• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Aktivitas Wisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Timbang Jaya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kontribusi Aktivitas Wisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Timbang Jaya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI AKTIVITAS WISATA TERHADAP

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA

TIMBANG JAYA KECAMATAN BAHOROK

KABUPATEN LANGKAT

Skripsi

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

NOFITARIA BR SITEPU

(040902019)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NOFITARIA BR. SITEPU

040902019

ABSTRAK

KONTRIBUSI AKTIVITAS WISATA TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TIMBANG JAYA KECAMATAN BAHOROK

KABUPATEN LANGKAT

(Skripsi Terdiri dari 6 Bab, 80 Halaman, 49 Tabel, serta 25 Kepustakaan) Penelitian ini dilakukan di Desa Bukit Lawang, salah satu objek wisata di Sumatera Utara, tepatnya di Desa Timbang Jaya, Kecamatan Bahorok, Kabupaten langkat. Dengan adanya aktifitas wisata yang dilakukan wisatawan muncullah produk wisata yang melibatkan masyarakat setempat dan berkontribusi terhadap sosial ekonomi masyarakat Desa Timbang Jaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Timbang Jaya, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat dalam penyediaan jasa (produk wisata) yang berada di Desa Timbang Jaya yang terdiri dari 221 kk. Jika populasi lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10 % - 15 % atau lebih. Jadi sampel dalam penelitian ini diambil 10 % dari 221 kk adalah 22,1 maka dibulatkan menjadi 22 kk. Pengumpulan data dilakukan dengan 2 teknik, yaitu menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif kualitatif.

Berdasarkan pada tabel dan penganalisaan data, maka dapat diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ternyata aktivitas wisata Bukit Lawang dapat memberikan kontribusi terhadap sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar objek wisata Bukit Lawang tersebut.

(3)

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FAKULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

NOFITARIA BR. SITEPU 040902019

ABSTRACT

THE CONTRIBUTION OF TOURISM ACTIVITY

TO SOCIAL ECONOMY OF SOCIETY IN TIMBANG JAYA VILLAGE, BAHOROK DISTRICT, LANGKAT REGENCY

(Thesis contains of 6 chapters, 80 pages, 49 charts, 2 pictures, and 25 literatures)

The research is held in Bukit Lawang, one of tourism objects in North Sumatera, mainly in Timbang Jaya Village, Bahorok district, Langkat Regency. Since there are many tourism activities held by the tourists, there found tourism products which include the local society and contribute to social economy of Timbang Jaya society.

The method used in this research is descriptive method. The research is located in Timbang Jaya Village, Bahorok District, Langkat Regency. The population of this research is the society that provides service (tourism goods) in Timbang jaya Village which consists of 221 families. If the population is more than 100 then number of sample taken could be 10%-15 % of the population. The sample of this research is 10 % of 221 families which is22.1, rounded to be 22 families.

There are two method of collecting the data, firstly. Literature research and secondly, field research. The data collected is analysed qualitative descriptively.

Based on the table and data analysis, it can be concluded that the research shows that the research shows that Bukit Lawang tourism activity contributes social economy to the society around Bukit Lawang tourism object.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrahNyalah, maka penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penlisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat unuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dari Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini adalah Kontribusi Aktivitas Wisata terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Timbang Jaya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Dalam skripsi ini, penulis mencoba mengetahui kontribusi aktivitas wisata terhadap sosial ekonomi di Desa Timbang Jaya.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis juga banyak menerima bimbingan, nasehat, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Arif Nasution, MA, selaku Dekan FISIP USU.

2. Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberi bimbingan serta pengarahan kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dosen-dosen FISIP USU secara keseluruhan dan secara khusus kepada seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

(5)

5. Samin Pelawi, selaku kepala Desa Timbang Jaya yang juga membantu dengan memberikan data-data tentang masyarakat Desa Timbang Jaya. 6. Masyarakat Desa Timbang Jaya yang telah menerima dan membantu

selama penelitian berlangsung sampai dengan selesai.

7. Kedua Orang Tua saya, Bapa (Alm. B.Sitepu) dan Nande (B.Br. Sembiring) yang memberi perhatian dalam segala hal, selalu memberi yang terbaik. Saudara saya b’Tua (Pdt. Falentinus T. Sitepu, S. Th), Eda (drg. Irna C. Br. Sembiring), b’Uda (Felik Ika Sitepu, Amd) dan keponakan terkasih (Evan J. Sahaduta Sitepu). Serta keluarga besar Sitepu dan Sembiring Mergana.

8. Teo’ Ministry (Pdt. Bertha Lyna Br. Tarigan, M.Th, Pdt. Basmi Ginting, S.Th, Pdt. Teodosius Keliat, S. Teol, Pdt. Kristiani Br. Tarigan, S.Th , Vic. Wina Br Sembiring, beserta keluarga) yang memberi dukungan, doa, dan semangat.

9. UKM KMK UP PEMA FISIP, Amazing Grace plus (k’Dili, Stevan, Juni, Ester, Reni dan Titin) terimakasih untuk KASIH yang kalian berikan. 10.Persekutuan Pemuda Pemudi Kristen Solagratia (P3KS) Jl. Berdikari,

PERMATA Rg. Bahorok dan Betesda Rg. Pasar II Medan.

11.Teman-teman Ilmu Kesejahteraan Soaial baik yang telah Sarjana, Prasarjana serta Alumni SMA Negeri 1 Bahorok tahun 2004.

(6)

Herbet, b’ Francis, b’ Nixon, dan lainnya yang memberi keceriaan selama di pondok AB’3’04 sampai ’10.

13.Kepada semua pihak yang bersangkutan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, Penulis mengucapkan terimakasih untuk bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu Penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata Penulis mengharapkan semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2010

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata ... 8

2.2 Sosial Ekonomi Masyarakat ... 16

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

2.4 Definisi Konsep ... 22

2.5 Definisi Operasional ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 24

3.2 Lokasi Penelitian ... 24

3.3 Populasi dan Sampel ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5 Teknik Analisa Data ... 25

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Batas-batas Desa Timbang Jaya ... 26

4.2 Tata Guna Lahan ... 26

(8)

4.4 Sarana dan Fasilitas Desa ... 31

BAB V ANALISA DATA

5.1 Karakteristik Umum Responden ... 41 5.2 Kegiatan Ekonomi Sektor Pariwisata ... 46 5.3 Variabel Terikat (Sektor Ekonomi) ... 56

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 77 6.2 Saran ... 79

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Tanah ... 27

4.2 Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun ... 28

4.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 29

4.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 29

4.5 Penduduk Menurut Agama ... 30

4.6 Penduduk Menurut Suku/Etnis ... 31

4.7 Sarana Pendidikan di Desa Timbang Jaya... 32

4.8 Sarana Kesehatan di Desa Timbang Jaya ... 33

4.9 Pasarana Kesehatan di Desa Timbang Jaya ... 34

4.10 Sarana Olahraga di Desa Timbang Jaya ... 34

4.11 Sarana Transportasi di Desa Timbang Jaya ... 35

4.12 Sarana Penerangan di Desa Timbang Jaya ... 36

4.13 Sumber Air Bersih di Desa Timbang Jaya ... 36

5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 41

5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

5.3 Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 43

5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 44

5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 44

5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 46

5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Usaha ... 47

5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja dalam Sehari ... 48

5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Perlu Tidaknya Keterampilan Tertentu dalam Suatu Pekerjaan di Bidang Wisata... 49

