• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam dalam pelaksanaan pemanenan hutan ramah lingkungan: studi kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam dalam pelaksanaan pemanenan hutan ramah lingkungan: studi kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANENAN HUTAN RAMAH LINGKUNGAN :

Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah.

NOVIANDRI ASMAR

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

PEMANENAN HUTAN RAMAH LINGKUNGAN :

Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah.

NOVIANDRI ASMAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah.

Nama : Noviandri Asmar

NRP : E1406006

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Budiaman M, Sc. Forst. Trop NIP : 1965 1010 199002 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 1963 0401 199403 1 001

(4)

Hutan Alam Dalam Pelaksanaan Pemanenan Hutan Ramah Lingkungan : Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh AHMAD BUDIAMAN.

Untuk mencapai kelestarian hutan, pemanenan hutan dengan teknik konvensional dirubah dengan penerapan pemanenan hutan dengan teknik RIL (Reduce Impact Logging). Keberhasilan pemanenan hutan secara lestari dengan teknik RIL dapat dilihat diantaranya adalah sejauh mana pengelolaan dan implementasinya sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui ketercapaian sasaran tersebut diperlukan pengukuran kinerja pelaksanaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja pemanenan hutan ramah lingkungan dan capaian tujuan pelaksanaan RIL yang akan diukur dengan menggunakan metode Balanced Scorecard. Pengukuran kinerja berdasarkan metode ini diklasifikasikan kedalam lima perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, serta perspektif lingkungan. Dari pelaksanaan penerapan teknik RIL dinilai sudah cukup sukses diterapkan oleh perusahaan dari segala aspek pemanenan. Namun, diperlukan tingkat pengawasan dan sosialisasi pengembangan wawasan tentang RIL pada setiap aspek pemanenan hutan sehingga wacana penerapan RIL dipahami oleh perusahaan.

Capaian kinerja PT. Austral Byna pada pelaksanaan tahapan perencanaan pemanenan hutan dan PWH memperoleh capaian sebesar 15,12 % melebihi target perusahaan, pada tahapan penebangan memperoleh pengurangan sebesar 16,36 % dari target perusahaan, sedangkan pada tahapan pengukuran kayu, penyaradan dan muat bongkar tidak memperoleh capaian. Pada tahapan pengangkutan terjadi perolehan capaian sebesar 23,33 % dari target yang telah direncanakan oleh perusahaan.

Kinerja pelaksanaan pemanenan hutan ramah lingkungan menunjukkan tingkat ketercapaian yang baik pada keempat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran kecuali pada perspektif lingkungan yang mengalami ketercapaian yang kurang baik.

(5)

Environmental Friendly Forest Harvesting : Case Study at PT. Austral Byna, Central Kalimantan. Supervised by AHMAD BUDIAMAN.

To achieve sustainability, forest harvesting using conventional techniques is changed with the implementation of forest harvesting using RIL techniques (Reduce Impact Logging). The success of sustainable forest harvesting using RIL techniques can be seen by knowing how far the management and its implementation is in accordance with a predetermined plan. To find out required achievement target measuring the implementation performance is needed.

This research aims to measure the performance of friendly environmental forest harvesting and achievement of RIL implementation goal which will be measured by using the Balanced Scorecard. Performance measurement based on this method are classified into five perspectives : financial perspective, internal business process perspective, customer perspective, growth and learning perspective, and environmental perspective. The execution of RIL techniques application is considered to be quite successfully applied by PT. Austral Byna from all aspects of harvesting. However, level of supervision and socialization development of RIL in every aspect of forest harvesting so that the disccurse of the implementation of RIL is understood by the company.

Achievement of PT Austral Byna at the implementation of forest harvesting and forest open area planning obtained 15.12%, this achievement past company target, at stage of logging obtained a reduction of 16.36% from company target, while on stage timber measurement, skidding, loading and unloading do not get any achievements. In the transport phase acquired 23.33% achievement from the targets that have been planned by the company. Performance of environmental forest harvesting showed a good level of achievement in four perspectives, that is financial perspective, internal business process perspective, customer perspective, and growth and learning perspective except the environmental perspective which having a poor achievement.

(6)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Kinerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam Dalam Pelaksanaan Pemanenan Hutan Ramah Lingkungan : Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah.” belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, Januari 2011

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan rasa puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga skripsi yang diberi judul “Kinerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam Dalam Pelaksanaan Pemanenan Hutan Ramah Lingkungan : Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah.”ini berhasil diselesaikan dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja pelaksanaan pemanenan hutan ramah lingkungan yang dilakukan oleh PT. Austral Byna. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada perusahaan pentingnya pengukuran kinerja untuk dapat mengetahui capaian yang diperoleh dalam pelaksanaan pemanenan hutan ramah lingkungan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi. Untuk itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, bapak (alm), ibu, adik, serta keluarga besar dengan penuh kesabaran selalu memberikan motivasi dan doanya kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Budiaman M, Sc. Forst. Trop yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Adigani Rahman, Pak Obay Subarman, Pak Hasbullah, Pak M. Yuli, Pak Sugianur beserta segenap karyawan dan pekerja PT. Austral Byna-DPH camp Sikuy yang telah banyak membantu dalam penelitian sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan lancar.

(8)

5. Teman-teman OKANE MOCHI SMAN 1 SINDANG angkatan 2006 (Yuli, Hengky, Hesti, Sinta, Ana, Rena, Adhi, Akbar Tanjung, Riyandi dan Winda), terima kasih atas dukungan dan doanya.

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2011

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Noviandri Asmar, lahir pada tanggal 26 November 1988 di Jakarta. Penulis anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Asmuddin Pohan (alm) dan Ibu Marlion Umar. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis adalah SDN Karanganyar 1, Indramayu dengan tahun kelulusan 2000 kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 4 Sindang, Indramayu lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Sindang, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu dengan tahun kelulusan 2006.

Pada tahun 2006 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan dengan kurikulum Mayor-Minor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan organisasi di kampus, antara lain adalah Anggota Divisi Kewirausahaan Forest Mangement Student Club (FMSC), Anggota Divisi HRD dari International Forestry Student Association (IFSA LC IPB), Kepala Divisi Hublu (Hubungan Luar), Kepala Divisi VCP (Village Concept Project) IFSA LC-IPB. Selain itu penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitian antara lain adalah anggota divisi acara dalam kepanitiaan Temu Manajer 2008, dan Kepala Divisi Acara dalam kepanitiaan E-GREEN tahun 2009. Selain di organisasi, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Inventarisasi Sumber Daya Hutan pada tahun 2008, asisten praktikum pada mata kuliah Teknik Inventarisasi Sumberdaya Hutan pada tahun 2009, asisten praktikum mata kuliah Pemanenan Hutan pada tahun 2009, dan asisten mata kuliah Operasi Pemanfaatan Hutan tahun 2010.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1 Tahapan Pemanenan Hutan ... 2

2.2 Perencanaan Pemanenan Hutan ... 2

2.3 Pemanenan Hutan Dengan Teknik Konvensional dan Teknik RIL ... 3

2.4 Kinerja dan Ukuran Kinerja ... 5

2.5 Faktor Krisis Keberhasilan Kinerja ... 6

2.6 Metode Penilaian Kinerja Dengan Balanced Scorecard ... 7

2.6.1 Balanced Scorecard Dalam Manajemen Strategi Perusahaan ... 8

2.6.2 Komponen Perspektif Balanced Scorecard ... 12

BAB III METODE PENELITIAN... 17

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.2 Bahan dan Alat ... 17

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 17

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.5 Analisis Data ... 20

3.6 Pengukuran Indikator ... 23

3.6.1 Perspektif Finansial ... 23

3.6.2 Perspektif Pelanggan ... 23

3.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal ... 24

3.6.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 24

3.6.5 Perspektif Lingkungan ... 26

3.7 Perhitungan Pembobotan ... 26

3.8 Penarikan Kesimpulan ... 28

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 30

4.1 Luas Areal Kerja ... 30

4.2 Letak Geografis ... 31

4.3 Topografi ... 31

4.4 Keadaan Hutan ... 32

4.5 Sistem Silvikultur ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1 Visi dan Misi Perusahaan ... 35

5.2 Sasaran Strategis dan Ukuran Indikator Tiap Perspektif ... 35

5.2.1 Perspektif Finansial ... 35

5.2.2 Perspektif Proses Bisnis Internal ... 37

5.2.3 Perspektif Pelanggan ... 38

5.2.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 39

5.2.5 Perspektif Lingkungan ... 39

(12)

