MARGASARI KECAMATAN LABUHAN
MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
MUHAMMAD IRWAN K
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG
DI LAMPUNG MANGROVE CENTER DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh
Muhammad Irwan Kesuma, Bainah Sari Dewi dan Nuning Nurcahyani Hutan mangrove merupakan habitat penting bagi burung karena di daerah ini menyediakan pakan dan perlindungan. Namun tingginya pertambahan penduduk mengakibatkan munculnya berbagai tekanan dari aktivitas manusia yang dapat menyebabkan semakin berkurangnya jumlah jenis burung di lahan mangrove. Hutan mangrove di areal Lampung Mangrove Center, Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur mulai mengalami kerusakan akibat pembukaan lahan untuk pembangunan tambak tradisional. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman spesies burung di beberapa tipe habitat mangrove (hutan mangrove yang berbatasan dengan laut, hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak, dan hutan mangrove yang berbatasan dengan areal persawahan).
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 dengan metode titik hitung (point count), dengan cara berjalan ke suatu tempat tertentu kemudian memberi tanda dan mencatat semua burung selama jangka waktu yang telah ditentukan sebelum bergerak ke titik selanjutnya. Pengamatan dilakukan selama sepuluh hari dengan tiga kali pengulangan pada setiap lokasi pengamatan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keanekaragaman spesies terdiri dari 20 spesies dari 13 famili (995 individu). Keanekaragaman spesies di hutan mangrove tergolong pada kriteria sedang, yaitu hutan mangrove yang berbatasan dengan laut (H’=2,109), hutan mangrove yang berbatasan dengan sawah
(H’=2,388) dan hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak (H’=2,188).
Indeks kesamarataan di tiga habitat hutan mangrove tergolong stabil. Indeks kesamaan antara hutan mangrove yang berbatasan dengan laut dan hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak kedua habitat ini memiliki spesies identik dengan nilai 0,666, sedangkan spesies yang tidak identik ditemukan antara habitat hutan mangrove yang berbatasan dengan sawah dan hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak dengan nilai 0,50.
2. Analisis Kesamaan Spesies Antar Habitat ... 17
C. Sejarah Perkembangan Hutan Mangrove di Desa Margasari ... 23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
2. Keanekaragaman Jenis Burung dan Kesamarataanya ... 30
3. Tingkat Kesamaan Spesies (Similarity Index) ... 33
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Provinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang mempunyai wilayah
pesisir yang cukup potensial, namun kondisinya secara umum telah mengalami
kerusakan. Penurunan kualitas mangrove sudah pada tingkat yang
mengkhawatirkan dari luas potensial 93.938,84 hektar, kini hanya tersisa 3.108
hektar, berarti telah terjadi penurunan sekitar 96 % (Dinas Kehutanan Provinsi
Lampung, 2003).
Mangrove merupakan salah satu tipe vegetasi utama yang ada di zona pesisir
Malesia (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Philipina, Singapura dan Papua
New Guenia). Mangrove merupakan formasi tumbuhan pantai yang khas di
sepanjang pantai tropis dan sub tropis yang terlindung (Departemen Kehutanan,
1997).
Hutan mangrove merupakan salah satu habitat penting bagi burung. Mangrove
membentuk salah satu dari beberapa ekosistem muara yang sangat penting bagi
kehidupan burung air, terutama burung migran. Selain menyediakan
perlindungan dan pakan bagi burung yang bermigrasi, mangrove juga memainkan
peranan penting sebagai tempat berkembang biak bagi burung yang menetap
Indonesia memiliki kekayaan jenis burung yang tinggi, menduduki peringkat
keempat negara-negara yang kaya akan jenis burung setelah Columbia, Zaire dan
Brazil (Utari, 2010). Spesies burung di Indonesia ditemukan 1539 spesies, (17%
dari jumlah seluruh spesies burung di dunia), 381 spesies diantaranya merupakan
spesies endemik Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti,
1995).
Burung mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat antara lain
membantu mengendalikan serangga hama, membantu proses penyerbukan bunga,
mempunyai nilai ekonomi. Burung dapat digunakan untuk berbagai atraksi
rekreasi, sebagai sumber plasma nutfah, dan sebagai objek penelitian dan
pendidikan (Hernowo dan Prasetyo, 1989).
Tingginya pertambahan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan wilayah
pesisir untuk berbagai peruntukan (permukiman, perikanan, pelabuhan, dan
lain-lain) menyebabkan tekanan ekologis terhadap ekosistem hutan mangrove semakin
meningkat. Perubahan kondisi vegetasi yang berbeda dengan hutan alam
mengakibatkan perubahan komunitas dan penurunan spesies burung di dalamnya
(Utari, 2000).
Mengingat pentingnya peranan ekologis burung di dalam suatu ekosistem
khususnya ekosistem hutan mangove, maka upaya perlindungan perlu dilakukan.
Hutan mangrove Desa Margasari merupakan salah satu bentuk habitat hutan
Margasari memiliki luas 700 ha. Tumbuhan yang dapat dijumpai adalah dari jenis
Rhizopora spp., Soneratia spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.
Tingkat keanekaragaman burung di hutan mangrove Desa Margasari belum
diketahui secara pasti. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai
keanekaragaman jenis burung di hutan Desa Margasari yang diperlukan dalam
upaya konservasi.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung di
hutan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten
Lampung Timur.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Sebagai sumber informasi tentang keanekaragaman spesies burung yang
terdapat di hutan mangrove Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur.
2. Sebagai dasar ilmiah bagi konservasi burung yang ada di hutan mangrove
Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.
D. Rumusan Masalah
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk hutan alami di lahan basah yang
makan sekaligus tempat beristirahat dan singgah bagi burung yang bermigrasi.
Kehadiran burung merupakan suatu indikator penting kondisi suatu ekosistem.
