• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN ORGANOLOGI LOBAT PAKPAK KARYA MARDI BOANGMANALU DI DESA AORNAKAN KECAMATAN PERGETTENG-GETTENG SENGKUT KABUPATEN PAKPAK BHARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN ORGANOLOGI LOBAT PAKPAK KARYA MARDI BOANGMANALU DI DESA AORNAKAN KECAMATAN PERGETTENG-GETTENG SENGKUT KABUPATEN PAKPAK BHARA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ORGANOLOGI LOBAT PAKPAK KARYA MARDI

BOANGMANALU DI DESA AORNAKAN KECAMATAN

PERGETTENG-GETTENG SENGKUT

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

MANDIRI BERUTU

2113340027

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

MANDIRI BERUTU, NIM 2113340027, Skripsi, KAJIAN ORGANOLOGI LOBAT PAKPAK KARYA MARDI BOANGMANALU DI DESA AORNAKAN KECAMATAN PERGETTENG-GETTENG SENGKUT KABUPATEN PAKPAK BHARAT, Medan: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui organologi Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu, proses pembuatan Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu di Desa Aornakan Kecamatan Pargetteng-Getteng Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat, serta bagaimana teknik permainan Lobat Pakpak sebagai pembawa melodi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup teori kajian organologi yang menjelaskan Lobat dari sudut bentuk, bagian-bagian Lobat, cara pembuatan, dan cara memainkan Lobat, teori Lobat pakpak, teori karya, dan teori Instrumen musik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Aornakan Kecamatan Pargetteng-getteng Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat. Populasi dan Sampel penelitian ini adalah satu orang profesional Lobat, yaitu Mardi Boangmanalu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan bahwa organologi Lobat Pakpak karya Bangmanalu yang menjelaskan bagian-bagian lobat yaitu Mouthpece (bagian mulut), Lobang Suara, Lobang 1, Lobang 2, lobang 3, lobang, 4, lobang 5 sebagai lobang nada, dan lobang udara. Dalam pembuatan Lobat Pakpak alat-alat yang digunakan adalah parang, pisau, gergaji, besi(ohor-ohor), meteran, dan api tungku. Bahan yang digunakan adalah bambu dan kayu kering. Proses pembuatan Lobat Pakpak yang dikerjakan Mardi Boangmanalu adalah pemilihan bambu, pemotongan bambu, pembuatan lobang suara, pembentukan bagian penutup

mouthpece (bagian mulut), pembentukan mouthpece (bagian mulut) pada lobat,

menutup bagian mulut (mouthpece) pada Lobat, penandaan posisi lobang nada pada Lobat, dan pembuatan lobang pada Lobat. Teknik permainan Lobat Pakpak dimainkan dengan cara ditiup, Lobat pakpak tergolong kedalam ansambel

Oning-Oningen sebagai pembawa melodi. Lagu yang dibawakan Lobat adalah lagu-lagu

tertentu saja yaitu lagu Oning-Oningen tradisional Pakpak.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini

sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan Jurusan

Sendratasik Universitas Negeri Medan.

Adapun judul penulis dalam Skripsi ini adalah “Kajian Organologi Lobat

Pakpak Karya Mardi Boangmanalu Di Desa Aornakan Kecamatan

Pargetteng-Getteng Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat”. Penulis menyadari bahwa penulisan

Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi

ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan

3. Uyuni Widiastuti, S.Pd Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan, Sekaligus Narasumber II yang telah memberikan

saran dan masukan kepada penulis.

4. Dra. Pita H.D Silitonga M.Pd Sekretaris Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa

dan Seni Universitas Negeri Medan

5. Dr. Pulumun P.Ginting, S.Sn, M.Sn Ketua Program Studi Musik

6. Octaviana Tobing, M.Pd Dosen Pembimbing I dan Adina Sastra Sembiring,

M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan,

arahan serta motivasi kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

7. Dra. Tuti Rahayu, M.Si Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Narasumber

II yang telah memberikan banyak bimbingan kepada penulis.

