• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I 5 Multi Bintang Indonesia

Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food

(2)

LAMPIRAN II Total Liability

No Nama Perusahaan Kode Total Liability

2007 2008 2009 2010 2011 5 Multi Bintang Indonesia

Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food

(3)

Lampiran III Current Assets

No Nama Perusahaan Kode Current Assets

2007 2008 2009 2010 2011 5 Multi Bintang Indonesia

Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food

(4)

Lampiran IV Current Liability

No Nama Perusahaan Kode Current Liability

2007 2008 2009 2010 2011 5 Multi Bintang Indonesia

Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food

(5)

Lampiran V Working Capital

No Nama Perusahaan Kode Working Capital

2007 2008 2009 2010 2011 5 Multi Bintang Indonesia

Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food

(6)

Lampiran VI Retained Earnings

No Nama Perusahaan Kode Retained Earnings

2007 5 Multi Bintang Indonesia

Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food

(7)

Lampiran VII

Earning Before Interest and Tax (EBIT)

No Nama Perusahaan Kode Earning Before Interest and Tax (EBIT) 2007 5 Multi Bintang Indonesia

Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food

(8)

Lampiran VIII 5 Multi Bintang Indonesia

Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food

(9)

Lampiran IX 5 Multi Bintang Indonesia

Tbk MLBI 7 Tiga Pilar Sejahtera Food

(10)

Lampiran X

Working Capital to Total Assets (X1)

No Nama Perusahaan Kode Working Capital to Total Assets (X1) 2007

2008 2009 2010 2011

1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.1964

0.5806 0.5241 0.3044 0.3062

2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0.5552

0.5737 0.6347 0.6725 0.6917 3 Indofood Sukses Makmur INDF -0.0363

-0.0490 0.0448 0.2162 0.2178

4 Mayora Indah Tbk MYOR 0.1881

0.2634 0.2354 0.2365 0.2797 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI -0.2545

-0.0386 -0.2926 -0.0306 -0.0031

6 Siantar Top Tbk STTP 0.1718

0.0800 0.1380 0.1859 0.0113 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA -0.0354

-0.0454 0.0475 0.0763 0.2269

8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.4199

(11)

Lampiran XI

Retained Earning to Total Assets (X2) No Nama Perusahaan Kode

Retained Earning to Total Assets (X2)

2007 2008 2009 2010 2011

1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.0563

-0.0111 0.0753 0.0538 0.1726

2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0.8183

0.7951 0.6375 0.7658 0.7463 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0.1683

0.1346 0.1731 0.1912 0.2043

4 Mayora Indah Tbk MYOR 0.3363

0.2745 0.3422 0.3447 0.2858 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0.2814

0.3413 0.0829 0.3943 0.4155

6 Siantar Top Tbk STTP 0.3601

0.4231 0.4979 0.4865 0.3835 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.2018

-0.1291 -0.0694 -0.0093 0.0303

8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.1286

(12)

Lampiran XII

EBIT to Total Assets (X3)

No Nama Perusahaan Kode EBIT to Total Assets (X3) 2007

2008 2009 2010 2011

1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.0589

0.0701 0.1233 0.0474 0.1582

2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0.1125

0.1686 0.2341 0.2723 0.2943 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0.0687

0.0657 0.1006 0.1149 0.1185

4 Mayora Indah Tbk MYOR 0.1108

0.0938 0.1552 0.1497 0.0949 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0.211

0.3335 0.4756 0.5225 0.5574

6 Siantar Top Tbk STTP 0.0449

0.0059 0.0726 0.0711 0.0646 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.048

0.0521 0.0389 0.0486 0.0516

8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.0287

(13)

Lampiran XIII

Book Value of Equity to Total Liability (X4)

No Nama Perusahaan Kode Book Value of Equity to Total Liability (X4) 2007

2008 2009 2010 2011

1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.555

0.6343 1.1298 0.5700 0.9683

2 Delta Djakarta Tbk DLTA 3.485

2.9818 3.6704 5.1496 4.6493 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0.3827

0.3243 0.6227 1.1084 1.4384

4 Mayora Indah Tbk MYOR 1.378

0.7563 0.9998 0.8648 0.5807 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0.4663

0.5764 0.1185 0.7081 0.7679

6 Siantar Top Tbk STTP 2.2579

1.3802 2.8050 2.2153 1.1020 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.7922

0.6241 0.4666 0.4381 1.0429

8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 1.5668

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Subramayam, K.R dan John J.W, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Sepuluh, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.

Ray, Sarbapriya, 2011. “Assessing Corporate Financial Distress in Automobile Industry of India: An Application of Altman’s Model”, Research Journal of Finance and Accounting, Vol. 2 No.3, Hal 155 – 169.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Darsono, 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, PT Andi, Jogjakarta.

Siregar, Putri Nanda, 2011. Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Dengan Metode Altamn Z-Score Pada Perusahaan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sanusi, Anwar, 2011. Metodologi Penelitian Bisnis, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Safri, 2006, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Endri, Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman’s Z-Score, ISSN 1978-9017, Hal 34-50.

Nugroho, Mokhamad Iqbal, 2012. Analisis Prediksi Financial Distress Dengan Menggunakan Model Almant Z-Score Modifikasi 1995 (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2008, Universitas Diponegoro, Semarang.

Jumingan, 2006, Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.

(15)

BAB III

Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Sanusi, Anwar (2008 : 13) menyimpulkan desain penelitian merupakan

cetak biru bagi peneliti yang perlu disusun terlebih dahulu sebelum peneliti

melaksanakan penelitian dengan harapan dapat memberikan petunjuk atau arahan

yang sistematis tentang kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, kapan dilakukan,

dan bagaimana cara mlakukannya.

Penelitian ini bertujuan menguji rasio keuangan untuk mengetahui tingkat

kesehatan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta, dengan rancangan penelitian sebagai berikut :

1. Dilihat dari tingkat ekspansinya, penelitian ini merupakan penelitian asosiatif

dengan hubungan kausal, karena penelitian ini menjelaskan hubungan sebab

akibat dalam bentuk pengaruh variable melalui pengujian hipotesis.

2. Dilihat dari jenis data, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

data kontinyu dalam bentuk rasio, yang jarak datanya sama dan nilainya tidak

mutlak.

3. Dilihat dari metode pengumpulan data, penelitian ini berupa studi

(16)

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan cirri-ciri

tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan (Sanusi, 2011 : 87).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

digolongkan kepada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar (listing) di

Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 yang berjumlah

15 perusahaan.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan data dengan

batasan-batasan dan tujuan tertentu yang diharapkan dari penelitian ini. Pelaksanaan

pengambilan sampel secara purposive ini yaitu dengan menentukan terlebih

dahulu apa kriteria-kriteria sampel yang akan diambil. Kemudian menetapkan

berdasarkan pertimbangan sebagai anggota populasi menjadi sampel penelitian.

Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman

tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010,

2011.

2. Perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman

tersebut tidak didelisting pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011.

3. Perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman

tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan memiliki laba yang

(17)

Tabel 3.1

Daftar Populasi Perusahaan

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 ADES Akasha Wira Internasional Tbk √ √ X -

2 AQUA Aqua Golden Missipi Tbk √ X √ -

3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ 1

4 DAVO Davomas Abadi Tbk √ √ X -

5 DLTA Delta Djakarta Tbk √ √ √ 2

6 FAST Indofood CBP Sukses makmur Tbk √ X X -

7 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ 3

8 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ √ 4

9 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ 5

10 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk √ X X -

11 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ X -

12 SKBM Sekar Bumi Tbk √ X X -

13 SKLT Sekar Laut Tbk √ √ X -

14 STTP Siantar Top Tbk √ √ √ 6

15 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ 7

16 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk √ √ √ 8

Dari 16 populasi perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek, yang memenuhi kriteria sebagai sempel

(18)

Tabel 3.2

Daftar Sampel Perusahaan

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain

(Sanusi, Anwar 2011 : 104). Sumber data dan penulisan pada skripsi ini dari

berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung

penelitian. Sedangkan untuk data yang diolah diambil dari Indonesian Capital

Market Directory (ICMD) dan situs www.idx.co.id berupa laporan keuangan yang dipublikasikan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan perusahaan

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ 1

2 DLTA Delta Djakarta Tbk √ √ √ 2

3 INDF Indofood Sukses Makmur √ √ √ 3

4 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ √ 4

5 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ 5

6 STTP Siantar Top Tbk √ √ √ 6

7 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ 7

(19)

dari tahun 2008 sampai dengan 2011 yang digunakan sebagai sampel dari

Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.5.1 Defenisi Operasional

Agar hasil dari penelitian ini seperti yang diharapkan, maka perlu

diketahui unsur-unsur yang menjadi dasar dari penelitian ilmiah yang terdapat

pada operasionalisasi variabel. Secara rinci, berikut operasionalisasi variabel

penelitian ini

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari aktiva perusahaan

Retained Earnings to Total Assets

Rasio

X Rasio ini menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum bunga dan pajak mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang

Book Value of Equity to Total Liabilities

Rasio

X Merupakan rasio aktivitas yang juga dapat mendeteksi kemampuan dana perusahaan

yang tertanam dalam

keseluruhan aktiva berputar

Sales to Total Assets

(20)

3.5.2 Pengklasifikasian Variabel

3.5.2.1 Variabel bebas ( independent variable )

Variabel bebas yaitu variabel yang keberadaanya dapat mempengaruhi

perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif

bagi variabel dependen. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini

berupa :

X1 =

X2 = ℎ

X3 = � �

juga digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilakn revenue. � Dari data laporan keuangan

(21)

X4 = � � ℎ �

X5 = �

3.5.2.2 Variabel terikat ( dependent variable )

Variabel terikat yaitu variabel keberadaannya yang dipengaruhi oleh

besarnya variabel independen. Variabel dependent pada penelitian ini berupa

kesehatan perusahaan, berupa nilai Z-Score.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan analisis statistik yang menggunakan software statistik SPSS versi

18. Metode dan teknik yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

3.6.1 Pengujian asumsi klasik

3.6.1.1 Uji Normalitas

Menurut (Ghozali, 2005 : 160) uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah variabel independen dan dependen berdistribusi normal. Ada dua cara

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis

grafik dan uji statistik.

1. Analisis grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan

melihat histogral dari residualnya, dimana jika data menyebar disekitar

(22)

2. Analisis Statistik

Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji

statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan

rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal

berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:

a) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data

adalah tidak normal,.

b) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data

adalah normal (Ghozali, 2005 : 165).

3.6.1.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali, 2005 : 110). Autokorelasi

muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama

lainnya. Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson

(DW-test).Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi yaitu :

1) DW < -2 berarti ada autokorelasi positif

2) -2 > DW <2 berarti tidak ada autokorelasi

3) DW > +2 berarti ada autokorelasi negatif

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2005 : 139) uji ini bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke

(23)

dengan mengamati Grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan

residualnya. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas ( Ghozali, 2005

: 139).

3.7 Pengujian Hipotesis

Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.

Analisis regresi ini digunakan untuk memperkirakan atau meramalkan hubungan

antara dua variabel dengan membuat sebuah asumsi kedalam suatu bentuk fungsi

tertentu. Untuk menguji apakan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,

digunakan uji F (F-test) dan uji t (t-test).

3.7.1 Analisis regresi berganda

Model regresi yang digunakan yaitu :

Y = α + β1(X1) + β2(X2) + β3(X3) + β4(X4) + β5(X5) + e

Keterangan :

Y = Variabel dependen (kesehatan perusahaan) α = Konstanta

(24)

X1 = working capital / total assets.

X2 = retained earning / total assets.

X3 = earning before interest and tax / total assets.

X4 = book value of equity / total liability.

X5 = sales / total assets.

e = variabel pengganggu

3.7.2 Uji t (t-test)

Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2005 : 178). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau

menolak hipotesis adalah:

a. Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of significant sebesar 0,05.

b. Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value > level of significant sebesar 0,05.

3.7.3 Uji F (F-test)

Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap varibel dependen (Ghozali, 2005 : 177). Kriteria yang

(25)

1. Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of significant sebesar 0,05.

(26)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rasio Keuangan Metode Altman

Objek penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana jumlah seluruh perusahaan tersebut 15

perusahaan. Dari keseluruhan perusahaan kemudian diambil sampel dengan

ketentuan tertentu maka didapat 8 perusahaan. Berikut tabel data rasio keuangan

menurut Altman untuk tahun 2007 sampai dengan 2011 :

4.1.1 Working Capital to Total Asset

Rasio ini menunjukkan modal kerja bersih dari keseluruhan aktiva yang

dimiliki. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi

masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya

aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya,

perusahaan dengan modal kerja bersih yang positif jarang menghadapi kesulitan

keuangan. Hasil perhitungan Working Capital to Total Assets disajikan pad tabel

(27)

Tabel 4.1

Working Capital to Total Assets Tahun 2007 – 2011

No Nama Perusahaan Kode Working Capital to Total Assets (X1)

2007

2008 2009 2010 2011

1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.1964

0.5806 0.5241 0.3044 0.3062 2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0.5552

0.5737 0.6347 0.6725 0.6917 3 Indofood Sukses Makmur INDF -0.0363

-0.0490 0.0448 0.2162 0.2178 4 Mayora Indah Tbk MYOR 0.1881

0.2634 0.2354 0.2365 0.2797 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI -0.2545

-0.0386 -0.2926 -0.0306 -0.0031 6 Siantar Top Tbk STTP 0.1718

0.0800 0.1380 0.1859 0.0113 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA -0.0354

-0.0454 0.0475 0.0763 0.2269 8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.4199

0.2264 0.2428 0.2382 0.1452

Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan perusahaan dengan rasio X

terendah yang mengindentifikasikasikan bahwa perusahaan tersebut tingkat

likuidasinya paling rendah diantara perusahaan-perusahaan lainnya dalam

kelompok kemungkinan karena adanya kerugian usaha yang dilakukan

perusahaan.

Dan selama tahun 2007 sampai 2011 Multi Bintang Indonesia Tbk tercatat

sebagai perusahaan yang ilikuid karena jumlah hutang lebih besar dibandingkan

dengan jumlah aktivanya.

Selama lima tahun berturut-turut mean Working Capital to Total Assets

(28)

4.1.2 Retained Earning to Total Assets

Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi Umur

perusahaan berpengaruh terhadap rasio ini karena semakin lama perusahaan

beroperasi maka memungkinkan untuk mempelancar akumulasi laba ditahan.

Berikut ini hasil perhitungan Retained earning to Total Assets Ratio X

disajikan pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Retained Earnings to Total Asets Tahun 2007 - 2011

No Nama Perusahaan Kode

Retained Earning to Total Assets (X2)

2007 2008 2009 2010 2011

1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.0563 -0.0111 0.0753 0.0538 0.1726 2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0.8183 0.7951 0.6375 0.7658 0.7463 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0.1683 0.1346 0.1731 0.1912 0.2043 4 Mayora Indah Tbk MYOR 0.3363 0.2745 0.3422 0.3447 0.2858 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0.2814 0.3413 0.0829 0.3943 0.4155 6 Siantar Top Tbk STTP 0.3601 0.4231 0.4979 0.4865 0.3835 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.2018 -0.1291 -0.0694 -0.0093 0.0303 8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.1286 0.2950 0.3175 0.3245 0.3402

Bila dibandingkan dengan perusahaan Makanan dan Minuman yang

lainnya, Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan perusahaan yang sering

memiliki rasio X bernilai negatif, hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut

tidak membukukan laba ditahan melainkan mengakumulasikan rugi ditahan. Hal

(29)

ditahan sangatlah rendah bila dibandingakan dengan perusahaan lain. Rugi

ditahan yang rendah kemungkinan disebabkan penghasilan yang diterima rendah

dan tidak mampu menutupi biaya yang menjadi tanggungannya.

Indofood Sukses Makmur Tbk dan Ultra Jaya Milk Tbk selama lima tahun

berturut-turut mengalami kenaikan pada rasio X . Hal ini mengindentifikasikan

bahwa selama lima tahun tersebut selalu mengalami kenaikan laba ditahan.

4.1.3 Earnings Before Interest and Tax to Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan mengahasilkan laba dari

aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bungan dan pajak. Rasio ini dapat

digunakan untuk mengukur produktivitas sebenarnya dari aktiva perusahaan.

Semakin besar tingkat profitabilitas berarti semakin besar pula tingkat efisien dan

efektif perusahaan dalam menggunakan aktivanya, begitu juga sebaliknya.Berikut

ini hasil perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (� )

(30)

Tabel 4.3

Earning Before Interest and Tax to Total Assets Tahun 2007 – 2011

No Nama Perusahaan Kode EBIT to Total Assets (X3)

2007

2008 2009 2010 2011

1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0,0589

0,0701 0,1233 0,0474 0,1582 2 Delta Djakarta Tbk DLTA 0,1125

0,1686 0,2341 0,2723 0,2943 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0,0687

0,0657 0,1006 0,1149 0,1185 4 Mayora Indah Tbk MYOR 0,1108

0,0938 0,1552 0,1497 0,0949 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0,211

0,3335 0,4756 0,5225 0,5574 6 Siantar Top Tbk STTP 0,0449

0,0059 0,0726 0,0711 0,0646 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0,048

0,0521 0,0389 0,0486 0,0516 8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0,0287

0,1564 0,0567 0,1011 0,0720

Perusahaan dengan X terendah adalah Siantar Top Tbk pada tahun 2008,

hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya

secara efektif.

Perusahaan dengan X tertinggi adalah Multi Bintang Indonesia Tbk. Hal

ini mengindentifikasikan bahwa perusahaan tersebut lebih tinggi tingkat

produktivitasnya dibandingkan dengan perusahaan lain dalam sektor perusahaan

Makanan dan Minuman. Rata-rata perusahaan Makanan dan Minuman,

produktivitas aktiva yang digunakannnya untuk menghasilkan laba usaha

(31)

4.1.4 Book Value of Equity to Total Debt

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan

dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan

perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari

modal biasa dan saham prefer, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan

hutang jangka panjang. Berikut ini adalah perhitungan Book value of Equity to

Total Debt

Tabel 4.4

Book Value of Equity to Total Liability Tahun 2007 – 2011

No Nama Perusahaan Kode

Book Value of Equity to Total Liability (X4)

2007 2008 2009 2010 2011

1 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0.555 0.6343 1.1298 0.5700 0.9683 2 Delta Djakarta Tbk DLTA 3.485 2.9818 3.6704 5.1496 4.6493 3 Indofood Sukses Makmur INDF 0.3827 0.3243 0.6227 1.1084 1.4384 4 Mayora Indah Tbk MYOR 1.378 0.7563 0.9998 0.8648 0.5807 5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0.4663 0.5764 0.1185 0.7081 0.7679 6 Siantar Top Tbk STTP 2.2579 1.3802 2.8050 2.2153 1.1020 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.7922 0.6241 0.4666 0.4381 1.0429 8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 1.5668 1.9496 2.2142 1.8443 1.8056

Perusahaan dengan X terendah adalah Multi Bintang Indonesia Tbk pada

tahun 2009, yang memeliki indikasi bahwa perusahaan tersebut

(32)

mengalami peningkatan, sedangkan untuk laba ditahannya mengalami penurunan

pada tahun 2008, sehingga ketergantungan perusahaan terhadap sumber eksternal

guna mendanai aktivanya yang berasal dari kreditur tinggi.

Perusahaan dengan X tertinngi adalah Delta Djakarta Tbk pada tahun

2010 sebesar 5.1496. Hal ini berarti perusahaan tersebut pada tahun 2010

mengakumulasikan hutang terhadap modal sendiri lebih dibandingkan dengan

perusahaan lainnya.

4.1.5 Sales to Total Assets

Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis

yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini

mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva

perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. Berikut tabel

perhitungan Sales to Total Assets

Tabel 4.5 Sales to Total Assets

Tahun 2007 – 2011

No Nama Perusahaan Kode

Sales to Total Assets (X5)

2007 2008 2009 2010 2011

(33)

6 Siantar Top Tbk STTP 1.1602 0.9963 1.1429 1.1746 1.0994 7 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0.6102 0.4810 0.3958 0.3641 0.4882 8 Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 0.8268 0.7927 0.9315 0.9371 0.9648

Perusahaan dengan X terendah adalah Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada

tahun 2009 sebesar 0,3641 hal ini berarti kurang efektinya perusahaan dalam

penggunaan aktivanya untuk meningkatkan penjualan dibandingkan dengan

perusahaan lainnya selama tahun 2007 – 2009.

Perusahaan dengan X selama tahun 2007 – 2009 adalah Cahaya Kalbar

Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai tingkat

efektivitas tertinggi dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan penjualan

bila dibandingkan dengan perusahaan lain.

4.2 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Makanan dan Minuman yang

Terdaftar di Bursa efek Indonesia Tahun 2008 – 2011 Metode Altman

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 sampai

dengan 2011. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, didapat 8 perusahaan yang

memenuhi syarat untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Sampel sebanyak 8 perusahaan tersebut terlebih dahulu dihitung nilai

Z-Score Altman dengan rumus :

(34)

X1 =

X2 = �

X3 = � �

X4 = � �

X5 =

Setelah nilai Z-Score masing-masing perusahaan diketahui kemudian

perusahaan tersebut dikelompokkan kepada katagori financial bankcruption, gray

area, atau non financial bankcruption, dengan interval :  Z’ > 2,90 : termasuk perusahaan sehat

 Z’ < 1,23 : termasuk perusahaan bangkrut

 1,23 < Z’ < 2,90 : termasuk rawan bangkrut

(35)

Tabel 4.6 Nilai Z-Score Altman

Nama Perusahaan

2007 2008 2009 2010 2011

Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi

Cahaya Kalbar Tbk 1.926 Rawan

Bangkrut 4.1274 Sehat 3.3948 Sehat 1.4934

Rawan

bangkrut 2.7647

Rawan bangkrut

Delta Djakarta Tbk 3.645 Sehat

3.8239 Sehat 4.2360 Sehat 4.9114 Sehat 4.8037 Sehat

Indofood Sukses Makmur 1.427 Rawan

Bangkrut 1.3971

Multi Bintang Indonesia Tbk 2.479 Rawan

Bangkrut 2.9451 Sehat 3.0115 Sehat 3.8041 Sehat 3.9235 Sehat

Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1.236 Rawan

Bangkrut 0.7622 Bangkrut 0.6873 Bangkrut 0.7452 Bangkrut 1.2739

(36)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Katagori Perusahaan Bangkrut

Berdasarkan Tabel 4.6, pada tahun 2007, dan tahun 2011 tidak terdapat

perusahaan yang diprediksi mengalami kebangkrutan. Tetap pada tahun 2008,

2009 dan 2010 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk diprediksi bangkrut dengan

nilai Z-Score 0,7622 pada tahun 2008, 0,6873 pada tahun 2009 dan 0,7452 pada

tahun 2010.

2. Katagori Perusahaan rawan Bangkrut

Berdasarkan tabel 4.6 sebanyak 60% perusahaan makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia rata-rata termasuk perusahaan rawan

bangkrut, dimana setiap tahun selalu ada perusahaan yang terkatagorikan kepada

perusahaan rawan bangkrut, dan ada satu perusahaan pada empat tahun berturut

mulai tahun 2007 sampai dengan 2011 selalu masuk dalam wilayah gray area

yaitu Ultra Jaya Milk Tbk.

Pada tahun 2007, perusahaan yang berada dalam kondisi rawan bangkrut

adalah sebesar 87,5% atau 7 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi

masuk katagori rawan bangkrut pada tahun 2007 adalah Delta Djakarta Tbk,

Indofood Sukses Makmur Tbk, Mayora Indah Tbk, Multi Bintang Tbk, Siantar

Top Tbk, Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dan Ultra Jaya Tbk.

Pada tahun 2008, persentase perusahaan yang ada dala kondisi rawan

(37)

diprediksi masuk katagori rawan bangkrut pada tahun 2008 adalah Indofood

Sukses Makmur Tbk, Mayora Indah Tbk, Siantar Top Tbk, Ultra Jaya Milk Tbk.

Pada tahun 2009, persentase perusahaan yang ada dala kondisi rawan

bangkrut adalah 37,5% atau 3 perusahaan yaitu Indofood Sukses Makmur Tbk,

Mayora Indah Tbk, Ultra Jaya Milk Tbk.

Pada tahun 2010, persentase perusahaan yang ada dala kondisi rawan

bangkrut adalah sebesar 50% atau 4 perusahaan. Perusahaan – perusahaan yang

diprediksi masuk dalam katagori rawan bangkrut pada tahun 2010 adalah Cahaya

Kalbar Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Siantar Top Tbk, dan Ultra Jaya Milk

Tbk.

Pada tahun 2011, persentase perusahaan yang ada dala kondisi rawan bangkrut adalah sebesar 75% atau 6 perusahaan. Perusahaan – perusahaan yang diprediksi

masuk dalam katagori rawan bangkrut pada tahun 2011 adalah Cahaya Kalbar

Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Mayora Indah Tbk, Siantar Top Tbk, Tiga

Pilar Sejahtera Food Tbk dan Ultra Jaya Milk Tbk.

3. Katagori Perusahaan Sehat

Berdasarkan tabel 4.6 perhitungan prediksi Z-Score tersebut sebanyak

12,5% atau 4 perusahaan yang termasuk dalam katagori “sehat” pada tahun 2007.

Perusahaan yang terklarifikasi sehat yaitu Delta Djakarta.

Pada tahun 2008, persentase perusahaan yang berada dalam sehat adalah

(38)

katagori sehat pada tahun 2008 adalah Cahaya Kalbar Tbk, Delta Djakarta Tbk,

Multi Bintang Indonesia Tbk.

Pada tahun 2009, persentase perusahaan yang berada dalam sehat adalah

sebesar 50% atau 4 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi masuk

katagori sehat pada tahun 2009 adalah Cahaya Kalbar Tbk, Delta Djakarta Tbk,

Multi Bintang Indonesia Tbk, Siantar Top Tbk.

Pada tahun 2010, persentase perusahaan yang berada dalam sehat adalah

sebesar 37,5% atau 3 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi masuk

katagori sehat pada tahun 2010 adalah Delta Djakarta Tbk, Mayora Indah Tbk,

Multi Bintang Indonesia Tbk, Siantar Top Tbk.

Pada tahun 2011, persentase perusahaan yang berada dalam sehat adalah

sebesar 25% atau 2 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi masuk

katagori sehat pada tahun 2011 adalah Delta Djakarta Tbk, Multi Bintang

Indonesia Tbk,.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk

menggambarkan data secara murni, meliputi nilai minimum, nilai maksimum,

(39)

Tabel 4.7 Statistik Deskriptif

Sumber : Data diolah peneliti, 2012

Berdasarkan data dari tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa :

a. Variabel kesehatan perusahaan (Y) memiliki sampel (N) sebanyak 40,

dengan nilai minimum 0,6873 nilai maksimum 4,9114 dan mean (nilai

rata-rata) 2,5611. Standar deviation (simpangan baku) variabel ini 1,0582.

b. Variabel pebandingan Working Capital to Total Assets (� ) memiliki

sampel (N) sebanyak 40, dengan nilai minimum -0,2926, nilai maksimum

0,6917 dan mean 0,2036. Standar deviation (simpangan baku) variabel ini

0.2381.

c. Variabel pebandingan Retained earning to Total Assets (� ) memiliki

sampel (N) sebanyak 40, dengan nilai minimum -0,1291, nilai maksimum

0,8183 dan mean 0,2915. Standar deviation (simpangan baku) variabel ini

0,2328

d. Variabel pebandingan Earnings before interest and tax to Total Assets

(� ) nilai minimum 0,5574. Nilai maksimum 0,6917 dan mean 0,1406.

Standar deviation (simpangan baku) variabel ini 0,1317. Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Y 40 .6873 4.9114 2.561115 1.0582639

X1 40 -.2926 .6917 .203653 .2381906

X2 40 -.1291 .8183 .291537 .2328128

X3 40 .0059 .5574 .140642 .1317459

X4 40 .1185 5.1496 1.434790 1.1877775

X5 40 .3641 3.2428 1.130830 .5179053

(40)

e. .Variabel pebandingan book of value of equity tototal liability (� ) nilai

minimum 0,1185. Nilai maksimum 5,1496 dan mean 1,4347. Standar

deviation (simpangan baku) variabel ini 1,187.

f. Variabel pebandingan Sales to Total Assets (� ) nilai minimum 0,3641.

Nilai maksimum 3,2428 dan mean 1,1308. Standar deviation (simpangan

baku) variabel ini 0,5179..

4.3.2 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ,

variabel penganggu atau residual distribusi normal. Uji normalitas dilakukan

dengan dua cara yaitu analisis grafik dan statistik.

1) Analisis grafik

Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram

dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola normal. Pada

grafik histogram, data normal ditunjukkan oleh data yang tidak menceng ke kiri

atau menceng ke kanan,

Pada grafik PP Plot, data yang normal apabila titik-titik datanya tidak

menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan di sekitar garis diagonal. Hasil uji

normalitas dengan menggunakan grafik histogram dan normal probability adalah

(41)

Gambar 4.1 Histogram Sumber : Data diolah peneliti, 2012

Pada grafik histogram terlihat bahwa variabel berdistribusi normal hal ini

(42)

Gambar 4.2 Grafik P-Plot Sumber : Data diolah peneliti, 2012

Hasil uji normalitas menggunakan scatter plot menunjukkan bahwa titik

pada scatterplot mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data

berdistribusi normal.

2) Analisis statistik

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak dilihat dengan

seksama, secara visual keliatan normal, padahal secara statistic bisa sebaliknya..

Sehingga perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan statistik.

Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk

(43)

(2005:115), memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data

mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji

Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat dari :

a) Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data tidak

normal.

b) Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data

normal.

Tabel 4.8

Uji Kolmogorov – Smirnov

Sumber : Data diolah Peneliti, 2012

Berdasarkan uji statistik dengan model Kolmogorov – Smirnov seperti yang terdapat pada tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi

normal karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov 0,882 lebih

besar dari 0,05.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .00011032

Most Extreme Differences Absolute .093

Positive .093

Negative -.059

Kolmogorov-Smirnov Z .586

Asymp. Sig. (2-tailed) .882

(44)

b. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2005) menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regrei terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau

pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yang homoskesdatisitas.

Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan

melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data dengan SPSS.

Menurut Ghozali (2005) pengambilan keputusan adalah dengan melihat pola

tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah

terjadi heterokedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heterokedastisitas.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah

terjadi gejala heterokedastisitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran

(45)

Gambar 4.3 Scatterplot Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2012

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik – titik menyebar secara acak

dengan tidak ada pola tertentu yang tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0

pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan terjadi homokedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada

korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada

(46)

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam

autokorelasi diantaranya adalah dengan uji Durbin-Watson. Menurut Sunyoto

(2009) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:

1) Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,

3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.9

Hasil Uji Durbin – Watson

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

d im e ns io n0 1 1.000

a 1.000 1.000 .0001182 1.687

a. Predictors: (Constant), X5, X2, X3, X1, X4 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data diolah peneliti, 2012

Tabel 4.9 menunjukkan hasil autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan

hasil pengujian diperoleh bahwa tidak terjadi autokorelasi antar kesalahan

pengganggu antar periode. Hal ini dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar

1,687. Angka tersebut berada diantara -2 dan +2, artinya bahwa angka DW lebih

besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 < 1,687 < +2). Jadi dapat disimpulkan

bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.

4. Analisis regresi

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini sudah memenuhi model

yang Best Linear Estimator (BLUE) dan layak untuk pengajuan hipotesis dengan

(47)

Tabel 4.10 Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.425E-5 .000 -.400 .692

X1 .717 .000 .161 5173.654 .000

X2 .847 .000 .186 5289.949 .000

X3 3.107 .000 .387 17849.063 .000

X4 .420 .000 .471 10110.039 .000

X5 .998 .000 .488 21404.282 .000

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan Tabel 4.10 pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B

diperoleh model persamaan regresi linier sederhana yaitu:

Y = -2,42 + 0,717 � + 0,847 � + 3,107 � + 0,420 � + 0,998 � + e

Pada undstandardized coefficients, diperoleh α, β1, β2, β3, β4, β5 sebagai

berikut :

a. Nilai B Constatnt (α) = -2,42

Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas

yaitu perbandingan working capital to total assets, retained earnings to total

assets, Earning before interest and tax to total assets, market velue of equity to total liability, sales to total assets, maka perubahan nilai kesehatan yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar -2,42.

b. Nilai � = 0,717 = hasil perbandingan working capital to total assets

Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perbandingan

(48)

perbandingan working capital to total assets () yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,717 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

c. Nilai � = 0,847

Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perbandingan

retained earnings to total assets sebesar 1 satuan, maka perubahan retained earnings to total assets yang dilihat dari nilai Y akan berkurang 0,847 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

d. Nilai � = 3,107

Koefisien ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan earnings before interest

and tax to total asset sebesar 1 satuan, maka perubahan earnings before interest and tax to total asset (� ) yang dilihat dari nilai Y akan berkurang 3,107 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

e. Nilai � = 0,420

Koefisien ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perbandingan book value

of equity to total liability sebesar 1 satuan, maka perubahan book value of equity to total liability (� ) yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,420 dengan asumsi variabel lain yang dianggap tetap.

f. Nilai � = 0,998

Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perbandingan sales

terhadap total assets sebesar 1 satuan, maka perubahan perbandingan sales

terhadap total assets (� ) yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar

(49)

4.4 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, peneliti meenggunakan analisis regresi berganda,

dengan uji koefisien determinasi. Nilai yang digunakan untuk melihat koefisien

determinasi yaitu Adjusted . Adjusted untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variabel dependen.

Berdasarkan hasil dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS,

diperoleh hasi sebagai berikut :

Tabel 4.11 Adjusted Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

d im e ns io n0 1 1.000 a

1.000 1.000 .0001182 1.687

a. Predictors: (Constant), X5, X2, X3, X1, X4 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data diolah peneliti, 2012

Dari tabel di atas, dapat dilihat hasil analisis secara regresi menunjukkan R

1,000 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara kesehatan perusahaan

dengan rasio model Z-Score metode Altman mempunyai hubungan sangat erat.

Nilai adjusted R square sebesar 1.000 mengindikasikan bahwa variasi dari

kedua variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 100 %.

Standar Error of Estimate (SEE) adalah 0,0001182 yang mana makin besar SEE akan membuat model regresi kurang tepat dalam memprediksi variabel

independen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu :

4.4.1 Uji t (t-test)

(50)

Nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel. Nilai ttabel pada tingkat kesalahan (α) = 5%, dengan derajat kebebasan (df) = (n – k). Banyak observasi (n)

sebanyak 40 banyaknya variabel (bebas dan terikat) sebanyak 6 .. Jadi, df = (40 –

6) = 34. Dengan demikian nilai ttabel adalah sebesar 1,690. Kriteria pengambilan

keputusan dalam uji thitung ini adalah sebagai berikut:

c. Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of significant sebesar 0,05.

d. Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value > level of significant sebesar 0,05.

Tabel 4.12 Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.425E-5 .000 -.400 .692

X1 .717 .000 .161 5173.654 .000

X2 .847 .000 .186 5289.949 .000

X3 3.107 .000 .387 17849.063 .000

X4 .420 .000 .471 10110.039 .000

X5 .998 .000 .488 21404.282 .000

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Data diolah peneliti, 2012

Berdasarkan hasil pengujian statistik t pada tabel 4.11 dapat dijelaskan

1. Hubungan perbandingan working capital to total assets dengan kesehatan

(51)

a. Nilai signifikansi = 0,000 menunjukkan nilai Sig. untuk uji t individual

(parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian

statistic yang membandingkan antara � dengan � yaitu

perbandingan working capital to total assets secara parsial memiliki

hubungan dengan kesehatan perusahaan.

b. Variabel pengaruh perandingan working capital to total assets

memiliki � 5173,654 dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05).

Dengan menggunakan tabel t, diperoleh � sebesar 1,690. Hal ini

menunjukkan � > � ( 5173,654 > 1,690 ) yang berarti bahwa � diterima � ditolak artinya perbandingan working capital to total

assets secara parsial memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

2. Hubungan perbandingan retained earning total assets dengan kesehatan

perusahaan

a. Nilai signikansi = 0,000 menunjukkan nilai Sig. untuk uji t individual

(parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian

statistik yang membandingkan antara � dengan � yaitu

perbandingan retained earning to total assets secara parsial memiliki

hubungan dengan kesehatan perusahaan.

b. Variabel pengaruh perbandingan retained earning to total assets

(52)

menunjukkan � > � ( 5289,949 > 1,690 ), yang berarti bahwa � diterima � ditolak artinya perbandingan retained earning to total

assets secara parsial memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Hubungan perbandingan earning before interest and tax to total assets

terhadap kesehatan perusahaan

a. Nilai signikansi = 0,000 menunjukkan nilai Sig. untuk uji t individual

(parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian

statistik yang membandingkan antara � dengan � yaitu

perbandingan earnings before interest and tax to total assets secara

parsial memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan.

b. Variabel pengaruh perbandingan earnings before interest and tax to

total assets memiliki 17849.063 dengan nilai signifikansi 0,000

(< 0,05). Dengan menggunakan tabel t, diperoleh � 1,690. Hal ini

menunjukkan � > � (17849.063 > 1,690 ), yang berarti

bahwa � diterima � ditolak artinya perbandingan earnings before

interest and tax to total assets secara parsial memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

4. Hubungan perbandingan book value of equity to total liability terhadap

kesehatan perusahaan

a. Nilai signikansi = 0,000 menunjukkan nilai Sig. untuk uji t individual

(53)

statistik yang membandingkan antara � dengan � yaitu

perbandingan book value of equity to total liability secara parsial

memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan.

b. Variabel pengaruh perbandingan book value of equity to total liability

memiliki � 10110.039 dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05).

Dengan menggunakan tabel t, diperoleh � 1,690. Hal ini

menunjukkan � > � (10110.039 > 1,690 ), yang berarti

bahwa � diterima � ditolak artinya perbandingan book value of

equity to total liability secara parsial memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

5. Hubungan perbandingan sales to total assets terhadap kesehatan

perusahaan

a. Nilai signikansi = 0,000 menunjukkan nilai Sig. untuk uji t individual

(parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian

statistik yang membandingkan antara � dengan � yaitu

perbandingan sales to total assets secara parsial memiliki hubungan

dengan kesehatan perusahaan.

c. Variabel pengaruh perbandingan sales to total assets memiliki

21404.282 dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05). Dengan

(54)

memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.4.2 Uji F (F-test)

Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria yang digunakan dalam

menerima atau menolak hipotesis adalah:

3. Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of significant sebesar 0,05.

4. Ha ditolak apabila F-hitung < F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value > level of significant sebesar 0,05%.

Tabel 4.13 Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 43.677 5 8.735 6.258E8 .000a

Residual .000 34 .000

Total 43.677 39

a. Predictors: (Constant), X5, X2, X3, X1, X4 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data diolah peneliti, 2012

Hasil uji F pada tabel 4.13 menunjukkan nilai � sebesar 6,258

dengan signifikansi 0,000 (< 0.05), dan � bernilai 2,36, sehingga nilai �ℎ > � ( 6,28 > 2,36) yang berarti bahwa � diterima � ditolak,

(55)

secara simultan memiliki hubungan dengan kesehatan perusahaan makanan dan

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Penilaian terhadap delapan perusahaan makanan dan minuman periode

2007 s.d 2011 dengan menggunakan metode Altman menunjukkan 12,5%

atau 1 perusahaan dikategorikan bangkrut, sedangkan yang masuk katagori

rawan bangkrut sebanyak 87,5% atau 7 perusahaan dan katagori sehat 12,5%

atau 1 perusahaan .

2. Secara parsial working capital to total assets, retained earning to total assets,

earning before interest and tax to total assets, book value of equity to total liability, sales to total assets memiliki hubungan dengan tingkat kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman yang ditunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,000 < 0,05 setelah dilakukan uji t. Informasi dari hasil perhitungan dengan

metode Altman Z-Score dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan

untuk menentukan kebijakan yang akan diambil untuk kebaikan perusahaan.

3. Perbandingan working capital to total assets, retained earning to total assets,

(57)

nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 setelah dilakukan uji

F.

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan – keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini sebagai

berikut

1. Faktor-faktor diluar rasio keuangan seperti kondisi ekonomi, politik dan

lain-lain tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena kesulitan

pengukurannya.

2. Periodisasi data yang terbatas hanya lima tahun , kemampuan memprediksi

akan lebih baik apabila digunakan periodisasi data yang panjang.

5.3 Saran

1. Prediksi kebangkrutan perusahaan tidak hanya dilakukan dengan

menggunakan rasio keuangan model Altman Z-Score, tetapi juga harus

memperhatikan faktor lain, baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun

luar perusahaan seperti kondisi ekonomi, politik dan lain lain.Bila faktor-

faktor dapat diukur dengan baik, maka akan diperoleh tingkat prediksi

kebangkrutan yang lebih akurat.

2. Sehubungan dengan kondisi keuangan perusahaan, manajemen perlu tetap

berhati – hati dalam mengelola dan menjalankan operasi perusahaan dengan

melakukan perbaikan kinerja perusahaan guna menghindari terjadinya

(58)

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah periodisasi data yang

(59)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian laporan Keuangan

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2002:63), laporan

keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai

perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi

ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan

risiko perusahaan, selain itu laporan keuangan juga menunjukkan kinerja

keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Menurut PSAK No. 1, Laporan keuangan terdiri atas :

a. Neraca

Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal

tertentu seperti yang tertera dalam neraca, yaitu pada tanggal pelaporan, jadi

kondisi yang dijelaskan pada neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu. Neraca

terdiri atas hak (sumber daya) perrtusahaan dan kewajiban (asal sumber daya)

perusahaan. Akun – akun neraca dicatat berdasarkan akrual, artinya transaksi

dicatat jika telah terjadi perpindahan hak dan kewajiban, meskipun kasnya belum

(60)

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan

pendapataan dan biaya selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan.

SAK menyebutkan laba rugi memberikan gambaran kinerja operasional

perusahaan yang dicatat dengan dasar akrual.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama

periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan, meliputi arus kas dari/untuk

kegiatan operasional, kas dari/untuk kegiatan investasi serta kas dari/untuk

kegiatan pendanaan.

d. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan,

agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik

yang melekat pada perusahaan.

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan

akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap – tiap akun neraca dan laba rugi.

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan

Pada dasarnya analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk

mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat

kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio

keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial yang sangat

(61)

datang. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan

gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh

suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan

untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan

suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor,

kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan.

Menurut Kasmir (2008:25) arti penting analisis laporan keuangan adalah

sebagai berikut:

1. Bagi pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan serta

dividen yang diperolehnya,

2. Bagi manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu.

3. Bagi kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh

pinjaman dan kemampuan membayar pinjaman.

4. Bagi pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung

perusahaan tersebut, dan untuk persetujuan untuk go public.

5. Bagi investor, untuk menilai prospek usaha tersebut kedepan, apakah mampu

memberikan dividend an nilai saham seperti yang diinginkan.

Menurut Munawir (2010:35) analisis laporan keuangan terdiri dari

penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan

(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan

perusahaan tersebut. Menurut Soemarso (2006:430), analisis laporan keuangan

(62)

yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu

fenomena.

Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan

pos-pos keuangan pada laporan tahunan berjalan dengan pos-pos-pos-pos terkait pada periode

sebelumnya. Analisis laporan keuangan juga digunakan secara luas untuk

memeriksa keterkaitan dalam laporan keuangan. Sama halnya dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Harahap (2010 : 189) tentang pengertian analisis laporan

keuangan dapat disimpulkan sebagai sebuah uraian tentang pos-pos dalam laporan

keuangan secara lebih detail. Uraian ini berguna untuk melihat hubungan yang

signifikan antara satu pos dengan pos lainnya. Dari uraian itu diharapkan dapat

diambil kesimpulan.

Analisis laporan keuangan juga mengurangi ketergantungan pada firasat,

tebakan dan intuisis dalam pengambilan keputusan, serta mengurangi

ketidakpastian analisis bisnis. Secara legkap menurut Harahap (2004 : 195)

manfaaat analisis laporan keuangan sebagai berikut :

a. Dapat memberikan dan menggali informasi yang tidak tampak secara kasat

mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan

keuangan (implicit).

b. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam hubungannya

dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang

diperoleh dari luar perusahaan.

c. Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi dan

(63)

d. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu

yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

e. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan

periode sebelumnya atau dengan standart industri normal atau standar ideal.

f. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur

keuangan.

g. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan perusahaan di

masa yang akan datang.

h. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil

keputusan.

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan

Untuk membantu pengguna dalam menganalisis laporan keuangan, tersedia

beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik, salah satu

alat bantu yang digunakan adalah analisis rasio. Rasio memperlihatkan hubungan

antara satu jumlah dengan jumlah lainnya.

Sama dengan pendapat yang dikemukakan Jumingan (2006 : 118) rasio

dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan

antara suatu unsur dengan unsur lainnya yang dinyatakan dalam bentuk sistematis.

Perbandingan rasio ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbandingan

internal dan perbandingan eksternal (Harahap (2009 : 227)).

Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio

(64)

membandingkan rasio dari setiap periode yang ada, maka akan terlihat

kecenderungan apakah rasio tersebut bergerak meningkat atau menurun, dari

analisi tersebut dapat menunjukkan kinerja dan kondisi perusahaan. Sedangkan

perbandingan eksternal yaitu membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan

rasio keuangan lainnya yang sejenis atau rata-rata industri pada titik yang sama.

Namun terdapat masalah dalam pemakain analisis rasio karena

masing-masing rasio memiliki kegunaan dam memberikan indikasi yang berbeda

mengenai keadaan keuangan perusahaan. Menurut Harahap (2009:298)

kelemahan-kelamahan dari analisis rasio sebagai berikut :

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya.

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan.

c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan

kesulitan dalam perhitungannya.

d. Jika dua perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi yang

dipakai tidak sama, sehingga jika diperbandingkan akan menimbulkan

kesalahan.

Disamping memiliki kelemahan, analisis rasio juga memiliki keunggulan ,

diantaranya sebagai berikut :

a. Lebih mudah dibaca dan ditafsirkan

b. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain

(65)

d. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan.

e. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa akan

datang.

2.1.4Kebangkrutan Perusahaan

2.1.4.1Pengertian Kebangkrutan Perusahaan

Salah satu aspek pentingnya analisis laporan keuangan dari sebuah

perusahaan adalah manfaatnya untuk meramalkan kelangsungan hidup

perusahaan. Prediksi ini sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan

untuk mengantisipasi kemungkinan kebangkrutan.

Kebangkrutan ini dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan

untuk membayar kewajiban keuangannnya pada saat jatuh tempo. Kebangkrutan

diartikan sebagai kegagalan yang didefenisikan dalam beberapa pengertian

menurut Martin dalam Fakhrurozie (2007:15) :

1) Kegagalan ekonomi (Economy failure)

Kegagalan dalam arti ekonomi jika perusahaan kehilangan uang atau

pendapatan perusahaaan tidak menutup biayanya sendiri, tingkat laba kecil

dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari

pada biaya modal.

2) Kegagalan Keuangan (Financial failure)

Kegagalan keuangan diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Populasi Perusahaan
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan
Tabel 3.3 Ringkasan Defenisi Operasional
Tabel 4.1 Working Capital to Total Assets
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persentase pengelolaan aparatur peradilan yang diselesaikan tepat waktu 90%.. Persentase pengelolaan keuangan peradilan tepat waktu

bahwa sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, dalam upaya meningkatkan pelayanan tera dan tera ulang

Pihak pertama pada tahun 2015 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka

Persentase berkas yang diregister dan siap didistribusikan ke Majelis..

Sisa potongan tali pusat pada bayi harus dirawat, jika tidak dirawat dengan baik maka dapat memperlambat putusnya tali pusat dan menjadi tempat koloni bakteri yang berasal

Jawab :.. Sifat dari gerbang dasar yang dibentuk oleh universal NAND Gate adalah memiliki sifat yang sama dengan gerbang dasar logika itu sendiri. Hanya saja yang membedakan

Pada bagian kedua ini merupakan bagian munculnya buih. Pertama yang memulai tabuhan adalah instrumen Bonang Penerus, jika. pola tersebut memasuki rambahan yang

Selain membahas perubahan fonologis pada sejumlah kata yang umum diucapkan oleh masyarakat Indramayu, dalam penelitian ini juga dilakukan penelitian mengenai faktor