• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH LSM MITRA BENTALA DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA PULAU PAHAWANG MELALUI PEMBENTUKAN UNIT USAHA MITRA WISATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH LSM MITRA BENTALA DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA PULAU PAHAWANG MELALUI PEMBENTUKAN UNIT USAHA MITRA WISATA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH LSM MITRA BENTALA DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA PULAU PAHAWANG MELALUI PEMBENTUKAN UNIT USAHA MITRA

WISATA By Gustia Soraya

Paradigma baru dalam manajemen pembangunan saat ini dikenal dengan sebutan

good governance. Good governance ini akan tercapai apabila kualitas interaksi yang terjadi antara komponen governance yaitu Negara (state), sector swasta (privat sector) dan organisasi kemasyarakatan (civil society organization) dapat terwujud. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai sala satu bentuk civil society yang kuat memiliki kontribusi penting dalam agenda arah dan agenda pembangunan melalui pemberdayaan kepada masyarakat pada tingkat

grassroots”, sehingga mampu mengajak kelompok-kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra Bentala dalam pengembangan ekowisata di Desa Pulau Pahawang dengan tidak adanya kerangka kerja pada unit usaha Mitra Wisata sekaligus memberikan rekomendasi kerangka kerja yang tepat bagi Mitra Wisata.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ialah wawancara mendalam, dokumentasi dan observasi. Data dianalisis menggunakan pendekatan Logical Framework Approach (logframe), dari hasil analisis tersebut diperoleh 11 (sebelas) permasalahan yang kemudian dianalisis kembali melalui Matriks Logframe guna menemukan penyelesaiannya. Selanjutnya diperoleh beberapa kegiatan program yang dapat dilakukan, diantaranya yaitu : pembuatan struktur kepengurusan, pelatihan manajemen keuangan, pelatihan manajemen program, legitimasi pengelolaan ekowisata, pendanaan (pelatihan fundraising), pelatihan manajemen lembaga, pelatihan mengeni ekosistem laut dan pesisir, pelatihan SAR (Search and Resque), pelatihan manajemen wisata, pelatihan pembuatan souvenir, pelatihan pembibitan mangrove, pelatihan pembuatan dan pengelolaan makanan khas, pe;atihan transplantasi terumbu karang, pertemuan rutin (diskusi antarpihak terkait) dan penggabungan rencana strategis antarpihak terkait. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengatasi permasalahan yang ada jika pelaksanaannya turut didukung oleh sinerginya berbagai pihak terkait, dalam hal ini yakni LSM Mitra Bentala, Dinas Pariwisata Kabupaten Pesawaran, aparatur desa dan juga peran akademisi kampus.

(2)

ABSTRACT

COMMUNITY EMPOWERMENT BY NON-GOVERNMENTAL ORGANIZATIONS MITRA BENTALA IN THE DEVELOPMENT OF

THE ECOTOURISM IN THE PAHAWANG ISLAND VILLAGE THROUGH BUSINESS UNITS MITRA WISATA

By Gustia Soraya

The new paradigm in the management of development today is known as good governance. Good governance will be achieved if the quality of the interactions that occur among the components of governance, such as the State , private sector and civil society organizations can be realized. Non-governmental Organization (NGO) as one form of strong civil society has an important contribution for the agenda of the direction and development through the empowerment of the people at the "grassroots", which has ability to encourage groups community in participating for development. This study aimed to describe and analyze implementation of community empowerment by non-governmental organizations Mitra Bentala in the development of ecotourism in the Pahawang Island Village absence of a framework on business units Mitra Wisata, and also provide recommendations appropriate frameworks Mitra Wisata.

This research used descriptive research with qualitative approach. Data collection techniques used interview, documentation and observation. Data were analyzed by Logical Framework Approach (logframe), the results of the analysis obtained 11 (eleven) problems which analyzed again through Logframe matrix in order to find the solution. Furthermore gained some programs to do, such as: the manufacture of the management structure, the financial management training, the management program training, the ecotourism management legitimacy, the financing (fundraising training), management institute training, the marine and coastal ecosystems training, SAR training (Search and Rescue), travel management training, manufacture of souvenirs training, mangrove nursery training, food specialties training, coral transplantation training, regular meetings (discussions between the parties related) and the strategic incorporation plan between the parties concerned. The activities can overcome the existing problems if the implementation is also supported by the synergy of various stakeholders, such as the Mitra Bentala, Pesawaran Tourism District, village officials and also

the campus academics.

(3)

DESA PULAU PAHAWANG MELALUI PEMBENTUKAN

UNIT USAHA MITRA WISATA

Oleh

Gustia Soraya

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 9 Agustus 1991, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Shobirin dan Ibu Suryati.

Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita merupakan pendidikan formal pertama yang diselesaikan penulis pada tahun 1997 sebelum melanjutkan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Taman Pendidikan Islam Kalianda Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2009.

(8)

MOTO

Tabunganku ialah pendidikan anak-anakku

(Suryati)

Do it now. Sometimes ‘later’ becomes ‘never’

(Anonymous)

Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya,

karena dia tidak hidup di zamanmu

(9)

PERSEMBAHAN

Syukurku kepada Allah SWT, atas segala rahmat, nikmat dan kekuatan yang kurasakan sepanjang hidupku

Dengan segenap hati kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Orang tuaku tercinta “SHOBIRIN dan SURYATI” yang telah membesarkan, mendo’akan dalam setiap sujudnya dan mendidik anak

-anaknya dengan penuh kasih sayang dan keihklasan.

Adik-adikku tersayang serta seluruh keluarga besarku, yang selalu membuatku merindukan rumah

Keluarga besar Ilmu Administrasi Negara Universitas Lampung

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, yang utama kepada Allah SWT, tercurah segala puji dan syukur karena atas segala kehendak dan kekuasaanNya, penyususnan skripsi ini dapat penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Selama penyusunan skripsi tentang kerangka kerja LSM mitra bentala dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di desa pulau pahawang, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan masukan dari berbagai pihak.

Terwujudnya skripsi ini, telah melibatkan berbagai pihak yang telah dengan rela membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini. Sehingga penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Dian Kagungan, M.H selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Fery Triatmojo S.AN., M.PA selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, arahan serta saran dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir.

3. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan dan Dosen Pembahas yang telah memebrikan arahan, masukan dan saran yang bermanfaat bagi penulis untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.

(11)

studi.

6. Ibu Nur, selaku staf administrasi jurusan yang dengan sabar memberikan pelayanan yang maksimal bagi penulis dan juga jurusan.

7. Bapak Efendi Suyanto selaki Kasi bidang Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pesawaran, atas kesediaannya meluangkan waktu, bantuan berupa informasi dan data-data serta saran yang sangat membantu penulis dalam penyelasaian skripsi ini.

8. Bang Abi, selaku Direktur Eksekutif LSM Mitra Bentala yang telah bersedia meluangkan waktunya serta mendukung penulis dengan memberikan berbagai informasi serta data-data yang diperlukan.

9. Bang Buyung Ridwan, selaku Direktur Mitra wisata, yang selalu sabar menjadi partner penulis selama di lokasi penelitian dalam kurun waktu yang cukup lama, terimakasih banyak atas waktunya, dukungannya selama proses observasi di lapangan.

10.Segenap pengurus LSM Mitra Bentala yang telah banyak membantu dan berdiskusi dengan penulis demi kelancaran penelitian ini.

