• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan buku media informasi tentang pendidikan seks dalam keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan buku media informasi tentang pendidikan seks dalam keluarga"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Imam Agus Faisal Pratama

Tempat, tanggal lahir : Sumedang, 06 Agustus 1989 Tinggi Badan : 180 cm

Alamat : JL. AbduRahman RT. 13/10 No.16 Cibubur, Jakarta Timur 13720

Telepon : (021)98775258 - 087822255323 Email : chal_pratama@yahoo.com

II. PENDIDIKAN

 Universitas Komputer Indonesia Bandung (2008-2012)  SMK N 52 Jakarta (2004-2007)

 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 258 Jakarta (2001-2004)  Sekolah Dasar Negeri Cibubur 01 Pg Jakarta (1995 – 2001)

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar – benarnya, Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih .

Bandung,6 Agustus 2012

(2)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU MEDIA INFORMASI TENTANG

PENDIDIKAN SEKS DALAM KELUARGA

DK 38315/TUGAS AKHIR

Semester II 2011/2012

Oleh:

Imam Agus Faisal Pratama 51908140

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya ke seluruh hamba-Nya, karena hanya dengan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dan juga kepada junjungan besar nabi Muhammad SAW yang senantiasa menjadi panutan bagi penulis.

Media yang dibuat oleh penulis yaitu buku informasi, yang merupakan salah satu media yang menjabarkan informasi dan pengetahuan tentang suatu hal. Dalam hal ini Pendidikan Seks Dalam Keluarga yang menjadi tema buku media informasi dengan tampilan desain yang sederhana namun terlihat elegan. Informasi yang dibuat yaitu seputar pendidikan seks yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari namun masyarakat masih banyak yang menyalahartikan pendidikan seks yang sebenarnya, ini dikarenakan masyarakat yang kurang mengetahui pendidikan seks dan juga belum banyaknya informasi yang jelas tentang pendidikan seks yang benar.

Bandung, April 2012

(4)

DAFTAR ISI

BAB II INFORMASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS DALAM KELUARGA 2.1 Pendidikan Seks ... 6

2.1.1 Tujuan Pendidikan Seks dalam Keluarga ... 7

2.1.2 Manfaat Pendidikan Seks ... 8

2.1.3 Bahaya Seks Bebas ... 8

2.1.4 Menghindari Seks Bebas ... 9

2.1.5 Faktor Penyebab Seks Bebas ... 10

2.2 Pendidikan Seks Berdasarkan Usia ... 12

2.2.1 Fase Pragential ... 13

2.3.1 Definisi Buku Media Informasi ... 15

2.3.2 Ciri-ciri Buku Informasi ... 16

(5)

2.3.4 Macam-macam Buku Informasi ... 17

2.4 Pemecahan Masalah ... 17

2.4.1 Media Informasi Tentang Seks Dalam Pendidikan Keluarga ... 17

2.4.2 Target Audience ... 18

BAB III STRATEGI PERANCANGAN BUKU MEDIA INFORMASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS DALAM KELUARGA 3.1 Strategi Perancangan ... 20

3.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 20

3.1.2 Strategi Kreatif ... 23

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

Dianawati, Ajen. (2003). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.

Hariwijaya M. (2007). Metodelogi Dan Teknik Penulisan Skripsi Dan Tesis. Yogyakarta: Cetakan 1yogyakarta.

Kusrianto, Adi. (2009). Teori Penyusunan Layout. Jakarta: Restu Agung. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. (1995). Metode Penelitian Survai.

Jakarta: LP3ES.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Situs Internet / Sumber media Elektronik:

Marwansyah. Perilaku Seks Bebas Pada Remaja

http://forum.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/4270/perilaku-seks-bebas-padaremaja diakses pada tanggal 16 Januari 2012.

Nurhayati Syarifuddin,S.Pd. Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Keluarga Remaja dan Anak

http://kaknung.multiply.com/journal/item/17/PENTINGNYA_PENDIDIKAN_SE KS_BAGI_KELUARGA_REMAJA_DAN_ANAK?&show_interstitial=1&u=%2 Fjournal%2Fitem diakses pada tanggal16 Januari 2012.

Viviyunia. Seks Pranikah Remaja Sebuah Gaya Hidup

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seks masih dianggap tabu oleh masyarakat. Apalagi jika dibincangkan bersama anak-anak didalam rumah. Selain bingung bagaimana cara menginformasikannya, orangtua juga mempunyai kekhawatiran kalau anaknya malah menyalahgunakan pengetahuan tentang seks yang diberikan orangtua. Padahal berbicara tentang seks tidak hanya berbicara seputar hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Lebih dari itu berbicara tentang seks sama halnya berbicara soal tubuh manusia, perbedaan paling mencolok dari laki-laki dan perempuan bisa dilihat dari bentuk dan fungsi tubuhnya. Sesuatu yang wajar jika anak memiliki ketertarikan yang kuat dengan tubuh lawan jenisnya. Apalagi ketika mereka sudah memasuki fase remaja.

Perilaku seks bebas yang terjadi pada remaja dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua terhadap anak yang disebabkan karena kesibukan masing-masing sehingga anak tidak memperoleh pengetahuan tentang seks dari orang tua. Dimana pemahaman dan pemilihan metode pendidikan seksual yang tepat akan mengantarkan anaknya menjadi anak yang mampu menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan yang terlarang dan sadar akan ancaman dan peringatan dari perbuatan seks bebas serta memiliki pegangan agama yang jelas.

(8)

dan di tambah lagi dengan adanya pengaruh dari teman sebaya yang biasa melakukan seks bebas maka tidak menutup kemungkinan anak mengikuti gaya hidup teman tersebut, untuk menunjukan eksistensi.

