• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekasaran Permukaan Bahan Restorasi Semen Ionomerkaca Setelah Penyikatan Dengan Pasta Gigi Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kekasaran Permukaan Bahan Restorasi Semen Ionomerkaca Setelah Penyikatan Dengan Pasta Gigi Anak"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

SEMEN IONOMER KACA SETELAH PENYIKATAN

DENGAN PASTA GIGI ANAK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : KARMIYANTI NIM: 100600181

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 18 Februari 2014

Pembimbing : Tanda tangan

Rusfian, drg., M.Kes ……….

(3)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 18 Februari 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes

(4)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2014

Karmiyanti

KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN RESTORASI SEMEN IONOMER KACA SETELAH PENYIKATAN DENGAN PASTA GIGI ANAK xi + 43 halaman

Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk kaca aluminosilikat dan larutan asam poliakrilat. Kekasaran permukaan semen ionomer kaca dipengaruhi proses finishing dan polishing, lingkungan asam serta penggunaan dalam mulut (penyikatan gigi). Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada perubahan kekasaran permukaan semen ionomer kaca setelah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu.

(5)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2014

Karmiyanti

KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN RESTORASI SEMEN IONOMER KACA SETELAH PENYIKATAN DENGAN PASTA GIGI ANAK xi + 43 halaman

Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk kaca aluminosilikat dan larutan asam poliakrilat. Kekasaran permukaan semen ionomer kaca dipengaruhi proses finishing dan polishing, lingkungan asam serta penggunaan dalam mulut (penyikatan gigi). Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada perubahan kekasaran permukaan semen ionomer kaca setelah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu.

(6)

t-unpaired. Penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik terjadi peningkatan kekasaran permukaan dari 0.1735 ± 0.02739 sebelum penyikatan menjadi 0.1820 ± 0.02648 sesudah penyikatan dan nilai p=0.000 (p≤0.05). Sedangkan penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 120 detik terjadi peningkatan kekasaran permukaan dari 0.1870 ± 0.03420 sebelum penyikatan menjadi 0.2045 ± 0.03663 sesudah penyikatan dan nilai p=0.000 (p≤0.05). Pada uji t-paired terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata kekasaran permukaan sebelum dan sesudah penyikatan pada kedua kelompok perlakuan. Pada uji t-unpaired juga terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata perubahan kekasaran antara penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik 0.0090 ± 0.00641 µm dan penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 120 detik 0.0175 ± 0. 01803 µm dan nilai p = 0.000 (p ≤0.05). Kesimpulannya terdapat perbedaan kekasaran permukaan yang bermakna sebelum dan sesudah penyikatan selama 60 detik dan 120 detik dengan menggunakan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu ayah (Khairon) dan almh.ibu (Jamilah) yang telah merawat, mendidik dan memberikan dukungan baik moril maupun materil, semangat dan dorongan yang tak henti-hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada saudara penulis Noviandi dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Hj. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes. selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Rusfian, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta memberikan ilmu dan arahan dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

v

5. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

6. Drs. Suparmin, MT. selaku Kepala Bagian Laboratorium Mesin Politeknik Negeri Medan dan Drs. Moch. Agus Zaenuri selaku Kepada Bagian Laboratorium CNC Politeknik Negeri Medan atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama pelaksanaan penulisan skripsi ini.

7. Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku staf pengajar di Departemen Kependudukan dan Biostatistika FKM USU atas bantuan pengolahan data selama penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Medan, 18 Februari 2014 Penulis,

(9)

vi DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI…. ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca ... 4

2.1.1 Komposisi Semen Ionomer Kaca ... 4

2.1.2 Sifat-Sifat Semen Ionomer Kaca ... 5

2.1.2.1 Sifat Fisis ... 5

2.1.2.2 Sifat Mekanis ... 6

2.1.2.3 Sifat Optis ... 6

(10)

vii

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 14

3.2 Desain Penelitian ... 14

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 14

3.3.1 Tempat Penelitian ... 14

3.3.2 Waktu Penelitian ... 14

3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 14

3.4.1 Sampel Penelitian ... 14

3.8.1 Pembuatan Sampel Penelitian ... 21

3.8.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan ... 22

(11)

viii

3.8.4 Pengukuran Kekasaran Permukaan Sesudah Penyikatan ... 24 3.9 Analisis Data ... 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian ... 25 4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 28

BAB 5 PEMBAHASAN ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 33 6.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi bubuk semen ionomer kaca... 4

2. Komposisi cairan semen ionomer kaca ... 5

3. Komposisi senyawa-senyawa penyusun pasta gigi anak... 10

4. Komposisi pasta gigi anak ... 21

5. Kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu 60 detik ... 25

6. Kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu 120 detik ... 26

7. Analisis statistik kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca (µm) sebelum dan sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu ... 28

