• Tidak ada hasil yang ditemukan

. Keanekaragaman Parasitoid Pada Areal Sawah, Kebun Sayur, Dan Hutan Di Daerah Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ". Keanekaragaman Parasitoid Pada Areal Sawah, Kebun Sayur, Dan Hutan Di Daerah Bogor"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEANEKARAGAMAN PARASITOID PADA AREAL SAWAH,

KEBUN SAYUR, DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR

SRI NINGSIH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Parasitoid pada Areal Sawah, Kebun Sayur, dan Hutan di Daerah Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015 Sri Ningsih NIM A34110042

(4)
(5)

ix

ABSTRAK

SRI NINGSIH. Keanekaragaman Parasitoid pada Areal Sawah, Kebun Sayur, dan Hutan di Daerah Bogor. Dibimbing oleh NINA MARYANA.

Parasitoid merupakan agens pengendali hayati yang berperan dalam pengendalian hama terpadu. Pengetahuan mengenai parasitoid yang berada di suatu areal pertanaman seperti sawah, kebun sayur, dan hutan sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman parasitoid dengan memanfaatkan jaring serangga dan separator pada areal sawah, kebun sayur, dan hutan di daerah Bogor. Pengambilan sampel di setiap areal, terdiri atas tiga petak (plot), dan setiap plot terdiri atas empat subplot. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga ulangan yang mewakili fase pertumbuhan tanaman khususnya areal sawah dan kebun sayur. Serangga dikoleksi menggunakan jaring serangga dan separator. Pengambilan sampel dengan jaring serangga dilakukan sebanyak 50 kali ayunan ganda untuk setiap subplot pengamatan. Serangga yang tertangkap diidentifikasi hingga tingkat famili. Serangga dan laba-laba yang tertangkap selama penelitian sebanyak 6928 individu dari 12 ordo dan 79 famili. Ordo serangga yang dominan tertangkap pada penelitian ini adalah Diptera (35.0%), Hymenoptera (26.5%) dan Hemiptera (20.8%). Total serangga Hymenoptera parasitoid yang tertangkap sebanyak 1213 individu dari 19 famili yang terdiri atas 246 individu dari 13 ordo pada areal sawah, 652 individu dari 17 ordo pada areal kebun sayur dan 315 individu dari 16 ordo pada areal hutan. Hutan memiliki nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wienner (H’) untuk Hymenoptera parasitoid paling tinggi (2.30) dibandingkan lahan sawah (1.99) dan kebun sayur (1.96). Famili Hymenoptera parasitoid yang paling dominan di ketiga lahan penelitian adalah Scelionidae, Braconidae, dan Eulophidae.

(6)
(7)

xi

ABSTRACT

SRI NINGSIH. Diversity of Parasitoids in Rice Field, Vegetable Cultivation, and Forest in Bogor. Supervised by NINA MARYANA.

Parasitoids is a biological control agent which plays a role in integrated pest management. Knowledge regarding parasitoids on certain area such as rice fields, vegetable cultivation and forest are very necessary. The study was aimed to determine the diversity of insect parasitoids using insect net and separator in rice field, vegetable cultivation, and forest in Bogor. Insect samples in each area were taken from three plots, and each plot consisted of four subplots. Samples were taken in three replications which represented stages of plant growth especially on rice and vegetable. The insects were collected with insect net and separator. At each subplot, the insects were collected with 50 doubled swing of insect net. Collected samples were identified up to family level. During the research, 6928 individuals of insects and spiders that consisted of 12 orders and 79 families were collected. The dominant insect orders collected in this research were Diptera (35.0%), Hymenoptera (26.5%) and Hemiptera (20.8%). Total numbers of Hymenoptera parasitoids collected was 1213 individuals and 19 families, consisting of 246 individuals of 13 orders in rice fields, 652 individuals of 17 orders in vegetable cultivation, and 315 individuals of 16 orders in forest area. The highest Shannon-Wienner (H’) diversity index of Hymenoptera parasitoids was found in the forest (2.30), the second rank was rice field (1.99) and the lowest was vegetable cultivation area (1.96). Scelionid, braconid and eulophid wasps were the most dominant Hymenoptera parasitoids found.

(8)
(9)

xiii

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)
(11)

xv

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

KEANEKARAGAMAN PARASITOID PADA AREAL SAWAH,

KEBUN SAYUR, DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR

SRI NINGSIH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)
(13)
(14)
(15)

xix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Keanekaragaman Parasitoid pada Areal Sawah, Kebun Sayur, dan Hutan di Daerah Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Juli 2015.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan teman-teman atas motivasi dan kasih sayangnya. Kepada Dr. Ir. Nina Maryana, MSi. selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi saya haturkan terima kasih telah dengan sabar memberikan arahan, kritikan, dan masukannya. Terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc. selaku dosen penguji tamu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Jamhari dan Ibu Iin selaku petani pemilik lahan dan Pak Zaenal selaku penanggung jawab Hutan Penelitian Dramaga yang telah memberikan izin penggunaan lahan selama penelitian. Penulis menghaturkan terima kasih kepada Ibu Aisyah, Mba Atiek, Herry M Saputra, SP, Ciptadi Ahmad Yusup, SP, dan teman-teman Laboratorium Biosistematika Serangga yang telah membantu kelancaran tugas akhir ini. Terima kasih kepada Yuni Sarianti, Betari Safitri, Gita Cempaka, Afiyatina Awaliah, Aliftya Ramadhani, dan teman- teman Proteksi Tanaman 48 atas dukungan dan semangatnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(16)
(17)

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

BAHAN DAN METODE ... 3

Tempat dan Waktu ... 3

Metode Penelitian ... 3

Penentuan Lokasi Pengamatan ... 3

Pengambilan Sampel di Petak Contoh ... 3

Identifikasi Serangga ... 5

Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Keadaan Areal Pengamatan ... 6

