ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN
SERTA FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG
MEMPENGARUHINYA PADA KAWASAN DAS TIWORO
KABUPATEN MUNA, SULAWESI TENGGARA
OLEH
:LA ODE SIWI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRACT
LA ODE SIWI. An Analysis of Land Carrying Capacity and Environmental Factors Affected it at Tiworo Watershed Region, Muna Distric, South East Sulawesi. (Advised by SANTUN R.P. SITORUS as Chairman and ERNAN RUSTL4DI as Member).
The objectives of the study were (1) to study land canying capacity of the upper, middle and Iower parts of the Tiworo watershed region, (2) to study the position of existing population density in relation to carrying capacity of the upper, middle and lower parts of the Tiworo watershed region, (3) to study soil properties variability within and between parts of the Tiworo watershed region and (4) to investigate environmental factors influencing land carrying capacity in the Tiworo watershed region.
The research was conducted at the Tiworo watershed region, Muna Distric, South East Sulawesi from March to June 2001. Samples cornparise 225 respondents and Fifteen disturbed soil samples of the 0-20 cm depth from the first farmers land respondents. Eleven soil properties were analiied i. e. Total-N, P,
Y
organic matter, p y Exch. Al., Base Saturation,CEC, sand, silt and clay.The results showed that land carrying capacity between those three parts of the Tiworo watershed region were not significantly different, although tend to increase from upper, middle to. lower parts as shown by their carrying capacities in the upper 5,75 persodha, middle 7,81 persodha and 9,13 person/ha, respectively Existing population density was lower than land carrying capacity in all parts of the Tiworo region watershed. There were high soil chemical properties variability within and between parts of the watershed region. The environmental factors influencing land carrying capacity were (1) average monthly rainfall, (2) percentage of agricultural dry land area (3) percentage of paddy field area, (4) percentage of agricultural dry land area using agricu~iural technology and (5) Soil Cation Exchange Capacity (CEC).
RINGKASAN
LA ODE S M . Analisis Daya Dukung Lahan Serta Faktor-Faktor Lingkungan yang Mernpengaruhinya pada Kawasan DAS Tiworo Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara Pibawah bimbingan SANTUN R. P. SITORUS sebagai Ketua dan ERNAN RUSTIADI sebagai Anggota).
Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting seperti untuk pemukiman, tempat bangunan fasilitas sosial, pertanian, peternakan, kehutanan, pertambangan dan jaringan jalan. Ketersediaan lahan terutama untuk kegiatan p e r t a ~ a n dari tahun ketahun semakin terbatas seiring dengan pertambahan jurnlah penduduk sehingga perlu pagelolaan yang baik agar lahan mampu menyokong kehidupan masyarakat setempat. Namun terkadang akibat dari pengelolaan pertanian yang h r a n g baik sehingga daya dukung Iahan pada kawasan tersebut menjadi rendah.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui besarnya daya dukung lahan pada bagian hulu, tengah dan hilir kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tiworo Kabupaten Muna, (2) untuk mengetahui posisi kepadatan penduduk sekarang ditinjau dari daya dukung lahan pada bagian huh, tengah dan hilir kawasan DAS Tiworo, (3) untuk mengetahui keragaman sifat-sifat tanah di dalam bagian kawasan dan antar bagian kawasan DAS Tiworo, (4) untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap besarnya daya dukung lahan di kawasan Daerah Aliran Sungai @AS) Tiworo dan (5) untuk memaksimumkan produksi tanaman pangan di daerah kawasan DAS Tiworo.
Penelitian lapangan dilakukan di kawasan Daerah Aliran Sungai @AS) Tiworo yang terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Lawa, Kecamatan Kusambi dan Kecamatan Tikep Kabupaten Muna pada bulan Maret sampai dengan Juni 2001. Unit analisis yang digunakan adalah desa. Jurnlah desa yang &pilih untuk pengamatan masing-masing 5 desa pada setiap bagian kawasan DAS. Jumlah responden dalam setiap desa sebanyak 15 KK.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder rneliputi data sosial ekonomi maupun data fisik berupa sifat fisik dan kimia tanah. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui daya dukung lahan dengan menggunakan Rumus Bayliss-Smith yang diuji dengan uji Duncan. Untuk analisis keragaman sifat-sifat tanah dilakukan dengan pengkelasan menurut Sitorus yang diuji dengan uji BNJ. Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi daya dukung lahan dilakukan analisis regresi yang sebelumnya dilakukan uji korelasi antar peubah bebas dan analisis multivariate. Untuk mengoptirnalkan produksi tanaman pangan rnenggunakan analisis program l i n k (Linear Progamrnirtg).
Hasil analisis daya dukung lahan menunjukkan bahwa secara statistik tiga bagian kawasan DAS tidak berbeda nyata namun terdapat kecenderungan makin ke hilir daya dukung lahannya semakin meningkat yaitu bagian hulu sebesar $75 orangha, bagian tengah sebesar 7,82 orangha dan bagian hilir sebesar 9,13 orangha.
Sedangkan kepadatan penduduk bagian tengah dan hilir masing-masing sebesar 1,33 dan 1,03 jiwa/ha dengan daya dukung lahan masing-masing sebesar 7,82 dan 9,13 orangha
Hasil pengelompokkan keragaman sifat-sifat fisik dan kimia tanah pada tiga bagian kawasan DAS Tiworo rnenunjukkan bahwa keragaman sifat kimia tanah lebih beragam dari sifat fisik kecuali pH. Sifat-sifat kimia tanah yang umurn rnempunyai keragaman tinggi yaitu dalarn ha1 tingkat kejenuhan basa, KTK, K dapat ditukar, bahan organik, Aldd dan N- total.
Hasil analisis regresi berganda faktor-faktor lingkungan terhadap daya dukung lahan menunjukkan l m a faktor yang berpengaruh nyata yaitu curah hujan bulanan, persentase luas ladang desa, persentase luas sawah desa, persentase luas ladang yang menerapkan teknologi dan kapasitas tukar kation
Hasil analisis program linier menunjukkan bahwa nilai potensial produksi tanaman pangan maksirnum (2) dalam kilo kalori adalah sebesar 8.383.538.829,9 kkal, sementara produksi tanaman pangan dalam kilo kalori yang diperoleh sekarang ini hanya mencapai 58.226.357 kkal. Apabila dibandingkan antara produksi tanaman pangan hasil analisis program linier dengan produksi tanaman pangan kondisi nil yang ada sokarang maka terdapat sisa kapasitas produksi tanaman pangan sebesar 7 801.275.472,9 kkal. Dengan demikian besarnya kenaikan produksi dalam kilo kalori yang dapat dicapai pada kondisi produksi rnaksimum sebesar 133,98 kali jumlah produksi tanaman pangan yang ada s a t ini. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa dual activity paling tinggi yaitu tingkat penambahan daya dukung lahan untuk setiap penambahan satu hektar lahan yang sesuai untuk produksi tanaman pangan dari seluruh desa contoh pada kawasan DAS Tiworo adalah desa Lawada yaitu sebesar
ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN
SERTA FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG
MEMPENGARUHINYA PADA KAWASAN DAS TJWORO
KABUPATEN MUNA, SULAWESI TENGGARA
LA ODE SIWI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MAGISTER SAWS
padr
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis Analisis Daya Dukung Lahan ~ kFaktor-Faktor Lingkungan a yang Mempengaruhinya pada Kawasan QAS Tiworo
Kabupaten MUM, Sulawesi Tenggara
Nama Mahasiswa : La Ode Siwi Nomor Registrasi : 99266
Program Stu& : PengeloIaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
I . Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus Ketua
Dr. Ir. Ernan Rustiadi Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi PSL Program Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. M.S
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Muna, Sulawesi Tenggara Tahun 1974 dari pasangan. La Halia dan Wa Ode Asrnani. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara.
