• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN DAN PENDAPATAN

USAHATANI MANGGIS KELOMPOK TANI KARYA

MEKAR DI DESA KARACAK LEUWILIANG

AHMAD SOPIAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Ahmad Sopian

(4)

ABSTRAK

AHMAD SOPIAN. Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang. Dibimbing oleh SUHARNO.

Kelompok tani merupakan salah satu kelembagaan agribisnis yang berada di wilayah pedesaan. Kelembagaan ini diharapkan berperan penting dalam setiap kegiatan usahatani. Namun, masih banyak kelompok tani yang tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja Kelompok Tani Karya Mekar dan pengaruh kelembagaan tersebut terhadap keberhasilan usahatani manggis petani anggota di Desa Karacak Leuwiliang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kelompok Tani Karya Mekar belum berjalan dengan optimal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan semestinya seperti mengenai keberadaan pasar dan perkreditan pada kelompok tani yang belum berfungsi dengan baik. Kelompok Tani Karya Mekar juga berperan dalam keberhasilan usahatani anggotanya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pendapatan usahatani dan R/C rasio petani kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan petani non kelompok.

Kata kunci: Karya Mekar, kelembagaan, kelompok tani, Leuwiliang

ABSTRACT

AHMAD SOPIAN. Analysis of Institutional Performance and Mangosteen Farming Income on Karya Mekar Farmers Group at Karacak Village, Leuwiliang. Supervised by SUHARNO.

Farmer’s group is one of agribusiness institution, which is located in the region of the countryside. This institution is expected plays an important role in every farming activity. However, there are still many farmers groups that do not run according to the function. This research aims at analysing the performance of the Karya Mekar Farmers Group and the influence of the institution against the success of mangosteen farming on farmer members in Karacak Village Leuwiliang. The result of this research showed that Karya Mekar Farmers Group had not been running optimally yet. This because there were things that didn’t suit well such as things that related to market existence and credit system on farmers’ group that didn’t work well yet. Karya Mekar Farmers Group also played the role in the success of farming on its members. This could be seen from the result of farming income and the R/C ratio which higher than non-group farmers.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN DAN PENDAPATAN

USAHATANI MANGGIS KELOMPOK TANI KARYA

MEKAR DI DESA KARACAK LEUWILIANG

AHMAD SOPIAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang

Nama : Ahmad Sopian NIM : H34100042

Disetujui oleh

Dr Ir Suharno, M Adev Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, M Si Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah kelembagaan agribisnis, dengan judul Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno M, ADev selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan, teman-teman AGB 47 teristimewa kepada anak kontrakan Taman Dramaga Permai yang telah banyak membantu penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bakri dari Kelompok Tani Karya Mekar yang telah membantu selama pengumpulan data.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ingin sampaikan kepada Bidik Misi IPB yang telah membantu kami dalam mengejar cita-cita kami. Terimakasih telah memberikan harapan kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan studi kami. Hal ini menjadikan kami lebih mencintai negeri ini, tanah ini, air ini, Republik Indonesia. Semoga kami dapat mengubah negeri ini menjadi negeri yang bermatabat, negeri yang makmur, dan negeri yang senantiasa memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Teoritis 8

Kerangka Operasional 12

METODE PENELITIAN 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Jenis Data dan Sumber Data 13

Metode Pengambilan Contoh 14

Metode Pengolahan dan Analisis Data 14

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Struktur Organisasi dan Infrastruktur Kelembagaan Kelompok Tani Karya

Mekar 20

Kinerja Kelompok Tani Karya Mekar 27

Pendapatan Usahatani Manggis 39

SIMPULAN DAN SARAN 46

Simpulan 46

Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 49

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

1 Produksi manggis di Kabupaten Bogor tahun 2011 2

2 Analisis pendapatan usahatani 15

3 Produktivitas pohon manggis Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

tahun 2011 17

4 Sebaran petani responden menurut luas lahan di Desa Karacak tahun 2014 19 5 Sebaran petani responden menurut tingkat pendidikan di Desa Karacak tahun

2014 20

6 Aturan informal Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak 26 7 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai syarat

awal menjadi anggota 30

8 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai jarak

antara petani dengan kelompok tani 31

9 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai penjualan

hasil panen 31

10 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai

penyediaan input produksi 32

11 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai bimbingan

dan penyuluhan 33

12 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai bantuan

pinjaman modal 34

13 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai sarana

pengangkutan hasil panen oleh kelompok tani 34

14 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai susunan

kepengurusan kelompok tani 35

15 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai uraian

kerja pengurus kelompok tani 36

16 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai evaluasi

tugas dan wewenang pengurus 36

17 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai pergantian

kepengurusan kelompok tani 37

18 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai aturan

formal dan informal 37

19 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai

kesempatan untuk mengemukakan pendapat 38

20 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai diskusi antar anggota dalam memecahkan suatu permasalahan 39 21 Struktur biaya usahatani petani kelompok dan petani non kelompok Desa

Karacak tahun 2014 41

22 Biaya penyusutan peralatan pertanian petani manggis di Desa Karacak

tahun 2014 44

(12)

DAFTAR GAMBAR

1 Sistem agribisnis 9

2 Kerangka operasional 13

3 Sebaran usia petani manggis Desa Karacak 18

4 Struktur organisasi Kelompok Tani Karya Mekar 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi 49

2 Analisis pendapatan usahatani manggis petani Kelompok Tani Karya

Mekar tahun 2014 50

3 Analisis pendapatan usahatani manggis petani non kelompok tahun

2014 51

4 Daftar petani responden Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak

tahun 2014 52

5 Daftar petani responden non kelompok Desa Karacak Leuwiliang 53 6 Daftar luas lahan dan produksi manggis petani non kelompok Desa

Karacak tahun 2014 53

7 Daftar luas lahan dan produksi manggis Kelompok Tani Karya Mekar

Desa Karacak tahun 2014 54

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian pada era globalisasi ini memiliki peranan yang sangat penting mengingat setiap manusia sangat membutuhkan pangan setiap harinya. Pangan merupakan salah satu jenis kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk dapat hidup dan sumber energi untuk manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Pertanian juga merupakan sektor unggulan yang dituntut dapat memainkan perannya secara optimal yang diharapkan dapat menjadi basis pertumbuhan ekonomi negara.

Pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian secara keseluruhan. Pada tahun 2012, sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 14-15 persen dan menyerap tenaga kerja sebesar 38.88-41.20 juta jiwa. Oleh karena itu, membangun pertanian yang berkelanjutan menjadi dasar untuk dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Indonesia dengan segala kekayaan alam yang dimilikinya masih meninggalkan problematika terutama mengenai masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan ini selalu muncul menjadi masalah utama yang terdapat di Indonesia. Sebagian besar penduduk miskin berada di daerah pedesaan yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat menurut Badan Pusat Statistika mencapai 1.75 juta jiwa. Hingga saat ini, petani-petani di Indonesia masih terjebak dalam rendahnya pendapatan yang berdampak pada kehidupan sehari-hari hingga produktivitas yang rendah.

Menurut Pranadji (2003), pada masyarakat pertanian pedesaan terdapat hampir segala bentuk keterbelakangan, seperti kemiskinan atau kurang makan, rendahnya tingkat pendidikan, buruknya prasarana jalan dan fasilitas umum yang tersedia, lemahnya penguasaan teknologi, pelayanan permodalan, rendahnya kualitas dan harga produk pertanian yang diterima petani, dan sedikitnya pendapatan tunai. Dilihat dari sudut pandang sosiologi (ekonomi), krisis ekonomi ini disebabkan oleh lemahnya kelembagaan yang menopang sendi-sendi kehidupan masyarakat pedesaan. Secara teoritis beberapa elemen kelembagaan yang diperkirakan berpengaruh besar terhadap kemajuan masyarakat pedesaan yaitu tata nilai masyarakat, kompetensi manusia (individual maupun kolektif), manajemen dan keorganisasian masyarakat, hukum, kepemimpinan, dan sistem penyelenggaraan pemerintahan setempat.

