• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemasaran Rumah Tempe Indonesia di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pemasaran Rumah Tempe Indonesia di Bogor"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN RUMAH

TEMPE INDONESIA DI BOGOR

INESTHA NALDI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pemasaran Rumah Tempe Indonesia di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Inestha Naldi

(4)

ABSTRAK

INESTHA NALDI. Strategi Pemasaran Rumah Tempe Indonesia di Bogor. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.

Rumah Tempe Indonesia (RTI) adalah salah satu industri pengolahan makanan di Bogor yang berbahan baku kedelai. Tempe dan tahu adalah produk harian yang dihasilkan RTI. Pada kenyataannya, kurang optimalnya pemasaran yang dilakukan dan keterbatasan sumberdaya serta pemanfaatan mesin yang belum optimal adalah masalah yang dialami oleh RTI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang strategi pemasaran yang sesuai melalui konsep bauran pemasaran 4P yang melibatkan pihak internal dan eksternal dari lembaga. Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) digunakan dalam penelitian untuk memilih prioritas strategi pemasaran berdasarkan keputusan pihak internal. Hasil analisis PHA menunjukan bahwa bauran pemasaran yang menjadi prioritas secara berturut-turut adalah produk, promosi, distribusi dan harga. Beberapa sub bauran terlah dipilihi sebagai priotitas dalam bauran pemasaran. Sub bauran tersebut adalah kualitas, penjualan personal, distribusi langsung dan harga diatas harga yang berlaku.

Kata kunci: Proses Hirarki Analitik (PHA), Rumah Tempe Indonesia, Strategi bauran pemasaran

ABSTRACT

INESTHA NALDI. Marketing Strategy of Rumah Tempe Indonesia in Bogor. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.

Rumah Tempe Indonesia (RTI) is one of food processing industries in Bogor which using soybean as raw material. Tempeh and tofu are main products of RTI. Recently, lack of optimization of marketing, limitation of resources, and also lack of optimization of machine used are the kinds problems of RTI. The purpose of this study is to formulate the appropriate marketing stategy through the marketing mix concept of 4P’s which involve the internal and external parties in organization. Analytic Hierarchy Process (AHP) was used as the method to solve the problems through the selection of several priorities. Result showed that the order of marketing mix priority that has been chosen by the internal parties are as follow : product, promotion, place, and price. Also, the ultimate goal can be determined by several criteria of marketing mix. Those criteria are quality, personal selling, direct distribution and above-market pricing.

(5)

STRATEGI PEMASARAN RUMAH TEMPE INDONESIA DI

BOGOR

INESTHA NALDI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat kelulusan pada Studi Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajamen. Penelitian ini dilaksanakan sejak April-Juni dengan judul Strategi Pemasaran Rumah Tempe Indonesia, Bogor.

Penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Dr. Ir. Rr. Heny K.S. Daryanto, M.Ec dan Ibu Etriya, SP. MM selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan saran untuk perbaikan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak Rumah Tempe Indonesia atas waktu, kesempatan, dan dukungan yang diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ami, dan Kakak untuk setiap dukungan, kasih saying serta doa yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung dan memberi semangat selama penyelesaian karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.

Bogor, Desember 2014

Inestha Naldi

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

GAMBARAN UMUM RUMAH TEMPE INDONESIA 17

Profil Usaha 17

Visi dan Misi 20

Sejarah dan Perkembangan 20

Sumber Daya Manusia 24

Pemasaran 24

IDENTIFIKASI BAURAN PEMASARAN RUMAH TEMPE INDONESIA 25

Produk (Product) 25

Harga (Price) 27

Distribusi (Place) 28

Promosi (Promotion) 28

ANALISIS BAURAN PEMASARAN OLEH KONSUMEN 29

Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Produk 31

Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Harga 32

Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Tempat 32

Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Promosi 33

Evaluasi Penilaian Keseluruhan Bauran Pemasaran 34

ANALISIS BAURAN PEMASARAN RUMAH TEMPE INDONESIA 35

(12)

Prioritas Sub-bauran Pemasaran Rumah Tempe Indonesia 42

SIMPULAN DAN SARAN 43

Simpulan 43

Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 47

(13)

DAFTAR TABEL

1 Pertumbuhan jumlah UMKM dan usaha besar, 2011-2012 1 2 Pertumbuhan jumlah UMKM Kota Bogor, 2008-2012 2 3 Potensi produksi kedelai Kabupaten Bogor, 2008-2012 2

4 Jenis dan sumber data 13

5 Penilaian tingkat kepentingan PHA 16

6 Karakteristik responden Rumah Tempe Indonesia 30

7 Alasan mengkonsumsi Tempe Kita 30

8 Tujuan pembelian Tempe Kita 31

9 Penilaian konsumen terhadap bauran produk 31

10 Penilaian konsumen terhadap bauran harga 32

11 Penilaian konsumen terhadap bauran tempat 33

12 Penilaian konsumen terhadap bauran promosi 34

13 Hasil evaluasi bauran pemasaran 34

14 Bobot dan prioritas tujuan pemasaran Rumah Tempe Indonesia 36 15 Bobot dan prioritas bauran berdasarkan tujuan pemasaran Rumah

Tempe Indonesia 37

16 Bobot dan prioritas sub-bauran berdasarkan tujuan pemasaran Rumah

Tempe Indonesia 38

17 Bobot dan prioritas sub-bauran berdasarkan tujuan menghadapi

persaingan 39

18 Bobot dan prioritas sub-bauran berdasarkan tujuan memperluas

pangsa pasar 40

19 Bobot dan prioritas bauran pemasaran Rumah Tempe Indonesia 41 20 Bobot dan prioritas sub-bauran pemasaran Rumah Tempe Indonesia 42

DAFTAR GAMBAR

1 Cara pembuatan tempe 7

2 Kerangka pemikiran operasional penelitian 12

4 Ruang produksi basah 19

3 Ruang produksi kering 18

5 Ruang fermentasi 19

6 Dandang perendaman 21

7 Meja kerja 21

8 Dandang perebusan 22

9 Mesin giling kedelai 22

10 Rak dan tray fermentasi 23

11 Mesin pemecah kedelai 23

12 Meja peragian 24

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2013 mencapai Rp 2 770 345.1 Milyar. Hal ini menunjukan bahwa PDB Indonesia naik sebesar Rp 151 406.7 Milyar dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar Rp 2 618 938.9 Milyar. Pertumbuhan perekonomian Indonesia naik sebesar 5.78 persen dibanding tahun 2012. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB Indonesia yaitu sebesar 1.42 persen (BPS 2013). Perkembangan PDB atas dasar harga konstan dari hasil unit usaha dalam negeri mengalami kenaikan sebesar 6.23 persen dari 2011 hingga 2012. Kenaikan PDB hasil unit usaha dari usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mengalami kenaikan sebesar 6 persen sedangkan usaha Besar meningkat sebesar 6.54 persen (Kemenkop 2013).

Pada Tabel 1 dapat dilihat pertumbuhan jumlah UMKM dan usaha besar tahun 2011 hingga 2012, jumlah unit usaha di Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 2.41 persen. Jumlah ini menunjukan bahwa peningkatan jumlah UMKM lebih tinggi dibandingkan dengan usaha besar. Pertumbuhan UMKM dari 2011 hingga 2012 sebesar 2.41 persen sedangkan usaha besar hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0.32 persen.

Tabel 1 Pertumbuhan jumlah UMKM dan usaha besar, 2011-2012

Sumber: Kemenkop 2013

Pertumbuhan UMKM di Kota Bogor berupa industri pengolahan makanan yang semakin meningkat dan bersaing. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan jumlah UMKM di Kota Bogor pada Tabel 2. Pertumbuhan ini mendorong UMKM dapat melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produknya untuk memperbaiki bentuk dan kemasan agar lebih menarik, menyesuaikan cita rasa dengan selera konsumen sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen dan juga menyusun pemasaran yang sesuai. Persaingan

(16)

yang semakin ketat antar UMKM untuk mendapatkan pangsa pasar dan memperbaiki mutu produk dan bisnisnya.