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Profilometer ... 11

2. Ukuran sampel penelitian ... 14

3. Master cast ... 17

4. Pinset ... 17

5. Cement spatel ... 17

6. Glass plate ... 18

7 Cellophan strip ... 18

8. Timbangan digital ... 18

9. Stopwatch ... 19

10. Tissue ... 19

11. Sikat gigi elektrik ... 19

12. Wadah plastik ... 20

13. Profilometer ... 20

14. Semen ionomer kaca Fuji IX ... 20

15. Pasta gigi susu Pepsodent Gigi Susu ... 21

16. Titik pengukuran sampel ... 22

17. Pengukuran kekasaran permukaan sampel dengan alat profilometer .... 23

18. Penyikatan sampel dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu ... 24

(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur penelitian ... 37 2. Hasil pengukuran kekasaran sebelum dan sesudah pada

kelompok A (µm) ... 38 3. Hasil pengukuran kekasaran sebelum dan sesudah pada

(15)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan restorasi semen ionomer kaca pertama kali dikenal pada tahun 1971 oleh Wilson dan Kent. Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk kaca aluminosilikat dan larutan asam poliakrilat yang memiliki sifat utama yaitu kemampuannya untuk melekat pada enamel dan dentin tanpa ada penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat biokompatibilitas dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan fluor yang beraksi sebagai antimikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan sedikit, koefisien ekspansi termal sama dengan struktur gigi.1 Sifat semen ionomer kaca yang lain di antaranya cukup keras tetapi rapuh, kekuatan tekan relatif tinggi, tetapi daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah, sehingga tidak digunakan untuk merestorasi gigi dengan beban besar.1,2

Semen ionomer kaca merupakan bahan yang cocok dipakai pada gigi sulung. Semen ini telah banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi anak, baik sebagai pelapik, basis tambalan tetap, sementasi mahkota logam atau akrilik, bahan restorasi kavitas, dan sebagai pencegahan karies seperti lapisan penutup pit dan fisur atau restorasi pit dan fisur.3 Keistimewaan semen ini diantaranya yaitu pembuangan struktur gigi yang tidak terlalu banyak, manipulasi sederhana dan singkat, sifat adhesinya yang baik, koefisien pemuaian yang mendekati koefisien pemuaian gigi serta sifat antikaries karena mengandung ion fluor yang dilepaskan secara teratur dan terus menerus.1,3

(16)

2

Yin CS dkk (2009) yang melaporkan bahwa kekasaran permukaan bahan restorasi resin komposit meningkat pada penyikatan dengan menggunakan pasta gigi Darlie All Shiny White. Mereka menyimpulkan bahwa semakin banyak komposisi abrasif dari suatu pasta gigi maka kekasaran permukaan bahan restorasi resin komposit juga akan meningkat.5 Atali dkk (2012) melakukan penelitian mengenai efek sikat gigi dan pasta gigi pemutih terhadap kekasaran resin komposit (hybrid, nanohybrid, nanofiller dan silorane). Mereka menggunakan tiga jenis pasta gigi yaitu Colgate Motion Whitening Toothbrush, Opalescence Whitening Toothpaste dan Beyonce Pearl White yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kekasaran permukaan meningkat secara signifikan pada komposit hybrid dan nanofiller.6

Pasta gigi digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan atau minuman, menjaga kebersihan permukaan gigi, menjaga kesehatan gigi dan gusi, serta menghilangkan bau yang disebabkan oleh aktivitas bakteri di dalam mulut.7 Pasta gigi dibuat dari berbagai macam bahan penyusun dengan fungsi yang berbeda-beda. Pasta gigi tidak hanya digunakan oleh orang dewasa tetapi juga anak-anak. Perbedaan antara pasta gigi dewasa dengan pasta gigi anak diantaranya pasta gigi orang dewasa mengandung kadar fluor yang tinggi. Kadar fluor yang tinggi tidak dianjurkan untuk pasta gigi anak karena apabila fluor tertelan dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan keracunan pada anak.7,8

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas timbul permasalahan apakah ada perubahan kekasaran permukaaan bahan restorasi semen ionomer kaca sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik dan 120 detik.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perubahan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik dan 120 detik.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah tidak ada perubahan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik dan 120 detik.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, dokter gigi dan praktisi mengenai pengaruh pasta gigi anak terhadap kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Material Kedokteran Gigi.

(18)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semen Ionomer Kaca

Semen ionomer kaca diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan fluor dari semen silikat dan kemampuan melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen polikarboksilat. Sifat utama semen ionomer kaca adalah kemampuannya untuk melekat pada enamel dan dentin tanpa ada penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat biokompatibilitas dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan fluor yang beraksi sebagai antimikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan sedikit, koefisien ekspansi termal sama dengan struktur gigi.1.2

2.1.1Komposisi Semen Ionomer Kaca

Bahan semen ionomer kaca mengandung sejumlah komponen. Komposisi utamanya adalah bubuk aluminosilikat dan larutan asam poliakrilat.9,10 Komposisi semen ionomer kaca terdiri atas :

1. Bubuk

Tabel 1. Komposisi Bubuk Semen Ionomer Kaca9

Kimiawi Persen Berat (%)