(14)

2

masyarakat dibiarkan rapuh, maka tidak akan ada peluang bagi masyarakat tersebut memajukan atau memandirikan perekonomiannya.

Salah satu kelembagaan yang berada di wilayah pedesaan yaitu kelompok tani. Kelembagaan petani seperti kelompok tani merupakan unsur yang sangat penting dalam pengembangan sistem agribisnis di wilayah pedesaan. Adanya kelembagaan petani di pedesaan dapat meningkatkan efisiensi produksi, serta mengefektifkan kegiatan-kegiatan yang menunjang pengembangan sistem agribisnis di wilayah tersebut. Kelembagaan petani, seperti kelompok tani atau gabungan kelompok tani, diharapkan mampu memajukan perekonomian suatu masyarakat pedesaan, khususnya petani.

Kelompok Tani Karya Mekar merupakan salah satu kelembagaan yang berada di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Salah satu komoditas pertanian unggulan dari petani di Leuwiliang yaitu manggis. Kelompok Tani Karya Mekar memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani manggis anggotanya, diantaranya pengadaan input produksi hingga kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Mengingat betapa pentingnya peran kelompok tani bagi setiap kegiatan usahatani manggis anggota, maka kinerja kelompok tani perlu ditelaah lebih lanjut.

Pada tahun 2011, Kecamatan Leuwiliang dengan jumlah tanaman akhir 31 756 pohon menghasilkan manggis sebanyak 4 491 kuintal. Menurut Badan Pusat Statistika Kabupaten Bogor, Desa Karacak merupakan desa penghasil manggis terbesar di Kecamatan Leuwiliang dengan produksi mencapai 30 persen dari total produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang.

Tabel 1 Produksi manggis di Kabupaten Bogor tahun 2011 Kecamatan Produksi

(Kuintal)

Jumlah Tanaman Akhir (Pohon)

Kontribusi (%)

Leuwisadeng 7.550 46.200 28,89

Jasinga 5.232 31.750 20,02

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (diolah), 2012

(15)

3 Kegiatan usahatani manggis petani tidak terlepas dari peran kelompok tani. Salah satu peran kelompok tani yaitu membantu petani dalam kegiatan budidaya manggis. Melalui kelompok tani, petani dapat menambah wawasan tentang bagaimana budidaya manggis yang baik dan benar, seperti pengaturan jarak tanam pembuatan teras, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, hingga cara pengendalian hama dan penyakit. Dengan menerapkan hal tersebut petani dapat meningkatkan produktivitas manggis. Petani manggis di Desa Karacak belum sepenuhnya menerapkan cara budidaya manggis yang baik dan benar. Hal ini dikarenakan peran kelompok tani yang belum berjalan dengan optimal.

Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan formal yang berdiri sejak tahun 1984. Kelompok Tani Karya Mekar berperan dalam berbagai kegiatan usahatani hingga kegiatan pemasaran hasil produksi petani. Namun, saat ini peran kelompok tani tersebut hampir tidak dirasakan oleh para petani yang bergabung dengan kelompok tani. Petani anggota tidak menjual hasil produksi manggis kepada kelompok tani, melainkan kepada pedagang pengumpul atau biasa disebut dengan tengkulak. Pada tahun 2014 ini tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani. Penyuluhan yang dilakukan hampir setiap bulan pada tahun 2013, sekarang ini tidak terdapat penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok tani.

Oleh karena itu, penelitian mengenai kinerja kelembagaan petani seperti kelompok tani perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kinerja kelompok tani terhadap kegiatan usahatani petani anggotanya. Penelitian ini bermaksud menganalisis bagaimana kinerja kelembagaan petani Kelompok Tani Karya Mekar dan peran kelembagaan tersebut terhadap pendapatan usahatani petani di Desa Karacak Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah

Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi manggis terbesar di wilayah Jawa Barat. Pada tahun 2010 produksi manggis di Kabupaten Bogor mencapai 3 766 ton. Jumlah produksi tersebut menempatkan Kabupaten Bogor menjadi wilayah kedua terbesar penghasil manggis setelah Tasikmalaya di wilayah Jawa Barat.

(16)

4

merupakan kelembagaan formal yang berdiri sejak tahun 1984. Kelompok Tani Karya Mekar hingga saat ini telah berumur 30 tahun, namun selama perjalanan itu Kelompok Tani Karya Mekar belum mampu berperan penuh dalam setiap kegiatan petani, mulai dari usahatani manggis hingga pemasaran hasil produksi manggis kelompok anggota. Selama ini Kelompok Tani Karya Mekar hanya membantu petani anggota dalam kegiatan usahatani saja. Bahkan pada Januari hingga Maret tahun 2014 ini belum ada kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok tani. Hasil produksi manggis petani anggota dijual kepada pedagang pengumpul atau tengkulak. Alhasil petani menjadi price taker dan tidak mempunyai posisi tawar yang tinggi. Hal ini juga menyebabkan harga yang diterima petani anggota sama dengan harga yang diterima oleh petani non anggota.

Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana peran kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar dalam mencapai keberhasilan usahatani manggis di Desa Karacak Leuwiliang Kabupaten Bogor ?

2. Bagaimana kinerja kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak Leuwiliang Kabupaten Bogor ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi peran kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar dalam mencapai keberhasilan usahatani manggis Desa Karacak Leuwiliang Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis kinerja kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak Leuwiliang Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang tertulis diatas; 2. Petani dapat mengefisienkan kegiatan usahatani melalui peran kelembagaan

pertanian, khususnya peran kelompok tani, sehingga petani dapat meningkatkan produksi manggis;

(17)

5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini meliputi mekanisme pelaksanaan dan kinerja kelembagaan pertanian, khususnya Kelompok Tani Karya Mekar terhadap kegiatan usahatani manggis yang berada di Desa Karacak Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

Kelembagaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lembaga merupakan pola perilaku manusia yang mapan yang terdiri atas interaksi sosial berstruktur dalam suatu kerangka nilai yang relevan, sedangkan kelembagaan merupakan perihal yang bersifat lembaga. Kelembagaan dapat berupa adat istiadat, tradisi, aturan-aturan atau hukum formal yang mengatur hubungan antar individu dalam suatu masyarakat terhadap sumberdaya. Kelembagaan mengatur siapa yang dapat dan tidak dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Kelembagaan jika dilihat dari sisi individu merupakan suatu kesempatan bagi individu dalam membuat keputusan dan melaksanakan aktivitasnya.

Kelembagaan lahir atas dasar kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya kesamaan kepentingan yang menyebabkan adanya kerjasama untuk mencapai tujuan dan memenuhi kepentingan bersama (Saptana 2006). Kelembagaan memiliki dua fungsi, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Fungsi internal menempatkan kelembagaan sebagai dasar anggotanya dalam bertindak, sedangkan fungsi eksternal menerangkan bagimana hubungan atau interaksi dengan pihak luar.

Menurut Septian (2010), dalam judul Peran Kelembagaan Kelompok Tani terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ganyong Di Desa Sindanglaya, adanya kelompok tani pada usahatani ganyong memiliki pengaruh positif kepada petani anggotanya. Tingkat pendapatan petani yang tergabung dalam kelompok tani lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani yang bukan anggota kelompok. Hal ini dapat dilihat pada pendapatan atas biaya tunai dan biaya total per hektar petani anggota yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani bukan anggota. Pendapatan atas biaya tunai untuk petani anggota adalah sebesar Rp 5 847 027 dan petani bukan anggota sebesar Rp 3 432 027. Pendapatan atas biaya total untuk petani anggota sebesar Rp 5 527 079 dan untuk petani bukan anggota sebesar Rp 1 429 479.