Tabel 2 Pertumbuhan jumlah UMKM Kota Bogor, 2008-2012

Tahun Jumlah Unit Usaha Total Unit Usaha

Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah

2008 25 718 4 822 1 607 32 147

2009 25 804 4 838 1 614 32 256

2010 26 320 3 926 1 646 32 901

2011 26 846 5 038 1 679 33 559

2012 27 383 5 139 1 710 33 572

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor 2013

Biji kedelai adalah bagian utama kedelai yang dimanfaatkan. Biji kedelai kaya akan protein dan lemak serta bebarapa bahan gizi lain misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji kedelai dapat dibuat menjadi tahu, tempe, kecap, sari atau susu kedelai, tepung kedelai, minyak, taosi dan tauco. Tahu dan tempe adalah salah satu pangan utama dengan bahan baku dari kedelai. Besarnya konsumsi tahu dan tempe berada jauh diatas konsumsi kedelai segar. Di tahun 2002-2012 rata-rata konsumsi tahu sebesar 7.28 kg/kapita/tahun sedangkan tempe 7.61 kg/kapita/tahun dengan laju penurunan tahu 0.6% pertahun dan tempe 1.28% pertahun. Sedangkan konsumsi tauco, oncom dan kecap per kapita pada 2002-2012 memiliki rata-rata 0.033 kg/kapita/tahun, 0.296 kg/kapita/tahun dan 0.633 kg/kapita/tahun secara berturut-turut (Buletin Konsumsi Pangan 2013).

Pada Tabel 3 dibawah ini dapat dilihat jumlah total potensi produksi kedelai di Kabupaten Bogor. Dilihat dari potensi produksi kedelainya, Kabupaten Bogor belum memiliki potensi yang besar untuk memenuhi kebutuhan kedelai di Kabupaten Bogor sendiri. Menurut Koperasi Produsen Tahu Tempe Kabupaten Bogor (KOPTIKA Bogor), total jumlah kedelai yang diperlukan oleh anggota koperasi yang berjumlah 1 373 orang adalah sebesar 3 336.66 ton setiap bulannya. Sementara potensi produksi kedelai Kabupaten Bogor hanya sebesar 139 ton.. Saat ini, di Indonesia terdapat sekitar 81 ribu usaha kerajinan tempe yang memproduksi 2,4 ton tempe per tahun. Industri tempe menghasilkan sekitar Rp 37 triliun nilai tambah. PRIMKOPTI menyatakan bahwa dari 2,2 juta ton per tahun kebutuhan kacang kedelai dalam negeri, hanya 600 ribu ton yang mampu dipenuhi oleh petani lokal. Sementara 1.6 juta ton sisanya harus diimpor dari Amerika Serikat. Sekitar 80 persen dari total kebutuhan kedelai diolah menjadi tempe dan tahu, sisanya untuk penganan lain seperti susu kedelai, kecap dan sebagainya1.

Tabel 3 Potensi produksi kedelai Kabupaten Bogor, 2008-2012

Tahun Total produksi (ton)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2013

1

(17)

Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) adalah salah satu pemasok bahan dasar biji kedelai yang baik dan berkualitas, baik biji kedelai yang di impor dari Amerika Serikat maupun biji kedelai lokal. Salah satu KOPTI yang mempunyai standar dalam bahan baku adalah KOPTI Kabupaten (KOPTIKA) Bogor, sebab KOPTIKA Bogor ini memasok sebagian besar kedelainya dari Amerika Serikat. KOPTIKA Bogor juga memiliki unit usaha kecil yang menjadi unit usaha percontohan bagi para produsen tahu dan tempe dalam penanganan produksi yang baik, higienis dan menghasilkan tempe yang berkualitas, yaitu Rumah tempe Indonesia.

Tingginya harga kedelai dan tingginya permintaan kedelai serta pangan olahan berbahan dasar kedelai membuat banyak pengrajin tahu dan tempe kewalahan. Tempe dan tahu tidak hanya menjadi pangan utama bagi kalangan menengah kebawah, sebab dengan gaya hidup sehat yang diterapkan masyarakat kalangan menengah keatas membuat tempe dan tahu menjadi konsumsi mayoritas masyarakat Indonesia. Tingginya peminat pangan olahan berbahan dasar biji kedelai ini, maka setidaknya Indonesia harus memiliki produsen atau pengrajin tahu dan tempe yang memiliki standar yang baik, baik dalam bahan dasar maupun produksi. Salah satu produsen tempe berkualitas yang ada di Indonesia yaitu Rumah Tempe Indonesia. Namun, diperlukan strategi pemasaran yang efektif agar produk Tempe Kita lebih dikenal oleh konsumen. Selain itu keterbatasan sumberdaya manusia juga menjadi kendala yang dihadapi oleh Rumah Tempe Indonesia. Oleh karena itu, penelitian mengenai strategi pemasaran Rumah Tempe Indonesia perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Perumusan Masalah

Rumah Tempe Indonesia (RTI) adalah salah satu unit usaha kecil yang terdapat pada Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia Kabupaten Bogor. Pada awal pembentukannya unit usaha kecil ini dijadikan sebagai upaya meningkatkan kualitas produksi tempe menjadi lebih baik, sehingga dapat membuka pandangan masyarakat umum sebagai konsumen tempe bahwa produk tempe telah diproduksi lebih higienis dan ramah lingkungan. Pembentukan RTI ini juga bentujuan untuk memberikan inspirasi dan menjadi referensi serta tempat belajar bagi produsen tempe lain, sehingga para produsen lain akan turut menerapkan pola produksi yang lebih higienis dan ramah lingkungan sebagaimana yang dilakukan oleh RTI.

Produk tempe yang dihasilkan RTI dinamakan dengan Tempe kita. Tempe kita ini memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan produk tempe yang beredar dipasaran, yaitu tempe yang higienis, ramah lingkungan dan berkuallitas dangat baik. Hal ini disebabkan oleh penggunaan peralatan produksi yang berbahan

(18)

memakai baju, sarung tangan, masker penutup mulut dan topi sebagai atribut wajib dalam bekerja, sehingga kualitas tempe yang dihasilkan baik dan higienis.

Harga tempe dari RTI yang dipatok lebih mahal dari produk tempe yang dijual dipasar regular, yaitu Rp 7,000.00 untuk ukuran 18 sentimeter x 20 sentimeter seberat 450 gram dan Rp 5,000.00 untuk ukuran 12 sentimeter x 20 sentimeter dengan berat 300 gram. Hal ini disebabkan oleh biaya produksi dan bahan yang digunakan lebih mahal. Dengan demikian, produk tempe dari RTI ini mempunyai target masyarakat menengah atas. RTI menerapkan sistem pemasaran yang dibuat sengaja berbeda agar tidak mengganggu pasar para produsen tempe lainnya, yaitu tidak dijual ke pasar lokal. Hal ini menyebabkan produk tempe RTI ini tidak banyak diketahui oleh khalayak banyak dan hanya diketahui oleh kalangan yang memerlukan dan mengkonsumsi produk tempe yang berkualitas.

Produk tempe RTI ini memang memiliki keunggulan bersaing terhadap produk tempe lainnya baik di Kota Bogor maupun di Indonesia. Namun, RTI memerlukan strategi pemasaran yang lebih baik agar produk tempe RTI ini lebih menjangkau pasar nasional. Strategi pemasaran Tempe Kita pada RTI ini diperlukan juga karena produk Tempe Kita hasil olahan RTI ini tidak dijual dipasar lokal, sehingga pemasaran yang biasa tidak dapat diandalkan. Agar upaya pengembangan pangsa dan perluasan pasar dapat berhasil dengan baik, diperlukan upaya yang kuat dan terintegrasi yang mencakup aspek produk, harga, tempat dan promosi. Selain itu, keterbatasan sumberdaya manusia yang terdapat pada RTI ini juga menjadi salah satu problematika yang melanda RTI. Kurang fokusnya pihak yang seharusnya bertanggung jawab pada satu bagian menyebabkan pemasaran dirasa relatif kurang dapat diandalkan.

Produksi tempe harian dari Rumah Tempe Indonesia adalah sekitar 100 kg sampai 150 kg kedelai. Kedelai yang digunakan oleh Rumah Tempe Indonesia didapatkan dari Amerika Serikat yang dipasok oleh KOPTIKA Bogor. Produksi Tempe Kita bergantung oleh jumlah tempe yang telah dipesan konsumen. Mayoritas jumlah kedelai yang digunakan untuk produksi Tempe Kita yaitu 110 kg per hari. Asumsi dasar yang digunakan Rumah Tempe Indonesia adalah 1 kg kedelai dapat menghasilkan 1.6 kg Tempe Kita. Sementara kapasitas maksimal mesin pengolahan tempe yang digunakan yaitu 500 kg, sehingga Rumah Tempe Indonesia belum memanfaatkan seluruh kapasitas produksi yang dapat dimaksimalkan. Hal ini juga membuat pemasaran yang dilakukan tidak maksimal pula. Hasil penelitian mengenai bauran pemasaran ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar oleh pengelola dalam penetapan kebijakan dimasa yang akan datang.

