• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi arahan wilayah pengembangan industri pertanian sebagai strategi pembangunan wilayah Kabupaten Kerinci

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi arahan wilayah pengembangan industri pertanian sebagai strategi pembangunan wilayah Kabupaten Kerinci"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

STUD1 ARAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

PERTANIAN SEBAGAI STRATEGI PEMBANGUNAN

WILAYAH KABUPATEN KERTNCI

HANS MORAVIA

SEKOLAW PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Arahan Wilayah Pengembangan Industri Pertanian sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belurn diajukan dalarn bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber infonnasi yang berasal atau d i i t i p dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

d m

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2009

Hans Moravia

(3)

ABSTRACT

HANS MORAVZA. A Guidance Study of Agro-Industry Development Region as

Regional Development Strategy in Kerinci Regency. Under direction of WDL.TUAKA, BABA BARUS and DZDIT OKTA PRZBADI.

The development of agro-indushy in Kerinci regency required an understanding of it's environmenfal, as it locate in conservation area, and many established agricultural crops. This study aims to give a guide for agro-industry development zone in Kerinci regency based on the regional potency, characteristic and regional development strategy. This research applied some approaches of analysis. They were: (I) location quotient analysis, which was used to identifL prime commodity of the region, (2) land suitability evaluation and land availability analysis to observe carrying capacity of land (3) Analytical hierarchy

process methode to determine ago-industry type to be developed, (4) GZS facility

to determine ago-indushy location. Furthermore, the determination of agro- industrial development guidances were done by descriptive analysis. The results

of the researches were: (I) prime commodity in Kerinci regency which is raw

material for ago-industry development is cinnamon, (2) agro-indutry which given

highest priority to develop is cinnamon powder, ( 3) development of agro-industry in Kerinci regency is pointed as according to development indication zone.

(4)

HANS MORAVIA. Studi Arahan Wilayah Pengembangan Industri Pertanian sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci. Dibimbing oleh WIDIATMAKA, BABA BARUS dan DIDIT OKTA PRIBADI.

Pengembangan industri pertanian merupakan wujud modernisasi sektor pertanian dengan memanfaatkan hasil pertanian yang terjamin kontinuitasnya dalam bentuk komoditas unggulan wilayah. Upaya pengembangan industri pertanian telah dilakukan di Kabupaten Kerinci melalui industri pengolahan produk makanan dan minuman dalam skala kecil. Beberapa permasalahan dalam upaya pengembangan industri pertanim di Kabupaten Kerinci adalah sangat beragamnya jenis komoditas pertanian, belum diietahuinya komoditas yang menjadi unggulan prioritas wilayah, dan budidaya komoditas pertanian sebagian dialokasikan pada lahan konservasi yang mengancam kelestarian kawasan konservasi tersebut. Selain itu, industri pertanian sebagian besar terkonsenbasi pada beberapa wilayah kecamatan, sehingga belum terwujud keberimbangan pembangman antar wilayah di Kabupaten Kerinci.

Penelitian ini berupaya memadukan strategi dan kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan di Kabupaten Kerinci yaitu me~ngkatkan nilai tambah produk pertanian yang merupakan komoditas unggulan wilayah dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat melalui pengembangan industri pertanian, serta berupaya menjaga kelestarian clan keutuhan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Tuiuan uenelitian ini adalah untuk memberikan arahan wilavah penge&bangk i&stri pertanian berdasarkan potensi dan karakteristik wila& untuk mendukung strategi kebijakan pembangunan di Kabupaten Kerinci.

Komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan prioritas di Kabupaten Kerinci adalah kamoditas yang merniliki keterkaitan dengan industri pertanian serta dapat dibudidayakan dengan memperhatikan aspek-aspek manajemen dan konservasi sumberdaya dam. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah metode Location Quotient (LQ), dengan membandingkan antara luas tanamlluas panen, komoditas tanaman pangan, sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan.

Untuk melihat daya dukung lahan terhadap komoditas unggulan prioritas wilayah, dilakukan evaluasi kesesuaian lahan dengan menggunakan metode F A 0 (1976), yaitu dengan membandingkan persyaratan turnbuh tanaman dengan kualitas lahan yang tersedia.Selanjutnya ketersediaan lahan untuk komoditas unggulan prioritas diperoleh melalui tumpangsusun antara peta kesesuaian lahan, peta tutupan lahan dan peta status lahan. Sedangkan cadangan lahan komoditas unggulan dihasilkan melalui tumpangsusun peta ketersediaan lahan komoditas unggulan prioritas wilayah dengan peta penggunaan lahan untuk komoditas unggulan prioritas wilayah yang terpakai saat ini

Penentuan prioritas jenis industri pengolahan yang dikembangkan dalam wilayah dilakukan terhadap komoditas unggulan priodtas dengan pendekatan

Analytical Hierarchy Process (AHP). Lokasi sentra industri kecil dan menengah

(5)

Arahan wilayah pengembangan industri pertanian didasarkan pada potensi komoditas unggulan prioritas dan karakteristik wilayah. Arahan wilayah pengembangan industri pertanian tersebut dideskripsikan menurut zona indikasi pemanfaatan ruang industri dan budidaya komoditas unggulan.

Berdasarkan data luas tanam dapat diketahui bahwa tanaman padi sawah dan kayu manis m e ~ p a k a n komoditas yang memiliki luas tanam paling besar. Kabupaten Kerinci memiliki luas lahan budidaya seluas 205.000 Ha, persentase luas tanaman padi sawah dibandingkan dengan luas lahan budidaya adalah 14.55%, dan tanaman kayu manis sebesar 21.55%.

Dari dua jenis komoditas unggulan wilayah Kabupaten Kerinci dengan luas tanam terbesar, hanya komoditas kayu manis yang memiliki industri pengolahan yaitu industri sirup kayu manis dan juga memiliki potensi sebagai tanaman penghijauan dan berada pada kawasan yang difungsikan sebagai tanaman penyangga antara kawasan lindung dan budidaya. Oleh karena itu tanaman kayu manis ditetapkan sebagai komoditas unggulan prioritas wilayah.

Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman kayu manis di Kabupaten Kerinci menunjukkan bahwa lahan yang sesuai (S) seluas 305.109 Ha, atau (72,65%) dan lahan yang tidak sesuai (N) seluas 114.891 Ha (27,35%). Berdasarkan hasil tumpangsusun peta kesesuaian lahan, status lahan dan penutupan lahan diperoleh ketersediaan lahan komoditas kayu manis seluas 130.034 Ha, atau 31% dari total luas d a y a h Kabupaten Kerinci atau sebesar 63% dari luas lahan budidaya. Wilayah yang memilii ketersediaan lahm terbesar untuk budidaya komoditas kayu manis adalah Kecamatan Gunung Raya (23.374 Ha), Kecamatan Batang Merangin (23.302,29 Ha), Kecamatan Siulak (16.018,26 Ha) dan Kecamatan Gunung Kerinci (14.674,91 Ha), serta Kecamatan Keliling Danau (13.014,40 Ha). Sedangkan lahan yang dicadangkan untuk budidaya komoditas kayu manis untuk masa mendatang adalah 88.209 Ha, yang tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Kerinci.

Berdasarkan analisis AHP, diketahui bahwa pengolahan bubuk kayu manis merupakan industri yang diprioritaskan pengembangannya di Kabupaten Kerinci. Kriteria yang dipertimbangkan adalah permintaan dengan nilai 0.437, penawaran dengan nilai tertimbang 0.380, dan penerimaan masyarakat dengan nilai 0.183. Industri pengolahan bubuk kayu manis diprioritaskan pengembanganya dinilai memiliki permintaan pasar yang tinggi, terutama permintaan dari negara Eropa, sehingga komoditas kayu manis di Kabupaten Kerinci yang cukup besar berpeluang untuk dipasarkan. Selain itu, pengembangan industri pengolahan bubuk kayu manis

dari

sisi permintaan dinilai mampu memberikan nilai tambah bagi produk kayu

manis

yang

akaa

diperdagangkan.
(6)

Dengan kriteria lokasi industri yang dapat berbaur dengan perrnukiman dan te jangkau jaringan jalan utama, diperoleh 15 desa yang berpotensi sebagai sentra industri pengolahan bubuk kayu manis. Berdasarkan hasil analisa komparatif wilayah dalam budidaya komoditas unggulan dapat diketahui lima wilayah kecamatan yang memiliki keunggulan, karena itu 15 desa yang berpotensi sebagai sentra industri tersebut diseleksi berdasarkan keberadaannya dalam wilayah kecamatan yang memiliki ketersediaan komoditas unggulan terbesar. Selanjutnya dilakukan tumpangsusun dengan zona pemanfaatan ruang, sehingga diperoleh 8 desa yang berpotensi menjadi lokasi sentra industri tersebut.

