• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TEMBAKANG (Helostoma temminckii) DI RAWA BAWANG LATAK, KABUPATEN TULANG BAWANG, LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TEMBAKANG (Helostoma temminckii) DI RAWA BAWANG LATAK, KABUPATEN TULANG BAWANG, LAMPUNG"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERTUMBUHAN DAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TEMBAKANG (Helostoma temminckii)

DI RAWA BAWANG LATAK, KABUPATEN TULANG BAWANG, LAMPUNG

Oleh

BINTANG UBAMNATA

Ikan tembakang (Helostoma temminckii) merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Rawa Bawang Latak. Penangkapan yang berlebihan mengakibatkan jumlah populasi ikan tembakang menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek pertumbuhan dan biologi reproduksi ikan tembakang yang meliputi faktor kondisi, nisbah kelamin, TKG, IKG, ukuran ikan pertama kali matang gonad, fekunditas, dan diameter telur. Penelitian dilaksanan pada bulan Oktober 2013 – Januari 2014 pada 2 stasiun di Rawa Bawang Latak. Frekuensi pengambilan sampel ikan dilakukan 1 kali dalam sebulan menggunakan alat tangkap sero. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan ikan tembakang bersifat allometrik positif, nilai faktor kondisi ikan jantan dan betina tidak berbeda nyata, pertumbuhan ikan tembakang betina lebih cepat dibanding ikan jantan. Perbandingan jantan dan betina mengalami ketidaksesuaian dari pola perbandingan jantan dan betina 1:1. Tingkat kematangan gonad ikan jantan dan betina pada bulan Oktober-Januari tidak seragam. Faktor yang paling berpengaruh terhadap TKG yaitu kedalaman, kecerahan, dan suhu. Puncak pemijahan terjadi pada bulan Oktober-November. Indeks kematangan gonad tembakang tertinggi pada bulan November (3,896286 : 15,13067). Fekunditas ikan tembakang berkisar antara 1.868-30.058 butir telur. Berdasarkan pola distribusi diameter telur, pola pemijahan ikan tembakang termasuk total spawner.

(2)

ABSTRACT

GROWTH AND BOLOGICAL REPRODUCTION OF TEMBAKANG (Helostoma temminckii)

IN RAWA BAWANG LATAK, TULANG BAWANG REGENCY, LAMPUNG

By

BINTANG UBAMNATA

Tembakang (Helostoma temminckii) is one of the economically potential fishes in Rawa Bawang Latak. Over hauling of this fish decrease its population drastically. This study aimed to investigate the aspects of growth and biological reproduction of tembakang including the condition, growth parameter, sex ratio, TKG, IKG, fish size once it gonad mature, fecundity, and egg diameter. The study was held on October 2013 – January 2014 at two stations in Rawa Bawang Latak. Sampling frequency of fish was one a month using catching tool called Sero. The result of the study shows the growth pattern of tembakang is positive allometric, the condition factor value of male and female fish isn’t really different, the growth of female tembakang fish is faster than the male one. The pattern comparison between male and female is inappropriate which the ideal is 1:1. The gonad mature level between male and female in October – January is not uniform. The most influential factors toward TKG are the depth, the brightness, and temperature. The peak of spawn happens on October - November. The highest gonad mature index of tembakang is on November (3,896286 : 15,13067). The size of male tembakang fish at the first gonad mature is 77,481 – 139,780 mm and age of 21 months, while the size of female tembakang fish at the first gonad mature is 98,866 – 100,887 mm with age of 8 months. The fecundity of tembakang fish is about 1.868-30.058 eggs. Based on the distribution pattern of egg diameter, the spawn pattern of tembakang is total spawner.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 9 April 1991 yang dilahirkan dari pasangan bapak Ir. Usman Arifin (almarhum) dan Dr. Betty Herawati, MM. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Aisyiah Bantul, Metro pada tahun 1997, SD Negeri 3 Metro Selatan diselesaikan pada tahun 2003. SLTP Negeri 5 Metro diselesaikan pada tahun 2006, SMTI Tanjung Karang diselesaikan pada tahun 2009, dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SMNPTN.

Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi pengurus HIDRILA sebagai Ketua Bidang Minat dan Bakat pada periode 2011-2012. Penulis pernah mengikuti Praktik Umum pada tahun 2012 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat dengan judul “Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) di BBPBAT Sukabumi, Jawa Barat“. Pada tahun 2014, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang berjudul “Kajian

(7)

Tanda baktiku

Untuk Ibunda

(8)

MOTO

Kesulitanmu itu sementara, seperti semua yang

sebelumnya pernah terjadi.

....Maka Sesungguhnya baersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),

tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah

engkau berharap.”

(QS. Al-Insyirah: 5-8)

(9)

SANWACANA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puja dan puji yang tak terhingga atas segala karunia yang telah diberikan Allah SWT, yang menguasai langit dan bumi yang memberikan sedikit keridhoan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat beserta salam semoga tercurah pada manusia termulia di dunia ini yang telah mengubah pemikiran manusia dari kegelapan, Rasulullah SAW serta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini berjudul “Kajian Pertumbuhan dan Biologi Reproduksi Ikan Tembakang (Helostoma temminckii) di Rawa Bawang Latak Kabupaten Tulang Bawang, Lampung” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelah Sarjana Perikanan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(10)

3. Henni wijayanti., S.Pi., M.Si. dosen Pembimbing Akademik, yang selalu memberikan motivasi dan solusi kepada penulis.

4. Ibu Rara Diantari, S.Pi., M.Sc. selaku dosen Pembimbing Utama selalu sabar membimbing, menasehati, memotivasi, serta mengarahkan penulis selama penyelesaian skripsi.

5. Bapak Qadar Hasani, S.Pi., M.Si. selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah membimbing, memberikan arahan dengan penuh semangat sehingga skripsi ini menjadi semakin baik.

6. Bapak Indra Gumay Yudha., S.Pi., M.Si. yang tanpa lelah membimbing selama penulis penelitian lapang di Menggala, Tulang Bawang.

7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Pertanian, khususnya Program Studi Budidaya Perairan.

8. Pihak Laboratorium Uji Kualitas Air Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, Khususnya Mas Wahyu, terimakasih untuk segala bantuan yang diberikan selama penelitian berjalan.

9. Orang tua tercinta, Ir dan Dra. Betty Herawati, M.M., M.AP, yang telah membesarkan, mendidik, memberi kasih sayang, nasihat dan mendoakan yang terbaik untuk penulis.

10.Saudara ku Bima Uramanda, Bigi Undadraja, Bougenville Ungu, dan Bunga Ulama Nesya Tantri, yang selalu meberikan semangat, motivasi dan kecerian saat suka cita bersama.

11.Yang terkasih Milani Nur Fadila, S.Ked. yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis.

(11)

13.Keluarga Besar Angkatan 2009 yang selalu kompak, Dian Puja, Sandy, Nuron, Ogi, Beni, Gembel, Ridho, Panca, Rahmat, Mufit, Dedi, Muarif, Tomang, Ika, Karina, Dian oktavia, Euis, Uty, Denis, Soraya, Indah P, Indah O, Tari, Eva, Mega, Yuni, Alfi, Angga, Ainul, Linda, Anggun, Ayu, Reyhan, Mila, Zul, Bang Abi, Nanda, Rina, Uus, Aini, Teguh, Lis, Rifki, Culik, beserta 2009 lainnya yang belum saya sebutkan satu persatu terimakasih Atas waktu yang selama ini telah terjalin, keceriaan, kebersamaan, dukungan, dan saran-saran yang diberikan.

14.Rekan-rekan almamater, terutama jurusan budidaya perairan unila, atas kebersamaan, dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

15.Sahabat ku, Fajar, Rifai, Bendol, Bimo, dan David yang memberikan semangat untuk penulis.

Tidak ada gading yang tidak retak, begitu juga dengan skripsi ini senantiasa membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta masukan bagi perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Atas segala kekurangan penulis mohonkan maaf.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandar lampung, 19 Januari 2015 Penulis,

(12)
(13)

a. Aspek Pertumbuhan ... 21

4.4.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ... 42

4.4.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ... 47

4.4.4 Ukuran Pertama Kali Ikan Tembakang Matang Gonad ... 49

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Ciri morfologis tingkat kematangan gonad (TKG)

ikan belanak (Mugil dussumieri) menurut Cassie (1956) dalam

Effendie (2002) ... 24 2. Kisaran parameter fisika kimiawi perairan pada daerah

pengambilan sampel selama penelitian ... 31 3. Hubungan panjang berat ikan tembakang (Helostoma temminckii)

yang tertangkap di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 35 4. Faktor kondisi berdasarkan selang kelas ikan

tembakang (Helostoma temminckii) yang tertangkap

di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 37 5. Faktor kondisi berdasarkan waktu pengambilan

sampel ikan tembakang (Helostoma temminckii)

yang tertangkap di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 38 6. Parameter pertumbuhan (L∞, K) dan t0 ikan tembakang

(Helostoma temminckii) yang tertangkap di

Rawa Bawang Latak ... 39 7. Nisbah kelamin ikan tembakang (Helostoma temminckii) yang

tertangkap di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 41 8. Tingkat kematangan gonad ikan tembakang (Helostoma temminckii)

yang tertangkap di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 42 9. Hubungan antara faktor fisika lingkungan terhadap

tingkat kematangan gonad (TKG) IV ikan tembakang

jantan di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 44 10. Hubungan antara faktor kimia lingkungan terhadap

tingkat kematangan gonad (TKG) IV ikan tembakang

jantan di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 45 11. Hubungan antara faktor fisika lingkungan terhadap

tingkat kematangan gonad (TKG) IV ikan tembakang

betina di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 46 12. Hubungan antara faktor kimia lingkungan terhadap

tingkat kematangan gonad (TKG) IV ikan tembakang

betina di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 46 13. Data pengamatan indeks kematangan gonad

ikan tembakang (Helostoma temminckii) yang

tertangkap di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 47 14. Data fekunditas ikan tembakang (Helostoma temminckii) yang

(15)

15. Hubungan antara faktor fisika lingkungan terhadap fekunditas ikan tembakang (Helostoma temminckii)

di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 50 16. Hubungan antara faktor kimia lingkungan terhadap

fekunditas ikan tembakang (Helostoma temminckii)

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

DAFTAR GAMBAR

(a) padang rumput di bagian timur (b) perakaran tumbuhan di bagian utara (c) vegetasi eceng gondok dan

pepohonan di bagian barat (d) vegetasi eceng gondok di bagian selatan ... 27 6. Hasil tangkapan ikan tembakang oleh nelayan di Rawa Bawang

Latak ... 29 7. Rawa Bawang Latak saat musim kemarau, dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai lahan pertanian ... 30 8. Alat tangkap sero merupakan alat tangkap utama untuk

menangkap ikan tembakang di Rawa Bawang Latak ... 31 9. Grafik pertumbuhan ikan tembakang (Helostoma temminckii)

(a) jantan (b) betina yang tertangkap di Rawa Bawang Latak

selama penelitian ... 40 10. Histologi gonad tembakang betina yang tertangkap

(a) TKG III pada bulan Oktober

(b) TKG IV pada bulan November dan Desember ... 44 11. Grafik indeks kematangan gonad (IKG) ikan

tembakang (Helostoma temminckii) yang tertangkap

di Rawa Bawang Latak selama penelitian ... 48 12. Grafik faktor fisika lingkungan dengan fekunditas

ikan tembakang di Rawa Bawang Latak selama penelitian (a) fekunditas dengan kedalaman (b) fekunditas dengan kecerahan (c) fekunditas dengan suhu

(d) fekunditas dengan TSS ... 52 13. Grafik faktor kimia lingkungan dengan fekunditas

(18)

14. Grafik diameter telur sampel ikan tembakang (Helostoma temminckii) (a) TKG IV bulan Oktober (b) TKG IV bulan November (c) TKG IV bulan Desember, yang tertangkap di Rawa

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Tulang Bawang memiliki daerah aliran sungai yang luas ± 100 ha. Salah satu daerah aliran sungai yang menjadi habitat banyak jenis ikan adalah Rawa Bawang Latak. Rawa Bawang Latak merupakan daerah aliran sungai yang berasal dari Sungai Miring di daerah Kotabumi Lampung Utara dan Sungai Bakung di daerah Kabupaten Lampung Tengah, yang melewati Kabupaten Tulang Bawang, Kota Menggala, hingga bermura ke Sungai Tulang Bawang.

Rawa Bawang Latak mempunyai potensi berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, salah satunya adalah ikan tembakang (Helostoma temminckii). Ikan ini biasa disebut dengan kissing gurame, karena bentuk tubuhnya mirip dengan ikan gurame. Ikan ini dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya sebagai bahan pakan untuk ikan pada keramba jaring apung, namun telur ikan tembakang (Helostoma temminckii) dimanfaatkan dalam acara adat Lampung untuk pemberian bekal keberangkatan haji. Hal ini yang menyebabkan telur ikan tembakang menjadi mahal, harganya mencapai Rp 250.000/Kg.

(20)

2

banyak tangkapan ikan, maka pendapatan nelayan akan semakin bertambah. Sehingga tidak jarang ikan yang sedang matang gonad ikut tertangkap, sehingga ikan tidak dapat memijah, ini yang dimaksud dari penangkapan yang tidak terkendali yang menyebabkan populasi suatu jenis ikan dapat menurun.

Selain penangkapan oleh nelayan, penambahan keanekaragaman jenis ikan pada suatu perairan yang bukan berasal dari habitat perairan tersebut mungkin dapat menjadikan ikan-ikan spesies baru tersebut sebagai kompetitor atau bahkan predator yang serius bagi ikan-ikan endemik pada suatu perairan. Apalagi jika ikan-ikan spesies baru yang dimasukkan memiliki daya tumbuh kembang yang sangat cepat. Hal ini sangat memungkinkan ikan introduksi ini menjadi ancaman serius bagi ikan-ikan endemik, yang mungkin saja memiliki daya tumbuh kembang yang jauh lebih rendah dibandingkan ikan-ikan spesies baru yang dimasukkan pada perairan tersebut (Anonim, 2011).

Ikan merupakan organisme tingkat tinggi yang memiliki nilai ekonomis dan ekologi penting. Mengingat pentingnya keberadaan ikan dalam suatu ekosistem, maka diperlukan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi, antara lain tingkat kematangan gonad, fekunditas, hubungan panjang berat dan analisa saluran pencernaan yang merupakan kunci penting dan harus diperhatikan untuk menjamin kelestarian sumberdaya dan usaha budidaya ikan tersebut (Ridwan, 2004).

(21)

3

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek pertumbuhan dan biologi reproduksi ikan Tembakang (Helostoma temminckii) yaitu faktor kondisi, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas, dan diameter telur.

1.3 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi biologi reproduksi ikan tembakang (Helostoma temminckii) yang terdapat di Rawa Bawang Latak sebagai kajian awal domestikasi ikan tembakang (Helostoma temminckii) yang akhirnya dapat menambah keragaman jenis ikan budidaya.

1.4 Perumusan Masalah

Rawa Bawang Latak menyimpan berbagai jenis ikan yang bernilai ekonomis salah satunya adalah ikan tembakang (Helostoma temminckii). Ikan tembakang sampai saat ini masih berstatus sebagai ikan liar dan belum dilakukan pembiakannya, keberadaannya di beberapa daerah juga sudah mulai berkurang.

(22)

4

harus dilakukan sebelum melakukan domestikasi pada ikan, yaitu dengan melakukan beberapa kajian-kajian, seperti kajian biologi reproduksi.

Untuk melakukan kajian biologi reproduksi ada beberapa hal yang harus dilakukan adalah: (1) penentuan ikan target pengamatan yaitu ikan tembakang (Helostoma temminckii); (2) menetapkan stasiun-stasiun penangkapan ikan sebagai titik pengambilan sampel; (3) penentuan jenis alat tangkap (4) melakukan pengamatan biologi reproduksi terhadap ikan-ikan hasil tangkapan (ikan tembakang).

1.5 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan berdasarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian yang menunjukan alur pemikiran penelitian selama penelitian

Gambar di atas ini merupakan kerangka pemikiran penelitian yang menunjukkan alur pemikiran penelitian yang telah dilaksanakan.

Rawa Bawang Latak

 Masih sedikit informasi tentang biologi reproduksi ikan tembakang.

DOMESTIKASI Ikan Tembakang (Helostoma

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tembakang

Menurut Cuvier (1829) ikan tembakang (Helostoma temminckii) memiliki taksonomi sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Helostomatidae

Genus : Helostoma

Spesies : Helostoma temminckii

(24)

6

Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang dikenal dengan nama kissing gouramy, ikan ini dapat hidup dengan baik pada habitat sungai atau danau yang memiliki vegetasi yang lebat dan arus air yang lambat. Ikan ini memakan berbagai tanaman air dan hewan kecil, ganggang hijau dan zooplankton. Bentuk tubuh ikan ini menyerupai ikan gurame, yang membedakannya hanya pada mulut ikan ini yang dapat disembulkan.

Ikan Tembakang (Helostoma temminckii) memiliki potensi untuk dikembangkan, Ikan ini merupakan spesies yang mampu beradaptasi terhadap kondisi perairan yang marginal, seperti derajat keasaman perairan yang relatif rendah. Disamping itu ikan tembakang umumnya jarang terserang penyakit atau parasit, kalau ada penyakit yang menyerang tidaklah berbahaya. Ikan tembakang juga memiliki alat pernafasan tambahan yang biasanya disebut labirin (Mashudi, 2001)

Ikan tembakang memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk bundar. Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tembakang diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 cm (Aimeri, 2007).

(25)

7

oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tembakang juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air (Pulungan, et al,. 2004) Ikan tembakang merupakan ikan satu-satunya anggota Family Helostomatidae yang dapat ditemukan di Asia Tenggara, selain sebagai ikan konsumsi ikan ini juga dipelihara sebagai ikan hias, karena warnanya yang unik dan kebiasaannya menghisap dan mencium bibir ikan lain, tanaman dan benda lainnya (Talwar and Jhingran, 1991). Di Indonesia ikan ini disebut juga ikan tambakan, biawan, keprek, tembakang, tambakang, tamakang, terbakang, poni, sepat hijau, dan ikan samarinda. Daerah penyebarannya di rawa, danau di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Sumatera (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP, 2005).

Ada dua jenis ikan tembakang berdasarkan warnanya, namun mereka masih termasuk dalam spesies yang sama, ikan tembakang berwarna hijau dan ikan tembakang berwarna pucat atau merah muda. Terdapat juga jenis ikan tembakang yang ukurannya lebih kecil dari ikan tembakang kebanyakan dan bentuknya bundar hampir menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon merah muda” (Talwar and Jhingran, 1991).

(26)

8

dengan mudah. Ikan tembakang dapat hidup pada kisaran pH 6,0 - 8,0 dapat hidup pada iklim tropis dengan kisaran suhu 22oC – 28oC pada kisaran lintang 16°N - 6°S (Cuvier, 1829).

Perkawinan antara kedua ikan tembakang yang berbeda jenis kelamin terjadi di bawah tanaman air yang mengapung. Ikan tembakang betina selanjutnya akan melepaskan telur-telurnya yang kemudian akan mengapung di antara tanaman air. Tidak seperti anggota subordo Anabantoidei lainnya, ikan tembakang tidak membuat sarang maupun menjaga anak-anaknya sehingga anak ikan tembakang yang baru menetas sudah harus mandiri. Sehari setelah pertama kali dilepaskan ke air, telur-telur tersebut akan menetas dan setelah sekitar dua hari, anak-anak ikan tembakang sudah bisa berenang bebas (Pulungan, 2005).

2.2 Ekosistem

Ikan tembakang hidup di daerah rawa, dengan air yang tenang dan vegetasi yang lebat, pada musim kemarau ikan tembakang akan berkumpul pada daerah cekungan pada tanah yang masih berisi air, kemudian pada saat musim penghujan ikan ini akan menyebar ke penjuru rawa. Pada saat memijah ikan tembakang akan menuju daerah yang dangkal dan teduh (Cuvier, 1829).

(27)

9

vegetasi riparian yang terendam, digunakan oleh ikan sebagai tempat memijah sekaligus juga tempat mencari makan dan berlindung (Hartoto et al., 1998).

2.2.1 DAS Tulang Bawang

Kabupaten Tulang Bawang terdapat wilayah lahan basah (wetland) yang luas, yang merupakan hamparan rawa air tawar disepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai) Way Tulang Bawang pada bagian hilir. lahan rawa ini merupakan tipe ekosistem rawa gambut yang terbesar di Provinsi Lampung dengan luas lahan mencapai lebih kurang 77.000 ha (87,9%), sedangkan di Lampung Timur luasnya hanya 11.000 ha (12,1%). Rawa-rawa di DAS Tulang Bawang terhampar di areal seluas lebih kurang 86.000 ha yang terletak di antara mulut Sungai Tulang Bawang dan Kota Menggala (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulang Bawang, 2011). Rawa di DAS Tulang Bawang memiliki fungsi penting sebagai penyokong kehidupan sejumlah ikan, baik dalam segi keanekaragaman jenis maupun jumlahnya yang memberikan kontribusi yang berarti bagi masyrakat sekitarnya.

2.2.2 Rawa Banjiran

(28)

10

utama, cekungan tanah (lebung) dan danau (oxbow lakes) sedangkan pada musim penghujan air meluap menggenangi daerah paparan, danau, genangan dan alur-alur sungai. Kondisi ini mengakibatkan beragamnya habitat yang tersedia bagi organisme akuatik (Welcomme, 1985). Besarnya keragaman habitat pada rawa banjiran memungkinkan banyak spesies ikan memanfaatkan daerah ini sebagai pemijahan (Lim et al., 1999), mencari makan (Borcherding et al., 2002) dan daerah pengasuhan anak-anak ikan (Sommer et al., 2004). Daerah rawa banjiran dikenal sebagai perairan hitam yang dicirikan oleh warna perairan yang coklat tua sampai kehitaman yang disebabkan oleh adanya asam humat, pH yang relatif lebih rendah, tidak keruh atau transparansi tinggi. Hal yang menarik yang pernah ditemukan, jusrtu sebagian besar waktu hidup ikan dihabiskan di perairan hitam (Hartoto, et al., 1998).

Menurut (Tutupoho, 2008), proses hidrologi memengaruhi komponen biotik dan abiotik dalam suatu ekosistem. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan ikan di rawa banjiran. Sumber makanan yang melimpah menjadikan pertumbuhan ikan menjadi cepat. Periode musim hujan adalah periode utama untuk mencari makan, tumbuh, dan meremajakan. Daerah rawa banjiran menjadi salah satu daerah penangkapan ikan oleh nelayan. Tetapi ikan tropis tidak hanya tumbuh cepat pada musim hujan.

(29)

11

banjiran akan memicu pertumbuhan dan perkembangan hidupnya (Hoggarth et al., 1996, De graaf, 2003). Besarnya kelimpahan ikan pada pada periode banjir atau air naik menunjukan bahwa banyak spesies ikan memanfaatkan daerah rawa banjiran sebagai tempat pemijahan dan pengasuhan (Paugy D. 2002).

Faktor utama yang mendorong tingginya produktivitas ikan dan biota akuatik pada rawa banjiran adalah fluktuasi tinggi paras air sungai (flood pulse). Aliran sungai yang masuk ke daerah rawa banjiran akan mendorong terjadinya dekomposisi bahan organik yang berasal dari run off di sepanjang daerah aliran sungai utama maupun dari hasil dekomposisi tanaman di sekitar rawa, selanjutnya bahan organik yang terakumulasi oleh vegetasi air yang terdapat pada rawa banjiran akan melepas nutrien ke perairan sehingga meningkatkan produksi fitoplankton, zooplankton, tanaman air dan hewan-hewan avertabrata lainnya yang menjadi makanan bagi ikan (Carvalho et al., 2001)

(30)

12

2.3 Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang paling sering dipelajari dalam biologi perikanan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan merupakan indikator untuk mengetahui kondisi individual maupun populasi. Definisi pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat, dalam satuan waktu (Moyle and Cech 1988). Ikan yang memiliki umur yang tua juga mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhan ini lebih sedikit dari ikan yang berumur muda pada kondisi lingkungan yang sesuai. Ikan tidak memiliki limit tertentu untuk membatasi pertumbuhan (undeterminate growth) (Effendie 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sulit untuk dikontrol, diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin, umur, parasit, dan penyakit (Effendie 1997).

Beberapa faktor eksternal yang ikut mempengaruhi pertumbuhan antara lain suhu, oksigen terlarut, kadar amonia, salinitas, kompetisi dan ketersediaan makanan (Moyle and Cech 1988). Selain itu, Effendie (1997) juga menyatakan bahwa fotoperiod (panjang hari) juga ikut mempengaruhi pertumbuhan.

2.3.1 Faktor kondisi

(31)

13

sebaliknya, apabila populasi menurun maka faktor kondisi akan tinggi (Saepudin 1999).

2.4 Biologi Reproduksi

Reproduksi pada ikan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh ikan untuk mendapatkan keturunan untuk menjamin keberlangsungan hidup suatu spesies ikan, yang merupakan tahapan penting dalam siklus hidupnya (Effendi 2002). Untuk kepentingan pengelolaan dan kelestarian suatu spesies, dibutuhkan informasi tentang aspek-aspek reproduksi diantaranya adalah, faktor kondisi, nisbah kelamin, ukuran ikan pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas, dan diameter telur (Nikolsky, 1963).

2.4.1 Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan kelamin jantan dan betina, idealnya perbandingan jumlah ikan jantan dan betina adalah 1:1. Penyimpangan nisbah kelamin timbul akibat beberapa kondisi seperti perbedaan distribusi, aktifitas dan gerak ikan (Türkmen et al., 1999). Penyimpangan juga dapat terjadi karena pola tingkah laku ikan, pertumbuhan, kondisi lingkungan dan penangkapan (Blay and Egeson, 1980)

(32)

14

2.4.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) merupakan beberapa tahapan tertentu dalam perkembangan gonad baik sebelum dan sesudah ikan memijah. Untuk menentukan tingkatan kematangan gonad antara lain dengan cara mengamati perkembangan (Effendie 1997). Tingkat kematangan gonad dapat dipergunakan sebagai penduga status reproduksi ikan, ukuran dan umur pada saat pertama kali matang gonad, proporsi jumlah stok yang secara produktif matang dengan pemahaman tentang siklus reproduksi bagi suatu populasi atau spesies. Ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama (Effendie, 1979), perbedaan ukuran ini tergantung pada perbedaan ekologis perairan (Blay dan Egeson, 1980)

(33)

15

gonad berpedoman pada metode mikroteknik (Gunarso, 1989). Dalam proses reproduksi, awalnya ukuran gonad kecil, kemudian membesar dan mencapai maksimal pada waktu akan memijah, kemudian menurun kembali selama pemijahan berlangsung sampai selesai (Effendie, 1979).

Fungsi dari TKG adalah untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak melakukan reproduksi (Effendie, 2002). Pengetahuan TKG ini juga akan didapatkan keterangan waktu ikan itu memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Histologi diperlukan untuk memperhatikan perkembangan gonad secara anatomi untuk mengetahui perkembangan gonadnya. Tingkat kematangan gonad dapat dilihat dengan cara mengamati morfologi gonad ikan dan membandingkan pada literatur ciri morfologis gonad ikan.

2.4.3. Indek Kematangan Gonad (IKG)

Indek kematangan gonad (IKG) merupakan nilai perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan yang dinyatakan dengan angka persentase. IKG juga dapat menggambarkan ukuran ikan pada saat memijah. IKG memiliki nilai maksimum pada waktu akan terjadi pemijahan, dan kisaran IKG ikan betina cenderung lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG pada ikan (Effendi, 2002). Effendie (1979) menyatakan bahwa sejalan dengan pertumbuhan gonad, maka gonad akan semakin bertambah besar dan berat sampai batas maksimum ketika terjadi pemijahan.

2.4.4 Fekunditas

(34)

16

menurut Hunter (1992) Fekunditas merupakan jumlah telur matang dalam ovari yang akan dikeluarkan pada saat memijah. Menurut (Nikolsky, 1963) jumlah telur yang terdapat di dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Royce, (1972) mengemukakan bahwa fekunditas total diartikan sebagai jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan selama hidupnya, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan berat. Fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itu pula (Nikolsky, 1963).

(35)

17

Fekunditas ikan ditentukan dengan metode grafimetrik yaitu suatu metode dengan cara mengukur berat gonad contoh ikan dibandingkan dengan berat gonad total, kemudian dikalikan dengan jumlah telur contoh.

2.4.5. Diameter Telur dan Pola Pemijahan

Diameter telur merupakan garis tengah ukuran panjang dari suatu telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Ukuran diameter telur dipakai untuk menentukan kualitas kuning telur (Effendie, 1979). Telur yang berukuran besar akan menghasilkan larva ikan yang berukuran lebih besar dibanding dengan larva ikan dengan telur yang lebih kecil. Perkembangan diameter pada telur yang semakin meningkat mengindikasikan meningkatnya tingkat kematangan gonad. Masa pemijahan setiap spesies ikan berbeda-beda, ada pemijahan yang berlangsung singkat (total spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang (partial spawner) ada pada ikan yang berlangsung sampai beberapa hari. Semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar pula (Effendie, 1979).

(36)

18

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014 agar dapat mengetahui pola pemijahan. Pengambilan sampel dilakukan di Rawa Bawang Latak DAS (daerah aliran sungai) Tulang Bawang. Pengukuran biologi reproduksi sampel (hasil tangkapan) dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pengamatan histologi sampel dilakukan di Laboratorium Histologi Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.

(37)

19

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah penggaris (ketelitian 1 mm), alat bedah, kertas label, alat tulis, mikroskop, GPS (global positioning system), neraca analitik dengan sensifitas 0,001 gram, botol sampel/plastik sampel, cool box, cawan petri, dan tisu.

Bahan yang akan digunakan adalah ikan Tembakang (Helostoma temminckii) yang ditangkap dari Rawa Bawang Latak sebanyak 50 ekor/stasiun, aquades, dan larutan formalin 5% dan 10%.

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Persiapan

Persiapan yang dilakukan pada penelitian ini:

a. Survey lokasi (penentuan tiap stasiun pengamatan)

Penentuan lokasi dilakukan dengan menentukan titik sampel (berdasarkan lokasi penangkapan ikan oleh nelayan setempat). Kemudian mengunduh koordinat titik sampel (stasiun pengamatan) menggunakan GPS.

b. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

c. Penentuan alat tangkap yang digunakan. Dalam hal ini penentuan alat tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan di sekitar Bawang Latak.

d. Penentuan jumlah sampel 50 ekor/stasiun (berdasarkan kemampuan dan pengalaman peneliti).

3.3.2 Pelaksanaan Penelitian

(38)

20

a. Penelitian lapangan

Penelitian yang dilaksanakan di lapangan meliputi:

1. Pengunduhan titik koordinat stasiun pengamatan dengan menggunakan GPS (global positioning system), dilakukan satu kali selama penelitian.

2. Pengukuran kualitas air yang meliputi faktor fisika dan faktor kimia.

3. Penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap sero, dengan mata jaring 0,5 inchi. Sero dipasang di rawa yang bagian permukaan airnya telah ditutupi oleh vegetasi yang lebat baik vegetasi yang terbentuk secara alami maupun buatan. Alat tangkap ini dipasang pada kedalaman antara 2 sampai 3 meter dan dipasang dengan sistem tancap. Karena sistem kerjanya ditancap yang membentang antara 30 sampai 50 meter dalam bentuk anak panah atau busur. Pada ujung busur disediakan ruang untuk menampung ikan. Pada pintu masuk ruang ini dibentuk sedemikian rupa sehingga ikan hanya bisa masuk tapi tidak bisa keluar. Sistem kerjanya sama seperti bubu. Sementara kaki busur yang terbuat dari deretan jaring membentang tegak lurus dari kaki hingga ujung busur, Panjangnya bisa antara 30 sampai 50 meter, Fungsinya untuk menggiring ikan menuju ruangan yang telah disediakan.

(39)

21

4. Pengangkutan dilakukan dengan cool box yang berisikan bongkahan es didalamnya.

b. Penelitian laboratorium

1. Melakukan pengukuran panjang dengan menggunakan penggaris dengan tingkat ketelitian 1mm, kemudian dilakukan penimbangan berat ikan sampel dengan menggunakan neraca analitik dengan tingkat sensifitas 0,001 g, dan dilakukan pembedahan pada ikan sampel yang didapat dengan menggunakan alat bedah.

2. Pengamatan jenis kelamin ikan untuk mengetahui nisbah kelamin.

3. Pengamatan TKG (tingkat kematangan gonad) dilakukan dengan dua cara yaitu secara morfologi, kemudian gonad jantan dan betina ditimbang kembali sebagai gonad sampel, kemudian dengan Uji histologi untuk mengetahui perkembangan gonad pada tiap tahapan perkembangannya dan TKG di Laboratorium BBPBL Lampung.

4. Perhitungan jumlah telur untuk menentukan fekunditas, dan diameter telur untuk mengetahui pola pemijahan.

5. Pencatatan hasil pengamatan sebagai bahan laporan penelitian ini. 3.3.3 Analisis data

a. Aspek Pertumbuhan

A.Hubungan Panjang Dan Berat

Hubungan panjang – berat ikan dinyatakan dalam bentuk rumus yang dikemukakan oleh Ricker (1970) :

W = aLb Keterangan :

(40)

22

B.Faktor Kondisi

Faktor kondisi (K) berdasarkan pada panjang dan berat ikan contoh. Ikan memiliki pertumbuhan yang bersifat isometrik apabila nilai b = 3, maka faktor kondisi menggunakan rumus dengan persamaan (Effendi 1979) :

K (TI) = 105W/L3 Keterangan :

K(TI) = faktor kondisi

W = berat rata-rata ikan dalam satu kelas (gram) L = panjang rata-rata ikan dalam satu kelas (mm)

Ikan yang mempunyai pertumbuhan yang bersifat allometrik apabila b ≠ 3, maka

persamaan yang digunakan adalah : K = W/aLb keterangan :

K = faktor kondisi

W= berat rata-rata ikan satu kelas (gram) L = panjang total rata-rata satu kelas (mm) a dan b = konstanta dari regresi

C.Parameter Pertumbuhan(K dan L∞)dan t0

Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, menurut Pauly (1980) adalah sebagai berikut: Lt = L∞ {1-exp[-K(t-t0)]}

di mana Lt = panjang ikan saat umur t(satuanwaktu)

L∞ = panjang ikan infiniti K = koefisien pertumbuhan

t0 = umurteoritisikanpadasaatpanjangsamadengannol

(41)

23

K dan L∞ yang sudah diperoleh menggunakan persamaan menurut Pauly (1979), yaitu:

Log (-to) = -0,3922-0,2752 log L∞-1,038 log K.

b. Aspek Reproduksi A.Nisbah Kelamin

Rasio kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap selama penelitian (Effendie, 2002) :

Pj (%) = x 100

Keterangan :

Pj = Nisbah Kelamin (Jantan/Betina)

A = Jumlah Jenis Ikan Tertentu (Jantan/Betina) B = Jumlah Total Individu yang ada

B.Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

(42)

24

Tabel 1.Ciri morfologis tingkat kematangan gonad (TKG) ikan belanak (Mugildussumieri) menurut Cassie (1956) dalam Effendie (2002).

TKG Jantan Betina

I Testis transparan, memanjang seperti benang, ditemukan menempel pada bagian bawah gelembung renang.

Bentuk gonad memanjang seperti benang, menempel pada bagian bawah gelembung renang. Butiran

telur pada gonad belum nampak. II Warna testis nampak putih

seperti susu. Bentuknya lebih jelas dari tingkat I. Terlihat menutupi sebagian kecil dari rongga perut.

Gonad berwarna merah tua, permukaannya halus. Ukuran gonad semakin meningkat dan lebih besar dari pada tingkat I dan terlihat menutupi sepertiga dari rongga perut. Butiran telur belum nampak

III Permukaan gonad nampak bergerigi, warna semakin putih. Ukuran testis terlihat menutupi sepertiga dari rongga perut.

Sebagian besar gonad berwarna merah tua dan sisanya Nampak berwarna bergerigi. Testis terlihat pejal menutupi sebagian besar dari rongga perut.

Gonad menutupi hampir keseluruhan rongga perut. Seluruh gonad berwarna merah tua. Usus terdesak butiran telur semakin jelas.

V Sebagian testis mengkerut, berwarna putih seperti susu. Ukuran testis semakin kecil.

Gonad mengkerut. Terdapat sisa telur dari tingkat IV yang bercampur dengan butiran telur halus berwarna merah tua. Juga ditemukan butiran telur sisa pada saluran kelamin.

Hubungan antara faktor fisika kimia lingkungan terhadap tingkat kematangan gonad dianalisis dengan meggunakan metode regresi berganda, yang terakomodasi pada perangkat lunak Microsoft Exel 2007 .

C.Indeks Kematangan Gonad (IKG)

(43)

25

IKG =

x 100 Keterangan :

IKG = Indeks kematangan gonad Bg = Berat gonad (gram) Bt = Berat tubuh total (gram) D.Fekunditas

Fekunditas ikan ditentukan dengan metode grafimetrik yaitu suatu metode dengan cara mengukur berat gonad contoh ikan dibandingkan dengan berat gonad total, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

F

=

x

N

Keterangan :

F = fekunditas

G = berat gonad total (gram) g = berat gonad contoh (gram) N = jumlahtelurcontoh (butir)

Hubungan antara faktor fisika kimia lingkungan dengan fekunditas dianalisis dengan metode regresi berganda yang terakomodasi pada perangkat Microsoft Exel.

E.UkuranPertama Kali Matang Gonad

Untuk menghitung rata-rata panjangikan pertama kali matang gonad atau menghitung rata-rata panjang ikan yang telah mencapai matang gonad 50% dengan memakai formulasi Sperman Karber (Udupa 1986) sebagai berikut:

Keterangan:

(44)

26

Pi = Proporsi dari ikan yang benar-benar matang gonad pada kelas ke-i Pi = ri/ni, jika ni≠ni+1 untuk i=1,2,3,…,k-1

Pi = ri/n, jika n=ni=ni+1 untuk i=1,2,3,…,k-1

ri = Jumlah ikan matang gonad padakelas ke-i; ni = Jumlah ikan pada kelaske-i ; qi = 1-pi. Ragam m dapat ditentukan sebagai berikut:

 Jika ni≠ni+1 untuk i=1,2,3,…,k-1

Ragam (m) = ∑ [ ]

; dimana Qi=1-Pi

 Jika n=ni=ni+1 untuk i=1,2,3,…,k-1

Ragam (m) =

∑ [ ]

Pada selang kepercayaan 95%, maka: √

Selanjutnya untuk mengetahui ukuran ikan saat pertama kali matang gonad (Lm)

dapat dihitung dengan menggunakan antilog m.

F. Hubungan Fekunditas Dengan Panjang Tubuh

Hubungan antara fekunditas dengan panjang tubuh ikan dapat diketahui berdasarkan persamaan sebagai berikut:

F = aLb

Dimana F= fekunditas, L= panjang ikan, a dan b = konstanta.

G.Penentuan Diameter Telur Ikan

(45)

27

anterior. Setelah itu telur diamati di bawah mikroskop yang telah dilengkapi dengan mikrometer okuler.

(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Pola pertumbuhan ikan tembakang adalah allometri positif.

2. Nilai faktor kondisi ikan tembakang jantan maupun betina pada bualan Oktober-Januari tidak berbeda nyata.

3. Pertumbuhan ikan tembakang betina lebih cepat dibandingkan dengan jantan.

4. Perbandingan jantan dan betina ikan tembakang mengalami ketidaksesuaian atau menyimpang dari pola perbandingan jantan dan betina 1:1.

5. Indeks kematangan gonad tembakang tertinggi pada bulan November (3,896 : 15,130).

6. Fekunditas ikan tembakang berkisar antara 1.868-30.058 butir telur 7. Pola pemijahan tembakang termasuk total spawner.

5.2 Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Aimeri. 2007. BudidayaIkan di Pekarangan. Penebar Swadaya .Jakarta

Apridayanti E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kapubaten Malang Jawa Timur. [Tesis] Universitas Diponegoro

Anonim. 2011. Kajian Usulan Kawasan Reservat Ikan Air Tawar Di Kabupaten Tulang Bawang. Fakultas Pertanian. [Proposal] Universitas Lampung: Bandar Lampung

Ball, D. V. dan K. V. Rao. 1984. Marine Fisheries. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi. 250 hal.

Blay, J., and Egeson. 1980. Observation on the Reproductive Biology in the Coastal Water Ghana. Journal Fish biology. (21) : 485-496

Brojo M, Sukimin S, Murtiahsih I. 2001. Reproduksi Ikan Depik (Rasbora tawarensis) di Perairan Danau Laut Tawar, Aceh Tenggah. Jurnal Iktiologi Indonesia, I (2) : 19-23.

Boercherding J, Bauefeld M, Hintzen D and Neumann D. 2002. Lateral migrations of fishes between floodplain lakes and their dramage channels at the lower Rhine: diel and seasonal aspects. Journal of Fish Biology (61):1154-1170

Cuvier. 1829. Helostoma temminkii. http://www.fishbase.org/ summary/

Helostoma -temminkii. html [3 November 2012 pukul 00.00 WIB] de Carvalho P, Bini LM, Thomaz SM, de Oliveira LG, Robertson B, Tavechio

WLG, and Darwisch AJ. 2001. Comparative limnology of South American Floodplain Lakes and Lagoons. Acta Scientiarum Maringa XXIII (2):265-273

Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2005. Klasifikasi Jenis ikan air perairan umum. Deplutkan. Jakarta Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Tulang Bawang. 2011. Renstra

(48)

Duarte, S. And F.G araujo. 2002. Fecundity of the Hypostomus affinis (Siluriformes, Loricariidae) in the Lajes Reservisor, Rio de Janeiro, Brazil. Rev. Biol. Trop. XXXXX (1): 193-197

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.163 hlm

Evy, Ratna. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Gaffar, A.K., A.D.Utomo, dan S. Adjie. 1991. Pola pertumbuhan, makanan dan fekunditas ikan semah (Labeobarbus douronensis) di S. Komering bagian hulu, Sumatera Selatan. Bulletin Penelitian Perikanan Darat. X (1): 17-22.

Gayanilo FC Jr, Sparre P, Pauly D. 2005. FAO-ICLARM Stock Assessment Tools

II (FISAT II). Revised version. User’s guide. FAO Computerized

Information Series (Fisheries) No.8. Rome: FAO. hlm. 52-53, 97-98. Gunarso W. 1989. Bahan pengajaran mikroteknik. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, [Panduan Praktikum] Institut Pertanian Bogor. Bogor

Harmiyati, Desi. 2009. Analisis hasil tangkapan sumberdaya ikan ekor kuning (Caesio cuning) yang didaratkan di PPI Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Skripsi. Manajemen Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Hartoto, D.I., Sarnita, A.S., Sjafei, D.S., Satya, A., Syawal, Y.,Sulastri, Kamal, M.M. & Siddik, Y. 1998. Kriteria evaluasi suaka perikanan perairan darat. Jurnal Perikanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Limnologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : Bogor.

Hartoto, D.I. 2000. Relatoinship of Water Level to Water Quality in an of Oxbow lake of Central Kalimantan. Proceedings of the Internatoinal Symposium on: Tropical Peat Lands Bogor. Indonesia

Hoggarth et al., 1996, De graaf, 2003. Management Guidelines for Asian floodplain river fhiseries. FAO fisheries technica lpaper. Departement For international development of the united kingdom.

(49)

Ikoni RB. 1996. Studie on the growth pattern, feeding habits and reproductive characteristics of the mormyrid Brienomyrus longianalis (Boulenger, 1901) in the upper Warri River, Nigeria. Fisheries Research (26) :187-198

Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rineka Cipta, Jakarta

Lagler, K.F. 1972. Freshwater Fishery Biology. Second Edition. W. M.C. Brown Company Publishers. Dubuque Jowa.

Le cren, E.D. 1951. The length-weight relationship and seasonal cycle in gonad weight and condition in the perch (perca fluviatilis). J. Anim. Ecol., (20) : 201-219

Lim P, Lek S, Touch ST, Mao sam-Onn, and Chhouk B. 1999. Diversity and spatial distribution of freshwater fish in Great lake and Tonle Sap River (Cambodia, Southeast Asia). Aquatic Living Resources XII (6): 379-386

Makmur, S. 2003. Biologi Reproduksi, Makanan, dan Pertumbuhan Ikan Gabus(Channa striata Bloch) di Daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan. [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Makmur S, Rahardjo M.F, Sukimia S. 2003. Biologi Reproduksi Ikan Gabus (Chanastriata Bloch) di Daerah Banjiran Sungai Musi, Sumatra Selatan. Jurnal Iktiologi Indonesia. III (2) : 57-62.

Mashudi, Ediwarman dan Maskur. 2001. Pemijahan ikan tambakan (Helostoma temmincki). Jurnal Perikanan Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi Minto C, and Nolan CP. 2006. Fecundity and maturity of orange roughy

(Hoplostethus atlanticus Collett 1889) on the Porcupine Bank, Northeast Atlantic. Environmental biology of fishes (77):39-50

Moyle PB & Cech JJ. 1988. Fishes an introduction to ichthyology 2nd edition. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, USA.

Nasution, H. S. 2004. Karakteristik Reproduksi Ikan Endemik Rainbow Selebensis (Telmatherine celebensis B). Makalah pengantar falsafa sains. Institut Pertanian Bogor.

Nikolsky G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York. 325 hal.

(50)

13 Maret 1995. Lolitkanwar Palembang. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian

Paugy D. 2002. Reproductive strategies of fishes in a tropical temporary stream of the Upper Senegal basin: Baoulé River in Mali. Aquatic Living Resources 15: 25–35

Pauly D. 1979. Theory and management of tropical multispecies stocks: A review, with emphasis on the Southeast Asian demersal fisheries. ICLARM Studies and Reviews No. 1. Manila: International Center for Living Aquatic Resources Management. Hlm

Pauly D. 1980. On the interrelationships between natural mortality, growth parameters and mean environmental temperature in 175 fish stocks.

Journal du Conseil International pour l’Exploration de la Mer

XXXIX(3):175-192

Pulungan, Putra, Nuraini, Aryani Dan Efiyeldi. 2004. Diktat Fisiologi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru.

Pulungan. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Laboratorium Biologi Perikanan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. Universitas Riau. PekanBaru

Richardson DJ. Berk BC. Ressel DA. Spiro S. Taylor CJ. 2001. Functional Biochemical and Genetic Diversity of Procaryotic Nitrate Reductases. Cell Mol Life Sci. 58:165-178.

Ricker, W.E. 1970. IPB Handbook No.3: Methods fpr assesment of fish production in freswater. Second printing. International Biological Progaramme. Blackwell Scientic Publications. Oxford and Edinburgh London. 313 p

Ridwan. 2004. Biologi Reproduksi Ikan. Penerbit Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan. [Jurnal Perikanan] Universitas Riau.Pekanbaru.

Ronald E. Walpole, (1992), Pengantar Statistik. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Royce, W. F. 1972. Introduction to the Fishery Sciences. Academic Press. Inc. New York. 315 hal.

Rusmana I. 2003. Reduksi Nitrat Disimilatif Pada Bakteri: Isu Lingkungan dan Penerapannya. Jurnal Hayati (4): 158-160.

(51)

Silalahi, J. 2009. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. [Tesis] Universitas Sumatera Utara. 100 hal.

Simanjuntak, C.P.H. 2007. Reproduksi ikan selais (Ompok hypophthalmusBlkr.) berkaitan dengan perubahan hidromorfologi perairan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri. [Tesis] . Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sinaga TP. 1995. Bioekologi Komunitas Ikan di Sungai Banjaran Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. [tesis]. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sofiah, S. 2003. Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Ikan Butini (Glossgobius matanensis Weber) di Danau Towuti, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Utara. Skripsi. Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.

Steel RGD, dan Torrie JH. 1993. Prinsip dan prosedur statistik. Terjemahan Bambang Sumantri. PT. Gramedia. Jakarta

Sommer TD, Harrell WC, Kurth R, Feyrer F, Zeug SC, and O’Leary G. 2004. Ecological pattern of early life stages of fishes in large river-floodplain of the San Francisco Estuary. Am. Fish. Soc. Symp. (39):111-123

Sukendi. 2001. Biologi reproduksi dan pengendaliannya dalam upaya pembenihan ikan baung (Mystus nemurus CV) di perairan Sungai Kampar, Riau. Disertasi. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor

Talwar, P.K. and A.G. Jhingran, 1991. Inland Fishes Of India and Adjacent Countries. Volume 2.A.A. Balkema, Rotterdam

Tjahjo D W H dan Purnamaningtyas S E. 2008. Kajian Kualita air dalam Pengembangan Perikanan di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat. Jurnal Lit. Perikanan Indonesia XVI. (1) : 15-29

Turkmen, M., Haliloğlu, H.I., Erdoğan, O. and Yıldırım, A. 1999. The growth and

reproduction characteristics of chub, Leuciscus cephalus orientalis living in the River Aras. Turkish Journal of Zoology (23) : 355-364.

Tutupoho. 2008. Pertumbuhan Ikan Motan (Thynnichthys Thynnoides Bleeker, 1852) Di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. [Tesis] Institut Pertanian Bogor: Bogor

(52)

Walpole RE. 1995. Pengantar statistika, Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hlm.

Welcomme, RL. 1979: Fisheries Ecology of Floodplain rivers. Longman, london: 317 pp.

Welcomme, RL. 1985: River Fisheries. FAO fish. Tech. Hal. 262:330

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian yang menunjukan alur pemikiran
Gambar 2. Ikan Tembakang (Helostoma temminckii)
Gambar  3. Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 4. Penangkapan ikan tembakang di Rawa Bawang Latak dengan menggunakan alat tangkap “sero”
+2

Referensi

Dokumen terkait

Widya Dalam Penelitian  Menggunakan Rahmawati peneltian ini pengembangan metode 2015 dengan melakukan ini Research and judul pengembangan menghasilkan Development

Di dalam masyarakat Kelurahan Kampung Bugis dan Kelurahan Senggarang dimana masyarakatnya yang terdiri dari berbagai etnik dan agama, bisa membangun toleransi itu dengan

kurang efektif dapat menimbulkan perilaku agresif, sedangkan mereka yang memiliki regulasi diri efektif akan lebih mampu mengendalikan dirinya (DeWall, C.N., Baumeister,

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya oleh Abdul Highe Khan, Ahasanul Haque, Muhammad Sabbir Rahman (2013), dimana pada penenlitian ini kualitas

Bentuk dapat mempengaruhi kemungkinan dicernanya mikroplastik oleh organisme pelagis (Boerger et al. Untuk kandungan mikroplastik berdasarkan tipe mikroplastik yang

Onny Widjanarko, kepala departemen kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa rencana penggunaan mata uang digital masih dalam tahap awal dan

Berdasarkan hasil analisis data mengenai studi kepuasan konsumen yang terdiri dari kepuasan produk, kepuasan harga, kepuasan pelayanan terhadap keputusan pembelian

Analisis dokumen dilakukan melalui kajian dokumen yang terkait dengan pengembangan model pembelajaran matematika di sekolah dasar. Dokumen yang dikaji meliputi: 1)