Dari uraian diatas, masih terdapat kendala dalam strategi pemasaran produk tempe RTI ini, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi pemasaran yang ada pada RTI melalui pendekatan

marketing mix (4P)?

2. Bagaimana penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran (4P) yang telah dilakukan oleh RTI?

(19)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji strategi pemasaran yang telah dilakukan RTI melalui 4p: product, price, place, promotion.

2. Mengidentifikasi penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran (4P) yang telah dilakukan oleh RTI.

3. Membuat rancangan prioritas strategi bauran pemasaran bagi usaha Rumah Tempe Indonesia dalam menghadapi persaingan usaha.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, dan perumusan masalah, maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini mampu memberikan pemahaman dan pengetahuan baru mengenai strategi pemasaran yang ada guna mengembangkan usaha yang telah dirintis.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terutama dalam mempertahankan konsistensi usaha saat menjamurnya usaha sejenis dan ketika usaha dalam kondisi menurun.

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi analisis tujuan kegiatan pemasaran Tempe Kita yang dilakukan Rumah Tempe Indonesia. Kemudian dilakukan analisis bauran pemasaran yang terdiri dali 4P yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi). Dalam penelitian ini dibatasi dengan hanya mengkaji strategi pemasaran Tempe Kita, khususnya bauran pemasaran Tempe Kita yang telah dijalankan usaha Rumah Tempe Indonesia ini. Kemudian memberikan alternatif pemecahan masalah pemasaran yang ada melalui pendekatan matriks PHA. Sebagai tambahan, maka dilakukan analisis penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi bagi Rumah Tempe Indonesia. Untuk implementasinya, diberikan kepada pihak manajemen Rumah Tempe Indonesia sebagai pengambil keputusan akhir.

TINJAUAN PUSTAKA

(20)

dalam proses produksi pangan. Produk yang dihasilkan seluruhnya berupa tempe segar dan belum melakukan diversifikasi produk. Tempe segar yang dihasilkan menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tempe dengan alasan antara lain: (1) ukuran biji lebih besar dan seragam serta kulit tipis, (2) kedelai mudah diperoleh, (3) kedelai cukup bersih dan harga relatif stabil. Produk tempe segar dipasarkan di pasar-pasar tradisonal, langsung kepada konsumen di pasar, didistribusikan ke warung tegal, katering, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan dan sebagainya.

Tidore (2010) menggunakan analisis dekriptif dan analisis proses hirarki analitik untuk menganalisis sistem pemasaran terbaik yang dapat diterapkan dalam penelitian thesisnya. Wahyudi (2009) dalam penelitiannya menggunakan alat analisis PHA. Kualitas paket wisata dianggap paling penting dalam bauran produk, sedangkan harga menurut segmen pelanggan dianggap paling penting dalam bauran harga. Iklan, lokasi yang strategis, kompetensi, kualitas layanan dan kebun percobaan adalah hal yang diperhatikan dari bauran promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik. Salim (2013) dalam skripsinya menggunakan tiga tahap yaitu tahap masukan, tahap pencocokan dan tahap pemilihan strategi. Pada tahap masukan digunakan alat analisis Internal Factor Evaluation (IFE) dan

External Factor Evaluation (EFE). Pada tahap pencocokan digunakan alat analisis matriks Internal-External (IE) dan matriks SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Pada tahap akhir, tahap pemilihan strategi digunakan alat analisis Proses Hirarki Analisis (PHA).

Ipriansyah (2011), dalam skripsinya menggunakan analisis deskriptif dan analisis PHA. Pada hirarki prioritas strategi pemasaran yang dilakukan, menggunakan analisis Segmenting, Targetting, Positioning (STP) terlebih dahulu untuk mengetahui bauran pemasaran yang telah diterapkan. Pendapatan, konsentrasi pasar, tingkat harga paling diperhatikan oleh manajemen dalam STP. Sedangkan pada bauran pemasaran hal yang paling diperhatikan adalah mutu pada produk, harga produk pesaing pada harga, adanya agen penjualan pada distribusi dan promosi penjualan pada promosi. Sari (2011), dalam skripsinya menggunakan analisis deskriptif untuk menganalisis komponen bauran pemasaran dan PHA untuk merumuskan alternative strategi bauran pemasaran dan prioritas strategi bauran pemasaran Restoran Bukit Gumati Batutulis. Penulis menggunakan bauran pemasaran 7P (product, price, place, promotion, process, people, physic) dalam penelitiannya. Pada subfaktor produk yang paling diperhatikan adalah penyajian makanan, harga per porsi makanan di tempat lain menjadi perhatian pelanggan pada subfaktor harga. Pada subfaktor tempat, kemudahan mengakses transportasi paling mempengaruhi dan pada subfaktor promosi, promosi dalam iklan elektronik mendapat perhatian yang tinggi dari pelanggan. Kecepatan dalam sajian diperhatikan dalam subfaktor proses, keramahan pelayan mempengaruhi bauran pemasarana dalam perusahaan serta fasilitas gedung menjadi perhatian pada subfaktor bukti fisik.

(21)

analisis untuk memilih prioritas bauran pemasaran tempe yang dipasarkan di sana.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Tempe

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang rhizopus atau ragi tempe. Pengertian tempe menurut Badan Standardisasi Nasional (1992) adalah produk makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang tertentu, berbentuk padatan kompak dan berbau khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Tempe merupakan sumber makanan yang baik gizinya karena memiliki kandungan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

Tempe memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi anemia, mengobati disentri atau diare, baik dan aman bagi penderita diabetes, membantu pembentukan tulang, mencegah osteoporosis, mengatasi gangguan pencernaan, mencegah kanker serta menyehatkan jantung. Hal ini disebabkan oleh tempe adalah penganan yang menghasilkan antioksidan, zat antibiotik, zat isoflavon, protein nabati serta vitamin dan mineral yang baik untuk meningkatkan kadar kolesterol baik dalam tubuh, menjaga kestabilan gula darah serta mengikat racun dan kolesterol jahat.

(22)

Pada dasarnya, tempe merupakan penganan tradisional Indonesia yang tergolong mudah diproduksi. Hal paling awal yang dilakukan yaitu membersikan kedelai dari batu dan kotoran lainnya. Setelah itu dicuci dan direndam selama satu malam. Setelah ditiriskan, kupas kulit ari sampai bersih lalu dicuci kembali. Kukus atau rebus kedelai kurang lebih satu jam. Dinginkan kedelai dan campurkan ragi setelah kedelai dingin. Kemudian cetak kedelai atau dibungkus. Diamkan selama satu malam dan letakan di rak. Hal ini dapat juga dilihat pada gambar 1.

Pemasaran

Menurut Kotler dan Armstrong (2006), pemasaran adalah suatu proses sosial dimana melalui proses tersebut individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut Rangkuti (2005), pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi berbagai faktor sosial, politik, ekonomi, dan manajerial. David (2009) menggambarkan pemasaran sebagai proses mendefinisikan, mengantisispasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi dasar pemasaran : (1) analisis pelanggan, (2) penjualan produk/jasa, (3) perencanaan produk dan jasa, (5) distribusi, (6) riset pemasaran, dan (7) analisis peluang. Pemahaman terhadap fungsi-fungsi ini membantu penyusun strategi mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan pemasaran.

Definisi pemasaran menurut William J. Stanton 2003, yaitu suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Pemasaran adalah system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Basu dan Hani 2000).

Strategi Pemasaran

Menurut Rangkuti (2005), strategi merupakan alat untuk mencapi tujuan. Strategi pemasaran dalam bisnis merupakan suatu cara untuk memperoleh hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi dan struktur yang berlaku. Menurut Kotler dan Armstrong (2006), rencana pemasaran strategis adalah mengembangkan tujuan dan strategi pemasaran luas yang berdasarkan pada analisa situasi dan peluang pasar saat ini. Rencana pemasaran adalah alat utama dalam pengarahan dan pengkoordinasian usaha pemasaran.

(23)

target pasar dan memuaskan konsumen dengan membangun kombinasi elemen dari bauran pemasaran yaitu produk, distribusi, promosi dan harga.