Septian juga menerangkan bahwa keberadaan kelompok tani di Desa Sindanglaya memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kinerja kelompok tani tersebut yang dianalisis dengan menggunakan skala

(18)

6

Penelitian Septian juga menggambarkan bagaimana kegiatan usahatani yang dilakukan petani. Dilihat dari hasil penelitian, kegiatan usahatani ganyong tersebut menguntungkan. Usahatani dianalisis dengan menggunakan R/C rasio. Hasil analisis R/C rasio kegiatan usahatani ganyong Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri diperoleh 1.93 untuk R/C rasio atas biaya tunai dan 1.30 untuk R/C rasio atas biaya total. Hasil analisis tersebut menunjukkan angka R/C lebih dari satu, artinya usahatani ganyong yang dilakukan petani ganyong di Desa Sindanglaya menguntungkan. Hasil analisis ini menggambarkan bahwa kelompok tani berpengaruh positif terhadap kegiatan usahatani petani.

Adina (2012) melakukan penelitian mengenai kualitas kelembagaan dan persepsi anggota terhadap peran gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Desa Banyuroto Kabupaten Magelang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, gapoktan Desa Banyuroto merupakan kelembagaan petani formal yang memiliki struktur dan infrastruktur (aturan main) kelembagaan yang sudah baik. Kelembagaan tersebut mampu mendorong motivasi dan partisipasi petani untuk terus menjaga semangat pertanian selaras dengan perkembangan dan inovasi teknologi pertanian serta menyelesaikan permasalahan yang ada secara bersama-sama. Adanya gapoktan ini juga berdampak pada peningkatan kemandirian petani secara teknik bertanam, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian stroberi.

Pendapatan Usahatani

Dalimunthe (2008) melakukan penelitian mengenai usahatani nenas dengan standard operational procedure (SOP) di Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Menurut Dalimunthe penerapan SOP yang telah ditentukan Dirjen Holtikultura diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil produksi pertanian. Nilai imbangan penerimaan dan pengeluaran atau R/C rasio tunai untuk analisis usahatani nenas yaitu sebesar 12.97 dan 1.57 untuk nilai imbangan total. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan usahatani nenas tersebut layak untuk diusahakan. Selain itu pendapatan petani atas biaya tunai sebesar Rp 22 635 500 dan pendapatan atas biaya total yaitu sebesar Rp 36 400 500.

Feni (2009) melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani padi pandan wangi dan varietas unggul di Kabupaten Cianjur. Pada penelitian tersebut Feni menjelaskan terdapat perbedaan produksi antara penggunaan padi pandan wangi dan varietas unggul yang digunakan petani di Kabupaten Cianjur. Tingkat produksi rata-rata pandan wangi sebesar 11 702.40 kg per hektar per tahun, sedangkan varietas unggul baru mencapai 16 042.79 kg per hektar per tahun. Namun, tingkat biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi pandan wangi lebih rendah dibandingkan dengan biaya usahatani varietas unggul. Hal ini disebabkan oleh opportunity cost atas lahan milik pribadi pada usahatani padi pandan wangi memiliki proporsi yang lebih besar dalam komponen biaya diperhitungkan.

(19)

7 Jika dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio) atas biaya tunai dan biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani kedua varietas tersebut layak untuk diusahakan atau bisa disebut menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan R/C rasio yang mencapai lebih dari 1. R/C rasio lebih dari 1 artinya setiap tambahan biaya yang akan dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya atau dapat dikatakan bahwa usahatani yang dijalankan menguntungkan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai dan atas biaya total usahatani varietas pandan wangi lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani varietas unggul, yaitu masing-masing untuk varietas pandan wangi 4.78 dan 2.69, sedangkan pada usahatani varietas unggul baru yaitu 3.40 dan 2.29.

Mochammad (2009) melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani jambu biji Primatani di Kota Depok Jawa Barat. Pada penelitian tersebut Mochammad menjelaskan bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total per pohon yang diterima dalam usahatani jambu biji Primatani pada tahun 2008 lebih besar dibandingkan usahatani jambu biji Non-Primatani.

Pendapatan atas biaya tunai per pohon pada tahun 2008 pada kedua wilayah untuk tanaman jambu biji tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total pada kedua wilayah tersebut. Pendapatan atas biaya tunai dan biaya total pada Primatani yaitu Rp 379 384 460 dan Rp 317 833 326.67, sedangkan pada Non-Primatani yaitu Rp 308 963 752 dan Rp 262 177 418.67. Hal ini dikarenakan tingginya biaya diperhitungkan sehingga biaya total yang dikeluarkan petani menjadi tinggi.

Jika dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio) atas biaya tunai dan biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu biji Primatani dan Non-Primatani menguntungkan atau layak untuk diusahakan. Hasil perhitungan R/C rasio tersebut didapatkan bahwa R/C rasio Primatani lebih kecil dibandingkan dengan Non-Primatani. R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total pada Primatani yaitu 2.27 dan 1.88, sedangkan pada Non-Primatani yaitu 2.56 dan 2.07. Hal ini dikarenakan biaya dalam pendistribusian teknologi yang masih sangat tinggi. Selain itu, penggunaan pestisida pada daerah Primatani lebih banyak dibandingkan dengan daerah Non-Primatani.

(20)

8

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Teoritis

Pengertian Kelembagaan

Menurut Arifin (2005), kelembagaan adalah kegiatan kolektif dalam suatu kontrol atau yurisdiksi, pembebasan atau liberalisasi, dan perluasan atau ekspansi kegiatan individu. Menurut Uphoff (1992) dan Fowler (1992), kelembagaan adalah “a complex of norm and behavior that persist overtime by serving some

socially valued purpose”. Menurut Bromley (1989) dalam Arifin (2005), kelembagaan dapat digambarkan sebagai serangkaian hubungan keteraturan (ordered relationships) antara beberapa orang yang menentukan hak, kewajiban, kewajiban menghargai hak orang lain (privilege), dan tanggung jawab mereka dalam masyarakat atau kelembagaan. Dengan kata lain kelembagaan menentukan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak. Kelembagaan mengatur bagaimana seseorang atau sekelompok orang harus dan tidak harus serta dapat dan tidak dapat mengerjakan sesuatu.

Arifin (2005) mengatakan bahwa definisi kelembagaan mencakup dua demarkasi penting, yaitu norma dan konvensi (norms and conventions), serta aturan main (rules of the game). Kelembagaan dapat ditulis dan ditegakkan oleh aparat pemerintah dan dapat juga tidak ditulis secara formal seperti aturan adat dan norma yang berlaku di masyarakat.

Kata kelembagaan merujuk kepada sesuatu yang bersifat mantap yang hidup didalam masyarakat (Koentjaraningrat 1997). Kelembagaan adalah suatu pemantapan perilaku yang hidup pada suatu kelompok orang. Kelembagaan merupakan sesuatu yang stabil, mantap, dan berpola, brfungsi untuk tujuan-tujuan tertentu dalam masyarakat, ditemukan dalam sistem sosial tradisional dan modern atau bisa berbentuk tradisional dan modern, dan berfungsi untuk mengefisiensikan kehidupan sosial.

Tedapat dua jenis pengertian kelembagaan, yaitu kelembagaan sebagai aturan main dan kelembagaan sebagai organisasi. North (1994) dalam Arifin (2005) menganalogikan kelembagaan sebagai aturan main dalam suatu permainan atau olahraga dan organisasi adalah kumpulan pemain yang seharusnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memenangkan pertandingan.

Ruang lingkup kelembagaan dapat dibatasi pada hal-hal berikut (Arifin 2005) :

1. Kelembagaan adalah kreasi manusia (human creations). Hasil akhir dari upaya atau kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar merupakan salah satu bagian penting dari kelembagaan.