Pada tahun 1992 rnenyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Raha. Penulis diterima masuk Universitas Haluoleo Kendari melahi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 1993 di Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi dan memperoleh gelar Sajana Pertanian pada tahun 1998.
Selama tahun I998 sampai dengan Agustus 1999, penulis magang di Pusat
Studi Lingkungan Lernbaga Penelitian Universitas Haluoleo Kendari.
KATA PENGANTAR
Daya dukung lahan sangat ditentukan oleh faktor lingkungan baik fisik
maupun non-fisik. Faktor fisik yang paling menonjol adalah tingkat kesuburan tanah,
kemiringan lereng dan iklim. Sedangkan faktor non-fisik seperti sosial ekonomi
petani dan teknologi yang digunakan. Daya dukung lahan pada berbagai posisi di
kawasan DAS akan berbeda sehingga didalam perencanaan, penggunaan dan
pengelolaannya akan berbeda pula. Dengan pertambahan penduduk dan aktivitas
pembangunan yang relatif cepat maka kecenderungan daya dukung suatu daerah akan
terlampaui, atau memang karena kondisi wilayah tersebut kurang mendukung untuk
kesejahteraan penduduk sehingga akan mengarah pada eksploitasi sumberdaya secara
berlebihan termasuk hutan yang dilindungi pada kawasan DAS, sehingga DAS
menjadi rusak.
Mencermati fenomena tersebut di atas maka penulis mencoba meneliti dan
menulis sebuah tesis yang berjudul "Analisis Daya Dukung Lahan Serta Faktor-
Faktor Lingkungan yang Mempengamhinya pada Kawasan DAS Tiworo Kabupaten
Muna, Sulawesi Tenggara" .
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terirna kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus sebagai ketua komisi pembimbing
dan Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi sebagai anggota komisi pembimbing atas
bimbingan yang penuh perhatian dan motivasi yang diberikan selama ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Tim Babcock
Indonesia
-
University Consortium on Environment (CEPI-UCE) yang telahmemberikan beasiswa dan membiayai studi serta penelitian dan juga saran selama
penulis menempuh studi di IPB.
Ucapan terima kasih disampaikan Kepada Bapak Ir. Abdul Manan, M.Sc
sebagai Kepala Pusat Studi Lingkungan Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo beserta seluruh staf yang telah banyak memberikan bantuan selama ini. Terima kasih disampaikan Kepada Ibu Daisy N Susanto yang banyak membantu dalam
administrasi beasiswa CEPI-UCE Proyek serta seluruh teman-teman yang telah
banyak membantu dalam penulisan tesis ini. Semoga bantuan Bapak dan Ibu serta
saudara (i) merupakan amal yang diterima disisi Allah SWT.
Terima kasih dan salam hormat kepada ayahanda dan ibunda yang tercinta
serta seluruh keluarga yang telah berjasa dan mendoakan selama ini mudah-mudahan
penulis menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan
negara.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan masukan yang bermanfaat bagi penulis sangat
diharapkan.
Bogor, Januari 2002
DAPTAR IS1
Halaman
...
DAFTAR TABEL ... WE: DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi I.
PENDAHULUAN ... II . 1 . Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan Penelitian ... 4
. .
1.3. Kegunaan Penelltlan ... 5 1.4. Hipotesis ... 5
1 . 5. Batasan dan Asumsi ... 5
I1
.
TINJAUAN PUSTAKA ... 9 2.1. Pengertian Daya Dukung . . . 9 2.2. Pengertian Daerab Aliran Sungai ... 19 2.3. Produktivitas Lahan dan Lingkungan ... 22111
.
BAHAN DAN METODE ... 3.1. Tempat dan Waktu ... 3.2. Alat dan Bahan ......
3.3. PemiIihan Contoh
3.4. PengumpulanData ... ...
3.5. Analisis Daya Dukung
3.6. Andisis Data ...
.
.
...
3.7. Model Uptlmasi
...
W
.
KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3 44.2. Iklim dan Hidrologi . . . 34 4.3. Tanah ... 37 4.4. Penggunaan Lahan ... 37 4.5. Kependudukan ... 39 4.6. Mata Pencaharian Penduduk . . . 39
V
.
HASEL DAN PEMBAHASAN ... 41 5.1. Daya Dukung Lahan ... 415.1.1. Luas Lahan rata-rata yang ditanami Tanaman Pangan dan
Produksinya ... 41
5.1.2. Tingkat Konsumsi M~nimum daiam Menu Penduduk dari Jenis Tanaman Pangan ... 44
5.1.3. Faktor Koreksi p dan k . . . 48 5.1.4. Besarnya Daya Dukung Lahan ... 51
...
5.2. Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Daya Dukung Lahan 55
5.3. Keragaman Sifat-Sifat Fisik dan Kirnia Tanah di Kawasan DAS
Tiworo ... 57
5.4. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Daya Dukung
Lahan ... 40
5.5. Analisis Optimasi ... 64
V1
.
KESKMPULAN DAN SARAN ... 69 6.1. Kesimpulan ... 69 6.2. Saran ... 70DAFTAR PUSTAKA ... 72 ...
...
DAFTAR TABEL
Nomor Haiaman
Teks
I . Ke~adatan Penduduk Menurut Tipe Ekonomi .
.
. . ..
. . ..
. . ..
. . . . 12 2. Beberapa Faktor yang diduga akan Mempengaruhi Daya Dukung lahan . . . ... 30 3 . Keperluan Tenaga Ke j a (lhlori) dalam Sehari . . .. .
. . ..
. 3 14. Luas dan Perseniase Tingkat Kemiringan Lereng pada Kawasan DAS
=wore..
345 . Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata pada Kawasan DAS Tiworo .
.
. . ..
. ..
35 6. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata Bulanan pada Kawasan DAS Tiworo.. 36 7. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan pada Kawasan DAS Tiworo . . ..
. . ..
. ..
. . .388 . Keadaan Pekerjaan Penduduk di Lokasi Penelitian . . .
.
..
. . . 409. Jumlah Produksi Jenis Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh Bagian Hulu
Kawasan DAS Tiworo ..
. . .
..
. . ..
..
. . ..
. . ..
. . . 4210. Jumlah Produksi Jenis Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh Bagian Tengah Kawasan DAS Tiworo . . . .
. . .
. .. . .
. . .. . .
. . ..
..
. . ..
. . .. . .
4211. Jumlah Produksi Jenis Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh Bagian Hilir
Kawasan DAS Tiworo . .
.
..
. ..
. .. . .
..
.. . . .. .. . . .. . .. . .
. .. . . .. . ..
. . ..
4212. Tingkat konsumsi dalam Menu Penduduk Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawasan DAS Tiworo . . .
. .
. . .. .
. . .. .
.. 4513. Tingkat konsumsi dalam Menu Penduduk Desa-Desa Contoh Bagian Tengah Kawasan DAS Tiworo . .
.
..
..
..
. ..
. . . ..
. . ..
..
. . .. . .
..
. . . ... 4514. Tingkat konsurnsi dalam Menu Penduduk Desa-Desa Contoh Bagian Hilir
Kawasan DAS Tiworo
. . . .
.. . .
..
. . ..
. . ..
. . .. .
. ..
. . ..
. ..
