• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2014"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Apriany Cordias Arlita Silalahi Tempat, tanggal lahir : Perbaungan, 20 April 1992 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan Warga Negara : Indonesia

Alamat : Jl. Abdul Hakim No. 19 Susuk II, Padang Bulan, Medan. No. Hp/Email : 085315313034 / dias.silalahi@gmail.com /

dias.silalahi@yahoo.com

Status : Belum menikah

Riwayat Pendidikan:

Tahun 1996-1998 : TK Ade Irma Suryani Adolina, Perbaungan. Tahun 1998-2004 : SD Negeri 108293 Perbaungan

Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 1 Perbaungan Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 1 Lubukpakam

Tahun 2010-2011 : Program Studi Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Medan

Tahun 2011-sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Riwayat Organisasi:

1. Anggota Pramuka Gugus Depan 053/054 SMA Negeri 1 Lubukpakam. 2. Anggota KMK FK USU

(2)

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya, Apriany Cordias Arlita Silalahi, mahasiswa yang sedang menjalani program S1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara. Saya sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan

Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

pada Tahun 2014.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang kesehatan reproduksi remaja. Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mengharapkan ketersediaan Saudara/I untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menjadi responden. Responden akan diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner. Setiap informasi yang anda berikan pada lembar kuesioner tidak akan disebarluaskan dan peneliti akan bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaannya. Informasi yang Saudara/i berikan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Saya mengharapkan jawaban yang Saudara/i berikan berdasarkan pengetahuan Saudara/i dan jujur tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Peneliti sangat mengharapkan keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini.

Demikianlah penjelasan saya mengenai penelitian ini. Atas perhatian dan ketersediaan Saudara/I untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2014 Peneliti

(3)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

“Informed Consent”

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Kelas :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian yang berjudul Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2014, dengan nama peneliti Apriany Cordias Arlita Silalahi, dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini tanpa paksaan dari pihak mana pun. Saya akan menjawab dengan jujur seluruh pertanyaan yang diajukan peneliti.

Lubukpakam, Oktober 2014 Yang membuat pernyataan

(4)

PENGETAHUAN SISWA – SISWI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

I. Karakteristik Responden

Nama : Kelas : Umur :

II. Pengetahuan: A. Pubertas

1. Apakah yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi remaja?

a. Keadaan sehat fisik pada masa remaja dan terhindar dari berbagai penyakit. b. Keadaan sehat mental pada masa remaja.

c. Keadaan sehat fisik, mental, dan sosial yang utuh dan terbebas dari berbagai penyakit.

2. Apakah yang dimaksud dengan masa puber?

a. Masa di mana seseorang mengalami perubahan struktur tubuh; masa peralihan dari anak – anak ke dewasa.

b. Masa di mana seseorang mulai tertarik denga lawan jenisnya.

c. Masa di mana seseorang mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

3. Perubahan – perubahan apa saja yang terjadi pada masa puber?

a. Kematangan organ – organ reproduksi saja seperti produksi sperma (laki – laki) dan produksi sel telur (pada perempuan).

b. Pada laki – laki timbulnya kumis, jakun, suara membesar, rambut di sekitar ketiak dan alat kelamin, dan alat kelamin membesar. Pada wanita payudara mulai membesar, panggul mulai membesar, tumbuh bulu di ketiak dan sekitar alat kelamin.

c. Kedua jawaban di atas (a dan b) benar.

(5)

a. Pada saat umur 12 tahun.

b. Pada saat mulai tertarik pada lawan jenisnya.

c. Pada saat mulai menstruasi (perempuan) dan mimpi basah (laki – laki). 5. Apakah fungsi utama dari sistem reproduksi?

a. Untuk memberikan kesenangan dan kenyamanan hidup sesuai dengan kebutuhan.

b. Untuk menghasilkan keturunan dan kelestarian manusia sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

c. Untuk mengeluar urine (air kencing).

6. Di bawah ini yang menjadi ciri – ciri seseorang mulai memasuki usia subur adalah?

a. Pada laki – laki dan perempuan tertarik pada lawan jenis, mulai berpacaran, dan ingin mendapatkan perhatian yang lebih dari orang lain.

b. Pada laki – laki akan menghasilkan sperma, yaitu ditandai dengan mimpi basah dan pada perempuan mulai menghasilkan seltelur (ovum) yang ditandai dengan menstruasi.

c. Jawaban di atas (a dan b) salah.

B. Konsep Kehamilan

7. Bagaimanakah terjadinya kehamilan?

a. Adanya pertemuan sel sperma dengan sel telur (ovum) di dalam alat kelamin laki – laki.

b. Adanya pertemuan antara sel sperma dengan sel telur (ovum) di dalam alat kelamin perempuan.

c. Adanya kematangn alat reproduksi pada perempuan tanpa pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum).

8. Di bawah ini yang merupakan tanda utama kehamilan pada perempuan adalah? a. Perut membesar.

(6)

9. Keadaan ideal untuk hamil adalah keadaan di mana seseorang perempuan siap secara fisik (pertumbuhan tubuh yang telah selesai), mental, psikologis, emosi, dan kesiapan sosio-ekonomi.

Apakah dampak negative dari kehamilan yang tidak siap secara fisik (umur < 20 tahun)?

a. Ketidakteraturan pada tekanan darah yang berdampak pada kematian.

b. Risiko terjadinya kanker Rahim karena pertumbuhan organ reproduksinya belum sempurna.

c. Jawaban di atas (a dan b) benar.

10. Bagaimanakah cara untuk mencegah kehamilan yang paling efektif pada remaja?

a. Tidak melakukan hubungan seksual (abstinence). b. Memakai alat dan obat kontrasepsi.

c. Jawaban di atas (a dan b) salah.

11. Aborsi adalah usaha untuk menggugurkan janin atau terjadinya kelahiran spontan. Aborsi ada yang disengaja (aborsi provokatus) da nada yang tidak disengaja (aborsi spontan). Di bawah ini yang merupakan dampak dengan terjadi ketika melakukan aborsi adalah?

a. Pingsan. b. Perdarahan.

c. Kanker mulut Rahim.

