall in the same return periods are 168 mm, 202 mm, 248 mm, and 283 mm respectively. The opportunity of 3 day maximum rainfall in the same return periods are 215 mm, 268 mm, 337 mm, and 389 mm respectively. The opportunity of maximum daily discharge in the return periods of 5, 10, 25 and 50 years are 470 m3/s; 565,5 m3/s; 703,4 m3/s, and 819,5 m3/s respectively. The minimum daily discharge in the same return periods are 1,4 m3/s; 1 m3/s; 0,7 m3/s; and 0,6 m3/s respectively.The average increase in the area woke up from 1996 to 2011 was 71.8 ha/year.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

ANALISIS CURAH HUJAN, DEBIT DAN TUTUPAN LAHAN

DI SUB DAS CILIWUNG HULU

ABDUL KHOLIK

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Curah Hujan, Debit dan Tutupan Lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu

Nama : Abdul Kholik NIM : E14062508

Disetujui oleh

Dr. Ir. Nana Mulyana Arifjaya, MSi. Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012 ini ialah Analisis Curah Hujan, Debit dan Tutupan Lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Nana Mulyana Arifjaya, MSi. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bantuan selama penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Andi Suliman sebagai penanggung jawab pengelola di Stasiun Pengamatan Aliran Sungai Bendung Katulampa Bogor, Jawa Barat yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Bahan 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

(10)

DAFTAR TABEL

1 Dept Duration Frequency (DDF) 7

2 Tutupan lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu 11

3 Analisis hidrograf tanggal 15 Januari 2013 14

4 Perhitungan analisis hidrograf 16 Januari 2013 15

DAFTAR GAMBAR

1 Distribusi curah hujan maksimum 6

2 Curah hujan maksimum tertinggi dan terendah 6

3 Kurva probabilitas curah hujan 7

4 kurva DDF 8

5 Peluang curah hujan maksimum 8

6 Grafik debit maksimum harian Sungai Ciliwung 9

7 Peluang debit maksimum Sungai Ciliwung 9

8 Grafik debit minimum harian Sungai Katulampa 10

9 Peluang debit minimum Sungai Ciliwung 10

10 Diagram tutupan lahan tahun 1996 11

11 Diagram tutupan lahan tahun 2002 12

12 Diagram tutupan lahan tahun 2011 12

13 Peningkatan lahan terbangun di Sub DAS Ciliwung Hulu 12

14 Rasio debit maksimum dangan debit minimum 13

15 Grafik hidrograf pada 15 Januari 2013 15

16 Garfik hidrograf pada 16 Januari 2013 16

17 Grafik laju sedimentasi di Bendung Katulampa 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Curah hujan maksimum 19

2 Peluang curah hujan maksimum 20

3 Perhitungan peluang debit maksimum 22

4 Perhitungan peluang debit minimum 24

5 Perhitungan SCS CN 26

6 Perhitungan analisis hidrograf 15 Januari 2013 27

7 Perhitungan analisis hidrograf 16 Januari 2013 28

8 Perhitungan analisis sedimentasi 29

9 Peta tutupan lahan 1996 30

10 Peta tutupan lahan 2002 30

11 Peta tutupan lahan 2011 31

12 Peta sebaran jenis tanah 31

(11)
(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan bagian dari sistem hidrologi yang perlu dijaga kelestariannya karena DAS ikut berperan dalam penyediaan air bersih yang dibutuhan untuk kelangsungan makhluk hidup. Terjadinya kenaikan debit puncak sehingga menyebabkan banjir besar di Jakarta pada tahun 1996, 2002, 2007 dan 2013 merupakan indikator yang sangat kuat telah terjadi kerusakan ekosistem yang serius di Sub DAS Ciliwung hulu.

Sub DAS Ciliwung Hulu memilki peran penting sebagai penyangga sistem ekologi dalam mengatur hidro-orologi lingkungan bagi wilayah hilir termasuk DKI Jakarta maka telah diupayakan penanganan tata ruang secara intensif dengan adanya Keputusan Presiden no. 114 tahun 1999 dan disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah no. 54 tahun 2008. Namun peraturan tersebut belum memberikan hasil yang signifikan terbukti dengan memburuknya kondisi Sub DAS Ciliwung Hulu.

Peningkatan areal terbangun dan berkurangnya areal bervegetasi dapat mengganggu fungsi Sub DAS Ciliwung hulu sebagai daerah konservasi tanah dan perlindungan air. Faktor yang mempengaruhi jumlah dan laju aliran permukaan pada dasarnya ada dua hal yaitu curah hujan dan kondisi tutupan lahan. Baik faktor kondisi tutupan lahan maupun curah hujan, banjir dan kekeringan merupakan bencana alam yang tidak diharapkan. Bencana ini dapat diprediksi namun tidak dapat dipastikan tepatnya. Untuk itu kajian ilmiah dibutuhkan untuk perencanaan pengelolaan DAS yang tepat sehingga dapat mengurangi dampak buruk banjir dan kekeringan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menghitung peluang curah hujan maksimum periode harian, 2-harian, dan 3-harian pada periode ulang 5, 10, 25 dan 50 tahun. (2) Menghitung peluang debit harian maksimum dan minimum pada periode ulang 5, 10, 25, dan 50 tahun. (3) Menganalisis karakteristik perubahan tutupan lahan terhadap perubahan debit Sungai Ciliwung.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

(14)

2

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012 hingga Januari 2013 di Sub DAS Ciliwung Hulu, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Perencanaan Bagian Hidrologi Hutan, Departemen Manejamen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian meliputi: 1. Kamera digital.