Pengembangan industri pertanian di Kabupaten Kerinci diarahkan sesuai dengan zona indikasi pemanfaatan ruang yang terdiri dari l i i a zona indikasi. Berdasarkan potensi yang dimiliki, maka arahan wilayah pengembangan industri pertanian diprioritaskan pada zona 4, karena zona tersebut merupakan sentra budidaya kayu manis. Zona 4 merupakan lokasi yang sesuai untuk sentra industri pengolahan bubuk kayu manis berdawkan analisis lokasi industri. Zona ini juga d i d a n pengembangan industri pertanian dalam skala menengah. Untuk mendukung pengembangan industri pertanian di zona 4 dilakukan pembangunan dan peningkatan halitas i n f h s t n h r j a l a n dalam rangka menciptakan kelancaran arus transportasi bahan baku dan distribusi hasil pruduksi bubuk kayu manis.

Wilayah prioritas kedua dalam pengembangan industri pertanian adalah zona 2, karena telah memiliki industri pengolahan berupa sirup kayu manis. Industri pengolahan sirup kayu manis tetap dipertahankaa dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam maupun wilayah lainnya di luar Kabupaten Kerinci. Agar tennjudnya pengembangan industri pengolahan sirup kayu manis dilakukan peningkatan dan pembenahan strategi pemasaran serta kelembagaan industri tersebut.

Budidaya komoditas kayu manis sebagai bahan baku industri pengolahan sirup dan bubuk kayu manis diupayakan dengan mempertimbangkan keberadaan komoditas lain yang ada. Kabupaten Kerinci dikenal sebagai salah satu kawasan agribisnis hortikultura di Sumatera dan Kabupaten Kerinci memiliki lahan untuk budidaya padi sawah dan padi ladang yang cukup luas. Untuk mendukung program ketahanan pangan, maka keberadaan khan budidaya padi sawah ini tetap dipertahankan.

(7)

O Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbemya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penyusunan karya ilrniah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak memgikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)

STUD1

AR4HAN

WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

PERTANIAN SEBAGAI STRATEGI PEMBANGUNAN

WILAYAH KABUPATEN

KERINCI

EIANS

MORAVIA

Tesis

sebagai salah satu syarat

untuk

memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(9)

Judul Tesis : Studi Arahan Wilayah Pengembangan Industri Pertanian sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci.

Nama : Hans Moravia

NRP : A 156070174

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Widiatmaka, D A A . ~ Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. Ir. Didit Okta Pribadi, M.Si

Ketua Anggota Anggota

Diketahui

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Studi Arahan Wilayah Pengembangan Industri Pertanian Sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ir. Widiatmaka, DAA, Dr.Ir. Baba B m s , M.Sc, dan Ir. Didit Okta Pribadi, M.Si. sebagai kornisi pembimbiig;

2. Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA. Sebagai dosen penguji luar komisi;

3. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanam Wilayah, Sekolah Pascasarjana IPB;

4. Segenap staf pengajar dan manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB;

5. Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencanaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbiidiklatren Bappenas);

6. Bupati Kabupaten Kerinci yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan tugas belajar;

7. Rekan-rekan PWL 2007 dan semua pihak yang telah membantu penutis dalam menyelesaikan thesis ini;

Penulis menghaturkan m a hormat dan terima kasih kepada ayahanda Drs. Syarifitddii Kari dan ibunda Hastuti Hasyimi serta ad&-adik atas do'a dan dukungannya. Terima kasih yang tak terhingga juga penulis ucapkan kepada Titin Yoktiva Devi dan ananda Sabrina Zahra Thianissa atas perhatian, dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan selama

ini.

Penulis menyadari keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga dalam penelitian ini mungkin masih terdapat banyak kekwrangan. Semoga hasil penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Bogor, Mei 2009

(11)

RIWAYAT KIDW

Penulis dilahiikan di Sungai Penuh pada tanggal 26 April 1976

dari

ayah Drs. Syarifuddin Kari dan ibu Hastuti Hasyimi. Penulis m e ~ p & a n putra pertama dari tiga bersaudara.

Sekolah Dasar diselesaikan penulis di SD Negeri 5 dan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 serta Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri I di kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci. Selanjutnya pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Bung Hata, Padang, Sumatera Barat yang ditamatkan pada tahun 2001. Setelah lulus Sarjana Teknik, penulis bekerja di Badan Perancanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi sampai sekarang.

(12)

DAFTAR IS1

...

...

DAFTAR TABEL 111

DAFTAR GAMBAR

...

iv

DAFTAR LAMPIRAN

...

v

PENDAHULUAN Latar Belakang

...

1

...

Rumusan Masalah 6

...

Tujuan dan Manfaat Penelitian

.

.

6

Ruang Lingkup Penellaan

. .

...

7

Pendekatan Penelltlan

...

7

TINJAUAN PUSTAKA Industri Pertanian

...

10

...

Keterkaitan Sektor Pertanian dan Industri 11

...

Tujuan dan Arah Pengembangan Agroindustri di Indonesia 11

...

Peranan Agroindustri dalam Perekonomian Nasion al 12

...

Peluang Pengembangan Agroindustri 12

...

Sentra Industri Kecil 13

...

Kriteria Penentuan Jenis Produk Industri 14

...

Kriteria Lokasi Sentra Industri 16 Komoditas Unggulan

...

17

...

Industri Pertanian Berkelanjutan 18 METODE PENELITIAN

. .

...

Lokasi dan Waktu Penelrtlan 19

...

Metode Pengumpulan Data

. .

19

...

Metode Anahsls Data 20 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUD1 Kondisi Geogratis Wilayah Kabupaten Kerinci

...

27

...

Admistrasi Wilayah Kabupaten Kerinci 27

...

Topografi dan Morfiologi Wilayah . ~ 28

...

Penutupan Lahan

...

Zona Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci 32 Kependudukan

...

35

Perekonomian

...

35

Industri Pertanian di Kabupaten Kerinci

...

38

Kebijakan Pengembangan Sektor Industri di Kabupaten Kerinci

...

41
(13)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Komoditas Unggulan Wilayah

...

42

Penetapan Komoditas Unggulan Prioritsas

...

43

Keragaan Komoditas Unggulan Prioritas

...

45

Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan Prioritas

...

47

Ketersediaan Lahan dan Cadangan Lahan Komoditas Unggulan Prioritas

...

51

Penentuan Industri Pengolahan Komoditas Unggulan Prioritas

...

55

Lokasi Pengembangan Industri Pertanian di Kabupaten Kerinci

...

59

...

Arahan Pengembangan Industri Pertanian di Kabupaten Kerinci 65 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

...

71
(14)

Halaman

Distribusi PDRB Atas Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007

...

Jenis Data Primer dan Sekunder serta Sumber Data

...

Luas Wilayah per Kecamatan dalam Kabupaten Kerinci

...

Penutupan Lahan di Kabupaten Kerinci

...

Jurnlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kerinci Tahun 2007

....

PDRB Kabupaten Kerinci Atas Harga Berlaku Tahun 2006-2007

...

Distribusi PDRB Atas Harga Berlaku Menurut Sektor Pertanian dan Non Pertanian Tahun 2003-2007

...

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Atas Harga

Konstan Tahun 2003-2007

...

Komoditas Unggulan Tanaman Pangan. Sayut.sayuran. dan Buah-

...

buahan serta Tanaman Perkebunan di Kabupaten Kerinci

...

Komoditas Unggulan Berdasarkan Luas Tanarn

Volume Pemasaran Komoditas Kayu Manis Kabupaten Kerinci

...

Tahun 2003-2007

Kesesuaian Lingkungan Pertumbuhan Kayu Manis (Cinammon Burmanni)/Cassia Korinqi

...

...

Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kayu Manis

...

Kesesuaian Lahan Kayu Manis per Wilayah Kecamatan

...

Desa Potensi Sentra Industri Pengolahan
(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

. .

[image:15.599.86.520.102.810.2]

Bagan Alir Penelitlan

...

Bagan Alir Penentuan Komoditas Unggulan Prioritas

...

Bagan Alir Penentuan Peta Ketersediaan Lahan dan Cadangan Lahan

....

Bagan Alu Penentuan Lokasi Sentra Industxi

...

Peta Adrninistrasi Kabupaten Kerinci

...

Peta Penutupan Lahan

...

Peta Zonasi Pemanfaatan Ruang

...

Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2003-2007

..

Peta Sentra Industri Kecil

...

Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Kayu Manis

...

Grafik Luas Kesesuaian Lahan Komoditas Kayu Manis

...

Grafik Ketersediaan Lahan Tanaman Kayu Manis

...

...

Peta Ketersediaan Lahan Tanaman Kayu Manis

...

Grafik Ketersediaan Lahan, Lahan Terpakai dan Lahan Cadang an Peta Cadangan Lahan Tanaman Kayu Manis

...

