PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM
MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN
DI KFC SUZUYA BINJAI
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Diajukan Oleh:
ISMAIL
090922035
Departemen Ilmu Komunikasi Ekstensi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan judul Peranan Komunikasi Antarpribadi dalam meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai. Adapun permasalahan penelitian penulis adalah bagaimanakah peranan komunikasi antarpribadi berperan terhadap peningkatan kinerja karyawan KFC Suzuya Binjai. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi pimpinan terhadap karyawan, untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses komunikasi antarpribadi, dan untuk mengetahui kinerja karyawan akibat peranan proses komunikasi antarpribadi. Teori komunikasi yang digunakan yakni keterbukaan (openness), empati (empathy) dan dukungan (supportiveness). Pada komunikasi antarpribadi terjadi adanya keterbukaan (openness), empati (empathy) dan dukungan (supportiveness) dapat diterima, dimengerti dan dipahami secara baik oleh komunikan.
Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah jumlah karyawan di KFC Suzuya Binjai sebanyak 21 orang karyawan, adapun sampel yang dipilih sebagai observasi/wawancara berjumlah 15 orang karyawan. Peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang dipelukan selama proses penelitian. Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan (informan kunci).
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, saya ucapkan kehadirat Tuhan, yang telah memberikan
kekuatan, ridho dan berkah-Nya kepada saya untuk meyelesaikan penulisan skripsi.
Salawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa
ajaranya.
Adapun skripsi ini berjudul peranan komunikasi antarpribadi dalam
meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai yang merupakan salah satu
syarat untuk menempuh ujian Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas
Sumatera Utara Medan.
Sebagai karya ilmiah, peneliti menyadari sepenuhya bahwa penyusunan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena hanya Tuhanlah yang maha pemilik
kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, saya berharap kiranya kritik
dan masukan yang bersifat membangun demi perbaikan pada masa yang akan datang
sangat di harapkan. Terimakasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada
Ibunda (Amanah ), Ayahanda (Abdur Rasyid ), atas segala perhatianya, Do’a dan
dukungan moril serta materil yang telah di berikan kepada penulis.
Selama melakukan penelitian, saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
pada kesempatan ini ucapan terimakasih yang tidak terhingga di tujukan kepada :
1. Kepada Bapak/ Ibu Dekan Falkultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Di
Universitas Sumater Utara karena sudah berusaha untuk memberikan
perubahan yang maksimal kepada falkultas dengan meningkatkan sarana dan
prasarana pendidikan di lingkungan kampus Falkultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Emillia Ramadhani,S.Sos,Ma, Sebagai pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan nasehat dalam penulisan skripsi ini
3. Seluruh Dosen pengajar dan staff yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis
sejak di bangku kuliah
5. Terima kasih dan mohon maaf penulis aturkan kepada semua pihak yang tidak
di sebutkan satu persatu yang turut membantu dalam kehidupan penulis hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dengan mengharapkan Ridho Tuhan Yang Maha Esa dan mohon maaf atas segala
kehilafan dan kealfaan sebagai seorang hamba yang lemah, semoga karya ini berguna
sekaligus sebagai sumbangan pemikiran penulis.
Medan,November 2013
Hormat saya,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 ... K onteks Masalah ... 1
1.2 ... F okus Masalah ... 5
1.3 ... T ujuan Penelitian ... 5
1.4 ... M anfaat Penelitian ... 5
BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/paradigma Kajian ... 6
2.2 Kajian Pustaka ... 7
2.2.1 Pengertian Komunikasi ... 8
2.2.2 Komunikasi Antarpribadi ... 15
1. Teori Komunikasi Antarpribadi ... 19
2. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 20
3. Proses Komunikasi Antarpribadi ... 21
4. Model Komunikasi Antarpribadi ... 24
2.2.3 Peningkatan Kinerja Karyawan ... 28
1. Pengertian Kinerja ... 28
2. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 29
4. Metode - metode Penilaian Kinerja ... 38
5. Hambatan Penilaian Kinerja ... 40
2.3 Model Teoretik ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 42
3.2 Objek Penelitian ... 42
3.3 Subjek Penelitian ... 43
3.4 Populasi dan Informan ... 43
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.6 Teknik Analisa Data ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 46
4.2 Pembahasan ... 78
BAB V KESIMPULANDAN SARAN 5.1 Simpulan ... 84
5.2 Saran ... 85
5.3 Implikasi ... 86
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan judul Peranan Komunikasi Antarpribadi dalam meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai. Adapun permasalahan penelitian penulis adalah bagaimanakah peranan komunikasi antarpribadi berperan terhadap peningkatan kinerja karyawan KFC Suzuya Binjai. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi pimpinan terhadap karyawan, untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses komunikasi antarpribadi, dan untuk mengetahui kinerja karyawan akibat peranan proses komunikasi antarpribadi. Teori komunikasi yang digunakan yakni keterbukaan (openness), empati (empathy) dan dukungan (supportiveness). Pada komunikasi antarpribadi terjadi adanya keterbukaan (openness), empati (empathy) dan dukungan (supportiveness) dapat diterima, dimengerti dan dipahami secara baik oleh komunikan.
Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah jumlah karyawan di KFC Suzuya Binjai sebanyak 21 orang karyawan, adapun sampel yang dipilih sebagai observasi/wawancara berjumlah 15 orang karyawan. Peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang dipelukan selama proses penelitian. Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan (informan kunci).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Konteks Masalah
Manusia dalam kehidupan sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu
wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang
kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi
yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam
mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yangakan selalu terjadi dalam
organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran
informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam
menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan
untuk mengelola komunikasi dalam organisasi.
Karyawan memiliki kebutuhan dan keinginan informasi untuk mengetahui
tugas-tugas dan mengerti seluruh tujuan dan strategi perusahaan. Keterbukaan dan
kejujuran kebijakan komunikasi harus dibangun oleh pimpinan dan harus diterima
oleh setiap bawahan. Komunikasi dari manajemen karyawan, karyawan ke pihak
manajemen harus jujur dan dibangun berdasar kepercayaan jika digunakan untuk
membangun semangat kerja, produktifitas dan kemajuan perusahaan.
Pimpinan perusahaan akan berusaha untuk mencoba, mengubah kebutuhan
serta keinginan karyawan-karyawan, melalui proses motivasi yang disampaikan
melalui komunikasi antar pribadi. Karyawan dari suatu organisasi sebagaimana
lazimnya, tentu saja memiliki sekumpulan keinginan yang diharapkannya dapat
kekuatan pendorong bagi mereka untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam
perusahaan, sikap, tabiat, kebiasaan, kepentingan dan tuntutan bukan hanya
merupakan milik seorang karyawan saja, tetapi milik mereka bersama dengan
karyawan yang lain. Hal ini menyebabkan karyawan-karyawan menunjukan tanggapan
yang sama terhadap sesuatu yang terjadi di luar dan di sekitar mereka. Bahkan tingkah
laku dan perbuatan mereka dipengaruhi hal-hal tersebut.
Dalam setiap perusahaan pasti terjadi komunikasi terutama komunikasi
antarpribadi yang melibatkan dua orang. Komunikasi ini terjalin agar tercipta
pemahaman yang sama antar dua orang tersebut sehingga dapat bekerja sama dengan
baik. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah
yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah
faham dan konflik oleh karena itu diperlukan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi oleh karena itu
para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan
menyempurnakan kemampuan komunikasi.
Proses komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan khususnya yang
menyangkut komunikasi antara pimpinan dan karyawan merupakan faktor penting
dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari
hubungan karyawan yang memuaskan yang dibangun berdasarkan iklim dan
kepercayaan atau suasana organisasi yang positif. Hubungan atasan dan bawahan
merupakan jantung pengelolaan yang efektif. Agar hubungan ini berhasil, harus ada
kepercayaan dan keterbukaan antara atasan dan bawahan (Muhammad, 2007 : 172).
Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, kejujuran, dukungan keamanan,
ideal. Tujuan utama dari komunikasi dengan karyawan adalah mengidentifikasi,
menciptakan dan menjalin hubungan timbal balik yang menguntungkan antara
pimpinan dengan karyawan.
Komunikasi yang efektif ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya, yaitu pimpinan dan karyawan. Pimpinan harus dapat memfasilitasi kondisi
komunikasi antarpribadi yang efektif yang meliputi : a. Keterbukaan (openness), b.
Empati (empathy), c. Kepositifan (positiveness), d. Dukungan (supportiveness), dan e.
Kesetaraan (equality) (Muhammad, 2007 : 172).
Komunikasi efektif antara pimpinan dan karyawan juga harus dibangun
berdasarkan hubungan antarpribadi yang efektif. Menurut Sugiyo (2005 : 10),
hubungan antarpribadi akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi
kondisi sebagai berikut : (a) bertemu satu sama lain secara personal, (b) empati secara
tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama
lain secara berarti, (c) menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa
menilai atau keberatan, (d) menghayati pengalaman satu sama lain dengan
bersungguh-sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain, (e) merasa bahwa
saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi
kecenderungan gangguan arti, (f) memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh
dan memperkuat persamaan aman terhadap yang lain.
Hubungan antara sesama karyawan di sebuah organisasi lebih berfokus pada
aspek-aspek manusiawi, hal ini perlu diketahui dan dijalankan di dalam perusahaan.
Sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan industrial (industrial
relations). Hubungan industri lebih menekankan pada besar kecilnya upah dan
hubungan yang erat, mengingat hubungan industri juga sangat dipengaruhi oleh efektif
tidaknya komunikasi di kalangan karyawan maupun antara karyawan dengan pihak
manajemen.
Purba (2006 : 14) berasumsi bahwa melalui komunikasi diharapkan dapat
membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian di antara orang-orang yang
terlibat dalam kegiatan tersbut. Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara pimpinan
dan karyawan yang baik akan dapat berdampak pada hasil kerja yang maksimal.
Peningkatan kinerja karyawan secara perorangan akan mendorong kinerja
sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat
terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktivitas.
Kentucky Fried Chicken (KFC) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang restoran siap saji.
Menurut peneliti komunikasi antar pribadi KFC Suzuya Binjai dengan
karyanwannya sangat berperan dan sangat erat hubungannya di dalam peningkatan
kinerja karyawan agar produksi semakin maju dengan pesat dan masalah-masalah di
dalam perusahaan dapat diatasi dengan baik. Disini peneliti akan meneliti bagaimana
karyawan KFC Suzuya Binjai rasa saling berkomunikasi antar pribadi dengan sesama
karyawan ataupun dengan pimpinannya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti Peranan
Komunikasi Antarpribadi dalam meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya
1.2Fokus masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :“Bagaimanakah peran komunikasi antarpribadi dalam
meningkatkan kinerja karyawan KFC Suzuya Binjai.”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang akan
menguraikan apa yang akan dicapai, dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian dan pihak yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Adapun yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi pimpinan terhadap karyawan.
b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses
komunikasi antarpribadi.
c. Untuk mengetahui kinerja karyawan akibat peranan proses komunikasi
antarpribadi.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah atau memperluas
khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti
mengenai komunikasi antarpribadi dalam sebuah perusahaan antar karyawan.
c. Secara praktis, peneliti ini diharapkan dapat menjadi kontribusi atau masukan yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perspektif/Paradigma Kajian
Perspektif penelitian dalam hal ini adalah cara pandang peneliti dalam
memberikan tingkat kebebasan kepada responden dalam memberikan data atau
informasi yang hendak disajikan. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang
berperspektif emik, yakni pendekatan penelitian yang perolehan datanya dalam
bentuk narasi, cerita detail, ungkapan dan bahasa asli hasil konstruksi para responden
atau informan, tanpa ada evaluasi dan interpretasi dari peneliti. Data dalam bentuk
cerita detail tersebut hanya dapat diperoleh, karena teknik pengumpulan datanya
adalah wawancara mendalam dan atau observasi, bukan kuesioner. Dengan demikian
tingkat kebebasan perspektif emik yang diberikan kepada responden atau informan
sangat tinggi (Hamidi, 2010: 124-125).
Paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan peneliti yang berisi
bagaimana peneliti melihat realita (world views), bagaimana mempelajari fenomena,
cara‐cara yan digunakan dalam penelitian dan cara‐cara yang digunakan dalam
menginterpretasikan temuan. Dalam konteks desain penelitian, pemilihan paradigma
penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan
memberi pedoman seluruh proses penelitian (Guba, 1990).