Munculnya berbagai tekanan yang berasal dari aktivitas manusia yang mengubah
fungsi lahan untuk berbagai peruntukan menyebabkan semakin menyempitnya
habitat dari berbagai jenis burung. Kondisi tersebut menyebabkan perlu dilakukan
penelitian tentang tingkat keanekaragaman jenis burung di daerah Desa
Margasari.
Pengambilan data keanekaragaman spesies burung di hutan mangrove Desa
Margasari dilakukan pada tiga tipe habitat, yaitu hutan mangrove (Rhizopora spp.,
Soneratia spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.), hutan mangrove yang
berdampingan tambak, dan areal persawahan yang berdampingan dengan hutan
mangrove. Data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk memperkirakan
keanekaragaman yang terdapat di habitat-habitat tersebut sehingga secara
langsung dapat memperkirakan perbedaan kondisi antar habitat tersebut.
Hasil penelitian ini juga digunakan untuk memperkirakan tingginya kekayaan dan
keanekaragaman spesies burung yang ada di ketiga lokasi tersebut. Hasil
penelitian tersebut juga diharapkan dapat menjadi salah satu upaya konservasi
burung di lokasi tersebut.
E. Skema Kerangka Pemikiran
Hutan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten
Lampung Timur merupakan salah satu bentuk hutan alami di lahan basah yang
makan sekaligus tempat beristirahat dan singgah bagi burung yang bermigrasi.
Pengambilan data keanekaragaman spesies burung di hutan mangrove Desa
Margasari dilakukan pada tiga tipe habitat, yaitu hutan mangrove (Rhizopora spp.,
Soneratia spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.), hutan mangrove yang
berdampingan tambak, dan areal persawahan yang berdampingan dengan hutan
mangrove. Pengambilan data menggunakan tiga metode perhitungan yaitu Indeks
Kesamarataan, Indeks Keanekaragaman Shannon Wienner dan Indeks Kekayaan
Species Margalef.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran. Hutan Mangrove yang
berbatasan dengan laut
Hutan Mangrove yang berbatasan dengan tambak
Hutan Mangrove yang berbatasan dengan persawahan
Keanekaragaman Jenis Burung Mangrove
1. Indeks Kesamarataan
2. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KeanekaragamanHayati
Keanekaragamanhayatiadalahkeanekaragaman
diantaramakhlukhidupdarisemuasumbertermasukdiantaranyadaratan,
lautandanekosistemakuatiklainnyasertakompleks-kompleksekologi yang
merupakanbagiandarikeanekaragamannya, mencakupkeanekaragaman
didalamspesies, antarspesies danekosistem (Sujatnika,dkk 1995).
Indonesiasangat kaya akankeanekaragamanhayatinya, baik di daratmaupun di laut.
Secarabiogeografi, Indonesia beradadalamkawasanMalesia (kawasan Asia
Tenggara sampaidengan Papua sebelahBarat)
denganduapusatkeanekaragamanyaitu Borneo dan Papua sertatingkatendemisitas
yang sangattinggidan habitat yang unik.Sebagaicontoh, di kawasan Papua,
tingkatendemisitas flora mencapaisekitar 60 - 70%.Kawasantransisiterdapat di
antaraduapusatkeanekaragamanyang berada di selatMakasar (Wallace’s line) yang
ditemukan flora ecotype (Wetlands International-Indonesia Program,
2008).Sumberdayahutanadalahaset yang
harusdikelolasecaramaksimaldanlestarisesuaidenganfungsinya (Darusman, 1992).
DepartemenKehutanantelahmenetapkanspesies flora dan fauna yang
spesies), ikan (9 spesies), serangga (20 spesies), crustasea (2 spesies), anthozoa (1
spesies) danbivalvia (12 spesies)(DepartemenKehutanan, 2008).
B. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakanformasitumbuhanpantai yang khas di
sepanjangpantaitropisdan sub tropis yang terlindungi (DepartemenKehutanan,
1997). Hutan mangrove merupakankomunitasvegetasipantaitropis yang
didominasiolehbeberapajenispohonmangove yang
mamputumbuhdanberkembangbiakpadadaerahpasangsurutpantaiberlumpur
(Bengen, 1999).
Habitat mangrove sendirimemilikikeanekaragamanhayati yang rendah,
karenahambatanbiokimiawi yang ada di wilayah yang
sempitantaradaratdanlaut.Namunhubungankeduawilayahtersebutmempunyaiartiba
hwakeanekaragaman yang ada di sekitar mangrove jugaharusdipertimbangkan,
sehingga total keanekaragamanhayatiekosistemtersebutmenjadisangattinggi
(DepartemenKehutanan, 1997).
Mangrove
memainkanperananpentingdalammenanggulangibanjirpasangmusimandansebagai
pelindungwilayahpesisir.Selainituproduksi primer mangrove
sangatmendukungsejumlahkehidupansepertisatwa yang terancampunah,
satwalangka, burungdanjugaperikananlautdangkal (DepartemenKehutanan, 1997).
Komunitas fauna hutan mangrove membentukpercampuranantaraduakelompok
1. Kelompok fauna daratan/terestrial yang umumnyamenempatibagianataspohon
mangrove, terdiriatas :insekta, ular, primatadanburung.
Kelompokinitidakmemilikisifatadaptasikhususuntukhidup di dalamhutan
mangrove, karenamerekamelewatkansebagianbesarhidupnya di luarjangkauan
air lautpadabagianpohon yang tinggi,
meskipunmerekadapatmengumpulkanmakananberupahewanlautanpadasaat
air surut.
