ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN ASET BPJS KESEH ATAN BERDASARKANPERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan
Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
THEO PATRA SILABAN 110200160
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN ASET BPJS KESEHATAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN
*)Theo Patra Silaban **)Mahmul Siregar
***)Ramli Siregar
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut dengan BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Dalam penyelenggaraannya, perlu dilakukan pengelolaan aset BPJS Kesehatan. Pengelolaan aset BPJS Kesehatan adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengelola segala aset yang dimiliki oleh BPJS Kesehatan. Adapun yang menjadi rumusan masalah penulisan ini adalah melakukan perencanaan pengelolaan aset terlebih dahulu, kemudian sistem pelaksanaan dan yang terakhir melakukan pengawasan serta evaluasi terhadap pengelolaan aset jaminan kesehatan.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Bahan yang dijadikan sumber dari penelitian berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier yang di analisis secara kualitatif.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan, pengelolaannya harus dilakukan sesuai dengan tahapan yang ditetapkan menurut standar nasional yaitu melakukan perencanaan. Dalam perencanaan tersebut dilakukan inventarisasi data dan informasi. Maksudnya mendata seluruh aset kemudian dilakukanlah penyusunan rancangan dan penetapan rencana pengelolaan. Setelah selesai melakukan pendataan terhadap aset tersebut, selanjutnya melaksanakan pengelolaan. Dalam pelaksanaan ini, pihak pengelola atau penyelenggara mengetahui darimana saja sumber aset yang dimiliki, liabilitas yang ada, penggunaan aset, pengembangan aset, mengetahui sejauhmana kesehatan keuangan dan setelah selesai semua itu, dilakukanlah pertanggungjawaban. Selama berlangsungnya pengelolaan ini, dilakukanlah pengawasan baik yang dilakukan dari pihak internal maupun pihak eksternal. Setelah memberikan pertanggungjawaban terhadap apa saja yang terjadi selama proses pengelolaan, dilakukan evaluasi. Apabila dalam evaluasi serta pengawasan terdapat pihak yang melakukan kecurangan berhak mendapat sanksi.
Kata kunci : BPJS Kesehatan, Pengelolaan Aset
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I
KATA PENGANTAR\
Syalom,
Dengan segenap hati, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah menghantarkan penulis sampai di batas ini.
Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Hukum, Departemen Hukum Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari perhatian,
bimbingan, dorongan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu izinkanlah penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum, selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H.,M.H, selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Bapak Dr. Ok Saidin, S.H.,M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Ibu Windha, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara Medan yang banyak memberikan
6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang
banyak memberikan pengetahuan dan saran selama Bimbingan skripsi dan
selama perkuliahan.
7. Bapak Ramli Siregar, S.H.,M.Hum,selaku Dosen Pembimbing II yang banyak
memberikan bimbingan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Bachtiar Hamzah, S.H.,M.Hum, selaku selaku Dosen Wali penulis
yang sudah benyak memberikan masukan selama masa perkuliahan.
9. Bapak dan Ibu Dosen selaku Staf Pengajar dan seluruh administrasi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
10.Yang paling saya sayangi kedua orangtua saya, Pdt. Julasber G Silaban M.Th
dan Drg. Emmi S Simbolon MARS. Terima kasih banyak ayah dan ibu buat
doa, semangat, kasih sayang dan perhatiannya.
11. Nenek yang saya sayangi Timoria Situmorang. Terima kasih banyak atas
dukungan dan nasehat yang diberikan selama ini buat saya.
12.Bung dan sarinah Gmni Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang banyak memberikan dukungan serta pelajaran yang berarti untuk
saya selama perkuliahan.
13.Bung Bruno, Bung Masslon, Bung ardy, Bung Natanael, Bung Tumpal, Bung
Frimanda, Bung Epraim, Bung Pir, Bung Yoko, Sarinah Yosephine, Sarinah
Conny, Sarinah Gelora, Sarinah Pagit, Sarinah Vonny, sarinah Fransisca serta
seluruh Bung dan Sarinah yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu
persatu selaku teman seperjuangan di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
14.Seluruh kawan-kawan panitia Penerimaan Mahasiswa/i Baru (PMB) 2014
program reguler stambuk 2011 reguler Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang sudah menjadi partner saya dalam acara tersebut. Kalian memberikan banyak kenangan.
15.Kawan-kawan stambuk 2011 grup c di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara Medan.
16.Para sahabatku dan juga kawan lamaku Bob Panjaitan, Jenrico Hutabarat,
Paulus Siahaan, Saprizal, Benny Suryadi, Emma Yosephine Sinaga, Dyah
Simbolon dan Intan Elisabeth yang memberikan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini
17.Abang-abang yang memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan
juga memberi pengertian. Bang Devi, bang Irvan dan bang ucok siregar.
18.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala
kritikan dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi di
kesempatan yang akan datang.