Silica 29.0

Alumina 16.6

Calcium Fluoride 34.3

Cryolite 5.0

Aluminium Fluoride 5.3

(19)

2. Cairan

Asam poliakrilat yang paling banyak digunakan adalah kopolimer dari asam akrilik, asam itakonik, dan asam maleik.10,11 Komposisi cairan semen ionomer kaca dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Komposisi Cairan Semen Ionomer Kaca9

Kimiawi Persen Berat (%)

Poly ( asam akrilik-asam itakonik) 47.5

Air 47.5

Asam tartaric 5.0

2.1.2Sifat-Sifat Semen Ionomer Kaca 2.1.2.1Sifat Fisis

Kelarutan bahan semen ionomer kaca dalam waktu jangka panjang dapat disebabkan oleh asam atau abrasi mekanis. Hal ini tidak mengherankan mengingat pengaplikasian utama semen ionomer kaca adalah untuk merestorasi lesi servikal non-karies (seperti abrasi sikat gigi) di daerah margin gingiva yang sangat potensial terhadap serangan asam. Pada margin gingiva terjadi akumulasi plak dan lingkungan yang sangat asam berkembang karena pembentukan asam laktat.11 Nilai kelarutan semen ionomer kaca yang direndam di dalam air lebih tinggi jika dibandingkan dengan semen lain. Ketika semen ionomer kaca direndam dalam larutan asam (0,001 N lactid acid), nilai kelarutannya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan semen lainnya.9

(20)

6

Kekasaran adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan yang telah diproses akhir dan diukur dengan satuan mikrometer (µm). Kekasaran merupakan faktor yang penting terhadap pelaksanaan komponen-komponen mekanis karena ketidakteraturan pada permukaan dapat menjadi daerah inti retakan dan korosi.13 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bollen dkk (1997) dan Quirynen (1990) pada jurnal yang ditulis oleh Cristiane (2006) menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2 µm atau kurang.14,15 Sedangkan Willems dkk (1991) pada jurnal yang dikemukakan oleh Maria (2012) menyatakan bahwa kekasaran permukaan suatu restorasi yang dapat diterima harus sama atau kurang dari kekasaran enamel yaitu 0.64 µm.16 Permukaan yang halus sangat penting tidak hanya untuk pasien melainkan juga untuk jangka panjang suatu restorasi, estetik yang baik, oral hygiene dan perlekatan plak.15

2.1.2.2Sifat Mekanis

Restorasi semen ionomer kaca dapat diselesaikan sekitar tiga sampai delapan menit, lalu akan mengeras dan berwarna translusen. Kekuatan kompresif semen ionomer kaca sekitar 200 MPa dengan kekuatan fleksural sekitar 5 – 40 MPa yang diperoleh setelah 24 jam pengadukan. Kekuatan kompresif dipengaruhi oleh perbandingan bubuk dan cairan, secara perlahan kekuatannya meningkat setelah satu tahun di dalam mulut menjadi dua kali ( sekitar 400 MPa ). Untuk meningkatkan kekuatan kompresif dapat dilakukan penambahan partikel-partikel metal seperti emas dan perak.1

2.1.2.3Sifat Optis

(21)

nilai kontras semen ionomer kaca bervariasi antara 0,45 – 0,80 tergantung dari komposisi dan distribusi ukuran partikel.12

2.1.2.4Sifat Kimia

Ikatan semen ionomer kaca dengan jaringan gigi merupakan ikatan secara fisiko-kimia. Ikatan ini menghasilkan adaptasi yang rapat antara semen ionomer kaca dengan tepi kavitas yang artinya semen ionomer kaca dapat menyebabkan penutupan margin yang rapat dan tidak bocor ( mengurangi marginal leekage ). Adanya sifat adhesi, semen ini dapat digunakan untuk memperbaiki kekurangan kontur akibat erosi atau abrasi pada leher gigi tanpa harus melakukan preparasi gigi.10

Semen ionomer kaca dapat mencapai perlekatan yang maksimal dengan enamel dan dentin. Ikatan semen ionomer kaca pada enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Oleh karena itu untuk menambah ikatannya pada jaringan, gigi harus bersih dari pelikel dan debris. Di samping itu, harus dilakukan surface pretreatment ( dentin conditioning ) yang tujuannya untuk menambah sifat adhesi dentin.10,11

Semen ionomer kaca memiliki sifat hidrofilik yang menyebabkan bahan ini mampu berikatan dengan dentin yang selalu dalam keadaan sedikit basah, juga memiliki sifat antikariogenik karena mengandung ion fluor yang dilepaskan secara teratur dan terus menerus sehingga dapat melindungi struktur di sekitar kavitas gigi terhadap terjadinya karies sekunder.11,13

2.1.2.5Sifat Biologis

(22)

8

Mc. Lean dan Wilson (1974) menyatakan bahwa semen ionomer kaca tidak mengiritasi pulpa atau jaringan lunak yang lain, maka semen ini merupakan bahan yang biokompatibilitas dan tahan terhadap asam.1,2

Sifat biokompatibilitas semen ionomer kaca mencakup :

Kontinuitas antara semen ionomer kaca dengan permukaan luar gigi yang baik dapat mencegah microleakage dan terbentuknya plak.