. .. . 4615. Jumlah Penduduk yang Bermatapencaharian dan Besarnya Faktor Koreksi p
Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawvasan DAS Tiworo . . . .. .
.
.. ..
. . . ..
.. . .
...
. ..
. . .. 4916. Jumlah Penduduk yang Bermatapencaharian dan Besarnya FaktorKoreksi p
Jumlah Penduduk yang Bermatapencaharian dan Besarnya Faktor Koreksi p ...
Desa-Desa Contoh Bagian Hilir Kawasan DAS Tiuroro .49
Jumlah Pengeluaran konsumsi dan Besarnya Faktor koreksi k Desa- Desa
Contoh Bagian hulu Kawasan DAS Tiworo ... 50
Jumlah Pengeluaran konsumsi dan Besamya Faktor koreksi k Desa-Desa
Contoh Bagian Tengah Kawasan DAS Tiworo ... 50 Jumlah Pengeluaran konsumsi dan Besarnya Faktor koreksi k Desa-Desa
Contoh Bagian hulu Kawasan DAS Tiworo ... 5 0
Daya Dukung Lahan Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawasan DAS
Tiworo ... 52
Daya Dukung Lahan Desa-Desa Contoh Bagian Tengah Kawasan DAS
Tiworo ... 5 2
Daya Dukung Lahan Desa-Desa Contoh Bagian Hilir Kawasan DAS
Tiworo ... 5 3
Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Bagian ...
HuIu Kawasan DAS Tiworo 56
Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Bagian ...
Tengah Kawasan DAS Tiworo 56
Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Bagian Hjlir Kawasan DAS Tiworo . . . 5 6
=ngkat Keragaman Beberapa Sifat Tanah pada Bagian Hulu, Tengah ...
dan Hilir Kawasan DAS Tiworo 5 8
Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung Lahan di Kawasan DAS Tiworo ... 60 Hasil Analisis Optimasi Produksi Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh pada
...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1 . Skema Hubungan Faktor Lingkungan Fisik, Sosial, Ekonomi dan
Teknologi dengan Daya Dukung Lahan ... 8 2. Daya Dukung Lahan Rata-Rata Bagian Hulu, Tengah dan Hilir Kawasan
DAS Tiworo ... 54
3. Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1 . Peta Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara ... 75 2 . Peta Lokasi Penelitian Kawasan DAS Tiworo Kabupaten Muna ... 76
3 . Analisis Sifat Fisik dan Kirnia Tanah pada Bagian Hulu Kawasan
DAS Tiworo ... 77 4 . Analisis Sifat Fisik dan Kirnia Tanah pada Bagian Tengah Kawasan
...
DAS Tiworo 77
5 . Analisis Sifat Fisik dan Kirnia Tanah pada Bagian Hilir Kawasan
...
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan dan aktivitas rnanusia, Iahan merupakan salah satu
sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan yang amat penting. Untuk berbagai
kepentingan dan kegiatan manusia, lahan dirnanfaatkan antara lain untuk pemukiman,
tempat bangunan fasilitas sosial, pertanian, peternakan, kehutanan, pertambangan dan
jaringan jalan.
Sejak Pelita 1 tahun 1969, dari tahun ke tahun lahan menjadi sumberdaya
fisik yang semakin langka yang digunakan dalam proses pembangunan. Dengan
semakin terbatasnya lahan, maka masalah peruntukan dan tata guna Lahan semakin
rumit. Hal ini disebabkan luas lahan yang tersedia adalah tetap, sedangkan kebutuhan
lahan untuk berbagai sektor kegiatan selalu bertambah sejalan dengan Iaju
pembangunan dan perturnbuhan penduduk.
Selain disebabkan faktor kegiatan pembangunan, pertumbuhan penduduk dan
distribusi penduduk yang tidak serasi dan tidak merata, juga sangat berperan dalam
timbdnya masalah lahan. Hal ini lebih nyata terlihat di daerah pedesaan, karena
sebagian besar (sekitar 80%) penduduk tinggal di pedesaan dengan surnber mata
pencaharian utamanya dari bidang pertanian (BPS, 1995). Dengan demikian desa
sangat berpotensi besar untuk te jadinya konflik rnasalah lahan.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk, pemerintah telah berusaha
meningkatkan produksi bahan pangan, baik rnelalui ekstensifikasi, diversifikasi
iuar Jawa, seperti pernbukaan lahan pasang surut untuk persawahan, pembukaan
lahan gambut sejuta hektar di Kalimantan Tengah, sedangkan intensifikasi
dilaksanakan di daerah-daerah yang mempunyai prasarana/sarana produksi yang
memungkinkan dilakukannya intensifikasi tersebut.
Usaha-usaha intensifikasi pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi
per satuan has. Hal ini berarti meningkatkan kemampuan lahan pertanian untuk
mendukung atau menyokong kehidupan penduduk di daerah tersebut. Disarnping
memberikan dampak positif yaitu dengan meningkatkan produksi dan daya dukung
(currying capacify) per satuan Iuas, intensifikasi pertanian juga ada kemungkinan
memberikan dampak negatif, seperti kemungkinan te jadinya pencemaran atau polusi
sebagai akibat penggunaan pestisida dan herbisida secara berlebihan serta terjadinya
eutrofikasi pada sungai yang menyebabkan tertutupnya sungai oleh gulma sebagai
akibat dari penggunaan pupuk N yang berlebihan.
Dengan adanya pertambahan penduduk dan peningkatan pembangunan di
berbagai bidang, terutama di bidang pertanian, sering tejadi terlampauinya daya
dukung lahan (over carrying capacity), sehingga akan mengarah pada eksploitasi
sumberdaya alam yang lain, seperti sumberdaya hutan. Menurut Manan, et al (2000)
tingkat eksploitasi sumberdaya alarn yang te jadi di Suiawesi Tenggara terutama pada
kawasan DAS sangat memprihatinkan, terutama dalam eksploitasi hutan menjadi
pemukiman transmigrasi, penebangan liar, pencurian kayu, pembakaran hutan dan
perladangan berpindah, sehingga akan menimbulkan dampak yang besar terhadap
lingkungan. Disamping daya dukung suatu lahan tersebut terlampaui karena kegiatan
mendukung seperti keadaan kesuburan tanah yang rendah, topografi yang tidak rata,
dan iklim yang kurang wcok dan faktor non fisik lainnya, seperti teknologi dan
faktor sosial ekonomi.
Berhubungan dengan keadaan diatas, maka perlu adanya evaluasi tentang
kondisi lingkungan, produktivitas lahan pertanian serta besarnya daya dukung Iahan
pertanian, sesuai dengan teknologi yang diterapkan petani dan keadaan sosial
ekonominya. Apabila daya dukung lahan pertanian dalam suatu wilayah tertentu
sudah diketahui, maka pemerintah daerah sebagai badan pengambil kebijakan akan
dapat memutuskan langkah-langkah yang perlu diambil, guna rnencegah hal-ha1 yang
tidak dikehendaki
Penelitian daya dukung lahan ini dilakukan di kawasan DAS Tiworo, karena DAS ini digunakan sebagai sumber air bagi kehidupan masyarakat, terutama untuk
lahan pertanian, yang diusahakan dengan tanaman pangan yaitu padi, jagung, umbi-
umbian, kacang-kacangan dan sayur-sayuran Disamping itu kondisi DAS Tiworo tersebut menurut laporan dari hasil penelitian Manan, et al. (2000) telah mengalami
kerusakan dengan terjadinya konversi hutan sebesar 10 - 20% dari luas hutan setiap
tahun.
