DAFTAR PUSTAKA
Harmono, 2009, Manajemen Keuangan BerbasisBalanced Scorecard, Cetakan Pertama, Bumi Aksara, Jakarta.
Kasmir, 2010, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Sjahrial, Dermawan, 2006, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Kedua,Mitra Wacana Media, Malang.
Syahyunan, 2013, Manajemen Keuangan, USU Press, Medan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian laporan keuangan
Pengertian Laporan Keuangan menurut Manahan, (2005 : 18) “Laporan
keuangan adalah suatu korporasi umumnya meliputi neraca (balance sheets)“,
laporan rugi laba (income statement), dan laporan sumber dan penggunaaan dana
(sources and uses fund)” . Laporan Keuangan ini digunakan untuk berbagai
macam tujuan setiap penggunaan yang berbeda membutuhkan informasi yang
berbeda pula. Misalnya seperti bank sebagai dasar atas pemberian kredit akan
memerlukan informasi yang berbeda dengan calon investor. Demikian pula
dengan pemerintah melalui kantor pajak atau ekonomi akan memerlukan data
yang berbeda pula.
Pengertian Laporan Keuangan Menurut Kasmir, (2010 : 66) “Laporan
keuangan merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan
melaporkannya pada suatu periode tertentu”. Apa yang dilaporkan kemudian di
analisis, sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Dengan
melakukan analisis akan diketahui letak kelemahan dan kekuatan perusahaan.
Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan
sekarang dan kedepan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada, baik
kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Di samping itu, juga untuk
memanfaatkan peluang yang ada dan menghadapi atau menghindari ancaman
Maksud dari laporan keuaangan yang menunjukkan kondisi perusahaan
saat ini adalah merupakan kondisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu
(untuk neraca) dan periode tertentu ( untuk laporan laba rugi) . biasanya laporan
keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk
kepentingan intern perusahaan. Adapun untuk laporan lebih luas dilakukan 1
tahun sekali. Disamping itu dengan adanya laporan keuangan, kita akan
mengetahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan
tersebut tentunya.
Dalam praktiknya berikut beberapa macam laporan keuangan :
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan modal
d. Laporan catatan atas laporan keuangan
e. Laporan arus kas
B. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan
Sebelum menganalisa dan menafsirkan suatu laporan keuangan, seorang
penganalisa harus mempunyai pengertian yang mendalam tentang bentuk-bentuk
maupun prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan serta masalah-masalah
yang mungkin timbul dalam penyusunan laporan tersebut. Berikut ini akan
a. Neraca
Menurut Kasmir (2010 : 67) “Neraca adalah merupakan laporan yang
menunujukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan
(ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar
beberapa jumlah harta, kewajiban, dan modal suatu perusahaan”. Pembuatan
neraca biasanya dibuat secara periode tertentu (tahunan) .akan tetapi, pemilik atau
manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai butuhan untuk mengetahui
secara persis beberapa harta, utang dan modal yang dimilikinya pada saat tertentu
.
Dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan
komponen yang ada di neraca. Secara lengkap informasi yang dijadikan dalam
neraca meliputi :
1. Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki.
2. Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva
3. Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability)
4. Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban atau utang.
5. Jenis-jenis modal
Pada Tabel Berikut adalah Neraca PT. Perkebunan Nusantara IV tahun 2012 dan
2013 :
Tabel 3.1
PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) DAN ETITAS ANAK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 Desember 2013 dan 2012
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2013 2012
ASET ASSETS
ASET LANCAR CURRENT ASSETS
Kas dan setara kas 1.284.643.035.092 1.524.236.385.399 Cash and cash equivalents
Piutang usaha-neto Trade receivables - net
Pihak ketiga 10.694.159.880 9.178.100.450 Third parties
Pihak-pihak berelasi 15.006.283.645 15.003.928.260 Related parties
Piutang lain-lain-neto Other receivables - net
Pihak ketiga 14.147.795.020 15.652.874.475 Third parties
Pihak-pihak berelasi 31.251.258.255 18.647.313.617 Related parties
Persediaan 333.250.157.267 453.415.517.104 Inventories
Pajak dibayar dimuka 29.642.202.701 1.168.977.449 Prepaid taxes
Aset lancar lainnya 11.185.978.079 10.137.422.017 Other current assets
Total Aset Lancar 1.729.820.869.939 2.047.440.518.771 Total Current Assets
ASET TIDAK LANCAR NON-CURRENT ASSETS
Investasi pada entitas asosiasi 106.660.000.000 106.660.000.000 Investment in associates
Aset pajak tangguhan 6.444.699.740 4.205.005.199 Deferred tax assets
Tanaman perkebunan Plantations
Tanaman menghasilkan - Mature plantations -
setelah dikurangi net of
akumulasi penyusutan sebesar accumulated depreciation
Rp867.974.523.217 pada of Rp867,974,523,217
tanggal 31 Desember 2013 as of December 31, 2013
(31 Desember 2012: (December 31, 2012:
Rp708.910.566.733) 3.255.037.536.415 2.775.852.116.131 Rp708,910,566,733)
Tanaman belum menghasilkan 1.751.737.631.302 1.747.887.975.607 Immature plantations
Aset tetap setelah dikurangi Fixed assets - net of accumulated
akumulasi penyusutan depreciation of
Rp1.557.185.458.657 pada Rp1,557,185,458,657
tanggal 31 Desember 2013 as of December 31, 2013
(31 Desember 2012: (December 31, 2012:
Rp1.390.891.458.260) 2.600.263.826.714 2.180.650.880.063 Rp1,390,891,458,260)
Beban tangguhan hak atas tanah - Deferred charges - land right,
setelah dikurangi net of
akumulasi amortisasi accumulated amortization of
Rp42.417.628.294 pada Rp42,417,628,294
tanggal 31 Desember 2013 as of December 31, 2013
(31 Desember 2012: (December 31, 2012:
Rp46.134.442.998) 161.936.981.936 338.811.403.388 Rp46,134,442,998)
Pembibitan 74.473.777.087 114.503.231.833 Seedlings
Goodwill 3.922.731.524 Goodwill
Aset tidak lancar lainnya 277.475.045.045 183.338.154.870 Other non-current assets
Total Aset Tidak Lancar 8.234.029.498.239 7.455.831.498.615 Total Non-Current Assets
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 Desember 2013 dan 2012
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2013 2012
LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITIES AND EQUITY
LIABILITAS JANGKA PENDEK CURRENT LAIBILITIES
Utang usaha Trade payables
Pihak ketiga 255.927.845.321 150.953.671.618 Third parties
Pihak-pihak berelasi 3.008.760.432 3.384.059.469 Related parties
Utang lain-lain Other payables
Pihak ketiga 373.424.738.773 404.290.191.542 Third parties
Pihak-pihak berelasi 12.738.899.456 20.873.131.586 Related parties
Uang muka pelanggan 150.434.560.316 203.183.344.634 Advances from customers
Utang pajak 14.955.373.084 45.262.901.644 Taxes payable