5.4 Analisis Kinerja Pemanenan Hutan Ramah Lingkungan ... 42

5.4.1 Perspektif Finansial ... 42

5.4.2 Perspektif Proses Bisnis Internal ... 44

5.4.3 Perspektif Pelanggan ... 49

5.4.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 50

5.4.5 Perspektif Lingkungan ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Saran ... 62

(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Rekapitulasi jenis data yang dikumpulkan ... 18

2 Nilai rentang skala (skor rataan) ... 26

3 Matriks pembobotan... 27

4 Perkembangan areal PT. Austral Byna tahun 2010 ... 31

5 Distribusi kelas lereng di areal kerja IUPHHK PT. Austral Byna ... 32

6 Luasan setiap bentuk vegetasi di areal IUPHHK PT. Austral Byna ... 32

7 Jumlah batang dan volume rata-rata menurut jenis dan kelas diameter di areal IUPHHK PT. Austral Byna. ... 33

8 Penerjemahan visi dan misi PT. Austral Byna berdasarkan hasil wawancara. . 36

9 Ringkasan perspektif, tujuan dan sasaran strategis yang digunakan... 40

10 Hasil pembobotan perspektif... 41

11 Pengukuran kinerja pada perspektif finansial ... 45

12 Capaian tolok ukur upah pekerja ... 46

13 Capaian tolok ukur tingkat kecelakaan kerja ... 49

14 Capaian tolok ukur perspektif pelanggan ... 50

15 Capaian tingkat produktivitas kerja ... 53

16 Skor kepuasan responden pekerja terhadap dimensi isi pekerjaan ... 54

17 Skor kepuasan pekerja terhadap dimensi ketersediaan fasilitas ... 55

18 Skor kepuasan pekerja terhadap dimensi dukungan kerja ... 55

19 Skor kepuasan pekerja terhadap dimensi dukungan atasan ... 56

20 Skor kepuasan pekerja terhadap dimensi ketidakjelasan peran ... 57

21 Skor kepuasan pekerja terhadap dimensi beban kerja... 58

22 Skor kepuasan pekerja terhadap dimensi kepuasan kerja ... 58

23 Skor kepuasan pekerja terhadap dimensi komitmen ... 59

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Perkembangan peran Balanced Scorecard dalam sistem

manajemen strategis (Mulyadi 2001). ... 9

2 Bagan perencanaan perusahaan dengan pendekatan Balanced Scorecard (Islamiarani 2008). ... 10

3 Skema penelitian pengukuran kinerja pemanenan hutan ramah lingkungan .... 42

4 Hasil evaluasi SOP produksi. ... 47

5 Capaian tolok ukur tata waktu pelaksanaan kegiatan pemanenan ... 47

6 Grafik tingkat pelatihan kerja... 51

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Pengukuran kinerja tahapan perencanaan pemanenan hutan dan PWH ... 65

2 pengukuran kinerja tahapan penebangan ... 66

3 Pengukuran kinerja tahapan pengukuran kayu ... 67

4 Pengukuran kinerja tahapan penyaradan ... 67

5 Pengukuran kinerja tahapan muat bongkar ... 68

6 Pengukuran kinerja tahapan pengangkutan ... 69

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum pemanfaatan hutan dilakukan, perlu disusun perencanaan pemanenan hutan yang sesuai dengan kondisi hutan. Tujuan perencanaan pemanenan hutan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan kehutanan melakukan pemanenan hutan dengan benar dan berasaskan kelestarian. Namun, sebagian besar kegiatan pemanenan hutan di Indonesia masih dilakukan tanpa perencanaan yang benar, sehingga kerusakan hutan masih terus terjadi.

Salah satu upaya untuk mencapai kelestarian hutan adalah penggunaan teknik RIL (Reduce Impact Logging) dalam pengelolaan hutan. RIL adalah suatu teknik pemanenan hutan yang direncanakan secara intensif, pelaksanaannya menggunakan teknik dan peralatan yang tepat, serta diawasi secara ketat. Keberhasilan pemanenan hutan dengan teknik RIL dapat dilihat diantaranya adalah sejauh mana pengelolaan dan implementasi teknik tersebut sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Untuk mengetahui ketercapaian sasaran tersebut diperlukan pengukuran kinerja pelaksanaan. Seringkali pengukuran kinerja yang dilakukan hanya melihat output (hasil akhir) sebagai ketercapaian rencana perusahaan, sementara proses yang dilakukan untuk mencapai hasil tersebut tidak pernah dikaji secara mendalam. Karena pemanenan hutan juga merupakan suatu sistem produksi yang terdiri dari tiga komponen, yaitu input – proses – output, maka kajian secara mendalam terhadap ketiga komponen tersebut pada pemanenan hutan diperlukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengukur kinerja pelaksanaan pemanenan hutan dengan teknik RIL pada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA)

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tahapan Pemanenan Hutan

Budiaman (2003) mendefinisikan pemanenan hutan sebagai serangkaian tindakan kehutanan yang merubah pohon dan biomassa lain menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke posisi lain sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat. Tujuan dari pemanenan hutan adalah :

1. Untuk mendapatkan nilai hutan.

2. Mendapatkan produk hasil hutan yang dibutuhkan masyarakat. 3. Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat disekitar hutan. 4. Memberikan kontribusi kepada perolehan devisa negara, dan 5. Membuka akses wilayah.

Selanjutnya Budiaman (2003) menyatakan bahwa pemanenan hutan terdiri dari sembilan tahapan, yang meliputi perencanaan, pembukaan wilayah hutan, penebangan, pembagian batang, pengumpulan, penyaradan, muat bongkar, pengangkutan, dan penimbunan.

2.2 Perencanaan Pemanenan Hutan

Perencanaan hutan dilakukan sebagai petunjuk pengelolaan hasil hutan dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia. Dalam kegiatan perencanaan harus diperhatikan standar-standar yang akan ditetapkan sebagai pedoman atau batasan-batasan realisasi dari perencanaan pengelolaan suatu sumberdaya tertentu. Menurut Klassen (2005), standar merupakan peraturan atau asumsi dasar yang menjadi dasar persiapan rencana. Rencana dapat berkaitan dengan pertimbangan teknis, tujuan lingkungan dan isu pengelolaan lain. Standar operasi perencanaan berhubungan dengan hambatan fisik serta hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat mengembangkan rencana pemanenan hutan. Walaupun secara relatif hanya sedikit pertimbangan yang betul-betul dapat mempengaruhi kegiatan perencanaan, namun pertimbangan tersebut sangat penting dilakukan.

(18)

adalah aspek ekonomi, aspek ekologi dan aspek sosial. Ketiga aspek ini dapat dilihat sebagai tiga lapisan yang ditumpangtindihkan satu sama lain secara simultan, pada daerah yang sama untuk menetapkan hal apa yang mungkin, relevan dan berkelanjutan. Perencanaan pemanenan hutan diperlukan untuk membuat mekanisme perencanaan strategik dan kegiatan yang menjamin nilai-nilai hutan yang akan terlindungi selama pemanenan hutan. Mekanisme ini juga menyebutkan pemanfaatan lahan dan sumberdaya hutan secara maksimum dan bertanggungjawab bagi semua pihak yang berkepentingan dengan memperhatikan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan. Pendekatan seperti ini akan membantu dalam penyediaan sarana yang efisien, hemat dan bertanggungjawab terhadap lingkungan sewaktu melakukan penebangan hutan (Dephut 2004).

2.3 Pemanenan Hutan Dengan Teknik Konvensional dan Teknik RIL

RIL adalah suatu teknik pemanenan hutan yang direncanakan secara intensif, dalam pelaksanaannya menggunakan teknik operasi dan peralatan yang tepat serta pengawasan secara intensif untuk meminimalkan kerusakan terhadap tegakan tinggal dan tanah. Tujuan pemanenan hutan dengan teknik RIL adalah untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap lingkungan (erosi, sedimentasi, dan pengeruhan air sungai), meningkatkan efisiensi pemanenan (penekanan terhadap besarnya volume limbah pemanenan, biaya pemanenan dan peningkatan kualitas produksi kayu), menciptakan ruang tumbuh pohon, dan juga menjaga kelestarian hutan.

(19)

Selanjutnya Klassen (2005) menyatakan bahwa dampak dari perbaikan ini, baik yang berkaitan dengan lingkungan atau finansial, adalah berbeda dari satu situasi ke situasi lainnya. Faktor fisik seperti kondisi lahan dan hutan memegang peranan penting dalam menentukan efektifitas teknik RIL.