8. Seluruh Dosen dan Staf Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan yang telah mendidik penulis dalam perkuliahan

9. Mardi Boangmanalu, informan yang telah memberikan banyak bantuan dan

(8)

10. Kedua orangtua tercinta. Ayah Osman Berutu, A.Ma dan Ibu Norsia

br.Boangmanalu yang telah memberikan doa, didikan, motivasi serta

dukungan baik dalam moral maupun materi kepada penulis sampai akhir

penyusunan Skripsi, serta abang saya Masler Berutu, S.Pd, Periahno Berutu,

S.Pd, Cihur Berutu, S.Pd, Jasper Siketteng, S.Pd, Udur Tumangger, ST dan

kakak saya Enwari Berutu, S.Pd, Maseh Prima Berutu, A.Md, adek saya

Sentina Berutu yang tidak pernah berhenti mendoakan saya untuk terus

semangat didalam menyelesaikan Skripsi ini.

11. Yohanna Pardede,S.Pd yang selalu memberikan doa dan semangat dalam

Penyelesaian Skripsi ini.

12. Teman-teman Marindah Berutu, Fajar Pasaribu, S.Pd, Rini Melinda Sinaga,

S.Pd, Daniel Ambarita,S.Pd, Gaman Cale Kesogihen, SE, Yessy Napitupulu,

S.Pd, Rio David Manalu, Steven Simarmata, Dedy Simamora, S.Pd, Yohanes

Panjaitan, S.Pd yang telah memberikan doa, motivasi dalam menyelesaikan

Skripsi ini.

13. Teman-teman Prodi Pendidikan Musik angkatan 2011, terimakasih atas kerja

sama dan dukungannya selama perkuliahan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, baik dari segi bahasa maupun isinya mengingat keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran untuk perbaikan menuju kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata penulis

mengucapkan terimakasih.

Medan, April 2016

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

E. Tujuan Penelitian... 10

F. Manfaat Penelitian... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan teoritis ... 12

1. Kajian Organologi ... 12

2. Lobat Pakpak... 14

3. Pengertian Karya ... 15

4. Klasifikasi Instrumen Musik ... 16

B. Kerangka Konseptual ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 20

(10)

1. Populasi ... 21

2. Sampel... 21

C. Tempat dan Waktu Penelitian...22

D. Teknik Pengumpulan Data... 22

1. Observasi... 22

2. Wawancara... 23

3. Dokumentasi ... 24

E. Teknik Analisis Data... 26

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ... 28

1. Letak Geografis ... 28

2. Sistem Mata Pencaharian ... 29

3. Sistem Bahasa ... 30

4. Sistem Kesenian ... 30

5. Sistem Kekerabatan... 34

6. Sistem Kepercayaan ... 35

B. Biografi Mardi Boangmanalu ... 35

C. Kajian Organologi Lobat Pakpak... 37

1. Bagian-Bagian Lobat Pakpak... 37

2. Proses Pembuatan Lobat Pakpak ... 38

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 ... 38

Gambar 4.2 ... 39

Gambar 4.3 ... 40

Gambar 4.4 ... 41

Gambar 4.5 ... 41

Gambar 4.6 ... 42

Gambar 4.7 ... 43

Gambar 4.8 ... 44

Gambar 4.9 ... 45

Gambar 4.10 ... 46

Gambar 4.11 ... 47

Gambar 4.12 ... 48

Gambar 4.13 ... 49

Gambar 4.14 ... 50

Gambar 4.15 ... 50

Gambar 4.16 ... 51

Gambar 4.17 ... 52

Gambar 4.18 ... 53

Gambar 4.19 ... 54

Gambar 4.20 ... 54

Gambar 4.21 ... 55

Gambar 4.22 ... 55

Gambar 4.23 ... 56

(13)

Gambar 4.25 ... 57

Gambar 4.26 ... 58

Gambar 4.27 ... 58

Gambar 4.28 ... 59

Gambar 4.29 ... 59

Gambar 4.30 ... 61

Gambar 4.31 ... 61

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya terdiri dari

beragam etnis atau suku asli, yang mendiami wilayah dari Sabang hingga

Merauke. Banyaknya suku yang ada menjadikan bangsa Indonesia kaya akan

keanekaragaman budaya yang dimiliki setiap suku, dan menjadikan ciri khas dari

suku-suku yang ada di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah

yang memiliki delapan suku asli yaitu, Karo, Batak Toba, Nias, Batak

Simalungun, Mandailing, Melayu, Tapanuli Tengah dan Pakpak.