2. Data Curah hujan harian wilayah Gunung Mas, Citeko dan Katulampa 3. Debit harian Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa

4. Peta topografi Sub DAS Ciliwung Hulu 5. Peta tata guna lahan Sub DAS Ciliwung Hulu 6. Peta sebaran jenis tanah

7. Komputer.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi: (1) Curah hujan, yang diperoleh dari penakar di Gunung Mas, Gadog dan Katulampa. Data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan harian dari tahun 1984 sampai Januari 2013. (2) Debit, yang diperoleh dari stasiun pengamatan Bendung Katulampa. Data debit yang digunakan yaitu data debit harian dari tahun 1984 sampai Januari 2013. (3) Peta tutupan lahan tahun 1996, 2002 dan 2011 (BP DAS Ciliwung Cisadane), (5) Peta sebaran jenis tanah (BP DAS Ciliwung Cisadane) dan (5) Kondisi umum lapangan.

Pengolahan Data

1. Analisis Distribusi Curah Hujan

(15)

3 A = total wilayah (m2)

2. Analisis Frekuensi Peluang Curah Hujan

Curah hujan yang dianalisis adalah curah hujan maksimum harian, 2-harian, dan 3-harian. Curah hujan harian maksimum merupakan curah hujan tertinggi setiap tahunnya, curah hujan maksimum 2-harian merupakan nilai tertinggi dari penjumlahan 2 hari kejadian hujan yang berurutan setiap tahunnya, sedangkan curah hujan maksimum 3 harian merupakan curah hujan dari total penjumlahan tiga hari curah hujan tertinggi yang berurutan. Analisis yang menggunakan persamaan sebaran log normal dengan periode ulang 5, 10, 25 dan 50 tahunan. Dalam analisis frekuensi sebaran log normal digunakan persamaan :

̅ ∑ ...(2)

periode ulang tertentu sebagaimana dikemukakan Viessman, et al. (1989) adalah sebagai berikut :

Log xt = ̅ + z (slog x)...(4)

Keterangan :

Log xt = besar curah hujan dengan periode ulang tertentu (tahun) ̅ = rata-rata curah hujan (mm).

Slog x = simpangan baku

z = faktor frekuensi (harga variable Gauss) 3. Analisis Frekuensi Peluang Debit

(16)

4

̅ = besar debit rata-rata (m3/s) G log x = harga simpangan baku.

K = harga koefesien asimetri (koefesien skewness)

Persamaan garis lurus untuk mendapatkan debit dengan periode ulang tertentu sebagaimana oleh chow (1964) dalam Subarkah (1980) 4. Analisis Perubahan Tutupan Lahan

Tutupan lahan yang dianalisis adalalah tutupan lahan tahun 1996, 2002 dan 2011, Dengan membandingkan tutupan lahan tersebut akan diketahui tren perubahanya. Terhadap perubahan debit perubahan tutupan lahan dianalisis dengan menggunakan persamaan SCS-CN :

...(9)

keterangan :

Qs = limpasan permukaan (mm)

P = curah hujan (mm)

S = perbedaan antara curah hujan dan run off (mm)

Besarnya perbedaan antara curah hujan dan limpasan permukaan (run off), s adalah berhubungan dengan angka kurva limpasan (CN) dimana persamaannya adalah :

- ...(10)

Angka CN (Curve Number) adalah bervariasi dari 0 sampai 100 yang dipengaruhi oleh kondisi grup hidrologi tanah, AMC (Antecedent Moisture Content), penggunaan lahan dan cara bercocok tanam.

5. Analisis Hidrograf

Hidrograf adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara unsur-unsur aliran dengan waktu. Hidrograf merupakan responsi dari hujan yang terjadi. Kurva ini memberikan gambaran mengenai berbagai kondisi yang ada di suatu daerah pada waktu yang bersamaan. Apabila karakteristik daerah itu berubah-ubah, maka bentuk hidrograf juga akan berubah.

(17)

5 dalam suatu kasus tertentu. Waktu dasar (Tb) adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu dimana debit kembali pada suatu besaran yang ditetapkan. Prosedur penyusunan hidrograf satuan adalah:

a) Menentukan aliran dasar (base flow), aliran dasar yang dipakai adalah debit minimum (m3/s) pada saat debit sebelum mengalami kenaikan setelah hujan. b) Menghitung volume direct runoff (DRO), dihitung dengan cara debit (m3/s)

dikurangi base flow (m3/s) yaitu: c) Menghitung volume aliran langsung dengan cara:

V DRO ∑ DRO t ... (12) Keterangan :

V DRO = volume debit aliran langsung

∑ DRO = jumlah debit aliran langsung (m3/s) t = selang waktu.

d) Menghitung tebal aliran langsung dihitung dengan persamaan:

t DRO DRO ... (13)

Keterangan :

Tebal DRO = tebal debit aliran langsung (m) A = luas sub DAS (m2)

e) Menghitung Koefisien Runoff, yaitu: t DRO

... (14)

Keterangan :

Koefisienlimpasan = besarnya air yang menjadi limpasan (%)

CH = curah hujan (mm)

f) Membangun hidrograf satuan setelah didapat harga unit hidrograf satuan. 6. Analisis Sedimentasi

Sedimen dianalisis menggunakan persamaan regresi hubungan antara debit dengan laju sedimen dari penelitian Erwin (2003) :

Qs = 0,35 Q1,2...(15)

(18)

6

Faktor yang mempengaruhi jumlah dan laju aliran permukaan pada dasarnya ada dua hal, yakni satu iklim yang meliputi tipe hujan, intensitas hujan, lama hujan, distribusi hujan, curah hujan, temperatur, angin dan kelembaban serta yang kedua kondisi DAS yang meliputin kadar air tanah awal, ukuran, bentuk DAS, vegetasi yang tumbuh di atasnya dan jenis tanah (Setiyanto 2005). Kejadian banjir dan kekeringan sering dikaitkan dengan isu perubahan iklim yang ditandai dengan perubahan pola curah hujan dan jumlah intensitas hujan. Curah hujan maksimum di DAS Ciliwung Hulu tersaji pada diagram dibawah (Gambar 1).

