• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pemanenan hujan dari atap bangunan: studi kasus gedung-gedung dikampus IPB Dramaga Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pemanenan hujan dari atap bangunan: studi kasus gedung-gedung dikampus IPB Dramaga Bogor"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

TUMPAL HAMONANGAN. Analysis of Rainwater Harvesting From Roof Building (Case Study: IPB Dramaga Campus Buildings Bogor). Supervised by YON SUGIARTO.

The rise of the movement to save the environment for our next generation with the concept of green building becomes an important issue now. IPB which became part of Bogor city should take part to make it as a region as comfortable city of Bogor as a vision It had. One way of applying the concept of green building is to harvest the rain from the rooftops of the building. This study calculates the number of rainwater that can be harvested through the roof of the buildings on IPB Darmaga Bogor campus. Using monthly rainfall data average, broad roof of the building IPB Darmaga, then get the amount of rainwater that can be harvested. And using reference from the Technical Guidelines and Survey Procedures for Assessment of Drinking Water Supplies and Services and the Technical Guidelines Development Procedures Urban Water Supply Master Plan of the Directorate General of Public Works has the Department of Public Works to see in general the percentage of water which can be harvested to meet the needs of clean water for usage on campus. From analysis, water potential that can be harvested through the roof of the building on the campus of IPB Dramaga amounted to 319.734 m3 per year or equal to 52% of the average annual needs. Where, rainwater can be harvested in November, the highest (65%) and lowest in July (34%)

(2)

ABSTRAK

TUMPAL HAMONANGAN. Analisis Pemanenan Hujan dari Atap Bangunan (Studi kasus : gedung-gedung di kampus IPB Dramaga Bogor). Dibimbing oleh YON SUGIARTO.

Maraknya gerakan penyelamatan lingkungan dengan konsep bangunan hijau (Green Building) menjadi isu yang penting untuk menyelamatkan generasi berikutnya. IPB yang menjadi bagian dari kota Bogor sudah seharusnya ikut mengambil bagian untuk menjadikannya sebagai daerah yang mengoptimalkan sumberdaya yang ada dan berwawasan lingkungan demi tercapainya kota Bogor yang nyaman sebagaimana visi yang dimilikinya. Salah satu cara menerapkan konsep bangunan hijau adalah dengan memanen hujan dari atap bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung banyaknya air hujan yang dapat dipanen melalui atap bangunan di kampus IPB Darmaga Bogor. Dengan menggunakan data curah hujan bulanan rata-rata, luas atap bangunan IPB Darmaga, maka di dapatkan jumlah air hujan yang bisa dipanen. Serta menggunakan acuan dari Petunjuk Teknis Tata Cara Survei dan Pengkajian Kebutuhan dan Pelayanan Air Minum serta Petunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Air Bersih Perkotaan dari direktorat jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum untuk melihat secara umum persentase air yg dapat dipanen dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk pemakaian di kampus. Dari analisis yang dilakukan, Potensi air yang dapat dipanen melalui atap bangunan di kampus IPB Dramaga adalah sebesar 319.734 m3 setiap tahunnya atau sebesar 52% dari kebutuhan rata-rata tahunan. Dimana, air hujan yang dapat dipanen terbesar terdapat pada bulan November (65%) dan terkecil pada bulan Juli (34%).

(3)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Salah satu alasannya karena IPB memiliki sebanyak 141 orang dosen bergelar professor atau sama dengan 13 persen dari total jumlah dosen IPB saat ini (Ruslan, 2010). IPB memiliki tenaga pendidik (dosen) sebanyak 1.169 orang dan tenaga kependidikan (Pegawai TU) sebanyak 1.496 orang, serta setiap tahunnya IPB menerima rata-rata 3.500 orang mahasiswa baru. Seiring tingginya aktivitas di kampus (baik pegawai ataupun mahasiswa), maka banyak pula air yang dibutuhkan IPB.

Dramaga terletak di bagian barat dari Kota Bogor, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3.552 mm dengan hari hujan 187. Suhu maksimum rata-rata 30°C, minimum rata-rata 20°C, dan suhu udara rata-rata 26°C dengan rata-rata kelembaban nisbi 88%.

Saat ini, Kampus IPB berada di IPB yang berada di Kecamatan Dramaga menggunakan sungai Cihideung dan sungai Ciapus yang merupakan air permukaan sebagai sumber air utama untuk kebutuhan kampus (Peta lokasi gedung-gedung Kampus dan sungai-sungai dapat dilihat dalam lampiran 1). Laboratorium penjernihan air terdapat di dua tempat, yaitu di belakang garasi bus IPB (5 water treatment plant dengan kapasitas masing-masing sebesar 10 liter/detik) dan di dekat pintu 3 IPB (2

water treatment plant dengan kapasitas masing-masing 12 liter/detik) dengan rata-rata produksi perharinya sebesar 1.728.000 liter per hari jika diasumsikan WTP beoperasi dalam waktu 8 jam setiap hari. Umur WTP yang cukup lama menyebabkan pasokan air untuk kampus terkadang terasa kurang jika terjadi kerusakan pada pompa serta hal-hal teknis lainnya.

Rata-rata curah hujan yang cukup tinggi di daerah Dramaga sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu cara pemanenan hujan yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan air hujan melalui atap gedung. Gedung-gedung di kampus IPB Dramaga mempunyai keuntungan sendiri jika memanfaatkan air hujan, dan menggunakannya sebagai sumber air utama untuk kebutuhan di kampus. Atap-atap gedung yang menyatu satu sama lain untuk beberapa fakultas memberi kemudahan ketika menghubungkannya ke bak penyimpanan.

Pemanenan hujan melalui atap-atap gedung menjadi penting untuk dipertimbangkan dengan kondisi yang ada mengingat semakin sadarnya manusia akan pentingnya menyelamatkan lingkungan seiring berkembangnya informasi berkurangnya air bersih akibat pemanasan global yang memicu pasokan air permukaan menguap lebih cepat dan tuntutan akan adanya gerakan penyelamatan lingkungan dengan konsep bangunan hijau (Green Building).

1.2 Tujuan

1. Mempelajari besar kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga menurut kelompok pengguna 2. Menghitung potensi sumber daya air

hasil pemanenan hujan dari atap bangunan di kampus IPB Dramaga 3. Menyusun rancangan pemanenan air

hujan untuk gedung kampus IPB Dramaga

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Air baku adalah air yang berasal dari alam yang belum diolah untuk dipergunakan. Volume air bumi adalah 1.386 juta km3 dan permukaan. Kedua jenis air baku ini memiliki karakteristik yang berbeda yang dikarenakan perbedaan proses alamiah yang dialami kedua jenis air baku ini. Air baku dapat digunakan langsung maupun mengalami proses pengolahan terlebih dahulu tergantung peruntukan pemakaian air tersebut.

(4)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Salah satu alasannya karena IPB memiliki sebanyak 141 orang dosen bergelar professor atau sama dengan 13 persen dari total jumlah dosen IPB saat ini (Ruslan, 2010). IPB memiliki tenaga pendidik (dosen) sebanyak 1.169 orang dan tenaga kependidikan (Pegawai TU) sebanyak 1.496 orang, serta setiap tahunnya IPB menerima rata-rata 3.500 orang mahasiswa baru. Seiring tingginya aktivitas di kampus (baik pegawai ataupun mahasiswa), maka banyak pula air yang dibutuhkan IPB.

Dramaga terletak di bagian barat dari Kota Bogor, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3.552 mm dengan hari hujan 187. Suhu maksimum rata-rata 30°C, minimum rata-rata 20°C, dan suhu udara rata-rata 26°C dengan rata-rata kelembaban nisbi 88%.

Saat ini, Kampus IPB berada di IPB yang berada di Kecamatan Dramaga menggunakan sungai Cihideung dan sungai Ciapus yang merupakan air permukaan sebagai sumber air utama untuk kebutuhan kampus (Peta lokasi gedung-gedung Kampus dan sungai-sungai dapat dilihat dalam lampiran 1). Laboratorium penjernihan air terdapat di dua tempat, yaitu di belakang garasi bus IPB (5 water treatment plant dengan kapasitas masing-masing sebesar 10 liter/detik) dan di dekat pintu 3 IPB (2

water treatment plant dengan kapasitas masing-masing 12 liter/detik) dengan rata-rata produksi perharinya sebesar 1.728.000 liter per hari jika diasumsikan WTP beoperasi dalam waktu 8 jam setiap hari. Umur WTP yang cukup lama menyebabkan pasokan air untuk kampus terkadang terasa kurang jika terjadi kerusakan pada pompa serta hal-hal teknis lainnya.

Rata-rata curah hujan yang cukup tinggi di daerah Dramaga sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu cara pemanenan hujan yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan air hujan melalui atap gedung. Gedung-gedung di kampus IPB Dramaga mempunyai keuntungan sendiri jika memanfaatkan air hujan, dan menggunakannya sebagai sumber air utama untuk kebutuhan di kampus. Atap-atap gedung yang menyatu satu sama lain untuk beberapa fakultas memberi kemudahan ketika menghubungkannya ke bak penyimpanan.

