• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI LAMPUNG MANGROVE CENTER DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI LAMPUNG MANGROVE CENTER DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

MARGASARI KECAMATAN LABUHAN

MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

MUHAMMAD IRWAN K

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG

DI LAMPUNG MANGROVE CENTER DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh

Muhammad Irwan Kesuma, Bainah Sari Dewi dan Nuning Nurcahyani Hutan mangrove merupakan habitat penting bagi burung karena di daerah ini menyediakan pakan dan perlindungan. Namun tingginya pertambahan penduduk mengakibatkan munculnya berbagai tekanan dari aktivitas manusia yang dapat menyebabkan semakin berkurangnya jumlah jenis burung di lahan mangrove. Hutan mangrove di areal Lampung Mangrove Center, Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur mulai mengalami kerusakan akibat pembukaan lahan untuk pembangunan tambak tradisional. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman spesies burung di beberapa tipe habitat mangrove (hutan mangrove yang berbatasan dengan laut, hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak, dan hutan mangrove yang berbatasan dengan areal persawahan).

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 dengan metode titik hitung (point count), dengan cara berjalan ke suatu tempat tertentu kemudian memberi tanda dan mencatat semua burung selama jangka waktu yang telah ditentukan sebelum bergerak ke titik selanjutnya. Pengamatan dilakukan selama sepuluh hari dengan tiga kali pengulangan pada setiap lokasi pengamatan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keanekaragaman spesies terdiri dari 20 spesies dari 13 famili (995 individu). Keanekaragaman spesies di hutan mangrove tergolong pada kriteria sedang, yaitu hutan mangrove yang berbatasan dengan laut (H’=2,109), hutan mangrove yang berbatasan dengan sawah

(H’=2,388) dan hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak (H’=2,188).

Indeks kesamarataan di tiga habitat hutan mangrove tergolong stabil. Indeks kesamaan antara hutan mangrove yang berbatasan dengan laut dan hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak kedua habitat ini memiliki spesies identik dengan nilai 0,666, sedangkan spesies yang tidak identik ditemukan antara habitat hutan mangrove yang berbatasan dengan sawah dan hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak dengan nilai 0,50.

(3)
(4)
(5)
(6)

2. Analisis Kesamaan Spesies Antar Habitat ... 17

C. Sejarah Perkembangan Hutan Mangrove di Desa Margasari ... 23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

2. Keanekaragaman Jenis Burung dan Kesamarataanya ... 30

3. Tingkat Kesamaan Spesies (Similarity Index) ... 33

(7)

DAFTAR PUSTAKA

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Provinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang mempunyai wilayah

pesisir yang cukup potensial, namun kondisinya secara umum telah mengalami

kerusakan. Penurunan kualitas mangrove sudah pada tingkat yang

mengkhawatirkan dari luas potensial 93.938,84 hektar, kini hanya tersisa 3.108

hektar, berarti telah terjadi penurunan sekitar 96 % (Dinas Kehutanan Provinsi

Lampung, 2003).

Mangrove merupakan salah satu tipe vegetasi utama yang ada di zona pesisir

Malesia (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Philipina, Singapura dan Papua

New Guenia). Mangrove merupakan formasi tumbuhan pantai yang khas di

sepanjang pantai tropis dan sub tropis yang terlindung (Departemen Kehutanan,

1997).

Hutan mangrove merupakan salah satu habitat penting bagi burung. Mangrove

membentuk salah satu dari beberapa ekosistem muara yang sangat penting bagi

kehidupan burung air, terutama burung migran. Selain menyediakan

perlindungan dan pakan bagi burung yang bermigrasi, mangrove juga memainkan

peranan penting sebagai tempat berkembang biak bagi burung yang menetap

(9)

Indonesia memiliki kekayaan jenis burung yang tinggi, menduduki peringkat

keempat negara-negara yang kaya akan jenis burung setelah Columbia, Zaire dan

Brazil (Utari, 2010). Spesies burung di Indonesia ditemukan 1539 spesies, (17%

dari jumlah seluruh spesies burung di dunia), 381 spesies diantaranya merupakan

spesies endemik Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti,

1995).

Burung mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat antara lain

membantu mengendalikan serangga hama, membantu proses penyerbukan bunga,

mempunyai nilai ekonomi. Burung dapat digunakan untuk berbagai atraksi

rekreasi, sebagai sumber plasma nutfah, dan sebagai objek penelitian dan

pendidikan (Hernowo dan Prasetyo, 1989).

Tingginya pertambahan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan wilayah

pesisir untuk berbagai peruntukan (permukiman, perikanan, pelabuhan, dan

lain-lain) menyebabkan tekanan ekologis terhadap ekosistem hutan mangrove semakin

meningkat. Perubahan kondisi vegetasi yang berbeda dengan hutan alam

mengakibatkan perubahan komunitas dan penurunan spesies burung di dalamnya

(Utari, 2000).

Mengingat pentingnya peranan ekologis burung di dalam suatu ekosistem

khususnya ekosistem hutan mangove, maka upaya perlindungan perlu dilakukan.

Hutan mangrove Desa Margasari merupakan salah satu bentuk habitat hutan

(10)

Margasari memiliki luas 700 ha. Tumbuhan yang dapat dijumpai adalah dari jenis

Rhizopora spp., Soneratia spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.

Tingkat keanekaragaman burung di hutan mangrove Desa Margasari belum

diketahui secara pasti. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai

keanekaragaman jenis burung di hutan Desa Margasari yang diperlukan dalam

upaya konservasi.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung di

hutan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

Lampung Timur.

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai sumber informasi tentang keanekaragaman spesies burung yang

terdapat di hutan mangrove Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai

Kabupaten Lampung Timur.

2. Sebagai dasar ilmiah bagi konservasi burung yang ada di hutan mangrove

Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

D. Rumusan Masalah

Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk hutan alami di lahan basah yang

(11)

makan sekaligus tempat beristirahat dan singgah bagi burung yang bermigrasi.

Kehadiran burung merupakan suatu indikator penting kondisi suatu ekosistem.

