HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU DIET RENDAH GARAM PASIEN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS BUMIDAYA, KECAMATAN PALAS, LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh Dina Rianti Fitri
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
CORRELATION AMONG KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH BEHAVIOR OF A LESS SALT DIET ON HYPERTENSION AT PUSKESMAS BUMIDAYA, PALAS SUBDISTRICT, SOUTH LAMPUNG
By
DINA RIANTI FITRI
Hypertension is one of the main risk of heart diseasse, blood vessels and early death. One of the solutions to cope with it is diet. Unfortunately, a lot of patients are disobedient due to their lack of knowledge. The purpose of this research is to investigate the level of knowledge and attitude toward behavior on a less salt diet of hypertension at Puskesmas Budidaya, Palas Subdistrict, South Lampung. The method of this research was analytical by cross sectional approach. This research was conducted on October 2014 until January 2015. The sample were taken by using simple random sampling where there were 158 people included from the total number of both new and old hypertension patiens treated at Puskesmas Bumidaya on August 2014 based on medical record. The statistical analysis used was double logistyc regresion. The result of the research showed 38,8% of respondence with less knowledge, 65,5% of respondence with low attitude, and 54% of respondence have an unappropiate behavior on less salt diet. It was concluded from the research that there was a meaningful correlations among level of knowlegde (p=0,0001) and attitude (p=0,0001) toward less salt diet behavior on patients with hypertension at Puskesmas Bumidaya, Palas Subdistric, South Lampung.
ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU DIET RENDAH GARAM PASIEN HIPERTENSI DI
PUSKESMAS BUMIDAYA, KECAMATAN PALAS, LAMPUNG SELATAN
Oleh
DINA RIANTI FITRI
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama penyakit jantung, pembuluh darah dan menyebabkan kematian dini. Salah satu penanganannya adalah diet, akan tetapi banyak pasien yang tidak patuh dikarenakan pengetahuan yang kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Metode penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan crosss sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bumidaya pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015. Sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling dan berjumlah 158 orang yang merupakan jumlah keseluruhan pasien lama dan baru pasien hipertensi yang berobat di Puskesmas Bumidaya hingga bulan Agustus 2014 dalam rekam medis. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi logistik berganda. Penelitian ini mendapatkan 38,8% responden memiliki pengetahuan kurang, 65,5% responden memiliki sikap kurang, dan 54% responden memilki perilaku diet rendah garam yang tidak sesuai. Pada penelitian ini dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan (p=0,0001) dan sikap (p=0,0001) terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU DIET RENDAH GARAM PASIEN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS BUMIDAYA, KECAMATAN PALAS, LAMPUNG SELATAN
Oleh Dina Rianti Fitri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 9 Februari
1994, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Effendi P, S.sos MM dan
Ratna Suri, S.sos.
Jenjang pendidikan penulis dimulai di TK Kartika Jaya II-8 Bandar Lampung
pada tahun 1998, SD Kartika Jaya II-5 pada tahun 1999, SMP Negeri 4 Bandar
Lampung pada tahun 2005, dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun
2008.
Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi
mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan ibadahku kepada Nya
Dan Rasa syukurku atas nikmat yang selalu diberikan
kepada hamba-hamba Nya.
Sebagai tanda terima kasihku untuk
Papa dan Mama,
Keluarga tercinta,
dan
Almamater
Untuk segala kasih sayang dan cinta
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
kasih, karunia, dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.Skripsi
dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Diet
Rendah Garam Pasien Hipertensi Di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas,
Lampung Selatan”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan,
dorongan, saran, bimbingan, dan kritik dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Dr. Sutyarso, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung;
3. dr. Reni Zuraida, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu,
memberikan bimbingan, ilmu, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam
penyelesaian skripsi ini;
4. dr. Liana Sidharti, M.KM selaku Pembimbing II atas kesediaan meluangkan
waktu, memberikan motivasi juga nasihat yang bermanfaat dalam
ii
5. dr. Fitria Saftarina, M.Sc, selaku pembahas yang telah bersedia meluangkan
waktu dan memberikan ilmu, kritik, serta saranyang membangun dan
bemanfaat bagi penulis dalam skripsi ini;
6. Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, M.Kes, Sp.MK, selaku Pembimbing
Akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi selama saya
menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ini;
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu
yang telah diberikan;
8. Bapak dan Ibu Staf TU serta Administrasi Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung terima kasih atas kerjasama dan bantuannya;
9. Ibu Rosalina, ibu bidan, serta masyarakat Kecamatan Palas Lampung Selatan
yang sudah membantu dalam proses penelitian ini;
10. Orang tua tercinta, Effendi P dan Ratna Suri. Terima kasih atas doa-doa yang
selalu mengalir, kasih sayang, doa, semangat dan dukungannya;
11. Untuk kakak adik tersayang, Andrian Kurniawan dan Decy Finadia
Kharirunissa. Terima kasih atas semangat dan dorongan untuk terus sukses
yang sampai saat ini selalu diberikan;
12. Sahabat-sahabat saya, Anisa Ika P, Fatwa Maratus S, Resti Ramdani dan
Tanti Yossela, yang selalu menemani. Terima kasih atas kebersamaan, canda
tawa, tangis dan segalanya;
13. Danar Fahmi S, Diano Ramadhan F, M. Yogie Fadli dan Vandy Ikra yang
saling membantu serta memberikan dukungan hingga sekarang. Terima kasih
iii
14. Eriza, Mirani, Ayu, Oldy, Aulia, dan Egi yang selalu memberikan dukungan,
bantuan dan semangat;
15. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2011 tersayang atas kebersamaan dan
kekeluargaannya;
16. Teman-teman Tutorial dari semester awal hingga akhir atas canda tawa dan
ilmu yang diberikan;
17. Kakak dan adik tingkat Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang
memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi masukan bagi
yang membaca. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberi
rahmat-Nya bagi kita. Aamiin.