Curah hujan maksimum harian tertinggi sebesar 232 mm terjadi pada tahun 2007 dan curah hujan harian maksimum terendah yaitu 46 mm pada tahun 1985. Curah hujan maksimum dua harian tertinggi sebesar 264 mm pada tahun 2007 dan curah hujan maksimum dua harian terendah yaitu 64 mm pada tahun 1998, untuk curah hujan maksimum tiga harian tertinggi sebesar 332 juga pada tahun 2007 mm dan tiga harian maksimum terendah yaitu 77 mm pada tahun 1988. Curah hujan maksimum harian dari tahun 2005 hingga tahun 2012 selalu diatas 100 mm hal ini tidak biasa. Walaupun tidak dapat dikatakan telah terjadi perubahan iklim namun dapat dikatagorikan kedalam anomali iklim. Lebih jelasnya untuk curah hujan maksimum tertinggi dan terendah digambarkan pada diagram dibawah (Gambar 2).

Gambar 1 Distribusi curah hujan maksimum

0

1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

CH

(m

m

)

Tahun

CH max harian CH max 2-harian CH max 3-harian

Gambar 2. Curah hujan maksimum tertinggi dan terendah

(19)

7 Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan curah hujan yang akan terjadi, dapat dilihat dari kurva probabilitas yang tersaji pada (Gambar 3).

Grafik diatas (Gambar 3) menunjukan bahwa semakin tinggi curah hujan maka kemungkinan terjadinya curah hujan semakin kecil, artinya curah hujan yang tinggi jarang sekali terjadi dan ditemukan pada kondisi tertentu sedangkan curah hujan normal akan sering terjadi. Berdasarkan logaritma kurva probabilitas diperoleh persamaan pada masing-masing durasi kejadian hujan. Pada durasi hujan harian diperoleh persamaan Y = -43,1 ln(x) + 259,3 dengan nilai R² = 0,94 sedangkan pada durasi dua harian diperoleh persamaan Y = -50,2 ln(x) + 317,9 dengan nilai R² = 0,92 dan pada durasi tiga harian didapat persamaan Y = -75,5 ln(x) + 441,6 dengan nilai R² = 0,96.

Nilai R² menunjukan suatu korelasi. Nilai R² yang mendekati angka 1 maka hasil persamaan hubungan antara probabilitas dan curah hujan berkorelasi erat. Kurva probabilitas digunakan untuk memprediksi peluang terjadinya curah hujan maksimum periode ulang 5, 10, 25 dan 50 tahunan berdasarkan Dept Duration Frequency (DDF).

Periode berulang merupakan waktu hipotik dimana hujan atau debit dengan besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam waktu tertentu. Periode ulang tahunan berbanding lurus dengan besarnya curah hujan artinya semakin

Gambar 3 Kurva probabilitas curah hujan

0

Tabel 1 Dept Duration Frequency (DDF)

Periode Ulang Probabilitas Curah Hujan (mm)

(20)

8

lama periode ulang maka kemungkinan curah hujannya semakin besar dan berlaku sebaliknya. Pada kasus periode ulang 100 tahunan dengan curah hujan maksimum harian, 2 harian dan 3 harian berturut-turut 259 mm, 318 mm dan 442 mm memiliki peluang terjadi pada setiap tahunnya yaitu 0,01 (1%) hingga selama seratus tahun akan terjadi satu kali. Pada kasus periode ulang satu tahun dengan curah hujan maksimum harian, 2 harian dan 3 harian dengan masing-masing curah hujan 61 mm, 87 mm dan 94 mm memiliki kemungkinan 100 persen akan terjadi setiap tahunnya. Peluang curah hujan periode ulang 5, 10 25 dan 50 tahun digambarkan melalui kurva DDF (Gambar 4).

Kurva DDF menggambarkan pada periode ulang 5 tahun memiliki hujan maksimum harian sebesar 130 mm, 2 harian sebesar 168 sedangkan maksimum 3 harian memiliki total curah hujan sebesar 215 mm. Periode ulang 10 tahun untuk curah hujan maksimum harian, 2 harian dan 3 harian masing-masing curah huajn sebesar 160 mm, 202 mm dan 268 mm. Periode ulang 25 tahun pada curah hujan maksimum harian, 2 harian dan 3 harian masing-masing 200 mm, 248 mm dan 337 mm. Sedangan pada periode 50 tahun curah hujan maksimum harian sebesar 229 mm, maksimum 2 harian sebesar 283 mm dan untuk total curah hujan maksimum 3 harian sebesar 389 mm (Gambar 5).

Gambar 5 Peluang curah hujan maksimum

(21)

9

Analisis Debit Maksimum

Analisis debit maksimum yang dilakukan pada Sungai Ciliwung merupakan debit maksimum harian berdasarkan pencatatan selama 29 tahun. Berdasarkan data debit di Stasiun Pengamatan Aliran Sungai (SPAS) Bendung Katulampa dari tahun 1984 hingga 2012. Sungai Ciliwung cenderung mengalami peningkatan debit maksimum, hal ini mengindikasikan terjadinya kerusak pada ekosistem di DAS Ciliwung. Hasil perhitungan debit maksimum harian Sungai Ciliwung tersaji pada grafik dibawah (Gambar 6).