Arthropoda yang Tertangkap ... 7

Keanekaragaman Hymenoptera Parasitoid ... 7

Indeks Keanekaragaman Jenis ... 12

SIMPULAN DAN SARAN ... 13

Simpulan ... 13

Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

LAMPIRAN ... 16

(18)

x

DAFTAR GAMBAR

1 Skema pengambilan sampel pada setiap plot 4

2 Jaring serangga 4

3 Separator 4

4 Lokasi lahan penelitian 6

5 Beberapa famili serangga Hymenoptera parasitoid yang ditemukan 9

DAFTAR TABEL

1 Keadaan lokasi penelitian 6

2 Jumlah famili dan individu Arthropoda yang tertangkap di tiga jenis areal pengamatan pada bulan Januari hingga Maret 2015

7 3 Jumlah individu famili Hymenoptera parasitoid yang dikoleksi

pada bulan Januari hingga Maret 2015

8 4 Jumlah individu dan famili ordo Hymenoptera parasitoid di areal

sawah, kebun sayur, dan hutan pada bulan Januari hingga Maret 2015

10

5 Rata-rata curah hujan di areal pengamatan pada bulan Januari hingga Maret 2015

11 6 Jumlah individu (N), jumlah famili (F), indeks keanekaragaman

Shannon (H’), dan indeks kemerataan (E) serangga Hymenoptera

parasitoid

12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ordo dan famili Arthropoda yang tertangkap di areal sawah 17 2 Ordo dan famili Arthropoda yang tertangkap di areal kebun sayur 19 3 Ordo dan famili Arthropoda yang tertangkap di areal hutan 21 4 Famili Hymenoptera parasitoid yang dikoleksi selama penelitian 23 5 Indeks keanekaragaman Shannon dan kemerataan Hymenoptera

parasitoid pada areal sawah

25 6 Indeks keanekaragaman Shannon dan kemerataan Hymenoptera

parasitoid pada areal kebun sayur

26 7 Indeks keanekaragaman Shannon dan kemerataan Hymenoptera

parasitoid pada areal hutan

(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budidaya padi dan sayuran masih menghadapi berbagai permasalahan, di antaranya adalah serangan hama dan patogen. Salah satu cara pengendalian hama yang dianggap ramah lingkungan adalah pengendalian hayati. Pengendalian hayati adalah metode pengendalian hama dengan menggunakan musuh alami. Agens pengendali hayati dapat berupa parasitoid, predator atau patogen (Susilo 2007).

Parasitoid banyak ditemukan di areal sawah, kebun sayur dan hutan. Walaupun areal sawah dan kebun sayur mempunyai jenis vegetasi yang relatif homogen bila dibandingkan dengan hutan, areal ini mampu menyediakan sumber makanan bagi serangga inang parasitoid dan tanaman berbunga bagi imago parasitoid (Godfray 1994). Areal hutan memiliki indeks keanekaragaman jenis Shannon paling tinggi (2.47) diikuti lahan kebun sayur (2.26) dan sawah (1.80). Inang parasitoid yang lebih beragam menyebabkan parasitoid di areal hutan lebih beragam (Perdana 2010).

Kondisi agroekosistem dapat mempengaruhi keanekaragaman serta keefektifan komunitas parasitoid sebagai musuh alami serangga hama. Intensifikasi pertanian berupa budidaya tanaman monokultur dan aplikasi pestisida juga menyebabkan penurunan keanekaragaman parasitoid di lahan pertanian (Nugraha et al. 2014). Keanekaragaman habitat dalam areal pertanian dapat meningkatkan serangga hama dan serangga bermanfaat (musuh alami) dan seringkali kerusakan tanaman oleh hama berkurang (Yaherwandi et al. 2008). Penelitian Hamid et al. (2003) menunjukkan bahwa keanekaragaman serangga inang yang tinggi menyebabkan parasitoid lebih beragam menyerang serangga inang pada pertanaman padi. Ketersediaan pilihan inang yang lebih banyak akan mempertinggi indeks keanekaragaman parasitoid.

Hymenoptera merupakan salah satu ordo terbesar serangga setelah Coleoptera. Lebih dari 100 000 spesies serangga Hymenoptera telah diidentifikasi, sedangkan Coleoptera sekitar 300 000. Hymenoptera dibagi menjadi dua subordo yaitu Symphyta dan Apocrita. Sebagian besar anggota Symphyta merupakan serangga hama, sedangkan sebagian besar Apocrita merupakan serangga parasitoid dan predator (Mason dan Huber 1993).

Hymenoptera dapat ditemukan di berbagai tipe habitat, oleh karena itu cara mengoleksi Hymenoptera parasitoid harus dilakukan dengan benar dan menggunakan alat yang sesuai. Beberapa metode koleksi di antaranya adalah dengan perangkap malaise (malaise trap), perangkap mangkuk kuning (yellow pan-traps), dan jaring (sweeping) (Kahono et al. 2003). Alat koleksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring serangga dan separator.

(20)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman parasitoid dengan memanfaatkan jaring serangga dan separator pada areal sawah, kebun sayur, dan hutan di daerah Bogor.

Manfaat Penelitian

(21)

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Pengambilan sampel di areal sawah dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel di areal kebun sayur dilakukan di Desa Cinangneng, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel di areal hutan dilakukan di Hutan Penelitian Pengembangan dan Konservasi, Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Sortasi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Juli 2015.