Pemanenan hujan melalui atap-atap gedung menjadi penting untuk dipertimbangkan dengan kondisi yang ada mengingat semakin sadarnya manusia akan pentingnya menyelamatkan lingkungan seiring berkembangnya informasi berkurangnya air bersih akibat pemanasan global yang memicu pasokan air permukaan menguap lebih cepat dan tuntutan akan adanya gerakan penyelamatan lingkungan dengan konsep bangunan hijau (Green Building).

1.2 Tujuan

1. Mempelajari besar kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga menurut kelompok pengguna 2. Menghitung potensi sumber daya air

hasil pemanenan hujan dari atap bangunan di kampus IPB Dramaga 3. Menyusun rancangan pemanenan air

hujan untuk gedung kampus IPB Dramaga

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Air baku adalah air yang berasal dari alam yang belum diolah untuk dipergunakan. Volume air bumi adalah 1.386 juta km3 dan permukaan. Kedua jenis air baku ini memiliki karakteristik yang berbeda yang dikarenakan perbedaan proses alamiah yang dialami kedua jenis air baku ini. Air baku dapat digunakan langsung maupun mengalami proses pengolahan terlebih dahulu tergantung peruntukan pemakaian air tersebut.

(5)

lain. Karena itulah, air hujan juga mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat dalam udara. Jadi kualitas air hujan juga banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya (McBroom dan Beasley 2004).

2.1 Pengelompokan Pengguna Air

Variasi tujuan dari penggunaan air dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, 1. Domestik, 2. Industri, 3. Publik (Hardenberg dan Rodie, 1960). Selain itu, didalam setiap sistem yang berhubungan dengan air, biasanya terdapat air yang tidak terhitung (terhilang) misalnya air yang terhilang karena kebocoran (leakage) dan karena terjadi pemborosan penggunaan air (waste). Pengguna domestik mencakup penggunaan air di tempat tinggal untuk tujuan rumah tangga dan juga untuk menyirami tanaman. Air juga digunakan untuk industri dan komersial. Industri biasanya menggunakan jumlah air yang tetap dari tahun ke tahun dengan standar kualitas yang tertera pada Permenkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 (Hardyanti 2006).

2.2 Perkiraan Pemakaian Air

Dalam perhitungan perkiraan kebutuhan air, jumlah pengguna air merupakan faktor yang paling penting. Sudah jelas bahwa jumlah pengguna air yang besar akan memakai air dalam jumlah yang lebih banyak daripada jumlah pengguna air yang kecil.

Perhitungan kebutuhan air diperlukan unruk merencanakan sistem suplai air yang dilakukan untuk perencanaan pelayanan masa yang akan datang. Analisis kebutuhan masa depan suatu wilayah dimulai dengan memperhatikan pemakaian sekarang dengan kondisi masyarakat yang ada.

Perhitungan kebutuhan air bersih di Indonesia mengacu pada petunjuk Tata Cara Teknis Survei dan Pengkajian Kebutuhan Air dan Pelayanan Air Minum yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.

2.3 Pemanenan Hujan

Pemanenan hujan adalah proses memanfaatkan air hujan dengan cara ditampung dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Air hujan biasanya dikumpulkan atau dipanen dari bubungan atap, lantai beton di pekarangan rumah, jalan, dan permukaan yang kedap air lainnya. Air hujan kemudian mengalir sepanjang talang (gutter), dan masuk ke dalam suatu tangki pengumpul. Pemanenan hujan sangat

membantu mengurangi air larian permukaan (runoff) yang berasal dari hujan (Helmreich & Horn 2008).

2.3.1 Metode Pemanenan hujan

Secara garis besar, menurut Asdak (2007) cara pemanenan hujan dapat dibagi kedalam dua bagian, pertama dilakukan dengan mengumpulkan air hujan di atas atap bangunan (roof catchment) dan yang kedua dilakukan dengan mengumpulkan air hujan di atas permukaan tanah (ground catchment).

Cara pemanenan hujan di atas permukaan tanah pada dasarnya adalah usaha menampung air larian permukaan (surface runoff). Banyaknya air hujan yang dapat dipanen dengan cara pengumpulan air di atas permukaan tanah akan ditentukan oleh topografi bidang tangkapan (datar atau miring) dan oleh kemampuan lapisan tanah atas menahan air (Yan Li et al. 2003). Asdak (2007) menyatakan pula bahwa besarnya air yang dapat dipanen bervariasi dari sekitar 30 % (dari total hujan) untuk kondisi permukaan bidang tangkapan yang bersifat tidak kedap air (pervious) dan dalam keadaan datar, sampai dengan lebih dari 90 % untuk keadaan bidang tangkapan yang berlereng dan bersifat tidak kedap air (impervious).

Cara pemanenan hujan dari atap bangunan yaitu dengan mengalirkan dan mengumpulkan air hujan dari atap bangunan (rumah, bangunan besar, greenhouse,

courtyard, dan permukaan yang impermeable

termasuk jalan.

Secara garis besar, ada tiga komponen dalam alat pemanenan hujan dari atap bangunan ini. Collector berupa atap bangunan, conveyor sebagai saluran air, dan

storage berupa tangki penyimpanan air. Awalnya, air hujan akan menerpa atap bangunan dan terkumpul melalui talang

(gutter) di sekeliling bangunan. Agar terhindar dari pencemaran, dinding atap itu tidak boleh menggunakan bahan asbes serta jangan mengalami pengecatan yang mengandung unsur yang mungkin mencemari air, seperti chrome, besi atau metal. Atap sebaliknya juga tidak terganggu oleh pepohonan, sehingga tidak ada dedaunan atau kotoran hewan yang ikut mengalir melalui talang (conveyor). Sebagai proses pembersihan awal, perlu dipasang alat penyaring/ alat yang berbentuk tipping bucket

(6)

Gambar 1 Prototipe sistem panen hujan melalui atap bangunan untuk keperluan rumah tangga.

Sistem ini sangat lazim dilakukan di negara-negara yang sangat rentan terhadap kekeringan seperti di Afrika, India, Srilangka, Iran, Cina, dan di beberapa negara Asia Tenggara. Di Indonesia, sistem panen hujan yang diaplikasikan di beberapa negara tersebut dapat dijadikan pembelajaran untuk mengantisipasi kelangkaan air terutama di wilayah beriklim kering. Upaya yang dilakukan yaitu dengan menampung air hujan dari atap rumah, terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sistem panen hujan untuk keperluan rumah tangga dengan menampung aliran air dari atap rumah dapat mempergunakan berbagai jenis bak penampung yang sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Biasanya air yang ditampung dapat dipergunakan untuk minum, memasak, dan untuk irigasi dalam skala rumah tangga. Ilustrasi panen hujan secara sederhana dari suatu atap bangunan disajikan pada Gambar 1.

2.3.2 Perkembangan Pemanenan Hujan di Beberapa Negara

Di beberapa negara ternyata pemanenan hujan sudah lama dilakukan dan sampai sekarang masih terus dikembangkan. Kegiatan pemanenan hujan tersebut sudah tersebar di banyak lokasi di Filipina di tempat yang tidak mungkin diperoleh air tawar dengan cara lain. Di India, terdapat advokasi yang kuat melalui kampanye air oleh CSE (Center for Science and Technology), yang menganjurkan menghentikan fokus pada masalah dan beralih pada solusinya. Di Amerika Serikat kegiatan pemanenan hujan masih terus dikembangkan di Hawaii dan California. Air hujan dari atap rumah yang ditampung dalam suatu bak dapat dijadikan sember air utama bagi keperluan rumah tangga. Bahkan terdapat peraturan bahwa pembangunan rumah baru tidak akan

diberi izin jika tidak ada rencana penampungan air hujan dari atapnya.

Bandar udara Changi di Singapura juga menggunakan sistem pemanenan hujan dari atap, dengan total penggunaan antara 28 sampai 30 % dari air yang digunakan. Hasilnya sistem ini dapat menghemat kira-kira S$ 390.000 per tahunnya. Juga di Negara-negara lain seperti Jerman, Jepang, Malaysia, Thailand, China dan Afrika juga diterapkan sistem pemanenan hujan tersebut (www.rainwaterharvesting.com).

2.3.3 Sejarah Pemanenan Hujan di Indonesia

Pemanenan hujan yang tertua dikenal dalam sejarah Indonesia adalah sebagai penadah air hujan untuk memperoleh air tawar bagi kehidupan sehari-hari, terutama untuk minum. Mula-mula ditampung biasa dengan peralatan seadanya. Kemudian dikembangkan dengan pemanenan dari atap rumah yang dikumpulkan dalam bak-bak penampungan dan digunakan secara hemat sampai hujan tiba berikutnya. Penyediaan seperti ini lazim digunakan di daerah pantai dan pulau-pulau kecil, dengan air permukaan dan air tanah yang payau dan asin (Notodoharjo, 2006).

(7)

Gambar 2 Sistem pemanenan hujan di bandara Changi Singapura.

2.4 Bangunan Hijau (Green building) Menurut Pimpinan Center for Building Energy Study Universitas Petra, Surabaya, Ir Jimmy Priatman, M Arch, bangunan hijau tidak bisa dipisahkan dari green architecture. Ia mengungkapkan, yang dimaksud green building tidak hanya hemat energi tapi juga hemat air, melestarikan sumber daya alam, dan meningkatkan kualitas udara. Sementara

green architecture adalah bagaimana mengubah empat hal itu menjadi bagian yang berkesinambungan.

Pemanenan hujan menjadi bagian dalam hal bangunan hijau, dimana pemanenan hujan menjadi sangat berperan untuk mengurangi banyaknya air aliran permukaan yang ada ketika hujan turun sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi kemungkinan terjadinya banjir. Konsep bangunan hijau dalam hal ini dinyatakan dalam menghemat penggunaan sumber daya air aliran permukaan melalui desain bangunan (Li Cheng 2002) serta menghemat penggunaan listrik untuk menghasilkan air bersih dikarenakan tidak memerlukan pompa lagi untuk memasukkan air ke dalam unit pengolahan air (Sailor 2008).

BAB III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah

1. Data luas atap bangunan kampus IPB Dramaga.

2. Data jumlah mahasiswa dan pegawai di kampus IPB Dramaga

3. Data curah hujan bulanan 16 tahun (tahun 1987-2002) daerah Dramaga 4. Seperangkat komputer dengan

perangkat lunak Microsoft office dan

AutoCad

3.2 Metode penelitian

3.2.1 Metode Pengumpulan Data

3.2.1.1Metode Pengumpulan Data Jumlah Pengguna Air di Kampus IPB Dramaga

Data jumlah pengguna air didapatkan dari Sub. Dit. Registrasi dan Statistik Direktorat AJMP IPB per tanggal 24 Nopember 2008, dimana jumlah mahasiswa IPB yang melakukan kegiatan perkuliahan di kampus IPB Dramaga adalah 17.728 orang meliputi program sarjana dan program pascasarjana (magister dan doktor).

3.2.1.2 Metode Pengumpulan Data Curah Hujan Wilayah Dramaga

(8)

Gambar 2 Sistem pemanenan hujan di bandara Changi Singapura.

2.4 Bangunan Hijau (Green building) Menurut Pimpinan Center for Building Energy Study Universitas Petra, Surabaya, Ir Jimmy Priatman, M Arch, bangunan hijau tidak bisa dipisahkan dari green architecture. Ia mengungkapkan, yang dimaksud green building tidak hanya hemat energi tapi juga hemat air, melestarikan sumber daya alam, dan meningkatkan kualitas udara. Sementara

green architecture adalah bagaimana mengubah empat hal itu menjadi bagian yang berkesinambungan.

Pemanenan hujan menjadi bagian dalam hal bangunan hijau, dimana pemanenan hujan menjadi sangat berperan untuk mengurangi banyaknya air aliran permukaan yang ada ketika hujan turun sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi kemungkinan terjadinya banjir. Konsep bangunan hijau dalam hal ini dinyatakan dalam menghemat penggunaan sumber daya air aliran permukaan melalui desain bangunan (Li Cheng 2002) serta menghemat penggunaan listrik untuk menghasilkan air bersih dikarenakan tidak memerlukan pompa lagi untuk memasukkan air ke dalam unit pengolahan air (Sailor 2008).

BAB III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah

1. Data luas atap bangunan kampus IPB Dramaga.

2. Data jumlah mahasiswa dan pegawai di kampus IPB Dramaga

3. Data curah hujan bulanan 16 tahun (tahun 1987-2002) daerah Dramaga 4. Seperangkat komputer dengan

perangkat lunak Microsoft office dan

AutoCad

3.2 Metode penelitian

3.2.1 Metode Pengumpulan Data

3.2.1.1Metode Pengumpulan Data Jumlah Pengguna Air di Kampus IPB Dramaga

Data jumlah pengguna air didapatkan dari Sub. Dit. Registrasi dan Statistik Direktorat AJMP IPB per tanggal 24 Nopember 2008, dimana jumlah mahasiswa IPB yang melakukan kegiatan perkuliahan di kampus IPB Dramaga adalah 17.728 orang meliputi program sarjana dan program pascasarjana (magister dan doktor).

3.2.1.2 Metode Pengumpulan Data Curah Hujan Wilayah Dramaga

(9)

3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Dramaga

Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas atap bangunan dihitung dari gambar yang diberikan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB dalam bentuk softcopy dengan format AutoCad.

3.2.2 Metode Pengolahan Data

Data curah hujan yang tersedia adalah pencatatan curah hujan bulanan antara tahun 1987 sampai tahun 2002. Curah hujan bulanan rata-rata diperoleh dari merata-ratakan data curah hujan bulanan yang ada.

Perhitungan kebutuhan air bersih kampus IPB Dramaga ini mengacu pada Petunjuk Teknis Tata Cara Survei dan Pengkajian Kebutuhan dan Pelayanan Air Minum serta Petunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Air Bersih Perkotaan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, yaitu :

1. Wilayah kampus IPB Dramaga diklasifikasikan sebagai wilayah perkotaan dengan tingkat pelayanan sebesar 100 %.

2. Tingkat pemakaian air untuk kebutuhan domestik adalah 200 liter/orang/hari. Pemakaian domestik di kampus IPB Dramaga ada pada asrama mahasiswa. 3. Tingkat pemakaian non domestik :

a. Mahasiswa dan pegawai. Besar kebutuhan mahasiswa adalah 20 liter/orang/hari dan kebutuhan untuk pegawai sebesar 40 liter/orang/hari. b. Laboratorium. Kebutuhan air

laboratorium adalah sebesar 10 liter/m2/hari.

c. Siram tanaman dan cuci kendaraan operasional diasumsikan sebesar 10% dari kebutuhan harian rata-rata. 4. Kehilangan air diasumsikan sebesar 10 %

dari kebutuhan air rata-rata.

5. Kebutuhan air hari maksimum ditentukan sebesar 2 x kebutuhan harian rata-rata. 6. Kebutuhan air jam puncak ditentukan

sebesar 2 x kebutuhan harian rata-rata.

Perhitungan jumlah air hujan yang bisa di panen yaitu dengan melakukan perkalian antara luas atap bangunan di kampus IPB Dramaga dengan curah hujan rata-rata bulanan dengan memperhatikan tingkat

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengguna Air di Kampus IPB

Dramaga

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Sub. Dit. Registrasi dan Statistik Direktorat AJMP IPB per tanggal 24 Nopember 2008 diketahui jumlah mahasiswa IPB yang melakukan kegiatan perkuliahan di kampus IPB Dramaga adalah 17.728 orang meliputi program sarjana dan program pascasarjana (magister dan doktor), sedangkan berdasarkan data Subdit Perencanaan, Penempatan, Pengembangan SDM dan Hubungan Kerja Direktorat SDM IPB, pada bulan November 2008, jumlah pegawai IPB adalah 1496 orang tenaga pendidik dan 1169 orang tenaga kependidikan.

Tabel 1 Jumlah pengguna air di kampus IPB Dramaga

Pengguna Air Jumlah (Orang)

4.2 Kebutuhan Air Bersih di Kampus IPB Dramaga

Perhitungan kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga dilakukan dengan tingkat kebutuhan sesuai dengan kelompok penggunanya. Perhitungan kebutuhan air bersih untuk mahasiswa dan pegawai dilakukan dengan cara mengalikan jumlah pengguna air dengan tingkat kebutuhan air.

(10)

3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Dramaga

Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas atap bangunan dihitung dari gambar yang diberikan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB dalam bentuk softcopy dengan format AutoCad.

3.2.2 Metode Pengolahan Data

Data curah hujan yang tersedia adalah pencatatan curah hujan bulanan antara tahun 1987 sampai tahun 2002. Curah hujan bulanan rata-rata diperoleh dari merata-ratakan data curah hujan bulanan yang ada.

Perhitungan kebutuhan air bersih kampus IPB Dramaga ini mengacu pada Petunjuk Teknis Tata Cara Survei dan Pengkajian Kebutuhan dan Pelayanan Air Minum serta Petunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Air Bersih Perkotaan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, yaitu :

1. Wilayah kampus IPB Dramaga diklasifikasikan sebagai wilayah perkotaan dengan tingkat pelayanan sebesar 100 %.

2. Tingkat pemakaian air untuk kebutuhan domestik adalah 200 liter/orang/hari. Pemakaian domestik di kampus IPB Dramaga ada pada asrama mahasiswa. 3. Tingkat pemakaian non domestik :

a. Mahasiswa dan pegawai. Besar kebutuhan mahasiswa adalah 20 liter/orang/hari dan kebutuhan untuk pegawai sebesar 40 liter/orang/hari. b. Laboratorium. Kebutuhan air

laboratorium adalah sebesar 10 liter/m2/hari.

c. Siram tanaman dan cuci kendaraan operasional diasumsikan sebesar 10% dari kebutuhan harian rata-rata. 4. Kehilangan air diasumsikan sebesar 10 %

dari kebutuhan air rata-rata.