Biaya masih harus dibayar 323.694.999.300 436.961.638.611 Accrued expenses
Utang jangka panjang
yang jatuh tempo Current maturities
dalam waktu satu tahun 512.948.647.600 399.548.647.600 of long-term debts
Total Liabilitas Jangka Pendek 1.647.133.824.282 1.664.457.586.704 Total Current Liabilities
LIABILITAS JANGKA PANJANG NON-CURRENT LIABILITIES
Utang jangka panjang – setelah
dikurangi bagian yang jatuh Long-term debts - net of current
tempo dalam waktu satu tahun 3.144.235.341.318 2.899.443.155.100 maturities
Liabilitas imbalan kerja karyawan 311.003.310.437 294.468.558.255 Employment benefit liabilities
Liabilitas pajak tangguhan 221.978.487.914 201.401.655.712 Deferred tax liabilities
Total Liabilitas Jangka Panjang 3.677.217.139.669 3.395.313.369.067 Total Non-Current Liabilities
Total Liabilitas 5.324.350.963.951 5.059.770.955.771 Total Liabilities
EKUITAS EQUITY
Ekuitas Yang Dapat Distribusikan Equity Attributable to the
Kepada Pemilik Entitas Induk Owners of the Parent Entity
Modal saham - nilai nominal Share capital -
Rp1.000.000 per saham par value Rp1,000,000 per share
Modal dasar - 11.700.000 saham Authorized - 11,700,000 shares
(2012: 3.500.000 saham) (2012: 3,500,000 shares)
Modal ditempatkan dan disetor Issued and fully
penuh - 2.942.116 saham 2.942.116.000.000 2.942.116.000.000 paid - 2,942,116 shares
Saldo laba Retained earnings
Ditentukan penggunaannya 1.016.752.561.884 563.423.713.780 Appropriated
Belum ditentukan penggunaannya 433.666.735.934 697.750.941.380 Unappropriated
Ekuitas Yang Dapat Diatribusikan Equity Attributable to the Kepada Pemilik Entitas Induk 4.392.535.297.818 4.203.290.655.160 Owners of the Parent Entity
Kepentingan Non-pengendali 246.964.106.409 40.210.406.455 Non-controlling interests
Total Ekuitas 4.639.499.404.227 4.443.501.061.615 Total Equity
TOTAL LIABILITAS DAN
b. Laporan Rugi Laba
Laporan rugi laba menurut Kasmir, (2010 : 67),“menunjukkan kondisi
usaha suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan laba rugi
harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui
jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan,
sehingga dapat diketahui, perusahaan dalam keadaan laba atau rugi ”.
Seperti halnya necara, laporan laba rugi juga memberikan berbagai
informasi yang dibutuhkan. Adapun informasi yang disajikan perusahaan dalam
laporan laba rugi meliputi :
1. Jenis-jenis pendapatan (penjualan) yang diperoleh dalam suatu periode.
2. Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan.
3. Jumlah keseluruhan pendapatan
4. Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode
5. Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang di keluarkan dan
jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan.
6. Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan
pada tabel berikut ini adalah laporan rugi laba PT. Perkebunan Nusantara IV
tahun 2012 dan 2013 :
Tabel 3.2
PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) DAN ETITAS ANAK LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF
31 Desember 2013 dan 2012
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2013 2012
PENJUALAN 5.338.562.789.843 5.419.615.153.672 SALES
BEBAN POKOK PENJUALAN 3.179.229.392.265 2.952.009.062.633 COST OF GOOD SOLD
LABA KOTOR 2.159.333.397.578 2.467.606.091.039 GROSS PROFIT
Pemasaran dan penjualan -146.056.619.941 -144.229.335.380 Marketing and selling Umum dan administrasi -1.081.338.547.772 -1.152.569.768.962 General and administrative Pendapatan operasi lain 104.178.664.729 109.187.850.071 Other operating income
Beban operasi lain -165.933.720.574 -130.876.972.317 Other operating expenses
LABA USAHA 870.183.174.020 1.149.117.864.451 Operating Profit
Pendapatan keuangan 52.645.850.367 36.959.334.174 Finance income
Beban keuangan -247.392.943.806 -191.248.775.990 Finance expense
LABA SEBELUM BEBAN PROFIT BEFORE
PAJAK PENGHASILAN 675.436.080.581 994.828.422.635 INCOME TAX EXPENSE
BEBAN PAJAK PENGHASILAN -244.686.441.180 -299.167.837.492 INCOME TAX EXPENSE
LABA TAHUN BERJALAN 430.749.639.401 695.660.585.143 PROFIT FOR THE YEAR
Pendapatan komprehensif lain _ _ Other comprehensive income
TOTAL LABA KOMPREHENSIF TOTAL COMPREHENSIVE
TAHUN BERJALAN 430.749.639.401 695.660.585.143 INCOME FOR THE YEAR
Laba Tahun Berjalan Profit for the year
Yang Dapat Diatribusikan Kepada attributable to:
Pemilik entitas induk 433.344.791.637 697.428.997.083 Owners of the parent entity Kepentingan non-pengendali -2.595.152.236 -1.768.411.940 Non-controlling interest
Total 430.749.639.401 695.660.585.143 Total
LABA PER SAHAM DASAR BASIC EARNINGS
YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN PER SHARE ATTRIBUTABLE
KEPADA ENTITAS INDUK 147.290 237.050 TO THE OWNERS
c. Laporan perubahan modal, menurut Kasmir, (2010 : 68) “merupakan
laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini .
kemudian laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab
berubahnya modal ”. Informasi yang diberikan dalam laporan perubahan modal
meliputi:
1. Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini.
2. Jumlah rupiah tiap jenis modal.
3. Jumlah rupiah modal yang berubah.
4. Sebab-sebab berubahnya modal
5. Jumlah rupiah modal sesudah perubahan.
d. Laporan catatan atas laporan, menurut Kasmir (2010 : 68) “keuangan
merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang
disajikan”. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap
perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.
Tujuannya agar pengguna laporan keuangan menjadi jelas akan data yang di
sajikan.
e. Laporan arus kas, menurut Kasmir ( 2010 : 68) “merupakan laporan yang
menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk
berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain”. Adapun arus kas keluar
merupakan biaya-biaya yang telah di keluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk
maupun kas keluar dibuat untuk periode tertentu.
Dalam Analisa Laporan Keuangan menurut Harmono, (2009 : 104)
dikatakan bahwa “Analisis Laporan keuangan merupakan alat analisis bagi
manajemen keuangan perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan
untuk mendeteksi/ mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan, melalui analisis
kondisi arus kan atau kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial
maupun kinerja organisasi menyeluruh”.
Sedangkan menurut Kasmir (2010 : 90) “setelah laporan keuangan disusun
berdasarkan data yang relevan serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan
penilaian yang benar, maka akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang
sesungguhnya. Kondisi keuangan yang di maksud adalah di ketahuinya berapa
jumlah harta (kekayaan), kewajiban (utang), serta modal (ekuitas) dalam neraca
yang dimiliki”.
Kemudian juga akan diketahui jumlah pendapatan yang diterima dan
jumlah biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dengan demikian, dapat
diketahui bagaimana hasil usaha (laba atau rugi) yang diperoleh selama periode
tertentu dari laporan laba rugi yang disajikan.
Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti, sehingga dapat dipahami dan
dimengerti oleh berbagai pihak, maka perlu dilakukan analisis terhadap laporan
keuangan tersebut.Bagi pihak pemilik dan manajemen tujuan utama dari analisis
laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui poosisi keuangan perusahaan saat
ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setekah dilakukan analisis laporan
keuangan secara mendalam, maka akan terlihat apakah perusahaan dapat
Kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara
menentukan dan mengukur antara pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan.
Kemudian analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan dengan manganalisis
laporan keuangan yang dimiliki dalam satu periode.
Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah
dengan menganalisis antara pos-pos yang ada dalam satu laporan.Atau dapat pula
dilakukan antara satu laporan dengan laporan yang lainnya.
Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya
analisis laporan keuangan.Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat dari
nalisis laporan keuangan adalah. :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah
di capai untuk beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis
Berikut ini adalah Ikhtisar keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV.
Tabel 3.3 Ikhtisar Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV
Uraian Tahun Description
2012 2013
Penjualan 5,419,615 5,338,563 Sales
Harga Pokok Penjualan 2,952,009 3,179,229 Cost of Sales
Laba (rugi) Kotor 2,467,606 2,159,334 Income (Expense) – Gross
Laba (rugi) Usaha 1,149,118 870,183 Operating Income (Expense)
Laba Komprehensif Untuk Entitas
Induk 697,429 433,345
Comprehensive Income of Parent Entity
Laba Per Saham (Rp/Saham) 237 147 Earnings per share (Rp/share)
Total Aset 9,503,272 9,963,850 Total Assets
Aset Lancar 2,047,441 1,729,821 Current Assets
Aset Tanaman & Aset Tetap 6,704,389 7,607,039 Plants & Fixed Assets
Aset Tidak Lancar Lainnya 751 627 Other Non-Current Assets
Total Liabilitas 5,059,771 5,324,351 Total Liability + Equity
Liabilitas Jangka Pendek 1,664,458 1,647,134 Short-Term Liability Liabilitas Jangka Panjang 3,395,313 3,677,217 Long-Term Liability Kepentingan Non Pengendali 240,21 246,964 Non-Controlling Interest Ekuitas Entitas Induk 4,203,291 4,392,535 Equity of Parent Entity Total Liabilitas + Ekuitas 9,503,272 9,963,850 Total Liability + Equity
Modal Kerja Bersih 396,886 82,687 Net Working Capital
Investasi (Capex) 1,543,088 1,133,408 Investments (Capex)
Penyertaan pada Entitas Lain 141,184 141,142 Participation to Other Entities
D. Pengertian Rasio Keuangan
Syahyunan (2013 : 91) “menyatakan bahwa analisis rasio keuangan
merupakan analisis yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan
dan kinerja keuangan perusahaan”. Pada dasarnya untuk menghitung rasio
keuangan suatu perusahaan diperlukan angka-angka yang ada dalam neraca saja,
dalam laporan laba rugi saja , atau kombinasi antara keduanya. Disebut rasio
karena yang dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi) atara
satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya. Cara ini ternyata
lebih dapat menjelaskan makna suatu angka yang ada di laporan keuangan
dibandingkan dengan hanya melihat angka tersebut dengan begitu saja.
Harmono (2009 : 106) “Menyatakan bahwa analisis rasio keuangan dapat
diklasifikasikan kedalam lima aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu (1) rasio
likuiditas, (2) rasio aktivitas, (3) rasio profitabilitas, (4) rasio solvabilitas (rasio
leverage), dan (5) rasio nilai perusahaan”. Hasil penelitian Chesnick (2000) yang
diterjemahkan Harmono (2009 :106) meneliti tentang perbedaan tujuan
manajemen keuangan yang berorientasi pada investor pada para kreditor. “Kinerja
keuangan perusahaan akan dinilai melalui analisis rasio keuangan oleh para
investor dan lembaga perbankan sebagai kreditor. Pada umumnya, dasar evaluasi
yang digunakan dalam penilaian kinerja memberikan kredit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam praktik mencakup
Menurut Kasmir (2010 : 110) “jenis-jenis rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk menilai kinerja manajemen beragam. Penggunaan
masing-masing rasio tergantung kebutuhan perusahaan, artinya terkadang tidak semua
rasio digunakan.Hanya saja jika hendak melihat kondisi dan posisi perusahaan
secara lengkap maka sebaiknya seleuruh rasio digunakan”.
Dalam praktiknya terdapat beberapa macam jenis rasio keuangan yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan masing-masing jenis
rasio yang digunakan akan memberikan arti tertentu tentang posisi yang
diinginkan. Berikut ini jenis-jenis rasio keuangan yaitu :
1. Rasio liquiditas
2. Rasio solvabilitas (leverage)
3. Rasio aktivitas
4. Rasio profitabilitas
5. Rasio pertumbuhan
6. Rasio penilaian
1. Rasio liquiditas
Menurut Fred weston yang diterjemahkan oleh Kasmir (2010 : 110),
menyebutkan bahwa ”rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya
apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari:
1. Rasio lancar
2. Rasio sangat lancar
3. Rasio kas
4. Rasio perputaran kas
5. Inventory to net working kapital
Rasio lancar atau current ratio, merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,
seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka
pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai
bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.
Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau
utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan
nilai sediaan (inventory). Artinya, nilai sediaan kita abaikan, dengan cara
dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap
memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan
membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan
aktiva lancar lainnya.
Rasio kas atau cash ratio, merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang
yangdapat ditarik setiap saaat menggunakan kartu ATM). Dapat dikatakan rasio
ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk
membayarutang-utang jangka pendeknya.
Rasio perputaran kas (cash turnover), menurut James O.Gill yang
diterjemahkan oleh Kasmir (2010 : 111), “digunakan untuk mengukur tingkat
kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan
membiayai penjualan. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan
dengan penjualan”.
Inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal
kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva
lancar dengan utang lancar.
2. Rasio Solvabilitas (leverage)
Rasio solvabilitas (leverage) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva prusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, beberapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya.Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan
(dilikuidasi).
Adapun jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain :
1. Debt to assets ratio (debt ratio)
3. Long term debt to equity ratio
4. Times interest earned
5. Fixed charge coverage.
Debt to assets ratio atau debt ratio, merupakan rasio utang yang
digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang
atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dengan total aktiva.
Debt to equity ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna
untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan
pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Long term debt to equity ratio, merupakan rasio antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untu kmengukur berapa bagian
dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan uang jangka panjang
dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri
yang disediakan oleh perusahaan.
Times interest earned, merupakan rasio untuk mencari jumlah kali
perolehan bunga menurut J. Fred Weston yang di terjemahkan oleh Kasmir
(2010: 113). “Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan untuk membayar
biaya bunga”, sama seperti coverage ratio menurut James C. Van Horne yang
Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang
menyerupai rasio times interest earned. Hanya saja bedanya dalam rasio ini
dilakukan, apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa
aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya
bunga ditambah kewajiban sewa tahunan jangka panjang.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya.Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan.Efisiensi yang dilakukan
misalnya dibidang penjualan, sediaan, penagihan, piutang, dan efisiensi di bidang
lainnya.Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Jenis-jenis rasio aktivitas yang dirangkum dari beberapa ahli keuangan
Menurut Kasmir (2010 : 113) yaitu:
1. Perputaran piutang (Receivable Turnver)
2. Hari Rata-rata Penagihan Piutang (Days of Receivable)
3. Perputaran Sediaan ( Inventory Turnover)
4. Hari Rata-rata Penagihan Sediaan ( Days of Inventory)
5. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
6. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assetss Turnover).
Perputaran piutang (receivable Turnover), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur beberapa lama penagihan piutang selama satu periode.
Atau beberapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu
periode. Makin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan
tentunya kondisi inibagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio makin
rendah, maka ada over investmen dalam piutang. Yang jelas bahwa rasio
perputaran piutang memberikan pemahamam tentang kualitas piutang dan
kesuksesan penagihan piutang.
Hari Rata-rata penagihan piutang (days of Receivable) . bagi perbankan
yang akan memberikan kredit, perlu juga menghitung hari rata-rata penagihan
piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari
(beberapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga
sering disebut days sales uncollected.
Perputaran Sediaan (inventory turnover) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini
berputar dalam satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran
sediaan (inventory turnover). Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan
merupakan merupakan rasio yang menunjukan berapa kali jumlah barang sediaan
diganti dalam satu tahun. Makin kecil rasio ini, maka makin jelek demikin juga
sebaliknya.
Perputaran Modal Kerja atau Working Capital Turnover, merupakan salah
satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan
satu periode. Untuk mengukur rasio ini kita membandingkan antara penjualan
dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata.
Perputara Aktiva Tetap (fixed asset turnover),merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain untuk mengukur apakah
perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum.
Untuk mencari rasio ini caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih
dengan aktiva tetap dalam suatu periode.
Perputaran aktiva (assets Turnover), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemudian
juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan.Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan.Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.Intinya bahwa penggunaan
rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut :
1. Profit Margin (profit Margin on sales)
2. Return on Investment (ROI)
3. Return on Equity (ROE)
4. Laba per Lembar Saham
Profit Margin on Sales atau rasio profit Margin atau margin laba atas
penjualan, merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin
laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membanding
antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal
dengan nama profit margin.
Hasil pengembalian Investasi atau lebih dikenal dengan namaReturn on
Investment (ROI) atau Return on Total Assetss, Merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam
mengelola investasinya.
Rasio Laba Per Lembar Saham (Earnings Per Share) atau disebut juga
rasio nilai buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti
manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya
dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan
pengertian lain, bahwa tingkat pengembalian yang tinggi.
5. Rasio pertumbuhan
Rasio pertumbuhan (growth Ratio), merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di
tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya,.Dalam rasio yang
dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan
6. Rasio penilaian
Rasio penilaian (value Ratio) yaitu rasio yang memberikan ukuran
kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahaanya di atas biaya
investasi, seperti:
1. Rasio harga saham terhadap pendapatan.
2. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku.
E. Analisis Rasio Keuangan
Berdasarkan laporan keuangan dapat dikutip rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, dan rasio rentabilitas adalah sebagai berikut:
Kas
2. Rasio Solvabilitas
3. Rasio Profitabilitas
Laba Kotor
a. Gross Profit Margin = --- x 100% Penjualan
2.467.606.091.039
Tahun 2012 = --- x100% = 0,4553102058117726x 100% = 45,5% 5.419.615.153.672
2.159.333.397.578
695.660.585.143
Tahun 2012 = ---x 100% = 0,073202217x100% = 7,32% 9.503.272.017.386
430.749.639.401
Tahun 2013 = ---x 100% = 0,043231243 x 100% = 4,32% 9.963.850.368.178
EAT
e. Return on Equity = --- x 100% Equity
695.660.585.143
Tahun 2012 = ---x 100% = 0,1565568625947758 x100% = 15,66% 4.443.501.061.615
430.749.639.401
Tabel 3.4
Hasil Perhitungan Rasio-Rasio Tahun 2012 dan 2013
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV 2015 (data diolah) Rasio
a. Gross Profit Margin b. Operating Profit
Margin
c. Net Profit Margin d. Return on Invesment e. Return on Equity
1. Likuiditas
a. Current ratio
Dari Tabel 3.4 diketahui kondisi likuiditas perusahaan menurun, dimana
pada tahun 2012Current Ratio ( CR ) = 123,01 %, sedangkan tahun 2013 =
105,2 % atau menurun sebanyak 17,81 %.
Tabel 3.5
Current Ratio
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV 2015 (data diolah)
Melalui Tabel 3.5 maka dapat dilihat bahwa rasio lancar pada tahun 2012
diperoleh sebesar 123,01% yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin Rp
1,2301,- aktiva lancar. Pada tahun 2013 rasio lancar diperoleh sebesar 105,2%
yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp 1,052,- aktiva
lancar.
Jika dibandingkan rasio lancar pada tahun 2012 dan 2013 maka dapat
disimpulkan terjadi penurunan rasio lancar sebesar 17,99% hal ini terjadi karena
penurunan hutang lancar pada perusahaan yang mengakibatkan turunnya
PERKIRAAN 2012 2013
PERUBAHAN
Rp %
AKTIVA LANCAR
2.047.440.518.771 1.729.820.869.939 -317.619.648.832 (15,51%)
HUTANG LANCAR
1.664.457.586.704 1.647.133.824.282 -17.323.762.422 (1,04%)
CURRENT RATIO
kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar dengan aset lancar yang
tersedia.
b. Quick Ratio
Dari Tabel 3.4 diketahui kondisi likuiditas perusahaan menurun di mana
pada tahun 2012Quick Ratio = 95,78% sedangkan tahun 2013 = 84,8% atau
mengalami penurunan 10,98%
2.047.440.518.771 1.729.820.869.939 -317.619.648.832 (15,51%)
PERSEDIAAN 453.415.517.104 333.250.157.267 -120.165.359.837 (26,5%)
HUTANG LANCAR
1.664.457.586.704 1.647.133.824.282 -17.323.762.422 (1,04%)
QUICK RATIO 95,78% 84,8% - (10,98%)
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV 2015 (data diolah)
Melalui Tabel 3.6 maka dapat dilihat bahwa rasio cepat pada tahun 2012
diperoleh sebesar 95,78% yang berarti setiap Rupiah hutang lancar dijamin
Rp.0,9578,- aktiva cepat. Pada tahun 2013 rasio cepat diperoleh sebesar 84,8%
yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp 0,848- rasio cepat.
Jika dibandingkan rasio cepat pada tahun 2012 dan 2013 maka dapat
disimpulakan terjadi penurunan rasio cepat sebesar 10,98% hal ini terjadi karena
penurunan piutang perusahaan yang dapat membantu dalam melunasi utang
c. Cash Ratio
Dari Tabel 3.4 diketahui kondisi cash ratio perusahaan menurun di mana
pada tahun 2012Cash Ratio = 91,58% sedangkan tahun 2013 = 77,99% atau
mengalami penurunan 13,59.
Tabel 3.7 Cash Ratio
PERKIRAAN 2012 2013
PERUBAHAN
Rp %
KAS 1.524.236.385.399 1.284.643.035.092 -239.593.350.307 (15,72%)
HUTANG LANCAR
1.664.457.586.704 1.647.133.824.282 -17.323.762.422 (1,04%)
CASH RATIO 91,58% 77,99% - (13,59%)
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV 2015 (data diolah)
Melalui Tabel 3.7 maka dapat dilihat bahwa rasio kas pada tahun 2012
diperoleh sebesar 91,58%. Pada tahun 2013 rasio kas diperoleh sebesar 77,99%.
Jika dibandingkan rasio kas pada tahun 2012 dan 2013 maka dapat
disimpulkakan terjadi penurunan rasio kas sebesar 13,59% hal ini terjadi karena
penurunan kas perusahaan. Sehingga kurangnya kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia.
2. Solvabilitas
a. Debt to Assets Ratio
Dari Tabel 3.4 diketahui kondisi solvabilitas perusahaan mengalami
kenaikan dimana Debt to Assets Ratio (DTAR) pada tahun 2012 = 53,24 %
Tabel 3.8 Debt to Assets Ratio
PERKIRAAN 2012 2013
PERUBAHAN
Rp %
JUMLAH HUTANG
5.059.770.955.771 5.324.350.963.951 264.580.008.180 5,23%
JUMLAH AKTIVA
9.503.272.017.386 9.963.850.368.178 460.578.350.792 4,8%
DEBT TO ASSETS
RATIO
53,24% 53,44% - 0.2%
Dari Tabel 3.8 dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2012 sebesar 53,24%
yang berarti bahwa setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva
sebesar Rp 0,5324,- Pada tahun 2013 sebesar 53,44% yang berarti setiap Rupiah
kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,5344,-.
Jika dibandingkan tahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi peningkatan rasio
sebesar 0,2% dimana memberikan indikasi kurang baik bagi perusahaan sebab
perusahaan dinilai dapat memenuhi kewajibannya tetapi memperkecil laba.
b. Debt to Equity Ratio
Dari Tabel 3.4 diketahui kondisi solvabilitas perusahaan mengalami
kenaikan dimana Debt to Equity Ratio pada tahun 2012 = 113.9 % sedangkan
tahun 2013 = 114,8 % atau naik sebanyak 0.9 %.
Tabel 3.9
5.059.770.955.771 5.324.350.963.951 264.580.008.180 5,23%
JUMLAH MODAL
4.443.501.061.615 4.639.499.404.227 195.998.342.612 4,41%
DEBT TO EQUITY
RATIO
113,9% 114,8% - 0,9%
Dari Tabel 3.9 dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2012 sebesar 113,9%
yang berarti bahwa setiap Rupiah,- modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang
jangka panjang perusahaan sebesar Rp 1,139,- Pada tahun 2012 sebesar 114,8%
yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka
panjang perusahaan sebesar Rp 1,148,-. Jika dibandingkan tahun 2012 dengan
tahun 2013 terjadi peningkatan rasio sebesar 0,9% yang disebabkan oleh
terjadinya kenaikan modal sendiri.
3. Profitabilitas
a. Gross Profit Margin
Dari Tabel 3.4 diketahui kondisi Profitabilitas perusahaan pada tahun 2012
Gross Profit Margin = 45,5% sedangkan tahun 2013 = 40,45 atau turun sebanyak
5,05%
Tabel 3.10
2.467.606.091.039 2.159.333.397.578 -308.272.693.461 12,5%
PENJUALAN 5.419.615.153.672 5.338.562.789.843 -81.052.363.829 1,49%
GROSS PROFIT MARGIN
45,5% 40,45% - (5,05%)
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV 2015 (data diolah)
Melalui rumus diatas dan Tabel 3.10 maka dapat dilihat bahwa rasio
margin laba kotor Pada tahun 2012 diperoleh sebesar 45,5% yang berarti setiap
Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,455,- laba kotor. Pada tahun 2013 rasio
margin laba kotor diperoleh sebesar 40,45% yang berarti setiap Rupiah penjualan
menghasilkan Rp0,4045, laba kotor.
Jika dibandingkan rasio margin laba kotor pada tahun 2012 dan 2013
maka dapat disimpulan terjadi penurunan rasio margin laba kotor sebesar 5,05%
yang disebabkan adanya penurunan laba kotor dan penurunan pendapatan
operasional yang lebih besar.
b. Operating Profit Margin
Dari Tabel 3.4 diketahui kondisi Profitabilitas perusahaan pada tahun 2012
Operating Income Ratio (OIR) = 18,36 %, sedangkan tahun 2013 = 12,65 % atau
Tabel 3.11
Operating Profit Margin
PERKIRAAN 2012 2013
PERUBAHAN
Rp %
EBIT 994.828.422.635 675.436.080.581 -319.392.342.054 (32,1%)
PENJUALAN 5.419.615.153.672 5.338.562.789.843 -81.052.363.829 (1,49%)
OPM 18,36% 12,65% - (5,7%)
Melalui rumus diatas dan Tabel 3.11 maka dapat dilihat bahwa rasio
margin laba operasi pada tahun 2012 diperoleh sebesar 18,36% yang berarti setiap
Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,1836,- laba operasi.
Pada tahun 2013 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 12,65% yang
berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp0,1265,- laba operasi. Jika
dibandingkan rasio margin laba operasi pada tahun 2012 dan 2013 maka dapat
disimpulkan terjadi penurunan rasio margin laba operasi sebesar 5,7% yang
disebabkan adanya penurunan laba operasi dan penekanan penurunan biaya
operasi
.
c. Net Profit Margin
Tabel 3.12 Net Profit Margin
PERKIRAAN 2012 2013
PERUBAHAN
Rp %
EAT 695.660.585.143 430.749.639.401 -264.910.945.742 38,1%
PENJUALAN 5.419.615.153.672 5.338.562.789.843 -81.052.363.829 (1,49%)
NPM 12,83% 8,1% - (4,73%)
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV 2015 ( data diolah )
Melalui rumus diatas dan Tabel 3.12 maka dapat dilihat bahwa rasio
margin laba bersih pada tahun 2012 diperoleh sebesar 12,83% yang berarti setiap
Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,1283,- laba bersih.
Pada tahun 2013 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 8,1% yang berarti
setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,081,- laba bersih.
Jika dibandingkan tahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi penurunan rasio
margin laba bersih sebesar 4,73% yang disebabkan adanya penurunan laba bersih
dan kinerja perusahaan yang kurang baik dalam menjalankan aktivitasnya untuk
menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.
d. Return on Invesment
Dari Tabel 3.4 diketahui kondisi Profitabilitas perusahaan turun dimana
pada tahun 2012 ROI = 7,32 %, sedangkan tahun 2013 = 4,32 % atau turun
Tabel 3.13 Return on Invesment
PERKIRAAN 2012 2013
PERUBAHAN
Rp %
EAT 695.660.585.143 430.749.639.401 -264.910.945.742 (38,1%)
JUMLAH AKTIVA
9.503.272.017.386 9.963.850.368.178 460.578.350.792 4,8%
ROI 7,32% 4,32% - (3%)
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV 2015 (data diolah)
Melalui rumus diatas dan Tabel 3.13 maka dapat dilihat bahwa rasio
return on invesment pada tahun 2012 diperoleh sebesar 7,32% dan pada tahun
2013 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 4,32%.
Jika dibandingkan tahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi penurunan rasio
ROI sebesar 3% yang disebabkan adanya penurunan laba bersih setelah pajak dan
tekanan kenaikan jumlah aktiva.
e. Return On Equity
Dari Tabel 3.4 diketahui kondisi profitabilitas perusahaan turun dimana
pada tahun 2012 ROE = 15,66 %, sedangkan tahun 2013 = 9,3 % atau turun
Tabel 3.14
Return on Equity
PERKIRAAN 2012 2013
PERUBAHAN
Rp %
EAT 695.660.585.143 430.749.639.401 -264.910.945.742 (38,1%)
EQUITY 4.443.501.061.615 4.639.499.404.227 195.998.342.612 4,4%
ROE 15,66% 9,3% - (6,36%)
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV 2015 (data diolah)
Melalui rumus diatas dan Tabel 3.14 maka dapat dilihat bahwa rasio return
on equity pada tahun 2012 diperoleh sebesar 15,66% dan pada tahun 2013 rasio
margin laba bersih diperoleh sebesar 9,3%.
Jika dibandingkan tahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi penurunan rasio
ROE sebesar 6,36% yang disebabkan adanya penurunan laba bersih setelah pajak
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pembahasan dan analisis yang telah dilakukan pada BAB III, maka
penulis memberi kesimpulan terhadap perkembangan keuangan perusahaan dan
saran-saran yang mungkin berguna dalam usaha peningkatan operasional
perusahaan.
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat penulis kemukakan yaitu:
1. Berdasarkan dari rasio likuiditas, posisi keuangan PT Perkebunan
Nusantara IV Medan menunjukkan penurunannya. Rasio lancar pada
tahun 2012 adalah 123,01% terjadi penurunan pada tahun 2013 menjadi
105,02%. Demikian juga pada rasio cepatnya, pada tahun 2012 adalah
95,78% dan mengalami penurunan ditahun berikutnya menjadi 84,8%,.
Demikian juga dilihat dari kas rasio, pada tahun 2012 adalah 91,58% dan
mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 77,99%. Angka ini
menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan terhadap hutang kurang baik
karena mengalami penurunan yang cukup buruk.
2. Berdasarkan dari rasio Solvabilitas, terlihat secara keseluruhan mengalami
hanya sedikit mengalami kenaikan. ini menunjukkan bahwa tingkat
kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya sangat baik,
dengan kata lain bahwa perusahaan dalam membelanjai aktivanya atau
dana dari pihak luar dalam hal ini adalah hutang, yang tidak terlalu besar
sehingga perusahaan sudah dapat dikatakan solvable.
3. Berdasarkan dari profitabilitas, dapat disimpulkan bahwa tingkat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor, laba operasi, dan
laba bersih mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini terjadi kerena
perusahaan kurang mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya
sehingga rasio terus mengalami penurunan.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Pada rasio likuiditas, masih dianggap baik oleh teori tetapi cenderung
mengalami fluktuasi, hendaknya perusahaan tetap memperhatikan aktiva
lancarnya sehingga modal kerja perusahaan mengalami kenaikan, dan
sebaiknya manajemen perusahaan membuat suatu kebijakan dimasa yang
akan datang untuk meningkatkan aktiva lancar. Misalnya dengan
mendapatkan tambahan modal sendiri dan mendapatkan hutang jangka
panjang.
2. Pada rasio solvabilitas, perusahaan memiliki nilai rasio yang kurang
bagus, karena setiap tahun mengalami sedikit kenaikan dan ini
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menjamin
hutang-hutangnya menurun, dengan kata lain bahwa perusahaan dalam
membelanjai aktivanya atau membiayai usahanya sebagian besar
agar untuk tahun kedepannya tidak mengalami kenaikan kembali nilai
rasionya.
3. Pada rasio profitabilitas, perusahaan memiliki nilai rasio yang buruk
karena mengalami penurunan disetiap tahunnya, baik itu laba kotor
perusahaan, laba bersih dan laba operasi perusahaan. Keadaan ini harus di
perbaiki dengan meningkatkan produksi dan pendapatan operasional dan
meningkatkan kinerja perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya untuk
menghasilkan keuntungan dari penjualan perusahaan agar setiap tahunnya
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah PT Perkebunan Nusantara IV
PT. Perkebunan Nusantara IV adalah Perusahaan yang bergerak pada
bidang usaha agroindustri PT. Perkebunan Nusantara IV mengusahakan
perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup
pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman
menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri,
pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya.
Total areal kosesi yang diusahakan PT. Perkebunan Nusantara IV mencapai
175.725,43 Ha. Dari total areal tersebut, areal tanaman menghasilkan seluas
98.247,38 Ha, tanaman belum menghasilkan 30.728,85 Ha, dan areal lain-lain
46.722,20 Ha.
Produk yang dihasilkan antara lain Minyak Sawit (Crude Palm Oil), Inti
Sawit (Palm Kernel). Palm Kernel Oil (PKO), Palm Kernel Meal (PKM), dan Teh
jadi. PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) memiliki 27 unit kebun yang
mengola budidaya kelapa sawit dan dilengkapi dengan 15 unit Pabrik Kelapa
Sawit (PKS), satu unit Pabrik Pengolahan Inti Sawit, tiga unit kebun yang
mengelola budidaya teh dan pabrik teh, tiga unit proyek pengembangan inti
kelapa sawit, satu unit proyek pengembangan kebun plasma kelapa sawit, satu
unit perbengkelan dan tiga unit rumah sakit serta Kantor Perwakilan Jakarta.
PT. Perkebunan Nusantara IV Dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah
Perseroan PT.Perkebunan VI, PT.Perkebunan VII dan PT.Perkebunan VIII.
Menjadi Perusahaan perseroan PT Perkebunan IV (Lembaran Negara Tahun 1996
No. 5) sesuai dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH No.37 tertanggal 11 Maret
1996. Dan sesuai dengan perubahan terakhir Anggaran Dasar Perusahaan
berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham Perusahaan
Persereoan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara 4 Nomor PTPN
IV/RUPS/01/10/2014, Nomor.SK-51/D1.MBU/10/2014 tanggal 7 Oktober 2014
tentang perubahan Anggaran Dasar No.25 tanggal 23 Oktober 2014, yang dibuat
dihadapan Notaris Nanda Fauz Iwan,SH,M.Kn. Tambahan, Berita Negara
No.22826. Yang kini beralamat di Jl. Letjend.Suprapto No. 2 Medan.Sesuai
dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan
adalah melakukan usaha di bidang agrobisnis dan agroindustri serta optimalisasi
pemanfaatan sumber daya Perusahaan untuk menghasilkan barang yang bermutu
tinggi dan berdaya saing kuat, untuk mendapatkan atau mengejakeuntungan guna
meningkatkan nilai perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas.Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas, perusahaan dapat
melaksanakan kegiatan utama :
1)Pengusahaan budidaya tanaman, yang meliputi pembukaan dan pengolaan
lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemungutan hasil tanaman serta
melakukan kegiatan-kegiatan lain sehubungan dengan budidaya tanaman tersebut.
2)Produksi yang meliputi pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak
3)Penyelenggaraan perdagangan yang meliputi kegiatan pemasaran berbagai
macam hasilproduksi serta melakukan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan usahaperusahaan.
4)Pengembangan usaha di bidang perkebunan, agrowisata, agrobisnis, dan
agroindustri. Berikut ini akan dijelaskan visi dan misi PT Perkebunan Nusantara
IV (Persero) Medan.
B. Profil PT. Perkebunan Nusantara IV
Nama Perusahaan : PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV
Bidang Usaha : AGRO BISNIS dan AGRO INDUSTRI
Tanggal Pendirian : 11 Maret 1996
Alamat : Jalan Letjend. Suprapto no. 2 Medan – 20151
Phone : +62-61-4154666
Fax : +62-61-4573117
Website : www.ptpn4.co.id
E-Mail : ptpnusantara4@ptpn4.co.id
Kantor perwakilan : Jakarta
Alamat : Jln. Wijaya X No.3 Kebayoran Baru Melawai Jakarta Selatan
Telepon : 021-7229508
Fax : 021-7231663
ZIP : 12160
Email : kpj_ptpn4@ptpn4.co.id
PTPN IV memiliki 30 Unit Kebun yang mengelola budidaya Kelapa Sawit
dan Teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit
Proyek Pengembangan Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9
Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang Serdang Bedagai,
Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara dan Mandailing
Natal.
C. Visi dan Misi PT Perkebunan Nusantara IV
a. Visi
Menjadi perusahaan yang unggul dalam usaha angroindustri yang
terintegrasi, Menjadi pusat keunggulan pengelolaan perusahaan
agroindustri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik
serta berwawasan lingkungan.
b. Misi
1. Menjalankan usaha dengan prinsip-prinsip usaha terbaik ,inovatif,
dan berdaya saing tinggi.
2. Menyelengarakan usaha agroindustri berbasis kelapa sawit dan
karet.
3. Mengintegrasikan usaha agroindustri hulu,hilir, dan produk
baru,pendukung agroindustri dan pendayagunaan aset dengan
preferensipada teknologi terkini yang teruji (proven) dan
berwawasan lingkungan.
Untuk mencapai sasaran yang jelas dalam koridor visi dan misi tersebut,
diperlukan suatu corporate plan atau perencanaan strategis jangka panjang yang
D. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional
untuk tujuan perusahaan. sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan
efektif. Yang membedakan struktur organisasi pada perusahaan besar dan kecil
adalah tingkat kerumitan masalah yang dihadapinya dan disesuaikan dengan
jenisdan kegiatan yang dijalankan perusahaan.Penyusunan struktur organisasi
sesuai dengan prinsip organisasi yang dilaksanakan sebelum operasi fisik
perusahaan, agar berjalan sebagaimana mestinya. Pembentukan struktur
organisasi secara umum diikuti denganpenyusunan analisa jabatan dan uraian
jabatan yang mempertegas dalam
pembagian pekerjaan dalam arti pekerja mengetahui siapa yang menjadi
atasannya, pekerja apa yang diharapkan darinya dan apa yang harus
dikerjakannya, apa yang menjadi hak dan kewajibannya dan lain sebagainya.
Gambar 2.1
Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV
Sumber :PTPN IV Medan
E. Uraian Pekerjaan
PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan sesuai dengan SK Direksi
No.04.13/Kpts/43/VIII/2003 tentang organisasi dan tata kerjamempunyai
beberapa bidang yaitu terdiri dari :
1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap
kebijakanpengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik
mengenaiPerseroanmaupun usaha Perseroan yang dilakukan oleh
Direksiserta memberikan nasihat kepada Direksi termasuk pengawasan
terhadap pelaksanaanRencana Jangka Panjang Perseroan, Rencana Kerja
dan AnggaranPerseroan serta ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan
Rapat UmumPemegang Saham, serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku,untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksuddan
tujuanPerseroan.
.
2. Direksi
Direksi bertugas menjalankan segala tindakan yang berkaitan
denganpengurusan Perusahaan untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai
denganmaksud dan tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan baik di
dalammaupun diluar Pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian
dengan pembatasan-pembatasan sebagaimana diatur dalam peraturan
3. Direktur Utama
a. Mengelola Perusahaan sesuai amanat RUPS untuk mewujudkan
sasaran Perusahaan.
b. Menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan
Perusahaan untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan baik di dalam
maupun diluar pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan,
Anggaran Dasar dan Keputusan RUPS.
c. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan
pelaksanaan program kegiatan Direktur Produksi, Direktur SDM dan
Umum, Direktur Keuangan dan Direktur Perencanaan dan
Pengembangan Usaha, Manajer Grup dan Manajer Unit.
d. Menjalankan arahan dari Dewan Komisaris dan RUPS.
e. Mengatur pembagian tugas dan wewenang masing-masing anggota
Direksi.
f. Mengadakan dan memimpin rapat Direksi secara berkala, untuk
mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan masing-masing
Direktorat, Grup Unit Usaha dan Unit Usaha.
g. Memberi penjelasan kepada Dewan Komisaris dan atau Rapat Umum
Pemegang Saham, mengena Rencana Jangka Panjang Perusahaan,
h. Melaksanakan pemenuhan aspek legal dan kepatuhan Perusahan
terhadap Anggaran Dasar, keputusan RUPS dan peraturan
perundang-undangan.
i. Mengkoordinir penyelenggaraan akuntansi keuangan, akuntansi biaya,
verifikasi dan administrasi aset.
j. Mengkoordinir Direksi melakukan evaluasi secara berkala terhadap
pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key
Performance Indicators (KPI) serta merumuskan tindakan perbaikan
yang diperlukan.
k. Mengkoordinir pembuatan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran
dan Tahunan yang akan disampaikan kepada Dewan Komisaris dan
Pemegang Saham.
l. Melakukan pembinaan dan monitoring tugas-tugas dibidang Satuan
Pengawasan Intern dan Sekretaris Perusahaan (termasuk P2BJ).
m. Mengkoordinir pelaksanaan dan pemantauan terhadap implementasi
Good Corporate Governance dan Manajemen Risiko.
n. Mengkoordinir perumusan program kegiatan masing-masing
Direktorat, Grup Unit Usaha dan Unit Usaha, dan Sekretaris
Perusahaan serta SPI yang dijabarkan dari RKAP dan RJPP.
o. Mengkoodinir penyusunan RJPP, RKAP dan rencana-rencana lainnya
untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris dan RUPS.
p. Penanggung jawab pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan
4. Direktur Produksi
a. Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas dibawah Direktorat
Produksi.
b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaandi bawah
Direktorat Produksi.
c. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan di Bidang
Tanaman, Pengolahan (termasuk P3TBS) dan Teknik.
d. Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan
RUPS.
e. Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan
Direktorat Produksi untuk mengevaluasi pelaksanaan program
kegiatan.
f. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target
Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI)
yang berkaitan dengan aspek operasional.
g. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang
Tanaman, Teknik dan Pengolahan (termasuk P3TBS).
h. Menindak lanjuti temuan hasil audit SPI dan auditor eksternal yang
berkaitan dengan tugas operasionalnya.
i. Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan
j. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian Tanaman,
Teknik dan Pengolahan (termasuk P3TBS) yang didasarkan kepada
penjabaran dari RKAP dan RJPP yang telah disahkan.
k. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerjayang digunakan
dilingkungan Direktorat Produksidan selanjutnya disampaikan kepada
Direktur Utama untuk ditetapkan
5.Direktur SDM dan Umum
a. Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas dibawah Direktorat
SDM dan Umum.
b. Menyusun struktur organisasi Perusahaan besertauraian tugasnya.
c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah
Direktorat SDM dan Umum.
d. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan dibidang SDM,
Umum, Hukum dan Pertahanan serta Pengadaan.
e. Melaksanakan pengelolaan SDM, termasuk rekrutmen,penempatan,
penilaian kinerja, karir, remunerasi danpurna tugas.
f. Menyusun Perjanjian Kerja Bersama (PKB) untuk dibahas bersama
dengan Serikat Pekerja dan peraturan kepegawaian.
g. Mengurus permasalahan hukum yang dihadapi Perusahaan dan
pengurusan hak atas tanah sesuai ketentuan yang berlaku.
h. Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan
i. Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan SDM,
Umum, Hukum dan Pertanahan serta Pengadaan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatannya.
j. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target
Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI)
yang berkaitan dengan aspek operasional.
k. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang
SDM, Umum, Hukum dan Pertanahan serta Pengadaan.
l. Menindak lanjuti temuan hasil audit SPI danauditor eksternal yang
berkaitan dengan tugas operasionalnya.
m. Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan
di bidang SDM, Umum, Hukum dan Pertanahan, dan Pengadaan.
n. Merumuskan dan menetapkan program kegiatanBagian SDM, Bagian
Umum, Bagian Hukum dan Pertanahan serta Bagian Pengadaan yang
didasarkan kepada RKAP dan RJPP yang telah disahkan.
o. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan
dilingkungan Direktorat SDM danUmum dan selanjutnya disampaikan
kepada Direktur Utama untuk ditetapkan.
6. Direktur Keuangan
a. Memimpin dan mengkordinasikan tugas-tugas dibawah Direktorat
b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah
Direktorat Keuangan.
c. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan yang telah
dirumuskan, meliputi Bidang Keuangan,Akuntansi dan Pemasaran
d. Menjalankan arahan-arahan dari Direktur Utama,Dewan Komisaris
dan RUPS.
e. Mengadakan rapat internal secara berkala guna membahas
masalah-masalah dibidang Keuangan,Akuntansi dan Pemasaran.
f. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target
Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI)
yang berkaitan dengan aspek operasionalnya.
g. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang
Keuangan, Akuntansi dan Pemasaran.
h. Menindak lanjuti temuan hasil audit SPI dan audit eksternal yang
berkaitan dengan tugas operasionalnya.
i. Menyiapkan laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Laporan
Tahunan serta Laporan Keuangan untuk dibahas bersama-sama dengan
Anggota Direksisebelum disampaikan kepada Dewan Komisaris dan
Pemegang Saham
j. Menyelenggarakan dan memelihara akuntansi keuangan, akuntansi
biaya, verifikasi dan akuntansi aset.
k. Menyiapkan rancangan RKAP, RJPP dan rencana lainnya di bidang
telah ditetapkan untuk selanjutnya mengkoordinir penyusunan RKAP,
RJPP dan rencana lainnya secara korporasi.
l. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian Keuangan,
Akuntansi dan Bagian Pemasaran yang didasarkan kepada RKAP dan
RJP yang telahdisahkan.
m. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerjayang digunakan
dilingkungan Direktorat Keuangan dan selanjutnya disampaikan
kepada Direktur Utamauntuk ditetapkan.
n. Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan penjualan/ pemasaran dan
persediaan produk.
7.Direktur Perencanaan dan PengembanganUsaha
a. Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas dibawah Direktorat
Perencanaan dan Pengembangan Usaha.
b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah
Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha.
c. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatandi Bidang
Perencanaan (termasuk IT), Pengembangan Usaha (tidak termasuk
pengembangan di Bidang Tanaman) dan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL).
d. Pengelolaan dan pengurusan Anak Perusahaan dan Perusahaan
Penyertaan (tidak termasuk aspek legal).
e. Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan
f. Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan Direktorat
Perencanaan dan Pengembangan Usaha untuk mengevaluasi
pelaksanaan program kegiatan.
g. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator
Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang
berkaitan dengan aspek operasional.
h. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good
Corporate Govermance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang
Perencanaan (termasuk IT) Pengembangan Usaha dan PKBL.
i. Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan,Semesteran dan Tahunan di
Bidang Perencanaan (termasuk IT) Pengembangan Usaha dan PKBL
j. Menindak lanjuti temuan hasil audit SPI dan eksternal auditor yang
berkaitan dengan tugas operasionalnya.
k. Menyiapkan rancangan RKAP, RJPP dan rencana lainnyadi bidang
Perencanaan (termasuk IT), Pengembangan Usaha dan program
Kemitraan dan Bina Lingkungan.
l. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan bagian Perencanaan
(termasuk IT), Pengembangan Usaha dan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan yang didasarkan kepada RKAP dan RJPP yang
telahdisahkan.
m. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedomankerja yang digunakan
dilingkungan Direktorat Pengembangan Usaha dan selanjutnya
8. Komite Audit
a. Bertugas memonitori dan mengevaluasi proses penyelesaian Laporan
Keuangan Tahun buku setiap tahunnya dan penetapan laporan
pertanggung jawaban keuangan perusahaan tahun sebelumnya.
b. Melakukan evaluasi atas efektivitas Satuan Pengawasan Intern (SPI).
c. Melakukan evaluasi atas sistem Pengendalian Intern kegiatan tertentu.
d. Melakukan evaluasi dan memonitori atas laporan Direksi tentang
progres pelaksanaan arahan RUPS.
e. Melakukan evaluasi atas Laporan Manajemen Triwulan Direksi.
9.Sekretaris Perusahaan
a. Bertugas memastikan kepatuhan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, seperti peraturan yang berkaitan
dengan pengelolaan BUMN, Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar.
b. Memberikan penjelasan atas peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
c. Mengkoordinasikan atas kepatuhan pelaksanaan GCG di lingkungan
PT Perkebunan Nusantara IV.
d. Menyimpan dokumen-dokumen perusahaan, seperti Risalah RUPS,
Risalah Rapat Direksi dan Risalah Rapat Dewan Komisaris.
e. Menyimpan dan mengawasi stempel resmi perusahaan.
f. Membantu, jika diperlukan, dalam mempersiapkan Laporan Tahunan
10.Satuan Pengawas Intern (SPI)
a. Bertugas menilai terhadap informasi keuangan mencakup penilaian
terhadap informasi keuangan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang
lazim.
b. Menilai terhadap ketaatan Unit Usaha yang bersangkutan pada
peraturan perundang-undangan yang mendasari transaksi/kegiatan
yang mempunyai pengaruh kepada laporan keuangan serta ketaatan
terhadap RKAP yang telah ditetapkan.
c. Menilai terhadap penggunaan sumber daya ekonomi perusahaan,
apakah telah dikelola denga baik efisien dan berdaya guna.
d. Menilai capaian realisasi yang sebenarnya dibandingkan dengan target
yang telah ditetapkan termasuk pengajuan ketaatan Unit usaha
terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
kehematan, daya guna dan hasil guna.
e. Melakukan audit terhadap kegiatan dalam perusahaan yang
diindikasikan adanya kecurangan atau penyimpangan maupun tindak