5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Kedudukan Usaha dalam Komposisi Pendapatan Rumah Tangga ... 50

5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Melakukan Usaha Wisata ... 51

(10)

5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Yang Menjadi Konsumen Utama

Kegiatan Pariwisata... 53 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pengaruh Aktivitas Wisata terhadap Peningkatan Usaha ... 54 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya Usaha

Mempengaruhi Jumlah Pengangguran ... 55 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Yang

Diserap dari Berusaha di Bidang Wisata... 56 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan (omset) Setiap Bulan ... 57 5.18 Distribusi Respoden Berdasarkan Penghasilan (Laba Bersih) Setiap

Bulan ...58 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Pengeluaran Selain Memenuhi Kebutuhan Rumah Tangga ... 59 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Usaha Membantu

Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga Sehari-hari ... 60 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Butuh Tidaknya Sumber

Penghasilan lain ... 61 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 62 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Yang

masih Sekolah ... 63 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan ada Tidaknya Anak Yang Sekolah Di Swasta ... 64 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah Yang

Ditempati Saat Ini ... 65 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Bangunan Rumah

Yang Ditempati saat Ini ... 66 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Kamar Yang

Terdapat Di rumah ... 67 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya MCK

(11)

Digunakan Di rumah ... 70 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Alat Kenderaan Yang Dimiliki ... 71 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Kesehatan ... 72 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Yang Digunakan

Untuk Berobat Jika Sakit ... 73 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Yang Digunakan

Untuk Berobat ... 74 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya Menabung Dari

Penghasilan Tiap Bulan ... 75 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya Aktivitas Wisata

(12)

DAFTAR BAGAN

1. Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir ... 21 2. Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NOFITARIA BR. SITEPU

040902019

ABSTRAK

KONTRIBUSI AKTIVITAS WISATA TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TIMBANG JAYA KECAMATAN BAHOROK

KABUPATEN LANGKAT

(Skripsi Terdiri dari 6 Bab, 80 Halaman, 49 Tabel, serta 25 Kepustakaan) Penelitian ini dilakukan di Desa Bukit Lawang, salah satu objek wisata di Sumatera Utara, tepatnya di Desa Timbang Jaya, Kecamatan Bahorok, Kabupaten langkat. Dengan adanya aktifitas wisata yang dilakukan wisatawan muncullah produk wisata yang melibatkan masyarakat setempat dan berkontribusi terhadap sosial ekonomi masyarakat Desa Timbang Jaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Timbang Jaya, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat dalam penyediaan jasa (produk wisata) yang berada di Desa Timbang Jaya yang terdiri dari 221 kk. Jika populasi lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10 % - 15 % atau lebih. Jadi sampel dalam penelitian ini diambil 10 % dari 221 kk adalah 22,1 maka dibulatkan menjadi 22 kk. Pengumpulan data dilakukan dengan 2 teknik, yaitu menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif kualitatif.

Berdasarkan pada tabel dan penganalisaan data, maka dapat diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ternyata aktivitas wisata Bukit Lawang dapat memberikan kontribusi terhadap sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar objek wisata Bukit Lawang tersebut.

(14)

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FAKULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

NOFITARIA BR. SITEPU 040902019

ABSTRACT

THE CONTRIBUTION OF TOURISM ACTIVITY

TO SOCIAL ECONOMY OF SOCIETY IN TIMBANG JAYA VILLAGE, BAHOROK DISTRICT, LANGKAT REGENCY

(Thesis contains of 6 chapters, 80 pages, 49 charts, 2 pictures, and 25 literatures)

The research is held in Bukit Lawang, one of tourism objects in North Sumatera, mainly in Timbang Jaya Village, Bahorok district, Langkat Regency. Since there are many tourism activities held by the tourists, there found tourism products which include the local society and contribute to social economy of Timbang Jaya society.

The method used in this research is descriptive method. The research is located in Timbang Jaya Village, Bahorok District, Langkat Regency. The population of this research is the society that provides service (tourism goods) in Timbang jaya Village which consists of 221 families. If the population is more than 100 then number of sample taken could be 10%-15 % of the population. The sample of this research is 10 % of 221 families which is22.1, rounded to be 22 families.

There are two method of collecting the data, firstly. Literature research and secondly, field research. The data collected is analysed qualitative descriptively.

Based on the table and data analysis, it can be concluded that the research shows that the research shows that Bukit Lawang tourism activity contributes social economy to the society around Bukit Lawang tourism object.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi (http://kolom.pacific.net.id/ind/index 2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=121). World Tourism and Trade Center (WTTC) bahkan telah menegaskan bahwa sektor pariwisata saat ini merupakan industri terbesar di dunia, sektor ini telah menjadi salah satu penggerak utama perekonomian abad 21 bersama dengan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Perkembangan industri pariwisata yang sangat dinamis dan terus diperkuat oleh kemajuan tingkat kesejahteraan ekonomi bangsa-bangsa di dunia, menimbulkan pariwisata saat ini mengambil peran penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia.

(16)

pertumbuhan paling tinggi diantara kawasan-kawasan lain di dunia (http://www.pdfquee..com/pdf). Pariwisata dikatakan sebagai industri, karena di dalamnya terdapat berbagai aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Makna industri di sini bukan sebagaimana pengertian industri pada umumnya yaitu adanya pabrik atau mesin-mesin yang besar atau kecil yang penuh dengan asap. Industri pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri pariwisata disebut industri tanpa asap.

(17)

devisa sebesar US$ 4.521, 89. Pada tahun 2006 terdapat jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.871.351 orang wisatawan dan membawa penerimaan devisa sebesar US$ 4.447, 98. Pada tahun 2007 terdapat jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 5.505.759 orang wisatawan dan membawa penerimaan devisa sebesar US$ 5345,98. Pembangunan pariwisata diarahkan untuk meningkatkan efektivitas pemasaran melalui kegiatan promosi dan pengembangan produk-produk wisata serta meningkatkan sinergi dalam jasa pelayanan pariwisata

(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Prospek-dan-Permasalahan-Pariwisata-Indonesia&dn=20081104054945).

(18)

diminimalkan. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Sektor pariwisata memberikan efek berantai (multiplier effect) akan mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar, sehingga memberikan distribusi pendapatan penduduk di kawasan sekitar pariwisata (http://www.budpar.go.id/page.php?ic=521&id=1154). Sektor pariwisata bersifat padat karya, sehingga sangat tergantung dengan sumber daya manusia (Erawan, 1994: 30).