Pohon Industri Pengolahan Kayu Manis

...

Hasil Analisis AHP dalam Penentuan Prioritas Industri Pengolahan

...

Kayu Manis

...

Peta Sentra Industri Pengolahan Sirup dan Bubuk Kayu Manis Peta Zona Indikasi Pemanfaatan Ruang Industri Pertanian dan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kerinci Atas Harga

Konstan Tahun 2000-2007 Menurut Lapangan Usaha

...

76 2. Analisis Location Quotient

. .

Kornoditas Tanaman Pangan

di Kabupaten Kennc~

...

77 3. Analisis Location Quotient

.

.

Komoditas Tanaman Sayur-sayuran

di Kabupaten Kennci

...

78

4. Analisis Location Quotient

. .

Komoditas

Tanaman

Buah-buahan

di Kabupaten Kennct

...

79

5. Analisis Location Quotient

.

.

Komoditas Tanaman Perkebunan

...

di Kabupaten Kennc~ 80

...

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam era otonomi saat ini, kegiatan pembangunan merupakan wewenang pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki untuk tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahtem masyarakat. Pelaksanaan

pembangunan pada umumnya belum memenuhi tujuan yang diiiginkan, dan pembangunan tersebut banyak menimbulkan permasalahan seperti kesenjangan sosial-ekonomi dan kerusakan lingkungan.

Menurut Saragih (2001), pembangunan secara regional masih menghadapi masalah ketimpangan pendapatan antara wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi, antara wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan. Secara sektoral, terjadi ketimpangan pendapatan antara sektor pertanian dengan sektor industri dan jasa, anma kelompok masyarakat petani dan kelompok masyarakat bukan petani. Ketimpangan pembangunan tersebut menimbulkan persoalan seperti pengangguran, kernacetan di wilayah perkotaan dan pelarian sumberdaya manusia

(brain drain) serta pelarian kapital (capitalflight)

dari

wilayah perdesaan.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi ketimpangan pembangunan wilayah adalah dengan menciptakan pembangunan wilayah yang berimbang

(balanced development). Pemban- yang berimbang adalah bentuk

pemcrataan perhmbuhan dari setiap wilayah untuk meningkatkan kapabilitas clan kebutuhannya Perlumbuhan dalam hal ini adalah upaya pcningkatan secara optimal dari potensi yang d i i l i k i oleh suatu wilayah sesuai dengan kapasitasnya dan diharapkan dapat terbentuknya sinergi untuk mcmperkuat pertumbuhan ekonomi wilayah secara agregat (Murly, 2000).

(18)

mencakup sektor pertanian, industri hulk

dan

hilir pertanian (agroindustri), sektor perdagangan input dan h a i l pertanian, serta sektor-sektor jasa yang terkait langsung (Jaya, 2006).

Menurut Simatupang (1990), tahap penting agar proses transformasi perekonomian Indonesia dari dominasi sektor primer menjadi dominasi sektor industri dapat b e r j a h dengan mulus dan efesien addah mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pertanian (agroindustri). Hal yang perlu diperhatikan pada sektor pertanian adalah menjaga kontinuitas penyediaan produk hasil pertanian sebagai bahan baku industri pengolahan sekaligus perbailcan dan penjagaan mutunya Industri pertanian yang didorong dan dikembangkan haruslah sesuai dengan hasil pertanian dominan daerah agar kontinuitas penyediaan bahan baku dapat terjamin.

Berkaitan dengan peningkatan perekonomian nasional dan daerah, maka prod&-produk pertanian harus dapat memberikan nilai tambah yang lebih besw dan menciptakan lapangan kerja. Upaya peningkatan nilai tambah dan penciptaan lapangan pekerjaan merupakan dampak pengganda (multiplier effect) dari pemanfbtan atau pengusahaan komoditas unggulan yang d i i l i k i oleh suatu wilayah (Saragih, 2001).

Setiap daerah mempunyai karakteristik wilayah dan sumber daya yang berbeda- beda, sehingga komoditas unggulan yang diiiliki akan berbeda atau memiliki keunikan tmendiri (komoditas spesifik). Komoditas spesifik lokasi dicirikan dengan sulitnya komoditas tersebut diusahakan di tempat lain, yang mcnunjukkan adanya hubungan khusus antara komoditas tersebut dengan wilayah dimana komoditas tersebut diusahakan.

Nilai tambah produk pertanian diciptakan melalui pengembangan agroindustri skala menengah dan besar, akan tetapi agroindustri tersebut memiliki kekumngan dalam penyerapan tenaga kerja. Untuk itu dalam rangka menciptakan lapangan pekejaan dan mengatasi masalah penganggum, khususnya di wilayah perdesaan, maka agroindustri yang dikembangkan adalah agroindustri skala kecil dan rumah tangga (Supriyati

dan

Suryani, 2006).
(19)

wilayah ataupun bempa komoditas spesifik wilayah. Pengembangan industri pertanian dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan menciptakan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu industri pertanian yang sesuai dikembangkan adalah industri pertanian skala kecil yang membentuk k e m i m dengan industri menengah dan besar.

Kegiatan perekonomian Kabupaten Kerinci saat ini masih bertumpu pada sektor primer. Berdasarkan data keadaan sosial ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun 2007, diketahui bahwa aktivitas perekonomian penduduk Kabupaten Kerinci menurut lapangan usaha, 6227% dari 137.203 jiwa penduduk yang bekeja, pekejaannya berbasis pada sektor pertanian, 14,46% di sektor perdagangan, sekto~ jasa sebesar 12,01%, dan sisanya S,S7% diserap di berbagai sektor seperti sektor keuangan, angkutan, konstruksi dan lain-lain (Bappeda Kabupaten Kerinci, 2008).

Peranan sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Kerinci tahun 2007

masih yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya, yaitu sebesar 50,13%. Di

ddam

sektur pertanian, sub sektor tamman bahan makanan memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan nilai tambah, yang d i i i oleh sub sektor tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan p e r i k a ~ ~ ~ Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Kerinci tahun 2007

secara

rinci disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Distribusi PDRB Atas Dasar Harrra Konstan Menurut Lapangan

-

- - Usaha Tahun 2003-2007.

. - -- - - -

-

--

Tahon

Lapangan Usaha 2003 2004 ZOOS 2006 2007

%

I. Pertanian 50,08 49,95 50,5 49,78 50,13

2. Pertambangaa dan Penngalian -- 0,4 1 0,40 0,39 0,37 0,36

3. Industri ~ c < ~ o l a h a ~ 4,19 4,11 4,04 4,lO 4,09

4. Listrik dan Air Bersih 0,74 0,77 0,77 0,78 0,76

5. Bangunan 3,08 3,34 3,60 3,73 3,78

6. Perdagangan, IIolel dan Restoran 14,67 14,43 14,59 14,65 14,82 7. Pengangkutan, Pos & Telekom 9,81 9,93 9,78 9,94 9,73 8. Keuanm

-

dan Persewaan 4.38 4,37 4,38 4,30 4,26

9. Jasa 12;65 12,69 12,40 12,36 12,08

Total 100 100 100 100 100

(20)

Besarnya peranan sektor pertanian dalam

PDRB

Kabupaten Kerinci temyata tidak seimbang dengan ketersediaan lahan untuk menampung jumlah tenaga kerja yang tersedia. Kenyataan tersebut dapat dilihat dari tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Kerinci tahun 2007 sebesar 9,79%, dimana secara absolut jumlah orang yang aktif mencari pekerjaan tetapi belum mendapatkan pekejaan adalah sebanyak 15.912 orang. Tingginya tingkat pengangguran terbuka disebabkan olch berkurangnya lapangan pekerjaan di sektor pertanian dan sebagian beralih pekerjaan ke sektor perdagangan dan jasa yang umumnya tidak banyak menyerap tcnaga kerja (Bappeda Kabupaten Kcrinci, ZOOS).

Berkurangnya lapangan pekerjaan di sektor pertanian disebabkan olch keterbatasan luas lahan yang dapat dibudidayakan, karena adanya limitasi kawasan bman nasional yang merupakan kawasan lindung clan kepemilikan lahan yang dikuasai oleh sebagian orang atau pun kelompok Selain itu, pada masa mendatang jumlah penduduk di Kabupaten Kcrinci diperkirakan akan t m bertambah dan membutuhkan lahan untuk menampung aktivitas kehidupan, sehingga perlu diupayakan suatu strategi kebijakan dalam mempersiapkan dan menyedialcan lahan ataupun lapangan pekerjaan bagi masyarakat untuk mengantisipasi tumbuhnya aktivitas masyarakat yang akan bedam& pa& kelestarian dan kcutuhan kawasan lindung

.

