LAMPIRAN I 5 Multi Bintang Indonesia
Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food
LAMPIRAN II Total Liability
No Nama Perusahaan Kode Total Liability
2007 2008 2009 2010 2011 5 Multi Bintang Indonesia
Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food
Lampiran III Current Assets
No Nama Perusahaan Kode Current Assets
2007 2008 2009 2010 2011 5 Multi Bintang Indonesia
Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food
Lampiran IV Current Liability
No Nama Perusahaan Kode Current Liability
2007 2008 2009 2010 2011 5 Multi Bintang Indonesia
Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food
Lampiran V Working Capital
No Nama Perusahaan Kode Working Capital
2007 2008 2009 2010 2011 5 Multi Bintang Indonesia
Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food
Lampiran VI Retained Earnings
No Nama Perusahaan Kode Retained Earnings
2007 5 Multi Bintang Indonesia
Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food
Lampiran VII
Earning Before Interest and Tax (EBIT)
No Nama Perusahaan Kode Earning Before Interest and Tax (EBIT) 2007 5 Multi Bintang Indonesia
Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food
Lampiran VIII 5 Multi Bintang Indonesia
Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food
Lampiran IX 5 Multi Bintang Indonesia
Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food
Lampiran X
Working Capital to Total Assets (X1)
No Nama Perusahaan Kode Working Capital to Total Assets (X1) 2007
2008 2009 2010 2011
1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.1964
0.5806 0.5241 0.3044 0.3062
2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0.5552
0.5737 0.6347 0.6725 0.6917 3 Indofood Sukses Makmur INDF -0.0363
-0.0490 0.0448 0.2162 0.2178
4 Mayora Indah Tbk MYOR 0.1881
0.2634 0.2354 0.2365 0.2797 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI -0.2545
-0.0386 -0.2926 -0.0306 -0.0031
6 Siantar Top Tbk STTP 0.1718
0.0800 0.1380 0.1859 0.0113 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA -0.0354
-0.0454 0.0475 0.0763 0.2269
8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.4199
Lampiran XI
Retained Earning to Total Assets (X2) No Nama Perusahaan Kode
Retained Earning to Total Assets (X2)
2007 2008 2009 2010 2011
1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.0563
-0.0111 0.0753 0.0538 0.1726
2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0.8183
0.7951 0.6375 0.7658 0.7463 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0.1683
0.1346 0.1731 0.1912 0.2043
4 Mayora Indah Tbk MYOR 0.3363
0.2745 0.3422 0.3447 0.2858 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0.2814
0.3413 0.0829 0.3943 0.4155
6 Siantar Top Tbk STTP 0.3601
0.4231 0.4979 0.4865 0.3835 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.2018
-0.1291 -0.0694 -0.0093 0.0303
8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.1286
Lampiran XII
EBIT to Total Assets (X3)
No Nama Perusahaan Kode EBIT to Total Assets (X3) 2007
2008 2009 2010 2011
1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.0589
0.0701 0.1233 0.0474 0.1582
2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0.1125
0.1686 0.2341 0.2723 0.2943 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0.0687
0.0657 0.1006 0.1149 0.1185
4 Mayora Indah Tbk MYOR 0.1108
0.0938 0.1552 0.1497 0.0949 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0.211
0.3335 0.4756 0.5225 0.5574
6 Siantar Top Tbk STTP 0.0449
0.0059 0.0726 0.0711 0.0646 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.048
0.0521 0.0389 0.0486 0.0516
8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.0287
Lampiran XIII
Book Value of Equity to Total Liability (X4)
No Nama Perusahaan Kode Book Value of Equity to Total Liability (X4) 2007
2008 2009 2010 2011
1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.555
0.6343 1.1298 0.5700 0.9683
2 Delta Djakarta Tbk DLTA 3.485
2.9818 3.6704 5.1496 4.6493 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0.3827
0.3243 0.6227 1.1084 1.4384
4 Mayora Indah Tbk MYOR 1.378
0.7563 0.9998 0.8648 0.5807 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0.4663
0.5764 0.1185 0.7081 0.7679
6 Siantar Top Tbk STTP 2.2579
1.3802 2.8050 2.2153 1.1020 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.7922
0.6241 0.4666 0.4381 1.0429
8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 1.5668
DAFTAR PUSTAKA
Subramayam, K.R dan John J.W, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Sepuluh, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Ray, Sarbapriya, 2011. “Assessing Corporate Financial Distress in Automobile Industry of India: An Application of Altman’s Model”, Research Journal of Finance and Accounting, Vol. 2 No.3, Hal 155 – 169.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Darsono, 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, PT Andi, Jogjakarta.
Siregar, Putri Nanda, 2011. Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Dengan Metode Altamn Z-Score Pada Perusahaan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sanusi, Anwar, 2011. Metodologi Penelitian Bisnis, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Harahap, Sofyan Safri, 2006, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Endri, Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman’s Z-Score, ISSN 1978-9017, Hal 34-50.
Nugroho, Mokhamad Iqbal, 2012. Analisis Prediksi Financial Distress Dengan Menggunakan Model Almant Z-Score Modifikasi 1995 (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2008, Universitas Diponegoro, Semarang.
Jumingan, 2006, Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Sanusi, Anwar (2008 : 13) menyimpulkan desain penelitian merupakan
cetak biru bagi peneliti yang perlu disusun terlebih dahulu sebelum peneliti
melaksanakan penelitian dengan harapan dapat memberikan petunjuk atau arahan
yang sistematis tentang kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, kapan dilakukan,
dan bagaimana cara mlakukannya.
Penelitian ini bertujuan menguji rasio keuangan untuk mengetahui tingkat
kesehatan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta, dengan rancangan penelitian sebagai berikut :
1. Dilihat dari tingkat ekspansinya, penelitian ini merupakan penelitian asosiatif
dengan hubungan kausal, karena penelitian ini menjelaskan hubungan sebab
akibat dalam bentuk pengaruh variable melalui pengujian hipotesis.