C. Penyakit Menular Seksual (PMS)

12. PMS adalah Penyakit Menular Seksual. Apa yang dimaksud dengan PMS? a. Penyakit akibat melakukan hubungan seksual.

b. Penyakit yang hanya bias ditularkan melalui hubungan seksual. c. Penyakit yang bias menular dengan atau tanpa hubungan seksual. 13. Salah satu contoh Penyakit Menular Seksual adalah?

(7)

14. Bagaimana cara mencegah Penyakit Menular Seksual?

a. Membersihkan alat kelamin sebelum melakukan hubungan seksual. b. Meminum obat sebelum melakukan hubungan seksual.

c. Tidak melakukan hubungan seksual. 15. Penyakit AIDS dapat ditularkan jika?

a. Berjabat tangan dengan penderita AIDS.

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

PDS XI P 16 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 Baik 5 Baik 4 Baik 3 Cukup

DTH XI L 16 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 Baik 5 Baik 4 Baik 3 Cukup

RFDG XI L 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 12 Baik 6 Baik 4 Baik 2 Buruk

AMS XI L 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13 Baik 6 Baik 4 Baik 3 Cukup

PMS XI L 17 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 9 Cukup 6 Baik 1 Buruk 2 Buruk

RUN XI P 17 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik 5 Baik 5 Baik 3 Cukup

ASS XI P 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Baik 6 Baik 5 Baik 3 Cukup

CS XI P 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Baik 6 Baik 5 Baik 3 Cukup

WIH XI L 16 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 11 Cukup 5 Baik 4 Baik 2 Buruk

YMM XI P 16 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 Baik 5 Baik 5 Baik 3 Cukup

DDP XI L 16 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 Baik 5 Baik 4 Baik 3 Cukup

SHS XI P 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 11 Cukup 6 Baik 4 Baik 1 Buruk

RAA XI P 17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 10 Cukup 6 Baik 2 Buruk 2 Buruk

OI XI P 17 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 10 Cukup 5 Baik 5 Baik 0 Buruk

YAS XI P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 12 Baik 6 Baik 4 Baik 2 Buruk

NUR XI P 16 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 9 Cukup 2 Buruk 5 Baik 2 Buruk

RS XI L 16 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 9 Cukup 4 Cukup 4 Baik 1 Buruk

USP XI P 17 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 8 Buruk 3 Buruk 3 Cukup 2 Buruk

KP XI L 16 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 12 Baik 5 Baik 5 Baik 2 Buruk

RFS XI L 16 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 12 Baik 5 Baik 4 Baik 3 Cukup

SM XI P 16 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 9 Cukup 4 Cukup 3 Cukup 2 Buruk

MDP XI P 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Baik 6 Baik 5 Baik 3 Cukup

RM XI L 16 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 12 Baik 5 Baik 5 Baik 2 Buruk

DR XI P 16 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 10 Cukup 5 Baik 5 Baik 0 Buruk

(13)

RAS XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik 6 Baik 5 Baik 4 Baik

DRG XII L 17 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 10 Cukup 5 Baik 3 Cukup 2 Buruk

DLN XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 13 Baik 6 Baik 5 Baik 2 Buruk

VA XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik 6 Baik 5 Baik 4 Baik

DP XII L 17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik 6 Baik 4 Baik 3 Cukup

WWS XII L 17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik 6 Baik 4 Baik 3 Cukup

AAS XII L 17 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 12 Baik 5 Baik 4 Baik 3 Cukup

DUD XII L 16 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik 5 Baik 5 Baik 3 Cukup

EP XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Baik 6 Baik 5 Baik 3 Cukup

S XII P 17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12 Baik 5 Baik 5 Baik 2 Buruk

CKPB XII P 17 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 9 Cukup 3 Buruk 4 Baik 2 Buruk

NA XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 13 Baik 6 Baik 5 Baik 2 Buruk

NDU XII P 16 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 11 Cukup 5 Baik 4 Baik 2 Buruk

RS XII P 17 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 10 Cukup 5 Baik 3 Cukup 2 Buruk

OWS XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 13 Baik 6 Baik 5 Baik 2 Buruk

MPS XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13 Baik 6 Baik 4 Baik 3 Cukup

YCB XII P 17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 11 Cukup 5 Baik 4 Baik 2 Buruk

KP XII P 17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 Baik 5 Baik 4 Baik 3 Cukup

ACOS XII L 17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 Baik 5 Baik 4 Baik 3 Cukup

ZI XII L 17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 11 Cukup 5 Baik 3 Cukup 3 Cukup

AKS XII L 17 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 11 Cukup 5 Baik 3 Cukup 3 Cukup

RMA XII L 17 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12 Baik 5 Baik 4 Baik 3 Cukup

NI XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 12 Baik 6 Baik 3 Cukup 3 Cukup

(14)

ARP XII L 16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik 6 Baik 4 Baik 3 Cukup

MAU XII L 17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 Baik 5 Baik 4 Baik 3 Cukup

TP XII L 17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 Baik 5 Baik 5 Baik 2 Buruk

TBS XII L 17 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 8 Buruk 3 Buruk 4 Baik 1 Buruk

DS XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 11 Cukup 6 Baik 4 Baik 1 Buruk

NUL XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13 Baik 6 Baik 4 Baik 3 Cukup

NS XII P 17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 11 Cukup 5 Baik 5 Baik 1 Buruk

DIT XII P 17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 11 Cukup 5 Baik 5 Baik 1 Buruk

YOVG XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 12 Baik 6 Baik 5 Baik 1 Buruk

UMA XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 12 Baik 6 Baik 4 Baik 2 Buruk

JKB XII P 17 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik 5 Baik 5 Baik 3 Cukup

TS XII L 17 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik 5 Baik 5 Baik 3 Cukup

BAS XII P 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 13 Baik 6 Baik 5 Baik 2 Buruk

AM XII L 17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 Baik 5 Baik 5 Baik 2 Buruk

UO XII P 18 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11 Cukup 4 Cukup 5 Baik 2 Buruk

CIRS XII P 17 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 11 Cukup 5 Baik 5 Baik 1 Buruk

ISP XII P 18 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 11 Cukup 6 Baik 4 Baik 1 Buruk

AWS XII L 18 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 11 Cukup 5 Baik 4 Baik 2 Buruk

(15)

Karakteristik Responden

Usia

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

(16)

Pertanyaan 3

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

(17)

Pertanyaan 8

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

(18)

Pertanyaan 13

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

Percent

Frequency Percent Valid

Percent

(19)

Pengetahuan Konsep Kehamilan

Usia * Pengetahuan Kespro Crosstabulation

(20)

Kelas Kelompok * Pengetahuan Kespro Crosstabulation

Pengetahuan Kespro

Total

Baik Buruk Cukup

Kelas Kelompok

XI Count 27 1 17 45

% within Pengetahuan Kespro

60,0% 2,2% 37,8% 100,0%

XII Count 29 1 15 45

% within Pengetahuan Kespro

64,5% 2,2% 33,3% 100,0%

Total Count 56 2 32 90

% within Pengetahuan Kespro

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, J. M. Seno. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Aspek Sosial. Available from: http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-reproduksi-remaja-dalam-aspek-sosial.html. [Accssed 25 April 2014]

American Pregnancy Association. 2013. Abortion Emotional Side Effects.