11.Bang Ivan Bonang, selaku pembimbing skripsi ekstra, dengan penuh kesabaran dan suka rela meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 12.Bapak Kamaluddin selaku Kepala Desa Pulau Pahawang dan bapak

Selamet Riyadi selaku Sekretaris Desa Pulau Pahawang. Terimakasih banyak atas waktunya, informasi serta dukungannya guna menyelesaikan skripsi ini.

(12)

penuh kasih sayang dan keihklasan.

15.Adik-adikku tersayang, Siti Pratiwi dan Ibram Sabrani, keluarga besarku di Kalianda, Datuk Muh, Uwo Rohana, Ngah Solida, Mak Uda Roziah, Mak Su Isnani, Wak Syamsul, Om pur, bang Tama, bang Tomi (Alm), Dinda dan khususnya Cik Wati. Kalian selalu membuatku merasa bahwa rumah adalah obat dari segala peyakit.

16.Sahabat-sahabat seperjuangan semasa SMA yang selalu bertanya dan mendesak “kapan wisuda?” (Annisa, Rika, Orin)

17.Keluarga kecil “geng Liar” : Arde (Kom 07), Juharis (Kom 08) Yuditiduy (Ane 08). Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

18.Keluarga Besar UKMF PA CAKRAWALA. BZ, om Mario, Eko, gumpil, bg uban, Aria, Nur, Wulan, Fredy, Wilson, Weny, Susi, Toman, buna, serut, cemung, nyenyes, iprit, Febry, Teddy, Wahyu, Ridho, iqbal dkk. 19.Saudara-saudara seperjuangan Adm. Negara 2009 khususnya Listi

Nainggolan, Martha Tobing, Riyanti, Nova Melasari, Ratna Setya Ningrum dan juga Martina Neviana. Terimakasih sudah menjadi sahabat sekaligus saudara yang selalu mendukung hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Serta keluarga besar Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua dan semoga karya sederhana ini dapat menjadi suatu bacaan yang bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, Juni 2015 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

DAFAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 9

B. Tinjauan Tentang Manajemen Strategis ... 13

1. Pengertian Strategi ... 13

2. Manajemen Strategis ... 16

3. Manfaa tManajemen Strategis ... 16

4. Manajemen Strategi melalui Logical Framework Approach (LFA) ... 17

C. Tinjauan Tentang Pemberdayaan Masyarakat ... 21

1. Pengertian Pemberdayaan ... 21

2. Pemberdayaan Masyarakat ... 23

D. Tinjauan Tentang Kepariwisataan dan Ekowisata ... 25

1. Pengertian Pariwisata ... 25

2. Konsep Ekowisata ... 27

E. Kerangka Pikir Penelitian ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 33

B. Fokus Penelitian ... 34

C. Lokasi Penelitian ... 36

(14)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Profil LSM Mitra Bentala ... 54

B. Profil Desa Pulau Pahawang ... 68

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra Bentala dalam pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang dengan tidak adanya kerangka kerja pada unit usaha MitraWisata ... 73

1. Pemberdayaan Masyaraka tmelalui Unit Usaha Mitra Bentala ... 75

A. Upaya HarusTerarah ... 76

B. Program Harus Mengikutsertakan Masyarakat ... 82

C. Menggunakan Pendekatan Kelompok ... 89

B. Kerangka kerja Mitra Wisata yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di Desa Pulau Pahawang ... 96

1. Analisis Stakeholder ... 96

2. Analisis Permasalahan ... 98

3. Analisis Tujuan/Hasil... 107

4. Analisis Strategi melalui Matriks Logframe ... 109

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 120

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.BaganKerangkaPikirPenelitian……….………32

Gambar 2.Analisis Data Model Interaktifdari Miles danHuberman……….………….41

Gambar 3.Pohon Masalah……….……..42

Gambar 4.Pengelompokkan Masalah………...105

Gambar 5.Pohon Masalah……….106

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.Ringkasan Penelitian Terdahulu………...……12

Tabel 2.Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan………...30

Tabel 3.DaftarInformanWawancara………..…...38

Tabel 4.Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian………...39

Tabel 5.Analisis Stakeholder……….…….41

Tabel 6.Matriks Logframe……….…...45

Tabel 7.Catatan perkembangan Pulau Pahawang dan partisipasi Mitra Bentala…………....78

Tabel 8.Pelaku ekowisata Desa Pulau Pahawang………...…86

Tabel 9.Rencana Strategis kepariwisataan Mitra Bentalat ahun 2014-2017………..…….…91

Tabel 10.Rencana Strategis kepariwisataan Mitra Bentala tahun 2014-2017………..……...98

Tabel 10.Analisis Stakeholder………...……100

Tabel 11.Kategorisasi hasil wawancara………...…..101

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional di banyak negara berkembang pada umumnya ditekankan

pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena yang paling terasa adalah

keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan

menjadi tolak ukur keberhasilan maupun kegagalan pembangunan. Meningkatnya

tuntutan masyarakat akan hasil pembangunan mendorong adanya perubahan

paradigma pembangunan. Manajemen pemerintahan bergeser dari tertutup

menjadi terbuka, pembangunan tidak lagi berorientasi pada perencanaan

pemerintah pusat, tetapi lebih mengakar pada kebutuhan nyata masayarakat di

daerah dengan memposisikan ruang partisipasi lebih terbuka dalam proses

pembangunan. Paradigma baru dalam manajemen pembangunan saat ini dikenal

dengan sebutan good governance. Dalam konteks good governance ini, agent of development tidak hanya pemerintah saja, tetapi juga citizen dan sektor swasta yang turut berperan di dalamnya. Konteks citizen di sini, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang terorganisir (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Pembangunan yang berkelanjutan memiliki keterkaitan erat dengan pemberdayaan

masyarakat di mana penbangunan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama

(18)

suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial, dan ekologis yang dinamis. Maka

selayaknya pembangunan masyarakat dijadikan sebagai sebuah strategi dalam

pembangunan. Hingga saat ini pun sejumlah kebijakan pemerintah dalam hal

penanggulangan kemiskinan yang berbentuk pembangunan masyarakat terus

digulirkan dari masa ke masa mulai dari Inpres Desa Tertinggal (IDT), Jaring

Pengaman Sosial (JPS), Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal

(P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), PNPM hingga BLSM dan

lain-lain. Namun program-program tersebut terkesan kurang efektif dalam

pelaksanaannya dan cenderung sentralistik. Lain halnya dengan LSM/NGO, yang

dalam konteks good governance turut serta mengambil bagian dalam penentuan arah dan agenda pembangunan, dinilai mampu melakukan pemberdayaan kepada

masyarakat dalam hal penanggulangan kemiskinan. Selain sifat dasarnya yang

mandiri, LSM sebagai organisasi non-politik ini mempunyai peranan mendukung

dan memberdayakan masyarakat pada tingkat “grassroots”, yang sangat esensial

dalam rangka penanggulangan kemiskinan.

Beberapa LSM baik berskala lokal maupun nasional senantiasa aktif melakukan

pendampingan dan pemberdayaan di berbagai bidang, seperti pendampingan di

bidang politik, pendidikan, ,lingkungan hidup dan lain-lain. Gencarnya isu-isu

konservasi lingkungan memunculkan dukungan dari berbagai pihak (Pemerintah,

LSM, Masyarakat dan Stakeholder lainnya). Dukungan dari pemerintah dapat berbentuk Peraturan Perundangan yang telah disusun untuk menunjang upaya

konservasi, yakni antara lain :

a. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

(19)

b. UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil.

