• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian sumberdaya danau untuk pengembangan wisata danau diatas, kabupaten solok, Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian sumberdaya danau untuk pengembangan wisata danau diatas, kabupaten solok, Sumatera Barat"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU UNTUK PENGEMBANGAN

WISATA DANAU DIATAS, KABUPATEN SOLOK,

SUMATERA BARAT

RIRI ENGGRAINI

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

iii RINGKASAN

Riri Enggraini. C24070011. Kajian Sumberdaya Danau untuk Pengembangan Wisata Danau Diatas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Dibawah bimbingan Fredinan Yulianda dan Gatot Yulianto.

Danau Diatas merupakan salah satu dari empat danau di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan Danau Kembar, dan merupakan bagian dari Danau Kembar yaitu Danau Diatas dan Danau Dibawah yang berdampingan dengan jarak sejauh 1 Km. Kawasan Danau Diatas dengan luas ±1720 Ha, memiliki panorama alam yang sangat indah dan udara yang sejuk, sehingga sangat berpotensi untuk pengembangan kegiatan ekowisata. Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam dan industri kepariwisataan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi sumberdaya dan permasalahan di kawasan wisata Danau Diatas, Mengkaji kesesuaian potensi sumberdaya di kawasan danau untuk pengembangan ekowisata, serta merumuskan alternatif strategi pengelolaan kawasan wisata Danau Diatas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi sumberdaya danau, dan menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Danau Diatas berdasarkan konsep ekowisata.

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu bulan Juli-Agustus 2010 (Penelitian pendahuluan) dan Februari-Maret 2011 (Pengambilan data di lapangan). Metode yang digunakan adalah pendekatan sistematis untuk perencanaan kawasan bagi kegiatan ekowisata, dan dilakukan studi tentang sumberdaya manusia yang ada di sekitar Danau Diatas, baik manusia yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pemanfaatan Danau Diatas sebagai data pendukung. Analisis data yang digunakan yaitu analisis Kesesuaian Wisata, analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) dan analisis SWOT.

(3)

iv

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU UNTUK PENGEMBANGAN

WISATA DANAU DIATAS, KABUPATEN SOLOK,

SUMATERA BARAT

RIRI ENGGRAINI C24070011

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(4)

v

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Kajian Sumberdaya Danau untuk Pengembangan

Wisata Danau Diatas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat

Nama : Riri Enggraini

NRP : C24070011

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. Ir. Gatot Yulianto, M.Si. NIP. 19630731 198803 1 002 NIP. 19650706 199203 1 002

Mengetahui :

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc. NIP. 19660728 199103 1 002

(5)

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Kajian Sumberdaya Danau untuk Pengembangan Wisata Danau Diatas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi lain manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2011

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Kajian Sumberdaya Danau untuk Pengembangan Wisata Danau Diatas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat; disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada Februari – Maret 2011, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. selaku dosen pembimbing pertama dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku dosen pembimbing kedua, serta Ir. Agustinus M. Samosir, M.Phil selaku Komisi Pendidikan S1 yang banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan penulis agar lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, Mei 2011

Penulis

(7)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si. pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan masukan hingga penyelesaian skripsi ini.

2. Ir. Agustinus M.Samosir, M.Phil selaku komisi akademik program studi S1 yang telah memberikan saran dan nasehat.

3. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan, motivasi, dan kesabarannya.

4. Staf Laboratorium Proling (Ibu Ana, Pak Tony, Pak Yayat, Kak Budi, serta mas Adon) dan Biomikro (Ibu Siti, Mba’ Icel) yang banyak membantu selama proses analisis laboratorium.

5. Staf Tata Usaha MSP (Mba Widar) atas arahan dan kesabarannya

6. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Solok, Dinas Pertanian (Bagian Perikanan), Dinas Perhubungan, dan BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten Solok, serta Camat Lembah Gumanti, Camat Danau Kembar, dan PDAM Alahan Panjang atas bantuan dan dukungannya selama penulis melaksanakan penelitian.

7. Team Danau Diatas (bg Buya, Suriya, Andre, Hendro, Iwal, da Ham, t’ Rita) terima kasih atas bantuannya selama proses penelitian di lapang.

(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sungai Nanam Timur, Jorong Koto Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pada tanggal 7 Januari 1990 dari pasangan Bapak Julmasril dan Ibu Warnita. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh di SDN 02 Sungai Nanam (2001), SLTPN 2 Lembah Gumanti (2004), dan SMAN 1 Lembah Gumanti (2007). Pada tahun 2007 penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama selama 1 tahun, penulis diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama menempuh studi di Institut Pertanian Bogor penulis aktif sebagai pengurus Himasper (Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan) Divisi Kewirausahaan (2009) dan Ketua Divisi Kewirausahaan (2010), Asisten luar biasa mata kuliah Avertebrata Air (2009), Planktonologi (2010), dan Metode Penarikan Contoh (2010).

(9)

ix

2.2. Parameter Lingkungan Sebagai Faktor Pembatas ... 7

2.3. Pengelolaan Danau yang Berkelanjutan ... 8

2.4. Permasalahan Pengelolaan Danau ... 10

2.5. Ruang Lingkup Pariwisata dan Ekowisata ... 11

2.5.1. Pariwisata ... 11

3.4. Jenis Data dan Informasi yang Diperlukan ... 18

3.5. Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data ... 18

3.5.1. Data primer ... 18

4.2. Tata Ruang Sekitar Kawasan Danau Diatas ... 26

4.3. Sarana dan Prasarana yang Telah Ada di Kawasan Danau Diatas ... 27

4.4. Sumberdaya Kawasan Danau Diatas ... 27

(10)

x

4.4.3.1. Morfometri ... 34

4.4.3.2. Kondisi llngkungan ... 34

4.4.4. Potensi pemandangan ... 35

4.4.5. Sumberdaya manusia ... 38

4.4.5.1. Karakteristik responden ... 38

4.4.5.2. Pengetahuan responden tentang Danau Diatas ... 44

4.4.5.3. Kegiatan pemanfaatan yang dilakukan responden ... 45

4.4.5.4. Pengetahuan responden tentang ekowisata ... 46

4.4.5.5. Persepsi responden terhadap kawasan wisata Danau Diatas ... 46

4.4.5.6. Pengaruh kegiatan wisata terhadap kondisi air ... 50

4.4.5.7. Kepedulian responden terhadap kelestarian Danau Diatas... 51

4.4.5.8. Dampak kegiatan wisata ... 52

4.4.5.9. Pengembangan dan pengelolaan kawasan Danau Diatas ... 54

4.4.5.10. Potensi wisata Danau Diatas ... 56

4.5. Analisis Kesesuaian Wisata ... 58

4.6. Analisis Daya Dukung Kawasan... 61

4.7. Analisis Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Ekowisata ... 63

4.7.1. Identifikasi faktor internal dan eksternal ... 63

4.7.2. Pembuatan matriks Internal Factor Avaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Avaluation (EFE) ... 70

4.7.3. Penentuan matriks alternatif strategi pengelolaan ... 71

4.8. Rencana Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan bagi Kegiatan Ekowisata ... 72

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1. Kesimpulan ... 77

5.2. Saran ... 78

DAFT AR PUSTAKA ... 79

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kelimpahan fitoplankton di perairan Danau Diatas ... 28 2. Kelimpahan zooplankton di perairan Danau Diatas ... 29

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka berfikir perumusan masalah ... 3

2. Peta lokasi penelitian dan titik sampling (Google Earth 2011) ... 16

3. Diagram pengambilan contoh responden ... 19

4. Peta kawasan Danau Diatas (Google Earth 2011) ... 25

5. Jenis ikan tangkapan utama di Danau Diatas (Dokumentasi pribadi)... 30

6. Jenis tumbuhan air yang terdapat di Danau Diatas (Dokumentasi pribadi) ... 31

7. View point di Dermaga Danau Diatas (Dokumentasi pribadi)... 36

8. View point di Resort Alahan Panjang (Dokumentasi pribadi)... 37

9. View point di Usak Alahan Panjang dan Panorama Danau Kembar (Dokumentasi pribadi) ... 38

10. Komposisi jenis kelamin responden ... 39

11. Kelompok umur pengunjung dan masyarakat ... 39

12. Tingkat pendidikan pengunjung dan masyarakat ... 40

13. Tingkat pekerjaan responden ... 41

14. Tingkat penghasilan responden ... 42

15. Grafik jumlah pengunjung di kawasan wisata Danau Diatas (UPT Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Danau Kembar) ... 43