Toleransi pulpodentinal organ terhadap semen ionomer kaca.

2.1.3 Jenis-Jenis Semen Ionomer Kaca Tipe I : Luting Cement

Semen ionomer kaca jenis ini sangat disukai karena baik terhadap pulpa, mengikat ke struktur gigi, dan melepaskan fluor.17

Tipe II : Restorative Cement

Semen ionomer kaca sebagai bahan restorasi tidak digunakan pada daerah yang menerima tekanan kuat karena tensile strength yang lemah. Digunakan sebagai bahan restorasi untuk lesi servikal non-karies ( misalnya abrasi sikat gigi ) karena semen ini dapat ditempatkan tanpa harus membuang jaringan gigi untuk mendapatkan ikatan mekanis yang berfungsi untuk menahan restorasi.17

Tipe III : Lining and Bases Cement

(23)

2.2Pasta Gigi Anak

Menurut Webster, dentrifice berasal dari kata dens (gigi) dan fricare (menggosok) . Secara sederhana, dentrifice diartikan sebagai campuran atau bahan yang digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan seluruh permukaan gigi atau secara singkat disebut pasta gigi. Pasta gigi biasanya berbentuk pasta dan ada juga dalam bentuk tepung, gel atau cairan yang beredar di pasaran.4,18

Fungsi utama pasta gigi adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan dan fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi, mempertinggi kesehatan gingiva serta untuk mengurangi bau mulut, dan diharapkan suatu saat nanti akan tercipta pasta gigi yang akan megurangi atau mencegah terbentuknya kalkulus yang dapat menyebabkan gingivitis.4,18 Fungsi pasta gigi anak adalah membantu proses pencegahan karies pada gigi sulung dan juga menjaga kesehatan gingiva anak.7

2.2.1Komposisi Pasta Gigi Anak

(24)

10

amine 3% dan trietanolamine l0%. Pemakaian detergent sintetis dalam pasta gigi sekitar l-2%.7

Tabel 3. Komposisi Senyawa-Senyawa Penyusun Pasta Gigi Anak7

No Bahan Penyusun % b/b

(25)

Gambar 1. Profilometer24

(26)

12

2.4Kerangka Teori

Semen Ionomer Kaca

Komposisi Sifat Jenis

Kekasaran Permukaan

Proses finishing dan polishing

Penyikatan

Optis Biologis Fisis Mekanis Kimia

1.Bubuk 2.Cairan

1.Tipe I (Luting)

2.Tipe II (Restorative)

3.Tipe III (Lining and Bases)

(27)

2.5Kerangka Konsep

Semen Ionomer Kaca Tipe IX

Sifat

Penyikatan

Pasta gigi

Bahan abrasif

Optis Biologis Fisis Mekanis Kimia

(28)

14 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris.

3.2 Desain Penelitian Pretest-posttest group design

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian

a. Laboratorium IMTKG FKG USU Medan b. Laboratorium Mesin Politeknik Medan

3.3.2 Waktu Penelitian Juli – Januari 2014

3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.4.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah semen ionomer kaca yang dibuat berbentuk tablet dengan diameter 10 mm dan tebal 2 mm.

Gambar 2. Ukuran sampel penelitian

(29)

Kriteria Inklusi Sampel:

1.Sampel memiliki permukaan halus.

2.Sampel tidak terkontaminasi debu, kotoran, dan sebagainya 3.Sampel memiliki permukaan rata

Kriteria Eksklusi Sampel: 1.Sampel rusak

2.Sampel poreus

3.4.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Frederer23 :

Keterangan :

t : jumlah perlakuan

r : jumlah sampel tiap kelompok

Dalam penelitian ini terdapat dua perlakuan yaitu kelompok pertama sebagai kelompok yang diukur setelah penyikatan dengan pasta gigi Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik kemudian kelompok kedua yang akan diukur setelah penyikatan dengan pasta gigi Pepsodent Gigi Susu selama 120 detik, maka t=2 dan jumlah sampel (r) tiap kelompok perlakuan dapat ditentukan sebagai berikut:

( t-1 ) ( r-1 ) ≥ 15 ( 2-1 ) ( r-1 ) ≥ 15 1 ( r-1) ≥ 15 r-1 ≥ 15 r ≥ 15 + 1 r ≥ 16

(30)

16

Dalam penelitian ini sampel minimum pada masing-masing kelompok adalah 16 sampel. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 sampel untuk masing-masing kelompok sehingga jumlah total keseluruhan sampel adalah 40 sampel.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Lama penyikatan ( 60 detik dan 120 detik)

3.5.2 Variabel Terikat

Kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca.