Paradigma penelitian menentukan masalah apa yang dituju dan tipe penjelasan
apa yang dapat diterimanya (Kuhn, 1970) Perspektif atau paradigma penelitian yang
peneliti gunakan adalah kualitatif yang memiliki tahapan berfikir kritis-ilmiah, yang
mana seorang peneliti memulai berfikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai
menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang
diamati itu (Bungin, 2010: 6).
Paradigma penelitian kualitatif yang peneliti gunakan adalah paradigma
rasionalistik (verstehen) memandang bahwa realitas sosial itu sebagaimana dipahami
oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang ada dan di dialogkan dengan pemahaman
subjek yang diteliti atau data empirik. Paradigma penelitian ini banyak digunakan
antara lain dalam penelitian filsafat, bahasa, agama (ajaran) dan komunikasi.
Metode yang digunakan adalah analisis isi (content analisys)
(http://www.scribd.com).
2.2 Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis
pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan (Prajarto, 2010:49). Pencarian dan
penelusuran kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian
sangat diperlukan. Penelitian tidak dilakukan di ruang kosong dan tidak pula dapat
dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang jelas. Penelitian yakni sesungguhnya
menelusuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis oleh peneliti terdahulu.
(Danim Sudarwan, 2001:105 dalam Iskandar, 2009:100).
Dengan adanya kajian teori, maka peneliti akan mempunyai landasan untuk
menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dalam
2.2.1 Pengertian Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis
Secara etimologis (asal katanya), komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu
communication, bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam hal ini
berarti membuat kebersamaan makna dalam suatu hal antara dua orang atau lebih. Jadi
komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat dalam proses
komunikasi itu terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
Jelasnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain
kepadanya, maka komunikasi sudah berlangsung. Namun jika seseorang tidak
mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka hal tersebut
bukanlah suatu komunikasi.
2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan seseuatu kepada orang lain.
Onong Uchyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, mengatakan
komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
komunikator kepada komunikan.
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang
mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication)
bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah
laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2004
: 19).
Suatu proses komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan
mendengarkan saja, namun didalam suatu proses komunikasi harus mengandung
pembagian ide, pikiran, fakta, ataupun pendapat dari satu orang kepada orang lain.
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi
adalah seni menyampaikan informasi (pesan, ide, sikap, gagasan) dari komunikator
untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan
pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dikehendaki komunikator.
Wilbur Schramm mengatakan dalam karyanya “Communication Research in
the United States” bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan
oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan
pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah
diperoleh komunikan (Effendy, 2003 : 13).
3. Fungsi komunikasi
Menurut Cangara(2004 : 55), Apabila komunikasi dipandang dari arti yang
lebih luas tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi sebagai
kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar- menukar data, fakta, dan ide maka
fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:
a. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data,
gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti
dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat
b. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang
efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif didalam masyarakat.
c. Motivasi, menjelaskan kepada masyarakat tujuan jangka pendek maupun jangka
panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong
kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dicapai
atau diraih.
d. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan
untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat
mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk
kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang
menyangkut kepentingan bersama.
e. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran
yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
f. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud
melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas
horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan
kebutuhan estetiknya.
g. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imajinasi dari drama, tari
kesenian, kesastraan, musik, olahraga, kesenangan kelompok dan individu.
h. Integrasi, menyediakan bagi bangsa kelompok dan individu kesempatan untuk
memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal
Sementara itu Harun(2005 ; 41), dalam teknik komunikasi menyatakan bahwa
fungsi komunikasi ini adalah:
a. Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh kegiatan organisasi
itu dapat untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku pada suatu organisasi.
c. Komunikasi adalah alat agar informasi dapat disampaikan kepada seluruh anggota
organisasi.
4. Unsur-unsur komunikasi
Komunikasi yang dianggap sebagai proses, mempunyai unsur-unsur
komunikasi (Purba, 2006 : 58) sebagai berikut:
a. Sumber (komunikator)
Dalam komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat menyampaikan
pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses, dimana komunikator dapat menjadi
komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator, hal-hal yang
harus diperhatikan oleh komunikator adalah:
1. Penampilan
2. Penguasaan masalah
3. Penguasaan bahasa
b. Penerima pesan (komunikan)
Komunikan adalah objek, sasaran atau audiens dari suatu sasaran dari kegiatan
komunikasi atau orang yang menerima pesan atau lambang. Komunikan bisa
c. Isi pesan (message)
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini
mempunyai inti pesan atau tema yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam suatu
usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat
mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah
kepada tujuan akhir komunikasi, sehingga harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Penyampaian pesan: dapat dilakukan melalui lisan, tatap muka, langsung, atau
menggunakan media / saluran.
2) Bentuk pesan
a) Informatif: bersifat memberikan keterangan (fakta-fakta), kemudian
komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi
tertentu pesan informatif justru lebih berhasil daripada persuasif, misalnya
jika audiens adalah kalangan cendikiawan.
b) Persuasif: berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan
kesadaran manusia bahwa apa yang disampaikan akan memberikan
perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan
dipaksa). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri.
c) Koersif: penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan
sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan. Bentuk yang terkenal dari
penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang
menimbulkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif
dapat berbentuk perintah-perintah, instruksi ataupun ultimatum dan
3) Merumuskan pesan yang baik
Pesan yang akan disampaikan harus tepat. Ibarat membidik dan menembak,
maka peluru harus cocok sesuai dengan sasaran. Pesan yang baik harus
memenuhi beberapa syarat antara lain: Umum: mudah di pahami oleh
komunikan, Jelas dan gamblang, bahasa jelas, positif, seimbang dan sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan komunikan
4) Hambatan-hambatan terhadap pesan
Seringkali kita mengalami hal-hal yang tidak diharapkan dalam
berkomunikasi, lain yang dituju atau lain juga yang diperoleh. Dengan
perkataan lain yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini
disebabkan adanya hambatan-hambatan terutama adalah:
a) Hambatan bahasa
Pesan akan disalah-artikan sehingga tidak mencapai apa yang diinginkan,
apabila bahasa yang digunakan tidak dipahami oleh komunikan. Termasuk
dalam pengertian ini penggunaan istilah-istilah yang mungkin dapat
diartikan berbeda atau tidak dimengerti sama sekali.
b) Hambatan teknis
Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena gangguan teknis,
misalnya suara tidak sampai karena pengeras suara rusak, bunyi-bunyian,
halilintar, lingkungan yang berisik dan sebagainya.
c) Media (saluran)
Media adalah saluran penyampaian pesan. Media komunikasi dapat
1. Media umum
Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk
komunikasi; contohnya radio CB, OHP, dan sebagainya.