Bauran Pemasaran

Bauran Pemasaran (Marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran (Kotler dan Armstrong, 2008). Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Secara umum, bauran pemasaran menekankan pada pengertian suatu strategi yang mengintegrasikan produk, harga, promosi dan distribusi, dimana kegiatan tersebut diarahkan untuk dapat menghasilkan omset penjualan yang maksimal atas produk yang dipasarkan dengan memberikan kepuasan pada para konsumen. Bauran pemasaran tersebut terdiri dari 4p (product, place, price, promotion).

1. Product Mix

Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen di pasar sasarannya (Kotler dan Armstrong, 2006). Produk juga merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan perusahaan untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen di pasar sasaran sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk merupakan alat bauran pemasaran yang paling dasar. Produk tersebut harus memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan dengan produk jasa lainnya.

2. Price Mix

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk memperoleh produk, dimana harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel. Harga yang bersifat fleksibel artinya dapat berubah dengan cepat. Harga dapat diartikan sebagai pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi produk ataupun jasa. Penentuan harga dapat dilakukan dengan melihat daya beli konsumen dan jumlah yang cukup dalam menutupi ongkos produksi.

Pada dasarnya manajer harus berhati-hati menentukan harga yang akan diterapkan di pasar. Penentuan harga yang tidak tepat akan merugikan perusahaan, karena harga yang ditentukan harus mampu menutupi semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau bahkan melebihi agar keuntungan yang diperoleh menjadi semakin besar. Namun, penetapan harga yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan produk menjadi kurang kompetitif dari pada pesaingnya di pasar, pada akhirnya kondisi tersebut akan merugikan perusahaan. Penetapan harga yang lebih tinggi dari para pesaing dapat dilakukan apabila produk memiliki diferensiasi yang kuat dan nilai yang unik dibandingkan para pesaingnya.

3. Place Mix

(24)

menyampaikan jasa kepada pelanggan dan dimana hal tersebut akan dilakukan. Saluran distribusi dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi yang saling bergantungan satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk/pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen dan lokasi untuk menjangkau populasi yang tersebar luas.

Sebagai salah satu variabel marketing mix, place (distribusi) mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat. Dasar pemilihan tempat bagi suatu perusahaan ada empat, diantaranya adalah pertimbangan pasar, barang, segi perusahaan dan lembaga perantara.

4. Promotion Mix

Promosi merupakan aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya. Promosi juga merupakan salah satu variabel bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Menurut Alma (2004), tujuan utama promosi adalah memberi informasi, menarik perhatian dan selanjutnya memberi pengaruh meningkatkan penjualan. Metode Proses Hirarki Analitik (PHA)

Metode PHA dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Analisis ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Analisis PHA ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Menurut Saaty (1991) metode PHA memiliki tiga prinsip utama dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu :

(25)

2. Penilaian Setiap Level

Penilaian setiap hirarki dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty dalam Marimin (2010) untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Skala 1-9 ditetapkan sebagai pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen di setiap level hirarki terhadap suatu elemen yang berada diatasnya. Skala dengan Sembilan satuan dapat menggambarkan derajat sampai mana kita mampu membedakan intensitas tata hubungan antarelemen. Perbandingan berpasangan ini dilakukan dalam sebuah matriks. Matriks merupakan table untuk membandingkan elemen satu dengan elemen lain terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Matriks memberikan kerangka untuk menguji konsistensi, membuat segala pembandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan.

3. Penetuan Prioritas

Setiap level hirarki, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) untuk menentukan prioritas. Sepasang elemen dibandingkan berdasarkan kriteria tertentu dan menimbang intensitas preferensiantarelemen. Hubungan antarelemen dari setiap tingkatan hirarki ditetapkan dengan membandingkan elemen itu dalam pasangan. Hubungan menggambarkan pengaruh relatif elemen pada tingkat hirarki terhadap setiap elemen pada tingkat yang lebih tinggi. Perbandingan berpasangan diulangai lagi untuk semua elemen dalam tiap tingkat. Langkah terakhir adalah dengan memberi bobot setiap vector dengan prioritas sifatnya.

4. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang mempunyai konsisten tinggi sangat diperlukan dalam persoalan pengambilan keputusan agar hasil keputusannya akurat. Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang akurat dalam dunia nyata. PHA mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen atau kurang. Jika lebih dari 10 persen, maka penilaian masih acak dan perlu diperbaiki.

Kerangka Pemikiran Operasional

Tempe merupakan salah satu makanan khas Indonesia dan penganan dasar masyarakat Indonesia. Tempe umumnya diproduksi secara tradisional dan dijual dengan harga relatif murah. RTI merupakan unit bisnis berbentuk UMKM dan salah satu produsen tempe yang terletak di Bogor. Usaha Rumah Tempe Indonesia yang baru berjalan dua tahun ini merupakan salah satu produsen tempe di Indonesia yang menjual produk tempe berkualitas tinggi dan menggunakan teknologi yang mutakhir. Walaupun begitu, Rumah Tempe Indonesia ini dirasa belum memasarkan produk tempenya yang disebut Tempe Kita dengan optimal dan keterbatasan sumberdaya manusia menjadi masalah yang dihadapi RTI.

(26)

digunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Metode ini memudahkan proses pemilihan alternatif bauran pemasaran yang akan bermanfaat bagi organisasi.Suatu strategi pemasaran yang baik dan tepat harus mencakup semua unsur bauran pemasaran dan terlebih dahulu disesuaikan dengan karakteristik dan tujuan organisasi. Menurut Singh (2012) bauran pemasaran menawarkan kombinasi optimal untuk mencapai tujuan organisasi.

Langkah awal dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi dan masalah yang ada pada usaha Rumah Tempe Indonesia. Selanjutnya adalah menganalisis strategi pemasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu melalui analisis bauran pemasaran (4P) yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Analisis bauran pemasaran ini dinilai oleh konsumen dan manajemen RTI. Setelah mengetahui bauran pemasaran yang telah diterapkan perusahaan, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dengan alat analisis PHA (Proses

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian Tempe merupakan salah satu pangan dasar dan

khas masyarakat Indonesia

Rumah Tempe Indonesia dengan Produk Tempe kita dan Cabang Baru Belum Memasarkan

Produknya dengan Maksimal

Analisis Strategi Pemasaran Rumah Tempe Indonesia

Analisis Deskriptif Analisis Proses Hirarki Analitik (PHA)

Alternatif Strategi Pemasaran Rumah Tempe Indonesia

Rekomendasi Prioritas Strategi Pemasaran yang tepat Dijalankan oleh Rumah Tempe Indonesia

Produk Harga Tempat Promos

i

Analisis Bauran Pemasaran oleh Konsumen

(27)

Hirarki Analitik). Melalui PHA ini akan didapatkan alternatif strategi bauran pemasaran yang cocok diterapkan oleh Rumah Tempe Indonesia kedepannya untuk menghadapi persaingan. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan teori bauran pemasaran yang diterapkan terhadap teori bauran pemasaran pada literatur. Kemudian dilakukan analisis penilaian konsumen secara deskriptif.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Tempe Indonesia (RTI) yang bertempat di Jl. Raya Cilendek No. 27, Bogor. RTI ini merupakan unit usaha yang dimiliki oleh Koperasi Produsen Tahu Tempe Kabupaten Bogor (KOPTIKA Bogor). Pemilihan lokasi ini dilakukan karena RTI merupakan salah satu produsen tempe yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan lebih luas. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Juni 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden yang diwawancara secara langsung serta survey yang dilakukan dilapangan baik kepada pihak manajemen internal Rumah Tempe Indonesia maupun konsumen Rumah Tempe Indonesia. Sedangkan data sekunder didapat melalui pencarian dari dokumen pemerintah setempat, dokumentasi PRIMKOPTI Kabupaten Bogor, Rumah Tempe Indonesia, Departemen Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dan Badan Pusat Statistik. Hal ini dapat dijelaskan pada Tabel 4 dibawah ini.

(28)

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi langsung, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan promosi atau kegiatan yang berhubungan dengan memasarkan produknya kepada konsumen sehingga tujuan dari usaha bisa tercapai. 2. Wawancara langsung dilakukan dengan pemilik perusahaan, manajer,

responden ahli (Manajer). Wawancara dilakukan dalam bentuk diskusi dan percakapan dua arah dengan menyusun daftar pertanyaan sebelumnya untuk memudahkan dalam memperoleh informasi dari responden. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bauran pemasaran dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh Rumah Tempe Indonesia.

