Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PERBANDINGAN TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN
TAHUNAN PERUSAHAAN PUBLIK SEBELUM DAN
SETELAH PERUBAHAN PERATURAN BAPEPAM
MENGENAI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN
TAHUNAN
OLEH :
NAMA : TIURMAIDA SINAGA NIM : 040503091
DEPARTEMEN : AKUNTANSI PROGRAM STUDI : S1
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :”Perbandingan
Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Sebelum dan Setelah Perubahan
Peraturan Bapepam Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan ”
Adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
level Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 13 Juni 2008 Yang membuat pernyataan
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat, syukurbagi Tuhan Yesus Kristus atas kasih karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ Perbandingan
Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah
Perubahan peraturan Bapepam Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan
Tahunan “. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan pada universitas Sumatera Utara untuk
memperoleh gelar sarjana ekonomi.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluargaku. Terimakasih yang
terhingga penulis ucapkan kepada keluargaku, khususnya kedua orang tua penulis
yang selalu memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan kasih saying
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun
materi, yaitu :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, Mec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc selaku Sekretaris
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
3. Bapak DR. Drs. Agusni Pasaribu, MBA,Ak selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Firman Syarif, SE, MSi, Ak selaku dosen pembanding I/penguji yang
telah banyak memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
5. Bapak Iskandar Muda, SE, MSi, Ak selaku dosen pembanding II /penguji
yang telah banyak memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini
6. Bapak DR. Syafruddin Ginting, SE, MAFIS, Ak selaku dosen wali penulis,
seluruh dosen Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Akuntansi yang telah
banyak memberikan ilmu, nasehat dan arahan pada penulis selama masa
perkuliahan, serta seluruh Staff dan Pegawai Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
7. Kedua orang tuaku tercinta H. Sinaga dan R. Simanjuntak, yang telah
mencurahkan kasih sayang, pengorbanan, dukungan, serta doa yang diberikan
kepada penulis.
8. Abangku Ferry Sinaga,S.pd dan Kakakku Jeni Sinaga,SP dan Riris Sinaga
yang selalu memberikan baik dukungan, materi dan dorongan semangat yang
tak pernah habis-habisnya sampai saat ini
9. Sahabat-sahabat terbaikku di Akuntansi 2004 (Uni, Esra, Ade, Septin, Marsya,
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
semangat , doa, dan dukungan yang sangat besar bagi penulis, dan juga buat
teman-teman seperjuangan di Akuntansi 2004.
10.Teman-temanku seperguruan bimbingan 2004 ( Bang Ronald ”kakak pertama”
Siahaan, Ageth ”kakak kedua” Surbakti, Maria “adik keempat” Hutagaol, dan
Luga “sibungsu” Kristina ) yang selalu mendukung, menguatkan, dan
menemani selama penulisan skripsi ini, semangat saudaraku!.
11. Teman-temanku Sepelayanan di Sekolah Minggu GTI, Kak Ida, Kak Icha,
Kak Yos, Kak Tika, Kak Intan, dan Kak Betty yang selalu mendukungku
dalam doa dan semangat ,Tuhan Yesus Memberkati.
12.Adik-adikku di Sekolah Minggu GTI (Ruth Sorta, Naomi, Frans, Jere,
Febiola) yang selalu mendoakanku di jam doa syafaat sekolah minggu, dan
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas setiap bantuan,
dukungan dan doanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun dalam penulisan kedepan. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juni 2008 Penulis
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang ada
tidaknya perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam mengenai kewajiban penyampaian laporan tahunan. Selain melihat ada tidaknya perbedaan tingkat pengungkapan sebelum dan setelah perubahan peraturan penelitian ini juga melihat apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik baik sebelum maupun setelah perubahan peraturan.
Data yang digunakan untuk mengukur tingkat pengungkapan laporan tahunan adalah laporan tahunan perusahaan publik tahun 2006 (sebelum perubahan) dan 2007 (setelah perubahan). Penilaian tingkat pengungkapan dilakukan dengan metode scoring sederhana. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji asumsi klasik, uji f, uji t, dan uji t untuk dua sampel berpasangan.
Hasil uji t untuk dua sampel berpasangan menghasilkan t-hitung < t-tabel ( 0,981<2,0345) sehingga menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan yang signifikan sebelum dan detelah perubahan peraturan Bapepam.Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan sebelum perubahan peraturan Bapepam tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan baik secara parsial maupun simultan, tetapi setelah perubahan peraturan likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara sumultan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan namun secara parsial hanya likuiditas yang berpengaruh secara signifikan.
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
ABSTRACT
The objective of this research is to get empirical evidence of whether or there is the difference in the public firm’s annual report disclosure degree between before and after the rules of Bapepam about the duty to perform the annual report or not. Besides, this research is also aimed to test if the public firm’s annual report disclosure both before and after the rules changes
The data used to measure the degree of annual report disclosure is the public firm’s annual report of 2006 (before the changes) and 2007 (after the change). The test of disclosure degree is done by using simple scoring method. The data test is done by using the classical assumption test statistical analysis, f-test, test, and t-test for two paired samples.
The result of t-test for two paired samples result t- arithmetic < t-table (0,981 < 2,0345), so its shows that there is no significant difference in the degree of public firm’s annual report disclosure between before and after the change of Bapepam rules.This research results also shows that the liquidity, solvability, profitability, and log size before the change of Bapepam rules don’t have influence on the degree of annual report disclosure either partially or simultantly, but the liquidity, solvability, profitability, and log size have influence on the degree of annual report disclosure simultantly after the change of Bapepam rule. The partially only the liquidity has a significant influence.