Lahan di kawasan DAS Tiworo digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan usahatani dan sebagian besar merupakan lahan kering. Jenis tanaman yang di
kembangkan adalah tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, umbi-umbian dan
tanaman perkebunan. Jenis tanaman pangan yang diusahakan adalah jagung, padi
ladang, padi sawah, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Tanaman sayuran
dan mangga serta jenis tanaman umbi-umbian berupa ubi jalar, ubikayu dan talas.
Jenis tanaman perkebunan yang dominan yaitu kakao, jambu mete dan kelapa.
Dengan pola tanarn yang dilakukan petani, luas lahan yang dimiliki tingkat
konsumsi petani, teknologi seria tingkat produksi yang dicapai perIu untuk diketahui,
apakah daya dukung lahan yang ada pada kawasan DAS Tiworo masih cukup besar
atau sudah dilampaui.
Berdasarkan uraian pada Latar belakang, maka untuk dapat menyususn
rencana pengelolaan kawasan DAS Tiworo perlu diketahui hal-ha1 sebagai berikut:
(1) Besarnya daya dukung lahan pada masing-masing bagian huh, tengah dan hilir kawasan Daerah Aliran Sungai dan (2) Faktor-faktor lingkungan yang mempengasuhi
daya dukung lahan tersebut.
1.2. Tuj uan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui besarnya daya dukung lahan pada bagian hulu, tengah dan hilir kawasan Daerah Miran Sungai @AS) Tiworo Kabupaten Muna.
2. Untuk mengetahui tingkat kepadatan penduduk sekarang ditinjau dari daya
dukung lahan pada bagian hulu, tengah dan hilir kawasan DAS Tiworo.
3 . Untuk mengetahui keragaman sifat-sifat tanah di dalam bagian kawasan dan
antar bagian kawasan DAS Tiworo.
4 . Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap besarnya daya dukung lahan di kawasan DAS Tiworo.
5. Untuk mengoptimalkan produksi tanaman pangan di daerah kawasan DAS
1.3. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengambil
kebijakan daIam:
1 . Menyusun perencanaan pembangunan, khususnya di sektor pertanian melalui
optimalisasi penggunaan lahan khususnya pada kawasan DAS Tiworo.
2. Menentukan kebijakan dalam perencanaan tata ruang dan kependudukan di
kawasan DAS Tiworo.
1.4. Hipotesis
Hipotesis yang diujikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perbedan daya dukung lahan dan sifat-sifat tanah antara bagian hulu, tengah dan hilir dalam kawasan DAS Tiworo.
2. Berbagai faktor lingkungan akan mempengaruhi besarnya daya dukung lahan
di kawasan DAS tersebut.
1.5. Batasan dan Asumsi
DaIam peneiitian ini digunakan batasan dan asurnsi sebagai berikut:
1. Daya dukung lahan adaIah j u d a h penduduk yang dapat didukung atau
disokong oleh suatu luas sumberdaya lahan pada lingkungan tertentu dalam
keadaan makmur, sesuai dengan teknologi dan pengelolaan usahatani yang
dilakukan petani
2. Desa lahan kering adalah desa yang lahan keringnya berupa tegalan lebih luas
dari lahan sawah, sedangkan desa lahan sawah adalah desa yang lahan
Sumberdaya lahan pertanian adalah lahan-lahan pertanian yang diusahakan
sebagai tempat menjalankan usahatani tanaman pangan utama, seperti padi,
(padi sawah dan padl ladang) jagung, ubi kayu, sayur-sayuran dan kacang-
kacangan.
Kemakmuran adalah suatu kondisi tingkat kehidupan penduduk yang dengan
hasil sumberdaya yang ada, yang dikelola dengan suatu tingkat teknologi
tertentu, dapat menjamin tingkat kehidupannya secara wajar. SaIah satu
indikator utama adalah pendapatan perkapita
Unit penelitian (unit analisis/unit elementer) adalah desa.
Besarnya daya dukung, dihitung berdasarkan produksi tanaman padi, jagung,
ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan dan sayur-sayuran.
Lahan pertanian adalah lahan sawah dan tegalan.
Daya dukung lahan yang diperoleh merupakan gambaran atau bagian dari daya
dukung lahan daerah yang diteliti dan bersifat aktual (dalam kondisi sekarang).
Faktor Iingkungan yang diamati adalah (1) lingkungan fisik, rneliputi
kesuburan tanah, kemiringan lereng dan curah hujan, (2) lingkungan sosial,
(3) ekonomi dan (4) teknologi.
Dalam menghitung daya dukung lahan suatu wilayah diasumsikan bahwa
semua hasil dari tanaman yang ditanam tidak ada yang keluar, sernuanya habis
digunakan untuk memenuhi kebutuhan wilayah yang diteliti. Dengan kata lain
ekspor keluar daerah penelitian sama dengan no].
Diasumsikan bahwa tidak ada pemasukan dari wilayah lain untuk jenis
dengan nol.
12. Pembagian kawasan DAS didasarkan pada Iuas seluruh kawasan DAS dibagi
menjadi tiga bagian yang sarna besar berdasarkan posisinya yaitu huly tengah dan hilir.
Skema hubungan faktor lingkungan dan , teknoiogi dengan besarnya daya
Gambar 1. Skema Hubungan Faktor Lingkungan Fisik, Sosial Ekonomi dan Teknologi dengw Paya dukung Lahan (dimodifikasi dari Agustono,
II. TWJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Daya Dukung
Berbagai pengertian tentang daya dukung telah dikenal. Menurut Brown
(1982), pengertian daya dukung sudah dikenal dikalangan ahli biologi, peternak sapi
dan pengelola satwa liar, tetapi tidak cukup populer dikalangan penasehat ekonomi
dan pembuat keputusan poIitik. Selanjutnya dikemukakan bahwa daya dukung suatu
sistem biologis alami ditentukan oleh hasil maksimumnya yang dapat dipertahankan ,
dan hasil maksimum ini berbeda-beda ditentukan oleh besarnya sistem biologis yang
bersangkutan dan kemarnpuannya untuk mernulihkan diri. Padang rumput dan hutan
di daerah basah (humid) lebih besar kemampuannya memulihkan diri, sehingga daya
dukungnya lebih besar daripada padang rumput dan hutan di daerah serni basah (semi
humid).
Konsep daya dukung dapat menunjukkan besarnya kemampuan Iingkungan
untuk mendukung kehidupan hewan, yang dinyatakan dalam jumiah ekor per satuan
luas lahan. Jumlah hewan yang dapat didukung kehidupannya itu tergantung pada
biomas @ahan organik tumbuhan) yang tersedia untuk makanan hewan. Daya dukung
ditentukan oleh banyaknya bahan organik tumbuhan yang terbentuk dalam proses
fotosintesa per satuan luas dan waktu, yang biasa disebut produktivitas primer
(Soemarwoto, 1983).
Menurut Dasman, Milton dan Freeman (1977), daya dukung adalah suatu ukuran jurnlah individu dari suatu spesies yang dapat didukung oleh Iingkungan
1. Daya dukung absolut atau maksimum, yaitu jumlah maksimum individu yang
dapat didukung oleh sumberdaya lingkungan pada tingkat sekedar hidup
(tingkatan ini dapat disebut kepadatan subsisten untuk spesies tersebut).
2. Daya dukung dengan jumlah individu berada dalam keadaan kepadatan
keamanan atau ambang pintu keamanan. Kepadatan keamanan lebih rendah
dari kepadatan subsisten. Pada kepadatan keamanan ini, tingkatan populasi
suatu spesies ditentukan oleh pengaruh populasi spesies lainnya yang hidup di
lingkungan yang sama.
3. Daya dukung dengan jumlah individu berada dalam keadaan kepadatan
optimum. Pada kepadatan optimum ini, individu-individu dalam populasi akan
mendapatkan segala keperluan hidupnya dengan cukup serta rnenunjukkan
pertumbuhan dan kesehatan individu yang baik. Kepadatan optimum hanya
dapat dipertahankan oleh pembatasan yang h a t terhadap pertumbuhan, yang
diatur oleh tingkah laku spesies yang bersangkutan (pembatasan diri).
Selanjutnya Dasman, et al. (1977) menyatakan bahwa pada zaman primitif
adanya pemangsaan, penyakit dan lain-lain, seringkali membuat populasi manusia di
ternpat itu tetap pada atau dekat kepadatan keamanan. Dengan hilangnya predator dan
adanya pengendalian penyakit, populasi dapat bertambah sampai pada kepadatan
subsisten. Hal ini dapat diperkecil atau diatasi dengan pembatasan pertumbuhan
populasi, sehingga akan dicapai tingkat atau mendekati kepadatan optimum.
Daya dukung lingkungan surnberdaya alam untuk manusia adalah jumlah
populasi manusia yang optimal, yang dalam jangka panjang dapat memenuhi
Berdasarkan kebutuhan manusia akan makanan nabati, daya dukung ekosistem yang
sumber energinya hanya matahari adalah 0,00025 orang/m2 di daerah pertanian
dengan Mim tropis, dan 0,000025 orang/mZ untuk masyarakat primitif di daerah
hutan tropis. Dengan tingkat populasi tersebut, ekosistem berada dalam keadaan
stabil (Odum, 1971).
Rusli (1984) menyatakan, bahwa untuk rnengetahui jurnlah manusia yang dapat
ditampung di suatu unit wilayah, konsep yang dipandang lebih bermakna dari
kepadatan penduduk adalah konsep daya dukung. Secara singkat daya dukung dapat
dibatasi sebagai kemampuan mendukung kehidupan manusia, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia. Daya dukung Iahan terhadap jurnlah penduduk hanya
sebagian ditentukan oleh sumberdaya, iklim dan kondisi fisik lainnya, sedangkan
faktor lain yang mempengaruhi adalah cara-cara penduduk untuk menggunakan
sumberdaya tersebut. Cara-cara penggunaan lahan yang lebih intensif mampu
mendukung Iebih banyak orang. Sebagai gambaran urnum, kepadatan penduduk
menurut tipe ekonomi dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan uraian di atas, daya dukung senantiasa tidak stabil, tetapi dapat
meningkat atau menurun sesuai dengan keadaan sumberdaya lahan, iklim dan
Iingkungan alam lainnya, seperti kebakaran, banjir maupun gempa, serta tingkat
pengelolaan yang dilakukan oleh rnanusia. Pada daerah tertentu, besarnya daya
dukung lahan dapat ditingkatkan sampai batas maksirnum. Hal
ini
ditentukan olehkecepatan terpenuhinya syarat lingkungan yang persediaannya paling sedikit, yang
Tabel 1. Kepadatan Penduduk Menurut Tipe Ekonorni (Hawley, I 9 5 0 daIam
Rusk 1984).
No Tipe Ekonomi Jumlah Orang Per mil
persegi
1. Berburu dan menangkap ikan 1 - 8
2. Penggembalaan dan kehutanan 8 - 26
3. Pertanian sederhana 26
-
644. Pertanian 64 - 192
5. Permulaan industri dan perdagangan
6. Pertanian dan industri
7. Industri lebih dominan 7 381
Soerianegara (1978) menyatakan, bahwa untuk populasi manusia batasan daya
dukung adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh suatu satuan luas sumberdaya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera. Jadi daya dukung mempunyai
dua komponen, yaitu besarnya populasi manusia serta luas sumberdaya dan lingkungan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada populasi manusia. Dalam
pengertian kelebihan penduduk terselip pengertian tentang keterbatasan sumberdaya
dan lingkungan untuk menunjang kehidupan sejumlah penduduk. Oleh karena itu
perlu mengkuantifikasikan daya dukung untuk keperluan perencanaan pengelolaan
sumberdaya alam d m lingkungan, agar alokasi sumberdaya alam dapat dilakukan
dengan cara yang lebih efektif. Sedangkan Young (1976) menyatakan, bahwa daya
dukung lahan adalah jumlah penduduk yang dapat ditunjang per satuan luas daerah
pada tingkat teknologi dan kehidupan tertentu. Daya dukung lahan dapat dihitung dari
[image:131.561.84.474.67.234.2]( L + F ) 100
A = C . - - ha / orang
L P
A = Kebutuhan lahan per orang (ha)
C = Luas lahan yang ditanami per orang pada tahun tertentu (ha)
L = Lamanya jangka waktu lahan ditanami ddam siklus penanaman dan bera
(tahun)
F = Lamanya jangka waktu lahan yang tidak ditanami (tahun)
P = Persentase lahan yang ditanami terhadap jurnlah lahan keseluruhan
(YO)
Daya dukung lahan @) adalah 1/A orangha atau 100/A orang tiap
km2
.
Rumus daya dukung yang dinyatakan Young di atas dapat digunakan pada sistemberladang berpindah atau pada daerah-daerah yang dalam periode tertentu, lahan
usahataninya tidak diusallakan (diberakan). Jadi dengan sistem pertanian yang telah
menetap dan dengan penggunaan lahan yang intensif rumus tersebut tidak tepat untuk
digunakan.
Untuk menghitung besarnya daya dukung lingkungan pada daerah pertanian
yang lebih maju, akan lebih tepat dengan pendekatan yang dilakukan oleh Sayliss-
Smith (1974) daIam Soerianegara (1978) yaitu dengan memperhltungkan luas
tanaman dan produksi dua jenis tanaman pangan yang digunakan penduduk. Rumus
daya dukung yang dikemukakan Bayliss-Smith adalah sebagai berikut:
AS^, A s 2 = Luas lahan yang ditanami dengan jenis tanaman pangan sl dan sz (ha).
YSI, YSZ = Produktivitas netto jenis tanaman pangan sl dan sz (kkavtahun) Csl, Csz = Tingkat konsumsi minimum untuk masing-masing jenis tanaman
pangan dalam menu penduduk (?4 dari kkal total). R = Kebutuhan kalori rata-rata per orang (kkaYorang/tahun).
Walaupun di dalam masyarakat terdapat mekanisme untuk mengatur laju
pertumbuhan dan kepadatan penduduk, namun kenyataan di berbagai tempat
menunjukkan kepadatan penduduk telah meiampaui daya dukung Iingkungan.
Tanda-tanda dilampauinya daya dukung lingkungan ialah adanya kerusakan
lingkungan (Soemarwoto, 2983). Usaha perbaikan dan pencarian alternatif barn
untuk menangani kerusakan lingkungan haruslah ditujukan pada pemecahan sumber
masalah, yaitu sedapat mungkin mengurangi atau meniadakan tekanan penduduk
yang melampaui daya dukung lingkungan. Tekanan penduduk dapat dikurangi
dengan meningkatkan daya dukung lingkungan.
Sebagian besar kerusakan lingkungan atau masalah Lingkungan timbul
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk. Populasi penduduk yang Iebih tinggi
memerlukan lebih banyak pangan, perumahan dan lain-lain, yang sebagian besar
menghasilkan sampah/buangan, yang akan mengakibatkan terjadinya polusi tanah,
udara dan air.
