• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Laju Reaksi Kimia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Laju Reaksi Kimia"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS

INDUKTIF (SBEI) DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KIMIA

Oleh

JOHAN ADHI NUGROHO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Progam Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

Efektivitas Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa

Pada Materi Laju Reaksi Kimia

Oleh

JOHAN ADHI NUGROHO

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) pada materi laju reaksi dalam meningkatkanpenguasaan konsep siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bandar Lampung semester genap Tahun 2011-2012 dengan kelas XI IPA 3 dan XI IPA 1 sebagai sampel. Penelitian ini mengunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran SBEI diukur berdasarkan peningkatan gain yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata n-gain penguasaan konsep siswa untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,10 dan 0,64.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan uji t’. Berdasarkan pengujian hipotesis, kelas yang diterapkan model pembelajaran SBEI memiliki nilai penguasaan konsep yang lebih tinggi dari pada kelas yang diterapkan dengan pembelajaran konvensional. Dari hasil pengujian hipotesis disimpulkan bahwa model pembelajaran SBEI efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi laju reaksi kimia.

(3)
(4)
(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efekivitas Pembelajaran……... 7

B. Teori Belajar Kontruktivisme... 7

C. Siklus Belajar Empiris Induktif... 9

D. Penguasaan Konsep... 11

E. Pembelajaran Konvensional... 13

F. Kerangka Pemikiran... 15

G. Anggapan Dasar... 17

(6)

vi III.METODOLOGI PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian... 18

B. Variabel Penelitian…... 18

C. Jenis Sumber Data... 19

D. Desain Penelitian ... 19

E. Instrumen Penelitian... 20

F. Pelaksanaan Penelitian... 21

G. Analisis Data dan Penelitian... 22

1. Hipotesis Kerja... 22

Hipotesis (Penguasaan Konsep)……… 22

2. Hipotesis Statistik…... 23

Hipotesis (Penguasaan Konsep)……… 23

H. Teknsik Analisis Data……… 23

1. Menghitung n-gain……… 24

2. Uji Normalitas……… 24

3. Uji Homogenitas Dua Varians……… 25

4. Pengujian Hipotesis……… 26

Pengujian Perbedaan Dua Rata-Rata………. 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 29

B. Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42

(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses. Proses tersebut berupa suatu keterampilan yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Keteram-pilan-keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut dengan keterampilan proses sains. Untuk dapat memahami ilmu kimia sebagai hakikat IPA, yakni IPA

sebagai proses, produk, dan sikap siswa harus memiliki kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS), seperti mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan, menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses sains merupakan suatu tindakan instruksional untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa, sehingga konsep yang diperoleh siswa akan lebih bermakna karena kemampuan berpikir siswa akan lebih berkembang.

(8)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan for-mal. Perubahan paradigma pembelajaran yaitu orientasi pembelajaran yang mula-nya berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered),KTSP ini sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan yang mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Berdasarkan KTSP kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangkan

berdasarkan karakteristik standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, potensi peserta didik, daerah dan lingkungan.

Berdasarkan kurikulum tersebut siswa harus memiliki standar kompetensi pada setiap jenjang pendidikannya, standar kompetensi ini dijabarkan dalam bentuk kompetensi dasar. Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa ke-las XI semester ganjil adalah mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Materi pokok untuk kompetensi standar tersebut adalah laju reaksi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Lampung pada tanggal 11 oktober 2012 diperoleh informasi bahwa, materi laju reaksi disampaikan dengan pembelajaran konvensional, yaitu

(9)

3 bahwa informasi/ konsep pada siswa dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada siswa melalui satu arah. Hal ini belum sesuai dengan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) yang proses pembelajarannya harus mengacu pada student centered (berpusat pada siswa). Pembelajaran lebih bermakna apabila

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional karena siswa dilatih untuk mengerjakan sesuatu yang baru berdasarkan oleh pemahaman yang telah mereka miliki. Pengetahuan yang bermakna itu hanya dapat di peroleh apabila siswa mengalami sendiri. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas guru untuk memilih metode dan media pembelajaran yang tepat bagi siswa, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan penguasaan konsep saja, tetapi juga manfaat dari ilmu kimia tersebut bagi kehidupan mereka sehari-hari.

Model pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) adalah salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pandangan kontruktivisme, yang

berasumsi bahwa mengajar bukan sebagai proses di mana gagasan-gagasan guru diteruskan pada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah dan

membangun gagasan-gagasan siswa yang sudah ada. Model pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI)ini terdiri dari tiga fase yaitu, fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase aplikasi konsep. Fase-fase pembelajaran ini

(10)

untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi, siswa lebih mudah mema-hami suatu konsep apabila siswa menemukan sendiri konsep-konsep tersebut. Fase aplikasi konsep, dimaksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh penerapan materi pada permasalahan yang biasa muncul.