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan masalah ... 6
C. Perumusan masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis ... 12
1. Laporan Tahunan ... 12
2. Pengertian, Ruang Lingkup , dan Metode Penilaian Pengungkapan ... 13
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
B. Ruang Lingkup Pengungkapan ... 13
C. Metode Penilaian ... 17
3. Rasio Likuiditas ... 18
4. Rasio Solvabilitas ... 21
5. Rasio Profitabilitas ... 25
6. Ukuran Perusahaan ... 33
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 34
C. Kerangka Konseptual ... 37
D. Hipotesis ... 39
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 41
B. Jenis Data ... 41
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 41
D.Teknik Pengumpulan Data ... 42
E. Variabel Penelitian ... 42
F. Defenisi Operasional Penelitian ... 43
G.Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 56
1. Gambaran umum objek penelitian ... 56
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56
B. Tingkat Pengungkapan ... 58
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
D. Solvabilitas ... 67
E. Profitabilitas ... 71
F. Ukuran Perusahaan ... 74
2. Deskripsi Data Penelitian Secara Statistik ... 78
B. Analisis Hasil Penelitian ... 82
1. Analisis Hasil ... 82
A. Pengujian Asumsi Klasik ... 82
1.Uji Normalitas ... 83
A.Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam ... 83
B.Setelah Perubahan Peraturan Bapepam ... 87
2. Uji Multikolinearitas ... 90
A.Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam ... 90
B.Setelah Perubahan Peraturan Bapepam ... 91
3. Uji Autokorelasi ... 92
A.Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam ... 93
B.Setelah Perubahan Peraturan Bapepam ... 93
4. Uji Heterokedastisitas ... 94
A.Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam ... 95
B.Setelah Perubahan Peraturan Bapepam ... 96
B. Uji Beda t-test ... 97
C. Analisis Regresi ... 98
1. Persamaan Regresi ... 98
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
B.Setelah Perubahan Peraturan Bapepam ... 101
2. Pengujian Hipotesis ... 104
2. Pembahasan hasil ... 116
C. Keterbatasan Penelitian ... 129
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 130
B. Saran ... 131
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.1 : Defenisi Operasional Variabel Penelitian …………... 44
Tabel 4.1 : Daftar Perusahaan Sampel ………..……... 56
Tabel 4.2 : Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Sebelum Perubahan
Peraturan Bapepam ………...…..………….. 60
Tabel 4.3 : Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Setelah Perubahan
Peraturan Bapepam ………...………...……….. 62
Tabel 4.4 : Likuiditas Perusahaan Sampel Sebelum Perubahan
Peraturan Bapepam ... 64
Tabel 4.5 : Likuiditas Perusahaan Sampel Setelah Perubahan
Peraturan Bapepam ... 66
Tabel 4.6 : Solvabilitas Perusahaan Sampel Sebelum Perubahan
Peraturan Bapepam ………....……….. 68
Tabel 4.7 : Solvabilitas Perusahaan Sampel Setelah Perubahan
Peraturan Bapepam ………. 69
Tabel 4.8 : Profitabilitas Perusahaan Sampel Sebelum Perubahan
Peraturan Bapepam ………... 71
Tabel 4.9 : Profitabilitas Perusahaan Sampel Setelah Perubahan
Peraturan Bapepam ……….. 73
Tabel 4.10 : Ukuran Perusahaan Perusahaan Sampel Sebelum Perubahan
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Tabel 4.11 : Ukuran Perusahaan Perusahaan Sampel Setelah Perubahan
Peraturan Bapepam ……….. 76
Tabel 4.12 : Descriptive Statistics Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam (2006) ... 78
Tabel 4.13 : Descriptive Statistics Setelah Perubahan Peraturan Bapepam (2007) ... 80
Tabel 4.14 : Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (2006) ... 83
Tabel 4.15 : Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (2007) ... 87
Tabel 4.16 : Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a) (2006) …..………. 91
Tabel 4.17 : Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a) (2007) …………. 91
Tabel 4.18 : Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b) (2006) .…………. 93
Tabel 4.19 : Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b) (2007) …………. 93
Tabel 4.20 : Hasil Uji Beda Metode Paired T Test ... 97
Tabel 4.21 : Hasil Analisis Regresi (2006) ... 98
Tabel 4.22 :Hasil Analisis Regresi (2007) ... 101
Tabel 4.23 : Hasil Uji Hipotesis Metode Paired T Test ... 104
Tabel 4.24 : Hasil Uji T (2006) ... 106
Tabel 4.25 : Hasil Uji T (2007) ... 107
Tabel 4.26 : Hasil Uji F ANOVA (b) ... 114
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka koseptual ... 37
Gambar 4.1 : Histogram (2006) ... 85
Gambar 4.2 : Grafik Normal Plot (2007) ... 86
Gambar 4.3 : Histogram (2007) ... 88
Gambar 4.4 : Grafik Normal Plot (2007) ... 93
Gambar 4.5 : Hasil uji heterokedastisistas (2006) ... 94
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
A.Lampiran I Descriptive Statistic Sebelum Perubahan Peraturan
B.Lampiran II Descriptive Statistic Setelah Perubahan Peraturan
C.Lampiran III Kolmogorov Smirnov Sebelum Perubahan Peraturan
D.Lampiran IV Kolmogorov Smirnov Setelah Perubahan Peraturan
E.Lampiran V Histogram Sebelum Perubahan Peraturan
F.Lampiran VI Histogram Setelah Perubahan Peraturan
G.Lampiran VII Grafik Plot Sebelum Perubahan Peraturan
H.Lampiran VIII Grafik plot setelah Perubahan Peraturan
I. Lampiran IX Multikolinearitas Sebelum Perubahan Peraturan
J. Lampiran X Multikolinearitas Setelah Perubahan Peraturan
K. Lampiran XI Autokorelasi Sebelum Perubahan Peraturan
L. Lampiran XII Autokorelasi Setelah Perubahan Peraturan
M.Lampiran XIII Uji beda t-test
N.Lampiran XIV Heterokedastisitas Sebelum Perubahan Peraturan
O.Lampiran XV Heterokedastisitas Setelah Perubahan Peraturan
P.Lampiran XVI Regresi Sebelum Perubahan Peraturan
Q.Lampiran XVII Regresi Sebelum Perubahan Peraturan
R.Lampiran XVIII Uji t Sebelum Perubahan Peraturan
S.Lampiran XIX Uji t Sebelum Perubahan Peraturan
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
U.Lampiran XXI Uji t Setelah Perubahan Peraturan
V.Lampiran XXII Kriteria Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan
W.Lampiran XXIII Peraturan Bapepam No : Kep-38/PM/1996
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber pendanaan bagi perusahaan di dapat dari eksternal dan internal
perusahaan. Pendanaan internal berupa laba yng didapatkan selama periode
tertentu, sedangkan pendanaan eksternal berasal antara lain dari investor dan
kreditor. Dengan kondisi ekonomi seperti di Indonesia saat ini, membuat pihak
investor untuk benar-benar berpikir matang sebelum melakukan investasi. Mereka
benar-benar membutuhkan informasi-informasi dari pihak manajemen perusahaan
yang dapat membantu mereka untuk memprediksi tingkat resiko dan
pengembalian yang akan mereka terima dari investasi yang mereka lakukan.
Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan
dananya untuk berinvestasi melalui pasar modal adalah keamanan investasinya.
Untuk dapat memperoleh perasaan aman tersebut dan menentukan tindakan apa
yang akan dilakukan, perusahaan harus memberikan informasi secara rinci
(detail), jelas (clarity),wajar, dan tepat waktu (timely), sehingga para investor dan
pihak lain yang berkepentingan seperti lenders merasa aman dan percaya
mengenai minimum resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
dimasa yang akan datang (Partha Sanggupta, 1998:572).
Pengungkapan yang detail akan mencerminkan kinerja dan operasionalisasi
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
kepercayaan stakeholders khususnya pihak landers akan kinerja manajemen
dalam hal ini kapabilitas perusahaan yang baik. Dengan adanya pengungkapan
(disclosure) yang berkualitas akan membantu pihak lenders (pemberi pinjaman)
dan underwriters (penjamin emisi/penanggung resiko) dalam mengestimasi
resiko kegagalan yang akan dibebankan kepadanya.
Untuk mencapai terwujudnya transparansi dan akuntabilitas informasi
mengenai kinerja ekonomi perusahaan baik dimasa sekarang maupun dimasa yang
akan datang, maka setiap perusahaan publik diwajibkan menyampaikan laporan
tahunan (annual report) kepada investor (pemodal), lenders, underwriters, dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Oleh karena itu untuk melindungi para
investor, Bapepam (Badan pengawas pasar modal) telah mengeluarkan peraturan
tentang standart pengungkapan informasi dalam laporan tahunan terbaru bagi
perusahaan publik di Indonesia yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Peraturan terbaru tersebut dikeluarkan Bapepam pada tanggal 7 Desember 2006
dengan nomor : kep-134/ BL/ 2006 untuk menggantikan peraturan yang lama
yang dikeluarkan pada 17 Januari 1996 dengan nomor : kep-38/PM/1996.
Peraturan nomor : kep-134/BL/2006 menyoroti bentuk dan isi laporan tahunan
yang terdiri dari : ketentuan umum, iktisar data keuangan penting, laporan dewan
komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan
manajemen, tata kelolah perusahaan (corporate governance), tanggung jawab
direksi atas laporan keuangan, laporan keuangan yang telah diaudit, dan tanda
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Peraturan nomor : kep-38/PM/1996 hanya menyoroti bentuk dan isi laporan
tahunan yang terdiri dari ketentuan umum, laporan manajemen, iktisar data
keuangan penting, analisis dan pembahasan umum oleh manajemen, dan bagian
mengenai laporan keuangan.
Menurut Yuniati Gunawan (2001), berdasarkan penelitiannya terhadap
laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1998,
dengan berpatokan pada peraturan Bapepam nomor : kep-38/PM/1996,
menyatakan tingkat pengungkapan (disclosure level) yang dilakukan oleh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta ternyata masih rendah dengan
rata-rata skor yakni 29,51 dengan pemberian skor atas pengungkapan item-item
yang terdapat pada laporan tahunan menggunakan instrument indeks disclosure
yang digunakan oleh Botosan (1997) dengan skor antara 0 sampai 75.
Berdasarkan hasil penelitian Yusniati Gunawan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa perusahaan–perusahaan publik di Indonesia masih rendah,
dengan kata lain masih banyak informasi yang hanya diketahui oleh pihak
manajemen karena tidak diungkapkan oleh manajemen dalam laporan tahunan.
Kebanyakan manajemen perusahaan berusaha memperindah laporan
tahunannya dengan cara memperendah tingkat pengungkapan dari laporan mereka
atau terdapat informasi-informasi yang tidak diungkapkan atau disembunyikan
untuk kepentingan mereka sehingga terjadi ketimpangan informasi dimana pihak
manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih lengkap dibandingkan
pihak lain. Dengan kata lain ada informasi yang diketahui pihak manajemen tapi
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Pengungkapan informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena
mempunyai kepentingan yaitu adanya harapan mengenai dampak positif dari
pengungkapan informasi yang disampaikan , dan pengungkapan informasi secara
sukarela dipengaruhi oleh biaya dan manfaat yang diperoleh. Manajemen akan
mengungkapkan informasi secara sukarela bila manfaat yang diperoleh dari
pengungkapan informasi yang diperoleh dari pengungkapan nformasi tersebut
lebih besar dari biayanya (Elliot dan Jacobson,1994).