Available from:

http://americanpregnancy.org/unplannedpregnancy/abortionemotionalef fects.html. [Accessed 22 June 2014]

Azriani et al. 2011. Knowledge of Sexual and Reproductive Health Among

Adolescents Attending School in Kelantan, Malaysia. Malaysia: Departement of Community Medicine Universiti Sains Malaysia, 717

725.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2007. Kurikulum dan

Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluaga Berencana Nasional, Direktorat Bina Ketahanan Remaja.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Mahasiswa (PIK R/M). Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Direktorat Bina Ketahanan Remaja.

Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia 2012. Available from: http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/si_2012/index3.php?pub=Statistik %20Indonesia%202012. [Accssed 25 April 2014]

(22)

43

Blum, Mmari. 2004. Risk and Protecting Factors Affecting Adolescent

Reproductive Halth in Developing Countries. WHO

Cunningham, F. G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap, L. C., Hauth, J. C., and Wenstrom, K. D. 2006. Obstetri Williams. Ed 21. Jakarta: EGC, 34 – 52.

Departemen Kesehatan RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Litbang Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.

Dewi, Novi Aprilia Kumala. 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang

Perkembangan Seksualitas pada Remaja Awal di SMPIT Anugerah Insani Bogor. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Dhamayanti, Meita. 2013. Overview Adolescent Health Problems and Services. Available from: http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/overview-adolescent-health-problem-and-services.html. [Accessed 25 April 2014]

Donggori, Ratna Indriana. 2012. Hubungan Akses Media Massa Dengan

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja (Studi Kasus di SMK Kristen Gergaji). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro.

Jaid. 2014. Dampak Langsung dan Tidak Langsung Penyalahgunaan Narkoba.

Available from:

http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/20/957/dampak -langsung-dan-tidak-langsung-penyalahgunaan-narkoba. [Accessed 22 June 2014]

Kurniawan, Tri Prapto. 2008. Faktor-faktor yang Berpengarug Terhadap Praktek

(23)

Mannheim, Jennifer K. 2013. Adolescence Development. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002003.htm.

[Accessed 22 Juni 2014]

Maolinda, N., Sriati, A., dan Maryati, I. 2012. Hubungan Pengetahuan dengan

Sikap Siswa Terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMAN 1 Margahayu. Bandung: Fakultas Ilmu keperawatan Universitas

Padjadjaran.

Mbizvo, M. T. & Shahida Zaidi. 2010. Addressing critical gaps in achieving

universal access to sexual and reproductive health (SRH): The case for improving adolescent SRH, preventing unsafe abortion, and enhancing linkages between SRH and HIV interventions. Geneva: Department of Reproductive Health and Research, WHO, S3 – S6.

McGraw-Hill Education. 2006. Physical and Cognitive Development in

Adolescent. Available from: http://highered.mcgraw-hill.com/sites/0073133809/student_view0/chapter11/index.html.

[Accessed 9 May 2014]

Medan Bisnis. 2014. Sekip Dihunjuk sebagai Desa Siaga Narkoba. Available from:

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/02/07/77626/sekip_dihunj uk_sebagai_desa_siaga_narkoba/. [Accessed 23 June 2014]

Moore, Dalley. 1999. Clinical Oriented Anatomy. 4th Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Peyemp. 2013. Peyempuan. Jakatarta: Trans Media Pustaka.

Pramuditha, Christiani Maria. 2010. Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak Orang

(24)

45

Pelaksanaan Self Assessment System. Bandung: Universitas Widyatama.

Prawiharjo, Sarwono. 2011. Buku Ilmu Kandungan. Jakarta: CV Sagung Seto. Santrok, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sastroamoro, Sudigdo. 2011. Dasar – Dasar Penelitian Klinis. Jakarta: CV

Sagung Seto.

Schwarz, Susan Wile. 2010. Adolescent Reproductive and Sexual Health Facts for

Policymakers. New York: National Center for Children in Proverty, Mailman School of Public health Columbia University.

Sentosa, Fransisco P. 2010. Tingkat Pengetahuan Siswi SMK Negeri 1 Medan

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2010. Medan: Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Suhud, H., Eva B. T. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Tentang

Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 1 Cililin Tahun 2009.

Cimahi: Sekolah Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Cimahi.

UNFPA. 2009. Adolescent Sexual and Reproductive Health Toolkit for

Humanitarian Settings. USA: UNFPA.

WHO. 2014. Adolescent Health Epidemiology. Available from: http://www.who.int/maternal_child_adolescent/epidemiology/adolescen ce/en/. [Accessed 25 April 2014]

WHO. 2014. Millennium Development Goal 5. Available from: http://www.who.int/reproductivehealth/topics/mdgs/target_5b/en/. [Accessed 23 June 2014]

Yunita, Lastri. 2012. Tingkat pengetahuan Siswa-siswi Kelas X Tentang Penyakit

(25)
(26)

22

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

3.2.Definisi Operasional

(27)
(28)
(29)
(30)

26

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri Lubuk Pakam tentang kesehatan reproduksi remaja.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Oktober 2014.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, Jl. Dr. Wahidin No. 5, Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. Populasi penelitian ini berjumlah sekitar 787 orang.

4.3.2. Sampel Penelitian

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. Penentuan besarnya sampel yang digunakan, dilakukan dengan perhitungan sampel berdasarkan rumus (Notoadmojo, 2005 dalam Sentosa, 2009):

(31)

Keterangan: n: besar sampel N: jumlah populasi d: nilai estimasi

Dengan nilai estimasi 10%, maka jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sekitar 90 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan proportional random sampling. Sampel tersebut didistribusikan secara merata pada kelas XI IPA dan kelas XII IPA.