Dari delapan suku tersebut masing-masing memiliki ciri khas budaya dan

seni yang beragam. Seni merupakan salah satu hasil budaya dan aktifitas manusia

yang sejajar dengan cabang ilmu lainnya. Hal tersebut dikarenakan adanya

kesadaran manusia terhadap peranan dan hasil seni. Seni hanya sebagai sarana

penghibur atau alat untuk mencapai rasa gembira dan bersenang-senang, namun

dalam pengertian lain seni adalah ungkapan seseorang yang dituangkan kedalam

kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, dan syair, yang mengandung unsur

keindahan dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain. Seni juga banyak

digunakan oleh masyarakat untuk kepentingan budaya masing-masing, misalnya

seni tari, seni ukir, dan seni musik.

Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi

(15)

2

komposisi musik itu merupakan karya seni jika didengarkan dengan

menggunakan suara (nyanyian) atau dengan alat musik (instrumental).

Seni sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat setiap suku, demikian

juga dengan masyarakat Pakpak. Pada suku Pakpak ada beberapa seni yang

merupakan peninggalan nenek moyang, yaitu seni tari, seni pahat, dan seni musik.

Seni musik sangat berperan dalam beberapa acara tertentu pada suku Pakpak,

diantaranya yaitu, acara pernikahan, acara kematian, upacara ritual seperti

mengkurak tulan, mendegger uruk dan hiburan. Bahkan pada zaman dahulu

musik juga berperan dalam pesta rakyat pada saat masa panen hasil pertaian

masyarakat, seperti panen padi dan panen kopi. Konon pada saat musim panen,

semua masyarakat berkumpul untuk merayakan kegembiraan mereka karena hasil

tani yang memuaskan, sehingga diadakannya pesta rakyat dengan musik dan

tari-tarian tradisional Pakpak. Namun sejalan dengan perkembangan zaman, hal ini

tidak dilakukan lagi pada saat ini oleh masyarakat Pakpak.

Suku Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Pulau Sumatera

Indonesia. Tersebar di beberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dan Aceh,

yakni di Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang

Hasundutan, Tapanuli Tengah (Sumatera Utara), Kabupaten Aceh Singkil, dan

Kabupaten Subulussalam (Provinsi Aceh).

Suku Pakpak terdiri atas lima sub suku, dalam istilah setempat sering

disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari (1) Pakpak Klasen,

berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah Kabupaten Humbang

(16)

3

Tapanuli Tengah (2) Pakpak Simsim, berdiam di Kabupaten Pakpak Bharat

(3) Pakpak Boang, bermukim di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Singkil dan

kota Subulussalam (4) Pakpak Pegagan, bermukim di Sumbul dan sekitarnya di

Kabupaten Dairi (5) Pakpak Keppas, bermukim di kota Sidikalang dan

sekitarnya di Kabupaten Dairi.

Pakpak Bharat terletak di kaki pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten

Pakpak Bharat terdiri dari delapan Kecamatan yaitu Kecamatan Salak,

Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Kerajaan,

Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut, Kecamatan Pagindar, Kecamatan

Siempat Rube dan Kecamatan Tinada. Hampir 90 persen penduduk kawasan

Pakpak Bharat beretnis Pakpak, dan selebihnya merupakan pendatang dari suku

lain seperti Batak Toba, Karo, Simalungun, dan Nias, yang bekerja di Pakpak

Bharat. Kegiatan perekonomian masyarakat Pakpak terfokus pada pertanian dan

perkebunan. Ibukota Kabupaten Pakpak Bharat (Salak) berjarak sekitar 193 km

dari Ibukota Provinsi Sumatera Utara (Medan).

Etnis pakpak memiliki budaya yang sudah diwariskan secara turun temurun

dari nenek moyang masyarakat Pakpak. Salah satu bentuk warisan budaya

tersebut adalah kesenian. Kesenian yang diwariskan oleh leluhur masyarakat

Pakpak dalam beberapa bentuk, diantaranya adalah seni tari (tatak), seni ukir, seni

tekstil dan seni musik.