Munculnya berbagai tekanan yang berasal dari aktivitas manusia yang mengubah

fungsi lahan untuk berbagai peruntukan menyebabkan semakin menyempitnya

habitat dari berbagai jenis burung. Kondisi tersebut menyebabkan perlu dilakukan

penelitian tentang tingkat keanekaragaman jenis burung di daerah Desa

Margasari.

Pengambilan data keanekaragaman spesies burung di hutan mangrove Desa

Margasari dilakukan pada tiga tipe habitat, yaitu hutan mangrove (Rhizopora spp.,

Soneratia spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.), hutan mangrove yang

berdampingan tambak, dan areal persawahan yang berdampingan dengan hutan

mangrove. Data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk memperkirakan

keanekaragaman yang terdapat di habitat-habitat tersebut sehingga secara

langsung dapat memperkirakan perbedaan kondisi antar habitat tersebut.

Hasil penelitian ini juga digunakan untuk memperkirakan tingginya kekayaan dan

keanekaragaman spesies burung yang ada di ketiga lokasi tersebut. Hasil

penelitian tersebut juga diharapkan dapat menjadi salah satu upaya konservasi

burung di lokasi tersebut.

E. Skema Kerangka Pemikiran

Hutan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

Lampung Timur merupakan salah satu bentuk hutan alami di lahan basah yang

(12)

makan sekaligus tempat beristirahat dan singgah bagi burung yang bermigrasi.

Pengambilan data keanekaragaman spesies burung di hutan mangrove Desa

Margasari dilakukan pada tiga tipe habitat, yaitu hutan mangrove (Rhizopora spp.,

Soneratia spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.), hutan mangrove yang

berdampingan tambak, dan areal persawahan yang berdampingan dengan hutan

mangrove. Pengambilan data menggunakan tiga metode perhitungan yaitu Indeks

Kesamarataan, Indeks Keanekaragaman Shannon Wienner dan Indeks Kekayaan

Species Margalef.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran. Hutan Mangrove yang

berbatasan dengan laut

Hutan Mangrove yang berbatasan dengan tambak

Hutan Mangrove yang berbatasan dengan persawahan

Keanekaragaman Jenis Burung Mangrove

1. Indeks Kesamarataan

2. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KeanekaragamanHayati

Keanekaragamanhayatiadalahkeanekaragaman

diantaramakhlukhidupdarisemuasumbertermasukdiantaranyadaratan,

lautandanekosistemakuatiklainnyasertakompleks-kompleksekologi yang

merupakanbagiandarikeanekaragamannya, mencakupkeanekaragaman

didalamspesies, antarspesies danekosistem (Sujatnika,dkk 1995).

Indonesiasangat kaya akankeanekaragamanhayatinya, baik di daratmaupun di laut.

Secarabiogeografi, Indonesia beradadalamkawasanMalesia (kawasan Asia

Tenggara sampaidengan Papua sebelahBarat)

denganduapusatkeanekaragamanyaitu Borneo dan Papua sertatingkatendemisitas

yang sangattinggidan habitat yang unik.Sebagaicontoh, di kawasan Papua,

tingkatendemisitas flora mencapaisekitar 60 - 70%.Kawasantransisiterdapat di

antaraduapusatkeanekaragamanyang berada di selatMakasar (Wallace’s line) yang

ditemukan flora ecotype (Wetlands International-Indonesia Program,

2008).Sumberdayahutanadalahaset yang

harusdikelolasecaramaksimaldanlestarisesuaidenganfungsinya (Darusman, 1992).

DepartemenKehutanantelahmenetapkanspesies flora dan fauna yang

(14)

spesies), ikan (9 spesies), serangga (20 spesies), crustasea (2 spesies), anthozoa (1

spesies) danbivalvia (12 spesies)(DepartemenKehutanan, 2008).

B. Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakanformasitumbuhanpantai yang khas di

sepanjangpantaitropisdan sub tropis yang terlindungi (DepartemenKehutanan,

1997). Hutan mangrove merupakankomunitasvegetasipantaitropis yang

didominasiolehbeberapajenispohonmangove yang

mamputumbuhdanberkembangbiakpadadaerahpasangsurutpantaiberlumpur

(Bengen, 1999).

Habitat mangrove sendirimemilikikeanekaragamanhayati yang rendah,

karenahambatanbiokimiawi yang ada di wilayah yang

sempitantaradaratdanlaut.Namunhubungankeduawilayahtersebutmempunyaiartiba

hwakeanekaragaman yang ada di sekitar mangrove jugaharusdipertimbangkan,

sehingga total keanekaragamanhayatiekosistemtersebutmenjadisangattinggi

(DepartemenKehutanan, 1997).

Mangrove

memainkanperananpentingdalammenanggulangibanjirpasangmusimandansebagai

pelindungwilayahpesisir.Selainituproduksi primer mangrove

sangatmendukungsejumlahkehidupansepertisatwa yang terancampunah,

satwalangka, burungdanjugaperikananlautdangkal (DepartemenKehutanan, 1997).

Komunitas fauna hutan mangrove membentukpercampuranantaraduakelompok

(15)

1. Kelompok fauna daratan/terestrial yang umumnyamenempatibagianataspohon

mangrove, terdiriatas :insekta, ular, primatadanburung.

Kelompokinitidakmemilikisifatadaptasikhususuntukhidup di dalamhutan

mangrove, karenamerekamelewatkansebagianbesarhidupnya di luarjangkauan

air lautpadabagianpohon yang tinggi,

meskipunmerekadapatmengumpulkanmakananberupahewanlautanpadasaat

air surut.

2. Kelompok fauna perairan/akuatik, terdiriatasduatipe, yaitu :

a. Kelompok yang hidup di kolam, terutamaberbagaijenisikandanudang

b. Kelompok yang menempatisubstratbaikkeras (akardanbatangpohonmangrove)

maupunlunak (lumpur) terutamakepiting,

kerangdanberbagaijenisinvertebratalainnya.

elekatotot-ototterbang yang kokoh yang menggerakkansayapkeatasdankebawah

(16)

Tipe habitat

utamajenisburungsangatberhubungandengankebutuhanhidupdanaktivitashariannya

.Tipeburungterdiridaritipeburunghutan (forest birds), burunghutankayuterbuka

(open woodland birds), burunglahanbudidaya(cultivated birds),

burungpekaranganrumah (rural area birds), burungpemangsa (raptor birds)

danburung air atauperairan (water birds) (Kurnia, 2003;Wibowo, 2005).