3.5.3 Variabel Terkendali

1. Ukuran sampel penelitian berdiameter 10 mm dan tebal 2 mm 2. Rasio powder dan liquid semen ionomer kaca 2 mg : 1 ml 3. Bulu sikat gigi yang digunakan rata

4. Gerakan/arah penyikatan berputar 1800 ( gerakan bolak-balik ) 5. Letak bulu sikat tegak lurus di atas sampel

6. Berat pasta gigi yang digunakan ( 0,35 g)

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Kecepatan pengadukan powder dan liquid semen ionomer kaca

3.6 Defenisi Operasional

1. Semen ionomer kaca merupakan bahan restorasi yang mengandung semen silikat dan larutan asam poliakrilat.

(31)

3. Jenis pasta gigi anak merupakan pasta gigi yang digunakan oleh anak-anak dan mengandung bahan abrasif.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian

1. Master cast dengan mould berbentuk lingkaran berukuran diameter 10 mm dan tebal 2 mm.

Gambar 3. Master cast 2. Pinset

Gambar 4. Pinset 3. Cement spatel

Gambar 5. Cement spatel 4. Glass plate

(32)

18

5. Cellophan strip

Gambar 7. Cellophan strip

6. Timbangan digital ( Kern )

Gambar 8. Timbangan digital

7. Stopwatch (Casio HS-80TW-1df)

(33)

8. Tissue

Gambar 10. Tissue 9. Besi padat seberat 1 kg

10.Glass slab 11.Spuit 5 cc

12.Sikat gigi elektrik (Oral-B)

Gambar 11. Sikat gigi elektrik (Oral-B)

13.Wadah plastik tempat penyimpanan sampel

(34)

20

14.Profilometer (Mitutoyo SJ-201, Japan)

Gambar 13. Profilometer

3.7.2 Bahan Penelitian

1. Semen ionomer kaca Fuji IX

Gambar 14. Semen ionomer kaca Fuji IX

2. Pasta gigi anak ( Pepsodent Gigi Susu )

(35)

Tabel 4. Komposisi Pasta Gigi Anak Pepsodent Gigi Susu

No. Pasta Gigi Anak Pepsodent Gigi Susu 1.

2. Semen ionomer kaca yang terdiri dari bubuk dan cairan diaduk dengan cement spatel di atas glass plate dengan perbandingan 2 mg : 1 ml selama 30 detik sesuai petunjuk pabrik.

3. Semen ionomer kaca yang telah diaduk kemudian dimasukkan ke dalam cetakan sampel sampai penuh dan ditutup dengan cellophan strip dan glass slab lalu diberi beban besi selama 6 menit.

(36)

22

5. Buat 40 sampel dengan 20 sampel untuk masing-masing perlakuan. 6. Sampel disimpan dalam wadah selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan pengukuran kekasaran awal permukaan sampel.

3.8.2Pengukuran Kekasaran Permukaan

1. Setiap sampel dari kedua kelompok perlakuan dibuat 3 titik pengukuran ± 1 mm dari tepi sampel dengan menggunakan spidol.

Tanda sampel

Sampel

Area yang akan diukur

Gambar 16. Titik pengukuran sampel

2. Sampel diletakkan di bidang datar dan operator meletakkan stylus pada titik pertama di permukaan sampel, kemudian alat diaktifkan lalu stylus bergerak menelusuri satu garis lurus (horizontal) sepanjang permukaan sampai ± 1 mm dan kembali lagi.

3. Monitor/layar alat uji akan menunjukkan nilai kekasaran permukaan sampel yang diukur. Pengukuran dilakukan 3 kali pada masing-masing titik yang telah ditandai sebelumnya.

4. Ketiga hasil pengukuran yang telah didapatkan dirata-ratakan.

2 3

(37)

Gambar 17. Pengukuran kekasaran permukaan sampel dengan alat profilometer

3.8.3 Penyikatan Sampel Penelitian

Sampel pada kelompok I dimasukkan kembali ke dalam mould. Kemudian, pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu dioleskan pada bulu sikat gigi. Sikat gigi eletrik dihadapkan ke bawah dan sampel diletakkan di bawah bulu sikat gigi. Penyikatan dilakukan dengan menggunakan sikat gigi elektrik yang ditempatkan pada pegangan handpiece mikromotor selama 60 detik. Kemudian bulu sikat gigi dan sampel dibilas dengan air, lalu dikeringkan dengan tissue dan disimpan di dalam wadah.

Gambar 18. Penyikatan sampel dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu

(38)

24

3.8.4Pengukuran Kekasaran Permukaan Sesudah Penyikatan

Seluruh sampel dari dua kelompok perlakuan diukur kembali kekasaran permukaannya dengan alat profilometer. Rata-rata hasil pengukuran dicatat dan dihitung dalam satuan µm.

3.9Analisis Data

(39)

25

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 20 buah untuk masing-masing kelompok perlakuan. Kekasaran permukaan pada penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik pada hasil pengukuran terjadi peningkatan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah penyikatan pada tabel 5. Tabel 5. Kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca penyikatan

dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu 60 detik.