Siswa kelas XI IPA : 45 orang Siswa kelas XII IPA : 45 orang

4.3.3. Kriteria Inkluki dan Eksklusi 4.3.3.1. Kriteria Inklusi

Siswa – siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam kelas XI IPA dan XII IPA yang bersedia mengisi kuesioner.

4.3.3.2. Kriteria Eksklusi

Siswa – siswi kelas XI IPA dan kelas XII IPA yang tidak hadir dan tidak dapat mengisi kuesioner pada saat pengumpulan data.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu pengisian kuesioner oleh responden. Di sini peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan, dan prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed

consent.

(32)

28

4.5. Metode Analisa Data

(33)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, Kelurahan Pagar Merbau 3, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Sekolah ini terletak di ibukota Kabupaten Deli Serdang, yaitu Lubuk Pakam.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang diteliti adalah 90 orang siswa-siswi yang terdiri dari 45 siswa-siswi kelas XI dan 45 siswa-siswi kelas XII.

Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi usia dan jenis kelamin. Data lengkap mengenai karakteristik responden dapat dilihat dari tabel 5.1 dan 5.2.

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Kelompok Usia Frekuensi Presentase (%)

15 2 2,2

16 38 42,2

17 47 52,2

18 3 3,3

Jumlah 90 100

(34)

30

sebanyak 42,2%, kemudian usia 18 tahun sebanyak 3,3%, dan yang terendah adalah usia 15 tahun yaitu sebanyak 2,2%.

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 35 38.9

Perempuan 55 61,1

Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden yang paling banyak adalah berjenis kelamin perempuan, yaitu 55 orang (61,1%) dan diikuti oleh responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu 35 orang (38,9%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja dapat dilihat pada gambar diagram 5.1. dan tabel 5.3.

Gambar 5.1. Distribusi jawaban responden tentang kesehatan reproduksi remaja 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90

(35)

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 56 62,2

Sedang 32 35,6

Buruk 2 2,2

Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan respon tentang kesehatan reproduksi remaja paling banyak pada kategori baik, yaitu sebanyak 56 orang (62,2%), diikuti oleh kategori sedang sebanyak 32 orang (35,6%), dan kategori buruk sebanyak 2 orang (2,2%).

5.1.3.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang pubertas menggunakan pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dapat dilihat pada gambar diagram 5.2. dan tabel 5.4.

Gambar 5.2. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang pubertas 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90

(36)

32

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang pubertas

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 77 85,6

Sedang 9 10

Buruk 4 4,4

Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai pubertas paling banyak adalah pada kategori baik, yaitu 77 orang (85,6%), diikuti oleh kategori sedang sebanyak 12 orang (13,3%), dan kategori buruk sebanyak 1 orang (1,1%).

5.1.3.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Konsep Kehamilan

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang konsep kehamilan menggunakan pertanyaan nomor 7, 8, 9, 10, dan 11 dapat dilihat pada gambar diagram 5.3. dan tabel 5.5.

(37)

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang konsep kehamilan

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 77 85,6

Sedang 11 12,2

Buruk 2 2,2

Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden tentang konsep kehamilan paling banyak adalah kategori baik, yaitu 77 orang (85,6%), diikuti oleh kategori sedang sebanyak 11 orang (12,2%), dan kategori buruk sebanyak 2 orang (2,2%).

5.1.3.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS)

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang penyakit menular seksual (PMS) menggunakan pertanyaan nomor 12, 13, 14, dan 15 dapat dilihat pada gambar diagram 5.4. dan tabel 5.6.

Gambar 5.4. Distribusi jawaban responden tentang PMS 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90

Pertanyan 12 Pertanyaan 13 Pertanyan 14 Pertanyaan 15

(38)

34

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang PMS

Pengetahuan Frekuensi Persentasi (%)

Baik 3 3,3

Sedang 44 48,9

Buruk 43 47,8

Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden tentang penyakit menular seksual (PMS) paling banyak adalah kategori sedang, yaitu sebanyak 44 orang (48,9%), diikuti oleh kategori buruk sebanyak 43 orang (47,8%), dan kategori baik sebanyak 3 orang (3,3%).

5.1.3.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

(39)

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Benar Salah

N % n %

1 Pengertian KRR 70 77,8 20 22,2

2 Pengertian pubertas 89 98,9 1 1,1

3 Perubahan struktur tubuh 76 84,4 14 15,6

4 Tanda awal pubertas 85 94,4 5 5,6

5 Fungsi sistem reproduksi 80 88,9 10 11,1 6 Ciri-ciri usia subur 69 76,7 21 23,3

7 Awal mula kehamilan 86 95,6 4 4,4

8 Tanda utama kehamilan 72 80 18 20

9 Dampak negatif KTD 79 87,8 11 12,2

10 Cara mencegah kehamilan 83 92,2 7 7,8 11 Dampak negatif aborsi 63 70 27 30

12 Pengertian PMS 12 13,3 78 86,7

13 Contoh PMS 68 75,6 22 24,4

14 Cara mencegah PMS 66 73,3 24 26,7

15 Cara penularan HIV/AIDS 69 76,7 21 23,3

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor 2, yaitu sebanyak 89 orang (98,9%), sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 12, yaitu sebanyak 78 orang (86,7%).

5.1.3.6. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia

(40)

36

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan usia masing adalah 50%, 50%, dan 0%. Pada seluruh responden dengan usia 16 tahun mempunyai pengetahuan baik, sedang dan buruk masing-masing adalah 63,2%, 36,8%, dan 0%. Pada seluruh responden dengan usia 17 tahun yang memunyai pengetahuan baik, sedang dan buruk masing-masing adalah 66%, 29,8%, dan 4,2%. Pada seluruh responden dengan usia 18 tahun yang mempunyai pengetahuan baik, sedang, dan buruk masing-masing adalah 0%, 100%, dan 0%.

5.1.3.7. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkatan Kelas

Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkatan kelas dapat dilihat pada tabel 5.9.