2. Media massa
Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi masal.
Disebut demikian karena sifatnya, misalnya: pers, radio, film, dan
televisi.
5) Umpan balik (feed back)
Setelah pesan diterima oleh komunikan diharapkan adanya umpan balik (feed
back) yang diberikan komunikan, dapat berbentuk bermacam-macam yaitu:
a. External feed back
Umpan balik yang diterima langsung oleh komunikator dari komunikan
b. Internal feed back
Umpan balik yang diterima komunikator bukan dari komunikan, akan
tetapi datang dari pesan itu sendiri atau dari komunikator sendiri.
c. Direct feed back atau immediate feed back
Umpan balik langsung dalam suatu komunikasi, komunikan menggerakkan
salah satu anggota badannya.
d. Indirect feed back atau delayed feed back
Dalam bentuk surat kepada direksi surat kabar, penyiar radio atau penyiar
e. Inferential feed back
Umpan balik yang diterima dalam komunikasi massa yang disimpulkan
sendiri oleh komunikator meskipun secara tidak langsung, akan tetapi
cukup relevan dengan pesan yang disampaikan.
f. Zero feed back
Hal ini berarti bahwa komunikasi yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan dalam menyampaikan umpan balik yang tidak dipahami
oleh komunikan.
g. Neutral feed back
Umpan balik yang netral berarti bahwa informasi yang diterima kembali
oleh komunikator tidak relevan dengan pesan yang disampaikan semula.
h. Positive feed back
Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
mendapat tanggapan positif, misalnya dengan adanya penerimaan pada
pesan yang disampaikan.
i. Negative feed back
Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator mendapat tantangan dari
komunikan.
2.2.2 Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi yang efektif dalam kehidupan manusia adalah komunikasi pribadi
dimana komunikasi ini berlangsung secara dua arah. Komunikasi antarpribadi
merupakan komunikasi yang efektif untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku
seseorang. Komunikator akan mengetahui tanggapan atau respon komunikan terhadap
pasti apakah pesan-pesan yang disampaikan itu diterima atau ditolak, berdampak
negative atau positif.
Komunikasi antarpribadi biasanya didefinisikan oleh komunikasi ulama dalam
berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung pada satu sama lain
dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan pada satu percakapan atau
individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu kita
memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan
cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan realitas sosial . Sementara
komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai area sendiri studi, itu juga terjadi
dalam konteks lain seperti kelompok dan organisasi.
Komunikasi antarpribadi adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi
seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal , dan banyak
lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan
komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti
interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam
tindak komunikatif. Deddy Mulyana (2005) menyatakan: “komunikasi antarpribadi
(interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.” (Mulyana, 2005:73).
Individu juga berkomunikasi pada tingkat interpersonal berbeda tergantung
pada siapa mereka terlibat dalam komunikasi. Sebagai contoh, jika seseorang
berkomunikasi dengan anggota keluarga, bahwa komunikasi akan lebih dari mungkin
komunikatif dengan teman atau penting lainnya. Secara keseluruhan, komunikasi
antarpribadi dapat dilakukan dengan baik dan tidak langsung media komunikasi
langsung seperti tatap muka interaksi, serta komputer-mediated-komunikasi. Sukses
mengasumsikan bahwa baik pengirim pesan dan penerima pesan akan menafsirkan
dan memahami pesan-pesan yang dikirim pada tingkat mengerti makna dan implikasi.
Josep A. Devito dalam Effendy (2005 : 60) mendefinisikan komunikasi antar
pribadi sebagai “sebuah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua
orang atau diantara satu kelompok kecil orang, dengan beberapa efek dan beberapa
umpan balik seketika.”
Adapun secara jelas Wiryanto (2004 :16) mengemukakan bahwa:
“Pendekatan hubungan dalam menganalisis proses komunikasi antar pribadi
mengasumsikan, bahwa hubungan antar pribadi dapat membentuk struktur social yang
diciptakan melalui proses komunikasi tersebut. Komunikasi tampak sebagai proses
sibernetika (umpan balik) yang dihasilkan melalui penegasan diri dalam berhubungan
dengan orang lain. Bentuk hubungannya secara ilmiah berlangsung secara terus
menerus. Individu berpartisipasi aktif dalam komunikasi. Mereka berimproviasasi
makna, memberdayakan dan memaksakan satu sama lain.”
Dari definisi-definisi diatas, dapat penulis simpulkan bahwa komunikasi
antarpribadi adalah proses komunikasi dua orang secara tatap muka (face to face)
untuk mencapai beberapa efek umpan balik. Kesamaan pengalaman merupakan yang
paling penting dalam ketepatan sebuah proses komunikasi. Pesan atau komunikasi
yangt disampaikan oleh komunikasi dapat diterima, dimengerti dan dipahami secara
Komunikasi antarpribadi lebih bersifat terbuka, sehingga dapat merasakan apa
yang dirasakan orang lain untuk memberikan dukungan rasa positif serta adanya rasa
saling menghargai diantara kedua belah pihak. James (2008 : 121-122) efektivitas
antar pribadi mempunyai lima ciri, sebagai berikut :
1. Keterbukaan (openness). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi
yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi. Keterbukaan atau
sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi
yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita
terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa
lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut.
2. Empati (empathy). Merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, melalui sudut pandang dan kacamata orang
tersebut. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa
ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah kemampuan seseorang untuk
menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. dalam arti bahwa
seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang
dirasakan dan dialami orang lain. Orang yang empatik mampu memahami
motivasi dan pengalaman orang lain baik perasaan dan sikap mereka, serta harapan
dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
3. Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi
berlangsung efektif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan
Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dua orang secara tatap muka
(face to face), diawali dari perkenalan yang dangkal kemudian berlanjut pada
keakraban. Komunikasi tampak sebagai proses sibernetika (umpan balik) yang
dihasilkan melalui penegasan diri dalam berhubungan dengan orang lain. Pada
komunikasi antarpribadi terjadi adanya keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif
dan kesetaraan. Jadi antara komunikan dan komunikator kedudukannya sama.
1. Teori Komunikasi Antarpribadi
Menurut Sugiyo (2005 : 29) secara umum komunikasi antarpribadi di dapat
diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling
berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action)
yang berlangsung terus-menerus. Kemunikasi antar pribadi juga merupakan
pertukaran yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.
Selanjutnya dikatakan bahwa, teori komunikasi antarpribadi di fokuskan pada
dimensi-dimensi pokok dalam komunikasi antarpribadi, antara lain :
a. Individu dalam komunikasi antarpribadi
Memahami komunikasi dan hubungan antarpribadi dari sudut pandang
individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi didalam
proses psikologi. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki
pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di
dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat
bermakna bagi individu.
b. Memahami diri pribadi dalam komunikasi
Diri pribadi adalah suatu ukuran atau kualitas yang memungkinkan seseorang
lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki kekhasan tersendiri
sebagai manusia ini, tambah dan berkembang melalui interaksi social, yaitu
berkomunikasi dengan orang lain. Dalam komunikasi antarpribadi, memahami
diri sendiri merupakan suatu syarat yang mendatar. Diri pribadi, biasanya
menjadi pusat dari proses komunikasi dan dengan memahami diri sendiri, kita
akan lebih memahami komunikasi dan dengan memahami diri sendiri, kita
akan lebih memahami komunikasi yang kita lakukan.
c. Memahami orang lain dalam komunikasi
Komunikasi antarpribadi yang efektif juga mensyaratkan kita untuk lebih
memahami orang lain. Memahami orang lain ditujukan untuk mengurangi
ketidakpastian dan perbandingan sosial terutama bagi orang yang baru saling
mengenal.
d. Memahami hubungan antarpribadi
Hubungan antarpribadi memainkan peran penting dalam membentu kehidupan
kita. Orang memerlukan hubungan antarpribadi terutama untuk dua hal,
perasaan dan ketergantungan.
2. Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Sugiyo (2005 : 35-37) komunikasi antarpribadi mungkin mempunyai beberapa
tujuan. Disini akan dipaparkan enam tujuan antara lain:
a. Menemukan diri sendiri, salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah
menemukan personal atau pribadi
b. Menemukan Dunia Luar, komunikasi antarpribadi menjadikan kita dapat
memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang laen serta mendapat
c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, salah satu keinginan
orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan
orang lain.
d. Berubah sikap dan tingkah laku, banyak waktu kita pergunakan untuk
mengubah sikap dan tingkah laku orang lain.
e. Untuk bermain dan kesenangan, memberikan keseimbangan yang penting
dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan
kita.
f. Untuk membantu, terapi menggunakan komunikasi antarpribadi dalam
kegiatan professional mereka untuk mengarahkan kliennya.
Berdasarkan tujuan komunikasi antarpribadi diatas, penulis menyimpulkan
bahwa komunikasi antarpribadi merupakan hal yang sangat penting untuk mengubah
perilaku dan sikap seseorang ke arah yang lebih baik. Dengan harapan dapat
menjadikan pribadi yang lebih baik serta menjaga keseimbangan pikiran kita segala
hal.
3.Proses Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Antar Pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik seketika. Apabila kita perhatikan batasan Komunikasi
Antar Pribadi dari Devito, maka kita dapat melihat elemen-elemen apa saja yang
terkandung di dalamnya. Dengan menguraikan elemen-elemen yang ada itu, dapatlah
a. Adanya Pesan.
Yang dimaksud dengan pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal
maupun non verbal. Bentuk pesan dapat bersifat ;
• Informatif : Memberi keterangan dan komunikan membuat persepsi sendiri.
• Persuasif : Bujukan untuk membangkitkan pengertian, kesadaran, sehingga terjadi
perubahan pada pendapat atau sikap.
• Koersif : Memaksa dengan ancaman sanksi, biasanya berbentuk perintah.
b. Adanya Orang-Orang atau Sekelompok Kecil Orang-Orang.
Yang dimaksud disini adalah bahwa apabila seseorang berkomunikasi, paling
sedikit akan melibatkan dua orang, tapi mungkin juga akan melibatkan sekelompok
kecil orang.
c.Adanya Penerimaan Pesan (komunikan).
Yang dimaksud dengan penerimaan ialah bahwa dalam suatu Komunikasi
Antar Pribadi, tentu pesan-pesan yang dikirimkan oleh seseorang harus dapat diterima
oleh orang lain. Misalnya kita berbicara dengan seseorang yang sedang memakai
telepon dan mendengarkan musik tertentu, sudah tentu komunikasi kita akan sukar
atau tidak dapar diterima oleh orang tersebut. Dengan demikian Komunikasi Antar
Pribadi tidak akan terjadi.
d.Adanya Efek.
Dalam suatu komunikasi tentu akan terjadi beberapa efek. Efek mungkin
berupa suatu persetujuan mutlak atau ketidak setujuan mutlak, atau mungkin berupa
pengertian mutlak atau ketidak-mengertian mutlak pula. Dengan demikian sipenerima
e.Adanya Umpan Balik.
Yang dimaksud dengan umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali oleh si
penerima, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Apabila komunikasi itu tatap
muka, maka umpan balik bisa berupa kata-kata, kalimat, gerakan mata, senyum,
anggukan kepala atau gelengan kepala.
Konsep umpan balik ini dalam proses Komunikasi Antar Pribadi amat penting,
karena dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah
komunikasinya berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu positif
atau negatif. Bila positif, ia patut gembira, sebaliknya jika negatif menjadi
permasalahan, sehingga ia harus mengulangi lagi dengan perbaikan gaya
komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif.