“Pembalakan Konvensional” dapat didefinisikan secara konsisten melalui

sistem konsesi hutan berdasarkan elemen yang relatif seragam dan definisi ini menjadi dasar dari pembandingannya dengan sistem RIL. Pembalakan Konvensional umumnya memiliki elemen yang sama tanpa melihat areal konsesinya.

Ciri umum dari pemanenan hutan konvensional adalah : a) Sistem penyaradan menggunakan traktor Crawler.

b) Tidak adanya peta kontur dengan skala operasional serta peta posisi pohon. Kalaupun ada hanya untuk memenuhi persyaratan Departemen Kehutanan. c) Petak pembalakan atau bagian dari petak dialokasikan kepada kru pembalakan

yang terdiri dari satu operator traktor dan satu penebang. Kru pembalakan memiliki kebebasan untuk menebang pohon yang memiliki ukuran serta kualitas komersial dan untuk mengekstraksinya melalui cara yang terbaik yang dapat mereka lakukan.

d) Tidak ada rencana pembalakan yang spesifik.

e) Standar pemanfaatan cenderung sangat rendah dengan volume kayu berkualitas tinggi yang tersisa di hutan sebagai akibat tidak adanya standar bucking yang tepat dan supervisi. Keadaan ini merupakan salah satu situasi yang secara eksplisit didorong oleh Departemen Kehutanan melalui mekanisme pengendalian penebangan serta sistem royalti yang seragam.

f) Tidak ada pemantauan atau evaluasi dari kegiatan penebangan yang dilakukan. g) ITT atau Inventarisasi Tegakan Tinggal yang disarankan atau survei pasca

pemanenan jarang dilakukan, dan kalaupun dilaksanakan tidak diintegrasikan ke dalam tindakan manajemen di luar persyaratan yang terdapat dalam peraturan karena informasi yang dikumpulkan memiliki relevansi yang kecil dengan manajemen.

h) Tidak ada kegiatan penon-aktifan jalan sarad yang secara sistematis berusaha mengurangi resiko erosi.

Untuk mengatasi situasi ini, RIL menetapkan sejumlah tujuan penting seperti (Klassen 2005) :

1. Mengurangi kerusakan pada tegakan tinggal agar berada dalam kondisi yang baik dalam siklus penebangan berikutnya.

(20)

3. Memelihara integritas serta kualitas sistem perairan di hutan dengan mengurangi perlintasan sungai, menon-aktifkan jalan sarad setelah kegiatan pembalakan dan kegiatan lain yang dapat mengurangi erosi.

Menurut Klassen (2005), agar dapat secara efektif melaksanakan perencanaan pembalakan dengan menggunakan sistem RIL, ada empat persyaratan dasar yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Peta dengan skala operasional dan akurat merupakan alat dasar untuk melaksanakan rencana pembalakan dengan menggunakan sitem RIL.

b. Tersedia standar operasional yang berwawasan lingkungan untuk mempersiapkan kerangka kerja perencanaan.

c. Tersedia keterampilan teknis dasar untuk bisa mengintrepretasikan peta dan standar yang telah ditetapkan sehingga dapat menghasilkan suatu rencana yang dapat menjamin tercapainya tujuan RIL.

d. Perlu menciptakan suatu lingkungan pengelolaan yang memungkinkan pelaksanaan RIL. Hal ini tidak hanya sekadar dukungan manajemen terhadap konsep RIL tetapi juga mencakup seluruh prosedur khusus yang berhubungan dengan organisasi maupun bidang teknis yang dapat menjamin bahwa sistem RIL diterapkan secara serentak dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan perusahaan dan tidak dilaksanakan hanya oleh satu departemen saja.

2.4 Kinerja dan Ukuran Kinerja

Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki (Helfert 1996). Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.

(21)

Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik operasional suatu organisasi dan pegawainya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi 2001). Menurut Yuwono et al (2003), pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas di dalam rantai nilai yang ada pada organisasi. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan hal-hal yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas rencana dan pengendalian.

Penentuan ukuran kinerja berkaitan dengan tipe ukuran yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Produktivitas b. Kualitas

c. Ketepatan waktu d. Cycle time

e. Pemanfaatan sumberdaya dan biaya

Klasifikasi ukuran lain yang dapat digunakan untuk pengukuran kinerja yang bersifat pelayanan, antara lain productivity, indicators, time target, volume of services, demand, service provision (Wibowo 2007). Hasil pengukuran kinerja dihitung berdasarkan target yang telah ditetapkan dengan hasil faktual pada periode waktu tertentu. Pada beberapa ukuran yang telah ditentukan dalam beberapa perspektif menuntut adanya pengambilan sampel. Pengambilan sampel ini dilakukan untuk melihat realisasi terhadap pencapaian hasil, apakah telah sesuai dengan target atau tidak.

2.5 Faktor Krisis Keberhasilan Kinerja

(22)

segenap sistem bisnis. Contoh-contoh faktor krisis keberhasilan kinerja antara lain adalah manajemen biaya, mutu produk dalam persepsi konsumen, ciri-ciri desain produk serta citra perusahaan (Watson 1996).

2.6 Metode Penilaian Kinerja Dengan Balanced Scorecard

Dalam akutansi manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk menunjang proses manajemen yang disebut dengan Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Norton pada tahun 1990. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yaitu Balanced dan Scorecard. Scorecard (kartu skor) adalah kartu yang digunakan untuk melihat atau mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa depan.

Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa depan akan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan akan digunakan untuk mengevaluasi atas kinerja personil yang bersangkutan (Mulyadi, 2001). Kata Balanced (berimbang) ditujukan untuk menunjukkan bahwa kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek : aspek finansial dan aspek non finansial, aspek jangka pendek dan aspek jangka panjang, aspek proses dan personal, serta aspek internal dan aspek eksternal.

Balanced Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, dimana keberhasilan finansial yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang (Mulyadi & Setyawan 1999). Balanced Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaan, tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategi secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya merupakan ukuran-ukuran finansial tetapi penggabungan ukuran – ukuran finansial dan non finansial.

(23)

finansial yang dihasilkan oleh eksekutif harus merupakan akibat dari diwujudkannya kinerja dalam pemuasan kebutuhan pelanggan oleh proses bisnis internal yang optimal didasari pembangunan tenaga kerja yang produktif dan berkomitmen. Mulai saat itu, Balanced Scorecard tidak hanya dijadikan alat pengukuran kinerja, namun sudah berkembang menjadi alat inti pada manajemen strategis (Mulyadi 2001). Proses pengembangan metode Balanced Scorecard ini disajikan pada Gambar 1.

2.6.1 Balanced Scorecard Dalam Manajemen Strategi Perusahaan

Balanced Scorecard memegang peranan yang cukup berpengaruh dalam sistem manajemen strategis perusahaan yang terdiri dari dua tahapan utama, yaitu perencanaan dam pengimplementasian. Dalam perencanaan yang terdiri dari empat tahapan yaitu :

1. Perumusan strategi 2. Perencanaan Strategi 3. Penyusunan Program, dan 4. Penyusunan Anggaran

Balanced Scorecard berampak signifikan dalam tahap perencanaan strategik dan penyusunan program. Tahap implementasi rencana terdiri dari dua tahapan, yaitu :

a. Tahap Implementasi b. Tahap Pemantauan

Balanced Scorecard berperan dalam memperluas ukuran kinerja personil. Proses pertama dalam rumusan ukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard yaitu penerjemahan visi, misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan atau sasaran strategi, yang digolongkan dalam beberapa perspektif. Bagan perencanaan perusahaan disajikan pada Gambar 2.

a. Tahapan Perumusan Strategi

(24)

tersebut digunakan sebagai dasar untuk merumuskan visi, misi, keyakinan dasar dan nilai organisasi.

Gambar 1 Perkembangan Peran Balanced Scorecard dalam sistem Manajemen Strategis (Mulyadi 2001).