(41)

Berdasarkan tabel di atas dapat bahwa pada seluruh responden dengan tingkatan kelas XI yang mempunyai pengetahuan baik, sedang, dan buruk masing-masing adalah 60%, 37,8% dan 2,2%. Sedangkan pada responden kelas XII yang mempunyai pengetahuan baik, sedang dan buruk masing-masing adalah 64,5%, 33,3% dan 2,2%.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan analisis data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mayoritas siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam mengenai kesehatan reproduksi remaja berada dalam pada kategori baik (62,2%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maolinda, Sriati, Maryati (2012) di Bandung. Ini dikarenakan responden telah menerima pendidikan tentang sistem reproduksi terdapat dalam kurikulum pelajaran biologi SMP yang mencakup topik sistem reproduksi pria, sistem reproduksi wanita, siklus menstruasi, pertumbuhan dan perkembangan embrio, dan kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi.

Dari hasil uji tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, peneliti menguraikan pengetahuan menjadi 3 topik, yaitu pubertas, konsep kehamilan, dan penyakit menular seksual (PMS).

Berdasarkan tabel 5.4. tingkat pengetahuan mayoritas siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang pubertas dalam kategori baik. Terlihat pada tabel bahwa sebanyak 77 orang (85,6%) yang berpengetahuan baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) di Bogor. Ini dikarenakan responden telah mempelajari dan mengalami sendiri terjadinya perubahan-perubahan baik secara fisik maupun hormonal sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2007) tentang tingkat pengetahuan bahwa tingkat pengetahuan terbagi menjadi enam tingkatan, yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), evaluasi (evaluation).

(42)

38

ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sentosa (2010) di Medan. Ini dikarenakan siswa SMA lebih mendalami pelajaran biologi dibandingkan siswa SMK yang mempelajari pelajaran biologi yang hanya berhubungan dengan dunia kerja karena siswa SMK ditempah untuk siap memasuki dunia kerja. Pada kurikulum biologi SMA terdapat topik struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada sistem reproduksi yang mencakup subtopik struktur dan fungsi alat reproduksi pria dan wanita, proses pembentukan sel kelamin, ovulasi dan menstruasi, fertilisasi, gestasi, dan kehamilan, ASI, KB, dan kelainan/penyakit sistem reproduksi yang sudah pernah dipelajari pada pelajaran biologi pada tingkatan sekolah menengah pertama (SMP). Hal ini sesuai dengan pendapat Nanda (2005) dalam Pramuditha (2010) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya terdapat faktor keterpaparan dan kefamiliaran informasi. Siswa SMA kembali dipaparkan dengan informasi yang sudah pernah diketahui (familiar) sehingga memiliki pengetahuan yang lebih baik. Berdasarkan tabel 5.6. tingkat pengetahuan mayoritas siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang penyakit menular seksual (PMS) dalam kategori sedang. Terlihat pada tabel bahwa sebanyak 44 orang (48,9%) yang berpengetahuan sedang. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2012) di Grobongan, Jawa Tengah. Hal ini kemungkinan dikarenakan kurangnya informasi yang diterima oleh responden mengenai PMS baik dari keluarga, pendidikan di sekolah, petugas kesehatan, maupun media massa.

(43)

internet maupun mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari siapa saja, baik dari orang tua, teman, tenaga kesehatan, mau pun dari media massa.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan bedasarkan tingkatan kelas ditemukan bahwa tingkat pengetahuan responden kelas XII lebih baik dibandingkan responden kelas XI, akan tetapi hasil ini tidak signifikan karena perbedaan hasilnya tidak jauh berbeda.

Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja antara lain aspek tumbuh kembang remaja, penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, bahaya penyalahgunaan obat-obat terlarang pada kesehatan reproduksi, pengaruh social dan media terhadap perilaku seksual, kekerasan seksual dan cara menghindarinya, dan hak-hak reproduksi (IDAI, 2010).

(44)

40

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang kesehatan reproduksi remaja dalam kategori baik, yaitu sebanyak 56 orang (62,2%) dari 90 responden.

2. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang pubertas dalam kategori baik, yaitu sebanyak 77 orang (85,6%) dari 90 responden.

3. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang konsep kehamilan dalam kategori baik, yaitu sebanyak 77 orang (85,6%) dari 90 responden..

4. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang penyakit menular seksual (PMS) dalam katergori sedang, yaitu 44 orang (48,9%) dari 90 responden.

6.2.Saran

1. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk memasukkan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum pendidikan sehingga dapat menambah wawasan siswa tentang kesehatan reproduksi.

2. Bagi remaja diharapkan untuk lebih giat mencari informasi tentang kesehatan reproduksi tidak hanya dari media massa, internet, tetapi juga melalui sumber informasi lain, seperti petugas kesehatan dan orang tua agar lebih terarah dan tidak terjerumus ke arah perilaku yang menyimpang.

(45)

seksual terhadap anak remajanya merupakan hal yang tabu agar informasi mengenai kesehatan reproduksi yang diperoleh anak remajanya lebih terarah. 4. Bagi petugas pelayanan kesehatan diharapkan untuk memberikan penyuluhan

mengenai kesehatan reproduksi remaja terutama mengenai penyakit menular seksual karena tingkat pengetahuan remaja akan PMS masih kurang agar pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksinya menjadi lebih baik lagi.

(46)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Adjie, 2013).

Millenium Development Goal 5 (MDG5) sampai sekarang masih menganut

pengertian kesehatan reproduksi yang ditetapkan oleh International Conference of

Population and Development di Kairo pada tahun 1994, yaitu kesejahteraan fisik,

mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya (WHO, 2014).

2.2. Remaja

2.2.1. Definisi Remaja

Menurut WHO, remaja adalah periode dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, dari umur 10 sampai 19 tahun. Masa remaja ini disebut juga masa transisi. Transisi yang terjadi pada masa remaja mencakup pecepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (UNFPA, 2009).

2.2.2. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja

Perubahan-perubahan yang terjadi ketika seorang anak menginjak masa remaja dapat dilihat dari 3 dimensi, yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif, dan dimensi moral dan sosial.

a. Dimensi Biologis dan Seksualitas

(47)

Tanda pertama pada anak laki-laki adalah pembesaran testis, yang dimulai seawalnya usia 9,5 tahun. Pada masa ini pula untuk pertama kalinya anak perempuan mengalami menstruasi (menarche) dan anak laki-laki mengalami mimpi basah (spermarche) (Behrman et al, 2012) .