(40)

26

Rata-rata 0.1735 0.1820 0.0090

SD 0.2739 0.2648 0.0175

Kemudian, kekasaran permukaan pada penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 120 detik pada hasil pengukuran terjadi peningkatan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah penyikatan pada tabel 6.

Tabel 6. Kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu 120 detik.

(41)

Untuk mempermudah dalam melihat perbandingan nilai rata-rata hasil pengukuran kekasaran permukaan sebelum dan sesudah perlakuan maka dapat digambarkan dalam grafik batang (gambar 17). Penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu pada grafik batang berwarna biru, dimana nilai hasil rata-rata pengukuran kekasaran permukaan sebelum penyikatan (warna biru tua) lebih kecil dibandingkan pengukuran setelah penyikatan (warna biru muda).

Gambar 20. Grafik rata-rata kekasaran permukaan semen ionomer kaca sebelum dan sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik (kelompok A ) dan selama 120 detik (kelompok B).

(42)

28

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Pada penelitian ini nilai rerata dan hasil uji stastistik perbedaan kekasaran permukaan sampel sebelum dan sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu (tabel 5) dianalisis secara statistik dengan uji t-paired pada

derajat kemaknaan (p≤0.05) untuk melihat ada tidaknya perbedaan hasil yang

signifikan.

Tabel 7. Analisis statistik kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca (µm) sebelum dan sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu.

Kelompok n

Rerata Kekasaran (Mean + SD)

P

Dari hasil perhitungan uji t-paired didapatkan rerata dan standar deviasi kekasaran permukaan sebelum penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik adalah 0.1735 ± 0.02739 µm dan sesudah penyikatan adalah 0.1820 ± 0.02648 µm dan nilai p =0.000 (p≤0.05), artinya ada perbedaan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca sebelum dan sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik secara signifikan.

(43)

0.2045 ± 0.03663 µm dan nilai p =0.000 (p≤0.05), artinya ada perbedaan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca sebelum dan sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 120 detik secara signifikan. Tabel 8. Analisis statistik kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca

(µm) pada penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik dan 120 detik.

Rerata Perubahan Kekasaran permukaan ( µm ± SD) p Kelompok A (Penyikatan dengan

pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik)

Kelompok B (Penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi

Susu selama 120 detik)

0.0090 ± 0.00641 0.0175 ± 0. 01803 0.000

Dari hasil perhitungan uji t-unpaired didapatkan nilai rerata perubahan kekasaran dan standar deviasi pada penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik adalah 0.0090 ± 0.00641 µm dan pada penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 120 detik adalah 0.0175 ± 0. 01803 µm

dan nilai p = 0.000 (p ≤0.05), artinya ada perbedaan perubahan kekasaran permukaan

(44)

30 BAB 5

PEMBAHASAN

Tabel 5 menunjukkan nilai kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca sebelum dan sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik dan 120 detik. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rerata kekasaran permukaan sampel pada tiap kelompok sebelum penyikatan adalah ≤ 0,2 µm. Menurut Bollen dkk (1997), kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2 µm atau kurang.14,15 Willem dkk (1991) menyatakan bahwa kekasaran permukaan suatu restorasi yang dapat diterima harus sama atau kurang dari kekasaran enamel yaitu 0,64 µm.16 Berdasarkan kedua parameter tersebut, nilai kekasaran permukaan untuk setiap kelompok sampel sebelum penyikatan dapat diterima.

Dari hasil perhitungan uji t-paired (tabel 7) didapatkan bahwa terjadi peningkatan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca dari sebelum sampai sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik, yaitu nilai rata-rata dan standar deviasi kekasaran permukaan sebelum penyikatan adalah 0.1735 ± 0.02739 µm dan sesudah penyikatan adalah 0.1820 ± 0.02648 µm dengan nilai p =0.000 (p≤0.05).

Kemudian, dari hasil perhitungan uji t-paired (tabel 7) didapatkan bahwa terjadi peningkatan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca dari sebelum sampai sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 120 detik, yaitu nilai rata-rata dan standar deviasi kekasaran permukaan sebelum penyikatan adalah 0.1870 ± 0.03420 µm dan sesudah penyikatan adalah 0.2045 ± 0.03663 µm dengan nilai p =0.000 (p≤0.05).

(45)

satu bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi yang umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan stein dan plak. Contoh bahan abrasif yang lainnya yaitu sodium bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat, calcium pyrophosphate, dan kalsium karbonat.18 Bahan abrasif dari pasta gigi tersebut dapat mengubah kekasaran permukaan dari beberapa restorasi.14

Maharani dalam jurnal kesehatan anak menyatakan bahwa komposisi senyawa-senyawa penyusun pasta gigi anak yaitu diantaranya bahan gelling agent, humectant, abrassive, surface active, preservative, propyl active, pemanis, aroma, pewarna dan aquadest.7 Bahan abrasif yang terkandung dalam pasta gigi anak seperti halnya dalam pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu dapat menyebabkan terjadinya perubahan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca.

Dari hasil penelitian ini, terjadi peningkatan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca pada kedua kelompok sampel dapat disebabkan oleh lepasnya partikel-partikel dari matriks bahan semen ionomer kaca oleh karena terpaparnya bahan semen ionomer kaca tersebut dengan bahan abrasif dari pasta gigi yang digunakan dalam penyikatan.19 Peningkatan kekasaran permukaan dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu lama waktu penyikatan, semakin lama penyikatan semakin menyebabkan kekasaran. Selain itu, komposisi bahan abrasif juga dapat berpengaruh pada peningkatan kekasaran permukaan, tergantung dari ukuran, bentuk dan arah partikel dari bahan abrasif yang terkandung dalam pasta gigi.25

(46)

32

terjadi peningkatan kekasaran permukaan bahan restorasi setelah penyikatan dengan menggunakan pasta gigi Darlie All Shiny White. Mereka menyimpulkan bahwa semakin banyak komposisi abrasif dari suatu pasta gigi maka kekasaran permukaan bahan restorasi juga akan meningkat.5

Dari hasil perhitungan uji t-unpaired (tabel 8) didapatkan nilai rerata perubahan kekasaran dan standar deviasi penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik adalah 0.0090 ± 0.00641 µm dan pada penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 120 detik adalah 0.0175 ± 0. 01803 µm dan nilai p = 0.000 (p ≤0.05), artinya ada perbedaan perubahan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca antara penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik dengan 120 detik secara signifikan.

(47)

33

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan kekasaran permukaan yang bermakna sebelum dan sesudah penyikatan selama 60 detik dan 120 detik dengan menggunakan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu.

2. Semakin lama semen ionomer kaca diberi perlakuan berupa penyikatan dengan menggunakan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu maka semakin besar pula perbedaan kekasaran pemukaan antara sebelum dan sesudah penyikatan.

6.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kelompok sampel yang lebih besar atau frekuensi penyikatan yang lebih lama agar didapat tingkat validitas yang lebih tinggi.

(48)

34

DAFTAR PUSTAKA

1. Annusavice KJ. Phillip’s science of dental materials. 11th ed. Missouri : Saunders, 2003 : 471-9.

2. Baum L, Philips RW, Lund MR. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed 3. Alih bahasa. Rasinta Tarigan. Jakarta: EGC, 1997: 297-9.

3. Cho Shiu-Yin, Cheng AC. Reviewing of glass ionomer restorations in the primary dentition. J Can Dent Assoc, 1999, 65:4.

4. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 80-4.

5. Yin CS, Boon LT, Lin SL. Effect of whitening toothpastes on surface roughness of composite resins. Malaysian Dental Journal 2009; 30(1) : 43-8.

6. Atali PY, Oksuz M, Topbasi FB. Effect of brushing and whitening-toothpastes on surface properties of composites. IADR General Session 2012. Abstract.

7. Maharani ET, Hersoelistyorini W. Analisis Kadar Detergent Anionik pada Sedian Pasta Gigi Anak-Anak. Jurnal Kesehatan 2009; 2(2) : 1-2.

8. Oganessian E, Ivancakova R, Lencova E, Broukal Z. Alimentary fluoride intake in preschool children. Research Article of BMC Public Health 2011; 2-6.

9. Powers, JM, Sakaguci RL. Craig’s Restorative dental materials. 12th ed. Mosby, 2006: 484-6.

10.Manappallil JJ. Basic dental materials. New Delhi : Jaypee Brothers,1998 : 220-7. 11.Annusavice KJ, Philips’ Science of dental material. Ed 10. Alih bahasa. drg.

Johan Arief Budiman dan drg. Susi Purwoko. Jakarta: EGC, 2003: 227-243. 12.Van Noort R. Introduction to dental materials. 3th ed. London : Mosby Elsevier,

2007: 127-140.

13.Darvell BW. Materials science for dentistry. 6th ed. Hongkong: B W Darvell, 2000: 398-400.

(49)

15.Cenci TP, Belcury AA, Crielaard W, Martien JC. Development of candida-assosiated denture stomatitis: New Insight. J Appl Oral Sci 2008 : Vol 16(2): 86-94.

16.Rahiul M. The effect of various polishing system on surface roughness of nano and microhybrid composite restorative: An in vitro surface profilometric study. Indian Journal of Basic & Applied Medical Research 2012; Vol 1 : 214-20.

17.Ferracane JL. Materials in dentistry – Principles and applications. 2nd ed. Philadelpia: Lippicontt Williams & Wilkins, 2001 : 101-9.

18.Howaard E, Strassler DMD. Toothpaste ingredients make a diference:

patient-specific recommendations. Maryland: Benco’s ADA CERP, 2009: 101-7.

19.Sukaton. Kekasaran Permukaan Semen Ionomer Modifikasi Resin setelah Perendaman Saliva Buatan. DENTJ 2010; Vol 1(1).

20.Grossman LI. Handbook of Dental Practice. 3rd ed. Philadelphia : J.B.LI, 1995 : 99-120.