16. Kegiatan pemanfatan yang dilakukan responden di kawasan wisata Danau Diatas ... 45

17. Tingkat pengetahuan responden tentang ekowisata ... 46

18. Persepsi responden terhadap aksesibilitas kawasan Danau Diatas ... 48

19. Persepsi responden terhadap fasilitas di kawasan wisata Danau Diatas ... 49

20. Persepsi responden tentang pengaruh kegiatan wisata terhadap kondisi air ... 50

21. Persentase tingkat kesadaran responden terhadap kebersihan Danau Diatas ... 52

(13)

xiii

23. Persepsi masyarakat tentang dampak negatif kegiatan wisata di

Danau Diatas ... 54 24. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di Danau Diatas ... 55 25. Persepsi responden tentang kekurangan kawasan wisata

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Komponen, jenis dan teknik pengambilan data ... 83

2. Parameter Indeks kesesuaian Wisata untuk wisata danau (Yulianda 2007) ... 84

3. Perkiraan waktu untuk menentukan daya dukung kawasan wisata danau (Yulianda 2007)... 87

4. Analisis SWOT (Rangkuti 2005) ... 88

5. Sarana dan prasarana wisata di Danau Diatas ... 89

6. Vegetasi darat Danau Diatas... 92

7. Data analisis kualitas air Danau Diatas selama pengamatan ... 93

8. Baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 ... 94

9. Peta bathimetri Danau Diatas ... 95

10. Kegiatan sekitar danau yang berpotensi mencemari perairan ... 96

11. Hasil Indeks Kesesuaian Wisata Danau Diatas ... 97

12. Hasil Daya Dukung Kawasan Danau Diatas ... 98

13. Peta kesesuaian wisata memancing ... 99

14. Peta kesesuaian wisata berperahu ... 100

15. Peta kesesuaian wisata outbond ... 101

16. Peta kesesuaian wisata berkemah ... 102

17. Peta kesesuaian wisata duduk santai ... 103

18. Penentuan analisis strategi pengelolaan kawasan Danau Diatas ... 104

19. Matriks SWOT ... 107

20. Perangkingan alternatif strategi ... 108

(15)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Danau adalah badan air alami berukuran besar yang dikelilingi oleh daratan dan tidak berhubungan dengan laut, kecuali melalui sungai. Danau bisa berupa cekungan yang terjadi karena peristiwa alam yang kemudian menampung dan menyimpan air yang berasal dari hujan, mata air, rembesan, dan air sungai (Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah 2004). Danau merupakan kawasan perairan yang memiliki potensi untuk dikembangkan, salah satunya adalah sebagai kawasan wisata.

Kawasan Danau Diatas dengan luas ±1720 Ha, memiliki panorama alam yang sangat indah dengan bukit-bukit yang mengelilinginya serta udara yang sejuk di sekitar danau menambah keeksotisan danau ini. Selain itu, tempat ini menawarkan panorama yang sangat mengesankan dari suasana desa yang berada di sekelilingnya dan cocok untuk pejalan kaki, berkemah, tempat permainan anak-anak, dan juga berkuda (Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Solok 2009). Daerah sekitar danau masih sangat alami, karena tidak adanya pabrik atau pun proyek-proyek yang mencemari air danau. Jika dilakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang potensi kawasan Danau Diatas, maka dapat dijadikan salah satu kawasan tujuan wisata yang sangat menarik. Kegiatan wisata di Danau Diatas selain berupa wisata alam (ekowisata), juga dapat dikombinasikan dengan agrowisata, seperti pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan. Selain itu, masih banyak potensi yang belum dikembangkan secara maksimal sesuai dengan fungsinya seperti keanekaragaman fauna dan flora berupa organisme renik (fitoplankton dan zooplankton), ikan, tumbuhan air, potensi sumberdaya air, morfologi dan morfometri danau, dan potensi jasa lingkungan (pemandangan) dengan nilai estetika yang sangat potensial untuk kegiatan wisata.

(16)

pengelolaan oleh pihak-pihak terkait, serta belum adanya pengembangan yang optimal bagi kegiatan ekowisata.

Karakteristik potensi sumberdaya Danau Diatas dapat dikembangkan sebagai suatu kawasan ekowisata yang sangat potensial, selain itu tradisi dan kebudayaan masyarakat sekitar pun dapat mendukung pengembangan kegiatan ekowisata di Danau Diatas. Kegiatan ekowisata di Danau Diatas selain diharapkan dapat mempertahankan kelestarian danau, juga mempertahankan kelestarian budaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Kajian mengenai potensi sumberdaya Danau Diatas ini perlu dilakukan agar potensinya dapat dimanfaatkan dan dikelola secara berkelanjutan, karena diharapkan pengoptimalan potensi ini tidak mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar danau, sehingga Danau Diatas dapat dijadikan sebagai objek wisata danau berdasarkan konsep ekowisata.

1.2. Rumusan Masalah

Danau Diatas merupakan salah satu aset bagi pemerintah Sumatera Barat terutama Kabupaten Solok. Selain sebagai daerah kunjungan wisata, potensi perikanan Danau Diatas juga cukup menjanjikan, serta pemanfataan air danau oleh masyrakat sekitar untuk keperluan sehari-hari, seperti air minum, MCK (mandi, cuci, kakus), dan irigasi pertanian.

Namun pengelolaan kawasan wisata Danau Diatas memiliki permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Belum adanya data potensi sumberdaya danau untuk pengembangan wisata danau

2. Adanya potensi pencemaran dari lingkungan sekitar danau, terhadap kegiatan wisata.

3. Belum adanya pengelolaan danau secara optimal untuk pengembangan wisata

(17)

Gambar 1. Kerangka berfikir perumusan masalah

Kawasan wisata Danau Diatas dipengaruhi oleh dua aspek utama yaitu sumberdaya perairan danau dan kegiatan sekitar danau. Pengelolaan kawasan wisata Danau Diatas tidak terlepas dari peran antara instansi-instansi terkait seperti pihak pengelola kawasan Danau Diatas, serta masyarakat sekitar dan pengunjung yang berinteraksi langsung dengan lingkungan danau. Pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata harus didukung oleh data-data potensi sumberdaya danau baik sumberdaya alam berupa data parameter fisika, kimia, dan biologi, maupun data sumberdaya manusia. Data-data yang diperoleh selama penelitian kemudian akan dianalisis menggunakan Analisis Kesesuaian Wisata (IKW) untuk melihat kesesuiaan sumberdaya atau luas area bagi setiap peruntukan

Sumberdaya Perairan Kawasan

Wisata Danau Diatas

Instansi Terkait Masyarakat

dan Pengujung

Lingkungan Biologi Lingkungan

Fisik Kimia

ANALISIS

Analisis SWOT Kesesuaian

Wisata

Daya Dukung

Rencana Pengelolaan Kawasan Wisata Danau Diatas

Kegiatan Di sekitar Danau Kawasan

(18)

wisata. Selain itu di ukur pula nilai daya dukung wisata dari kawasan tersebut, yang kemudian dapat menjadi masukan untuk merumuskan strategi pengelolaan melalui analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat). Hasil dari rumusan strategi ini dapat digunakan oleh instansi terkait maupun masyarakat sekitar sebagai acuan dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Danau Diatas.

1.3. Tujuan

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan permasalahan pengelolaan untuk kegiatan ekowisata dalam melestarikan sumberdaya dan ekosistemnya.