Bandar Lampung, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teori ... 5
1.5.2 Kerangka Konsep ... 6
2.6 Hipotesis ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipetensi 2.1.1 Definisi ... 8
2.1.2 Faktor Resiko ... 10
2.1.3 Klasifikasi ... 12
2.1.4 Manifestasi Klinis ... 14
2.1.5 Patofisiologi ... 15
2.1.6 Penegakan Diagnosis ... 17
2.1.8 Komplikasi ... 23 3.1 Desain Penelitian ... 37
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 37
3.3 Populasi dan Sampel ... 38
3.4 Identifikasi Variabel Penelitian ... 39
3.5 Definisi Operasional ... 40
3.6 Teknik Pengambilan Data ... 41
3.7 Prosedur Penelitian ... 41
3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakeristik Responden ... 44
4.2 Analisis Univariat ... 50
4.4 Analisis Regresi Logistik Beganda ... 58
4.5 Keterbatasan Penelitian ... 61
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 62
5.2 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII ... 12
2. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO ... 12
3. Definisi Operasional ... 40
4. Distribusi Frekuensi Umur Responden ... 44
5. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden ... 47
6. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden ... 48
7. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden ... 49
8. Persentase Responden Memberikan Jawaban Benar Atas Pengetahuan Hipertensi ... 51
9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ... 52
10.Persentase Responden Memberikan Jawaban Benar Atas SikapHipertensi ... 53
11.Distribusi Frekuensi Sikap Responden ... 54
12.Distribusi Frekuensi Perilaku Responden ... 55
13.Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku Diet Rendah Garam ... 56
14.Analisis Hubungan Sikap Terhadap Perilaku Diet Rendah Garam.. ... 57
15.Variabel Yang Dimasukan Dalam Seleksi Bivariat Yang Mempengaruhi Perilaku Diet Rendah Garam ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan
Lampiran 2 Lembar Persetujuan
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Hasil Pengolahan Menggunakan SPSS
Lampiran 5 Hasil Analisi Bivariat Menggunakan Uji Statistik
SPSS
Lampiran 6 Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda
Mengunakan Uji Statistik SPSS
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Lampiran 8 Dokumentasi
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung dan
pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko ketiga terbesar yang
menyebabkan kematian dini. Diperkirakan tahun 2020, penderita hipertensi
akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah
membunuh hampir delapan juta orang setiap tahunnya, sekitar hampir 1,5 juta
adalah wilayah Asia Tenggara (WHO, 2011).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 persen, terbanyak di Bangka Belitung (30,9%),
untuk provinsi Lampung sebesar 24,7 % (Riskesdas, 2013). Menurut daftar
rekam medis Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan pada
tahun 2014, hipertensi menempati posisi pertama dari 10 daftar penyakit
terbanyak di puskesmas dengan jumlah total 158 orang yang merupakan
2
Faktor pencetus terjadinya hipertensi diperkirakan multifaktoral yang timbul terutama karena interaksi faktor−faktor resiko tertentu yaitu diet dan asupan
garam, stress, ras, obesitas, merokok, usia, kurang aktivitas fisik, jenis
kelamin dan genetic riwayat keluarga (Sudoyo, 2009). Makanan yang
diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah yang tinggi,
misalnya monosodium glutamate (MSG), dapat menaikkan tekanan darah
karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih (Tanumang, 2012).
Pelaksaanaan diet yang teratur dapat menstabilkan tekanan darah, yaitu
dengan mengurangi makanan dengan tinggi garam, makanan yang berlemak,
mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan melakukan aktivitas olahraga
(Novian, 2013). Saat ini banyak penderita hipertensi yang tidak patuh
melaksanakan diet yang diberikan karena kurangnya pengetahuan penderita
tentang diet hipertensi (Tumenggung, 2013).
Kajian inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan suatu
penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap
perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya,
Kecamatan Palas, Lampung Selatan.
1.2 Rumusan Permasalahan
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus
3
(Sarasaty, 2011). Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi yang
tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan usia, serta
faktor yang dapat dikontrol seperti pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium, lemak, perilaku merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik
(Nuarima, 2009).