Medan, April 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...1
B. Perumusan Masalah ...7
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...8
D. Keaslian Penulisan ...9
E. Tinjauan Kepustakaan ...10
F. Metode Penelitian ...11
G. Sistematika Penulisan ...14
BAB II TINJAUAN TERHADAP PERENCANAAN PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN A. Sejarah Transformasi PT.Askes menjadi BPJS Kesehatan ...16
B. Pengertian BPJS Kesehatan ...22
C. Peserta dan Kepesertaan Anggota BPJS Kesehatan ...30
D. Inventarisasi Data dan Informasi Aset Jaminan Sosial Kesehatan ...42
BAB III TINJAUAN TERHADAP PELAKSANAAN
PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
A. Sumber Aset dalam Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan ...52
B. Liabilitas Keuangan ...58
C. Penggunaan Aset ...62
D. Pengembangan Aset ...66
E. Kesehatan Keuangan dalam Pengelolaan ...73
F. Sistem Pertanggungjawaban Pengelolaan ...78
BAB IV SISTEM PENGAWASAN, MONITORING DAN EVALUASI TERHADAP PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN A. Bentuk Penyelenggara Pengawasan Program Jaminan Sosial Kesehatan ...82
B. Ketentuan Monitoring dan Evaluasi Program Jaminan Sosial Kesehatan ...95
C. Akibat Hukum yang Ditimbulkan dalam Penyalahgunaan Pengelolaan Aset BPJS Kesehatan ...97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...107
B. Saran ...109
ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN ASET BPJS KESEHATAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN
*)Theo Patra Silaban **)Mahmul Siregar
***)Ramli Siregar
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut dengan BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Dalam penyelenggaraannya, perlu dilakukan pengelolaan aset BPJS Kesehatan. Pengelolaan aset BPJS Kesehatan adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengelola segala aset yang dimiliki oleh BPJS Kesehatan. Adapun yang menjadi rumusan masalah penulisan ini adalah melakukan perencanaan pengelolaan aset terlebih dahulu, kemudian sistem pelaksanaan dan yang terakhir melakukan pengawasan serta evaluasi terhadap pengelolaan aset jaminan kesehatan.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Bahan yang dijadikan sumber dari penelitian berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier yang di analisis secara kualitatif.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan, pengelolaannya harus dilakukan sesuai dengan tahapan yang ditetapkan menurut standar nasional yaitu melakukan perencanaan. Dalam perencanaan tersebut dilakukan inventarisasi data dan informasi. Maksudnya mendata seluruh aset kemudian dilakukanlah penyusunan rancangan dan penetapan rencana pengelolaan. Setelah selesai melakukan pendataan terhadap aset tersebut, selanjutnya melaksanakan pengelolaan. Dalam pelaksanaan ini, pihak pengelola atau penyelenggara mengetahui darimana saja sumber aset yang dimiliki, liabilitas yang ada, penggunaan aset, pengembangan aset, mengetahui sejauhmana kesehatan keuangan dan setelah selesai semua itu, dilakukanlah pertanggungjawaban. Selama berlangsungnya pengelolaan ini, dilakukanlah pengawasan baik yang dilakukan dari pihak internal maupun pihak eksternal. Setelah memberikan pertanggungjawaban terhadap apa saja yang terjadi selama proses pengelolaan, dilakukan evaluasi. Apabila dalam evaluasi serta pengawasan terdapat pihak yang melakukan kecurangan berhak mendapat sanksi.
Kata kunci : BPJS Kesehatan, Pengelolaan Aset
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Dewasa ini, jaminan sosial kesehatan sangat diperlukan sebagai sarana
penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh pemerintah.1Hal ini didukung dengan cita-cita bangsa Indonesia yang
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Alinea ke- 4, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum, yang
kemudian diejawantahkan pada Pasal 28H ayat (3) yang berisi “Setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat” serta Pasal 34 ayat (2) yang berisi
“Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan rakyat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan” sebagai pemenuhan hak konstitusional bangsa Indonesia. Dengan
alasan inilah maka dibentuk PT Askes (Persero) sebagai wadah bagi masyarakat
Indonesia untuk memberi pelayanan kesehatan.
Perseroan Terbatas Askes (Persero) merupakan Badan Usaha Milik
Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
jaminan pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiunan
PNS, TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
1
Usaha lainnya.2PT. Askes (Persero) merupakan awal mula terbentuknya badan
penyelenggara yang menjamin kesehatan masyarakat Indonesia. PT. Askes
(Persero) pertama sekali terbentuk pada tahun 1968 sampai pada tahun 2011
terjadi transformasi PT. Askes (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan adalah badan hukum
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. BPJS
Kesehatan ini merupakan pembagian jenis dari Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial yang selain BPJS Kesehatan terdapat pula BPJS Ketenagakerjaan.
Makna kata transformasi yang disebutkan diatas adalah perubahan bentuk
BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial, menjadi BPJS.
Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik badan penyelenggara
jaminan sosial sebagai penyesuaian atas perubahan filosofi penyelenggaraan
program jaminan sosial. Perubahan karakteristik berarti perubahan bentuk badan
hukum yang mencakup pendirian, ruang lingkup kerja dan kewenangan badan
yang selanjutnya diikuti dengan perubahan struktur organisasi, prosedur kerja dan
budaya organisasi.3
Masa transformasi PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan
berlangsung selama dua tahun terhitung sejak Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selanjutnya disebut UU BPJS
disahkan yaitu tanggal 25 November 2011 barulah setelah itu BPJS Kesehatan
2
Sejarah Singkat PT. Askes (Persero) Status Perusahaan Persero,
http://www.academia.edu/5246024/Sejarah_Singkat_PT_ASKES_Persero_Status_Perusahaan_Per sero (diakses tanggal 11 Januari 2015)
3
dapat beroperasi. Dengan kata lain walau sudah bertransformasi, BPJS Kesehatan
belum langsung dapat beroperasi. Dalam persiapan itu Dewan Komisaris dan
Direksi PT. Askes (Persero) ditugaskan untuk menyiapkan operasional BPJS
Kesehatan serta menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan
kewajiban PT. Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.4Untuk pertama kali, Dewan
Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) diangkat menjadi Dewan Pengawas
dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka paling lama 2 (dua) tahun sejak BPJS
Kesehatan mulai beroperasi.5
Menurut Pasal 60 ayat (1) UU BPJS, BPJS Kesehatan mulai beroperasi
pada tanggal 1 Januari 2014. Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan terdapat
beberapa perubahan diantaranya adalah Kementrian Kesehatan tidak lagi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat; Kementrian
Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia tidak
lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali
untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya,
yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden; dan PT. Jamsostek (Persero) tidak
lagi menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan.6Sebelum itu,
dalam masa persiapan yang sudah disampaikan didalam paragraf sebelumnya
dalam hal pengalihan perlulah dibentuk perihal pengelolaan aset yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2013 Tentang
Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan selamjutnya disebut PP Nomor 87
4
Tim ANTARA Publishing, Himpunan Peraturan BPJS Kesehatan (Jakarta:Perum LKBN ANTARA, 2014), hlm. 69.
5
Ibid., hlm. 70.
6
Tahun 2013. Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
Undang-Undang sebagaimana mestinya.7
Aset yang dikelola sesuai PP ini terdapat dua jenis yaitu aset BPJS
Kesehatan dan aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan. Pengelolaan tersebut
dilakukan dengan pertama sekali melakukan perencanaan untuk batu pijakan
menuju pelaksanaan pengelolaan aset. Setelah direncanakan, dilakukanlah
pelaksanaan pengelolaan aset dan setelah dilakukan pelaksanaan dilakukanlah
pertanggung jawaban dan evaluasi. Selama berlangsungnya pengelolaan aset,
pengawasan dilakukan baik dari internal maupun eksternal. Salah satucontoh aset
tersebut adalah iuran dari setiap peserta. Berkaitan dengan iuran, iuran merupakan
hal yang wajib bagi seluruh peserta. Pesertanya merupakan seluruh masyarakat
Indonesia. Namun diketahui jenis pekerjaan dan pendapatan tiap orang di
Indonesia beragam jenisnya secara otomatis juga jumlah iuran bagi peserta
jaminan sosial kesehatan beragam jenisnya. Beragam jenis serta tanggal
pembayaran iuran itu terdiri dari :
1. Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar
oleh Pemerintah.