3. Teknik Kepustakaan, yaitu membaca buku-buku yang terkait dengan judul penelitian dan literatur lainnya yang menunjang dalam pelaksanaan penelitian, seperti jurnal-jurnal dan majalah.

4. Teknik Pengisian Kuesioner, yaitu pengisian kuesioner dilakukan kepada responden yang telah ditentukan, seperti pemilik usaha, bagian pemasaran, bagian keuangan dan bagian produksi serta konsumen Tempe Kita.

Metode Penentuan Responden

Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan metode judgement sampling. Menurut Nazir (2005), Judgement sampling adalah proses pemilihan sampel dari populasi didasarkan atas pertimbangan pribadi. Responden yang dipilih adalah orang tepat untuk dijadikan responden dalam penelitian karena bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan di perusahaan serta memiliki keahlian dan pengetahuan mengenai hal yang diteliti. Responden ini terdiri dari enam responden, yaitu pemilik usaha, dua orang bagian pemasaran, bagian keuangan, bagian teknis, dan bagian produksi. Responden dipilih dengan pertimbangan bahwa keenam responden ini merupakan orang yang sangat mengetahui bauran pemasaran dan strategi pemasaran yang diterapkan baik yang akan dilakukan maupun yang telah dilakukan serta faktor penentu dari pengambilan keputusan pada usaha Rumah Tempe Indonesia.

(29)

Mayoritas konsumen yang dijadikan responden adalah konsumen yang pernah membeli langsung di Rumah Tempe Indonesia, yaitu sebanyak 25 orang responden. Sementara lima orang sisanya dijadikan responden pada saat pembelian langsung di Rumah Tempe Indonesia. Sebanyak 30 orang responden ini direkomendasikan oleh pihak Rumah Tempe Indonesia untuk diwawancarai karena dianggap sebagai konsumen yang telah membeli produk Tempe Kita lebih dari dua kali. Jumlah ini telah memenuhi syarat sampel terdistribusi normal dalam statistik yaitu 30 orang dan dinilai mampu mewakili pendapat pembeli Tempe Kita di Rumah Tempe Indonesia.

Metode Analisis Data

Analisis data strategi bauran pemasaran 4P dilakukan secara kualitatif dengan melihat bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan Rumah Tempe Indonesia. Setelah mendapatkan kuesioner dari responden internal dilakukan analisis data secara kuantitatif dengan metode AHP. Metode AHP ini menentukan prioritas strategi bauran pemasaran. Kemudian dilakukan analisis secara deskriptif terhadap prioritas strategi bauran pemasaran yang dihasilkan.

Analytic Hierarchy Process (AHP) menurut Saaty (1991) diawali dengan identifikasi masalah kemudian pemecahannya dibagi menjadi elemen-elemen secara hirarkis. Elemen-elemen ini menempati tingkat yang berbeda tergantung jenis keputusan yang diambil. Struktur hirarki yang telah tersusun menjadi dasar dalam membuat kuesioner matriks banding berpasangan yang digunakan untuk membandingkan elemen-elemen pada setiap tingkat hirarki. Responden akan memberi bobot terhadap elemen-elemen yang telah dibandingkan. Hasil pembobotan akan diolah menggunakan Expert Choice v11 2004 dan akan menghasilkan pengolahan horizontal beserta rasio inkonsistensi. Syarat rasio inkonsistensi adalah dibawah 10 persen. Jika pengolahan horizontal telah memenuhi persyaratan tersebut, maka pengolahan selanjutnya (pengolahan vertikal) dapat dilakukan dengan Microsoft Excel 2007. Jika tidak maka pengolahan horizontal harus dievaluasi dan diulang kembali hingga terpenuhinya syarat inkonsistensi.

Langkah pertama dalam merancang metode PHA yaitu mengidentifikasikan persoalan dengan melakukan analisa yang mendalam terhadap persoalan yang dihadapi dan ingin dipecahkan. Proses selanjutnya adalah pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk komponen sistem seperti focus, forces, actors, objectives, dan alternative dalam struktur PHA nantinya. Kemudian membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.

Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain maka digunakan pembobotan berdasarkan skala proses PHA yang disarankan oleh Saaty (1991). Dalam kondisi pembangunan yang makin kompleks analisis sistematis sangat diperlukan, bahkan sedapat mungkin faktor lain, seperti faktor politis harus dapat dijadikan bagian internal keseluruhan analisis. Dengan menggunakan metode PHA permasalahan yang komlpeks tersebut akan dapat dirangkum sepenuhnya.

(30)

menggambarkan keterkaitan dan tingkat pengaruh antara elemen pada satu tingkat hirarki dengan elemen pada tingkat hirarki lainnya. Hasil pengolahan yang menunjukkan pemilihan alternatif strategi pemasaran diperoleh dari pengolahan vertikal. Pengisian matriks banding berpasangan, digunakan skala banding pada Tabel 5 diatas. Angka-angka yang terdapat pada skala itu mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai dengan 9 yang ditetapkan bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis di setiap tingkat hirarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat diatasnya. Angka-angka tersebut menggambarkan kepentingan relatif suatu unsur dengan unsur lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu.

Tabel 5 Penilaian tingkat kepentingan PHA Intensitas sedikit menyokong satu komponen atas komponen lainnya menyokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu komponen mutlak

lebih penting dari komponen lainnya

Bukti yang menyokong komponen yang satu atas lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan

Kebalikan Jika untuk aktifitas ”i” mendapat

satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas ”j”, maka ” j” memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber: Saaty 1991

Metode Analisis Variabel

(31)

eksternal Rumah Tempe Indonesia. Bauran pemasaran ini dikaji dengan menggunakan kuesioner. Subbab ini menjelaskan variabel dan indicator yang digunakan pada kuesioner yang diberikan kepada konsumen sebagai pihak eksternal. Masing-masing bauran pemasaran diukur dengan beberapa pertanyaan pada kuesioner. Alasan mengkonsumsi dan tujuan membeli Tempe Kita serta pembelian tempe lebih dari 3 kali menjadi indikator gambaran umum konsumen dalam penilaian Rumah Tempe Indonesia. Bauran produk dinilai dengan kriteria sebagai berikut: kualitas tempe, variasi tempe yang ditawarkan, kemasan tempe, dan pelayanan. Kualitas tempe dinilai berdasarkan cita rasa yang khas, kepadatan kedelai dan daya tahan tempe dibanding tempe biasa. Bauran harga dinilai dengan indikator harga yang diterima konsumen, kesesuaian harga dengan kualitas yang diberikan, dan loyalitas pelanggan jika harga tempe yang ditawarkan naik. Suasana pabrik yang nyaman, ketersediaan lahan parkir, dan kebersihan pabrik yang terjaga menjadi indikator suasana pabrik yang baik. Keterjangkauan lokasi pembelian, suasana pabrik yang baik, dan ketersediaan jenis tempe yang dibeli menjadi kriteria penilaian bauran tempat atau distribusi oleh konsumen. Kemudahan mendapatkan informasi mengenai produk tempe dan pengaruh promosi menjadi kriteria penilaian bauran promosi. media promosi dan promosi kepada orang lain menjadi indikator penilaian konsumen mengenai pengaruh promosi produk Tempe Kita.

Pada penelitian ini, atribut dari bauran pemasaran diukur melalui besarnya skor tiap indikator yang telah disebutkan diatas. Pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan tertutup yang memiliki pilihan jawaban agar dapat memudahkan konsumen untuk menjawab. Pemberian skor indikator setiap bauran pemasaran dilakukan dengan nilai skor 4 skala yang berjenjang mulai paling rendah (diberi angka 1, yaitu paling tidak sesuai) hingga paling tinggi (diberi angka 4 = sangat tidak sesuai). Skala likert menggunakan ukuran ordinal, karena itu hanya dapat membuat ranking, tetapi tidak dapat diketahui berapa kali satu konsumen lebih baik atau lebih buruk dari pedagang lainnya di dalam skala (Nazir 2005).

GAMBARAN UMUM RUMAH TEMPE INDONESIA

Profil Usaha

(32)

Sertifikasi Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor, memenuhi persyaratan mutu tempe sesuai SNI No. 3144 th 2009, sertifikat Halal dari MUI Kota Bogor, izin Departemen Kesehatan dan P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga).

Bahan baku kedelai didapatkan dari Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia Kabupaten Bogor (PRIMKOPTIKA Bogor). KOPTIKA Bogor memasok kebutuhan kedelai premium dari Amerika Serikat. Rumah Tempe Indonesia mengolah kedelai premium GMO dan Non-GMO menjadi Tempe Kita yang berbeda. Tidak hanya dari Amerika Serikat, namun bahan baku kedelai lokal terbaik juga digunakan, yaitu varietas grobogan organik. Pada dasarnya, Rumah Tempe Indonesia dibangun sebagai unit usaha percontohan bagi para pengrajin tempe lainnya. Hal ini dibuktikan dengan produk dan jasa yang ditawarkan oleh Rumah Tempe Indonesia, yaitu dengan diadakannya pelatihan mengenai praktik pengolahan kesehatan dalam produksi tempe, pelatihan pengolahan keuangan usaha, dan pelatihan kewirausahaan bagi para calon pengrajin tempe. Pada dasarnya, tahap produksi yang dilakukan oleh Rumah Tempe Indonesia sama dengan tahap produksi tempe yang umumnya dilakukan oleh pengrajin tempe biasa, yang berbeda hanyalah proses yang higienis dan penggunaan alat dan mesin yang stainless steel serta kebersihan pabrik dijaga dengan baik. Produksi rata-rata pengolahan kedelai menjadi tempe Rumah Tempe Indonesia adalah 100 kg sampai 150 kg kedelai dengan menggunakan mesin dan peralatan berkapasitas 500 kg. Dengan demikian, Rumah Tempe Indonesia masih menggunakan sekitar 20 persen kemampuan produksi mesin maksimum.

Tidak hanya jasa pelatihan bagi para pengrajin tempe, namun juga produk Tempe Kita yang ditawarkan kepada konsumen akhir atau pihak pengolahan makanan berbahan dasar tempe. Harga Tempe Kita berbahan dasar kedelai GMO lebih mahal 20 persen dibandingkan tempe biasa, Tempe Kita Non-GMO lebih mahal 60 persen, dan Tempe Kita Organik lebih mahal 300 persen dibandingkan tempe biasa di pasaran. Harga ini ditawarkan oleh Rumah Tempe Indonesia disebabkan oleh segmentasi pasar Tempe Kita merupakan pasar premium untuk konsumen menengah atas atau masyarakat peduli kesehatan dan perusahaan besar yang menggunakan tempe untuk diolah menjadi produk lain seperti makanan bayi, makanan rumah sakit, kedai vegetarian, restoran premium di Kota Bogor dan lainnya. Rumah Tempe Indonesia memiliki luas 170 meter persegi yang terbagi menjadi beberapa ruangan, yaitu ruang produksi basah, ruang produksi kering, dan ruang fermentasi. Tata letak ruang produksi dan gambar ruang produksi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(33)

Gambar 4 Ruang produksi basah Sumber: Dok. Pribadi 2014

Gambar 5 Ruang fermentasi Sumber: Dok. Pribadi 2014

Keterangan:

A : Ruang Produksi Basah B : Ruang Produksi Kering C : Ruang Fermentasi D : Ruang Produk jadi

A

C B

D

(34)

Visi dan Misi

Visi RTI dalah mendorong perubahan dan memperbaiki kualitas dan citra tempe di Indonesia. Visi RTI ini didukung dengan 3 misi dari RTI yaitu menjadi salah satu pusat produksi tempe yang higienis dan ramah lingkungan dan mampu menyediakan produk tempe yang berkualitas pada konsumen, meningkatkan pengetahuan pengrajin tempe tradisional dalam menerapkan konsep produksi yang lebih higienis dan ramah lingkungan, serta menjadi agen perubahan untuk mengangkat dan mempromosikan tempe sebagai makanan sehat untuk berbagai kalangan baik di dalam dan luar negeri. Tujuan didirikannya Rumah Tempe Indonesia, yaitu menjadi pusat pembelajaran serta permodelan pabrik tempe yang higienis dan ramah lingkungan serta menjadi model rujukan bagi para pengrajin tempe, mengangkat derajat profesi pengrajin tempe di Indonesia dan menciptakan kebanggaan terhadap profesi pengrajin, mengenalkan tempe unggulan kepada konsumen dan mendorong pencitraan yang lebih baik terhadap produk tempe, dan sebagai sarana pembelajaran dan penelitian bagi mahasiswa atau pelajar tentang produksi tempe higienis dan ramah lingkungan.

Sejarah dan Perkembangan

Sebagai lembaga yang membina pengrajin tempe tahu di Kabupaten Bogor, KOPTIKA Bogor beranggapan bahwa proses produksi yang dilakukan oleh para pengrajin tempe harus berubah dari proses tradisional yang tidak berstandar menjadi proses yang berstandar, lebih baik dan higienis untuk menghadapi era perdagangan bebas yang akan dimasuki oleh Indonesia. KOPTIKA Bogor dan Mercy Corps bekerjasama dengan memproduksi dan mensosialisasikan mesin yang menunjang pembuatan tempe yang higienis kepada para pengrajin tempe. Namun, ternyata tanggapan yang diberikan oleh para pengrajin jauh dari harapan KOPTIKA Bogor dan Mercy Corps. Melihat rendahnya respon para pengrajin tempe maka dibangunlah Rumah Tempe Indonesia (RTI) yang bertujuan sebagai

prototype pabrik tempe higienis yang tepat guna bagi pengrajin tempe di Indonesia.

RTI mulai dibangun pada September 2011 dan diresmikan pada 6 Juni 2012. RTI adalah hasil inisiasi dari Forum Tempe Indonesia (FTI), Koperaasi Produsen Tempe Tahu Kabupaten Bogor (KOPTIKA Bogor) dan Mercy Corps. RTI memperoleh dukungan dana dari empat lembaga, yaitu American Soybean Association International Marketing (ASAIM), Uni Eropa, FKS Multiagro, dan PT. Antam (PERSERO) Tbk. Pembangunan RTI memiliki tujuan untuk sebagai pusat produksi tempe higienis dan ramah lingkungan, sebagai pusat pengembangan produk olahan berbasis tempe dan sebagai fasilitas pendidikan dan peneltitian bagi produsen tempe, mahasiswa, pelajar dan mahasiswa umum yang tertarik dengan produksi tempe.

(35)

permintaan alat. Sampai saat ini ada 10 alat produksi tempe yang dihasilkan oleh KOPTIKA Bogor, yaitu dandang perebusan, dandang perendaman, bak pemisah kulit, bak pencucian, mesin pemecah kulit kedelai, meja pendederan atau peragian, meja kerja, rak fermentasi, ebek atau tray, dan trolly. Harga yang ditawarkan untuk setiap alatnya bervariasi sesuai dengan ukuran dan kapasitasnya. Tidak hanya mesin pengolahan tempe, namun juga Rumah Tempe Indonesia juga memproduksi dan menjual mesin pengolahan tahu. Alat produksi yang digunakan dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 7 Dandang perendaman

Sumber: rumahtempeindonesia.com

Gambar 8 Meja kerja

(36)

Gambar 9 Dandang perebusan

Sumber: rumahtempeindonesia.com

Gambar 10 Mesin giling kedelai

(37)

Gambar 11 Rak dan tray fermentasi

Sumber: rumahtempeindonesia.com

Gambar 12 Mesin pemecah kedelai

(38)

Gambar 13 Meja peragian

Sumber: rumahtempeindonesia.com Sumber Daya Manusia

RTI dipimpin oleh Sukhaeri, SP. SE selaku pimpinan. Beliau selaku pimpinan memiliki wewenang tertinggi dalam mengelola manajemen bisnis dan merupakan penanggung jawab RTI. Beliau membawahi bagian operasional, bagian produksi, bagian pemasaran dan bagian keuangan. Bagian operasional yang dikepalai oleh Rikamto bertanggung jawab atas kerjasama dengan pihak-pihak terkait dan juga mengatur dan mengontrol seluruh kegiatan operasional RTI. Bagian produksi memimpin kegiatan produksi dengan tiga orang karyawan, bertanggung jawab atas kegiatan produksi di pabrik, dan mengontrol kualitas produk yang dihasilkan yang dipimpin oleh Ribyanto. Bagian pemasaran dipimpin oleh Endang Maulana, SE bertanggung jawab atas pemasaran produk agar sampai ke konsumen. Bagian keuangan bertanggung jawab dalam perhitungan pemasukan dan pengeluaran dari bisnis yang dilakukan dijabat oleh Dra Yayah Jauriyah. Jumlah karyawan RTI adalah 3 orang sedangkan jumlah karyawan KOPTIKA Bogor 20 orang. Dalam menjalankan usahanya baik pada KOPTIKA Bogor maupun RTI, karyawan bekerja sama dalam melakukan kegiatannya.

Pemasaran

(39)

yang digunakan yaitu (1) Tempe Organik (2) Tempe Premium Lokal, dan (3) Tempe Premium Impor. Ukuran tempe yang dihasilkan yaitu dengan berat bersih sebelum fermentasi (1) 300 gram, (2) 450 gram, dan (3) 800 gram. Price, produk RTI yang dipasarkan berupa tempe segar dengan harga berbeda-beda sesuai jenis dan beratnya. Penetapan harga yang dilakukan RTI berdasarkan Above-market pricing yaitu berdasarkan penetapan harga lebih besar dari biaya dan di atas harga rata-rata produk serupa. Margin tetap yang ditetapkan RTI berkisar antara 20% sampai 30% pada harga jual setiap produk. Harga produk yang biasa dipesan konsumen berkisar antara Rp 5 000 sampai Rp 15 000. Place, daerah pemasaran RTI masih berfokus pada wilayah Bogor dan masih merintis untuk memasuki daerah Jadetabek. Promotion, upaya promosi RTI saat ini dilakukan dengan mengikuti beberapa pameran dan membangun kerjasama dengan beberapa distributor.

Pemasaran yang dilakukan RTI adalah pemasaran langsung pada konsumen. Konsumen biasanya memesan langsung melalui telepon maupun datang langsung ke lokasi pabrik untuk membeli produk. Pengiriman untuk wilayah Bogor diantarkan langsung oleh karyawan dan apabila mendapat pesanan dari wilayah Jadetabek pengiriman produk akan dilakukan menggunakan jasa pengiriman seperti TIKI ataupun JNE. Kegiatan pemasaran yang dilakukan RTI belum memiliki manajemen yang baik dan belum optimal dilakukan. Belum ada perencanaan pemasaran yang matang dalam memasarkan produknya. Sampai saat ini, pemasaran yang dilakukan oleh Rumah Tempe Indonesia bergantung kepada media dan pemerintah. Selain itu, penyebaran informasi juga dilakukan Gabungan KOPTI (GAKOPTI) yang merupakan wadah bagi KOPTI di seluruh Indonesia.

IDENTIFIKASI BAURAN PEMASARAN RUMAH TEMPE

INDONESIA

Produk (Product)

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Assauri (2004) menjelaskan bahwa beberapa faktor yang terkandung dalam produk adalah kualitas, penampilan, pilihan, gaya, merek, kemasan, ukuran, jenis, macam, jaminan dan pelayanan. Di dalam strategi marketing mix, strategi merupakan unsur yang paling pentik karena dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Pemilihan jenis produk yang akan dihasilkan dan dipasarkan akan menentukan kegiatan promosi yang dilakukan, penentuan harga dan penyalurannya. Strategi produk dapat dilakukan mencakup keputusan mengenai bauran produk, merek dagang, kemasan produk, kualitas dan pelayanan.

(40)

Kualitas

Pengendalian kualitas Tempe Kita dilakukan dengan memperhatikan kebersihan, kesterilan peralatan yang digunakan untuk memproduksi tempe dan keramahan lingkungan pada daerah sekitar. Hal ini dilakukan untuk terus menjaga kualitas tempe agar tidak terkontaminasi bakteri yang tidak diinginkan dan menjaga lingkungan agar tidak tercemar limbah produksi tempe. Pengawasan kualitas dilakukan dengan tujuan menjaga kualitas produk yang dihasilkan dan membayar kepercayaan konsumen sebagai salah satu syarat dalam melakukan pemasaran yang baik. Pengendalian kualitas ini didukung oleh penggunaan

Standard Operation Procedure (SOP) yang telah dilakukan, seperti penggunaan masker, topi, sandal khusus pada ruangan produksi.

Gambar 14 Standard operation procedure yang diterapkan Sumber: Dok. Pribadi 2014

Kemasan

Kemasan yang baik dan menarik akan menciptakan kenyamanan dan ketertarikan tersendiri bagi para konsumen. Kemasan yang umumnya digunakan oleh RTI adalah kemasan plastik ukuran 300 gram dan 450 gram yang direkatkan dengan menggunakan sistem pemanas elektrik yang disebut mesin sealer. RTI juga menggunakan label yang berisi mengenai jenis produk, sertifikasi yang didapatkan oleh RTI dan alamat produksi.

Keragaman

(41)

tanpa rekayasa genetik dan GMO (Genetical Modified Organism) atau dengan rekayasa genetik grade 1.

Ukuran

Ukuran Tempe Kita yang ditawarkan oleh RTI ada beberapa macam. Umumnya RTI memproduksi Tempe Kita dengan ukuran 450 gram dengan dimensi 18 cm x 20 cm dan ukuran 300 gram dengan dimensi 12 cm x 20 cm. dan terdapat beberapa ukuran dan bentuk yang sesuai dengan permintaan konsumen tertentu.

Pelayanan

Pelayanan yang diberikan dalam pemasaran suatu produk mencakup pelayanan sewaktu penawaran produk, pelayanan dalam pembelian atau penjualan produk, pelayanan saat penyerahan produk dan pelayanan purna penjualan. Pelayanan dalam pengangkutan, jaminan resiko rusaknya produk tempe dalam pengangkutan, dan pelayanan saat penjualan dilakukan oleh RTI untuk tetap mengikat pelanggan yang mengonsumsi Tempe Kita.

Harga (Price)

Harga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel. Harga juga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen lainnya menimbulkan biaya (Kotler 2008). Pemilihan harga dilakukan dengan above market pricing dan diskon kuantitas.

Above-market pricing

RTI menetapkan harga yang lebih tinggi daripada harga pasar atau above-market pricing. RTI menggunakan penetapan ini disebabkan oleh tidak inginnya RTI mengganggu harga keseimbangan tempe yang dijual produsen tempe lokal di pasar lokal. Selain itu, konsumen yang dituju RTI adalah masyarakat menengah keatas yang kurang memperhatikan aspek harga dalam pembeliannya, tetap lebih mengutamakan kualitas dan nilai tambah yang terkandung dalam produk Tempe Kita yang dikonsumsi, seperti higienitas produksi, sertifikat HACCP, Halal, Dinas Kesehatan, SNI, dan P-IRT. Lebih tingginya harga produk tempe yang ditawarkan oleh RTI ini juga telah ditambahkan sekitar 20 sampai 30 persen keuntungan yang diinginkan perusahaan.

Diskon Kuantitas

(42)

Distribusi (Place)

Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang terkait dalam seluruh kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen (Laksana 2008). Jika dilihat dari tingkat saluran, maka distribusi produk Tempe Kita dilakukan secara langsung (saluran tingkat nol). Namun tidak jarang ada pedagang lepas yang menjual produk Tempe Kita dari RTI ini. Pemilihan distribusi langsung, agen penjualan, lokasi penjualan dan persediaan sebagai subfaktor distribusi merupakan hal yang paling menentukan lancarnya pemasaran ke tangan konsumen.

Distribusi Langsung

Rumah Tempe Indonesia melakukan distribusi pada produknya Tempe Kita secara langsung. RTI menyalurkan dan mengantarkan produknya kepada konsumen secara langsung. Biaya transportasi, jarak antar dan jumlah pemesanan ini menjadi pertimbangan RTI dalam menyalurkan produknya kepada konsumen.

Pengecer

Pengecer resmi yang bekerja sama dengan RTI langsung sebenarmya tidak ada. Namun tidak jarang konsumen mendapatkan produk Tempe Kita dari RTI ini dari pedagang sayur atau para konsumen yang menjual kembali produk Tempe Kita yang mereka beli, yang secara tidak langsung menjadi agen penjualan dari RTI. Pengecer ini membeli produk tempe dari RTI dan menyalurkannya kembali kepada konsumen yang tidak membeli produk Tempe Kita dari RTI langsung.

Lokasi Penjualan

Lokasi penjualan Tempe Kita dari RTI ini hanya di pabrik pembuatan Tempe Kita yaitu RTI yang beralamat di Jalan Raya Cilendek No. 27, Bogor Barat, Jawa Barat. Dilihat dari jarak dan waktu tempuh, lokasi ini merupakan lokasi yang strategis untuk dilakukan pemasaran dan penjualan. Hal ini disebabkan oleh, Kota Bogor merupakan kawasan wisata dan kuliner.