2. Kumpulan individu (group of individuals). Kelembagaan hanya berlaku pada sekelompok individu, atau minimal dua orang. Kelembagaan diputuskan secara bersama-sama, bukan secara perorangan.

3. Dimensi waktu (time dimensions). Kelembagaan dapat diaplikasikan pada situasi yang berulang (repeated situations) dalam suatu dimensi waktu. 4. Dimensi tempat (place dimensions). Suatu lingkungan fisik merupakan

(21)

9 berperan penting dalam pembentukan suatu struktur kelembagaan. Penyusunan kelembagaan juga dapat berperan penting pada perubahan kondisi fisik. Hal ini disebut juga dengan hubungan timbal balik ( feed-back relationships).

5. Aturan main dan norma (rules and norms). Kelembagaan ditentukan oleh konfigurasi aturan main dan norma yang telah dirumuskan oleh suatu kelompok masyarakat.

6. Pemantauan dan penegakan hukum (monitoring and enforcement). Aturan main dan norma harus dipantau dan ditegakkan oleh suatu badan yang kompeten atau oleh masyarakat secara internal pada tingkat individu. 7. Hierarki dan jaringan (nested levels and institutions). Kelembagaan

merupakan bagian dari hierarki dan jaringan atau sistem kelembagaan yang lebih kompleks.

8. Konsekuensi kelembagaan (consequences of institutions). Kelembagaan dapat meningkatkan rutinitas, keteraturan, atau tindakan manusia yang tidak memerlukan pilihan lengkap dan sempurna, namun mempengaruhi tingkah laku individual melalui sistem insentif dan disinsentif. Kelembagaan juga memiliki pengaruh bagi terciptanya suatu pola interaksi yang stabil yang diinternalisasi oleh setiap individu.

Kelembagaan Petani

Sistem agribisnis merupakan kegiatan pertanian yang mencakup penyediaan sistem produksi, usahatani, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian. Saragih (2010) menggolongkan sistem agribisnis kedalam beberapa subsistem, meliputi subsistem hulu (upstream agribusiness), subsistem usahatani (on-farm agribusiness), subsistem hilir (downstream agribusiness) yang terdiri dari pengolahan dan pemasaran, serta subsistem penunjang.

Gambar 1 Sistem Agribisnis (Saragih 2010)

(22)

10

penunjang yang sangat penting, kelompok tani seharusnya memiliki fungsi mendukung kegiatan pertanian yang terdapat disuatu wilayah pedesaan.

Kelembagaan petani memiliki peran dalam menggerakkan tindak komunal. Suatu lembaga struktur umumnya memiliki potensi kolektif yang berasal dari para anggotanya. Memahami dan memanfaatkan secara tepat sifat-sifat komunal dan

social capital lain akan memberikan dampak yang diharapkan (Syahyuti 2007). Selain itu, kelembagaan diperlukan untuk mengkoordinasikan semua potensi sumberdaya yang tersedia menjadi suatu kesatuan dan dapat menciptakan posisi tawar untuk menghadapi sistem perekonomian yang tidak mendukung sebagian besar anggota masyarakat, termasuk petani. Kelembagaan petani menjadi semakin penting dengan fungsinya untuk meningkatkan posisi tawar para petani sehingga memiliki daya saing yang tinggi.

Salah satu kelembagaan petani adalah kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Menurut peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang pembinaan kelembagaan petani, kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Sedangkan gabungan kelompok tani adalah gabungan beberapa kelompok tani yang ada dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif.

Gapoktan memnpunyai berbagai fungsi, diantaranya sebagai unit usaha jasa produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga), sebagai unit usaha jasa penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih bersertifikat, pestisida, dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya, sebagai unit usaha jasa penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau pinjaman kepada petani yang memerlukan, sebagai unit usaha jasa proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan, dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah, serta sebagai unit jasa menyelenggarakan perdagangan, memasarkan atau menjual produk petani kepada pedagang atau industri hilir.

Gapoktan atau poktan menjadi lembaga penghubung antara petani desa dengan lembaga-lembaga lainnya. Gapoktan atau poktan ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan permodalan pertanian, sarana produksi pertanian, pemasaran produk pertanian, dan mampu menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani.

Kinerja Kelembagaan Petani

(23)

11 kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok.

Kinerja kelembagaan petani (poktan atau gapoktan) dapat dilihat dari peran dan kontribusi kelembagaan petani tersebut dalam kegiatan usahatani petani anggotanya maupun dalam kegiatan lain yang berhubungan dengan petani. Menurut Mosher (1974) dalam Soekartawi (2002) terdapat tiga syarat pokok yang harus ada yang dikategorikan sebagai aspek kelembagaan dalam Struktur Pedesaan Maju, yaitu adanya pasar, adanya pelayanan penyuluhan, serta adanya lembaga perkreditan. Tiga syarat tersebut dapat menunjukkan bagaimana kinerja kelembagaan yang ada. Selain itu, kinerja kelembagaan petani yang baik dapat menciptakan kemandirian petani, kesejahteraan petani, dan pertanian yang berkelanjutan.

Kemandirian merupakan kemampuan mengakomodasikan sifat-sifat baik manusia untuk ditampilkan didalam sikap dan perilaku yang tepat berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh seorang individu. Kesiapan petani dalam menghadapi era globalisasi menjadi hal sangat penting untuk menunjukkan sejauh mana petani mampu terbebas dari pihak lain dalam mengambil dan melaksanakan keputusan hidupnya (Sumardjo 1999).

Kesejahteraan petani dapat digambarkan melalui : 1) struktur pendapatan rumah tangga, 2) struktur pengeluaran rumah tangga, 3) keragaan tingkatan ketahanan pangan rumah tangga, 4) keragaan daya beli rumah tangga petani, dan 5) perkembangan nilai tukar petani (NTP) (Sadikin dan Subagyono 2008). Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani yaitu dengan menjalankan berbagai kegiatan yang mampu menunjang kegiatan usahatani petani dalam suatu kelembagaan petani.

Pertanian berkelanjutan ditekankan pada upaya keberlanjutan sistem produksi jangka panjang. Petani harus mengetahui cara mengembangkan kesuburan tanah, prinsip pengendalian hama, dan pengelolaan tanaman (memilih jenis, pola tanam, dan waktu tanam yang tepat). Dalam menciptakan pertanian yang berkelanjutan, segala kegiatan pertanian harus memperhatikan sumberdaya alam. Sumberdaya alam yang tersedia harus digunakan sebijak mungkin sehingga dapat memberikan keuntungan bagi petani dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang. Para petani juga harus dapat berpikir dinamis dalam mengantisipasi perubahan lingkungan.

(24)

12

Kerangka Operasional

Kelembagaan merupakan salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan usahatani yang dilakukan. Kelembagaan pertanian memberikan dampak terhadap kegiatan usahatani dalam kegiatan budidaya maupun terhadap kegiatan lainnya. Kelembagaan dapat meningkatkan produktivitas serta dapat mengurangi biaya produksi yang implikasinya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Secara keseluruhan, Kelompok Tani Karya Mekar yang berada di Leuwiliang belum menjalankan fungsinya dengan optimal. Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktivitas yang rendah dari hasil usahatani manggis para petani anggota kelompok tersebut dan bagaimana peran kelompok tani yang seharusnya. Untuk dapat mengoptimalkan fungsi dari kelompok tani tersebut, maka diperlukan gambaran kinerja Kelompok Tani Karya Mekar dan bagaimana peran kelompok Tani Karya Mekar dalam mencapai keberhasilan usahatani manggis. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dan observasi serta dengan sumber-sumber lain. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan

(25)

13

Gambar 2 Kerangka Operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karacak, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2014.