Visi perusahaan kemudian dijabarkan ke dalam tujuan melalui strategi untuk mewujudkan tujuan dan visi tersebut. Balanced Scorecard memperluas segmen dan penafsiran dari lingkup makro dan industri dalam proses pengamatan lingkungan dan analisis internal melalui analisis SWOT, ke dalam penjabaran beberapa perspektif dalam Balanced Scorecard (Mulyadi 2001).

b. Tahapan Perencanaan Strategi

(25)

Gambar 2 Bagan perencanaan perusahaan dengan pendekatan Balanced Scorecard (Islamiarani 2008).

c. Tahapan Penyusunan Program

Pada tahap penyusunan program, inisiatif strategik yang telah berbentuk kemudian dijabarkan ke dalam program-program jangka panjang. Penyusunan program ini juga menyertakan perkiraan sumberdaya yang diperlukan atau

Kajian Visi

Kajian Misi

Membandingkan Target Kinerja dengan Hasil Kinerja pada Periode Tertentu

Penentuan Hasil Faktual Kinerja Penentuan Target Kinerja

Kajian Perspektif

Penerjemahan Tujuan Perusahaan

Penentuan Strategi Perusahaan

Penentuan Ukuran Hasil

(26)

diperoleh dari pelaksanaan program tersebut. Balanced Scorecard menghasilkan program jangka panjang yang juga komprehensif dan saling menunjang satu dengan yang lainnya.

d. Tahapan Penyusunan Anggaran

Aktivitas paling utama dalam tahapan penyusunan anggaran adalah menjabarkan program-program komprehensif yang telah disusun ke dalam rencana kegiatan jangka pendek, disertai dengan perkiraan sumberdaya yang diperlukan atau diperoleh dari kegiatan tersebut. Oleh karena merupakan penjabaran program-program yang komprehensif, maka rencana kegiatan jangka pendek yang dihasilkan dalam tahapan penyusunan anggaran juga mencakup perspektif yang komprehensif, karena anggaran yang disusun berdasarkan atas program yang disusun berdasarkan inisiatif strategik yang diterapkan untuk mewujudkan sasaran strategik. Sasaran strategik merupakan penerjemahan strategi untuk mencapai tujuan dan visi, maka dari visi sampai dengan anggaran jangka pendek membentuk suatu rantai sistem yang koheren dan saling berhubungan.

e. Tahapan Implementasi dan Tahapan Pemantauan

Pada tahapan pengimplementasian, rencana kegiatan yang telah tercantum dalam dokumen anggaran dilaksanakan oleh segenap manajemen perusahaan. Pada tahap ini, Balanced Scorecard digunakan untuk mengukur kinerja personil di beberapa perspektif. Pada tahapan pemantauan, hasil pengukuran kinerja personil di beberapa perspektif Balanced Socrecard tersebut dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan dalam anggaran dan target yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategik.

Hasil perbandingan antara pengukuran kinerja dengan target anggaran digunakan untuk mengevaluasi kinerja jangka pendek, sedangkan hasil perbandingan antara hasil pengukuran kinerja dengan target yang ditetapkan dalam perencanaan strategik digunakan untuk mengevaluasi kinerja jangka panjang personil (Mulyadi 2001).

(27)

mengukur faktor keberhasilan kritikal tersebut. Pemilihan ukuran-ukuran hasil dan pemberian bobot untuk setiap ukuran hasil tersebut didasarkan pada hasil pertimbangan dan perundingan pihak manajemen. Dalam menentukan ukuran-ukuran tersebut perlu diperhatikan lima kriteria penentuan ukuran-ukuran, yaitu (Umar 2001) :

1. Aksesibilitas

2. Kesederhanaan konseptual 3. Relevansi

4. Realibilitas 5. Dinamis

Aksesibilitas artinya ukuran yang dibutuhkan dapat tersedia dan dihasilkan oleh sistem atau dengan investasi teknologi. Kesederhanaan konseptual artinya ukuran tersebut harus dapat dipahami. Relevansi artinya sesuai dengan proses atau hasil bisnis organisasi. Realibilitas artinya ukuran yang dipakai hendaknya tepat, mengukur secara benar proses dan tindakan tanpa dipengaruhi faktor lain, sedangkan dinamis artinya ukuran tersebut harus cukup fleksibel dan mampu digunakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan yang disesuaikan dengan kebutuhan perubahan lingkungan bisnis. Hal penting lainnya yaitu bahwa manajemen perlu mempertimbangkan ukuran-ukuran secara keseluruhan, tidak hanya memfokuskan pada satu ukuran tertentu.

2.6.2 Komponen Perspektif Balanced Scorecard

(28)

2.6.2.1 Perspektif Finansial

Penentuan strategi perspektif finansial didahului dengan mempertimbangkan posisi suatu produk di dalam siklus produk. Secara umum siklus produk dikelompokkan menjadi empat tahapan, tetapi Kaplan dan Norton (2000) menyederhanakannya menjadi tiga tahapan, yaitu :

1. Bertumbuh (Growth) 2. Bertahan (Sustain) 3. Menuai (Harvest)

Dalam setiap tahapan tersebut, terdapat tiga tema finansial yang dapat mendorong penetapan strategi bisnis, yaitu :

a. Bauran dan pertumbuhan pendapatan

b. Penghematan biaya atau peningkatan produktivitas c. Pemanfaatan aktiva atau strategi investasi

Bauran dan pertumbuhan pendapatan yang umum digunakan adalah tingkat pertumbuhan penjualan dan besarnya pangsa pasar untuk wilayah, pasar dan pelanggan sasaran. Usaha penghematan biaya dan peningkatan produktivitas dapat diukur dengan peningkatan pendapatan (misalnya pendapatan per pekerja), rasio profitabilitas dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi, penurunan biaya transaksi, persentase biaya penjualan, umum dan administrasi terhadap biaya total atau pendapatan, dan lain sebagainya.

Hal yang perlu diperhatikan adalah tujuan untuk mengurangi pengeluaran harus selaras dengan ukuran lainnya seperti daya tanggap pelanggan, mutu dan kinerja, sehingga pemotongan biaya tidak bertentangan dengan usaha mencapai tujuan pelanggan dan proses bisnis internal yang penting. Untuk tema pemanfaatan aktiva, para manajer berusaha untuk mengurangi tingkat modal kerja yang dibutuhkan untuk mendukung volume dan bauran bisnis tertentu.

(29)

a. Net Profit Margin (%) b. Sales Growth (%) c. Net Sales (%) d. Volume Penjualan

e. Sales Growth percentage (%)

2.6.2.2 Perspektif Pelanggan

Untuk mendapatkan ukuran hasil yang tepat bagi pelanggan, sebelumnya segmen pasar dan pelanggan harus sudah ditentukan. Dengan segmen yang jelas, nilai pelanggan yang terdiri dari atribut-atribut yang dianggap penting bagi pelanggan dapat diidentifikasikan. Pengetahuan perusahaan terhadap nilai dan atribut pelanggan akan menentukan loyalitas pelanggan dan merumuskan alat ukur tingkat keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai bagi perusahaan.

Apabila pelanggan telah diketahui, selanjutnya dapat ditentukan pengukuran strategis yang mengukur tingkat keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai pelanggan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Pengukuran strategis ini ditujukan untuk perusahaan. Kemudian yang dilakukan adalah menentukan pengukuran utama bagi pelanggan. Pengukuran ini dilakukan pada pelanggan secara langsung melalui survei pelanggan atau pangsa pasar.

Kelompok ukuran utama dalam perspektif pelanggan terdiri dari : 1. Pangsa pasar

2. Retensi pelanggan 3. Akusisi pelanggan 4. Kepuasan pelanggan 5. Profitabilitas pelanggan

Tolok ukur untuk perspektif pelanggan yang dapat digunakan perusahaan adalah : a. Market Share (%)

b. Order Fullfilment (%) c. Komplain pelanggan

d. Ketepatan penyampaian produk e. Kualitas Produk

(30)

2.6.2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal

Untuk mengetahui ukuran yang tepat dalam perspektif proses bisnis internal, harus diketahui terlebih dahulu proses mana yang paling kritikal bagi pencapaian misi perusahaan atau proses yang sangat mendukung strategi perusahaan. Dengan mengetahui setiap tahapan dalam menciptakan produk dan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, maka kita dapat menentukan tema strategis yang dituju perusahaan dalam setiap prosesnya. Tema-tema strategis dalam setiap perusahaan akan berbeda-beda atau terdapat tambahan yang mungkin dirasakan penting bagi keberhasilan perusahaan. Dengan mendapatkan tema strategis, maka akan diperoleh pengukuran yang tepat sehingga perusahaan dapat mengukur keberhasilannya dalam mencapai tema tersebut.

2.6.2.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran memungkinkan perusahaan untuk menjamin adanya pembaruan kapasitas dalam jangka panjang, suatu prasyarat bagi kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Perspektif ini memfokuskan pengukuran terhadap tiga kategori utama yaitu :

1. Kapabilitas pekerja

2. Kapabilitas sistem informasi

3. Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan.