Persediaan

Pemasaran yang dilakukan oleh RTI adalah pemasaran langsung dan personal. Hal ini menyebabkan RTI harus memperhitungkan persediaan tempe yang dijual di pabrik tempe, karena tidak jarang konsumen membeli produk Tempe Kita langsung di RTI. Proses produksi RTI yang mengikuti permintaan dan pesanan konsumen membuat RTI tidak memproduksi Tempe Kita dengan jumlah yang berlebihan setiap harinya.

Promosi (Promotion)

(43)

tersebut adalah promosi yang telah dilakukan dan paling berpengaruh terhadap penjualan yang dilakukan oleh RTI.

Publisitas

Publisitas merupakan usaha untuk merangsang permintaan dari suatu produk secara nonpersonal dengan membuat, baik berita yang bersifat komersial dalam media tercetak atau tidak maupun hasil wawancara yang disiarkan dalam suatu media. Tidak jarang RTI menjadi obyek wawancara dan berita yang dilakukan oleh para awak media, baik media cetak maupun elektronik seperti majalah, koran dan televisi. Hal ini membuat produk Tempe Kita dikenal luas tidak hanya di Kota Bogor, namun juga Pulau Jawa dan Luar pulau Jawa.

Promosi penjualan

Promosi penjualan merupakan kegiatan promosi untuk menggugah atau menstimulasi pembelian oleh konsumen dan keefektifan agen, seperti pameran, pertunjukan dan demonstrasi. Promosi penjualan ini mendukung periklanan dan penjualan personal yang dilakukan. RTI biasanya mengikuti atau membuat pameran dan menerima kunjungan eksternal untuk menarik pelanggan baru dan memperkenalkan produknya.

Penjualan personal

Penjualan personal merupakan penyajian secara lisan oleh perusahaan kepada satu atau beberapa calon pembeli dengan tujuan terjualnya barang atau jasa yang ditawarkan. Selain itu, penjualan personal juga dapat menampung kritik dan saran dari para pembeli, sebagai umpan balik bagi perusahaan. RTI melakukan penjualan kepada calon pembelinyasecara personal. RTI mendatangi perusahaan atau orang-orang yang berpotensi menjadi pembeli produk Tempe Kita dan menawarkan produk Tempe Kita. Hal ini masih menjadi prioritas utama RTI dalam mempromosikan produknya.

ANALISIS BAURAN PEMASARAN OLEH KONSUMEN

Penilaian konsumen terhadap pemasaran khususnya bauran pemasaran menjadi perhatian bagi pihak Rumah Tempe Indonesia. Hal ini disebabkan karena penilaian konsumen dapat dijadikan bahan evaluasi kegiatan pemasaran yang telah dilakukan. Oleh karena itu, sebanyak 30 responden telah dipilih secara sengaja dan kebersediaan responden. Pengisian kuesioner dilakukan baik saat sedang pembelian produk di pabrik maupun kunjungan perorangan di luar pabrik. Berdasarkan pengisian kuesioner, diperoleh beberapa hal mengenai karakteristik responden seperti asal daerah, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan per bulan.

(44)

bertujuan langsung mengunjungi dan membeli produk Tempe Kita secara langsung.

Tabel 6 Karakteristik responden Rumah Tempe Indonesia Karakteristik

Pendidikan terakhir SMA/sederajat 1 3.3 100

Diploma 16 53.3 tugas berbelanja baik yang sudah berkeluarga maupun belum. Sehingga responden yang ditanyai baik di pabrik maupun tidak adalah wanita. Mayoritas pendirikan terakhir yang dilakukan oleh responden adalah diploma sebesar 53.3 persen. Sementara 43.3 persen lainnya berpendidikan terakhir sebagai sarjana. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan memengaruhi responden dalam memilih bahan baku untuk konsumsi pribadi rumah tangga. Higienitas dan kualitas menjadi perhatian para responden untuk pemilihan bahan baku konsumsi rumah tangga.

Pekerjaan yang mayoritas dilakukan oleh para responden adalah ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 60 persen. Hal ini menunjukan bahwa ibu rumah tangga mengetahui hal yang dibutuhkan keluarga. Selain itu, ibu rumah tangga harus menjamin kesehatan dan kualitas makanan yang disajikan di rumah. Pendapatan perbulan responden mayoritas adalah Rp 2 500 000 sampai dengan Rp 4 999 999. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendapatan mendorong timbulnya kebutuhan akan kualitas dan kenikmatan dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Tabel 7 Alasan mengkonsumsi Tempe Kita

Keterangan Kriteria Jumlah Presentase (%) Total (%)

Kualitas terjamin 17 56.7

Cita rasa khas 6 20.0

(45)

persen penggunaaan Tempe Kita pada variasi menu makanan yang disajikan menjadi alasan responden mengkonsumsi Tempe Kita.

Tabel 8 Tujuan pembelian Tempe Kita

Keterangan Kriteria Jumlah Presentase (%) Total (%)

Jika dilihat pada Tabel 8, sebanyak 90 persen responden menyatakan bahwa tujuan pembelian Tempe Kita adalah untuk konsumsi pribadi rumah tangga. Selain itu, sebanyak 10 persen konsumen tidak hanya konsumsi pribadi rumah tangga saja yang mendasari tujuan dalam pembelian tempe Kita namun juga untuk dijual kembali. Penjualan kembali yang dilakukan responden tidak hanya masih dalam bentuk Tempe Kita melainkan juga menjadi produk turunan dari Tempe.

Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Produk

Penilaian terhadap bauran produk adalah hal penting yang dilakukan agar keinginan dan kebutuhan pembeli dapat dipenuhi oleh Rumah Tempe Indonesia. Pada Tabel 9 dapat dilihat empat penilaian yang dilakukan adalah kualitas, kemasan, variasi, dan pelayanan. Terkait penilaian produk mengenai kualitas, sebanyak 60 persen responden menyatakan bahwa tempe yang dijual oleh Rumah Tempe memiliki kualitas yang terjamin, baik produk GMO, Non Gmo maupun Organik. Selain kualitas, penilaian selanjutnya adalah mengenai kemasan tempe yang dijual. Sebanyak 60 persen responden berpendapat bahwa kemasan Tempe Kita menarik. Hal ini dapat disebabkan oleh informasi mengenai produk terdapat dikemasan tempe, seperti berat saat dikemas dan beberapa sertifikat yang dimiliki oleh Rumah Tempe Indonesia serta alamat produksi tempe yang ditawarkan. Tabel 9 Penilaian konsumen terhadap bauran produk

Atribut Kriteria Jumlah Presentase

(%)

Pelayanan yang diberikan Sangat baik 6 20.0 100

Baik 24 80.0

Tidak baik 0 0.0

Gambar

Tabel 1  Pertumbuhan jumlah UMKM dan usaha besar, 2011-2012
Tabel 2  Pertumbuhan jumlah UMKM Kota Bogor, 2008-2012
Gambar 1  Cara pembuatan tempe
Tabel 4    Jenis dan sumber data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Strategi Bauran Pemasaran yang terdiri dari produk, harga, saluran distribusi, dan promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada PT..

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh strategi bauran pemasaran yang terdiri dari 4 P variabel yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi

Berdasarkan strategi pemasaran bauran produk, harga, distribusi (tempat), dan promosi dari UMKM sudah terlihat cukup bagus, hal tersebut bisa terlihat dari

Berdasarkan simpulan hasil penelitian formulasi strategi pengembangan bisnis yang dilakukan pada usaha Rumah Tempe Indonesia (RTI), maka saran yang dapat diberikan

Strategi penentuan posisi dalam program pemasaran mempakan hasil kombinasi antara strategi produk, saluran distribusi, harga, dan promosi (bauran pemasaran) yang digunakan

Merencanakan bauran pemasaran ( Marketing Mix ) merupakan langkah pemasaran yang terkendali meliputi strategi : Produk, Harga, Tempat, dan Promosi yang dibaur menjadi satu untuk

Bauran pemasaran adalah kombinasi dari variabel kegiatan inti dari sistem pemasaran yaitu produk, harga, promosi dan distribusi yang digunakan oleh perusahaan untuk

Pimpinan perusahaan menggunakan strategi bauran pemasaran yang terdiri dari strategi produk, strategi harga, distribusi dan strategi promosi, tetapi tidak tahu