Menarche dan spermarche pada remaja perempuan dan laki-laki menandakan bahwa sistem reproduksinya sudah mulai aktif. Selain mengalami menarche, anak perempuan mengalami perubahan fisik, yaitu pertumbuhan payudara, tumbuhnya rambut di kemaluan, panggul membesar, dan tumbuhnya jerawat pada wajah. Sedangkan pada laki-laki mengalami perubahan seperti pertambahan massa otot, pertambahan panjang dan besar pada penis, pembesaran pada testis, tumbuhnya rambut pada kemaluan, tumbuh jerawat pada wajah (Mannheim, 2013).

Seksualitas tidak hanya meliputi perilaku seksual, tetapi juga keinginan dan fantasi, orientasi seksual, sikap terhadap seks, dan hubungannya dengan emosi, dan kesadaran terhadap aturan dan adat istiadat yang ditentukan dalam kehidupan sosial. Sebagian besar mempunyai beberapa informasi mengenai risiko kehamilan, AIDS dan penyakit lain yang ditularkan secara seksual, akan tetapi informasi itu tidak secara konsisten mengendalikan perilaku seksual (Behrman et al, 2012).

b. Dimensi Kognitif dan Moral

Dalam teori Piaget, remaja mengalami peralihan dari karakteristik pemikiran operasional anak usia-sekolah yang nyata ke perbuatan logis yang formal. Perbuatan formal meliputi kemampuan memanipulasi gagasan seperti tanda-tanda aljabar, memberi alasan dari prinsip-prinsip yang diketahui, mempertimbangkan berbagai sudut pandang sesuai dengan berbagai kriteria, dan memikirkan mengenai proses pemikirannya itu sendiri (McGraw-Hill Education, 2006).

(48)

8

kognitif dari masa kanak-kanak akhir sampai awal masa remaja (Behrman et al, 2012).

Perkembangan pemikiran moral secara kasar sejajar dengan perkembangan kognitif. Kebanyakan anak praremaja melihat benar dan salah sebagai hal yang mutlak dan tidak dapat dipertanyakan. Kemudian selama masa remaja akan timbul pemikiran abstrak, mempertanyakan lebih banyak hal, terpusat pada diri sendiri, kemudian akan terbentuk idealisme dan absolutisme (Raising Children Network, 2010).

c. Dimensi Sosial

Pubertas biasanya mengakibatkan hubungan yang tegang dan renggang antara remaja dan orang tuanya. Pada awalnya, remaja meminta penambahan kebebasan kepada orang tuanya dan lebih memilih untuk mendekatkan diri kepada teman sebayanya. Selanjutnya melanjutkan usahanya untuk mendapatkan autonomi yang lebih besar. Kelompok sebaya menjadi kurang penting dan lebih mementingkan hubungannya dengan teman kencannya. Pada remaja akhir, sudah memiliki kebebasan praktis , tetapi menganggap bahwa keluarga tetap yang paling aman. Di dalam hal pertemanan, yang lebih penting adalah keakraban dan mungkin janji (komitmen) dengan pasangan (Mannheim, 2013; Behrman et al, 2012; Raising Children Network, 2010).

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyalahgunaan NAPZA, pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya, penyakit menular seksual (PMS).

2.3.1. Kebersihan organ-organ genital

(49)

kebersihan alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus (Donggori, 2012).

2.3.2. Akses terhadap pendidikan kesehatan

Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja berhak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga (WHO, 2014).

Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan. Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan di luar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja tersebut (Blum, 2004; Kurniawan, 2008).

2.3.3. Hubungan seksual pranikah

Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang hamil pada usia kurang dari 16 tahun mempunyai risiko kematian dan mengalami komplikasi pada saat hamil dan melahirkan yang lebih besar jika dibandingkan dengan wanita yang lebih dewasa. Komplikasi tersebut antara lain obstruksi jalan lahir, partus preterm, dan abortus spontan, serta masih banyak lagi komplikasi lain. (Mbizvo, 2010).

(50)

10

kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang lebih tua. 5 juta remaja di seluruh dunia yang berada pada usia 15 – 18 tahun pernah melakukan aborsi yang tidak aman setiap tahunnya dan 70.000 di antaranya berakibat kematian (UNFPA, 2009).

Komplikasi dari aborsi yang tidak aman, antara lain: 1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat.

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan. 4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation).

5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita). 7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer). 9. Kanker hati (Liver Cancer).

10. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.

11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy). 12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) (Facts of Life dalam buku

Peyempuan, 2013)

Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan efek samping dalam perkembangan mental. Efek samping yang berpotensial dalam hal ini, antara lain: penyesalan, kemarahan, rasa bersalah, rasa malu, merasa terasingkan, kehilangan kepercayaan diri, insomnia, mimpi buruk, percobaan bunuh diri, gangguan pola makan, depresi, dan ansietas (American Pregnancy Association, 2013).

2.3.4. Penyalahgunaan NAPZA

(51)

ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian (Joit, 2014).

2.3.5. Pengaruh media massa dan internet

Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi yang benar mengenai cara menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Akan tetapi penggunaan internet pengawasan orang tua karena banyak informasi yang tidak layak bagi remaja (Azriani et al, 2011).

2.3.6. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi

Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual (Sentosa, 2010).

2.3.7. Hubungan harmonis dengan keluarga

(52)

12

lain. Remaja juga dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja (Blum, 2004).

2.3.8. Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital-genital, atau ano-genital-genital. Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu penggunaan peralatan pribadi yang bersamaan, seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya ketika di dalam kandungan dan melalui jalan lahir apabila kelahirannya pervaginam (Donggori, 2012).

Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain:

gonorrhea, chlamydia, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) (Kurniawan, 2008).

2.4. Anatomi Organ Reproduksi

2.4.1. Anatomi Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua, yaitu organ reproduksi

eksternal dan organ reproduksi internal.

Organ reproduksi eksternal wanita terdiri dari:

1. Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis yang

terdiri dari jaringan lemak. Setelah pubertas, bagian ini akan ditutupi oleh rambut kemaluan (pubes).

2. Labia mayora terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,

(53)

mayora sinistra dan dekstra bersatu di sebelah belakang membentuk commisura posterior (frenulum) dan merupakan batas bagian depan perineum. Labia mayor homolog dengan skrotum pada laki-laki.