Bagi suku Pakpak musik mempunyai peranan yang sangat penting dalam

aspek kehidupan masyarakatnya, karena hampir seluruh kegiatan adat, ritual dan

(17)

4

musikal sendiri. Dalam penyajiannya ada yang menggunakan alat musik, vokal,

dan vokal gabungan dengan instrumen musik, dalam penggunaan alat musiknya

ada yang dimainkan secara ensambel dan ada juga secara solo.

Masyarakat Pakpak membagi alat musiknya berdasarkan bentuk penyajian

dan cara memainkannya. Berdasarkan bentuk penyajiannya, alat-alat musik

tersebut dibagi menjadi beberapa ensambel, yakni Genderang Sisibah, Genderang

Sipitu-Pitu, Genderang Silima, Genderang Sidua-Dua, Kalondang dan Gung.

Sedangkan dengan cara memainkannya, instrumen musik tersebut terbagi menjadi

bebrapa kelompok, yaitu : Sipalun (alat musik yang dimainkan dengan cara

dipukul), Sisempulen (alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup) dan

Sipeltiken (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik).

Ensambel Genderang Sisibah terdiri dari Genderang Sisibah (Conis Drum

Single Head yang terdiri dari sembilan buah gendang yang berbentuk konis),

Gung Sada Rabaan (idiophone yang terdiri dari empat buah Gung yaitu

Panggora, Poi, Puldep dan Pong-Pong), Sarune (Double Reed Oboe) dan

Cilatcilat (Concussion Idiophone). Dalam penyajiannya ensambel ini dipakai

pada jenis upacara sukacita (Kerja Mbaik) pada tingkatan upacara terbesar saja.

Ensambel Genderang Sipitu-pitu dan Genderang silima terdiri dari alat

musik yang terdapat pada ensambel Genderang Sisibah, perbedaannya hanya

terdapat pada penggunaan Genderang saja. Genderang Sipitu-pitu menggunakan 7

dari 9 gendang yang terdapat pada Genderang Sisibah, sedangkan Genderang

Silima menggunakan 5 dari 9 buah gendang (gendang yang digunakan gendang

(18)

5

pada upacara duka cita (Kerja Njahat) seperti upacara kematian, Mengokal Tulan

(meggali tulang-belulang).

Selanjutnya adalah ensambel Genderang Sidua-dua. Ensambel gendang ini

terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk Barrel (Double Head Barrel

Drums). Kedua gendang ini terdiri dari Genderang Inangna (gendang induk,

gendang ibu) yaitu gendang terbesar dan Genderang Anakna (gendang anak,

jantan) yaitu gendang terkecil. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel

ini adalah Gung Sada Rabaan, san sepasang Cilatcilat. Ensambel ini digunakan

pada upacara ritual, seperti Mendegger Uruk (upacara mengusir roh penunggu

hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian) dan hiburan saja seperti upacara

penobatan raja atau mengiringi tari pencak.

Ensambel yang terahir adalah Oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari

Genderang Sitelu-telu, Gung Sada Rabaan, Lobat (Aerophone), Kalondang

(Xylophone), dan Kucapi (Lut Long Neck). Ensambel ini digunakan pada upacara

sukacita (Kerja Mbaik) seperti upacara pernikahan dan untuk mengiringi tarian.

Lobat merupakan salah satu jenis alat musik yang dipakai dalam bentuk solo

instrumen dan dapat juga digabungkan dengan ensambel musik Oning-oningen

tradisional Pakpak. Lobat merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bambu,

panjang istrumen Lobat sekitar 20 cm sampai 25 cm dan memiliki diameter 2 cm.

Lobat memiliki lima lubang nada dan satu lubang penghasil bunyi. Alat musik ini

termasuk kedalam klasifikasi alat musik Aerophone. Lobat dimainkan dengan cara

ditiup dan mengasilkan bunyi seperti suara seruling. Tangga nada lobat terdiri dari

(19)

6

Lobat sekarang jarang ditemui pada ensambel Oning-oningen, dan pembuat

Lobat biasanya adalah orang-orang tua yang cinta terhadap kesenian budaya.