Bukit Lawang merupakan salah satu objek wisata alam hutan tropis, yang terkenal di Sumatera Utara. Objek wisata ini terletak di daerah yang bernama Timbang Jaya, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Bukit Lawang dengan pemandangan alam yang indah, udara yang sejuk, sungai dengan air yang jernih, walaupun keadaan hutannya tidak asli lagi, menjadikan tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri.yang menjadi daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Daya tarik utama objek wisata Bukit Lawang adalah lahan rehabilitasi orangutan sumatera, hutan, sungai, air terjun dan beberapa gua yang sangat sesuai untuk aktivitas wisata seperti treaking, rafting, tubbing, cross country, dan camping

(19)

daerah Langkat, juga berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat setempat (Harian Global, 8 Agustus 2008).

Beberapa keluarga telah menjadi bagian dari konsep besar wisata di Bukit Lawang. Kebanyakan penduduk bekerja sebagai pembuat dan pedagang cendera mata khas berupa ukiran kayu, anyaman bambu, dan kerajinan berbahan tempurung kelapa dan sebagian lagi bekerja di berbagai penginapan dan fasilitas pendukung pariwisata . Kegiatan ini mempunyai pengaruh kepada masyarakat setempat dalam meningkatkan kesejahteraan. Belum diketahui sebesar apa kontribusi aktivitas wisata terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi tersebut.

Berdasarkan hal di atas peneliti mencoba melakukan suatu penelitian di desa Timbang Jaya, untuk melihat secara langsung serta menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan sosial ekonomi masyarakat dengan menggambil judul penelitian kontribusi aktivitas wisata terhadap sosial ekonomi masyarakat di desa Timbang Jaya, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat.

1.2 Perumusan Masalah

(20)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran utama yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian. Tanpa tujuan, kegiatan yang dilaksanakan tidak akan mempunyai arah yang jelas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kontribusi aktivitas wisata terhadap sosial ekonomi masyarakat di desa Timbang Jaya.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah:

1. Sebagai referensi dalam teori, model pengembangan pariwisata, khususnya Bukit Lawang.

(21)

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB. II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional. BAB. III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB. IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian. BAB. V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata 2.1.1 Defenisi

Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa Sansekerta, ‘pari’ yang berarti banyak atau berkali-kali dan ‘wisata’ yang berarti perjalanan atau bepergian. Jadi, pari-wisata diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali. Pengertian pariwisata berdasarkan Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9 Tahun 1990 adalah perjalanan orang ke suatu tujuan; dan tersedianya jasa pelayanan berbagai usaha yang diperlukan wisatawan. Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu; (1) kegiatan perjalanan, (2) dilakukan secara sukarela, (3) bersifat sementara, (4) perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (http://andy-saiful.blogspot.com/2009/01/pengertian-pariwisata.html).

2.1.2 Dampak yang ditimbulkan

Pengembangan pariwisata dapat membawa dampak pada kehidupan masyarakat. Hal ini yang dimaksimalkan adalah dampak positif yang dirangkum menjadi lima, yaitu:

(23)

2. Pariwisata menyebabkan pembangunan ke daerah nonindustri. Daerah-daerah di mana terjadi atraksi wisata ialah Daerah-daerah-Daerah-daerah terpencil. Semua boleh dikatakan tidak terjadi pembangunan. Hal itu dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata dan terjadilah pembangunan, seperti dibangunnya hotel, tempat makan, toko-toko dan sebagainya.

3. Pariwisata menciptakan kesempatan kerja. Industri pariwisata dengan produknya adalah merupakan usaha yang padat karya. Seperti hotel yang membutuhkan tenaga kerja dalam pengoperasiannya. Wisatawan memerlukan makan dan minum, secara tak langsung menciptakan lapangan kerja di bidang pertanian. Banyak tenaga kerja di bidang pariwisata memerlukan pendidikan dan latihan khusus, sehingga menimbulkan lapangan kerja di bidang pendidikan (Soekadijo, 1997: 272). 4. Dampak pergandaan (Multiplier Effect), uang baru yang masuk ke dalam

suatu perekonomian dalam bentuk apapun, investasi, pemberian atau pembelanjaan pemerintah, kiriman uang dari pekerja-pekerja luar negeri, atau pengeluaran wisatawan mendorong perekonomian, bukan hanya sekali tetapi berkali-kali, karena ia dibelanjakan kembali (Lundberg, 1997: 217).

2.1.3 Aktivitas Wisata

(24)

Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary tahun 1811, yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang. Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9, Bab I, Pasal I Tahun 1990 mengartikan wisata kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Menurut World Association of Travel Agent (WATA) wisata adalah perlawatan keliling yang memakan waktu lebih dari tiga hari, yang diselenggarakakn oleg suatu agen perjalanan di suatu kota dengan acara, antara lain mengunjungi beberapa tempat atau beberapa kota baik di dalam negeri maupun di luar negeri (Mudra, 2001: 5).

Ada berbagai macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam segi:

a. Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas:

1. Individual tour (wisatawan perorangan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami istri.

2. Family group tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.

(25)

b. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas:

1. Pre-arranged tour (wisata berencana), yaitu suatu perjalanan wisata yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik transportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi.

2. PackageTour (wisata paket atau paket wisata), yaitu suatu produk perjalanan wisata yang dijual oleh suatu perusahaan biro perjalanan atau perusahaan transportasi.

3. Coach tour (wisata terpimpin), yaitu suatu paket perjalanan ekskursi yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata dan merupakan perjalanan wisata yang diselenggarakan secara rutin, dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan dengan rute perjalanan yang tertentu pula.

4. Special arranged tour (wisata khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seorang langganan atau lebih sesuai dengan kepentingannya.

5. Optional tour (wisata tambahan), yaitu suatu perjalanan wisata tambahan di luar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan pelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan pelanggan.

c. Dari segi maksud dan tujuannya, wisata dibedakan atas:

(26)

2. Familiarization tour (wisata pengenalan), yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaannya.

3. Educational tour (wisata pendidikan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya.

4. Scientific tour (wisata pengetahuan), yaitu perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan atau pendidikan terhadap suatu pengetahuan.

5. Pileimage tour (wisata keagamaan), yaitu perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.

6. Special mission tour (wisata kunjungan khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan suatu maksud khusus.

7. Special programe tour (wisata program khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk mengisi kekosongan khusus.

8. Hunting tour (wisata perburuan), yaitu suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan oleh pengusaha setempat sebagai hiburan semata-mata.

d. Dari segi penyelenggaraannya, wisata dibedakan atas:

1. Excursion, yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek wisata.

(27)

tujuan maupun objeknya bukan merupakan objek kunjungan wisata pada umumnya.

3. Cruize tour, yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesiar mengunjungi objek-objek wisata bahari dan objek wisata di darat tetapi menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatannya.

4. Youth tour (wisata remaja), yaitu kunjungan wisata yang penyelenggaraannya khusus diperuntukkan bagi para remaja menurut golongan umur yang ditetapkan oleh hukum negara masing-masing.

5. Marine tour (wisata bahari), yaitu suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck-diving

(menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap (Suwantoro, 1997: 14).

The World Tourism Organization (WTO), sebuah lembaga kajian dan pendukung usaha wisata antarpemerintahan yang bermarkas di Madrid, mendefenisikan aktivitas wisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan (keluar dari lingkungan asalnya) untuk tidak lebih dari satu tahun berlibur, berdagang, atau urusan lainnya. Aktivitas wisata adalah apa yang dikerjakan wisatawan, atau apa motivasi wisatawan datang ke destinasi, yaitu keberadaan mereka di sana dalam waktu setengah hari sampai berminggu-minggu. Suatu pusat aktivitas misalnya suatu museum, yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung dalam setengah hari di antara lama waktu kunjungan wisatanya.

(28)

yang dapat menghasilkan devisa dan sering menyebabkan (banyak) dampak besar pada lingkungan dan pada cara hidup masyarakat setempat, berupa:

a. Aktivitas rekreasi biasa (menikmati pemandangan indah, singgah di tempat kerabat atau kawan).

b. Kunjungan pesta budaya, upacara rakyat. c. Belanja cenderamata.

d. Kunjungan kawasan alam.

e. Kunjungan situs sejarah purbakala.

f. Kunjungan pada lembaga-lembaga khusus (Hadinoto, 1996:31). Menurut Lucman H, aktivitas wisata meliputi:

1. Jalan kaki (hiking),

2. Berakit (rafting),

3. Bersepeda (biking),

4. Menyelam (diving),

5. Berlayar (sailing),

6. Camping, dan 7. Panjat tebing

Faktor- faktor yang mempengaruhi aktivitas wisata:

a. Resensi Ekonomi, ketika harga minyak mentah meningkat, kegiatan dunia usaha menurun yang juga mempengaruhi aktivitas wisata.

b. Keamanan, baik selama dalam perjalanan maupun di daerah objek wisata.

(29)

2.1.4 Produk Wisata

Pada umumnya yang dimaksud dengan produk adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahan perusahaan, jasa masyarakat dan jasa alam.

a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya.

b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana utilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat-istiadat, seni budaya, dan sebagainya.

c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut, dan sebagainya (Suwantoro, 1997: 48). Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk wisata yaitu:

a. Objek wisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata.

b. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut, seperti akomodasi,

catering, hiburan, dan rekreasi. c. Transportasi (Yoeti, 1996: 13).

Jadi pada hakikatnya defenisi produk wisata adalah keseluruhan bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat kediamannya,selama di daerah tempat wisata, hingga ia kembali ke tempat semula ( Yoeti, 2006: 55). Ciri-ciri produk wisata adalah sebagai berikut:

(30)

b. Pada umumnya peranan perantara tidak dibutuhkan. c. Hasil atau produk tidak dapat ditimbun.

d. Hasil atau produk tidak mempunyai standar atau ukuran objektif. e. Permintaan terhadap hasil atau produk wisata tidak tetap.

f. Hasil atau produk wisata banyak tergantung dari tenaga manusia (Yoeti, 1996: 18).

2.2 Sosial Ekonomi Masyarakat

Perkataan sosial berasal dari bahasa latin yaitu socius yanng berarti kawan, yang dimaksud dengan kawan disini adalah orang-orang yang ada di sekitar kita yaitu yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat saling memengaruhi satu sama yang lainnya. Kata sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut sebagai mahluk sosial yang artinya manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat. Pada departemen sosial, menunjuk pada kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkupnya adalah pekerjaan atau kesejahteraan sosial.

Kata ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yakni oikos

(31)

distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti perdagangan, hal keuangan dan perindustrian). Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidupnya sehari-hari.

Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin,

socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri barasal dari akar kata Arab,

syaraka yang berarti ikut serta/berpartisipasi. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi, menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2007: 143). Menurut JL. Gillin dan JP. Gillin, masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Menurut Selo Sumarjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (Pelly, 1997: 29).

(32)

pendidikan, dan penghasilan. Dalam hal ini dapat dikategorikan mengenai kedudukan sosial ekonomi adalah tinggi, sedang, dan rendah (Soekanto, 1990:35).

Salah satu kebutuhan pokok adalah perumahan. Perumahan dalam arti luas meliputi rumah dan segala perlengkapannya. Fasilitas lingkungan perumahan mencakup aneka ragam, antara lain air minum, saluran pembuangan, jalan dan sebagainya yang bermanfaat bagi pemeliharaan lingkungan (Suparlan, 1993: 221).

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia melalui lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan adalah usaha untuk membina kepribadian dan kemampuan manusia agar dapat mempertahankan dan mengembangkan hidup serta kelangsungan hidup bermasyarakat. Sejak kecil setiap orang terbiasa bergaul dengan lingkungannyadan mempunyai keterkaitan dengan lingkungan sosialnya. Keterkaitan manusia dengan lingkungan sosialnya senantiasa berubah sejak kecil sampai akhir hidupnya. Dalam kaitannya menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, seorang individu harus dapat melakukan komunikasi dengan berbagai macam tipe kepribadian dan peranan interaksi sosial untuk melakukan penyesuaian diri agar dapat diterima oleh masyarakatnya yang merupakan peranan penting dalam kehidupan seseorang (Rukminto, 1994: 196).

2.3 Kerangka Pemikiran

(33)

perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain untuk sementara waktu dengan tujuan rekreasi dan bukan untuk mencari nafkah. Jadi, tujuan utama perjalanan itu adalah berhubungan dengan pertamasyaan. Di samping itu, dari pengertian itu juga diketahui bahwa orang yang melakukan perjalanan akan melakukan aktivitas wisata dan memerlukan berbagai barang dan jasa sejak mereka pergi dari tempat asalnya sampai di tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asalnya.

Munculnya produk barang dan jasa ini disebabkan adanya aktivitas wisata yang dilakukan oleh wisatawan yang jauh dari tempat tinggalnya. Dalam hal ini mereka membutuhkan pelayanan transportasi, akomodasi, catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Dalam penyediaan pelayanan yang dibutuhkan wisatawan, masyarakat setempat juga berperan. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan standar hidup mereka sehingga kontribusi dari aktivitas wisata berpengaruh terhadap peningkatan sosial ekonomi, khususnya yang berada di lingkungan pariwisata tersebut.

(34)

sangat sesuai untuk aktivitas hiking (mendaki), rafting (berakit), tubbing, cross country (lintas alam) dan camping.

Dengan adanya aktivitas membuat masyarakat terlibat seperti dalam penyedian kebutuhan wisatawan. Sehingga masyarakat menjadikan hal ini sebagai pekerjaan. Adapun jasa pelayanan yang mendukung aktivitas wisata yaitu berupa jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, berbagai prasarana utilitas umum dan keramahtamahan.

(35)

Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir

Aktivitas Wisata - Treaking/Hiking

- Rafting

- Tubbing

- Cross country

- Camping

- Membeli Cenderamata - Melihat orang utan - Rekreasi biasa

Produk Wisata - Jasa penginapan

- Jasa makanan dan minuman - Jasa Souvenir Shop

- Jasa pemandu - Jasa lainnya

Kontribusi Sosial Ekonomi - Pekerjaan

- Pendidikan - Pendapatan - Kesehatan

(36)

2.4 Defenisi Konsep

Konsep merupakan suatu abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atau dasar generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989:34).

Adapun yang menjadi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Kontribusi adalah sumbangan yang diberikan aktivitas wisata di objek wisata Bukit Lawang dalam membantu tingkat sosial ekonomi masyarakat setempat.

2. Aktivitas Wisata adalah apa yang dikerjakan wisatawan, atau apa motivasi wisatawan datang ke objek wisata Bukit Lawang.

3. Produk Wisata adalah rangkaian dari berbagai jasa yang terkait, yaitu jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan di objek wisata, seperti jasa angkutan, akomodasi, makan/minum, souvenir shop, pemandu dan lainnya.

4. Sosial Ekonomi Masyarakat dalam suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.

2.5 Defenisi Operasional

Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1989: 49). Bertujuan untuk memudahkan penulis dalam melaksanakan penelitian.

(37)

1. Aktivitas ekonomi masyarakat pada sektor pariwisata: a. Penginapan

b. Rumah makan c. Pemandu wisata d. Dagang souvenir,

e. Penyedia/sewa sarana penunjang.

2. Kontribusi pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat: 1. Pendapatan

2. Pendidikan 3. Perumahan

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 53).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Timbang Jaya, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena adanya objek wisata di daerah ini yang sampai saat ini masih tetap eksis serta keterbatasan dalam hal biaya, waktu dan tenaga.

3.3 Populasi dan Sampel

(39)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar dan tulisan lainnya yang relevansi dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dengan menggunakan alat bantu angket yang ditujukan kepada responden.

3.5 Teknik Analisa Data

(40)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1Keadaan Geografis dan Batas-batas Desa Timbang Jaya

Desa Timbang Jaya merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam wilayah kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Jarak desa ini dari pusat pemerintahan adalah 8 ¼ km/jam dari pusat pemerintahan kecamatan Bahorok, 81 21/4 km/jam dari Ibukota kabupaten daerah tingkat II.

Desa Timbang Jaya mempunyai luas 3480 ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) - Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Timbang Lawan

- Sebelah Barat berbatasan dengan desa Timbang Lawan - Sebelah Timur berbatasan dengan TNGL

4.2Tata Guna Lahan

(41)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Tanah

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%) 1.

Desa Timbang Jaya dengan luas 3.480 ha, digunakan oleh penduduk setempat untuk lahan persawahan 575 ha (16,52 %), pemukiman 280 ha (8,05 %), pekarangan 310 ha (8,91), dan pekuburan 1 ha (0,03 %) dan yang paling luas adalah objek wisata 2.314 ha (66,49 %).

4.3.Deskripsi Demografi Desa Timbang Jaya

4.3.1. Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun

(42)

Tabel 4.2

Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun

No. Dusun Kepala Keluarga Persentase (%) 1.

Dari table di atas dapat dilihat penyebaran penduduk menurut kepala keluarga (kk) dari kelima dusun di desa Timbang Jaya. Komposisi terbesar terdapat terdapat di dusun 3, yaitu sebanyak 207 kk (%) dari total 788 kk, disusul dusun IV sebanyak 185 kk (23,48 %), dusun V sebanyak 155 kk (19,67 %), dusun II sebanyak 118 kk (14,97 %) dan dusun I sebanyak 117 kk (14,85 %).

4.3.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

(43)

Tabel 4.3

Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi (Jiwa) Persentase (%) 1.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi penduduk menurut jenis kelamin perempuan lebih banyak, yaitu 1802 jiwa (54,24 %) sedangkan laki-laki 1520 jiwa (45,76 %).

4.3.3. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tabel 4.4

Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Frekuensi (kk) Persentase (%) 1.

2. 3.

4. 5.

Pemilik usaha hotel

Buruh usaha hotel & penginapan Pemilik usaha rumah makan dan restoran

(44)

penginapan. Hal ini terlihat dari 78 kk (35,29 %) yang menyatakan bahwa mereka bekerja sebagai buruh usaha di hotel dan penginapan, sedangkan yang lain juga ada kk 49 (22,17 %) bekerja sebagai wiraswasta, ada 36 kk (16,29 %) yang menyatakan bekerja sebagai pemilik usaha warung, rumah makan dan restoran, dan 32 kk (14,48 %) bekerja sebagai pemandu wisata, serta ada 26 kk (11,76 %) yang bekerja sebagai pemilik usaha hotel.

4.3.4. Penduduk Menurut Agama

Penduduk berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5

Penduduk Menurut Agama

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

Islam Kristen

3250 72

97,83 2,17

Total 3322 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Timbang Jaya

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk adalah penganut agama Islam yaitu sebesar 3250 jiwa (97,83 %) dan selebihnya adalah penganut agama Kristen sebesar 72 jiwa (2,17 %)

4.3.5. Penduduk Menurut Suku/Etnis

(45)

Tabel 4.6

Penduduk Menurut Suku/Etnis

No. Suku/etnis Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1.

Jika dilihat dari komposisi penduduk menurut suku/etnis di desa ini, maka mayoritas penduduk adalah suku Melayu, yaitu 1546 jiwa (45,54 %), selebihnya adalah penduduk yang bersuku Jawa 988 jiwa (29,74 %), bersuku Batak 689 jiwa (20, 74 %), bersuku Aceh 87 jiwa (2,62 %),dan Minang 12 jiwa (0,36 %).

4.4. Sarana dan Fasilitas Desa

4.4.1. Sarana Pendidikan ( Gedung Sekolah )

(46)

Tabel 4.7

Sarana Pendidikan di Desa Timbang Jaya

No. Sarana Pendidikan Jumlah

1.

Taman Kanak-kanak swasta Sekolah Dasar

MIN

Sekolah Menengah Pertama SMP Swasta

Berdasarkan data pada tabel di atas disebutkan bahwa sarana yang terdapat di Desa Timbang Jaya yaitu Taman Kanak-kanak, Taman Kanak-kanak swasta, Sekolah Dasar, MIN, Sekolah Menengah Pertama, dan SMP Swasta. Maka dapat dikatakan bahwa desa Timbang Jaya juga telah mempunyai beberapa sarana pendidikan dalam meningkatkan kecerdasan bagi setiap anak-anak warga di Desa tersebut. Sehingga mereka juga dapat belajar seperti anak-anak pada umumnya yang berhak mendapat pendidikan.

4.4.2. Sarana Peribadatan

(47)

4.4.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di desa Timbang Jaya adalah sebagai berikut: Tabel 4.8

Sarana Kesehatan di Desa Timbang Jaya

No. Sarana Jumlah

1. 2. 3. 4.

Dokter Bidan Perawat

Dukun pengobatan alternatif

2 orang 2 orang 6 orang 3 orang Total 13 orang Sumber: Kantor Kepala Desa Timbang Lawan

Dilihat dari data pada tabel di atas bahwa sarana kesehatan yang ada di Desa Timbang Jaya yaitu tenaga medis, dukun bersalin, bidan, perawat, dan ada juga dukun pengobatan alternatif. Namun di sini jumlah tenaga medis, dan perawat juga sudah disediakan walaupun tidak banyak.

(48)

Tabel 4.9

Prasarana Kesehatan di Desa Timbang Jaya

No. Prasarana Jumlah

1. 2. 3.

Posyandu Toko obat

Balai pengobatan masyarakat

3 unit 1 unit 1 unit

Total 5 unit

Sumber: Kantor Kepala Desa Timbang Jaya

Dari data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa prasarana kesehatan yang ada di Desa Timbang Jaya yaitu Posyandu, toko obat, dan balai pengobatan masyarakat. Namun prasarana kesehatan yang lebih banyak di desa ini adalah posyandu. Oleh karena itu masyarakat desa Timbang Jaya tidak perlu takut lagi jika ada yang sakit, karena sudah ada posyandu, toko obat, dan balai pengobatan masyarakat yang siap membantu serta melayani setiap warga tersebut.

4.4.4. Sarana Olahraga

Sarana olahraga yang ada di desa Timbang Jaya adalah sebagai berikut: Tabel 4.10

Sarana Olah Raga di Desa Timbang Jaya

No. Sarana Jumlah

1. 2.

Lapangan bulu tangkis Lapangan voli

1 buah 2 buah

Total 3 buah

(49)

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa di Desa Timbang Jaya juga terdapat sarana olah raga seperti lapangan bulu tangkis, dan ada juga lapangan voli. Karena kadang-kadang sarana olah raga ini diperlukan juga misalnya seperti anak-anak sekolah yang mengadakan pertandingan olahraga antar sekolah di desa tersebut, atau antara warga desa setempat yang mengadakan perlombaan pada saat hari-hari besar. Oleh karena itu, dibangunlah lapangan bulu tangkis maupun lapangan voli ini sebagai sarana olah raga di desa tersebut.

4.4.5. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang ada di desa Timbang Jaya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11

Sarana Transportasi di Desa Timbang Jaya

No. Sarana Jumlah

1. 2. 3.

Truk umum Angkutan desa Ojek

4 unit 3 unit 5 unit

Total 12 unit

Sumber: Kantor Kepala Desa Timbang Jaya

Dari data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sarana transportasi yang ada di Desa Timbang Jaya ada beberapa jenis, seperti Truk umum, angkutan desa, dan ada juga ojek. Namun di desa ini masih lebih banyak menggunakan transportasi ojek untuk mengangkut penumpang.

4.4.6. Sarana Penerangan dan Air bersih

(50)

Tabel 4.12

Sarana Penerangan di Desa Timbang Jaya

No. Sarana Jumlah

1. 2.

Listrik

Lampu minyak tanah

568 unit 320 unit

Total 888 unit

Sumber: Kantor Kepala Desa Timbang Jaya

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana penerangan yang terdapat di Desa Timbang Jaya adalah dengan menggunakan listrik, dan ada juga yang masih menggunakan lampu minyak tanah. Jika dilihat dari sarana penerangan, desa tersebut dapat dikatakan sudah lebih berkembang karena sudah masuknya listrik sebagai alat penerangan di rumah mereka. Walau hanya sebagian kecil saja yang masih menggunakan lampu minyak tanah, karena rumah tempat tinggal mereka masih belum terjangkau untuk pemasukan tenaga listrik tersebut.

Sumber air bersih meliputi :

Tabel 4.13

Sumber Air Bersih di Desa Timbang Jaya No. Sumber air bersih Jumlah

(unit)

Pemanfaat (kk) Kondisi

1.

Depot isi ulang

(51)
(52)

4.4.7. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Timbang Jaya Gambar 4.1

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Timbang Jaya

Kepala Desa SAMIN PELAWI

Seketaris Desa T. MARDIAH

Bendahara NURAINI

KUR Pembangunan NURMAHIAH

KUR Pemerintahan ALIMSYAH

KUR Kersa RAHMADANI

KA. Dusun I MULYONO

KA Dusun II PAIJAN SARDI

KA Dusun III SYAIFUL BAHRI

KA Dusun IV ANWAR PA

(53)

4.4.8. Gambaran Objek Wisata Bukit Lawang

Desa Timbang Jaya terkenal dengan adanya daerah tujuan wisata yaitu Bukit Lawang. Pariwisata Bukit Lawang dimulai sejak tahun 1973, di mana ada dua orang biolog Swiss bernama Monica Borner dan Regina Frey menjadi Bukit Lawang sebagai pusat rehabilitasi orang utan. Dalam rangka usaha mengembalikan orang utan ke alam bebas ini disponsori oleh Frankfurt Zoological Society Jerman, dengan mendirikan pusat rehabilitasi di tepi sungi Bahorok, tepatnya bulan Juli 1973. Yang pertama kali mengelola pusat rehabilitasi orang utan adalah WWF (World Wild Foundation), tapi kemudian pada Januari 1980 diserahkan kepada Direktur Jendral PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam) Departemen Republik Indonesia.

(54)

menarik perhatian turis mancanegara untuk mengetahui hutan tersebut, serta untuk melihat orang utan yang diliarkan kembali ke habitatnya.

Setelah adanya rehabilitas orang utan, maka mulailah berdatangan turis-turis asing yang tinggal dan menginap di rumah-rumah penduduk selama mereka berada di Bukit Lawang, karena pada saat itu penginapan belum ada, kemudian timbul ide-ide untuk mendirikan penginapan-penginapan yang sederhana sebagai fasilitas utama turis mancanegara. Pada tahun 1985, berdirilah sebuah penginapan yang sederhana yaitu Leuser Sibayak yang kemudian disusul oleh Bukit Lawang Cottage kira-kira setahun kemudian dan setelah itu barulah disusul penginapan-penginapan lainnya. Sejak itu turis-turis asing semakin berdatangan, fasilitas-fasilitas seperti angkutan mulai mendapat perhatian serta fasilitas-fasilitas lain yang layak didapatkan oleh pengunjung mancanegara yang sedang bermukim seperti money changer, guide corporation, 24 hours restorannt, automatic telephone/SLJJ site, serta food cafe souvenir.

(55)

BAB V

ANALISA DATA

Dalam bab ini penulis akan menyaikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan sesuai dengan metode yang digunakan, terutama melalui hasil dari penyebaran angket. Adapun hasil penelitian yang diperoleh beserta pembahasannya meliputi :

1. Karakteristik umum responden 2. Kegiatan ekonomi sektor pariwisata 3. Sosial ekonomi masyarakat

5.1.Karakteristik Umum Responden

Dalam rangka memperoleh deskripsi tentang sample penelitian, berikut ini diuraikan karakteristik umum. Responden sebagai sumber data, diantaranya dari usia responden, seperti tabel berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

(56)

Berdasarkan tabel 5.1 tersebut, dapat diketahui bahwa responden yang berusia 20-30 ada 8 orang (36,36 %), usia 31-40 ada 8 orang (36,36 %), berusia 41-50 ada 3 orang (13,64 %), dan usia 51-60 ada 3 orang (13,64 %). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas usia responden termasuk usia produktif, yaitu usia 15 – 55 tahun.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

Laki-laki Perempuan

16 6

72,73 27,27

Total 22 100,00

Sumber: hasil angket 2009

Berdasarkan tabel 5.2 tersebut dapat diketahui mayoritas responden adalah laki-laki, yaitu sebanyak 16 orang (72,73 %), sedangkan responden wanita sebanyak 6 orang (27,27 %). Hal ini dapat dimaklumi karena unit analisis dari penelitian ini adalah rumah tangga, dan yang menjadi responden adalah kepala rumah tangga yang pada umumnya adalah laki-laki.

(57)

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No. Suku Bangsa Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3. 4.

Jawa Batak Melayu Minang

12 3 6 1

54,54 13,64 27,27 4,55

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel 5.3, terlihat bahwa mayoritas responden adalah bersuku bangsa Jawa yaitu sebanyak 12 orang (54,54 %). Selebihnya adalah mereka yang bersuku bangsa Melayu sebanyak 6 orang (27,27 %), Batak sebanyak 3 orang (13,64 %), dan Minang sebanyak 1 orang (4,55 %). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah bersuku bersuku Jawa karena mereka merupakan sebagian besar penduduk asli di desa Timbang Jaya tersebut.

(58)

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Frekuensi Persentase (%)

Berdasarkan tabel 5.4 tersebut, responden penganut agama Islam, yaitu sebanyak 21 orang (95,45 %), dan 1 orang responden lainnya (4,55 %) adalah penganut Kristen Protestan. Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah penganut agama Islam, hal ini dipengaruhi oleh penduduk asli di desa Timbang Jaya ini adalah bersuku Jawa yang beragama Islam.

Pekerjaan adalah kegiatan ekonomi seseorang yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pendapatan. Berikut ini disajikan karakteristik responden berdasarkan pekerjaannya, seperti pada tabel berikut :

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

N0. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 1.

Usaha makanan dan minuman Usaha Souvenir Shop

(59)

Jenis pekerjaan pokok responden guna memperoleh pendapatan dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, antara lain bekerja di penginapan sebanyak 12 orang (54,54 %), pemandu wisata ada 5 orang (22,73 %), usaha makan minum ada 4 orang (18,18 %), dan usaha souvenir shop ada 1 orang (4,55 %). Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden bekerja di penginapan, hal ini disebabkan adanya banyak penginapan di objek wisata Bukit Lawang tersebut yang disediakan bagi para wisatawan yang membutuhkan tempat beristirahat. Dalam hal ini, penginapan tersebut berupa rumah, kamar yang disewa oleh wisatawan dengan harga yang berbeda-beda, mulai dari Rp.75.000 – Rp.300.000/malam. Ini juga tergantung letak dan fasilitas yang tersedia. Sedangkan pemandu wisata di sini lebih banyak menggunakan pengalamannya sendiri daripada belajar secara formal dalam berbahasa dengan wisatawan khususnya dengan wisatawan dari luar negeri. Sementara dalam bidang usaha makanan dan minuman tersebut menyediakan berbagai makanan khas daerah sehingga dapat menarik wisatawan untuk menikmatinya. Dan dalam usaha souvenir shop disini berupa keterampilan dari masyarakat setempat yang dibuat khusus untuk menarik perhatian wisatawan untuk membelinya. Souvenir ini dapat berupa gantungan kunci yang terbuat dari batok kelapa, patung, lukisan, dan lain-lain.

(60)

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3.

SD SMP SMA

5 6 11

22,73 27,27 50,00

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel distribusi di atas dapat diketahui bahwa para responden terbanyak hanya memperoleh pendidikan formal sampai pada tingkat SMA yaitu sebanyak 11 orang (50,00 %), disusul tingkat pendidikan SMP sebanyak 6 orang (27,27 %), dan selebihnya adalah SD sebanyak 5 orang (22,73 %). Jadi, dilihat dari tabel distribusi tentang pendidikan formal yang pernah ditempuh responden masih tergolong rendah. Oleh karena itu pekerjaan yang mereka tekuni juga hanya sampai pada tingkat menengah saja seperti; reseptionist, pemandu wisata, dan lain-lain, sehingga kontribusi yang mereka dapatkan juga tidak begitu besar.

5.2. Kegiatan Ekonomi Sektor Pariwisata

(61)

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Berusaha di Bidang Kebutuhan Wisata di Desa Timbang Jaya

No. Lamanya Usaha Frekuensi Persentase (%) 1.

(62)

Untuk mengetahui lama para responden mengelola usaha, untuk lebih jelasnya dapat diketahui dengan melihat tabel berikut ini.

Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja dalam Sehari di Bidang Wisata

No. Lamanya Bekerja Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

< 12 jam 12 - 24 jam

11 11

50,00 50,00

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(63)

Tabel 5.9

Distribusi Responden Berdasarkan Perlu Tidaknya

Keterampilan Tertentu dalam Suatu Pekerjaan di Bidang Wisata No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%)

1. 2.

Ya Tidak

13 9

59,09 40,91 Total 22 100,00 Sumber: Hasil angket 2009

(64)

Tabel 5.10

Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Kedudukan Berusaha di bidang Wisata dalam Komposisi Pendapatan Rumah Tangga

No. Posisi Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

Pekerjaan utama Pekerjaan tambahan

21 1

95,45 4,55

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(65)

Tabel 5.11

Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan dalam Melakukan Usaha Wisata

No. Pihak yang terlibat Frekuensi Persentase (%) 1. Suami dan Istri Suami dan Anak Istri dan Anak Lain-lain

(66)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan suami dalam membantu menambah pendapatan rumah tangga sangat besar dan berarti, dengan melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan sokongan dari usaha yang bergerak dalam bidang aktivitas wisata.

Tabel 5.12

Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Ramainya Konsumen yang Melakukan Aktivitas Wisata

No Waktu Frekuensi Persentase (%)

1. 2.

Hari-hari Biasa Hari Libur

2 20

9,09 90,91

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(67)

terdapat di objek wisata tersebut menjadi lebih lengkap atau lebih banyak dikeluarkan untuk dinikmati pengunjung. Misalnya untuk pengunjung yang datang bersama dengan rombonganya, maka kepada mereka disediakan guide/pemandu wisata yang membantu wisatawan mengenali daerah objek wisata tersebut dan disediakan juga fasilitas lainnya.

Tabel 5.13

Distribusi Responden Berdasarkan yang Menjadi Konsumen Utama Kegiatan Pariwisata

N0. Konsumen Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3.

Masyarakat Setempat Wisatawan Luar (lokal) Wisatawan Luar Negeri

2

(68)

disebabkan wisatawan luar negeri ingin melihat bagaimana keindahan yang ada di daerah Bukit Lawang. Mereka ingin menikmati keindahan alam, masyarakat, serta kebudayaan di sekitar objek wisata Bukit Lawang yang memang sama sekali belum pernah mereka lihat sebelumnya. Dan wisatawan luar negeri biasanya menggunakan segala fasilitas yang ada di objek wisata tersebut mulai dari jasa transportasi, penginapan, dan lain-lain. Oleh karena itu, biasanya wisatawan luar negeri bisa sampai berhari-hari atau berminggu-minggu berada di daerah wisata tersebut. Tidak seperti masyarakat setempat/lokal yang berkunjung hanya seharian saja, bahkan perlengkapan mereka bawa sendiri dari rumah masing-masing.

Tabel 5.14

Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pengaruh Aktivitas Wisata terhadap Peningkatan Usaha

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

Meningkat Tidak Meningkat

22 -

100,00 -

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(69)

usaha yang dapat dijalani oleh masyarakat dengan tujuan menambah keuntungan bagi perekonomian rumah tangga mereka. Maka dengan adanya usaha yang saling menguntungkan antara pengunjung dan masyarakat yang mempunyai usaha di tempat tersebut, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi sosial ekonomi rumah tangga masyarakat tersebut.

Tabel 5.15

Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya Usaha di Bidang Wisata Mempengaruhi Jumlah Pengangguran

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1.

2. Ya Tidak

22 -

100,00 -

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(70)

berbelanja untuk membeli souvenir atau juga makanan khas daerah untuk oleh-oleh dibawa pulang.

5.3. Sosial Ekonomi

Tabel 5.16

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga yang Diserap dari Berusaha di Bidang Wisata

No. Jumlah Pekerja Frekuensi Persentase (%) 1.

(71)

usaha yang dijalani merupakan usaha rumah tangga seperti usaha warung makan atau menjual souvenir, jadi cukup anggota keluarga saja yang ikut membantu.

Tabel 5.17

Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan (omset) Setiap Bulan

No. Jumlah Frekuensi Persentase (%) 1.

(72)

besar seperti usaha penginapan, maka pendapatan mereka tiap bulannya juga akan lebih besar

Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan (laba bersih) Setiap Bulan No. Jumlah Frekuensi Persentase (%)

1.

(73)

Tabel 5.19

Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Pengeluaran Selain Memenuhi Kebutuhan Rumah Tangga

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

Ya Tidak

22 -

100,00 -

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(74)

Tabel 5.20

Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Usaha di biang Wisata Membantu dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga Sehari-hari No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%)

1. 2.

Mencukupi Tidak Mencukupi

16 6

72,73 27,27

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(75)

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Butuh Tidaknya Sumber Penghasilan Lain

N0. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

Ya Tidak

10 12

45,45 54,55

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(76)

Tabel 5.22

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No. Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4.

Tidak ada 1 orang 2 orang > 2 orang

- 4 7 11

- 18,18 31,82 50,00

Total 22 100,00

Sumber : Hasil angket 2009

(77)

Tabel 5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang Masih Sekolah No. Jumlah Anak Sekolah Frekuensi Persentase (%)

1.

(78)

Tabel 5.24

Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak yang Sekolah di Swasta

No. Tanggapaan responden Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

Ada Tidak

3 19

13,64 86,36

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(79)

Tabel 5.25

Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah yang Di tempati Saat Ini

No. Status Kepemilikan Frekuensi Persentase (%) 1.

(80)

Tabel 5.26

Distribusi Responden Berdasarkan J enis Bangunan Rumah yang Ditempati Saat Ini

No. Jenis Bangunan Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3.

Permanen Semi Permanen Tidak Permanen

7 9 6

31,82 40,91 27,27

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(81)

Tabel 5.27

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Kamar yang Terdapat di Rumah

No. Jumlah Kamar Frekuensi Persentase (%) 1.

(82)

Tabel 5.28

Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di Rumah

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1.

2. Ya Tidak

19 3

86,36 13,64

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(83)

Tabel 5.29

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih yang Diperoleh No. Sumber Air Frekuensi Persentase (%)

1.

(84)

Tabel 5.30

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Penerangan yang Digunakan di Rumah

No. Sumber Penerangan Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3.

Listrik

Lampu Minyak Lilin

22 - -

100,00 - -

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(85)

Tabel 5.31

Distribusi Responden Berdasarkan Alat Kenderaan yang Dimiliki No. Alat Kenderaan Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3.

Tidak ada Roda 2 Roda 4

3 19

-

13,64 86,36

-

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(86)

Tabel 5.32

Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Kesehatan

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3.

Baik

Kurang Baik Buruk

19 3 -

86,36 13,64

-

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(87)

Tabel 5.33

Distribusi Responden Berdasarkan Sarana yang Digunakan untuk Berobat jika Sakit

No. Sarana Kesehatan Frekuensi Persentase (%) 1.

(88)

ada yang percaya hanya dengan menggunakan pengobatan tradisional, sehingga tidak perlu ke Rumah Sakit.

Tabel 5.34

Distribusi Responden Berdasarkan Biaya yang Digunakan untuk Berobat

No. Sumber Biaya Frekuensi Persentase (%) 1.

(89)

kartu tersebut maka biaya untuk berobat ke Rumah Sakit menjadi lebih murah, sehingga rata-rata masyarakat yang kurang mampu dapat berobat ke Rumah Sakit.

Tabel 5.35

Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya Menabung dari Penghasilan Tiap Bulan

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1.

2. Ya Tidak

12 10

54,55 45,45

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

(90)

Tabel 5.36

Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya Aktivitas Wisata Memberikan Keuntungan bagi Masyarakat Setempat

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3.

Ya Tidak Tidak Tahu

21 - 1

95,45 - 4,55

Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

peningkatkan literasi sains siswa kelas V SD pada kelompok tinggi, sedang dan rendah dengan men ggunakan media komik Hari Ini Hujan ; dan untuk mengetahui

Ada hubungan pengetahuan tentang 1000 HPK (p=0,011) dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan.. Hasil

Maka dari itu, dirancang sebuah aplikasi pengenalan rambu lalu lintas menggunakan metode fuzzy mamdani berbasis android, yang diharapkan dapat memberi pemahaman dan

yang terdiri dari tampilan yang mudah untuk dipahami dan kekurangannya yaitu beberapa objek. yang dikelola tidak dapat digunakan secara maksimal, tidak memiliki data yang

umur 6-24 bulan tersebut termasuk dalam periode 1000 HPK yang merupakan.

Untuk menentukan nilai output crisp/hasil yang tegas (Z) dicari dengan cara mengubah input (berupa himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan- aturan