2. Dilihat dari jenis data, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
data kontinyu dalam bentuk rasio, yang jarak datanya sama dan nilainya tidak
mutlak.
3. Dilihat dari metode pengumpulan data, penelitian ini berupa studi
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan cirri-ciri
tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan (Sanusi, 2011 : 87).
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
digolongkan kepada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar (listing) di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 yang berjumlah
15 perusahaan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan data dengan
batasan-batasan dan tujuan tertentu yang diharapkan dari penelitian ini. Pelaksanaan
pengambilan sampel secara purposive ini yaitu dengan menentukan terlebih
dahulu apa kriteria-kriteria sampel yang akan diambil. Kemudian menetapkan
berdasarkan pertimbangan sebagai anggota populasi menjadi sampel penelitian.
Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman
tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010,
2011.
2. Perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman
tersebut tidak didelisting pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011.
3. Perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman
tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan memiliki laba yang
Tabel 3.1
Daftar Populasi Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3
1 ADES Akasha Wira Internasional Tbk √ √ X -
2 AQUA Aqua Golden Missipi Tbk √ X √ -
3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ 1
4 DAVO Davomas Abadi Tbk √ √ X -
5 DLTA Delta Djakarta Tbk √ √ √ 2
6 FAST Indofood CBP Sukses makmur Tbk √ X X -
7 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ 3
8 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ √ 4
9 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ 5
10 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk √ X X -
11 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ X -
12 SKBM Sekar Bumi Tbk √ X X -
13 SKLT Sekar Laut Tbk √ √ X -
14 STTP Siantar Top Tbk √ √ √ 6
15 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ 7
16 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk √ √ √ 8
Dari 16 populasi perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek, yang memenuhi kriteria sebagai sempel
Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain
(Sanusi, Anwar 2011 : 104). Sumber data dan penulisan pada skripsi ini dari
berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung
penelitian. Sedangkan untuk data yang diolah diambil dari Indonesian Capital
Market Directory (ICMD) dan situs www.idx.co.id berupa laporan keuangan yang dipublikasikan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan perusahaan
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3
1 CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ 1
2 DLTA Delta Djakarta Tbk √ √ √ 2
3 INDF Indofood Sukses Makmur √ √ √ 3
4 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ √ 4
5 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ 5
6 STTP Siantar Top Tbk √ √ √ 6
7 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ 7
dari tahun 2008 sampai dengan 2011 yang digunakan sebagai sampel dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.5.1 Defenisi Operasional
Agar hasil dari penelitian ini seperti yang diharapkan, maka perlu
diketahui unsur-unsur yang menjadi dasar dari penelitian ilmiah yang terdapat
pada operasionalisasi variabel. Secara rinci, berikut operasionalisasi variabel
penelitian ini
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari aktiva perusahaan
Retained Earnings to Total Assets
Rasio
X Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum bunga dan pajak mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang
Book Value of Equity to Total Liabilities
Rasio
X Merupakan rasio aktivitas yang juga dapat mendeteksi kemampuan dana perusahaan
yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva berputar
Sales to Total Assets
3.5.2 Pengklasifikasian Variabel
3.5.2.1 Variabel bebas ( independent variable )
Variabel bebas yaitu variabel yang keberadaanya dapat mempengaruhi
perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif
bagi variabel dependen. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
berupa :
X1 =
X2 = ℎ
X3 = � �
juga digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilakn revenue. � Dari data laporan keuangan
X4 = � � ℎ �
X5 = �
3.5.2.2 Variabel terikat ( dependent variable )
Variabel terikat yaitu variabel keberadaannya yang dipengaruhi oleh
besarnya variabel independen. Variabel dependent pada penelitian ini berupa
kesehatan perusahaan, berupa nilai Z-Score.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan analisis statistik yang menggunakan software statistik SPSS versi
18. Metode dan teknik yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
3.6.1 Pengujian asumsi klasik
3.6.1.1 Uji Normalitas
Menurut (Ghozali, 2005 : 160) uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah variabel independen dan dependen berdistribusi normal. Ada dua cara
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistik.
1. Analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan
melihat histogral dari residualnya, dimana jika data menyebar disekitar
2. Analisis Statistik
Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji
statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan
rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal
berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:
a) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data
adalah tidak normal,.
b) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal (Ghozali, 2005 : 165).
3.6.1.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali, 2005 : 110). Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson
(DW-test).Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi yaitu :
1) DW < -2 berarti ada autokorelasi positif
2) -2 > DW <2 berarti tidak ada autokorelasi
3) DW > +2 berarti ada autokorelasi negatif
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005 : 139) uji ini bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
dengan mengamati Grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan
residualnya. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas ( Ghozali, 2005
: 139).
3.7 Pengujian Hipotesis
Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.
Analisis regresi ini digunakan untuk memperkirakan atau meramalkan hubungan
antara dua variabel dengan membuat sebuah asumsi kedalam suatu bentuk fungsi
tertentu. Untuk menguji apakan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,
digunakan uji F (F-test) dan uji t (t-test).
3.7.1 Analisis regresi berganda
Model regresi yang digunakan yaitu :
Y = α + β1(X1) + β2(X2) + β3(X3) + β4(X4) + β5(X5) + e
Keterangan :
Y = Variabel dependen (kesehatan perusahaan) α = Konstanta
X1 = working capital / total assets.
X2 = retained earning / total assets.
X3 = earning before interest and tax / total assets.
X4 = book value of equity / total liability.
X5 = sales / total assets.
e = variabel pengganggu
3.7.2 Uji t (t-test)
Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2005 : 178). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau
menolak hipotesis adalah:
a. Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of significant sebesar 0,05.
b. Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value > level of significant sebesar 0,05.