Beberapaspesiesburungtinggal di daerah-daerahtertentu, tetapibanyakspesies yang

bermigrasisecarateraturdarisuatudaerahkedaerah yang lain

sesuaidenganperubahanmusim. Jalurmigrasi yang

umumdilewatiolehburungyaitubagian Utara dan Selatan bumi yang disebut

Latitudinal.Padamusimpanas, burung-burungbergerakatautinggal di

daerahsedangdandaerah-daerah sub Arktikyang

terdapattempat-tempatuntukmakandanbersarang,

sertakembalikedaerahtropikuntukberistirahatselamamusimsalju.

Beberapaspesiesburungmelakukanmigrasi altitudinal

yaitukedaerah-daerahpegununganselamamusimpanasdaniniterdapat di Amerika Utara bagian

Barat (Pratiwi, 2005).

Migrasiburungdapatdibedakanmenjaditiga (Alikodra, 1990), yaitu :

1. Migrasimusiman, di setiapbelahanbumimemilikimusim yang

berbedabiasanyapadasaatbelahanbumi yang lain

mengalamimusimdinginmakaburung-burungakanmelakukanmigrasikedaerah

(17)

2. Migrasiharian, seluruhsatwa liar

termasukburungdalammemenuhikebutuhanhidupnyaakanselalumelakukanper

gerakanuntukmencaritempat yang lebihdapatmemenuhikebutuhanhidupnya,

baikituberupamakanan, air, tempatberlindung, dantempatberkembangbiak.

3. Migrasiperubahanbentuk, satwa-satwa yang melakukanmigrasikarena proses

perubahanbentuknyaataumetamorfosis.

D. KeanekaragamanJenis

Keanekaragamanberartikeadaanberbedaataumempunyaiberbagaiperbedaandalamb

entukdansifat (Ewusie, 1990 dalamWibowo 2005).Keanekaragamanjenis di

daerahtropisdapatdilihatpadaduatingkatanyaitujumlahbesardenganbentukkehidupa

nserupadankehadiranbanyakspesiesdenganwujudkehidupansangatberbeda yang

tidakditemukan di negarabagian lain.

(18)

Kerusakan hutan yang terjadi pada kawasan hutan di Indonesia disebabkan oleh

berbagai faktor yang sebagian besar dikarenakan oleh aktivitas manusia dan

sebagian lainnya dikarenakan bencana alam. Pertumbuhan penduduk yang tidak

seimbang dengan persediaan lahan akan mendorong terjadinya penjarahan pada

kawasan hutan (Indriyanto, 2008).

Hutan mangrove di Indonesia berada dalam ancaman yang meningkat dari

berbagai pembangunan, diantaranya yang utama adalah pembangunan yang cepat

yang terdapat di seluruh wilayah pesisir yang secara ekonomi penting. Konversi

ke pemanfaatan lain seperti untuk budidaya perairan, infrastruktur pantai termasuk

pelabuhan, industri, pembangunan tempat perdagangan dan perumahan serta

pertanian adalah penyebab berkurangnya sumber daya mangrove (Departemen

Kehutanan, 1997).

Gangguan terhadap burung terbagi atas dua bentuk. Pertama, gangguan langsung

pada burung yaitu gangguan pada populasi burung. Kedua, gangguan tidak

langsung yaitu gangguan atau tekanan pada habitat burung. Gangguan langsung

terhadap burung yaitu dengan membunuh burung untuk bahan makanan, bulu,

minyak dan olahraga berburu. Gangguan tidak langsung terhadap burung adalah

perubahan atau modifikasi lingkungan alami oleh manusia untuk menjadi lahan

pertanian, perkebunan,perkotaan dan industri yang menjadi habitat burung(Welty,

(19)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur selama 9 hari mulai

tanggal 01 - 09 April 2013.

(20)

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah teropong binokuler untuk melihat

objek pengamatan yang jauh, kamera untuk mendokumentasikan objek

pengamatan, GPS (Global Positioning System) untuk mencatat titik koordinat

lokasi pengamatan, jam tangan untuk mencatat waktu pengamayan, alat tulis dan

buku identifikasi spesies burung “Seri Buku Panduan Lapangan Burung-Burung

di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan” oleh Mac Kinnon, Phillipps, dan Belen

(1998) untuk mengidentifikasi objek yang diamati.

Bahan yang digunakan adalah spesies burung yang ada di dalam kawasan hutan

mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung

Timur.

C. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer meliputi data-data spesies burung yang ditemukan di area

pengamatan burung dan kondisi vegetasinya.

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi studi literatur yang mendukung penelitian, yaitu:

a) Karakteristik lokasi penelitian berupa keadaan umum lokasi penelitian

b) Jenis predator bagi burung di lokasi tersebut.

(21)

Batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sampel yang digunakan adalah burung yang ditemukan di areal

pengamatan.

2. Pengambilan sampel dilakukan di lokasi mangrove (Rhizopora spp.,

Soneratia spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.), hutan mangrove yang

berdampingan dengan tambak, dan areal persawahan yang berdampingan

dengan hutan mangrove.

3. Pengamatan burung dilakukan pada saat cuaca cerah dan mendung.

E. Metode dan Cara Kerja

Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 13 Maret 2012 yang bertujuan untuk

menentukan lokasi penelitian yang representatif berdasarkan karakteristik habitat

dengan frekuensi perjumpaan berbagai jenis burung.