3. Labia Minora merupakan lipatan tipis di sebelah medial dari labia mayora.

Kedua lipatan tersebut bertemu di bagian atas klitoris membentuk prepotium

clitoris dan bagian bawah klitoris membentuk frenulum clitoris. Di bagian

belakang, labia minor mengelilingi orificium vaginea dan membentuk fossa

naviculare.

4. Klitoris kira-kira sebesar biji kacang hijau, tertutup oleh preputium clitoris

dam terdiri dari glans clitoridis, corpus clitoridis, dan dua krurayang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans clitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitive.

Klitoris analog dengan penis laki-laki.

5. Vestibulum merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh klitoris, dorsal oleh fourchet. Pada vestibulum terdapat

muara dari 4 kelenjar, yaitu: 2 dari kelenjar Bartholini dan 2 dari kelenjar

Skene.

6. Glandula vestibularis mayoris Bartholini merupakan kelenjar terpenting pada

daerah vulva. Berfungsi untuk mengeluarkan secret mukus terutama pada waktu koitus.

7. Hymen merupakan lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari introitus vaginae. Biasanya ukuran lubang hymen sebesar ujung jari, sehingga getah

dari genetalia interna dan darah haid dapat mengalir keluar. Hymen yang tertutup sama sekali disebut hymen occlusivum. Setelah partus, hanya tertinggal sisa-sisa dari pinggir introitus yang disebut carunculae myrtiformis.

Organ reproduksi internal wanita terdiri dari:

1. Vagina merupakan suatu saluran musculo-membranosa yang menghubungkan uterus dengan vulva. Terletak di antara kandung kemih dan rectum. Pada

(54)

14

disebut portio. Vagina berfungsi sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah waktu haid dan sekret keluar dari uterus, sebagai alat persetubuhan, dan sebagai jalan lahir saat partus.

2. Uterus merupakan organ yang berongga dan berbentuk seperti bola lampu

yang gepeng dan terdiri dari dua bagian, yaitu: corpus uteri yang berbentuk segitiga dan serviks yang berbentuk silinder. Bagian atas dari corpus uteri disebut dengan fundus uteri. Sebagian besar dari permukaan belakang uterus tertutup peritoneum, sedangkan permukaan depan hanya pada bagian atasnya saja. Bagian bawah dari permukaan depan melekat pada dinding belakang

vesika urinaria.

3. Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine

hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. Terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.

Tuba fallopi terdiri atas :

a. Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum internum tuba.

b. Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan

bagian yang paling sempit.

c. Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.

d. Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang

disebut fimbriae tubae. Fungsi tuba fallopi :

1. Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri. 2. Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.

3. Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi. 4. Tempat terjadinya konsepsi.

5. Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.

(55)

oleh ligamentum ifundibulo-pelvicum. Ovarium terletang di dinding lateral panggul pada sebuah lekukan yang disebut fossa ovarica Waldeyeri. Ovarium terdiri dari bagian korteks dan medulla. Pada korteks terdapat folikel-folikel primordial dan pada medulla terdapat pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe.

5. Parametrium merupakan jaringan ikat yang terdapat di antara kedua lembar ligamentum latum. Bagian atas ligamentum latum yang mengandung tuba

disebut dengan mesosalphinx dan bagian caudalnya yang berhubungan dengan uterus disebut mesometrium. Pada sisi depannya berjalan ligamentum teres uteri, pada permukaan belakang ligamentum ovarii propium (Cuningham et al, 2005; Prawiharjo, 2011, Moore, 1999).

Gambar 2.1. Organ Reproduksi Wanita

Sumber: http://www.mydr.com.au/womens-health/female-reproductive-organs

2.4.2. Anatomi Organ Reproduksi Pria

Organ reproduksi pria juga dibagi menjadi dua, yaitu organ reproduksi

eksternal dan organ reproduksi internal.

Organ reproduksi eksternal pria terdiri dari:

1. Penis merupakan organ genetalia luar pada sistem reproduksi pria yang

(56)

16

ujung glans penis terdapat meatus utrethra yang merupakan jalan keluar dari urine dan cairan semen. Penis terdiri atas tiga bangunan silinder berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons corpus

cavernosum. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan

spons corpus spongiosum, yang membungkus urethra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).

2. Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus testis.

Skrotum terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini serupa dengan labia mayora. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (musculus

dartos). Musculus dartos berfungsi sebagai termoregulator agar spermatogenesis dapat berjalan dengan normal. Otot ini berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Otot mengerut dan menarik testis mendekati tubuh yang hangat bila suhu lingkungan dingin dan mengendur serta menjauhkan testis dari tubuh apabila suhu lingkungan naik. Perbedaan suhu tubuh dan suhu di testis agar spermatogenesis dapat berjalan dengan lancar sekitar 5 – 7 oC. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster (musculus cremaster).

Organ reproduksi internal pria terdiri dari:

1. Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval, agak gepeng dengan

panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2.5 cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung ekstraabdomen tepat dibawah penis. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis menghasilkan

Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) juga

(57)

1. Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di tubulus

seminiferus.

2. Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial.

2. Epidididimis merupakan sebuah saluran yang berasal dari testis dan bermuara

ke vas deferens. Epididimis terbagi menjadi 3 bagian, yaitu caput epididimis yang bertautan langsung dengan testis, corpus epididimis, dan cauda epididimis yang bermuara ke vas deferens. Epididimis berfungsi sebagai tempat transportasi, konsentrasi, pematangan, dan penyimpanan spermatozoa.

3. Vas deferens merupakan saluran transportasi spermatozoa dari cauda

epididymis menuju urethra. Ujung vas deferens menebal dan membesar membentuk ampula ductus deferens. Ujung ampula terdapat muara vesika seminalis. Setelah muara vesika seminalis ini, vas deferens diberi ductus

ejaculatorii. Duktus ini menembus prostat.

4. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi bagian

tengah dari urethra. Cairan yang dihasilkan kelenjar prostat banyak mengandung enzim yang berfungsi untuk membersihkan dan menetralisir urethra dari bekas urine dan kotoran-kotoran lain sebelum ejakulasi. pH cairan ini berkisar antara 7,5 – 8,2.