Pada awalnya Lobat merupakan alat musik pribadi yang digunakan sebagai

hiburan pribadi oleh nenek moyang masyarakat Pakpak pada saat menjaga padi

(Muro) diladang. Hiburan pribadi yang dimaksud disini adalah sebagai ungkapan

perasaan yang sedang dirasakan, baik rasa senang, sedih, dan rasa yang tidak

dapat diungkapkan, kecuali memainkan Lobat. Namun pada perkembangannya,

alat musik ini dimasukkan kedalam ensambel Oning-oningen seperti pembawa

melodi pada musik pengiring tari-tarian daerah Pakpak. Pada mulanya pembuat

alat musik Lobat biasanyan pemain alat musik itu sendiri, namun sejalan dengan

waktu pembuat alat musik Lobat pada saat ini sudah sangat sedikit.

Lobat Pakpak terbuat dari bambu, dengan panjang lebih kurang 20 cm

sampai 25 cm, memiliki diameter 2 cm. Instrumen Lobat tergolong kedalam

klasifikasi Aerophone dimana memainkannya dengan cara ditiup sehingga

menghasilkan suara seperti suara seruling. Lobat Pakpak dibuat dengan

menggunakan alat-alat yang sederhana seperti parang, pisau, gergaji, meteran,

besi, dan api tungku untuk memanaskan besi dalam proses pembuatan lubang

pada Lobat.

Saat ini pembuat Lobat tidak banyak lagi. Mardi Boangmanalu adalah

satu-satunya yang dapat membuat alat musik Lobat di desa Aornakan. Beliau seorang

tamatan Sekolah Dasar (SD) Aornakan, dimana kesehariannya bekerja sebagai

pengrajin instrumen-instrumen yang dipesan oleh orang lain, seperti Lobat,

(20)

7

Lobat, beliau juga berprofesi sebagai pemain Lobat. Lobat buatan beliau sudah

banyak digunakan oleh pemain Lobat di group musik tradisional yang berada di

Pakpak Bharat, seperti Geby Audio Group, Padang Jambu Group, Manik Ndai

Group, Tania Group dan Nina Nola Group. Nina Nola Group adalah salah satu

group musik tradisional yang personil salah satunya adalah Mardi Boangmanalu.

Penulis berjalan-jalan ke desa Aornakan dan berbincang-bincang dengan

Mardi Boangmanalu yang menyatakan bahwa banyak pemusik tradisi kususnya

pemain Lobat tidak dapat membuat alat musiknya sendiri lagi sesuai dengan

kebiasaan. Hal ini disebabkan oleh kemajuan zaman dan sudah berkurangnya

minat untuk mempelajari musik tradisi kusunya Lobat sehingga banyak

masyarakat kususnya masyarakat pakpak tidak mengenali alat musik

tradisionalnya sendiri seperti Lobat. Masyarakat pakpak juga banyak yang tidak

mengetahui keberadaan Lobat dan juga fungsi utamanya dalam masyarakat

Pakpak.Saat ini pembuat alat musik Pakpak kususnya pembuat Lobat hanya

tinggal sedikit.

Mardi Boangmanalu adalah salah satu seniman yang tinggal di Desa

Aornakan Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat.

Selain pembuat instumen Lobat, beliau juga dapat membuat instrumen

Kalondang, Sulim, Sordam, dan Kucapi Pakpak. Beliau juga salah satu pemain

musik tradisional Pakpak yang sudah profesional memainkan berbagai instrumen

musik pakpak seperti Lobat, Sordam, Sulim, Kucapi, Kalondang, dan

(21)

8

Dari uraian latar belakang, maka Penulis tertarik untuk meneliti, mangkaji,

serta menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul “KAJIAN

ORGANOLOGI LOBAT PAKPAK KARYA MARDI BOANGMANALU DI

DESA AORNAKAN KECAMATAN PERGETTENG-GETENG SENGKUT

KABUPATEN PAKPAK BHARAT”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan sejumlah masalah yang berhasil ditarik dari

uraian latar belakang masalah atau kedudukan masalah yang akan diteliti dan

lingkup permasalahan yang lebih luas. Tujuan dari identifikasi masalah adalah

agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang

dibahas tidak terlalu luas. Dari uraian latar belakang, maka permasalahan

penelitian ini dapat diidentifikasikan menjadi beberapa bagian, antara lain :

1. Bagaimana organologi Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu?

2. Bagaimana proses pembuatan Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu di

Desa Aornakan Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut Kabupaten Pakpak

Bharat?