2. Kelompok fauna perairan/akuatik, terdiriatasduatipe, yaitu :
a. Kelompok yang hidup di kolam, terutamaberbagaijenisikandanudang
b. Kelompok yang menempatisubstratbaikkeras (akardanbatangpohonmangrove)
maupunlunak (lumpur) terutamakepiting,
kerangdanberbagaijenisinvertebratalainnya.
elekatotot-ototterbang yang kokoh yang menggerakkansayapkeatasdankebawah
Tipe habitat
utamajenisburungsangatberhubungandengankebutuhanhidupdanaktivitashariannya
.Tipeburungterdiridaritipeburunghutan (forest birds), burunghutankayuterbuka
(open woodland birds), burunglahanbudidaya(cultivated birds),
burungpekaranganrumah (rural area birds), burungpemangsa (raptor birds)
danburung air atauperairan (water birds) (Kurnia, 2003;Wibowo, 2005).
Beberapaspesiesburungtinggal di daerah-daerahtertentu, tetapibanyakspesies yang
bermigrasisecarateraturdarisuatudaerahkedaerah yang lain
sesuaidenganperubahanmusim. Jalurmigrasi yang
umumdilewatiolehburungyaitubagian Utara dan Selatan bumi yang disebut
Latitudinal.Padamusimpanas, burung-burungbergerakatautinggal di
daerahsedangdandaerah-daerah sub Arktikyang
terdapattempat-tempatuntukmakandanbersarang,
sertakembalikedaerahtropikuntukberistirahatselamamusimsalju.
Beberapaspesiesburungmelakukanmigrasi altitudinal
yaitukedaerah-daerahpegununganselamamusimpanasdaniniterdapat di Amerika Utara bagian
Barat (Pratiwi, 2005).
Migrasiburungdapatdibedakanmenjaditiga (Alikodra, 1990), yaitu :
1. Migrasimusiman, di setiapbelahanbumimemilikimusim yang
berbedabiasanyapadasaatbelahanbumi yang lain
mengalamimusimdinginmakaburung-burungakanmelakukanmigrasikedaerah
2. Migrasiharian, seluruhsatwa liar
termasukburungdalammemenuhikebutuhanhidupnyaakanselalumelakukanper
gerakanuntukmencaritempat yang lebihdapatmemenuhikebutuhanhidupnya,
baikituberupamakanan, air, tempatberlindung, dantempatberkembangbiak.
3. Migrasiperubahanbentuk, satwa-satwa yang melakukanmigrasikarena proses
perubahanbentuknyaataumetamorfosis.
D. KeanekaragamanJenis
Keanekaragamanberartikeadaanberbedaataumempunyaiberbagaiperbedaandalamb
entukdansifat (Ewusie, 1990 dalamWibowo 2005).Keanekaragamanjenis di
daerahtropisdapatdilihatpadaduatingkatanyaitujumlahbesardenganbentukkehidupa
nserupadankehadiranbanyakspesiesdenganwujudkehidupansangatberbeda yang
tidakditemukan di negarabagian lain.
Kerusakan hutan yang terjadi pada kawasan hutan di Indonesia disebabkan oleh
berbagai faktor yang sebagian besar dikarenakan oleh aktivitas manusia dan
sebagian lainnya dikarenakan bencana alam. Pertumbuhan penduduk yang tidak
seimbang dengan persediaan lahan akan mendorong terjadinya penjarahan pada
kawasan hutan (Indriyanto, 2008).
Hutan mangrove di Indonesia berada dalam ancaman yang meningkat dari
berbagai pembangunan, diantaranya yang utama adalah pembangunan yang cepat
yang terdapat di seluruh wilayah pesisir yang secara ekonomi penting. Konversi
ke pemanfaatan lain seperti untuk budidaya perairan, infrastruktur pantai termasuk
pelabuhan, industri, pembangunan tempat perdagangan dan perumahan serta
pertanian adalah penyebab berkurangnya sumber daya mangrove (Departemen
Kehutanan, 1997).
Gangguan terhadap burung terbagi atas dua bentuk. Pertama, gangguan langsung
pada burung yaitu gangguan pada populasi burung. Kedua, gangguan tidak
langsung yaitu gangguan atau tekanan pada habitat burung. Gangguan langsung
terhadap burung yaitu dengan membunuh burung untuk bahan makanan, bulu,
minyak dan olahraga berburu. Gangguan tidak langsung terhadap burung adalah
perubahan atau modifikasi lingkungan alami oleh manusia untuk menjadi lahan
pertanian, perkebunan,perkotaan dan industri yang menjadi habitat burung(Welty,
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari
Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur selama 9 hari mulai
tanggal 01 - 09 April 2013.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah teropong binokuler untuk melihat
objek pengamatan yang jauh, kamera untuk mendokumentasikan objek
pengamatan, GPS (Global Positioning System) untuk mencatat titik koordinat
lokasi pengamatan, jam tangan untuk mencatat waktu pengamayan, alat tulis dan
buku identifikasi spesies burung “Seri Buku Panduan Lapangan Burung-Burung
di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan” oleh Mac Kinnon, Phillipps, dan Belen
(1998) untuk mengidentifikasi objek yang diamati.
Bahan yang digunakan adalah spesies burung yang ada di dalam kawasan hutan
mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung
Timur.
C. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer meliputi data-data spesies burung yang ditemukan di area
pengamatan burung dan kondisi vegetasinya.
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi studi literatur yang mendukung penelitian, yaitu:
a) Karakteristik lokasi penelitian berupa keadaan umum lokasi penelitian
b) Jenis predator bagi burung di lokasi tersebut.
Batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel yang digunakan adalah burung yang ditemukan di areal
pengamatan.
2. Pengambilan sampel dilakukan di lokasi mangrove (Rhizopora spp.,
Soneratia spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.), hutan mangrove yang
berdampingan dengan tambak, dan areal persawahan yang berdampingan
dengan hutan mangrove.