Jenis Data dan Sumber Data

(26)

14

dinas terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB, artikel, jurnal, buku, literatur internet, dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data Primer meliputi identifikasi struktur kelembagaan, aturan kelembagaan (aturan formal dan aturan informal), persepsi anggota terhadap keberadaan kelompok tani, serta usahatani manggis dalam Kelompok Tani Karya Mekar dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Sedangkan data sekunder meliputi data PDB nasional, peraturan perundang-undangan, tingkat kemiskinan, dan AD/ART Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak.

Metode Pengambilan Contoh

Penelitian ini menggunakan responden dan informan sebagai sumber data primer. Responden adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan persepsi pribadinya mengenai suatu objek penelitian. Sedangkan informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya.

Populasi penelitian adalah petani yang berada di Desa Karacak, Kabupaten Bogor. Responden untuk penelitian ini berjumlah 45 petani responden. Responden dipilih menggunakan non probability sampling dengan metode purposive sampling yaitu dengan tujuan membentuk sub populasi yang didalamnya membentuk satuan-satuan sampling yang memiliki nilai variabel yang tidak terlalu bervariasi (relatif homogen) dan cenderung bersifat objektif. Responden yang dipilih pada penelitian ini yaitu 30 petani yang tergabung dalam kelompok tani dan merupakan anggota aktif, serta 15 petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Sebelum melakukan pengolahan data, data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner dirapikan dalam bentuk tabel dan grafik dengan menggunakan Microsoft Excel 2013. Sedangkan data sekunder diolah dalam bentuk tabel atau grafik sederhana. Kemudian hasilnya akan disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.

Analisis Kinerja Kelembagaan (Kelompok Tani)

(27)

15 Analisis konten kelembagaan kelompok tani, seperti aturan main, yang terdiri dari aturan internal (aturan-aturan yang terkait dan berlaku didalam kelompok tani) dan aturan eksternal (aturan-aturan yang terkait dengan kelompok tani), boundary rule, pengawasan dan sanksi, serta aturan mengenai penyelesaian konflik akan dijelaskan secara deskriptif.

Selain itu, persepsi anggota kelompok tani terhadap keberadaan kelompok tani dapat dijadikan sebagai ukuran dalam menilai kinerja dari kelompok tani tersebut. Anggota kelompok tani merupakan petani yang terlibat langsung dalam kelembagaan petani atau kelompok tani, petani anggota juga merasakan bagaimana atau apa saja keuntungan atau manfaat yang mereka dapat dari kelompok tani, dan petani anggota juga mengetahui apa yang dirasa kurang dari kelompok tani tersebut. Oleh karena itu, persepsi atau pandangan dari petani anggota merupakan hal yang penting dalam menilai kinerja kelompok tani.

Kelompok tani memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani petani. Menciptakan pasar bagi petani anggota, memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada anggota, serta memberikan perkreditan kepada anggota merupakan hal penting dalam suatu kelembagaan petani, terutama kelompok tani. Ketiga hal tersebut akan dilihat dan dianalisis secara deskriptif.

Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan penerimaan bersih yang diperoleh petani baik tunai maupun diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu semua input milik keluarga yang juga diperhitungkan sebagai biaya (Soekartawi 2002). Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani per musim tanam. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pendapatan usahatani manggis. Analisis pendapatan usahatani dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Analisis pendapatan usahatani

No Uraian

1 Penerimaan Tunai

2 Penerimaan yang diperhitungkan 3 Total Penerimaan (1+2)

4 Pengeluaran Tunai

5 Pengeluaran yang diperhitungkan 6 Total Pengeluaran (4+5)

7 Total Pendapatan (3-6) 8 Total pendapatan Tunai (1-4)

9 Penyusutan alat

10 Pendapatan Bersih (8-9)

(28)

16

π total = TR total – TC total π tunai = TR total – (TC tunai + Bd) Rumus penerimaan total dan biaya adalah :

TR = Py x Y TC = TFC + TVC dimana :

TR total = Total penerimaan total usahatani (Rupiah) TC tunai = Total biaya tunai usahatani (Rupiah) π = Pendapatan (Rupiah)

Bd = Biaya yang diperhitungkan (Rupiah) Py = Harga output

Y = Jumlah output

TVC = Total biaya variabel TFC = Total biaya tetap

Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Analisis R/C rasio dalam usahatani bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilaksanakan dengan menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya. R/C rasio juga merupakan perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran usahatani.

Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu usahatani. Apabila rasio R/C > 1, berarti usahatani yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, jika rasio R/C < 1, berarti usahatani tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

(29)

17

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Desa Karacak

Desa Karacak termasuk kedalam wilayah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Desa Karacak merupakan desa terluas yang berada di wilayah Kecamatan Leuwiliang. Desa Karacak ini terletak pada ketinggian 5 000 mdpl dengan curah hujan rata-rata 4 683 mm. Suhu rata-rata harian 37ºC menjadikan Desa Karacak sebagai desa yang memiliki udara yang sejuk. Jarak dari Kota Bogor menuju Desa Karacak adalah 25-30 Km atau berkisar 60-90 menit waktu perjalanan, baik dengan menggunakan sepeda motor maupun kendaraan beroda empat. Secara umum, perbatasan wilayah Desa Karacak adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang 2. Sebelah Selatan : Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang 3. Sebelah Timur : Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang

4. Sebelah Barat : Desa Pangbabon/CibeberII Kecamatan Leuwiliang Desa dengan luas wilayah mencapai 710.023 Ha ini mempunyai tanah yang subur dan sangat cocok untuk ditanami tumbuh-tumbuhan. Luas lahan tersebut digunakan sebagai areal pemukiman dengan luas 220.236 Ha, areal persawahan dengan luas 210.714 Ha, dan areal perkebunan dengan luas 270.072 Ha. Sebagian besar wilayah Desa Karacak digunakan sebagai areal perkebunan yaitu dengan presentase 38.04 persen dari total luas wilayah yang terdapat di wilayah Desa Karacak.

Luas lahan perkebunan yang mencapai 38.04 persen dari luas total Desa Karacak menjadikan Desa Karacak sebagai daerah penghasil buah manggis terbesar di wilayah Kecamatan Leuwiliang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3 Produktivitas Pohon Manggis Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor Tahun 2011

(30)

18

Karakterisitik Sosial Ekonomi Petani

Petani responden dalam penelitian ini berjumlah 45 orang, yaitu 30 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Karya Mekar dan 15 petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Karakteristik petani responden antara lain; usia, luas dan status kepemilikan lahan, serta pendidikan.

Usia

Petani manggis di Desa Karacak berada pada sebaran umur 40 hingga lebih dari 50 tahun. Mayoritas usia petani responden lebih dari 50 tahun, yaitu sebanyak 26 orang petani yang tergabung dalam kelompok dan 11 orang petani yang tidak tergabung dalam kelompok atau sebanyak 86.67 persen untuk petani kelompok dan 73.33 persen untuk petani non-kelompok. Sedangkan sisanya berada pada selang usia 40 hingga 50 tahun, yaitu sebanyak empat orang petani yang tergabung dalam kelompok dan empat orang petani yang tidak tergabung dalam kelompok atau sebanyak 13.33 persen untuk petani kelompok dan 26.67 persen untuk petani non-kelompok.

Gambar 3 Sebaran Usia Petani Manggis Desa Karacak

Gambar diatas menunjukkan bahwa mayoritas petani manggis yang berada di Desa Karacak berusia lebih dari 50 tahun dan hanya sebagian kecil yang berusia kurang dari 50 tahun. Usia 50 tahun termasuk kedalam kelompok usia yang produktif. Menurut Badan Pusat Statistika yang termasuk kedalam usia produktif adalah usia 15 hingga 64 tahun.