Southwick (1976) menyatakan, burni akan dapat menopang lebih banyak
penduduk, apabila penduduk mengkonsumsi lebih sedikit protein nabati dibandingkan
Menurut Anderson (1981), popuIasi penduduk dunia pada tahun 1975 sebanyak 4,O milyar jiwa. Dengan proyeksi pertumbuhan penduduk 2 % setiap tahun,
maka waktu yang diperlukan populasi penduduk menjadi dua kali lipat adalah selama
25-36 tahun, atau pada tahun 2010 jurnlah penduduk dunia sekitar 6-7 miliar jiwa.
Menurut BPS (2000), bahwa jurnlah penduduk dunia sampai dengan bulan Juni 2000
bejumlah 6,067 milyar jiwa sedangkan jumlah penduduk Indonesia sebesar 212, 2
Juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang demikian pesat akan memerlukan
energikalori yang tinggi dan ha1 ini akan m e ~ m b u k a n berbagai masalah, seperti masalah sosial, kerusakan lingkungan, pernbukaan hutan, dan berbagai masalah
lingkungan laimya.
Dari gambaran di atas dapat disirnpulkan, bahwa masalah lingkungan akan
semakin besar sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang pesat. Sementara jumlah
penduduk terus bertarnbah, sumberdaya alam untuk mendukungnya relatif tidak
bertambah. Luas tanah tetap, sedangkan jurnlah petani dan fasilitas pemukiman
meningkat. Lama kelamaan tanah yang subur tidak mencukupi lagi, sehingga tanah
yang tidak subur, tanah berlereng diperbukitan dan pegunungan pun akan digarap
petani. Sebagai akibatnya, erosi dan banjir akan te jadi, sekaligus menyebabkan
menurunnya kualitas lingkungan.
Apabila pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan, maka penduduk
tidak lagi sekedar hidup dari alam, tetapi menjadi tekanan terhadap aIam
lingkungannya, yang akhirnya akan merusak lingkungan. Besarnya tekanan
f . ~ o ( l + r ) * PP = Z
L PP = Tekanan penduduk
Z = Koefisien yang berhubungan dengan luas wilayah yang diperfukan untuk mendukung
f = Persentase jumlah petani dari seluruh jumlah penduduk
Po = JumIah penduduk pada saiit tertentu
r = Laju pertumbuhan penduduk daIam setahun t = Jarak waktu yang diperlukan
L = Jumlah,lahan yang digarap oleh petani.
Dengan menggunakan rumus di atas akan terlihat bahwa tekanan penduduk
terhadap alam lingkungannya akan semakin besar jika tejadi kenaikan pada faktor-
faktor 2, f, Po, r dan atau t, baik masing-masing maupun secara bersama-sama.
Tekanan itu akan lebih besar lagi jika L mengecil. Apabila tekanan penduduk
semakin besar, dengan sendirinya kuaiitas lingkungan yang mendukungnya akan
Kerusakan Lingkungan akan tejadi apabila manusia mengusahakan
sumberdaya alam hanya didasarkan pada perhitungan jangka pendek, yaitu untuk
menghasilkan produk sebanyak mungkin dalam waktu yang singkat dan dengan
modal yang sedikit. Dengan pengelolaan yang demikian, cepat atau Iambat kualitas
lingkungan akan merosot dan pada akhirnya tidak nlampu lagi memberi kehidupan
yang Iayak kepada manusia yang tinggal di tempat tersebut. Bahkan ada
kemungkinan terjadinya bencana alam yang mengancam kelangsungan hidup
hakekat manusia terhadap lingkungan hidupnya. Dasman, ef a/ (1977) menyatakan
bahwa degradasi lingkungan yang disebabkan keyadatan penduduk yang melebihi
daya dukung telah terbukti pada daerah tropis, terutama di daerah sub tropis yang
berbukit-bukit.
Ditinjau dari segi pembangunan wilayah, ada dua penyebab masalah
lingkungan, yaitu kerniskinan dan proses industrialisasi. Kemiskinan menyebabkan
manusia hanya memikirkan bagaimana cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
dasar mereka saja. Adanya keterbatasan sumberdaya alam menyebabkan manusia
daiam memenuhi kebutuhan dasarnya sampai menggunakan sumberdaya alam yang
bersifat rnarjinal dan mempunyai resiko kerusakan lingkungan yang tinggi, seperti
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, penebangan hutan yang
semena-mena dan sebagainya (Nasoetion, 1985) Sedangkan Haeruman (1979)
menyatakan, bahwa rendahnya mutu kehidupan di daerah pedesaan dan sernakin
sempitnya tanah yang tersedia untuk usaha pertanian, telah menekan dan memaksa
sebagian besar petadpenduduk pedesaan untuk mencari tanah-tanah baru dengan
jalan membuka hutan dan merusak sumberdaya alam yang sangat berharga tersebut.
Sistem perladangan liar yang terjadi di luar Jawa telah merusak sumberdaya alam
hutan, tanah dan air, serta mengganggu keseirnbangan ekologis yang pada akhirnya
akan merusak iingkungan hidup.
Menurut Soerianegara (1977), pemanfaatan sumberdaya alarn dapat
menimbulkan akibat sampingan berupa (1) kerusakan dan kemunduran pada
sumberdaya alam ; (2) pencemaran kirniawi, terutarna pencemaran air dan udara ; (3)
penyakit, sebagai akibat adanya kegiatan yang mengganggu sumberdaya alam dan
lingkungamya ; (4) gangguan sosial, yaitu tekanan yang dialarni masyarakat sebagai
akibat kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam bempa proyek-proyek pembangunan
Keempat ha1 tersebut menimbulkan masaiah lingkungan hidup dan akan semakin
besar dengan makin meningkatnya jurnlah penduduk.
Kualitas lingkungan adalah kondisi lingkungan yang menunjukkan derajat
kualitas hidup, yaitu derajat terpenuhinya kebutuhan dasar hidup dalam lingkungan
tersebut. Makin tinggi derajat terpenuhinya kebutuhan dasar hidup, makin tinggi kualitas hidup dan makin tinggi pula kualitas lingkungan Kebutuhan dasar secara
hirarkis dapat digolongkan berturut-brut dari atas ke bawah sebagai berikut (1)
kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup secara hayati, (2) kebutuhan dasar untuk
kelangsungan hidup yang manusiawi, dan (3) kebutuhan dasar untuk memifit7 (Soemanvoto, 1985) Selanjutnya dinyatakan , bahwa makin baik kebutuhan dasar
tersebut dipenuhi, makin baik pula kualitas hidupnya Kualitas hidup sering dapat
dipertinggi lagi, apabila kebutuhan hidup yang tidak esensial dapat pula dipenuhi
Akan tetapi apabila kebutuhan dasar hidup tidak dipenuhi, pemenuhan kebutuhan
yang tidak esensial tidaklah banyak artinya.
Menurut Soerianegara (1977), manusia memanfaatkan sumberdaya alam
untuk memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya Masyarakat
yang terpenuhi segala keperluannya disebut makmur. Antara kemakmuran,
sumberdaya alam yang tersedia dan jumlah penduduk yang mernanfaatkamya
Sumberdaya alam yang tersedia
Kemakmuran =
Banyaknya penduduk yang memanfaatkannya
Kemakmuran akan cepat berkurang dengan bertambahnya penduduk secara
eksponensial dan berkurangnya sumberdaya alam yang tersedia. Sedangkan menurut
Haeruman (1 982), hubungan antara sumberdaya dam, jumlah penduduk dan kualitas
hidup adalah sebagai berikut :
Jumlah sumberdaya dam yang dapat dikelola Rkh =
Jumlah penduduk x Konsumsi sumberdaya alam per kapita
Rkh adalah kualitas hidup. Jadi semakin rendah nilai Rkh, makin rendah pula kualitas hidup. Penggunaan nilai Rkh sebagai indikator kualitas hidup suatu daerah
atau negara perlu diiengkapi dengan angka-angka penyebaran pendapatan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih nyata.