Debit maksimum Sungai Ciliwung terjadi pada tahun 1996 yang mencapai 740 m3/s. Sedangkan debit maksimum terendah terjadi pada tahun 1991 yaitu 244,2 m3/s. Peluang debit maksimum dengan periode ulang 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun dan 50 tahun sebagaimana persamaan (8). Pada periode ulang 5 tahun debit maksimum mencapai 470 m3/s. Pada periode ulang 10 tahunan debit maksimum mencapai 565,5 m3/s. Debit 703,4 m3/s merupakan siklus debit yang akan berulang 25 tahun. Sedangkan pada periode 50 tahun debit Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa dapat mencapai 819,5 m3/s. Peluang terjadinya debit maksimum periode 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun dan 50 tahun juga disajikan pada Gambar 7 di bawah ini.

Gambar 6 Grafik debit maksimum harian Sungai Ciliwung

0

Gambar 7 Peluang debit maksimum Sungai Ciliwung

(22)

10

Analisis Debit Minimum

Pengurangan debit dapat terjadi karena faktor iklim atau karena perubahan karekteristrik DAS, seperti perubahan tutupan lahan, berkurangnya infiltrasi atau mengeringnya sumber-sumber mata air.

Krisis air bersih merupakan isu global yang perlu diperhatikan secara serius. Karakteristik DAS yang baik tentu harus menjamin ketersediaan air baku hingga kebagian hilir DAS. Akan tetapi pasokan air Sungai Ciliwung pada musim kemarau dari pengamatan di Bendung Katulampa cenderung mengalami penurunan (Gambar 8).

Debit minimum tertinggi terjadi pada tahun 1986 sebesar 6,7 m3/s sedangkan debit minimum terendah hanya 1 m3/s yang terjadi terjadi pada tahun 2006, 2007 dan 2012. Kondisi ini menandakan DAS Ciliwung hulu masuk kedalam DAS yang mengalami kerusakan, hal ini diperkuat berdasarkan keputusan bersama tiga menteri (menteri dalam negeri, menteri kehutanan dan menteri pekerjaan umum) No. 19 tahun 1984 dan menteri kehutanan dan perkebunan No. 284/Kpts-II/1999 tahun 1999 yang menyatakan bahwa DAS Ciliwung masuk kedalam DAS Super Prioritas nasional yang perlu ditangani.

Peluang debit minimum dengan periode ulang 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun dan 50 tahun dengan menggunakan persamaan (8). Periode ulang 5 tahun debit minimum sebesar 1,4 m3/s. Pada periode ulang 10 tahunan debit minimum sebesar 1 m3/s. Periode ulang 25 tahun debit minimum tinggal 0,9 m3/s. Sedangkan pada periode 50 tahun debit minimum Sungai Ciliwung di bendung katulampa hanya mencapai 0,6 m3/s (Gambar 9).

Gambar 8 Grafik debit minimum harian Sungai Katulampa

0.0

Gambar 9 Peluang debit minimum Sungai Ciliwung

(23)

11

Analisis Tutupan Lahan

Perencanaan tata guna lahan dan wilayah penting di dalam pengelolaan DAS, sebagaimana fungsinya DAS bagian hulu merupakan kawasan konservasi tanah dan air untuk menyediakan air yang didistribusikan oleh DAS bagian tengah dan dinikmati masyarakat bagian hilir. Kawasan puncak selain menjadi kawasan konservasi juga memiliki daya tarik wisata karena jaraknya yang relatif dekat dengan ibu kota Jakarta. Potensi ini pula yang menjadi dilema antara pelestarian alam dengan penggerak ekonomi rakyat dan sektor Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor. Pesatnya sektor pariwisata dikawasan puncak akan diikuti oleh areal terbangun dikawasan itu. Baik pembangunan jalan, villa, hotel maupun spot-spot areal wisata, sehingga perubahan tutupan lahan setiap tahunnya akan dinamis. Analisis perubahan tata guna lahan berdasarkan citra landsat ETM 7 SLC tahun 1996, 2002 dan 2012.

Tabel 2 Tutupan lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu

Jenis Tutupan Lahan Luas (Ha)

1996 2002 2011

Tegalan/Ladang 2865 2961 2395

Total 15092 15092 15092

Tutupan lahan kawasan puncak dikelompokan ke dalam 8 tipe tutupan lahan yaitu air tawar, semak belukar, hutan, kebun/perkebunan, lahan terbangun, rumput/tanah kosong, sawah dan tegalan/ladang. Perbandingan luas tipe tutupan lahan antara tahun 1996, 2002 dan 2011 (Gambar 10, 11 dan 12) tersaji di bawah ini.

Gambar 10 Diagram tutupan lahan tahun 1996

(24)

12

Hutan di Sub DAS Ciliwung Hulu pada tahun 1996 hingga tahun 2002 mengalami penyusutan luas hingga 175 ha, akan tetapi dari tahun 2002 hingga tahun 2011 tipe tutupan hutan mengalami peningkatan luas sebesar 10 ha. Tipe tutupan lahan air tawar (sungai, danau dan tambak) selalu mengalami penurunan luas, rentang tahun 1996-2002 mengalami penyusutan luas 16 ha, sedangkan rentang tahun 2002 hingga tahun 2011 penyusutan air tawar hanya 1 ha. Penurunan luas ini dapat disebabkan karena adanya pembangunan pemukiman di pinggir sungai maupun karena akumulasi sedimentasi. Penyusutan luas hutan menyebabkan peningkatan erosi yang pada akhirnya meningkatkan laju sedimen dan peningkatan jumlah hutan dapat mengurangi erosivitas. Hal ini membuktikan bahwa erosivitas tidak bisa dihindari akan tetapi dapat dikurangi dengan meningkatkan jumlah vegetasi khususnya pohon.