3. Bagaimana teknik permainan Lobat Pakpak sebagai pembawa melodi ?

4. Apa yang menjadi kendala yang dihadapi pada saat pembuatan Lobat

Pakpak?

5. Mengapa hanya Mardi Boangmanalu satu-satunya yang dapat membuat

(22)

9

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cangkupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan

kemampuan teoritis, maka perlu diadakan pembatasan masalah untuk

memudahkan penulis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian

ini. Untuk membatasi masalah agar topik menjadi terfokus dan tidak melebar

maka penulis menetapkan pembatasan masalah sebagai berikut ::

1. Bagaimana organologi Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu?

2. Bagaimana proses pembuatan Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu di

Desa Aornakan Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut Kabupaten Pakpak

Bharat?

3. Bagaimana teknik permainan Lobat Pakpak sebagai pembawa melodi?

D. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang

hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk

menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik

sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban.

Menurut Maryeani (2005:14) menyatakan bahwa rumusan masalah

merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah

bukan disiskapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam peraktiknya, proses

penelitian akan senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagai mana telah

dirumuskan. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah,

(23)

10

Bagaimana kajian organologi Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu di

Desa Aornakan Kecamatan Pergetteng-Geteng Sengkut Kabupaten Pakpak

Bharat?

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian umumnya berorientasi kepada tujuan. Tujuan dirumuskan

untuk mendapatkan gambaran secara jelas hasil yang akan dicapai. Menurut

Sugiyono (2012:5) menyatakan, setiap penelitian mempunyai tujuan dan

kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang

bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang

diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya

belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan

untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan

tertentu, dan pengembangan berati memperdalam dan memperluas pengetahuan

yang telah ada.

Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam

suatu penelitian”. Berhasil tidaknya suatu penelitian yang dilakukan terlihat dari

tercapai tidaknya tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui organologi Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu.

2. Untuk mengetahui proses pembuatan Lobat Pakpak karya Mardi

Boangmanalu di Desa Aornakan Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut

Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Untuk mengetahui bagaimana teknik permainan Lobat Pakpak sebagai

(24)

11

F. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian diharapkan dapat mengisi kebutuhan segala komponen

masyarakat, baik dari instansi berkaitan dan lembaga-lembaga kesenian maupun

praktisi kesenian serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas

kususnya pemain Lobat. Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh beberapa

manfaat yaitu :

1. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah refrensi mengenai Lobat

Pakpak di Universitas Negeri Medan khususnya Jurusan Pendidikan Seni

Musik,

2. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi yang memerlukan

untuk penelitian selanjutnya,

3. Sebagai bahan dokumentasi terhadap kesenian tradisional Pakpak,

4. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama

mengikuti proses perkuliahan di Jurusan Seni Musik.

5. Untuk dunia pendidikan, agar generasi muda dapat mengapresiasi Lobat

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembuatan Lobat ini berada di Desa Aornakan Kecamatan

Pergetteng-Getteng Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat yang dibuat oleh Mardi

Boangmanalu. Mardi Boangmanalu adalah seorang pengrajin Lobat Pakpak

yang handal dan sudah propesional dalam memainkan Lobat Pakpak. Selain

pengrajin Lobat, Mardi Boangmanalu juga dapat membuat berbagai

instrumen tradional Pakpak seperti Kalondang, Genderrang, Kucapi dan

Sordam Pakpak. Dan Mardi Boangmanalu juga sudah profesional dalam

memainkan semua jenis instrumen musik tradisional Pakpak. Ini diteliti dari

prestasi-prestasi yang diperoleh oleh Mardi Boangmanalu yang berprofesi

sebagai seniman tradisional di Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Dalam proses pembuatan Lobat, bahan utama yang digunakan untuk

membuat Lobat yaitu bambu (Buluh Didi). Bambu dipotong dengan

menggunakan gergaji sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu

panjang 28,5 cm dan panjang diameter 2 cm pada bagian lobang peniupan

dan 1,8 cm pada bagian lobang udara, serta kayu kering sebagai penutup

Mouthpecce yang dibentuk sesuai dengan ukuran lobang bagian mulut pada

Lobat, yaitu panjang 2,3 cm dengan diameter 1,8 cm dan dapat juga

(26)