2.2. Pengertian Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (watershed, catchment area, river basin, drainage
basirr) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oIeh pemisah topografi yang
menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke
sungai utama dan kemudian mengalir ke danau atau ke laut. Sebuah Daerah Aliran
Sungai @AS) merupakan kumpulan beberapa sub DAS yang lebih kecil dan
jurnlahnya sesuai dengan ordo atau jumlah cabang sungalnya (Asdak, 1995).
suatu sungai yang oleh batas-batas topografi mengalirkan air yang jatuh di atasnya
kedalam sungai yang sama dan melalui titik yang sama pada sungai tersebut.
Pengertian DAS tersebut menggambarkan suatu wilayah yang mengalirkan air yang
jatuh di atasnya beserta sedimen dan bahan larut melalui titik yang sama sepanjang
suatu alur atau sungai Selanjutnya Arsyad (1989) menyatakan bahwa DAS
merupakan suatu sistem ekologis dimana jasad hidup dan lingkungan fisik-kimia
berinteraksi secara dinamik dan di dalamnya tejadi keseimbangan yang dinamik
antara energi dan material yang masuk dan keluar
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu DAS mencakup dan
mengandung makna
( I ) Satu satuan ekosistem dengan komponen atau unsur utamanya berupa tanah, air, flora, fauna dan manusia dengan semua aktivitasnya.
(2) Satu satuan wilayah tata air yang menampung, menyimpan dan mengalirkan
air hujan yang jatuh diatasnya ke danau atau ke laut melahi sungai utama.
(3) Suatu ekosistem a1ami dimana komponen-komponen utamanya berinteraksi
secara dinamik dan menghasilkan keseimbangan yang dinamik.
(4) Satu satuan geografi alamiah yang membutuhkan pengelolaan secara terpadu
sesuai dengan kegiatan yang ada di dalam DAS tersebut.
(5) Suatu kesatuan wilayah fisik yang dapat dijadikan suatu perencanaan dan
pengeiolaan untuk semua kegiatan dan pembangunan diDAS tersebut.
Arsyad (1989) menyatakan bahwa baik atau buruknya pengelolaan DAS
kemarau, kandungan sedimen sungai yang mempengaruhi berbagai kegiatan dan
sektor kehidupan di bagian hilir.
Sistem pengelolaan DAS yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a) mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi; (b) mampu menjamin
kelestarian DAS, yaitu marnpu menjamin produktivitas yang tinggi, erosi dan
sedimen yang rendah dan fingsi hidrologis DAS memberikan utater yield yang tinggi
dan cukup merata sepanjang tahun, (c) tetap menjamin terlaksananya unsur-unsur
pemerataan (equity) pada petani (Manik, 1988).
Menurut Mangundikoro (1985), air merupakan salah satu unsur ekosistern
DAS yang berkaitan erat dengan unsur-unsur lain, sehingga dengan mempelajari
karakteristik unsur-unsur yang lain dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik
airnya. Dengan perkataan lain, tindakan terhadap sdah satu unsur dalam DAS akan
dapat mempengaruhi kumpulan unsur-unsur yang lain secara keseluruhan.
Sedangkan Asdak (1995) mengemukakan bahwa wilayah DAS merupakan wiIayah
yang baik untuk menilai perilaku sumberdaya alam air, karena DAS rnerupakan suatu
wilayah kesatuan ekosistem sehingga dapat terjadi proses input dan output air pada
DAS tersebut.
Pengelolaan DAS adalah usaha yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan
sumberdaya alam dalam suatu wilayah ekosistem sehingga DAS dapat berfimgsi
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tujuan pengelolaan DAS adalah sebagai
berikut: (1) agar penggunaan lahan di DAS tersebut secara rasional; (2) untuk
menekan bahaya kerusakan DAS seminimal mungkin; dan (4) agar distribusi aliran
air sungai merata sepanjang tahun (Manik, 1988)
Sosrodarsono dan Takeda (1980) menyatakan bahwa secara umum terdapat
empat jenis bentuk DAS, yaitu: (a) DAS berbentuk bulu burung. DAS ini
mempunyai anak-anak sungai yang langsung mengalir ke sungai utama dan debit
banjir yang kecil, karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungai berbeda-beda serta
waktu berlangsung banjir agak lama. @) DAS berbentuk radial. DAS ini mempunyai
anak sungai yang memusat pada suatu titik secara radial sehingga menyerupai bentuk
kipas atau lingkaran. DAS ini mempunyai banjir yang relatif besar muIai titik
pertemuan anak-anak sungainya dan banjir yang terjadi reiatif tidak lama. (c) DAS
berbentuk paralel. DAS ini mempunyai dua jalur sub DAS yang bersatu. Kedua
cabang atau ordo sungai pada masing-masing sub DAS tersebut membentuk sungai
utama. Banjir biasanya terjadi pada bagian hilir di bawah pertemuan kedua anak sungai tersebut. (d) DAS berbentuk kompleks. DAS ini rnempunyai bentuk lebih dari satu pola sehingga polanya menjadi tidak nyata dan sering dijumpai pada DAS
yang sangat h a s .
2.3. Produktivitas Lahan dan Lingkungan
Sumberdaya lahan (Lcrrzd Resoirrces) adalah lingkungan fisik yang terdiri dari
iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta bendah yang ada di atasnya sepanjang ada
pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Dalam ha1 ini Iahan juga mengandung pengertian ruang (space) atau tempat. Komponen - komponen penyusun sumberdaya
(5) formasi geologi, ( 6 ) vegetasi, (7) organismehewan, (8) manusia dan (9) produk
budaya manusia (Sitorus, 2001).
Rencana penggunaan Lahan haruslah disesuaikan atau tergantung dari
kemampuan sumberdaya lahan itu sendiri untuk dapat diusahakan bagi suatu
penggunaan tertentu. Oleh karena itu teriehih dahulu haruslah diietahui potensi dari
sumberdaya lahan itu sendiri untuk dapat mendukung suatu kegiatan usahatani
tertentu serta tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat
memberikan hasil yang baik secara berkesinambungan {Sitorus, 2000).
Lahan merupakan saiah satu unsur sumberdaya alam. Sifat fisik maupun
kimia tanah akan turut menentukan keberhasilan di bidang pertanian, disamping
faktor iklim, air irigasi, teknologi, aktivitas manusia, dan faktor produksi lainnya.
Pertumbuhan dan produksi setiap jenis tanaman dipengamni oleh lingkungannya,
baik lingkungan fisik, sosial ekonomi, teknologi maupun pengelolaannya.
Produktivitas Iahan ditentukan oleh besarnya produksi tanaman per satuan luas dan
waktu .
Menurut Hardjowigeno (1985), pertumbuhan tanaman tidak hanya
dipengaruhi oleh tersedianya unsur-unsur hara di dalam tanah, tetapi juga faktor-
faktor lain, seperti sinar matahari, suhu, udara dan air. Juga dikemukakan bahwa
lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan
vegetasi, dimana faictor-faktor tersehut mempengaruhi faktor penggunaannya.