Kelima hal diatas saling berhubungan dan bila salah satu diantaranya
terlupakan, maka dapat mengakibatkan komunikasi berjalan lambat. Dengan begitu,
tujuan pesan terhambat atau bahkan dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran
seperti yang diharapkan komunikator. Proses Komunikasi Antar Pribadi menggunakan
lambang sebagai media. Lambang sebagai media yang terdapat dalam Komunikasi
Antar Pribadi dibagi atas dua bagian :
1. Lambang Verbal.
Dalam proses Komunikasi Antar Pribadi, bahasa sebagai lambang verbal
paling banyak dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu
mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang konkrit
maupun yang abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan
2. Lambang Non Verbal.
Lambang Non-verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi,
yang bukan bahasa, misalnya isyarat dengan anggota tubuh seperti kepala, mata, bibir,
tangan, jari, dan lain-lain. Setiap pesan dapat dipakai sebagai perangsang untuk
mendapatkan umpan balik mengenai pesan-pesan yang terlebih dahulu pada pihak lain
yang bersangkutan. Setiap pihak berkemampuan memulai pesan yang baru pada pihak
lain. Ia pun berkemampuan untuk menggeser pokok pembicaraan pesan-pesan mereka
dan memulai pokok pembicaraan yang baru. Karenanya, komunikasi merupakan suatu
proses, dimana kedua belah pihak menyusun dan menguraikan pesan-pesan yang
hendak digunakan bersama. Jadi tidak berupa proses meneruskan pesan, tetapi
menekankan makna pada peserta dan tidak pada pesan yang digunakan bersama oleh
mereka.
Untuk kesamaan dan ketidak-samaan dalam derajat pasangan komunikator dan
komunikan dalam komunikasi, Everett M. Rogers mengetengahkan istilah homophily
dan heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator dan komunikan
dalam proses Komunikasi Antar Pribadi.
4. Model Komunikasi Antar Pribadi
Dalam proses komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal arus
komunikasi yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan komunikan.
Karena dalam komunikasi atarpribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika.
Untuk dapat mengetahui komponen – komponen yang terlibat dalam komunikasi
Gambar 2.1 Bagan Model Komunikasi Antar Pribadi Secara Umum
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen – komponen komunikasi
antarpribadi adalah sebagai berikut : (Devito, 2007 : 10)
1. Pengirim – Penerima
Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang
terlibat dalam komunikasi antarprbadi memfokuskan dan mengirimkan serta
mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah
pengirim – pengirim ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan
penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi,
contoh komunikasi antara orang tua dan anak.
2. Encoding – Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan yang
akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan
kata – kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan
dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut juga sebagai Decoding. Dalam
maka fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam
komunikasi antarpribadi.
3. Pesan – Pesan
Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bisa terbentuk verbal
(seperti kata – kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara bentuk
verbal dan nonverbal.
4. Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara
pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang
bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan
saluran media massa. Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran
komunikasi personal dapat dilakuka secara langsung kepada khalayak. Contoh dalam
komunikasi antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran indera pendengar
dengan suara). Isyarat visual atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekpresi
wajah dan lain sebagainya).
5. Gangguan atau Noise
Seringkali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan pesa yang diterima. Hal
ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangung komunikasi, yang terdiri dari :
a. Gangguan Fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan,
b. Gangguan Psikolgis
Ganggan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif
diantara orang yang terlibat diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti
emosi, perbedaan nilai – nilai, sikap dan sebagainya.
c. Gangguan Semantik
Gangguan ini terjadi kata – kata atau simbol yag digunakan dalam komunikasi,
seringkali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam
menangkap dari maksud – maksud pesan yang disampaikan, contoh perbedaan bahasa
yang digunakan dalam berkomunikasi.
6. Umpan Balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan
bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun
nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan.
Bersifat positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila
merugikan.
7. Bidang Pengalaman
Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi
antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam
komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.
8. Efek
Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai
paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan opini komunikasi. Hal
2.2.3 Peningkatan kinerja karyawan
1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi,
bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya (Srimindarti, 2006).
Menurut Wiabisono (2006 : 34), kinerja adalah: hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas
dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja
kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang
memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan
jajaran personel di dalam organisasi (Wibowo, 2007 : 26).
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan,
ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi
untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberi arah dan memengaruhi
bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap
personel. Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu
dibutuhkan ukuran, apakah seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk
kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan memegang
peranan penting.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) menjelaskan bahwa “Kinerja
merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
waktu”. Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2008: 2) “Kinerja atau dalam
bahasa inggris adalah performance”, yaitu: Hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun
etika.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan
adalah kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan, dimana suatu target
kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang
disediakan sehingga tujuannya akan sesuai dengan moral maupun etika perusahaan.
Dengan demikian kinerja karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan
tersebut.
2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja
seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu
lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang berada dalam lingkungan maka
keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat tinggal
maupun tempat kerjanya.
Menurut Wiabisono (2006 : 35), secara teoritis ada tiga kelompok variabel
yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel
organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi
berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang
harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.
Sedangkan Menurut Wibowo (2007 : 26), ada empat determinan utama dalam
produktifitas organisasi termasuk didalamnya adalah prestasi kerja. Faktor determinan
tersebut adalah lingkungan, karakteristik organisasi, karakteristik kerja dan
karakteristik individu. Karakteristik kerja dan karakteristik organisasi akan
mempengaruhi karakteristik individu seperti imbalan, penetapan tujuan akan
meningkatkan motivasi kerja, sedangkan prosedur seleksi tenaga kerja serta latihan
dan program pengembangan akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan dari individu. Selanjutnya variabel karakteristik kerja yang meliputi
penilaian pekerjaan akan meningkatkan motivasi individu untuk mencapai prestasi
kerja yang tinggi.
Sofiandi (2008 : 57), juga mengatakan bahwa faktor yang memp+engaruhi
pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi
(motivation). Faktor kemampuan secara psikologik terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemampuan reality, yang artinya karyawan yang memiliki diatas rata-rata
dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan keterampilan dalam
mengerjakan tugas sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan.
Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu
karyawan dengan karyawan lainnya, yang berada di bawah kontrol walaupun
karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka
tidaklah sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor
Menurut Mahmudi (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah
terdiri dari lima faktor, sebagai berikut.
1) Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
2) Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan semangat,
arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan
dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan
keeratan anggota tim.
4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi.
5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.