Penatalaksanaan hipertensi adalah dengan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg (Sinaga, 2012). Penanganannya dapat dilakukan
dengan cara nonfarmakologi dan farmakologi. Terapi non farmakologis terdiri
dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih,
konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta
meningkatkan konsumsi buah dan sayur (Anggraini, 2009).
Penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan
bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari
perilaku hidup sehat serta mahalnya biaya pengobatan hipertensi. Saat ini
banyak penderita hipertensi tidak patuh melaksanakan diet yang diberikan
karena kurangnya pengetahuan penderita tentang diet hipertensi
(Tumenggung, 2013). Sikap dan perilaku memainkan peran penting karena
mempengaruhi respon seseorang sakit dan penyakit, persepsinya terhadap
sakit, pengetahuan tentang gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007). Dengan demikian, di dalam penelitian ini dapat
4
terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas
Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap
perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya,
Kecamatan Palas, Lampung Selatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan diet rendah garam pasien
hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung
Selatan.
b. Mengetahui sikap diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas
Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.
c. Mengetahui perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di
Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.
d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan sikap diet rendah
garam terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di
5
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi peneliti/penulis, menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu gizi
dan ilmu kedokteran komunitas.
2. Bagi institusi/masyarakat:
a. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai diet pada pasien
hipertensi di Puskesmas Bumidaya Kecamatan Palas Lampung
Selatan.
b. Dapat dijadikan sumber bacaan penderita sebagai sumber ilmu
pengetahuan.
c. Dapat menambah bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka Teori
Berdasarkan teori Lawrence Green, dimana perilaku dibentuk dari tiga faktor,
yaitu faktor predisposisi atau penguat, faktor pendukung, dan faktor
6
Gambar 1. Kerangka Teori
Teori: Lawrence W. Green
1.5.2 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
7
1.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat diturunkan hipotesis
yaitu terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap
perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Merupakan suatu keadaan di mana tekanan arteri tinggi, berbagai kriteria
sebagai batasannya telah diajukan berkisar dari tekanan sistolik 140‒200 mmHg dan tekanan diastolik 90‒110 mmHg (Dorland, 2007). Hipertensi
atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal
yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Hipertensi
merupakan penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal
(Tangkilisan, 2013).
Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan
darahnya (Novian, 2013). Gejala baru timbul setelah tejadi komplikasi
pada organ tubuh seperti ginjal, mata, otak, jantung. Karena tidak
menimbulkan gejala, maka hipertensi dikenal sebagai pembunuh
9
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri
ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah
merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah.
Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung.
Tekanan darah pada arteri besar bervariasi menurut denyutan jantung.
Tekanan ini paling tinggi ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan
paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik) (Suparto,
2010).
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
(JNC VII), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi
kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat satu dan derajat dua
(JNC, 2011). WHO (world health organization) juga memberikan batasan
bahwa seseorang, dengan beragam usia dan jenis kelamin, apabila tekanan
darahnya berada pada satuan 140/90 mmHg atau diatas 160/90 mmHg,
maka ia sudah dapat dikatagorikan sebagai penderita hipertensi (WHO,
2011).
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung dan
pembuluh darah. Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga
terbesar yang menyebabkan kematian dini. Diperkirakan tahun 2020,
penderita hipertensi akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,
10
2.1.2 Faktor Resiko
Faktor pencetus terjadinya hipertensi diperkirakan multifaktoral yang timbul terutama karena interaksi faktor−faktor resiko tertentu yaitu diet
dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, usia, kurang aktivitas
fisik, jenis kelamin dan genetik riwayat keluarga (Sudoyo, 2009)
Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan
riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang
yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol
mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi (Wahyuni, 2013).
Jenis kelamin pasien juga berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi
karena laki-laki secara umum memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
dibandingkan wanita. Hal ini terkait dengan hormon sex yang
mempengaruhi sistem renin angiotensin (Wahyuni, 2013). Begitu pula
dengan umur pasien yang telah memasuki usia lanjut mendukung
terjadinya hipertensi karena risiko hipertensi akan bertambah dengan
semakin bertambahnya umur (Ariani, 2013).
Secara umum diketahui bahwa tekanan darah akan meningkat seiring
dengan bertambahnya umur dan semakin meningkat lagi dengan berat
badan lebih (overweight) dan obesitas. Peningkatan tekanan darah akan
11
mempunyai stress emosional yang tinggi. Pada orang yang obesitas,
jumlah darah yang beredar akan meningkat, cardiac out put akan naik dan
ini akan meningkatkan tekanan darah (Sihombing, 2010).
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai
kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai
risiko yang lebih besar terkena hipertensi. Faktor risiko tersebut pada
umumnya disebabkan pola hidup (life style) yang tidak sehat seperti
merokok, konsumsi alkohol, kafein, kurang aktivitas fisik dan stress.