F. Pengamatan Burung

Pengamatan ini dilakukan dengan metode titik hitung (point count) menurut

Bibby, Jones dan Marsden (2000), metode ini dilakukan dengan berjalan ke suatu

tempat tertentu, memberi tanda, dan selanjutnya mencatat semua burung yang

ditemukan selama jangka waktu yang telah ditentukan (5-10 menit) sebelum

bergerak ke titik selanjutnya. Jarak terjauh yang akan di amati adalah sejauh mata

(22)

G. Analisis Data

(Rhizopora spp., Soneratia spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.), hutan

mangrove yang berdampingan dengan tambak, dan areal persawahan yang

berdampingan dengan hutan mangrove. Pada setiap lokasi pengamatan dicatat

spesies dan jumlah burung yang dapat dilihat oleh pengamat. Pengamatan pada

setiap lokasi untuk masing-masing titik pengamatan dilakukan selama 10 menit

kemudian bergerak ke titik berikutnya. Pengamatan dilakukan pada pagi hari

pukul 06.00—09.00 WIB dan pada sore hari pukul 15.00—18.00 WIB.

Pengamatan dilakukan secara berulang sebanyak tiga kali pengulangan untuk

setiap lokasi pengamatan. Perhitungan populasi dilakukan dengan menghitung

langsung jumlah burung yang diamati dengan data populasi tertinggi yang

digunakan untuk perhitungan indeks keanekaragaman.

Tegakan Mangrove

PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 PC 5 PC 6 PC 7 PC 8 PC 9 PC 10

Hutan Mangrove yang berbatasan dengan areal persawahan.

PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 PC 5 PC 6 PC 7 PC 8 PC 9 PC 10

Hutan Mangrove yang berbatasan dengan areal tambak.

(23)

J = H’/ H maxatauJ = -∑Pi ln (Pi)/ ln(S)

Kekayaan spesies dihitung berdasarkan ukuran sampel dengan menggunakan

Indeks Margalef (Odum, 1993 dalam Indriyanto, 2006) yang rumusnya sebagai

berikut :

R = S-1/ln N

Keterangan :

R= Indeks kekayaan spesies

S= Jumlah spesies yang diamati

N= Jumlah seluruh spesies yang teramati

Keanekaragaman spesies dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Wienner

(Krebs dan Davies, 1989 dalam Santosa dkk, 2008), dengan rumus sebagai

berikut:

H’= -∑ Pi ln(Pi), dimanaPi = (ni/N) Keterangan :

H’= Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner ni = Jumlah individu spesies ke-i

Indeks kesamarataan digunakan untuk mengetahui kemerataan setiap spesies

(24)

J= Indeks kesamarataan

S= Jumlah spesies

Rumus ini digunakan karena nilai H’ sudah diperoleh sebelumnya sehingga lebih

mudah dalam perhitungannya. Kriteria indeks kesamarataan (J) menurut Daget

(1976)dalamSolahudin (2003) adalah sebagai berikut :

0 <J≤ 0,5 : Komunitas tertekan

0,5 <J≤ 0,75 : Komunitas labil

0,75 <J≤ 1 : Komunitas stabil

2. Analisis Kesamaan Spesies Antar Habitat

Indeks kesamaan (Similarity index) diperlukan untuk mengetahui tingkat

kesamaan komposisi spesies antar dua habitat, dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut (Odum, 1993).

IS = 2C/(A+B)

Keterangan : C = jumlah spesies yang sama pada kedua komunitas

A = jumlah spesies yang hanya dijumpai pada lokasi 1

B = jumlah spesies yang hanya dijumpai pada lokasi 2

3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan dalam menggambarkan kondisi dan pemanfaatan

habitat dan vegetasi burung. Data yang diperoleh ditabulasikan dan diuraikan

(25)

A. Hasil

Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

mangrove mencapai 2 km. Tumbuhan yang dapat dijumpai adalah dari jenis

Rhizopora spp., Sonaeratia spp., Avicenia spp. dan Bruguiera spp. Selain jenis

tanaman mangrove, di kawasan hutan mangrove Desa Margasari juga dapat

dijumpai jenis waru laut (Hibiscus spp.)

1. Tipe Habitat 1

Lokasi tipe habitat 1 adalah hutan mangrove yang langsung berbatasan dengan

laut yang didominasi oleh tumbuhan (Rhizopora spp., Sonaeratia spp., Avicenia

spp. dan Bruguiera spp.). Daerah laut dan pantai merupakan tempat yang

menyediakan makanan bagi jenis burung pantai dan burung pemangsa.

Areal hutan mangrove tersebut masih memiliki tegakan yang rapat. Pada kawasan

ini juga memiliki pantai berupa hamparan pasir yang masih terkena pasang surut

(26)

Gambar 3. Lokasi pengamatan areal mangrove di Habitat 1 (berbatasan dengan laut) di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April tahun 2013.

2. Tipe Habitat 2

Lokasi tipe habitat 2 adalah hutan mangrove yang terbentuk dari kegiatan

konversi lahan hutan mangrove menjadi kawasan tambak tradisional yang tetap

mempertahankan sebagian vegetasi mangrove untuk melindungi kawasan tambak

dari air laut secara langsung.

Kawasan tambak ini dilindungi oleh hutan mangrove. Habitat ini didominasi oleh

tipe tumbuhan Rhizopora spp. dan Soneratia spp. Di kawasan ini juga dijumpai

beberapa tambak yang sudah tidak terpakai lagi dan banyak dijumpai hamparan

(27)

Gambar 4. Lokasi pengamatan areal mangrove di Habitat 2 (berbatasan dengan tambak) di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April tahun 2013.

3. Tipe habitat 3

Lokasi tipe habitat 3 adalah hutan mangrove yang berbatasan langsung dengan

areal persawahan masyarakat. Areal ini didominasi oleh tumbuhanRhizopora spp.

dan Soneratia spp.

Pada lokasi ini juga banyak dijumpai gubuk-gubuk milik masyarakat, yang

berfungsi sebagai tempat istirahat sementara bagi masyarakat yang melakukan

aktivitas bercocok tanam. Kerapatan tegakan mangrove di areal ini sangat jarang,

(28)

Gambar 5 . Lokasi pengamatan areal mangrove di Habitat 3 (berbatasan dengan sawah) di Desa Margasari Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April tahun 2013.