Prilaku seks bebas itu dapat dicegah melalui keluarga, sehendaknya orang tua lebih memperhatikan anak-anaknya apalagi anak yang baru beranjak dewasa dan memberi pengertian pada anak tentang apa itu seks dan akibatnya jika seks itu dilakukan. Seks bebas itu juga dapat dicegah melalui keinginan diri sendiri., Anak harus lebih memikirkan akibat sebelum berbuat paling tidak anak lebih meningkatkan lagi iman dan lebih meningkatkan keimanan pada Tuhan. Pemerintah juga sangat berperan dalam usaha penanggulangan seks bebas dikalangan remaja seperti mengadakan penyuluhan di sekolah dan membuat UU khusus bagi anak-anak yang melakukan pelanggaran akan berpikir lagi sebelum berbuat pelanggaran.

Kapan pendidikan seks tepat untuk ditanamkan, tidak ada batasan yang pasti. Orangtua bisa mengajarkan pendidikan seks untuk anaknya tepat pada saat anak mulai mengajukan pertanyaan. Jawaban yang harus diberikan tentunya mengacu pada usia anak. Semakin dewasa usianya dapat memberitahukan dengan informasi yang lebih lengkap.

Hingga saat ini, banyak terjadi ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan reproduksi. Di lingkungan sosial masyarakat, seks hanya ditawarkan sebatas komoditi, seperti media-media yang menyediakan hal-hal yang bersifat pornografi, seperti film, majalah, internet, bahkan tayangan televisi. Kata seks identik dengan pornografi Akibatnya anak maupun remaja takut bertanya soal seks dan organ reproduksinya karena merasa apa yang akan dibicarakan cendrung jorok.

(9)

sumber informasi dari tempat lain dan mulai mencobanya. Bahkan seringkali mereka menganggap pengetahuan tentang seks akan menjadikan dirinya lebih dibanding teman-teman yang lain.

Memberikan pemahaman seks dan reproduksi pada anak usia remaja memang pekerjaan yang cukup berat. Orangtua harus membenahi pola pikir anak remajanya tentang seks yang telah mengalami distorsi. Untuk itu diperlukan perbincangan yang dalam dan terus menerus antara orangtua dan anak. Selayaknyalah orangtua sebagai pihak pertama yang bertanggung jawab terhadap keselamatan putra dan putrinya dalam menjalani tahapan-tahapan perkembangan (fisik, emosional, intelektual, seksual, dan sosial) yang harus mereka lalui, dari anak-anak hingga mereka dewasa. Tanggung jawab orangtua tidak hanya mencangkup atau terbatas pada kebutuhan materi saja melainkan mencangkup seluruh aspek kehidupan anaknya, termasuk didalamnya aspek pendidikan seks.

Anak-anak dan remaja sebaiknya tidak hanya diberikan pemahaman seks dari sisi biologis saja, tetapi juga dari segi politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan, sampai kelahiran, tingkah laku seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakataan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

(10)

seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak. Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi di Indonesia masih sangat tabu untuk membahas masalah seks dan tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak didalam membicarakan masalah seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orangtua yang mau dan mampu memberikan penjelasan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Pendidikan seks jangan diartikan sebagai mengajarkan bagaimana cara berhubungan seks, akan tetapi pemberian materi kesehatan reproduksi secara keseluruhan. Jenis dan kedalaman materinya disesuaikan dengan usia.

1.2 Identifikasi Masalah

Pendidikan seks artinya sangat beragam, seks bisa berarti jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Seks bisa juga diartikan pelajaran tentang organ-organ reproduksi. Seks tidak harus selalu berarti hubungan seksual. Hubungan seks sendiri adalah hubungan intim yang dilakukan pria dan wanita yang terikat dalam sebuah pernikahan. Namum dalam penerapan mengenai manfaat informasi tentang pendidikan seks dalam keluarga ini mengidentifikasi berbagai masalah sebagai mana telah diuraikan dalam latar belakang. Adapun identifikasi masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Belum adanya media informasi buku yang khusus membahas manfaat pendidikan seks dan cara penyampaian informasi tentang seks dalam keluarga berdasarkan usia.

(11)

3. Pendidikan seks dalam keluarga sebagai usaha pencegahan terjadinya hal-hal negatif yang diakibatkan dari kegiatan seks bebas.

4. Memberikan informasi kepada orangtua agar memberikan pendidikan seks sejak dini untuk menghindari dan membekali anak dari pergaulan seks bebas dan bahaya akibat dari seks bebas.

5. Kurangnya perhatian orangtua terhadap anak yang disebabkan karena kesibukan masing-masing sehingga anak tidak memperoleh pengetahuan tentang seks dari orangtua.

1.3 Fokus Masalah

Dalam upaya menjelaskan ruang lingkup permasalahan yang dihadapi, maka penulis mengemukakan fokus masalah sebagai berikut :

“Bagaimana cara memberikan informasi dan pemahaman mengenai pendidikan seks dan manfaatnya dalam pendidikan keluarga, dengan mengajak orangtua untuk menyampaikan pendidikan seks sesuai tahapan umur dan cara berbicara yang benar untuk membahas seks kepada anaknya

mengenai manfaat dan dampak buruk dari pergaulan seks bebas”.

1.4 Tujuan Perancangan

(12)

BAB II

INFORMASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS DALAM KELUARGA

2.1 Pendidikan Seks

Pendidikan Seks terdiri dari dua segi:

Pertama, pengetahuan secara biologis yang termasuk dalam pengetahuan alat-alat reproduksi perempuan dan laki-laki, proses reproduksi yaitu kehamilan dan kelahiran, serta pengetahuan dan pemahaman cara penularan PMS dan HIV/AIDS.