64

suara pada Lobat menggunakan pisau kecil. Jarak antara lobang sura dengan

bagian peniupan diukur dengan cara tradisional yaitu selebar jempol orang

dewasa atau jika diukur dengan meteran panjangnya 2,3 cm. Ukuran lobang

suara disesuaikan dengan ukuran Lobat itu sendiri, yaitu panjang lobang

suara 1,2 cm dan lebar 0,8 cm. Pembuatan penutup Mouthpece

menggunakan parang. Kayu kering yang sudah disediakan dibentuk sesuai

dengan ukuran lobat, karena kayu kering yang akan dibentuk berfungsi

untuk menutup bagian peniupan Lobat atau Mouthpece. Pembentukan

Mouthpece pada Lobat menggunakan pisau kecil, bentuk yang dibuat

menyerupai bentuk Mouthpece pada Recorder. Fungsinya agarpemain Lobat

dapat meletakkan Lobat pada mulut dengan nyaman pada saat memainkan

Lobat. Setelah Mouthpece pada Lobat dibentuk kemudian ditutup dengan

peutup Mouthpece. Proses penandaan posisi lobang pada Lobat dilakukan

dengan cara mengukur panjang Lobat dari lobang suara ke lobang udara

yaitu 26,4 cm. kemudian dari panjang tersebut diambil titik tengah sebagai

posisi lobang pertama (lobang 1). Setelah titik tengah ditentukan, maka

selanjutnya diukur dari titik tengah ke lobang udara, yaitu 13,2 cm. panjang

tersebut dibagi menjdai lima maka hasilnya adalah 2,64 cm. sehingga jarak

antar lobang pertama sampai lobang ke-lima masing 2,64 cm. Titik-titik

yang sudah diukur diberi tanda dengan sayatan kecil menggunakan pisau.

Proses pembuatan lobang dilakukan dengan cara memanaskan besi

Ohor-Ohor hingga berwarna merah, kemudian ditusukkan pada Lobat yang sudah

(27)

65

perlajan sambil memuta-mutar hingga terbantuk lobang pada Lobat. Tahap

penyelesaian dalam pengerjaan membuat Lobat dilakukan dengan sederhana

yaitu memperhalus bagian lobang peniupan dan membersihkan seluruh

lobang yang ada pada Lobat.

3. Lobat dimainkan dengan cara ditiup. Dari pengklasifikasian instrumen

musik berdasarkan sumber bunyinya, maka Lobat tergolong kedalam

klasifikasi Aerophone. Karena sumber bunyinya berasal dari tekanan udara.

Tangga nada yang dihasilkan Lobat adalah tangga nada pentatonik yaitu

DO-RE-FI-SOL-SI-DO (1-2-4#-5-7-1).

4. Posisi tangan dalam memainkan Lobat ditentukan oleh kenyamanan

masing-masing pemain Lobat. Dalam penelitian ini posisi tangan tangan kiri

berada diatas yaitu pada lobang satu, dua, dan tiga, serta tangan kanaan

berada pada posisi bawah yaitu lobang empat dan lima. Tangga nada Lobat.

Untuk nada DO (1), lobang satu, dua, dan tiga ditutup dengan jari telunjuk

kiri, jari tengah kiri, dan jari manis kiri. Kemudian untuk nada RE (2) jari

manis kiri dibuka, dan untuk nada FI (4#) jari telunjuk kiri dibuka,

kemudian nada SOL (5) semua lobang pada Lobat dalam keadaan terbuka,

untuk nada SI (7) lobang satu, dua, tiga, dan 5 ditutup masing-masing

menggunakan jari telunjuk kiri, jari tengah kiri, jari manis kiri, dan jari

tengah kanan, dan untuk nada DO (1) oktaf sama seperti nada DO (1) netral

hanya saja ditiup lebih keras agar menghasilkan nada tinggi. Posisi badan

pada saat memainkan Lobat dapat dikukan dengan cara duduk dan dapat

(28)

66

B. SARAN

Dari beberapa kesimpulan yang telah dijelaskan, penulis mengajukan

beberapa saran antara lain :

1. Diharapkan bagi seluruh masyarakat Pakpak Bharat agar tetap

bersama-sama menjaga dan melestarikan apa yang telah diwariskan oleh leluhur

dahulu, terutama peninggalan-peninggalan kesenian budaya Pakpak seperti

alat musik tradisional.