Usia Petani Kelompok

>50 tahun 41-50 tahun

Usia Petani Non-Kelompok

(31)

19 Luas dan Status Kepemilikan Lahan

Luas lahan yang dimiliki petani di Desa Karacak sangat beragam. Luas lahan tersebut berkisar antara 0.015 Ha hingga 2 Ha dengan rata-rata lahan yang dimiliki seluas 0.575 Ha. Luas lahan yang dimiliki oleh petani kelompok berkisar antara 0.13 Ha hingga 2 Ha. Sedangkan luas lahan yang dimiliki oleh petani non-kelompok berkisar antara 0.015 Ha hingga 1 Ha.

Tabel 4 Sebaran Petani Responden Menurut Luas Lahan di Desa Karacak Tahun 2014

Luas Lahan Petani Kelompok Petani Non

Kelompok Jumlah

(Ha) (orang) (orang) (orang)

0.01 - 0.50 16 13 29

0.51 - 1.00 7 2 9

> 1.00 7 0 7

Total 30 15 45

Sumber: Data Primer 2014 (diolah)

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar petani di Desa Karacak memiliki luas lahan 0.01 Ha hingga 0.50 Ha dengan presentase 64.44 persen. Jumlah petani yang memiliki lahan antara 0.50 dan 1 Ha berjumlah sembilan orang dengan presentase 20 persen. Sedangkan petani yang memiliki lahan lebih dari 1 Ha berjumlah tujuh orang dengan presentase 15.56 persen.

Tabel 4 juga menunjukan bahwa petani kelompok mempunyai lahan yang lebih luas jika dibandingkan dengan petani non kelompok. Rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani kelompok yaitu 0.856 Ha. Sedangkan rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani non kelompok yaitu 0.294 Ha. Berdasarkan pada status kepemilikan lahan, semua lahan adalah milik para petani responden di Desa Karacak. Lahan yang para petani responden miliki saat ini merupakan lahan warisan yang diberikan oleh orangtua para petani terdahulu.

Pendidikan

(32)

20

Tabel 5 Sebaran Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Karacak Tahun 2014

Tingkat Petani Kelompok Petani Non

Kelompok Jumlah

Pendidikan (orang) (orang) (orang)

SD 23 12 35

SMP 3 2 5

SMA 4 1 5

Total 30 15 45

Sumber: Data Primer (diolah)

Tabel 5 menunjukkan tingkat pendidikan, baik petani kelompok maupun petani non kelompok, mayoritas berada pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Tingkat pendidikan SD pada petani kelompok berjumlah 23 orang atau 76.67 persen dari jumlah petani kelompok, sedangkan pada petani non kelompok berjumlah 12 orang atau 80 persen dari jumlah petani non kelompok. Tingkat lulusan SMP pada petani kelompok sejumlah tiga orang atau 10 persen, sedangkan pada petani non kelompok sejumlah dua orang atau 13.33 persen. Tingkat lulusan SMA pada petani kelompok berjumlah empat orang atau 13.33 persen, sedangkan pada petani non kelompok berjumlah satu orang atau 6.67 persen. Tingkat pendidikan formal petani berpengaruh pada kegiatan usahatani, baik berupa perencanaan, pengorganisasian, penggunaan input produksi, teknik bercocok tanam, hingga cara menanggulangi hama dan penyakit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Organisasi dan Infrastruktur Kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar

Struktur Organisasi Kelompok Tani Karya Mekar

Kelembagaan yang terdapat dalam Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan formal yang sengaja dibentuk dikalangan petani Desa Karacak. Kelompok Tani Karya Mekar ini berdiri pada tahun 1984 dengan jumlah anggota enam orang. Hingga saat ini jumlah anggota Kelompok Tani Karya Mekar mencapai 100 orang. Seluruh anggota yang tergabung dalam kelompok tani ini merupakan masyarakat Desa Karacak.

(33)

21 1. Ketua bertugas untuk memimpin seluruh anggota dan menjadi penerus aspirasi anggota kelompok tani dengan pihak internal maupun pihak eksternal. Seorang ketua bertanggung jawab atas seluruh kegiatan kelompok tani yang dilaksanakan di wilayah Desa Karacak. Ketua juga bertugas untuk menandatangani surat-surat berharga yang berkaitan dengan penyelenggaraan keuangan.

2. Sekretaris bertugas untuk mencatat dan mendokumentasikan seluruh keperluan dan administrasi kelompok tani, mulai AD/ART kelompok tani hingga notulensi rapat.

3. Bendahara bertugas untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan keuangan operasional kelompok tani.

4. Bidang Pendidikan dan Pelatihan bertugas untuk mempersiapkan anggota kelompok tani yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam usahatani, memberikan pelatihan kepada anggota kelompok tani, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan dalam mengembangkan keahlian dan keterampilan kelompok tani.

5. Bidang Pertanian bertugas untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan usahatani anggota kelompok tani. Bidang ini juga bertugas sebagai penampung aspirasi mengenai pertanian dari seluruh anggota kelompok tani yang ada di Desa Karacak dan menyebarluaskan informasi terbaru mengenai pertanian.

6. Bidang Peternakan dan Perikanan bertugas untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan peternakan dan perikanan. Bidang ini juga bertugas sebagai penampung aspirasi mengenai peternakan dan perikanan dari seluruh anggota kelompok tani yang ada di Desa Karacak dan menyebarluaskan informasi terbaru mengenai peternakan dan perikanan. 7. Bidang Sarana dan Prasarana bertugas untuk mencatat, menyimpan, dan

mengelola sarana dan prasarana yang dimiliki kelompok.

8. Bidang Pemasaran bertugas untuk membantu anggota kelompok tani dalam kegiatan pemasaran, menjalin kerja sama dengan pihak ketiga dalam kaitan pemasaran hasil produksi anggota kelompok, serta melakukan pemasaran hasil produksi anggota kelompok.

9. Bidang Hubungan Masyarakat bertugas untuk menangani hubungan kelompok tani dengan pihak eksternal, seperti masyarakat, perangkat desa, dan pihak lainnya.

(34)

22

Gambar 4 Struktur Organisasi Kelompok Tani Karya Mekar

Gambar diatas merupakan struktur organisasi Kelompok Tani Karya Mekar. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua dan anggota kelompok tani, didapatkan bahwa kepengurusan yang berada di Kelompok Tani Karya Mekar tidak berjalan dengan semestinya. Kelompok Tani Karya Mekar tidak mempunyai rencana kegiatan di tahun 2014. Bahkan pada bulan Januari hingga Maret 2014 tidak terdapat rapat rutin anggota. Hal ini sangat disayangkan mengingat sangat pentingnya peran kelompok tani bagi keberhasilan usahatani petani.

Menurut Pranadji (2003), kerapuhan kelembagaan memiliki peran besar dalam mengganjal perkembangan perekonomian (pertanian dan) pedesaan. Jika sistem kelembagaan suatu masyarakat dibiarkan rapuh, maka program pengembangan teknologi, inovasi dan investasi apapun tidak akan mampu menjadi “mesin penggerak” kemajuan ekonomi yang tangguh. Pandangan Pranadji menggambarkan bahwa peran kelembagaan di wilayah pedesaan sangat penting untuk dapat memajukan perekonomian pedesaan sehingga dapat mendatangkan kesejahteraan bagi para masyarakat pedesaan, khususnya para petani.

(35)

23 pengumpul yang ada di Desa Karacak. Implikasi dari hal ini yaitu petani anggota mendapatkan harga jual yang tidak berbeda dengan harga jual yang diterima oleh petani yang bukan anggota kelompok tani. Harga hasil panen yang dihasilkan petani sepenuhnya ditentukan oleh pedagang pengumpul atau tengkulak.