2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga
Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri,
pejabat negara, dan pegawai pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima
persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan 3% (tiga persen)
dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta.
7
3. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD
dan Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per
bulan dengan ketentuan 4% (empat persen) dibayar oleh pemberi kerja dan
0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.
4. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak
ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1%
(satu persen) dari dari gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh
pekerja penerima upah.
5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll) peserta pekerja bukan penerima
upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar:
a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang
per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per
orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
6. Iuran jaminan kesehatan bagi veteran, perintis kemerdekaan, dan janda, duda,
atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan, iurannya
ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima persen)
gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja
14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh pemerintah.
Pembayaran iuran yang sudah ditetapkan tadi apabila terlambat maka
dikenakan denda seperti keterlambatan pembayaran iuran untuk pekerja penerima
upah dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total
iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan, yang dibayarkan
bersamaan dengan total iuran yang tertunggak oleh pemberi kerja dan
keterlambatan pembayaran iuran untuk peserta bukan penerima upah dan bukan
pekerja dikenakan denda keterlambatan sebesar 2% (dua persen) per bulan dari
total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 6 (enam) bulan yang
dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak. Pembayaran iuran serta
denda tersebut dibayarkan melalui bank. Bank yang dimaksud adalah bank umum
yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Contoh bank umum yang dimaksud adalah Bank Rakyat indonesia,
Bank Nasional Indonesia dan Bank Mandiri.8 Dana dari iuran serta denda itu
merupakan aset jaminan sosial kesehatan. Selain iuran serta denda tersebut
menurut Pasal 42 UU BPJS tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, menteri
keuangan yang disebutkan sebagai pemerintah juga menyediakan anggaran dana
sebesar 4 triliun rupiah untuk menyelenggarakan jaminan sosial kesehatan yang
dikelola oleh BPJS Kesehatan. Namun 4 triliun rupiah itu tidak sepenuhnya buat
BPJS Kesehatan. Dana anggaran itu dibagi dua, 2 triliun rupiah diberikan kepada
8
BPJS Kesehatan dan 2 triliun rupiah diberikan kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Selain itu juga terdapat jenis aset lainnya yang berasal dari PT. Askes (Persero)
sebelumnya seperti tanah bangunan dan fasilitas lainnya. Sehingga dana yang
dihimpun dari masyarakat, dana anggaran dari pemerintah serta bangunan beserta
fasilitasnya perlulah dikelola dengan baik.
B.Rumusan Masalah
Uraian singkat dari yang dikemukakan diatas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana tahapan perencanaan pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan
menurut Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2013?
2. Bagaimana sistem pelaksanaan pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan
yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.87 Tahun 2013?
3. Bagaimana bentuk pengawasan serta evaluasi terhadap pelaksanaan
pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan?
C.Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui tahapan perencanaan pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan
menurut Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2013.
2. Mengetahui sistem pelaksanaan pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan
yang dilakukan BPJS Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.87
3. Mengetahui bentuk pengawasan serta evaluasi terhadap pelaksanaan
pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan.
Adapun manfaat penulisan skripsi ini antara lain :
1. Secara teoritis
Secara teoritis, penulisan ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu
hukumterhadap pengelolaan aset BPJS Kesehatan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.87 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial
Kesehatan.
2. Secara praktis
Secara Praktis, penulisan ini bermanfaat untuk memberikan batasan
kewenangan bagi pemerintah dan juga pihak-pihak intern di dalam BPJS
Kesehatan dalam hal pengelolaan aset BPJS Kesehatan dan juga penulisan ini
memberikan pengetahuan tentang BPJS Kesehatan kepada masyarakat baik
dalam hal jumlah iuran yang diwajibkan, tanggal pembayaran iuran, cara
membayar iuran serta apa saja yang menjadi hak masyarakat Indonesia.
D.Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Analisis Yuridis terhadap Pengelolaan Aset BPJS
Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 87 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan” . Di dalam penulisan skripsi ini,
dimulai dari mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan kesehatan dan
Pengelolaan aset, maupun peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan, baik melalui literatur yang diperoleh dari
keaslian judul skripsi ini, telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan melalui internet untuk membuktikan
bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara atau ditempat lainnya.Namun terdapat penulisan
mengenai “Penerapan Jaminan Kesehatan di PT Asuransi Kesehatan Indonesia
terhadap Perlindungan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil.” yang ditulis oleh Astri
E. Silalahi pada tahun 2011, skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang mengangkat rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan tentang Asuransi Kesehatan terhadap Pegawai Negeri
Sipil di Indonesia?
2. Bagaimana pelaksanaan sistem Asuransi Kesehatan terhadap Pegawai Negeri
Sipil di Indonesia?
3. Bagaimana penerapan Jaminan Kesehatan di PT. ASKES (Persero) Indonesia
terhadap perlindungan kesehatan Pegawai Negeri Sipil?
Skripsi ini ditulis dengan permasalahan dan pembahasan yang berbeda sehingga
bisa dipandang sebagai tulisan yang asli. Apabila dikemudian hari, ternyata
terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi
sebelum skripsi ini dibuat maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban di
kemudian hari.
E.Tinjauan Kepustakaan
Sejak pelayanan kesehatan diketahui memiliki peranan besar dalam
meningkatkan derajat kesehatan hidup masyarakat, semua negara termasuk
sebaik-baiknya.9 Sehingga dibentuklah BPJS Kesehatan dahulunya adalah PT. Askes
(Persero), fungsinya untuk memberikan pelayanan jaminan sosial yang menjamin
kesehatan masyarakat Indonesia. Jaminan sosial adalah suatu hal yang dipastikan
atau dijaminkan kepada seseorang atau setiap orang dalam hal kemanusiaan atau
sosial. Salah satu contoh jaminan sosial ini adalah jaminan sosial kesehatan.
Jaminan sosial kesehatan merupakan bagian dari jaminan sosial yang
diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang
wajib berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut UU SJSN) dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang layak dan diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.10
Jaminan sosial kesehatan tersebut dikelola oleh BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan khusus untuk
memelihara jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam pembentukan BPJS Kesehatan perlu diperhatikan mengenai pengelolaan
asetnya. Karena aset yang dikelola itu menjadi sumber pembekalan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pengelolaan aset merupakan suatu
cara untuk mengelola kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan
aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai,
mengoperasikan, memelihara, membaharukan hingga mengalihkan aset secara
9 Indra Bastian, Akuntansi Kesehatan (Jakarta:Eirlangga, 2008), hlm. 1.
10
efektif dan efisien.11 Aset merupakan seluruh hak yang digunakan untuk
pengelolaan suatu perusahaan. Aset yang dikelola itu adalah aset BPJS Kesehatan
dan aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan yang dilakukan melalui perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan sifat Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian
hukum normatif bersifat doktrinal. Pada penelitian ini hukum sering
dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan
atau hukum yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan
patokan berperilaku masyarakat terhadap apa yang dianggap pantas. Metode
penelitianhukum normatif atau yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan
meninjau masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis
terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan
per-UU-an berdasarkan bahan primer, sekunder, dan tersier untuk mendapatkan
kesimpulan dari data-data yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan sifat
penelitian bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap
objek penelitian pada suatu masa tertentu.
2. Sumber data
11
Definisi dan Tujuan Manajemen Aset,
Penelitian ini yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan
hukum primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder adalah mencakup
dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan
sebagainya. Sumber data kepustakaan diperoleh dari :
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial, UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Peraturan Pemerintah (PP)
Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerimaan Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan Pemerintah (PP) Republik
Indonesia Nomor 87 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan
Sosial Kesehatan.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan
bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis. Misalnya :
RUU, jurnal hukum, buku-buku, makalah, artikel dari majalah ataupun
buletin yang terkait, internet dan sebagainya.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi
tentang bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya : kamus,
ensiklopedia.
3. Teknik pengumpulan data
sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Cara
melakukan studi pustaka dengan terlebih dahulu mengetahui jenis pustaka yang
dibutuhkan kemudian mengkaji dan mengumpulkan bahan-bahan pustaka.
4. Analisis data
Seluruh penulisan skripsi ini diawali dari pengumpulan bahan primer,
yang kemudian dilengkapi dengan bahan sekunder dan bahan tersier yang telah
diperoleh baik dari media apapun dan kemudian dianalisis secara kualitatif.
Analisis secara kualitatif maksudnya adalah menganalisis sesuatu namun terlebih
dahulu mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan telah diuji validitas dan
reabilitasnya. Metode yang dipergunakan untuk menganalisis kualitatif yaitu :
a. Mengumpulkan peraturan perundang-undangan dan bahan kepustakaan
lainnya yang relevan dengan penelitian;
b. Mengelompokkan peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang
ada;
c. Menguraikan bahan-bahan hukum sesuai dengan masalah yang
dirumuskan;
d. Menarik kesimpulan.
G.Sistematika Penulisan
Sistematikan penulisan skripsi ini meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
BAB II TINJAUAN TERHADAP PERENCANAAN
PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN
Berisikan tentang sejarah mengenai Transformasi dari
PT.Askes menjadi BPJS Kesehatan kemudian setelah itu
penjelasan mengenai BPJS Kesehatan setelah itu dibahas
mengenai Peserta dan Kepesertaan anggota BPJS
Kesehatan. Selanjutnya dibahas mengenai inventarisasi data
dan informasi aset Jaminan Sosial Kesehatan dan yang
terakhir mengenai tahapan serta sistem penyusunan
rancangan dan penetapan rencana pengelolaan aset Jaminan
Sosial Kesehatan.
BAB III TINJAUAN TERHADAP PELAKSANAAN
PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN
Berisikan tentang tinjauan sumber aset pengelolaan aset
jaminan sosial kesehatan, liabilitas keuangan, penggunaan
aset, pengembangan aset, kesehatan keuangan dalam
pengelolaan serta pembahasan mengenai sistem
BAB IV SISTEM PENGAWASAN, MONITORING DAN
EVALUASI TERHADAP PENGELOLAAN ASET
JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
Berisikan tentang bentuk penyelenggaraan pengawasan
program jaminan sosial kesehatan, ketentuan monitoring
dan evaluasi program jaminan sosial kesehatan dam akibat
hukum yang ditimbulkan dalam penyalahgunaan
pengelolaan aset BPJS Kesehatan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
TINJAUAN TEHADAP PERENCANAAN PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
A.Sejarah Transformasi PT. Askes menjadi BPJS Kesehatan
Sebelum berubahnya atau bertransformasi PT. Askes menjadi BPJS
Kesehatan pada tahun 2014, terdapat sejarah beberapa kali perubahan terhadap
penyelenggara jaminan kesehatan ini yaitu :
1. Tahun 1968
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur
pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan
ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230
Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia yaitu Badan Penyelenggara Dana
Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana saat itu Menteri Kesehatan adalah
G.A. Siwabessy yang juga menyatakan BPDPK tersebut merupakan cikal bakal
Asuransi Kesehatan Nasional.
2. Tahun 1984
Lebih meningkatkan lagi program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan
bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara)
1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada
Bhakti.
3. Tahun 1991
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan
program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti
bertambah lagi dengan masuknya veteran dan para perintis kemerdekaan beserta
anggota keluarganya menjadi peserta. Disamping itu, perusahaan diizinkan
memperluas jangkauan kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai
peserta sukarela.
4. Tahun 1992
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum
diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan
fleksibelitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat
dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta serta manajemen lebih
mandiri dari sebelumnya.
5. Tahun 2005
PT. Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemertintah melalui Departemen
Kesehatan Republik Indonesia sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor
56/MENKES/SK/I/2005 yaitu sebagai Penyelenggara Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat Miskin (PJKMM/ASKESKIN). Dasar penyelenggaraanya
adalah UUD 1945, UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No.40 Tahun
Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor
56/MENKES/SK/I/2005. Prinsip penyelenggaraan mengacu kepada prinsip
asuransi kesehatan sosial, penyelenggaraan harus dilakukan secara serentak
seluruh Indonesia dengan azas gotong royong sehingga terjadi subsidi silang,
pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, harus diselenggarakan dengan prinsip nirlaba, menjamin adanya
protabilitas dan ekuitas dalam memberikan pelayan kepada peserta dan adanya
akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan mengutamakan prinsip
kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.
6. Tahun 2014
Tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero) berubah nama
menjadi BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang no.24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.12 Perubahan nama serta aturan
terjadi karena kurangnya perkembangan dan belum mendapati fungsi atau manfaat
yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
Perubahan peraturan dan undang-undang yang mengatur tentang asuransi
kesehatan dan jaminan kesehatan tersebut harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan karena perubahan itu terjadi karena kurangnya manfaat dari
peraturan tersebut. Oleh karena itu, pertimbangan-pertimbangan yang harus
dilaksanakan adalah:
1. Pembentukan undang-undang atau peraturan baru harus bertitik tolak pada
kebutuhan-kebutuhan sosial, ekonomi dan moneter yang nyata ada atau akan
12
timbul. Karena itu pembentukan undang-undang atau peraturan baru
hendaknya menggunakan hasil-hasil penelitian ekonomi dan sosiologis
mengenai keadaan yang berlaku sekarang ini sebagai titik tolak dan
memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah yang akan timbul di
waktu yang akan datang serta mencoba menemukan bagaimana kita dapat
mengatasi atau mengurangi akibat masalah-masalah yang akan datang itu.
Dalam hal ini metode perbandingan hukum dan perbandingan sejarah hukum
akan banyak memudahkan tugas membentuk undang-undang.
2. Pembentukan undang-undang dan peraturan baru harus dilandasi pada
kenyataan bahwa sistem ekonomi Indonesia mengarah kepada suatu sistem
ekonomi terbuka dan sistem ekonomi internasional ataupun
peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi di lain-lain negara akan baik secara langsung
ataupun tidak langsung mempunyai pengaruh kepada perekonomian nasional
Indonesia. Dengan demikian dalam melaksanakan pembaharuan, kita perlu
memperhatikan peraturan perundang-undangan dinegara lain, baik yang
terpengaruh oleh common law ataupun continental-system khususnya negara
Asean.
3. Berkaitan dengan pasar modal, yang dapat dipergunakan sebagai salah satu
media bagi badan usaha untuk memperoleh dana dari masyarakat,
Perseroan Terbatas dapat lebih sesuai dan selaras mengikuti
peraturan-peraturan pasar modal yang kompleks dan sophisticated.13
Saat BPJS Kesehatan telah menggantikan peranan PT Askes dan mulai
beroperasi pada 1 Januari 2014, PT Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa
likuidasi. Semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Askes
(Persero) menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS
Kesehatan, dan semua pegawai PT Askes (Persero) menjadi pegawai BPJS
Kesehatan. Pada saat yang sama, Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan
laporan posisi keuangan penutup PT Askes (Persero) setelah dilakukan audit
kantor akuntan publik. Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan
pembuka BPJS Kesehatan dan laporan keuangan pembuka dana jaminan
kesehatan. Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero)
diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka
waktu paling lama 2 tahun sejak BPJS Kesehatan mulai beroperasi.
Mulai 1 Januari 2014, program-program jaminan kesehatan sosial yang
telah diselenggarakan oleh pemerintah dialihkan kepada BPJS Kesehatan.
Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program
Jamkesmas. Kementerian Pertahanan, TNI dan POLRI tidak lagi
menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk
pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang
ditentukan dengan PP. PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan pekerja.
13
Peran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan sebagai pengelola
Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan dengan pendekatan asuransi sosial,
menuntut seluruh duta BPJS Kesehatan untuk mempelajari dan memahami sistem
pembiayaan kesehatan Social Health Insurance (SHI) sebagai model baru yang
ditetapkan dinegara ini. Hal ini juga menuntut BPJS Kesehatan untuk membuat
strategi baru yang diikuti dengan tuntutan perubahan organisasi, terkait dengan
tiga sub fungsi Asurasi Kesehatan Sosial yaitu pengumpulan iuran/kontribusi,
rekrutmen peserta dan pemberian manfaat. Inilah merupakan makna dari
perubahan. Inilah merupakan makna transformasi yang sesungguhnya di tubuh
BPJS Kesehatan.
Tugas BPJS Kesehatan tidak lagi untuk mencari keuntungan, namun wajib
memberikan pelayanan yang maksimum kepada peserta dengan tetap
memperhatikan kendali biaya dan kendali mutu. Makna perubahan yang
mendorong BPJS Kesehatan menjadi lebih kepada pengelola usaha yang lebih
profesional, mampu memuaskan peserta yang berlipat ganda jumlahnya dan
mempertahankan kualitas pelayanan daripada hanya sekedar berorientasi pada
laba saja. Untung tidak dicari namun seyogyanya harus ada keseimbangan
pengelolaan dana. Dana berimbang inilah yang kemudian menjadi bukti bahwa
meskipun memberikan layanan yang terbaik dan seoptimal mungkin namun
penyelenggaraan program dapat terus ditingkatkan dan sustaintabilitas program
B.Pengertian BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah
badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.14
Pengertian badan hukum publik tersebut adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum publik atau orang banyak atau menyangkut kepentingan
negara. Badan hukum publik memiliki dua macam bagian yaitu badan hukum
yang mempunyai teritorial dan badan hukum yang tidak mempunyai teritorial.
Dalam penjelasannya, badan hukum yang mempunyai teritorial adalah suatu
badan hukum yang memperhatikan atau menyelenggarakan kepentingan mereka
yang tinggal didalam daerah atau wilayah. Sedangkan badan hukum yang tidak
mempunyai teritorial adalah suatu badan hukum yang dibentuk oleh yang
berwajib dan hanya untuk tujuan tertentu.15
Di sisi lain, menurut PP No. 87 Tahun 2013, Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.