2. Generasi muda diharapkan dapat seperti Mardi Boangmanalu, yaitu

meningkatkan minat untuk mencintai dan mengenal budaya kesenian

tradisional masyarakat Pakpak Bharat agar tidak dikalahkan dengan

kemajuan teknologi yang semakin canggih, dan juga berminat untuk belajar

membuat instrumen musik tradisional Pakpak.

3. Seyogianya pemerintah kususnya kabupaten Pakpak Bharat memberikan

perhatian khusus terhadap instrumen-instrumen tradisional Pakpak supaya

tidak menghilang ditengah kemajuan zaman. Dalam hal ini pemerintah

memberikan perhatian melalui sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten

Pakpak Bharat agar membuat pelajaran kusus mengenai kesenian dan

budaya tradisional Pakpak.

4. Disini penulis sadar diri dari segi penjelasan dan kata-kata yang rancau atau

tidak lengkap, kiranya dapat memaklumi dan semoga karya ilmiah ini kelak

nantinya dapat menjadi tolak ukur untuk penulisan karya ilmiah selanjutnya

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Asmawi, (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balay Pustaka

Handarto, Sri 2011. Organologi dan Akustika I &II.Bandung: Lubuk Agung

Indaya, Azizi Apri. 2009. Kajian Orgamologi Intrumen Perkusi Cajon Hasil

Produksi Medan Sumatera Utara. Medan: Skripsi untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED.

Maryaeni. 2005, Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta : Bumi Aksara

Maibang,R. 2009. Mengenal Etnis Pakpak Lebih Dekat.Medan.

Panjaitan, Jelita. 2007. Deskripsi Organologi Alat Musik Tiup Sulim Batak Toba. Medan: Skripsi untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED.

Rikho, Purba Rivandi. 2009. Tinjauan Organologi Arbab Simalungun Buatan

Bapak Arsiden Purba di Desa Manik Saribu, Dusun Sait Butu Saribu, Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun.Medan: Skripsi

untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED.

Sihotang, Botan L. 2008. Kajian Organologi Kucapi Pakpak Buatan Bapak Kami

Capah Di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat. Medan.

Skripsi untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Seni USU.

Spardly, James. 2008. Perticipants Observation. Rinenhart and Wiston

Sugiyono 2012.Metode PenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta

Virganta, Abraham Roma. 2006. Tinjauan Kajian Organologi Alat Musik

BaLobat Karya Ropong Tarigan. Medan Jurnal untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED.

Wotanto, R. 2010. Organologi ASEAN, t.p. Surakarta

(30)

68

http://karyayangunik.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-karya-seni.html

Gambar

Gambar 4.25 ...................................................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan instrumen musik Gendang Singindungi Dan Gendang Singanaki Di Desa Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang,

NURUL FAJRIA BATUBARA. Kajian Organologi Gendang Melayu Pakpung di Kota Stabat Kabupaten Langkat. Universitas Negeri Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Sampel dalam penelitian ini adalah pengrajin instrument musik kulcapi karya Bapak Pauzi Ginting sebagai pengrajin kulcapi, yang bertempat tinggal di Desa Hulu

Skripsi sarjana ini berjudul “Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah, Kecamatan Purba, Kabupaten

Skripsi sarjana ini berjudul “Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah, Kecamatan Purba, Kabupaten

Skripsi sarjana ini berjudul “Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah, Kecamatan Purba, Kabupaten

Berdasarkan hasil analisis data tentang “Studi Organologi Gendang Rebana Melayu di Desa Sekura Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas” disimpulkan bahwa gendang

ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL NANGEN NANDORBIN PADA MASYARAKAT PAKPAK DI DESA SUKARAMAI KECAMATAN KERAJAAN PAKPAK BHARATO.