B. Pembahasan

1 Jenis burung di Desa Margasari

Jenis burung di hutan mangrove desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai

sedikitnya dapat dijumpai sebanyak 20 spesies yang tercakup dalam 13 famili

dapat dilihat pada Tabel 6. Famili Ardeidae merupakan famili terbesar yang

ditemukan di lokasi penelitian, dengan lima jenis burung. Plocidae sebanyak tiga

jenis burung, kemudian Comlumbidae dan Apopidae sebanyak dua jenis burung,

dan Scolupacidae, Pynonotidae, muscicapidae, Ciconiidae, Anhinggidae,

(29)

Individu 1 2 3

1 Elang bondol Haliastur indus Acciptridae 6 L x x 6

TL 36 x 18

TL x 40 6

20 Trinil pantai Actitis hypoleucos Scolupacida

e 11 TL x x 11

TOTAL 995

15

Tabel 6. Spesies burung yang terinventarisasi di beberapa hutan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan tahun 2013.

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kelimpahan Status Tipe Habitat

2 Raja udang

biru Alcedo coerulescens Alcedinidae 49 L 12 x 37

3 Belibis Dendrocygna

javanica Anatidae 106 TL 36 7 63

4 Pecuk ular asia

Anhinga

melanogaster Anhingidae 27 L 10 x 17

5 Walet linci Aerodramus linchi Apopidae 105 TL 124 49 32

6 Seriti Collocalia esculenta Apopidae 200 TL 151 39 10

7 Kuntul kecil Egretta garzetta Ardeidae 61 L 36 25 48

8 Kuntul besar Egretta alba Ardeidae 53 L 32 21 x

9 Kokokan laut Butorides striatus Ardeidae 35 TL 10 x x

10 Blekok sawah Ardeola speciosa Ardeidae 69 TL 32 10 27

11 Cangak laut Ardea sumatrana Ardeidae 35 TL 32 x 3

12 Bangau Leptoptilos

tongtong javanicus Ciconiidae 23 L 5 x 18

13 Punai bakau Treron fulvicollis Columbidae 18 L x x x

14 Tekukur biasa Streptopilia Columbidae 26 TL x 26 x

chinensis

Layang-layang Hirundo tahitica Hirudinidae 8 TL 8 x x

16 Remetuk laut Gerigone sulphurea Muscicapid 54

17 Gereja

ae

Eurasia Passer montanus Plocidae 46

18 Bondol haji Lonchura maja Plocidae 28 TL x 38 x

19 Cucak Pycnonotus Pycnonotida

kutilang aurigaster e 35 TL x 35 x

Sumber PP No.7 tahun 1999

(30)

Acripitidae seperti elang bondol (Haliastur indus)

Gambar 6. Burung Elang bondol (Haliastur indus) pada penelitian di hutan mangrove Desa Margasari pada bulan April tahun 2013

(Dokumen : Irwan, dkk., 2013)

Semakin beragam habitat yang ada dalam suatu kawasan dapat menyebabkan

semakin beragam jenis burung yang memanfaatkan kawasan tersebut. Menurut

Van Balen (1984) dan Van Helvoort (1981) dalam Kurnia (2003), keragaman

habitat mempengaruhi komposisi dan kekayaan jenis burung.

Kekayaan jenis tidak hanya didasarkan oleh banyaknya jenis, namun dipengaruhi

juga oleh jumlah individu tiap jenis tersebut. Kelimpahan merupakan total jumlah

individu yang ditemukan selama pengamatan. Kelimpahan jenis burung didukung

pula oleh kemampuan habitat yang ada untuk memenuhi kebutuhan pakan dan

(31)

tertinggi meruapakan jenis burung yang mampu beradaptasi dengan kondisi

habitat di sekitarnya dengan baik.

Burung dari jenis seriti (Collocalia esculenta) memiliki kelimpahan individu

tertinggi di wilayah ini, sebanyak 200 individu. Seriti ditemukan di semua lokasi

pengamatan dan mendominasi di masing-masing lokasi pengamatan. Hal ini

terjadi karena burung ini mampu memanfaatkan potensi pakan dan habitat yang

ada di wilayah hutan mangrove Desa Margasari untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Burung elang bondol (Haliastur indus) merupakan jenis burung yang

memiliki kelimpahan terendah, hanya 6 individu saja. Burung ini hanya dijumpai

pada 1 lokasi pengamatan saja yaitu pada tipe habitat 3 (hutan mangrove yang

berbatasan dengan tambak). Hal ini disebabkan burung tersebut banyak diburu

untuk diperdagangkan.

2. Keanekaragaman Jenis Burung dan Kesamarataanya

Keanekaragaman jenis burung berhubungan secara erat antara jumlah jenis burung

dan jumlah individu jenis burung. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis

burung dapat dilihat dari beberapa parameter yang dapat digunakan antara lain

dengan menggunakan indeks keanekaragaman dan indeks kesamarataan. Secara

keseluruhan keanekaragaman jenis dan indeks kesamarataan di wilayah Hutan

Mangrove Desa Margasari yang diwakili oleh 3 tipe habitat lokasi penelitian

disajikan pada Tabel 7.

Tabulasi hasil perhitungan indeks keanekaragaman spesies burung di beberapa

(32)

habitat hutan mangrove di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur bulan April tahun 2013.

Tipe habitat Total Total Indeks Indeks Indeks

Keanekaraga Kekayaan

Individu (N) man Kesamarataan

I (berbatasan

dengan laut) 13 524 2.109 0.882 1.91

II (berbatasan

dengan sawah) 10 290 2.388 0.95 1.59

III (berbatasan

dengan tambak) 14 314 2.188 0.904 2.206

Indeks keanekaragaman spesies burung pada beberapa habitat di hutan mangrove

Desa Margasari dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan hasil penelitian diketahui

indeks keanekaragaman pada hutan mangrove yang berbatasan dengan laut

sebesar 2.109, hutan mangrove yang berbatasan dengan sawah sebesar 2.388, dan

hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak sebesar 2.188, ketiga tipe hutan

mangrove ini tergolong pada kriteria keanekaragaman sedang (1<H<3).

Keanekaragaman spesies juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas

komunitas, yaitu suatu kemampuan komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil

meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya (Indriyanto, 2006).