2. Mengkaji kesesuaian potensi sumberdaya di kawasan danau untuk pengembangan ekowisata.

3. Merumuskan rencana strategi pengelolaan kawasan Danau Diatas berdasarkan konsep ekowisata.

1.4. Manfaat

(19)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Danau

Danau adalah suatu badan perairan yang berupa cekungan dan tidak berhubungan langsung dengan laut. Selain itu, danau juga merupakan cekungan yang terjadi karena peristiwa alam yang menampung dan menyimpan air hujan, mata air, rembesan, atau air sungai (Hehanusa in Emelia 2009). Ekosistem perairan dibedakan menjadi dua yaitu ekosistem perairan tertutup dan ekosistem perairan terbuka. Danau merupakan perairan dengan ekosistem terbuka (open system), yaitu perairan yang sangat terpengaruh oleh keadaan lingkungan sekitarnya, selain danau perairan dengan ekosistem terbuka juga mencakup sungai, rawa, waduk, telaga, dan situ, sedangkan perairan ekosistem tertutup (close system) merupakan perairan yang tidak terpengaruh oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, seperti kolam renang, kolam budidaya, dan kolam buatan lainnya (Pratiwi et al. 2010). Danau berdasarkan aliran pengeluaran airnya dibedakan atas danau terbuka (open lake) yakni yang mempunyai pengeluaran air (outlet) dan danau tertutup yakni danau yang tidak mempunyai pengeluaran air (biasanya merupakan danau kaldera atau danau kawah).

Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah (2004) menyatakan bahwa danau merupakan badan air alami berukuran besar yang dikelilingi oleh daratan dan tidak berhubungan dengan laut, kecuali melalui sungai. Berdasarkan asal pembentukannya perairan danau diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Danau tektonik adalah danau yang terbentuk karena adanya gaya tektonik, baik penaikan maupun penurunan sebagian permukaan bumi sehingga terbentuk genangan air

2. Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk karena adanya aktivitas gunung merapi dan merupakan danau kawah atau kaldera yang berada pada ketinggian yang cukup besar

3. Danau patahan adalah danau yang terbentuk karena adanya patahan lapisan tanah kemudian terjadi pergeseran permukaan bumi sehingga membendung aliran air dan terjadi genangan

(20)

5. Danau fluvialtil adalah danau yang terjadi karena adanya pengendapan pasir atau lumpur di daerah dataran rendah sehingga membendung aliran air dan terbentuk genangan.

Danau merupakan bentuk geologi sementara yang terbentuk karena bencana alam, menjadi dewasa dan mati perlahan-lahan. Danau yang berasal dari bencana alam pada zaman es atau periode aktivitas tektonik dan vulkanik yang intensif, mencerminkan distribusi yang terlokasi pada lembah di atas massa tanah di daratan (Odum 1971). Menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa tingkat kesuburan (trophic status) perairan tergenang khususnya danau dapat dikalsifikasikan menjadi 5 tingkatan, sebagai berikut :

1. Oligotrofik (miskin unsur hara dan produktifitas rendah), yaitu perairan yang produktifitas primer dan biomassa yang rendah. Perairan ini memiliki kadar unsur hara nitrogen dan fosfor rendah, namun cenderung jenuh dengan oksigen

2. Mesotrofik (unsur hara dan produktifitas tinggi), yaitu perairan dengan produktifitas primer dan biomassa sedang, perairan ini merupakan peralihan antara oligotrofik dan eutrofik

3. Eutrofik (kaya unsur hara dan produktifitas tinggi), yaitu perairan dengan akdar unsur hara dan produktifitas primer tinggi, perairan ini memiliki tingkat kecerahan yang rendah

4. Hiper-eutrofik, yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan produktifitas primer sangat tinggi

5. Distrofik, yaitu perairan yang banyak mengandung bahan organik. Danau ini diklasifikasikan sebagai danau yang banyak menerima bahan organik dari tumbuhan yang terdapat di daratan sekitarnya. Produktifitas primer danau distrofik biasanya rendah.

Keberadaan danau memberikan fungsi dan manfaat yang menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumah tangga, industri, dan pertanian), meskipun keberadaan air tawar memiliki proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan keseluruhan air di bumi, namun keberadaannya sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia (Sharip dan Jusoh 2010), Fungsi ekosistem danau menurut Kepmen-LH 2008 adalah :

1. Sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik 2. Tempat berlangsungnya siklus hidup flora dan fauna yang penting

(21)

4. Tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah

5. Sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari satu tempat ketempat lainnya

6. Penghasil energi melalui PLTA 7. Sarana rekreasi dan objek wisata

Danau sebagai suatu badan air yang stagnan dengan tipe-tipe yang beranekaragam, ada yang dangkal, dalam, luas, sempit, namun karakteristik berbeda satu sama lain, yang mengakibatkan komuditas penghuninya juga berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya substrat, sinar, stratifikasi panas (suhu), dan posisi geografis dari masing-masing tempat. Kriteria danau sebagai kawasan wisata memiliki kenampakan yang tidak monoton, seperti adanya pulau di tengah danau, bentuk garis tepi yang bervariasi, air jernih, tidak berbau, dan tampak bergembur (beriak-riak kecil). Selain itu, danau memiliki suasana yang tidak gersang (bervegetasi) (Sunarto 2000 in Nancy 2007).

2.2. Parameter Lingkungan Sebagai Faktor Pembatas

Lingkungan adalah suatu system kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan saling berinteraksi dengan sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan (Irwan 2007 in Maria 2010).

Faktor pembatas bagian perairan tawar adalah suhu dan debit arus. Parameter fisika yang dianalisis antara lain: suhu, kecerahan, warna, dan bau perairan. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari suatu badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi badan air. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 200C-300C (Effendi 2003).

(22)

Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tanpak (apparent color). Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan organik; karena keberadaan plakton, humus, dan ion-ion logam (misalnya besi dan mangan), serta bahan-bahan lain (Effendi 2003). Aroma atau bau (odor) bersifat “chemical sense” karena merupakan suatu kontak langsung bahan air sampel dengan reseptor cell yang terletak di hidung. Senyawa organik dan anorganik yang ada perairan sangat berpengaruh terhadap aroma dan bau.

Parameter kimia yang dapat menjadi faktor pembatas di perairan diantaranya: DO, BOD, pH. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah gas oksigen yang larut dalam air. Oksigen yang larut dalam air berasal dari fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air dan difusi udara (APHA 1992 in Effendi 2003). Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan sebagian besar merupakan hasil sampingan aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand/BOD) merupakan gambaran secara tidak langsung kadar bahan organik menjadi karbondioksida dan air, dan diukur pada suhu 200C selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya.

pH adalah salah satu parameter kualitas air yang berkaitan dengan karbondioksida dan alkalinitas. pH hanya menggambarkan ion hydrogen, semakin tinggi pH maka semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin sedikit kadar karbondioksida bebas. Nilai pH dapat menunjukkan kualitas perairan sebagai lingkungan hidup, walaupun perairan itu tergantung pula dari berbagai faktor lain.

Parameter biologi yang dianalisis adalah kesuburan suatu perairan dengan melihat kelimpahan plankton dan biota hidup di kawasan perairan. Parameter biologi yang diamati diantaranya plankton, karena kelimpahan plankton sering dan umum digunakan sebagai indikator biologis untuk menduga kualitas perairan.

2.3. Pengelolaan Danau yang Berkelanjutan

(23)

dan mendatang. Kebijakan harus ditetapkan berdasarkan aspek-aspek pengelolaan yang akan mendukung terciptanya kondisi yang baik dari danau tersebut (Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah 2004). Menurut Miltin (1992) in Tosun (2000) bahwa terdapat dua komponen untuk pengelolaan berkelanjutan yaitu pengelolaan dan kondisi yang berkelanjutan. Pengelolaan berkelanjutan merupakan strategi pengelolaan untuk mengatur semua aset, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, finansial maupun fisikal untuk pertumbuhan jangka panjang.