Menurut Keith Davis dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara terdapat
beberapa faktor yang mempengruhi pencapain kinerja faktor tersebut berasal dari
faktor kemampuan, motivasi, individu, serta lingkungan organisasi. Berdasarkan hal
tersebut maka akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor Kemampuan
Faktor kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan relity (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang
memiliki IQ diatas rata – rata ( IQ 110 – 120 ) apalagi IQ superior, very superior,
gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil
dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja yang
Peran kinerja sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan pemerintah, tetapi
untuk memimpin manusia merupakan hal yang cukup sulit. Tenaga kerja selain
diharapkan mampu, cakap dan terampil, juga hendaknya berkemauan dan mempunyai
kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan
kurang berarti jika tidak diikuti oleh moral kerja dan kedisiplinan pegawai dalam
mewujudkan tujuan.
b. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap ( attitude ) pegawai dalam menghadapi situasi
kerja di perusahaan ( situasion ). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang
menggerakan diri pegawai yang terarah atau tertuju untuk mencapai organisasi
pemerintahan. Sikap mental pegawai yang pro dan positif terhadap situasi kerja untuk
mencapai kinerja yang maksimal. Menurut Keith Davis yang dikutif A. A Anwar
Mangkunegara Motivasi diartikan suatu sikap (attiude) pimpinan dan pegawai
terhadap situasi kerja (situation) dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap
positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan
sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerja akan
menunjukan kerja yang rendah, situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain
hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan
kondisi kerja ( Dalam Mangkunegara, 2006 : 14 ).
Motivasi dalam arti bagaimana anggota organisasi menafsirkan lingkungan
kerja mereka. vitalitas kerja yang ditunjukan seseorang pekerja didasari atas faktor -
faktor apa yang memberi andil dan berkaitan dengan efek negatif terhadap vitalitas
seseorang serta apa yang menimbulkan kegairahan dalam bekerja. Terdapat beberapa
1. prinsip partisipasi, dalam usaha memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan
kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh
pemimpin.
2. Prinsip komunikasi, pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas,
pegawai akan mudah dimotivasi kerjanya.
3. Prinsip mengakui adil bawahan pemimpin mengakui bahwa bawahan ( pegawai )
mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dalam pengakuan tersebut,
pegawai akan lebih mudah dimotivasi.
4. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin yang memberikan otoritas wewenang
kepada pegawai untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap
pekerjaan yang dilakukanya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi
termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
5. Prinsip memberi perhatian, pemimpin memberikan terhadap apa yang diinginkan
pegawai, supaya termotivasi bekerja apa yang diharapkan pemimpin.
Sedangkan definisi motivasi menurut Suwatno dalam buku Asas-Asas
Manajemen Sumber Daya Manusia. Motivasi berasal dari kata Latin movere yang
berarti dorongan atau menggerakan ( Suwatno, 2001 : 147 ). Sejalan dengan pendapat
tersebut, maka Edwin B. Flippo dalam bukunya Malayu Hasibuan yang berjudul
Manajemen Sumber Daya manusia mengungkapkan konsep motivasi sebagai berikut:
“Direction or motivation is essence, it is a skill in aligning amployee and organization
interest so that behaviour result in achievement of employee want simultaneously with
mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga
keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai)
( Dalam Hasibuan, 2002 : 143 ).
Berdasarkan pendapat di atas, maka motivasi merupakan sebuah bentuk
dorongan yang diberikan oleh lembaga supaya pegawai mau bekerja sesuai pekerjaan
yang dibebankan kepada pegawai tersebut. Sejalan pendapat di atas, Abraham
Sperling mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah: “Motive is defined as a
tendency to activity, started by a drive and ended by an adjustment. The adjustment is
said to satisfy the motive” (Motif didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk
beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian
diri, penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan motif). ( Dalam Anwar, 2005 : 93 ).
Pendapat tersebut di atas, mengemukakan bahwa motivasi kerja merupakan
suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai
tersebut dapat imbalan berupa gaji untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui
penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat mereka bekerja.
c. Faktor Individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki
integritas yang tinggi antarfungsi psikis ( rohani ) dan fisiknya ( jasmaniah ). Dengan
adanya integritas yang tinggi antarfungsi psikis dan fisik maka individu tersebut
memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal
utama individu manusia untuk mampu mengelola dan memdayagunakan potensi
dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari
Dengan kata lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam
bekerja, maka mimpi pemimpin mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam
mencapai tujuan organisasi. Yaitu kecerdasan pikiran atau Inteligensi Quotiont (IQ)
dan kecerdasan emosi atau Emotional Quotiont (EQ). pada umunya, individu yang
mampu bekerja dengan penuh konsentrasi apabila ia memiliki tingkat intelegensi
minimal normal ( average, above average, superior, very superior dan gifted ) dengan
tingkat kecerdasan emosi baik.
d. Faktor Lingkungan Organisasi
Peningkatan kontribusi yang diberikan oleh pekerja dalam organisasi ke arah
tercapainya tujuan organisasi. Dibentuknya organisasi yang mengelola Sumber Daya
Manusia dimaksudkan bukan sebagai tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk
meningkatkan efesiensi, efektivitas, dan produktifitas kerja organisasi sebagai
keseluruhan. Menurut William Stern yang dikutif A. A Anwar Mangkunegara. Faktor
lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi
kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang
jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang ( Dalam Mangkunegara,
2006:17 ).
Pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja
respek dan dinamis, peluang berkarir dan pasilitas kerja yang relatif memadai.
Sekalipun, jika faktor lingkungan organisasi kurang menunjang, maka bagi individu
yang memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai dengan tingkat kecerdasan emosi
baik, sebenarnya ia tetap berprestasi dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut,
merupakan pemacu (pemotivator), tantangan bagi dirinya dalam berprestasi di
organisasinya.
3. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan
mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dalam suatu
organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja
merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja individu (personel) dengan
membandingkan dengan standard baku penampilan. Menurut Hall, penilaian kinerja
merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha
untuk memperbaiki kerja personel dalam organisasi. MenurutWiabisono (2006 : 37),
penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa
tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem
manajemen. Pada dasarnya ada dua model penilaian kinerja:
a. Penilaian sendiri (Self Assesment).
Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk
mengukur dan memahami perbedaaan individu. Ada dua teori yang menyarankan
peran sentral dari penilaian sendiri dalam memahami perilaku individu. Teori
tersebut adalah teori kontrol dan interaksi simbolik.
Menurut teori kontrol yang dijelaskan oleh Carver dan Scheier (1981) yang
dikutip olehWibowo, individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai
tujuan mereka. Mereka harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka, (2)
mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), dan
(3) berperilaku yang sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini. Selanjutnya,
tujuan mereka. Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang dilakukan, mereka
mempunyai kesempatan melakukan perbaikan dalam melaksanakan tugas untuk
mencapai tujuan mereka.
Inti dari teori interaksi simbolik adalah preposisi yaitu kita mengembangkan
konsep sendiri dan membuat penilaian sendiri berdasarkan pada kepercayaan kita
tentang bagaimana orang memahami dan mengevaluasi kita. Teori ini menegaskan
pentingnya memahami pendapat orang lain disekitar mereka terhadap perilaku
mereka. Interaksi simbolik juga memberikan peran sentral bagi interpretasi individu
tentang dunia sekitarnya. Jadi individu tidak memberikan respon secara langsung
dan naluriah terhadap kejadian, tetapi memberikan interpretasi terhadap kejadian
tersebut Preposisi ini penting sebagai pedoman interpretasi tentang penilaian sendiri
yang digunakan dalam mengukur atau menilai kinerja personel dalam organisasi.
Penilaian sendiri dilakukan bila personel mampu melakukan penilaian
terhadap proses dari hasil karya yang mereka laksanakan sebagai bagian dari tugas
organisasi. Penilaian sendiri ditentukan oleh sejumlah faktor kepribadian,
pengalaman, dan pengetahuan, serta sosio-demografis seperti suku dan pendidikan.
Dengan demikian, tingkat kematangan personel dalam menilai hasil karya sendiri
menjadi hal yang patut dipertimbangkan (Wibowo, 2007 : 27).
b. Penilaian 360 derajat (360 Degree Assessment).
Teknik ini akan memberikan data yang lebih baik dan dapat dipercaya
karena dilakukan penilaian silang oleh bawahan, mitra dan atasan personel Data
penilaian merupakan nilai kumulatif dari penilaian ketiga penilai. Hasil penilaian
saling diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadi kerancuan, bila penilaian
4. Metode-metode penilaian kinerja
Aspek penting dari suatu sistem penilaian kinerja adalah standar yang jelas.
Sasaran utama dari adanya standar tersebut ialah teridentifikasinya unsur-unsur
kritikal suatu pekerjaan. Standar itulah yang merupakan tolok ukur seseorang
melaksanakan pekerjaannya. Standar yang telah ditetapkan tersebut harus mempunyai
nilai komparatif yang dalam penerapannya harus dapat berfungsi sebagai alat
pembanding antara prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan lain yang
melakukan pekerjaan sejenis.
Metode penilaian prestasi kinerja pada umumnya dikelompokkan menjadi 3
macam, yakni: (1) Result-based performance evaluation, (2) Behavior-based
performance evaluation, (3) Judgment-based performance evaluation, sebagai berikut,
(Robbins, 2003).
1) Penilaian performance berdasarkan hasil (Result-based performance evaluation).
Tipe kriteria performansi ini merumuskan performansi pekerjaan berdasarkan
pencapaian tujuan organisasi, atau mengukur hasil-hasil akhir (end results).
Sasaran performansi bisa ditetapkan oleh manajemen atau oleh kelompok kerja,
tetapi jika menginginkan agar para pekerja meningkatkan produktivitas mereka,
maka penetapan sasaran secara partisipatif, dengan melibatkan para pekerja, akan
jauh berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas organisasi. Praktek
penetapan tujuan secara partisipatif, yang biasanya dikenal dengan istilah
Management By Objective (MBO), dianggap sebagai sarana motivasi yang sangat
strategis karena para pekerja langsung terlibat dalam keputusan-keputusan perihal
tujuan-tujuan itu sebagai tujuan mereka sendiri, dan merasa lebih bertanggung
jawab untuk dan selama pelaksanaan pencapaian tujuan-tujuan itu.
2) Penilaian performansi berdasarkan perilaku (Behavior Based Performance
Evaluation). Tipe kriteria performansi ini mengukur sarana (means) pencapaian
sasaran (goals) dan bukannya hasil akhir (end result). Dalam praktek, kebanyakan
pekerjaan tidak memungkinkan diberlakukannya ukuran-ukuran performansi yang
berdasarkan pada obyektivitas, karena melibatkan aspek-aspek kualitatif. Jenis
kriteria ini biasanya dikenal dengan BARS (behaviorally anchored rating scales)
dibuat dari critical incidents yang terkait dengan berbagai dimensi performansi.
BARS menganggap bahwa para pekerja bisa memberikan uraian yang tepat
mengenai perilaku atau perfomansi yang efektif dan yang tidak efektif.
Standar-standar dimunculkan dari diskusi-diskusi kelompok mengenai kejadian-kejadian
kritis di tempat kerja. Sesudah serangkaian sesi diskusi, skala dibangun bagi
setiap dimensi pekerjaan. Jika tercapai tingkat persetujuan yang tinggi diantara
para penilai maka BARS diharapkan mampu mengukur secara tepat mengenai apa
yang akan diukur. BARS merupakan instrumen yang paling bagus untuk pelatihan
dan produksi dari berbagai departemen. Sifatnya kolaboratif memakan waktu
yang banyak dan biasa pada jenis pekerjaan tertentu, adalah job specific, tidak
dapat dipindahkan dari satu organisasi ke organisasi lain.
3) Penilaian performansi berdasarkan judgement (Judgement-Based Performance
Evaluation) Tipe kriteria performansi yang menilai dan/atau mengevaluasi
perfomansi kerja pekerja berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik, quantity of
personal qualities dan yang sejenis lainnya. Dimensi-dimensi ini biasanya
menjadi perhatian dari tipe yang satu ini.
(1) Quantity of work, jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu
yang ditentukan;
(2) Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapannya;
(3) Job knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
ketrampilannya;
(4) Cooperation, kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama
anggota organisasi).
(5) Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung jawabnya;
(6) Personal qualities, menyangkut kepribadian, kepemimpinan,
keramahtamahan dan integritas pribadi.
5. Hambatan penilaian kinerja
Penilaian yang dilakukan dengan baik sesuai fungsinya akan sangat
menguntungkan organisasi, yaitu akan dapat meningkatkan kinerja. Akan tetapi, dalam
proses melakukan penilaian kinerja yang baik terdapat beberapa penyebab kesalahan
dalam penilaian kinerja (Sedarmayanti, 2009) sebagai berikut.
1) Efek halo. Terjadi bila pendapat pribadi penilai tentang karyawan mempengaruhi
pengumuman kinerja.
2) Kesalahan kecenderungan terpusat. Disebabkan oleh penilai yang menghindari
penilaian sangat baik atau sangat buruk. Penilaian kinerja cenderung dibuat