BPJS Kesehatan dikatakan sebagai badan hukum karena BPJS Kesehatan
merupakan suatu organisasi atau perkumpulan yang didirikan dengan akta yang
otentik. Jaminan kesehatan yang dimaksud adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
14
Definisi BPJS Kesehatan, http://www.jamsosindonesia.com/teropong/subdetail/bpjs-kesehatan_397/definisi-bpjs-kesehatan-_24 (diakses tanggal25 Februari 2015)
15
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayarkan iuran atau iurannya telah dibayar oleh
pemerintah. Pembayarannya di berikan atau dibayar melalui bank umum yang
sebagaimana telah disebutkan dalam Undang-undang mengenai perbankan yaitu
Bank Mandiri, BRI dan BNI. Pembayaran dapat dilakukan melalui teller atau ATM. Pembayaran iuran dilakukan secara bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan atau bisa
juga pertahun.16
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan merupakan asuransi atau
pertanggungan yang menjamin kesehatan seluruh masyarakat Indonesia. Dimana
didalamnya terdapat pihak penanggung dan tertanggung. Pada pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, Asuransi
atau pertanggungan merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung, karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita si tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seorang yang
dipertanggungkan.makna dari kata peristiwa yang tidak pasti atau bisa dikatakan
sebagai belum tentu akan terjadi itu misalnya dalam hal asuransi kecelakaan.
Kecelakaan merupakan peristiwa yang mendapat ketidak tentuan. Tetapi dalam
asuransi kesehatan misalnya, sakitnya seseorang. Memang diketahui bersama
16
seseorang sudah pasti akan mengalami sakit. Dalam hal ini sebenarnya yang tidak
tentu bukan terjadinya peristiwa sakit manusia melainkan kapan manusia itu akan
sakit. Dan ini memang sangat tidak dapat ditentukan.
Asuransi atau pertanggungan selaku gejala hukum di Indonesia baik dalam
pengertian maupun dalam bentuknya yang terlihat sekarang ini adalah berasal dari
hukum barat. Penguasa negeri Belandalah yang mengimpor asuransi selaku
bentuk hukum (rechtsfiguur) di Indonesia dengan cara mengundangkan Burgerlijk Wetboek dan Wetboek van Koophandel, dengan satu pengumuman pada tanggal
30 april 1847 dan termuat dalam Staatsblaad 1847 No.23.17 Semua asuransi
berupa suatu persetujuan tertentu (byzondere overeenkomst) yaitu semua pemufakatan antara dua belah pihak atau lebih dengan maksud akan mencapai
suatu tujuan, dalam mana seseorang atau lebih berjanji terhadap orang lain atau
lebih. Persetujuan asuransi atau pertanggungan ini merupakan suatu persetujuan
timbal balik (wederkerige overeenkomst) yang berarti bahwa masing-masing pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain. Pihak terjamin berjanji
akan membayar uang premi, pihak penjamin berjanji akan membayar sejumlah
uang (uang asuransi) kepada pihak terjamin apabila suatu peristiwa tertentu akan
terjadi. Persetujuan asuransi merupakan sutau persetujuan yang bersifat
konsensuil yang artinya sudah dianggap terbentuk dengan adanya kata sepakat
belaka antara kedua belah pihak.18
Menurut Mr. H.J Scheltema, zaman dahulu persetujuan asuransi pernah
dianggap sebagai persetujuan riil seperti persetujuan penitipan barang.
17
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia (Jakarta: PT Intermasa, 1996), hlm. 10.
18
Persetujuan ini baru dianggap terbentuk apabila ada terjadi suatu perbuatan
tertentu.19 Konsep asuransi kesehatan ini pertama sekali dicetuskan di negara
Inggris pada tahun 1911 yang didasari pada mekanisme asuransi kesehatan sosial
yang pertama sekali di selenggarakan di negara Jerman pada tahun 1883. Setelah
diselenggarakan di negara Jerman tersebut, mulailah negara lain ikut
menyelenggarakan asuransi kesehatan sosial ini seperti negara Kanada pada tahun
1961, negara Taiwan pada tahun 1995, negara Filipina pada tahun 1997, negara
Korea Selatan pada tahun 2000 dan negara Republik Indonesia. Diaplikasikan
dalam BPJS Kesehatan, penanggung merupakan pihak BPJS Kesehatan
sedangkan yang tertanggung merupakan masyarakat Indonesia yang menjadi
peserta dari jaminan kesehatan.
Objek dari asuransi tersebut dapat berupa benda dan jasa, jiwa, raga,
kesehatan manusia tanggung jawab hukum serta semua kepentingan lainnya yang
dapat hilang, rusak dan atau berkurang nilainya. Dalam sifat pelaksanaannya,
asuransi digolongkan menjadi tiga bagian yaitu asuransi Sukarela dimana
penanggungan dilakukan secara sukarela yang semata-mata dilakukan atas suatu
keadaan ketidak pastian atau kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas suatu
yang dipertanggungjawabkan seperti asuransi pendidikan, kendaraan bermotor,
asuransi kematian dan sebagainya.20 Lalu asuransi wajib, asuransi ini bersifat
wajib yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dimana pelaksanaannya
dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
pemerintah misalnya jamsostek yang sekarang sudah bertransformasi menjadi
19
Ibid., hlm. 11.
20
BPJS Ketenagakerjaan dan askes yang juga sudah bertransformasi menjadi BPJS
Kesehatan dan yang terakhir adalah asuransi kredit.
Asuransi kredit merupakan asuransi yang menitikberatkan jaminan kredit
berupa benda bergerak maupun tidak bergerak yang sewaktu-waktu dapat tertimpa
resiko dan kerugian bagi pemilik atau pemberi kredit khusunya bank. Contoh dari
asuransi kredit tersebut adalah asuransi pengangkatan laut.
Selain penggolongan asuransi berdasarkan sifat pelaksanaannya, asuransi
juga dapat digolongkan berdasarkan perjanjian asuransi. Penggolongan tersebut
antara lain:
1. Asuransi kerugian (schade verzekering). Asuransi ini merupakan asuransi yang memberikan penggantian kerugian yang mungkin timbul pada harta
kekayaan pihak tertanggung.
2. Asuransi jumlah (sommen verzekering). Asuransi ini merupakan pembayaran
sejumlah uang tertentu, tidak tergantung kepada persoalan apakah evenement
menimbulkan kerugian atau tidak.21
Praktik yang telah terjadi dalam perkembangan penggolongan asuransi
disebut juga dengan asuransi varia. Dimana asuransi yang mengandung
unsur-unsur asuransi kerugian maupun asuransi jumlah seperti asuransi kecelakaan dan
asuransi kesehatan. Setiap asuransi dalam pelaksanaannya memiliki prinsip dasar
agar asuransi tersebut dapat berjalan dengan baik. Prinsip-prinsip dasar itu antara
lain adalah:
21
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi (Jakarta:
1. Insurable interest yang merupakan hak untuk mengasuransikan, yang timbul
dari suatu hubungan keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan
dan diakui secara hukum.