Hutan mangrove memiliki keanekaragaman spesies burung yang tinggi karena

memiliki spesies yang banyak.

Perbedaan keanekaragaman habitat hutan mangrove yang berbatasan dengan laut

dan hutan mangrove yang berbatasan dengan tambak tidak mencolok. Hal ini

dikarenakan daya jelajah burung yang sangat luas dan kedua hutan ini yang

memberikan tempat yang amat sesuai untuk bersarang dan berkembang biak serta

(33)

besar. Hal ini dikarenakan kedua habitat tersebut kurang memberikan ruang bagi

burung untuk dapat tinggal, hanya burung-burung tertentu saja, selain itu lokasi

tambak hanya dijadikan sebagai tempat mencari makan dan tempat persinggahan

bagi burung-burung.

Nilai indeks kemsamarataan spesies dapat menggambarkan kestabilan suatu

komunitas, yaitu bila angka nilai kesamarataan di atas 0,75 maka dikatakan

komunitas stabil. Bila semakin kecil nilai indeks kemsamarataan spesies maka

penyebaran spesies tidak merata. Artinya dalam komunitas ini tidak ada spesies

yang mendominasi sehingga kemungkinan tidak adanya persaingan dalam

mencari kebutuhan untuk hidup.

Nilai indeks kesamarataan pada beberapa hutan mangrove Desa Margasari dapat

dilihat pada Tabel 7, seluruhnya memiliki nilai diatas 0,75. Komunitas di hutan

mangrove ini dapat dikatakan berada dalam kondisi yang stabil (0,75>J<1). Hal

ini dikarenakan kelimpahan spesies pada hutan mangrove tersebut tersebar secara

merata atau populasi masing-masing spesies tidak ada yang mendominasi. Hal ini

berbanding lurus terhadap indeks kekayaan, jika kelimpahan spesies tersebar

secara merata maka kekayaan spesiesnya dianggap tinggi.

Nilai indeks kesamarataan pada hutan mangrove yang berdampingan dengan laut

merupakan nilai indeks kemerataan terkecil walaupun memiliki jumlah spesies

penyusunnya lebih banyak dibandingkan pada hutan mangrove yang

(34)

mendominasi di hutan mangrove yang berdampingan dengan tambak, yaitu seriti

dengan jumlah 151 individu dan walet dengan jumlah 124 individu.

Indeks kekayaan pada beberapa habitat di hutan mangrove Desa Margasari dapat

dilihat pada tabel 6. Indeks kekayaan paling tinggi dimiliki oleh hutan mangrove

yang berbatasan dengan tambak, dengan nilai 2.206, hutan mangrove yang

berbatasan dengan laut memiliki nilai indeks kekayaan berkisar 1.91, dan hutan

mangrove yang berbatasan dengan sawah sebesar 1.59.

Jumlah total individu yang ditemukan di lokasi penelitian sangat mempengaruhi

nilai dari indeks diversitas margalef. Oleh karena itu nilai indeks kekayaan dari

dua lokasi hutan mangrove memiliki nilai yang jauh berbeda. Namun nilai

kekayaan di kedua lokasi hutan mangrove sudah termasuk tinggi. Seperti

pernyataan Irwanto (2006), menyatakan habitat mangrove secara umum

merupakan sumber alam yang kaya sebagai ekosistem tempat bermukimnya flora

dan fauna.

3. Tingkat Kesamaan Spesies (Similarity Index)

Kesamaan spesies burung antar habitat di Desa Margasari dapat dilihat pada

Tabel 8. Indeks kesamaan yang paling tinggi adalah nilai indeks kesamaan pada

hutan mangrove yang berbatasan dengan laut dan hutan mangrove yang

berbatasan dengan tambak, yaitu dengan nilai 0.666 yang artinya kedua habitat ini

banyak terdapat spesies yang sama. Nilai indeks kesamaan yang tinggi

dikarenakan daya jelajah burung yang cukup luas sehingga burung mampu hidup

(35)

hampir sama walaupun di kedua hutan mangrove yang berbeda. Selain itu

kemungkinan dikarenakan jarak kedua hutan tersebut yang berdekatan.

Tabel 8. Tabulasi hasil perhitungan tingkat kesamaan spesies burung di beberapa lahan mangrove Desa Margasari.

HABITAT 1 HABITAT 2 HABITAT 3

HABITAT 1 - 0.52 0.66

HABITAT 2 - - 0.5

HABITAT 3 - -

-Nilai indeks kesamaan yang paling rendah adalah nilai indeks kesamaan dari

hutan mangrove yang berbatasan dengan sawah dan hutan mangrove yang

berbatasan dengan tambak dengan nilai 0,50. Hal ini karena pada kedua habitat

memiliki kondisi yang berbeda sehingga memiliki komposisi spesies burung yang

(36)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:

1. Spesies burung yang ditemukan secara keseluruhan di hutan mangrove Desa

Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada

bulan April tahun 2013 terdapat 20spesiesdengan total 995 individu dari 13 famili.

Tujuhspesies burung dari 20spesies yang ditemui satwa yang dilindungi, yaitu

bangau tongtong (Leptoptilos javanicus),pecuk ular asia (Anhinga melanogaster),

kuntul besar (Egretta alba), raja udang biru (Alcedo coerulescens), kuntul kecil

(Egretta garzetta), elang bondol (Haliastur indus), dan punai bakau (Treron

fulvicollis).

2. Keanekaragaman jenis spesies di hutan mangrove Desa Margasari tergolong pada

kriteria sedang, yaitu hutan yang berbatasan dengan laut dengan nilai 2.10956,

hutan mangrove yang berbatasan dengan sawah dengan nilai 2.388143 dan hutan

(37)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran-saran yang dapat diberikan

adalah :

1. Diperlukan adanya penyuluhan yang dilakukan secara merata dan intensif

mengenaimangrove centerdi Desa Margasari kepada seluruh masyarakat.

2. Diperlukannya pendirian tambak tradisional yang ramah lingkungan.

3. Diperlukannya penelitian lanjutan mengenai pakan, populasi, kegiatan

migrasi dan habitat bagi jenis-jenis burung tertentu yang dilindungi dan

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bengen, D.G.1999.Pedoman Teknis Pengenalan Dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove.Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Kelautan.Institut Pertanian Bogor.Bogor.55 Halaman

Bibby, C., Jones, M., dan Marsden, S. 2000. SurveiBurung. SMKG MardiYuana. Bogor.

Daget. 1976. KreteriaKesamarataan.

http;//www.elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/.../8212/82 12.p. Diaksestanggal 20 Maret 2012.

Dinas Kehutanan Propinisi Lampung.2003.Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Indonesia (Jilid 1).Lampung.Hal 14

Departemen Kehutanan. 2008. Statistik Kehutanan Indonesia Forestry Statistics of Indonesia 2007. Departemen Kehutanan. Jakarta.

___________________.1997.Strategi Masional Pengelolaan Mangrove di Indonesia.Jakarta.81 Halaman

Darusman, D. 1992. Aspek Ekonomi Pengusahaan Hutan. APHI. Jakarta.

Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna. 1989. Burung. PT. Intermasa. Jakarta.

Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika.EdisiBahasaIndonesia.Penerbit ITB. Bandung. 369 halaman.

Hernowo, J.B. dan L.B.Prasetyo. 1989. Konsepsi Ruang Terbuka Hijau di Kota sebagai Pendukung Pelestarian Burung. Media Konservasi II (4), Desember 1989 : 61-71.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

(39)

Kissinger.2002.Keanekaragaman Jenis Tumbuhan, Struktur Tegakan dan Pola Sebaran Spasial Beberapa Species Pohon Tertentudi Hutan

Kerangas.Tesis.Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.Bogor.136 Halaman

Krebs, J.R. and N.B.Davies.1989.Behavioural ecology: an evolutionary approach. 3rd ed. Blackwell Scientific Publications, London.

Kurnia, I. 2003. Studi Keanekaragaman Jenis Burung Untuk Pengembangan Wisata Birdwatching di Kampus IPB Darmaga. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 137 halaman.

Mac kinnon. J., K. Philipps., dan B. van Balen. 1998. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. LIPI. Bogor.

Monografi Desa Margasari Tahun 2006. Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Tiimur.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah mada University Press. Jogjakarta. H. 134-162.

Pratiwi, A. 2005. Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis. Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan, Taman Nasional Baluran.

Solahudin, A. M. 2003. Keanekaragaman Jenis Burung Air di Lebak Pampangn Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. (Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan

Santosa, Y. 2008. Studi Keanekaragaman Mamalia Pada Beberapa Tipe Habitat di Stasiun Penelitian Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Media Konservasi Vol. 13, No. 3 Desember 2008 : 1-7. Bogor

Sujatnika,P.Jepson,M.J.Crosby, dan , A.Mardiastuti. 1995. MelestarikanKeanekaragamanHayati Indonesia:

PendekatanBurungEndemik (Conserving Indonesia Biodiversity: The Bird Area Approach). PHPA & Bird Life International Program – Indonesia Programme. Jakarta.

Utari, W. D. 2000. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat di Areal Hutan Tanaman Industri PT. Riau Andalan Pulp and Papere dan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Duta Palma Nusantara Group Propinsi Dati Riau. (Skripsi). JurusanKonservasiSumberDayaHutan.

(40)

Van Balen, B. 1984. Bird Counts and Bird Observation in Neighbourhood of Bogor.Nature Conservation Dept. Agriculture University

Wageningham.The Netherlands.

Van Helvoort, B. 1981. Study of Bird Population in The Rural Ecosystem of West Java, Indonesia a Semi Quantitative Approach. Nature Conservation Dept. Agriculture University Wageningham.The Netherlands.

Welty, J.C. 1982.The Life of Birds.Third Edition.Sounders College Publishing. New York.

Wetlands International-Indonesia Program. 2008. The National Strategi and Action Plan for The Management of Indonesian Wetlands. Wetlands International Indonesian Programme. Bogor.

(41)
(42)

42

Pengamatanharike-

NO JENIS 1 2 3 ni

P S P S P S

1 Bondol haji (Lonchuramaja) 13 5 4 2 6 8 38

2 Waletlinci(Aerodamuslinchi) 18 9 7 8 7 0 49

3 Gerejaeurasia(Passer montanus) 17 9 5 0 4 5 40

4 Belibis (Dendrocygnajavanica) 0 2 1 3 1 0 7

5 Perkutut(Geopeliastriata) 0 4 5 6 6 5 26

6 Cucakkutilang(Pycnonotusaurigaster) 5 6 4 7 4 9 35

7 Blekok (Ardeolaspeciosa) 2 4 1 2 1 0 10

8 Seriti(Collocaliaesculenta) 14 8 4 6 4 3 39

9 Kuntulbesar (Egretta alba) 5 3 5 3 2 3 21

10 Kuntulkecil(Egrettagarzetta) 0 7 6 2 3 7 25

N 290

Keterangan

P = Pagi

S = Sore

N = Jumlahindividuseluruhspesies

(43)
(44)

44

NO JENIS ni ni/N Ln(ni/N) (ni/N)Ln(ni/N)

1 Waletlinci(Aerodamuslinchi) 124 0.236641221 -1 -0.341049723 2 Kuntulkecil(Egrettagarzetta) 36 0.06870229 -2.677972747 -0.18398286 3 Kuntulbesar (Egretta alba) 32 0.061068702 -2.795755786 -0.170733177 4 Raja udangbiru (Alcedocoerulescens) 12 0.022900763 -3.77658505 -0.086486679 5 Bangautongtong (Leptoptilosjavanicus) 5 0.009541984 -4.652053849 -0.044389823 6 Pecukularasia (Anhinga melanogaster) 10 0.0190839 -3.958910231 -0.075551447 7 Seriti(Collocaliaesculenta) 151 0.2881679 -1.244211983 -0.358541954 8 Remetuklaut (Gerigonesulphurea) 36 0.06870229 -2.677972747 -0.18398286 9 Kokokanlaut (Butorides stratus) 10 0.0190839 -3.958910231 -0.075551447 10 Cangaklaut(Ardeasumatrana) 32 0.061068702 -2.795755786 -0.170733177 11 Blekok (Ardeolaspeciosa) 32 0.061068702 -2.795755786 -0.170733177 12 Belibis (Dendrocygnajavanica) 36 0.06870229 -2.677972747 -0.18398286 13 Layang-layang(Hirundotahitica) 8 0.01526717 -4.182050508 -0.063848076

TOTAL 524 -2.109567261

IndeksKeanekaragaman (H') 2.109567261

IndeksKesamarataan (J) 0.8225

IndeksKekayaan 1.91

Keterangan

ni = Jumlahindividujeniske-i

N = Jumlahindividuseluruhjenis

H' = Indekskeanekaragaman Shannon-Wienner

(45)
(46)

45

NO JENIS ni ni/N Ln(ni/N) (ni/N)Ln(ni/N)

1 Bondol haji (Lonchuramaja) 38 0.131034482 -2.032294769 -0.266300692 2 Waletlinci(Aerodamuslinchi) 49 0.168965517 -1.778060626 -0.300430933 3 Gerejaerasia(Passer montanus) 40 0.137931034 -1.981001472 -0.273241581 4 Belibis (Dendrocygnajavanica) 7 0.0241379 -3.72397206 -0.089888865 5 Perkutut(Geopeliastriata) 26 0.089655 -2.411786308 -0.216228701 6 Cucakkutilang (Pycnonotusaurigaster) 35 0.1206896 -2.114533319 -0.25520218 7 Blekok (Ardeolaspeciosa) 10 0.034482 -3.36731783 -0.116111853 8 Seriti (Collocaliaesculenta) 39 0.134482 -2.006324918 -0.269814588 9 Kuntulbesar (Egretta alba) 21 0.072413 -2.625369438 -0.190110877 10 Kuntulkecil(Egrettagarzetta) 25 0.086206 -2.451015498 -0.211292242

TOTAL 290 -2.188622514

IndeksKeanekaragaman (H') 2.188622514

IndeksKesamarataan (J) 0.9504

IndeksKekayaan (R) 1.59

N = 290

Keterangan

ni = Jumlahindividujeniske-i

N = Jumlahindividuseluruhjenis

H' = Indekskeanekaragaman Shannon-Wienner

(47)

46

NO JENIS ni ni/N Ln(ni/N) (ni/N)Ln(ni/N)

1 Punaibakau(Treronfulvicollis) 18 0.05732484 -2.859021241 -0.163892935 2 Raja udangbiru (Alcedocoerulescens) 37 0.127586206 -2.058963017 -0.26269528 3 Bangautongtong (Leptoptilosjavanicus) 18 0.05732484 -2.859021241 -0.163892935 4 Elangbondol(Haliasturindus) 6 0.01910828 -3.95763353 -0.07562357 5 Kuntulkecil(Egrettagarzetta) 48 0.152866242 -1.878191975 -0.287112149 6 Belibis (Dendrocygnajavanica) 63 0.200636942 -1.606258263 -0.322274746 7 Blekok (Ardeolaspeciosa) 27 0.085987 -2.453559157 -0.210974191 8 Trinilpantai(Actitishypoleucos) 11 0.0350318 -3.351499059 -0.117409045 9 Waletlinci(Aerodamuslinchi) 32 0.1019108 -2.283657358 -0.232729348 10 Cangaklaut(Ardeasumatrana) 3 0.0095541 -4.650784897 -0.044434064 11 Pecukularasia (Anhinga melanogaster) 17 0.05414012 -2.916179778 -0.157882323 12 Remetuklaut (Gerigonesulphurea) 18 0.05732484 -2.859021241 -0.163892935 13 Gerejaeurasia(Passer montanus) 6 0.01910828 -3.95763353 -0.07562357 14 Seriti (Collocaliaesculenta) 10 0.03184713 -3.446808011 -0.109770943

TOTAL 314 -2.388208034

IndeksKeanekaragaman 2.388208034

IndeksKesamarataan (J) 0.9048

IndeksKekayaan (R) 2.206

(48)

Gambar 7. Lokasi pengamatan di pesisir pantai timur Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April 2013.

(49)

Gambar 9. Sepasang cangak laut (Ardea sumatrana) terbang di atas kawasan mangrove di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April tahun 2013.

(50)

Gambar 11. Kuntul besar (Egretta alba) terbang di atas kawasan mangrove di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada bulan April tahun 2013.

(51)
(52)

Gambar

Gambar 1.  Skema Kerangka Pemikiran.
Gambar 2.Peta Lokasi Pengamatan Burung di Desa Margasari Kecamatan
Gambar 3. Lokasi pengamatan areal mangrove di Habitat 1 (berbatasan denganlaut) di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai KabupatenLampung Timur pada bulan April tahun 2013.
Gambar 4. Lokasi pengamatan areal mangrove di Habitat 2 (berbatasan dengantambak) di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai KabupatenLampung Timur pada bulan April tahun 2013.
+7

Referensi

Dokumen terkait

penyiaran; Informasi yaitu bahwa lembaga penyiaran (radio) merupakan media informasi dan komunikasi yang mempunyai peran penting dalam penyebaran informasi yang seimbang dan

Terdapat lima judul pemberitaan Dahlan Iskan yang ditampilkan dalam teks- teks media Harian Fajar Makassar yang menunjukkan bahwa realitas yang muncul dalam pemberitaan

Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan

Narapidana yang mendapat hukuman seumur hidup akan mengalami perubahan besar dalam kehidupannya, seperti keterbatasan dalam melakukan aktivitas, pekerjaan, kehidupan

data dan informasi serta bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan pembiayaan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Peserta didik merupakan komponen utama

Dari uraian yang telah disebutkan di atas, maka pokok permasalahan yang muncul dalam pembahasan tulisan ini adalah sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan Hukum kolonial

Graphene diperoleh dari grafit yang dioksidasi menggunakan metode Hummer kemudian direduksi dengan serbuk Zn dan proses hidrotermal selama 12 jam pada

Suatu gambaran tegakan hutan rakyat Kecamatan Cikalong saat ini, menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara proporsi jumlah batang yang siap tebang dengan jumlah batang