5. Kebutuhan air hari maksimum ditentukan sebesar 2 x kebutuhan harian rata-rata. 6. Kebutuhan air jam puncak ditentukan

sebesar 2 x kebutuhan harian rata-rata.

Perhitungan jumlah air hujan yang bisa di panen yaitu dengan melakukan perkalian antara luas atap bangunan di kampus IPB Dramaga dengan curah hujan rata-rata bulanan dengan memperhatikan tingkat

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengguna Air di Kampus IPB

Dramaga

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Sub. Dit. Registrasi dan Statistik Direktorat AJMP IPB per tanggal 24 Nopember 2008 diketahui jumlah mahasiswa IPB yang melakukan kegiatan perkuliahan di kampus IPB Dramaga adalah 17.728 orang meliputi program sarjana dan program pascasarjana (magister dan doktor), sedangkan berdasarkan data Subdit Perencanaan, Penempatan, Pengembangan SDM dan Hubungan Kerja Direktorat SDM IPB, pada bulan November 2008, jumlah pegawai IPB adalah 1496 orang tenaga pendidik dan 1169 orang tenaga kependidikan.

Tabel 1 Jumlah pengguna air di kampus IPB Dramaga

Pengguna Air Jumlah (Orang)

4.2 Kebutuhan Air Bersih di Kampus IPB Dramaga

Perhitungan kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga dilakukan dengan tingkat kebutuhan sesuai dengan kelompok penggunanya. Perhitungan kebutuhan air bersih untuk mahasiswa dan pegawai dilakukan dengan cara mengalikan jumlah pengguna air dengan tingkat kebutuhan air.

(11)

perhitungan kebutuhan air untuk tamu. Maka dari itu dalam perhitungan kebutuhan air, tamu yang datang ke kampus IPB Dramaga tidak dimasukkan nilainya.

Kebutuhan air laboratorium didapatkan dengan mengalikan luas lantai laboratorium dengan tingkat kebutuhannya. Kebutuhan rata-rata adalah hasil perkalian jenis pemakai dengan kebutuhan dan ditambahkan dengan 20 % dari hasil perkalian tersebut. Angka 20% diperoleh dari angka kehilangan air dan untuk siram tanaman dan cuci kendaraan operasional. Perhitungan detail kebutuhan air di kampus IPB dapat dilihat pada lampiran 3.

Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada lampiran 3, kebutuhan rata-rata harian kampus IPB Dramaga adalah sebesar 1.723.536 liter/hari atau 1.724 m3 setiap hari. Kebutuhan puncak adalah 2.068.243 liter/hari atau sama dengan 2.068 m3 dan kebutuhan harian maksimum adalah 3.447.072 liter/hari atau sama dengan 3.447 m3.

Berdasarkan kelompok pengguna, air yang dibutuhkan untuk keperluan domestik sebesar 838.560 liter/hari. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya mahasiswa yang tinggal di asrama di lingkungan kampus IPB melakukan aktivitas keseharian mereka yang menggunakan air, termasuk untuk kegiatan mandi, cuci, kakus (MCK). Kebutuhan harian rata-rata untuk pengguna publik yaitu sebesar 471.024 liter/hari, dan untuk penggunaan industri (dalam hal ini industri pendidikan) membutuhkan air bersih perhari rata-rata sebanyak 413.952 liter.

Tabel 2 Besar kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga menurut kelompok pengguna

Dalam perhitungan berikutnya nilai kebutuhan air yang akan digunakan adalah nilai kebutuhan rata-rata, karena kebutuhan hari maksimum tidak terjadi setiap saat dan kebutuhan puncak terjadi pada jam-jam tertentu sehingga rentang waktunya pendek dan besarnya tidak dapat merepresentasikan kebutuhan secara umum sepanjang tahun. Jika rata-rata jumlah hari dalam satu bulan adalah 30 hari, kebutuhan bulanan rata-rata adalah 51.705 m3 dan dalam satu tahun (365 hari), air bersih yang dibutuhkan adalah 629.078 m3.

4.3 Curah Hujan Wilayah Dramaga Data curah hujan yang tersedia adalah pencatatan curah hujan bulanan antara tahun 1987 sampai tahun 2002. Curah hujan bulanan rata-rata diperoleh dari merata-ratakan data curah hujan bulanan yang ada. Rata-rata curah hujan bulanan ini akan digunakan pada perhitungan selanjutnya.

Tabel 3 Curah Hujan Bulanan Rata-rata Wilayah Dramaga Tahun 1987-2002

(12)

Gambar 3 Curah Hujan Bulanan rata-rata wilayah Dramaga (Tahun 1987-2002).

Berdasarkan data curah hujan wilayah Dramaga yang terdapat pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kampus IPB Dramaga mengalami hujan sepanjang tahun. Curah hujan yang turun tidak merata sepanjang tahun, tetapi bervariasi menurut musimnya. Curah hujan bulanan rata-rata tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 405 mm, dan terendah pada bulan Juli, yaitu 212 mm.

4.4 Volume Air Hujan yang Bisa Dipanen Setelah melakukan perhitungan dan pengumpulan data dari rektorat IPB, maka didapat data luas bangunan yang ada di kampus IPB Dramaga seperti yang tertera pada Tabel 5.

Luas atap bangunan di kampus IPB Dramaga bervariasi menurut penggunaannya. Untuk kegiatan perkuliahan terdapat 53.925 m2 luas atap bangunan. Bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal (asrama) mempunyai luas atap 13.583 m2. Untuk dengan cara mengalikannya dengan besar curah hujan yang tercantum pada Tabel 3.

Tabel 4 Luas Atap Bangunan yang Terdapat di Kampus IPB Dramaga

No Gedung

Sumber : Direktorat Fasilitas dan Properti IPB

Besar kebutuhan air bersih tiap bulan dianggap sama besar yaitu 51.705 m3. Diasumsikan bahwa 10 % dari curah hujan yang turun tidak dapat dimanfaatkan karena 0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

CH (mm)

(13)

Tabel 5 Volume Air Hujan yang Dapat Dipanen pada Kampus IPB Dramaga.

terbuang dan digunakan sebagai pembersih atap. Perhitungan volume air hujan yang dapat dikumpulkan setiap bulan serta persentasenya terhadap kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga disajikan pada Tabel 5.

Potensi air yang dapat dipanen melalui atap bangunan di kampus IPB Dramaga adalah sebesar 319.734 m3 setiap tahun atau sebesar 52 % dari kebutuhan rata-rata tahunan. Dimana, air hujan yang dapat dipanen terbesar terdapat pada bulan November (65%) dan terkecil pada bulan Juli (34%). Volume air yang dapat dipanen melalui atap bangunan ini tidak cukup untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan air di kampus IPB Dramaga. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada bangunan-bangunan yang terdapat di kampus IPB Dramaga, cara ini mudah untuk diterapkan karena hampir seluruh bangunan sudah memiliki talang air dan pipa penyalur yang diperlukan untuk mengumpulkan air hujan.

Pada musim kemarau tiba, petugas lapang laboratorium penjernihan air IPB sering mengalami kesulitan, yaitu kurangnya debit air yang terdapat pada sungai sehingga sering kali air yang dapat disedot menggunakan pompa untuk diolah dirasa kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih di kampus IPB. Selain itu, sering pula terdapat masalah teknis lainnya, salah satunya ketika banyaknya sampah-sampah yang menutupi pipa saluran air dari sungai Cihideung yang menyebabkan terhambatnya air masuk ke alat penjernihan. Ditambah lagi pompa WTP yang ada merupakan peralatan yang sudah tua (4

WTP berumur 10-25 tahun, 1 WTP tahun 2010) dan sering mengalami kerusakan sehingga terkadang mengurangi kapasitas air bersih yang bisa diproduksi.

Melihat kondisi di atas, maka banyaknya air hujan yang bisa dipanen menggunakan atap bangunan di kampus IPB Dramaga akan sangat membantu memenuhi kebutuhan air bersih di kampus, terutama ketika musim kemarau tiba. Selain itu pula menurut banyak penelitian yang sudah ada (rainwaterharvesting.org), biaya pengoperasian dan perawatan sistem pemanenan hujan relatif lebih murah.

Perhitungan luas atap bangunan di atas tidak termasuk bangunan-bangunan kecil yang berada di kampus seperti pos keamanan, tempat parkir motor karena dirasa air hujan yg dapat ditampung dari bangunan tersebut tidak signifikan jumlahnya. Juga beberapa bangunan yang sedang atau baru saja di bangun di kampus IPB dikarenakan pada saat pengambilan data dari pihak rektorat belum memiliki data tersebut.

(14)

Gambar 4 Desain bangunan bak penampung air hujan di antara dua wing.

Terlihat dalam gambar 4, bahwa menara penampung air hujan di buat diantara 3 buah

wing kampus. Dimensi bak penampung air hujan berikut adalah luas alas 218 m2 dengan tinggi 2 meter.

Menara bak penampung ditempatkan diantara 3 buah wing, dimana satu menara bak penampung dapat menampung hingga 435 m3 air. Air yang mengalir ke bak penampung berasal dari setengah luas permukaan masing-masing atap atau bisa juga untuk menampung seluruh air yang jatuh ke seluruh permukaan atap, disesuaikan dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan aspek estetika.

Bak tersebut dapat menampung air hujan yang jatuh ke permukaan atap bangunan selama 2 atau 3 bulan. Ketika musim hujan maka bak penampung hujan dapat menampung hingga 2 bulan (tergantung curah hujan) jika air yang ditampung tidak digunakan, dan dapat menampung air hujan selama 3 bulan ketika musim kemarau tiba. Berikut adalah Tabel yang menunjukkan banyaknya air hujan yang bisa dipanen jika menggunakan keseluruhan atap bangunan dari 3 wing dan jika menggunakan setengah dari atap wing.

Tabel 6 Volume air hujan yang dapat ditampung dari 3 atap wing.

No Bulan Curah Hujan (m) Volume ½ perm. atap (m3)

volume seluruh perm. Atap (m3)

1 Januari 0.399 278.8 558

2 Februari 0.350 244.5 489

3 Maret 0.365 255.0 510

4 April 0.388 271.1 542

5 Mei 0.371 259.2 518

6 Juni 0.243 169.8 340

7 Juli 0.212 148.1 296

8 Agustus 0.228 159.3 319

9 September 0.231 161.4 322

10 Oktober 0.365 255.0 510

11 November 0.405 283.0 566

12 Desember 0.302 211.0 422

(15)

Saat ini IPB menggunakan dua sungai yaitu Cihideung dan Ciapus (lokasi sungai dapat dilihat pada lampiran 1) sebagai sumber air utama untuk kegiatan di kampus IPB Dramaga. Rata-rata produksi unit pengolahan air (WTP) bersih Kampus IPB Dramaga perhari sebesar 1.728.000 liter/hari (lebih sekitar 4.000 liter/hari dari kebutuhan rata-rata harian).

Satu unit pengolahan air di Kampus IPB Dramaga mempunyai beban listrik sebesar 16 kW. Jika diasumsikan setiap unit pengolahan air digunakan dalam waktu 10 jam setiap hari (6 hari dalam 1 minggu) dan biaya listrik untuk setiap kWh sebesar Rp. 750,00 maka IPB mengeluarkan biaya listrik untuk ketujuh unit pengolahan air selama setahun sebesar Rp. 260 juta. Melalui perhitungan kasar di atas, maka biaya operasional (belum termasuk biaya pekerja) unit pengolahan air IPB Dramaga) digunakan sebagai sumber air untuk kebutuhan air bersih di Kampus IPB Dramaga dan dapat menghemat 50 % dari pengeluaran unit pengolahan air IPB, maka IPB dapat menghemat sebesar Rp. 200 juta setiap tahun. Jika pemanenan hujan dilakukan tidak hanya dari atap bangunan tetapi juga dari permukaan lain (jalan-jalan, tempat parker, dll) maka hal ini dapat menambah jumlah uang yang dapat dihemat IPB serta sebagai partisipasi mengurangi debit air larian permukaan yang ada ketika terjadi hujan.

V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga didapatkan kebutuhan rata-rata harian kampus IPB Dramaga sebesar 1.723.536 liter/hari atau 1.724 m3 setiap harinya. Berdasarkan kelompok pengguna, air yang dibutuhkan untuk keperluan domestik sebesar 838.560 liter/hari, kebutuhan harian rata-rata untuk pengguna publik yaitu sebesar 471.024 liter/hari, dan untuk penggunaan industri membutuhkan air bersih perhari rata-rata sebanyak 413.952 liter.

Untuk menanggulangi kekurangan air pada masa musim kemarau, maka dapat di bangun bak penampungan air hujan dengan kapasitas 90.000 m3 yang dapat menampung air hujan selama tiga bulan (dengan curah hujan tinggi) yang kemudian bisa digunakan ketika musim kemarau tiba atau ketika terjadi kerusakan atau kendala teknis pada unit pengolahan air bersih IPB.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat aspek kualitas air hujan di kampus IPB Dramaga serta penelitian lebih lanjut tentang analisis biaya dalam pembuatan alat pembersih air hujan ketika memanen dan biaya perawatan,

Pemanenan hujan menggunakan atap bangunan sangat baik dilakukan di kampus IPB Dramaga mengingat atap-atap bangunan IPB yang menyatu, tersedianya talang air dan pipa penyalur akan mempermudah proses pemanenan. option=comcontent &task= view id=1115&Itemid=142. Februari-Maret 2010.

Anonim. 28 Feb 2008. Konsep Green Building dan Green Architecture. Republika.

Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 1998. Tata Cara Survei dan Pengkajian Kebutuhan dan Pelayanan Air Minum. Jakarta.

(16)

Saat ini IPB menggunakan dua sungai yaitu Cihideung dan Ciapus (lokasi sungai dapat dilihat pada lampiran 1) sebagai sumber air utama untuk kegiatan di kampus IPB Dramaga. Rata-rata produksi unit pengolahan air (WTP) bersih Kampus IPB Dramaga perhari sebesar 1.728.000 liter/hari (lebih sekitar 4.000 liter/hari dari kebutuhan rata-rata harian).

Satu unit pengolahan air di Kampus IPB Dramaga mempunyai beban listrik sebesar 16 kW. Jika diasumsikan setiap unit pengolahan air digunakan dalam waktu 10 jam setiap hari (6 hari dalam 1 minggu) dan biaya listrik untuk setiap kWh sebesar Rp. 750,00 maka IPB mengeluarkan biaya listrik untuk ketujuh unit pengolahan air selama setahun sebesar Rp. 260 juta. Melalui perhitungan kasar di atas, maka biaya operasional (belum termasuk biaya pekerja) unit pengolahan air IPB Dramaga) digunakan sebagai sumber air untuk kebutuhan air bersih di Kampus IPB Dramaga dan dapat menghemat 50 % dari pengeluaran unit pengolahan air IPB, maka IPB dapat menghemat sebesar Rp. 200 juta setiap tahun. Jika pemanenan hujan dilakukan tidak hanya dari atap bangunan tetapi juga dari permukaan lain (jalan-jalan, tempat parker, dll) maka hal ini dapat menambah jumlah uang yang dapat dihemat IPB serta sebagai partisipasi mengurangi debit air larian permukaan yang ada ketika terjadi hujan.

V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga didapatkan kebutuhan rata-rata harian kampus IPB Dramaga sebesar 1.723.536 liter/hari atau 1.724 m3 setiap harinya. Berdasarkan kelompok pengguna, air yang dibutuhkan untuk keperluan domestik sebesar 838.560 liter/hari, kebutuhan harian rata-rata untuk pengguna publik yaitu sebesar 471.024 liter/hari, dan untuk penggunaan industri membutuhkan air bersih perhari rata-rata sebanyak 413.952 liter.

Untuk menanggulangi kekurangan air pada masa musim kemarau, maka dapat di bangun bak penampungan air hujan dengan kapasitas 90.000 m3 yang dapat menampung air hujan selama tiga bulan (dengan curah hujan tinggi) yang kemudian bisa digunakan ketika musim kemarau tiba atau ketika terjadi kerusakan atau kendala teknis pada unit pengolahan air bersih IPB.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat aspek kualitas air hujan di kampus IPB Dramaga serta penelitian lebih lanjut tentang analisis biaya dalam pembuatan alat pembersih air hujan ketika memanen dan biaya perawatan,

Pemanenan hujan menggunakan atap bangunan sangat baik dilakukan di kampus IPB Dramaga mengingat atap-atap bangunan IPB yang menyatu, tersedianya talang air dan pipa penyalur akan mempermudah proses pemanenan. option=comcontent &task= view id=1115&Itemid=142. Februari-Maret 2010.

Anonim. 28 Feb 2008. Konsep Green Building dan Green Architecture. Republika.

Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 1998. Tata Cara Survei dan Pengkajian Kebutuhan dan Pelayanan Air Minum. Jakarta.

(17)

ANALISIS PEMANENAN HUJAN DARI ATAP BANGUNAN

(STUDI KASUS : GEDUNG-GEDUNG DI KAMPUS

IPB DRAMAGA BOGOR)

TUMPAL HAMONANGAN

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)

Saat ini IPB menggunakan dua sungai yaitu Cihideung dan Ciapus (lokasi sungai dapat dilihat pada lampiran 1) sebagai sumber air utama untuk kegiatan di kampus IPB Dramaga. Rata-rata produksi unit pengolahan air (WTP) bersih Kampus IPB Dramaga perhari sebesar 1.728.000 liter/hari (lebih sekitar 4.000 liter/hari dari kebutuhan rata-rata harian).

Satu unit pengolahan air di Kampus IPB Dramaga mempunyai beban listrik sebesar 16 kW. Jika diasumsikan setiap unit pengolahan air digunakan dalam waktu 10 jam setiap hari (6 hari dalam 1 minggu) dan biaya listrik untuk setiap kWh sebesar Rp. 750,00 maka IPB mengeluarkan biaya listrik untuk ketujuh unit pengolahan air selama setahun sebesar Rp. 260 juta. Melalui perhitungan kasar di atas, maka biaya operasional (belum termasuk biaya pekerja) unit pengolahan air IPB Dramaga) digunakan sebagai sumber air untuk kebutuhan air bersih di Kampus IPB Dramaga dan dapat menghemat 50 % dari pengeluaran unit pengolahan air IPB, maka IPB dapat menghemat sebesar Rp. 200 juta setiap tahun. Jika pemanenan hujan dilakukan tidak hanya dari atap bangunan tetapi juga dari permukaan lain (jalan-jalan, tempat parker, dll) maka hal ini dapat menambah jumlah uang yang dapat dihemat IPB serta sebagai partisipasi mengurangi debit air larian permukaan yang ada ketika terjadi hujan.

V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga didapatkan kebutuhan rata-rata harian kampus IPB Dramaga sebesar 1.723.536 liter/hari atau 1.724 m3 setiap harinya. Berdasarkan kelompok pengguna, air yang dibutuhkan untuk keperluan domestik sebesar 838.560 liter/hari, kebutuhan harian rata-rata untuk pengguna publik yaitu sebesar 471.024 liter/hari, dan untuk penggunaan industri membutuhkan air bersih perhari rata-rata sebanyak 413.952 liter.

Untuk menanggulangi kekurangan air pada masa musim kemarau, maka dapat di bangun bak penampungan air hujan dengan kapasitas 90.000 m3 yang dapat menampung air hujan selama tiga bulan (dengan curah hujan tinggi) yang kemudian bisa digunakan ketika musim kemarau tiba atau ketika terjadi kerusakan atau kendala teknis pada unit pengolahan air bersih IPB.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat aspek kualitas air hujan di kampus IPB Dramaga serta penelitian lebih lanjut tentang analisis biaya dalam pembuatan alat pembersih air hujan ketika memanen dan biaya perawatan,

Pemanenan hujan menggunakan atap bangunan sangat baik dilakukan di kampus IPB Dramaga mengingat atap-atap bangunan IPB yang menyatu, tersedianya talang air dan pipa penyalur akan mempermudah proses pemanenan. option=comcontent &task= view id=1115&Itemid=142. Februari-Maret 2010.

Anonim. 28 Feb 2008. Konsep Green Building dan Green Architecture. Republika.

Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 1998. Tata Cara Survei dan Pengkajian Kebutuhan dan Pelayanan Air Minum. Jakarta.

(19)

Fitrianos O. 1999. Studi Pemanfaatan Air Hujan di Kampus UI Depok. Skripsi. Jurusan Sipil-Fakultas Teknik UI. Depok.

Hardenberg WA & Rodie EB. 1960. Water Supply and Waste Disposal. International Textbook Company: Scranton, Pennsylvania.

Hardyanti N. 2006. Studi evaluasi instalasi pengolahan air bersih kebutuhan domestik dan non domestik (Studi kasus perusahaan tekstil Bawen Kabupaten Semarang). Jurnal Presipitasi. Vol.1 No.1.

Helmreich B & Horn H. 2008. Opportunities in rainwater harvesting. Desalination. Vol.248:118-124.

Lee JY, Yang JS, Han M, & Choi J. 2010. Comparison of the microbiological and chemical characterization of harvested rainwater and reservoir water as alternative water resources. Science of the Total Environment. Vol 408:896-905.

Li Cheng. 2002. Evaluating water conservation measures for green building in taiwan. Bulding and Environmental. Vol 38:369-379.

Maryono AS. 2006. Metode Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan Untuk Penyediaan Air Bersih, Mencegah Banjir dan Kekeringan. Kementerian Negara Lingkungan Hidup: Jakarta.

McBroom MW & Beasley RS. 2004. Roofing as a source of nonpoint water pollution. Jurnal of Environmental Management. Vol. 73: 307-315.

Notodiharjo, M. 2006. Pengembangan pemanenan air hujan di Indonesia. Seminar Nasional Hari Air Sedunia; Jakarta, 25 April 2006. Jakarta. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Departemen Pertanian. Hlm 1-7.

Ong Boon Lay. 2003. Green Plot Rasio : an ecological measure for architecture and urban planning. Landscape and Urban Planning 63 : 197-211.

Prasifka DW. 1951. Current trends in water-supply planning. Van Nostrand Reinhold Company. New York.

Ruslan. http://www.antaranews.com/berita/ 1255177134/rasio-guru-besar-ipb-ter tinggi-di-indonesia. Januari 2011.

Sailor DJ. 2008. A green roof for building energy simulation programs. Energy and Building. Vol. 40:1466-1478.

Setiawan DP. 2008. Studi Kualitas dan Pengolahan Air Pada Penampungan Air Hujan (PAH) di Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul Menggunakan Filter Karbon Aktif dan Uv. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan-Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII. Jogjakarta.

Shiklomanov IA. 1998. World Water Resources: A New Appraisal and Assessment for the 21st Century. Paris: IHP Unesco.

Sutrisno T. 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta: Jakarta.

Torres E. 2006. Rainwater Harvesting From Rooftop Catchment. www.oas.org. Mei 2009.

Tusi A. 2003. Rancangan Sistem Drainase Di Areal Parkir Graha Widya Wisuda Kampus IPB Dramaga, Bogor. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian-Fateta IPB. Bogor.

Waluyo L. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press: Malang.

(20)

ANALISIS PEMANENAN HUJAN DARI ATAP BANGUNAN

(STUDI KASUS : GEDUNG-GEDUNG DI KAMPUS

IPB DRAMAGA BOGOR)

TUMPAL HAMONANGAN

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(21)

ABSTRACT

TUMPAL HAMONANGAN. Analysis of Rainwater Harvesting From Roof Building (Case Study: IPB Dramaga Campus Buildings Bogor). Supervised by YON SUGIARTO.

The rise of the movement to save the environment for our next generation with the concept of green building becomes an important issue now. IPB which became part of Bogor city should take part to make it as a region as comfortable city of Bogor as a vision It had. One way of applying the concept of green building is to harvest the rain from the rooftops of the building. This study calculates the number of rainwater that can be harvested through the roof of the buildings on IPB Darmaga Bogor campus. Using monthly rainfall data average, broad roof of the building IPB Darmaga, then get the amount of rainwater that can be harvested. And using reference from the Technical Guidelines and Survey Procedures for Assessment of Drinking Water Supplies and Services and the Technical Guidelines Development Procedures Urban Water Supply Master Plan of the Directorate General of Public Works has the Department of Public Works to see in general the percentage of water which can be harvested to meet the needs of clean water for usage on campus. From analysis, water potential that can be harvested through the roof of the building on the campus of IPB Dramaga amounted to 319.734 m3 per year or equal to 52% of the average annual needs. Where, rainwater can be harvested in November, the highest (65%) and lowest in July (34%)

(22)

ABSTRAK

TUMPAL HAMONANGAN. Analisis Pemanenan Hujan dari Atap Bangunan (Studi kasus : gedung-gedung di kampus IPB Dramaga Bogor). Dibimbing oleh YON SUGIARTO.

Maraknya gerakan penyelamatan lingkungan dengan konsep bangunan hijau (Green Building) menjadi isu yang penting untuk menyelamatkan generasi berikutnya. IPB yang menjadi bagian dari kota Bogor sudah seharusnya ikut mengambil bagian untuk menjadikannya sebagai daerah yang mengoptimalkan sumberdaya yang ada dan berwawasan lingkungan demi tercapainya kota Bogor yang nyaman sebagaimana visi yang dimilikinya. Salah satu cara menerapkan konsep bangunan hijau adalah dengan memanen hujan dari atap bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung banyaknya air hujan yang dapat dipanen melalui atap bangunan di kampus IPB Darmaga Bogor. Dengan menggunakan data curah hujan bulanan rata-rata, luas atap bangunan IPB Darmaga, maka di dapatkan jumlah air hujan yang bisa dipanen. Serta menggunakan acuan dari Petunjuk Teknis Tata Cara Survei dan Pengkajian Kebutuhan dan Pelayanan Air Minum serta Petunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Air Bersih Perkotaan dari direktorat jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum untuk melihat secara umum persentase air yg dapat dipanen dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk pemakaian di kampus. Dari analisis yang dilakukan, Potensi air yang dapat dipanen melalui atap bangunan di kampus IPB Dramaga adalah sebesar 319.734 m3 setiap tahunnya atau sebesar 52% dari kebutuhan rata-rata tahunan. Dimana, air hujan yang dapat dipanen terbesar terdapat pada bulan November (65%) dan terkecil pada bulan Juli (34%).

(23)

ANALISIS PEMANENAN HUJAN DARI ATAP BANGUNAN

(STUDI KASUS : GEDUNG-GEDUNG DI KAMPUS

IPB DRAMAGA BOGOR)

TUMPAL HAMONANGAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(24)

Judul : Analisis Pemanenan Hujan dari Atap Bangunan (Studi Kasus : Gedung-gedung di Kampus IPB Dramaga Bogor)

Nama : Tumpal Hamonangan NRP : G24050189

Menyetujui

Pembimbing

(Yon Sugiarto, S.Si. M.Sc) NIP. 19740604 199803 1 003

Mengetahui

Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi

(Dr. Ir. Rini Hidayati, MS) NIP. 19600305 198703 2 002

(25)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisi Pemanenan Hujan dari

Atap Bangunan (Studi Kasus : Gedung-gedung di Kampus IPB Dramaga Bogor)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan di program studi mayor Meteorologi Terapan Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor..

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yon Sugiarto, S.Si. M.Sc. selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis sehingga selesainya tugas akhir ini. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, maka tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Keluarga tercinta : Terutama orang tua atas doa dan dukungan serta nasehatnya. Kakak, Abang dan adik tercinta

2. Bapak Yon Sugiarto, S.Si. M.Sc yang telah membatu dalam penyelesaian tugas akhir 3. Segenap tenaga kependidikan departemen Geofisika dan Meteorologi IPB serta tenaga

pendidik atas bantuan, bimbingan, dan kuliah selama ini

4. Rekan-rekan GFM angkatan 2005 atas kerjasama yang baik dalam menjalani kegiatan perkuliahan

5. Kakak-kakak senior GFM dan GFM angkatan 2006 yang telah membantu penulis 6. Kekasih tercinta atas dukungan moril maupun materil untuk penulis bisa menyelesaikan

tugas akhit ini. Liliana Adia K.

7. Teman-teman Komisi Pelayanan Siswa UKM PMK IPB atas pembentukan karakter yang telah penulis terima selama ini

Kepada semua pihak lainnya yang telah memberikan kontribusi yang besar selama pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, Penulis ucapkan terima kasih. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Januari 2011

(26)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 1 Mei 1987, dari ayah T. Tampubolon dan ibu L. Nainggolan. Penulis merupakan putra ke-4 dari lima bersaudara.

(27)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelompokan Pengguna Air ... 2

2.2 Perkiraan Pemakaian Air ... 2

2.3 Pemanenan Hujan ... 2

2.3.1 Metode Pemanenan Hujan ... 2

2.3.2 Perkembangan Pemanenan Hujan di Beberapa Negara ... 3

2.3.3 Sejarah Pemanenan Hujan di Indonesia ... 3

2.4 Bangunan Hijau ... 4

BAB III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat ... 4

3.2 Metodologi Penelitian ... 4

3.2.1 Metode Pengumpulan Data ... 4

3.2.1.1 Metode Pengumpulan Data Jumlah Pengguna Air di Kampus IPB Dramaga .... 4

3.2.1.2 Metode Pengumpulan Data Curah Hujan Wilayah Dramaga ... 4

3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Dramaga ... 5

3.3 Metode Pengolahan Data ... 5

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengguna Air di Kampus IPB Dramaga ... 5

4.2 Kebutuhan Air Bersih di Kampus IPB Dramaga ... 5

4.3 Curah Hujan Wilayah Dramaga ... 6

4.4 Volume Air Hujan yang Bisa Dipanen ... 7

4.5 Rancangan Pemanenan Hujan untuk Gedung di Kampus IPB Dramaga ... 8

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 10

5.2. Saran ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 10

(28)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah Pengguna Air di Kampus IPB Dramaga ... 5

2 Besar kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga menurut kelompok pengguna ... 6

3 Curah Hujan Bulanan Rata-rata Wilayah Dramaga Tahun 1987-2002 ... 6

4 Luas Atap Bangunan yang Terdapat di Kampus IPB Dramaga ... 7

5 Volume Air Hujan yang Dapat Dipanen pada Kampus IPB Dramaga ... 8

(29)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Prototipe sistem panen hujan melalui atap bangunan untuk keperluan rumah tangga ... 3

2 Gambar 2 Sistem pemanenan hujan di bandara Changi Singapura ... 4

3 Curah Hujan Bulanan rata-rata wilayah Dramaga ... 7

(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Site Plan Kamus IPB Dramaga ... 12

2 Jumlah Pengguna air di kampus IPB Dramaga ... 13

2.1 Jumlah Mahasiswa Program Sarjana (Keadaan 6 Oktober 2008) ... 13

2.2 Rekap Data Program Magister dan Doktor (Keadaan 24 Nopember 2008) ... 14

2.3 Rekap Data Pegawai IPB... 16

3 Curah hujan Bulanan Dramaga (mm) ... 17

(31)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Salah satu alasannya karena IPB memiliki sebanyak 141 orang dosen bergelar professor atau sama dengan 13 persen dari total jumlah dosen IPB saat ini (Ruslan, 2010). IPB memiliki tenaga pendidik (dosen) sebanyak 1.169 orang dan tenaga kependidikan (Pegawai TU) sebanyak 1.496 orang, serta setiap tahunnya IPB menerima rata-rata 3.500 orang mahasiswa baru. Seiring tingginya aktivitas di kampus (baik pegawai ataupun mahasiswa), maka banyak pula air yang dibutuhkan IPB.

Dramaga terletak di bagian barat dari Kota Bogor, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3.552 mm dengan hari hujan 187. Suhu maksimum rata-rata 30°C, minimum rata-rata 20°C, dan suhu udara rata-rata 26°C dengan rata-rata kelembaban nisbi 88%.

Saat ini, Kampus IPB berada di IPB yang berada di Kecamatan Dramaga menggunakan sungai Cihideung dan sungai Ciapus yang merupakan air permukaan sebagai sumber air utama untuk kebutuhan kampus (Peta lokasi gedung-gedung Kampus dan sungai-sungai dapat dilihat dalam lampiran 1). Laboratorium penjernihan air terdapat di dua tempat, yaitu di belakang garasi bus IPB (5 water treatment plant dengan kapasitas masing-masing sebesar 10 liter/detik) dan di dekat pintu 3 IPB (2

water treatment plant dengan kapasitas masing-masing 12 liter/detik) dengan rata-rata produksi perharinya sebesar 1.728.000 liter per hari jika diasumsikan WTP beoperasi dalam waktu 8 jam setiap hari. Umur WTP yang cukup lama menyebabkan pasokan air untuk kampus terkadang terasa kurang jika terjadi kerusakan pada pompa serta hal-hal teknis lainnya.

Rata-rata curah hujan yang cukup tinggi di daerah Dramaga sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu cara pemanenan hujan yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan air hujan melalui atap gedung. Gedung-gedung di kampus IPB Dramaga mempunyai keuntungan sendiri jika memanfaatkan air hujan, dan menggunakannya sebagai sumber air utama untuk kebutuhan di kampus. Atap-atap gedung yang menyatu satu sama lain untuk beberapa fakultas memberi kemudahan ketika menghubungkannya ke bak penyimpanan.

Pemanenan hujan melalui atap-atap gedung menjadi penting untuk dipertimbangkan dengan kondisi yang ada mengingat semakin sadarnya manusia akan pentingnya menyelamatkan lingkungan seiring berkembangnya informasi berkurangnya air bersih akibat pemanasan global yang memicu pasokan air permukaan menguap lebih cepat dan tuntutan akan adanya gerakan penyelamatan lingkungan dengan konsep bangunan hijau (Green Building).

1.2 Tujuan

1. Mempelajari besar kebutuhan air bersih di kampus IPB Dramaga menurut kelompok pengguna 2. Menghitung potensi sumber daya air

hasil pemanenan hujan dari atap bangunan di kampus IPB Dramaga 3. Menyusun rancangan pemanenan air

hujan untuk gedung kampus IPB Dramaga

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Air baku adalah air yang berasal dari alam yang belum diolah untuk dipergunakan. Volume air bumi adalah 1.386 juta km3 dan permukaan. Kedua jenis air baku ini memiliki karakteristik yang berbeda yang dikarenakan perbedaan proses alamiah yang dialami kedua jenis air baku ini. Air baku dapat digunakan langsung maupun mengalami proses pengolahan terlebih dahulu tergantung peruntukan pemakaian air tersebut.

(32)

lain. Karena itulah, air hujan juga mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat dalam udara. Jadi kualitas air hujan juga banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya (McBroom dan Beasley 2004).

2.1 Pengelompokan Pengguna Air

Variasi tujuan dari penggunaan air dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, 1. Domestik, 2. Industri, 3. Publik (Hardenberg dan Rodie, 1960). Selain itu, didalam setiap sistem yang berhubungan dengan air, biasanya terdapat air yang tidak terhitung (terhilang) misalnya air yang terhilang karena kebocoran (leakage) dan karena terjadi pemborosan penggunaan air (waste). Pengguna domestik mencakup penggunaan air di tempat tinggal untuk tujuan rumah tangga dan juga untuk menyirami tanaman. Air juga digunakan untuk industri dan komersial. Industri biasanya menggunakan jumlah air yang tetap dari tahun ke tahun dengan standar kualitas yang tertera pada Permenkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 (Hardyanti 2006).

2.2 Perkiraan Pemakaian Air

Dalam perhitungan perkiraan kebutuhan air, jumlah pengguna air merupakan faktor yang paling penting. Sudah jelas bahwa jumlah pengguna air yang besar akan memakai air dalam jumlah yang lebih banyak daripada jumlah pengguna air yang kecil.

Perhitungan kebutuhan air diperlukan unruk merencanakan sistem suplai air yang dilakukan untuk perencanaan pelayanan masa yang akan datang. Analisis kebutuhan masa depan suatu wilayah dimulai dengan memperhatikan pemakaian sekarang dengan kondisi masyarakat yang ada.

Perhitungan kebutuhan air bersih di Indonesia mengacu pada petunjuk Tata Cara Teknis Survei dan Pengkajian Kebutuhan Air dan Pelayanan Air Minum yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.

2.3 Pemanenan Hujan

Pemanenan hujan adalah proses memanfaatkan air hujan dengan cara ditampung dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Air hujan biasanya dikumpulkan atau dipanen dari bubungan atap, lantai beton di pekarangan rumah, jalan, dan permukaan yang kedap air lainnya. Air hujan kemudian mengalir sepanjang talang (gutter), dan masuk ke dalam suatu tangki pengumpul. Pemanenan hujan sangat

membantu mengurangi air larian permukaan (runoff) yang berasal dari hujan (Helmreich & Horn 2008).

2.3.1 Metode Pemanenan hujan

Secara garis besar, menurut Asdak (2007) cara pemanenan hujan dapat dibagi kedalam dua bagian, pertama dilakukan dengan mengumpulkan air hujan di atas atap bangunan (roof catchment) dan yang kedua dilakukan dengan mengumpulkan air hujan di atas permukaan tanah (ground catchment).

Cara pemanenan hujan di atas permukaan tanah pada dasarnya adalah usaha menampung air larian permukaan (surface runoff). Banyaknya air hujan yang dapat dipanen dengan cara pengumpulan air di atas permukaan tanah akan ditentukan oleh topografi bidang tangkapan (datar atau miring) dan oleh kemampuan lapisan tanah atas menahan air (Yan Li et al. 2003). Asdak (2007) menyatakan pula bahwa besarnya air yang dapat dipanen bervariasi dari sekitar 30 % (dari total hujan) untuk kondisi permukaan bidang tangkapan yang bersifat tidak kedap air (pervious) dan dalam keadaan datar, sampai dengan lebih dari 90 % untuk keadaan bidang tangkapan yang berlereng dan bersifat tidak kedap air (impervious).

Cara pemanenan hujan dari atap bangunan yaitu dengan mengalirkan dan mengumpulkan air hujan dari atap bangunan (rumah, bangunan besar, greenhouse,

courtyard, dan permukaan yang impermeable

termasuk jalan.

Secara garis besar, ada tiga komponen dalam alat pemanenan hujan dari atap bangunan ini. Collector berupa atap bangunan, conveyor sebagai saluran air, dan

storage berupa tangki penyimpanan air. Awalnya, air hujan akan menerpa atap bangunan dan terkumpul melalui talang

(gutter) di sekeliling bangunan. Agar terhindar dari pencemaran, dinding atap itu tidak boleh menggunakan bahan asbes serta jangan mengalami pengecatan yang mengandung unsur yang mungkin mencemari air, seperti chrome, besi atau metal. Atap sebaliknya juga tidak terganggu oleh pepohonan, sehingga tidak ada dedaunan atau kotoran hewan yang ikut mengalir melalui talang (conveyor). Sebagai proses pembersihan awal, perlu dipasang alat penyaring/ alat yang berbentuk tipping bucket

(33)

Gambar 1 Prototipe sistem panen hujan melalui atap bangunan untuk keperluan rumah tangga.

Sistem ini sangat lazim dilakukan di negara-negara yang sangat rentan terhadap kekeringan seperti di Afrika, India, Srilangka, Iran, Cina, dan di beberapa negara Asia Tenggara. Di Indonesia, sistem panen hujan yang diaplikasikan di beberapa negara tersebut dapat dijadikan pembelajaran untuk mengantisipasi kelangkaan air terutama di wilayah beriklim kering. Upaya yang dilakukan yaitu dengan menampung air hujan dari atap rumah, terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sistem panen hujan untuk keperluan rumah tangga dengan menampung aliran air dari atap rumah dapat mempergunakan berbagai jenis bak penampung yang sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Biasanya air yang ditampung dapat dipergunakan untuk minum, memasak, dan untuk irigasi dalam skala rumah tangga. Ilustrasi panen hujan secara sederhana dari suatu atap bangunan disajikan pada Gambar 1.

2.3.2 Perkembangan Pemanenan Hujan di Beberapa Negara

Di beberapa negara ternyata pemanenan hujan sudah lama dilakukan dan sampai sekarang masih terus dikembangkan. Kegiatan pemanenan hujan tersebut sudah tersebar di banyak lokasi di Filipina di tempat yang tidak mungkin diperoleh air tawar dengan cara lain. Di India, terdapat advokasi yang kuat melalui kampanye air oleh CSE (Center for Science and Technology), yang menganjurkan menghentikan fokus pada masalah dan beralih pada solusinya. Di Amerika Serikat kegiatan pemanenan hujan masih terus dikembangkan di Hawaii dan California. Air hujan dari atap rumah yang ditampung dalam suatu bak dapat dijadikan sember air utama bagi keperluan rumah tangga. Bahkan terdapat peraturan bahwa pembangunan rumah baru tidak akan

diberi izin jika tidak ada rencana penampungan air hujan dari atapnya.

Bandar udara Changi di Singapura juga menggunakan sistem pemanenan hujan dari atap, dengan total penggunaan antara 28 sampai 30 % dari air yang digunakan. Hasilnya sistem ini dapat menghemat kira-kira S$ 390.000 per tahunnya. Juga di Negara-negara lain seperti Jerman, Jepang, Malaysia, Thailand, China dan Afrika juga diterapkan sistem pemanenan hujan tersebut (www.rainwaterharvesting.com).

2.3.3 Sejarah Pemanenan Hujan di Indonesia

Pemanenan hujan yang tertua dikenal dalam sejarah Indonesia adalah sebagai penadah air hujan untuk memperoleh air tawar bagi kehidupan sehari-hari, terutama untuk minum. Mula-mula ditampung biasa dengan peralatan seadanya. Kemudian dikembangkan dengan pemanenan dari atap rumah yang dikumpulkan dalam bak-bak penampungan dan digunakan secara hemat sampai hujan tiba berikutnya. Penyediaan seperti ini lazim digunakan di daerah pantai dan pulau-pulau kecil, dengan air permukaan dan air tanah yang payau dan asin (Notodoharjo, 2006).

Gambar

Gambar 1  Prototipe sistem panen hujan melalui atap bangunan untuk keperluan rumah tangga.
Gambar 2  Sistem pemanenan hujan di bandara Changi Singapura.
Gambar 2  Sistem pemanenan hujan di bandara Changi Singapura.
Tabel 1  Jumlah pengguna air di kampus IPB Dramaga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Larry Crabb mengatakan bahwa manusia bertanggungjawab untuk percaya pada kebenaran yang akan menghasilkan perilaku yang bertanggungjawab yang akan menyediakan baginya

Perwakilan dari SMAN 8 Kediri tersebut menuturkan bahwa program tahunan (kunjungan,-red) yang digelar oleh sekolahnya tersebut diharapkan bisa menjadi pemacu bagi anak

Menurut Agrios (1996), tanaman yang terserang penyakit akan melakukan perlawanan terhadap serangan patogen dan mengubah struktur anatomi, termasuk menambah

Dampak yang muncul dari seseorang yang tertutup (introvert) adalah tidak bisa atau sulit untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi karena tidak mampu untuk

Darii uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian penyandang disabilitas tubuh secara keseluruhan setelah menerima program pelayanan dan rehabilitasi sosial

Penulis mendapati ajakan untuk mencintai lingkungan dan menjaga lingkungan dari sampah dari sebuah iklan layanan masyarakat yang diungah ke Youtube, oleh pemilik akun

Sesuai dengan arah Pengembangan UI tahun 2007-2012 dan dalam upaya menyokong proses akademik yang telah berlangsung, UI mengajukan program unggulan I dalam

Aspek yang diamati sesuai dengan lembar observasi meliputi (1) aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (2) interaksi mahasiswa dengan dosen