3. Pengamatan burung dilakukan pada saat cuaca cerah dan mendung.
E. Metode dan Cara Kerja
Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 13 Maret 2012 yang bertujuan untuk
menentukan lokasi penelitian yang representatif berdasarkan karakteristik habitat
dengan frekuensi perjumpaan berbagai jenis burung.
F. Pengamatan Burung
Pengamatan ini dilakukan dengan metode titik hitung (point count) menurut
Bibby, Jones dan Marsden (2000), metode ini dilakukan dengan berjalan ke suatu
tempat tertentu, memberi tanda, dan selanjutnya mencatat semua burung yang
ditemukan selama jangka waktu yang telah ditentukan (5-10 menit) sebelum
bergerak ke titik selanjutnya. Jarak terjauh yang akan di amati adalah sejauh mata
G. Analisis Data
(Rhizopora spp., Soneratia spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.), hutan
mangrove yang berdampingan dengan tambak, dan areal persawahan yang
berdampingan dengan hutan mangrove. Pada setiap lokasi pengamatan dicatat
spesies dan jumlah burung yang dapat dilihat oleh pengamat. Pengamatan pada
setiap lokasi untuk masing-masing titik pengamatan dilakukan selama 10 menit
kemudian bergerak ke titik berikutnya. Pengamatan dilakukan pada pagi hari
pukul 06.00—09.00 WIB dan pada sore hari pukul 15.00—18.00 WIB.
Pengamatan dilakukan secara berulang sebanyak tiga kali pengulangan untuk
setiap lokasi pengamatan. Perhitungan populasi dilakukan dengan menghitung
langsung jumlah burung yang diamati dengan data populasi tertinggi yang
digunakan untuk perhitungan indeks keanekaragaman.
Tegakan Mangrove
PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 PC 5 PC 6 PC 7 PC 8 PC 9 PC 10
Hutan Mangrove yang berbatasan dengan areal persawahan.
PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 PC 5 PC 6 PC 7 PC 8 PC 9 PC 10
Hutan Mangrove yang berbatasan dengan areal tambak.
J = H’/ H maxatauJ = -∑Pi ln (Pi)/ ln(S)
Kekayaan spesies dihitung berdasarkan ukuran sampel dengan menggunakan
Indeks Margalef (Odum, 1993 dalam Indriyanto, 2006) yang rumusnya sebagai
berikut :
R = S-1/ln N
Keterangan :
R= Indeks kekayaan spesies
S= Jumlah spesies yang diamati
N= Jumlah seluruh spesies yang teramati
Keanekaragaman spesies dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Wienner
(Krebs dan Davies, 1989 dalam Santosa dkk, 2008), dengan rumus sebagai
berikut:
H’= -∑ Pi ln(Pi), dimanaPi = (ni/N) Keterangan :
H’= Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner ni = Jumlah individu spesies ke-i
Indeks kesamarataan digunakan untuk mengetahui kemerataan setiap spesies
J= Indeks kesamarataan
S= Jumlah spesies
Rumus ini digunakan karena nilai H’ sudah diperoleh sebelumnya sehingga lebih
mudah dalam perhitungannya. Kriteria indeks kesamarataan (J) menurut Daget
(1976)dalamSolahudin (2003) adalah sebagai berikut :
0 <J≤ 0,5 : Komunitas tertekan
0,5 <J≤ 0,75 : Komunitas labil
0,75 <J≤ 1 : Komunitas stabil
2. Analisis Kesamaan Spesies Antar Habitat
Indeks kesamaan (Similarity index) diperlukan untuk mengetahui tingkat
kesamaan komposisi spesies antar dua habitat, dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Odum, 1993).
IS = 2C/(A+B)
Keterangan : C = jumlah spesies yang sama pada kedua komunitas
A = jumlah spesies yang hanya dijumpai pada lokasi 1
B = jumlah spesies yang hanya dijumpai pada lokasi 2
3. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan dalam menggambarkan kondisi dan pemanfaatan
habitat dan vegetasi burung. Data yang diperoleh ditabulasikan dan diuraikan
A. Hasil
Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan
mangrove mencapai 2 km. Tumbuhan yang dapat dijumpai adalah dari jenis
Rhizopora spp., Sonaeratia spp., Avicenia spp. dan Bruguiera spp. Selain jenis
tanaman mangrove, di kawasan hutan mangrove Desa Margasari juga dapat
dijumpai jenis waru laut (Hibiscus spp.)
1. Tipe Habitat 1
Lokasi tipe habitat 1 adalah hutan mangrove yang langsung berbatasan dengan
laut yang didominasi oleh tumbuhan (Rhizopora spp., Sonaeratia spp., Avicenia
spp. dan Bruguiera spp.). Daerah laut dan pantai merupakan tempat yang
menyediakan makanan bagi jenis burung pantai dan burung pemangsa.
Areal hutan mangrove tersebut masih memiliki tegakan yang rapat. Pada kawasan
ini juga memiliki pantai berupa hamparan pasir yang masih terkena pasang surut
Gambar 3. Lokasi pengamatan areal mangrove di Habitat 1 (berbatasan dengan laut) di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April tahun 2013.
2. Tipe Habitat 2
Lokasi tipe habitat 2 adalah hutan mangrove yang terbentuk dari kegiatan
konversi lahan hutan mangrove menjadi kawasan tambak tradisional yang tetap
mempertahankan sebagian vegetasi mangrove untuk melindungi kawasan tambak
dari air laut secara langsung.
Kawasan tambak ini dilindungi oleh hutan mangrove. Habitat ini didominasi oleh
tipe tumbuhan Rhizopora spp. dan Soneratia spp. Di kawasan ini juga dijumpai
beberapa tambak yang sudah tidak terpakai lagi dan banyak dijumpai hamparan
Gambar 4. Lokasi pengamatan areal mangrove di Habitat 2 (berbatasan dengan tambak) di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April tahun 2013.
3. Tipe habitat 3
Lokasi tipe habitat 3 adalah hutan mangrove yang berbatasan langsung dengan
areal persawahan masyarakat. Areal ini didominasi oleh tumbuhanRhizopora spp.
dan Soneratia spp.
Pada lokasi ini juga banyak dijumpai gubuk-gubuk milik masyarakat, yang
berfungsi sebagai tempat istirahat sementara bagi masyarakat yang melakukan
aktivitas bercocok tanam. Kerapatan tegakan mangrove di areal ini sangat jarang,
Gambar 5 . Lokasi pengamatan areal mangrove di Habitat 3 (berbatasan dengan sawah) di Desa Margasari Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April tahun 2013.
B. Pembahasan
1 Jenis burung di Desa Margasari
Jenis burung di hutan mangrove desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai
sedikitnya dapat dijumpai sebanyak 20 spesies yang tercakup dalam 13 famili
dapat dilihat pada Tabel 6. Famili Ardeidae merupakan famili terbesar yang
ditemukan di lokasi penelitian, dengan lima jenis burung. Plocidae sebanyak tiga
jenis burung, kemudian Comlumbidae dan Apopidae sebanyak dua jenis burung,
dan Scolupacidae, Pynonotidae, muscicapidae, Ciconiidae, Anhinggidae,
Individu 1 2 3
1 Elang bondol Haliastur indus Acciptridae 6 L x x 6
TL 36 x 18
TL x 40 6
20 Trinil pantai Actitis hypoleucos Scolupacida
e 11 TL x x 11
TOTAL 995
15
Tabel 6. Spesies burung yang terinventarisasi di beberapa hutan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan tahun 2013.
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kelimpahan Status Tipe Habitat
2 Raja udang
biru Alcedo coerulescens Alcedinidae 49 L 12 x 37
3 Belibis Dendrocygna
javanica Anatidae 106 TL 36 7 63
4 Pecuk ular asia
Anhinga
melanogaster Anhingidae 27 L 10 x 17
5 Walet linci Aerodramus linchi Apopidae 105 TL 124 49 32
6 Seriti Collocalia esculenta Apopidae 200 TL 151 39 10
7 Kuntul kecil Egretta garzetta Ardeidae 61 L 36 25 48
8 Kuntul besar Egretta alba Ardeidae 53 L 32 21 x
9 Kokokan laut Butorides striatus Ardeidae 35 TL 10 x x
10 Blekok sawah Ardeola speciosa Ardeidae 69 TL 32 10 27
11 Cangak laut Ardea sumatrana Ardeidae 35 TL 32 x 3
12 Bangau Leptoptilos
tongtong javanicus Ciconiidae 23 L 5 x 18
13 Punai bakau Treron fulvicollis Columbidae 18 L x x x
14 Tekukur biasa Streptopilia Columbidae 26 TL x 26 x
chinensis
Layang-layang Hirundo tahitica Hirudinidae 8 TL 8 x x
16 Remetuk laut Gerigone sulphurea Muscicapid 54
17 Gereja
ae
Eurasia Passer montanus Plocidae 46
18 Bondol haji Lonchura maja Plocidae 28 TL x 38 x
19 Cucak Pycnonotus Pycnonotida
kutilang aurigaster e 35 TL x 35 x
Sumber PP No.7 tahun 1999
Acripitidae seperti elang bondol (Haliastur indus)
Gambar 6. Burung Elang bondol (Haliastur indus) pada penelitian di hutan mangrove Desa Margasari pada bulan April tahun 2013
(Dokumen : Irwan, dkk., 2013)
Semakin beragam habitat yang ada dalam suatu kawasan dapat menyebabkan
semakin beragam jenis burung yang memanfaatkan kawasan tersebut. Menurut
Van Balen (1984) dan Van Helvoort (1981) dalam Kurnia (2003), keragaman
habitat mempengaruhi komposisi dan kekayaan jenis burung.
Kekayaan jenis tidak hanya didasarkan oleh banyaknya jenis, namun dipengaruhi
juga oleh jumlah individu tiap jenis tersebut. Kelimpahan merupakan total jumlah
individu yang ditemukan selama pengamatan. Kelimpahan jenis burung didukung
pula oleh kemampuan habitat yang ada untuk memenuhi kebutuhan pakan dan
tertinggi meruapakan jenis burung yang mampu beradaptasi dengan kondisi
habitat di sekitarnya dengan baik.
Burung dari jenis seriti (Collocalia esculenta) memiliki kelimpahan individu
tertinggi di wilayah ini, sebanyak 200 individu. Seriti ditemukan di semua lokasi
pengamatan dan mendominasi di masing-masing lokasi pengamatan. Hal ini
terjadi karena burung ini mampu memanfaatkan potensi pakan dan habitat yang
ada di wilayah hutan mangrove Desa Margasari untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Burung elang bondol (Haliastur indus) merupakan jenis burung yang
memiliki kelimpahan terendah, hanya 6 individu saja. Burung ini hanya dijumpai
pada 1 lokasi pengamatan saja yaitu pada tipe habitat 3 (hutan mangrove yang
berbatasan dengan tambak). Hal ini disebabkan burung tersebut banyak diburu
untuk diperdagangkan.
2. Keanekaragaman Jenis Burung dan Kesamarataanya
Keanekaragaman jenis burung berhubungan secara erat antara jumlah jenis burung
dan jumlah individu jenis burung. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis
burung dapat dilihat dari beberapa parameter yang dapat digunakan antara lain
dengan menggunakan indeks keanekaragaman dan indeks kesamarataan. Secara
keseluruhan keanekaragaman jenis dan indeks kesamarataan di wilayah Hutan
Mangrove Desa Margasari yang diwakili oleh 3 tipe habitat lokasi penelitian
disajikan pada Tabel 7.
Tabulasi hasil perhitungan indeks keanekaragaman spesies burung di beberapa
habitat hutan mangrove di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur bulan April tahun 2013.
Tipe habitat Total Total Indeks Indeks Indeks
Keanekaraga Kekayaan
Individu (N) man Kesamarataan
I (berbatasan
dengan laut) 13 524 2.109 0.882 1.91
II (berbatasan
dengan sawah) 10 290 2.388 0.95 1.59
III (berbatasan
dengan tambak) 14 314 2.188 0.904 2.206
Indeks keanekaragaman spesies burung pada beberapa habitat di hutan mangrove
Desa Margasari dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
indeks keanekaragaman pada hutan mangrove yang berbatasan dengan laut
sebesar 2.109, hutan mangrove yang berbatasan dengan sawah sebesar 2.388, dan
hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak sebesar 2.188, ketiga tipe hutan
mangrove ini tergolong pada kriteria keanekaragaman sedang (1<H’<3).
Keanekaragaman spesies juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas
komunitas, yaitu suatu kemampuan komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya (Indriyanto, 2006).
Hutan mangrove memiliki keanekaragaman spesies burung yang tinggi karena
memiliki spesies yang banyak.
Perbedaan keanekaragaman habitat hutan mangrove yang berbatasan dengan laut
dan hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak tidak mencolok. Hal ini
dikarenakan daya jelajah burung yang sangat luas dan kedua hutan ini yang
memberikan tempat yang amat sesuai untuk bersarang dan berkembang biak serta
besar. Hal ini dikarenakan kedua habitat tersebut kurang memberikan ruang bagi
burung untuk dapat tinggal, hanya burung-burung tertentu saja, selain itu lokasi
tambak hanya dijadikan sebagai tempat mencari makan dan tempat persinggahan
bagi burung-burung.
Nilai indeks kemsamarataan spesies dapat menggambarkan kestabilan suatu
komunitas, yaitu bila angka nilai kesamarataan di atas 0,75 maka dikatakan
komunitas stabil. Bila semakin kecil nilai indeks kemsamarataan spesies maka
penyebaran spesies tidak merata. Artinya dalam komunitas ini tidak ada spesies
yang mendominasi sehingga kemungkinan tidak adanya persaingan dalam
mencari kebutuhan untuk hidup.
Nilai indeks kesamarataan pada beberapa hutan mangrove Desa Margasari dapat
dilihat pada Tabel 7, seluruhnya memiliki nilai diatas 0,75. Komunitas di hutan
mangrove ini dapat dikatakan berada dalam kondisi yang stabil (0,75>J<1). Hal
ini dikarenakan kelimpahan spesies pada hutan mangrove tersebut tersebar secara
merata atau populasi masing-masing spesies tidak ada yang mendominasi. Hal ini
berbanding lurus terhadap indeks kekayaan, jika kelimpahan spesies tersebar
secara merata maka kekayaan spesiesnya dianggap tinggi.
Nilai indeks kesamarataan pada hutan mangrove yang berdampingan dengan laut
merupakan nilai indeks kemerataan terkecil walaupun memiliki jumlah spesies
penyusunnya lebih banyak dibandingkan pada hutan mangrove yang
mendominasi di hutan mangrove yang berdampingan dengan tambak, yaitu seriti
dengan jumlah 151 individu dan walet dengan jumlah 124 individu.
Indeks kekayaan pada beberapa habitat di hutan mangrove Desa Margasari dapat
dilihat pada tabel 6. Indeks kekayaan paling tinggi dimiliki oleh hutan mangrove
yang berbatasan dengan tambak, dengan nilai 2.206, hutan mangrove yang
berbatasan dengan laut memiliki nilai indeks kekayaan berkisar 1.91, dan hutan
mangrove yang berbatasan dengan sawah sebesar 1.59.
Jumlah total individu yang ditemukan di lokasi penelitian sangat mempengaruhi
nilai dari indeks diversitas margalef. Oleh karena itu nilai indeks kekayaan dari
dua lokasi hutan mangrove memiliki nilai yang jauh berbeda. Namun nilai
kekayaan di kedua lokasi hutan mangrove sudah termasuk tinggi. Seperti
pernyataan Irwanto (2006), menyatakan habitat mangrove secara umum
merupakan sumber alam yang kaya sebagai ekosistem tempat bermukimnya flora
dan fauna.
3. Tingkat Kesamaan Spesies (Similarity Index)
Kesamaan spesies burung antar habitat di Desa Margasari dapat dilihat pada
Tabel 8. Indeks kesamaan yang paling tinggi adalah nilai indeks kesamaan pada
hutan mangrove yang berbatasan dengan laut dan hutan mangrove yang
berbatasan dengan tambak, yaitu dengan nilai 0.666 yang artinya kedua habitat ini
banyak terdapat spesies yang sama. Nilai indeks kesamaan yang tinggi
dikarenakan daya jelajah burung yang cukup luas sehingga burung mampu hidup
hampir sama walaupun di kedua hutan mangrove yang berbeda. Selain itu
kemungkinan dikarenakan jarak kedua hutan tersebut yang berdekatan.
Tabel 8. Tabulasi hasil perhitungan tingkat kesamaan spesies burung di beberapa lahan mangrove Desa Margasari.
HABITAT 1 HABITAT 2 HABITAT 3
HABITAT 1 - 0.52 0.66
HABITAT 2 - - 0.5
HABITAT 3 - -
-Nilai indeks kesamaan yang paling rendah adalah nilai indeks kesamaan dari
hutan mangrove yang berbatasan dengan sawah dan hutan mangrove yang
berbatasan dengan tambak dengan nilai 0,50. Hal ini karena pada kedua habitat
memiliki kondisi yang berbeda sehingga memiliki komposisi spesies burung yang
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:
1. Spesies burung yang ditemukan secara keseluruhan di hutan mangrove Desa
Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada
bulan April tahun 2013 terdapat 20spesiesdengan total 995 individu dari 13 famili.
Tujuhspesies burung dari 20spesies yang ditemui satwa yang dilindungi, yaitu
bangau tongtong (Leptoptilos javanicus),pecuk ular asia (Anhinga melanogaster),
kuntul besar (Egretta alba), raja udang biru (Alcedo coerulescens), kuntul kecil
(Egretta garzetta), elang bondol (Haliastur indus), dan punai bakau (Treron
fulvicollis).
2. Keanekaragaman jenis spesies di hutan mangrove Desa Margasari tergolong pada
kriteria sedang, yaitu hutan yang berbatasan dengan laut dengan nilai 2.10956,
hutan mangrove yang berbatasan dengan sawah dengan nilai 2.388143 dan hutan
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran-saran yang dapat diberikan
adalah :
1. Diperlukan adanya penyuluhan yang dilakukan secara merata dan intensif
mengenaimangrove centerdi Desa Margasari kepada seluruh masyarakat.
2. Diperlukannya pendirian tambak tradisional yang ramah lingkungan.
3. Diperlukannya penelitian lanjutan mengenai pakan, populasi, kegiatan
migrasi dan habitat bagi jenis-jenis burung tertentu yang dilindungi dan
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bengen, D.G.1999.Pedoman Teknis Pengenalan Dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove.Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Kelautan.Institut Pertanian Bogor.Bogor.55 Halaman
Bibby, C., Jones, M., dan Marsden, S. 2000. SurveiBurung. SMKG MardiYuana. Bogor.
Daget. 1976. KreteriaKesamarataan.
http;//www.elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/.../8212/82 12.p. Diaksestanggal 20 Maret 2012.
Dinas Kehutanan Propinisi Lampung.2003.Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Indonesia (Jilid 1).Lampung.Hal 14
Departemen Kehutanan. 2008. Statistik Kehutanan Indonesia Forestry Statistics of Indonesia 2007. Departemen Kehutanan. Jakarta.
___________________.1997.Strategi Masional Pengelolaan Mangrove di Indonesia.Jakarta.81 Halaman
Darusman, D. 1992. Aspek Ekonomi Pengusahaan Hutan. APHI. Jakarta.
Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna. 1989. Burung. PT. Intermasa. Jakarta.
Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika.EdisiBahasaIndonesia.Penerbit ITB. Bandung. 369 halaman.
Hernowo, J.B. dan L.B.Prasetyo. 1989. Konsepsi Ruang Terbuka Hijau di Kota sebagai Pendukung Pelestarian Burung. Media Konservasi II (4), Desember 1989 : 61-71.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Kissinger.2002.Keanekaragaman Jenis Tumbuhan, Struktur Tegakan dan Pola Sebaran Spasial Beberapa Species Pohon Tertentudi Hutan
Kerangas.Tesis.Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.Bogor.136 Halaman
Krebs, J.R. and N.B.Davies.1989.Behavioural ecology: an evolutionary approach. 3rd ed. Blackwell Scientific Publications, London.
Kurnia, I. 2003. Studi Keanekaragaman Jenis Burung Untuk Pengembangan Wisata Birdwatching di Kampus IPB Darmaga. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 137 halaman.
Mac kinnon. J., K. Philipps., dan B. van Balen. 1998. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. LIPI. Bogor.
Monografi Desa Margasari Tahun 2006. Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Tiimur.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah mada University Press. Jogjakarta. H. 134-162.
Pratiwi, A. 2005. Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis. Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan, Taman Nasional Baluran.
Solahudin, A. M. 2003. Keanekaragaman Jenis Burung Air di Lebak Pampangn Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. (Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan
Santosa, Y. 2008. Studi Keanekaragaman Mamalia Pada Beberapa Tipe Habitat di Stasiun Penelitian Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Media Konservasi Vol. 13, No. 3 Desember 2008 : 1-7. Bogor
Sujatnika,P.Jepson,M.J.Crosby, dan , A.Mardiastuti. 1995. MelestarikanKeanekaragamanHayati Indonesia:
PendekatanBurungEndemik (Conserving Indonesia Biodiversity: The Bird Area Approach). PHPA & Bird Life International Program – Indonesia Programme. Jakarta.
Utari, W. D. 2000. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat di Areal Hutan Tanaman Industri PT. Riau Andalan Pulp and Papere dan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Duta Palma Nusantara Group Propinsi Dati Riau. (Skripsi). JurusanKonservasiSumberDayaHutan.
Van Balen, B. 1984. Bird Counts and Bird Observation in Neighbourhood of Bogor.Nature Conservation Dept. Agriculture University
Wageningham.The Netherlands.
Van Helvoort, B. 1981. Study of Bird Population in The Rural Ecosystem of West Java, Indonesia a Semi Quantitative Approach. Nature Conservation Dept. Agriculture University Wageningham.The Netherlands.
Welty, J.C. 1982.The Life of Birds.Third Edition.Sounders College Publishing. New York.
Wetlands International-Indonesia Program. 2008. The National Strategi and Action Plan for The Management of Indonesian Wetlands. Wetlands International Indonesian Programme. Bogor.
42
Pengamatanharike-
NO JENIS 1 2 3 ni
P S P S P S
1 Bondol haji (Lonchuramaja) 13 5 4 2 6 8 38
2 Waletlinci(Aerodamuslinchi) 18 9 7 8 7 0 49
3 Gerejaeurasia(Passer montanus) 17 9 5 0 4 5 40
4 Belibis (Dendrocygnajavanica) 0 2 1 3 1 0 7
5 Perkutut(Geopeliastriata) 0 4 5 6 6 5 26
6 Cucakkutilang(Pycnonotusaurigaster) 5 6 4 7 4 9 35
7 Blekok (Ardeolaspeciosa) 2 4 1 2 1 0 10
8 Seriti(Collocaliaesculenta) 14 8 4 6 4 3 39
9 Kuntulbesar (Egretta alba) 5 3 5 3 2 3 21
10 Kuntulkecil(Egrettagarzetta) 0 7 6 2 3 7 25
N 290
Keterangan
P = Pagi
S = Sore
N = Jumlahindividuseluruhspesies
44
NO JENIS ni ni/N Ln(ni/N) (ni/N)Ln(ni/N)
1 Waletlinci(Aerodamuslinchi) 124 0.236641221 -1 -0.341049723 2 Kuntulkecil(Egrettagarzetta) 36 0.06870229 -2.677972747 -0.18398286 3 Kuntulbesar (Egretta alba) 32 0.061068702 -2.795755786 -0.170733177 4 Raja udangbiru (Alcedocoerulescens) 12 0.022900763 -3.77658505 -0.086486679 5 Bangautongtong (Leptoptilosjavanicus) 5 0.009541984 -4.652053849 -0.044389823 6 Pecukularasia (Anhinga melanogaster) 10 0.0190839 -3.958910231 -0.075551447 7 Seriti(Collocaliaesculenta) 151 0.2881679 -1.244211983 -0.358541954 8 Remetuklaut (Gerigonesulphurea) 36 0.06870229 -2.677972747 -0.18398286 9 Kokokanlaut (Butorides stratus) 10 0.0190839 -3.958910231 -0.075551447 10 Cangaklaut(Ardeasumatrana) 32 0.061068702 -2.795755786 -0.170733177 11 Blekok (Ardeolaspeciosa) 32 0.061068702 -2.795755786 -0.170733177 12 Belibis (Dendrocygnajavanica) 36 0.06870229 -2.677972747 -0.18398286 13 Layang-layang(Hirundotahitica) 8 0.01526717 -4.182050508 -0.063848076
TOTAL 524 -2.109567261
IndeksKeanekaragaman (H') 2.109567261
IndeksKesamarataan (J) 0.8225
IndeksKekayaan 1.91
Keterangan
ni = Jumlahindividujeniske-i
N = Jumlahindividuseluruhjenis
H' = Indekskeanekaragaman Shannon-Wienner
45
NO JENIS ni ni/N Ln(ni/N) (ni/N)Ln(ni/N)
1 Bondol haji (Lonchuramaja) 38 0.131034482 -2.032294769 -0.266300692 2 Waletlinci(Aerodamuslinchi) 49 0.168965517 -1.778060626 -0.300430933 3 Gerejaerasia(Passer montanus) 40 0.137931034 -1.981001472 -0.273241581 4 Belibis (Dendrocygnajavanica) 7 0.0241379 -3.72397206 -0.089888865 5 Perkutut(Geopeliastriata) 26 0.089655 -2.411786308 -0.216228701 6 Cucakkutilang (Pycnonotusaurigaster) 35 0.1206896 -2.114533319 -0.25520218 7 Blekok (Ardeolaspeciosa) 10 0.034482 -3.36731783 -0.116111853 8 Seriti (Collocaliaesculenta) 39 0.134482 -2.006324918 -0.269814588 9 Kuntulbesar (Egretta alba) 21 0.072413 -2.625369438 -0.190110877 10 Kuntulkecil(Egrettagarzetta) 25 0.086206 -2.451015498 -0.211292242
TOTAL 290 -2.188622514
IndeksKeanekaragaman (H') 2.188622514
IndeksKesamarataan (J) 0.9504
IndeksKekayaan (R) 1.59
N = 290
Keterangan
ni = Jumlahindividujeniske-i
N = Jumlahindividuseluruhjenis
H' = Indekskeanekaragaman Shannon-Wienner
46
NO JENIS ni ni/N Ln(ni/N) (ni/N)Ln(ni/N)
1 Punaibakau(Treronfulvicollis) 18 0.05732484 -2.859021241 -0.163892935 2 Raja udangbiru (Alcedocoerulescens) 37 0.127586206 -2.058963017 -0.26269528 3 Bangautongtong (Leptoptilosjavanicus) 18 0.05732484 -2.859021241 -0.163892935 4 Elangbondol(Haliasturindus) 6 0.01910828 -3.95763353 -0.07562357 5 Kuntulkecil(Egrettagarzetta) 48 0.152866242 -1.878191975 -0.287112149 6 Belibis (Dendrocygnajavanica) 63 0.200636942 -1.606258263 -0.322274746 7 Blekok (Ardeolaspeciosa) 27 0.085987 -2.453559157 -0.210974191 8 Trinilpantai(Actitishypoleucos) 11 0.0350318 -3.351499059 -0.117409045 9 Waletlinci(Aerodamuslinchi) 32 0.1019108 -2.283657358 -0.232729348 10 Cangaklaut(Ardeasumatrana) 3 0.0095541 -4.650784897 -0.044434064 11 Pecukularasia (Anhinga melanogaster) 17 0.05414012 -2.916179778 -0.157882323 12 Remetuklaut (Gerigonesulphurea) 18 0.05732484 -2.859021241 -0.163892935 13 Gerejaeurasia(Passer montanus) 6 0.01910828 -3.95763353 -0.07562357 14 Seriti (Collocaliaesculenta) 10 0.03184713 -3.446808011 -0.109770943
TOTAL 314 -2.388208034
IndeksKeanekaragaman 2.388208034
IndeksKesamarataan (J) 0.9048
IndeksKekayaan (R) 2.206
Gambar 7. Lokasi pengamatan di pesisir pantai timur Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April 2013.
Gambar 9. Sepasang cangak laut (Ardea sumatrana) terbang di atas kawasan mangrove di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April tahun 2013.
Gambar 11. Kuntul besar (Egretta alba) terbang di atas kawasan mangrove di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April tahun 2013.