21.Arnold HW, Dorow A, Langenhorst S, Gintner Z, Banoczy J, Gaengler P. Effect of flouride toothpaste on enamel demineralization. BMC Oral Health, 2006; 6:8. 22.Pratiknya AW. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan.

Jakarta: Rajawali Press, 2011: 117-32.

23.Hanafiah KA. Rancangan percobaan: Teori dan aplikasi. 3rd ed. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003: 9-10.

24.Mitutoyo. Surface measurement surftest sj-201/sj-301.

http://www.mitutoyo.de/filedmin/user_upload/pdf/prospekte/ENGLISH/formmes sgeraete_en/surftest sj-201_sj-301PRE_pdf. (2 November 2013).

25. Ningsih DS, Indrani DJ. Aplikasi bahan abrasif terhadap kekasaran permukaan resin komposit. Dentika Dental Jurnal 2010; 15 (1) : 82-6.

(50)

36

Lampiran 1. Alur Penelitian

Semen Ionomer Kaca Tipe IX diaduk dengan perbandingan 2 mg : 1 ml selama 30 detik sesuai petunjuk pabrik.

Masukkan sampel ke dalam master cast dengan mould berukuran diameter 10 mm dan tebal 2 mm selama 6 menit

Sampel dikeluarkan dan disimpan di dalam wadah selama 24 jam

Kelompok 1 (n=20) : Sampel disikat dengan pasta

gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik

Sampel dicuci dengan air lalu dikeringkan dengan tissue

Pengukuran akhir kekasaran permukaan dengan alat profilometer

Analisis Data

Pengukuran awal kekasaran permukaan sampel dengan alat profilometer

Kelompok 2 (n=20) : Sampel disikat dengan pasta

(51)

Lampiran

Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Sebelum dan Sesudah pada Kelompok A (µm)

No.

Sebelum Penyikatan Sesudah Penyikatan

(52)

38

Lampiran

Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Sebelum dan Sesudah pada Kelompok B (µm)

No.

Sebelum Penyikatan Sesudah Penyikatan

(53)

ANALISIS DATA

A. UJI T BERPASANGAN (PAIRED)

(54)

40

Hasil dari korelasi kedua kelompok secara berurutan adalah 0.962 dan 0.873 dengan nilai p keduanya adalah sama yaitu 0.000 (p<0.05), artinya korelasi antara

Hipotesis awal penelitian (H0) adalah tidak ada perubahan kekasaran permukaan

bahan restorasi semen ionomer kaca sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak. Keterangan:

(55)

2. T hitung kelompok penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 60 detik adalah -5.101 dan df (degree of freedom) 19 dengan nilai signifikan (2 arah) atau p adalah 0.000. Oleh karena itu H0 ditolak (p<0.05).

3. T hitung kelompok penyikatan dengan pasta gigi anak Pepsodent Gigi Susu selama 120 detik adalah -4.341 dan df (degree of freedom) 19 dengan nilai signifikan (2 arah) atau p adalah 0.000. Oleh karena itu H0 ditolak (p<0.05).

B. UJI T UNPAIRED (INDEPENDENT)

Group Statistics

Kekasaran permukaan (µm)

Jenis_Perlakuan N Mean

Std.

Penyikatan selama 60 detik 20 .0090 .00641 .00143

Penyikatan selama 120 detik 20 .0175 .01803 .00403

Independent Samples Test

Kekasaran Permukaan (µm)

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95%

(56)

42

Hipotesis awal penelitian (H0) adalah tidak ada perubahan kekasaran permukaan

bahan restorasi semen ionomer kaca sesudah penyikatan dengan pasta gigi anak. Keterangan:

1. Uji Levene’s untuk melihat apakah ada perbedaan varians antara kedua kelompok atau tidak. Nilai F hitung kekasaran permukaan dengan Equal variances assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 13.040 dengan nilai p 0.001. Oleh karena itu, nilai p kecil dari nilai α (0.05), hal ini berarti bahwa varians kedua kelompok adalah tidak sama, maka signifikansi uji t yang dibaca adalah pada baris kedua (Equal variances not assumed).

(57)

Gambar

Tabel
Gambar Halaman
Tabel 1. Komposisi Bubuk Semen Ionomer Kaca9
Tabel 3. Komposisi Senyawa-Senyawa Penyusun Pasta Gigi Anak7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran kontekstual ( contextual teaching and learning ) merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah menulis puisi. Dalam

[r]

This step began after finding the result of previous stages (planning, acting, and observing) that were conducted by the teacher and the writer. The reflection covered the

[r]

In the first decade after completion of the human genome project, it is liable to have a very different “phenotype.” While 20th century functional neuroimaging studies were aimed

[r]

Koordinator Pre Dietetic Internship membagikan manual prosedur dan instruksi kerja Pre Dietetic Internship Clinic, manual prosedur dan instruksi kerja Pre Dietay

Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi di tingkat pusat pada penanganan darurat bencana dan peralatan