Tindakan manajemen untuk memperendah tingkat pengungkapan tidak dapat
disalahkan sepenuhnya, karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Vita
anggreni (2007) tingkat pengungkapan penuh yang tinggi membutuhkan Cost
yang tinggi pula bagi manajemen. Cost yang dimaksud adalah kerugian yang
dialami akibat pengungkapan yang dilakukan, seperti misalnya dengan adanya
pengungkapan penuh (full disclosure) menyebabkan timbulnya free riding . Bisa
saja dengan adanya pengungkapan tersebut, strategi perusahaan ditiru atau dicuri
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini jelas sangat merugikan
pihak manajemen perusahaan. Hal ini pula yang menjadi dasar perusahaan
menutup-nutupi informasi perusahaan kepada investor sehingg akhirnya
menyebabkan asimetri informasi.
Anny Sidarta dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengungkapan yang
tinggi akan dapat meningkatkan Bond rating yang pada gilirannya akan
memperkecil biaya hutang ketika perusahaan melakukan pendanaan secara
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Lie Fony dalam penelitiannya menyatakan bahwa luasnya pengungkapan
mempengaruhi biaya modal, karena pengungkapan yang lebih luas menaikkan
likuiditas pasar saham, dengan demikian menurunkan biaya-biaya transaksi atau
melalui meningkatnya permintaan ekuitas.
Mengingat hasil penelitian Vita Anggreni, Anny Sidarta, dan Lie Fony diatas
penulis merasa tertarik meneliti hal-hal apa saja yang kiranya mempengaruhi
luasnya tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan baik sebelum perubahan
peraturan Bapepam (kep-38/PM/1996) maupun setelah perubahan peraturan
Bapepam (kep-134/BL/2006). Dalam penelitian ini penulis mencoba meneliti
apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas serta ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh terhadap besarnya tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan
publik.
Likuiditas dipilih karena rasio likuiditas (diukur dengan current ratio) dapat
mencerminkan kesehatan suatu perusahaan dan diharapkan berhubungan dengan
luasnya tingkat pengungkapan.
Solvabilitas dipilih karena suatu perusahaan yang tingkat debt ratio-nya tinggi
cenderung untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk kreditornya.
Profitabilitas dipilih karena biasanya perusahaan-perusahaan dengan
profitabilitas tinggi lebih mengungkapkan tentang keadaan perusahaannya
dibandingkan dengan perusahaan yang profitabilitasnya rendah.
Ukuran perusahaan dipilih karena biasanya perusahaan yang berukuran besar
lebih cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Seiring dengan diperbahurinya peraturan mengenai penyampaian laporan
tahunan oleh Bapepam, penulis ingin meneliti apakah tingkat pengungkapan
laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia masih tetap sama atau telah
terjadi perubahan .Hal inilah yang mendorong penulis ingin menganalisa
perbandingan tingkat pengungkapan laporan tahunan sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam dari 38/Pm/1996 menjadi kep-134/BL/2006, dan apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan mempengaruhi luasnya tingkat pengungkapan laporan tahunan
perusahaan publik baik sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam
tersebut. Dalam penelitian kali ini penulis masih tetap menggunakan metode
scoring tetapi tidak lagi menggunakan indeks disclosure Botosan , karena indeks
disclosure botosan ini hanya cocok untuk perusahaan manufaktur dan dengan
kondisi ekonomi yang cukup stabil seperti Amerika , sedangkan penulis meneliti
perusahaan secara keseluruhan baik manufaktur maupun nonmanufaktur di
Indonesia.
B. Batasan Masalah
Penulis memberi batasan masalah agar penelitian ini tercapai, antara lain :
1. Ojek penelitian adalah laporan tahunan perusahaan publik 2006 dan 2007
yang selama periode pengamatan telah mengeluarkan laporan tahunan.
2. Sampel yang digunakan adalah laporan tahunan perusahaan publik tahun
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
3. Periode pengamatan sampai dengan 30 April 2008 sesuai dengan
ketetapan peraturan Bapepam mengenai batas waktu penyampaian laporan
tahunan.
4. Pemilihan faktor-faktor keuangan dan non keuangan dianggap cukup
mewakili pengaruh tuingkat pengungkapan informasi dalam laporan
tahunan.
C.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah
dikemukan diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan
perusahaan publik sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam ?
2. Apakah tingkat likuidasi berpengaruh pada tingkat pengungkapan
informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan
peraturan Bapepam ?
3. Apakah tingkat likuidasi berpengaruh pada tingkat pengungkapan
informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
4. Apakah tingkat solvabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan
informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan
peraturan Bapepam ?
5. Apakah tingkat solvabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan
informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan
Bapepam ?
6. Apakah tingkat profitabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan
informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan
peraturan Bapepam ?
7. Apakah tingkat profitabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan
informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan
Bapepam ?
8. Apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh pada tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum
perubahan peraturan Bapepam ?
9. Apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh pada tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
10.Apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
secara bersama-sama/simultan terhadap tingkat pengungkapan laporan
tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam ?
11.Apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
secara bersama-sama/simultan terhadap tingkat pengungkapan laporan
tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam ?
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis melakukan
penelitian dengan judul ”Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan
Tahunan Perusahaan Publik Sebelum Dan Setelah Perubahan Peraturan
Bapepam Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan”
D.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan
perusahaan publik sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam
2. Untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas berpengaruh pada tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
3. Untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas berpengaruh pada tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah
perubahan peraturan Bapepam
4. Untuk mengetahui apakah tingkat solvabilitas berpengaruh pada tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum
perubahan peraturan Bapepam
5. Untuk mengetahui apakah tingkat solvabilitas berpengaruh pada tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah
perubahan peraturan Bapepam
6. Untuk mengetahui apakah tingkat profitabilitas berpengaruh pada tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum
perubahan peraturan Bapepam
7. Untuk mengetahui apakah tingkat profitabilitas berpengaruh pada tingkat
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah
perubahan peraturan Bapepam
8. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh pada
tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
9. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh pada
tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah
perubahan peraturan Bapepam
10.Untuk mengetahui apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan secara bersama-sana/simultan berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan
peraturan Bapepam
11. Untuk mengetahui apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara bersama-sana/simultan berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan
Bapepam
E.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
tingkat pengungkapan informasi dalam laporan tahunuan perusahaan publik.
2. Bagi investor, lenders, underwriters, serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan seberapa
besar perusahaan-perusahaan publik di Indonesia mau memberikan informasi
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
berkepentingan tahu mengenai minimum resiko kegagalan yang akan mereka
hadapi.
3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan
maupun sebagai referensi dalam melakukan referensi dalam melakukan
penelitian sejenis serta memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukt i
empiris dalam bidang disclosure level laporan tahunan perusahaan publik di
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teoritis 1.Laporan Tahunan
Laporan tahunan merupakan laporan yang berisikan pertanggung jawaban
mengenai kinerja manajemen kepada pemegang saham, kreditor, Bapepam, serta
pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Laporan tahunhan bertujuan memberikan informasi yang menyangkut posisi
keuangan , kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar pemakai didalam pengambilan keputusan
ekonomi, profil perusahaan, kinerja direksi dan manajemen, tata kelolah
perusahaan.
Peraturan Bapepam nomor : kep-134/BL/2006 mewajibkan setiap laporan
tahunan perusahaan publik untuk memuat iktisar data keuangan penting, laporan
dewan komisaris, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata
kelolah perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Pengungkapan informasi perusahaan ini harus memadai agar dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan yang cermat dan tepat. Perusahaan
diharapkan untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapan informasi
mengenai perusahaan, sehingga dapat membantu para pengambil keputusan dalam
mengantisipasi kondisi ekonomi yang terus berubah.
2. Pengertian, Ruang lingkup, dan Metode penilaian Pengungkapan A.Pengertian Pengungkapan
Pengungkapan (disclosure) adalah informasi yang diberikan oleh perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai keadaan perusahaan. Didalam
pengungkapan semua informasi harus diungkapkan termasuk informasi kuantitatif
(seperti komponen persediaan dalam nilai mata uang), dan komponen kualitatif
(seperti tuntutan hukum) ,bahkan menurut SEC setiap kejadian yang terjadi
dengan tiba-tiba yang dapat mempengaruhi posisi keuangan harus diungkkapkan
secara khusus (GAAP,1998:42) untuk membantu para pengguna laporan tahunan.
Pengertian pengungkapan (disclosure) menurut Siegel dan Shim (1994:147)
adalah pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada
laporan keuangan sebagai catatan kaki atau tambahan. Informasi ini menyediakan
penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan
kebijakan perusahaan. Informasi penjelasan mengenai kesehatan keuangan dapat
juga diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus disingkapkan
termasuk informasi kuantitatif maupun kualitatif yang sangat membantu pengguna
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
B. Ruang Lingkup Pengungkapan
Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan dapat dibagi dua, yaitu
pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure). Menurut Murni (2204:193) pengungkapan wajib
(mandatory disclosure) adalah pengungkapan yang diharuskan dalam laporan
tahunan menurut peraturan Bapepam, sedangkan pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure) adalah pengungkapan yang tidak diwajibkan oleh
Bapepam, dengan kata lain pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan.
Menurut Alan Levinsohn (2001), pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure) dibagi mejadi 5 kategori, yaitu :
a. Data bisnis
Meliputi operasi operasi dan pengukuran kinerja level atas
b. Analisis manajemen mengenai data bisnis
Meliputi alasan-alasan perubahan pada operasi perubahan serta
mencantumkan data yang terkait serta dampak trend bisnis pada perusahaan
c. Forward looking information
Meliputi peluang, resiko dan termasuk rencana-rencana manajemen
d. Informasi mengenai manajemen dan shareholders
Meliputi informasi mengenai direktur, manajemen, dan pemegang saham
e. Latar belakang perusahaan
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Purnomosidhi (2006) dalam penelitiannya mengungkapkan suatu framework
untuk kepentingan pengungkapan sukarela berdasarkan informasi yang
dibutuhkan investor yang didasari oleh Laporan Jenkin (AICPA 1994), yaitu :
1. Data keuangan dan non keuangan
2. Analisis data keuangan dan non keuangan
3. Informasi yang berorientasi pada masa depan
4. Informasi tentang manajer dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan
5. Latar belakang perusahaan
6. Dimensi modal intelektual
Menurut PSAK nomor 1 Ayat 74, informasi mengenai manajemen dan
shareholders yang meliputi susunan nama anggota direksi dan komisaris
merupakan mandatory disclosure (pengungakapan wajib) . Begitu pula halnya
dengan latar belakang perusahaan yang meliputi tujuan perusahaan dan bidang
usaha utama perusahaan (ruang lingkup) merupakan mandatory disclosure
(pengungkapan wajib).
Apabila sebuah perusahaan memberikan pengungkapan wajib (mandatory
disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) secara sekaligus,
berarti perusahaan tersebut memberikan pengungkapan secara penuh (full
disclosure). Pengungkapan penuh (full disclosure) harus mengungkapkan :
1. Prinsip pengungkapan penuh, yaitu peningkatan persyaratan pelaporan dan
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
2. Catatan atas laporan keuangan, mengenai kebijakan akuntansi dan
catatan-catatan umum.
3. Masalah pengungkapan, yang terdiri dari pengungkapan transaksi atau
peristiwa khusus, peristiwa selain tanggal neraca, perusahaan yang
terdiversifikasi, dan laporan intern.
4. Laporan auditor dan manajemen.
5. Masalah pelaporan masa berjalan, yaitu pelaporan tentang penjualan dan
proyeksi, pelaporan keuangan melalui internet untuk pilihan akuntansi dan
pelaporan.
”Full disclosure principle mengharuskan pengungkapan semua keadaan
dan kejadian yang membuat suatu perbedaan pada pengguna laporan
”(Weygandt,Kieso,&Kimmel, 199,p.526). pada kenyataannnya banyak
perusahaan berusaha membatasi tingkat pengungkapan dari laporan tahunan. Hal
ini disebabkan oleh ketakutan manajeman akan adanya free riding , dimana
adanya pihak tertentu yang memanfaatkan informasi yang potensial untuk tujuan
kurang baik bagi perusahaan yang bersangkutan lagi pula bila dilihat dari sisi
biaya , penyediaan informasi tambahan memerlukan biaya yang tidak sedikit , dan
biasanya keuntungan dari adanya informasi itu sendiri lebih rendah dari biaya
yang dibutuhkan, sebaliknya pembatasan tingkat pengungkapan dapat
menyebabakan asimetri informasi, dimana salah satu pihak dalam hal ini
manajemen perusahaan memiliki informasi lebih banyak dari pihak lain. Jadi
dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan batasan-batasan tingkat
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Special commite on financial reporting (AICPA), mengindikasikan bahwa
para pemakai mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda, dan tidak semua
perusahaan harus melaporkan seluruh unsur informasi. Untuk itu untuk memenuhi
kebutuhan pemakai yang berubah-ubah, pelaporan harus :
1. Meyediakan informasi yang lebih mengacu kemasa depan tentang
perencanaan, peluang/kesempatan, resiko dan ketidak pastiaan.
2. Memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang menciptakan nilai yang
bersifat jangka panjang, termasuk ukuran nonkeuangan yang menunjukkan
bagaimana proses bisnis kunci berjalan.
3. Menyesuaikan dengan lebih baik antara informasi yang dilaporkan untuk
pihak eksternal dengan informasi yang dilaporkan secara internal.
C.Metode Penilaian pengungkapan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode scoring. Scoring
adalah pemberian nilai untuk setiap unsur catatan atas laporan tahunan yang harus
diungkapkan oleh setiap perusahaan. Dalam penelitian ini, penelitian kualitas
disclosure menggunakan metode scoring yang sederhana, scoring pada penelitian
ini hanya memberikan nilai 0 atau 1 pada kriteria-kriteria pengungkapan yang
telah ditentukan sebelumnya. Jika suatu item diungkapkan mendapat nilai 1, dan
bila tidak mengungkapkan mendapat nilai 0, dan untuk item yang tidak dapat
diterapkan tidak diberi nilai, kemudian skor yang diperoleh setiap perusahaan
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Daftar kriteria kualitas pengungkapan (disclosure) yang digunakan penulis
mengambil sumber dari penelitian Zaki Baridwan, Mas’ud Machfoedz dan
Michael G.Tearney yang dilakukan pada tahun 2001 seperti yang dikutip oleh
Vita Anggreni (2007) dan telah disesuaikan dengan PSAK dan peraturan
Bapepam. Kriteria-kriteria kualitas pengungkapan yang dipilih adalah yang umum
diungkapkan dan dipilih oleh perusahaan publik di Indonesia. Adapun formula
yang digunakan dalam mengukur skor indeks dari kualitas pengungkapan
(disclosure) adalah :
3.RasioLikuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk menggambarkan seberapa likuidnya suatu
perusahaan serta kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan aktiva lancar. Dengan kata lain , rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang
segera jatuh tempo.
Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak dari
ketidak mampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan
dari diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan, juga berarti pembatasan
kesempatan dan tindakan manajemen.
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Masalah likuiditas yang lebih parah mencerminkan ketidak mampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar. Masalah ini dapat mengarah pada
penjualan investasi dan aktiva dengan terpaksa, dan bukan mengarah pada
insolvensi dan kebangkrutan, sehingga jika suatu perusahaan gagal memenuhi
kewajiban lancarnya, maka kelangsungan usahanya dipertanyakan. Dengan kata
lain kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio
likuiditas (diukur dengan current ratio) diharapkan berhubungan dengan luasnya
tingkat pengungkapan (Wallace : 1994).
Tetapi sebaliknya jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja, perusahaan
yang mempunyai rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih
rinci untuk menjelaskan rendahnya kinerja dibanding perusahaan yang
mempunyai rasio likuiditas yang tinggi.
Tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat diukur dengan cara :
1. Current Ratio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat digunakan untuk
menutupi kewajiban jangka pendek/hutang lancar. Semakin besar perbandingan
aktiva lancar dengan hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendek.
s Liabilitie Current
Asset Current Ratio
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Apabila current ratio 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat
menutupi semua hutang lancar. Rasio ini lebih aman jika berada diatas satu atau
diatas 100% artinya aktiva lancar akan mampu membayar kewajiban lancarnya
tanpa mengganggu operasi perusahaan.
Current ratio 200% kadang-kadang dipertimbangkan sebagai current ratio
yang memuaskan bagi perusahaan industri atau perusahaan komersil, sedang bagi
perusahaan penghasil jasa seperti perusahaan listrik dan hotel angka 100%
dikatakan sudah mencukupi.
Current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya uang kas yang
berlebihan dibanding dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar
yang rendah likuiditasnya (seperti persediaan) yang berlebih-lebihan. Current
ratio yang tinggi tersebut memang baik dari sudut pandang kreditur, tetapi dari
sudut pandang pemegang saham kurang menguntungkan karena aktiva lancar
tidak didaya gunakan secara efektif. Sebaliknya current ratio yang rendah lebih
riskan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar
secara efektif. Saldo kas dibuat minimum sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perputaran piutang dan persediaan diusahakan maksimum.
2.Quick Ratio (Acid Test ratio)
Rasio ini merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan persediaan karena persediaan memerlukan waktu relatif lebih
lama untuk diuangkan disbanding asset lain. Quick asset ini terdiri dari piutang
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
dan surat-surat berharga yang dapat direlisir menjadi uang dalam waktu relatif
pendek. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik.
Lebih baik jika rasio ini dapat mencapai 1: 1 atau 100% karena jika terjadi
likuidasi maka perusahaan dapat membayar kewajiban jangka pendeknya
disebabkan sumber yang digunakan adalah aktiva yang cepat dapat diuangkan
3.Cash Ratio
Rasio ini merupakan alat untuk mengukur seberapa besar uang kas yang
tersedia untuk membayar hutang yang dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas
atau setara dengan kas seperti rekening giro. Semakin besar perbandingan kas atau
setara kas dengan hutang lancar semakin baik.
Atau
Apabila rasio ini 100% atau 1 : 1 hal ini berarti bahwa Rp 1 uang kas yang ada
dalam perusahaan mencukupi Rp 1 hutang lancar yang ada.
4.Working Capital to Total Asset Ratio
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas dari total aktiva dan posisi modal
kerja . Semakin besar rasio ini semakin baik, begitu juga sebaliknya. Rumus yang
dapat digunakan untuk mencari working capital to total asset ratio adalah :
3.Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menyangkut kemampuan perusahaan membayar seluruh
hutang-hutangnya, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang jika
dilikuidasi.
Rasio solvabilitas melibatkan beberapa elemen kunci seperti struktur modal.
Struktur modal mengacu pada sumber pendanaan perusahaan. Pendanaan dapat
diperoleh dari modal ekuitas yang relatif permanen hingga sumber pendanaan
jangka pendek sementara yang lebih beresiko. Saat suatu perusahaan memperoleh
pendanaan , perusahaan akan menginvestasikannya pada berbagai aktiva. Aktiva
mencerminkan sumber keamanan sekunder bagi peminjam dan diperoleh dari
pinjaman yang dijamin oleh aktiva tertentu hingga aktiva yang tersedia sebagai
pengaman umum bagi kreditor tanpa jaminan.
Suatu perusahaan yang tingkat debt ratio-nya tinggi cenderung untuk
memenuhi kebutuhan informasi untuk kreditornya (Wallace:1994). Perusahaan
yang mempunyai proporsi hutang lebih banyak dalam struktur permodalannya
akan mempunyai biaya keagenan yang besar. Oleh karena itu perusahaan yang
mempunyai komposisi hutang yang tinggi wajib memenuhi kebutuhan informasi
yang cukup memadai bagi kreditur.
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan solvabilitas
perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Long Term Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk hutang jangka panjang.
2. Debt to Total Asset
Rasio ini menunjukkan berapa besarnya aktiva yang digunakan untuk
menjamin pengembalian hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang.
3. Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang
jangka pendek dan hutang jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar aktiva perusahaan dibiayai dengan
modal asing (hutang). Bagi kreditur, semakin rendah rasio ini lebih baik karena
lebih terjamin pengembalian piutangnya.
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
4. Times Interest Earned Ratio
Rasio ini menunjukkan besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga
hutang jangka panjang.
Times Interest Earned Ratio = Earning Before Interest Tax
Longterm Liabilities Interest
5. Long Term Debt to Non Current Asset
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang jangka panjang aktiva
selain aktiva lancar. Rasio ini biasa digunakan untuk menilai solvabilitas
perusahaan dengan standart rata-rata dipergunakan sebesar 50% atau 1 : 2 .
6. Tangible Assets Debt Covarage (TADC)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui rasio antara aktiva tetap berwujud
dengan hutang jangka panjang , artinya rasio ini menunjukkan setiap rupiah aktiva
berwujud yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjangnya.
Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman
baru dengan jaminan aktiva tetap yang ada. Semakin tinggi rasio ini semakin
besar jaminan yang ada dan kreditor jangka panjang semakin aman atau terjamin
dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman. Rasio ini
biasanya minimal 100% atau 1 : 1 yang mana bahwa Rp 1 hutang jangka panjang
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
dijamin oleh Rp 1 aktiva tetap yang ada. Rumus untuk mencari tangible assets
debt coverage yaitu :
7. Current Liabilities to Net Worth
Rasio ini menunjukkan bahwa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada
terdapat sekian kalinya modal sendiri. Jadi rasio ini merupakan rasio antara
hutang lancar dengan modal sendiri. Tujuan dari rasio ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan
hutang lancar. Semakin kecil rasio ini semakin baik sebab modal sendiri yang ada
diperusahaan semakin besar untuk menjamin hutang lancar yang ada pada
perusahaan. Batas yang paling rendah dari rasio ini adalah 100% atau 1 : 1.
5. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio utama dalam seluruh laporan keuangan,
karena tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi/ keuntungan. Keuntungan
adalah hasil akhir dari kebijakan dan keputusan yang diambil manajemen. Rasio
keuntungan akan digunakan untuk mengukur keefektifan operasi perusahaan
sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan.
Rasio profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna laporan tahunan,
khususnya investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan
satu-satunya faktor penentu perubahan nilai efek / sekuritas. Pengukuran dan
peramalan laba merupakan pekerjaan paling penting bagi investor ekuitas. Bagi
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber pembayaran
bunga dan pokok.
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan
perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Gitman (2003:591), “ Profitability is
the relationship between revenues and cost generated by using the firm’s
asset-both current and fixed- in productive activities”.
Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting
karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada
dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan
(profit),maka akan sangat sulit bagi peusahaan untuk menarik modal dari luar.
Para kreditur, pemilik perusahaan, dan terutama sekali dari pihak manajemen
perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan karena disadari benar betapa
pentingnya arti dari profit terhadap kelangsungan dan masa depan perusahaan.
