• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon NAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon NAD"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

KUESIONER PENELITIAN

No Responden:...

Dengan Hormat,

Saya yang bernama Irfantri Alga, mahasiswa tingkat akhir Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip USU sedang mengadakan penelitian, dalam rangka penyelesaian tugas akhir atau skripsi dengan judul Peranan Willayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon Nanggroe Aceh Darussalam.

Kuesioner ini merupakan alat pengumpul data yang diperlukan untuk melengkapi penulisan skripsi saya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan saudara/i untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner ini dengan jelas dan lengkap. Atas kesediannya, saya ucapkan banyak terima kasih.

(Salam Hormat, Peneliti)

A. PetunjukPengisian

1. Pilihlah dan berikan tanda silang (x) apada jawaban yang paling tepat menurut saudara/i

2. Isilah titik-titik dengan benar sesuai dengan jawaban saudara/i

3. Berikan jawaban saudara/i sebagaimana adanya, sesuai dengan bentuk pertanyaan

(2)

1. Nama : ……….

2. Usia : ……….

3. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 4. Pendidikan terakhir :

a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. SLTP d. SLTA

e. D3 / Perguruan Tinggi 5. Pekerjaan :

a. Pegawai Swasta b. Pegawai BUMN c. PNS / ABRI

d. Pelajar / Mahasiswa e. Lain-lain………. 6. Agama

a. Islam

b. Kristen protestan c. Kristen Katolik d. Lain-lain……….

II. Peranan Wilayatul Hisbah Sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003

(3)

b. Tidak

2. Apakah saudara/i mengetahui Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah saudara/i mengetahui adanya Sanksi terhadap pelanggaran Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) tersebut ?

a. Ada b. Tidak Ada

4. Apakah sepengetahuan saudara/i Wilayatul Hisbah pernah melakukan razia di tempat-tempat pelanggaran Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

5. Apakah sepengetahuan saudara/i Wilayatul Hisbah pernah melakukan patroli untuk mengawasi pelanggaran Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

6. Apakah sepengetahuan saudara/i Wilayatul Hisbah pernah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang adanya peraturan-peraturan atau Qanun-Qanun Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ? a. Pernah

(4)

7. Apakah sepengetahuan saudara/i Wilayatul Hisbah pernah melakukan ceramah di pengajian mengenai Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

8. Apakah sepengetahuan saudara/i Wilayatul Hisbah pernah melakukan dialog interaktif di radio tentang Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

9. Apakah sepengetahuan saudara/i Wilayatul Hisbah pernah melakukan sosialisasi dengan cara seminar di sekolah-sekolah tentang Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

10. Apakah sepengetahuan saudara/i Wilayatul Hisbah pernah melakukan kerja sama dengan Masyarakat dalam menegakkan Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas)?

a. Pernah b. Tidak Pernah

11. Apakah sepengetahuan saudara/i Wilayatul Hisbah pernah memberikan nasehat kepada setiap Masyarakat yang melanggar Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

(5)

12. Apakah sepengetahuan saudara/i Wilayatul Hisbah Pernah melakukan ceramah di masjid-masjid tentang Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

a. Pernah b. Tidak Pernah

13. Apakah saudara/i mengetahui Hukuman Cambuk 3-9 kali atau denda Rp. 2.500.000 - Rp. 10.000.000 bagi yang melanggar Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

a. Ya b. Tidak

14. Apakah saudara/i mengetahui hukuman kurungan 2-6 Bulan atau denda Rp. 5.000.000 – Rp. 15.000.000 bagi yang melanggar Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

a. Ya b. Tidak

15. Apakah saudara/i mengetahui Sanksi diarak keliling Kampung dan dinikahkan bagi yang terbukti melakukan hubungan intim melanggar Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum/seks bebas) ?

a. Ya b. Tidak

16. Jika saudara/i mengetahui Sanksi yang terdapat pada point nomor 13, 14, dan 15 tersebut. Apakah Sanksi tersebut pernah dilaksanakan?

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agusyanto, Ruddy. 2007. Jaringan Soial Dalam Organisasi. Jakarta: PT Raja. Grafindo Cambel, J.P. 1989. Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sehat Simamora. Jakarta: Erlangga

Cunningham, J. Barton. 1978. PTO (Petunjuk Teknis Operasional) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat

Darmasih. 2009. Kajian Perilaku Sex Pranikah Remaja SMA Jakarta: Penerbit Erlangga Handayaningrat, Soewarno. 1982. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.

Gunung Agung

Himawan, Anang Haris. 2007. Bukan Salah Tuhan Mengazab Halaman 43. Solo: Tiga Serangkai

Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: PT. Aksara Pratama

Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Umum. Surabaya: PT. Gramedia

Mahmudi. 2005. Managemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Akademi Mangemen Perusahaan YKPN

Muhammad Rusjdi Ali. 2003. Revitalisasi Syari’at Islam Di Aceh. Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Nabhani H, (2011). Pelaksanaan Syari‟at Islam Di Aceh. Langsa. Yayasan Saspa Group. Nawita, M. 2013. Bunda, Seks Itu Apa?. Jakarta: Yrama Widya

Nevid, Rathus & Rathus. 1995. Psychology: Concepts and Application. Jakarta: Erlangga Rosyadi, Ahmad. 2006. Wilayatul Hisbah. Bogor: Ghalia

Siagian Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial : Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial Dan Kesehatan. Medan: Grasindo Monoratama.

Sutrisno, Edy. 2007. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Wirawan, Sarwono Sarlito. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali

Sumber lainnya

(7)

Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang khalwat (mesum atau seks bebas)

Keputusan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam Nomor 01 tahun 2004 tentang organisasi dan pembentukan Wilayatul Hisbah. Dalam Bab I (ketentuan umum) angka 7

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2003

tanggal 3 maret 2003 tentang pembentukan makamah syari‟at di Profinsi Nangroe Aceh Darussalam

Undang-Undang Nomor 44 tahun 1999 tentang Keistimewaan Aceh Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Undang-Undang kekuasaan kehakiman Nomor 4 tahun 2004 tentang dibentuknya Mahkamah Syari‟ah di Aceh

Komisi Penanggulangan AIDS TAHUN 2007

Sumber Online

(http://www.Serambi Indonesia, diakses Sabtu 9 Maret 2013 14:23 WIB) (Seputar Indonesia, 24/2/2012)

(http://www.acehforum.or.id, diakses tanggal 17 Mei 2014 Pukul 21.35 WIB). 2013 12:57 WIB)

(http://www.kumpulan-teori-efektivitas.html diakses tanggal 28 mei 2014 pukul 16.45 WIB). 12 Jenis Penyimpangan Seks yang Perlu Anda Ketahui.htm_, diakses tanggal 09 juni 2014

pukul 17.45 WIB)

http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-seks-bebas.html

(http://www.10 Cara Mencegah Seks Bebas _ Top 10 Indo.htm, diakses tanggal 06 juni 2014 pukul 02.15 WIB).

www.BKKBN.go.id www.DepkesRI.go.id

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif. Penelitian desktiptif adalah penelitian yang di lakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan penomena yang ingin di teliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (siagian, 2011:52).

Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah yang berarti objek itu berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Melalui penelitian ini, penulisan ingin membuat gambaran mengenai Peranan Wilayatul Hisbah dalam megurangi seks bebas di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini di lakukan di Desa Kemili kecamatan Bebesen kabupaten Aceh Tengah. Ada pun yang menjadi alasan pemilihan lokasi dikarenakan Desa kemili masih termasuk di dalam pengawasan wilayatuh hisbah dalam menangani masalah seks bebas.