Kategori kapabilitas pekerja secara umum mempunyai tiga ukuran utama yaitu kepuasan pekerja, retensi dan produktivitas. Ketiga ukuran ini saling terkait satu sama lain dan pada akhirnya akan mempengaruhi hasil, kompetensi staf, infrastruktur teknologi dan iklim untuk bertindak merupakan faktor pendorong timbulnya kepuasan pekerja. Kepuasan pekerja akan sangat menentukan loyalitas (retensi) terhadap perusahaan dan produktivitasnya. Selanjutnya loyalitas dan tingkat produktivitas akan mempengaruhi hasil atau performan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

(31)

1. Produktivitas tenaga kerja (RP. Juta/orang) 2. Koordinasi manajemen

3. Pelatihan tenaga kerja 4. Program pra jabatan

5. Intensitas pertemuan tenaga kerja dengan pimpinan (kali/tahun)

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah pada bulan Juni sampai dengan Juli 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Dokumen perencanaan perusahaan yang meliputi Dokumen Rencana Kelestarian Pengusahaan Hutan, Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2007 dan RKT tahun 2008, Laporan Hasil Cruising (LHC), Laporan Hasil Penebangan (LHP), buku ukur kayu,

b. Peta Operasional pemanenan hutan tahun 2007 dan tahun 2008,

c. Dokumen realisasi RKT tahun 2007 dan tahun 2008, laporan kinerja pemanenan hutan teknik konvensional dan teknik RIL,

d. SOP (Standard Operating Procedure) produksi.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : lembar penilaian kinerja, kuesioner, dan MS office 2003/2007.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Menurut Umar (2005), data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang dilakukan peneliti. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh para pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel atau diagram.

(33)

hasil riset dan publikasi yang berkaitan dengan pemanenan hutan di lokasi penelitian. Jenis data yang dikumpulkan disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi jenis data yang dikumpulkan

No. Perspektif Jenis Data

1. Lingkungan 1. Jumlah pohon yang terkena dampak PWH

2. Keterbukaan areal

2. Finansial

1. Jumlah pohon yang dipanen 2. Volume kayu yang dipanen 3. Nilai kayu yang dikeluarkan 4. Tingkat pemanfaatan kayu

5. Biaya perencanaan pemanenan hutan dan PWH 6. Upah pekerja

3. Pelanggan

1. Permintaan kayu

4. Proses bisnis Internal 1. Evaluasi SOP produksi 2. Tingkat pelatihan kerja 3. Tingkat kecelakaan kerja

5. Pertumbuhan dan

pembelajaran

1. Produktivitas kerja

2. Tata waktu pelaksanaan kegiatan pemanenan 3. Persepsi kepuasan kerja

Jenis data yang dikumpulkan dikelompokan kedalam tahapan pemanenan hutan yang terdiri dari perencanaan pemanenan hutan dan PWH, penebangan, penyaradan, pengukuran kayu, muat bongkar dan pengangkutan.

a. Perencanaan Pemanenan dan PWH

Informasi yang diperlukan pada tahapan perencanaan pemanenan dan perencanaan PWH adalah informasi rencana kegiatan pemanenan hutan yang diperoleh dari dokumen perencanaan pemanenan hutan, peta perencanaan PWH, peta Jaringan Jalan dan dokumen RKT dan realisasi RKT perusahaan sebelum dilaksanakan teknik RIL (teknik konvensional) dan setelah dilaksanakan teknik RIL.

b. Penebangan

(34)

c. Pengukuran Kayu

Data yang dikumpulkan pada tahapan ini adalah informasi tentang produktivitas pengukuran kayu dan volume kayu yang diperoleh dari dokumen Laporan Hasil Penebangan (LHP) dan buku ukur kayu.

d. Penyaradan

Pada tahapan penyaradan, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi produktivitas penyaradan, tingkat kecelakaan kerja, kerusakan tegakan atau tanah, kualifikasi teknik penyaradan (frekuensi pelatihan), dan informasi yang diperoleh dari peta jaringan jalan (termasuk jaringan jalan sarad), peraturan pelaksanaan kegiatan penyaradan (SOP) produksi dan tata waktu penyaradan.

e. Muat Bongkar

Pada tahapan muat bongkar, data yang dikumpulkan adalah informasi produktivitas muat bongkar, tingkat kecelakaan kerja sebelum dan setelah pelaksanaan pemanenan hutan dengan teknik RIL serta peraturan pelaksanaan kegiatan muat bongkar (SOP).

f. Pengangkutan

Data yang dikumpulkan meliputi produktivitas pengangkutan kayu, tata waktu pelaksanaan pengangkutan, tingkat kecelakaan kerja perusahaan, peraturan pelaksanaan kegiatan pengangkutan kayu (SOP) produksi dan dokumen realisasi pengangkutan kayu pada tahun sebelum dan setelah pelaksanaan teknik RIL.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu dengan cara penyebaran kuesioner, wawancara, dan studi literatur.

1. Kuesioner

(35)

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait pada setiap tahapan pemanenan hutan di PT. Austral Byna. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa para pihak-pihak yang terkait dalam setiap tahapan pemanenan hutan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Wawancara ini dilakukan guna memperoleh informasi tentang persepsi kepuasan karyawan dan evaluasi kegiatan pemanenan hutan di lapangan.

3. Studi Literatur dan Dokumen

Studi literatur dilakukan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan pemanenan hutan sebelum dan pada saat diterapkan pemanenan hutan dengan teknik RIL yang telah dilakukan di PT. Austral Byna. Dalam penelitian ini, studi literatur yang dilakukan adalah pencarian data dan informasi dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan publikasi ilmiah yang terkini. Studi dokumen didahulukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari dokumen perusahaan yang meliputi dokumen perencanaan pemanenan hutan, peta kontur, peta jaringan jalan, peta perencanaan PWH, peta jaringan jalan, peta operasional pemanenan, dokumen RKT perusahaan, data biaya perencanaan pemanenan hutan, informasi tata waktu pelaksanaan pemanenan hutan, SOP produksi, dokumen LHC, dokumen LHP, data tingkat pemanfaatan kayu, informasi kerusakan tegakan tinggal, informasi kecelakaan kerja, data pelatihan kerja karyawan, dan data produktivitas kerja karyawan.

3.5 Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka data yang diperoleh dari penelitian (data primer, sekunder maupun informasi pendukung lainnya) diolah dan dianalisis dengan cara deskriptif dan evaluatif.

(36)

Proses pertama dalam rumusan ukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard adalah penerjemahan visi, misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan atau sasaran yang digolongkan dalam lima perspektif. Bagan perencanaan perusahaan yang juga merupakan tahapan penelitian pengukuran kinerja pemanenan hutan disajikan pada Gambar 3. Sebagai data indikator awal (baseline) dalam penelitian ini adalah data pemanenan hutan dengan teknik konvensional.

(37)

Keterangan = ruang lingkup penelitian

Gambar 3 Skema penelitian pengukuran kinerja pemanenan hutan ramah lingkungan.

Visi dan Misi PT. Austral Byna

Tujuan dan Sasaran perusahaan

Pengukuran kinerja masing-masing Perspektif Balanced Scorecard

Perspektif Pelanggan

Perspektif Proses Pertumbuhan dan Pembelajaran

Ukuran strategik

Perspektif Lingkungan Menerjemahkan tujuan dan sasaran ke dalam sasaran strategik

pada kelima perspektif Balanced Scorecard

Perspektif Proses Bisnis

internal Perspektif

Finansial

(38)

3.6 Pengukuran Indikator 3.6.1 Perspektif Finansial

Tolok ukur dalam perspektif finansial yang digunakan untuk mengukur kinerja pemanenan hutan adalah :

1. Biaya Perencanaan Pemanenan Hutan dan PWH

Biaya perencanaan pemanenan dihitung dengan menjumlahkan semua biaya yang terkait dengan biaya perencanaan. Komponen tersebut adalah harga alat, biaya pembuatan dokumen perencanaan pemanenan, dan biaya inventarisasi serta biaya perencanaan PWH.

2. Jumlah Pohon yang Dipanen

Jumlah pohon yang dipanen dihitung dari jumlah realisasi tebangan dalam satu areal RKT.

3. Volume Kayu yang Dipanen

Pengukuran volume kayu yang dipanen merupakan lanjutan dari pengukuran jumlah pohon yang dipanen. Tolok ukur ini dihitung dari volume kayu tebangan yang telah dilakukan kegiatan pemotongan cabang, ranting dan tajuk, sehingga pengukuran volume ini merupakan volume log yang akan dimanfaatkan.

4. Nilai Kayu yang dikeluarkan

Nilai kayu yang dikeluarkan merupakan pengukuran finansial dari jumlah kayu yang dipanen perusahaan. Nilai kayu ini diperoleh dari jumlah volume total log per jenis dikonversi kedalam satuan rupiah, yaitu mengkalikan jumlah volume total dengan harga kayu per m3 untuk setiap jenis.

5. Tingkat Pemanfaatan Kayu

Tingkat pemanfaatan kayu dihitung berdasarkan nilai kayu yang dimanfaatkan perusahaan dalam satu areal kerja tahunan yang tertuang dalam dokumen RKT perusahaan. Nilai ini diperoleh dari total log yang dipanen dikurangi dengan jumlah log yang rusak dan yang tidak dimanfaatkan.

3.6.2 Perspektif Pelanggan

(39)

3.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal

Pada perspektif proses bisnis internal, tolok ukur yang digunakan adalah : a. tingkat kecelakaan kerja : Tingkat kecelakaan kerja diperoleh dari jumlah

kecelakaan kerja pada setiap tahapan pemanenan hutan per tahun.

b. tata waktu pelaksanaan pemanenan hutan : Pengukuran tata waktu pelaksanaan pemanenan hutan diporoleh dari pengukuran waktu penyelesaian kegiatan pada setiap tahapan pemanenan hutan.

c. evaluasi SOP produksi kayu : Evaluasi SOP produksi dilakukan dengan pengamatan terhadap kegiatan pemanenan yang mengacu pada prosedur operasi standar perusahaan.

3.6.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja pemanenan pada perspektif ini meliputi tingkat pengunduran diri tenaga kerja, tingkat pelatihan kerja tenaga kerja, produktivitas kerja. Sedangkan untuk mengukur persepsi kepuasan pekerja digunakan analisis deskriptif. Pengukuran data tersebut dilakukan sebagai berikut :

a. Tingkat pengunduran diri tenaga kerja diperoleh dari jumlah tenaga kerja yang mengundurkan diri (orang/tahun) dalam setiap tahapan kegiatan pemanenan hutan.

b. Tingkat pelatihan kerja diperoleh perbandingan jumlah tenaga kerja yang mengikuti pelatihan dalam setiap tahapan kegiatan pemanenan hutan selama satu tahun (orang/tahun). Data tentang tingkat pelatihan kerja terdapat dalam dokumen rencana dan realisasi RKT perusahaan.

c. Produktivitas kerja dihitung dari besarnya hasil kerja pekerja dalam setiap tahapan kegiatan pemanenan yang diukur dalam nilai rata-rata log/hari.

(40)

Menurut Istijanto dalam Sari (2006) jika skala yang digunakan adalah interval maka alat analisis deskriptif yang tepat yaitu mean. Skala yang digunakan dalam kuesioner persepsi tenaga kerja terhadap lingkungan kerja yaitu skala nominal dan interval. Pertanyaan mengenai identitas diri menggunakan skala nominal, sedangkan pertanyaan mengenai persepsi tenaga kerja menggunakan skala Likert (skala interval) dengan menggunakan lima kategori yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Ragu – ragu (R), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).

Menurut Umar (2005), tahapan dalam melakukan analisis data survei persepsi tenaga kerja terhadap lingkungan kerja adalah :

1. Memberikan nilai pada masing-masing jawaban responden (STS = 1, TS = 2, R = 3, S = 4, SS = 5)

2. Memindahkan data berupa nilai dari lembar kuesioner ke lembar tabulasi (penginputan data)

3. Menentukan mean masing-masing variabel yang diteliti secara keseluruhan dengan cara perhitungan skor sebagai berikut :

Xbar = ∑ (Xi. Пi)

n Keterangan : Xbar = Nilai rataan skor

X = Skor nilai jawaban responden ke-i

Пi = Jumlah jawaban untuk skor i

n = jumlah responden

4. Menggunakan selang skala penelitian dengan menentukan nilai rataan selang dengan rumus sebagai berikut :

Rs = b-a m

Rs = 5 - 1 5

Rs = 0,8

(41)

Tabel 2 Nilai rentang skala (skor rataan)

Perspektif lingkungan dilihat dari seberapa besar pemanenan yang dilakukan oleh perusahaan berdampak pada lingkungan. Dalam perspektif ini, sasaran strategi perusahaan adalah pengurangan dampak kerusakan lingkungan dan keterbukaan areal. Kriteria pengukuran kinerja lebih menilai kepada besarnya jumlah pohon yang terkena dampak PWH, besar tingkat keterbukaan areal yang dinilai dari pembuatan jalan angkutan dan jalan cabang. Pengukuran indikator tersebut adalah :

1. Jumlah pohon yang terkena dampak PWH

Jumlah pohon yang terkena dampak PWH merupakan pengukuran jumlah pohon yang ditebang akibat kegiatan pembukaan wilayah hutan yang meliputi pembuatan jalan angkutan, jalan sarad, base camp serta TPn.

2. Tingkat Keterbukaan Areal

Tingkat keterbukaan areal diukur dari pelaksanaan kegiatan PWH dalam satu tahun pelaksanaan kerja pemanenan hutan. Nilai ini diukur dari jumlah luasan pembukaan wilayah hutan antara lain pembuatan jalan angkutan dan jalan cabang.

3.7 Perhitungan Pembobotan

Sebelum melakukan pengukuran kinerja, terlebih dahulu ditentukan bobot atau tingkat kepentingan perusahaan terhadap masing-masing perspektif Balanced Scorecard, sasaran strategis dan ukuran strategisnya (Sari 2006). Pembobotan dilakukan agar pengukuran kinerja memberikan indikasi yang lebih terperinci dan terkait langsung dengan kepentingan perusahaan.

(42)

perspektif beserta sasaran strategis dan ukuran hasil utamanya diberikan agar dapat menghasilkan skor untuk dibandingkan tingkat kepentingannya satu sama lain.

Menurut Giatiningrum (2009) langkah-langkah dalam pemberian bobot masing-masing perspektif, sasaran dan ukuran tolok ukur strategis adalah :

1. Melakukan perbandingan antara suatu elemen (perspektif, sasaran strategis atau ukuran hasil) dengan elemen lainnnya yang disajikan dalam bentuk tabulasi dalam Tabel 3. Perbandingan dilakukan dengan memberikan nilai pada skala 1 samapai 3. Nilai 1 berarti elemen dianggap tidak penting dibandingkan dengan elemen pembandingnya. Nilai 2 berarti kedua elemen memiliki tingkat kepentingan yang sama. Nilai 3 berarti suatu elemen dianggap lebih penting dibandingkan dengan elemen pembandingnya. Nilai yang telah dipertimbangkan, kemudian diisikan pada sel Aij. Perbandingan antara dua unsur elemen yang sama tidak diberi nilai. Untuk sasaran yang hanya memiliki satu ukuran, maka bobot dari ukuran tersebut disamakan dengan bobot dari sasarannya.

2. Memberikan nilai kebalikan dari perbandingan pada langkah satu untuk mengisi sel Aji, misalnya nilai 1 kebalikan dari nilai 3.

3. Menjumlahkan masing-masing nilai unsur elemen tiap baris dan tiap kolom, kemudian menjumlahkan hasilnya.

4. Melakukan perhitungan bobot untuk masing-masing elemen dengan cara membandingkan total nilai masing-masing elemen dengan jumlah total nilai lalu dikalikan 100%.

Tabel 3 Matriks pembobotan

Perspektif A1 A2 A3 A4 A5 ∑ Bobot

A1 A12 A13 A14 A15

A2 A21 A23 A24 A25

A3 A31 A32 A34 A35

A4 A41 A42 A43 A45

A5 A51 A52 A53 A54

(43)

Keterangan :

A1 : Perspektif Finansial/Ekonomi A2 : Perspektif Proses Bisnis Internal A3 : Perspektif Pelanggan

A4 : Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran A5 : Perspektif Lingkungan

Perhitungan nilai bobot dalam elemen Balanced Scorecard : Bobot Ai = ( ∑ Ai / Aij ) x 100%

3.8 Penarikan Kesimpulan

Penentuan pengukuran kinerja pemanenan hutan dengan menggunakan metode BSC menentukan lima perspektif untuk mengukur nilai kinerja tersebut. Kelima perspektif tersebut adalah perspektif finansial, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif pelanggan dan perspektif lingkungan. Penarikan kesimpulan pengukuran kinerja pelaksanaan pemanenan hutan ini mengacu pada arah manfaat dari tujuan kelima perspektif yang diukur dengan metode Balanced Scorecard dan tujuan penerapan konsep RIL dalam pemanenan hutan.

Perspektif finansial mengukur segala aspek yang berkaitan dengan finansial perusahaan. Sasaran perspektif ini adalah peningkatan profitabilitas dan efisiensi biaya. Menilai dari sasaran yang ditetapkan, peningkatan profitabilitas bagi perusahaan merupakan aspek pendukung berjalannya kegiatan perusahaan dalam jangka panjang, terlebih lagi dalam kegiatan pengelolaan hutan yang memberikan hasil dalam jangka panjang. Efisiensi biaya dilakukan untuk mengurangi jumlah biaya pengeluaran perusahaan. Semakin berkurang biaya pengeluaran yang dilakukan perusahaan, semakin baik tingkat pengelolaan dan profitabilitas perusahaan. Sedangkan peningkatan profitabilitas yang semakin meningkat mengindikasikan pendapatan perusahaan yang meningkat.

(44)

peningkatan yang diperoleh perusahaan menerangkan tingkat kinerja pemanenan hutan dalam perspektif proses bisnis internal yang semakin baik.

Perspektif yang ketiga adalah perspektif pelanggan yang menitikberatkan pada perilaku konsumen dalam menggunakan kayu yang dipanen oleh perusahaan. Dalam perspektif ini, sasaran yang dinilai adalah permintaan kayu berkualitas. Penarikan kesimpulan dalam perspektif ini adalah semakin tinggi capaian yang diperoleh perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan pada perspektif ini.

Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran memfokuskan pada kapasitas dan kapabilitas SDM. Aspek ini juga yang menentukan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Sasaran perspektif ini adalah peningkatan kualitas SDM dan peningkatan kepuasan tenaga kerja. Peningkatan kualitas SDM dinilai dari aspek tenaga kerja, sedangkan peningkatan kepuasan tenaga kerja dinilai dari penilaian interaksi dua arah antara perusahaan dengan tenaga kerja. Peningkatan kedua sasaran tersebut memberikan kesimpulan bahwa semakin tinggi capaian perusahaan maka semakin baik penilaian kinerja perusahaan.

(45)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Luas Areal Kerja

PT Austral Byna merupakan perusahaan swasta yang pada awalnya berbentuk Penanaman Modal Asing (PMA). IUPHHK PT. Austral Byna yang pertama kali ditetapkan berdasarkan Forestry Agreement (FA) No. FA/J/080/IX/73 tanggal 9 April 1969 dan SK HPH No. 635/Kpts/Um/X/74 tanggal 2 Oktober 1974 dengan luas 370.000 ha. Penetapan luas ini merupakan hasil penggabungan 2 HPH, yaitu PT. Yuling Byna Corporation dan PT. Byna Harapan. Namun demikian, pada tahun tersebut Departemen Kehutanan menetapkan areal HPH PT. Austral Byna seluas 370.000 ha, yang berlaku selama jangka waktu penguasahaan hutan 20 tahun, yaitu dari 14 November 1969 sampai dengan 13 November 1989, namun kemudian dari areal tersebut dilaporkan adanya tumpang tindih dengan areal HPH PT. Indexim Utama Corporation seluas 70.000 ha, sehingga pada tahun 1975 sesuai dengan Surat Direktorat Jenderal Kehutanan yang dikeluarkan tanggal 20 November 1975 disetujui pemisahan areal kepada HPH PT. Indexim Utama Corporation, sehingga luas areal HPH PT. Austral Byna menjadi 300.000 ha.

(46)

Tabel 4 Perkembangan areal PT. Austral Byna tahun 2010

No

Luas Areal Fungsi TGHK/Paduserasi RTWP dan TGHK Jumlah

HL

Luas Sekarang 103.100 91.480 60.950 255.530

Sumber : RKT PT. Austral Byna, 2010

Keterangan : HL : Hutan Lindung; SA :Sempadan Air; HP : Hutan Produksi; HPT : Hutan

Produksi Terbatas; HK : Hutan Konservasi; APL : Area Penggunaan Lain

4.2 Letak Geografis

Areal IUPHHK PT. Austral Byna secara geografis berada pada posisi 0o

30’-1o 68’ LS dan 114o45’-115o 45’ BT. Secara administrasi pemerintahan, areal tersebut termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Lahai, Teweh Timur dan Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara dengan Ibukota Muara Teweh-Propinsi Kalimantan Tengah dengan Ibukota Palangkaraya. Adapun batas-batas luar areal IUPHHK PT. Austral Byna tersebut adalah :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan PT.Inhutani III (Eks PT. Antang Kalimantan), PT. Inhutani II (Eks PT. Nara Kalimantan), PT. Djajanti Djaja II dan HTI PT. Rimba Berlian Hijau.

b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan PT. Barito Pacific Lumber dan PT. Timber Dana, PT. Dayak Besar Vincent dan Hutan Lindung

c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan PT. Indexim Utama, PT. Sindo Lumber, dan PT. Djajanti Djaja.

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan PT. Antang Kalimantan, PT. Alam Indo Jaya, PT. Barito Pacific Lumber, HTI PT. Rimba Berlian Hijau, dan HTI PT. Purwa Permai.

4.3 Topografi

(47)

survei topografi yang dilakukan dengan metode jalur rintisan dengan interval 2 km. Dari kedua sumber data inilah selanjutnya dibuat Peta Kelas Lereng areal IUPHHK PT. Austral Byna. Luasan setiap kelas lereng di areal IUPHHK PT. Austral Byna disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Distribusi kelas lereng di areal kerja IUPHHK PT. Austral Byna

Kode Kelas Lereng (%) Topografi Luas %

Sumber: website PT. Austral Byna (www.australbyna.co.id),2010

4.4 Keadaan Hutan

Kondisi Penutupan Lahan (Berdasarkan Citra Lansat 2008 (Landsat TM + Band 542 skala 1:100.000 Path/Row/Liputan : Mozaik 117/60/16 Juni 2009, 117/61/29 April 2009, 118/60/7 Juni 2009 dan 117/61/7 Juni 2009), Pengesahaan Kepala Badan Planologi Kehutanan melalui surat nomor : S.476/IPSDH-2/2009, tanggal 31 Agustus 2009. Hutan areal IUPHHK PT. Austral Byna termasuk ke dalam hutan tropika basah daratan rendah. Bentuk vegetasinya merupakan areal bekas tebangan, areal non hutan, dan areal tertutup awan dengan luasan seperti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Luasan setiap bentuk vegetasi di areal IUPHHK PT. Austral Byna

No. Penutupan Lahan

Fungsi Hutan (Ha) Buffer

Zone

Sumber : RKT PT. Austral Byna, 2010

(48)

bracteate Bunck), Keladan (Dipterocarpus retusus BL), dan Kempas (Koompasia malaccensis Maing), sedangkan pada areal bekas tebangan antara lain Keruing (Dipterocarpus grandiflorus Blanco), Binuang (Octomeles sumatrana Miq), Meranti (Shorea ovalis BL), Lanan (Shorea reduso Heim), Pampaning (Quencis beneti Mig), Bangkirai (Hopea sp.). Rincian struktur dan potensi tegakan disajikan pada Tabel 7. Kawasan IUPHHK PT. Austral Byna tergolong mempunyai keanekaragaman jenis vegetasi yang tinggi. Diantara jenis-jenis tersebut, dijumpai beberapa jenis tanaman yang langka sesuai SK. Menteri Pertanian No. 54/Kpts-Um/ll/1972 dan dilindungi oleh adat setempat.

Tabel 7 Jumlah batang dan volume rata-rata menurut jenis dan kelas diameter di areal IUPHHK PT. Austral Byna.

Uraian

Jumlah Batang (N) dan Volume (V) untuk Setiap Kelas Diameter

20-49 cm 50-59 cm 40 cm Up >60 cm >50 cm

Sumber : RKT PT. Austral Byna Tahun 2010.

4.5 Sistem Silvikultur

Sistem pemanenan hutan yang diterapkan PT. Austral Byna adalah sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), akan tetapi mulai tahun 2007 PT. Austral Byna juga melaksanakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) atau Silvikultur Intensif (SILIN). Oleh karena itu, sistem yang diterapkan di PT. Austral Byna ini ada dua sistem yaitu TPTI dan TPTII. Sistem perencanaan yang dilakukan di PT. Austral Byna adalah sistem pemanenan secara mekanis, artinya semua kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan bantuan mesin. Pada RKT 2009, sistem yang digunakan yaitu TPTI.