Ditinjau dari berbagai sudut pandang, baik ekologi maupun ekonomi, keberadaan danau memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung kedua aspek tersebut, karena keberadaanya sebagai sumber air bagi kehidupan umat manusia beserta satwa lain. Oleh karena itu, pemanfaatan yang tidak sesuai mengakibatkan banyak perairan danau maupun rawa yang rusak, tercemar, dan mengalami pendangkalan, bahkan telah berubah fungsi sebagai lahan pemukiman dan industri (Ubaidillah & Maryoto 2003 in Sari 2009). Manfaat-manfaat yang dihasilkan oleh pencegahan pencemaran air mencakup perbaikan secara umum dan kesehatan masyarakat, selain itu pemeliharaan lingkungan yang bersih dan sehat selalu menyediakan fasilitas rekreasi yang menarik, tindak kebijakan yang demikian juga akan mengembalikan tata kehidupan ikan, dan kehidupan di dalam air lainnya (Soemarwoto 1986). Pengelolaan danau yang berkelanjutan harus memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dapat menjamin kelestarian sumberdaya perairan dan sumberdaya perikanan.

Dalam upaya mewujudkan pembangunan daerah dan nasional yang berkelanjutan, maka konsep dasar yang berkaitan dengan konservasi danau sebagai salah satu sumberdaya air, yang perlu dipahami adalah bagaimana kebutuhan air dapat terpenuhi secara memadai untuk mendukung pembangunan termasuk kelangsungan hidup masyarakat sekitarnya, dan memperhatikan aspek daya dukung dan konservasi, yang akhirnya dapat menunjang pembangunan ekonomi (Sari 2009).

(24)

kehidupan yang didukung oleh danau, mulai dari kehidupan flora dan fauna di danau dan sekitar danau, sampai pada rekreasi, olahraga, dan wisata air (Hatmoko 2006).

Keberadaan danau tidak dapat terlepas dari pengaruh langsung maupun tidak langsung dari masyarakat sekitarnya. Terdapat kecenderungan bahwa kelestarian danau akan lebih terjamin apabila kualitas kehidupan masyarakat di sekitarnya dalam kondisi baik. Oleh karena itu, upaya konservasi danau harus dilaksanakan secara terintegrasi dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar danau (Sari 2009).

2.4. Permasalahan Pengelolaan Danau

Permasalahan yang dijumpai dalam kegiatan pengelolaan danau secara berkelanjutan dihadapkan pada dua sudut pandang yang berbeda, disatu pihak terdapat kawasan-kawasan yang telah dikembangkan secara intensif dan melampaui daya dukung perairan, sedangkan dipihak lain terdapat kawasan yang belum terjamah sama sekali, bahkan belum diketahui potensi perairannya. Perkembangan wisata alam terkadang menimbulkan pengaruh baik terhadap fauna dan flora, maupun sosial budaya masyarakat (Reynolds dan Braithwaite 1999).

Menurut Ubaidillah et al. (2003) in Sari (2009) bahwa perairan terbuka, termasuk danau mengalami permasalahan yang sangat komplek, mencakup permasalahan aspek kelembagaan, aspek hukum, aspek fisik hidrologis, aspek tata ruang, dan aspek sosial kemasyarakatan.

a. Aspek kelembagaan

Permasalahan aspek kelembagaan antara lain meliputi :

Belum adanya keberpihakan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah dalam upaya konservasi danau

Belum adanya pembagian tugas pengelolaan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah

Kurangnya keterpaduan pelaksanaan program pengelolaan danau

Keterbatasan kapasitas dan kemampuan kelembagaan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah

Lemahnya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan danau

(25)

b. Aspek hukum

Permasalahan aspek hukum antara lain meliputi :

Kekosongan hukum sebagai implikasi berlakunya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

Belum adanya legalitas penguasaan atas danau Belum adanya jaminan kepastian hukum

Lemahnya penegakan hukum c. Aspek fisik hidrologis

Permasalahan aspek fisik hidrologis antara lain: Menurunnya kualitas perairan

Pendangkalan

Penutupan perairan oleh gulma Longsor lahan

Terputusnya saluran suplai air danau d. Aspek tata ruang

Permasalahan aspek hukum antara lain meliputi :

Tidak terkendalinya penggunaan tata guna lahan atau alih fungsi danau Tidak jelasnya batas daerah penguasaan danau

2.5. Ruang Lingkup Pariwisata dan Ekowisata 2.5.1. Pariwisata

Pariwisata merupakan perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari rutinitas pekerjaan dan keluar dari tempat kediamannya. Perkembangan pariwisata memberikan dampak yang cukup besar terhadap perubahan yang terjadi pada tiga aspek yaitu ekonomi, fisik dan sosial. Namun masing-masing aspek tersebut memiliki keterkaitan sebab akibat yang kuat, sehingga sulit untuk memberikan batasan yang jelas mengenai pengelompokan ini (Marpaung 2002 in Sari 2009). Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang dinamis namun komplek, dimana didalamnya dibutuhkan suatu pengelolaan yang sebaik-baiknya agar tujuan wisata dapat tercapai (Nindi 2005).

(26)

sebagai kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Damanik 2006 in Rahmawati 2009).

Menurut Munaself (1995) in Rahmawati (2009) kegiatan pariwisata terdiri dari tiga unsur, diantaranya:

1. Manusia (man) yang merupakan orang yang melakukan perjalanan dengan maksud menikmati keindahan dari suatu tempat (alam).

2. Ruang (space) yang merupakan daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.

3. Waktu (time) yaitu waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Dalam kegiatan pariwisata aspek lingkungan merupakan bagian yang harus diperhatikan, strategi pariwisata yang berhasil adalah terpenuhinya manfaat maksimal ketika preservasi lingkungan terlaksana dengan baik. Maksimal manfaat kegiatan pariwisata tersebut diindikasikan oleh adanya sejumlah turis atau wisatawan baik dari luar maupun dalam negeri dari objek wisata yang dimaksud.

Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yaitu (Soemarwoto 2004 in Sari 2009):

1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial 2. Tersedianya sumberdaya yang cukup

3. Lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai

Leiper (1956) in Sari (2009) mengemukakan bahwa, terdapat tiga elemen kapariwisataan yang saling berinteraksi yaitu kegiatan wisatawan, sektor-sektor industri dan letak geografis daerah tujuan wisata. Ketiga elemen tersebut tidak hanya sebagai pengantar produk pariwisata tetapi juga dalam hal transaksi dan daya tarik dari pariwisata itu sendiri.

2.5.2. Ekowisata

(27)

untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam dan industri kepariwisataan (META 2002 in Yulianda 2007). Ekowisata kemudian didefenisikan sebagai bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood 1999 in Rahmawati 2009).

Pembangunan yang berkelajutan bisa mengurangi tekanan sosial terhadap sumberdaya alam, dimana ekowisata sebagai pariwisata khusus bisa meningkatkan tekanan terhadap sumberdaya alam jika tujuan wisatawan tidak menggunakan prinsip berkelanjutan (Babu dan Subramoniam 2009). Sumberdaya ekowisata mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang terintegrasi menjadi suatu komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Fandeli (2000) in Yulianda (2007) mengklasifikasikan wisata berdasarkan konsep pemanfatannya, diantaranya:

a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya. b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan

budaya sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan c. Ekowisata (ecotourim, green tourism, atau alternative tourism), merupakan

wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam atau lingkungan dan industri kepariwisataan. Perencanaan kawasan wisata yang berwawasan lingkungan merupakan suatu perencanaan jangka panjang, karena tujuan dari perencanaan ini adalah untuk melestarikan lingkungan dan melindunginya. Menurut Situmorang (1993) in Rahmawati (2009) mengatakan bahwa hal-hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kawasan wisata yang berwawasan lingkungan adalah:

a. Identifikasi sumberdaya dan area yang bisa dikembangkan sebagai kawasan ekowisata.

b. Merencanakan kawasan ini dengan meminimumkan dampaknya terhadap lingkungan maupun penduduk sekitar.

c. Mengundang wisatawan yang sesuai (jumlah maupun karakteristiknya) dengan daya dukung alam yang ada.

Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan dari wisata air didasarkan pada lima unsur utama (Yoeti 2000 in Maulana 2009), yaitu :

(28)

2. Melibatkan masyarakat

3. Ekowisata air meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam dan perairan itu sendiri, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.

