• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELETAKAN TITIK REKLAME DI BAGIAN WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELETAKAN TITIK REKLAME DI BAGIAN WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh

MURNI TRIANA

Peletakan titik reklame khususnya di Kota Bandar Lampung seringkali tidak mengindahkan peraturan Pemerintah yang telah ditentukan. Keberadaan reklame liar yang tidak sesuai dengan Kelas Jalan Utama, Kelas I, Kelas II dan Kelas III, telah diatur oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Perizinan Reklame, Peraturan Walikota No. 16 Tahun 2014 Tentang Kelas Jalan Peletakan Titik Reklame dan Pemasangan Reklame. Perwali Nomor 17 Tahun 2014 tentang Penempatan Kelas Jalan Komersial Titik Reklame Pada Ruas Jalan di Kota Bandar Lampung.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pengaturan dan pelaksanaan peletakan titik reklame di bagian wilayah Kota Bandar Lampung? (2) Apakah faktor penghambat dalam peletakan titik reklame di bagian wilayah Kota Bandar Lampung ?

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan normatif dan empiris dengan data primer dan sekunder, dimana masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan lapangan. Analisis data dilakukan secara kualitatif

Hasil pembahasan menunjukan bahwa: Dalam peletakan titik reklame di bagian wilayah Kota Bandar Lampung, masih banyak reklame yang tidak sesuai dengan peraturan yang ditentukan, yaitu berupa reklame tidak berizin dikarenakan kurangnya pengawasan dari instansi terkait terhadap reklame yang akan didirikan. Faktor penghambat dalam peletakan titik reklame kurangnya pemahaman masyarakat dalam peraturan dan perizinan reklame dan kurangnya kesadaran pengguna jasa reklame.

Saran dalam penelitian ini adalah Tim Teknis Reklame melakukan pengawasan terhadap Adversting saat akan mendirikan reklame, juga pengawasan terhadap pengguna jasa reklame setiap 1 (satu) bulan dan menambah jumlah personil pada Tim Teknis Reklame agar program kerja pengawasan dan pengendalian peletakan titik reklame di bagian wilayah Kota Bandar Lampung dapat maksimal.

Kata Kunci : Reklame, Wilayah Peletakan Titik, Dinas Tata Kota, BPMP, Kota

(2)

ABSTRACT

LOCATION SELECTIONS OF ADVERTISING BILLBOARDS IN BANDAR LAMPUNG AREA

By

MURNI TRIANA

The selection of billboard advertising locations in a particular town area sometimes ignore provisioned Municipal Urban Planning. The existences of illegal advertising boards which are not in accordance to Main Road Class I, Class II, and Class III, have been regulated by Regional Government Regulation Number 14 in 2008 about Procedures of Advertising Billboard Permits, regulated by Regulation of Major Number 16 in 2014 about Road Class Classification for Selecting Billboard Advertising Locations and Installations. And regulated by Regulation of Major Number 17 in 2014 about Placement Main Road Class Commercial Street Billboards Point In Roads in the city of Bandar Lampung.

The problems in this research were: (1) how did regulation and conduct of billboard advertising location selection in Bandar Lampung? (2) what were inhibiting and supporting factors of billboard advertising location selection in Bandar Lampung?

This research used empirical and jurisdiction approaches by using primary and secondary data coming from literary study and field. Data were analyzed qualitatively.

The results showed that the billboard advertising location selection was conducted by Advertising Technical Team who had authority in monitoring and controlling billboard advertising location selection based on Regulation of Major Number 16 in 2014 about Road Class Classification for Selecting Billboard Advertising Locations and Installations. Inhibiting factors for Advertising Technical Team in monitoring were that there were no assistances and lack of monitoring to billboard advertising location selections in Bandar Lampung area.

The researcher recommends Advertising Technical Team to assist advertisers when they erect any billboard advertising, to monitor advertising service users in monthly basis and to add personnel for Technical Team to control billboard advertising so that monitoring and controlling program for billboard advertising location selections in Bandar Lampung area will be optimal.

Keywords : advertising, location selections, Municipal Urban Planning

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 13

Oktober 1991, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, putri

dari pasangan Alm. Ayah Amirurohim dan Ibu Husnidah.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Trisula Bandar

Lampung diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri

2 Teladan Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

di SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2010.

Pada tahun 2011 penulis di terima sebagai mahasiwa Fakultas Hukum Universitas

Lampung melalui jalur mandiri, dan menjadi Wakil Ketua Umum Himpunan

Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) pada tahun 2013. Penulis

mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2014 di Desa Sumber Bandung

(7)

Puji syukur kupanjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam untuk setiap

nafas yang kuhirup, detak jantung yang berdegup serta darah yang

mengalir dalam hidupku ini. Karena karunia-Mu dengan segala kerendahan hati

kupersembahkan karya ini untuk

Kedua orang tuaku Alm. Ayah Amirurohim dan Ibundaku Husnidah

yang telah melahirkan, merawat, dan memperjuangkan diriku menghadapi dunia

ini dengan tetesan keringat yang tidak dapat kubalas dengan apapun yang ada di

dunia ini. Serta memberikan do’a, dukungan, semangat, cinta dan kasih sayang

setiap hari untuk ku, sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini semata-mata untuk

bisa membanggakan kalian

Serta

(8)

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

(Qs. Ar-ra’ad : 11 )

Logic will get you from A to B, imagination will take you everywhere.

( Albert Einstein )

Happiness is when what you think, what you say

and what you do are in harmoni.

(9)

SANWACANA

Puji syukur Penulis kehadirat Allah SWT dan nabi Muhammad SAW yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Peletakan Titik Reklame Di Bagian Wilayah Kota

Bandar Lampung ”, Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka,

dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati Penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Akademik.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi

Negara dan sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah memberikan

arahan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Akib, S.H., M.Hum, selaku Dosen

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah memberikan

(10)

5. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku dosen Pembahas II yang juga

telah banyak memberi saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.

6. Ibu Ati Yuniati, S.H., M.H. selaku dosen penanggung jawab terimakasih

atas bantuannya selama ini.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi Penulis.

8. Segenap Pimpinan, Karyawan/Staff dan Keluarga Besar Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

9. Kepada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung

terimakasih atas bantuannya selama penulis melakukan riset.

10. Kepada Dinas Tata Kota Bandar Lampung terimakasih atas bantuannya

selama penulis melakukan riset.

11. Kepada Focus Advertising, Pelangi Advertising, dan Arthamoro

Advertising terimakasih atas bantuannya selama penulis melakukan riset.

12. Alm. Ayah Amirurohim dan ibunda Husnidah sebagai orang tua terbaik

yang telah memberikan do’a, dukungan, semangat, cinta dan kasih sayang

setiap hari.

13. Miranda Ramadhanti, S.E., Rahmat Indra Kresna S.E., Alm. muhammad

Risky Ramadhian Akbar, Muhammad Haritsyah, S.H., Iqlima Hasjmir

Kresna, dan Muhammad Abyan Hasjmir Kresna sebagai kakak, adik, dan

keponakan tersayang yang selalu membantu, memberikan do’a, dan

dukungan untuk saya.

14. Keluarga besar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) 2012 yang telah

memberi pengalaman berorganisasi dalam bingkai kekeluargaan.

15. Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) yang

(11)

16. Keluarga besar Panitia Law Faculty Basketball & Modern Dance Season 3

yang telah memberikan pengalaman dan kekeluargaan.

17. Terimakasih kepada sepupu saya tercinta Muhammad Rifani Agustam,

S.H., Jiwa Syahputra, S.H., Annisa Prima Chisdaniar, S.H., Ichsan

Syahputra, Tias Syahputri, dan Cempaka Sari Chisdaniar, Atas dukungan,

semangatnya dan kebersamaannya selama penulis mengerjakan skripsi.