Kedua, pengetahuan dengan pendekatan sosial / psikologis yang membahas soal seks, perkembangan diri, soal kontrasepsi, mengenal perilaku seksual beresiko dan hak-hak manusia untuk keselamatan kita serta keputusan untuk melakukan hubungan seks. Menurut World Health Organisation (Organisasi Kesehatan Dunia) tahun 2009, Pendidikan Seks seharusnya tidak terbatas sampai pengetahuan biologis, tetapi berperan untuk melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat lewat pendidikan.

Pendidikan seks yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Oleh karena itu Pendidikan Seks sering didampingi ajaran agama, iman dan norma-norma yang ditentukan masyarakat dan mencerminkan apa yang masyarakat inginkan untuk mengajar anak-anaknya. Kebanyakan penduduk Indonesia beragama Islam, lalu Kristen, Katolik, dan Hindu-Budha.

(13)

Pendidikan Seks kepada anak di Indonesia yang sangat efektif. Fakta-fakta ini memperkuatkan kebutuhan anak untuk menerima Pendidikan Seks yang diberikan orang tuanya secara tepat merupakan informasi tentang seks sebagai pendidikan didalam keluarga.

2.1.1 Tujuan Pendidikan Seks Dalam Keluarga

Menurut Dianawati dalam bukunya Pendidikan Seks untuk Remaja (2003), tujuan pendidikan seks dalam keluarga yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada anak.

2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab).

3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi.

4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.

5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar anak dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

(14)

berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.

2.1.2 Manfaat Pendidikan Seks

Manfaat pendidikan seks dalam keluarga adalah:

1. Mendapat pandangan positif tentang informasi seks.

2. Mengetahui akibat dan bahaya tentang pergaulan bebas atau seks bebas.

3. Dapat mengetahui tindakan yang menyimpang dan dapat menghidarinya.

4. Menghindari terjadinya hal-hal negatif yang diakibatkan dari kegiatan seks bebas serta bahaya akibat seks bebas.

2.1.3 Bahaya Seks Bebas

Kenakalan seorang anak dapat disebabkan oleh pengaruh teknologi yang semakin modern dan bisa juga disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri sendiri dan faktor eksternal yang bisa berasal dari pengaruh lingkungan. Bahaya-bahaya seks bebas antara lain adalah:

1. Beberapa penyakit yang siap mendatangi seperti, herpes, HIV Aids, Raja singa, dan penyakit lainnya. Penyakit ini tentu sudah diketahui sangat membahayakan dan sampai sekarang masih belum ada obatnya.

2. Hamil di luar pernikahan akan menimbulkan permasalahan baru, apabila masih kuliah atau sekolah tentu saja orang tua akan sangat kesal. Dan akan takut untuk jujur kepada orang tua, akhirnya memutuskan untuk melakukan dosa baru yaitu aborsi ataupun bunuh diri.

(15)

4. Nama baik keluarga akan tercoreng. Keluarga akan menghadapi masalah apabila mendapatkan efek buruk dari seks bebas ini.

5. Apabila hamil dan pasangannya tidak mau bertanggung jawab. Akan banyak pikiran buruk yang akan mengganggu. Seperti ingin bunuh diri, berpikir tidak rasional yang mengakibatkan gangguan mental atau gila.

2.1.4 Menghindari Seks Bebas

Anak yang kurang diperhatikan orang tua maka tidak menutup kemungkinan si anak akan mencari kesenangan di luar rumah sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan di tambah lagi dengan adanya pengaruh dari teman sebaya yang biasa melakukan seks bebas maka tidak menutup kemungkinan anak mengikuti gaya hidup teman tersebut, untuk menunjukan eksistensi. Ada beberapa solusi untuk menghindari seks bebas, di antaranya:

1. Membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman yang memihak kepada pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera disahkan.

2. Orang tua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.

3. Kembali kepada orang tua harus mengembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif.

(16)

5. Orang tua haruslah melatih anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orang tua harus membiasakan diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang perilaku dari kedua belah pihak.

6. Ketahuilah bahwa berkenaan dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan pengembangan intelektual. Proses belajar biasa efektif dalam lingkungan yang mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-anak dihargai, potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.

7. Keteladanan orang tua juga merupakan faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orang tua yang gagal memberikan teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam kemerosotan moral dalam berperilaku.

Seks bebas yang terjadi di kalangan remaja sudah sangat meresahkan. Prilaku seks bebas itu dapat dicegah melalui keluarga, sehendaknya orang tua lebih memperhatikan anak-anaknya apalagi anak yang baru beranjak dewasa dan memberi pengertian pada anak tentang apa itu seks dan akibatnya jika seks itu dilakukan. Seks bebas itu juga dapat dicegah melalui keinginan diri sendiri, anak harus lebih memikirkan akibat sebelum berbuat paling tidak anak lebih meningkatkan lagi iman dan lebih meningkatkan keimanan pada tuhan. Pemerintah juga sangat berperan dalam usaha penanggulangan seks bebas dikalangan remaja seperti mengadakan penyuluhan di sekolah dan membuat UU khusus bagi anak-anak yang melakukan pelanggaran akan berpikir lagi sebelum berbuat pelanggaran.

2.1.5 Faktor Penyebab Seks Bebas

(17)

mendasarinya. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang melakukan seks bebas (Dianawati, 2003, 68). yaitu: 1. Orangtua

Kurangnya bimbingan dan pengawasan orang tua sudah pasti akan membuat anak menjadi liar, orang tua yang terlalu percaya kepada anak tanpa mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh anak-anaknya merupakan tindakan yang salah yang berakibat fatal bagi si anak sendiri. Bahkan bukan tidak mungkin sebenarnya orang tua sendiri yang menjerumuskan anaknya, sebagai contoh misalnya, orang tua merasa malu perkembangan psikologi anak, ketika ia mendapatkan sekali kebebasan ia lupa segalanya.

2. Lingkungan/teman

Sekuat apapun mempertahankan diri kalau lingkungan dan orang-orang terdekat tidak mendukung, bukan tidak mungkin yang akhirnya terikut dengan mereka. Contohnya seorang pecandu narkoba awalnya cuma ikut-ikutan dengan teman-temannya dan sekedar iseng, begitu juga dengan seks bebas. 3. Uang

(18)

4. Iman yang lemah

Seseorang yang tidak punya iman dihatinya sudah pasti tidak tahan dengan godaan duniawi yang memang berat, sekecil apapun godaan itu apalagi godaan berat.

5. Ketagihan

Seks sama seperti orang makan, kebutuhan mutlak setiap orang. Tetapi kalau dia tidak dikelola dengan benar akibatnya bisa kecanduan.

Berbagai perilaku seksual pada anak yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai:

a. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.

b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

c. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.

2.2 Pendidikan Seks Berdasarkan Usia

(19)

Menurut Alya Andika dalam bukunya Berbicara Seks Bersama Anak (2010), tahapan perkembangan psikoseksual yang dilalui anak terbagi menjadi lima fase yaitu sebagai berikut :

2.2.1 Fase Pragential

Fase pragential adalah saat anak belum menyadari fungsi dan perbedaan alat kelamin antara laki-laki dan perempuan. Masa ini dibagi menjadi dua, yaitu masa oral (0-2 tahun) dan masa anal (2-4 tahun).

Masa oral ditandai dengan kepuasan yang diperoleh anak melalui dareah oral atau mulut. Pada tahap ini, anak memperoleh informasi seksual melalui aktivitas mulutnya. Pada usia 0-1 tahun, bayi mendapat perasaan nikmat ketika menyusu melalui puting ibunya. Sedangkan pada usia 1-2 tahun, anak terlihat cendrung antusias memasukan apa saja yang dilihat ke dalam mulutnya. Sementara pada masa anal, kepuasan anak didapat melalui daerah anusnya. Rasa nikmat dirasakan melalui aktivitas yang menyangkut proses pembuangan. Mereka cendrung berlama-lama di kamar mandi. Anak usia 2-4 tahun juga sering menahan kencing atau buang air besar.

2.2.2 Fase Egosentris

Fase egosentris merupakan masa dimana anak-anak tak lagi bersikap pelit terhadap apa yang dimilikinya. Mereka mulai bermain bersama secara berkelompok dan mudah untuk menjalin kerja sama (7-11 tahun).

2.2.3 Fase Pra Pubertas

(20)

perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan terlihat lebih cepat dewasa dalam menanggapi perubahannya. Bahkan, tak jarang anak perempuan menganggap anak laki-laki seusianya masih bersikap seperti anak-anak (12-13 tahun).

2.2.4 Fase Puber

Fase puber memang menjadi masa yang membingungkan. Tak hanya bagi anak yang mengalaminya. Orangtua pun sering merasa kesulitan untuk menghadapi anaknya yang tengah puber. Masa peralihan anak menjadi remaja saat itu tubuh anak mulai berkembang dan berubah. Pada masa puber, terjadi berbagai perubahan bentuk tubuh, berubah dengan cepat, bahkan suarapun juga berubah. Masa ini merupakan masa perubahan paling cepat (14-15 tahun).

2.2.5 Fase Remaja

Fase remaja atau masa adolesenes adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial (16-19 tahun).

2.3 Tinjauan Buku

(21)

pernah kita temui. Buku juga sebagai sarana pertukaran pengalaman dan informasi penulis dengan pembaca. Buku-buku informasi diproduksi untuk memenuhi kebutuhan sehingga kehadiran buku informasi dapat menyampaikan pengetahuan semua hal yang ingin diketahui, baik tentang dunia, tentang ilmu pengetahuan, tentang segala sesuatu yang ada dan yang terjadi disekeliling.

Informasi merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh manusia, baik anak maupun orang dewasa. Informasi dapat berupa apa saja dan bisa datang dari mana saja, salah satunya adalah buku. Buku berisi tentang berbagai hal, peristiwa, bermacam cerita, dan apa saja yang menghadirkan informasi. Berbagai buku bacaan yang berisi hal-hal, peristiwa, atau apa saja yang menghadirkan fakta dikategorikan sebagai informasi. Bentuk buku informasi tidak harus seperti novel, biasanya lebih banyak berupa tulisan mirip cerpen.

2.3.1 Definisi Buku Media Informasi

Seperti yang tercantum pada Ensiklopedia Indonesia (1980 : 538) bahwa, Buku dalam arti luas mencangkup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukiskan atas segala macam lembaran papyrus, lontar, perkamen dan kertas dengan segala bentuknya berupa gulungan, dilubangi dan diikat atau dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, karton, dan kayu. Menurut kamus umum bahasa Indonesia edisi ketiga yang ditulis oleh W.J.S Poerwadarminta dan diolah kembali oleh pusat bahasa departemen

pendidikan nasional (2007 : 184), “bahwa buku adalah beberapa

kertas terjilid berisi tulisan untuk dibaca / halaman-halaman yang

kosong untuk ditulisi”. Sedangkan definisi media menurut kamus

umum bahasa Indonesia adalah sarana atau tempat (2007 : 515). Dan definisi informasi menurut Gordon B. Davis dalam bukunya Management Information System : Conceptual Foundations,

(22)

“informasi sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang

berguna bagi penerimanya dan nyata, berupa nilai yang dapat

dipahami didalam keputusan sekarang maupun masa depan”.

Jadi menurut data diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian buku media informasi adalah beberapa kertas terjilid yang mencangkup tulisan dan gambar sebagai tempat/sarana data penting yang sudah diolah guna memberikan dan menambah pengetahuan/wawasan yang berguna bagi penggunanya baik di masa sekarang maupun di masa depan.

2.3.2 Ciri-ciri Buku Informasi

Ciri-ciri buku informasi menurut Lukens (2003 : 280-298) meliputi beberapa aspek diantaranya yaitu :

1. Stile (Bahasa)

Secara umum bahasa dalam buku informasi haruslah memenuhi persyaratan sederhana baik kosa kata maupun strukturnya, lugas dalam kitannya dengan makna yang dimaksud, tidak berbelit, dan informatif.

2. Bentuk Narasi

Kemenarikan buku informasi dapat dilihat dari penyajian redaksional pencitraannya serta informasi fakta yang ditulis. 3. Keakuratan dan Cakupan Fakta

Bacaan informasi yang baik, seharusnya memberikan informasi secara lengkap, menyeluruh, mampu membangkitkan konsep, dan bermakna. Fakta yang dimaksud adalah sesuatu yang bersifat faktual yang kebenarannya didukung bukti empirik, logika, dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Format

(23)

5. Ilustrasi

Ilustrasi dihadirkan agar menarik perhatian bahkan dapat mendorong minat untuk membaca teks verbal yang menyertainya.

6. Unsur Didaktis (mendidik)

Bentuk penyajian dalam buku informasi aspek pelajaran atau membawa pesan ilmu wajib ada didalamnya karena melalui buku informasi dapat memperoleh berbagai informasi yang diperlukan.

2.3.3 Manfaat Buku Media Informasi

Manfaat buku informasi, Buku Informasional mampu memenuhi kebutuhan, buku informasional dapat menambah wawasan pengetahuan bahwa didalammya ada informasi yang tersaji dalam bentuk lain yang awalnya sulit dimengerti dan dipahami. Disamping manfaat yang telah diuraikan, diharapkan penggunaan buku informasi dapat membawa dampak positif pada penerima informasi terutama dalam pembelajaran.

2.3.4 Macam-macam Buku Informasi

Macam-macam buku informasi menurut Tomilson (2002) diantaranya yaitu :

2.4.1 Media Informasi Tentang Pendidikan Seks Dalam Keluarga

(24)

berupaya untuk memberi pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang pendidikan seks dengan melalui buku media informasi. Hal yang ingin disampaikan adalah adanya manfaat pendidikan seks dan cara penyampaian informasi tentang seks dalam keluarga berdasarkan usia beserta dampak kurangnya informasi tentang seks dalam pendidikan keluarga. Penulis mempunyai target keadaan yang diharapkan, keadaan awal yaitu masyarakat yang tidak mengetahui pendidikan seks akan lebih mengetahui manfaatnnya dan dampaknya agar lebih terbuka dalam membicarakan seks kepada anaknya. Sedangkan keadaan setelahnya yaitu masyarakat mengetahui informasi tentang seks sebagai pendidikan keluarga.

2.4.2 Target Audience

Sasaran yang dituju adalah masyarakat diperkotaan khususnya keluarga yang memiliki anak remaja.

Target audience/sasaran dapat ditinjau secara :

a. Geografis

Masyarakat perkotaan khususnya di kota bandung merupakan tempat utama penyebaran buku media informasi tentang informasi seks sebagai pendidikan keluarga. Target utama adalah keluarga yang memiliki anak remaja di wilayah perkotaan karena di wilayah perkotaan sangat cepat menyebarkan informasi-informasi karena seringnya berkumpul dan berkomunikasi antara satu dengan yang lain.

b. Demografis

 Primary target adalah orangtua yang memiliki anak remaja.

 Secondary target yaitu masyarakat perkotaan pada

(25)

 Status ekonomi sosial : menengah

 Tingkat pendidikan : SMA/yang setara dan Sarjana/S1

c. Psikografis

(26)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN BUKU MEDIA INFORMASI TENTANG

PENDIDIKAN SEKS DALAM KELUARGA

3.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan adalah acuan untuk memecahkan suatu masalah secara kreatif yang bertujuan untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk mencapai hasil perancangan yang dapat memecahkan masalah seks bebas terutama di kota Bandung. Dalam perancangan buku informasi, strategi pendekatan secara visual maupun verbal mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyampaian pesan yang ingin diberikan kepada target sasaran. Strategi yang akan dilakukan dalam merancang media berupa buku informasi mengenai cara penyampaian dan komunikasi yang baik dalam membicarakan masalah seks oleh orangtua kepada anaknya dalam keluarga sebagai salah satu cara pendidikan seks sejak dini berdasarkan usia anak. Maka akan dilakukan dalam beberapa hal yaitu:

3.1.1 Pendekatan Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi baik berupa tulisan, visual atupun verbal. Dalam penyampaian sebuah pesan, perlu sebuah pendekatan komunikasi tentang target sasaranya, dimana dalam pemilihan bahasa verbal yang akan dikomunikasikan mudah di mengerti oleh target, begitu pula dengan visual.

Pendekatan Verbal

(27)

Maksud dari pendekatan verbal ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat khususnya orangtua yang memiliki anak remaja tentang manfaat dan dampak dari pendidikan seks. Dengan strategi ini masyarakat khususnya orangtua dapat menerima informasi yang diberikan dan dapat menerapkan informasi yang diterimanya. Diharapkan dengan menggunakan pendekatan strategi komunikasi ini masyarakat khususnya orangtua lebih terbuka dalam membicarakan informasi tentang seks kepada anaknya.