Gambar 11 Diagram tutupan lahan tahun 2002

0.32 3.83

Gambar 12 Diagram tutupan lahan tahun 2011

0.31 3.72

Gambar 12 Peningkatan lahan terbangun di Sub DAS Ciliwung Hulu

(25)

13 Tahun 2002 hingga tahun 2011 kebun, ladang dan sawah mengalami penyusutan luas digantikan dengan lahan terbangun yang meningkat pesat (Gamabar 13). Peningkatan luas tipe lahan terbangun dan berkurangnya areal bervegetasi dapat meningkatkan aliran permukaan dan mengurangi infiltrasi yang mengakibatkan berkurangnya ketersediaan air tanah.

Berdasarkan bilangan kurva aliran permukaan, hutan mampu menginfiltrasi hujan hingga 75 % dan hanya 25 % yang akan menjadi aliran permukaan, sedangkan lahan terbangun menghasilkan aliran permukaan 72 % hingga 98 % dari total hujan yang jatuh ke tanah. Analisis volume limpasan dengan metode SCS CN pada tutupan lahan tahun 1996, 2002 dan 2011 untuk curah hujan maksimum harian dengan periode ulang 5 tahun masing-masing 6.841.824 m3, 7.589.739 m3 dan 8.737.260 m3. Perhitungan debit pada kejadian banjir 15 januari 2013 berdasarkan SCS CN melalui pendekatan pada kondisi 2011 di dapat volume air sebesar 6.910.664 m3.

Analisis Banjir dan Kekeringan

Pengelolaan DAS ditujukan untuk mencapai beberapa tujuan yaitu terjaminnya penggunaan sumber daya alam yang lestari, seperti hutan, kehidupan liar dan lahan pertanian, tercapainya keseimbangan ekologis lingkungan sebagai sistem penyangga kehidupan, terjaminnya jumlah dan kualitas air yang baik sepanjang tahun, mengendalikan aliran permukaan dan banjir serta mengendalikan

erosi tanah, dan proses degradasi lahan lainnya (Ramdan 2004). Analisis hujan, debit , dan tutupan lahan digunakan dalam menganalisis banjir dan kekeringan. Hujan merupakan input air, tutupan lahan merupakan proses pengolahan air dan debit merupakan outputnya. Berdasarkan data dari tahun 1984-2012 (Gambar 14) perbandingan antara debit maksimum dan debit minimum cenderung mengalami peningkatan.

Salah satu cara untuk menduga kondisi dari suatu DAS adalah dengan melihat perbandingan antara debit maksimum dengan debit minimumnya. Peningkatan ini membuktikan bahwa kondisi Sub DAS Ciliwung Hulu kondisinya semakin kritis. Banjir dan kekeringan akan sering terjadi dan semakin ekstrem jika limpasan tidak diresapkan.

Gambar 13 Rasio debit maksimum dangan debit minimum

(26)

14

Tutupan lahan merupakan instrumen pengelolaan DAS yang dapat dikontrol dalam pengendalian banjir dan kekeringan. Tutupan lahan ini cenderung tidak diperhatikan, dalam fungsinya sebagai kawasan konservasi tanah dan air hutan memiliki peranan yang penting. Hutan bukan hanya perlu untuk dipertahankan akan tetapi penting ditambah luasanya agar dapat mempertahankan fungsi itu sendiri. Namun fenomena yang ada adalah sebaliknya luas hutan berkurang dan areal terbangun meningkat. Jelas ini merusak ekosistem DAS dan terbukti alih fungsi lahan besar-besaran yang terjadi pada tahun 90 an mengakibatkan debit maksimum harian mengalami peningkatan yang ekstrem dan penurunan debit minimum harian.

Penurunan luas hutan dan peningkatan areal terbangun pada dasarnya dipicu oleh faktor ekonomi. Disisi lain kerugian yang ditimbulkan dari penurunan kualitas ekosistem DAS sunguh luar biasa. Bencana alam seperti erosi, longsor, banjir dan kekeringan. Erosi menyebabkan lahan menjadi tidak produktif dan menambah biaya produksi pertanian. Bencana longsor selain menyebabkan kerugian secara materi juga mengancam keselamatan jiwa. Khusus untuk banjir dan kekeringan setiap tahun selalu melanda Ibu Kota Jakarta. Berdasarkan laporan Departemen Kehutanan (2007), banjir besar yang melanda ibu kota pada tahun 1996 dan tahun 2002 telah menimbulkan kerugian 9,8 triliun rupiah, demikian pula banjir besar pada tahun 2007 yang telah merandam hampir 70 % wilayah DKI Jakarta, telah menyebabkan 55 korban jiwa, 320.000 orang mengungsi, dengan total kerugian mencapai 8,8 triliun rupiah.

Analisis Hidrograf Aliran

Hidrograf merupakan penyajian secara grafis hubungan antara debit terhadap waktu. Hidrograf terdiri dari tiga bagian yaitu, lengkung konsentrasi (lengkung naik), bagian puncak dan lengkung resesi. Analisis hidrograf dilakukan pada kejadian banjir besar di Jakarta tanggal 15-16 Januari 2013. Berdasarkan perhitungan pada kejadian banjir tanggal 15 Januari 2013 tampak pada Tabel 3.

Curah hujan 114 mm yang melanda kawasan hulu menghasilkan volume aliran permukaan langsung sebanyak 7.283.160 m3 , dengan tebal limpasan 4,9 cm

(27)

15 dan koefesien limpasan sebesar 43 %. Total volume air yang terjadi pada kejadian hujan 15 Januari 2013 sebanyak 17.204.880 m3. Hidrograf aliran tanggal 15 Januari 2013 di Bendung Katulampa di gambarkan pada Gambar 15.

Aliran dasar pada debit tanggal 15 Januari 2013 sebesar 11,9 m3, curah hujan mulai mempengaruhi debit pada pukul 04:00 dan menanjak pada pukul 05:00. Aliran permukaan yang murni dari masukan curah hujan terjadi pada pukul 05:00-09:00, sedangkan pada pukul 09:00-12.00 sudah dipengaruhi oleh air retensi.

Perhitungan analisis hidrograf pada kejadian banjir tanggal 16 Januari 2013 disajikan pada Tabel 4 di bawah.

Curah hujan tanggal 16 Januari 2013 hanya 56 mm, akan tetapi kondisi tanah telah jenuh karena dipengaruhi oleh hujan sebelumnya sehingga koefesien

Tabel 4 Perhitungan analisis hidrograf 16 Januari 2013 Curah Gambar 14 Grafik hidrograf pada 15 Januari 2013

(28)

16

limpasan meningkat menjadi 71 % dengan ketebalan limpasan 4 cm. Grafik hidrograf disajikan pada Gambar 16.

Aliran dasar pada hidrograf tanggal 16 Januari 2013 sebesar 68,1 m3/s. curah hujan mulai mempengaruhi debit pada pukul 10:00 dan terus meningkat hingga pukul 13:00 mencapai puncaknya. Aliran permukaan yang murni dari masukan curah hujan terjadi pada pukul 10:00-14:00, sedangkan pada pukul 14:00-18.00 sudah dipengaruhi oleh air retensi. Volume aliran langsung sebesar 5.996.808 m3 sedangkan total air pada kejadian hujan 16 januari sebesar 8.451.520 m3.

Analisis Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan bahan organik dan anorganik yang tersuspensi di dalam air dan diangkut oleh air (Manan,1976). Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh suatu aliran akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau terhenti dikenal dengan sedimentasi atau pengendapan (Arsyad, 1989). Peningkatan laju sedimentasi menyebabkan pendangkalan dan penyempitan badan sungai serta pengurangan kualitas air sungai. Sedimentasi ini merupakan akibat dari adanya erosi yang masuk ke badan sungai.

Analisis laju sedimen di sub DAS Ciliwung Hulu dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi hubungan antara debit aliran dengan laju

Gambar 16 Grafik laju sedimentasi di Bendung Katulampa

0

Gambar 15 Garfik hidrograf pada 16 Januari 2013

(29)

17 sedimen observasi. Hubungan debit aliran dengan laju sedimentasi berdasarkan Herwindo (2003) didapatkan persamaan (15), persamaan regresi ini memiliki nilai koefesien determinasi (R2) 97,5% dengan nilai simpangan 0,154. Nilai tersebut menyatakan bahwa hubungan antara debit aliran dengan laju sedimen memiliki korelasi yang kuat. Persamaan regresi antara sedimentasi dan debit memiliki hubungan berbanding lurus artinya semakin besar debit maka sedimentasi akan semakin besar. Laju sedimen melayang rata-rata sebesar 583 ton/hari.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Hasil analisis frekuensi curah hujan maksimum harian pada periode ulang 5, 10, 25 dan 50 tahunan berturut-turut adalah 130 mm, 160 mm, 200 mm dan 229 mm. Periode 2-harian 168 mm, 202 mm, 248 mm dan 283 mm. Periode 3-harian 215 mm, 263 mm, 337 mm dan 389 mm.

2. Hasil analisis frekuensi debit harian maksimum pada periode ulang 5, 10, 25, 50 tahunan berturut-turut adalah 470 m3/s, 565,5 m3/s, 703,4 m3/s dan 819,5 m3/s, sedangkan untuk debit minimum pada periode ulang yang sama berturut-turut adalah 1,4 m3/s, 1 m3/s, 0,8 m3/s dan 0,6 m3/s.

3. Rata-rata peningkatan areal terbangun mencapai 71,8 ha/tahun. Volume limpasan curah hujan maksimum harian berdasarkan metode SCS CN dari tahun 1996 sampai tahun 2011 meningkat 1.895.435 m3

4. Volume limpasan pada tanggal 15 Januari 2013 mencapai 7.283.160 m3 dengan curah hujan 114 mm ketebalan limpasan 4,9 cm dan koefesien limpasan 43%. Tanggal 16 Januari 2013 dengan curah hujan 56 mm volume limpasan langsung mencapai 5.997.240 m3, ketebalan 4 cm dan koefesien limpasan 71 %.

5. Perbandingan antara debit maksimum dengan debit minimum cenderung mengalami peningkatan, ini mengindikasikan kerusakan di sub DAS Ciliwung Hulu semakin kritis.

Saran

Perlu dilakukan kegiatan vegetatif dan teknik sipil lingkungan agar mampu meresapkan kelebihan air antara tahun 1996-2011 sebesar 1.895.435 m3. Kegiatan vegetatif berupa penanaman pohon dilahan kosong dan semak belukar serta

agroforestry. Kegiatan teknik sipil lingkungan diantaranya pembuatan sumur resapan, dam pengendali dan dam penahan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan air. Bogor: IPB Press.

(30)

18

[BPDAS Citarum Ciliwung]. 2011. Laporan Penyusunan Rencana Tindak Pengelolaan DAS Ciliwung dan Sekitarnya. Bogor. BPDAS CitarumCiliwung-Fahutan IPB.

[Departemen Kehutanan]. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Kep.Men.Hut. No.52/Kpts-II/2001. Tentang. Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS. DitJen RLPS. Dit. RLKT.

[Departemen Kehutanan]. 2007. Laporan Akhir Rencana Detail Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada DAS Ciliwung Hulu, Cisadane, Angke, Pesanggrahan, Sunter, Kali Bekasi dalam rangka Pengendalian Bamjir di Wilayah Jabotabek. Jakarta: Ditjen RLPS, BPDAS Citarum Ciliwung. Herwindo E. 2003. Analisis Peluang Curah Hujan, Debit, Hidrograf dan

Sedimentasi pada Berbagai Periode Ulang di Sub DAS Ciliwung Hulu. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Harto S. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kamiana, I made. 2010. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Lee R. 1990. Hidrologi Hutan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Manan S. 1998. Hutan Rimbawan dan Masyarakat. Bogor: IPB Press.

Paimin. 2002. Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai dalam Perspektif Kesehatannya. Surakarta: Prosiding seminar.

Ramdan H. 2004. Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Bandung: Universitas Winaya Mukti.

Setiyanto. 2005. Analisis Karakteristik Biofisik dan Hidrograf Aliran di Daerah Tangkapan Air Cipongkol. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Seyhan E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Subarkah I. 1980. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma

(31)

19 Lampiran 1 Curah hujan maksimum

(32)

20

Periode

(tahun) Persamaan R Square

5 75,03ln(x) + 126,2 0,95

10 94,03ln(x) + 153,8 0,93

25 119,1ln(x) + 190,4 0,90

50 138,1ln(x) + 218,0 0,90

Lampiran 2 Peluang curah hujan maksimum

(33)

21

No Periode Curah hujan (mm)

Harian 2 Harian 3 Harian

1 5 130 168 215

2 10 160 202 268

3 25 200 248 337

(34)

22

Lampiran 3 Perhitungan peluang debit maksimum

m Q max log xi Log ̅ ∑ ̅ 2 ∑ ̅ 3 p

(35)

23

k = ∑ ̅

=

= 0,79

Log xt = ̅ + k . G log x

Log x5 = 2,55898 + (0,7810) x 0,145 = 2,672

X5 = 470 m3/s

Log x10 = 2,55898 + (1,3357) x 0,145 = 2,725

X10 = 565,5

Log x25 = 2,55898 + (1,9904) x 0,145 = 2,847

X25 = 703,4

Log x50 = 2,55898 + (2,4484) x 0,145 = 2,914

X50 = 819,5

No Periode ulang (tahun) Debit (m3/s)

1 5 470,0

2 10 565,5

3 25 703,4

(36)

24

(37)

25

k = ∑ ̅

=

= 0,63

Log xt = ̅ + k . G log x

Log x5 = 0,336539 + (-0,7970) x 0,2372 = 0,147

X5 = 1,4 m3/s

Log x10= 0,336539 + (-1,3295) x 0,2372 = 0,021

X10 = 1,0

Log x25= 0,336539 + (1,9474) x 0,2372 = -0,125

X25 = 0,75

Log x50= 0,336539 + (-2,3734) x 0,2372 = -0,226

X50 = 0,6

No Periode Ulang (tahun) Debit (m3/s)

1 5 1,4

2 10 1,0

3 25 0,7

(38)

26

( )

Bilangan Kurva tertimbang tutupan lahan 2011 = 71,9 S = ( ) - 254 = 99

(

- )

= 57,9 = (57,9/1.000)x(15.092x10.000) = 8.737.259,8 m

3

Nilai bilangan kurva tahun 2013 Q = 7.283.160 m3

P = 114 mm

Q = 7.283.160 =

x 15.092 x 10.000

Q2013 = 48,3

S = 93

( )

( )

CN = 73,2

Lampiran 5 Perhitungan SCS CN

No. Tutupan lahan CN Q (m3)

1 1996 65,7 6.841.824,7

2 2002 68,2 7.589.739

3 2011 71,9 8.737.259,8

(39)

27

Keterangan :

CH = curah hujan T = waktu

H = tinggi muka air Q = debit

BF = aliran dasar

DRO = limpasan langsung UH = unit hidrograf Analisi hidrograf :

Volume DRO = 2023,1 (m3/jam) x 1 (jam) x 3600 (s/jam) = 7.283.160 m3

Tebal Run off = [2023,1 (m3/jam) x 1 (jam) x 3600 (s/jam)] : [15092 x 10000 (m2)] = 0,0483 m = 4,9 cm Koefesien Run off = 49 mm : 114 mm

= 0,43 = 43 %

Lampiran 6 Perhitungan analisis hidrograf 15 Januari 2013

CH T H Q BF DRO UH

(mm) (jam) (cm) (m3/s) (m3/s) (m3/s)

03:00 30 11,9 11,9 0,0 0,0

04:00 40 22,2 11,9 10,3 2,1

05:00 50 35,9 11,9 24,0 4,9

06:00 160 307,5 11,9 295,6 60,3 114 07:00 200 442,0 11,9 430,1 87,8 08:00 200 442,0 11,9 430,1 87,8 09:00 160 307,5 11,9 295,6 60,3 10:00 140 246,1 11,9 234,2 47,8 11:00 120 188,9 11,9 177,0 36,1 12:00 100 138,1 11,9 126,2 25,8

(40)