5. Vesika seminalis merupakan saluran panjang dan berkelok-kelok yang terletak

di bagian posterior kelenjar prostat. Sekeret kelenjar pada saluran ini berupa cairan encer kekuning-kuningan dan mengandung banyak zat termasuk globulin, asam askorbat, fruktosa, dan prostaglandin. Fruktosa penting untuk nutrisi spermatozoa, dan prostaglandin dapat membantu fertilisasi dengan cara mempengaruhi saluran reproduksi wanita. pH cairan ini berkisar antara 5,7 – 6,2.

6. Kelenjar bulbourethral disebut juga kelenjar Cowper, adalah struktur seukuran

(58)

18

Gambar 2.2. Organ Reproduksi Pria Sumber:

http://www.infertilitybooks.com/onlinebooks/malpani/images/02c_malereproducti vesystem_side.jpg

2.5. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (KBBI, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengalaman dan penelitian yang didasarkan oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Nanda (2005) dalam Pramuditha (2010), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:

1. Keterpaparan terhadap informasi, 2. Daya ingat,

3. Interpretasi informasi, 4. Kognitif,

5. Minat belajar, dan

(59)

2.5.1.Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja adalah segala sesuatu yang diketahui remaja mengenai kesehatan reproduksinya. Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu keadaan sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata-mata bebas dari penyakit ataupun kecacatan, tetapi juga mencakup sehat mental dan sosiokultural (Adjie, 2013).

Menurut BKKBN tahun 2007, hal-hal yang perlu diketahui dalam kesehatan reproduksi remaja, antara lain:

1. Organ reproduksinya beserta dengan kegunaan atau fungsinya,

2. Seksualitas, yaitu segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku seksual serta orientasi seksual.

3. Pubertas, yaitu perubahan struktur tubuh dari anak-anak menuju dewasa dan diikuti dengan perubahan psikis. Masa puber anak perempuan biasanya lebih awal jika dibandingkan dengan dengan anak laki-laki. Akan tetapi selain faktor jenis kelamin, faktor seperti gizi, kesehatan, dan lingkungan keluarga juga mempunyai peran penting dalam masa puber ini.

4. Menstruasi, yaitu proses peluruhan lapisan endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina yang terjadi secara berkala dan tergantung dengan siklusnya.

5. Mimpi basah, yaitu keluarnya cairan sperma tanpa adanya rangsangan pada saat tidur, biasanya terjadi pada saat mimpi tentang seks. Jika tidak terjadi pengeluaran, sperma ini akan diserap kembali oleh tubuh.

6. Kehamilan, yaitu suatu proses di mana bertemunya sel telur wanita dengan sel sperma laki-laki yang akan membentuk zigot yang merupakan cikal bakal janin. Zigot ini akan menempel dan berkembang di dalam rahim sampai akhirnya akan dilahirkan sebagai neonates/bayi.

7. Risiko hubungan seksual pra nikah. Yang mencakup dalam hal ini adalah kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan penyakit menular seksual.

8. HIV dan AIDS, cara penularannya dan cara pencegahannya. HIV adalah

(60)

20

kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya dapat menyebabkan AIDS. AIDS adalah acquired immune deficiency syndrome, yaitu kumpulan berbagai gejala penyakit akibat melemahnya atau rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Cara penularan HIV dan AIDS adalah hubungan seskual yang tidak aman (tidak menggunakan kondom) dengan orang yang sudah terinfeksi, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan/atau bergantian, transfusi darah dari donor yang terinfeksi HIV, dan penularan dari ibu ke bayi yang dikandungnya, serta dari pemberian ASI dari ibu yang sudah terinfeksi ke bayinya. Cara pencegahannya, yaitu memilih untuk tidak berhubungan seksual, setia kepada pasangan, penggunaan kondom secara konsisten dan benar, tidak menggunakan NAPZA, dan tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian.

9. Pengetahuan tentang NAPZA.

2.5.2.Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

(61)

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

(62)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja adalah generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Masa depan bangsa ditentukan dengan bagaimana kondisi dari remaja bangsa pada masa kini. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut WHO, yang dikatakan remaja adalah mereka yang berusia 12 – 24 tahun. Berbagai studi tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia, remaja adalah mereka yang berusia 15 – 24 tahun. Sedangkan menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), remaja adalah yang berusia 10 – 24 tahun. Sementara Departemen Kesehatan RI dalam program kerjanya bahwa remaja adalah yang berusia 10 – 19 tahun. UU RI No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak mengatakan bahwa remaja terletak antara usia 10 – 18 tahun. Dan masyarakat mendefinisikan remaja adalah mereka yang masih SMP dan SMA atau yang berusia 13 – 17 tahun (Dhamayanti, 2013).

Pada masa remaja inilah sistem reproduksi mulai kehidupannya dan berkembang. Alat reproduksi mulai berfungsi dan ciri-ciri seks sekunder mulai terlihat. Masa ini pula yang merupakan masa transisi aspek kehidupan, mulai dari transisi emosional, sosialisasi, agama, hubungan kerja, dan moralitas (Soetjiningsih, 2004 dalam Suhud, 2009).

Terdapat satu fenomena menarik yang terjadi pada masa remaja yaitu mereka lebih senang mendekatkan diri dengan teman sebayanya dan menjauhi orang tua. Pada masa ini pula dimulai ketertarikan terhadap lawan jenis dan meningkatnya dorongan untuk berhubungan seksual (Santrok, 2003; Behrman et

al, 2012 ).

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan siswi SMK Negeri 1

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 1 Kartosuro dengan siswi SMA Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam” dan

Hasil Penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Siswi Kelas II di SMA Negeri 9 Medan tahun 2015 dengan jumlah

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS XI SMA RK SERDANG MURNI.. LUBUK PAKAM TAHUN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran geografi di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2016/2017 yang dilihat

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah siswa-siswi di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam sudah memenuhi prosedur dalam tingkat pencapaian pada indikator penilaian yaitu

Dari 16 orang yang terdiri dari 8 siswa dan 8 siswi yang di tes dengan beberapa pertanyaan tentang pengertian kesehatan reproduksi, organ-organ reproduksi,

Dalam menyelesaikan penulisan proposal karya tulis ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Remaja SMA N 1 Medan Tentang Seks Bebas Pada Tahun 2015”