Pengurus harian, seperti bendahara dan sekretaris, mempunyai peran yang besar dalam mengurus kelompok tani. Bendahara yang bertugas mengurus segala hal yang berkaitan dengan keuangan operasional kelompok tani dan sekretaris yang bertugas mencatat dan mendokumentasikan seluruh keperluan dan administrasi kelompok tani, mulai AD/ART kelompok tani hingga notulensi rapat juga mengalami “mati suri”. Petani kelompok yang menjabat sebagai bendahara tidak memiliki catatan keuangan kelompok tani, sekretaris bahkan tidak mempunyai daftar nama anggota kelompok tani secara lengkap.

Semua pengurus kelompok tani merupakan seorang pemimpin. Peran seorang pemimpin sangat penting untuk menggerakan kemajuan ekonomi setempat. Salah satu peran penting seorang pemimpin yaitu meningkatkan kecerdasan masyarakat secara kolektif (Pranadji 2003).

Infrastruktur Kelembagaan

Infrastruktur kelembagaan adalah seluruh kelembagaan dalam bentuk aturan main (rules of the game) yang mengatur hubungan antar aktor dalam kelompok tani dan aktor-aktor lain diluar kelompok tani. Aturan main dalam kelompok tani ini terdiri dari aturan formal dan aturan informal. Aturan formal terdiri atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang mengatur kelompok tani secara internal, serta Undang-Undang Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pertanian, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor yang mengatur secara eksternal. Selain itu, Kelompok Tani Karya Mekar juga mempunyai aturan informal yang berupa hasil dari kesepakatan dan musyawarah anggota terkait dengan jadwal rapat, jadwal kumpul, sanksi, serta aturan dalam penyelesaian konflik.

Aturan Formal

Kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar merupakan sebuah kelembagaan formal yang dibentuk dengan adanya campur tangan dari pemerintah. Aturan formal yang mengatur kelompok tani ini dibagi menjadi aturan main eksternal dan aturan main internal. Aturan main ekternal merupakan aturan formal yang mengatur kelompok tani secara umum. Aturan main eksternal ini umumnya berupa Undang-Undang Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pertanian, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor.

Secara umum aturan main eksternal kelompok tani ini berlaku untuk semua kelembagaan baik kelompok tani maupun gabungan kelompok tani yang berada di Indonesia karena aturan ini berasal dari pemerintah pusat. Berikut adalah aturan main yang merupakan kerangka pengembangan konseptual eksternal untuk kelompok tani maupun gabungan kelompok tani:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

(36)

24

Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani.

3. SK Menteri Pertanian Nomor 496/Kpts/OT.160/9/2006 tentang Instrumen Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

4. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 14 Tahun 2012 tentang Pembentukan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan mengatur sistem penyuluhan guna membantu kelembagaan petani menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola usaha yang baik dan berkelanjutan. Implementasi Undang-Undang tersebut bagi Kelompok Tani Karya Mekar yaitu penyuluhan yang diterapkan di kelompok tani ini telah terencana dengan baik melalui program penyuluhan yang disusun setiap tahunnya. Pada tahun 2013, setiap satu bulan sekali kelompok tani bersama penyuluh pertanian Kabupaten Bogor mengadakan penyuluhan terkait dengan usahatani manggis dan penggunaan teknologi. Namun pada Januari hingga Maret 2014 ini belum ada penyuluhan yang dilakukan kelompok tani. Hal ini disebabkan oleh kesibukan para petani manggis pada bulan Januari hingga Maret. Bulan Januari hingga Maret merupakan masa panen untuk tanaman manggis, sehingga para petani fokus untuk kegiatan panen dan kegiatan penjualan hasil panen tersebut.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani Lampiran 1: Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani mengatur pembentukan dan pengembangan gabungan kelompok tani, peningkatan kemampuan gabungan kelompok tani, dan pengaturan fungsi gabungan kelompok tani. Kelompok Tani Karya Mekar telah tergabung dalam Kelompok Tani Nelayan Andalan yang berada di Kecamatan Leuwiliang. Keanggotaan ini berdasarkan pada azas kekeluargaan, gotong royong, serta nilai-nilai demokrasi. Sejauh ini, Kelompok Tani Karya Mekar hanya menjalankan fungsinya sebagai unit usahatani. Kelompok Tani Karya Mekar belum mampu menjalankan fungsinya sebagai unit usaha pengolahan, pemasaran, serta sarana dan prasarana produksi.

SK Menteri Pertanian Nomor 496/Kpts/OT.160/9/2006 tentang Instrumen Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, Prima Tani merupakan model diseminasi teknologi yang menggunakan pendekatan kelembagaan dalam memasyarakatkan dan memperkenalkan inovasi pertanian. Kelompok Tani Karya Mekar merupakan wadah pemasyarakatan dan perkenalan inovasi teknologi pertanian melalui pendekatan kelembagaan dan pemberdayaan serta partisipasi aktif masyarakat Kampung Cengal Desa Karacak. Anggota Kelompok Tani Karya Mekar mendapatkan penyuluhan mengenai cara budidaya yang baik dan benar melalui pembuatan teras individu, pengaturan jarak tanam, rawat gawangan atau penyiangan, pemupukan, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit.

(37)

25 tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang ketahanan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

Fungsi dari BKP5K Kabupaten Bogor ini yaitu: 1) Perumusan kebijakan teknis dibidang ketahanan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan; 2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang ketahanan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan; 3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang ketahan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan; dan 4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Implikasi dari adanya peraturan tersebut yaitu Kelompok Tani Karya Mekar selalu mendapatkan penyuluhan dari PPL Kabupaten Bogor terkait usahatani manggis maupun penggunaan teknologi pertanian. Pada tahun 2013, penyuluhan yang dilakukan PPL beserta Dinas Pertanian Kabupaten Bogor dilakukan selama satu bulan sekali. Hal ini sangat membantu para petani untuk dapat mengembangkan kegiatan usahatani petani manggis di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang.

Kelompok Tani Karya Mekar tidak memiliki aturan main internal secara formal. Poktan ini tidak mempunyai Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Menurut Ketua Kelompok Tani Karya Mekar, pada awal terbentuknya kelompok tani terdapat aturan main internal secara formal berupa AD/ART, namun sekarang AD/ART tersebut tidak berwujud dikarenakan sistem administrasi yang kurang baik. Aturan main internal sebenarnya merupakan implementasi dari aturan eksternal agar kelembagaan atau kelompok tani dapat berjalan dengan baik.

Aturan Informal

Aturan informal merupakan aturan yang tidak tertulis yang berasal dari musyawarah dan mufakat anggota kelompok tani. Aturan ini bersifat wajib dan berlaku bagi semua anggota Kelompok Tani Karya Mekar tanpa membeda-bedakan jabatan yang di pegang.

(38)

26

Tabel 6 Aturan Informal Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak

Aturan Informal Hal yang Diatur

Rapat rutin anggota setiap 30-35 hari sekali

Segala sesuatu yang berkaitan dengan kelompok tani dan usahatani yang dijalankan anggota poktan. Rapat rutin ini bersifat informal. Tempat diadakan rapat rutin ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Arisan kerja seminggu dua kali setiap hari Sabtu dan Selasa

Arisan kerja dilakukan atas kesepakatan bersama yang bertujuan untuk memudahkan para anggota kelompok tani dalam memelihara lahan dan tanaman yang dimiliki. Iuran atau kas Jumlah iuran atau kas yang harus

dibayarkan dalam setiap kali pertemuan yaitu sebesar Rp 5 000. Uang yang terkumpul akan digunakan untuk keperluan anggota.

Pertemuan tentatif kelompok tani Pertemuan yang dilakukan jika terdapat inovasi atau materi baru yang diberikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bogor.

Sumber: Data Primer 2014 (diolah)

Boundary Rule, Sanksi dan Aturan Penyelesaian konflik

Boundary rule merupakan aturan keluar-masuk petani menjadi anggota atau pengurus Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak. Terdapat beberapa syarat khusus untuk menjadi anggota Kelompok Tani Karya Mekar. Petani yang hendak bergabung menjadi anggota harus berdomisili di Desa Karacak dan bersedia berkomitmen dengan mencatat nama petani tersebut kedalam daftar anggota Kelompok Tani Karya Mekar.

Kelompok Tani Karya Mekar juga memiliki aturan sanksi bagi seluruh anggota tanpa terkecuali. Aturan ini bertujuan agar para anggota dan pengurus Kelompok Tani Karya Mekar dapat bertanggung jawab dan disiplin. Sanksi diberikan jika anggota atau pengurus tidak menjalankan hal yang telah disepakati bersama dan tanpa keterangan yang jelas. Sanksi yang diberikan berupa teguran oleh ketua kelompok tani. Jika anggota atau pengurus sering melakukan kesalahan yang sama, sanksi diberikan sesuai dengan hasil keputusan musyawarah bersama dengan sanksi paling berat berupa dikeluarkan pelanggar dari keanggotan kelompok tani.

(39)

27 Kinerja Kelompok Tani Karya Mekar

Kelompok tani memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani petani. Menciptakan pasar bagi petani anggota, memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada anggota, serta memberikan perkreditan kepada anggota merupakan hal penting dalam suatu kelembagaan petani, terutama kelompok tani.

Pasar

Masalah mendasar yang sering dihadapi oleh petani yaitu ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga hasil produksi petani yang berimplikasi pada posisi tawar petani yang lemah. Ada beberapa hal yang menyebabkan posisi tawar petani lemah, yaitu petani kurang memiliki akses terhadap pasar, informasi pasar yang minim, serta permodalan yang terbatas.

Petani mengalami kesulitan dalam menjual hasil panennya karena petani tidak mempunyai jalur pemasaran sendiri. Hal ini mengakibatkan petani menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul atau tengkulak. Karena terbatasnya informasi pasar, petani tidak dapat melakukan negosiasi harga. Pada akhirnya petani hanya mendapatkan harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul atau tengkulak yang belum tentu menguntungkan bagi petani.

Oleh karena itu, petani perlu menghimpun kekuatan dalam suatu lembaga seperti kelompok tani. Salah satu fungsi kelembagaan petani, seperti kelompok tani yaitu menciptakan pasar. Adanya pasar dapat mendorong kehidupan ekonomi didaerah sekitarnya. Kelompok tani dapat mendekatkan pasar ketika pasar terletak jauh dengan sentra produksi. Kelompok tani bertugas untuk menyalurkan faktor produksi seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan pertanian. Selain itu, kelompok tani juga bertugas untuk membeli hasil pertanian yang diproduksi petani.

Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan petani yang berada di wilayah Leuwiliang Kabupaten Bogor. Kelompok ini terdiri dari petani-petani manggis. Kelompok Tani Karya Mekar mempunyai peran penting dalam kegiatan usahatani anggotanya. Salah satunya yaitu menciptakan pasar bagi anggotanya.

Kelompok Tani Karya Mekar menyediakan berbagai faktor produksi, seperti bibit, dan obat-obatan. Hal ini memudahkan petani dalam mendapatkan faktor produksi tersebut. Dengan adanya kelompok tani, petani tidak perlu jauh-jauh membeli bibit dan obat-obatan. Petani dapat dengan mudah mendapatkan bibit dan obat-obatan di kelompok tani.

Bibit yang disediakan oleh Kelompok Tani Karya Mekar tidak hanya bibit manggis saja, kelompok tani juga menyediakan bibit padi. Walaupun komoditas utama dari petani yang tergabung dalam kelompok tani adalah manggis, namun ada juga petani yang menanam padi disawah.

Bibit manggis yang disediakan kelompok tani rata-rata bukan untuk keperluan anggotanya. Petani anggota mendapatkan bibit tanaman manggis dari tanaman yang dimiliki sendiri. Dan rata-rata petani manggis di Desa Karacak mendapatkan bibit manggis dari warisan orangtua petani.

(40)

28

ini juga mengakibatkan harga yang diterima petani kelompok dan petani non kelompok menjadi sama dan tidak terdapat perbedaan harga antara petani kelompok dan petai non kelompok.

Walaupun Kelompok Tani Karya Mekar telah menyediakan berbagai faktor produksi seperti bibit dan obat-obatan, Kelompok Tani Karya Mekar belum menjalankan fungsinya dalam membeli hasil panen atau hasil produksi petani anggota. Hal ini mengakibatkan posisi tawar petani manggis yang tergabung dalam kelompok tani menjadi rendah.

Pelayanan Penyuluhan

Informasi dan pengetahuan merupakan suatu kebutuhan bagi petani dalam kegiatan usahatani. Informasi dan pengetahuan ini dapat diperoleh petani melalui kegiatan penyuluhan. Penyuluhan pertanian merupakan sarana pembelajaran dan pendidikan bagi petani untuk dapat membangun kemandirian.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan, penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Menurut Departemen Pertanian, penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Pada intinya penyuluhan pertanian adalah pendidikan non formal untuk petani dan anggota keluarganya.

Penyuluhan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kemampuan dan pengetahuan petani, serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Penyuluhan berperan sebagai proses penyampaian informasi, proses pendidikan, serta proses meningkatkan pengetahuan petani. Pada dasarnya tujuan dari penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku petani dan anggota keluarganya ke arah yang lebih baik.

Kelompok Tani Karya Mekar merupakan salah satu kelembagaan petani yang didalamnya terdapat kegiatan penyuluhan pertanian. Selama berdirinya kelompok tani, sudah terdapat banyak kegiatan penyuluhan terkait kegiatan usahatani petani. Salah satu kegiatan penyuluhan yang dilakukan adalah pelatihan perbaikan pola budidaya manggis rakyat.

Kegiatan pelatihan ini dilakukan untuk membina petani agar mengetahui dan mampu memperbaiki budidaya tanaman manggis sesuai dengan teknologi budidaya untuk menghasilkan produktivitas optimum. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain, perbaikan teras, pengaturan jarak tanam, rawat gawangan, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit.

Gambar

Tabel 1  Produksi manggis di Kabupaten Bogor tahun 2011
Gambar 1  Sistem Agribisnis (Saragih 2010)
Gambar 2  Kerangka Operasional
Gambar 4 Struktur Organisasi Kelompok Tani Karya Mekar
+7

Referensi

Dokumen terkait

YUKI BASTANTA (080309040) dengan judul DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP KINERJA DAN PENDAPATAN USAHA TANI ANGGOTA KELOMPOK TANI (Kasus:

JUDUL : ANALISIS HUBUNGAN KINERJA KELOMPOK TANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PETANI (Kasus :Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)1. NAMA : WELLA GRACE SIHITE NIM

Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usaha tani. tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi seperti luas

Biaya Bibit dan Pupuk / Masing Musim Tanam Petani Anggota Kelompok Tani Juma Deleng. No Petani Luas Lahan Jenis Usaha Tani Biaya

Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan suatu wadah yang memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk ikut andil dalam memajukan sektor pertanian. KWT Dusun Mekar

R kuadrat adjusted sebesar 94,6 persen mengartikan bahwa 94,6 persen variasi kinerja kelompok tani berpengaruh nyata terhadap variasi pendapatan usahatani padi sawah

Informasi dari penyuluh bahwa Kata Ersada aktif karena petani masih mengikuti kegiatan penyuluhan yang ada , tetap menggunakan haknya sebagai anggota kelompok

Respon petani terhadap efektivitas pola komunikasi yang di lakukan oleh penyuluh pertanian dalam melakukan penyuluhan di kelompok tani Golo Pau, Mekar, Laja Mandiri Dan Laja Karya, Desa