2. Utmost good faith yang merupakan suatu tindakan untuk mengungkapkan
secara akurat dan lengkap semua fakta yang material mengenai sesuatu yang
akan diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya si penanggung harus
jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat atau
kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan keterangan
yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan yang dipertanggungkan.
3. Proximate cause yang merupakan suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya
intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan
independen.
4. Idemnity yang merupakan suatu mekanisme di mana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan
tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya
kerugian
5. Subrogation merupakan pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada
6. Contribution yaitu hak si penanggung untuk mengajak penanggung lainnya
yang sama-sama menanggung tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap
tertanggung untuk ikut memberikan idemnity.22
Manfaat mengikuti atau menjadi peserta dari asuransi ataupun BPJS Kesehatan
adalah untuk mendapatkan rasa aman dan perlindungan, sebagai alat penyebaran
resiko apabila peristiwa atau penyakit tidak tertentu terjadi dan sebagai
pendistribusian biaya dan manfaat yang adil. BPJS Kesehatan ini mulai beroperasi
sejak tanggal 1 Januari 2014 dan BPJS Kesehatan berpusatkan di Jakarta Pusat di
Jalan Let.Jend. Suprapto Cempaka Putih. Dalam BPJS baik itu BPJS
Ketenagakerjaan maupun BPJS Kesehatan terdapat organ-organ yang mengisi
struktur didalamnya antara lain dewan pengawas dan direksi. Kedua organ
tersebut mempunyai fungsi, tugas dan wewenang yang berbeda. Meskipun
demikian, kedua organ tersebut sangat berperan dalam menegakan corporate
governance BPJS. Ditangan dewan pengawas dan direksi baik buruknya kinerja BPJS ditentukan. Dewan pengawas itu terdiri dari tujuh orang profesional yang
mencerminkan unsur-unsur pemangku kepentingan dalam jaminan sosial. Ketujuh
orang tersebut terdiri dari 2 (dua) orang pemerintah, 2 (dua) orang unsur pekerja,
2 (dua) orang unsur pemberi kerja dan 1 (satu) orang unsur tokoh masyarakat.
Anggota dewan pengawas diangkat serta diberhentikan oleh presiden. Salah satu
dari anggota tersebut ditetapkan sebagai ketua dewan pengawas oleh presiden.
Dewan pengawas berfungsi sebagai pengawas atas pelaksanaan tugas BPJS baik
itu BPJS Ketenagakerjaan maupun BPJS Kesehatan. Pengawasan yang dimaksud
22
adalah pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja direksi,
pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan dana jaminan sosial
oleh direksi dan yang terakhir menyampaikan laporan pengawasan tersebut
sebagai laporan kepada presiden dengan tembusan DJSN.
Dewan pengawas memiliki kewenangan diantaranya menetapkan rencana
kerja anggaran tahunan BPJS, mendapatkan dan atau meminta laporan dari
direksi, mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS dan
memberikan saran dan rekomendasi kepada presiden mengenai kinerja direksi.
Direksi terdiri dari paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur
profesional juga sama halnya dengan dewan pengawas juga harus dituntut
profesional. Anggota direksi diangkat dan diberhentikan oleh presiden juga.
Presiden menetapkan salah seorang dari anggota itu untuk menjadi direktur
utama.23
Direksi berfungsi untuk melaksanakan penyelenggaraan kegiatan
operasional BPJS yang menjamin peserta untuk mendapatkan manfaat sesuai
dengan haknya. Kewenangan dari direksi ini adalah melaksanakan wewenang
BPJS, menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi, tata kerja
organisasi dan sistem kepegawaian, menyelenggarakan manajemen kepegawaian
BPJS, termasuk mengangkat, memindahkan dan memberhentikan pegawai BPJS
serta menetapkan penghasilan pegawai BPJS, mengusulkan kepada presiden
penghasilan bagi dewan pengawas dan direksi, menetapkan ketentuan dan tata
cara pengadaan barang dan jasa dalam rangka penyelenggaraan tugas BPJS
23
dengan memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan
efektifitas, melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling banyak seratus
milyar rupiah dengan persetujuan dewan pengawas, melakukan
pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari seratus milyar rupiah sampai dengan
lima ratus milyar rupiah dengan persetujuan presiden dan yang terakhir
melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari lima ratus milyar dengan
persetujuan DPR-RI.
C.Peserta dan Kepesertaan Anggota BPJS Kesehatan
Menjadi peserta atau mengikuti kepesertaan BPJS Kesehatan bersifat
wajib dan dilakukan secara bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peserta merupakan orang atau sekelompok
orang yang ikut serta atau bahkan mengambil bagian. Sedangkan peserta jaminan
kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia yang meliputi para Penerima Bantuan Iuran (PBI)
jaminan kesehatan yang terdiri dari fakir miskin dan orang yang tidak mampu
dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan
para bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI) yang terdiri
dari pekerja penerima upah dan anggota keluarganya seperti Pegawai Negeri Sipil,
TNI, POLRI, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintahan non Pegawai Negeri,
Pegawai Swasta dan pekerja lain yang menerima upah termasuk warga negara
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. Selanjutnya para
pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya yaitu pekerja di luar
termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)
bulan. Terakhir para bukan pekerja dan anggota keluarganya yaitu investor,
pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, janda atau duda
atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan serta bukan pekerja
lain yang membayar iuran.24 Seluruh peserta yang telah disebutkan tadi
mempunyai kewajiban seperti :
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian,
kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I
3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang
yang tidak berhak
4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.
Setelah melaksanakan kewajibannya, para peserta berhak mendapatkan haknya
sebagai peserta jaminan kesehatan seperti:
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan
kesehatan
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
24
4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis
ke kantor BPJS Kesehatan.
Pasal 5 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan, anggota keluarga para peserta yang ditanggung oleh
jaminan kesehatan adalah :
1. Pekerja penerima upah yang terdiri dari :
a. Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak
tiri dan/atau anak angkat) yang jumlahnya maksimal 5 orang. Anak
kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah dan anak angkat yang sah
ditanggung dengan kriteria anak tersebut tidak atau belum pernah menikah
atau memiliki penghasilan sendiri, belum berusia 21 tahun atau belum
berusia 25 tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
b. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan yang meliputi
anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua
c. Peserta dapat mengikutsertakan kerabat lain seperti saudara kandung/ipar,
asisten rumah tangga dan lain-lain.
2. Pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja, peserta dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan secara tidak terbatas
Penanggungan yang dilakukan oleh penjamin kesehatan merupakan hak
peserta sedangkan kewajiban para peserta adalah salah satunya membayarkan
iurannya. Iuran yang dimaksud terdiri dari berbagai jenis, yaitu :
1. Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan iurannya
2. Iuran bagi peserta pekerja penerima upah yang bekerja pada lembaga
pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota
POLRI, pejabat negara dan pegawai pemerintahan non pegawai negeri
sebesar 5% dari gaji atau upah yang diterimanya perbulan dengan ketentuan
3% dibayar oleh pemberi kerja dan 2% dibayar oleh peserta.
3. Iuran bagi peserta pekerja penerima upah yang bekerja di Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan swasta sebesar 4,5% dari gaji atau
upah yang diterima perbulan dengan ketentuan 4% dibayarkan oleh pihak
pemberi kerja dan 0,5% dibayarkan oleh peserta.
4. Iuran untuk keluarga tambahan pekerja penerima upah yang terdiri dari anak
ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua, besar iuran sebesar 1% dari gaji
atau upah per orang dalam sebulan yang dibayar oleh pekerja penerima upah.
5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga dan lain-lain) peserta pekerja bukan
penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar:
a. Rp. 25.500,- per orang setiap bulan dengan manfaat pelayanan diruang
perawatan kelas III
b. Rp.42.500,- per orang setiap bulan dengan manfaat pelayanan diruang
perawatan kelas II
c. Rp.59.500,- per orang setiap bulan dengan manfaat pelayanan diruang
perawatan kelas I
6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi pra veteran, perintis kemerdekaan dan janda,
ditetapkan sebesar 5% dari 45% gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang III/a dengan masa kerja 14 tahun perbulan, dibayarkan oleh
pemerintah.
7. Sistem pembayaran iuran dibayarkan paling lambat pada tanggal 10 setiap
bulannya.
Pembayaran iuran apabila terdapat keterlambatan dari tanggal yang sudah
ditetapkan diawal yaitu tanggal 10 setiap bulannya, sesuai Pasal 35 Peraturan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan para peserta tersebut dikenakan denda
keterlambatan pembayaran iuran. Jenis-jenis denda pun masih memiliki
perbedaan juga sesuai dengan golongan. Perbedaan pembayaran denda tersebut
terdiri dari :
1. Keterlambatan pembayaran iuran untuk pekerja penerima upah dikenakan
denda administratif sebesar 2% perbulan dari total iuran yang tertunggak
paling banyak untuk 3 bulan, yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran
yang tertunggak oleh pemberi kerja.
2. Keterlambatan pembayaran iuran untuk peserta bukan penerima upah dan
bukan pekerja dikenakan denda keterlambatan sebesar 2% perbulan dari total
iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 6 bulan yang dibayarkan
bersamaan dengan total iuran yang tertunggak.
Pekerja penerima upah, apabila terjadi keterlambatan pembayaran iuran
lebih dari 3 bulan sesuai Pasal 35 ayat 5 Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan, maka pelayanan kesehatan diberhentikan dalam waktu sementara.
Begitu juga dengan pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja, jika terjadi
keterlambatan pembayaran iuran lebih daari 6 bulan, maka pelayanan kesehatan
diberhentikan dalam waktu sementara.
Pasal 23 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan, fasilitas yang didapatkan para peserta jaminan
kesehatan ini terdiri dari :
1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu Puskesmas, fasilitas kesehatan yang
dimiliki TNI/POLRI, praktek Dokter umum/klinik umum.
2. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan meliputi:
a. RSU, RSUP, RSUD, RSU TNI, RSU POLRI, RS Swasta, RS Khusus, RS
Khusus Jantung (Kardiovaskular), RS Khusus Kanker (Onkologi), RS
Khusus Paru, RS Khusus Mata, RS Khusus Bersalin, RS Khusus Kusta,
RS Khusus Jiwa, RS Khusus Lain yang telah terakreditasi, RS Bergerak
dan RS Lapangan.
b. Balai Kesehatan Paru Masyaratkat, Balai Kesehatan Mata Masyarakat,
Balai Kesehatan Ibu dan Anak dan Balai Kesehatan Jiwa.
Para peserta juga mendapatkan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
didapatkan juga terdiri dari berbagai jenis mulai dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama sampai pelayanan kesehatan tingkat lanjutan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama, pelayanan yang didapatkan bersifat non spesialistik yang
mencakup:
2. Pelayanan promotif dan preventif
3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik baik operatif maupun non operatif
5. Pelayanan obat da bahan medis habis pakai
6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan medis
7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboraturium tingkat pertama dan
8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, pelayanan yang didapatkan
meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap yang mencakup:
1. Adminsitrasi pelayanan
2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan
sub spesialis
3. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan
indikasi medis
4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
5. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis
6. Rehabilitasi medis
7. Pelayanan darah
8. Pelayanan kedokteran forensik klinik
9. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di
fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa
pemulasaran jenazah tidak termasuk peti mati dan mobil jenazah
11. Perawatan inap diruang intensif
Peserta yang menginginkan kelas perawatan dan pelayanan yang lebih lagi dari
haknya, peserta tersebut dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi
kesehatan tambahan atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin
BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas
perawatan serta fasilitas perawatan namun hal ini tidak dilayakan bagi peserta
yang menerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
Masing-masing dalam setiap hal terdapat plus minusnya. Sama halnya
dengan pelayanan kesehatan yang diterima peserta ini. Ada yang dijamin yang
merupakan plusnya buat para peserta dan ada juga yang tidak dijamin yaitu
minusnya. Pelayanan yang tidak dijamin itu terdiri dari berbagai jenis, seperti :
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana
yang telah diatur sebelumnya dalam peraturan yang berlaku
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan kecuali dalam keadaan darurat
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cidera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan kerja
4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program
jaminan kecelakaan lalu lintas
5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan diluar negeri
7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas
8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri\
11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional termasuk akupuntur,
shin she, chiropractic yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian
teknologi kesehatan (health technology assement)
12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai
percobaan/eksperimen
13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar
biasa/wabah
16. Klaim perorangan
17. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan mafaat