28

Volume DRO = 1665,9 (m3/jam) x 1 (jam) x 3600 (s/jam) = 5.997.240 m3

Tebal Run off = [1665,9 (m3/jam) x 1 (jam) x 3600 (s/jam)] : [15092 x 10000 (m2)] = 0,0397 m = 4,0 cm Koefesien Run off = 40 mm : 56 mm

= 0,71 = 71 %

Lampiran 7 Perhitungan analisis hidrograf 16 Januari 2013

CH T H Q BF DRO UH

(mm) (jam) (cm) (m3/s) (m3/s) (m3/s)

10:00 70 68,1 68,1 0,0 0,0 11:00 80 90,0 68,1 21,9 5,5 12:00 120 188,9 68,1 120,8 30,2 13:00 180 372,9 68,1 304,8 76,2 14:00 180 372,9 68,1 304,8 76,2 56 15:00 150 276,2 68,1 208,1 52

16:00 140 46,1 68,1 178,0 44,5 17:00 130 217,0 68,1 148,9 37,2 18:00 120 188,9 68,1 120,8 30,2 19:00 110 162,0 68,1 93,9 23,5 20:00 110 162,0 68,1 93,9 23,5 21:00 100 138,1 68,1 70,0 17,5

(41)

29 Lampiran 8 Perhitungan analisis sedimentasi

Qs = 0,35 Q 1,20 S = 0,15 R-Sq = 97,5 %

No Tahun Q (m3/s) QS (ton/hari)

1 1996 15,0 782

2 1997 12,5 628

3 1998 13,4 680

4 1999 8,2 376

5 2000 5,9 252

6 2001 10,4 505

7 2002 11,7 576

8 2003 6,2 270

9 2004 10,0 479

10 2005 9,7 463

11 2006 7,0 312

12 2007 13,7 702

13 2008 17,8 959

14 2009 21,6 1211

15 2010 17,8 956

16 2011 7,7 352

17 2012 8,7 407

(42)

30

(43)

31

(44)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Desember 1988. Penulis adalah anak kedua dari sebelas bersaudara, pasangan Muhammad Sanusi dan Titin Supriatini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN Babakan 1 Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 11 Bogor, hingga tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA IT Abdullah Bin Nuh Bogor dan lulus pada tahun 2005 di SMAN 6 Bogor. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan melalaui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2006.

Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, diantaranya menjadi pengurus FMSC (Forest Management Student Club), Kepala Departemen Dewan Press dan Media DKM Ibadurrahman Fakultas Kehutanan IPB 2009-2010 dan Kepala Departemen Hubungan Masyarakat 2008-2009 Asrama Sylvasari. Selain aktif di organisasi kemahasiswaan penulis juga aktif di organisasi kemasyarakatan yaitu menjadi ketua RT 05/09 Desa Babakan 2008-2009.

Pada tahun 2008 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cilacap dan Batu Raden. Serta mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Cibadak Sukabumi dan BKPH Unit 3 Cianjur di tahun 2009. Pada Tahun 2010 Penulis Mengikuti Praktek Kerja Lapang di PT Inhutani 1 Berau Kalimantan Timur. Dalam rangka mempraktekan ilmu yang didapat dari bangku kuliah penulis terlibat proyek Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) sebagai koordinator regu di PT Wana Buana Lestari (WBL) Kabupaten Pelalawan, Riau dan PT Hutan Rindang Banua (HRB) Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis menjadi koordinator regu dalam survey potensi di PT Jebus Maju, Jambi dan PT Intraca Wood Manucafturing, Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Tahun 2012 penulis juga terlibat dalam proyek Pemetaan Agroforestri untuk PT Furuzi Indogreen, Sumedang Jawa Barat. Kepanitian yang diikuti penulis diantaranya Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional IV 2008 dan Konfrensi Nasional Inovasi dan Teknopreneur RAMP IPB 2013.

Gambar

Gambar 2. Curah hujan maksimum tertinggi dan terendah
Gambar 3 Kurva probabilitas curah hujan
Gambar 4 kurva DDF
Gambar 7 Peluang debit maksimum Sungai Ciliwung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gandum merupakan pakan sumber energi yang memiliki kandungan serat kasar 10,4%, lemak kasar 2,6%, TDN 75-80%, protein kasar 8-14%, abu 2,4%, NDF 16,0%, ADF 4,0%, lignin 1,2%,

Hal ini menjadi layak dan harus didiskusikan untuk mendapat kesimpulan mengenai desa berdikari di wilayah masing-masing yang disajikan melalui presentasi makalah dari

Di sinilah kemudian artikel ini selain menyajikan kisah hidup pemikir Muslim tersebut, banyak mengulas pembaharuan yang dia gagas dalam bidang metodologi tafsir.. Latar

Hartanah Pelaburan dipegang untuk tujuan hasil sewaan jangka panjang atau untuk kenaikan nilai pelaburan atau kedua-duanya sekali, dan tidak diduduki

Uang Rp 6.000.000 tersebut dipotong terlebih dulu oleh Staf Kopontren Nurul Huda Al Hikmah cabang Blora Desa Kutukan untuk biaya administrasi sebesar Rp

pada virtualisasi server menggunakan proxmox telah berhasil dilakukan yaitu dengan indikasi bahwa Virtual Machine ( VM ) telah berhasil pindah ketika salah satu

pendapatan daerah melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, penyusunan rencana pendapatan asli daerah, bagi hasil dan lain-lain pendapatan daerah yang sah,

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas hipoglikemik ekstrak air daun Angsana terhadap kadar glukosa darah (KGD) dan terhadap histopatologi sel beta pada