Sedangkan dukungan dari LSM berbentuk pendampingan masyarakat berupa

fasilitator, penggagas, pemberi arahan dan masukan. Seperti yang dilakukan oleh

LSM WALHI (Wahana Lingkungan Hidup), LSM CIKAL, LSM WATALA,

LSM Mitra Bentala dan lain-lain. LSM-LSM tersebut bergerak di bidang

lingkungan hidup yang mempunyaiconcerndi bidangnya masing-masing.

LSM Mitra Bentala merupakan salah satu LSM yang concern dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Terbentuknya LSM Mitra Bentala karena

adanya kesamaan rasa keprihatinan terhadap kondisi SDA wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil di Provinsi Lampung yang mulai terancam keberadaannya.

Kekayaan sumber daya alam yang tersebar dibeberapa wilayah di Lampung tidak

diimbangi dengan pengelolaan yang berorientasi pada keseimbangan dan

keberlanjutan pemanfaatannya, menyebabkan degradasi lingkungan kawasan

pesisir laut, dan pulau-pulau kecil. Seperti halnya yang terjadi di Pulau Pahawang

yang merupakan gugusan pulau di sekitar Teluk Pidada, Kabupaten Pesawaran

Provinsi Lampung.

Pulau Pahawang merupakan sasaran lokasi program pemberdayaan masyarakat

oleh LSM Mitra Bentala melalui konservasi hutan mangrove yang pada tahun

1990-an sempat rusak parah akibat perbuatan masyarakatnya sendiri. Kayunya

ditebang untuk bahan bakar dan dikirim ke Pulau Jawa. Akarnya juga dirusak

karena penduduk mencari cacing pakan ikan di bawah akar mangrove sehingga

mengganggu habitatnya. Selain itu penangkapan ikan melalui pengeboman pun

(20)

Pahawang menjadi rusak. Kejadian tersebut menarik minat LSM Mitra Bentala

untuk melakukan pendampingan pada masyarakat Pulau Pahawang dalam

mengkonservasi puluhan hektar hutan mangrove di sana. Perlahan namun pasti

kondisi kebaharian Pulau Pahawang mulai membaik. Tidak sampai di situ saja,

upaya peningkatan ekonomi masyarakat lokal melalui pemanfaatan mangrove pun

mulai berjalan. Masyarakat Pulau Pahawang sudah melakukan produksi makanan

berupa kripik mangrove dan minuman berupa sirup dari bahan dasar daun dan

buah mangrove.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Septriana (2012:142-143)

di tahun 2010 adalah di mana strategi peningkatan ekonomi melalui pemanfaatan

mangrove mulai dijalankan, termasuk melakukan produksi makanan dan minuman

melalui pemanfaatan daun dan buah mangrove. Namun setelah dua tahun lebih

kegiatan produksi makanan dan minuman belum menunjukkan adanya

peningkatan ekonomi secara maksimal. Dengan pendapatan rata-rata Rp.600.000

perbulan di tahun 2011-2012 yang sebelumnya tidak jauh berbeda yakni rata-rata

Rp.550.000 perbulan di tahun 2010, dapat dikatakan pendapatan masyarakat

Pahawang masih berada di bawah kebutuhan hidup standar yang telah ditetapkan

Provinsi Lampung yang saat itu berkisar Rp.975.000 perbulan. Hal tersebut

dikarenakan belum maksimalnya pemasaran produk-produk hasil pemanfaatan

mangrove karena adanya permasalahan waktu dan biaya mengingat lokasi Pulau

Pahawang yang cukup jauh dari daratan.

Kondisi kebaharian yang saat ini sudah membaik dimanfaatkan sebagai

pengalihan mata pencaharia penduduk lokal dengan merambah ke sektor swasta

(21)

mangrove tersebut. dengan memanfaatkan kawasan hutan mangrove seluas 30

hektar sebagai destinasi ekowisata, LSM Mitra Bentala membentuk suatu unit

usaha yang khusus bergerak di sektor parwisata. Unit usaha yang dinamai Mitra

Wisata ini dibentuk untuk mendampingi sekelompok masyarakat lokal dalam

menjadikan destinasi ini menjadi favorit wisatawan, minimal dari lokal.

Keunggulan Pahawang tidak hanya terletak pada luas hutan mangrovenya saja,

Pulau Pahawang juga memiliki pemandangan pulau dan bawah laut yang sangat

indah.

Pengembangan pariwisata mempunyai peranan penting dan strategis dalam

pembangunan, sebagaimana tujuan kepariwisataan Indonesia yang tercantum

dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang

diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan serta mengatasi pengangguran.

Peranan pariwisata semakin terasa dilihat dari kunjungan wisatawan mancanegara

yang menunjukkan trend naik dalam beberapa dasawarsa. Tahun 1969, Indonesia

hanya dikunjungi oleh 86.067 wisman, kemudian meningkat menjadi 2.051.686

tahun 1990, dan 5.064.217 tahun 2000 (Santosa dalam Pitana dan Gayatri

2005:3-4).

Tetapi industri pariwisata tidak selalu terus menerus membawa dampak positif

seperti penghasil devisa, membuka lapangan kerja serta meningkatkan

perekonomian. Sejalan dengan itu juga menimbulkan berbagai dampak negatif

seperti pergeseran nilai-nilai sosial budaya maupun pencemaran lingkungan fisik

dan biotis. Isu dampak negatif inilah yang menyebabkan pergeseran konsep

(22)

dengan istilah ekowisata. Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata

khusus yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya

pariwisata. Dewasa ini ekowisata memiliki potensi yang besar untuk

berkembang. Hal tersebut didukung oleh laporan World Travel Tourism Council

(WTTC) tahun 2000, pertumbuhan rata-rata ekowisata sampai 10 persen per tahun

atau lebih tinggi dari pariwisata umumnya yang sebesar 4,6 % per tahun.

Berdasarkan penjabaran diatas maka dapat diprediksi bahwa pengembangan

ekowisata merupakan jawaban dari masalah lingkungan dan di sisi lain sangat

menunjang pembangunan ekonomi, terutama ekonomi penduduk lokal yang

menjadi konsentrat LSM Mitra Bentala dalam memberdayakan masyarakat di

Pulau Pahawang. Program kerja merupakan salah satu tolak ukur kapasitas suatu

lembaga atau organisasi. Guna mengoptimalkan berjalannya program kerja yang

dalam penelitian ini ialah program pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra

Bentala melalui pengembangan ekowisata maka diperlukannya kerangka program

kerja strategis yang disusun secara sistematis dan logis.

Kemampuan menyusun kerangka program kerja yang baik mutlak diperlukan

untuk memastikan bahwa program dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

lembaga mengacu dan selalu bertujuan untuk mencapai visi dengan melalui misi

yang telah ditetapkan. Selain itu, dengan adanya kerangka program kerja strategis

yang disusun secara sistematis dan logis, akan membantu mempermudah

lembaga dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian program

(Konsil LSM Indonesia, 2012:2).

Berdasarkan riset yang telah dilaksanakan peneliti ditemukan bahwa dari awal

(23)

kerangka kerja yang diterbitkan khusus oleh Mitra Wisata. Mengingat betapa

pentingnya keberadaan kerangka kerja program tersebut sebagaimana yang telah

dijabarkan di atas maka diperlukannya suatu penelitian guna menyusun kerangka

program kerja yang strategis dalam upaya optimalisasi pemberdayaan masyarakat

melalui pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra

Bentala dalam pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang dengan

tidak adanya kerangka kerjapada unit usaha MitraWisata ?

2. Bagaimana kerangka kerja Mitra Wisata yang tepat dalam

pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di desa

Pulau Pahawang ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat oleh LSM Mitra Bentala dalam pengembangan ekowisata di

desa Pulau Pahawang dengan tidak adanya kerangka kerja pada unit usaha

Mitra Wisata

2. Untuk menganalisis sekaligus memberikan rekomendasi kerangka kerja

Mitra Wisata yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat melalui

(24)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

ilmiah bagi Ilmu Adminsitrasi Negara khususnya mengenai kajian

manajemen strategi dan pengembangan potensi pariwisata.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan

atau referensi bagi pihak lain yang melakukan penelitian sejenis. Secara

khusus penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan

pemikiran bagi pemerintah setempat dan LSM Mitra Bentala khususnya

dalam mengembangkan potensi kebaharian berbasis ekowisata guna

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan telah mengilhami penelitian ini, baik

sebagai referensi, pembanding maupun sebagai dasar pemilihan topik penelitian.

Diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan Eva Septriana (2012), dengan tujuan penelitian

untuk mendeskripsikan dan menganalisis strategi LSM Mitra Bentala

dalam pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pengelolaan kawasan

hutan mangrove Pulau Pahawang serta kendala-kendala yang dihadapinya.

Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

Hasilnya adalah strategi LSM Mitra Bentala yang terdiri dari upaya

pelestarian hutan mangrove Pulau Pahawang, peningkatan kapasitas

kelembagaan BPDPM, peningkatan ekonomi melalui pemanfaatan

mangrove dirasa kurang maksimal karena pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan hanya berfokus pada upaya pencapaian kelestarian hutan

mangrovenya saja, sedangkan pencapaian kesejahteraan masyarakat belum

tercapai secara optimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya sebagian

besar pendapatan masyarakat yang masih terbilang rendah yaitu berkisar

Rp.600.000,- perbulan, jauh dibawah standar kebutuhan hidup layak

(26)

tersebut disebabkan faktor internal organisasi sendiri yaitu minimnya

kualitas SDM organisasi serta masalah pendanaan, sedangkan dari faktor

eksternal yaitu kurangnya responsf pemerintah terhadap potensi pulau dan

pengelolaan hutan, kondisi SDM lokal dan fasilitas kegiatan yang kurang

memadai. Penelitian ini mengilhami peneliti untuk melakukan penelitian

lanjutan mengenai pemberdayaan masyarakat yang terfokus pada

peningkatan ekonomi masyarakatnya.

2. Penelitian selanjutnya tentang strategi pengembangan ekowisata di Pulau

Sebesi Kabupaten Lampung Selatan oleh Helmi Ady (2010). Penelitian ini

bertujuan mengekspolrasi potensi pariwisata alam (ekowisata) di Pulau

Sebesi secara komprehensif melalui proses partisipatif, dengan

memperhatikan sensitivitas ekosistem, potensi sumberdaya alam, dan

optimalisasi peranserta masyarakat dalam upaya penyusunan strategi

pengembangan dengan pola pengembangan keberlanjutan (suistainable development). Pendekatan yang digunakan adalah analisis melalui Matriks SWOT dan dilanjutkan dengan menentukan faktor kunci analisis SWOT

melalui In-dept interview serta perhitungan Quantitative Strategic Planing Matrix (QSPM) untuk penentuan skala prioritas pelaksanaan strategisnya, serta melalui Focus Group Discussion (FGD). Hasil dari pengumpulan dan pengolahan data diperoleh masing-masing 5 (lima) elemen faktor kunci, 8

(delapan) elemen alternative strategi, dan 5 (lima) elemen alternative

strategi terpilih dengan urutan prioritas utama dalam pelaksanaannya

setelah dihitung dengan QSPM adalah sebagai berikut: (1) Kerjasama

(27)

promosi, peningkatan kualitas SDM, penelitian dan pelesatarian alam

(Skor 6,85), (2) Mengemas lebih atraktif atraksi wisata dengan

mengedepankan Reputasi Gunung Krakatau (Skor 6,7), (3) Optimalisasi

penggunaan IT untuk merebut pasar (Skor 6,7), (4) Kooperatif dengan

pihak pesaing melalui penawaran produk wisata alam yang berbeda (Skor

6,45), (5) Koordinasi dan kerjasama semua pihak dalam penyelesaian

konflik tanah dan menjaga keamanan bersama (Skor 5,8). Penelitian

inipun turut mengilhami penulis melakukan penelitian sejenis yakni

tentang pengembangan ekowisata, akan tetapi melalui pendekatan yang

berbeda, yaitu analisis melalui matriks Logframe (kerangka kerja).

3. Selain penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas, terdapat pula

penelitian tentang peranan LSM Mitra Bentala sebagai pendamping dalam

upaya mensejahterakan masyarakat di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil yang dilakukan oleh Fanie Wirha Kesuma (2008). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dampak dan hasil dari proses pendampingan

masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup

masyarakatnya. Pendekatan yang digunakan ialah analisis peran (LSM),

dengan hasil dari penelitian ini adalah (1) Proses pendampingan

masyarakat yang dilakukan oleh LSM Mitra Bentala memberikan

pengaruh positif yang sangat besar dalam perubahan pola piker dan pola

kehidupan masyarakat yang berkaitan erat dengan lingkungannya; (2)

Adanya sebuah perubahan cara pandang masyarakat tentang bagaimana

memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam pesisir secara adil, bijak

(28)

terhindar dari bencana ekologis yang akan merugikan manusia.

Selanjutnya penelitian inipun turut mengilhami penulis dalam proses

pemilihan topik penelitian, di mana LSM Mitra bentala mempunyai peran

yang kuat dalam pendampingan masyarakat Pulau Pahawang dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya melalui

program-program yang digulirkan, maka organisasi tersebut harus mampu

menyusun kerangka program kerja yang strategis guna memastikan

program-program tersebut mengacu dan selalu bertujuan untuk mencapai

visi dan juga mempermudah dalam melakukan monitoring dan evaluasi

terhadap pencapaian program.

Tabel 1. Ringkasan Penelitian Terdahulu

(29)

serta melalui

Focus Group Discussion

(FGD).

pasar (Skor 6,7), (4) Kooperatif dengan pihak pesaing melalui penawaran produk wisata alam yang berbeda (Skor 6,45), (5) Koordinasi dan kerjasama perubahan pola piker dan pola kehidupan masyarakat yang sumber daya alam pesisir secara adil, bijak dan juga

memperhatikan keseimbangan ekosistem lingkungan agar terhindar dari bencana ekologis yang akan merugikan manusia

B.Tinjauan Tentang Manajemen Strategis 1. Pengertian Strategi

Strategi penting dipahami oleh setiap eksekutif, manajer, kepala atau ketua,

direktur, pejabat senior dan junior, pejabat tinggi, menengah, dan rendah. Hal ini

harus dihayati karena strategi dilaksanakan oleh setiap orang pada setiap tingkat,

bukan hanya oleh pejabat tingkat tinggi.

Ditinjau dari etimologinya pengertian ”strategi” bersumber dari kata Yunani

Klasik, yakni “strategos” (jendral), yang pada dasarnya diambil dari pilahan kata

-kata Yunani untuk “pasukan” dan “memimpin”. Penggunaan kata kerja Yunani

(30)

dan pemusnahan musuh-musuh dengan menggunakan cara yang efektif

berlandaskan sarana-sarana yang dimiliki” (Bracker dalam Heene, 2010:53)

Terdapat beberapa pengertian Strategi menurut Henry Mintzberg (Supratikno dkk,

2005:3) diantaranya:

1. Rencana : Suatu petunjuk, suatu tuntutan atau tindakan yang akan

dilakukan, sesuatu yang memberi arah bagi tindakan-tindakan di masa

depan.

2. Pola : Perilaku yang konsisiten antarwaktu

3. Posisi : Penentuan posisi dalam konteks persaingan

4. Perspektif : Bagaimana suatu organisasi menjalankan kegiatannya.

5. Permainan : Kumpulan maneuver untuk “menjinakkan”pihak lawan atau

suatu cara yang dilakukan untuk mengecoh pemain

Menurut pemahaman McNichols dalam Salusu (2008:101) strategi ialah suatu

seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai

sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi

yang paling menguntungkan. Griffin (2004:226) menawarkan definisi yang lebih

sederhana lagi, yaitu rencana yang komprehensif untuk mencapai tujuan

organisasi.

Shirley (1978) dalam Salusu (2008:99), menyebutkan faktor-faktor yang

menentukan strategi adalah peluang ekstern, kendala-kendala ekstern, kapabilitas

intern dan nilai-nilai perorangan dari pejabat-pejabat teras.

Salusu (2008:99) mengambil kesimpulan bahwa strategi umumnya sepakat

(31)

1. Tujuan dan sasaran, organizational goals adalah keinginan yang hendak dicapai di waktu yang akan datang, yang digambarkan secara umum dan

relatif tidak mengenal batas waktu, sedangkan organizational objectives

adalah pernyataan yang sudah mengarah pada kegiatan untuk mencapai

goals, lebih terikat dengan waktu, dapat di ukur dan dapat dijumlah/di hitung.

2. Lingkungan, sasaran organisasi senantiasa berhubungan dengan

lingkungan, dimana bisa terjadi bahwa lingkungan mampu mengubah

sasaran. Sebaliknya sasaran organisasi dapat mengontrol lingkungan.

3. Kemampuan internal, kemampuan internal oleh Shirley dalam Salusu

(2004:100), digambarkan sebagai apa yang dapat dibuat karena kegiatan

akan terpusat pada kekuatan.

4. Kompetisi, hal ini diperlukan dalam merumuskan strategi.

5. Pembuat strategi, hal ini menunjukkan siapa yang kompeten membuat

strategi.

6. Komunikasi, melalui komunikasi yang baik, strategi bisa berhasil, karena

dengan komunikasi kita dapat mengetahui alam kehidupan sekitar kita dan

bagaimana pihak lain mengetahui kita.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

merupaka suatu pola perencanaan yang komprehensip berdasarkan

(32)

2. Manajemen Strategis

Manajemen strategik sebaiknya tidak dipahami sebagai “tugas”, tetapi dipahami

sebagai suatu “disiplin”. Dengan demikian, manajemen strtegik bukan tugas

sekelompok orang dalam organisasi, melainkan sebagai suatu metode berfikir

yang sebaiknya dimiliki oleh setiap karyawan organisasi. Alex Miller (1998)

dalam Supratikno (2005:11).

Menurut Griffin (2004:226) bahwa manajemen strategis merupakan proses

manajemen yang komprehensif dan berkelanjutan yang ditujukan untuk

memformulasikan dan mengimplementasikan strategi yang efektif, hal ini

merupakan sebuah cara untuk menanggapi peluang dan tantangan bisnis.

Miller (1998) dalam Supratikno dkk (2005:11) menekankan lima ciri utama

manajemen strategik, yaitu:

1. Manajemen strategik mengintegrasikan berbagai macam fungsi dalam

organ.isasi

2. Manajemen straegik berkiblat terhadap tujuan organisasi secara

menyeluruh.

3. Manajemen strategic mempertimbangkan kepentingan berbagai petaruh

(stakeholders).

4. Manajemen strategic berkaitan dengan horison waktu yang beragam.

5. Manajemen strategic berurusan dengan efisisensi dan efektivitas.

3. Manfaat Manajemen Strategis

If you fail to plan, you plan to fail (jika Anda gagal merencanakan, maka anda merencanakan untuk gagal). Demikian halnya dalam manajemen strategic, dika

(33)

terperangkap dalam rutinitas dan terjebak dalam keputusan-keputusan yang hanya

bermanfaat dalam jangka pendek.

David dalam Supratikno dkk (2005:12) menyebut sekurang-kurangnya lima

manfaat manajemen strategik.

1. Manajemen strategi melatih setiap orang dan organisasi untuk berfikir

secara antisipatif dan proaktif.

2. Proses penyusunan manajemen strategi mendorong terjadinya komunikasi

yang sangat dibutuhkan dalam organisasi.

3. Mendorong lahirnya komitmen manajerial

4. Proses tersebut melahirkan pemberdayaan staf.

5. Organisasi yang menerapkan manajemen strategi, menunjukkan kinerja

4. Manajemen Strategi melalui Logical Framework Approach (LFA)

Pendekatan Kerangka Logis (Logical Framework Approach) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Logframe merupakan panduan (kerang kapikir) untuk

menentukan dan menggambarkan suatu ringkasan mengenai rancangan atau

desain program pembangunan dalam bentuk matrik dengan memperhatikan

sumber pembuktian (alat verivikasi), indikator dan sejumlah asumsi. Kerangka

kerja logis juga menunjukkan tingkatan tujuan dan hasil yang hendak dicapai

(Sumpeno, 2011:186). Diperjelas oleh Alan Wasch (2002:2) The Logical Framework Approach (LFA) is a tool – or rather an open set of tools – for project design and management. Its purpose is to provide a clear, rational framework for

planning the envisomed activities and determining how to measure a project’s

(34)

manajemen yang meliputi perencanaan, penilaian, monitoring dan evaluasi.

Karena itu sangat tepat jika dikatakan bahwa logframe merupakan management tools.

Penyusunan logframe membutuhkan beberapa kegiatan analisis, seperti analisis

stakeholder, analisis problem, analisis tujuan, dan analisis strategi. .

a. Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder perlu dilakukan mengingat semua program dipengaruhi oleh

stakeholder yang memiliki beragam kepentingan, potensial, kekurangan, dan

karakteristik lainnya. Stakeholder utama adalah stakeholder yang berpengaruh

langsung terhadap kegiatan, stakeholder sekunder adalah stakeholder yang

berpengaruh tidak langsung terhadap program/project, sedangkan stakeholder

tersier adalah stakeholder yang tidak terkait dengan program tetapi akan

dipengaruhi dampak dari program/project. Mereka memiliki peran yang sangat

penting dalam proses perencanaan dan implementasi program. Banyak

pengalaman program yang gagal karena tidak mempertimbangkan kelompok

stakeholder yang berpengaruh di masyarakat. Karena itu, amatlah penting untuk

melakukan analisis terhadap stakeholder sebagai bagian dalam proses

perencanaan.

b. Analisis Permasalahan

Analisis problem dilakukan untuk mengidentifikasi problem kunci, tantangan dan

kesempatan, serta hubungan sebab-akibat. Analisis problem ini sangat penting

mengingat pengembangan program umumnya dalam rangka mengatasi masalah

(35)

bukan sekedar gejala, sehingga desain program yang dibangun dapat

menyelesaikan masalah.

c. Analisis Tujuan/Hasil

Analisis tujuan dilakukan untuk mengembangkan tujuan program berdasarkan

problem yang sudah diidentifikasi serta menentukan cara untuk menyelesaikan

problem tersebut. Alat yang sering digunakan untuk analisis tujuan adalah „pohon

tujuan‟ yang strukturnya sama persis dengan „pohon masalah‟, tinggal mengubah

pernyataan problem (negatif) di pohon problem menjadi pernyataan tujuan

(positif) di pohon tujuan.

d. Analisis Strategi melalui Matriks Logframe

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, maka dibangunlah matriks logframe yang

merupakan rangkuman dari tujuan program, strategi mencapai tujuan, asumsi

yang digunakan dan bagaimana output dan outcome dimonitor. Logframe matriks terdiri dari 4 elemen dasar yaitu

1. Hubungan antara Goals, Objectives, Intermediate Result, Outputs dan

Activities

2. Indikator

3. Verifikasi indikator

4. Asumsi dan resiko yang perlu diindetifikasi pada tahap penyusunan

(36)

Manfaat Kerangka Kerja Logis (Logical framework Approach)

Kerangka kerja logis dapat memberikan suatu informasi mengenai program secara

umum terkait dengan tujuan dan dampak yang dimungkinkan sebagai hasil

pelaksanaan program. Bagitim perencana dapat menjelaskan secara logis program

dan mempertimbangkan berbagai asumsi yang berpengaruh terhadap pencapaian

tujuan. Manfaat lain penggunaan kerangkakerja logis diantaranya:

a. Menjelaskan tujuan pembangunan yang dilaksanakan (Goal, srategic objectives).

b. Mengetahui hasil yang hendak dicapai dari pelaksanaan program

pembangunan (intermediate result dan output).

c. Menentukan bagaimana program pembangunan akan dilaksanakan untuk

mencapai hasilyang diharapkan (kegiatan dan program yang harus

dilaksanakan).

d. Memahami faktor-faktor apa saja yang berada di luar pengendalian yang

berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan program pembangunan yang

perlu dikendalikan demi tercapainya tujuan (asumsi penting).

e. Menjamin keberhasilan program dapat dinilai secara objektif

(indikator-indikator).

f. Mengetahui bagaimana sumber data diperoleh untuk kepentingan penilaian

danpengukuran keberhasilan program yang dilaksanakan (sumber

pembuktian).

g. Mengetahui berapa sarana dan biaya yang dibutuhkan untuk mencapai

(37)

Selain pertimbangan manfaat di atas, dipilihnya pendekatan lerangka logis dengan

instrumen matriks logframe dalam perumusan kerangka kerja mengenai

pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di Pulau Pahawang

didasari oleh pertimbangan: Metode LFA paling sering digunakan pada organisasi

nirlaba, di mana metode program ini secara sistematis membantu pola berfikir

dalam menyusun program, baik itu berupa program pemberdayaan maupun

penghimpunan dana.

C. Tinjauan Tentang Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayan berasal dari Bahasa Inggris yaitu empowerment dan empower. Sedangkan Kamus Webster dan Oxford English Dictionary menyebutkan kata

empower mengandung (2) makna yaitu (1) to give ability to or enable yaitu : upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan. (2) to give power or authority to yaitu memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas kepihak lain. (Prijono dan Pranaka dalam Septriana,

2012:29).

Dubois dan Miley (1977) dalam Wrihatnolo dan Nugroho (2007:93)

mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan antara lain :

1. Pemberdayaan adalah proses kerjasama antara klien dan pelaksana kerja

secara bersama-sama yang bersifat mutual benefi.

2. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan

kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan

memberikan kesempatan.

(38)

4. Kompetensi diperolah atau diperbaiki melalui pengalaman hidup,

pengalaman khusus yang kuat dari pada keadaan yang menyatakan apa

yang dilakukan.

5. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas

untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara

efektif.

6. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah

berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.

7. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari

perseorangan dan perkembangan masyarakat.

Sullivan dan Kisthardt, Solomon, Rapaport, Swift dan Levin (Dalam Suharto,

2005 : 69-70) mengemukakan beberapa prinsip pemberdayaan menurut prespektif

pekerjaan sosial, diantaranya yaitu :

1. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karenanya pekerja sosial dan

masyarakat harus bekerjasama sebagai partner.

2. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau subjek

yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan

kesempatan-kesempatan.

3. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang

dapat mempengaruhi perubahan.

4. Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup,

khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada

(39)

5. Solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus harus beragam dan

menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada

situasi masalah tersebut.

6. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang

penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta

kemampuan mengendalikan seseorang.

7. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri,

tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri.

8. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena

pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan.

9. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber tersebut secara

efektif.

10.Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif,

permasalahan selalu memiliki beragam solusi.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai

proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu

yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk

pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang

merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru

(40)

(Chambers dalam Winarni 1998:73). Konsep ini lebih luas dari semata-mata

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses kemiskinan lebih lanjut (safety net). Sedangkan ciri-ciri pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan (Moelyarto,

1993:26) yaitu:

1. Prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat harus diletakkan pada masyarakat sendiri.

2. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan

memobilisasikan sumber-sumber yang ada untuk mencukupi

kebutuhannya.

3. Mentoleransi variasi lokal, sehingga sifatnya amat fleksibel dan

menyesuaikan dengan kondisi lokal.

4. Menekankan pada proses social learning.

5. Proses pembentukan jaringan antara birokrasi dan LSM, satuan-satuan

organisasi tradisional yang mandiri.

Berdasarkan ciri pendekatan tersebut, maka pemberdayaan masyarakat harus

melakukan pendekatan sebagai berikut:

1. Upaya harus terarah (targetted). Ini secara populer disebut pemihakan dan ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang

dirancang untuk mengatasi masalah sesuai dengan kebutuhannya.

2. Program harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh

masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang

akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut

(41)

kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan kemampuan

masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, mengelola,

melaksanakan dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan

ekonominya.

3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri

masyarakat miskin kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi,

dan juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya

dilakukan secara individu. Karena itu pendekatan kelompok adalah yang

paling efektif, dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.

Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat,

memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah

kehidupan yang lebih baik secara seimbang (Winarni,1998:76).

D. Tinjauan Tentang Kepariwisataan dan Ekowisata 1. Pengertian Pariwisata

Sebagai suatu aktivitas yang begitu besar pengaruhnya terhadap kehidupan

manusia, pariwisata telah banyak menarik minat akademisi dari berbagai disiplin

ilmu untuk mengkajinya, Jovicic (1997, dalam Pitana dan Putu,2005:6).

Pariwisata menurut Hunziker dan Krafta dalam J. Spillane (1998:22) bahwa

pariwisata adalah sejumlah hubungan gejala-gejala yang dihasilkan dari

tinggalnya orang-orang, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan

timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau

(42)

Sebagaimana dikemukakan oleh Robert Mc. Intos dan Shansi Kant Cupta yang

dikutip oleh Musanef (1996:11) pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan

yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah serta nasyarakat tuan

rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan, serta penunjang lainnya.

Lebih lanjut, Yoeti (1996:115) mengemukakan bahwa pariwisata adalah

keseluruhan dari gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman tempat

tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak

memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara. Diperkuat oleh

Murphy (1985, dalam Pitana dan Putu,2005:45), pariwisata adalah keseluruhan

dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri,

dan lain-lain) yang merupakan akibat dari pejalanan wisata ke daerah tujuan

wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen.

Dalam UU No 9 tahun 1990 (Menteri Dalam Negeri, 1990), beberapa istilah yang

berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

objek dan daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,

termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha

yang terkait di bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

(43)

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik

wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang

tersebut.

6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran

wisata.

7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun

atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan

maupun perjalanan dapat dikatakan sebagai wisata jika kegiatan maupun

perjalanan tersebut bersifat sementara (tidak menetap), bukan bertujuan untuk

berbisnis atau mengerjakan pekerjaan melainkan hanya untuk rekreasi.

2. Konsep Ekowisata

Ekowisata pertama kali dikenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi The Ecotourism Society, sebagai perjalanan ke daerah – daerah yang masih alami yang dapat mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat

setempat (Fandeli, 2002 dalam Adi, 2010:21). Ekowisata merupakan wisata

berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan

sumberdaya alam dan industri kepariwisataan (META, 2002 dalam Rahmawati,

2009:30). Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang

menginginkan daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan

kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Ekowisata berkembang karena banyak

(44)

dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat

menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999 dalamFandeli dan Muchlison,

2000:126).

Dalam kaitannya dengan ekowisata, From (2004) dalam Damanik dan Weber

(2006) menyusun tiga konsep dasar tentang ekowisata yaitu sebagai berikut :

Pertama, perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Kedua, wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas yang diciptakan dan dikelola oleh masyarakat kawasan wisata. Ketiga, perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal.

Dari definisi tersebut dapat diidentifikasi beberapa prinsip ekowisata (TIES, 2000

dalamDamanik dan Weber, 2006), yaitu sebagai berikut :

1. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran

lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.

2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di

destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun

pelaku wisata lainnya.

3. Menawarkan pengalaman–pengalaman positif bagi wisatawan maupun

penduduk lokal.

4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan

konservasi melalui kontribusi.

5. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat

lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai –

(45)

6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di

daerah tujuan wisata.

7. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti

memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk

menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk pada

aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam transaksi – transaksi

wisata.

Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu wisata pantai dan wisata bahari. Menurut

Yulianda (2007) dalam Rahmawati (2009:31-32), wisata pantai merupakan

kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat

pantai seperti rekreasi, olahraga dan menikmati pemandangan, sedangkan wisata

bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut

dan dinamika air laut. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat

dikembangkan disajikan pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 4. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan

Wisata Pantai Wisata Bahari

1. Rekreasi pantai 2. Panorama

3. Resort/peristirahatan 4. Berenang, berjemur

5. Olahraga pantai (volley pantai, jalan pantai, lempar cakram, dll)

6. Berperahu 7. Memancing 8. Wisata mangrove

1. Rekreasi pantai dan laut 2. Resort/peristirahatan

5. Wisata ekosistem lamun, wisata nelayan, wisata pulau, wisata pendidikan, wisata pancing

6. Wisata satwa (penyu, duyung, paus, lumbalumba,

(46)

E.Kerangka Pikir Penelitian

Pengembangan pariwisata mempunyai peranan penting dan strategis dalam

pembangunan, sebagaimana tujuan kepariwisataan Indonesia yang tercantum

dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang

diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan serta mengatasi pengangguran.

Isu-isu konservasi membuat pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada

pariwisata minat khusus atau yang dikenal dengan ekowisata, yang merupakan

salah satu bentuk kegiatan wisata khusus yang menaruh perhatian besar terhadap

kelestarian sumber daya pariwisata. Dewasa ini ekowisata memiliki potensi yang

besar untuk berkembang. Hal tersebut didukung oleh laporan World Travel Tourism Council (WTTC) tahun 2000, pertumbuhan rata-rata ekowisata sampai 10 persen per tahun atau lebih tinggi dari pariwisata umumnya yang sebesar 4,6 %

per tahun. Pemerintah menggulirkan kebijakan guna mendukung hal tersebut

berupa UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, dan juga UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Pulau Pahawang memiliki pemandangan pulau dan bawah laut yang sangat indah.

Potensi bawah laut Pulau Pahawang terdapat di beberapa spot menyelam yang

indah untuk dilihat. Menyaksikan keindahan terumbu karang ternyata tidak harus

jauh-jauh ke Bunaken atau Raja Ampat, bahkan ada satu spot yang memiliki

keindangan terumbu karang berupa soft coral yang tidak kalah dengan Pulau Raja

(47)

Selain keindahan baharinya, Pulau Pahawang juga merupakan kawasan konservasi

puluhan hektar hutan mangrove. Kawasan hutan mangrove tersebut mulai

dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai destinasi ekowisata. LSM Mitra

Bentala yang selama ini menjalankan program pemberdayaan masyarakat melalui

pendampingan konservasi hutan mangrove turut pula mendampingi sekelompok

masyarakat lokal dalam menjadikan destinasi ini menjadi favorit wisatawan,

minimal dari lokal. Maka tidak dipungkiri lagi bahwa Pulau Pahawang layak

disebut sebagai raksasa ekonomi yang masih tertidur.

LSM pada tingkat daerah, utamanya yang berperan langsung melakukan

pendekatan kepada masyarakat di akar rumput (grassroots) harus memiliki program kerja yang strategis, di mana program kerja merupakan salah satu tolak

ukur kapasitas suatu lembaga atau organisasi, Guna mengoptimalkan berjalannya

program kerja yang dalam penelitian ini ialah program pengembangan ekowisata

oleh LSM Mitra Bentala dengan tujuan pemberdayaan masyarakat maka

diperlukannya kerangka program kerja strategis yang disusun secara sistematis

melalui analisis terhadap stakeholders, permasalahan, tujuan/hasil dan strategi. Untuk memfokuskan dan memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka

(48)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

(49)

zzz

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, yaitu di mana penelitian ini

diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian

secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Secara spesifik, penelitian deskriptif memiliki karkteristik, yaitu (1) bertujuan

untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi sekarang, (2) bertujuan

untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan, dan dianalisis

(Zuriah, 2009: 14 & 47).

Guna mendapatkan data atau keterangan yang bersifat deskriptif tersebut maka

peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller

dalam Zuriah (2009:92) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya. Lebih tegas lagi Bogdan dan

Taylor dalam Moleong (2009:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

(50)

Penelitian kualitatif pada umumnya berkarakteristik: (1) mempunyai latar

belakang alamiah, (2) bersifat deskriptif, (3) menekankan proses, (4) cenderung

menganalisis data secara induktif, (5) mementingkan peran makna (Zamroni:

1992:81-82). Hubungannya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode

pendekatan kualitatif dengan berdasarkan pertimbangan berikut: (1) lingkungan

alamiah sebagai sumber data langsung bagi penelitian ini sebagaimana adanya

(alami) tanpa dilakukan perubahan dan intervensi oleh peneliti, (2) peneliti

sebagai instrument penelitian, mengadakan pengamatan, wawancara, dan

pencatatan langsung di lapangan, (3) data-data yang dikumpulkan mayoritas data

deskriptif, tidak mengutamakan angka-angka statistik, tetapi juga tidak menolak

data kuantitatif, (4) penelitian ini mengutamakan proses penyusunan kerangka

kerja dalam upaya pengembangan ekowisata guna memberdayakan mayarakat di

Pulau Pahawang, (5) penelitian ini mencoba untuk menemukan manfaat dan

makna pengembangan pariwisata di wilayah pesisir bagi masyarakat setempat.

Berdasarkan karakteristik dari metodologi penelitian kualitatif di atas dan

penjabaran hungannya dengan penelitian ini , maka penelitian ini dengan judul

Kerangka kerja strategis LSM Mitra Bentala dalam pemberdayaan masyarakat

melalui pengembangan ekowisata di pulau pahawang lebih tepat menggunakan

metodologi penelitian kualitatif.

B. Fokus Penelitan

Penetapan fokus dalam penelitian kualitatif sangat penting. Selain untuk

membatasi studi (membatasi bidang inkuiri), melalui bimbingan dan arahan fokus

(51)

dikumpulkan dan data mana pula, yang walaupun menarik, karena tidak relevan,

tidak perlu dimasukkan ke dalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan

(Moleong, 2009:94). Berkaitan dengan penelitian ini, fokus digunakan untuk

mengetahui implementasi kerangka kerja pengembangan ekowisata oleh LSM

Mitra Bentala dalam pemberdayaan masyarakat di Pulau Pahawang serta

menganalisis sekaligus memberikan rekomendasi kerangka kerja strategis dalam

upaya optimalisasi pengembangan ekowisata dalam pemberdayaan masyarakat di

Pulau Pahawang

Maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

1. Pelaksanaan program kerja LSM Mitra Bentala dalam pemberdayaan

masyarakat melalui pengembangan ekowisata di desa Pulau Pahawang.

2. Kerangka program kerja yang strategis dalam upaya optimalisasi

pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di desa Pulau

Pahawang, yang dirumuskan melalui beberapa analisis dibawah ini:

a. Analisis Stakeholders yang terkait dengan program pengembangan ekowisata di Pulau Pahawang

b. Analisis permasalahan serta hubungan sebab akibatnya

c. Ananlisis Tujuan/Hasil untuk mengetahui gambaran situasi masa

depan

d. Analisis Strategi yang paling tepat berdasarkan tujuan program

(52)

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra

Bentala yang beralamat di Jln. Sejahtera Gg. Salak No.07 Rt.21 Lk.2

Kelurahan Sumberejo Sejahtera, Kemiling, Bandarlampung. LSM Mitra

Bentala merupakan Leading Sector atau perintis pemberdayaan masyarakat di

Pulau pahawang yang dimulai sejak tahun 1997 hingga sekarang, dan juga

Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran.

D.Sumber Data

Sumber utama dalam penelitian ini adalah pertama, kata-kata dan tindakan

atau kegiatan, kedua sumber tertulis dan ketiga foto. Kata-kata dan tindakan

seseorang yang diamati dan diwawancarai dijadikan sumber data utama (data

primer). Data primer dicatat melalui catatan tertulis dan melakukan perekaman

baik dengan tape recorder untuk perekaman kata-kata, maupun dengan kamera

untuk pengambilan foto tindakan atau kegiatan ekowisata di Desa Pulau

Pahawang. Walaupun telah mendapatkan data utama atau primer melalui

wawancara atau observasi partisipasi, dicari juga data sekunder melalui

sumber tertulis berupa dokumen yang didapat seperti laporan, catatan,

arsip-arsip serta bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen yang relevan

dengan tema penelitian dan dapat dijadikan referensi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Memperoleh data-data seperti yang di sebutkan di atas, maka dibutuhkan beberapa

teknik dalam mengumpulkannya. Adapun teknik pengumpulan data yang telah

(53)

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan

melakukan tanya jawab yang sistematis, di mana terdapat dua pihak yang

masing-masing mempunyai kedudukan yang berbeda. Satu pihak sebagai

orang yang mencari keterangan-keterangan (informan hunter) dan pihak lain sebagai orang yang member keterangan-keterangan (information supplyer), (Sustiawati, 2005:185).

Wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara mendalam.

Bungin (2003:62) menyatakan bahwa wawancara ini bersifat terbuka, di

mana pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan

berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi. Cek dan recek dilakukan

secara silih berganti dari hasil wawancara ke pengamatan di lapangan, atau

dari informan yang satu ke informan yang lain. Selain itu, Penelitian ini

juga meggunakan teknik wawancara baik secara terstruktur dengan

informan melalui daftar pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan

panduan wawancara (interview guide), maupun wawancara bebas (tidak berstruktur) bersamaan dengan observasi. Instrumen yang digunakan

(54)

Adapun pihak-pihak yang akan menjadi nara sumber dalam wawancara

antara lain:

Tabel Daftar Informan Wawancara

No Nama Informan Jabatan/Keterangan Tanggal wawancara 1 Mashabi Direktur Mitra Bentala 15 Februari 2014

Pukul 08:59

2 Buyung Ridwan Direktur Mitra wisata 04 Februari 2014 Pukul 14:23

3 Kamaludin Kepala Desa Pulau

Pahawng

31 Januari 2014 Pukul 20:17

4 Selamet Riyadi Sekretaris Desa Pulau Pahawang

25 November 2013 Pukul 16:57

5 Efendi Suyanto Kasi ODTW Dinas Pariwisata pemuda dan olahraga Kabupaten

Teknik ini berguna untuk merekam data-data primer yang berupa peristiwa

atau situasi sosial tertentu pada lokasi penelitian yang berhubungan dengan

fokus penelitian. Sedangkan data observasi itu sendiri berupa deskripsi

yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan

manusia dan situasi sosial serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu

terjadi (Duadji, 2006:64). Adapun instrumen yang digunakan adalah

Gambar

Tabel 1. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Tabel 4. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan
Gambar 1.  Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Tabel   Daftar Informan Wawancara
+5

Referensi

Dokumen terkait

Linimentum merupakan salah satu sediaan obat untuk pemakaian pada kulit yang dapat berupa larutan alkohol atau berlemak atau emulsi yang terdiri-dari macam-macam

Berdasarkan keseluruhan siklus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan permainan engklek dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan dan

• izkaz finančnih tokov in bilanca stanja – bilanca stanja nam kaže finančni položaj podjetja na določen dan, izkaz finančnih tokov pa spremembo sredstev in obveznosti do

Memiliki persediaan dengan memiliki berbagai macam barang, ukuran, jenis, merk, dan kualitas yang berbeda sehingga membutuhkan sarana teknologi informasi agar dapat

dr.Thontowi Djauhari N.S,M.Kes., selaku pembimbing 2, atas kesabaran, kebaikan hati, serta kesediaan dalam meluangkan waktu dalam membimbing penulis hingga dapat

Pada proses perwujudan karya seni perhiasan tusuk konde dengan konsep metamorfosis kupu-kupu, metode penciptaan yang digunakan yaitu metode Practice Based

Seperti yang kita ketahui bahwa Ansyaruddin ini berlatarbelakang hanya sebagai guru fisika di SMP Negeri 2 Simeulue Timur Kabupaten Simeulue, maka perlu sekiranya diadakan