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler atau hipertensi karena besar masa tubuh, banyak darah
yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.
Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri
sehingga tekanan darah meningkat (Suparto, 2010).
Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun akan meningkatkan
tekanan darah karena kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada dinding
arteriol juga meningkat. Kadar sodium yang tinggi ini memudahkan
masuknya kalsium ke dalam sel-sel tersebut. Hal ini kemudian
menyebabkan arterial berkontraksi dan menyempit pada lingkar dalamnya
(Wibowo, 2011).
Minum alkohol berlebihan tidak hanya meningkatkan tekanan darah, tetapi
12
dapat menyebabkan konsistensi (kekentalan) pada terapi anti hipertensi
dan berisiko terjadinya beberapa penyakit lain seperti stroke dan jantung
(Wibowo, 2011).
2.1.3 Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua
kali pengukuran pada masing-masing kunjungan. The Joint National
Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high
blood pressure (JNC) membuat klasifikasi membagi hipertensi menjadi
tingkat satu dan tingkat dua.
Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat 1
Tabel 2. Klasifikasi hipertensi menurut WHO
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140/lebih 90/lebih
13
Menurut penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Hipertensi Primer (Essensial)
Hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya misalnya penyakit ginjal
kronik, kontrasepsi oral, coartatio aorta, aldosteronisme,
pheochromocytoma (Suparto, 2010).
Hipertensi primer/esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan
arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol
homeostatik normal, hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya. Pada
umumnya hipertensi esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal,
melainkan karena berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu faktor
yang paling mungkin berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial
adalah faktor genetik (Rahmat, 2013). Hipertensi esensial meliputi lebih
kurang 90% dari seluruh penderita hipertensi dan 10% sisanya disebabkan
oleh hipertensi sekunder (Tangkilisan, 2013).
Dari golongan hipertensi sekunder, sekitar 50% diketahui penyebabnya
dan dari olongan ini hanya sedikit yang dapat diperbaiki kelainannya.
(Handayani, 2013). Hipertensi Sekunder yaitu tekanan darah tinggi yang
penyebabnya dapat diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik
seperti penyakit ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian
14
Berdasarkan bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu
hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran.
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya
ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan
sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada
hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih
besar (Kartikasari, 2013). Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)
merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit
secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah
yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah
diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik (Kartikasari, 2013).
2.1.4 Manifestasi Klinik
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang hipertensi yaitu sakit
kepala, pusing, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sukar tidur,
sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar
15
hipertensi kadang tidak menampakan gejala selama bertahun-tahun. Gejala
bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Pada saat pemeriksaan fisik, mungkin tidak
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat
pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat,
penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat, edema pupil. Gejala
yang mungkin antara lain: peningkatan tekanan darah, kepala terasa
pusing, sering marah, telinga terasa berdengung, mata berkunang-kunang,
sukar tidur dan lainnya (Sinaga, 2012).
Sebagian orang yang menderita tekanan darah tinggi akan mengeluhkan
sakit kepala yang terasa tumpul, pendarahan lewat hidung (mimisan) yang
semakin sering atau pusing (sensasi berputar, vertigo). Namun tidak
sedikit pula orang yang mengalami gejala apapun, walaupun tekanan darah
nya telah mencapai tingkat yang membahayakan (tekanan sistolik diatas
160 mmHg atau tekanan diastolic diatas 100 mmHg) (Sinaga 2012).
2.1.5 Patofisiologi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi karena adanya gangguan
dalam sistem peredaran darah. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan
sirkulasi darah, gangguan keseimbangan cairan dalam pembuluh darah
atau komponen dalam darah yang tidak normal. Gangguan tersebut
16
lancar. Untuk itu, diperlukan pemompaan yang lebih keras dari jantung.
Hal ini akan berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh
darah atau disebut hipertensi (Price dan Wilson, 2002).
Tekanan darah adalah fungsi berulang-ulang dari cardiac output karena
adanya resistensi periferal (resistensi dalam pembuluh darah untuk
mengalirkan darah). Diameter pembuluh darah ini sangat mempengaruhi
aliran darah. Jika diameter menurun misalnya pada aterosklerosis,
resistensi dan tekanan darah meningkat. Jika diameter meningkat misalnya
dengan adanya terapi obat vasodilator, resistensi dan tekanan darah
menurun. Ada dua mekanisme yang mengontrol homeostatik dari tekanan
darah, yaitu:
1. Short term control (sistem saraf simpatik).
Mekanisme ini sebagai respon terhadap penurunan tekanan, system
saraf simpatetik mensekresikan norepinephrine yang merupakan suatu
vasoconstrictor yang akan bekerja pada arteri kecil dan arteriola untuk
meningkatkan resistensi peripheral sehingga tekanan darah meningkat.
2. Long term control (ginjal).
Ginjal mengatur tekanan darah dengan cara mengontrol volume cairan
ekstraseluler dan mensekresikan renin yang akan mengaktivasi system
17
2.1.6 Penegakan Diagnosis
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan yaitu:
a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,
beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan.
c. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler lain atau penyakit
penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan
panduan pengobatan (Wahyuni, 2013).
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,
dan hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada
kunjungan berbeda, kecuali terdapat kenaikkan tinggi atau gejala-gejala
klinis yang menyertai. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam
keadaan pasien duduk, setelah beristirahat selama lima menit. Alat yang
digunakan untuk mengukur tekanan darah disebut spigmomanometer. Ada
beberapa jenis spigmomanometer, tetapi yang paling umum terdiri dari
sebuah manset karet dengan dibalut bahan yang difiksasi disekitarnya
secara merata tanpa menimbulkan konstriksi. Anamnesis yang dilakukan
meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, pengobatan
antihipertensi sebelumnya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang
berkaitan seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan
lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala
yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, gejala kerusakan organ,
18
merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor pribadi, keluarga,
lingkungan, pekerjaan, dan lain-lain) (Yanti, 2008).
2.1.7 Penatalaksanaan
Berdasarkan data WHO, dari 50% penderita hipertensi yang diketahui
hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati
dengan baik. Diperkirakan pada tahun 2025 nanti kasus hipertensi
terutama di negara berkembang akan mengalami kenaikan sekitar 80%
dari 639 juta kasus di tahun 2000, yaitu menjadi 1,15 milyar kasus.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan
penduduk saat ini.
Menurut JNC VII, tahap awal pengobatan hipertensi derajat satu yaitu
dengan terapi tunggal. Hal ini disebabkan hipertensi derajat satu masih
dapat diturunkan dengan satu macam obat antihipertensi. Tekanan darah
yang lebih tinggi (hipertensi derajat dua) kurang dapat diturunkan dengan
satu macam obat sehingga tahap awal dengan terapi kombinasi. Terapi
kombinasi dapat menurunkan tekanan darah lebih besar dengan efek
samping yang minimal.
Penanganannya dapat secara nonfarmakologi dan farmakologi. Penurunan
tekanan darah berhubungan dengan lifestyle modification. Penanganan
19
mengatur diet (makanan rendah garam dan mempertahankan berat badan
dalam batas normal), latihan yang teratur sepanjang tidak bertentangan
dengan keadaan penyakit yang dialami, berhenti merokok, minum kopi
dan alcohol (Mayo Clinic Staff, 2012 ).
a. Modifikasi diet dan turunkan berat badan
Diet yang dianjurkan adalah DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) yang terdiri atas diet tinggi buah, tinggi sayur dan produk
susu yang rnedah lemak. Kurangi juga asupan garam sampai dengan
enam gram NaCl (garam dapur) per hari (Sinaga, 2012).
Gambar 3. Piramida diet DASH Sumber: cspinet.org
Yang dimaksud dengan diet rendah garam adalah garam natrium seperti
yang terdapat di dalam garam dapur (Nacl), soda kue (NaHCO³), baking
powder, natrium benzoate, dan vetsin (mono sodium glutamate).
Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang
20
Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium
klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh,
sehingga menyebabkan edema atau asites dan atau hipertensi. Dalam
keadaan demikian asupan garam natrium perlu dibatasi (Almatsier,
2005).
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi
garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi (Almatsier, 2005).
Syarat-syarat Diem Garam Rendah adalah :
1.Cukup energy, protein, mineral, dan vitamin
2.Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
3.Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau
air dan atau hipertensi (Almatsier, 2005).
Diet garam rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau asites
dan atau hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasio
kordis, sirosis hati, penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan,
dan hipertensi esensial. Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai
dengan keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat diet garam
rendah ( Almatsier, 2005).
Diet Garam Rendah I (200‒400 mg Na)
Diet garam rendah satu diberikan kepada pasien dengan edema , asites
21
ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya.
Diet Garam Rendah II (600‒800 mg Na)
Diet garam rendah dua diberikan kepada pasien dengan edema, asites,
dan atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama
dengan diet garam rendah satu. Pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan ½ sdt garam dapur (dua gr). Dihindari bahan makanan
yang tinggi kadar natrium nya.
Diet Garam Rendah III (1000‒1200 mg Na)
Diet garam rendah tiga diberikan kepada pasien dengan edema dan atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam
rendah satu. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan satu sdt
(empat gr) garam dapur (Almatsier, 2005).
Setiap penurunan berat badan 10 kg dapat mengurangi tekanan darah
sebesar 5‒20 mmHg. Begitu pula dengan diet rendah garam dapat
menurunkan 2‒8 mmHg. Latihan fisik atau olah raga teratur juga dapat
menurunkan tekanan darah 4‒9 mmHg (Ariani, 2013).
b.Aktivitas Fisik
Olahraga yang dianjukan adalah olahraga aerobic selama minimal 30
menit per hari dan harus dilakukan setidak-tidaknya 4‒5 hari dalam
22
(brisk walking). Diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 4‒9
mmHg.
c. Berhenti merokok, kurangi konsumsi alcohol dan kopi
Dengan berhenti merokok, membatasi konsumsi alcohol dan kopi maka
dari upaya ini diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 2‒4 mmHg.
Jika hal-hal tersebut dapat berhasil mengontrol tekanan darah, maka
diperlukan obat-obatan antihipertensi. Namun jika modifikasi gaya
hidup dan pola makanan tidak berhasil menurunkan tekanan darah
tinggi, barulah seseorang membutuhkan intervensi obat. Untuk
penggunaan obat-obatan antihipertensi, sebaiknya dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan dokter mengenai pengobatan hipertensi yang
tepat.
Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala. Obat-obat antihipertensi yang tersedia hanya membantu
untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi sekunder. Hal yang
terpenting adalah engeradikasi penyakit primer yang mencetuskan
hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi (Ariani, 2013).
Edukasi pasien merupakan proses mempengaruhi perilaku, mengubah
pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dibutuhkan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Proses tersebut dimulai
dengan memberikan informasi serta interpretasinya yang terintegrasi
23
kesehatan. Dimana dalam hal ini diharapkan adanya perubahan
pengetahuan pasien dan keluarga. Dukungan keluarga dekat sangat penting
dalam pembentukan perilaku kesehatan yang baik (Rahmat, 2013).
Pada pasien hipertensi penting sekali dukungan keluarga di dalamnya.
Intervensi keluarga dilakukan untuk membantu mengawasi ketaatan pasien
dalam berobat dan penyesuian asupan makanan sesuai untuk penderita
hipertensi sehingga tekanan darah pasien terkontrol. Hal ini dikarenakan
pengawasan pengontrolan faktor hipertensi terdapat di lingkungan sekitar
keluarga dan lingkungan rumah (Rahmat, 2013).
2.1.8 Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi dapat dicegah dengan cara diet (Wibowo, 2011).
Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika terjadi
komplikasi yang menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi
jantung koroner dan stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan
hidup pada penderitanya. Penyakit ini menjadi muara beragam penyakit
degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian (Wibowo, 2011).
Hipertensi berbahaya kerana ia akan membebankan jantung dan ini
menyebabkan arteriosklerosis (pengerasan dinding arteri). Ini
meningkatkan risiko mendapat penyakit jantung dan stroke. Hipertensi
24
degeneratif seperti retinopati, strok, paru-paru berair, penebalan dinding
jantung (Suparto, 2010). Tekanan darah tinggi yang terus menerus
mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat
terjadi kerusakan pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata
(Sihombing, 2010).
2.2.Pengetahuan
2.2.1 Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat
pengetahuan yaitu: tahu (know), memahami (comprehention), aplikasi
(application), analisis (analilysis), sintesis (sintesis) dan evaluasi
25
2.2.2 Cara Mendapatkan Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi
dua, yakni:
1. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum
ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :
a)Cara Coba Salah (Trial Dan Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak
berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai
didapatkan hasil mencapai kebenaran.
b)Cara Kekuasaan atau Otoritas
Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
c)Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat
memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan
26
d)Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran.
2.Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah (Notoatmodjo, 2005)
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:
a. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat beberapa tahun. Sehingga semakin cukup umur tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja
dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya
dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2001).
b.Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
27
informasi. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh
pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
baik pula pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007).
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan
persoalan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2002).
2.2.4 Tingkat Pengetahuan
Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa tertarik, dan adanya
pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan terdiri atas enam
tingkat yaitu :
a. Tahu (Know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali
(Recall) terhadap suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari
28
b.Memahami (Comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan secara benar tentang objek yang diketahui, dapat
menjelaskan materi tersebut dengan benar.
c. Aplikasi (Application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
d.Analisis (Analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen–komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi masih ada
kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis). Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria sendiri atau menggunakan kriteria–criteria
yang sudah ada ditentukan (Notoatmodjo, 2005).
2.2.4 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui
atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas
29
2.3.Sikap
2.3.1 Definisi
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,
dan sebagainya (Notoadmojo, 2005).
2.3.2 Komponen Sikap
Sikap terbentuk dari tiga komponen utama yaitu:
1) Komponen afektif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik
sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki
individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)
terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversial.
2) Komponen kongnitif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek
emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen
sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen
afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
30
3) Komponen perilaku
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan
sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah
logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku (Azwar, 2007).
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,
institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi
dalam diri individu.
a. Pengalaman pribadi
Tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu
objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap
objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami
seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
Situasi yang melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang
31
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh Kebudayaan
Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang kita alami
(Azwar, 2007). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi
individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis
pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.
d. Media Massa
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa
memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam
32
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari
pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran
agama sangat menetukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah
mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut
berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya
orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya
atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak.
Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga
pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal
yang menentukan sikap.
f. Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap
yang sementara dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan
tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan
33
2.4. Perilaku
2.4.1 Definisi
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan,
berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat
diartikan sebagai aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).