18. Terimakasih banyak kepada Muhammad Fadel Noerman, Achmad Kamal,

S.H., dan Gilang Fardes Pratama, dan Tary Aktariani. Atas bantuannya

selama penulis mengerjakan skripsi.

19. Terimakasih banyak kepada Mutiara Puspa Rani, Untari Rachma W,

Triadhani Khairunnisa, dan Mia Nasya Tamara, dan Fitri Soraya Diharani.

Atas dukungan, semangat, canda tawa, dan kebersamannya selama ini.

20. Terimakasih kepada Shintya Sardi, Almira Balqis, Indah Nurfitria, Diasti

Rastosari, Gracelda Syukrie, Fitri Dwi Yuda, Muhammad Iqbal Wahyudi,

Suhendra Islami, S.H., Prabu Natagama, Agung Asadillah, Natalia

Khatrine, Miranti Dwi Saputri, Bayu Andrian, Taufik Hardiansyah, Abdul

Haris Ngabehi, Dea Octaviana Putri, Sari Tirta R, dan Ragiel Armanda

Arief. Atas dukungan, semangatnya dan kebersamaannya selama penulis

mengerjakan skripsi.

21. Terimaksih Kepada Ninda Agistya, Triya Putri Guyanti, Bripda. Frisca

Handayani. Sherly Purnama Sari, Ria Anugrah Fitri, Dinasti Hernatiara,

Devy Wira Buana, Agatha Putri Purnama Sari, Billy Raka Lukita, Achmad

Ridwan, Harsa Wahyu Ramadhan, Agung Tatmojo, dan Tyo Saezar. Atas

dukungan, semangatnya dan kebersamaannya selama penulis mengerjakan

(12)

22. Terimakasih kepada Aldo Perdana Putra, S.H., Sandi, Zaki Ikhsan Samad,

Nico Cahya, Ruri Kemala, Nurul Zahra Syafitrie, Ayu Sofia, Nuryanti

Simarmata, dan Nana Ratna. atas dukungan, semangat dan kebersamaanya

selama ini.

23. Seluruh Angkatan 2010, 2011, 2012, dan 2013. Fakultas Hukum Unila

yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan,

semangat dan kebersamaanya selama ini

24. Kepada Iyay Zakaria, Iyay misyo, Mas Hadi, Ibu Yenti, Aa dan Teteh

kantin, Sari, Emak, Tante, dan Mas Fotocopy. Terimasih atas bantuannya

selama ini.

25. Almamater tercinta dan Tanah Airku INDONESIA

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, Penulis memohon maaf yang

sebesar-besarnya atas kekurangsempurnaan skripsi ini. Namun demikian, Penulis berharap

semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan

ilmu hukum pada khususnya dan khalayak pada umumnya.

Bandar Lampung, Februari 2015

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ABSTRACT ABSTRAK PERSETUJUAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO

SANWACANA DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... ...1

1.2 Rumusan Masalah ... ...5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... ...5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... ...5

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... ...6

BAB II TUJUAN PUSTAKA 2.1 Reklame... ...7

2.1.1 Pengertian Reklame ... ...7

2.1.2 Penggolongan Reklame ... ...10

2.1.3 Prosedur Pemasangan Reklame ... ...13

2.1.4 Perencanaan dan Penataan Lokasi Reklame ... ...16

2.1.5 Pengertian Peletakan Titik Reklame ... ...18

(14)

2.2.1 Konsep Tata Ruang dan Perencanaan Tata Ruang ... ...24

2.2.2 Bagian Wilayah Kota ... ...28

2.2.3 Tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah ... ...30

2.2.4 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah ... ...32

2.3 Pengertian Adversting ... ...33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah ... ...35

3.2 Sumber Data ... ...35

3.3 Pengumpulan Data ... ...37

3.4 Teknik Pengolahan Data ... ...38

3.5 Analisis Data ... ...38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... ...40

4.1.1. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung ... ...40

4.1.2 Dinas Tata Kota Bandar Lampung ... ...42

4.1.3 Perusahaan Advertising ... ….45

4.2 Pengaturan dan Pelaksanaan Peletakan Titik Reklame di Bagian Wilayah Kota Bandar Lampung ... ...47

4.2.1 Pengaturan Peletakan Titik Reklame di Bagian Wilayah Kota Bandar Lampung ... ...47

4.2.2 Pelaksanaan Peletakan Titik Reklam di Bagian Wilayah Kota Bandar Lampung ... ...60

4.3Faktor Penghambat Pelaksanaan Peletakaan Titik Reklame di Bagian Wilayah Kota Bandar Lampung... ...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran... ... 72

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat,

terutama yang hidup di daerah perkotaan untuk dapat mengetahui berbagai macam

informasi serta produk konsumsi yang akan digunakan. Iklan merupakan sarana

informasi dan promosi yang efektif dalam mempengaruhi konsumen untuk

membeli benda konsumsi yang akan digunakan. Saat ini banyak sarana promosi

yang digunakan oleh pelaku usaha untuk pemasaran produknya. Sarana periklanan

khususnya di Kota Bandar Lampung, yang semakin marak belakangan ini adalah

melalui media reklame, baik reklame papan/billboard/megatron, kain, sticker,

selebaran, udara, suara, film/slide, dan lainnya. Penggunaan reklame sebagai

sarana informasi dan promosi, menjadikan reklame mempunyai kedudukan

penting pada kehidupan ekonomi masyarakat luas1.

Reklame atau iklan media luar ruang adalah suatu media periklanan besar yang

biasa digunakan para perusahaan untuk memasarkan produk dan/atau memberikan

1

Anggi Aribowo, Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaraan Perizinan Reklame

(16)

2

informasi-informasi kepada masyarakat luas. Reklame pada umumnya

ditempatkan di area yang sering dilalui oleh masyarakat, misalnya pada sisi

persimpangan jalan raya, yang ditujukan untuk dilihat pejalan kaki maupun

pengendara kendaraan bermotor yang melewatinya2. Reklame juga merupakan

sebagai alat komunikasi visual dalam lingkungan perkotaan, dengan tujuan untuk

mempromosikan sesuatu kepada masyarakat. Reklame dapat digunakan baik

untuk iklan komersial, iklan sosial, maupun iklan politik3. Reklame umumnya

berisi ilustrasi yang besar dan menarik disertai dengan slogan.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (8) Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14

Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame, Reklame adalah benda, alat

perbuatan atau media yang menurut bentuk, susunan dan/atau corak ragamnya

untuk tujuan komersil dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau

memujikan suatu barang, jasa ataupun untuk menarik perhatian umum kepada

suatu barang, jasa, seseorang atau badan yang diselenggarakan/ditempatkan atau

dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum.

Peletakan titik reklame di Kota Bandar Lampung masih perlu dilakukan analisis

serta pengamatan dalam menentukan wilayah atau area mana yang layak untuk

pemasangan reklame, guna mewujudkan Kota Bandar Lampung sebagai Kota

Tapis Berseri. Hal tersebut perlu didukung dengan penciptaan tata letak reklame

bertiang luar ruang yang sesuai dengan ketentuan teknis konstruksi bangunan dan

memenuhi nilai estetika serta agar reklame-reklame ilegal yang ada tidak semakin

2

http://www.google.com/url.wikipedia.org/wiki/Reklame, dilihat pada tanggal 1 Oktober 2014, pukul 20.25 wib.

3

(17)

banyak di Kota Bandar Lampung. Pada Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Bandar

Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame, telah

ditentukan kawasan pemasangan reklame di Kota Bandar Lampung, yaitu

kawasan bebas, kawasan khusus, kawasan selektif, dan kawasan umum.