Salah satu strategi clan kebijakan pembangunan yang dilakukan di Kabupatcn Kerinci untuk mengatasi

permasalahan

tersebut adalah pembangunan industri pertanian skala kecil. Jenis industri yang telah dijalankan di Kabupaten Kerinci adalah industri pengolahan hasil pertanian terutama induslri makanan dan minuman. Produk industri yang Tiasilkan sangat beragam sesuai dcngan jenis bahan baku atau komoditas yang digunakan, diantaranya adalah : ubi kayu, tebu, tembakau, kentang, kacang kedele dan kayu man's. Konlribusi sektor industri pengolahan ini tcrhadap PDRB Kabupaten Kerinci memiliki tingkat pcrtumbuhan sebesar 4,09% pada tahun 2007 @PS Kabupaten Kerinci, 2008).
(21)

dasamya memiliki peluang yang sama untuk dibangun sentra industrinya, namun

sejauh ini belum tergali potensi yang diiilikinya. Dengan diketahuinya patensi

setiap wilayah kecamatan, diharapkan dapat diwujudkan pengembangan industri

pertanian di wilayah tersebut dalam rangka menciptakan pembangunan wilayah

yang berimbang.

Dari

sisi pembangunan industri pertanian berkelanjutan (Soekartawi,

2005), pemanfaatan sumberdaya dam sebagai bahan baku industri perlu dijaga

keberlanjutannya dan diupayakan meminimalkan dampak negatif terhadap

lingkungan. Pembangunan industri perbnian yang berkelanjutan di Kabupaten

Kerinci ini terkait dengan keberadaan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)

yang merupakan kawasan liidung. Oleh karena itu strategi dan kebijakan pembaagunan wilayah Kabupaten Kerinci berupaya mempertimbangkan

keberadaan dan menjaga kelestarian TNKS tersebut.

Industri

pertmian

yang berorientasi bahan baku perlu dibangun d m

diarahkan pengembangannya dengan memperhatikan aspek-aspek manajemen clan karmservasi sumber daya alam. Pemanfmtan sumkrdaya d a m berupa produk

p e r h i a n untuk kebutuhan indu&i pertanian di Kabupaten Kerinci saat ini mengatidcan kcrlestatian kawasan TNKS, d i i a komoditas wrtanian yaag

umumya dibudidayakan adalah komodita~ yang memiliki nilai ekonomi tinggi

imtuk w i t

ini,

s s p h timman hcrrtikultura. Eudidaya tanzman tnortikultura di

Kabupaten & M C ~ dialokasikan pada kawasan TNKS, dan sangat mengancam

keI?sWam

I=?

sgbagzli k a w m l i i g

&an

pgngatw tata

air

untuk k a w s m

bawahannya pada masa mendatang karena mengalami aljh fungsi lahan meqjadi lahm budidaya tanaman hortikultm, meskipun komoditas yang dibudidayakm

merupakan komoditas unggulm ataupun bukan komoditas unggulan wilayah

Pencrlitian ini bsmpaya msmadukan strategi

&,an

kebijakm pembangu~an

wilayah yang diakukan di Kabupaten Kerinci yaiiu meningkatkan nilaj tambah produk f ~ t m i m yang msrupakan komoditas unggulai wilayah d m

menciptakatl

lapangan k e j a bagi xnasyarakat melalui pengembangan industri pertanian, serta

berupaya a~enjaga kekstarian dan keutuhm kawasan T m a n Nasicrnal Kerifici

(22)

Rumusan Masalah

Upaya untuk meningkatkan nilai tambah pmduk pertanian d m menciptakan lapangan peke jaan bagi masyarakat melalui industri pertanian telah dilakukan oleh pemerintah beserta masyarakat Kabupaten Kerinci. Industri pertanian yang tersedia adalah industri pengolahan produk makanan dan minuman dalam skala kecil. Beberapa pernasalahan dalam upaya pengembangan indushi pertanian

di Kabupaten Kerinci diantaranya adalah:

1. Bahan baku industri berupa komoditas pertanian sangat beragam dan belum diketahui komoditas yang menjadi unggulan prioritas wilayah,

2. Budidaya komoditas pertanian sebagian dialokasikan pada lahan konservasi, sehingga mengancam kelestarian kawasan konservasi tersebut dimasa mendatang;

3. Industri pertanian sebagian besat hanya terkosentcasi pada beberapa wilayah kecamatan, sehingga b e l m terwujud keberimbangan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Kerinci.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan arahan wilayah pengembangan industri pertanian berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah untuk mendukung strategi kebijakan pembangunan di Kabupaten Kerinci.

Sedangkan

manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertirnbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupatcn Kerinci dalam merumuskan kebijakan pembangunan wilayah dengan menempatkan industri pertanian sebagai sa1ah satu kegiatan masyarakat selain pertanian; 2. Menyediakan data dan informasi bagi pelaku pembangunan di Kabupaten

(23)

Ruang Liigkup Penelitian

Pengembangan industri pertanian di Kabupaten Kerinci diupayakan dengan memanfaatkan potensi komoditas unggulan yang dimiliki dalam skala kecil ataupun skala menengah. Sedangkan arahan wilayah pengembangannya ditentukan oleh karakteristik wilayah yang dimilikinya. Untuk itu ruang lingkup kajian dalam penentuan arahan wilayah pengembangan industri pertanian dalam pelitan ini di antaranya adalah:

1. Mengidentifikasi jenis komoditas unggulan wilayah, dan menetapkan komoditas unggulan yang diprioritaskan budidayanya terkait dengan pengembangan industri pertanian dan upaya melaksanakan konservasi sumberdaya dam;

2. Menentukan lahan yang sesuai untuk budidaya komoditas unggdan prioritas; 3. Menentukan ketersediaan dan cadangan lahan budidaya komoditas unggulan

prioritas;

4.

Menentukan jenis produk industri pertanian berdasarkan komoditas unggulan prioritas yang dimiliki;

5. Menentukan lokasi industri pertanian yang akan dikembangkan berupa desa- desa sentra industri pengolahan komoditas unggulan prioritas wilayah, dan 6. M e m u s k a n arahan wilayah pengembangan industri pertanian.

Pendekatan Penelitian

Pengembangan industri pertanian diperlukan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan menyediakan lapangan k e j a bagi masyarakat. Pengembangan industri pertanian ini diupayakan dengan jalan memanfaatkan

dan

(24)

Komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan prioritas dalam rangka pengembangan industri pertanian dan menjaga kelestarian lingkungan adalah komoditas yang memiliki keterkaitan dengan industri pertanian sebagai w j u d keterkaitan antara ketersediaan bahan baku dan industri pengolahannya serta dapat dibudidayakan dengan memperhatikan aspek-aspek manajemen dan konsewasi sumberdaya dam. Strategi awal yang dilakukan adalah pemetaan potensi komoditas unggulan prioritas wilayah di Kabupaten Kerinci.

Komoditas unggulan di dalarn suatu wilayah tidak hanya ditunjukkan dengan keunggulan komparatifnya, akan tetapi juga perlu ditunjukkan oleh daya dukung lahan bernpa kesesuaian dan ketersediaan lahan komoditas tersebut terhadap kondisi biofisik wilayah. Untuk itu potensi komoditas unggulan prioritas tersebut perlu dikaji melalui evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan jenis data dan informasi biofisik wilayah yang tersedia.

Upaya pengembangan industri perkmian sangat terkait dengan jenis dan skala usaha yang akan dilaksanakan. Skala usaha industri yang akan dikembangkan di Kabupaten Kerinci adalah industri skala kecil atau menengah, yang diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja yang tersedia dan meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Sedangkan jenis produk industri yang &an dikembangkan ditentukan berdasarkan jenis komoditas unggulan prioritas yang dimiliki.

.

Sentra industri kecil dan menengah yang akan dikembangkan membutuhkan lokasi yang tepat dari aspek biofisik wilayah dan memenuhi kriteria lokasi yang telah ditetapkan. Selain itu penentuan lokasi sentra industri kecil di Kabupaten Kerinci perlu mempertimbangkan zonasi pemanfaatan m g wilayah dan keunggulan komparatif wilayah dalam menghasilkan komoditas unggulan prioritas wilayah.

(25)
(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Industri Pertanian

Industri pertanian merupakan bagian dari enam sub-sistem agribisnis yaitu

sub-sistem penyediaan sarana produksi clan peralatau, usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan pembinaan. Agroindustri dapat diartikan dalam dua hal yaitu: pertama, agroindustri adalah industri yang berbahan baku

utama dari produk pertanian, dan kedua, agroindustri diartikan sebagai suatu

tahapan pembangunao sebagai lanjutan dari pembangunan pertanian, sebelum

tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri

(Soekartawi, 2005).

Menurnt Supriyati dan Suryani (2006), agroindustri merupakan industri

yang pada umumnya mengandahn sumberdaya lokal yang mudah rusak

(perishuble) tergantung kondisi alam, bersifat musiman serta teknologi

dan

manajemennya akomodatif terhadap heterogenitas sumberdaya manusia (dari tingkat s e d d a n a sampai teknologi maju) dengan kandungan bahan baku lokal

yang tinggi.

Menurut

Saragih (2001), agroindustri adalah industri yang mempunyai

kaitan yang kuat dengan pertanian. Kaitannya dapat berbentuk sumber input alau output yang digunakan di bidang pertanian. Agroindustri merupakan salah satu sub sistem penting dalam sistim agribisnis, memiliki potensi untuk mendorong

pertumbuhan yang tinggi karena pangsa pasar dan nilai tambah yang relatif

besar dalam produksi nasional. Agroindustri dapat mempercepat transibrmasi struktur

perekonomian dari pertanian ke industri. Agroindustri juga dapat menjadi wahana bagi usaha mengatasi kemiskinan karena daya jangkau dan spektrum kegiatannya

yang luas. Tidak kalah pentingnya, agroindustri umumya dapat diselaraskan dengan usaha pelestarian lingkungan karena keterkailamya dengan kegiatan

(27)

Keterkaitan Sektor Pertanian dan Industri

Keterkaitan sektor pertanian dan sektor industri yang tangguh merupakan

salah satu syarat untuk dapat tercapainya transformasi struktural dari pertanian

(industxi primer) ke industri manufaktur (industri sekunder). Kaitan yang paling sesuai adalah pengolahan produk-produk pertanian ke dalam pengembangan

agroindustri. Keterkaitan industri dengan sektor pertanian amat kuat apabila

sektor industri mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi (King dan

Byerlee,

1978,

dalam Kuncoro, 2003).

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi perekonomian dan

merupakan landasan perekonomian suatu negara. Sektor ini menjadi sumber

pangan, sandang dan papan yang bermutu, murah, dan berkesinambungan bagi masyarakat. Selain itu sektor ini dimanfaatkan sebagai penyedia bahan baku bagi

industri lainnya dan sebagai pemasok tenaga kerja bagi sektor manufaktur dan

jasa di perkotaan (Ditjcn BP2HP, 2005).

Pembangunan pertanian yang difokuskan pada peningkatan produksi pangan relatif cukup bcrhasil, walaupun peningkatan produksi belum berkorelasi

positif dengan tingkat kesejahteraan masyarakat perdesaan. Untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk perdesaan, pengembangan sektor pertanian hams

dibarengi dengan usaha non pertanian yaitu usaha perdagangan dan industri

pengolahan (Suhariyanto,

2008).

Tujuan dan Arab Pengembangan Agroindustri di Indonesia

Agroindustri memiliki peran strategis

dalam

upaya pemenuhan bahan

kebutuhan pokok, perluasan kesempatan kerja dan bcrusaha, pemberdayaan produksi

dalam

negeri, perolehan devisa, pengembangan sektor ekonomi lainnya,

serta perbaikan perekonomian masyarakat di perdesaan. Salah satu

arah

kebijakan yang perlu ditempuh

dalam

pembangunan pcrtanian jangka panjang adalah

mewujudkan agroindustri skala kccil di perdesaan dalam rangka meningkatkan

nilai

tambah

dan pendapatan petani. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,
(28)

industri, yalcni industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentra-sentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya, b) mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar, c) mengembangkan industri pengolahan yang punya daya saing tinggi untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri (Supriyati d m Suryani, 2006).

Peranan Agroindustri dalam Perekonomian Nasional

Sockartawi (2005) menyatakan bahwa agroindwti memiliki peranan besar dalam perekonomian Indonesia, dengan alasan: 1) a g o i n d u d mampu menyerap tenaga k e j a yang tinggi mengingat ciri agroindustri pedesaan bersifat padat karya dan bersifat masal, 2) sumberdaya lokal bisa dipakai sehingga agroindustri bisa meningkatkan nilai tambah dan selanjutnya meningkatkan keuntungan dan pendapatan, 3) produk agroindustri yang baik kualitasnya dan mampu bersaing bisa dipakai sebagai instrumen wtuk meningkatkan devisa negara, 4) semakin meningkatnya kegiatan agroindustri berarti meningkatnya uang yang beredar di masyarakat pedesaan dan mi akan menimbulkan side effect muneulnya kegiatan lain di pedesaan dan akhimya

b m

meningkatkan daya beli masyarakat, 5) karena agroindustri tidak bisa berkembang sendiri, maka

akan

muncul kegatan lain yang menjadi komponen pendukung agroindustri tersebut

Peluang Pengembangan Agroindustri

Menurut Setiyanto

(1998)

dalam Supriati dan Suryani (2006) keunggulan agroindustri yang mcmpakan peluang pengembangannya adalah :

1)

hgroindustri mengolah hasil pcrtanian sehingga tingkat ketergantungan sektor ini relatif rendah terhadap bahan baku atau modal maupun kapital dari luar negeri atau impor;
(29)

oleh manusia yang senantiasa meningkat sesuai dengan perkembangan

jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraannya;

3) Indonesia memiliki potensi input bagi agroindustri dalam jumlah yang relatif besar baik potensi sumberdaya lahan maupun agroklimat;

4) Input bagi agroindustri pada umumnya bempa bahan-bahan alamiah yang

dapat diperbaharui sehingga ramah terhadap lingkungan

dan

kontribusinya besar tehadap upaya pelestarian sumberdaya dam clan lingkungan;

5)

Agroindustri merniliki keberlanjutan yang tinggi dengan pola penerapan

ymg tepat baik sccara mandiri maupun dengan kemitraan;

6) Agroindustri secara makro melibatkan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar sehingga berfungsi menciptakan kesempatan k e j a dan berusaha, peningkatan pendapatan dan tepat untuk program pengentasan kemiskioan;

7) Lokasi produksi pertanian umumnya berada di perdesaan, sedangkan

agroindustri yang bcrkembang di wilayah sentra produksi

akan

mampu

menciptakan daerah-daerah pertumbuhan maupun kota-kota baru, khususnya

di luar pulau J a w

8) Agroindustri menghasilkan komoditas yang merupakan kebutuhan hidup manusia seperti pangan, pakaian, dan penunahan termasuk juga hiburan;

9) Agroindustri menghasilkan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi;

10) Prod&-produk agroindustri bersifat lebii elastis dan juga dapat dikembangkan agar memilii ketahanan relatif l e b i lama;

11) Apindustri merniliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan @ward linkago) yang kuat dcngan sektor lainnya,

schingga menggerakkan agroindustri akan menggerakkan seMor hulu dan sektor hilirnya

Sentra Industri Kecil

(30)

Kecil dan Menengah (LJKM) merupakan upaya membangun pusat kegiatan bisnis di kawasan atau lokasi tertentu dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan baku dan sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama atau sejenis serta

memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bagian integral dari klaster atau sebagai titik masuk (entry point) dari upaya pengembangan klaster (Meneg Koperasi UKM, 2005).

Menurut Gibbs dan Bernat (1997), klaster industri didefinisikan sebagai suatu kelompok industri yang lokasinya berdekatan satu sama lain dan saliig membutuhkan. Klaster tersebut berupa kumpulan industri pengokhan yang berlokasi di dalam suatu kawasan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

dalam

p e d t a n sumber daya alam, wilayah pasar, tenaga kerja, dan efesiensi biaya tmnsportasi.

Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappcnas (2004), klastcr addah konsentrasi geografis berbagai kegiatan usaha

di

kawasan tertentu yang s a h sama lain saling melengkapi, d i n g bergantung, dan saliig bersaing dalam mclakukan aktivitas bisnis. Perusahaan atau industri- industri tersebut memiliki persamaan kebutuban terhadap tenaga ke ja, teknologi, dan infrastruktur.

Kritcria pertimbangan dalam penentuan jenis industri pengolaban hasil pertanian menurut Kustanto (1999) terdiri dari:

1. Kondisi bahan baku

Gileria bahan baku sangat mempengaruhi kelangsungan industri ymg akan dikembangkan, karena menyangkut jaminan kontinuitas k c t e r s e d i bahan baku dalam mendukung aktivitas produksi.

2. Peluang pasar

(31)

3. Nilai tambah produk

Kriteria nil& tambah produk menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh apabila produk industri tersebut diiembangkan.

4. Teknologi yang sudah digunakan

Kriteria teknologi mempengaruhi produk industri pertanian yang diiillcan, karena kriteria ini ditujukan untuk m e l i i t apakah produk industri yang dihasilkan sudah menggunakan teknologi baik di dalam maupun luar negeri. Apabila produk yang akan dikembangkan baru pada tahapan skda laboraturium, berarti teknologinya

belum

teamin.

5. Penyerapan tenaga kerja

Kriteria penyerapan tenaga kerja digunakan untuk melihat apakah industri pertanian yang akan dikembangkan memerlukan tenaga kerja yang besar atau sedikit. Penyerapan tenaga kerja ini dapat dilihat dari seberapa

besar

rumah tangga yang mengusahakan produk tersebut.

6. Dampak ganda tcrhadap produk lain

Kriteria dampak gan& tcrhadap produk lain menunjukkan apakah pendirian agroindustri memerlukan penunjang dari industri lainnya.

7.

Dampak lingkungan

Kriteria dampak lingkungan menunjukan apakah industri pertanian yang akan dikembangkan cukup ram& terhadap limgkungan.

8. Kondisi agroindustci saat ini

Kriteria ini diperlukan untuk m c l i i t industri apa yang telah berkembang dengan memanfaatkan bahan baku yang sama dan mcmbandingkan industri pertanian apa yang relatif lebih berkembang.

9.

Kebijakan pemerintah.
(32)

Kriteria Lokasi Sentra Industri

Pengembangan industri pertanian menurut Supriyati dan Suryani (2006)

lebih diarahkan ke wilayah perdesaan. Untuk mengidentilikasi lokasi atau desa-

desa sentra industri pertanian tersebut dapat digunakan kriteria lokasi yang

dikeluarkan oleh Diktorat Jendral Pembangunm Daerah, Tahun 1996

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Jarak dari pusat kota; untuk sentra industri kecil berdasarkan kriteria ukuran jarak sentra industri dengan pusat kota, belum ditetapkan.

2. Jarak terhadap permukiman; umumnya sentra industri kecil merupakan bagian

dari permukiman atau berbaur dengan permukirnan penduduk yang sudah a& 3. Jaringan jalan; didalam kriteria dinyatakan bahwa suatu w t r a industri harm

dapat dijangkau olch jalan tol. Pcmbangunan sentra industri dl daerah perlu memiliki aksesib'itas yang tin@ dengan tersedianya jalan arteri primer. 4. Easilitas dan prasamna; fasilitas dan prasarana minimum yaag diperlukan di

dalam sentra industri adalah tersedianya sumber

air

bersih. Idealnya suatu

scntra industri pcrtanian mernerlukan ketersediaan fasilitas seperti sumber

air

bersih dan sumber cnergi.

5.

Kualitas

air

sungai; suatu sentra industri yang dibmgun harus terlayani oleh sungai golongan C, D dan E.

6. Pcruntukan lahan, dapat bcrbaur antara lain dcngan permukiman, perdagangan

dan pertanian.

7.

Orientasi lokasi; suatu sentra industri kccil tidak mcmiliki orientasi khusus dalam pembangunann ya.

Strategi pengembangan industri pertanian skala kecil perlu

mempertimbangkan faktor lokasi. Adapun yang termasuk faktor lokasi adalah

kedekatan dengan bahan baku, memiliki biaya transportasi yang murah, akses

(33)

Komoditas Unggulan

Menurut Syafaat dan Supena (2000) dalam Hendayana (2003) langkah menuju efisiensi pembangunan pertanian dapat ditempuh dengan mengembangkan

komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi

penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran, komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas

dalam

pertumbuhamya pada kondisi biofisik,

teknologi, d m sosial ekonomi (penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya

manusia, adat istiadat, clan infmstruktur) pctani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi perrnintaan, komoditas unggulan dicirikan dari kuatnya perinintaan di pasar

baik pasar domestik maupun internasional.

Pada lingkup kabupaten/kota, komoditas unggulan kabupatcn dihampkan

memcnuhi kritcria sebagai berikut: 1) mengacu kritcria komoditas unggulan

nasiond, 2) memiliki nilai ekonomi yang tinggi di kabupaten, 3) mencukupi kebutuhan sendiri dan marnpu mensuplai daerah lainkbpor, 4) memiliki pasar yang prospcktif dan merupakan komoditas yang berdaya saing tinggi,

5)

memiliki

potensi

untuk

dithgkatkan nilai tambahnya dalam agmindustri,

dan

6) &pat dibudidayakan secara luas di wilayah kabupaten.

Komoditas unggulan yang ditentukan berdasarkan keunggulan komparatif

clan kompetitif pada suatu wilayah adalah komoditas yang tergantung pada besamya nilai data produksi dan luas tanam suatu komoditas. Akibatnya, komoditas yang telah lama menjadi komoditas spesilik daerah tersisihkan.

Padahal komoditas tersebut, karcna sejak lama d i k e d sebagai komoditas spesifik

dari

suatu

daerah, dapat memiliki

nilai jual yang

&ggi bila dusahakan dengan baik. Komoditas yang dapat di masukkan sebagai kelompok komoditas spesifik

lokasi dicirikan dengan sulitnya komoditas tersebut diusahakan di kmpat lain. Hal ini menunjukkan adimya hubungan khusus (spesifi) anbra komoditas tersebut dengan wilayah

dimana

komoditas tcrsebut diusahakan.

Dalam pengernbangarmya, komoditas spesifik memerlukan manajemeu

(34)

maka sifat unik yang melekat pada komoditas tersebut secara bertahap akan menurun dan tidak m e d i nilai ekonomis kbusus lagi serta pada akhimya akan

punah. Pengembangan komoditas spesifik setiap wilayah hams terus dilakukan

melalui beberapa pendekatan, yaitu: 1) kebijaksanaan pemerintah untuk tetap mcfindungi komoditas tersebut sebagai komoditas "khas dan unik" dari suatu daerah, schingga tidak diusahakan secara besar-besaran di daerah lain yang tidak sesuai kondisinya (agroekosistem), dan

2)

peningkatan produktivitas dan sekaligus komersialisasi melalui pcrbaikan pasca pancn @cngolahan dan

pengcmasan), promosi, dan pengembangan daerah tersebut menjadi tcmpat wisata dengan sarana dan p r a s a r a ~ yang memadai (Baclmii 2003)

l n d h pertanian (agroindustri) berkelanjutan m e n m t Soekmhwi (2005), adalah agroindustri yang mendasarkan diri pada konsep "keberlanjutan", dimana agroindustri yang dimaksud dibangun dan d i b a n g k a n dengan memperhalikan

aspek-aspek rnanajemen dan konservasi sumberdaya alam. Semua teknologi yang digunakan dan kelembagaan yang terlibat dalam proses pembangunan tersebut diarahkan untuk memenuhi kepentingan manusia masa sekarang maupun masa

mendatang.

Terdapat beberapa ciri

dari

agoindustri bcrkelanjutan, yaitu :

1.

Produktifitas dan kcuntungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan dalam waktu relatif lama seh'mgga memenuhi kebutuhan manusia masa sekarang atau

masa mendatang;

2. Sumberdaya alam, khususnya sumberdaya pertmian yang mcnghasilkan

baban baku agroindustri dapat dipclihara dengan baik dan

bahkan

terus

ditingkatkan karena keberlanjutan agroindustri tersebut sangat tergantung dari

ketersediaan bahan baku;

3. Dampak negatif dari adanya pcmanfaatan sumberdaya alam dan adanya agroindustri dapat dunmum 8

. .

(35)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitisn

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Secara

administratif, Kabupaten Kerinci terdii dari 17 Kecamatan dan 278 desa Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan

Desember 2008.

Metode Pengumpulan Data

Dalarn penelitian ini digunakan dua sumber data, yaitu sumber data primer

dan sekunder. Teknik pengumpulan data akan diuraikan dibawah ini :

1. Pengumpulan data sekunder.

Data sekunder yang dikumpuikan dalam penelitian ini bempa data statistik,

peratwan pemdang-undangan, kebijakan pemerintab, kajian-kajian tertentu

di bidang pertanian dan industri, serta data-data spasial yang diperoleh

dari

bcrbagai dinas dan instansi terkait di liigkup Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci, sepcrti : Bim Pusat Statistik, Bappeda,

D i

Pertanian dan Perkebunan, serta

D i

P e r i n d d a n dan Perdagangm Jcnis dan sumber data primer dan sekunder tersebut disajjikan pada Tabel 2.

2. Pengumpulan data primer.

Pcngumpulan data primer dilakukan dalam bentuk wawancara semi terstruktur

terhadap responden terpilih yang mengetahui

dan

memahami dcngan baik pernasalahan yang menjadi obyek penelilian dan mempakan informan kunci

melalui quesioner Analitical llierarchy Process

(Am).

Wawancara ini dilakukan dengan pihak Yernerintah Daerah Kabupaten Kerinci, scperti Bappeda,

Dinas

Pertanian dan Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Untuk memperoleh data kegiatan induslri pertanian dan pertanian komoditas unggulan dilddcm wawancara dengan pelaku industri

pengolahan

dan petani yang rnengwahakan komodihs unggulan pertanian di

(36)

Tabel

2

Jenis Data Primer dan Sekunder serta Sumber Data

Jenis DataJPeta Sumber

1. Data Primer

-

Preferensi responden terhadap jenis produk

-

Wawancara dan Quesioner indushi yang akan diembangkan;

- Kondisi industri pertanian dan usaha

komoditas unggulan. - Wawancara 2. Data Sekunder

- PDRB Kab. Kerinci Tahun 2003-2007

-

Luas Tanam dan Panen serta Produksi -BPS Kabupaten Kerinci Komoditas Pertanian Tahun 2003-2007.

-

BPS Kabupaten Kerinci, Dias

Pertanian dan Pekebunan Kab. Kerinci

-

Hasil Kajian Pertanian dan industri Kab. - Bapeda Kab. Kerinci Kerinci.

- Ekspor Komoditas Pertanian -BPS Kabupatea Kerjncj, Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

- Jenis dan Jumlah Industri Pengolahan

-

Dinps Perindusbian dan Kabupaten Kerinci Tahun 2007 Perdagmgan Kab. Kerinci

- Peta Adminimi, Skala 1:100.000

-

Bappeda Kabupaten Kerinci

- Peta Curah Hujan, Skala 1: 100.000

-

Bappeda Kabupaten Kerinci

-

Peta Topografi, Skala 1:SO.OOO

-

Bakosurtanal

-

Peta Penggunaan Lahan, Skala 1: 100.000

-

Bappeda Kabupaten Kerinci

- Pota Status Lahan, Skala 1:100.000

-

Bappeda Kabupaten Kerinci

-

Peta Tutupan Lahan, Skala 1: 100.000

-

Bappeda Kabupaten Kerinci

-

Peta Unit Lahan, Skala 1: 250.000

-

Puslilannak, Dep. Pertanian

Metode haLisa

Data

Analisa dibutuhkan untuk mendapatkan informasi dari data-data yang telah dikumpulkan dengan menerapkan metode-metode khusus sesuai dengan pokok pcmmmiahan yang akan

dibabas,

sehingga informasi yang dihasilkan tersebut dapat digunakan untuk m e m u s k a n suatu penilaian dan menentukan

kebijakm (Warpani, 1980). Metode andisa yang digunakan sesuai dengan mang Iingkup penelitian pengembangan indwtri perbnian di Kabupaten Kerinci

diuraikan dibawah ini.

Idcntifikasi Komoditas Unggulan Wiayah

[image:36.602.88.510.66.508.2]
(37)

untuk mengindikasikan kemampuau suatu daerah dalam memproduksi suatu komoditas dibandingkan dengan produksi komoditas tersebut &lam lingkup wilayah yang lebih luas. Analisis location quotient (LQ) dalam penentuan komoditas unggulan dilakukan dengan jalan membandingkan antara luas

tanam/luas panen, komoditas tanaman pangan, sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan selama lima tahun, yaitu tahun 2003 sampai 2007. Adapun formulasi analisis LQ ini adalah (Hendayana, 2003):

dimana,

pi = luas tanamlpanen komoditas i pada tingkat kecamatan

pt =total luas tanamfpanen seluruh komoditas dalam kecarnatan Pi = total luas tanamlpanen komoditas i pada tingkat kabupaten

Pt = total luas tanadpanen seluruh komoditas pada tingkat kabupaten

Berdasarkan formulasi yang ditunjukan dalam persarnaan diatas, maka terdapat beberapa kemungkinan nilai LQ yang dapat dikemukakan, yaitu :

LQ=I : berarti pcrtumbuhan komoditas i

di

dalam suatu wilayah kecamatan sama dengan pextumbuhan komoditas i tersebut

dalam

skala bbupatrsn

LQ>1 : berarti pertumbuhan komoditas i di dalam sualu wilayah kecamatan m c ~ p ~ k a n komoditas basis di wvilayah tersebut. LQ<1 : b e d perhmbuhan komoditas i di dalam suatu wilayah

kecamatan bukan mcrupakan komoditas basis wilayah tcrscbut dan tidak prospektif untuk dikcmbangkan.

Penetapan Komoditas Unggrrlan- Prioritas Wiliryak

(38)

( I Klasi6kasi

Komoditas Unggulan Komoditas +.-, I Sentra Indusei Peltanian I

-

(Hasil Analisis LQ) ---b Berdasarkan (Ketersediaan Industri

-

Luas Tanam Pengolahan)

d

Terbesar A

[image:38.602.78.518.61.846.2]

-

Gambar 2 Bagan A l i Penentuan Komoditas Unggulan hioritas

Untuk menetapkan jenis komoditas unggulan prioritas wilayah dalam rangka pengembangan industri pertanian dilakukan dengan menggunakan hasil analisis

Location Quotient (LQ), selanjutnya komoditas unggulan tersebut diseleksi

berdasarkan luas tanam terbesar, yang dalam ha1 ini merupakan p e n c e d a n kesesuaian secara fisik dan budaya. Tanaman yang memiliki luas tanam yang besar tetapi tidak sesuai secara fisik tidak diutamakan.

Berkaitan dengan pengembangan industri pertanian, maka komoditas unggulan yang memiliki luas tanam tcrbesar diseleksi dan disesuaikan dengan ketersediaan industri pengolahannya Keterscdiaan industri pertanian ini merupakan bentuk ketcrkaitan antara bahan baku dengan industri dan merupakan usaha peningkatan nilai tambah komoditas pertanian dalam memenuhi pennintaan pasar akan produk olahan industri psrtanian. Sedangkan untuk ~newujudkan pengembangan industri pertanian yang berkelanjutan, maka komoditas unggulan yang digunakan sebagai input produksi industri pertanian diprioritaskan pada tanaman yang rnemiliki nilai ekonomis tinggi dan memberikan fungsi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Evaluasi Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan

(39)

F A 0 (1976), yaitu dengan membandmgkan persyaratan tumbuh tanaman yang merupakan komoditas unggulan prioritas dengan kualitas lahan yang tersedia. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi kesesuaian lahan secara fisik, yaitu kesesuaian lahan yang didasarkan pada faktor-faktor fisik.

Data spasial yang digunakan dalarn analisis ini adalah peta satuan tanah (land unit) skala 1 :250.000. Peta tanah ini termasuk dalatn jenis peta tanah skala tinjau yang menggambarkan macam tanah, bentuk wilayah dan bahan induk penyusunnya.

Kategori klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan dalam evaluasi ini adalah kesesuaian lahan pada tingkat ordo. Klasifikasi kesesuaian lahan pada tingkat ordo digunakan dalam pemetaan tanah pada skala yang lebii kasar (eksplorasi), dimana klasifikasi tingkat ordo ini menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak scsuai untuk penggunaan tertentu (r-Iardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Secara rinci klasifikasi kesesuaian lahan tingkat ordo dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Ordo S (sesuai) : lahan yang tennasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu akan memuaskan setelah dihilung dcngan masukan yang diberikan, tanpa atau & i t rssiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya.

2. Ordo N (tidak sesuai) : lahan yang termasuk ordo

ini

adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian mpa, sehingga mencegah penggunaanya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan. Lahan dapat digolongkan sebagai tidak sesuai untuk digunakan bagi usaha pcrtanian karena berbagai penghambaf baik sccara fisik (lereng sangat curam, berbatu-batu, dan sebagainya) atau secara ekonomi (keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan).

Analisis Keterscdiaan Lahan dan Lahaa Cadangan

(40)

lahan. Proses analisis

ini

dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcGis 9.3.

Jenis data yang digunakan adalah kesesuaian lahan dengan klasifikasi sesuai (S) untuk komoditas unggulan prioritas wilayah pada peta kesesuaian lahan, jenis- jenis penggunaan lahan untuk kawasan budidaya pada peta tutupan lahan yang diidentifikasikan sebagai wilayah sebaran komoditas unggulan prioritas, dan lahan yang

bukan

merupakan kawasan hutan liidung pada peta status lahan. Hasil tumpangsusun ini ditampilkan dalarn bentuk peta ketersediaan lahan komoditas unggulan dan tabel ketersediaan lahan komoditas yang dideskripsikan sebagai hasil analisa.

Cadangan lahan komoditas unggulan adalah luas lahan bersih (netto) yang d i i i l k a n melalui tumpangsusun peta ketersediaan lahan komoditas unggulan prioritas wilayah dengan peta penggunaan lahan

untuk

komoditas unggulan prioritas wilayah yang terpakai saat ini. Proses dalam analisa ini dilakukan dengan urutan sebagaimana disajikan pada Garnbar 3 berikut :

Peta Penutupan

Lahan

Peta Status

[image:40.602.90.506.84.846.2]

Lahan

Gambar 3 Bagan Alir Penentuan Peta Ketersediaan Lahan dan Cadangan Lahan

Penentuan Jenis Industri Pengolahan Komoditas Unggulan

Penentuan prioritas jenis industri pengolahan yang akan dikembangkan dalam wilayah didasarkan pada jenis komoditas unggulan prioritas wilayah yang ditetapkan sebelumnya Metode pendekatan yang digunakan adalah metode

(41)

Metode ini dimaksudkan mtuk membantu memecahkan masatah kualitatif yang kompleks dengan memakai perhitungan kuantitatif, melalui proses pengekspresian masalah dalam kerangka pikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dilakukannya pengambilan keputusan secara efekiif (Lamadlaw, 2006).

Menwut Saaty (1993), ada tiga prinsip dasar &lam proses hirarki analihik, yaitu: 1) Menggambarkan clan menguraikan secara hirarki, atau memecah persoalan menjadi unsw-unsur yang tcrpisah, 2) Pembedaan prioritas dan sintcsis, yaitu mencntukan peringkat elenlen menurut relatif pentingnya; 3) Konsistensi logis, yaitu menjamin semua elemen diilompokan secara logis dan diperhitungkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

Penyusunan hirarki didasarkan pada kritsria, sub kriteria dan alternatif yang digunakan nnt& mcnenfukan jenis indnstri pengolahaa komoditas unggulan yang akan dikembangkan. Adapun kriteria, sub kritcria dan alternatiftersebut adalah :

I.

Kriteria yang digunakan a&& pcnawaran,

permintaan,

dan

penerimaao

masyarakat.

2. Sub Kritcria yang digunakan

adalah

kondisi bahan baku, tcknologi, dampak ganda terhadap produk lain, peluang pasar, nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dampak lingkungan dan kebijakan penmintah.

3. Alternatif industri pertanian yang akan dikembangkan adalah, jcnis industri pengolahaa yang didasarkau pada jenis komoditas unggulan yang tclah ditetapkan.

Penenban Lokasi Endustri

f

cngolahan Komoditas Unggulan
(42)

unggulan wilayah), serta mnasi pemanfaatan ruang wilayah yang memberikan arahan mna ruang yang dapat d i a l o k a s i i bagi pengembangan industri pertanian. Hasil yang diharapkan melalui analisa penentuan lokasi ini adalah desadesa sentra industri pengolahan komoditas unggulan wilayah. Tahapan dalam analisa penentuan lokasi ini adalah: pertama, mengidentifikasi pusat-pusat desa yang sesuai untuk lokasi sentra industri berdasarkan kriteria lokasi sentra industri yang dieluarkan oleh Ditjen Bangda, Departemen Dalam Negeri Tahun 1996. Kedua, menyesuaikan hasil identifikasi dengan unit wilayah kecamatan yang memiliki keunggulan komparatif dalam budidaya komoditas ungylan prioritas. Selanjutnya dilakukan penyesuaian desadesa sentra industri yang terdapat di dalam wilayah kecamatan yang memiliki keunggulan komparatif dalam budidaya

[image:42.602.88.513.24.846.2]

komoditas unggulan dengan rencana zona pemanfaatan ruang wilayah. Tahapan proses penentuan sentra industri kecil disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Bagan Aliu Penentuan Lokasi Sentra LodustFi

Arahan Wilayah Pengembangan Industn' Pertanian

(43)

Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Kerinci

Secara geografis Kabupaten Kerinci terletak pada koordinat : 1'40'

-

2O26'

Lintang Selatan dan 10 1'08'- 101 "50' Bujur

T i .

Kabupaten Kerinci me~pakan

salah satu dari sepuluh kabupaten dalam wilayah Provinsi Jambi yang berada di ujung bagian barat wilayah provinsi dan berbatasan langsung dengan Provinsi

Sumatera Barat dan Pmvinsi Bengkulu. Posisi Kabupaten Kerinci dalam skala dan orientasi Provinsi Jambi disajikan pada Gambar 5.

Secara umum wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kerinci diantaranya adalah :

-

Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Solok, Pmvinsi Sumatera Barat;

-

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Merangin;

- Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, dan Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat;

-

Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Bungo.

Administmi Wilayah Kabupaten Kerinci

Kabupaten Kerinci memilii luas wilayah 420.000 Ha, yang terdiri dari 17

wilayah kecamatan dan 278 desa. Setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2008, Kabupaten Kerinci dimekarkan menjadi

dua wilayah administratif, yaitu Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

%&ai Kabupaten Kerinci memiliki 12 wilayah kecamatan dengan luas

wilayah 380.850 Ha. Sedangkan Kota Sungai Penuh terdii

da5

5

wilayah

kecamatan dengan luas wilayah 39.150 Ha. Pada saat ini Kota Sungai Penuh belum menjalankan M t a s pembangunan, dan segala bentuk aset dan data masih didasarkan pada kabupaten induk yaitu Kabupaten Kerinci. Adapun Jumlah

(44)

Tabel 3 Luas Wilayah per Kecarnatan di Kabupaten Kerinci Jumlah

Kecamatan Luas

(Ha) Desa Kelurahan Total Status Wilayah 1. Gunung Raya

2. Batang Merangin

3. Keliling Danau 4. Danau Kerinci 5. Sitinjau Laut 6. Tanah Kampung

7. Sungai Penuh

8. Hamparan Rawang

9. Pesisir Bukit 10. Kumun Debai 1 1. Air Hangat 12. Air Hangat Timur 13. Depati VII

14. Gunung Kerinci 15. Siulak

16. Kaw Aro

Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kota Sei.Penuh Kota Sei.Penuh Kota Sei.Penuh Kota Sei.Penuh Kota Sei.Penuh Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Kerinci

17. ~ u k u ~ g Tujuh 16.250 11

-

11 Kab. Kerinci

Total Luas 420.000 272 6 278

Sumber : BPS Kabupafen Kerinci, Tahun 2007.

Topografi dan Morfologi Wilayah

Wilayah Kabupaten Kerinci membentang dari Gunung Tujuh sampai Gunung Raya. Sebagian besar (98%) berada pada ketinggian diatas 500 - 3.805 m dpl, dan mcmpakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Karakter wilayah bergelombang

dan

berbukit-bukit tersebut membentuk enclave yang sangat luas dan sebagian ditutupi hutan lebat alami yang mernpakan ciri khas wilayah Kabupaten Kerinci.

Secara umum wilayah Kabupaten Kerinci dapat dikelompokkan dalam beberapa satuan morfologi yaitu dataran, perbukitan bergelombang halus sampai perbukitan bergclombang sedang

dan

pcgunungan. Berdasarkan kondisi geomorfologi dan penyebaran batuannya, pola orientasi ke arah

utara,

&an [image:44.605.89.514.96.414.2]
(45)
[image:45.595.87.482.95.595.2]

Gambar 5 Peta Administrasi Kabupaten Kerinci

(46)

Penutupan Lahan

Berdasarkan peta penutupan Iahan Kabupaten Kerinci tahun 2005 dapat diketahui bahwa kawasan hutan yang mendominasi wilayah ini sebesar 56% atau seluas 235.703 Ha yang tersebar di bagian barat

dan

timur wilayah kabupaten. Selanjutnya disusul oleh penggunaan untuk pertanian lahan kering (78.268 Ha),

dan

hutan budidaya (35.695 Ha).

Penutupan

Gambar

Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2003-2007 .. Peta Sentra Industri Kecil .........................................................................
Tabel 2 Jenis Data Primer dan Sekunder serta Sumber Data
Gambar 2 Bagan A l i  Penentuan Komoditas Unggulan hioritas
Gambar 3 Bagan Alir Penentuan Peta Ketersediaan Lahan dan Cadangan Lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebanyakan sarjana sependapat bahawa kata ‘ada’ boleh membawa fungsi sebagai kata kerja dan juga sebagai kata pemeri iaitu ada+lah (adalah) yang sama fungsi

 Panitera Pengganti wajib melaporkan tanggal dan amar putusan kepada Kepaniteraan Perdata pada hari itu juga setelah putusan diucapkan dan disertai perintah untuk

Pembuatan alat uji kekentalan minyak goreng dengan metode vis- kositas stokes terdiri dari sumber cahaya, sensor cahaya yang keluarannya diproses dengan

Sejauh ini belum ada penerbit resmi yang menerbitkan kamus Bahasa Ma- laysia – Indonesia – Inggris, untuk itu diharapkan kamus ini dapat menjadi langkah awal menambah

Bagi India dan Singapura yang bergantung pada perdagangan laut, pembajakan dan perampokan bersenjata di wilayah perairan mengganggu aktifitas pengguna jalur laut

Google untuk pengolahan suara ini bertugas untuk memproses data gelombang suara menjadi kalimat dengan pilihan Bahasa Indonesia. Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan API

1.3 Memahami bahawa setiap parti mempunyai sejarah dan asas perjuangan yang tersendiri, maka setiap parti masing-masing adalah bebas untuk membuat keputusan sendiri,

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persepsi nilai, persepsi kualitas, persepsi citra dan kepuasan konsumen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen