• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) Di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) Di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

1. Monogram Citra Landsat Kecamatan Singkohor Band 6 5 4 (Landsat 8)

No. Tipe Penutup lahan Kode Kunci Penafsiran Monogram 1. Tubuh Air - Pola tidak teratur

2. Kawasan Hutan - Tekstur agak kasar

sampai dengan kasar - Pola tidak teratur - Biasanya areal cukup

luas - Pola tidak teratur - pada dataran rendah s/d curam

- Tekstur agak kasar - Pola seragam, adanya

(2)

5. Perkebunan

Seluruh kawasan perkebunan, baik yang

sudah ditanami

- Tekstur agak halus dan agak kasar - Warna biru bercak merah muda

- Tekstur agak kasar - Bentuk tidak beraturan

- Pola tidak teratur - topografi landai s/d curam

(3)

3. Dokumentasi Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) pada lokasi

penelitian.

a. Cempedak (Arthocarpus champeden) b. Melinjo (Gnetum gnemon)

c. Mangga (Mangifera indica) d. Rambutan (Nepheium lappaccium)

(4)

g. Nangka (Artocarpus heterophyllus) h. Kakao (Theobroma cacao)

i. Jambu air (Syzygium aqueum) j. Sawo (Manilkara kauki)

(5)

m. Kedondong (Spondias dulcis) n. Jengkol (Pithecellobium jiringa)

o. Jambu air (Syzygium aqueum)

4. Hasil evaluasi kontingensi citra Kecamatan Singkohor tahun 2015

No. Kelas Lahan Kawasan Hutan

Pemukiman Perkebunan Lahan terbuka

Semak belukar

Sawah Badan air 1 Kawasan

Hutan

1703 0 5 0 0 0 0

2 Pemukiman 0 13 0 7 0 0 0

3 Perkebunan 20 0 1008 0 0 0 0

4 Lahan terbuka

6 0 7 868 0 0 1

5 Semak belukar

0 0 1 8 62 0 0

6 Sawah 0 0 0 0 0 9 0

(6)

No. Kelas lahan Producer’s Accuracy (%) User’s accuracy (%)

1 Kawasan hutan 92,905 94,78

2 Pemukiman 100 65

3 Perkebunan 95,24 95,975

4 Lahan terbuka 97,305 97,88

5 Semak belukar 100 87,32

6 Sawah 100 100

7 Badan air 98,18 56,25

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S. 1993. Survey Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Aqsar, Z., E. 2009. Hubungan Ketinggian dan Kelerengan Dengan Tingkat Kerapatan Vegetasi Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil. 2014. Kecamatan Singkohor Dalam Angka Tahun 2014.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan. 2014. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Singkil. Singkohor. Nanggroe Aceh Darusalam

Darmawan, A. 2002. Perubahan Penutupan Lahan di Cagar Alam Rawa Danau. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dephut, 2008. Status Kepemilikan Lahan pada Kawasan Pantai dan Hutan Mangrove. Diakses dari http://dephut.go.id [12 Maret 2015]

Ekadinata, A., S. Dewi, D. P. Hadi, D. K. Nugroho, dan F. Johana. 2008. Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Gandasasmita, 2001. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Perubahan Situ (studi kasus kota Depok). [Tesis]. Sekolah Pasacasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ginting, Yohanes R. S. 2014. Analisis Tingkat Kerusakan Mangrove Berdasarkan NDVI dan Kriteria Baku di Kawasan Hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.

Harahap, A. Analisis Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Ketersediaan Lahan dan Terhadap Migrasi Penduduk. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapres. Jakarta. Hardjowigeno, S Dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan

(8)

Jaya, N. 2010. Analisis Citra Digital : Perspektif Penginderaan Jarak Jauh untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam. IPB. Bogor.

Lillesand, T.M., dan R.W. Kiefer. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. New York.: John Wiley&Son, Inc,.

Lillesand, T.M., dan R.W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (Di Indonesia-kan oleh Dulbahri, P. Suharsono, Hartono, Dkk). UGM Press. Yogyakarta.

Lillesand, T. M.,dan R. W. Kiefer., Chipman, J. W. 2004. Remote Sensing and Image Interpretation (Edisi Kelima). John Willey and Sons Inc. New York. Lo, C.P. 1995. Penginderaan Jauh Tahapan. Terjemahan. Universitas Indonesia.

Jakarta

Munibah, K. 2008. Geomorfologi Tanah dan Aplikasinya untuk Pembangunan Nasional. Makalah Orasi Ilmiah, disampaikan dalam rangka Dies Natalies ke-44 Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

Sirait, Rohana M. 2014. Analisis Perubahan Penutupan Kawasan Hutan Mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan Antara Tahun 2011 Dengan 2014. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito. Bandung.

Suryadi,S. 2007. Buletin Jejak Leuser; Penegakan hokum di TNGL bukan basa basi. Balai Taman Nasional Gunung Leuser. Volume 3 No.7 tahun 2007. Medan.

Suyanto, Yusanto, N. Hafizianor. 2009. Inventarisasi Jenis-Jenis Pohon Bermanfaat Ganda Unggulan Lokal (Multi Purpose Tree Species) Berdasarkan Kondisi Ekologisnya Dalam Rangka Upaya Rehabilitasi Lahan Kritis di Kabupaten Banjar. Jurnal Hutan Tropis Borneo. Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru. Banjarmasin.

Thoha, Achmad Siddik. Tesis. Penggunaan Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk deteksidan Prediksi Kebakaran Gambut di Kabupaten Bengkalis propinsi Riau. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wadyanti, R. 2010. Formulasi Model Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Angkutan Kota di Depok. Jurnal Tata Guna Lahan. Depok.

(9)
(10)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh

Singkil, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2015.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Komputer (Personal Computer) beserta perlengkapannya.

b. Perangkat lunak, pengolahan citra,dan GIS (Envi 4,7 dan ARC GIS 10.0)

c. GPS (Global Positioning System) d. Kamera digital.

(11)

f. Manual Monogram Sumatera

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data spasial

penutupan lahan Kota Administatif Aceh Singkil antara lain:

a. Citra Landsat 8 OLI tahun 2015 sumber (http://www.glovis.usgs.gov) b. Peta Dasar: peta Batas administratif, peta kawasan hutan SK 941 tahun

2013, peta badan air, dan peta jalan.

c. Data-data kependudukan Kota Administratif Aceh Singkil.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan secara deskriptif. Pendekatan ini memanfaatkan data dan peta yang sudah

dikumpulkan sesuai dengan tujuan untuk di analisis. Data-data seperti peta kependudukan, peta batas administratif, dan lain sebagainya ditabulasikan dalam

bentuk basis data kemudian dideskripsikan. Prosedur penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data sekunder

Sebelum dilaksanakan survey lapangan, terlebih dulu dilakukan analisis citra satelit untuk mendapatkan peta penutupan lahan misalnya hutan, perkebunan, sawah, ladang, semak belukar, pemukiman dan lahan

kosong. Kemudian dilakukan cek lapangan untuk menentukan penutupan lahan yang sebenarnya. Selain data dari citra satelit,

(12)

Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kehutanan, Bappeda Kabupaten dan Biro Pusat Statistik.

2. Pengumpulan data primer

Data primer yaitu data yang diambil langsung dari lapangan berupa ground chek penutupan lahan hasil dari analisis citra satelit. Data lain yang diambil untuk keperluan mendukung analisis kesesuaian lahan berupa data fisik lapangan.

Analisis dan Interpretasi Data

Data-data yang berhasil dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan beberapa software (perangkat lunak) yaitu Microsoft Excel (pengolah data numerik), Software ArcGis 10 (pengolah peta dan citra) dan Software ENVI 4.7 (pengolah citra).

Metode Analisis Citra

Analisis citra landsat TM dengan menggunakan software ENVI 4,7 dilakukan untuk mendapatkan gambaran penutupan lahan seluruh wilayah

kabupaten Aceh Singkil. Analisis ini dilakukan dengan mengelompokkan nilai-nilai pixel dalam kisaran tertentu ke dalam beberapa kelas penutupan lahan.

Metode klasifikasi yang digunakan adalah metode klasifikasi terbimbing dengan metode (Maximum Likehood Classifier) yaitu mengelompokkan citra ke dalam beberapa kelas penutupan lahan dengan mengacu pada peta dasar, dan kemudian

(13)

Analisis NDVI

Proses analisis NDVI dilakukan pada citra satelit landsat 8 dengan

path/row: 129/58 yang akan melingkupi vegetasi yang terdapat di Kecamatan Singkohor. Formula NDVI merupakan rasio antara band NIR dan band Red. Saluran yang digunakan untuk mengetahui kerapatan tajuk pada citra landsat 8

adalah band 5 dan band 4 (Ginting, 2014).

Berikut merupakan formula untuk mengetahui NDVI:

NDVI = (NIR-Red) /(NIR+Red), maka NDVI = (Band 5 - Band 4) / (Band 5 + Band 4)

Survei Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species)

Dilakukan kegiatan survei tanaman MPTS berdasarkan jenis di dalam lokasi penelitian. Survei ini bertujuan mendapatkan jenis tanaman yang mampu

(14)

Berikut ini adalah kerangka kegiatan penelitian:

.

Gambar 2. Diagram alur kegiatan penelitian Peta Land use

Pengolahan Citra

Data Tabulasi

Peta penggunaan lahan

Koreksi Radiometrik Koreksi Geometrik

(15)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik kependudukan Kecamatan Singkohor

Pertambahan penduduk kota di Indonesia mendorong meningkatnya kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi di kota yang selanjutnya menyebabkan kenaikan kebutuhan akan lahan. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Singkohor yang

setiap tahun mengalami pertambahan penduduk. Berikut adalah tabel pertambahan jumlah penduduk di Kecamatan Singkohor berdasarkan Badan Pusat

Statistik Kabupaten Aceh Singkil tahun 2013:

Tabel 1. Pertambahan jumlah penduduk Kecamatan Singkohor. Tahun Jumlah Penduduk

2011 5.431

2012 5.582

2013 5.734

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa pada Kecamatan Singkohor setiap

tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pertambahan jumlah penduduk, baik yang bersifat alami maupun migrasi merupakan salah satu penyebab meningkatnya jumlah

penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan ruang.

Meningkatnya jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya

kebutuhan akan permukiman, fasilitas jalan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan,

dan fasilitas pelayanan umum dan lainnya (Harahap, 2010).

Perubahan penggunaan lahan adalah peralihan fungsi lahan dari fungsi

tertentu menjadi fungsi lainnya, misalnya dari sawah berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha, dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi atau yang

(16)

merubah lahan. Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk dari desa maupun perkotaan memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan

lahan ( Harahap, 2010).

Pertambahan jumlah penduduk selalu diikuti oleh pertambahan tuntutan akan ruang untuk tempat tinggal dan kemudian juga adanya pertambahan volume

dan frekuensi kegiatan yang diikuti oleh pertumbuhan tuntutan ruang untuk mengakomodasi kegiatan – kegiatan yang baru (Wulangsari dan Pradoto, 2013).

Oleh karena itu pertambahan penduduk di Kecamatan Singkohor juga mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan tersebut.

Penggunaan lahan merupakan fenomena berdimensi fisik-sosial- ekonomi

yang keberadaannya dipengaruhi oleh aktivitas manusia, oleh karena itu keberadaannya bersifat dinamis. Ketersedian lahan yang terbatas dengan jumlah

penduduk yang bertambah terus menerus serta semakin kompleksnya aktivitas manusia menyebabkan karakteristik penggunaan lahan semakin variatif.

Sumberdaya lahan sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia

karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertenian, industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, dan daerah yang dipelihara kondisi

alamnya untuk tujuan ilmiah. Banyaknya kegiatan di suatu wilayah dapat mempengaruhi penggunaan lahan di suatu tempat atau wilayah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2013), di Kabupaten Aceh Singkil terdapat 3 sektor

lapangan usaha pekerjaan yaitu sektor pertanian atau perkebunan, sektor manufaktur atau industri dan sektor bidang jasa. Berikut adalah tabel rincian

(17)

Tabel 2. Jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha pekerjaan utama di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2008 – 2013.

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk yang bekerja paling banyak berada pada sektor pertanian atau perkebunan. Harahap (2010) menyatakan bahwa

faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah topografi dan potensi yang ada di masing – masing daerah. Banyaknya jumlah penduduk

yang bekerja pada sektor ini disebabkan karena potensi yang ada di Kabupaten Aceh Singkil cocok untuk penggunaan lahan pertanian ataupun perkebunan.

Selain itu penduduk yang bekerja pada sektor jasa umumnya

diklasifikasikan menjadi dua, yakni jasa yang bersifat kelembagaan dan jasa non-kelembagaan. Jasa kelembagaan meliputi lahan untuk perkantoran, tempat

pendidikan/sekolah atau kampus, rumah sakit, dan bank. Jasa non-kelembagan adalah perhotelan. Dan jumlah pekerja yang paling sedikit berada pada sektor industri.

Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan

(18)

makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik (Wadyanti, 2010).

Hasil Analisis Citra

Citra komposit 654-RGB dari landsat 8 pada perekaman tahun 2015 telah dipotong sesuai dengan daerah batas kecamatan Singkohor. Selanjutnya

dikonversi kedalam data layer, kemudian diolah pada program ArcGis. Citra landsat 8 OLI hasil dari kombinasi band diklasifikasi berdasarkan hasil interpretasi citra melalui rona, bentuk dan tekstur citra. Pada citra landsat 8 selanjutnya dilakukan analisis dengan klasifikasi terbimbing dan setelah itu dapat dihitung akurasi dari hasil klasifikasi yang telah dilakukan.

Klasifikasi penutupan lahan pada citra landsat dilakukan dengan cara digitasi on screen (digitasi pada layar). Menurut Sambah dan Zainul (2008) dalam

Sirait (2014) digitasi on screen adalah proses merubah data analog atau data digital yang berformat raster (jpeg, tiff, gif, dll) yang ada pada layar komputer menjadi data digital berformat vektor (shp, dwg, dxf) dan mempunyai data atribut.

(19)

Gambar 3. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Singkohor Tahun 2015

Dalam menginterpretasi citra dapat menggunakan monogram Sumatera yang disesuaikan dengan kondisi kawasan di kecamatan Singkohor yang telah diperoleh saat survey di lapangan. Selain itu, aplikasi Google Earth juga dapat

digunakan sebagai bahan acuan dalam menginterpretasi citra. Dalam aplikasi ini dapat dilihat fungsi penggunaan lahan secara langsung. Setelah dilakukan analisis

citra maka dapat dilihat hasil akhir berupa peta penutupan lahan di kecamatan Singkohor pada tahun 2015.

Berdasarkan pengujian hasil klasifikasi spektral citra satelit terhadap uji

lapangan digunakan uji akurasi dengan confusion matrix / matriks kesalahan yaitu matriks bujur sangkar yang memuat jumlah piksel yang telah diklasifikasi.

(20)

semua elemen dalam matriks untuk menguji ketelitian dari interpretasi citra yang sudah dilakukan. Nilai Kappa Accuracy dari klasifikasi tutupan lahan di

kecamatan Singkohor tahun 2015 adalah 93,37%.

Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan

Hasil interpretasi citra landsat 8 OLI berformat RGB (band 654) dengan

klasifikasi terbimbing (supervisied classification) menggunakan metode (Maximum likelihood classifier) atau metode peluang maksimum dimana dalam

klasifikasi ini diperlukan suatu penciri kelas dari masing-masing kelas tutupan lahan. Pengkelasan ini menggunakan bentuk training sampel yang bersifat sebaran normal (distribusi normal) yaitu semua sebaran / distribusi pola tanggapan

spektral penutup lahan yang dianggap atau diasumsikan sebagai vektor rata-rata atau dan kovarian matrix. Dari metode tersebut, maximum likelihood classifier

mampu membedakan penggunaan lahan yang ada di kecamatan Singkohor menjadi 7 tipe penggunaan lahan. Luas penutupan lahan di kecamatan Singkohor dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut.

Tabel 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Singkohor tahun 2015

Penggunaan Lahan Luas (ha) Persen (%)

Lahan Terbuka 5.491,57 31,06 Perkebunan 4.585,41 25,93 Kawasan Hutan 4.046,67 22,89

Badan Air 3.040,29 17,19

Semak Belukar 427,9 2,42

Pemukiman 83,7 0,47

Sawah 2,61 0,014

Total 17.678.15 100

Kecamatan Singkohor merupakan salah satu kecamatan yang berada

(21)

memiliki luas mencapai 5.491,57 Ha atau menempati sekitar 31,06% dari luas total kecamatan Singkohor. Selain itu tipe penggunaan lahan dengan wilayah luas

kedua adalah perkebunan. Umumnya masyarakat setempat menggunakan tanaman Sawit sebagai komoditi utama dari lahan perkebunan mereka. Tipe penggunaan lahan perkebunan memiliki luasan sekitar 4.585,41 Ha atau sekitar 25,93% dari

luas total kecamatan Singkohor. Selanjutnya tipe penggunaan lahan berupa kawasan hutan menempati urutan ketiga dengan luas 4.046,67 Ha atau sekitar

22,89% dari luas total kecamatan Singkohor.

Badan air menempati urtan keempat dengan luas 3.040,29 Ha atau sekitar 17,19% dari luas total kecamatan Singkohor. Selain itu tipe penggunaan lahan

yang lain adalah sawah dengan luas 2,61 Ha, pemukiman dengan luas 83,7 Ha, dan semak belukar dengan luas 427,9 Ha. Keberadaan badan air di kecamatan

Singkohor menjadi faktor yang sangat penting dikarenakan keberadaan badan air dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengubah fungsi penggunaan lahan seperti pemukiman dan sawah. Selain itu, badan air juga pada dasarnya menjadi

elemen pendukung dalam suatu penggunaan lahan.

Kebanyakan penggunaan lahan seperti lahan terbuka dikhususkan untuk

diubah menjadi fungsi penggunaan lain menjadi perkebunan (sawit). Luas lahan kosong diusahakan untuk penggunaan lahan lain yang semakin luas. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dapat dimungkinkan jika daerah kawasan hutan

mendukung untuk tempat tumbuh tanaman kelapa sawit sehingga perubahan penggunaan lahan banyak menjadi perkebunan (sawit). Hal ini sesuai dengan

(22)

Sehubungan dengan fungsinya sebagai sumber hara, tanah merupakan faktor fisik lahan yang paling sering dimodifikasi agar penggunaan lahan yang diterapkan

mendapatkan hasil yang maksimal.

Pengaruh Aksesibilitas dalam Perubahan Penggunaan Lahan

Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong

penduduk membuka lahan baru dan selain itu juga penduduk membangun jalan sehingga memudahkan aksesibilitas. Berikut peta jalan kecamatan Singkohor:

Gambar 4. Peta Akses Jalan Kecamatan Singkohor

Berdasarkan peta di atas dapat disimpulkan bahwa akses jalan melewati kecamatan Singkohor cukup baik sehingga aksesibilitas menuju atau keluar dari

(23)

yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan penutupan lahan di suatu wilayah aksesibilitas. Dengan membangun jaringan jalan

maka akan lebih memudahkan dalam proses perubahan penggunaan lahan.

Haryani (2011) dalam Sirait (2014) menyatakan bahwa bebebrapa kajian dan penelitian telah dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab

terjadinya perubahan penggunaan lahan. Beberapa hal yang diduga sebagai penyebab proses perubahan penggunaan lahan antara lain: (1) Besarnya tingkat

urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di pedesaan, (2) Meningkatnya jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah hingga atas di wilayah perkotaan yang berakibat tingginya permintaan terhadap pemukiman

(komplek-komplek perumahan), (3) Terjadinya transformasi di dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya akan menggeser kegiatan pertanian / lahan

hijau khususnya di perkotaan, (4) Terjadinya fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.

Penggunaan Lahan berdasarkan SK.941/Menhut-II/2013

Hutan primer yang berada di kecamatan Singkohor merupakan tutupan lahan yang saat ini banyak mengalami tekanan dibandingkan dengan tipe tutupan

(24)

Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan SK 941/Menhut-II/2013 Kecamatan Singkohor

Berdasarkan SK 941/Menhut-II/2013 terdapat dua fungsi kawasan yang

ada di kecamatan Siongkohor yaitu Hutan Produksi Konversi (HPK) dan Areal Penggunaan Lain (APL). Berikut adalah tabel luas masing fungsi kawasan yang ada di kecamatan Singkohor:

Tabel 4. Luas Fungsi Kawasan Kecamatan Singkohor

Fungsi Kawasan Luas (Ha)

HPK 6.022,665

APL 11.655,485

Dari tabel diatas Hutan Produksi Konversi (HPK) menempati sekitar

34,07% dari luas total kecamatan Singkohor dan Areal Penggunaan Lain (APL) sebesar 65,93%. Berdasarkan fungsi kawasan tersebut keberadaan kawasan hutan

(25)

lahan berupa kawasan hutan berada dalam fungsi kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK).

Pada fungsi kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) perubahan penggunaan lahan dapat berubah berdasarkan beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan tersebut kemungkinan dapat disebabkan

seperti dalam kutipan Barlowe (1978) dalam Sirait (2014) yang menyatakan bahwa dalam menentukan penggunaan lahan terdapat empat faktor penting yang

perlu dipertimbangkan yaitu: faktor fisik lahan, faktor ekonomi, dan faktor kelembagaan. Selain itu, faktor kondisi sosial budaya juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan. Berdasarkan faktor tersebut, Areal Penggunaan Lain

sebagian besar dikonversi dan dikelola menjadi areal budidaya seperti perkebunan masyarakat.

Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan

Indeks vegetasi merupakan pengukur empiris dari aktivitas vegetasi. Data ini telah sering digunakan untuk memantau secara global variasi spasial dan

temporal yang terjadi pada vegetasi dengan ketepatan yang tinggi ( Aqsar, 2009). Pada dasarnya indeks vegetasi mencoba menonjolkan saluran spektral yang peka

pada variasi kerapatan tumbuhan.

Proses analisis NDVI dilakukan pada citra satelit landsat 8 dengan path/row: 129/58 dimana akan melingkupi keadaan vegetasi yang ada di kecamatan Singkohor. Formula NDVI merupakan rasio antara band NIR dan band Red yang dimana pada citra landsat 8 merupakan band 5 dan band 4

(26)

Tabel 5. Tingkat kerapatan tajuk berdasarkan nilai NDVI:

Tingkat kerapatan Kisaran nilai NDVI Estimasi kerapatan kanopi

Jarang (-1) – 0,32 <50%

Sedang >0,32 - 0,42 50-70%

Rapat >0,42 - 1 >70%

Nilai NDVI memiliki hubungan terhadap keberadaan vegetasi di permukaan bumi dan dapat menunjukkan kondisi vegetasi. Nilai NDVI berkisar

antara (-1) hingga +1. Nilai NDVI rendah menunjukkan tingkat vegetasi yang rendah seperti awan, air, tanah kosong, bangunan, dan unsur non-vegetasi lainnya. Sedangkan nilai NDVI yang tinggi (positif) menunjukkan tingkat vegetasi hijau

yang tinggi. Jadi nilai indeks vegetasi yang lebih besar dihubungkan dengan semakin tingginya tingkat kesuburan penutupan vegetasi.

Nilai NDVI dari citra landsat 8 OLI pada citra perekaman tahun 2015 pada berbagai penggunaan lahan adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Kisaran nilai NDVI berbagai penggunaan Lahan pada lokasi penelitian Penggunaan lahan Nilai NDVI Tingkat kerapatan Badan air (-0,329503) - 0,237620 Vegetasi jarang

Pemukiman - Lahan terbuka 0,237620 - 0,349552 Vegetasi jarang Semak - Sawah 0,349552 - 0,427905 Vegetasi sedang Perkebunan 0,427905 - 0,487602 Vegetasi rapat Kawasan hutan 0,487602 - 0,621921 Vegetasi rapat

Berdasarkan tabel diatas transformasi nilai dengan kelas kerapatan vegetasi jarang adalah (-0,329503) – 0,237620 dimana tipe tutupan lahannya

(27)

transformasinya adalah 0,427905 – 0,621921 dimana tipe tutupan lahannya berupa lahan perkebunan dan kawasan hutan.

Berdasarkan data yang ada, rasio nilai tertinggi yaitu 0,621, rasio nilai terendah yaitu (-0,329) dan nilai indeks rata-rata yaitu 0,453. Dari data tersebut dapat diasumsikan bahwa kondisi vegetasi di kecamatan Singkohor cukup baik

karena luas penggunaan lahan yang cukup mendominasi adalah perkebunan dan kawasan hutan seluas 8.632,08 ha dan sudah mewakili tingkat kerapatan vegetasi

yang cukup rapat pada lokasi penelitian. Hal ini didukung oleh pernyataan Thoha (2006) yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai NDVI maka tutupan

lahan berupa vegetasi yang menempati suatu kawasan semakin rapat dan nilai

NDVI yang rendah menunjukkan kondisi vegetasi suatu kawasan tidak rapat dan bahkan tidak bervegetasi.

Berikut peta kerapatan tajuk di kecamatan Singkohor:

(28)

Inventarisasi Tanaman MPTS (Multi purpose Tree Species)

Jenis-jenis tanaman unggulan MPTS (Multi purpose Tree Species) kini telah menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat dan dampaknya lebih eksis daripada jenis eksotis yang hanya semata-mata hanya untuk menghasilkan

kayu, sehingga tidak heran jika jenis unggulan MPTS lebih disukai masyarakat. Hal ini dikarenakan jenis MPTS mempunyai fungsi ganda (multi purpose) sejak memasuki umur produktif selain hasil hutan non kayu berupa buah-buahan, getah,

nira, sabut dan sebagainya, setelah dewasa dan tidak produktif lagi pohonnya dapat ditebang dan dimanfaatkan kayunya untuk dijual (Suyanto, dkk, 2009).

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan terdapat 15 jenis tanaman MPTS yang terdapat di lokasi penelitian. Berikut adalah jenis tanaman MPTS hasil survey pada lokasi penelitian:

Tabel 7. Jenis-Jenis tanaman MPTS.

No. Jenis MPTS Nama Latin

1 Cempedak Arthocarpus champeden

2 Durian Durio zibethinus

3 Jambu air Syzygium aqueum

4 Jambu biji Psidium guajava

5 Jambu bol Syzygium malaccense

6 Jengkol Pithecellobium jiringa

7 Kakao Theobroma cacao

8 Kedondong Spondias dulcis

9 Kelengkeng Dimocarpus longan

10 Langsat Lansium domesticum

11 Mangga Mangifera indica

12 Melinjo Gnetum gnemon

13 Nangka Artocarpus heterophyllus

14 Rambutan Nepheium lappaccium

15 Sawo Manilkara kauki

Pada dasarnya syarat tumbuh suatu tanaman ditentukan oleh tiga faktor

utama yang merupakan ASPEK LINGKUNGAN, yakni :

(29)

• Jenis media tanam (jenis tanah, kedalaman tanah, ph tanah, dll)

• Ketinggian tempat (dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, dll)

Tipe penggunaan lahan yang paling besar luasannya adalah lahan terbuka

yang seluas 5.491,57 Ha. Cukup luasnya lahan terbuka ini kemungkinan terjadi karena konversi lahan menjadi areal budidaya seperti perkebunan masyarakat. Keterlambatan pengelolaan lahan terbuka dapat menyebabkan tumbuhnya semak

dan mengeringnya lahan sehingga menyebabkan lahan menjadi kritis.

Berdasarkan tiga faktor tersebut, dapat diasumsikan bahwa jenis-jenis

tanaman yang didapat (survey) memiliki keunggulan dalam beberapa hal dibandingkan dengan tanaman eksotik lainnya. Keunggulan tersebut antara lain berasal dari habitat aslinya, telah teruji dan mampu beradaptasi dengan

lingkungan, bernilai melestarikan keanekaragaman hayati, dan secara finansial memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta disukai oleh masyarakat. Suyanto, dkk

(2009) menyatakan bahwa jenis-jenis tanaman MPTS akan lebih prospektif memberikan peluang bagi keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan kritis jika ditawarkan sebagai jenis-jenis pohon yang digunakan untuk rehabilitasi. Sehingga

(30)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada tahun 2015 penggunaan lahan terbesar lahan terbesar pada lokasi penelitian yaitu pada tipe lahan terbuka dengan total luasan 5.491,57 Ha atau sekitar 31,06% dari total luasan, sedangkan kawasan hutan hanya sekitar

4.046,67 atau sekitar 22,89% dari total luasan. Dimana kawasan hutan di lokasi penelitian diperkirakan akan semakin berkurang dikarenakan konversi

penggunaan lahan menjadi tipe penggunaan lahan lain seperti perkebunan. 2. Tingkat kerapatan tajuk (NDVI) di lokasi penelitian bervariasi dengan rasio

nilai tertinggi yaitu 0,621, rasio nilai terendah yaitu -0,329 dan nilai indeks

rata-rata yaitu 0,453. Dari data tersebut dapat diasumsikan bahwa kondisi vegetasi di kecamatan Singkohor cukup baik.

3. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan didapat 15 jenis tanaman MPTS yang memiliki keunggulan antara lain telah teruji dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga tanaman MPTS lebih prospektif

dalam kegiatan rehabilitasi lahan.

Saran

1. Karena interpretasi dilakukan secara visual dengan digitasi on screen, maka kemampuan interpreter harus ditingkatkan untuk memperoleh hasil interpretasi yang lebih akurat.

(31)

TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan adalah perubahan penggunaan atau aktivitas terhadap suatu lahan yang berbeda dari aktivitas sebelumnya, baik untuk tujuan komersial maupun industri (Munibah, 2008). Dephut (2008) juga menyatakan

penutupan lahan pada kawasan hutan, terutama yang terkait dengan tutupan hutan sangat dinamis dan dapat berubah dengan cepat dimana kondisi hutan semakin

menurun atau berkurang luasnya. Berdasarkan data yang ada, luas hutan selama periode 1985-1997 untuk tiga pulau besar (Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi) telah berkurang seluas ± 1,6 juta ha/tahun. Untuk periode 1997-2000 laju

pengurangan hutan di dalam kawasan hutan mencapai angka ±2,84 juta ha/tahun atau 8,5 juta ha selama 3 tahun.

Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada kaitannya dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan tekah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu

defenisi yang benar-benar tepat (Purbowaseo, 1995). Penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan penutup

lahan lebih merupakan perwujudan sifat fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Satuan-satuan penutup lahan kadang-kadang juga bersifat penutup lahan alami

(Lillesand dan Kiefer, 1994).

Pemetaan penggunaan lahan dan penutup lahan sangat berhubungan

(32)

membuat keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya lahan, maka data ini sangat bersifat ekonomi (Lo, 1995).

Salah satu cara evaluasi lahan adalah melakukan klasifikasi lahan untuk penggunaan tertentu. Penggolongan kemampuan lahan didasari tingkat produksi pertanian tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang sangat panjang

(Sitorus, 1985).

Kenampakan tutupan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan

kenampakan tutupan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu. Perubahan tutupan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni

tipe perubahan tutupan lahan pada lokasi yang sama. Kecendrungan perubahan ini dapat ditunjukkan dengan peta multi waktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan

berdasarkan seri waktu, sehingga perubahan tutupan lahan dapat diketahui. Perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear

karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutupan lahan maupun lokasinya (Murcharke, 1990).

Pengembangan pertanian pada suatu daerah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Secara umum kegiatan pengembangan daerah tersebut meliputi pola pengembangan pertanian secara

tepat dan sesuai dengan potensi lahannya. Potensi lahan perlu dijabarkan secara baik agardapat digunakan sesuai dengan rencana pengembangannya

(33)

Keberhasilan penataan ruang akan ditentukan oleh seberapa besar masyarakat dapat terlibat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan ruang, dan

pengendalian pemanfaatan ruang yang difasilitasi oleh Pemerintah. Sebagai tahapan pertama dari penataan ruang, maka perencanaan memegang peran strategis dan vital untuk dapat menentukan keberhasilan pemanfaatan dan serta

pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien. Perencanaan yang partisipatif memberikan peluang yang lebih besar untuk terciptanya pemanfaatan

ruang yang terpadu dan sinergis, proses partisipatif dalam tahapan perencanaan tata ruang saja, beserta apa peran dan kontribusi yang dapat dilakukan oleh para perencana.

Kondisi Umum Kecamatan Singkohor

Luas Kota Aceh Singkil adalah 1.857,88 km2 yang terdiri dari sebelas

kecamatan yakni kecamatan Pulau Banyak 15,02 km2, kecamatan Pulau Banyak Barat 278,63 km2, kecamatan Singkil 135,94 km2, kecamatan Singkil Utara 142,23 km2, kecamatan Kuala Baru 485,83 km2, kecamatan Simpang Kanan

289,96 km2, kecamatan Gunung Merah 224,3 km2, kecamatan Danau Paris 206,04 km2, kecamatan Suro 127,6 km2, kecamatan Singkohor 159,63 km2, dan

kecamatan Kota Baharu 232,69 km2. Kecamatan Singkohor merupakan daerah tujuan transmigrasi karena masih memiliki kawasan hutan yang cukup luas (BPS, 2014).

Data pusat statistik kecamatan Singkohor (2014) menunjukkan bahwa penggunaan lahan di kecamatan Singkohor 15.963 Ha. 11.895 Ha dipakai sebagai

(34)

Berkembangnya ekonomi di kecamatan ini membuat terjadinya perubahan fungsi lahan akibat dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia.

• Daerah transmigrasi

Transmigrasi adalah wilayah potensial yang ditetapkan sebagai

pengembangan permukiman transmigrasi yang terdiri atas beberapa satuan kawasan pengembangan yang salah satu di antaranya direncanakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah baru sebagai kawasan perkotaan baru

sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Sedangkan ketransmigrasian adalah segala sesuatu yang berkatian dengan penyelenggaraan transmigrasi.

Tujuan dilakukannya transmigrasi di Indonesia untuk meningkatkan

kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan

pemerataan pembangunan daerah, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan

bangsa. Penyelenggaraan transmigrasi memiliki sasaran untuk meningkatkan

kemampuan dan produktifitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian,

dan mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan

sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

• Kawasan Perkebunan

Pengertian perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan

tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekositerm yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanamana tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta menejemen

(35)

meningkatkan pedapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan Negara, meningkatkan penerrimaan devisa, menyadiakan lapangan kerja, azas manfaat dan

keterbukaan, serta meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industry dalam negri, dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Perkebunan

mempunyai fungsi ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional, fungsi ekologi

yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung dan sosial budaya .

• Areal Penggunaan Lain

Berdasarkan peraturan menteri kehutanan republik Indonesia no: p.50/Menhut-II/ 2009 tentang penegasan status dan fungsi kawasan hutan

menjelaskan bahwa areal penggunaan lain adalah areal bukan kawasan hutan. Dalam hal areal penggunaan lain tidak dibebani hak atau izin yang sah dari

pejabat yang berwenang namun dalam penunjukan kawasan hutan provinsi berdasarkan hasil paduserasi TGHK dan RTRWP ditunjuk sebagai kawasan hutan, maka status areal tersebut adalah kawasan hutan.

Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Lahan

Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan dan penutupan lahan adalah

faktor-faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan budidaya tanaman, kemudahan teknik budidaya ataupun pengolahan lahan dan

(36)

bersama akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan pada sebuah bidang lahan(Gandasasmita, 2001).

Menurut Darmawan (2002), salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan lahan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan kelangsungan hidup mereka. Tingginya tingkat kepadatan

penduduk di suatu wilayah telah mendorong penduduk untuk membuka lahan baru dimana lahan tersebut digunakan sebagai tempet tinggal maupun sebagai

lahan-lahan budidaya.

Selain itu, faktor-faktor umum lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan penutupan lahan adalah pertumbuhan penduduk, mata

pencaharian, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan pemerintah (Wijaya, 2004). Tekanan dari perubahan penutupan lahan dari

tingginya kepadatan penduduk juga memberi tekanan pada hutan. Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan kegiatan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang bekerja di

bidang pertanian ini memungkinkan terjadinya perubahan penutupan lahan, khususnya budidaya. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang pertanian,

maka kebutuhanakan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong penduduk untuk melakukan kegiatan konversi lahan menjadi fungsi lain pada berbagai penutupan lahan.

Penginderaan Jarak Jauh

Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk

(37)

analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lilesand dkk, 2004).

Data penginderaan jarak jauh merupakan sumber paling utama data dinamis dalam sistem informasi geografis. Beberapa contoh aplikasi yang dimungkinkan oleh data penginderaan jarak jauh adalah sebagai berikut: pemetaan

tutupan lahan, analisa perubahan tutupan lahan, analisa deforestasi, ekspansi perkebunan, perkembangan kota, analisa dampak bencana, perhitungan cadangan

karbon dan emisinya, perhitungan biofisik vegetasi (kerapatan tegakan, jumlah tegakan, biomassa), serta identifikasi dan analisa infrastruktur (jumlah dan

panjang jalan, jumlah rumah, luasan pemukiman dan lain-lain)

(Ekadinata et al., 2008).

Informasi remote sensing yang dihasilkan dari citra satelit (satellite image)

untuk analisis lebih lanjutnya menggunakan SIG. Secara umum data dari penginderaan jauh agar dapat digunakan di SIG harus diinterpretasi dan dikoreksi geometrik terlebih dahulu (Jaya, 2010).

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Perkembangan di bidang teknologi komputer telah membawa manfaat

yang sangat besar bagi penyebaran informasi. Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah bagian dari sistem informasi yang diaplikasikan untuk data geografi atau alat data base untuk analisis dan pemetaan suatu yang terdapat dan terjadi di bumi.

SIG mulai dikenal pada tahun 1950-an. Dimana awalnya penelitian tentang SIG terbatas dikalangan peneliti-peneliti botani, meteorologi, dan transportasi. Mereka

(38)

SIG sering dianggap sebagai hasil perpaduan antara sistem komputer untuk bidang kartografi (Computer Aided Cartography) dengan teknologi basis

data (data base):

1. Pengorganisasian data dan informasi

2. Menempatkan informasi pada tempat tertentu

3. Melakukan komputasi, memberikan ilustrasi keterhubungan satu sama lainnya (koneksi) beserta analisa-analisa spasial lainnya

SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personel yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update, manipulasi, menganalisis, dan

menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis. Penutupan Lahan (Land Cover )

Penafsiran untuk penutupan lahan/ vegetasi dibagi kedalam tiga klasifikasi utama yaitu Hutan, Non Hutan dan Tidak ada data, yang kemudian masing-masing diklasifikasikan lagi. Kelas-Kelas penutupan lahan yaitu lahan

bervegetasi (hutan, perkebunan, semak-belukar, rumput) lahan terbuka, pemukiman dan air.

Contoh kelas penutupan lahan:

1. Hutan, polanya dengan bentuk bergerombol diantara semak dan pemukiman, ukurannya luas, berwarna hijau tua sampai gelap dengan

tekstur relative kasar.

2. Perkebunan, memilki karakter bentuk dan pola bergerombol hingga menyebar terletak diantara hutan dan lahan-lahan terbuka, terkadang

(39)

3. Pemukiman, memiliki tekstur halus sampai kasar,warna magenta, ungu kemerahan, pola disekitar jalan utama.

4. Semak,tekstur yang relatif lebih halus daripada hutan lebat, berwarna hijau agak terang dibandingkan hutan lebat, terdapat diantara perkebunan dan ada juga berbentuk spot.

5. Rumput mempunyai tekstur yang lebih halus daripada semak. Berwarna hijau lebih terang dibandingkan dengan semak tidak terlalu luas, terdapat

diantara perkebunan dan menyebar membentuk spot.

6. Lahan terbuka mempunyai bentuk pola yang menyebar diantara hutan, pemukiman, perkebunan dan jalan, berwarna putih hingga merah jambu

dengan tekstur halus.

7. Tubuh air berwarna biru, untuk sungai dengan bentuk yang berkelok-kelok,

(40)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan kelangsungan produktivitas hidupnya menyebabkan manusia sebagai faktor utama dibalik terjadinya perubahan penutupan lahan. Perubahan penutupan lahan merupakan suatu kombinasi dari

hasil interaksi sosial-ekonomi, politik dan budaya. Penutupan lahan merupakan istilah istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan

bumi (Lillesand dan kiefer, 1990).

Penggunaan lahan (Land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Penggunaan lahan dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan untuk pertanian dan penggunaan lahan bukan untuk pertanian.

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi dimana faktor- faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia,

baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan hutan, dan akibat-akibat merugikan seperti erosi dan akumumulasi

garam (Hardjowigeno, 2001).

Lahan yang luas dan subur dengan kualitas sumberdaya manusia yang berpikiran maju merupakan faktor pendukung utama. Namun demikian dengan

kondisi lahan yang terbatas dan kemampuan lahan tidak merata, maka pengembangan pertanian, kehutanan dan perkebunan yang berkelanjutan harus

(41)

sumber daya alam, dimana data dan informasi merupakan instrument yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan.

Salah satu cara evaluasi lahan adalah melakukan klasifikasi lahan untuk penggunaan tertentu. Penggolongan kemampuan lahan didasari tingkat produksi pertanian tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang sangat panjang

(Sitorus, 1985).

Dalam mengambil keputusan tentang memilih jenis tanaman apa yang

tepat bagi suatu lahan maka diperlukan perencanaan yang tepat. Perencanaan dan pengambilan keputusan yang tepat harus dilandasi oleh data dan informasi yang yang akurat tentang kondisi lahan. Jenis penggunaa lahan dilokasi penelitian

sampai saat ini lebih didominasi oleh penggunaan lahan pertanian atau perkebunan. Hal ini tentu saja dikarenakan oleh berbagai sebab dan salah satunya

adalah faktor fisik lingkungan. Oleh karena itu kajian faktor fisik lingkungan terhadap perubahan penggunaa lahan cukup menarik untuk dilakukan.

Kota Aceh Singkil merupakan kota tujuan program tranmigrasi yang

cukup luas. Badan Pusat Statistik (2013) menyatakan bahwa Kabupaten Aceh Singkil ini mempunyai luas daerah sekitar 1.857,88 Km. Kota Aceh Singkil

berbatasan langsung dengan Kota Subulussalam pada bagian utara, pada bagian selatan berbatasan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan.

Ditinjau dari aspek topografi kota Aceh Singkil berada pada ketinggian 6 s/d 74 m dpl yang terdiri dari 11 Kecamatan. Selain itu, Badan Pusat Statistik juga

(42)

terletak didalam kecamatan tersebut. Nama desa tersebut antara lain Lae Pinang, Lae Sipola, Mukti Harapan, Mukti Jaya, Pea Jambu, dan Singkohor.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka diperlukan data-data spasial Kecamatan Singkohor yang berguna dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya dan ruang di Kecamatan Singkohor yang direncanakan secara

berkelanjutan. Maka dari itu, perlu diadakan penelitian tentang evaluasi penggunaan lahan di Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil.

Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tutupan lahan di kecamatan Singkohor dan mengetahui fungsi penggunaan lahan lain yang terdapat

di kecamatan Singkohor.

Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar kajian pencapaian kebijakan

dan peran institusi dalam pengembangan kecamatan Singkohor di kota Aceh Singkil.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi guna penelitian lebih lanjut tentang pengembangan kecamatan Singkohor kota Aceh Singkil. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan

(43)

ABSTRACT

CHANDRA P. SIMAMORA: Evaluation of Land Use (Land Use) in Singkohor Sub District of Aceh Singkil District 2015. Guided by AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.

This study aimed to analyze land cover in the District Singkohor and know the function of other land uses contained in Singkohor District 2015. This research is located in Singkohor Sub District,of Aceh Singkil District by using satellite images of landsat 8. The research method was a supervised classification. Analysis of the data for the image interpretation by using monogram of Sumatera. The results showed that land cover in the District Singkohor include forests, plantations, open land, settlements, water bodies, bush, and farm. The largest land use at the location of the research is the type of open land area of 5491.57 Ha and forest area of 4046.67 Ha are expected to be on the wane due to the conversion of land use into other uses such as plantations. In addition, 15 species of plants obtained MPTS (Multi Purpose Tree Species) among the sites that have the advantage among others, have been tested and able to adapt to the environment so that these types of plants are more prospective MPTS in rehabilitation activities.

(44)

ABSTRAK

CHANDRA P. SIMAMORA: Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015. Di bawah bimbingan AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO

Penelitian ini bertujuan menganalisis tutupan lahan di Kecamatan Singkohor dan mengetahui fungsi penggunaan lahan lain yang terdapat di Kecamatan Singkohor pada tahun 2015. Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil dengan menggunakan citra satelit landsat 8.Metode penelitian yang digunakan adalah klasifikasi terbimbing. Analisis data untuk interpretasi citra menggunakan monogram Sumatera.

Hasil penelitian menunjukkan tutupan lahan yang ada di Kecamatan Singkohor antara lain kawasan hutan, perkebunan, lahan terbuka, pemukiman, badan air, semak belukar, dan sawah. Penggunaan lahan yang terbesar pada lokasi penelitian adalah tipe lahan terbuka seluas 5.491,57 Ha dan luas kawasan hutan sebesar 4.046,67 Ha yang diperkirakan akan semakin berkurang dikarenakan konversi penggunaan lahan menjadi penggunaan lain seperti perkebunan. Selain itu, didapat 15 jenis tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) pada lokasi penelitian yang memiliki keunggulan antara lain telah teruji dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga jenis tanaman MPTS tersebut lebih prospektif dalam kegiatan rehabilitasi lahan.

(45)

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI

KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL

TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

Chandra Pangihutan Simamora 111201111

BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI

KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL

TAHUN 2015

SKRIPSI

CHANDRA PANGIHUTAN SIMAMORA 111201111

BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(47)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) Di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun

2015 Nama : Chandra P. Simamora

NIM : 111201111

Program studi : Kehutanan

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Afifuddin Dalimunthe, S.P., M.P.

Ketua Anggota

Dr. Budi Utomo, S.P., M.P.

Mengetahui

(48)

ABSTRACT

CHANDRA P. SIMAMORA: Evaluation of Land Use (Land Use) in Singkohor Sub District of Aceh Singkil District 2015. Guided by AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.

This study aimed to analyze land cover in the District Singkohor and know the function of other land uses contained in Singkohor District 2015. This research is located in Singkohor Sub District,of Aceh Singkil District by using satellite images of landsat 8. The research method was a supervised classification. Analysis of the data for the image interpretation by using monogram of Sumatera. The results showed that land cover in the District Singkohor include forests, plantations, open land, settlements, water bodies, bush, and farm. The largest land use at the location of the research is the type of open land area of 5491.57 Ha and forest area of 4046.67 Ha are expected to be on the wane due to the conversion of land use into other uses such as plantations. In addition, 15 species of plants obtained MPTS (Multi Purpose Tree Species) among the sites that have the advantage among others, have been tested and able to adapt to the environment so that these types of plants are more prospective MPTS in rehabilitation activities.

(49)

ABSTRAK

CHANDRA P. SIMAMORA: Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015. Di bawah bimbingan AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO

Penelitian ini bertujuan menganalisis tutupan lahan di Kecamatan Singkohor dan mengetahui fungsi penggunaan lahan lain yang terdapat di Kecamatan Singkohor pada tahun 2015. Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil dengan menggunakan citra satelit landsat 8.Metode penelitian yang digunakan adalah klasifikasi terbimbing. Analisis data untuk interpretasi citra menggunakan monogram Sumatera.

Hasil penelitian menunjukkan tutupan lahan yang ada di Kecamatan Singkohor antara lain kawasan hutan, perkebunan, lahan terbuka, pemukiman, badan air, semak belukar, dan sawah. Penggunaan lahan yang terbesar pada lokasi penelitian adalah tipe lahan terbuka seluas 5.491,57 Ha dan luas kawasan hutan sebesar 4.046,67 Ha yang diperkirakan akan semakin berkurang dikarenakan konversi penggunaan lahan menjadi penggunaan lain seperti perkebunan. Selain itu, didapat 15 jenis tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) pada lokasi penelitian yang memiliki keunggulan antara lain telah teruji dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga jenis tanaman MPTS tersebut lebih prospektif dalam kegiatan rehabilitasi lahan.

(50)

RIWAYAT HIDUP

Chandra P. Simamora dilahirkan di Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara

pada tanggal 16 Januari 1993 dari bapak H. Simamora dan ibu E. Marpaung. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SD Katolik Budi Luhur Medan, tahun 2008

Penulis lulus dari SMP Katolik Tri Sakti II Medan, dan tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 11 Medan. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa

di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif mengikuti kegiatan

organisasi kampus dan berpartisipasi sebagai anggota di Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS). Penulis mengikuti kegiatan Pengenalan Ekositem Hutan sebagai

peserta di Taman Hutan Raya dan Hutan Pendidikan Gunung Barus di Berastagi, Kabupaten Karo pada tahun 2013.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. PSPI, Kecamatan

Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau selama 1 bulan pada tahun 2015. Pada akhir kuliah, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Evaluasi

(51)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) di Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015”. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis tutupan lahan di kecamatan Singkohor berdasarkan hasil klasifikasi dari citra landsat 8.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya

sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.

2. Ayahanda (H. Simamora) dan Ibunda (E.Marpaung) yang telah mendoakan dan memberi semangat kepada penulis.

3. Afifuddin Dalimunthe, S.P., M.P. dan Dr. Budi Utomo, S.P., M.P. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Staf Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh Singkil yaitu Ibu Evi dan Pak Dede yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini.

5. Rekan mahasiswa/i dan berbagai pihak yang takdapat disebutkan satu persatu disini yang telah membantu dan memberi dukungan pada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu,

(52)

DAFTAR ISI

Kondisi Umum Kecamatan Singkohor ... 6

Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Lahan ... 8

Penginderaan Jarak Jauh ... 9

Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 10

Penutupan Lahan (Land Cover) ... 11

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 13

Alat dan Bahan ... 13

Metode Penelitian ... 14

Prosedur Penelitian Pengumpulan Data ... 14

Metode Analisis Citra ... 15

Analisis NDVI ... 16

Survei Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Kependudukan Kecamatan Singkohor ... 18

Hasil Analisis Citra ... 21

Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan ... 23

Pengaruh Aksesibilitas dalam Perubahan Penggunaan Lahan ... 25

Penggunaan Lahan Berdasarkan SK.941/Menhut-II/2013 ... 27

Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan ... 30

Inventarisasi Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

(53)
(54)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Pertambahan Jumlah Penduduk Kecamatan Singkohor... 18

2. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Pekerjaan Utama ... 20

3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Singkohor Tahun 2015 ... 24

4. Luas Fungsi Kawasan kecamatan Singkohor ... 29

5. Tingkat Kerapatan Tajuk Berdasarkan Nilai NDVI... 30

6. Kisaran Nilai NDVI Berbagai Penggunaan Lahan ... 31

(55)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 13

2. Diagram Alur Kegiatan Penelitian ... 17

3. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Singkohor Tahun 2015 ... 22

4. Peta Akses Jalan Kecamatan Singkohor ... 26

5. Peta Penggunaan Lahan SK 941/Menhut-II/2013... 28

(56)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Monogram Citra Landsat Kecamatan Singkohor ... 36

2. Peta administrasi kecamatan Singkohor ... 37

3. Dokumentasi Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) ... 38

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Gambar 2. Diagram alur kegiatan penelitian
Tabel 2. Jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha pekerjaan utama di Kabupaten Aceh Singkil tahun   2008 – 2013
Gambar 3. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Singkohor Tahun 2015
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) persebaran perubahan bentuk penggunaan lahan di Kecamatan Patumbak tahun 2005-2010 adalah seluas 111.13 Ha dengan luas

Hasil penelitian menunjukkan (1) Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis tahun 2007-2011 adalah terjadinya perubahan lahan perkebunan rakyat seluas 88,20 Ha dan luas

(2) Jenis penggunaan lahan ruang terbuka hijau berubah menjadi pemukiman 33,80 Ha, lahan pertanian menjadi pemukiman 1081,96 Ha, lahan pertanian menjadi industri 35,58 Ha,

Lahan sawah berkurang sangat luas yaitu sebesar 26 ha, ladang juga mengalami penurunan sebesar 84 ha; (2) Analisa peta dengan menggunakan teknik tumpang susun peta

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah: perubahan penggunaan lahan yang terjadi di daerah penelitian dalam kurun waktu 1996 dan 2005 adalah seluas 151,72 (ha) pola

Kawasan pertanian yang terdapat di Kabupaten Lamongan secara keseluruhan seluas 91.458,91 ha dengan rincian: pertanian lahan basah (sawah) seluas 79.320 ha dan pertanian

Fungsi kawasan hutan pada wilayah APL perubahan yang terbesar yaitu hutan lahan kering sekunder menjadi pertanian lahan kering dengan luasan 2118,8 Ha, untuk fungsi kawasan hutan pada

Bila di dengan menggunakan Citra lahan bertajuk di tahun 2023 lebih banyak yaitu seluas 67,1 Ha dari tahun 2015 yang luasnya 57,9 Ha Untuk perlindungan hutan di hutan kemasyarakatan