3.7.3 Uji F (F-test)
Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap varibel dependen (Ghozali, 2005 : 177). Kriteria yang
1. Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of significant sebesar 0,05.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rasio Keuangan Metode Altman
Objek penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana jumlah seluruh perusahaan tersebut 15
perusahaan. Dari keseluruhan perusahaan kemudian diambil sampel dengan
ketentuan tertentu maka didapat 8 perusahaan. Berikut tabel data rasio keuangan
menurut Altman untuk tahun 2007 sampai dengan 2011 :
4.1.1 Working Capital to Total Asset
Rasio ini menunjukkan modal kerja bersih dari keseluruhan aktiva yang
dimiliki. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi
masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya
aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya,
perusahaan dengan modal kerja bersih yang positif jarang menghadapi kesulitan
keuangan. Hasil perhitungan Working Capital to Total Assets disajikan pad tabel
Tabel 4.1
Working Capital to Total Assets Tahun 2007 – 2011
No Nama Perusahaan Kode Working Capital to Total Assets (X1)
2007
2008 2009 2010 2011
1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.1964
0.5806 0.5241 0.3044 0.3062 2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0.5552
0.5737 0.6347 0.6725 0.6917 3 Indofood Sukses Makmur INDF -0.0363
-0.0490 0.0448 0.2162 0.2178 4 Mayora Indah Tbk MYOR 0.1881
0.2634 0.2354 0.2365 0.2797 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI -0.2545
-0.0386 -0.2926 -0.0306 -0.0031 6 Siantar Top Tbk STTP 0.1718
0.0800 0.1380 0.1859 0.0113 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA -0.0354
-0.0454 0.0475 0.0763 0.2269 8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.4199
0.2264 0.2428 0.2382 0.1452
Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan perusahaan dengan rasio X
terendah yang mengindentifikasikasikan bahwa perusahaan tersebut tingkat
likuidasinya paling rendah diantara perusahaan-perusahaan lainnya dalam
kelompok kemungkinan karena adanya kerugian usaha yang dilakukan
perusahaan.
Dan selama tahun 2007 sampai 2011 Multi Bintang Indonesia Tbk tercatat
sebagai perusahaan yang ilikuid karena jumlah hutang lebih besar dibandingkan
dengan jumlah aktivanya.
Selama lima tahun berturut-turut mean Working Capital to Total Assets
4.1.2 Retained Earning to Total Assets
Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi Umur
perusahaan berpengaruh terhadap rasio ini karena semakin lama perusahaan
beroperasi maka memungkinkan untuk mempelancar akumulasi laba ditahan.
Berikut ini hasil perhitungan Retained earning to Total Assets Ratio X
disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Retained Earnings to Total Asets Tahun 2007 - 2011
No Nama Perusahaan Kode
Retained Earning to Total Assets (X2)
2007 2008 2009 2010 2011
1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.0563 -0.0111 0.0753 0.0538 0.1726 2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0.8183 0.7951 0.6375 0.7658 0.7463 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0.1683 0.1346 0.1731 0.1912 0.2043 4 Mayora Indah Tbk MYOR 0.3363 0.2745 0.3422 0.3447 0.2858 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0.2814 0.3413 0.0829 0.3943 0.4155 6 Siantar Top Tbk STTP 0.3601 0.4231 0.4979 0.4865 0.3835 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.2018 -0.1291 -0.0694 -0.0093 0.0303 8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.1286 0.2950 0.3175 0.3245 0.3402
Bila dibandingkan dengan perusahaan Makanan dan Minuman yang
lainnya, Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan perusahaan yang sering
memiliki rasio X bernilai negatif, hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut
tidak membukukan laba ditahan melainkan mengakumulasikan rugi ditahan. Hal
ditahan sangatlah rendah bila dibandingakan dengan perusahaan lain. Rugi
ditahan yang rendah kemungkinan disebabkan penghasilan yang diterima rendah
dan tidak mampu menutupi biaya yang menjadi tanggungannya.
Indofood Sukses Makmur Tbk dan Ultra Jaya Milk Tbk selama lima tahun
berturut-turut mengalami kenaikan pada rasio X . Hal ini mengindentifikasikan
bahwa selama lima tahun tersebut selalu mengalami kenaikan laba ditahan.
4.1.3 Earnings Before Interest and Tax to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan mengahasilkan laba dari
aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bungan dan pajak. Rasio ini dapat
digunakan untuk mengukur produktivitas sebenarnya dari aktiva perusahaan.
Semakin besar tingkat profitabilitas berarti semakin besar pula tingkat efisien dan
efektif perusahaan dalam menggunakan aktivanya, begitu juga sebaliknya.Berikut
ini hasil perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (� )
Tabel 4.3
Earning Before Interest and Tax to Total Assets Tahun 2007 – 2011
No Nama Perusahaan Kode EBIT to Total Assets (X3)
2007
2008 2009 2010 2011
1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0,0589
0,0701 0,1233 0,0474 0,1582 2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0,1125
0,1686 0,2341 0,2723 0,2943 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0,0687
0,0657 0,1006 0,1149 0,1185 4 Mayora Indah Tbk MYOR 0,1108
0,0938 0,1552 0,1497 0,0949 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0,211
0,3335 0,4756 0,5225 0,5574 6 Siantar Top Tbk STTP 0,0449
0,0059 0,0726 0,0711 0,0646 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0,048
0,0521 0,0389 0,0486 0,0516 8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0,0287
0,1564 0,0567 0,1011 0,0720
Perusahaan dengan X terendah adalah Siantar Top Tbk pada tahun 2008,
hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya
secara efektif.