Berkaitan dengan keberadaan reklame yang semakin semerawut di kota Bandar

Lampung, Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang berkaitannya dengan

reklame, peraturan tersebut yaitu Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara

Perizinan Reklame, Peraturan Walikota Nomor 16 Tahun 2014 tentang Kelas

Jalan Peletakan Titik Reklame dan Pemasangan Reklame. Dan Peraturan

Walikota Nomor 17 Tahun 2014 tentang Penetapan Kelas Jalan Nilai Komersial

Titik Reklame Pada Ruas Jalan Kota Bandar Lampung. Lahirnya peraturan di atas

adalah untuk mewujudkan Kota Bandar Lampung sebagai Kota Tapis Berseri

yang perlu didukung dengan penciptaan tata letak reklame bertiang luar ruang

yang sesuai dengan ketentuan teknis kontruksi bangunan dan memenuhi nilai-nilai

estetika dan keberadaan reklame di Kota Bandar lampung menjadi tertib, tertata,

dan tidak membahayakan keselamatan masyarakat.

Penempatan reklame di suatu kota dalam praktiknya, seringkali tidak

mengindahkan rencana tata ruang kota yang sebenarnya telah ditentukan dalam

suatu peraturan. Keberadaan reklame dapat ditemukan hampir di setiap sudut jalan

raya tanpa memperhatikan aspek keindahan kota sehingga menimbulkan kesan

tidak terpelihara dengan baik. Banyak reklame yang berdiri tegak di tempat yang

tidak semestinya dan tanpa izin, seperti di ruang terbuka hijau, pohon-pohon,

(18)

4

tidak bertanggung jawab. Penempatan reklame yang tidak sesuai dengan tepat

yang telah disediakan dan tanpa izin tentu saja mengganggu hak masyarakat untuk

menikmati ruang publik yang bersih, nyaman, dan aman.

Salah satu kerugian nyata akibat keberadaan reklame liar atau yang berdiri tanpa

izin terjadi di Kota Bandar Lampung yang diberitakan oleh koran Lampung Post.

Dinas Tata Kota Bandar Lampung menebang 5 (lima) reklame tidak berizin. Lima

reklame tersebut berlokasi di Jalan Arif Rahman Hakim sebanyak 2 (dua) buah,

Jalan Morotai 1 (satu) buah, dan Jalan Ratu Dibalau sebanyak 3 (tiga) buah.

Selain tidak berizin reklame tersebut tidak di ketahui siapa pemiliknya dan kondisi

kontruksinya yang sudah buruk. Menurut informasi Dinas Tata Kota Bandar

Lampung juga telah mengirim surat teguran kepada perusahaan advertising yang

mendirikan reklame di Jalan Teuku Umar, karena reklame tersebut berdiri di

tengah median jalan, dan dinilai melanggar4.

Kasus ini merupakan bukti jelas bahwa penempatan reklame masih tidak sesuai

dengan peraturan yang ada. Tidak adanya suatu pengawasan pemasangan reklame

dan tanpa adanya izin pendirian atau pemasangan reklame berdampak pada tidak

tertatanya kota dan kurangnnya keindahan kota, serta dapat membahayakan

keselamatan masyarakat apabila dari kontruksi tiang reklame tidak terpelihara

dengan baik. Seharusnya, penempatan reklame pada titik-titik tertentu dalam

rencana tata ruang kota harus sesuai dengan mekanisme perizinan yang sudah

diatur, pemerintah dan aparat yang berkaitan juga harus lebih tegas dalam

menangani masalah reklame liar ini.

4

(19)

Berdasarkan pemaparan di atas dan kondisi di lapangan, penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengaturan penentuan titik reklame di

Kota Bandar Lampung yang dimaksudkan untuk mengurangi dan/atau

menertibkan titik-titik peletakan reklame yang bertebaran di kota Bandar

Lampung yang bisa dikatakan tidak layak tampil dan penempatannya menyalahi

aturan yang berlaku sehingga menyebabkan polusi visual. Oleh karena itu, maka

penulis akan melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam judul skripsi yaitu

Peletakan Titik Reklame di Bagian Wilayah Kota Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a) Bagaimana pengaturan dan pelaksanaan peletakan titik reklame di bagian

wilayah Kota Bandar Lampung?

b) Apakah faktor penghambat dalam peletakan titik reklame di bagian wilayah

Kota Bandar Lampung?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitan

Penelitian ini bertujuan untuk deskripsi lengkap, rinci, jelas, dan sistematis

mengenai

a) Pengaturan dan pelaksanaan peletakan titik reklame di bagian wilayah Kota

Bandar Lampung.

b) Faktor penghambat dalam peletakan titik reklame di bagian wilayah Kota

(20)

6

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas juga memperdalam ilmu

hukum administrasi negara dan memberikan kontribusi pada hukum tata

lingkungan khususnya mengenai peran sentral pemerintah dalam Pengendalian

terhadap penentuan titik reklame.

b) Kegunaan Praktis

Secara praktis, kegunaan dari penelitian ini adalah:

1) Memberikan masukan mengenai usaha dalam mengoptimalkan peran

Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam pengendalian terhadap penentuan

titik reklame serta faktor-faktor penghambat dalam dalam pengendalian

terhadap penentuan titik reklame agar dapat bermanfaat bagi masyarakat

Bandar Lampung dan mengetahui dengan lebih jelas bagaimana bentuk

pengendalian Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam penentuan titik

reklame.

2) Sebagai rekomendasi strategis kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung

dalam pengendalian terhadap penentuan titik reklame melalui pemberian

sanksi kepada pihak-pihak yang melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh

undang-undang.

3) Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reklame

2.1.1 Pengertian Reklame

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia reklame adalah pemberitahuan kepada

umum tentang barang dagangan, dengan pujian atau gambar dan sebagainya,

dengan tujuan agar dagangan tersebut lebih laku. Pengertian reklame menurut

Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame

menyatakan bahwa, reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang

menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk

memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang,

ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang

yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat

oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintahan.

Dari pengertian reklame diatas, maka definisi izin reklame secara sederhana

adalah izin yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk penyelenggaraan reklame1.

1

(22)

8

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Daerah Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008

tentang Tata Cara Perizinan Reklame, menurut jenisnya, reklame dapat dibedakan

menurut sifatnya, yaitu :

a. Reklame Biasa adalah memperlihatkan daya tarik dari barang-barang

yang telah terwujud dan dapat dirasakan.

b. Propaganda adalah bersifat saran, petunjuk, ajakan, penerangan dan

sebagainya.

c. Reklame kecil adalah reklame yang berukuran luas sampai dengan 12

m2.

d. Reklame sedang adalah reklame yang berukuran luas lebih dari 12

sampai dengan 24 m2.

e. Reklame besar adalah reklame yang berukuran luas di atas 24 m2.

f. Reklame sementara adalah reklame yang di selenggarakan untuk

kegiatan tertentu dan berjangka waktu maksimal 3 (tiga) bulan dengan

bahan yang digunakan berupa kain, triplek, dan sejenisnya.

Penyelenggaraan reklame dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan usaha atau perusahaan periklanan, baik untuk dan di atas nama

sendiri atau nama orang lain. Seperti penyelenggaraan kampanye yang dilakukan

oleh partai politik yang dilakukan serentak, artinya dengan menggunakan setiap

media reklame dengan tujuan mempromosikan penjualan barang-barang, jadi

sifatnya menyeluruh. Pemasangan reklame juga harus memperhatikan estetika

kota agar keserasian antara luas bentuk, jenis dan cara pemasangan reklame sesuai

dengan kawasannya yang ada, juga memperhatikan tempat dimana reklame

(23)

Pelaksanaannya pemasangan reklame yang mendapatkan izin dan di perbolehkan

oleh pemerintah, yaitu reklame dalam bentuk reklame kain (spanduk), materi

reklame billboard (yang telah mendapatkan izin peletakan titik reklame), vertikal

banner, reklame udara, reklame kendaraan, umbul-umbul, materi reklame

megatron/videotron/large electronic display (yang telah mendapatkan izin

peletakan titik reklame.

Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 16 Tahun 2014 tentang

Kelas Jalan Peletakan Titik Reklame Dan Pemasangan Reklame, dalam

pemasangan reklame yang layak sesuai dengan peraturan pemerintah diatas yaitu :

1. pemasangan reklame billboard satu muka harus memperhatikan aspek estetika

pada bagian belakang kontruksi reklame dengan cara menutup dengan kain

atau vinyl dan sejenisnya yang berisi himbauan atau pesan sosial Pemerintah.

2. Pada kawasan selektif pemasangan Reklame diwajibkan dengan ketentuan:

a. pemasangan reklame yang berupa identitas lembaga kantor pemerintah dan

swasta berada diluar ruang milik jalan dan ditempatkan pada pagar bagian

dalam halaman.

b. pemasangan reklame yang berupa identitas nama merk toko dilakukan

menempelkan pada bangunan.

3. Pemasangan reklame berupa identitas nama merk toko pada semua kelas jalan

harus dilakukan dengan cara menempel pada bangunan.

4. Untuk reklame yang diselenggarakan oleh partai politik dan ormas harus

mendapat rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dan atau

(24)

10

5. Pemasangan reklame yang berdekatan dengan jaringan PLN harus

mempertimbangkan jarak aman.

6. Bagi tiang kontruksi reklame yang terbuat dari bahan konduktif/pengantar arus

maka tiang tersebut harus dilengkapi dengan arde dan isolasi.

Perusahaan iklan harus memperhatikan prosedur-prosedur tersebut dalam

melakukan pemasangan reklame, agar Kota Bandar Lampung tetap terjaga

kerapihan, ketertiban dan keindahannya.

2.1.2 Penggolongan Reklame

Penggolongan reklame berdasarkan atas 3 (tiga) kelompok, yaitu jenis, lokasi

penempatan, dan masa izin. Setiap kelompok memiliki kekurangan dan kelebihan

serta memiliki banyak macam jenis, antara lain dijelaskan pada bagian dibawah

ini. Adapun penggolongan reklame berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar

Lampung Nomor 14 Tahun 1008 tentang Tata cara Perizinan Reklame, yaitu :

1. Reklame Berdasarkan Jenis

Reklame berdasarkan jenis yaitu terdiri dari :

a. Reklame Selebaran/Brosur/Leaflet merupakan reklame yang berbentuk

lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, dijual, atau

diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang,

digantungkan, pada suatu benda lain. Contoh: Brosur, Leaflet, Katalok,

Undangan ataupun tiket yang mengandung iklan.

b. Reklame Stiker/Melekat merupakan reklame yang berbentuk lembaran lepas

diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, atau dapat diminta untuk

dapat ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantung pada suatu benda dengan

(25)

c. Reklame Kain/Spanduk/Umbul-Umbul, reklame kain adalah reklame yang

diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk juga plastik, karet

atau bahan lain yang sejenis dengan itu. Termasuk reklame kain adalah

bendera, tenda, krey, umbul-umbul yang terbuat dari kain, karet, karung dan

sejenisnya.

d. Reklame Film/Slide merupakan reklame yang diselenggarakan dengan cara

menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan lain yang

sejenisnya, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar

atau benda-benda lain di dalam ruang yang dibedakan menjadi dua yaitu

dengan suara atau tanpa suara.

e. Reklame Udara reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan

gas, leser, pesawat atau alat lain sejenisnya. Termasuk reklame udara adalah

reklame balon, dan reklame yang diterbangkan dengan pesawat.

f. Reklame Suara reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata

yang diucapkan atau dengan kata-kata yang ditimbulkan dari atau oleh

perantaraan alat.

g. Reklame Peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara

memperagakan suatu barang dengan atau tanpa suara yang terbagi menjadi dua

yaitu diluar ruangan yang bersifat permanen, dan bersifat tidak permanen.

h. Reklame Megatron/Videotron/Led merupakan jenis reklame yang

menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar

maupun tidak, dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat

(26)

12

i. Reklame Billboard/Papan adalah reklame yang terbuat dari seng, alumunium,

fiberglass, kaca, batu logam, alat penyinar atau bahan lain sejenisnya, dipasang

pada tempat yang disediakan atau digantung/ ditempel/dibuat pada bangunan

tembok, dinding, pagar, pohon, tiang, dan sebagainya baik bersianr maupun

tidak. Reklame Billboard/Papan terdiri dari tiang dengan penerangan, tiang

tanpa penerangan, menempelkan dengan penerangan, menempelkan tanpa

penerangan.

j. Reklame Berjalan adalah reklame berjalan/kendaraan disebut juga dengan

Transit adalah reklame yang ditempeilakan pada kendaraan atau benda yang

bersifat mobile baik mempergunakan kendaraan atau dibawa orang.

k. Reklame Baliho merupakan reklame yang terbuat dari papan kayu/tripleks atau

bahan lain yang sejenis, dipasang pada tiang atau kontruksi lain yang sifatnya

tidak permanen.

2. Reklame Berdasarkan Titik Penempatan

Reklame berdasarkan titik penempatan yaitu terdiri dari:

a. Reklame dalam ruang/Indoor adalah reklame yang berada didalam bangunan

dengan sasaran penyelenggaraannya eye catcher didalam bangunan itu sendiri.

b. Reklame luar ruang/Outdoor adalah reklame yang ditempatkan pada lokasi

diluar bangunan, atau reklame yang terletak dalam bangunanakan tetapi

sasaran penyelenggaraannya bersifat eye catchier berada diluar bangunan.

3. Reklame Berdasarkan Izin

Reklame berdasarkan izin yaitu terdiri dari :

(27)

i. Reklame Insidentil adalah reklame yang masa izinnya kurang dari satu tahun.

Reklame yang masuk dalam kategori Reklame insidentil adalah reklame yang

diselenggarakan untuk masa-masa tertentu/insidentil. Jenis-jenis reklame ini

adalah baliho, spanduk/umbul-umbul/poster, selembaran/brosur/leaflet,

stiker/melekat, slide/film baik dengan suara maupun tanpa suara, reklame

udara, reklame suara, reklame peragaan luar ruang maupun bersifat permanen

dan tidak permanen.

ii. Reklame Tetap adalah reklame yang masa izinya berlaku hanya satu tahun.

Jenis-jenis Reklame Tetap adalah reklame megatron/ videotron/led, billboard

tiang dengan peragaan, billboard tiang menempel pada penerangan, billboard

menempel pada peragaan, billboard menempel pada penerangan, kendaraan

berjalan/transit.

2.1.3 Prosedur Pemasangan Reklame

Pemasangan reklame harus memperhatikan aspek estetika kota, pemasangan

reklame juga tidak sembarang memasang atau mendirikan reklame. Perusahaan

iklan ataupun reklame atas nama pribadi harus melalui prosedur-prosedur yang

sudah ditetapkan pemerintah Kota Bandar Lampung, seperti yang sudah

tercantum pada Peraturan daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008

tentang Tata Cara Perizinan Reklame.

