Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan Dan
Tingkat Komunikasi Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga
Dalam Kegiatan Posyandu
(Studi di Kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung)
OLEH
DESTY MANDRIANA
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI
Pada Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
with the participation of housewife in the posyandu
(studies in village langkapura district langkapura, Bandar Lampung)
By
Desty Mandriana
Posyandu is a vehicle for channeling the aspirations of the community in the areas of health and family planning and other development sectors to achieve a goal, then the role of women especially housewife are required in order to participate.
This study aims to determine the relationship between the level of education, level of income and level of communication with the participation of housewife in the neighborhood health center activities. The study was conducted in the Village District of Langkapura Langkapura Dublin, this type of research is Quantitative Research. The population in this study is houswife who have children under five stairs totaling 230 housewife. The sampling technique was done by using quota sampling so that the sample used 46 mothers households or 20% of the number of members of the population.
Research addressing that there is a significant relationship between the level of education of respondents with participation in activities posyandu. There was no significant relationship between respondents' income level with participation in activities posyandu. There is a significant relationship between the level of communication with the respondents' participation in activities posyandu.
With its proven this research, we should be able to instill that mothers participating housewife in each activity is needed to support the success of a development, especially in the field of health.
ABSTRAK
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan Dan Tingkat Komunikasi Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu
Oleh
DESTY MANDRIANA
Posyandu merupakan wahana penyaluran aspirasi masyarakat di bidang kesehatan dan Keluarga Berencana serta bidang pembangunan lainnya untuk mewujudkan suatu tujuan, maka peranan wanita khususnya ibu rumah tangga dituntut agar dapat turut berpartisipasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat komunikasi dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu.Penelitian dilakukan di Kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura Bandar Lampung, tipe penelitian ini merupakan Penelitian Kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai anak balita yang berjumlah 230 ibu rumah tangga. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik quota sampling sehingga sampel yang digunakan 46 ibu-ibu rumah tangga atau 20% dari jumlah anggota populasi.
Hasil Penelitian menujukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan partisipasinya dalam kegiatan posyandu. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan responden dengan partisipasinya dalam kegiatan posyandu. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat komunikasi responden dengan partisipasinya dalam kegiatan posyandu.
Dengan terujinya penelitian ini, sebaiknya dapat kita tanamkan bahwa keikutsertaan ibu-ibu rumah tangga dalam setiap kegiatan sangat diperlukan guna menunjang berhasilnya suatu pembangunan khususnya di bidang kesehatan.
Halaman
ABSTRAK ...i
HALAMAN JUDUL ...ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...iii
HALAMAN PENGESAHAN ...iv
SURAT PERNYATAAN ...v
RIWAYAT HIDUP ...vi
MOTTO ...vii
PERSEMBAHAN ...viii
SANWACANA ...ix
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ...xi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...6
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan ...8
B. Tingkat Pendidikan ...11
C. Tingkat Pendapatan ...16
D. Tingkat Komunikasi ...19
E. Partisipasi lbu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu ...21
F. Hubungan Konseptual antar Variabel ...27
G. Skematika Hubungan Antar Variabel ...33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ...36
B. Definisi Konseptual ...37
C. Definisi Operasional Variabel ...37
D. Populasi Penelitian ...45
E. Sampel dan Tehnik Sampling ...45
F. Teknik Pengumpulan Data ...46
G. Teknik Pengolahan Data ...48
H. Tehnik Analisa Data ...49
I. Penentuan Skor Jawaban ...50
BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN LANGKAPURA A. Sejarah Singkat Kelurahan Langkapura ...51
B. Keadaan Umum ...52
C. Kependudukan ...53
D. Pemerintahan ...57
E. Sarana dan Prasarana ...57
F. Kegiatan PKK Kelurahan Langkapura ...58
G. Perangkat Kelurahan ...58
H. Aparat Kelurahan Lainnya ...58
I. Organisasi Masyarakat Lainnya ...58
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...59B. Saran ...88
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 1 Tingkat Umur Responden...59
2. Tabel 2 Tingkat Pendidikan Responden...60
3. Tabel 3 Tingkat Pendapatan Keluarga Respoden...62
4. Tabel 4 Tingkat Komunikasi Penelitian...63
5. Tabel 5 Tingkat Partisipasi Responden Dalam Kegiatan Posyandu...64
6. Tabel 6 Tingkat Pendidikan dan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu...66
7. Tabel 7 Tingkat Pendapatan dan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu...67
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Pembangunan manusia seutuhnya tidak
dapat terlepas dari seluruh segi kehidupan keluarga dimana ia berada. Hal ini kita lakukan
melalui pembangunan di segala sektor dalam tahapan demi tahapan, dengan harapan
dapat membuahkan manusia Indonesia yang utuh.
Pembangunan kesehatan masyarakat mempunyai ruang lingkup yang luas yang meliputi
usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan. Masyarakat secara aktif terorganisir untuk
mempertinggi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Adapun tujuan pembangunan
kesehatan sebagaimana ditegaskan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah
tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Sebaliknya berhasilnya suatu pembangunan sangat
tergantung pula kepada partisipasi seluruh rakyat yang berarti pembangunan kesehatan
2
Dari uraian di atas berarti dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dituntut
untuk berpartisipasi aktif, hal ini agar pembangunan itu dapat berjalan dengan baik, dan
dengan demikian tujuan pembangunan dapat tercapai dengan baik pula sesuai dengan apa
yang diharapkan. Salah satu bentuk nyata dari kegiatan PKMD (Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa) melalui wadah penggerak LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa) adalah dibentuknya Pos pelayanan Terpadu (Posyandu) oleh masyarakat dengan
dibantu oleh petugas kesehatan. Kegiatan upaya kesehatan dalam ruang lingkup PKMD
diselenggarakan oleh kader atau tenaga yang dipilih dan dibiayai oleh masyarakat serta
diberi latihan-latihan yang memadai agar mampu melakukan hal-hal yang sederhana
tetapi bermanfaat sesuai dengan prioritas dan kondisi masyarakat.
Usaha penyelenggaraan posyandu KB Kesehatan pada dasarnya merupakan salah satu
wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang juga selaras dengan
tujuan pembangunan kesehatan yaitu menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Salah satu ilmu yang dikaitkan dengan kesehatan dan mempelajari atau mengkaji
masalah makanan disebut ilmu gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah
ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh
dan energi serta diekskresikan sebagai sisa. (Ahmad Djaeni, 1987).
Dari perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan, pemilihan, pengolahan,
sampai dengan penyajian makanan tersebut. Dari batasan tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa ilmu gizi itu mencakup dua komponen penting yaitu makanan dan
kelompok bayi dan balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur
status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita (bayi dan anak balita). Selama ini
telah banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut, dan masing-masing ahli
mempunyai argumentasi sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.
Studi-studi telah menguji berbagai pengukuran status gizi dan membuat berbagai
rekomendasi. Waterlow (1973) menyarankan, untuk pengukuran status gizi pada saat ini
digunakan ukuran berat badan per tinggi badan. Sedangkan ukuran tinggi badan per umur
hanya cocok untuk mengukur status gizi pada saat yang lalu. Ia menyebutkan pula bahwa
berat badan per umur berguna bagi pengukuran seri untuk anak dibawah 1 tahun.
Selanjutnya melalui posyandu KB-Kesehatan, masyarakat sekaligus dapat memperoleh
pelayanan dasar paripurna dalam Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan, karena pos
pelayanan terpadu merupakan bentuk operasional dari keterpaduan KB-Kesehatan,
dimana terdapat pertemuan antara pelayan profesional (kader) yang diselenggarakan atas
usaha masyarakat.
Dari kader-kader pembangunan desa inilah nanti diharapkan dapat bertindak sebagai
aparat untuk semakin meratanya jangkauan pelayanan pemerintah kepada masyarakat
disamping tugas menggalakkan peran serta masyarakat. Kepada mereka pula senantiasa
diberikan tambahan pengetahuan dan pedoman agar pelaksanaan tugasnya menjadi
4
Pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat
mencakup aspek yang sangat luas yang tidak mungkin secara terus-menerus menjadi
beban pemerintah. Dari tahun ke tahun masyarakat harus di arahkan dari obyek
pembangunan menjadi subyek pembangunan. Untuk itu partisipasi masyarakat senantiasa
ditingkatkan khususnya peranan ibu rumah tangga dalam keluarga seperti ditegaskan oleh
presiden tanggal 24 Agustus 1983 dalam surat keputusan Menteri Negara. Urusan
Peranan Wanita No 10/KSP/MEN UPW/VIII /1983 yang berbunyi sebagai berikut:
Dalam mendorong, menggerakkan dan menggairahkan masyarakat untuk pembangunan itu, perhatian besar perlu terus-menerus diberikan kepada kaum wanita. Tanpa ikut sertanya kaum wanita, maka pembangunan kita akan berjalan pincang, Peranan kaum wanita itu besar, maupun karena peranannya sebagai ibu yang juga besar dalam keluarga.
Dengan konsepsi seperti di atas berarti dalam rangka melaksanakan pembangunan
masyarakat khususnya kaum wanita di tuntut pula untuk berpartisipasi aktif, hal ini agar
pembangunan itu dapat tercapai dengan baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dalam kenyataannya di masyarakat, sering kita jumpai seseorang atau sekelompok orang
yang belum pernah mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan/kader kesehatan
tetapi ia turut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu yang diadakan oleh kader
kesehatan tersebut.
Namun sebaliknya individu yang bersangkutan pernah mendapatkan penyuluhan tetapi
karena sikapnya acuh atau pasif ia tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu
tersebut. Dalam hal ini tingkat komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting
tetap ia aktif mengadakan komunikasi baik itu secara langsung kepada petugas kesehatan
atau kepada kader kesehatan desa maupun secara tidak langsung melalui media massa,
maka ia akan mengerti akan manfaat kesehatan. Dan dengan demikian maka ia akan turut
berpartisipasi dalam kegiatan posyandu yang ada dalam wilayahnya.
Sehubungan dengan partisipasi atau keikutsertaan masyarakat khususnya ibu-ibu rumah
tangga dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura
Bandar Lampung, terdapat 230 lbu rumah tangga yang mempunyai anak balita dan
memiliki 6 Posko Posyandu. (Kantor Kelurahan Setempat).
Penulis ingin mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan
tingkat komunikasi dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu.
Kendati banyak faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu-ibu rumah tangga tersebut,
namun dalam penelitian ini penulis hanya akan mengkaji faktor tingkat pendidikan,
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah tingkat pendidikan mempunyai hubungan positif dengan partisipasi ibu
rumah tangga dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Langkapura Kecamatan
Langkapura Bandar Lampung.
2. Apakah tingkat pendapatan keluarga mempunyai hubungan positif dengan partisipasi
ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu.
3. Apakah tingkat komunikasi ibu rumah tangga mempunyai hubungan positif dengan
partisipasi mereka dalam kegiatan posyandu.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat komunikasi dengan partisipasi ibu
rumah tangga dalam kegiatan posyandu.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat komunikasi dengan partisipasi ibu
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukkan bagi instansi terkait dari
posyandu-posyandu yang ada di wilayah penelitian.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi wanita khususnya
ibu-ibu rumah tangga dalam pembangunan kesehatan keluarga ataupun kesehatan
masyarakat.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan pembaca
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu
keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat
keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda,
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam
masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
1. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari
kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai
dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang
2. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti
bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama
adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran
perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan
pendidikan perempuan yang semakin baik.
3. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.
Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap
lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan
kesejahteraan seluruh masyarakat.
4. Pekerjaan dan penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang
akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan
dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat
mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu
10
Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga
dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980: 10) ada 4 poin
yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari
luar/lingkungan, yaitu:
1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga
masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam
masyarakat dengan sistem di luarnya;
2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga,
pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang
menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya
partisipasi masyarakat;
3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan
struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan
mendorong terjadinya partisipasi sosial;
4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam
keluarga masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang
memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa,
B. Tingkat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup manusia yang
juga merupakan cara untuk mengubah keadaan manusia, untuk
meningkatkan taraf hidupnya, menyehatkan pandangan hidupnya dan
merupakan pembangunan fisik dan mental.
Pendidikan juga berarti sebagai daya upaya untuk memberikan tuntunan
pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagian hidup lahir dan batin yang setinggi-tingginya
(Ki Hajar Dewantoro). Menurut M. Noor Syam, bahwa pendidikan
mempunyai beberapa pengertian, yaitu :
1. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan menimba potensi-potensi pribadinya yaitu
rohani (pikir, karsa, cipta dan budi nurani) dan Jasmani (panca lndera
serta keterampilan-keterampilan).
2. Pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan
tujuan (cita-cita) pendidikan, isi sistem dan organisasi pendidikan.
12
3. Pendidikan merupakan pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh
perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam
mencapai tujuannya.Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat
kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan (Tim
Dosen FIP-IKIP Malang, 1980:7).
Sedangkan dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR 1973, dikatakan bahwa
sebagai berikut:
“Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk Mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu agar pendidikan dapat dimiliki seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing perorangan, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat di tarik suatu
pengertian bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dari manusia untuk
mengembangkan kepribadiannya dan kemampuannya, di dalam dan di luar
sekolah.
Menurut Santoso. S. Hamijoyo adalah sebagai berikut:
“Pendidikan adalah suatu proses yang diusahakan dengan sengaja dalam masyarakat untuk mendidik, membina, membangun individu dalalm lingkungan sosial dan alamnya supaya secara bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong kearah perubahan dan kemajuan (Santoso S. Hamijoyo, 1977:12).
Dengan konsepsi seperti di atas, berarti pendidikan merupakan pemberian
tuntunan pada segala kekuatan yang ada pada masyarakat. Pada dasarnya
Jadi penyelenggaraan pendidikan itu diutamakan untuk membentuk manusia
pembangunan yang memiliki kecakapan, keterampilan yang sesuai dengan
keperluan pembangunan. Sehingga hasil pendidikan dapat berguna dan
relevan dengan kebutuhan pembangunan.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat hidup.
Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan tercermin dalam
perilaku kehidupannya sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendidikannya
maka seseorang akan semakin maju dalam segala hal, temasuk dalam
kemampuan berfikirnya. Pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki
oleh ibu rumah tangga dalam praktek kehidupannya akan terlihat adanya
keseimbangan.
Pendidikan itu sendiri rnemiliki jenjang/tingkatan yang didasarkan pada
ijazah terakhir yang telah dimilik seseorang dalam hal ini yaitu ibu-ibu
rumah tangga. Adapun jenjang/tingkatan itu seperti :
a. Pendidikan sekolah dasar
b. Sekolah lanjutan tingkat pertama
c. Sekolah lanjutan tingkat atas
14
3. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan erat hubungannya dengan tujuan negara pendorong
untuk kemajuan suatu bangsa terutama tentukan oleh peranan
pendidikan di negara itu sendiri didalam Tap MPR No. II /MPR/1983
Ditegaskan bahwa :
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Esa kecerdasan, keterampilan, memperingati budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembanguan bangsa.
Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan negara dan tujuan pendidikan itu
erat sekali hubungannya dan tidak saling bertentangan satu dengan yang
lainnya. Adapun tujuan negara indonesia untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan dilain pihak tujuan pendidikan adalah untuk membentuk
manusia Pancasila yang dapat membangun dirinya sendiri dan
masyarakat Indonesia.
Kemudian dalam Undang-Undang No. IV tahun 1950 Bab II pasal 3
tentang tujuan pendidikan dan pengajaran menyatakan, bahwa bertujuan
pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap
dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dengan demikian maka jelaslah
dalam tujuan itu bahwa manusia indonesia di didik sebagai individu dan
Sebagai makhluk individu ia harus dikembangkan menjadi manusia yang
susila dan sebagai makhluk sosial ia harus menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
tanah air.
4. Fungsi Pendidikan Dalam Masyarakat
Sejak seseorang itu lahir ia telah mempunyai sifat-sifat keturunan, tetapi
ia tidak berdaya dan tidak mampu baik secara fisik maupun mental karena
yang ada baru merupakan benih yang perlu dikembangkan. Semua
anggota jasmaninya membutuhkan bimbingan untuk pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan iramanya masing-masing sampai suatu saat
nanti mereka mampu membimbing dirinya sendiri. Dengan demikian
pendidikan sangatlah penting karena selain untuk mengembangkan diri
juga supaya dapat berfikir dan berprilaku lebih maju dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut pendapat Zakiah Darajat mengatakan bahwa : pendidikan itulah
yang banyak menentukan hari depan seseorang, apakah ia akan bahagia
atau menderita, apakah ia akan menjadi orang baik ataukah akan menjadi
jelatang, masyarakat (1977 : 64). Dari kutipan di atas berarti melalui
pendidikan maka kita dapat meningkatkan ilmu pengetahuan,
16
Manusia terdidik adalah pemegang nilai-nilai dan norma-norma
kehidupan, untuk dapat meningkatkan kemajuan dan perbaikan dalam
suatu masyarakat maka diperlukan suatu teknologi, agar dapat memahami
dan menggunakan teknologi bersebut maka dibutuhkan pendidikan baik
formal maupun informal.
Pendidikan merupakan pondasi dari segala-galanya, oleh sebab itu
pendidikan sangat perlu bagi manusia yang mana merupakan suatu proses
pewarisan alih generasi berupa percakapan, keterampilan, pengalaman
dan pengetahuan kepada generasi berikutnya agar dapat hidup dalam
pergaulan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Soegarda
Poerbakawatja yang menyebutkan bahwa : “Pendidikan merupakan segala
usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi
muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi kehidupannya dalam
pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya” (1980 :11).
Untuk itu makin baik pendidikan seseorang maka ia makin maju
menghadapi kehidupan dalam masyarakat, selain itu pula pendidikan itu
akan dapat merubah perilaku seseorang dimana pikirannya dipengaruhi
tingkat pengetahuan guna meningkatkan mutu kehidupan masyarakat
yang lebih baik, dan pendidikan dapat mendorong seseorang untuk lebih
C. Tingkat Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan, perolehan. Jika kita berbicara masalah
pendapatan maka kita berasosiasi kepada apa yang disebut hasil. Pendapatan
yang dimaksud adalah yang ada berhubungannya dengan masalah hasil,
seperti halnya dengan income, pendapatan juga merupakan arus kesempatan
untuk membuat pilihan-pilihan diantara berbagai alternatif penggunaan
sumber-sumber yang langka (Masri Singarimbun dan DH. Penny, 1984:40).
Pendapatan dalam penelitian ini adalah pendapatan keluarga dalam satu bulan
yang mana pendapatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Adapun pengertian pendapatan keluarga atau pendapatan rumah tangga
dapatlah disimak dari kutipan sebagai berikut :
Dapatlah dikatakan juga bahwa pendapatan rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan informal dan pendapatan subsisten. Pendapatan formal ialah penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok, Pendapatan informal adalah penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokoknya. Pendapatan subsisten ialah penghasilan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang (Mulyanto Sumardi- & Hans Dieter Evers, 1985 : 323)
Dari kutipan di atas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
istilah pendapatan dalarn penelitian ini adalah penghasilan riil yang
merupakan penjumlahan dari keseluruhan pendapatan formal, pendapatan
informal dan pendapatan subsisten dari seluruh anggota rumah tangga yang
disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan di
18
Dengan demikian jelaslah tinggi atau rendahnya tingkat pendapatan yang
diperoleh suatu rumah tangga sangat menentukan sekali bagi terpenuhinya
kebutuhan hidup di dalam rumah tangga tersebut.
Menurut I. Gusti Swalem mengernukakan sebagai berikut :
“Besarnya hasil perkapita mempengaruhi ketenangan anggota desa untuk diajak membangun. Penghasilan perkapita yang besar berpengaruh kepada pendidikan anak-anaknya. Mereka tidak dikejar-kejar oleh rasa kekurangan sandang dan pangan. tetapi apabila sebaliknya, daerahnya sempit, penghasilkan kurang, sehari-hari tidak cukup, jangankan mengharapkan pembangunan akan berjalan lancar”. (Made wahyu suteja & I Gusti Ketut Swalem, 1981 : 59).
Dari kutipan di atas, dapatlah diketahui bahwa tingginya tingkat pendapatan
yang diperoleh suatu rumah tangga sangat memberikan peluang kepada
seluruh anggota rumah tangga untuk dapat berpartisipasi dalam
pembangunan.
Demikian sebaliknya jika pendapatan yang diperoleh suatu rumah tangga
rendah maka peluang untuk berpartisipasi dalam pembangunan akan sulit
diperoleh. Pendapatan masyarakat antara satu sama lain berbeda-beda
tergantung jenis atau profesi pekerjaan yang dilakukan sehingga variasi
tingkatan pendapatannya dapat berbeda-beda. Pendapatan yang dihasilkan
dari pekerjaan yang dilakukan ada yang dibayarkan per hari, mingguan atau
bulanan sehingga pendapatan inilah yang akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup baik keperluan makan atau keperluan lain seperti untuk
keberlanjutan pendidikan anak yang merupakan suatu investasi untuk masa
Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS, 2008)
membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah:
1. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata
lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan
2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara
Rp. 2.500.000,00 – s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan
3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara
Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata
Rp.1.500.000,00 per bulan
D. Tingkat Komunikasi
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat, yaitu:
1. Adanya kontak sosial
2. Adanya komunikasi
Kata kontak berasal dari bahasa latin “con” atau “cum” yang artinya
bersama-sama dan “tango” yang artinya menyentuh, jadi artinya secara hurufiyah
adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila
terjadi hubungan badaniah, namun sebagai gejala sosial itu tidak perlu, berarti
suatu hubungan badaniah, oleh karena itu orang dapat mengadakan hubungan
20
Contohnya dengan perkembangan tekhnologi maka orang dapat berhubungan
melalui telepon, radio, surat kabar, dan lain-lain. Namun yang dimaksud
dengan kontak media massa di dalam penelitian ini adalah hubungan
seseorang dengan media komunikasi massa.
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan-pesan disalurkan dari sumber
kepada penerima. Dengan kata lain komunikasi adalah pemindahan ide-ide
dari sumber dengan harapan akan merubah tingkah laku penerima (Everet M.
Rogers, F. Floyd Shoemaker, 1986: 27).
Sedangkan menurut Carl L. Hovland,
“communication as the process by wich.an individual the comunication) transmits stimuly (usualy-verbal symbol) to modify the behavior of the other individuals (comunicateer)”.
Artinya,
Komunikasi adalah merupakan proses bagaimana sesorang menyampaikan rangsangan (yang biasinya berupa lambang-lambang dalam bentuk kata-kata), guna merubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan) “ (Onong U. Effendi, 1981: 12).
Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan,
bahwa komunikasi adalah suatu proses pemindahan ide-ide baru dari sumber
kepada penerima dan ide tersebut dapat menjadi rangsangan yang akan
Dalam proses komunikasi ini ada dua macam, yaitu komunikasi secara
langsung antara dua orang atau komunikasi tatap muka, misalnya: pertemuan
kelompok. Namun ada pula yang terjadi secara tidak langsung, atau dengan
kata lain melalui media, dimana media tersebut memungkinkan dapat
menghubungkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar yang
dapat menembus batasan waktu dan ruang, disebut sebagai media komunikasi
massa atau media massa sebagai contohnya radio, film, surat kabar, dan
sebagainya (Everett Rogers & F, Floyd Shoemaker, 1986:118).
Dengan demikian yang dimaksud dengan kontak dengan media komunikasi
massa dalam penelitian ini adalah kedalaman atau intensifnya seseorang
berhubungan dengan media komunikasi massa.
2. Diagram Proses Komunikasi
SUMBER pesan saluran PENERIMA
Umpan balik
E. Partisipasi lbu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu
1. Pengertian Partisipasi
Partisipasi berarti ikut serta yang dimaksud ikut serta disini adalah ikut
sertanya seseorang, sekelompok orang atau masyarakat didalam suatu
22
Dengan demikian berarti keikutsertaan tersebut bukanlah hanya sekedar
ikut aktif secara tidak menentu, tetapi benar-benar ikut membantu
kelancaran dari suatu aktivitas dalam menjalankan atau melaksanakan
program tertentu dalam usaha mencapai cita-cita bersama. Selain itu juga
partisipasi menunjukkan adanya suatu gejala kehidupan demokratis di
dalam masyarakat ataupun pemerintahan.
Menurut Soegarda Poerbakawatja, pengertian partisipasi yaitu:
Partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana orang diikut sertakan didalam perencanaan serta pelaksanaan suatu gejala yang berpusat kepada kepentingan dalam ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan atau tingkat kewajibannya. Partisipasi ini terjadi baik dibidang fisik maupun di bidang mental, serta bidang-bidang penentuan kebijaksanaan " (1976: 09).
Dari pengertian di atas berarti partisipasi ini sangat penting dalam
menciptakan atau mencapai tujuan yang telah di tentukan selain itu
partisipasi juga merupakan suatu petunjuk adanya kehidupan demokratis
dari masyarakat ataupun pemerintah. Pemerintah memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya, bagi setiap warga negara pria dan wanita dalam
kedudukan yang sama, bahkan kedudukan dan partisipasi wanita dalam
pembangunan sangatlah berperan dalam memperkokoh landasan dan
Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces).
Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidak seimbangan antara kedua
kekuatan tersebut di dalam diri seseorang.
Sehingga ada kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri
seseorang itu, yakni:
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya
stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya
perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau
informasi-informasi.
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya
stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
2. Jenis-Jenis Partisipasi
Yang dimaksud jenis partisipasi yakni macamnya sumbangan yang
diberikan orang atau kelompok yang berpartisipasi. Disini diperinci
menurut jenis-jenisnya yakni sebagai berikut :
1. Partisipasi buah pikiran yakni sumbangan pemikiran, pengalaman
dan pengetahuan yang dapat disumbangkan untuk kepentingan,
24
2. Partisipasi tenaga, artinya besarnya tenaga masyarakat dapat
dibuktikan oleh berbagai bentuk hasil kerja manusia yang nampak
dengan jelas jadi anggota yang menyumbangkan tenaganya dalam
proses mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Partisipasi harta benda, yang diberikan anggota dalam berbagai
kegiatan demi kelancaran pelaksanaan program yang telah
ditetapkan anggota dalam rangka usaha mencapai tujuan yang
diinginkan.
4. Partisipasi kemahiran dan keterampilan, yaitu apapun yang
disumbangkan dalam bentuk keterampilan dan kemahiran demi
usaha mencapai-tujuan yang diinginkan.
5. Partisipasi sosial, yaitu yang diberikan anggota sebagai tanda
keguyuban, misalnya turut melayat orang meninggal, turut
berkoperasi dan sebagainya. (Santoso S. Hamijoyo & A. Iskandar,
1974 :6).
Kalau kita tinjau pengertian partisipasi seperti yang tertera dalan buku
pembinaan partisipasi sosial masyarakat, sebagai berikut: keikutsertaan
atau keterlibatan dari anggota masyarakat dalam mencapai tujuan
(1981:10). Dalam penelitian ini penulis membatasi pengertian partisipasi,
yaitu keikut sertaan anggota masyarakat dalam hal ini yaitu ibu-ibu rumah
tangga dalam kegiatan posyandu di desa tersebut, baik itu Partisipasi
Adapun dimensi-dimensi partisipasi adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi dalam proses penentuan arah strategi dan kebijaksanaan
dalam rangka usaha-usaha mencapai tujuan.
b. Partisipasi dalam memikul beban dan bertanggung jawab dalam
pelaksanaan kegiatan.
c. Partisipasi dalam memetik hasil dan manfaat dari usaha-usaha yang
telah dilakukan (Santoso S. Hamijoyo & A. Iskandar, 1974:11).
Dalam usaha menumbuhkan partisipasi, dilaksakan penerangan,
pengarahan, bimbingan dan pembinaan terhadap masyarakat mengenai arti
dari pada keikut sertaan mereka, serta menyelenggarakan komunikasi
sosial yang memungkinkan terjadinya dialog yang luas, bebas, jujur,
terbuka dan bertanggung jawab.
3. Pengertian Posyandu
Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia yang sangat
diperlukan untuk pembangunan nasional perlu dilakukan berbagai upaya
yang berdayaguna (efektif) dan berhasilguna (efisien). Salah satu upaya
tersebut di bidang kesehatan ialah menurunkan angka kematian bayi dan
anak balita serta angka ke suburan, untuk memantapkan penerimaan norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). untuk itu perlu
dikembangkan pendekatan srategis berupa pelayanan terpadu yang dalam
26
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat
sekaligus memperlancar pelayanan kesehatan secara terpadu (Dinas
kesehatan, 1987 : 11). Dengan pengertian di atas berarti posyandu adalah
upaya pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana secara terpadu yang
berasal dari masyarakat, untuk masyarakat, dan oleh masyarakat, bila perlu
dibantu oleh petugas, dijiwai oleh semangat gotong royong dan
musyawarah mufakat untuk mencapai kemandirian.
4. Tujuan Diadakannya Posyandu
Kegiatan keterpaduan diwujudkan dalarn bentuk pos pelayanan terpadu
semua posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat
dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Dalam
pengembangannya posyandu dapat dibina menjadi satu forum komunikasi
dan pelayanan di masyarakat.
Adapun posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera).
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lainnya. (Departemen
Dengan demikian posyandu merupakan wahana penyaluran aspirasi
masyarakat di bidang kesehatan dan Keluarga berencana serta bidang
pembangunan lainnya untuk mewujudkan suatu tujuan maka peranan
wanita khususnya ibu rumah tangga dituntut agar dapat turut berpartisipasi
di setiap kegiatan, dalam hal ini khususnya kegiatan posyandu karena
dengan semakin aktifnya ibu-ibu dalam kegiatan posyandu maka semakin
banyak pengetahuan yang ibu peroleh, dalam hal ini pengetahuan tentang
kesehatan.
Namun demikian partisipasi tersebut tidak bersifat pasif, dalam arti ibu
hanya sekedar hadir dalam kegiatan tersebut. Misalnya saja dalam
kegiatan penyuluhan, sebaiknya ibu dapat aktif mengikutinya dimana
ibu-ibu dapat mengeluarkan sumbangan pikiran dalam arti ibu-ibu dapat bertanya
dan ibu dapat memberikan masukan-masukan untuk posyandu tersebut.
Dengan demikian maka pihak petugaspun merasa senang, karena ibu-ibu
aktif mengikutinya.
Selain kegiatan penyuluhan tersebut, ibu-ibu dapat memanfaatkan
posyandu sebagai upaya pelayanan kesehatan secara terpadu. dimana
dalam kegiatannya tidak hanya memberikan penyuluhan saja tetapi juga
memberikan pelayanan imunisasi dan pemberian penambahan gizi pada
anak balita.
Dalam kegiatan ini ibu-ibu dianjurkan membawa anak balita ibu ke
posyandu untuk melakukan penimbangan setiap bulannya, guna untuk
28
Dengan demikian semakin aktif ibu-ibu mengikuti kegiatan tersebut, maka
akan menambah pengetahuan, pengalaman yang ibu peroleh. Dan dengan
demikian ibu akan mengerti akan akan sehat dan selanjutnya ibu akan
selalu membiasakan diri untuk selalu hidup sehat.
F. Hubungan Konseptual antar Variabel
1. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu
Menurut R. A. Santoso Sastropoetror't bahwa keikutsertaan seseorang,
dalam suatu kegiatan tertentu akan sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, ( 1988 : 22). Hal ini disebabkan karena pendidikan
memberikan pengetahuan-pengetahuan baru yang didasarkan pada
pemikiran rasional, sehingga hal ini akan merubah sikap seseorang. Jadi
pendidikan itu sndiri merupakan proses pembinaan pengetahuan sikap
dan perbuatan manusia dalam rangka mempengaruhi dan merubah
pergetahuannya sesuai dengan tujuannya. Dengan demikian maka
paitisipasi seseorang dalam suatu kegiatan berhubungan dengan tingkat
pengetahuan yang dimilikinya.
Kita ketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang umumnya memiliki
tingkat pendidikan yang rendah, akibat pendidikannya rendah maka
mereka pemgetahuan yang mereka miliki juga rendah. Sehingga mereka
akan sulit mengerti atau memahami manfaat adanya posyandu di desa
Tetapi ada pula mereka yang rendah tingkat pendidikannya namun
pengetahuan tentang posyandu cukup, maka mereka akan cenderung
tinggi pula partisipasinya dalam kegiatan posyandu.
Pendidikan juga merupakan sarana untuk meningkatkan motivasi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Semakin
tinggi pendidikan yang sudah dilalui tentu akan memberikan dampak
positif terhadap partisipasi masyarakat.
Rendahnya pemahaman menyebabkan kurangnya partisipasi. Tinggi
rendahnya partisipasi disebabkan oleh kesadaran dirinya seperti dari cara
berfikir, pengaruh kemauan, pertimbangan dan lainnya. Semua pengaruh
dari dalam dirinya ini sangat terkait dengan ilmu yang dimiliki melalui
pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan
mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasinya dalam kegiatan
posyandu.
Teori Koneksionisme
Edward Lee Thorndike adalah tokoh psikologi yang mampu memberikan
pengaruh besar terhadap berlangsungnya proses pembelajaran. Teorinya
dikenal dengan teori Stimulus-Respons. Menurutnya, dasar belajar adalah
asosiasi antara stimulus (S) dengan respons (R). Stimulus akan memberi
kesan ke-pada pancaindra, sedangkan respons akan mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan. Asosiasi seperti itu disebut Connection.
30
2. Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu
Tinggi Rendahnya pendapatan yang diperoleh suatu rumah tangga sangat
berhubungan sekali bagi terpenuhinya kebutuhan hidup di dalam rumah
tangga tersebut.
Adapun kebutuhan hidup yang paling utama dan sedapat mungkin, harus
terpenuhi adalah kebutuhan pokok. Menurut pendapat yang dikemukakan
oleh Samir Ridwan dan Torkel Arfthan, yang dimaksud dengan
kebutuhan pokok adalah meliputi: (1) Makanan, (2) Pakaian, (3)
Perumahan, (4) Kesehatan, (5) Pendidikan, (6) Air dan Sanitasi, (7)
Transportasi, (8) Partisipasi (Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers ,
1985 2) .
Dari rincian kebutuhan pokok di atas, dengan ditempatkannya partisipasi
kedalam salah satu bagian tersebut berarti partisipasi merupakan suatu hal
yang sedapat mungkin harus terpenuhi di dalam rumah tangga, hal ini
tentunya sangat tergantung dari tinggi atau rendahnya tingkat pendapatan
yang diperoleh rumah tangga yang bersangkutan.
Dengan demikian secara tidak langsung, tingkat pendapatan rumah tangga
akan mempengaruhi partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan
Apabila kita berbicara tingkat pendapatan dan partisipasi, maka mereka
yang berpendapatan tinggi cenderung tinggi pula partisipasinya dalam
kegiatan posyandu dan sebaliknya mereka yang berpendapatan rendah
maka mereka cenderung rendah pula partisipasinya. Dan jelaslah bahwa
tingkat pendapatan rumah tangga akan berhubungan dengan
partisipasinya dalam kegiatan posyandu.
Teori (Milton Friedman)
Teori ini disampaikan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini pendapatan
masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen
(permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income) dengan
definisi sebagai berikut:
1) Pendapatan permanen ialah pendapatan yang orang harapkan
untuk terus bertahan di masa depan.
2) Pendapatan sementara ialah pendapatan yang tidak bisa
diperkirakan sebelumnya.
Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan
sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat.
3. Hubungan Tingkat Komunikasi Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu
Menurut Alex Inkeles, bahwa berdasarkan hasil penelitiannya mereka
yang dihadapkan pada media komunikasi memiliki lebih banyak sikap
32
Dengan demikian berarti bahwa media komunikasi massa berhubungan
dengan sikap seseorang. Sebab dengan adanya komunikasi pada
seseorang, maka berarti ia menerima informasi-informasi baru dan dengan
adanya informasi-informasi tersebut setidaknya dapat meluaskan
pandangan individu, baik itu secara langsung maupun secara tidak
langsung dengan semakin banyaknya informasi yang didapat, maka
semakin luas pandangannya dan ada kecenderungan pula untuk bersikap
terbuka pun semakin meningkat.
Dengan demikian ada kecenderungan khususnya ibu-ibu rumah tangga
yang banyak (tinggi) melakukan komunikasi, khususnya mengenai
masalah kesehatan dan posyandu serta banyak pula pembaca atau
mendengarkan media komunikasi lainnya maka akan lebih tinggi pula
tingkat partisipasinya dalam kegiatan posyandu di wilayah penelitian.
Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber
komunikasi misalnya: kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat
menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau
masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada
hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima
atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak
berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan
berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti
ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan dapat dilanjutkan kepada proses
berikutnya.
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut tersebut sehingga
terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu
tersebut (perubahan perilaku).
G. Skematika Hubungan Antar Variabel X1
X2 Y
34
Keterangan
Dimana :
X1 adalah variabel pengaruh “Tingkat pendidikan”, Tingkat Pendidikan
mempunyai hubungan dengan partisipasi. semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat partisipasinya
dalam kegiatan posyandu.
X2 adalah variabel pengaruh “Tingkat pendapatan” Tingkat Pendapatan
mempunyai hubungan dengan partisipasi seseorang semakin tinggi tingkat
pendapatan keluarga maka semakin tinggi pula tingkat partisipasinya
dalam kegiatan posyandu.
X3 Adalah variabel pengaruh "Tingkat Komunikasi” semakin tingkat
komunikasi ibu rumah tangga, maka semakin tinggi pula tingkat
partisipasinya dalam kegiatan posyandu.
Y Adalah variabel terpengaruh, partisipasi ibu Rumah Tangga dalam
kegiatan posyandu.
H. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah ditarik suatu jawaban sementara
terhadap permasalahan sebagai berikut :
“Ada hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat
kornunikasi dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan
Dengan hipotesa kerja sebagai berikut :
1. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mempunyai
hubungan Positif terhadap partisipasinya dalam kegiatan posyandu.
2. Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka akan mempunyai
hubungan positif terhadap partisipasinya dalam kegiatan posyandu.
3. Tingginya tingkat komunikasi ibu rumah tangga, maka akan mempunyai
III.
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini merupakan Penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif,
adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data
kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, (2003:14).
Menurut Creswell (1944: 1-2), Metode Penelitian kuantitatif merupakan
sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian
sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka, dan
dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah generalisasi
prediktif teori tersebut benar.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar hubungan antara Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan Dan
Tingkat Komunikasi Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan
B. Definisi Konseptual
Menurut Masri Singarimbun dan sofian effendi (2002:66), definisi konseptual
merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan
peneliti untuk mengoprasikan konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan
pengertian tersebut maka definisi konseptual dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan menimba potensi-potensi pribadinya yaitu
rohani (pikir, karsa, cipta dan budi nurani) dan Jasmani (panca lndera serta
keterampilan-keterampilan).
2. Pendapatan adalah penghasilan, perolehan, Jika kita berbicara masalah
pendapatan maka kita berasosiasi kepada apa yang disebut hasil.
3. Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan-pesan dioperkan dari
sumber kepada penerima.
4. Partisipasi berarti ikut serta yang dimaksud ikut serta disini adalah ikut
sertanya seseorang, sekelompok orang atau masyarakat didalam suatu
kegiatan guna mencapai tujuan tertentu.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tingkat kemampuan seseorang dan
pengembangan kepribadian pada lembaga formal atau didalam sekolah
38
Dalam hal ini yaitu pendidikan yang pernah ditempuh oleh ibu-ibu rumah
tangga dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Menurut Undang-Undang no.2 tahun 1999 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pengukuran tingkat pendidikan formal digolongkan menjadi 4
(empat) yaitu:
1. Tingkat pendidikan sangat tinggi, yaitu minimal pernah menempuh
pendidikan tinggi.
2. Tingkat pendidikan tinggi, yaitu pendidikan SLTA/sederajat.
3. Tingkatan pendidikan sedang, yaitu pendidikan SMP/sederajat.
4. Tingkat pendidikan rendah, yaitu pendidikan SD/sederajat.
2. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan adalah besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima
seseorang dalam jangka waktu satu bulan, baik berupa pensiun ataupun
berupa imbalan jasa dari suatu pekerjaan pokok dan sampingan. Tingkat
pendapatan tersebut dapat diukur dengan besarnya penghasilan yang
diterima oleh keluarga dalam jangka waktu satu bulan.
Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS, 2008)
membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah:
1. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata
lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan
2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara
3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara
Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata
Rp.1.500.000,00 per bulan
3. Tingkat Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan-pesan dioperkan dari
sumber kepada penerima. Dalam proses komunikasi ini ada yang terjadi
secara langsung antara dua orang atau lebih yang melibatkan tatap muka
dan ada juga cara berlangsung atau dengan kata lain melalui suatu media.
a. Konsep Komunikasi
William I. Gorden juga mengemukakan pendapatnya tentang fungsi
komunikasi secara lebih khusus. William membagi fungsi komunikasi
ke dalam empat kelompok, yakni komunikasi sosial, ekspresif, ritual,
dan instrumental.
1. Fungsi Pertama : Komunikasi Sosial
Orang yang tidak pernah berkomunikasi, dapat dipastikan akan
“tersesat” karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu
lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu
membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai
40
Dengan kata lain, fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun
konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri
kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan
orang lain kepada kita.
2. Fungsi Kedua : Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif bertujuan untuk mempengaruhi orang lain,
namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi
instrumen untuk menyampaikan perasaan (emosi) kita.
Perasaan-perasaa tersebut dikomunikasikan ke dalam bentuk pesan-pesan
nonverbal maupun verbal. Pesan-pesan itu yang akhirnya menjadi
sebuah karya seni, diantaranya adalah lagu, syair, tarian lukisan, dll.
3. Fungsi Ketiga : Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi
ritual, yang biasanya dilaukan secara kolektif. Suatu komunitas
sering melakukan upacara-upacara sepanjang tahun dan sepanjang
hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage. Dalam
upacara-upacara tersebut orang mengucapkan kata atau
menampilkan perilaku-perilaku simbolik, dan segala ritus-ritus yang
4. Fungsi Keempat : Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental memiliki tujuan umum :
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, merubah perilaku serta menggerakkan tindakan. Bila
diringkas, maka kesemua tujuan tujuan tersebut merujuk pada sifat
persuasif atau membujuk. Komunikasi yang memberitahukan atau
dapat disebut komunikasi satu arah, mengandung muatan persuasif
dalam arti bahwa komunikator menginginkan komunikan
mempercayai bahwa informasi yang di sampaikannya akurat dan
layak diketahui.
Sebagai instrumen. Komunikasi tidak saja dapat membangun
hubungan yang baik, tetapi juga dapat untuk menghancurkan
hubungan itu sendiri. Karenanya, studi komunikasi membuat kita
menjadi lebih peka terhadap strategi yang dapat kita gunakan dalam
komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi
keuntungan bersama.
b. Jenis-Jenis Komunikasi
Komunikasi yang mungkin orang awam ketahui hanyalah suatu proses
penyampaian pesan yang di lakukan lewat lisan atau verbal. Padahal
komunikasi juga dapat dilakukan dengan gerakan, gestur, bahasa tubuh
atau body language, komunikasi inilah yang disebut dengan
42
Definisi secara umum, komunikasi verbal adalah proses penyampaian
pesan dari komunikator kepada komunikan dengan cara lisan,
sedangkan komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan atau
informasi dari komunikator kepada komunikan dengan gerakan atau
bahasa tubuh.
1. Komunikasi Verbal
Suatu sistem kode verbal verbal disebut bahasa. Bahasa dapat
didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengombinasikan simbol-simbol tersebut, yang di gunakan dan di
pahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk
menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal
menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek
realitas kehidupan kita. Konsekuensinya, kata-kata merupakan
abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang
merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata
tersebut.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal dapat diartikan sebagai komunikasi yang
dilakukan dengan menggunakan simbol-simbol atau kode-kode
tertentu yang memiliki pemaknaan khusus. Karena dalam setiap
peristiwa komunikasi yang terjadi dalam kehidupan manusia selalu
mencakup kode-kode nonverbal dan verbal. Komunikasi nonverbal
a. Komunikasi visual
Berupa penyampaian pesan dalam bentuk gambar-gambar,
simbol-simbol, grafik-grafik, lambang atau bahkan sebuah gerak
gerik.
b. Komunikasi sentuhan
Berupa penyampaian pesan dalam bentuk sentuhan, rabaan,
colekan dan sebagainya. Komunikasi sentuhan juga dikenal
dengan sebutan hipotik.
c. Komunikasi gerakan tubuh
Berupa penyampaian pesan dalam bentuk kinesik atau gerakan
tubuh yang bersifat nonverbal. Seperti kontak mata, ekspresi,
isyarat dan kontak tubuh.
d. Komunikasi lingkungan
Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang
melihat atau merasakannya. Seperti jarak, ruang, temperatur dan
warna.
Tingkat komunikasi disini dapat diukur dengan frekuensi melakukan
kontak dari tujuan rnelakukan kontan :
1. Frekuensi ibu rumah tangga yang sering datang mendengarkan
penyuluhan, menimbang balitanya, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
2. Frekuensi ibu rumah tangga yang sering mencari informasi
mengenai kesehatan, baik melalui media massa atau dengan
bertanya kepada petugas atau tetangga yang mengerti tentang
44
Berdasarkan tingkat komunikasi tersebut, maka penulis
menggolongkannya sebagai berikut:
a. Jika ia tidak pernah datang mendengarkan penyuluhan dan tidak
pernah mencari informasi, baik itu melalui media masa atau
kepada mereka yang mengerti tentang kesehatan digolongkan
rendah.
b. Jika ia sering datang mendengarkan penyuluhan di posyandu saja,
digolongkan sedang.
c. Jika ia selalu hadir mendengarkan setiap ada penyuluhan dan ia
selalu berusaha mencari informasi digolongkan tinggi.
4.Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu
Partisipasi berarti keikutsertaan seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu kegiatan guna mencapai tujuan tertentu. Namun keikutsertaan
tersebut bukan hanya sekedar pasif, tetapi benar-benar ikut membantu
menjalankan atau melaksanakan program tertentu dalam usaha mencapai
cita-cita bersama.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis menggolongkannya sebagai berikut:
1. Apabila ia 5 bulan sekali / tidak pernah hadir dalam kegiatan posyandu
serta tidak pernah pula menyumbangkan partisipasinya baik itu tenaga,
2. Apabila ia 2 bulan sekali / sering hadir dalam kegiatan posyandu dan
sering menyumbangkan tenaga, pikiran, harta benda dan partisipasi
sosial lainnya, maka ia digolongkan mempunyai tingkat partisipasi yang
sedang.
3. Apabila ia selalu hadir dalam kegiatan posyandu setiap bulan dan selalu
aktif menyumbangkan tenaga, pikiran, harta benda atau partisipasi sosial
lainnya maka ia digolongkan mempunyai partisipasi yang tinggi.
D. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu rumah tangga yang
mempunyai anak balita yang berada di kelurahan Langkapura Kecamatan
Langkapura. Ternyata jumlah ibu rumah tangga yang mempunyai anak balita
adalah 230 ibu rumah tangga. Dengan demikian jumlah anggota populasi
adalah sebanyak 230 ibu rumah tangga (Kantor kelurahan Langkapura).
E. Sampel dan Tehnik Sampling
Penetapan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah
dengan mengambil pendapat dari suharsini Arikuntoro yang mengatakan
bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua.
Sedangkan apabila jumlah subyeknya besar diambil antara 10% - 15% atau
20% - 25% atau lebih.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka besarnya sempel yang akan diambil
dalam penelitian ini adalah sejumlah 46 ibu-ibu rumah tangga atau 20% dari
46
Dalam praktek penelitian sering dijumpai populasi yang tidak homogen.
Makin heterogen suatu populasi makin besar pula perbedaan sifat antara
lapisan-lapisan tersebut. Presisi dan hasil yang dapat dicapai dengan
menggunakan suatu metode pengambilan sampel, antara lain dipengaruhi oleh
derajat keseragaman populasi yang bersangkutan. Untuk dapat
menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen,
maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan (strata)
yang seragam, dan dari setiap lapisan dapat diambil secara acak. Dalam
sampel berlapis, peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang lain
mungkin sama, mungkin pula berbeda.
Oleh karena itu Tehnik sampling yang digunakan adalah stratified random
sampling, dengan langkah-langkah sebagai berikut. :
1. Membagi populasi kedalam sub-sub populasi menurut tingkat
pendidikannya.
2. Selanjutnya dari setiap sub populasi tadi diambil sub sampel.
3. Sub sampel tadi ditarik dengan cara random yang menggunakan undian
sehingga apabila sub sempel dari setiap kategori tingkat pendidikan itu
terjamin, akan menjadi sampel dalam penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar-benar sesuai dengan hal yang
berhubungan dengan penelitian ini, maka pengumpulan data ini dilakukan
1. Observasi Langsung
Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung dilapangan
dengan mencatat secara sistematis terhadap komponen-komponen yang
sedang diteliti yaitu data mengenai partisipasi ibu rumah tangga dalam
kegiatan posyandu.
2. Wawancara Mendalam
Dengan melakukan wawancara secara tatap muka. Dalam wawancara
tersebut berdasarkan pedoman pada pedoman yang telah disusun
sedemikian rupa, sehingga jawaban yang diberikan oleh responden akan
langsung dicatat.
3. Dokumentasi
Dengan mengarnbil data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan
penelitian berdasarkan dokumentasi yang ada, seperti dokumentasi tentang
monografi kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura Bandar
Lampung.
2. Angket
Angket adalah alat pengumpul data untuk kepentingan penelitian. Angket
digunakan dengan mengedarkan formulir yang berisi beberapa pertanyaan
48
G. Teknik Pengolahan Data
Selain memperoleh data-data dari lapangan, maka data-data tersebut diolah
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Editing
Dalam tahap ini data yang telah didapat dari lapangan di koreksi dan
diperbaiki sehingga menjadi lebih sempurna. Dalam tahap ini yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Lengkap tidaknya pengisian alat ukur data
b. Keterbatasan tulisan
c. Kejelasan makna jawaban
d. Kejelasan dan kesesuaian jawaban
e. Relevan jawaban
f. Keseragaman satuan data
2. Tahapan koding
Merupakan tahap dimana kita mengkategorikan data yang didapat dari
lapangan, lalu memberikan kode-kode dan memindahkan kedalam buku
kode.
3. Penentuan data variabel
Dalam penentuan data variabel ini data yang masuk kita bagi lagi menurut