Metode Penelitian

Penentuan Lokasi Pengamatan

Sawah. Pengambilan sampel dilakukan pada areal sawah dengan luas keseluruhan 1170 m2. Petak yang diambil berjumlah 3 petak (plot). Luasan setiap petak yaitu 32.5 m x 12 m. Sawah ditanami padi kultivar IR 64. Pengambilan sampel dilakukan pada saat padi berumur 1, 2, dan 3 bulan. Pengambilan sampel dilakukan di setiap sudut lahan yang terdiri atas 4 subplot (Gambar 1a) dan pematang yang berada di sekitar areal sawah. Setiap subplot berukuran 15 m x 5 m.

Kebun sayur. Luas keseluruhan areal kebun sayur untuk pengambilan sampel yaitu 990 m2. Petak yang diambil berjumlah 3 petak (plot). Setiap petak memiliki luas 30 m x 11 m. Kebun sayur yang digunakan adalah kebun terung yang ditanami secara monokultur. Pengambilan sampel dilakukan pada saat tanaman berumur 4, 8, dan 11 minggu setelah tanam (MST). Kebun terung berupa bedengan/barisan yang terdiri atas 16 baris di setiap petaknya. Pengambilan sampel dilakukan pada barisan terung yang terdiri atas 4 subplot (Gambar 1b). Setiap subplot terdiri atas 2 baris yang mempunyai jarak 2 baris untuk setiap subplot berikutnya.

Hutan. Pengambilan sampel dilakukan pada areal hutan dengan luas keseluruhan 1200 m2. Petak yang diambil berjumlah 3 petak (plot). Luasan setiap petak 20 m x 20 m. Di hutan tempat penelitian terdapat 130 jenis tanaman, yang terdiri atas 43 famili dan 88 genus. Tanaman yang dominan tumbuh yaitu sengon, jati, damar, kayu hitam, dan pinus. Pengambilan sampel dilakukan pada 4 subplot yang berada di setiap sudut lahan (Gambar 1a). Setiap subplot berukuran 9 m x 9 m.

Pengambilan Sampel di Petak Contoh

(22)

4

(a) (b)

Gambar 1 Skema pengambilan sampel pada setiap plot: (a) areal sawah dan hutan, (b) areal kebun sayur

Gambar 2 Jaring serangga

(a) (b)

Gambar 3 Separator: (a) kerangka kawat, (b) kain hitam dan botol plastik kawat yang digunakan berukuran panjang 26 cm, lebar depan 18 cm, lebar belakang 16 cm, dan tinggi 17 cm. Bagian depan kain hitam berukuran lebih panjang untuk memasukkan serangga hasil sweeping dan pada bagian belakang terdapat lubang sebagai tempat meletakkan botol plastik. Botol plastik diisi dengan alkohol 70% dan digunakan sebagai tempat penampungan parasitoid. Separator dilengkapi dengan tali sepanjang 60 cm untuk mempermudah saat digunakan.

(23)

5 Identifikasi Serangga

Seluruh serangga yang diperoleh diidentifikasi hingga tingkat famili dengan acuan beberapa kunci identifikasi. Identifikasi serangga secara umum dilakukan dengan kunci yang disusun oleh Borror et al. (1996). Serangga ordo Diptera diidentifikasi dengan kunci yang disusun oleh Mc Alpin (1981) serta Tachi dan Mohamed (2002). Serangga Ordo Hymenoptera diidentifikasi dengan kunci yang disusun oleh Finnamore dan Brothers (1993), Finnamore dan Michener (1993), Gibson (1993), Masner (1993a, b, c), Ritchie (1993) serta Wahl dan Sharkey (1993). Ordo Araneae diidentifikasi dengan kunci yang disusun oleh Levi dan Levi (1968). Serangga yang telah diidentifikasi disimpan di laboratorium dalam tabung gelas berukuran kecil yang berisi alkohol 70%.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan penghitungan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’) dan indeks kemerataan jenis (evenness) (Krebs 1985). Indeks dihitung menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2010.

H’ = indeks keanekaragaman jenis, pi = proporsi famili ke-i terhadap total jumlah contoh (n/N).

Indeks kemerataan jenis dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(24)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Areal Pengamatan

Areal sawah yang digunakan sebagai lahan penelitian terletak pada ketinggian 224 m di atas permukaan laut (dpl) (Tabel 1). Sawah ditanami dengan padi kultivar IR 64 yang ditanam secara konvensional (Gambar 4a). Aplikasi pestisida dilakukan oleh petani secara rutin setiap bulannya. Pematang sawah ditumbuhi beberapa jenis gulma. Areal kebun sayur terletak pada ketinggian 339 m dpl. Areal kebun sayur ditanami terung dengan pola monokultur (Gambar 4b). Sekeliling lahan pengamatan juga ditanami dengan terung. Aplikasi pestisida dilakukan setiap seminggu sekali yaitu sehari sebelum panen. Setiap barisan tanaman ditumbuhi berbagai gulma karena jarang dilakukan penyiangan. Areal hutan yang digunakan sebagai lahan penelitian terletak pada ketinggian 224 m dpl (Gambar 4c). Menurut Godfray et al. (1994), keanekaragaman spesies serangga berkorelasi dengan keanekaragaman spesies tanaman.

Tabel 1 Keadaan lokasi penelitian

Lokasi Koordinat yang ditanam secara monokultur. Kebun sayur banyak ditumbuhi berbagai jenis gulma.

Keterangan: LS = Lintang Selatan, BT = Bujur Timur, m dpl = meter di atas permukaan laut.

(25)

7 Arthropoda yang Tertangkap

Jumlah Arthropoda yang tertangkap selama penelitian yaitu 6928 individu dari 12 ordo dan 79 famili (Tabel 2, Lampiran 1, 2, 3). Ordo serangga yang dominan tertangkap pada penelitian ini adalah Diptera (35.0%), Hymenoptera (26.5%) dan Hemiptera (20.8%). Hutan memiliki jumlah ordo dan famili paling banyak dibandingkan dengan areal sawah dan kebun sayur. Perbedaan ini disebabkan jenis tanaman pada areal hutan lebih beragam sehingga variasi ordo dan famili banyak. Habitat yang heterogen secara langsung memiliki jenis serangga yang lebih tinggi dibandingkan dengan habitat yang homogen. Tumbuhan memberikan keanekaragaman yang besar untuk habitat baru dan tempat untuk serangga (Speight et al. 1999).

Tabel 2 Jumlah famili dan individu Arthropoda yang tertangkap di tiga jenis areal pengamatan pada bulan Januari hingga Maret 2015

Keterangan: S = Sawah, KS = Kebun sayur, H = Hutan

Ordo serangga yang hanya ditemukan pada areal hutan dan tidak ditemukan pada areal sawah dan kebun sayur adalah Blattodea, Psocoptera dan Trichoptera. Blattodea dan Psocoptera merupakan serangga detrivor atau pengurai. Pada areal hutan terdapat banyak bahan organik seperti serasah daun sebagai bahan makanan serangga. Larva Trichoptera terdapat pada habitat tipe akuatik (Borror et al. 1996). Trichoptera ditemukan pada areal hutan karena lokasi pengamatan yang dekat dengan aliran air.

Keanekaragaman Hymenoptera Parasitoid

Serangga ordo Hymenoptera yang berperan sebagai parasitoid pada areal sawah sebanyak 246 individu, areal kebun sayur sebanyak 652 individu, dan areal hutan sebanyak 315 individu (Tabel 3). Ada beberapa famili yang hanya ditemukan pada salah satu areal saja. Famili yang hanya ditemukan pada areal kebun sayur adalah Dryinidae, Elasmidae, dan Trichogrammatidae. Famili yang hanya ditemukan pada areal hutan adalah Aphelinidae dan Mymarommatidae.

(26)

1

Tabel 3 Jumlah individu famili Hymenoptera parasitoid yang dikoleksi pada bulan Januari hingga Maret 2015

Famili

Sawah Kebun sayur Hutan

Pengamatan ke-

Total % Pengamatan ke- Total % Pengamatan ke- Total %

1 2 3 1 2 3 1 2 3

Aphelinidae 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0.3

Bethylidae 0 0 0 0 0 3 0 1 4 0.6 0 1 0 1 0.3

Braconidae 12 8 8 28 11.4 13 41 26 80 12.3 7 13 26 46 14.6

Ceraphronidae 2 1 2 5 2.0 3 5 6 14 2.1 15 9 17 41 13.0

Chalcididae 0 1 0 1 0.4 0 5 3 8 1.2 12 2 1 15 4.8

Diapriidae 0 2 0 2 0.8 0 2 5 7 1.1 2 2 12 16 5.1

Dryinidae 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0.2 0 0 0 0 0

Elasmidae 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0.2 0 0 0 0 0

Encyrtidae 1 1 1 3 1.2 0 9 5 14 2.1 0 8 5 13 4.1

Eucoilidae 1 1 1 3 1.2 15 15 3 33 5.1 6 15 8 29 9.2

Eulophidae 52 17 8 77 31.3 32 47 45 124 19.0 12 29 24 65 20.7

Eurytomidae 6 8 1 15 6.1 6 8 11 25 3.8 0 2 0 2 0.6

Ichneumonidae 15 7 1 23 9.4 3 11 6 20 3.1 4 6 7 17 5.4

Mymaridae 10 5 4 19 7.7 3 5 9 17 2.6 1 7 1 9 2.9

Mymarommatidae 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0.3

Platygastridae 6 3 1 10 4.1 3 4 42 49 7.5 6 3 5 14 4.4

Pteromalidae 5 0 0 5 2.0 2 0 0 2 0.3 1 0 0 1 0.3

Scelionidae 13 24 18 55 22.4 76 93 83 252 38.6 16 16 12 44 14.0

Trichogrammatidae 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0.2 0 0 0 0 0

Total 123 78 45 246 100 160 245 247 652 100 84 113 118 315 100

(27)

9 Semua famili yang diperoleh dari areal sawah umumnya ditemukan juga pada areal kebun sayur dan hutan.

Famili Aphelinidae (Gambar 5a) termasuk ke dalam Superfamili Chalcidoidea. Pronotum biasanya lebih pendek dibandingkan dengan setengah panjang mesoskutum dan sejajar bila dilihat dari dorsal. Famili Aphelinidae merupakan endoparasitoid, ektoparasitoit atau hiperparasitoid, terutama pada serangga dari Superfamili Coccoidea (Hemiptera), telur Lepidoptera, dan Orthoptera, serta telur, larva dan pupa Diptera (Gibson 1993).

Famili Mymarommatidae termasuk ke dalam Superfamili Mymarommatoidea. Famili ini juga hanya ditemukan pada lahan hutan. Mymarommatidae termasuk ke dalam microhymenoptera karena ukuran tubuhnya hanya 0.3–0.8 mm (Gibson et al. 2007). Warna tubuh kuning kecoklatan, sayap depan berbentuk spatulate (seperti sendok), dengan pola pada membran seperti jaring atau ruang dan seta yang panjang muncul dari membran (Gambar 5b). Famili ini biasanya dikoleksi dari hutan tropis sehingga famili ini juga didapat dari areal hutan (Gibson 1993). Ukuran tubuhnya yang sangat kecil membuat Famili Mymarommatidae jarang dapat dikoleksi dengan menggunakan jaring serangga saja.