Pemasangan semua jenis reklame yang berada dalam wilayah Kota Bandar

Lampung harus mendapat izin dari Walikota, yaitu dengan luas panggung reklame

lebih dari 24 m2 dan terlebih dahulu harus dilakukan pengkajian oleh Tim Teknis

(28)

14

untuk melakukan pengkajian secara teknis konstruksi dan estetika bangunan

reklame bertiang luar ruang yang dibentuk oleh walikota dengan susunan

personalia terdiri dari unsur Satuan Kerja Pangkat daerah Kota Bandar Lampung

terkait. Apabila pemasangan reklame pada sarana atau prasarana Kota diatur lebih

lanjut dalam Pengaturan Walikota dan tetap memperhatikan nilai-nilai estetika

maka keindahan dan kerapihan kota tetap terjaga.

Sebelum dapat memasang reklame, terlebih dulu pelaku usaha reklame harus

memenuhi persyaratan administratife berupa perizinan, antara lain

1. Persyaratan Izin Peletakan Titik Reklame

a. Fotokopi KTP yang masih berlaku.

b. Pemohon mengisi formulir Izin Peletakan Titik Reklame.

c. Melampirkan rencana peletakan titik reklame dan persetujuan. pemilik lahan

dan bangunan untuk reklame yang dipasang diluar sarana dan prasarana kota.

d. Melampirkan bukti pembayaran sewa lahan (untuk reklame di sarana dan

prasarana kota).

e. Melampirkan tanda bukti kepemilikan tanah/bangunan yang dipasang diluar

sarana/prasarana kota.

f. Melampirkan surat pernyataan bersedia menangung segala resiko sebagai

akibat penempatan dan pemasangan reklame yang menimbulkan kerugian pada

pihak lain.

g. Melampirkan surat pernyataan untuk menyerahkan biaya jaminan

pembongkaran kepada Pemerintah Daerah apabila tidak melaksanakan

(29)

Walikota dan Penyelenggara reklame tidak melaksanakan pembongkaran

konstruksi reklame dalam jangka waktu paling lama 1 (bulan) sejak

berakhirnya masa berlaku izin.

h. Melampirkan polis asuransi jiwa dan konstruksi reklame (setelah mendapat

persetujuan Tim Teknis Perizinan Reklame).

i. Menyerahkan biaya jaminan pembongkaran reklame.

j. Melampirkan fotokopi IMB konstruksi reklame.

k. Melampirkan gambar teknis/konstruksi reklame yang dibuat oleh tenaga ahli

atau Konsultan dan diketahui oleh Dinas Pekerjaan Umum yang terdiri dari.

i. Gambar denah/Peta Situasi/Tata Letak dengan skala 1: 100.

ii. Gambar gambar tampak depan, samping dan atas dengan skala 1:100.

iii. Gambar dan perhitungan biaya konstruksi reklame.

iv. Gambar detail rangka bidang reklame dengan skala 1:50.

v. Gambar detail pondasi dengan skala 1:50.

vi. Asli Surat Izin Peletakan Titik Reklame bagi perpanjangan.

2. Standar biaya tidak dipungut biaya.

3. Standar waktu penerbitan 15 (lima belas) hari kerja.

4. Masa berlaku izin 3 (tiga) tahun.

Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14

Tahun 2008 tentang Cara Perizinan Reklame Kota Bandar Lampung, yang

dimaksud dengan penyelenggaraan reklame adalah :

1. Penyelenggaran Reklame jenis besar, sedang dan kecil di Prasarana Kota

maupun di luar Prasarana Kota harus diselenggarakan oleh jasa periklanan

(30)

16

2. Tanda Daftar Penyelenggaraan Reklame dibuktikan dengan Nomor Pokok

Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

Apabila semua prosedur di atas tidak dipenuhi bahkan perusahaan iklan tidak

sama sekali memiliki izin dalam pemasangan reklame, maka tim teknis perizinan

reklame dan tim penertiban reklame, atau penyidik di lingkungan pemerintah

daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melalukan penyidikan

tindak pidana dibidang Tata Cara Peizinan Reklame. Pemberlakuan pula sanksi

administrasi yaitu walikota akan mencabut izin pemasangan, pembongkaran, dan

penurunan terhadap reklame yang telah terpasang.

2.1.4 Perencanaan dan Penataan Lokasi Reklame

Pemasangan reklame juga harus memperhatikan lokasi penempatan reklame yang

sudah ditetapkam pemerintah daerah. Dalam perencanaan dan penempatan titik

lokasi reklame dilaksanakan oleh Tim Teknis Perizinan Reklame. Berdasarkan

Peraturan Walikota Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Kelas Jalan Peletakan Titik

Reklame dan Pemasangan Reklame, penempatan lokasi reklame sudah diatur

setiap lokasi penempatannya, berikut adalah lokasi penempatan rekalme

berdasarkan undang-undang diatas, yaitu :

1. Penataan lokasi reklame dilakukan berdasarkan kelas jalan dan kawasan

reklame.

2. Kelas jalan lokasi reklame meliputi :

a. Jalan kelas utama diperuntukan untuk peletakan titik reklame besar dan

sedang kecuali pada jalan yang telah dietapkan sebagai kawasan bebas

(31)

b. Jalan kelas I diperuntukan untuk peletakan titik reklame besar, sedang dan

kecil kecuali pada jalan yang telah ditetapkan sebagai kawasan bebas reklame.

c. Jalan kelas II hanya untuk peletakan titik reklame sedang dan kecil kecuali

jalan yang telah ditetapkan sebagai kawasan bebas reklame.

d. Jalan kelas III hanya untuk peletakan titik reklame kecil kecuali pada kawasan

bebas reklame yang telah ditetapkan.

e. Penentuan kelas jalan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c dan d

tercantum pada Lampiran 1 Peraturan ini.

3. Penentuan kelas jalan sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan berdasarkan

nilai komersil reklame.

4. Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a dapat dikecualikan untuk

pemasangan reklame neon box.

5. Khusus untuk reklame rokok tidak diperkenankan dipasang di kawasan jalan

utama.

Pemasangan reklame selain memeperhatikan prosedur, juga lokasi pemasangan

agar reklame tersebut tidak mengganggu dan membahayakan pejalan kaki maupun

pengendara bermotor maka saat pemasangan harus memperhatikan badan jalan.

Badan Jalan adalah daerah yang meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur

pemisah dan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Peraturan mengenai daerah

kawasan reklame yang sudah ditentukan pemerintah daerah, yang tentu saja sudah

di atur di dalam Peraturan Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Kelas Jalan Peletakan

Titik Reklame Dan Pemasangan Reklame, yaitu :

(32)

18

a. Kawasan bebas yaitu kawasan yang sama sekali tidak diperbolehkan

diselenggarakan reklame.

b. Kawasan khusus adalah kawasan yang diperbolehkan, diselenggarakan

kegiatan reklame yang menempel pada bangunan dan atau diatas bangunan

karena dilihat dari segi teknis dan estetika tidak memungkinkan

diselenggarakan reklame bertiang.

c. Kawasan selektif adalah kawasan diperbolehkan diselenggarakan kegiatan

reklame dengan titik reklame terpilih.

d. Kawasan umum, adalah kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan kegiatan

reklame dengan titik diluar kawasan khusus.

2. Ketentuan kawasan bebas sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) huruf a dapat

dikecualikan untuk :

a. Penyelenggaran reklame oleh instansi Pemerintah.

b. Lokasi yang sudah ditetapkan sebagai panggung reklame.

c. Penyelenggaran reklame yang mendapat persetujuan Walikota.

3. Pengecualian sebagaimana dimakasud pada ayat (1) diberikan hanya untuk

jenis reklame sementara dan berjangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

dan dapat diperpanjang kembali maksimal 1 (satu) kali dengan menunjukan

permohonan kepada Walikota Bandar Lampung.