Terdapat dua teori mengenai perilaku, yaitu menurut Skinner dan Green :
a. Teori Skiner (S-O-R)
Skinner (1938), yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2007), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan demikian perilaku manusia
terjadi melalui proses: Stimulus- Organisme-Respon sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”.
Terdapat dua jenis respon dalam teori Skinner:
1.Respondent respons atau reflexive, merupakan respon yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan atau stimulus tertentu yang
disebut eliciting stimulation, karena menimbulkan respon-respon
yang relatif tetap.
2. Operant respons atau instrumental respons, merupakan respon yang
34
rangsangan tertentu,yang disebut reinforcing stimulation atau
reinforce karena berfungsi untuk memperkuat respon.
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.Perilaku tertutup (covert behavior)
Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Respon terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain atau disebut juga unobservable
behavior.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Merupakan respon seseorang terhadap stimulus sudah dalam
bentuk tindakan nyata atau praktik yang dapat diamati orang lain
dari luar.
b. Teori Green
Menurut Green dan Kreuter (2005), kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh faktor perilaku dan faktor non perilaku. Ada tiga faktor yang dapat
berpengaruh atau menjadi sebab terjadinya masalah perilaku:
a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors), merupakan faktor
35
menjelaskan alasan dan motivasi untuk berperilaku tertentu. Yang
termasuk dalam faktor predisposisi adalah pengetahuan, keyakinan,
nilai sikap dan demografi.
b. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factors), agar terjadi suatu
perilaku tertentu diperlukan perilaku pemungkin suatu motivasi.
Ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya
kesehatan, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan
c. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors), merupakan faktor
penyerta perilaku yang memberiakan peran bagi menetapnya suatu
perilaku. keluarga, teman sebaya, guru, dan petugas kesehatan.
2.4.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku
1.Perubahan Alamiah (natural change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian dari perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat
sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya
dan ekonomi, maka anggota masyarakat didalamnya juga akan
mengalami perubahan.
2.Perubahan Terencana (planned change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri
oleh subjek.
3. Kesediaan Untuk Berubah (readiness to change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di
36
sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut dan
sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau
perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai
37
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional
untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, dan sikap terhadap
perilaku diet rendah garam penderita hipertensi di Puskesmas Bumidaya
Kecamatan Palas Lampung Selatan di amati dalam satu waktu.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas,
38
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang berobat
pada bulan Agustus 2014 di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan
Palas, Lampung Selatan.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling. Data
sampel didapatkan melalui rekam medis Puskesmas Bumidaya,
Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Keseluruhan jumlah penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas,
Lampung Selatan berjumlah 158 orang hingga bulan Agustus 2014.
Besar sampel yang dipakai pada penelitian ini di hitung dengan
menggunakan rumus penelitian untuk menghitung minimum
besarnya sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan (Accurancy).
Rumus penentuan sampel menurut Notoatmojo (2010).
n =
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : besarnya populasi
39
dari rumus diatas didapat besarnya sampel :
n =
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Bersedia menjadi subjek penelitian.
b. Pasien hipertensi yang pernah berobat di Puskesmas Bumidaya,
Kecamatan Palas, Lampung Selatan.
c. Usia 30-55 tahun
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Subjek membatalkan kesediannya menjadi responden penelitian
b. Subjek tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan
3.4 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah:
a. Variabel independen
Pengetahuan dan sikap pasien terhadap diet rendah garam.
b. Variabel dependen
Perilaku pasien terhadap diet rendah garam yang diukur dari kadar
40
3.5.Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional
Variabel Defenisi
Wawancara Kuesioner Ordinal Jika menjawab benar mendapat
Wawancara Kuesioner Ordinal Terdapat 10 pertanyaan
41
3.6.Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan data sekunder, data
sekunder didapatkan melalui rekam medik Puskesmas mengenai pasien
yang menderita hipertensi. Untuk pengumpulan data primer yaitu
wawancara langsung dengan responden menggunaka kuisoner untuk
mengetahui pengetahuan dan sikap terhadap diet rendah garam, dan juga
mengunakan food recall 1x24 jam terakhir untuk mengetahui perilaku pola
makan pasien dilihat dari asupan natriumnya. Penentuan diagnosis
hipertensi akan ditunjang dengan pengukuran tekanan darah menggunakan
spigmomanometer air raksa di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas,
Lampung Selatan.
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Tahap Awal
Pelaksanaan penelitian diawali dengan meminta izin kepada pihak
pimpinan Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan
untuk melakukan penelitian.
3.7.2 Tahap Pengumpulan Data
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1) Meminta kesediaan responden untuk dilakukan pemeriksaan.
2) Dilakukan pemeriksaan tekanan darah menggunakan
42
3) Melakukan pengisian kuisoner dengan wawancara langsung
dengan responden
4) Meminta responden mengisi food recall 1x24 jam
3.8.Pengolahan dan Analisis Data
3.8.1. Pengolahan Data
Data diperoleh dengan cara mempelajari data primer berupa
pengisian kuesioner pengetahuan dan sikap terhadap diet rendah
garam dan food recall 1x24 jam oleh pasien hipertensi di
Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.
Kemudian data diolah menggunakan perangkat lunak komputer.
Selanjutnya, proses pengolahan data menggunakan program
komputer ini terdiri dari beberapa langkah:
a. Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama
penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.
b. Data Entry, memasukkan data ke dalam komputer.
c. Verifying, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data
yang telah dimasukkan ke dalam komputer.
d. Computer Output, hasil analisis yang telah dilakukan oleh
komputer kemudian dicetak.
3.8.2. Analisis Data
Dengan melihat data yang diperoleh dari hasil kuesioner dan food
43
lunak pada komputer. Untuk analisis data digunakan analisis data
univariat & analisis regresi logistik berganda.
a. Analisis data univariat adalah analisis data untuk mengetahui
gambaran masing-masing variabel yaitu pengetahuan, sikap
tentang diet rendah garam dan perilaku pasien hipertensi di
Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.
b. Analisis data bivariat adalah analisis data untuk mengetahui
hubungan antar tiap variabel bebas dengan variabel terikat.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.
c. Analisis data regresi logistik berganda digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel bebas
dengan variabel terikat. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan uji Regresi Logistik karena variabel terikat dalam
62
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Didapatkan responden dengan tingkat pengetahuan diet rendah garam baik
sebanyak 31,9%, sedang 29,2%, dan kurang 38,9%.
2. Didapatkan responden dengan sikap diet rendah garam baik sebanyak 34,5%
dan sikap diet rendah garam kurang sebanyak 65,5%.
3. Didapatkan responden dengan perilaku diet rendah garam baik sebanyak 46%
dan perilaku diet rendah garam kurang 54%.
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap diet
rendah garam terhadap perilaku diet rendah garam pada pasien hipertensi di
Puskesmas Bumidaya Kecamatan Palas Lampung Selatan.
4.2Saran
1. Bagi Puskesmas Bumidaya, Palas, Lampung Selatan
Diharapkan dapat melakukan peningkatan ilmu pengetahuan bagi tenaga
kesehatan puskesmas tentang hipertensi terutama diet, dalam rangka
63
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dokter dan paramedis lain dapat terjun langsung dalam menangani
permasalahan diet dengan melakukan pemantauan kepada pasien hipertensi.
3. Bagi pasien
Diharapkan memiliki informasi yang lebih baik tentang hipertensi khususnya
tentang diet agar dapat melakukan terapi non farmakologi dengan tepat.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan faktor resiko lain yang lebih
mempengaruhi terjadinya hipertensi dan dengan metode penelitian yang
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2005. Penuntun Diet. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Dan Asosiasi Dietsien Indonesia: Jakarta.
Anggraini AD, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Fakultas Kedokteran
Universitas Riau: Pekan Baru.
Ariani AD. 2013. Hipertensi Grade II Dengan Prediabetes Pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia.Jurnal Medula, Volume 1 Nomor 1, September 2013.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional:Jakarta.
Fauziah NY, Bintanah S, Handarsari E. 2013. Pola Konsumsi Bahan Makanan Sumber Natrium Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Volume 2 Nomor 1, April 2013.
Festy P, Rosyiatul AH, Aris A. 2009. Hubungan Antara Pola Makan dengan Kadar Asam Urat Darah pada Wanita Postmenopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya: Surabaya.
Handayani YN, Sartika RAD. 2013. Hipertensi Pada Pekerja Perusahaan Migas
X Di Kalimantan Timur, Indonesia. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia: Depok.
Jaya NTAA. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Dalam Minum Obat Antihipertensi Di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten Tahun 2009. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Kartikasari AN. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa
Kabongan Kidul Kabupaten Rembang. Karya Tulis Ilmiah. Program
Mubin MF, Samiasih A, Hermawanti T. 2010. Karakteristik Dan Pengetahuan Pasien Dengan Motivasi Melakukan Kontrol Tekanan Darah Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sragi I Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, Volume 6, Nomor 1, 2010.
National High Blood Pressure Education Program. 2004. The Seventh Report Of
The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta: Jakarta.
Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.
Novian A. 2013. Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1, Nomor 9, 2013.
Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 59, Nomor 12, Desember 2009.
Rahmat F. 2013. Pengelolaan Pasien Hipertensi Grade II Dengan Pendekatan
Medis Dan Perilaku.Jurnal Medula, Volume 1 Nomor 1, September 2013.
Sarasaty RF. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011. Skripsi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Jakarta.
Sinaga DB. 2011. Gambaran Tingkat Pengetahuan Hipertensi Pada Masyarakat
Yang Merokok Di Rw 01 Kelurahan Pondok Cina, Beji, Depok 2011. Skripsi.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia: Depok.
Sihombing M. 2010. Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman, Dan Aktivitas Fisik Dengan Penyakit Hipertensi Pada
Responden Obes Usia Dewasa Di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia,
Volume 60, Nomor 9, September 2010