Termasuk didalamnya adalah akibat kegiatan manusia, baik masa Ialu maupun masa
sekarang seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan hutan dan juga akibat-
Kualitas lahan menunjukkan safat-sifat lahan (land attribute) yang
mempunyai pengaruh nyata terhadap kemampuan lahan untuk penggunaan-
penggunaan tertentu. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oieh berbagai kualitas lahan
yaitu: ketersediaan air, unsur hara, oksigen di daerah perakaran, kekuatan adsorbsi
unsur hara, kondisi untuk perkecambahan, mudah tidaknya pengolahan, kadar garam.
unsur-unsur beracun, kepekaan erosi, hama penyakit yang berhubungan dengan
tanah, bahaya banjir, suhu, sinar matahari, iklim, kelembaban udara, serta masa
kering untuk pematangan tanaman (Sitorus, 2000). Lingkungan sosial dan ekonomi
juga akan mempengaruhi tingkat produksi yang diperoleh. Hal ini secara langsung
atau tidak, tumt menentukan kemampuan dan keterampilan petani untuk mengelola
Iahan usahataninya, sesuai dengan perkembangan teknologi. Lingkungan sosial-
ekonomi ini antara lain usia, tingkat pendidikan, hubungan dimasyarakat, keinginan
untuk lebih berhasil, keterbukaan terhadap pembaharuan, minat terhadap media
massa, status di masyarakat, luas lahan usahatani, tingkat pendapatan, kondisi rumah
yang dimiiiki, d a i tanah dan status pemilikannya, serta orientasi usahatani atau ekonomi komersial.
Menurut Soerianegara (1977), penggunaan lahan ditentukan o1eh berbagai
faktor yaitu: (1) jenis lahan dan kesuburannya , (2) keadaan lahan, topografr, relief
dan ketinggian tempat, (3) aksesibilitas, yaitu lahan yang mudah dicapai lebih dulu
digunakan daripada lahan yang letaknya jauh dan sukar dicapai, (4) kemampuan atau
kesesuaian lahan, dan (5) tekanan penduduk. Lahan yang subur lebih banyak
digunakan untuk pertanian dan biasanya berpenduduk padat. Makin tinggi jumlah
penduduk ini sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan, sehingga di beberapa
daerah tejadi kerusakan lahan karena kemampuan atau daya tampung lahan sudah
terlampaui. Sandy (1979) menyatakan, bahwa unsur ketinggian, iklim, jumlah
penduduk, penyebaran dan profesi penduduk, serta tingkat kehidupannya sangat
menentukan corak penggunaan Iahan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa produksi pertanian dipengaruhi
be&agai faktor, yaitu lingkungan fisik, sosial-ekonomi, biologi serta teknologi yang
digunakan petani. Semakin sesuai faktor-faktor tersebut untuk menunjang
pertumbuhan tanaman, rnaka produksi yang dicapai juga akan semakin tinggi. Hal ini
berkaitan erat dengan produktivitas lahan pertanian yaitu besarnya nilai kalori yang
dapat diproduksi atau dihasilkan oleh sebidang l a b n per satuan waktu, yang
ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah, biologi, sosial-ekonomi, teknologi, serta
faktor produksi lainnya. Semakin tinggi produktivitas lahan &I suatu wilayah, maka
In. BAHAN D A N METODE
3.1. Tempat d a n W a k t u
Penelitian dilakukan di kawasan Daerah Aliran Sungai @AS) Tiworo yang terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Lawa, Kecamatan Kusambi dan
Kecamatan Tikep Kabupaten Mum. Penelitian dilaksanakan pada bdan Maret sampai dengan Juni 200 1.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Mat d m bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta topografi,
peta penutupan lahan, daftar pertanyaan kuisioner, pacul, label, planimeter, kantong
plastik dan alat tuLis mendis.
3.3. Pemilihan Contoh
Unit penelitiadunit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desa. Jumlah desa yang dipilih sebanyak 15 desa contoh. Pemilihan atau penentuan
desa-desa contoh dilakukan dengan cara pengambilan contoh terstratifikasi. Hal ini
dilakukan pada desa-desa yang mewakili desa yang berada pada bagian hulu , tengah
dan hilir kawasan Daerah Aliran Sungai @AS) Tiworo, dengan masing-masing
bagian kawasan DAS terdiri dari 5 desa contoh. Sedangkan untuk mengetahui pola
konsumsi penduduk dan hal-ha1 lain yang berhubungan dengan tujuan penelitian,
pada setiap desa contoh dipilih 15 kepala keluarga (KK) pet& contoh sebagai
responden untuk diwawancarai. Dengan demikian jurnlah responden yang terpiiih
Penentuan kepala keluarga contoh dilakukan dengan cara pengambilan menurut
metode jalur berdasarkan kernudahan aksesibilitas petani responden.
3.4. Pengumpulan Data
Untuk dapat menjawab tujuan penelitian seperti yang telah dikemukakan pada
bab terdahulu, maka dilakukan pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder Data Primer diperoleh- dengan melalui wawancara langsung kepala
keluarga contoh responden terpilih. Sedangkan data sekunder diperoleh di kantor
Pemerintah Daerah Tingkat 11 Kabupaten Muna, Dinas Pertanian Tanaman pangan,
pemerintah Kecamatan Lawa, pemerintah Kecamatan Kusambi dan pemerintah
Kecamatan Tiworo Kepulauan, PPL, desa dan dinadinstansi yang menunjang
tercapainya tujuan penelitian.
Dalam teknik wawancara selama melakukan penelitian digunakan
seperangkat daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelurnnya. Data sosial yang
dikumpulkan antara lain: jumlah penduduk, pekejaan, pendidikan, pertumbuhan
penduduk, luas lahan garapan, jenis tanaman dan produksi, pendapatan usahatani d m
pendapatan dari luar usahatani. Uniuk mengetahui pendapatan perkapita dihitung
dari besarnya pengeluaran baik dari usahatani maupun dari luar usahatani.
Data lingkungan fisik juga dikumpulkan data primer dan data sekunder. Data
yang dikumpulkan adalah (a) Curah hujan (jumlah dan hari hujan), (b) kemiringan
lereng, (c) sifat - sifat tanah d m penutupan lahan.
Untuk analisis sifat fisik dan kirnia tanah diambil contoh tanah komposit
setiap desa sehingga dari seluruh areal penelitian diambil 15 contoh tanah komposit.
Contoh tanah kemudian dianalisis di Laboratorium Dasar Universitas HaluoIeo.
Sifat-sifat tanah yang dianalisis di laboratorium adalah kandungan N, P, K. bahan organik, pH, Aldd, KTK, kejenuhan basa dan tekstur (fraksi pasir, debu dan liat).
3.5. Analisis Daya Dukung
Untuk mengetahui besarnya daya dukung lahan di wilayah penelitian (setiap
desa contoh), dilakukan dengan menggunakan rumus Bayliss-Smith (Soerianegara,
1978). Rumus Bayliss-Smith ini belurn menggambarkan adanya kegiatan dan pola
konsumsi penduduk &I luar sektor pertanian. Agar ha1 ini tercermin pada besamya
daya dukung yang diperoleh, pada rumus Bayliss-Smith tersebut di
tarnbahkan/dimasukan faktor koreksi p dan k (Agustono, 1984) sehingga rumus
menjadi
K = Daya dukung lahan (orand ha)
Asi = Luas lahan yang ditanami dengan jenis-jenis tanaman si (ha) Ysi = Produksi bersih jenis-jenis tanaman pangan g (kkavtahun)
Csi = Tingkat konsurnsi untuk mas