4. Kategori dan rincian masing-masing daerah kawasan reklame sebagaiman

tersebut dalam lampiran II peraturan ini.

2.1.5 Pengertian Peletakan Titik Reklame

Reklame yang berada di Kota Bandar Lampung, perlu adanya suatu pengaturan

(33)

untuk melakukan pengendalian terhadap peletakan titik reklame yang berada di

luar ruang Kota Bandar Lampung dan seharusnya izin pemanfaatan ruang

diproleh melalui prosedur yang benar, tetapi kenyataannya terbukti tidak sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah2.

Sementara itu, pengendalian ialah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan

rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna

penyempurnaan lebih lanjut, proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan

sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Pengendalian adalah proses

untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang

telah direncanakan. Penempatan reklame yang ditata dengan baik dapat

memperindah ruang kota. Namun kenyataannya reklame yang ada menambah

kesemerautan yang cenderung merusak pemandangan wajah kota.

Peletakan titik reklame dan pemasangan semua jenis reklame yang berada dalam

wilayah Kota Bandar Lampung harus mendapatkan izin dari walikota.

Mendapatkan persetujuan peletakan titik reklame dengan luas panggung reklame

lebih dari 24 m2 terlebih dahulu harus dilakukan pengkajian oleh Tim Teknis

Perizinan Reklame. Penyelenggara reklame yang akan memasang reklame baik di

dalam maupun diluar sarana atau prasarana kota wajib mengajukan pemasangan

reklame kepada Walikota. Pemasangan reklame yang berada di kawasan selektif

akan diatur lebih lanjut dalam peraturan Walikota dan harus sesuai dengan

panggung reklame yang ada di kawasan tersebut.

2

(34)

20

Panggung Reklame adalah suatu sarana atau tempat pemasangan reklame satu

atau beberapa reklame yang diatur secara terpadu dengan baik dalam suatu

komposisi yang estetis, baik dari segi kepentingan penyelenggara, masyarakat

yang melihat maupun keserasiannya dengan pemanfaatan ruang kota beserta

lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 16 Tahun 2014

Tentang Kelas Jalan Peletakan Titik Reklame dan Pemasangan Reklame.

Peletakan titik dan pemasangan reklame pada sarana/prasarana kota berdasarkan

peraturan pemerintah daerah yang telah ditentukan di atas, yaitu :

1. Peletakan titik dan pemasangan reklame yang dapat dipasang pada titik jalan

dengan ketentuan :

a. Ketinggian ruang bebas untuk reklame jenis kecil (neon box) minimal 2,50 m

dengan lebar papan reklame tidak melebihi lebar median jalan dan atau tidak

melebihi jalur tepian.

b. Dipasang dengan porsi vertikal dan atau horizontal.

c. Jarak pemasangan antar kontruksi reklame neon box minimal 20 m.

d. Jarak minimal semua jenis reklame dengan alat pemberi isyarat lalu lintas

(traffic light) adalah 25 m dan tidak menggangu pandangan fasilitas sarana dan

prasarana lalu lintas angkutan jalan raya.

e. Pemasangan reklame pada median jalan yang digunakan sebagai jalur hijau

tidak boleh menggangu/menebang pohon.

2. Peletakan titik dan pemasangan reklame yang dapat dipasang pada jembatan

penyebrangan orang (JPO) adalah reklame papan dengan ketentuan :

(35)

b. Dipasang pada ketinggian 1,5 m dari lantai dasar jembatan.

3. Peletakan titik dan pemasangan reklame yang dapat dipasang pada halte bus

adalah reklame papan dengan ketentuan :

a. Ketinggian maksimum 1,5 m dari bangunan tertinggi halte bus.

b. Kontruksi menempel pada bangunan dan luas disesuaikan dengan bentuk

bangunan.

c. Reklame tidak boleh melebihi badan jalan.

4. Peletakan titik dan pemasangan reklame yang dapat dipasang pada pos jaga

Polisi/Pos Pengawas, WC Umum, Gapura, Jalan Kota, Telepon Umum, dan

Bus Surat adalah reklame papan kontruksi menempel dan luas disesuaikan

dengan bentuk bangunan.

5. Peletakan titik dan pemasangan reklame yang dapat dipasang pada Gelanggang

Olah Raga, Terminal, Pasar, Tempat Rekreasi dan Hiburan adalah reklame

papan, kain, poster udara, slide, atau film, dan megatron.

6. Peletak titik dan pemasangan reklame tidak dapat didirikan di trotoar dan bahu

jalan.

Peletakan titik dan pemasangan reklame diluar sarana/prasarana kota, yaitu :

1. Jenis reklame dapat dipasang diluar sarana/prasarana kota adalah reklame

papan kain/plastic vynil, udara, slide film, dan megatron serta reklame

kendaraan.

2. Peletakan titik dan pemasangan reklame tidak boleh menghilangkan estetika

bangunan dan batas reklame tidak melampaui Ruang Milik Jalan (Rumija).

3. Peletakan titik dan pemasangan reklame diatas bangunan, ketinggiannya tidak

(36)

22

dan media reklame tidak boleh melebihi lebar bangunan dan

mempertimbangkan kontruksi bangunan.

4. Peletakan titik dan pemasangan reklame diatas tanah di lingkungan perumahan,

perkantoran, dan perdagangan ketinggian ruang bebas minimal 2,5 m dengan

ukuran maksimal 50 m2 dan dipasang secara vertikal.

5. Peletakan titik dan pemasangan reklame diatas bangunan di lingkungan

perumahan, perkantoran, dan perdagangan, ketinggian ruang bebas maksimal

2,5 m dengan ukuran maksimal 50 m2 dan dipasang secara vertikal.

6. Peletakan titik dan pemasangan reklame berukuran lebih dari 50 m2 harus

memperhatikan kontruksi dan kondisi serta situasi lingkungan setempat.

Ketentuan di atas merupakan ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam

melakukan pemasangan reklame. Apabila penyelenggara atau perusahaan iklan

tidak mengindahkan ketentuan tersebut pemerintah akan mengenakan sanksi

administrasi bahkan sanksi pidana terhadap perusahaan advertising yang

bersangkutan. Perusahaan advertising sebelum dapat melakukan pemasangan di

lokasi terkait peletakan reklame tersebut, pengguna jasa reklame harus tetap

memperhatikan ini. Maka dari itu pengguna jasa reklame harus melakukan

pengajuan izin ke dinas yang terkait.

Izin mempunyai pengertian untuk pembebasan, dispensasi dan konsensi. Izin pada

umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai

suatu tatanan tertentu atau menghalangi keadaan-keadaan buruk, seperti

pembebasan (dispensasi) yaitu pengecualian atas pelarangan sebagai aturan

(37)

izin yang berkaitan dengan usaha yang diperuntukan untuk kepentinagn umum3.

Izin peletakan reklame adalah izin yang diterbitkan oleh walikota atau pejabat

yang ditunjuk sebagai bukti legalitas persetujuan atas titik lokasi pemasangan

reklame bertiang luar ruang, reklame yang menempel pada bangunan di sarana

dan prasarana kota serta reklame yang menempel pada bangunan di luar sarana

dan prasarana kota. Menurut E. Utrecht dikatakan izin bilamana pembuat

peraturan tidak melarang suatu perbuatan tetapi memperkenankannya asal saja

diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkrit4. Pembuat

administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut adalah suatu izin

dibawah pengawasan alat-alat perlengkapan administrasi negara5.

Menurut Syachran Basah, salah satu fungsi hukum adalah direktif, di samping

fungsi lainnya seperti integratif, persprektif, dan korektif. Fungsi direktif yaitu

sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang hendak

dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara6. Peletakan titik merupakan

suatu penentuan zonasi yang diatur dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataa Ruang. Peletakan titik atau zonasi merupakan ketentuan yang

mengatur pemanfaat ruang dan unsur-unsur yang pengendalian yang disusun

untuk setiap zona peruntukan sesuai tentang rencana rinci tata ruang.

Pengaturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh

dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan

tentang amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien bangunan, koefisien

3

Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University Press, 1993, Surabaya, hlm.2-3.

4

Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara. PT. Grafindo Aditya Bakti, 2001, Bandung, hlm.80.

5

Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan, Jogjakarta, 1984. hlm.79.

6

(38)

24

lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan) penyediaan sarana dan prasarana,

serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman,

nyaman, produktif dan berkelanjutan7.

2.2 Tata Ruang Wilayah

2.2.1 Konsep Tata Ruang dan Perencanaan Tata Ruang

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR)

menyebutkan bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang

lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan

makhluk hidup lainnya, hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara

kelangsunagn hidupnya. Pengertian ini membawa kita kepada makna pentingnya

ruang bagi kelangsungan hidup dan kehidupan manusia dan mahluk hidup

lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang sistematis untuk

menata ruang dan keharmonisan dalam mencapai tujuan pemanfaatan ruang, yaitu

kesejahteraan yang berkelanjutan.

Penataan ruang menurut peraturan perundang-undangn merupakan suatu sistem,

proses prencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan

ruang dan juga meliputi asas dan tujuan penataan ruang yaitu :

1. Keterpaduan

2. Keserasian, keselarasan dan keseimbangan

3. Keberlanjutan

4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan

5. Keterbukaan

7

(39)

6. Kebersamaan dan kemitraan

7. Pelindung kepentingan umum

8. Kepastian hukum dan keadilan

9. Akuntabilitas

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah

nasional yang aman, nyaman, produktif berkelanjutan, berlandasan wawasan

Nusantara dan ketahanan nasional dengan :

1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.

2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber

daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, dan

3. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatife

terhadap lingkungan terhadap pemanfaatan ruang.

Dalam pengaturan penataan ruang merupakan suatu pembentukan landasan

hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam penataan

ruang. Penyelenggaran penataan ruang merupakan kegiatan meliputi pengaturan,

pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan penataan ruang8.

Perencanaa tata ruang yang ditegaskan dalam pasal 14 UUPR perencanaan tata

ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci

tata ruang. Rencana tata ruang umum meliputi rencana tata ruang wilayah

nasional, wilayah provinsi, wilayah kabupaten, dan wilayah kota. Sedangkan

rencana tata ruang rinci meliputi pulau/kepulauan, kawasan strategis nasional,

8

(40)

26

kawasan strategis provinsi, dan rencana detail tata ruang kabupaten/kota serta

kawasan strategis kabupaten/kota9.

Dalam perencanaan penataan ruang wewenang pemerintah dalam

penyelenggaraan penataan ruang yang telah diatur di dalam Pasal 8 UUPR

meliputi :

1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaa penataan ruang

wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan

penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional.

3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

4. Kerja sama penataan ruang antar negara dan pemfasilitasan kerja sama

penataan ruang antar provinsi10.

5. Sebagaimana diketahui, istilah pemerintahan mempunyai 2 (dua) arti, yaitu

fungsi pemerintahan atau kegiatan pemerintah dan sebagai organisasi

pemerintahan atau kumpulan dari jabatan-jabatan (complex van ambten).

Dalam arti sebagai organisasi, pemerintahan tentu memiliki tujuan yang akan

dicapai, yang tidak berbeda dengan organisasi pada umumnya terutama dalam

hal kegiatan yang akan diimplementasikan dalam rangka mencapai tujuan,

yakni dituangkan dalam bentuk rencana-rencana11.

Menurut A. D. Belinfante dan Burhanudin Soetan Batuah rencana adalah suatu

(keseluruhan peraturan yang bersangkutpaut yang mengusahakan dengan

9

Hasni, Hukum Penatan Ruang dan Penatagunaan Tanah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm.154

10

Hasni. Op.cit, hlm.142.

11

(41)

sepenuhnya terwujudnya suatu keadaan tertentu yang teratur) tindakan yang

berhubungan secara menyeluruh, yang memperjuangkan dapat terselenggara

suatu keadaan yang teratur secara tertentu12. Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota atau RTRW Kota adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang

wilayah kota yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi

tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota, rencana struktur ruang

wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota, penetapan kawasan strategis

kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan pengendalian

pemanfaatan ruang wilayah kota13.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PerMen PU) No.17/PRT/M/2009 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan tindak

lanjut dari pelaksanaan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-undang Nomor 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Peraturan untuk Kota Bandar Lampung

mengenai rencana Tata Ruang Wilayah telah diatur di dalam Peraturan Daerah

Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011 sampai dengan 2030, dengan

adanya peraturan daerah ini bertujuan untuk mengarahkan pembanguna di

Kota Bandar Lampung dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya

guna, berhasil guna, serasi, seimbang dan berkelanjutan, dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan perlu

ditetapkan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung.

12

A. D Belinfante dan Burhanudin soetan Batuah, Pokok-pokok Hukum Tata Usaha Negara, Bandung, Bina Cipta, 1983, hlm.75.

13

(42)

28

6. Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang

disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarki

terdiri atas RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW

kabupaten/kota. Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ini

dimaksudkan sebagai acuan dalam kegiatan penyusunan rencana tata ruang

wilayah kota oleh pemerintah daerah kota dan para pemangku kepentingan

lainnya. Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota bertujuan

untuk mewujudkan rencana tata ruang wilayah kota yang sesuai dengan

ketentuan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang. Ruang lingkup Peraturan Menteri ini memuat ketentuan teknis muatan

rencana tata ruang wilayah kota serta proses dan prosedur penyusunan rencana

tata ruang wilayah kota.

2.2.2 Bagian Wilayah Kota

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Tahun 2011 Pasal 16 mengatur tentang Rencana Struktur

ruang Wilayah Bagian :

(1) Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi rencana pembagian wilayah

kota, rencana sistem pusat pelayanan kota, rencana sistem prasarana (rencana

pengembangan sistem jaringan transportasi, rencana pengembangan sistem

jaringan energi/kelistrikan, rencana pengembangan sistem jaringan

telekomunikasi, rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air dan

(43)

(2) Rencana struktur ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

digambarkan pada peta Rencana Struktur Ruang Kota Bandar Lampung dengan

tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Pasal 17 mengatur tentang Pembagian Wilayah Kota (BWK)

Wilayah perencanaan RTRW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dibagi dalam

7 (tujuh) BWK sebagai berikut:

a. BWK A meliputi Kecamatan Tanjung Karang Pusat dengan luas kurang lebih

668 hektar;

b. BWK B meliputi Kecamatan Kedaton dan Kecamatan Rajabasa dengan luas

kurang lebih 2.390 hektar;

c. BWK C meliputi Kecamatan Sukarame dan Kecamatan Tanjung Senang

dengan luas kurang lebih 2.850 hektar;

d. BWK D meliputi Kecamatan Tanjung Karang Timur dan Kecamatan

Sukabumi dengan luas kurang lebih 3.275 hektar;

e. BWK E meliputi Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang

dengan luas kurang lebih 3.123 hektar;

f. BWK F meliputi Kecamatan Kemiling dan Kecamatan Tanjung Karang Barat

dengan luas kurang lebih 4.279 hektar; dan

g. BWK G meliputi Kecamatan Teluk Betung Utara dan Kecamatan Teluk

(44)

30

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Pasal 18 mengatur tentang :

Seluruh Bagian Wilayah Kota di Kota Bandar Lampung akan diatur lebih lanjut

dengan RDTR yang ditetapkan oleh peraturan daerah tersendiri paling lama 36

(tiga puluh enam) bulan sejak penetapan RTRW Kota Bandar Lampung.

2.2.3 Tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah

Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah

kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Tujuan penataan ruang

wilayah kota dirumuskan berdasarkan visi dan misi pembangunan wilayah kota,

karakteristik wilayah kota dan isu strategis dan kondisi objektif yang

diinginkan. Berikut adalah tujuan dari Rencana Tata Ruang Wilayah, yaitu :

1. sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang

wilayah kota

2. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kota

3. sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang

wilayah kota.

Adapun kriteria untuk menunjang tujuan penataan ruang wilayah, yaitu :

1. Mengakomodasi fungsi dan peran kota yang telah ditetapkan dalam RTRWN,

RTRW provinsi, dan rencana tata ruang kawasan metropolitan (untuk kota

yang berada dalam kawasan metropolitan);

2. Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan

(45)

3. Jelas dan dapat dicapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan

4. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Melakukan suatu perencanaan, terutama didalam rencana tata ruang wilayah

tentunya memiliki fungsi dan manfaat dari rencana tata ruang wilayah tersebut,

agar dalam mengarahkan pembangunan dengan memanfaatkan ruang wilayah

secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, seimbang, dan berkelanjutan dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut merupakan tata fungsi

dan manfaat pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah dalam pemanfaatan ruang

1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota.

3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota.

4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah,

masyarakat, dan swasta.

5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota.

6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan

wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian

insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

7. Acuan dalam administrasi pertanahan.

Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah :

1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota

2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah sekitarnya

(46)

32

2.2.4 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah

Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang harus

ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota.

Kebijakan penataan ruang wilayah kota berfungsi:

1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kota.

2. Sebagai dasar untuk merumuskan rencana struktur dan rencana pola ruang

wilayah kota.

3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kota.

4. Dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

kota.

Kebijakan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan :

1. Tujuan penataan ruang wilayah kota dan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2. Karakteristik wilayah kota, dan

3. Kapasitas sumber daya wilayah kota dalam mewujudkan tujuan penataan

ruangnya.

Kebijakan penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria :

1. Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan

penataan ruang wilayah provinsi yang berlaku pada wilayah kota

bersangkutan;

2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan

pada wilayah kota bersangkutan;

3. Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang

(47)

4. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

2.3 Pengertian Adversting

Advertising adalah usaha yang bergerak di bidang periklanan. Advertising

menyediakan jasa pembuatan konsep, percetakan serta penempatan iklan, sesuai

dengan jenis usaha advertising. Advertising dapat menjadi salah satu alternatif

usaha, karena hampir semua perusahaan membutuhkan jasa periklanan. Bahkan,

biasanya dalam suatu perusahaan, marketing adalah hal yang paling utama. Dalam

hal keuangan, advertising tidak membutuhkan banyak modal, karena fungsinya

hanya sebagai distributor dengan mengandalkan kreatifitas. Advertising hanya

memberikan ide ide kreatif pada produk iklan.

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat membuka pintu bisnis untuk

membuka usaha di bidang periklanan. Dengan berbagai produk yang bisa dibuat,

maka adverstising mampu memberikan pilihan bagi marketing untuk masuk ke

dalam pasar. Contoh produk advertising adalah sticker, pin, poster, flyer, spanduk,

x-banner, roll banner, one way vision, blocknote.

Advertaising juga diartikan dalam ruang lingkup lebih luas adalah media

periklanan, baik melalui televise, radio, maupun internet. Advertaising di dunia

internet sekarang sedang marak, jenisnya berbagai macam mulai dari memasang

iklan di website yang bertraffic tinggi sampai program kerjasama atau affiliate

program. Istilah yang sering digunakan untuk orang yang mengiklankan

produknya adalah advisher sedangkan untuk orang yang menerbitkan iklannya

adalah publisher. Internet merupakan jaringan advertaising yang besar, dimana

(48)

34

melalui online, seperti tv online, radio online, online date, chat online, live cam

dan sebagainya.

Kegiatan promosi atau yang biasa disebut dengan Advertising mempunyai tujuan

khusus, yaitu untuk membujuk, mempengaruhi dan menginformasikan serta

mengingatkan seorang pengguna (pelangggan) tentang perusahaan ataupun

berbagai produk/jasa yang dimilikinya. Dalam melakukan periklanan/promosi

diketahui ada beberapa karakteristik didalamnya, yakni:

a. Suatu bentuk komunikasi yang berbayar.

b. Nonpersonal komunikasi.

c. Menggunakan media massa sebagai massifikasi pesan.

d. Menggunakan sponsor yang teridentifikasi.

e. Bersifat mempersuasi khalayak.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Dalam memperoleh data untuk penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa

pendekatan yaitu :

a. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan normatif dilakukan dengan cara menelaah, mengutip dan mempelajari

ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan dan literatur yang

berkaitan dengan Peletakan Titik Reklame di Bagian Wilayah Kota Bandar

Lampung.

b. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris dilakukan dengan melalui wawancara untuk memperoleh data

mengenai fakta pemasangan reklame di Kota Bandar Lampung.

3.2 Sumber Data

Untuk mendapat data yang diperlukan dan sesuai dengan permasalahan yang

diteliti, maka peneliti menggunakan dua sumber data, yaitu :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil studi lapangan dengan cara

(50)

36

dan instansi-instansi terkait mengenai Titik Penempatan Reklame (Media Iklan

Luar Ruang) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Wilayah Kota Bandar

Lampung. Studi lapangan ini, dilakukan penelitian pada dinas-dinas maupun

instansi terkait, yaitu :

1. Dinas Tata Kota Bandar Lampung.

2. Badan Penanaman Modal dan Perizinan.

3. Focus Advertising.

4. Devis Jaya Advertising.

5. Pelangi Advertising.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara

mengumpulkan data dari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan

permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Data sekunder terdiri dari:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa

Peraturan Perundang-undangan, meliputi:

1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010

tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

3. Peraturan Menteri PU No. 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang

(51)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang.

6. Peraturan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun

2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung

Tahun 2011-2030.

7. Peraturan Walikota Nomor 14 Tahun 2008 tentang Perizinan Reklame.

8. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 16 Tahun 2014 tentang

Kelas Jalan Peletakan Tit

Referensi

Dokumen terkait

The community should improve the awareness of shock syndrome by taking their children immediately to health services for examination if they have dengue symptoms

Pengujian protein rekombinan Fim-C Inclusion Bodies Salmonella typhimurium dan adjuvant alumina pada Mencit Balb/C dilakukan secara in vivo.Mencit Balb/C yang

Dengan menggunakan tegangan 220V untuk 110V spec untuk 4 jam atau berhenti selama power on dan pahala jika damageable (kualitas tertinggi dari ISO) - Keamanan tes destruktif,

menguji signifikasi koefisien korelasi.. Dengan demikian koefisien korelasi sebesar 0,6058 adalah signifikan. Selanjutnya dihitung besarnya kontribusi mengikuti gerakan

Membuat sketsa gambar benda 3D sesuai aturan proyeksi pictorial Tidak dapat Membuat sketsa gambar benda 3D sesuai aturan proyeksi pictorial Terdapat kesalahan

Saya adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan, ingin melakukan penelitian tentang ”Studi Antropometri

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat peningkatan relevansi nilai informasi akuntansi yang diproksikan dengan pengaruh relevansi nilai laba, nilai

Data yang digunakan merupakan data sekunder yaitu data Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang memenangkan pelelangan tanpa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Permasalahan