Tujuan dari komunikasi ini agar seluruh masyarakat yang menjadi target sasaran dapat mengetahui manfaat dan dampaknya tentang informasi seks dalam pendidikan keluarga, serta meyakinkan masyarakat agar lebih terbuka dalam membicarakan informasi tentang seks kepada anaknya dengan cara penyampaian yang tepat dan benar. Adapun tujuan perancangan media informasi ini sebagai berikut :

 Dalam hal ini ingin menginformasikan bahwa adanya manfaat

dari pendidikan seks sebagai salah satu upaya penanggulangan khasus seks bebas di masyarakat.

 Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang informasi seks sebagai pendidikan keluarga kepada masyarakat mengenai cara penyampaian informasi sesuai umur secara benar dan tepat.

(28)

pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual.

Tagline:

“Bicara Seks Bersama Anak, Mengapa Tidak!!!”

Pemilihan ini adalah tujuan langsung dari informasi yang ingin disampaikan, yaitu mengajak para target sasaran yaitu orangtua untuk lebih terbuka dalam membicarakan masalah seks bersama anaknya agar anak mengerti manfaat dan dampak dari pendidikan seks.

Pendekatan Visual

Pendekatan visual pada media informasi ini akan menggunakan beberapa varian desain yang dirancang berdasarkan tema dan tagline. Gaya visual akan disesuaikan dengan target sasaran yaitu orangtua dan anaknya, sehingga pemilihan warna dan garis bernuansa dinamis dan tegas sesuai dengan gambaran target sasaran. Pemilihan gaya visual ini disesuaikan dengan target sasaran sehingga diharapkan pesan yang ingin disampaikan lebih cepat diterima oleh para orangtua sehingga orangtua dapat membicarakan pesan tersebut kepada anak dengan tepat.

(29)

3.1.2 Strategi Kreatif

Konsep strategi kreatif yang akan digunakan buku media informasi adalah perpaduan dari ilustrasi dan beberapa elemen visual yang berhubungan dengan seks dan reproduksi. Hal ini dilakukan untuk memperjelas isi pesan serta maksud dan tujuan dari pesan yang akan disampaikan. Untuk menampilkan kesan tersebut maka warna yang dipilih adalah warna yang soft sesuai dengan karakter target sasaran.

Media pendukung juga disiapkan, media yang digunakan adalah media berbentuk cetak yang dikemas dengan unsur ilustrasi yang disesuaikan dengan target sasaran dan tipografi yang juga disesuaikan. Agar kampanye ini berjalan degan lancar, dan sesuai dengan yang telah direncanakan.

3.1.3 Strategi Media

Media merupakan sarana penting bagi penyebaran informasi karena media adalah salah satu strategi dan sangat berpengaruh dalam penyampaian informasi. Media juga sebagai alat pendukung sebagai perantara dan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada target audience/sasaran.

Pada perancangan media informasi tentang pendidikan seks dalam keluarga, penulis akan melakukan pertimbangan penyebaran media, yaitu :

1. Media Utama

 Buku

(30)

rinci yang akan disampaikan kepada target audience / sasaran.

2. Media Pendukung

 Poster

Bentuk media yang dipasang pada tembok/panel. Umumnya poster terdiri dari teks dan elemen visual. Poster dirancang untuk menarik perhatian sekaligus menyampaikan informasi langsung ketempat dimana target sasaran berada.

X Banner

Flyers

3. Gimmick

Gimmick digunakan sebagai souvenir dari perancangan buku media informasi tentang seks dalam pendidikan keluarga, selain bersifat informasi pada media ini juga berfungsi untuk mengingatkan kembali dan mengajak masyarakat khususnya orangtua untuk lebih terbuka dalam membicarakan informasi tentang seks kepada anaknya. Adapun media merchandise tersebut adalah :

 Stiker

 Pembatas Buku

3.1.4 Strategi Distribusi

(31)

setempat, ini dilakukan untuk membuka jalur kemudahan dalam pendistribusian media informasi yang dibuat,

3.2 Konsep Visual

Konsep visual perancangan Buku Media Informasi tentang pendidikan seks dalam keluarga, adalah menampilkan visualisasi secara nyata dan informatif dengan menggunakan teknik ilustrasi yang berkesinambungan sesuai dengan konsep dari media utama dan elemen warna yang disesuaikan sesuai target sasaran dari informasi ini. Penggunaan ilustrasi dikarenakan orangtua agar tidak merasa canggung saat menunjukan gambar organ reproduksi kepada anaknya karena bagi sebagian orang tua merasa jorok atau porno menunjukan organ reproduksi kepada anaknya, sehingga penyampaian informasi bisa disampaikan dengan baik dan jelas.

Gaya visual yang digunakan berupa ilustrasi karikatur, mengambil referensi dari karikatur koran karena sesuai dengan target sasaran yaitu orangtua yang suka membaca koran agar saat melihat karikatur didalam koran tersebut bisa mengingat anaknya sehingga orang tua mau membaca buku informasi dan bisa menyampaikannya kepada anaknya.

(32)

Gambar III.2 Sketsa Ilustrasi pada cover buku.

Gambar III.3 Ilustrasi pada cover buku.

3.2.1 Format Desain

a. Ukuran Buku

(33)

Gambar III.5. Bentuk halaman isi buku.

Buku ini berukuran 20 cm x 20 cm. Bentuk buku ini membentuk berbentuk persegi empat. Pada bagian cover bahan yang digunakan yaitu hard cover. Dengan ukuran standar buku ini diharapkan lebih efektif untuk bisa dibawa-bawa.

b. Isi Buku

Kertas isi buku yang digunakan yaitu dengan art paper 210 gram. Pada bagian isi buku akan dijelaskan tentang informasi tentang pendidikan seks berdasarkan usia, manfaat pendidikan seks dan mengenal organ reproduksi manusia.