Karakteristik model pembelajaran siklus belajar empiris induktif (SBEI) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan berbagai fakta

dikehidupan sehari-hari melalui observasi atau dengan praktikum, sehingga terjadi pengkonstruksian konsep baru dibawah arahan guru, dan dengan konsep baru tersebut siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan

menggunakan model pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dalam meningkatkan penguasaan konsep materi laju reaksi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

(11)

5 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaranSiklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) pada materi laju reaksi dalam meningkatkanpenguasaan konsep siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dengan model pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI)

diharapkan siswa terbiasa memperoleh pengetahuan dan membangun konsep kimia terutama terutama pada materi laju reaksi.

2. Memberikan masukan bagi guru dan calon guru sebagai salah satu alternatif dalam pemilihan model pembelajaran untuk membelajarkan kimia dengan model Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) terutama pada materi laju reaksi.

3. Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Efektivitas Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan

(12)

pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam peningkatan hasil belajar. 2. Model pembelajaran SBEI adalah pembelajaran dengan cara membimbing

siswa dalam menemukan konsep kimia dengan menggunakan tiga fase yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase aplikasi konsep.

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan ting-kat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran diting-katakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa me-nunjukan perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada: a. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila

sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam peningkatan hasil belajar.

b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembe-lajaran (gain yang signifikan).

B.Teori Belajar Konstruktivisme

(14)

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe-ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan inte-raksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pe-ngalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-nya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben- tukan pengetahuannya.

Menurut Trianto (2007):

Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer penge-tahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengepenge-tahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada ora-ng yaora-ng belum mempunyai peora-ngetahuan. Bahkan, bila seoraora-ng guru ber-maksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemin-dahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno, P (1997), antara lain:

1). Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2). Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3). Mengajar adalah membantu siswa belajar; 4). Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5). Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan 6). Guru adalah fasilitator. Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno, P (1997) sebagai berikut :

1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pe-ngembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bu-kanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

(15)

9 5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si

subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

Menurut Sagala (2003) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

C.Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI)

Siklus belajar empiris induktif merupakan proses yang sistematis dalam pembelajaran dengan tahap atau langkah-langkah yang diperoleh berdasarkan observasi atau pengamatan langsung berupa fakta-fakta. Siswa dituntut untuk menjelaskan fenomena dan memberikan kesempatan untuk dialog dan diskusi. Menurut Muhammadzen (2008), bahwa sumber pengetahuan antara lain dimulai dari suatu pengalaman empiris menuju induktif. Pengalaman empiris didasarkan pada pengamatan gejala, peristiwa atau fakta-fakta di lapangan yang dianalisis sehingga didapatkan suatu kesimpulan.

(16)

menyeluruh (mengidentifikasi variabel, membuat tabel dan grafik, mendeskripsi-kan hubungan antar variabel, membuat hipotesis, melakumendeskripsi-kan analisis dan

penyelidikan, mendefinisikan operasional variabel, merancang penyelidikan, bereksperimen). Siswa menemukan suatu konsep berdasarkan pengalaman nyata. Pada fase eksplorasi, siswa menemukan, membuktikan, menggali berbagai fakta melalui kegiatan observasi lapangan dan praktikum. Guru memberikan

pengalaman belajar dan membimbing siswa dan siswa sendiri yang berperan aktif.

Dalam Yasin (2007) dijelaskan bahwa terdapat tiga fase yaitu: a. fase eksplorasi

Tujuan dari tahap ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan awalnya, untuk membentuk minat dan prakarsa serta tetap menjaga keingintahuan mereka tentang topik yang sedang dipelajari. Dalam fase ini, mereka kerap kali menyelidiki suatu fenomena dengan bimbingan

minimal. Fenomena baru ini seharusnya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu siswa.

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengetahuan awalnya, menghubungkan pengetahuan barunya, menjelaskan fenomena yang mereka alami, sehingga siswa memperoleh pengalaman konkret, melakukan keterampilan ilmiah dan menemukan konsep-konsep penting.

b. fase pengenalan konsep

(17)

11 konseptual. Perhatian siswa diarahkan pada aspek-aspek tertentu dari pengalaman eksplorasi. Kemudian konsep-konsep dikenalkan secara formal dan langsung. c. fase aplikasi konsep.

Fase ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang sudah diperkenalkan dan menyelidiki masalah-masalah yang baru

berhubungan. Tujuan fase ini adalah agar siswa dapat melakukan generalisasi atau mentransfer ide-ide kedalam contoh yang lain dan menguatkan kembali gagasan-gagasan siswa agar sesuai dengan konsep ilmiah.

D.Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, arti-nya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu kon-sep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk menge-tahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa di tuntut untuk mengua-sai materi-materi pelajaran selanjutnya.

(18)

ber-hubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep deng-an konsep ydeng-ang lainnya.

Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002) menyatakan bahwa pengetahuan di-bentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan ling-kungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

(19)

13 E. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Konvensional menurut Burrowes (Juliantara. 2009).

Pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis.

Penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali penge-tahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar menurut Brooks & Brooks (Juliantara, 2009).

Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah metode ceramah, tanya jawab, latihan, diskusi dan pemberian tugas.

1. Metode Ceramah

Cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan adalah cara mengajar dengan ceramah. Biasanya guru mengguna-kan teknik ceramah bila memiliki tujuan agar siswa mendapatmengguna-kan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu. Apabila guru memiliki

keterampilan berbicara yang dapat menarik perhatian siswa, biasanya cenderung untuk menggunakan teknik ceramah pula; kurang perhatian pada penggunaan teknik – teknik lain, karena akan tidak mengembangkan

(20)

berusaha memperkenalkan pokok – pokok terpenting yang merupakan suatu kerangka yang bulat dari suatu pelajaran baru dengan sendirinya guru menggunakan teknik berceramah. (Roestiyah NK, 1998)

2. Metode Penugasan

Metode penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Djamarah & Zain, 2000:96). Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas, yaitu:

a.Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: 1. Tujuan yang akan dicapai.

2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.

3. Sesuai dengan kemampuan siswa.

4. Ada petunjuk / sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. 5. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b.Langkah pelaksanaan tugas

1. Diberikan bimbingan /pengawasan oleh guru. 2.Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

3.Diusahakan /dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain. 4.Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.

c.Fase mempertanggungjawabkan tugas

(21)

15 2.Ada tanya jawab/diskusi kelas.

3.Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupaun nontes atau cara lain.

3. Metode Latihan

Metode latihan adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu (Djamarah & Zain, 2000:108).

E.Kerangka Pemikiran

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru. Dengan perencanaan yang matang sebelum melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) untuk meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok laju reaksi pada SMA Negeri 1 Bandar lampung. Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran dan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep pada materi laju reaksi. Data diambil dari dua kelas, satu kelas sebagai eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

(22)

untuk mengungkap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran yang mereka alami sebelumnya.

Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) memiliki beberapa kelebih-an kelebih-antara lain dapat meningkatkkelebih-an motivasi belajar. Hal ini dikarenakkelebih-an peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dalam arti siswa lebih mendominasi dibandingkan guru sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide atau daya pikir yang mereka miliki, membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik sehingga tidak hanya penguasan konsep siswa saja yang ditingkat-kan namun kemampuan ilmiah atau sains juga aditingkat-kan meningkat sehingga dari kemampuan sains ini siswa dapat mengintegrasikan teori dan praktek yang memungkinkan mereka menggabungkan pengetahuan lama dan baru, dimana pada akhirnya memotivasi siswa untuk belajar, pembelajaran menjadi lebih bermakna karena pembelajaran dilakukan secara bertahap dimulai dari eksplorasi, penjelasan konsep dan penerapan konsep.

Berdasarkan uraian diatas apabila pada pembelajaran kimia digunakan model pembelajaran SBEI diharapkan efektif dalam meningkatkan keterampilan

penguasaan konsep sehingga perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran SBEI pada materi laju reaksi siswa SMA Negeri 1 Bandar

(23)

17 F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI semester ganjil SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pela-jaran 2012/2013 yang menjadi populasi penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013

diabaikan..

G.Hipotesis Umum

(24)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 157 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan perorangan atau peneliti, yaitu ingin mendapatkan sampel dengan kemampuan akademik relatif sama. Berdasarkan kemampuan akademik yang relatif sama dilihat dari nilai rata-rata uji blok termokimia yang hampir sama, diambil dua kelas sebagai sampel yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol.

B. Variabel Penelitian

Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dan pembelajaran

(25)

19 C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar (postest) siswa, sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode tes, untuk memperoleh data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes yang digunakan untuk analisis pengujian hipotesis. Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Data hasil pretest dan postest kelas eksperimen b. Data hasil pretest dan postest kelas kontrol

D. Desain Penelitian

[image:25.595.133.449.538.624.2]

Penelitian ini menggunakan Non equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2011). Pada desain penelitian terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian. Desain penelitiannya tersebut dapat dijelaskan pada table berikut :

Tabel 1. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 X2 O2

O1 adalah pretest yang diberikan sebelum perlakuan. Kemudian pada kelas

(26)

E. Instrumen Penlitian 1. Instrumen Penelitian

Bentuk instrumen pada penelitian ini adalah :

a. Pada kelas eksperimen ada 6 LKS dengan model pembelajaran SBEI. Pada kelas kontrol menggunakan LKS biasa.

b. Kedua kelas memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. c. Soal pretest dan posttest yang terdiri dari bentuk soal pilihan jamak untuk

mengukur penguasaan konsep.

2. Validitas Penelitian

(27)

21 F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini adalah 1. Tahap Prapenelitian

a. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana prasarana di sekolah,

b. Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel,

c. Membuat Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi pokok laju reaksi,

d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi pokok laju reaksi,

e. Membuat soal pretest dan posttest. 2. Tahap Penelitian

Prosedur pelaksanaan dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dan pembelajaran konvensional. Pada kelas XI IPA 1 diterapkan model pembelajaran SBEI dan kelas XI IPA 3 diterapkan pembelajaran konvensional. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukan pretest dan postest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok laju reaksi sesuai model pembelajaran yang ditetapkan pada masing-masing kelas.

(28)

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut :

Gambar 1. Alur penelitian G. Analisis Data Penelitian

1) Hipotesis

Dari pengertian hipotesis umum, dikembangkan hipotesis kerja yaitu Rata-rata nilai penguasaan konsep siswa pada materi pokok laju reaksi yang diterapkan model pembelajaran SBEI lebih tinggi dari pada rata-rata penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional.

Observasi dan persiapan

Penentuan populasi dan sampel penelitian

Kelas kontrol

Kelas eksperimen

pretest pretest

Pebelajaran konvensional

Pebelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) posttest

Analisis data Membuat instrumen penelitian (Silabus,RPP,LKS, Pretest,dan Posttest

dan validasi instrumen

(29)

23

2) Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif

(H1). Sehingga rumusan hipotesis menjadi:

1. Hipotesis (penguasaan konsep):

H0 : Rata-rata nilai penguasaan konsep siswa pada materi pokok laju reaksi

yang diterapkan model pembelajaran SBEI lebih rendah atau sama dengan rata-rata penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional.

H0: µ1x ≤ µ2x

H1 : Rata-rata nilai penguasaan konsep siswa pada materi pokok laju reaksi

yang diterapkan model pembelajaran SBEI lebih tinggi daripada rata-rata penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional H1: µ1x> µ2x

Keterangan:

µ1 : Rata-rata penguasaan konsep pada kelas eksperimen

µ2 : Rata-rata penguasaan konsep pada kelas kontrol

x : penguasaan konsep

H. Teknik Analisis Data

(30)

Nilai pretes dan postes pada penilaian penguasaan konsep siswa dirumuskan sebagai berikut:

Nilai Akhir = ∑ × 100 ...(1)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung N-gain yang selanjutnya digunakan untuk menguji kenormalan, homogenitas dua varians dan pengujian hipotesis.

1. Menghitung N-gain

Untuk mengetahui efektivitas dari kedua model pembelajaran terhadap peningkat-an konsep laju reaksi siswa, maka dilakukpeningkat-an peningkat-analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan indeks gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus N-gain (g) menurut Hake (1999) adalah sebagai berikut:

N- ( ) = ( )

( ) .....(2) Kriteria interpertasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu:

g ≥ 0,7 (indeks gain tinggi) 0,3 ≤ g < 0,7 (indeks gain sedang) g < 0,3 (indeks gain rendah)

2. Uji Normalitas

(31)

25

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0 = data penelitian berdistribusi normal

H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data, digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

χ = ∑( ) ...(3)

Keterangan:

χ2

= uji Chi- kuadrat Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi harapan

Data akan berdistribusi normal jika χ2hitung £ χ2tabel dengan taraf signifikan 5%

dan derajat kebebasan dk = k – 3 (Sudjana, 2002).

3. Uji Homogenitas Dua Varians

Pengujian homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Rumusan hipotesis

H0∶ = (Sampel mempunyai varian yang homogen)

H1∶ ≠ (Sampel mempunyai varian yang tidak homogen)

Keterangan:

(32)

b. Rumus statistik yang digunakan adalah pengujian-F:

= ... (4)

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians = varians terbesar = varians terkecil

c. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Fhitung³ Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005).

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis disini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji perbedaan dua rata-rata uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan. Rumusan

hipotesisnya adalah sebagai berikut :

a) Pengujian Perbedaan Dua Rata-Rata

Pengujian perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui kemampuan keterampilan penguasaan konsep pada materi laju reaksi antara pembelajaran SBEIdengan pembelajaran konvensional pada siswa SMA Negeri 1 Bandar Lampung.

Rumusan hipotesis

1) Hipotesis (penguasaan konsep)

Ho : µ1x≤ µ2x : Rata-rata nilai N-gain penguasaan konsep siswa pada materi pokok

(33)

27 atau sama dengan rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa

dengan pembelajaran konvensional.

H1: µ1x> µ2x : Rata-rata nilai N-gain penguasaan konsep siswa pada materi pokok

laju reaksi yang diterapkan model pembelajaran SBEI lebih tinggi dari pada rata-rata N-gainpenguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata N-gain penguasaan konsep pada kelas eksperimen

µ2 : Rata-rata N-gain penguasaan konsep kelas kontrol

x : penguasaan konsep

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12= σ22), maka pengujian

menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2005): Rumus statistik yang digunakan untuk pengujian-t

a) Jika varians kedua kelas sama = , maka rumus yang digunakan adalah:

= −

1 + 1

= ( −1) + ( −1)

+ −2 …. …( 5)

Keterangan:

thitung = Kesamaan dua rata-rata

1

X = Gain rata-rata kelas eksperimen

2

X = Gain rata-rata kelas kontrol

s2 = Varians

(34)

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol 2

1

s = Varians kelas eksperimen

2 2

s = Varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika t < t1-α dengan derajat kebebasan

d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf

signifikan α = 5% peluang (1- α ) (Sudjana, 2002).

b) Jika varians kedua kelas tidak sama ≠ , maka rumus yang digunakan adalah :

t ʹ= −

+

dengan S = n ∑x − (∑x )

n ( n − 1) ………( 6)

Keterangan:

= Gain rata-rata kelas eksperimen

= Gain rata-rata kelas kontrol

= Jumlah siswa kelas eksperimen

= Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = Varians kelas eksperimen

2 2

s = Varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian

Tolak H0 t ′≥

,.

Dimana w1 = ; w2 =

(35)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata nilai n-gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran SBEI lebih tinggi daripada dengan pembelajaran konvensional pada materi pokok laju reaksi kimia SMA Negeri 1 Bandar Lampung.

2. Pembelajaran Siklus belajar empiris induktif efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi laju reaksi SMA Negeri 1 Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

(36)
(37)

44

DAFTAR PUSTAKA

Ali,M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung. Anggoro, M. T. 2002. Metode Penelitian. Universitas Terbuka. Jakarta. Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Dimyati, dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S. B. dan Aswan Zein. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Lawson. 2005. The learning Cycle. www.google.co.id. 2005. 16 Desember 2010. http://www.sahra.arizona.edui/education/pbl_workshop/TheLearningCycle.

Muhammadzen, I. 2008. Sumber Pengetahuan. 18 April 2008. 15 Desember 2010. http://Iswandimuhammadzen.Multiply.com/journal/item/8. Pannen, P., D. Mustafa dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam

Pembelajaran. Dikti. Jakarta

Purba, M. 2006. Kimia Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja grafindo Persada. Jakarta.

(38)

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.

Yogyakarta.

Warsita. 2008. Efektivitas Perangkat Pembelajaran. http://id.shvoong.com/ social-sciences/education/2198130-efektivitas-perangkat-pembelajaran. Diakses pukul 09.00 pm tanggal17 Septeber 2010.

Gambar

Tabel 1.  Desain penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah sistem peradilan Indonesia memandang dissenting opinion sebagai suatu hal yang memberikan ruang bebas bagi hakim

Dalam mengoperasikan dua buah unit pembangkit, daya total minimum yang dapat dibangkitkan adalah sebesar 100 MW yang diperoleh dari penjumlahan daya minimum

Sehingga ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan atau kualitas pelayanan berpengaruh

Data distribusi jawaban siswa dan paparan tingkat pemahaman siswa yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa konsep inti fenomena rambatan gelombang

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas

10) Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan tertibnya upacara bendera bagi yang tugas piket pada hari Senin/peringatan hari-hari nasional. 11) Melaporkan kejadian yang

© www.arithmetic4kids.com Sign up at: www.kizmath.com.

Penerapan Model Pembangkit Argumen D engan Metode Investigasi Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Pada Materi Kalor.. Universitas Pendidikan Indonesia |