3.3.Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(9)

ini dapat dipahami bahwa mengenai populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian (Siagian, 2011:155).

Populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan. Dengan kata lain populasi merupakan jumlah keseluruhan dari obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memiliki keterkaitan dengan masalah yang akan diteliti (Sugiono, 1997:59). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk Kampung Kemili yaitu 9590 jiwa.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representatif atau memenhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan dari populasi yang diwakilinya (Arikunto, 1998: 120). Karena jumlah populasi melebihi dari 1000 orang maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penarikan sampel Taro Yamane yang menggunakan rumus sebagai berikut:

N=

Keterangan:

n : Jumlah sampel N : jumlah populasi

D : Presisi (tingkat penarikan sampel ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Menurut rumus Taro Yamane tersebut, maka: n=

n=

n=

(10)

n= 98.96 n= 99

Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut maka dapat ditentukan responden sebanyak 99 masyarakat Kampung Kemili.

3.4 Teknik pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan penelitian untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Penelitian kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan merupakan cara mengumpulkan data yang ada mengenai permasalahan dalam penelitian dengan mengolah berbagai sumber kepustakaan seperti buku ilmiah, makalah, media masa, media elektronik serta bentuk tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung kelokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang terdiri dari:

1. Metode pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data yang mangharuskan si peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang ditelitinya untuk dapat melihat, mendengar dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai dengan makna yang diberikan atau yang dipahami oleh masyarakat yang diteliti

(11)

penelitian ini adalah kuesioner terbuka yang digunakan untuk melihat persepsi secara utuh (Siagian, 2011).

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data, serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moeloeng, 2007).

(12)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Desa Kemili

Kampung Kemili merupakan salah satu yang terletak di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah yang berjarak 3 Km dari pusat kecamatan. Kampung ini adalah kampong yang cukup luas yang tercatat memiliki 8 dusun, kampung yang memiliki jumlah dusun yang paling banyak dalam Kecamatan Bebesen. Luas wilayah Kampung Kemili sekitar ± 178 Ha, yang terbagi kedalam delapan dusun yaitu Datu Kemili, Kemala Pangkat, Time Ruang, Perulangan, Terminal dan Jalan Lintang. Dusun Datu Kemili baru saja di mekarkan lahirnya dusun Sebahi, demikian juga Dusun Terminal dimekarkan menjadi Dusun Gempar Alam. Jumlah penduduk Kampung Kemili adalah sekitar 9275 jiwa yang mayoritas bermata pencaharian sebagai pedagang dan pegawai di kantor pemerintah.

4.1.1 Sejarah kampung

Sejarah Kampung Kemili berawal seekitar tahun 1930 yaitu sebelum Indonesia merdeka dan berasal dari pemekaran kampung Bebesen. Kemili merupakan kampung cukup tua yang sudah tercantum namanya dalam peta pada zaman Belanda. Hal ini juga menunjukkan bahwa Kampung Kemili lahir bersamaan dengan Kampung Bebesen yang juga melatar belakangi lahirnya Kecamatan Bebesen.

Nama “kemili” diambil dari cirri khas masyarakat Kemili yang sangat menjunjung

tinggi “budaya malu” kemanapun mereka pergi dan ini seolah menjadi doktrin dalam

(13)

melakukan hal-hal negatif kapan dan dimanapun mereka berada. Masyarakat asli Kampung Kemili mayoritas berasal dari kota “lhoksmawe” setelah Islam berkembang di kota “perlak” menuju lhoksmawe yang kemudian mereka menyebar sampailah di salah satu kampung di Kecamatan Bebesen yaitu Kampung Kemili. Namun sebelum nama kampung kemili muncul, kampung ini sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan “Kute Beranang” yaitu dalam bahasa

gayo yang artinya “Kota yang memiliki banyak „keben‟ yaitu lumbung padi, karena konon di Kemili mayoritas penduduknya adalah petani padi sawah.

4.1.2 Letak Geografis Kampung

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kampung Nunang Antara b. Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Kala Kemili c. Sebelah barat berbatasan dengan Kampung Transaril

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Belang Kolak I

4.1.3 Demografi

(14)

Tabel 4.1

Kondisi Fisik Dasar Kampung Kemili

No Pemanfaatan Lahan Luas (HA) Keterangan

1 Sumber: Kantor Kecamatan Bebesen, 2014

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa 24 Ha telah digunakan sebagai lahan guna menunjang kehidupan masyarakat Kampung Kemili. 3 Ha disediakan oleh pemerintah Kampung Kemili untuk perumahan masyarakat atau pemukiman kampung. Selain itu pemerintahan Kampung Keling juga menyediakan penunjang kehidupan masyarakat seperti area pendidikan untuk jenjang Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi, area perdagangan untuk melakukan transaksi jual beli, jalan atau lorong sebagai akses masyarakat untuk pergi sebuah tempat, pusat kesehatan dimana terdapat rumah sakit, klini ataupun puskesmas, serta area perkuburan.

4.2 Pemerintahan Kampung Kemili

(15)

hukum, dan politik di daerahnya. Pemerintahan Desa dipimpin oleh Kepala Desa, yang dalam pelaksanaan tugas pemerintahan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Camat.

Kepala Desa dipilih langsung oleh warga desanya. Untuk mendukung tugas dan fungsi Kepala Desa dalam menjalankan pemerintahan Desa, Kepala Desa dibantu oleh perangkat-perangkat Desa seperti Sekertaris Desa, beberapa Kepala Urusan (Kaur) dan perwakilan di setiap lingkungan atau dusun (Kadus).

(16)

14

Sumber: Kantor Kecamatan Bebesen, 2014

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa Kampung Kemili dipimpin oleh seorang Kepala Desa dimana masa pemerintahan 5 kali dalam satu periode. Pemilihan Kepala Desa di Kampung Kemili dilakukan secara demokratis dengan cara pemilihan langsung sama halnya dengan pemilihan bupati atau gubernur secara umum.

Sejak pemekaran dari kampung Bebesen pada tahun 1930, pemerintah dibagi dalam 6 dusun dan disetiap dusun dikepalai oleh kepala dusun yaitu, dusun kepala kemili, terminal, kepala pangkat, jalan lintang,time ruang dan perulangan. Belum lama ini dusun terminal dan dusun datu kemili telah dimekarkan kembali maka munculah dua dusun yaitu dusun datu subahi dan dusun gempar alam. Masing-masing kepala dusun terus berupaya meningkatkan kualitas dan tanggung jawab yang tinggi dari segenaap aparatur kampung dan badan perwakilan kampung (BKP), dalam member pelayanan kepada masyarakat, hal ini tidak salah mengingat aparatur pemerintahan berwenang penuh melaksanakan tugas pada bidang-bidang yang sesungguhnya menyangkut kepentingan masyarakat meliputi perencanaan dan pengendalian pembangunan, perencanaan, pemanfaatan, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, kondisi yang serba kekurangan ini tentu saja mendapatkan perhatian sungguh-sungguh, agar cita-cita pelayanan prima yang di dambakan masyarakat dapat terwujudkan. Di samping sarana dan prasaranan kerja yang dibutuhkan aparatur kampung dan peningkatan kualitas SDM juga mendapatkan perhatian umum.

(17)

Bagan 4.1

Struktur Organisasi RGM Kampung Kemili

BAB V

ANALISIS DATA

Sumber: Kantor Kampung Kemili

4.3 Keadaan Penduduk Kampung Kemili

(18)

Tabel 4.3

Sumber: Kantor Kecamatan Bebesen, 2014

(19)

4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Sumber: Kantor Kecamatan Bebesen, 2014

(20)

4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tamatan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam pendidikan, akan mendorong kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan. Penyediaan seranan dan prasarana pendidikan yang memadai merupakan salah satu kewajiban pokok yang harus dilaksanakan oleh setiap level pemerintahan. Hal ini di karenakan tingkat pendudukan yang dimiliki merupakan indikator penting dalam menetukan kemajuan di suatu daerah.

Sebagai salah satu kampung yang berada disentral kabupaten, kemili memiliki sejumlah tenaga skill dan SDM yang tinggi baik yang berkecimpung di dalam pemerintahan atau beradaptasi dengan wirausaha lainnya, dan ini merupakan asset kampung yang tak ternilai harganya, namun sampai saat ini bebesen belum memiliki lembaga pendidikan sendiri yang dikelola secara professional dan manejerial oleh lembaga kampung untuk menjadi wabah motivasi peningkatan SDM dan income pendapatan tetap kampung.

(21)

Tabel 4.5

Sumber: Kantor Kecamatan Bebesen, 2014

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kampung Kemili merupakan tamatan Sekolah Menengah Atas yaitu 5700 jiwa dimana berjenis kelamin laki-laki 1425 jiwa dan 4275 berjenis kelamin perempuan. Kesdaran penduduk akan sebuah pendidikan di Kampung Kemili dinilai cukup tinggi dimana 50% dari penduduknya menamatkn belajar 12 tahun.

4.3.3 Keadaan Sosial Penduduk Kampung Kemili

Masalah keluarga sejahtera dan kesejahteraan sosial adalah masalah interaksi antara manusia dan lingkungan sosialnya dengan segala kompleksitas dan implikasinya. Berbagai usaha peningkatan keluarga sejahtera dan kesejahtraan sosial yang dilaksnankan pemerintah kampung, masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tidak lain adalah untuk mengatasi berbagai maslah sosial yang lebih nyata dan luas. Seperti kemiskinan, tuna sosial, kriminalitas, kemaksiatan dan kegiatan amoral lainnya.

(22)

belum pulih sepenuhnya, ditambah lagi dengan situasi pasca konplik telah menyababkan kondisi kesejahteraan sosial masyarakat di daerah ini semakin memprihatinkan.

Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesejahteraan sosial saat ini adalah bagaimana mencegah bertambahnya masalah sosial, khususnya adalah masalah kemiskinan, disamping bagaimana pula mewujudkan rasa aman dan upaya perlindungan sosial bagi masyarakat dapat dioptimalkan. Selain itu bagaimana mengedepankan partisipasi masyarakat dengan menggali dan mengembangkan kepedulian sosial, seperti kesetiakawaan sosial, dan sikaf gotong royong sehingga dapat membantu mengatasi berbagai masalah sosial.

4.3.4 Keadaan Budaya Kependudukan Kampung Kemili

Penduduk kampung kemili terdiri atas beberapa suku, seperti Gayo, Aceh, Jawa, minang, Alas, Batak dan lain-lain, namun keseragaman penduduk tersebut membuat kemili sebagai kampung yang mempunyai nilai peradaban yang tinggi dengan tingkat keramah tamahan penduduknya yang saling menghargai satu sama lain serta didukung oleh Seni dan Budaya.

(23)

Latihan berbagai kebudayaan dan menjadi kebanggan masyarakat Kampung Kemili tentunya, namun belum difungsikan secara optimal.

Era repormasi dan demokratis seperti sekarang ini berpeluang besar menggusur nilai-nilai budaya leluhur serta bercampur aduknya aneka ragam kebudayaan, sehingga berimplikasi negatif terhadap ketahanan budaya daerah. Jika hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan akan terjadi pandangkalan nila-nilai moral dan nilai-nilai leluhur budaya yang berakibat merosotnya harga diri dan martabat masyarakat daerah.

Asimilasi kebudayaan lokal terhadap budaya yang datang dari luar Kampung Kemili haruslah berimplikasi positif terhadap upaya pengembangan dan pembangunan di kabupaten ini. Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kebudayaan kedepan adalah bagaimana menjadikan budaya-budaya luar sebagai pendukung percepatan pencapaian tujuan pembangunan, dengan menolak budaya-budaya luar yang negatif yang tidak sesuai dengan syariat islam, dan menerima unsur-unsur budaya luar yang positif. Oleh karena itu, bagaimana membentuk daya tangkal swakarsa di tengah-tengah masyarakat merupakan tantangan yang harus dihadapi.

4.3.5 Keadaan Ekonomi Penduduk Kampung Kemili

Tabel 4.6

(24)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kampung Kemili memiliki ekonomi sedang yaitu terdapat 1680 KK dengan persentase 59,40%. Sedang diartikan mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari namun tidak memiliki saving atau tabungan untuk jangka panjang kehidupan. Masyarakat kurang mampu menempati urutan kedua dengan jumlah 448 KK dengan persentase 15,84%. Kategori kurang mampu diartikan untuk kebutuhan sehari-hari atau membeli sembako masih sangat sulit dengan meminjam uang koperasi.

Sektor Micro Finance

Besarnya peluang pasar dan potensi kampung yang berada disentral kota menjadi momen utama program Kampung Kemili dalam meningkatkan perekonomian kampung. Badan Usaha Milik kampung (BUMK) merupakan kendaraan yang akan membawa income kampung. Letak kampung Kemili yang sangat strategis untuk menjadikannya sebagai modal pembangunan dan peluang bisnis kampung melalui usaha pasar kampung minsalnya yang akan dikelola dengan manajemen yang baik dan terarah.

Kampung Kemili akan membentuk Badan Usaha Milik Kampung (BUMK), badan tersebut akan berfungsi sebagai salah satu lembaga kampung yang akan mengelola berbagai jenis usaha dengan manajemen profesional yang diatur dan ditetapkan dalam qanum Kampung Kemili. Adapun berbagai jenis usaha dan kegiatan bisnis kampung yang punya potensi untuk dikembangkan dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) tersebut adalah:

(25)

e. Pengelolaan Badan Usaha Pemerintahan Kabupaten yang berada diwilayah kampung Kemili

Pengelolaan asset kampung secara baik dan terarah melalui suatu badan resmi kampung yang di tetapkan dalam aturan atau qanun kampung merupakan cikal cikal bakal terciptannya “kampung mandiri dan Bermartabat” seperti tertuang dalam visi dan misi

kampung kemili untuk merencanakan pembangunan jangka menengah kampung (RPJMK) kedepan.

4.4 Sarana dan Prasarana

(26)

Tabel 4.7

Lapangan bola volley 2 unit Tidak aktif Sumber: Sumber: Kantor Kecamatan Bebesen, 2014

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa Agama Islam sangat kental di Kampung Kemili, ini dibuktikan dengan dominannya fasilitas keagamaan dibandingkan dengan fasilitas lainnya. Dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta dukungan pelaksanaan Syari‟at Islam di Kampung Kemili tersedia tempat ibadah sebanyak 9 unit, yang terdiri dari 3 unit Masjid dan 6 Meunasah yang dapat menjadi pusat kajian Al Qur‟an dan pendidikan Agama anak-anak (TPA) serta pengajian rutinitas seperti BKMT baik tingkat Kampung dan Kecamatan. Kegiatan tersebut berjalan lancar namun semua fasilitas sarana prasarana keagamaan masih sangat sederhana sehingga untuk kelangsungan peribadatan perlu pembangunan dan perehaban.

(27)

pembinaan pemuda dan olahraga di kampung kemili masi perlu di tingkatkan mengingat potensi dalam bidang olahraga seperti sepak bola, volley sangat baik dengan telah tersediannya sarana olah raga yang sangat baik, namun kesadaran akan sangat pentingnya berolahraga sangatlah kurang, hal ini tidak terlepas oleh pengaruh kondisi alam dan kebiasaan sebelumnya yang sudah melekat. Kegiatan olahraga hanya dilakukan pada saat akan diadakannya pada hari-hari besar, itupun hanya sebatas menyemarakkan dan berpartisipasi.

Kegiatan pemudan dan Olahraga akan terkoodinir dengan baik dan mengarah apabila didukung oleh kesatuan pemuda yang selama ini agak sedikit memudar, program pembinaan dan pelatihan kesatuan pemuda dan olahraga kampung juga menjadi target kampung, dengan harapan nantinya akan lahir bibit-bibit olahragawan yang berprestasi serta jauh dari pengaruh obat-obatan dan kriminal.

Tabel 4.8

Sarana Kesehatan Di Kampung Kemili

No Sarana Kesehatan Jumlah Unit Keterangan Kondisi

1

Sumber: Kantor Kepala Kampung Kemili

(28)

kemili dalam hal menjaga kesehatan sudah sangat baik, namun persoalan pertaman yang mengancam selama ini adalah tidak tersedianya sanitas tempat pembuangan air yang memadai, Bebesen terus menjadi sasaran pembuangan limbah kampung lain, apalagi pada saat musin hujan dengan kondisi padatnya perumahan, kondisi ini akan menyebabkan timbulnya wabah-wabah penyakit seperti malaria, DBD dan penyakit sejenisnya, program pembenahan sarana sanitasi lingkungan juga menjadi target utama program kampung Kemili.

4.5 Gambaran Prilaku Seks Bebas Remaja di Desa Kemili

Remaja di Desa Kemili pada umumnya sama seperti di desa-desa lainnya. Remaja di Desa Kemili pada umumnya mayoritas adalah pelajar maupun mahasiswa. Dikarenakan kesadaran pendidikan disana semakin meningkat dan harapan mereka dengan pendidikan diharapkan dapat bersaing dalam kehidupan kedepannya.

Perkembangan zaman telah memberikan banyak hal positif didalam kehidupan masyarakat Desa Kemili. Tetapi selain dampak positif tidak sedikit pula dampak negativnya, Salah satunya adalah seks bebas. Remaja di Desa Kemili mulai tercemari oleh tindakan-tindakan seks bebas. Hal ini terlihat dari banyaknya remaja yang mulai pacaran dan sering mencari kesempatan untuk berduaan. Bahkan ada sebagian remaja di Desa Kemili yang sudah menikah dan memiliki anak. Hal ini di sebabkan bermacam-macam faktor. Mulai dari remaja yang menikah secara wajar tetapi menikah terlalu dini, sampai dengan remaja yang terpaksa menikah karena ketahuan berbuat mesum maupun sudah terlanjur hamil.

(29)

4.6. Gambaran Pengawasan, Pembinaan dan Pemberian Sanksi Yang Telah Dilakukan

Wilayatul Hisbah Di Desa Kemili

Pengawasan, Pembinaan serta Pemberian sanksi adalah peranan Wilayatul Hisbah untuk meminimalisir tindakan seks bebas sesuai dengan Qanun No14 tahun 2003 tentang khalwat (mesum atau seks bebas) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam khususnya Desa KEmili. Adapun yang telah dilakukan Wilayatul Hisbah di Desa Kemili Tahun 2013 adalah:

a. Melakukan razia di tempat yang telah diduga terjadi prilaku seks bebas yaitu sebanyak 2 kali razia di Desa Kemili

b. Melakukan patroli di jalanan Desa Kemili Hampir setiap malam. Hal ini dikarenakan Desa Kemili rawan akan tidakan seks bebas yang dilakukan di perkebunan sunyi pada malam hari. Tidak hanya warga maupun remaja Desa Kemil yang sering berduaan di perkebunan itu, tetapi orang yang tidak termasuk warga Desa Kemili juga sering mengambil kesempatan di areal perkebunan yang sunyi tersebut.

c. Melakukan ceramah yang dilaksanakan oleh Wilayatul Hisbah sebanyak 15 kali di masjid yang mendominasi dilaksanakan pada saat sholat jum‟at.

d. Melakukan kerjasama antara Wilayatul Hisbah dengan masyarakat dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini terlihat dari Keuchik Desa Kemili selaku korrdinator masyarakat Gampong Desa Kemili selalu melaporkan tindakan seks bebas kepada Wilayatul Hisbah.

e. Pelaksanaan pemberian sanksi bagi yang melanggar maupun pelindung bagi pelaku seks bebas Qanun Nomor 14 tahun 2003 tentang khalwat (mesum atau seks bebas) pelaksanaanya tidak di Gampong Desa Kemili tetapi di depan masjid raya Kota Takengon yakni sebanyak 1 kali.

(30)
(31)

BAB V

ANALISIS DATA

5.1Pengantar

Analisis data dalah proses menjadikan data memberikan pesan kepada pembaca. Analisis data menjadikan data tersebut mengeluarkan maknanya sehingga para pembaca tidak hanya mengetahui data melainkan juga mengetahui apa yang ada dibalik itu. Analisis data merupakan tahap pengumpulan data dan informasi, penyederhanaan data kemudian data dianalisis sampai kepada kesimpulan. Kemudian data yang disajikan berupa kesimpulan data yang sudah dianalisis.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif. Melalui teknik analisis ini data hasil penelitian disusun, diklasifikasikan menjadi bentuk frekuensi, yang setelah itu diinterprestasikan. Sehingga diperoleh gambaran sebenarnya mengenai peranan Willayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon NAD. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik kuesioner dimana sampel dalam penelitian ini 99 orang masyarakat yang ada di Desa Kemili yang tahu dan memberikan informasi sejauh mana peranan Willayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas di Desa Kemili.

Agar pembahasan tersebut tersusun secara sistematis dan jelas, maka analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan membagi dua sub bab berikut ini:

A. Karakteristik umum responden

(32)

5.2 Karakteristik Umum Responden

Untuk mengenali responden, peneliti menggunakan kuesioner yang juga berisi essay profil untuk di isi oleh responden. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang didapat dengan menggunakan kuesioner, maka dapat diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, agama, pendidikan, pekerjaan dan suku. Untuk lebih jelasnya akan disajikan kedalam tabel-tabel data hasil penelitian berikut:

Tabel 5.1

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa salah satu

(33)

Tabel 5.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang menjadi sampel berjenis kelamin perempuan berjumlah 64 responden (65,65%) dan 35 responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 responden (35,35%). Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak mempunyai kriteria tertentu, baik laki-laki dan perempuan dapat dijadikan sampel asalkan merupakan berdomisili di Desa Kemili dan sedikit tahu tentang peran Willayatul Hisbah dalam aksinya memerangi seks bebas.

Tabel 5.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1

(34)

yang telah disajikan pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden merupakan tamatan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) yaitu dengan 38 responden (38,38%), ini artinya, kesadaran masyarakat Desa Kemili terhadap pendidikan dapat dikatakan cukup baik. Meskipun masih jarang yang berpendidikan hingga tingkat perguruan tinggi, setidaknya sebagian besar masyarakat di Desa Kemili telah menjalani pendidikan hingga tingkat SLTA/sederajat dan wajib belajar 9 tahun hingga SLTP/sederajat.

Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada masyarakat Desa Kemili yang kurang menyadari arti penting pendidikan. Masyarakat yang kurang menyadari arti penting pendidikan tersebut beranggapan bahwa mencari penghasilan yang banyak untuk kemapanan ekonomi lebih penting. Bagi mereka hal itu tidak ditentukan oleh tingginya pendidikan seseorang, tetapi lebih ditentukan oleh berusaha dan bekerja keras.

Tabel 5.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1

(35)

ditangani oleh Willayatul Hisbah dimana konsekuensinya mereka harus melakukan pernikahan. Selain itu pegawai swasta sebanayk 29 responden (29,29%). Beberapa responde

Karakteristik responden berdasarkan agama

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan dapat diketahui bahwa mayoritas responden beragama Islam. Meskipun terdapat berbagai suku di desa ini, namun mereka belajar Islam dan akhirnya masuk Islam.

Tabel 5.5

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 56 responden (56,56%) memiliki Suku Aceh sebagai salah satu suku dominan yang terdapat di Desa Kemili dan selain itu Desa Kemili merupakan tanah Aceh. Indonesia merupakan Negara yang kaya sumber daya alam serta tanahnya yang subur, tidak itu saja Indonesia juga memiliki kekayaan budaya. Selain itu Suku Jawa dengan 23 responden merupakan suku nomor dua terbanyak penduduknya di Desa Kemili yaitu 23 responden (23,23%), Suku Jawa merupakan suku pendatang dimana masyarakat Suku Jawa ke desa ini untuk berdagang dan bertani.

(36)

5.3 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Peranan Wilayatul Hisbah Sesuai

Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat (Mesum atau Seks Bebas)

Wilayatul Hisbah adalah sebuah institusi yang dihadirkan sebagai sebuah lembaga yang terstruktur dan memiliki managerial dalam menjalankan dan melakukan pengawasan, pembinaan dan pemberian sanksi terhadap aplikasi syari‟at Islam ditengah-tengah masyarakat yang dalam konteks penelitian ini masyarakat di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah yang secara khusus memiliki subtansi penerapan syari‟at Islam di seputar wilayah Serambi Mekkah. Dalam Penelitian Ini dikhususkan mengenai peranan Wilayatul Hisbah sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Mesum atau Seks bebas yang bertujuan untuk mengurangi perilaku seks bebas tersebut. Gambaran pengetahuan responden tentang Peranan Wilayatul Hisbah Sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.6

Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Adanya Lembaga Willayatul Hisbah

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

1

(37)

Tabel 5.7

Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Adanya Qanun Nomor 14 Tahun 2003

Tentang Khalwat (Mesum Atau Seks Bebas)

No. Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ya Tidak

83 16

83,84 16,16

Total 99 100%

Sumber: Kuesioner, 2014

(38)

Tabel 5.8

Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Adanya Sanksi Terhadap Pelanggaran

Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat (Mesum atau Seks Bebas)

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase %

1 Ya 97 97,98

2 Tidak Ada 2 2,02

Total 99 100%

Sumber: Kuesioner, 2014

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 97 responden (97,98%) mengetahui tentang sanksi pelanggaran Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau Seks Bebas) dan sebagian kecil dari responden yaitu 2 responden (2,02%) orang tidak mengetahui tentang sanksi pelanggaran Qanun. Catatan data yang yang dihasilkan mengenai persentase responden akan pengetahuan tentang sanksi pelanggaran Qanun di Desa Kemili dapat disimpulkan bahwa keberadaan sanksi tersebut sudah menjadi informasi yang hampir merata dimasyarakat.

(39)

Pelanggaran Qanun bagi anggota masyarakat telah membentuk sebuah nilai stereotip (konsep yang berhubungan dengan bentuk negatif) bagi pelanggar. Bagi anggota masyarakat yang melanggar biasanya mendapat cibiran ataupun sedikit terisolir dari kelompok masyarakat misalnya berduaan diantara lawan jenis pada jam-jam malam dan lain sebagainya. Keberadaan sanksi laten tersebut tentunya menuntut masyarakat untuk mengerti Qanun walaupun sebagian besar diantara mereka kurang memahami secara tulisan tetapi mereka dapat belajar dari bentuk kebiasaan ataupun caramah-ceramah merupakan bentuk lisan sehingga terhindar dari sanksi tersebut. Akan tetapi masih ada juga yang tidak mengetahui pemberian sanksi tersebut. Hal ini karena masih sangat jarang sekali pemberian sanksi ini diberikan dan di laksanakan.

Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Razia Di Tempat-Tempat Pelanggaran Syari’at

Islam

(40)

Tabel 5.9

Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Patroli Untuk Mengawasi Di Tempat-Tempat Pelanggaran Syari’at Islam Khususnya Seks Bebas

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

1

Salah satu peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 adalah pengawasan berbentuk patroli yang dilakukan petugas Wilayatul Hisbah. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 98 responden (98,99%) mengetahui bahwa Willayatul Hisbah pernah melakukan patroli untuk mengawasi di tempat-tempat pelanggaran Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas). Patroli yang dilakukan sering saat malam hari yaitu diatas pukul 20.00 WIB.

Tabel 5.10

Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Sosialisasi Kepada Masyarakat Tentang Adanya

Peraturan-Peraturan/Qanun-Qanun Syari’at Islam Tentang Khalwat (Mesum atau

Seks Bebas)

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

(41)

Salah satu peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 adalah pembinaan berbentuk sosialisasi yang dilakukan petugas Wilayatul Hisbah Kepada masyarkat agar masyarakat mengetahui adanya peraturan-peraturan atau Qanun-Qanun Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas). Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 94 responden (94,94%) mengetahui adanya sosialisasi yang dilakukan oleh Wilayatul Hisbah kepada masyarakat tentang adanya peraturan-peraturan atau Qanun-Qanun Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas).

Sosialisasi yang dimaksud adalah segala tindakan yang dilakukan Willayatul Hisbah untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Qanun tersebut. Adapun bentuk sosialisasi yang dilakukan seperti dialog interaktif, ceramah di pengajian dan lain-lain. Tetapi, terdapat 5 responden (5,05%) yang tidak mengetahui adanya sosialisasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Wilayatul Hisbah masih sangat perlu meningkatkan sosialisasinya sehingga masyarakat mengetahui akan adanya peraturan-peraturan Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas).

Tabel 5.11

Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Ceramah Di Pengajian Mengenai Syari’at Islam

Khususnya Tentang Khalwat (Mesum atau Seks Bebas)

No. Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

(42)

Salah satu peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang khalwat (mesum atau seks bebas) adalah pembinaan berbentuk sosialisasi yang salah satunya adalah ceramah di pengajian dilakukan petugas Wilayatul Hisbah Kepada masyarkat agar masyarakat mengetahui adanya peraturan-peraturan atau Qanun-Qanun Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas). Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.11 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 92 responden (92,92%) mengetahui adanya ceramah yang dilakukan Wilayatul Hisbah tentang adanya peraturan-peraturan atau Qanun-Qanun Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas). Namun sebagian kecil masyarakat yang menjadi responden yaitu 7 responden (7,08%), hal ini dikarenakan kurang adanya kesadaran diri dari masyarakat tersebut untuk datang ke pengajian sehingga mereka tidak mengetahui adanya sosialisasi tersebut.

Tabel 5.12

Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Dialog Interaktif Di Radio Tentang Syari’at

Islam Khususnya Khalwat (Mesum atau Seks Bebas)

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

1

(43)

Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas). Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.12 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 89 responden (89,89%) mengetahui adanya dialog interaktif yang dilakukan Wilayatul Hisbah. Namun sebagian kecil responden yaitu 10 responden (10,11%) tidak mengetahui adanya dialog interaktif yang dilakukan Wilayatul Hisbah. Hal ini menunjukkan dialog interaktif diradio tidak terlalu efesien, hal ini disebabkan ssaat ini masyarakat kurang maun mendengarkan mendengarkan radio karena dinilai tidak zamannya lagi dimana masyarakat saat ini lebih suka menonton TV ataupun mengakses internet.

Tabel 5.13

Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Sosialisasi Dengan Cara Seminar Di

Sekolah-Sekolah Tentang Syari’at Islam Khususnya Tentang Khalwat (Mesum atau Seks Bebas)

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

1

Seminar yang dilakukan Wilayatul Hisbah di sekolah-sekolah merupakan salah satu cara sosialisasi yang bertujuan untuk pembinaan yang diharapkan dapat membina khususnya remaja untuk tidak melakukan seks bebas. Remaja merupakan nsalah satu pihak yang rentan untuk melakukan aktivitas seks bebas pada saat ini. Seks bebas merupakan sebuah tindakan yang tidak sesuai dengan Qanun Nomor 14 tahun 2003.

(44)

catatan-catatan kecil dimana seminar yang dilakukan Willayatul Hisbah masih belum merata dan masih sangaat sedikit dilakukan. Hal ini terbukti dari masih ada juga responden yang menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya seminar di sekolah-sekolah tersebut.

Tabel 5.14

Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Kerja Sama Dengan Masyarakat Dalam

Menegakkan Syari’at Islam Khususnya Tentang Khalwat (Mesum/Seks Bebas)

No Keterangan Responden Jumlah Persentase (%)

1 2

Pernah Tidak Pernah

96 3

96,97 3,03

Total 99 100%

Sumber: Kuesioner, 2014

(45)

Tabel 5.15

Wilayatul Hisbah Pernah Memberikan Nasehat Kepada Setiap Masyarakat Yang

Melanggar Syari’at Islam Khususnya Tentang Khalwat (Mesum atau Seks Bebas)

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

1

Setelah tertangkap oleh Wilayatul Hisbah, pelaku mesum atau seks bebas idealnya akan diberikan nasehat yang bertujuan untuk membuat pelaku tersebut tidak melanggar Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas) lagi. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.15 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 97 responden (97,98%) mengetahui bahwa Wilayatul Hisbah pernah memberikan nasehat kepada setiap masyarakat yang melanggar Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Khalwat (Mesum atau seks bebas). Hanya sebagian kecil yang tidak mengetahui yaitu sebanyak 2 responden (2,02%).

Tabel 5.16

Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Ceramah Di Masjid-Masjid Tentang Syari’at

Islam Khususnya Tentang Khalwat (Mesum atau Seks Bebas)

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

(46)

Ceramah di masjid-masjid tentang Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas) yang dilakukan oleh Wilayatul Hisbah merupakan tindakan pembinaan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan moral dan ketebalan iman masyarakat untuk tidak melakukan tindakan tercela yang melanggar Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas). Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.16 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 89 responden (89,89%) mengetahui adanya ceramah di masjid-masjid tentang Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau seks bebas). Sebagian kecil responden tidak mengetahui adanya ceramah tersebut yaitu 10 respoonden (10,11%), hal tersebut dikarenakan kurang kesadaran diri dari masyarakat akan kegiatan tersebut.

Tabel 5.17

Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Hukuman Cambuk 3-9 Kali Atau Denda Rp.

2.500.000 - Rp. 10.000.000 Bagi Yang Melanggar Syari’at Islam Khususnya Qanun

Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat (Mesum atau Seks Bebas)

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase %

(47)

responden dengan persentase 89,89% mengetahui adanya hukuman cambuk tersebut. Namun 11 responden tidak mengetahui hukuman cambuk atau sanksi tersebut. Hal ini dikarenakan masih sangat jarang sekali sanksi tersebut dilaksanakan di Kampung Kemili. Disini peneliti sebut di Kampung Kemili karena memang pelaksanaan hukuman cambuk pelaksanaannya di kabupaten, tepatnya dihalaman Masjid Raya. Padahal sanksi tersebut merupakan peraturan daerah yang legal dan idealnya dilaksanakan, jika tidak dilaksanakan untuk apa ada hukuman tersebut, bukannya lebih baik tidak ada dan sebaiknya dipakai hukuman Nasional.

Tabel 5.18

Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Hukuman Kurungan 2-6 Bulan Atau Denda Rp.

5.000.000 – Rp. 15.000.000 Bagi yang Melanggar Syari’at Islam Khususnya Qanun No.

14 Tahun 2003 Tentang Khalwat (Mesum atau Seks Bebas)

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ya Tidak

21 78

21,21 78,79

Total 99 100%

Sumber: Kuesioner, 2014

(48)

Tabel 5.19

Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan

Hukuman Sanksi Diarak Keliling Kampung dan Dinikahkan Bagi Yang Terbukti

Melakukan Hubungan Intim Melanggar Syari’at Islam Khususnya Qanun Nomor 14

Tahun 2003 Tentang Khalwat (Mesum atau Seks Bebas)

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ya Tidak

68 31

68,69 31,31

Total 99 100%

Sumber: Kuesioner, 2014

(49)

Tabel 5.20

Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan

Sanksi Yang Terdapat Pada Point Nomor 13, 14 dan 15 Pernah Dilaksanakan

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase (%)

1 2

Pernah Tidak Pernah

88 11

88,89 11,11

Total 99 100%

Sumber: Kuesioner, 2014

(50)

BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di bab ini adalah merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas Di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon Nanggroe Aceh Darussalam. Responden dalam penelitian ini adalah 99 orang yang menjadi masyarakat Desa Kemili. Adapun Peranan Lembaga ini adalah sesuai dengan hukum Islam yang berlaku yakni Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau Seks bebas), serta melihat sejauh mana kapasitas yang dimiliki Institusi ini dalam mensosialisasikan Qanun dalam pandangan masyarakat Desa Kemili dan apakah yang menjadi pokok kebutuhan masyarakat Aceh serta pada akhirnya akan berakhir pada sebuah rekomendasi yang diambil dari data temuan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Wilayatul Hisbah adalah sebuah institusi yang menjadi pengawas, pembina dan pemberi sanksi bagi berlangsungnya penerapan atau pelaksanaan syari‟at Islam Khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum atau Seks bebas) di masyarakat Desa Kemili. Berbagai dukungan masyarakat dalam konteks pengawasan, pembinaan, dan pemberian sanksi syari‟at Islam sangat terlihat dalam kegiatan yang

(51)

Contohnya orang kaya dapat membayar dendanya saja tanpa harus merasakan hukuman cambuk.

b. Bagi masyarakat masih perlunya ditingkatkan pembinaan dalam proses sosialisasi yang dilakukan Wilayatul Hisbah, dimana masih terlihat banyaknya responden yang tidak mengetahui Peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat (mesum atau seks bebas). Hendaknya dilakukan secara rutin dan berkala setiap daerah khususnya di Desa Kemili. Selain itu masih adanya perbedaan di kalangan responden. Hal ini disebabkan karena Banyak Pro dan Kontra dengan adanya lembaga ini dalam mengurangi seks bebas. Apabila lembaga ini menjalankan peran dan fungsinya dengan baik dan sebagai mana mestinya, maka lembaga ini akan sangat positif bagi Masyarakat di Aceh. Sebenarnya lembaga ini sangat di dukung oleh Masyarakat di Aceh pada awal kemunculannya, namun pada proses berjalan waktu masyarakat banyak yang kecewa pada pelaksanaan peran Wilayatul Hisbah tersebut dalam mengurangi seks bebas.

5.2 Saran

Peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas merupakan Hal yang bagus, Namun dalam proses pelaksanaannya kurang maksimal dan kurang efektif. Karena itu ada beberapa saran dari peneliti, Adapun rekomendasi yang dijadikan peneliti dalam konteks penelitan ini adalah sebagai berikut :

a. Hendaknya Wilayatul Hisbah melakukan revitalisasi ataupun pembenahan secara internal di Wilayatul Hisbah sehingga terjadi kesesuaian antara pengurus dengan fungsi Wilayatul Hisbah sebagai Agen penegak Syari‟at Islam dalam mengurangi seks bebas

(52)

positif dari Wilayatul Hisbah sendiri. Mereka (petugas Wilayatul Hisbah) hendaknya harus di pilih dari orang-orang yang beriman dan tidak melanggar Syari‟at Islam tersebut.

b. Hendaknya fungsi Wilayatul Hisbah didalam konteks pembinaan dilakukan lebih padat karya, partisipasif dan tidak bersifat monoton (berdasarkan pada kasus dan ketentuan yang ada) serta berjalan secara sustainable atau berkelanjutan, sehingga kinerja yang yang ditampilkan dapat lebih terasa dan meningkat, dan tentu juga lebih membina keeratan antara pegurus Wilayatul Hisbah dengan masyarakat sehingga lebih memungkinkan untuk mendapatkan lumbung informasi dari masyarakat terkait pelanggaran syari‟at Islam khususnya tentang seks bebas.

(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Usman mengemukakan peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku (Eko, 2013).

Menurut Thoha (1998: 23) peranan adalah proses kognitif yang dialami penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Peranan merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi. Yang dimaksud dengan kognitif diatas adalah proses atau kegiatan mental yang dasar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan pengharagaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku.

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peranan. peranan dapat membimbing seseorang dalam berprilaku, karena fungsi peran itu sendiri adalah :

a. Memberi arah pada proses sosialisasi.

b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.

(54)

Horton dan Hunt mengemukakan bahwa peran adalah perilaku yang di harapkan dari seseorang yang mempunyai status. Bahkan dalam suatu status tunggal pun orang dihadapkan dengan sekelompok peran yang disebut sebagai perangkat peran. Istilah seperangkat peran (role set) digunakan untuk menunjukkan bahwa satu status tidak hanya mempunyai satu peran tunggal, akan tetapi sejumlah peran yang saling berhubungan dan cocok (http://id.shvoong.com).

Peranan mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:

a. Peranan mengikuti dihubungkan dengan posisi dari tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial. (Sunarto, 1996: 55).

2.2. Seks

2.2.1 Pengertian

Istilah ”seks” secara etimologis, berasal dari bahasa latin “sexus” kemudian

diturunkan menjadi bahasa perancis kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris

pertengahan yang bias di lacak pada periode 1150-1500 M. “seks” secara leksikal bias berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja transitif (verb of transitive). Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat yaitu suatu kekuatan

(55)

Seks berarti jenis kelamin yang merupakan suatu sifat atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, seks adalah jenis kelamin, hal yang berhubungan dengan alat kelamin seperti senggama dan birahi. Seksual adalah sesuatu yang berkenaan dengan seks, dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan. Seksualitas adalah ciri, sifat atau peranan seks, dorongan seks dan kehidupan seks.

Seks merupakan tindakan hubungan badan antara laki-laki dan perempuan. Kontak badan antara yang berlawanan jenis bisa menimbulkan gairah seksual. Aktifitas seksual pada dasarnya adalah bagian dari naluri yang pemenuhannya sangat dipengaruhi stimulus dari luar

tubuh manusia dan alam berfikirnya. ”Seksualitas seseorang atau individu dipengaruhi oleh

banyak aspek dalam kehidupan, termasuk di dalamnya prioritas, aspirasi, pilihan kontak sosial, hubungan interpersonal, self evaluation, ekspresi emosi, perasaan, karir dan persahabatan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik

dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis” (Wirawan, 2001).

Pengertian seks yang lebih luas lagi adalah yang di kemukakan oleh wirawan (1991: 10) yang mendefinisikan seks dalam dua segi yaitu:

1. Seks dalam arti sempit

Dalam arti yang sempit, seks bearti kelamin dan yang termasuk adalah kelamin: a. Alat kelamin itu sendiri

b. Anggota-anggota tubuh dan cirri-ciri badaniah lainnya yang membedakan antara lelaki dan wanita, minsalnya: perbedaan suara, pertumbuhan kumis, payudara dan lain-lain

c. Kelenjar dan hormon-hormon dan tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin

(56)

e. Proses perubahan, kehamilan dan kelahiran 2. Seks dalam arti luas

Dalam arti yang luas seks bearti segala hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain:

a. Perbedaan tingkah laku seperti lembut, kasar dan genit b. Perbedaan atribut seperti pakaian, nama dan lain-lain c. Perbedaan peran dan pekerjaan

d. Hubungan antara pria dan wanita seperti tata krama, pergaulan, percintaan, pacaran, perkawinan dan lain-lain

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Ada beberapa tipe hubungan seksual yang dapat terjadi antara dua orang yang bersahabat yaitu:

1. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seseorang pria dengan pria lain (homo seksual)

2. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang wanita dengan wanita lain (lesbian)

3. Tipe hubungan seks seorang pria dengan seorang wanita

Menurut Nina (2000: 2), pengertian seks bisa di tinjau dari 5 aspek antara lain: 1. Seks ditinjau dari segi biologis

(57)

2. Seks di tinjau dari segi psikologis

Kematangan sangat nampak dalam bidang perilaku seksual. Hal ini disebabkan karena penyesuaian diri sikap bermusuhan dengan lawan yang merupakan ciri dari akhir masa kanak-kanak dan masa puber, menjadi sikap menaruh minat dan pengembangan kasih sayang kepada mereka merupakan penyesuian yang radikal. Remaja yang tidak berkencan karena meraka kurang menarik bagi lawan jenis atau karena mereka masih menuruskanperasaan tidak senang pada lawan jenis, dianggap tidak matang oleh teman-teman sebaya, keadaan ini menyebabkan terputusnya hubungan sosial renaja dengan teman-teman yang sikap dan perilaku terhadap lawan jenis sudah menjadi lebih matang.

Menolak peran seks yang diakui dan terus menerus memikirkan masalah seks, kehamilan sebelum menikah dan pernikahan sebelum remaja dapat mencari nafkah juga di anggap sebagai tanda-tanda ketidakmatangan. Menolak peran seks yang diakui, terlebih bagi gadis-gadis, dianggap sebagai salah satu ketidakmatangan yang paling berbahaya dibidang ini karena dapat merupakan sumber kesulitan dalam perkawinan. 3. Seks di tinjau dari segi agama

(58)

terknologi sangat besar perananya, sehingga jelas bahwa orang yang hidup di kota akan berbeda kebutuhannya dengan orang yang hidup di desa.

Dengan kata lain bahwa lingkungan mempengaruhi kebutuhan manusia baik materi maupun non materi. Perbuatan seseorang adalah cerminan dari pemenuhan kebutuhan orang tersebut. Dengan demikian iman yang ada pada hati nurani dan perasaan takud pada tuhan mempunyai peranan yang penting terhadap kebutuhan manusia dan keseluruhannya sudah dibatasi dalam hukum agama.

4. Seks di tinjau dari sosial

Bernstein (dalam Hurlock, 1990: 129) menjelaskan bahwa seksisme (pemahaman seks) di mulai dari kegiatan di taman kanak-kanak dimana gadis-gadis kecil diarahkan bermain dengan boneka dan di liar kegiatan rekreasi antara anak lelaki dan perempuan sangat di bedakan misalnya anak laki-laki di beri bola dan alat pemukulnya, sedangkan anak perempuan bermain lompat tali, perantara penting yang mampu memberikan pendidikan atau peran seks diri anak adalah media masa, buku cerita, pertunjukan televisi yang di lihat dan semua yang mengarahkan pada penggolongan peran seks.

(59)

5. Seks di tinjau dari segi hukum

Kesopanan pada umumnya mengenai adat kebiasaan yang baik dalam hubungan antara berbagai anggota masyarakat sedangkan kesusilaan mengenai juga adat kebiasaan yang baik itu, tetapi yang khusus ini dapat sedikit banyak mengenai kelamin (seks) seorang manusia yang sudah tercantum dalam KHUP. Menurut Oemar Seno Adji

dalam karangannya pada majalah “Hukum dalam Masyarakat” tahun 1965 nomor

3,4,5,6 dan tahun 1966 Nomor 1, 2 dan 3 menggunakan istilah delik susila.

Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa seks adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang mempunyai peranan masing-masing dalam kehidupannya.

Menurut Sarwono (2001) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Objek seksual biasa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Sedangkan menurut Hyde (1990) perilaku seksual adalah tingkah laku yang dapat menimbulkan kemungkinan untuk mencapai orgasme. Padahal ada kalanya ketika seseorang melakukan senggama ia tidak mengalami orgasme, hal ini biasanya dialami oleh wanita. Untuk itu ditampilkan definisi lain, yaitu perilaku seksual adalah semua jenis aktifitas fisik yang melibatkan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau afeksi (Nevid, Rathus & Rathus, 1995).

(60)

2.2.2 Fungsi Seks

Menurut Reuben (Wirawan, 1991:13) seks mempunyai beberapa fungsi, seperti: a. Seks untuk tujuan reproduksi, yaitu untuk memperoleh keturunan. Oleh karena itu

sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah suatu yang suci, suatu yang tabu dan tidak patut di bicarakan secara terbuka

b. Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan berlandaskan cinta dan di dukung oleh ikatan cinta

c. Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah satu pihak (Wirawan, 1899).

2.2.3 Jenis-Jenis Seks Dalam Arti Penyimpangan

Pada dasarnya semua aktivitas seks yang diperoleh dengan cara yang tidak wajar termasuk ke dalam kelompok penyimpangan seksual. Ada beberapa jenis penyimpangan seks yang paling sering terjadi di era modern ini yaitu:

a. Homoseksual dan Lesbian

Homoseksual adalah aktivitas seks yang terjadi akibat perubahan orientasi pasangan seks dimana pelakunya disebut gay atau homo untuk pria dan lesbian untuk penyuka sesama jenis wanita. Beberapa ahli tidak memasukkan homoseksualitas sebagai penyakit melainkan rasa ketertarikan atau romantisme biasa terhadap sesame jenis

b. Sadomasokis

(61)

terangsang. Sementara masokis adalah perilaku menyimpang dimana penderita merasa puas jika disiksa atau disakiti selama berhubungan intim

c. Ekshibisionisme

Ekshibisionisme adalah perilaku seks menyimpang dimana pelaku akan memperoleh kenikmatan dengan cara memperlihatkan organ seksnya kepada orang lain. Objek yang kaget, malu, takut dan menjerit akan semakin membuat pelaku terangsang. Meski penyimpangan seks ini sebagian besar diidap kaum pria, banyak juga wanita yang senang mempertontonkan anggota tubuh vitalnya kepada orang lain di depan publik atau melalui media sosial seperti facebook dan twitter.

d. Voyeurisme

Voyeurisme adalah perilaku seks menyimpang dimana perilaku akan memperoleh kepuasan seks dengan cara mengintip orang lain yang sedang telanjang atau mandi atau bahkan saat berhubungan seks. Pelaku umumnya tidak akan melakukan kekerasan fisik kepada korban hanya mengintip dan melakukan masturbasi setelah atau selama mengintip

e. Fetishisme

Fetishisme disebut aneh karena pelaku hanya bisa menyalurkan hasrat seksnya terhadap benda-benda tertentu seperti BH, celana dalam, kaos kaki atau benda lain. Pelaku akan melakukan masturbasi dengan memegang objek tersebut sambil mengkhayalkan bersetubuh dengan pemilik objek tersebut

f. Pedophilia

(62)

g. Bestially

Bestially adalah perilaku seks menyimpang dimana penderita memiliki ketertarikan melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kuda, anjing, ular, ayam dan lain-lain

h. Incest

Incest adalah hubungan intim yang dilakukan terhadap sesama anggota keluarga seperti antara anak dengan ayah atau ibu, paman dengan kemenakan, antara sepupu atau antara saudara dengan saudara. Hubungan rahasia ini biasanya tersembunyi sangat rapat dan sangat jarang diketahui atau terbongkar

i. Necrophilia atau Necrofil

Necrofil adalah jenis penyimpangan seks dimana pelaku melakukan hubunganh seks dengan mayat. Umumnya pelaku adalah pria yang mengalami gangguan perilaku dan keterhambatan sosial dan menjadikan mayat yang tidak berdaya sebagai objek seks j. Frotteuris

Pelaku seks frotteuris mendapatkan kepuasan seks dengan cara menggosok-gosokkan alat kelaminnya ke tubuh wanita di tempat umum seperti di kereta, bis atau tempat keramaian lainnya (12 Jenis Penyimpangan Seks yang Perlu Anda Ketahui.htm_, diakses tanggal 09 juni 2014 pukul 17.45 WIB)

2.3 Seks Bebas (free sex)

2.3.1 Pengertian

(63)

Seks bebas adalah gaya hidup yang berasal dari barat. Dalam hidup seks bebas ini, manusia diberi kebebasan untuk melampiaskan hasrat seksualnya tanpa harus terikat pada norma, baik agama maupun lingkungan sosial. Menurut mereka tubuh dan seksualitas adalah murni urusan peribadi sehingga tidak seorangpun atau sesuatu pun yang berhak mengatur apalagi mengekang kebebasan tersebut (Nawita, 2013:82-83)

Pengertian seks bebas menurut Kartono merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan menurut Desmita pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual (Psycologymania, 2012).

Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi. Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang telah berumah tangga pun sering melakukannya dengan orang yang bukan pasangannya. Biasanya dilakukan dengan alasan mencari variasi seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan http://pessek.com/pengetian-seks-bebas-dan-dampak-seks-bebas.html, diakses tanggal 10 juni 2014 pukul 17.09 WIB).

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Kependudukan Kampung
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Seleksi Mandiri Universitas Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan pada tanggal 2Lluli20L3. Yogyakarta ,2L

Furthermore, Richards and Lockhart (1994) explain there are several reasons why questions are so commonly used in teaching; they stimulate and maintain students’

Dari Tabel 2 diketahui bahwa di antara keempat jenis madu, madu kaliandra dan klengkeng mempunyai komponen fenolat total paling rendah, madu rambutan sedang, dan madu

Yang melatar belakangi penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana responsiveness, personal selling dan kualitas produk mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan pada

Baik buruknya kinerja yang dihasilkan oleh guru sangat ditentukan oleh baik buruknya pelaksanaan gaya kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh seorang kepala

Dalam skripsi ini dibahas faktor yang mempengaruhi aktivitas seksual pada wanita perimenopause yang mengalami perubahan baik itu perubahan fisik maupun perubahan psikologis

Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, maka dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan Value Stream Mapping untuk mengidentifikasi adanya waste dalam proses