3.2.2 Tata Letak (layout)

(34)

Gambar III.6 Sketsa Layout Halaman

Gambar III.7 Layout Halaman

3.2.3 Tipografi

(35)

Arial

Font ini digunakan kerena tingkat keterbacaannya jelas dan formal, hal ini sesuai dengan target sasaran yaitu orang tua agar mampu menyampaikan informasi ini kepada anaknya.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

0123456789

,./;’[]()!@#$%^&*

Gambar III.8 Tipografi Yang Digunakan Sebagai Judul Buku

(36)

3.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk member penjelasan atas sesuatu maksud atau tujuan secara visual. Ilustrasi digunakan untuk memperjelas dan mempertegas pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah media. Ilustrasi yang digunakan pada perancangan buku media informasi tentang pendidikan seks dalam keluarga merupakan hasil dari stilasi gambar ekspresi orangtua ataupun anak dalam menyikapi informasi tentang seks dan organ reproduksi agar visualisai yang ingin buat tidak terlihat jorok atau porno sehingga orangtua ataupun anaknya tidak canggung dalam membicarakan masalah seksual.

Gaya visual yang digunakan berupa ilustrasi karikatur, mengambil referensi dari karikatur koran karena sesuai dengan target sasaran yaitu orangtua yang suka membaca koran agar saat melihat karikatur didalam koran tersebut bisa mengingat anaknya sehingga orang tua mau membaca buku informasi dan bisa menyampaikannya kepada anaknya.

(37)

Gambar III.10. Studi Referensi.

Gambar III.11. Sketsa Ilustrasi.

(38)

3.2.5 Warna

Warna merupakan elemen yang penting dalam sebuah rancangan visual yaitu memberi kesan yang mewakili dari sebuah layout visual. Untuk itu dalam perancangan buku tentang

pendidikan seks dalam keluarga ini digunakan warna yang relevan. Warna cyan (biru muda) dan magenta (merah muda) merupakan warna yang berlawanan sehingga membuat warna menjadi kontras.

Dalam buku ini warna yang sangat dominan adalah warna cyan dan magenta, warna tersebut digunakan karena sesuai dengan target sasaran. Di Indonesia warna tersebut sangat sesuai dengan anak-anak sehingga pemilihan warnapun disesuaikan, warna biru yang identik dengan anak laki-laki sedangkan warna magenta identik dengan anak perempuan, sehingga orangtua sebagai target sasaran merasa nyaman dalam membaca buku ini seperti merasa nyaman saat bersama anak-anaknya.

Warna yang akan diterapkan pada perancangan media informasi ini adalah:

C : 58%, M : 50%, Y : 0%, K : 0%.

Warna biru muda ini digunakan pada latar pada cover buku ini. Pemilihan warna biru yang mendominasi cover ini agar terkesan cerah. Serta digunakan pada halaman-halaman isi dikarenakan warna biru yang identik dengan anak laki-laki disesuaikan dengan materi yang disampaikan yang terkesan lebih segar dan terlihat ceria seperti anak-anak sehingga orangtua sebagai target sasaran merasa nyaman dalam membaca buku ini seperti merasa nyaman saat bersama anak-anaknya.

(39)

C : 9.39%, M : 92.56%, Y : 8.23%, K : 0%.

(40)

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

1.1 Media Utama

Buku

Buku adalah sarana pengetahuan yang digunakan untuk mencerdaskan bangsa yang berisikan informasi-informasi valid dan dapat dipertanggung jawabkan isinya. Media buku digunakan sebagai media utama karena buku menjabarkan informasi secara lebih rinci yang akan disampaikan kepada target audiens. Adapun warna buku Bicara Seks Bersama Anak Mengapa Tidak!!! adalah dominasi warna magenta dan warna biru kesan ceria, dan kekeluargaan. Sedangkan konsep visual yang digunakan adalah menampilkan visualisasi secara nyata dan informatif dengan menggunakan teknik ilustrasi yang berkesinambungan sesuai dengan konsep dari media utama dan elemen warna yang disesuaikan sesuai target sasaran dari informasi ini. Penggunaan ilustrasi dikarenakan orangtua agar tidak merasa canggung saat menunjukan gambar organ reproduksi kepada anaknya karena bagi sebagian orang tua merasa jorok atau porno menunjukan organ reproduksi kepada anaknya, sehingga penyampaian informasi bisa disampaikan dengan baik dan jelas.

(41)

Gambar IV.2 Isi Buku.

Gambar Isi Buku (Halaman 1-2).

(42)

Gambar Isi Buku (Halaman 5-6).

Gambar Isi Buku (Halaman 7-8).

(43)

Gambar Isi Buku (Halaman 11-12).

Gambar Isi Buku (Halaman 13-14).

(44)

Gambar Isi Buku (Halaman 17-18).

Gambar Isi Buku (Halaman 19-20).

(45)

Gambar Isi Buku (Halaman 23-24).

Gambar Isi Buku (Halaman 25-26).

(46)

Gambar Isi Buku (Halaman 29-30).

Gambar Isi Buku (Halaman 31-32).

(47)

Gambar Isi Buku (Halaman 35-36).

Gambar Isi Buku (Halaman 37-38).

(48)

Gambar Isi Buku (Halaman 41-42).

Gambar Isi Buku (Halaman 43-44).

(49)

Gambar Isi Buku (Halaman 47-48).

Gambar Isi Buku (Halaman 49-50).

 Media : Buku

 Material : Art Paper 200 gr

 Ukuran : (20 cm x 20 cm)

 Teknis Produksi : Cetak offset

1.2 Media Pendukung

1.2.1 Poster

(50)

ditampilkan secara rinci, namun hanya memberikan informasi tentang meluangkan waktu untuk bicara seks bersama anak sejak dini. Desain warna poster luangkan waktu sejenak berbicara seks bersama anak adalah dengan dominasi warna magenta dan biru yang memiliki kesan lembut dan kekeluargaan. Sedangkan konsep visual yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik ilustrasi yang berkesinambungan sesuai dengan konsep dari media utama dan elemen warna yang disesuaikan sesuai target sasaran dari informasi ini. Ilustrasi yang terdapat pada poster adalah ilustrasi suasana keluarga yang sedang berbincang dengan santai didalam mobil yang sedang membicarakan pendidikan seks diwaktu luang agar pesan yang disampaikan dapat mudah dimengerti oleh target sasaran serta dapat membangkitkan kesadaran orang tua untuk membicarakan seks dimanapun saat berkumpul bersama keluarga.

Gambar IV.3 Poster.

 Media : Poster

 Material : Art Paper 200 gr

 Ukuran : A2 (42 cm x 59.4 cm)

(51)

1.2.2 X-Banner

Sama halnya dengan media poster, x-banner digunakan sebagai media pendukung dan penempatan x-banner hanya dilokasi-lokasi tertentu terutama pada instansi pemerintah yang mendukung. Desain warna x-banner didominasi warna magenta dan biru yang memiliki kesan lembut dan kekeluargaan. Sedangkan konsep visual yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik ilustrasi yang berkesinambungan sesuai dengan konsep dari media utama dan elemen warna yang disesuaikan sesuai target sasaran dari informasi ini. Ilustrasi yang terdapat pada x-banner adalah ilustrasi suasana keluarga yang sedang berbincang dengan santai didalam mobil yang sedang membicarakan pendidikan seks diwaktu luang agar pesan yang disampaikan dapat mudah dimengerti oleh target sasaran serta dapat membangkitkan kesadaran orang tua untuk membicarakan seks dimanapun saat berkumpul bersama keluarga.

(52)

 Media : X-Banner

 Material : Frontile

 Ukuran : 120 cm x 60 cm

 Teknis Produksi : Digital Printing

1.2.3 Flyers

Flyers digunakan sebagai media pendukung untuk

memberikan informasi tentang manfaat pendidikan seks dalam keluarga kepada khalayak yang lebih luas terutama masyarakat yang berdomisili dikota Bandung. Cara penyampaian flyers dengan dibagi-bagikan kepada masyarakat. Desain warna flyers didominasi warna magenta dan biru yang memiliki kesan lembut dan kekeluargaan. Sedangkan konsep visual yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik ilustrasi yang berkesinambungan sesuai dengan konsep dari media utama dan elemen warna yang disesuaikan sesuai target sasaran dari informasi ini. Ilustrasi yang terdapat pada flyers adalah ilustrasi suasana keluarga yang sedang berbincang dengan santai didalam mobil yang sedang membicarakan pendidikan seks diwaktu luang agar pesan yang disampaikan dapat mudah dimengerti oleh target sasaran serta dapat membangkitkan kesadaran orang tua untuk membicarakan seks dimanapun saat berkumpul bersama keluarga.

(53)

 Media : Flyers

 Material : Art Paper 150 gr

 Ukuran : A5 (14,85 cm x 21cm)

 Teknis Produksi : Cetak Offset

1.3 Gimmick

1.3.1 Stiker

Stiker digunakan sebagai media gimmick/merchandise yang bisa ditempelkan pada kaca mobil, kaca rumah maupun pintu rumah karena fungsi stiker bisa menyesuaikan tergantung dimana akan ditempelkannya. Desain warna pada stiker didominasi warna magenta dan biru yang memiliki kesan lembut dan kekeluargaan. Ilustrasi pada stiker adalah ilustrasi suasana keluarga yang sedang berbincang dengan santai didalam mobil yang sedang membicarakan pendidikan seks diwaktu luang agar pesan yang disampaikan dapat mudah dimengerti oleh target sasaran serta dapat membangkitkan kesadaran orang tua untuk membicarakan seks dimanapun saat berkumpul bersama keluarga.

(54)

 Media : Stiker

 Material : Glossy Stiker + laminasi

 Ukuran : 10 cm x 20 cm

 Teknis Produksi : Cetak Offset

1.3.2 Pembatas Buku

Pembatas buku digunakan sebagai media gimmick yang berfungsi untuk memudahkan pembaca buku untuk menandai bacaannya yang sudah dibaca. Desain warna pada pembatas buku didominasi warna magenta dan biru.

Gambar IV.7 Pembatas Buku

 Media : Pembatas Buku

 Material : Art Paper 200 gr

 Ukuran : 4 cm x 16 cm

Gambar

Gambar III.6 Sketsa Layout Halaman
Gambar III.8 Tipografi Yang Digunakan Sebagai Judul Buku
Gambar III.10. Studi Referensi.

Referensi

Dokumen terkait

Penelusuran pengujian RT-PCR pada organ kuning telur dengan 3 macam primer, dilakukan pada 13 sampel negatif AI pada paru-paru dan trakhea yang telah diuji dengan primer

Bagian ketiga menjelaskan pentingnya keterampilan proses sains (science process skill) dalam mendesain kegiatan pembelajaran. Hakikat IPA sebagai proses terimplementasi

Kantor Satuan Polisi Pamong Praja mengalami perubahan kelembagaan menjadi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tabanan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan

Hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,49 persen lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang

Transfer depo yang diharapkan dapat mempercepat pengangkutan sampah, ternyata sebagian masih berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah sementara (TPS) karena waktu

1) Anti Depresiva, yaitu obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat menghilangkan atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yang tidak disebabkan oleh

Aplikasi dosis Control Release Fertilizer 3 butir per lubang tanam menunjukkan pertumbuhan dan kualitas benih tebu lebih unggul terhadap berbagai parameter tanaman

Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan tahun 2009 dan 2011 (seperti yang divisualisasikan pada Gambar 2 dan 3), selanjutnya dapat dihitung luas tutupan lahan