Famili yang hanya ditemukan pada areal kebun sayur, salah satunya adalah Elasmidae. Elasmidae berwarna coklat, hitam atau kuning dan biasanya berwarna sedikit metalik (Gambar 5c). Elasmidae merupakan parasitoid dari larva Lepidoptera atau hiperparasitoid dari larva Hymenoptera terutama Ichneumonidae dan Braconidae (Gibson 1993). Famili ini bukan merupakan famili langka, namun dalam penelitian ini hanya ditemukan satu individu saja. Beberapa famili parasitoid yang ditemukan selama penelitian dicantumkan di dalam Lampiran 4.

(28)

10

Famili Hymenoptera parasitoid yang memiliki persentase tertinggi pada areal sawah, kebun sayur, dan hutan adalah Scelionidae, Eulophidae, dan Braconidae (Tabel 3). Scelionidae (Gambar 5d) biasanya memiliki ukuran tubuh 1-2.5 mm, yang terkecil mencapai 0.5 mm. Scelionidae merupakan endoparasitoid dari telur serangga dan laba-laba. Habitat parasitoid ini biasanya areal yang terkena sinar matahari langsung (Masner 1993b). Hal tersebut yang menyebabkan di areal kebun sayur dan sawah lebih banyak dijumpai Scelionidae dibandingkan dengan di areal hutan.

Eulophidae memiliki tubuh metalik atau tidak (Gambar 5e). Skutelum terkadang dengan sepasang garis submedian yang memanjang, tarsi dengan empat tarsomer. Mesosoma dan metasoma dipisahkan dengan penggentingan yang jelas. Eulophidae merupakan parasitoid larva Lepidoptera, Diptera, Hymenoptera, dan Coleoptera (Gibson 1993). Menurut Yaherwandi (2009), Eulophidae adalah salah satu parasitoid yang dominan ditemukan pada areal sawah monokultur karena merupakan parasitoid dari serangga hama padi.

Braconidae (Gambar 5f) adalah famili ke-2 terbesar setelah Ichneumonidae dalam Ordo Hymenoptera. Braconidae dapat ditemukan di berbagai tempat dan tidak ada perbedaan habitat kering atau basah, oleh karena itu famili ini banyak ditemukan di lahan penelitian. Ciri khas famili Braconidae adalah venasi sayap depan 1/Rs+M dan sayap belakang 1r–m (Sharkey 1993).

Parasitoid memiliki inang yang spesifik, semakin tinggi keanekaragaman serangga inang, parasitoid akan semakin beragam (Speight et al. 1999). Lahan kebun sayur memiliki jumlah individu ordo Hymenoptera parasitoid terbanyak yaitu 652 individu, diikuti lahan hutan dan sawah (Tabel 4). Lahan kebun sayur memiliki jumlah famili yang lebih beragam (17 famili) dibandingkan dengan lahan hutan (16 famili), dan lahan sawah (13 famili).

Tanaman memberikan keuntungan bagi predator dan parasitoid, sebagai tempat tinggal, tempat makanan, dan informasi mengenai lokasi mangsa atau inang herbivor (Speight et al. 1999). Lahan kebun sayur ditumbuhi berbagai Tabel 4 Jumlah individu dan famili ordo Hymenoptera parasitoid di areal sawah,

kebun sayur, dan hutan pada bulan Januari hingga Maret 2015

(29)

11 jenis gulma dan terdapat tanaman berbunga. Menurut Yaherwandi et al. (2008), habitat alami seperti tumbuhan liar di sekitar tanaman semusim memiliki keanekaragaman parasitoid yang tinggi karena tidak terlepas dari ketersediaan tumbuhan berbunga yang menyediakan tepung sari dan nektar sebagai makanan tambahan imago dan inang alternatif parasitoid. Lahan sawah memiliki jumlah famili parasitoid terendah (13 famili) dibandingkan dengan lahan kebun sayur dan hutan. Jenis tanaman yang sedikit menyebabkan sumber makanan untuk inang parasitoid kurang beragam, sehingga jenis parasitoid yang ada kurang beragam.

Jumlah parasitoid yang tertangkap pada areal sawah cenderung menurun setiap pengambilan sampel. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi cuaca dan perlakuan pada pertanaman padi. Curah hujan yang meningkat setiap bulannya (Tabel 5) menjadi faktor penting dalam menentukan keberadaan parasitoid. Cuaca berpengaruh terhadap tingkat kelahiran dan kematian serangga yang secara tidak langsung mempengaruhi kelimpahan organisme lain, termasuk musuh alami (Setyolaksono 2013). Faktor abiotik berpengaruh terhadap ekologi serangga, keberhasilan reproduksi dan perpindahan (Speight et al. 1999).

Tabel 5 Rata-rata curah hujan di areal pengamatan pada bulan Januari hingga Maret 2015

Bulan Curah hujan (mm)

Sawah dan hutan Kebun sayur

Januari 250 225

Februari 351 316

Maret 374 360

Sumber: BMKG Dramaga 2015

Kondisi tanaman padi saat pengamatan ke-1 masih dalam fase vegetatif dan belum mengalami aplikasi pestisida, sehingga jumlah parasitoid yang didapat cenderung lebih banyak. Selain itu padi mulai terserang hama wereng hijau yang menjadi inang parasitoid. Pengamatan ke-2 dan ke-3, kondisi bulir padi mulai berisi. Aplikasi pestisida dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali dan tergantung kondisi cuaca. Pada pematang sawah yang berada di sekitar areal sawah dilakukan sanitasi. Pembersihan tanaman yang ada di sekitar sawah turut mempengaruhi keberadaan parasitoid karena sumber daya yang dibutuhkan parasitoid tidak atau kurang tersedia sehingga kelangsungan dan keberadaannya di sawah juga akan menurun (Hamid et al. 2003).

Penelitian Herlina et al. (2011) menunjukkan keanekaragaman parasitoid di lahan persawahan dipengaruhi oleh habitat sekitar lahan persawahan dan ada korelasi positif antara umur tanaman padi dengan keanekaragaman parasitoid. Parasitoid cenderung meningkat dengan bertambahnya umur padi. Pada kondisi habitat yang mendukung, keanekaragaman parasitoid mengikuti keanekaragaman inangnya yang berbeda di setiap fase pertumbuhan tanaman padi. Namun, pada penelitian ini keanekaragaman parasitoid pada lahan sawah mengalami penurunan setiap kali pengamatan. Hal tersebut mungkin disebabkan aplikasi pestisida, cuaca, dan kondisi di sekitar lahan sawah yaitu adanya sanitasi gulma.

(30)

12

sehari sebelum dilakukan panen. Aplikasi pestisida pada lahan kebun sayur kurang efektif karena beberapa kali setelah dilakukan penyemprotan turun hujan sehingga populasi parasitoid tidak mengalami penurunan. Jumlah parasitoid yang ditemukan pada pengamatan ke-1 cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan pengamatan ke-2 dan ke-3. Hal tersebut disebabkan pertanaman terung masih dalam fase vegetatif dan kondisi lahan masih terawat dengan gulma yang masih sedikit. Pengamatan ke-2 dan ke-3 pertanaman terung berada dalam fase generatif dan sudah mengalami beberapa kali panen.

Kondisi lingkungan pada lahan hutan tidak berubah sepanjang pengamatan. Jumlah parasitoid yang didapat mengalami peningkatan, namun tidak diimbangi dengan peningkatan keanekaragaman famili. Curah hujan yang meningkat setiap bulannya, membuat parasitoid sulit bergerak.

Indeks Keanekaragaman Jenis

Hutan memiliki nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) untuk Hymenoptera parasitoid paling tinggi (2.30) dibandingkan dengan sawah (1.99) dan kebun sayur (1.96) (Tabel 6, Lampiran 5, 6, 7). Jumlah famili Hymenoptera parasitoid yang didapat pada lahan kebun sayur lebih banyak (17) dibandingkan lahan hutan (16). Hal ini disebabkan parameter yang mempengaruhi perhitungan indeks keanekaragaman adalah jumlah famili dalam suatu komunitas dan sebarannya. Indeks keanekaragaman jenis juga akan cenderung rendah bila komunitas tersebut didominasi satu jenis saja (Price 1984).

Indeks kemerataan tertinggi terdapat pada areal hutan (0.83) dibandingkan lahan sawah (0.78) dan kebun sayur (0.69). Indeks keanekaragaman akan tinggi jika jumlah famili dalam suatu komunitas tersebar merata. Jika beberapa famili jumlahnya tidak sama rata dalam suatu komunitas, maka keanekaragamannya akan lebih rendah dibandingkan dengan yang jumlahnya hampir sama. Nilai sebaran menunjukkan pola sebaran suatu komunitas, semakin besar pola sebaran suatu jenis maka akan semakin sama atau seimbang pola sebaran suatu individu di dalam komunitas, dan sebaliknya.

Nilai H’ pada setiap areal berkisar antara 1.96 hingga 2.30 (Tabel 6), maka

dapat dikatakan indeks keanekaragaman tersebut sedang. Indeks keanekaragaman termasuk kategori rendah jika nilai H’<1, sedang jika 1<H’<3.32 dan tinggi jika

nilai H’>3.32. Indeks kemerataan pada areal sawah dan hutan termasuk kategori tinggi sedangkan areal kebun sayur termasuk kategori sedang. Indeks kemerataan termasuk kategori rendah jika E<0.5, sedang jika 0.5<E<0.75 dan tinggi jika E>0.75 (Restu 2002).

Tabel 6 Jumlah individu (N), jumlah famili (F), indeks keanekaragaman Shannon

(H’), dan indeks kemerataan (E) serangga Hymenoptera parasitoid

(31)

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jumlah famili dan individu Hymenoptera parasitoid yang ditemukan pada areal kebun sayur lebih tinggi dibandingkan dengan areal sawah dan hutan. Namun, indeks keanekaragaman Shannon-Wienner tertinggi terdapat pada areal hutan dikarenakan adanya sebaran famili parasitoid yang lebih merata.

Saran

(32)

14

DAFTAR PUSTAKA

Borror D, Triplehorn CH, Johnson NF. 1996. An Introduction to the Study of Insects 7th ed. Ohio (US): Saunders College Publishing.

Finnamore AT, Brothers DJ. 1993. Superfamily Chrysidoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An identification guide to families. Ottawa (CA): Canada Communication Group Publishing. hlm: 130-159.

Finnamore AT, Michener CD. 1993. Superfamily Apoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An identification guide to families. Ottawa (CA): Canada Communication Group Publishing. hlm: 279-329.

Gibson GAP. 1993. Superfamilies Mymarommatoidea and Chalcidoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group Publishing. hlm: 570-655.

Gibson GAP, Read J, Huber JT. 2007. Diversity, classification and higher relationships of Mymarommatoidea (Hymenoptera). J. Hym Res. 16(1): 51-146.

Godfray HCJ. 1994. Parasitoids Behavioral and Evolutionary Ecology. New Jersey (US): Princeton University Press.

Hamid H, Buchori D, Triwidodo H. 2003. Keanekaragaman parasitoid dan parasitisasinya pada pertanaman padi di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Hayati.10(3): 85-90.

Herlina N, Rizali A, Moerfiah, Sahari B, Buchori D. 2011. Pengaruh habitat sekitar lahan persawahan dan umur tanaman padi terhadap keanekaragaman Hymenoptera parasitika. J Entomol Indones. 8(1): 17-26.

Kahono S, Amir M, Aswari P, Erniwati, Ubaidillah R, Pujiastuti LE, Noerjito WA, Suwito A. 2003. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat. Amir M, Kahono S, editor. LIPI (ID): Biodiversity Conservation Project.

Krebs CJ. 1985. Ecology, The Experimental Analysisis of Distribution and Abundance 3rded. New York (US): Harper & Row Publisher.

Levi HW, Levi LR. Zim HS, editor. 1968. A Guide to Spiders and Their Kin. New York (US): Golden Press.

Masner L. 1993a. Superfamily Ceraphronoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An identification guide to families. Ottawa (CA): Canada Communication Group Publishing. hlm: 566-569. Masner L. 1993b. Superfamily Platygastroidea. Di dalam Goulet H, Huber JT,

editor. Hymenoptera of the World: An identification guide to families. Ottawa (CA): Canada Communication Group Publishing. hlm: 558-565. Masner L. 1993c. Superfamily Proctotrupoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT,

editor. Hymenoptera of the World: An identification guide to families. Ottawa (CA): Canada Communication Group Publishing. hlm: 537-557. Mason WR, Huber JT. 1993. Order Hymenoptera. Di dalam: Goulet H, Huber JT,

(33)

15 McAlpine JF. 1981. Keys to families. Di dalam Mc Alpine JF, Peterson BV, Shewel GE, Teskey HJ, Vockeroth JR, Wood DM, editor. Manual of Neartic Diptera Volume 1. Ottawa (CA): Agriculture Canada.

Nugraha MN, Buchori D, Nurmansyah A, Rizali A. 2014. Interaksi tropik antara hama dan parasitoid pada pertanaman sayuran: faktor pembentuk dan implikasinya terhadap keefektifan parasitoid. J. Entomol Indones. 11(2): 103-112. DOI: 10.05994/jei.11.2.96.

Perdana TA. 2010. Keanekaragaman Serangga Hymenoptera (Khususnya Parasitoid) pada Areal Persawahan, Kebun Sayur dan Hutan di Daerah Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Price WP. 1984. Insect Ecology 2nd ed. New York (US): John Wiley & Sons. Restu IW. 2002. Kajian Pengembangan wisata mangrove di taman hutan raya I

gusti ngurah ray wilayah pesisir selatan Bali [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ritchie AJ. 1993. Superfamily Cynipoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group Publishing. hlm: 521-534.

Schauff ME. 1997. Collecting and Preserving Insects and Mites: Techniques and Tools. Washington DC (US): USDA.

Setyolaksono MP. 2013. Faktor pendukung penyebaran serangga di lapangan. [internet]. [diunduh 2015 Juni 15]. Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian. go.id/ bbpptpambon/ berita- 236- faktor- pendukung- penyebaran- serangga-di-lapangan-.html.

Sharkey MJ. 1993. Family Braconidae. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group Publishing. hlm: 360-361.

Speight MR, Hunter MD, Watt AD. 1999. Ecology of Insects: Concept and Application. Malden (US): Blacwell Science.

Susilo FX. 2007. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami Hama Tanaman. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Tachi T, Mohamed M. 2002. Identification Key to the Families in Diptera (Insecta). Sabah (MY): BBEC.

Wahl DB, Sharkey MJ. 1993. Superfamily Ichneumonoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group Publishing. hlm: 358-442.

Yaherwandi. 2009. Struktur komunitas Hymenoptera parasitoid pada berbagai lanskap pertanian di Sumatra Barat. J. Entomol Indones. 6(1): 1-14.

(34)

16

(35)

17 Lampiran 1 Ordo dan famili Arthropoda yang tertangkap di areal sawah

(36)

18

Lampiran 1 Ordo dan famili Arthropoda yang tertangkap di areal sawah (Lanjutan)

Ordo Famili Pengamatan ke (individu) Total 1 2 3 (individu) Hymenoptera Formicidae 12 24 6 42

Ichneumonidae 15 7 1 23 Mymaridae 10 5 4 19 Platygastridae 6 3 1 10 Pteromalidae 5 0 0 5 Scelionidae 13 24 18 55 Vespidae 7 0 0 7 Subtotal 142 102 51 295

Odonata Coenagrionidae 11 5 1 17 Libellulidae 0 1 0 1 Subtotal 11 6 1 18

Orthoptera Acrididae 134 14 2 150 Gryllidae 5 0 0 5 Tettigoniidae 0 0 2 2 Subtotal 139 14 4 157

(37)

19 Lampiran 2 Ordo dan famili Arthropoda yang tertangkap di areal kebun sayur

(38)

20

(39)

21 Lampiran 3 Ordo dan famili Arthropoda yang tertangkap di areal hutan

(40)

22

(41)

23 Lampiran 3 Ordo dan famili Arthropoda yang tertangkap di areal hutan (Lanjutan)

Ordo Famili Pengamatan ke (individu) Total 1 2 3 (individu) Thysanoptera Thripidae 2 0 1 3

Subtotal 2 0 1 3

Trichoptera Hydropsychidae 0 32 44 76 Subtotal 0 32 44 76 Total 437 1130 831 2398

Lampiran 4 Famili Hymenoptera parasitoid yang dikoleksi selama penelitian: (a) Bethylidae, (b) Ceraphronidae, (c) Chalcididae, (d) Diapriidae, (e) Dryinidae, (f) Encyrtidae, (g) Eucoilidae, (h) Eurytomidae, (i) Ichneumonidae

a b c

d e f

g i

h 0.5 mm

a b c

d e f

(42)

24

Lampiran 4 Famili Hymenoptera parasitoid yang dikoleksi selama

penelitian (Lanjutan): (j) Mymaridae, (k) Mymarommatidae, (l) Platygastidae, (m) Pteromalidae

j k

(43)

25 Lampiran Indeks keanekaragaman Shannon dan kemerataan Hymenoptera

parasitoid pada areal sawah Sawah

Famili Total pi pi x ln pi Eveness

Braconidae 28 0.11382 -0.24735 -0.09643

Ceraphronidae 5 0.02033 -0.07918 -0.03087

Chalcididae 1 0.00407 -0.02238 -0.00873

Diapriidae 2 0.00813 -0.03912 -0.01525

Encyrtidae 3 0.01220 -0.05374 -0.02095

Eucoilidae 3 0.01220 -0.05374 -0.02095

Eulophidae 77 0.31301 -0.36357 -0.14174

Eurytomidae 15 0.06098 -0.17057 -0.06650

Ichneumonidae 23 0.09350 -0.22157 -0.08638

Mymaridae 19 0.07724 -0.19779 -0.07711

Platygastridae 10 0.04065 -0.13019 -0.05076

Pteromalidae 5 0.02033 -0.07918 -0.03087

Scelionidae 55 0.22358 -0.33492 -0.13058

N 246 1 -1.99331 -0.77713

S 13

(44)

26

Lampiran 6 Indeks keanekaragaman Shannon dan kemerataan Hymenoptera parasitoid pada areal kebun sayur

Kebun sayur

Famili Total pi pi x ln pi Eveness

Bethylidae 4 0.00613 -0.03125 -0.01103

Braconidae 80 0.12270 -0.25743 -0.09086

Ceraphronidae 14 0.02147 -0.08248 -0.02911

Chalcididae 8 0.01227 -0.05400 -0.01906

Diapriidae 7 0.01074 -0.04868 -0.01718

Dryinidae 1 0.00153 -0.00994 -0.00351

Elasmidae 1 0.00153 -0.00994 -0.00351

Encyrtidae 14 0.02147 -0.08248 -0.02911

Eucoilidae 33 0.05061 -0.15101 -0.05330

Eulophidae 124 0.19018 -0.31566 -0.11141

Eurytomidae 25 0.03834 -0.12504 -0.04414

Ichneumonidae 20 0.03067 -0.10688 -0.03772

Mymaridae 17 0.02607 -0.09509 -0.03356

Platygastridae 49 0.07515 -0.19451 -0.06865

Pteromalidae 2 0.00307 -0.01775 -0.00627

Scelionidae 252 0.38650 -0.36742 -0.12968

Trichogrammatidae 1 0.00153 -0.00994 -0.00351

N 652 1 -1.95948 -0.69161

S 17

(45)

27 Lampiran 7 Indeks keanekaragaman Shannon dan kemerataan Hymenoptera

parasitoid pada areal hutan Kebun sayur

Famili Total pi pi x ln pi Eveness

Aphelinidae 1 0.00317 -0.01826 -0.00659

Bethylidae 1 0.00317 -0.01826 -0.00659

Braconidae 46 0.14603 -0.28096 -0.10133

Ceraphronidae 41 0.13016 -0.26539 -0.09572

Chalcididae 15 0.04762 -0.14498 -0.05229

Diapriidae 16 0.05079 -0.15136 -0.05459

Encyrtidae 13 0.04127 -0.13155 -0.04745

Eucoilidae 29 0.09206 -0.21960 -0.07920

Eulophidae 65 0.20635 -0.32566 -0.11746

Eurytomidae 2 0.00635 -0.03212 -0.01159

Ichneumonidae 17 0.05397 -0.15755 -0.05683

Mymaridae 9 0.02857 -0.10158 -0.03664

Mymaromatidae 1 0.00317 -0.01826 -0.00659

Platygastridae 14 0.04444 -0.13838 -0.04991

Pteromalidae 1 0.00317 -0.01826 -0.00659

Scelionidae 44 0.13968 -0.27495 -0.09917

N 315 1 -2.29713 -0.82851

S 16

(46)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, 25 September 1993. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Solikin dan Ibu Rodiah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 6 Bogor. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis juga mengambil minor Komunikasi.

Gambar

Gambar 2  Jaring serangga
Gambar 4  Lokasi lahan penelitian: (a) sawah, (b) kebun sayur, (c) hutan
Tabel  2   Jumlah famili dan individu Arthropoda yang tertangkap di tiga jenis areal pengamatan pada bulan Januari hingga Maret 2015
Tabel 3  Jumlah individu famili Hymenoptera parasitoid yang dikoleksi pada bulan Januari hingga Maret 2015
+5

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu produk dari kesepakatan dagang yang membebaskan produk-produk masuk secara leluasa adalah MEA. Untuk menghadapi MEA perlu persiapan agar industri kecil dapat

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penggunaan enceng gondok fermentasi dalam ransum sampai taraf 10 persen berbeda tidak nyata (P&gt;0,05) terhadap pertambahan bobot

Perilaku kurang kooperatif dari masyarakat ini dapat diminimalisir dengan regulasi yang diciptakan oleh pemerintah daerah kabupaten Sikka manakala saat ini belum

Selanjutnya jika dilihat pada kanaikan konsentrasi perekat kanji dari 4% menjadi 7% terlihat adanya kenaikan nilai kalor beriket, dimana pada gaya tekan 2 tonf

Embeding, Blocking, Pemotongan sampling untuk pembuatan slide, Deparafinasi dan rehidrasi, serta Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Pengukuran penghitungan distribusi sel sel

Hasil F Jumlah ibu hamil anemia dengan kadar Hb 7-9,9 gr% sebanyak 76,9%. Kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia reproduksi sehat sebanyak 74,4%. Kelompok gravida terbanyak

Keluaran : Meningkatkan pengetahuan dalam memasuki dunia kerja sehingga para pencari kerja memahami tentang dunia kerja mulai dari proses rekruitmen sampai dengan hubungan

Petugas menia'kan alatalat ang su%a, %isterilisasi untuk  melakukan tin%akan be%a, minor aitu 'enabutan gigi sulung %an gigi teta' baik %engan anastesi loal