4. Tumbuhnya pasar ekowisata air di tingkat nasional dan internasional 5. Ekowisata air sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan.

Pengembangan ekowisata merupakan jawaban dari masalah lingkungan dan di sisi lain sangat menunjang pembangunan ekonomi, terutama ekonomi penduduk lokal. Ekowisata yang benar harus didasarkan pada sistem pandang yang mencakup di dalamnya prinsip keseimbangan dan adanya partisipasi masyarakat setempat dalam areal-areal potensial untuk pengembangan ekowisata. Selain itu, ekowisata merupakan suatu kegiatan yang biasanya digunakan untuk mempelajari tentang biodiversity, konservasi, dan ekologi (Zambrano et al. 2010). Ekowisata tersebut dapat dilihat sebagai usaha bersama antara masyarakat setempat dan pengunjung dalam usaha melindungi lahan-lahan (Wildlands), aset budaya dan biologi melalui dukungan terhadap pembangunan masyarakat setempat (Horwich et al. 1995 in Rahmawati 2009). Dalam kegiatan ekowisata terdapat keseimbangan kepentingan antara pertumbuhan ekonomi dengan konservasi lingkungan (Grenier 1993 in Bjork 2000). Menurut Pedersen (1991) in Fennel (2001) terdapat lima kriteria utama dalam kegiatan ekowisata, yaitu: perlindungan alam, penghasilan, pendidikan, partisipasi dan keterlibatan masyarakat lokal. Masyarakat lokal bisa mendapatkan penghasilan dari apresiasi pengunjung terhadap sumberdaya alam, selain itu juga sebagai pemasukan bagi pengelolaan kawasan (Goodwin dan Roe 2001). Fungsi utama dari ekowisata adalah perlindungan kawasan alami, pengalaman wisata yang berkualitas, meransang pertumbuhan ekonomi lokal, pendidikan lingkungan, dan partisipasi masyarakat (Ross dan Wall 1999).

2.6. Kesesuaian dan Daya Dukung untuk Wisata

Dalam pariwisata kesesuiaan mencakup kesesuiaan sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan wisata yang dikembangkan (Yulianda 2007).

(29)

sempit, dangkal, airnya tenang dan mengalami pergantian air yang pelan. Hal ini disebabkan karena di danau dengan volume air yang besar, sehingga tercampur oleh gelombang atau arus, maka zat pencemar akan mengalami pengenceran dan terbawa keluar danau oleh aliran air keluar (Soemarwoto 2004 in Emelia 2009). Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya; tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata.

Tujuan pariwisata adalah untuk mendapatkan rekreasi. Rekreasi tidak hanya sekedar bersenang-senang, melainkan diciptakan kembali sehingga melalui rekreasi seseorang ingin menciptakan kembali atau memulihkan kembali dirinya dari tugas-tugasnya. Oleh karena itu, tujuan rekreasi dapat berupa bermain-main, berolah raga, belajar, beristirahat, dan kombinasi macam-macam tujuan itu. Meskipun tujuannya bermacam-macam, tetapi semuanya mempunyai sifat umum yang sama, yaitu dilakukan diluar tugas pekerjaan untuk mendapatkan hiburan. Perencanaan lingkungan haruslah memperhatikan daya dukung berdasarkan atas tujuan pariwisata (Soemarwoto 2004 in Emelia 2009).

Pada hakekatnya ekowisata mencakup melestarikan, memanfaatkan alam dan budaya masyarakat lokal, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan (Fandeli dan Mukhlison 2000).

(30)

3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Danau Diatas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Wilayah penelitian yang diamati mencakup sekitar kawasan Danau Diatas. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan, pengambilan data primer dan sekunder serta analisis data. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2010, untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan data. Kedua, pengumpulan data primer dan sekunder yang dilaksanakan pada Februari hingga Maret 2011, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian. Berikut peta gambaran umum Danau Diatas serta stasiun pengamatan (Gambar 2).

Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan titik sampling (Google Earth 2011)

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan memperhatikan luasan wilayah tepian danau, perbedaan pemandangan yang menarik, dan karakteristik aktifitas di sekitar kawasan. Terdapat 4 lokasi pengambilan contoh yaitu Dermaga Danau Diatas (stasiun 1), Resort Alahan

(31)

Panjang (stasiun 2), Muaro (stasiun 3), dan Usak Alahan Panjang (stasiun 4). Empat lokasi pengamatan ini diharapkan sudah cukup mewakili kondisi Danau Diatas secara keseluruhan.

3.2. Pendekatan Studi

Penelitian ini dilakukan untuk membuat konsep pengelolaan kawasan Danau Diatas dan mengarahkan rencana pengelolaan tersebut bagi kegiatan Ekowisata, yaitu kegiatan wisata yang menitikberatkan pada kelestarian alam, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat. Konsep pengelolaan ini menggunakan metode pendekatan sistematis untuk perencanaan kawasan bagi kegiatan ekowisata. Tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan tujuan studi yang akan dilaksanakan. Tahap kedua dilakukan inventarisasi data-data pendukung yang mencakup tentang sumberdaya, baik flora maupun fauna dan kualitas sumberdaya air Danau Diatas. Sebagai data pendukung dilakukan studi tentang sumberdaya manusia yang ada di sekitar Danau Diatas, baik manusia yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pemanfaatan Danau Diatas. Sumberdaya tersebut meliputi pengunjung, masyarakat dan pihak pengelola Danau Diatas. Data yang diperoleh kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis potensi sumberdaya, analisis isu dan permasalahan, analisis kesesuaian dan daya dukung kawasan, serta analisis perencanaan pengelolaan yang tepat untuk kawasan perairan Danau Diatas. Proses pemilihan alternatif rencana pengelolaan dan pemilihan strategi yang akan dilaksanakan, dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, sehingga dari penelitian ini diperoleh rencana strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan Danau Diatas bagi kegiatan ekowisata.

3.3. Alat dan Bahan

(32)

3.4. Jenis Data dan Informasi yang diperlukan

Jenis data dan informasi yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data-data yang diambil langsung dilapangan ketika penelitian berlangsung seperti data sumberdaya alam, sumberdaya manusia, daya dukung kawasan, kesesuian lahan, dan keadaan umum lokasi Danau Diatas . Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari literatur dan bahan-bahan yang terkait penelitian. Jenis data yang digunakan dapat berupa data teks dan gambar, data teks adalah data yang berbentuk alfabet atau numerik. Data teks yang digunakan dalam penelitian adalah data keadaan umum kawasan wisata Danau Diatas, data keadaan biofisik kawasan danau, sumberdaya manusia, isu dan permasalahan yang berkembang, serta kebijakan pengelolaan dan data pengunjung. Data gambar adalah data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto, diagram, tabel dan sebagainya. Data gambar yang digunakan dalam penelitian adalah data foto kawasan Danau Diatas, foto fasilitas umum yang ada, dan gambar penunjang lainnya.

3.5. Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data 3.5.1. Data primer

Data primer yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi, persepsi terhadap kawasan, kebijakan pengelolaan, isu-isu dan permasalahan yang terjadi serta kualitas perairan. Sumber data berasal dari laporan maupun responden, sedangkan teknik pengambilan data adalah melalui studi pustaka dan observasi lapang (Lampiran 1) .

a. Wawancara

Wawancara bertujuan untuk memperoleh data lebih lanjut mengenai kawasan penelitian menggunakan kuisioner (Lampiran 21). Pengambilan data dilakukan langsung kepada masyarakat sekitar kawasan, instansi-instansi yang terkait langsung dengan pengelolaan kawasan wisata, dan pengunjung kawasan wisata tersebut.

(33)

responden dalam kegiatan wisata, pertimbangan lain adalah kemudahan dalam wawancara dan ketersediaan responden untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. Pemilihan metode accidental sampling untuk responden pengunjung atau wisatawan berdasarkan kemudahan pengambilan data yaitu dilakukan terhadap responden yang kebetulan sedang berada di dalam kawasan wisata Danau Diatas. Responden yang diambil untuk masyarakat sekitar dan pengunjung adalah masing-masing 30 orang, sedangkan untuk pengelola 5 orang (Gambar 3).

Gambar 3. Diagram pengambilan contoh responden

b. Observasi lapangan

Observasi lapangan merupakan pengumpulan data primer dengan mengamati dan pengumpulan data insitu pada parameter lingkungan yang diperlukan dalam penelitian ini. Parameter yang akan diamati dalam observasi langsung meliputi kualitas air, kondisi lingkungan maupun pemukiman penduduk.

3.5.2. Data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan berasal dari studi pustaka, buku-buku laporan hasil penelitian sebelumnya, buku-buku yang terkait dengan penelitian ini dan data-data pendukung lainnya. Data yang dikumpulkan meliputi data

Populasi Responden

Pengelola

Wisatawan

Masyarakat

n = 5

n = 30

n = 30

N = 65

(34)

sumberdaya alam, keadaan umum kawasan wisata Danau Diatas, isu-isu yang berkembang, dan data dari pihak-pihak dan isntansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan wisata Danau Diatas, yaitu Dinas Pariwisata berupa data-data pengunjung dan kondisi kawasan serta pengelolaan. Data dari Dinas Perikanan berupa informasi tentang jenis-jenis ikan di Danau Diatas dan data jumlah nelayan serta KJA (Karamba Jaring Apung). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) berupa data kawasan Danau Diatas dan Master Plan kawasan Danau Kembar. Dinas Perhubungan Kabupaten Solok berupa data kawasan Danau Diatas dan kondisi sarana kapal di Danau Diatas . Camat Lembah Gumanti dan Camat Danau Kembar berupa data kondisi masyarakat sekitar danau dan kebijakan pengelolaan.

3.6. Analisis Data 3.6.1. Kualitas air danau

Analisis kualitas air meliputi analisis insitu dan eksitu yang terdiri dari parameter kimia, fisika dan biologi. Analisis insitu dilakukan di lapangan meliputi; DO (Dissolved Oxygen), bau, warna, sampah, suhu, pH, kecerahan, yang dibandingkan dengan baku mutu kualitas air, sedangkan untuk analisis data eksitu meliputi; BOD (Biochemical Oxygen Demand), dan analisa plankton. Pengukuran dilakukan untuk menentukan kelayakan kondisi perairan dalam mendukung kegiatan wisata danau.

3.6.2. Kesesuaian wisata

(35)

x 100% Keterangan :

IKW : Indeks kesesuaian wisata (%) Ni : Nilai parameter ke-i

Nmaks : Nilai maksimum suatu kategori wisata

Penentuan kesesuaian diperoleh berdasarkan perkalian skor dan bobot dari setiap parameter (Lampiran 2). Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh dari penjumlahan nilai seluruh parameter. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di Danau Diatas diantaranya adalah memancing, berperahu, berkemah, outbond, dan duduk santai.

3.6.3. Analisis daya dukung

Analisis ini mencakup pengelolaan kawasan wisata Danau Diatas dengan pemanfaatan sumberdaya yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Daya dukung lingkungan (carrying capacity) merupakan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam atau pembangunan fisik yang dapat mengganggu keseimbangan tanpa merusak alam. Penentuan daya dukung kawasan untuk wisata dilakukan dengan mempertimbangkan luasan area serta kegiatan wisata yang akan di laksanakan (Lampiran 3). Daya dukung kawasan merupakan jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia, dengan perhitungan sebagai berikut (Yulianda 2007) :

Keterangan :

DDK : Daya dukung kawasan (orang/hari)

K : Potensi ekologis pengunjung persatuan unit area (orang) Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (m2) Lt : Unit area untuk kategori tertentu (m2)

Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari)

(36)

3.6.4. Analisis SWOT

Analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistmatik untuk merumuskan strategi (Rangkuti 2005) (Lampiran 4). Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi sebuah objek wisata secara sistematik berdasarkan faktor-faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weaknes) yang merupakan faktor internal serta peluang atau kesempatan (Opportunity) dan ancaman (Threat) sebagai faktor eksternal yang dihadapi. Strategi yang efektif diasumsikan dapat tercapai dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan kesempatan yang ada serta meminimalkan kelemahan yang dimiliki, serta ancaman yang dihadapi. Analisa data secara kuantitatif melalui pembobotan dan pemberian rating digunakan dalam analisa ini.

Tahapan yang dilakukan dalam analisis SWOT antara lain :

1. Identifikasi faktor internal dan eksternal. Internal Factor Evaluation (IFE) adalah digunakan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Alat yang digunakan untuk menganalisa faktor internal yaitu menggunakan matriks IFE yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubugan antara area-area tersebut (Nancy 2007). Eksternal Factor Evaluation (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua ancaman dan peluang. Matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktor eksternal, yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang mempengaruhi yang berasal dari luar. Hasil dari identifikasi kedua faktor-faktor tersebut selanjutnya akan diberikan bobot dan peringkat (rating).

(37)

penting dibandingkan indikator faktor vertikal, dan 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

: Bobot faktor ke-i, Xi : Nilai faktor ke-i, i : 1,2,3,....,n n : Jumlah faktor

3. Penentuan peringkat (rating). Peringkat (rating) ditentukan untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki objek wisata dengan skala nilai 1 - 4. Skala peringkat (rating) yang digunakan untuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) yaitu:

a. Faktor kekuatan

1 = Kekuatan yang kecil 2 = Kekuatan yang sedang 3 = Kekuatan yang besar

4 = Kekuatan yang sangat besar b. Faktor kelemahan

1 = Kelemahan yang sangat berarti 2 = Kelemahan yang cukup berarti 3 = Kelemahan yang kurang berarti 4 = Kelemahan yang tidak berarti

Skala peringkat (rating) yang digunakan untuk matriks Eksternal factor Evaluation (EFE) yaitu :

a. Faktor Peluang

1 = Peluang rendah (respon kurang) 2 = Peluang sedang (respon rata-rata)

3 = Peluang tinggi (respon di atas rata-rata), dan 4 = Peluang sangat tinggi (respon superior) b. Faktor Ancaman

1 = Ancaman yang sangat besar 2 = Ancaman yang besar

(38)

Langkah selanjutnya peringkat dari faktor-faktor tersebut dikalikan bobot masing-masing kemudian hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh nilai total pembobotan seperti yang tercantum pada matriks IFE/EFE. 4. Menyusun analisis strategi dengan menggunakan matriks (Matriks

SWOT). Alat yang dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi dipadukan dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang dimiliki melalui pembentukan matriks SWOT, dengan menggunakan matriks ini dapat dihasilkan empat golongan alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan seperti berikut (Rangkuti 2005) :

a. Pada Kuadran 1 yaitu SO (strength-opportunity), dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada.

b. Pada kuadran II yaitu ST (strength-threat), dengan menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.

c. Pada kuadran III yaitu WO (weaknes-opportunity), dengan berusaha mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada dengan mengatasi kelemahan yang dimiliki.

d. Pada kuadran IV yaitu WT (weaknes-threat), dengan berusaha meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada.

(39)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Lokasi Danau Diatas

Danau Diatas merupakan salah satu dari empat danau di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan Danau Kembar, dan merupakan bagian dari Danau Kembar yaitu Danau Diatas dan Danau Dibawah yang berdampingan dengan jarak sejauh 1 Km. Secara geografis Danau Diatas terletak pada posisi 104’26.85” LS dan 100045’17.37” BT dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2116-2154 mm per tahun (BAPPEDA Kabupaten Solok 2009). Danau Diatas berada pada posisi yang strategis dan mudah dijangkau, yaitu dengan jarak sekitar 70 Km dari Kota Padang atau 60 Km dari Kota Solok, dan ditunjang oleh jaringan jalan aspal yang cukup baik (Gambar 4).

Gambar 4. Peta kawasan Danau Diatas (Google Earth 2011) tas

enelitian

Danau Dibawah

Danau Diatas

(40)

Aksesibilitas menuju kawasan Danau Diatas dapat dijangkau melalui tiga jalur, dimana jalur ini merupakan paket wisata yang ditawarkan Propinsi Sumatera Barat antara lain : (a) Padang – Kebun Teh Kayu Aro – Alahan Panjang (Danau Diatas, Panorama Danau Kembar, Wisata Terpadu, dan Agro Wisata) – Danau Singkarak –Tanah Datar/Bukittinggi, (b) Mandeh – Alahan Panjang (Danau Diatas, Panorama Danau Kembar, Wisata Terpadu, dan Agro Wisata) - Danau Singkarak – Tanah Datar/Bukittinggi, (c) Bukittinggi/Tanah Datar – Danau Singkarak - Alahan Panjang (Danau Diatas, Panorama Danau Kembar, Wisata Terpadu, dan Agro Wisata) – Mandeh – Padang.

4.2.

Tata Ruang Sekitar Kawasan Danau Diatas

Danau Diatas merupakan salah satu kawasan perairan di Kabupaten Solok yang menjadi tujuan wisata, dimana danau ini sering juga dikenal dengan istilah “Danau Kembar”. Selain sebagai kawasan wisata, Danau Diatas juga dimanfaatkan untuk aktifitas lainnya, seperti perikanan, perhubungan, pertanian, peternakan, dan kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar seperti mandi, cuci dan kakus (MCK). Danau Diatas memiliki dua pusat kawasan wisata yaitu Resort Alahan Panjang yang terdapat di Kecamatan Lembah Gumanti di bagian selatan danau, dan Dermaga Danau Diatas yang terdapat di Kecamatan Danau Kembar di bagian utara danau.

Menurut BAPPEDA Kabupaten Solok (2004) Resort Alahan Panjang merupakan kawasan wisata yang diarahkan pada kegiatan public, semi public, private, dan service area. Kawasan Resort Alahan Panjang memberikan pelayanan kepada wisatawan yang ingin bertamasya secara kelompok, keluarga, dan perorangan, serta wisatawan yang ingin bermukim dalam jangka waktu tertentu. Kawasan Resort Alahan Panjang Kawasan Dermaga Danau Diatas lebih diarahkan pada wisata air dimana eksploitasi kegiatan air lebih ditekankan dari pada kegiatan di darat. Konsepsi kawasan ditekankan pada public area dimana kegiatan wisata lebih bertumpu pada daerah terbuka baik di darat maupun di air.

(41)

wisata, dan kebanyakan masyarakat mempergunakan air danau untuk kebutuhan sehari-hari, pertanian, dan peternakan.

Bagian timur danau merupakan outlet (bagian hilir) yang berfungsi sebagai sumber air bersih bagi PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Aliran air keluar terbagi menjadi dua aliran yaitu menuju sungai Alahan Panjang, dan menuju tempat penampungan air yang dikelola oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Alahan Panjang. Kawasan ini lebih landai dan aksesnya lebih mudah, sehingga kegiatan wisata banyak dilakukan di kawasan bagian timur danau seperti Resort Alahan Panjang dan Dermaga Danau Diatas, sedangkan tepian danau lainnya masih banyak yang berupa rawa-rawa.

4.3.

Sarana dan Prasarana yang Telah Ada di Kawasan Danau Diatas

Sarana dan prasarana yang terdapat kawasan wisata Danau Diatas belum semuanya telah memadai, meskipun demikian sarana dan prasarana di Resort Alahan Panjang lebih lengkap dibandingkan di Dermaga Danau Diatas. Sarana dan Prasarana yang sudah dimiliki oleh Resort Alahan Panjang adalah Convention Hal (gedung serba guna), penginapan, kantin, mushalla, toilet, gazebo, kantor, sarana olahraga, bak pengolah limbah, tempat sampah, jalan setapak, dan parkir. Sedangkan di Dermaga Danau Diatas hanya terdapat dermaga kapal, kapal, kantin, toilet, gazebo, tempat sampah, dan parkir (Lampiran 5).

4.4. Sumberdaya Kawasan Danau Diatas

Sumberdaya adalah unsur-unsur yang terdapat dalam suatu ekosistem, dan merupakan unsur yang sangat penting untuk dikaji dalam membuat suatu rencana pengelolaan kawasan ekosistem. Sumberdaya tersebut terdiri dari sumberdaya hayati, sumberdaya air, sumberdaya habitat, sumberdaya jasa lingkungan (pemandangan) dan sumberdaya manusia.

4.4.1. Sumberdaya Hayati 4.4.1.1. Fitoplankton

(42)

hayati yang sangat penting keberadaannya dalam suatu perairan karena merupakan produsen primer dalam rantai makanan suatu ekosistem perairan. Rata-rata kelimpahan fitoplankton di Danau Diatas adalah 283,938 individu/m3. Kelimpahan fitoplakton tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu sebanyak 508,200 individu/m3 dan hal ini dikarenakan stasiun 3 merupakan outlet danau sehingga mendapat masukan nutrien yang lebih tinggi. Secara keseluruhan fitoplankton di Danau Diatas didominasi oleh Fragilaria dari kelas Bacillariophyceae (Tabel 1). Terdapat dua kelas fitoplakton yang banyak dijumpai di Danau Diatas yaitu Bacillariophyceae dan Chlorophyceae. Secara umum danau ini memiliki kelimpahan fitoplankton berkisar antara 508,200- 69,575 individu/m3. Menurut Pratiwi et al. (2010) perairan yang didominasi oleh fitoplankton dari kelompok Desmid (Chlorophyceae) dan Bacillariophyceae dengan kelimpahan yang rendah adalah perairan yang masih bersih dan tidak tercemar atau termasuk perairan oligotrofik. Perairan yang bersih dan tidak tercemar dapat menjadi suatu daya tarik dalam kegiatan wisata.

Tabel 1. Kelimpahan fitoplankton di perairan Danau Diatas

(43)

4.4.1.2. Zooplankton

Zooplankton memiliki peran penting dalam suatu ekosistem karena menjadi konsumen tingkat satu dalam rantai makanan suatu ekosistem perairan. Rata-rata kelimpahan zooplankton di Danau Diatas adalah 34,513 individu/m3, Kelimpahan zooplankton tertinggi terdapat pada stasiun dua yaitu sekitar 97,075 individu/m3. Kelimpahan zooplankton dipengaruhi oleh keberadaan fitoplaankton sebagai makanannya. Kelimpahan zooplankton terkecil terdapat di stasiun 3, sedangkan stasiun 3 memiliki kelimpahan fitoplankton tertinggi (Tabel 2). Hal ini dapat diterangkan dengan adanya “The Theory of Differential Growth Rate” (Teori Perbedaan Kecepatan Tumbuh) (Steeman dan Nielsen 1973) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan zooplankton tergantung pada fitoplankton tetapi karena pertumbuhannya lebih lambat dari fitoplankton maka populasi maksimum zooplankton akan tercapai beberapa waktu setelah populasi maksimum fitoplankton berlalu. Danau Diatas didominasi oleh zooplankton dari kelas Crustacea dan Rotifera. Kelimpahan zooplankton secara umum berkisar antara 13475-97075 individu/m3. Ketersediaan zooplakton di perairan diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk menekan biaya pemberian pakan bagi ikan-ikan plankton feeder, dengan memanfaatkan keberadaan zooplankton sebagai pakan alami.

Tabel 2. Kelimpahan zooplankton di perairan Danau Diatas

No Genus

(44)
(45)

4.4.1.4. Tumbuhan air

Tumbuhan air merupakan jenis tumbuhan tingkat tinggi yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air, dan dapat memberikan nilai-nilai yang penting bagi suatu ekosistem, seperti nilai estetika dan ekologi. Tumbuhan air dalam jumlah yang tidak terkendali dapat menjadi gulma dan menimbulkan pendangkalan pada perairan yang dihuninya. Tumbuhan air di Danau Diatas banyak terdapat di tepi danau yang berupa rawa-rawa, sejauh ini tanaman air di Danau Diatas masih dalam jumlah yang terkendali. Tumbuhan air merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung wisata pemancinngan karena tumbuhan air di Danau Diatas memiliki manfaat sebagai tempat pemijahan, pembesaran, dan mencari makan bagi ikan-ikan danau.

Jenis tumbuhan air yang banyak terdapat di Danau Diatas adalah Rumput Bilih (Potamogeton malainus), Enceng Gondok (Eichornia crassipes), Mansiang (Eliocharis sp)., dan Ceratophyllum sp. (Gambar 6). Keberadaan tanaman air ini hampir terdapat di semua bagian danau dan biasanya tumbuh secara berkelompok.

Potamogeton malainus

Eichornia crassipes

C

e

r

a

C

C

Ceratophylum

sp.

Eliocharis sp.

(46)

4.4.1.5. Vegetasi Darat

Bagian barat Danau Diatas merupakan kawasan kawasan perbukitan dan rawa-rawa, sedangkan bagian timur memiliki kontur yang lebih landai dan didominasi oleh rawa-rawa. Sepanjang tepian danau banyak terdapat pepohonan, tanaman air, rumput liar dan semak (Lampiran 6). Bagian selatan lebih banyak ditumbuhi oleh pohon cemara dan semak-semak, sedangkan bagian utara lebih dominan ditumbuhi pohon pinus. Selain vegetasi pohon, Danau Diatas juga banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis rumput liar, baik di bagian utara maupun selatan danau, dimana rumput liar ini biasanya tumbuh di sepanjang tepian danau, dan di sekitar kawasan wisata yang masih belum terawat.

4.4.2. Sumberdaya Air

Sumberdaya air merupakan salah satu bagian danau yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan di suatu perairan. Kualitas sumberdaya air suatu perairan dapat dilihat dari beberapa parameter antara lain: parameter fisika yang mencakup suhu, kecerahan, dan arus. Parameter kimia mencakup kandungan oksigen terlarut (DO/Dissolved Oxygen), BOD, dan pH (Lampiran 7).

4.4.2.1. Parameter fisika perairan a. Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, dari empat lokasi pengambilan contoh diperoleh kisaran suhu yaitu 20.5-22.750C. Rata-rata suhu terendah terdapat pada lokasi 1 dan suhu tertinggi terdapat pada lokasi 4. Terlihat bahwa semakin ke hilir suhu air semakin meningkat, hal ini dikarenakan kondisi perairan yang lebih terbuka ke arah selatan (lokasi 2, 3, dan 4), dibandingkan bagian utara yang masih banyak ditumbuhi pepohonan pinus (lokasi 1). Namun secara umum, perbedaan suhu di empat lokasi tidak terlalu signifikan, karena suhu perairan lebih banyak dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan.

b. Arus

(47)

perbedan densitas. Kisaran besaran arus pada empat lokasi pengukuran yaitu 156.07-172.17 cm/detik. Dimana nilai arus tertinggi terdapat pada lokasi 3 dan terendah pada lokasi 2. Rata-rata nilai arus di Danau Diatas tergolong tinggi, hal ini dikarenakan tingginya hembusan angin pada saat pengukuran. Daerah hilir (lokasi 3) merupakan kawasan terbuka dan terdapat pintu air, ini mengakibatkan adanya penyempitan kawasan perairan sehingga arusnya semakin tinggi. Lokasi 2 merupakan perairan yang agak terlindung ke timur, sedangkan arus bergerak ke selatan, ini mengakibatkan arus di lokasi 2 lebih kecil.

c. Kecerahan

Rata-rata kecerahan di empat lokasi pengukuran di pinggir danau bernilai 100%, hal ini dikarenakan intensitas cahaya matahari maksimum mencapai dasar perairan. Warna perairan Danau Diatas yang hijau jernih dan jenis substrat berupa bebatuan, sehingga mengakibatkan kecerahan perairan tinggi. Hal ini juga didukung oleh kedalaman perairan pada lokasi pengukuran yang tidak begitu dalam yaitu berkisar antara 63.5-99.16 cm.

4.4.2.1. Parameter kimia perairan a. Derajat keasaman (pH)

Hasil analisis selama pengamatan menunjukkan nilai pH berkisar antara 6.5-7 dengan nilai terendah terdapat pada lokasi 3 dan 4, sedangkan nilai tertinggi pada lokasi 2. Hal ini terkait dengan lokasi 3 dan 4 yang merupakan kawasan outlet, kawasan pemukiman, dan pertanian, sehingga air dilokasi 3 dan 4 mendapat masukan bahan organik dari kegiatan-kegiatan tersebut. Namun nilai pH pada 4 lokasi di Danau Diatas masih berada dalam batasan baku mutu yang mengisyaratkan nilai pH antara 6-9.

b. Dissolved oxygen (DO)

(48)

karena adanya masukan limbah yang berasal dari pemukiman dan pertanian. Namun rata-rata nilai kadar oksigen terlarut di Danau Diatas masih tergolong sangat baik, karena jumlah masukan limbah lebih sedikit dibandingkan luas danau, sehingga kemampuan asimilasi air danau masih tinggi.

c. Biochemichal Oxygen Demand (BOD)

Nilai BOD5 pada 4 lokasi pengamatan berkisar antara 1.64 – 2.46 mg/L.

Nilai BOD5 tertinggi terdapat pada lokasi 4, dan nilai terendah pada lokasi 1 dan 3.

Rata-rata nilai BOD5 di 4 lokasi pengamatan masih berada dalam batasan baku

mutu berdasarkan PPRI NO.82 Tahun 2001. Pada lokasi 4 nilai BOD5 tertinggi

diduga disebabkan adanya masukan bahan organik yang berasal dari limbah rumah tangga dan pertanian. Nilai BOD5 yang tinggi menunjukkan aktivitas

organisme yang semakin tinggi dalam menguraikan bahan organik, sehingga menggambarkan adanya bahan organik yang tinggi pula.

4.4.3. Morfometri dan morfologi danau 4.4.3.1. Morfometri

Morfometri merupakan suatu metode pengukuran dan analisa secara kuantitatif dimensi-dimensi fisik suatu badan perairan. Parameter morfologi Danau Diatas yang di ukur adalah dimensi permukaan (surface dimention) dan dimensi bawah permukaan (subsurface dimention). Danau Diatas memiliki luas permukaan sebesar ± 1720 Ha, dengan panjang maksimum ± 7.65 Km, dan lebar maksimum ± 3.28 Km. Panjang garis keliling pantai dari Danau Diatas adalah ± 20.93 Km.Untuk dimensi bawah permukaan didapatkan kedalaman maksimum Danau Diatas adalah ± 44 m (Lampiran 9), serta Danau Diatas berada pada ketinggian 1200-1458 m dari permukaan laut.

4.4.3.2. Kondisi lingkungan

Gambar

Gambar                                                                                                         Halaman
Gambar 1. Kerangka berfikir perumusan masalah
Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan titik sampling   (Google Earth 2011)
Gambar 3. Diagram pengambilan contoh responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah: (i) mengkaji potensi dan kondisi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan untuk kegiatan ekowisata di kawasan pesisir Sekotong; (ii)

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata, permasalahan pengelolaan, kesesuaian wisata, daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening, dan

2) Bagaimana tingkat alokasi optimum dari sumberdaya ikan tersebut ?.. 3) Apakah telah terjadi degradasi dan depresiasi akibat kegiatan produksi dan pemanfaatan sumberdaya di

Perlu dilakukan pengelolaan potensi kawasan ekowisata Danau Linting sehingga dapat dilakukan juga perencanaan program interpretasi lingkungan yang nantinya akan

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Alam Danau Situgunung untuk Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.. Institut

perubahan adalah komunitas fitoplankton, sehubungan dengan latar belakang diatas maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui komposisi dan struktur

Melihat potensi sumberdaya pesisir dan laut yang dimiliki Pulau Sayafi dan Liwo sebagai objek yang menarik untuk pengembangan kawasan ekowisata bahari, maka perlu dilakukan suatu

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan fitoplankton Danau Diatas sebanyak 70 jenis yang tergolong kedalam lima kelas yaitu Bacillariophyceae 33