Van Horne dan Wachowicz (2005:222) mengemukakan rasio profitabilitas
terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam
kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam
kaitannya dengan investasi. Profitabilitas dalam hubungnya dengan penjualan
terdiri atas margin laba kotor (gross profit margin) dan margin laba bersih (net
profit margin). Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi terdiri atas
tingkat pengembalian atas aktiva (return on total assets) dan tingkat
pengembalian atas ekuitas (return on equity).
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
1. Gross Profit Margin
Gross profit margin mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan
dan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam
hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.Profitabilitas dalam
ukuran gross profit margin yang dimaksut adalah rasio penjualan setelah
dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods sold) dengan nilai penjualan
bersih perusahaan (Abdullah,2005:54). Rasio ini memberitahu kita laba dari
perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya
untuk memproduksi barang yang dijual. Rasio tersebut merupakan pengukur
efisiensi opersi perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan
harganya. Dengan kata lain rasio ini menunjukkan laba bruto per rupiah dari
penjualan yang dilakukan. gross profit margin sebesar 3 berarti bahwa setiap Rp1
penjualan menghasilkan keuntungan bruto sebesar Rp 3.
2. Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan penjualan (Warsosno,2003:37). Besarnya perhitungan margin laba
bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan
untuk tingkat penjualan tertentu.
Rasio ini menunjukkan keuntungan bersih per rupiah penjualan. net profit
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
sebesar Rp 0,03. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
3. Operating Ratio
Operating ratio menunjukkan berapa biaya yang dikorbankan dalam
penjualan atau berapa persentase baiya yang dikeluarkan dalam penjualan.
Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio yang
tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah
penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba
kecil. Operating ratio sebesar 90 % berarti bahwa setiap rupiah penjualan
mempunyai biaya operasi Rp 0,9.
Rumus operating ratio adalah sebagai berikut ;
4. ROI ( Return On Invesment )
ROI ( Return On Invesment ) mencerminkan kemampuan manajemen dalam
mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang
diinginkan.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang
digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini
menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
maupun modal sendiri. Semakin kecil/rendah rasio ini semakin tidak baik,
demikian juga sebaliknya.
Rumus dari ROI ( Return On Invesment ) adalah sebagai berikut :
5.ROE ( Return On Equity )
ROE ( Return On Equity ) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri
dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. ROE
sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan
kecil tentu memiliki modal yang relative kecil, sehingga ROE yang dihasilkanpun
kecil , begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar.
ROE ( Return On Equity ) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan
ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van Horne dan
Wachowicz, 2005:225). Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba
atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali
digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang
investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.
Menurut Tandelilin (2002:269),”ROE(Return On OwnersEquity )mereflesikan
seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah
diinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung atau dengan laba yang
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun calon pemegang saham ,
dan juga bagi manajemen Karen arsio tersebut merupakan ukuran atau indicator
penting dari shareholders value cration, artinya semakin tinggi rasio ROE ,
semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi
investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan tersebut.
Brigham, Enrhardt (2005:225), “ROE ( Return On Equity ) mengukur daya
perusahaan untuk menghasilkan laba pada investasi nilai buku pemegang saham”.
Menurut Gibson ( 2001:294),” Return On Equity measures the return to the
common stockholders the residual owner”. Pengembalian laba atas ekuitas yang
terdiri dari saham biasa (Return On Common equity) merupakan alat ukur
terhadap pengembalian laba kepada pemegang saham biasa.
Rasio ini menggambarkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena berarti posisi pemilik
perusahaan semakin kuat, demikian juga sebaliknya.
Rumus ROE ( Return On Equity ) adalah sebagai berikut :
Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisien
penggunaan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian
sebaliknya jika ROE mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelolah
modal yang tersedia secara efisisen untuk menghasilkan pendapatan.
equity Average
income Net
Equity on
turn
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
Seperti rasio keuangan tradisional pada umumnya ROE tidak
mempertimbangkan unsure resiko dan jumlah modal yang diinvestasikan karena
ROE hanya melihat sisi laba dan jumlah saham yang beredar.
6. ROA ( Return On Total Assets )
ROA ( Return On Total Assets ) merupakan rasio antara saldo laba bersih
setelah pajak dengan jumlah asset perusahaan secara keseluruhan.ROA juga
menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh asset yang
dimiliki perusahaan.
Menurut Syahyunan ( 2004:85 ), ROA menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan .Besarnya perhitungan
pengembalian atas aktiva menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan seluruh
aktiva yang dimilikinya.
Menurut Tandelilin (2003:240), “ ROA menggambarkan sejauh mana
kemampuan asset-aset yang dimiliki perusahaan untuk dapat menghasilkan laba,
Rasio ROA diperoleh dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan
jumlah asset perusahaan”
Munawir (2002:269), “ Return On Assets (ROA) merefleksikian seberapa
banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang
ditanamkan pada perusahaan”.
Gibson (2001:288), “Return On assets measures the firm’s ability to utilize
it’s assets to create profits by comparing profit with the assets that generate the
Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009
mengukur kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan aktiva yang dimiliki
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dengan membandingkan pendapatan
dengan aktiva yang dipakai perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi
semua investor. Hasil perhitungan rasio ini menunjukkan efektivitas dari
manajemen dalam menghasilkan profit yang berkaitan dengan ketersediaan asset
perusahaan. ROA ( Return On Total Assets ) 20% berarti setiap Rp 1 modal
menghasilkan keuntungan Rp 0,2 untuk semua investor. Nilai ROA yang semakin
mendekati 1 , berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva
yang ada dapat menghasilkan laba.
Rumus dari ROA ( Return On Total Assets ) adalah :
7.Earning Per Share (EPS)
Dalam lingkaran keuangan alat ukur yang paling sering digunakan adalah
Earning Per Share (EPS).Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering
dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya
kepada masyarakat luas (go public), karena investor maupun calon investor
berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk
memprediksi mengenai besarnya deviden persaham dikemudian hari dan tingkat
Assets total
Average
Income Net
Assets on
turn