(49)

chainsawman dan satu orang pembantu (helper). Setelah penebangan selesai dan sebelum dilakukan kegiatan penyaradan petak tebang tersebut akan diperiksa oleh mandor blok produksi untuk mengetahui apakah kayu yang ditebang telah sesuai dengan yang direncanakan.

Kegiatan penyaradan di PT. Austral Byna dilakukan dengan menggunakan traktor. Pelaksanaan penyaradan dimulai dengan terlebih dahulu helper masuk ke dalam petak tebang untuk mencari letak kayu yang sudah ditebang baru kemudian operator traktor melakukan kegiatan penyaradan kayu. Kegiatan penyaradan ini juga sangat tergantung cuaca, hal ini disebabkan kondisi lapangan yang cukup sulit dan juga untuk menghindari pemadatan tanah serta kerusakan tegakan.

Pengangkutan dilakukan setelah penyaradan dan pemuatan. Alat angkut yang digunakan perusahaan untuk kegiatan ini adalah logging truck. Kegiatan pengangkutan dilakukan setelah semua kayu disarad ke TPn, pengangkutan juga sangat bergantung pada cuaca dan jalan angkutan.

(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Visi dan Misi Perusahaan

Visi IUPHHK-HA PT. Austral Byna adalah “Menjadi Pengelola Hutan Produksi

Lestari yang berdasarkan pada keseimbangan manfaat produksi, ekologi, dan sosial”. Visi

ini dijabarkan kedalam misi perusahaan IUPHHK-HA PT. Austral Byna yaitu sebagai

berikut :

a. Memelihara dan meningkatkan mutu sumberdaya hutan, serta optimalisasi pemanfaatan berupa kayu dan non kayu secara lestari yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi perusahaan, pemegang saham, masyarakat dan pemerintah.

b. Memelihara keseimbangan lingkungan hutan alam dan jasa lingkungan guna mendukung kualitas hidup manusia pada tingkat lokal, nasional, regional maupun global.

c. Memelihara hubungan yang harmonis dan seimbang antara perusahaan, pemegang saham, masyarakat, dan pemerintah.

d. Mengembangkan sistem pengelolaan perusahaan yang profesional dan menguntungkan dengan tata nilai perusahaan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dari visi dan misi perusahaan tersebut diterjemahkan kedalam tujuan perspektif kinerja pelaksanaan kegiatan pemanenan hutan ramah lingkungan. Penerjemahan visi dan misi ini disajikan pada Tabel 8.

5.2 Sasaran Strategis dan Ukuran Indikator Tiap Perspektif 5.2.1 Perspektif Finansial

(51)

Tabel 8 Penerjemahan visi dan misi PT. Austral Byna berdasarkan hasil wawancara.

Perspektif Tujuan Perspektif

Finansial Pengoptimalan pemanfaatan hasil hutan alam berupa kayu dan

non kayu yang bernilai komersial, pengoptimalan budget yang telah dianggarkan dengan merealisasikan program kerja kegiatan pemanenan hutan untuk mendapatkan manfaat maksimal.

Proses Bisnis Internal Menjalankan proses bisnis dan sistem pengelolaan manajemen yang professional,seimbang dan terarah berdasarkan yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan.

Pelanggan Memberikan dan meningkatkan mutu pemanfaatan hasil hutan

alam terutama hasil kayu berkualitas secara lestari sesuai dengan permintaan pelanggan dan aturan yang berlaku.

Pertumbuhan dan Pembelajaran

Mengembangkan kualitas karyawan berdasarkan tatanan nilai perusahaan serta peraturan yang berlaku.

Lingkungan Melestarikan keseimbangan lingkungan ekosistem dan jasa

lingkungan di areal IUPHHK.

Dalam pelaksanaan kegiatan pemanenan hutan, PT. Austral Byna membutuhkan dana yang sangat besar untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pemanenan hutan. Oleh karena itu, untuk mengatasi agar perusahaan tidak mengalami kerugian, maka perusahaan melakukan efisiensi biaya-biaya yang dikeluarkan, terutama pada biaya-biaya pendukung operasional kegiatan pemanenan hutan. Sasaran strategi peningkatan profitabilitas dipilih sesuai dengan kegiatan utama perusahaan, yaitu memanfaatkan sebesar-besarnya hasil hutan kayu dan non kayu. Profitabilitas disini meliputi hasil penjualan hasil hutan kayu serta penerimaan-penerimaan lainnya yang diperoleh perusahaan selama pelaksanaan kegiatan pemanenan hutan dalam satu tahun.

(52)

antara lain rencana jumlah pohon yang dipanen, volume kayu yang dipanen, nilai kayu yang dikeluarkan serta tingkat pemanfaatan kayu.

Nilai kayu yang dikeluarkan merupakan salah satu tolok ukur yang mendukung keberhasilan perusahaan dalam menentukan keberhasilan sasaran strategi peningkatan profitabilitas. Nilai kayu yang dikeluarkan merupakan besar nilai rupiah dari total kayu yang dikeluarkan perusahaan.

5.2.2 Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran strategis pada perspektif proses bisnis internal, secara eksplisit terlihat dalam misi perusahaan, yaitu “Mengembangkan sistem pengelolaan perusahaan yang profesional dan menguntungkan dengan tata nilai perusahaan

dan sesuai dengan peraturan yang berlaku”. Sesuai dengan misi tersebut, maka

sasaran strategis yang ingin dicapai pada perspektif ini meliputi penerapan standar dan aturan kerja yang berlaku di perusahaan dalam kegiatan pemanenan hutan yang mengacu pada aturan teknik pemanenan RIL dan peningkatan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

Inti dari pengukuran perspektif proses bisnis internal adalah proses yang dirancang sedemikian rupa agar pelaksanaan kegiatan pemanenan sesuai dengan tujuan visi dan misi perusahaan serta aturan dalam pelaksanaan RIL oleh pemerintah. Proses bisnis internal ini mengukur kegiatan manajerial perusahaan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pemanenan hutan.

Penerapan standar dan aturan kerja perusahaan dilakukan untuk menilai dan mengawasi pelaksanaan operasional kegiatan pemanenan hutan sesuai peraturan perusahaan. Penilaian dan pengawasan ini bertujuan agar operasional kegiatan pemanenan hutan tersebut dilakukan secara kontinuitas dan sesuai aturan kaidah RIL yang dibuat perusahaan dan kebijakan yang dibuat oleh Departemen Kehutanan. Sehingga pelaksanaan kegiatan pemanenan hutan dapat sejalan dengan penerapan visi dan misi perusahaan.

Gambar

Gambar 1  Perkembangan Peran Balanced Scorecard dalam sistem
Gambar 2  Bagan perencanaan perusahaan dengan pendekatan Balanced
Tabel 1  Rekapitulasi jenis data yang dikumpulkan
Gambar 3  Skema penelitian pengukuran kinerja pemanenan hutan ramah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti persamaan matematika yang disusun untuk kedua kelompok jenis pada hutan sekunder memiliki kecocokan yang lebih tinggi dalam menduga kerapatan

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk membandingkan perubahan komposisi dan struktur vegetasi hutan akibat kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan

Untuk memperhitungkan emisi karbon potensial akibat pemanenan kayu maka dapat diduga dari besarnya biomassa hutan yang terdapat pada pohon yang dipanen, pohon yang

Sedangkan, pada alur pemasaran kedua, lembaga pemasaran tingkat dua (pengumpul di Desa) selanjutnya menjual biji tengkawang ke Kecamatan Menukung dan untuk selanjutnya dijual

pengumpulan kayu (TPN), di lokasi jalan sarad utama dan di lokasi jalan sarad cabang. Hasil inventarisasi tegakan menunjukkan bahwa potensi tegakan rata-rata pada petak

Pemegang Izin diwajibkan untuk melaksanakan inventarisasi hutan untuk memperoleh data/informasi yang akurat, terpercaya dan terbaru mengenai keadaan fisik daerah, flora dan

Pemegang izin diwajibkan untuk melaksanakan inventarisasi hutan untuk memperoleh data/ informasi yang akurat, terpercaya dan terbaru mengenai keadaan fisik daerah, alam flora

Penelitian ini bertujuan: (1) mengukur potensi permudaan alam tingkat semai pada proses pemulihan vegetasi di hutan alam bekas tebangan ( logged over area ), (2)