Perusahaan dengan X tertinggi adalah Multi Bintang Indonesia Tbk. Hal
ini mengindentifikasikan bahwa perusahaan tersebut lebih tinggi tingkat
produktivitasnya dibandingkan dengan perusahaan lain dalam sektor perusahaan
Makanan dan Minuman. Rata-rata perusahaan Makanan dan Minuman,
produktivitas aktiva yang digunakannnya untuk menghasilkan laba usaha
4.1.4 Book Value of Equity to Total Debt
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan
dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan
perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari
modal biasa dan saham prefer, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan
hutang jangka panjang. Berikut ini adalah perhitungan Book value of Equity to
Total Debt
Tabel 4.4
Book Value of Equity to Total Liability Tahun 2007 – 2011
No Nama Perusahaan Kode
Book Value of Equity to Total Liability (X4)
2007 2008 2009 2010 2011
1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.555 0.6343 1.1298 0.5700 0.9683 2 Delta Djakarta Tbk DLTA 3.485 2.9818 3.6704 5.1496 4.6493 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0.3827 0.3243 0.6227 1.1084 1.4384 4 Mayora Indah Tbk MYOR 1.378 0.7563 0.9998 0.8648 0.5807 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0.4663 0.5764 0.1185 0.7081 0.7679 6 Siantar Top Tbk STTP 2.2579 1.3802 2.8050 2.2153 1.1020 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.7922 0.6241 0.4666 0.4381 1.0429 8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 1.5668 1.9496 2.2142 1.8443 1.8056
Perusahaan dengan X terendah adalah Multi Bintang Indonesia Tbk pada
tahun 2009, yang memeliki indikasi bahwa perusahaan tersebut
mengalami peningkatan, sedangkan untuk laba ditahannya mengalami penurunan
pada tahun 2008, sehingga ketergantungan perusahaan terhadap sumber eksternal
guna mendanai aktivanya yang berasal dari kreditur tinggi.
Perusahaan dengan X tertinngi adalah Delta Djakarta Tbk pada tahun
2010 sebesar 5.1496. Hal ini berarti perusahaan tersebut pada tahun 2010
mengakumulasikan hutang terhadap modal sendiri lebih dibandingkan dengan
perusahaan lainnya.
4.1.5 Sales to Total Assets
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis
yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini
mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva
perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. Berikut tabel
perhitungan Sales to Total Assets
Tabel 4.5 Sales to Total Assets
Tahun 2007 – 2011
No Nama Perusahaan Kode
Sales to Total Assets (X5)
2007 2008 2009 2010 2011
6 Siantar Top Tbk STTP 1.1602 0.9963 1.1429 1.1746 1.0994 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.6102 0.4810 0.3958 0.3641 0.4882 8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.8268 0.7927 0.9315 0.9371 0.9648
Perusahaan dengan X terendah adalah Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada
tahun 2009 sebesar 0,3641 hal ini berarti kurang efektinya perusahaan dalam
penggunaan aktivanya untuk meningkatkan penjualan dibandingkan dengan
perusahaan lainnya selama tahun 2007 – 2009.
Perusahaan dengan X selama tahun 2007 – 2009 adalah Cahaya Kalbar
Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai tingkat
efektivitas tertinggi dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan penjualan
bila dibandingkan dengan perusahaan lain.
4.2 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di Bursa efek Indonesia Tahun 2008 – 2011 Metode Altman
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 sampai
dengan 2011. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, didapat 8 perusahaan yang
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Sampel sebanyak 8 perusahaan tersebut terlebih dahulu dihitung nilai
Z-Score Altman dengan rumus :
X1 =
X2 = �
X3 = � �
X4 = � �
�
X5 =
Setelah nilai Z-Score masing-masing perusahaan diketahui kemudian
perusahaan tersebut dikelompokkan kepada katagori financial bankcruption, gray
area, atau non financial bankcruption, dengan interval : Z’ > 2,90 : termasuk perusahaan sehat
Z’ < 1,23 : termasuk perusahaan bangkrut
1,23 < Z’ < 2,90 : termasuk rawan bangkrut
Tabel 4.6 Nilai Z-Score Altman
Nama Perusahaan
2007 2008 2009 2010 2011
Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi
Cahaya Kalbar Tbk 1.926 Rawan
Bangkrut 4.1274 Sehat 3.3948 Sehat 1.4934
Rawan
bangkrut 2.7647
Rawan bangkrut
Delta Djakarta Tbk 3.645 Sehat
3.8239 Sehat 4.2360 Sehat 4.9114 Sehat 4.8037 Sehat
Indofood Sukses Makmur 1.427 Rawan
Bangkrut 1.3971
Multi Bintang Indonesia Tbk 2.479 Rawan
Bangkrut 2.9451 Sehat 3.0115 Sehat 3.8041 Sehat 3.9235 Sehat
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1.236 Rawan
Bangkrut 0.7622 Bangkrut 0.6873 Bangkrut 0.7452 Bangkrut 1.2739
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Katagori Perusahaan Bangkrut
Berdasarkan Tabel 4.6, pada tahun 2007, dan tahun 2011 tidak terdapat
perusahaan yang diprediksi mengalami kebangkrutan. Tetap pada tahun 2008,
2009 dan 2010 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk diprediksi bangkrut dengan
nilai Z-Score 0,7622 pada tahun 2008, 0,6873 pada tahun 2009 dan 0,7452 pada
tahun 2010.
2. Katagori Perusahaan rawan Bangkrut
Berdasarkan tabel 4.6 sebanyak 60% perusahaan makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia rata-rata termasuk perusahaan rawan
bangkrut, dimana setiap tahun selalu ada perusahaan yang terkatagorikan kepada
perusahaan rawan bangkrut, dan ada satu perusahaan pada empat tahun berturut
mulai tahun 2007 sampai dengan 2011 selalu masuk dalam wilayah gray area
yaitu Ultra Jaya Milk Tbk.
Pada tahun 2007, perusahaan yang berada dalam kondisi rawan bangkrut
adalah sebesar 87,5% atau 7 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi
masuk katagori rawan bangkrut pada tahun 2007 adalah Delta Djakarta Tbk,
Indofood Sukses Makmur Tbk, Mayora Indah Tbk, Multi Bintang Tbk, Siantar
Top Tbk, Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dan Ultra Jaya Tbk.
Pada tahun 2008, persentase perusahaan yang ada dala kondisi rawan
diprediksi masuk katagori rawan bangkrut pada tahun 2008 adalah Indofood
Sukses Makmur Tbk, Mayora Indah Tbk, Siantar Top Tbk, Ultra Jaya Milk Tbk.
Pada tahun 2009, persentase perusahaan yang ada dala kondisi rawan
bangkrut adalah 37,5% atau 3 perusahaan yaitu Indofood Sukses Makmur Tbk,
Mayora Indah Tbk, Ultra Jaya Milk Tbk.
Pada tahun 2010, persentase perusahaan yang ada dala kondisi rawan
bangkrut adalah sebesar 50% atau 4 perusahaan. Perusahaan – perusahaan yang
diprediksi masuk dalam katagori rawan bangkrut pada tahun 2010 adalah Cahaya
Kalbar Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Siantar Top Tbk, dan Ultra Jaya Milk
Tbk.
Pada tahun 2011, persentase perusahaan yang ada dala kondisi rawan bangkrut adalah sebesar 75% atau 6 perusahaan. Perusahaan – perusahaan yang diprediksi
masuk dalam katagori rawan bangkrut pada tahun 2011 adalah Cahaya Kalbar
Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Mayora Indah Tbk, Siantar Top Tbk, Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk dan Ultra Jaya Milk Tbk.
3. Katagori Perusahaan Sehat
Berdasarkan tabel 4.6 perhitungan prediksi Z-Score tersebut sebanyak
12,5% atau 4 perusahaan yang termasuk dalam katagori “sehat” pada tahun 2007.
Perusahaan yang terklarifikasi sehat yaitu Delta Djakarta.
Pada tahun 2008, persentase perusahaan yang berada dalam sehat adalah
katagori sehat pada tahun 2008 adalah Cahaya Kalbar Tbk, Delta Djakarta Tbk,
Multi Bintang Indonesia Tbk.
Pada tahun 2009, persentase perusahaan yang berada dalam sehat adalah
sebesar 50% atau 4 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi masuk
katagori sehat pada tahun 2009 adalah Cahaya Kalbar Tbk, Delta Djakarta Tbk,
Multi Bintang Indonesia Tbk, Siantar Top Tbk.
Pada tahun 2010, persentase perusahaan yang berada dalam sehat adalah
sebesar 37,5% atau 3 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi masuk
katagori sehat pada tahun 2010 adalah Delta Djakarta Tbk, Mayora Indah Tbk,
Multi Bintang Indonesia Tbk, Siantar Top Tbk.
Pada tahun 2011, persentase perusahaan yang berada dalam sehat adalah
sebesar 25% atau 2 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi masuk
katagori sehat pada tahun 2011 adalah Delta Djakarta Tbk, Multi Bintang
Indonesia Tbk,.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk
menggambarkan data secara murni, meliputi nilai minimum, nilai maksimum,
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif
Sumber : Data diolah peneliti, 2012
Berdasarkan data dari tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa :
a. Variabel kesehatan perusahaan (Y) memiliki sampel (N) sebanyak 40,
dengan nilai minimum 0,6873 nilai maksimum 4,9114 dan mean (nilai
rata-rata) 2,5611. Standar deviation (simpangan baku) variabel ini 1,0582.
b. Variabel pebandingan Working Capital to Total Assets (� ) memiliki
sampel (N) sebanyak 40, dengan nilai minimum -0,2926, nilai maksimum
0,6917 dan mean 0,2036. Standar deviation (simpangan baku) variabel ini
0.2381.
c. Variabel pebandingan Retained earning to Total Assets (� ) memiliki
sampel (N) sebanyak 40, dengan nilai minimum -0,1291, nilai maksimum
0,8183 dan mean 0,2915. Standar deviation (simpangan baku) variabel ini
0,2328
d. Variabel pebandingan Earnings before interest and tax to Total Assets
(� ) nilai minimum 0,5574. Nilai maksimum 0,6917 dan mean 0,1406.
Standar deviation (simpangan baku) variabel ini 0,1317. Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Y 40 .6873 4.9114 2.561115 1.0582639
X1 40 -.2926 .6917 .203653 .2381906
X2 40 -.1291 .8183 .291537 .2328128
X3 40 .0059 .5574 .140642 .1317459
X4 40 .1185 5.1496 1.434790 1.1877775
X5 40 .3641 3.2428 1.130830 .5179053
e. .Variabel pebandingan book of value of equity tototal liability (� ) nilai
minimum 0,1185. Nilai maksimum 5,1496 dan mean 1,4347. Standar
deviation (simpangan baku) variabel ini 1,187.
f. Variabel pebandingan Sales to Total Assets (� ) nilai minimum 0,3641.
Nilai maksimum 3,2428 dan mean 1,1308. Standar deviation (simpangan
baku) variabel ini 0,5179..
4.3.2 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ,
variabel penganggu atau residual distribusi normal. Uji normalitas dilakukan
dengan dua cara yaitu analisis grafik dan statistik.
1) Analisis grafik
Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram
dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola normal. Pada
grafik histogram, data normal ditunjukkan oleh data yang tidak menceng ke kiri
atau menceng ke kanan,
Pada grafik PP Plot, data yang normal apabila titik-titik datanya tidak
menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan di sekitar garis diagonal. Hasil uji
normalitas dengan menggunakan grafik histogram dan normal probability adalah
Gambar 4.1 Histogram Sumber : Data diolah peneliti, 2012
Pada grafik histogram terlihat bahwa variabel berdistribusi normal hal ini
Gambar 4.2 Grafik P-Plot Sumber : Data diolah peneliti, 2012
Hasil uji normalitas menggunakan scatter plot menunjukkan bahwa titik
pada scatterplot mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data
berdistribusi normal.
2) Analisis statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak dilihat dengan
seksama, secara visual keliatan normal, padahal secara statistic bisa sebaliknya..
Sehingga perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan statistik.
Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk
(2005:115), memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data
mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji
Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat dari :
a) Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data tidak
normal.
b) Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
normal.
Tabel 4.8
Uji Kolmogorov – Smirnov
Sumber : Data diolah Peneliti, 2012
Berdasarkan uji statistik dengan model Kolmogorov – Smirnov seperti yang terdapat pada tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi
normal karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov 0,882 lebih
besar dari 0,05.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .00011032
Most Extreme Differences Absolute .093
Positive .093
Negative -.059
Kolmogorov-Smirnov Z .586
Asymp. Sig. (2-tailed) .882
b. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2005) menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regrei terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yang homoskesdatisitas.
Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data dengan SPSS.
Menurut Ghozali (2005) pengambilan keputusan adalah dengan melihat pola
tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heterokedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah
terjadi gejala heterokedastisitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran
Gambar 4.3 Scatterplot Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2012
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik – titik menyebar secara acak
dengan tidak ada pola tertentu yang tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan terjadi homokedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam
autokorelasi diantaranya adalah dengan uji Durbin-Watson. Menurut Sunyoto
(2009) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
1) Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2) Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,
3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.9
Hasil Uji Durbin – Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
d im e ns io n0 1 1.000
a 1.000 1.000 .0001182 1.687
a. Predictors: (Constant), X5, X2, X3, X1, X4 b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data diolah peneliti, 2012
Tabel 4.9 menunjukkan hasil autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan
hasil pengujian diperoleh bahwa tidak terjadi autokorelasi antar kesalahan
pengganggu antar periode. Hal ini dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar
1,687. Angka tersebut berada diantara -2 dan +2, artinya bahwa angka DW lebih
besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 < 1,687 < +2). Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.
4. Analisis regresi
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini sudah memenuhi model
yang Best Linear Estimator (BLUE) dan layak untuk pengajuan hipotesis dengan
Tabel 4.10 Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.425E-5 .000 -.400 .692
X1 .717 .000 .161 5173.654 .000
X2 .847 .000 .186 5289.949 .000
X3 3.107 .000 .387 17849.063 .000
X4 .420 .000 .471 10110.039 .000
X5 .998 .000 .488 21404.282 .000
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan Tabel 4.10 pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B
diperoleh model persamaan regresi linier sederhana yaitu:
Y = -2,42 + 0,717 � + 0,847 � + 3,107 � + 0,420 � + 0,998 � + e
Pada undstandardized coefficients, diperoleh α, β1, β2, β3, β4, β5 sebagai
berikut :
a. Nilai B Constatnt (α) = -2,42
Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas
yaitu perbandingan working capital to total assets, retained earnings to total
assets, Earning before interest and tax to total assets, market velue of equity to total liability, sales to total assets, maka perubahan nilai kesehatan yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar -2,42.
b. Nilai � = 0,717 = hasil perbandingan working capital to total assets
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perbandingan
perbandingan working capital to total assets (� ) yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,717 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
c. Nilai � = 0,847
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perbandingan
retained earnings to total assets sebesar 1 satuan, maka perubahan retained earnings to total assets � yang dilihat dari nilai Y akan berkurang 0,847 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
d. Nilai � = 3,107
Koefisien ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan earnings before interest
and tax to total asset sebesar 1 satuan, maka perubahan earnings before interest and tax to total asset (� ) yang dilihat dari nilai Y akan berkurang 3,107 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
e. Nilai � = 0,420
Koefisien ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perbandingan book value
of equity to total liability sebesar 1 satuan, maka perubahan book value of equity to total liability (� ) yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,420 dengan asumsi variabel lain yang dianggap tetap.
f. Nilai � = 0,998
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perbandingan sales
terhadap total assets sebesar 1 satuan, maka perubahan perbandingan sales
terhadap total assets (� ) yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar
4.4 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti meenggunakan analisis regresi berganda,
dengan uji koefisien determinasi. Nilai yang digunakan untuk melihat koefisien
determinasi yaitu Adjusted � . Adjusted � untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variabel dependen.
Berdasarkan hasil dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS,
diperoleh hasi sebagai berikut :
Tabel 4.11 Adjusted � Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
d im e ns io n0 1 1.000 a
1.000 1.000 .0001182 1.687
a. Predictors: (Constant), X5, X2, X3, X1, X4 b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data diolah peneliti, 2012
Dari tabel di atas, dapat dilihat hasil analisis secara regresi menunjukkan R
1,000 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara kesehatan perusahaan
dengan rasio model Z-Score metode Altman mempunyai hubungan sangat erat.
Nilai adjusted R square sebesar 1.000 mengindikasikan bahwa variasi dari
kedua variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 100 %.
Standar Error of Estimate (SEE) adalah 0,0001182 yang mana makin besar SEE akan membuat model regresi kurang tepat dalam memprediksi variabel
independen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu :
4.4.1 Uji t (t-test)
Nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel. Nilai ttabel pada tingkat kesalahan (α) = 5%, dengan derajat kebebasan (df) = (n – k). Banyak observasi (n)
sebanyak 40 banyaknya variabel (bebas dan terikat) sebanyak 6 .. Jadi, df = (40 –
6) = 34. Dengan demikian nilai ttabel adalah sebesar 1,690. Kriteria pengambilan
keputusan dalam uji thitung ini adalah sebagai berikut:
c. Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of significant sebesar 0,05.
d. Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value > level of significant sebesar 0,05.
Tabel 4.12 Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.425E-5 .000 -.400 .692
X1 .717 .000 .161 5173.654 .000
X2 .847 .000 .186 5289.949 .000
X3 3.107 .000 .387 17849.063 .000
X4 .420 .000 .471 10110.039 .000
X5 .998 .000 .488 21404.282 .000
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data diolah peneliti, 2012
Berdasarkan hasil pengujian statistik t pada tabel 4.11 dapat dijelaskan
1. Hubungan perbandingan working capital to total assets dengan kesehatan
a. Nilai signifikansi = 0,000 menunjukkan nilai Sig. untuk uji t individual
(parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian
statistic yang membandingkan antara �ℎ dengan � yaitu
perbandingan working capital to total assets secara parsial memiliki
hubungan dengan kesehatan perusahaan.
b. Variabel pengaruh perandingan working capital to total assets
memiliki �ℎ 5173,654 dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05).
Dengan menggunakan tabel t, diperoleh � sebesar 1,690. Hal ini
menunjukkan �ℎ > � ( 5173,654 > 1,690 ) yang berarti bahwa � diterima � ditolak artinya perbandingan working capital to total
assets secara parsial memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
2. Hubungan perbandingan retained earning total assets dengan kesehatan
perusahaan
a. Nilai signikansi = 0,000 menunjukkan nilai Sig. untuk uji t individual
(parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian
statistik yang membandingkan antara �ℎ dengan � yaitu
perbandingan retained earning to total assets secara parsial memiliki
hubungan dengan kesehatan perusahaan.
b. Variabel pengaruh perbandingan retained earning to total assets
menunjukkan �ℎ > � ( 5289,949 > 1,690 ), yang berarti bahwa � diterima � ditolak artinya perbandingan retained earning to total
assets secara parsial memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Hubungan perbandingan earning before interest and tax to total assets
terhadap kesehatan perusahaan
a. Nilai signikansi = 0,000 menunjukkan nilai Sig. untuk uji t individual
(parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian
statistik yang membandingkan antara �ℎ dengan � yaitu
perbandingan earnings before interest and tax to total assets secara
parsial memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan.
b. Variabel pengaruh perbandingan earnings before interest and tax to
total assets memiliki �ℎ 17849.063 dengan nilai signifikansi 0,000
(< 0,05). Dengan menggunakan tabel t, diperoleh � 1,690. Hal ini
menunjukkan �ℎ > � (17849.063 > 1,690 ), yang berarti
bahwa � diterima � ditolak artinya perbandingan earnings before
interest and tax to total assets secara parsial memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
4. Hubungan perbandingan book value of equity to total liability terhadap
kesehatan perusahaan
a. Nilai signikansi = 0,000 menunjukkan nilai Sig. untuk uji t individual
statistik yang membandingkan antara �ℎ dengan � yaitu
perbandingan book value of equity to total liability secara parsial
memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan.
b. Variabel pengaruh perbandingan book value of equity to total liability
memiliki �ℎ 10110.039 dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05).
Dengan menggunakan tabel t, diperoleh � 1,690. Hal ini
menunjukkan �ℎ > � (10110.039 > 1,690 ), yang berarti
bahwa � diterima � ditolak artinya perbandingan book value of
equity to total liability secara parsial memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
5. Hubungan perbandingan sales to total assets terhadap kesehatan
perusahaan
a. Nilai signikansi = 0,000 menunjukkan nilai Sig. untuk uji t individual
(parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian
statistik yang membandingkan antara �ℎ dengan � yaitu
perbandingan sales to total assets secara parsial memiliki hubungan
dengan kesehatan perusahaan.
c. Variabel pengaruh perbandingan sales to total assets memiliki �ℎ
21404.282 dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05). Dengan
memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.4.2 Uji F (F-test)
Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria yang digunakan dalam
menerima atau menolak hipotesis adalah:
3. Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of significant sebesar 0,05.
4. Ha ditolak apabila F-hitung < F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value > level of significant sebesar 0,05%.
Tabel 4.13 Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 43.677 5 8.735 6.258E8 .000a
Residual .000 34 .000
Total 43.677 39
a. Predictors: (Constant), X5, X2, X3, X1, X4 b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data diolah peneliti, 2012
Hasil uji F pada tabel 4.13 menunjukkan nilai �ℎ sebesar 6,258
dengan signifikansi 0,000 (< 0.05), dan � bernilai 2,36, sehingga nilai �ℎ > � ( 6,28 > 2,36) yang berarti bahwa � diterima � ditolak,
secara simultan memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan makanan dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Penilaian terhadap delapan perusahaan makanan dan minuman periode
2007 s.d 2011 dengan menggunakan metode Altman menunjukkan 12,5%
atau 1 perusahaan dikategorikan bangkrut, sedangkan yang masuk katagori
rawan bangkrut sebanyak 87,5% atau 7 perusahaan dan katagori sehat 12,5%
atau 1 perusahaan .
2. Secara parsial working capital to total assets, retained earning to total assets,
earning before interest and tax to total assets, book value of equity to total liability, sales to total assets memiliki hubungan dengan tingkat kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman yang ditunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,000 < 0,05 setelah dilakukan uji t. Informasi dari hasil perhitungan dengan
metode Altman Z-Score dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil untuk kebaikan perusahaan.
3. Perbandingan working capital to total assets, retained earning to total assets,
nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 setelah dilakukan uji
F.
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan – keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini sebagai
berikut
1. Faktor-faktor diluar rasio keuangan seperti kondisi ekonomi, politik dan
lain-lain tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena kesulitan
pengukurannya.
2. Periodisasi data yang terbatas hanya lima tahun , kemampuan memprediksi
akan lebih baik apabila digunakan periodisasi data yang panjang.
5.3 Saran
1. Prediksi kebangkrutan perusahaan tidak hanya dilakukan dengan
menggunakan rasio keuangan model Altman Z-Score, tetapi juga harus
memperhatikan faktor lain, baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun
luar perusahaan seperti kondisi ekonomi, politik dan lain lain.Bila faktor-
faktor dapat diukur dengan baik, maka akan diperoleh tingkat prediksi
kebangkrutan yang lebih akurat.
2. Sehubungan dengan kondisi keuangan perusahaan, manajemen perlu tetap
berhati – hati dalam mengelola dan menjalankan operasi perusahaan dengan
melakukan perbaikan kinerja perusahaan guna menghindari terjadinya
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah periodisasi data yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian laporan Keuangan
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2002:63), laporan
keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai
perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi
ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan
risiko perusahaan, selain itu laporan keuangan juga menunjukkan kinerja
keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Menurut PSAK No. 1, Laporan keuangan terdiri atas :
a. Neraca
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu seperti yang tertera dalam neraca, yaitu pada tanggal pelaporan, jadi
kondisi yang dijelaskan pada neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu. Neraca
terdiri atas hak (sumber daya) perrtusahaan dan kewajiban (asal sumber daya)
perusahaan. Akun – akun neraca dicatat berdasarkan akrual, artinya transaksi
dicatat jika telah terjadi perpindahan hak dan kewajiban, meskipun kasnya belum
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan
pendapataan dan biaya selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan.
SAK menyebutkan laba rugi memberikan gambaran kinerja operasional
perusahaan yang dicatat dengan dasar akrual.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama
periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan, meliputi arus kas dari/untuk
kegiatan operasional, kas dari/untuk kegiatan investasi serta kas dari/untuk
kegiatan pendanaan.
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan,
agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik
yang melekat pada perusahaan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan
akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap – tiap akun neraca dan laba rugi.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan
Pada dasarnya analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk
mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat
kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio
keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial yang sangat
datang. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan
gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh
suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan
untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan
suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor,
kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
Menurut Kasmir (2008:25) arti penting analisis laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan serta
dividen yang diperolehnya,
2. Bagi manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu.
3. Bagi kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh
pinjaman dan kemampuan membayar pinjaman.
4. Bagi pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung
perusahaan tersebut, dan untuk persetujuan untuk go public.
5. Bagi investor, untuk menilai prospek usaha tersebut kedepan, apakah mampu
memberikan dividend an nilai saham seperti yang diinginkan.
Menurut Munawir (2010:35) analisis laporan keuangan terdiri dari
penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan
(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan
perusahaan tersebut. Menurut Soemarso (2006:430), analisis laporan keuangan
yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu
fenomena.
Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan
pos-pos keuangan pada laporan tahunan berjalan dengan pos-pos-pos-pos terkait pada periode
sebelumnya. Analisis laporan keuangan juga digunakan secara luas untuk
memeriksa keterkaitan dalam laporan keuangan. Sama halnya dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Harahap (2010 : 189) tentang pengertian analisis laporan
keuangan dapat disimpulkan sebagai sebuah uraian tentang pos-pos dalam laporan
keuangan secara lebih detail. Uraian ini berguna untuk melihat hubungan yang
signifikan antara satu pos dengan pos lainnya. Dari uraian itu diharapkan dapat
diambil kesimpulan.
Analisis laporan keuangan juga mengurangi ketergantungan pada firasat,
tebakan dan intuisis dalam pengambilan keputusan, serta mengurangi
ketidakpastian analisis bisnis. Secara legkap menurut Harahap (2004 : 195)
manfaaat analisis laporan keuangan sebagai berikut :
a. Dapat memberikan dan menggali informasi yang tidak tampak secara kasat
mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan
keuangan (implicit).
b. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang
diperoleh dari luar perusahaan.
c. Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi dan
d. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu
yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
e. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan standart industri normal atau standar ideal.
f. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur
keuangan.
g. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan perusahaan di
masa yang akan datang.
h. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan
Untuk membantu pengguna dalam menganalisis laporan keuangan, tersedia
beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik, salah satu
alat bantu yang digunakan adalah analisis rasio. Rasio memperlihatkan hubungan
antara satu jumlah dengan jumlah lainnya.
Sama dengan pendapat yang dikemukakan Jumingan (2006 : 118) rasio
dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan
antara suatu unsur dengan unsur lainnya yang dinyatakan dalam bentuk sistematis.
Perbandingan rasio ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbandingan
internal dan perbandingan eksternal (Harahap (2009 : 227)).
Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio
membandingkan rasio dari setiap periode yang ada, maka akan terlihat
kecenderungan apakah rasio tersebut bergerak meningkat atau menurun, dari
analisi tersebut dapat menunjukkan kinerja dan kondisi perusahaan. Sedangkan
perbandingan eksternal yaitu membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan
rasio keuangan lainnya yang sejenis atau rata-rata industri pada titik yang sama.
Namun terdapat masalah dalam pemakain analisis rasio karena
masing-masing rasio memiliki kegunaan dam memberikan indikasi yang berbeda
mengenai keadaan keuangan perusahaan. Menurut Harahap (2009:298)
kelemahan-kelamahan dari analisis rasio sebagai berikut :
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan
kesulitan dalam perhitungannya.
d. Jika dua perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama, sehingga jika diperbandingkan akan menimbulkan
kesalahan.
Disamping memiliki kelemahan, analisis rasio juga memiliki keunggulan ,
diantaranya sebagai berikut :
a. Lebih mudah dibaca dan ditafsirkan
b. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
d. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
e. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa akan
datang.
2.1.4Kebangkrutan Perusahaan
2.1.4.1Pengertian Kebangkrutan Perusahaan
Salah satu aspek pentingnya analisis laporan keuangan dari sebuah
perusahaan adalah manfaatnya untuk meramalkan kelangsungan hidup
perusahaan. Prediksi ini sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan
untuk mengantisipasi kemungkinan kebangkrutan.
Kebangkrutan ini dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban keuangannnya pada saat jatuh tempo. Kebangkrutan
diartikan sebagai kegagalan yang didefenisikan dalam beberapa pengertian
menurut Martin dalam Fakhrurozie (2007:15) :
1) Kegagalan ekonomi (Economy failure)
Kegagalan dalam arti ekonomi jika perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan perusahaaan tidak menutup biayanya sendiri, tingkat laba kecil
dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari
pada biaya modal.
2) Kegagalan Keuangan (Financial failure)
Kegagalan keuangan diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara