• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI PETANI KEBUN KARET DI DESA MENANGA JAYA KECAMATAN BANJIT KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI PETANI KEBUN KARET DI DESA MENANGA JAYA KECAMATAN BANJIT KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2014"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI PETANI KEBUN KARET DI DESA MENANGA JAYA KECAMATAN BANJIT KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN 2014 Oleh

M.SEFTIA ROSA KENAMON

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2014. Kajian penelitian ini yaitu luas lahan garapan petani, pengetahuan petani, biaya produksi kebun karet, produksi kebun karet, pemasaran produksi kebun karet dan pendapatan petani.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 503 orang dan sampel diambil sebesar 10% (50 orang) petani kebun karet. Teknik pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan tabel persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Sebanyak 72% responden memiliki luas lahan sedang (0,5-2ha). Luas lahan seluruh responden 64,25 hektar. (2) Sebanyak 90% responden pengetahuan dari pendidikan informal (pengalaman pribadi, petani lain, keluarga). (3) Sebanyak 86% responden mengeluarkan biaya produksi <Rp3.500.000 per hektar. Biaya produksi yang dikeluarkan seluruh responden Rp175.000.000 per tahun. (4) Sebanyak 72% responden hasil produksi <2.300kg per hektar. Hasil produksi seluruh responden 143.920kg per tahun. (5) Sebanyak 62% responden pemasaran produksi ke pedagang pengumpul. (6) Sebanyak 72% responden memiliki pendapatan ≥Rp7.700.000 per hektar. Pendapatan seluruh responden Rp494.725.000 per tahun.

(2)
(3)

DESKRIPSI PETANI KEBUN KARET DI DESA MENANGA JAYA KECAMATAN BANJIT KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN 2014 (Skripsi)

Oleh

M.SEFTIA ROSA KENAMON

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTO

““….Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah

nasib sesuatu kaum itu sehingga mereka sendiri

mengubah nasib mereka….”

(Ar-

Ra’du:11)

“Mann Jadda WaJada”

(M.Seftia R.Kenamon)

“Tidak ada yang tidak mungkin didunia ini”.

(M.Seftia R.Kenamon)

“Sesungguhnya sebaik

-baik manusia adalah yang

memberi manfaat bagi orang lain dan

lingkungannya sekecil apapun”.

(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhanaku ini

dengan keikhlasan hati dan mengharap

Ridho Allah SWT, sebagai tanda bakti dan

cinta kasihku kepada:

Ayahanda Syamsul Bachri Kenamon

dan Ibunda Eli Hertika Bustomi tercinta

yang telah tulus dan ikhlas membesarkan

dan mendidikku dengan limpahan cinta dan

kasih sayang serta tak henti-hentinya

berdoa demi kebahagian dan

keberhasilanku.

Suamiku Dharma Nusantara

dan kedua malaikat kecilku Mutiara Laura

Agra Nusantara serta Achmad Abdillah

Raihan Nusantara

yang selalu mendukungku dan menjadi

penyemangat ditiap langkahku untuk tetap

berjuang demi keberhasilan dan

kesuksesanku.

Abang Eboy dan Ayuk Nova serta

Adik-adikku Ayat dan Rani serta seluruh

keluarga besarku yang selalu menantikan

keberhasilan dan kesuksesanku.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Mutiara Seftia Rosa Kenamon

dilahirkan pada tanggal 19 September 1989 di Desa Taman Asri Kecamatan Baradatu Kabupaten Way kanan. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Syamsul Bachri Kenamon dan Ely Hertika Bustomi.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tiuh Balak Pasar Baradatu Kabupaten Way Kanan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bukit Kemuning Lampung Utara pada tahun 2007. Kemudian pada Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) melalui jalur Reguler.

(10)

SANWANCANA

Bismillahirohmannirohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Deskripsi Petani Kebun Karet Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2014.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terima kasih yag sedalam-dalamnya kepada yang terhormat Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si. selaku pembimbing I sekaligus sebagai Pembimbing Akademik (PA), Bapak Drs. Hi Sudarmi, M.Si. selaku pembimbing II dan Bapak Drs. Budiyono, M.S. selaku pembahas yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, nasihat dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(11)

3. Bapak Drs. Zulkarnain M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Seluruh dosen terutama di Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Kepala Desa Menanga Jaya yang telah bersedia memberikan izin penelitian dan kemudahan mencari data dilapangan untuk penulisan skripsi ini.

6. Petani kebun karet selaku mitra yang telah banyak membantu selama penulis melaksanakan penelitian.

7. Ayah dan Ibu tercinta, Abang Eboy, Ayuk Nova dan Abang Bowo, Adikku tersayang Ayat, Maulia dan Rani serta semua keluarga besarku yang selalu menyayangiku, mendoakanku, mendukungku dan yang selalu menjadi penyemangat ditiap langkah hidupku.

8. Suamiku Dharma Nusantara dan kedua malaikat kecilku Mutiara Laura Agra Nusantara serta Achmad Abdillah Raihan Nusantara yang selalu mendukungku dan menjadi penyemangat ditiap langkahku untuk tetap berjuang demi keberhasilan dan kesuksesanku.

(12)

terima kasih atas kebersamaan kita yang tak terlupakan.

11.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari walaupun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin Yarobbal’Alamin

Bandar Lampung, September 2014

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Bagan Kerangka Pikir Deskripsi Usaha Tani Kebun Karet di Desa

Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 32 2. Peta Persebaran Petani Responden Desa Menanga Jaya Kecamatan

Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 37 3. Peta Administratif Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten

Way Kanan Tahun 2013 ... 44 4. Peta Kontur Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way

Kanan Tahun 2013 ... 47 5. Diagram Tipe Curah Hujan Menurut Schmidth – Ferguson ... 51 6. Piramida Penduduk Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit

(14)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 12

3.4.1. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan ... 19

3.4.2. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ... 20

3.5. Penyadapan ... 20

3.6. Peremajaan ... 22

4. Luas Lahan Garapan Petani Kebun Karet ... 22

5. Pengetahuan Petani Kebun Karet ... 23

6. Biaya Produksi Petani Kebun Karet... 26

7. Produksi yang Dihasilkan Petani Kebun Karet ... 27

8. Pemasaran Hasil Produksi Petani Kebun Karet ... 28

9. Pendapatan Petani Kebun Karet ... 29

(15)

B. Populasi dan Sampel ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 35

C. Variabel Penelitian dan Devinisi Oprasional Variabel... 38

1. Variabel Penelitian ... 38

2. Devinisi Operasional Variabel ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40 A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 42

1. Keadaan Fisik Desa Menanga Jaya ... 42

1.1. Letak Astronomis ... 42

1.2. Letak dan Batas Administratif ... 43

1.3. Keadaan Topografi ... 45

1.4. Keadaan Iklim ... 48

2. Keadaan Penduduk Desa Menanga Jaya ... 52

2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 52

2.2. Komposisi Penduduk Desa Menanga Jaya ... 55

2.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 56

2.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 58

2.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 60

B. Penyajian Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 62

1. Identitas Petani Responden Kebun Karet... 62

1.1. Umur Petani Responden Kebun Karet ... 62

1.2. Pendidikan Petani Karet ... 64

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 65

2.1. Luas Lahan Kebun Karet ... 65

2.2. Pengetahuan Petani Kebun Karet ... 67

2.3. Biaya Produksi Kebun Karet ... 70

2.4. Produksi Kebun Karet ... 73

2.5. Pemasaran Hasil Produksi Kebun Karet ... 77

(16)

B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Karet Menurut Status

Pengusahaan Seluruh Indonesia Tahun 2006-2011 ... 2 2. Luas Lahan dan Produksi Karet di Propinsi Lampung Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2013 ... 3 3. Luas Lahan dan Produksi Karet di Kabupaten Way Kanan Menurut

Kecamatan Tahun 2013 ... 4 4. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Karet di Kecamatan Banjit

Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 5 5. Luas Lahan Menurut Penggunaan Lahan di Desa Menanga Jaya

Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 6 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencarian Pokok di Desa

Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 7 7. Populasi dan Sampel Petani Karet Yang Melakukan Usaha Kebun

Karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way

Kanan Tahun 2013 ... 36 8. Data Curah Hujan di Desa Menanga Jaya Tahun 2004 – 2013 ... 48 9. Zona Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schmidth - Ferguson ... 50 10.Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa

Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 56 11.Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Menanga

Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 58 12.Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencarian Utama di Desa

(18)

14.Jumlah Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 64 15.Jumlah Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Kebun Karet di

Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun

2013 ... 65 16.Jumlah Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan dan Biaya

Produksi Kebun Karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit

Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 67 17.Jumlah Petani Responden Berdasarkan Sumber Pengetahuan

terhadap Usaha Tani Tanaman Karet di Desa Menanga Jaya

Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 68 18.Biaya Produksi Kebun Karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan

Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 71 19.Jumlah Petani Responden Berdasarkan Biaya Produksi Kebun Karet

di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan

Tahun 2013 ... 72 20.Jumlah Petani Responden Berdasarkan Hasil Produksi Kebun Karet

di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan

Tahun 2013 ... 73 21.Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pemasaran Hasil Produksi

Kebun Karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten

Way Kanan Tahun 2013 ... 77 22.Pendapatan Bersih Petani Responden Kebun Karet di Desa Menanga

Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way kanan Tahun 2013 ... 81 23.Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pendapatan Bersih di Desa

(19)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Wilayah Indonesia merupakan daerah agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian dan produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto 1989:12).

Pertanian mencangkup semua kegiatan manusia didalam menghasilkan komoditas bahan pangan dan usaha tani merupakan inti dari pertanian. Usaha tani berkaitan dengan pilihan terhadap penggunaan sumber daya alam yaitu, tanah, air, hewan, dan tanaman untuk menjadi barang dan jasa dan dapat dikonsumsi oleh manusia. Berhasil tidaknya suatu usaha tani dalam mencapai tujuannya tergantung pada bagaimana cara pengelolaan cabang usaha tani yang diusahakannya. Sektor pertanian terdiri atas subsektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan (Dumairy 1996:204).

(20)

Perbedaan komoditas unggulan perkebunan setiap daerah dengan wilayah lainnya akan menentukan mata pencaharian penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan konsep geografi yaitu konsep diferensiasi areal (IGI dalam Sumadi 2003:49) yang memandang bahwa suatu tempat atau wilayah terwujud sebagai hasil integrasi berbagai unsur atau fenomena lingkungan, baik yang bersifat alam dan kehidupan. Salah satu komoditas utama dari subsektor perkebunan yaitu komoditas karet.

Di Indonesia perkebunan karet banyak tersebar di berbagai propinsi di Indonesia. Perkebunan karet tak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Adapun luas lahan dan jumlah produksinya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Karet Menurut Status Pengusahaan Seluruh Indonesia Tahun 2006-2011

2006 2,832,982 238,003 275,442 2,082,597 265,813 288,821 2007 2,899,679 238,246 275,792 2,176,686 277,200 301,286 2008 2,910,208 238,210 275,799 2,173,616 276,809 300,861 2009 2,911,533 239,375 284,362 1,942,298 238,656 259,393 20010 2,934,378 236,714 274,029 2,065,178 252,408 274,349 20011 2,935,081 239,132 275,931 2,104,952 259,973 275,924 Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan 2011

(21)

karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak tidak produktif, penggunaan bahan tanam asal biji (seedling) bukan klon unggul tanpa pemeliharaan yang baik serta kondisi kebun yang menyerupai hutan.

Propinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang menghasilkan karet cukup besar di Indonesia, mengingat daerah ini mempunyai iklim, jenis tanah, dan luas lahan yang sesuai dengan tanaman tersebut. Sektor ini diharapkan sebagai penggerak perekonomian masyarakat dan sebagai salah satu penghasilan utama warga di Propinsi Lampung. Untuk melihat luas lahan dan produksi perkebunan karet yang ada di Propinsi Lampung per kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Karet di Propinsi Lampung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung 2013

(22)

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya. Kabupaten Way Kanan memiliki luas lahan seluas 25.328ha dan mampu memproduksi karet sebanyak 14.525ton. Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung yang tidak memiliki perkebunan karet adalah Kota Metro.

Di Propinsi Lampung Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu sentral produksi karet di Propinsi Lampung. Kabupaten Way Kanan mempunyai luas lahan perkebunan karet sebesar 46.687ha dengan produksi 34.939ton dan produktivitas 29.93ton per ha. Adapun luas lahan dan produksi per kecamatan di Kabupaten Way Kanan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 3. Luas Lahan dan Produksi Karet di Kabupaten Way Kanan Menurut

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Way Kanan 2013

(23)

Negeri Besar sebesar 436ha dengan produksi 436ton dan produktivitas 2.34ton per ha di Kabupaten Way Kanan. Namun, di daerah penelitian yaitu Kecamatan Banjit yang memiliki luas lahan kebun karet sebesar 474ha hanya mampu menghasilkan produksi 372ton dengan produktivitas 2.55ton dibawah produksi yang dapat dihasilkan luas lahan kebun karet Kecamatan Negeri Besar.

Salah satu daerah penghasil perkebunan karet yang ada di Kecamatan Banjit yaitu Desa Menanga Jaya. Untuk melihat jumlah luas lahan dan produksi perkebunan karet yang ada di Kecamatan Banjit dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 4. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Karet di Kecamatan Banjit

(24)

Berdasarkan Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Banjit mempunyai luas lahan tanaman karet yaitu 422ha dengan produksi 130ton. Desa yang memiliki luas lahan perkebunan karet terluas di Kecamatan Banjit yaitu Desa Dono Mulyo dengan luas lahan yaitu 45ha dengan produksi 10ton, sedangkan Desa yang memiliki luas lahan perkebunan karet terkecil yaitu Desa Sumber Sari yaitu 3ha dengan produksi 6ton. Pada daerah penelitian yaitu Desa Menanga Jaya memiliki luas lahan perkebunan karet 20ha dengan produksi 6ton.

Desa Menanga Jaya memiliki luas wilayah 1.100ha. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan usaha tani. Menurut penggunaan lahannya di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit pada tahun 2013 masih didominasi oleh luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Pertanian tersebut meliputi persawahan dan perkebunan, seperti padi, kopi, cokelat dan karet. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 5. Luas Lahan Menurut Penggunaan Lahan di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013

No Penggunaan Lahan Luas Lahan (ha) Persentase (%)

1 Pemukiman 21 1,90

7 Perkantoran Pemerintah 0,5 0,04

8 Pemakaman 3 0,27

9 Tanah Rawa 3,5 0,32

10 Hutan Lindung 225,75 20,52

Jumlah 1.100 100

(25)

Berdasarkan Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa keseluruhan luas Desa Menanga Jaya menurut penggunaan lahannya yaitu 1.100ha. Penggunaan lahan yang paling besar yaitu untuk perkebunan rakyat yaitu 738ha sedangkan penggunaan lahan yang paling kecil untuk perkantoran pemerintahan yaitu 0,5ha. Jadi bila dilihat dari luas lahan di Desa Menanga Jaya menurut penggunaannya, lahan untuk perkebunan memiliki luas lahan yang cukup luas bila dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya.

Ditinjau dari mata pencaharian penduduk, maka sebagian besar penduduk di Desa Menanga Jaya mempunyai jenis mata pencaharian utama sebagai petani karet yaitu sebanyak 503 jiwa, dengan demikian perkebunan karet rakyat di Desa Menanga ini mempunyai peranan yang cukup besar terhadap perekonomian daerah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencarian di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013

No Mata Pencarian Jumlah Penduduk

(jiwa)

(26)

Berdasarkan Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa jenis mata pencaharian penduduk di Desa Menanga Jaya beraneka ragam namun yang paling banyak adalah penduduk yang bekerja diberbagai sektor pertanian. Salah satunya yaitu sebagai petani yang menanam karet sebanyak 503 jiwa atau 31,77% sedangkan yang paling sedikit adalah mata pencaharian utama sebagai bidan sebanyak 1 jiwa atau 0,06%. Sebagai tanaman utama yang diusahakan, maka ketergantungan terhadap pendapatan dari hasil penjualan karet ini sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka.

Ironisnya sektor pertanian yang merupakan menyerap tenaga kerja terbesar dan tempat menggantungkan harapan hidup sebagian besar masyarakat justru menghadapi masalah yang cukup kompleks. Masalah-masalah tersebut antara lain luas lahan garapan kebun karet, pengetahuan petani karet tentang pertanian Karet, biaya produksi kebun karet, produksi yang dihasilkan kebun karet, pemasaran hasil kebun karet dan pendapatan bersih petani kebun karet.

(27)

jumlah hasil produksi karet yang dihasilkan akan semakin besar pula pendapatan yang diterima petani. Sebaliknya semakin kecil jumlah hasil produksi karet akan semakin kecil pula pendapatan yang dapat diterima petani. Pemasaran merupakan faktor penting yang tidak terpisahkan dari usaha tani dan merupakan tujuan akhir dari kegiatan produksi yaitu penjualan. Harga karet pada saat penjualan akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Semakin tinggi harga karet yang diterima petani maka semakin besar pula pendapatan petani. Sebaliknya semakin rendah harga karet yang diterima petani maka semakin kecil pula pendapatan petani tersebut. Berhasil atau tidaknya usaha tani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usaha taninya, pendapatan petani dipengaruhi oleh jumlah hasil produksi, harga karet dan biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Petani Kebun Karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2014”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi tentang deskripsi petani kebun karet diantaranya:

1. Luas lahan garapan yang diusahakan oleh petani karet 2. Pengetahuan petani karet tentang pertanian Karet 3. Biaya produksi usaha kebun karet

4. Produksi yang dihasilkan dari usaha kebun karet 5. Pemasaran hasil usaha kebun karet

(28)

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapakah luas lahan garapan petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan?

2. Darimanakah sumber pengetahuan petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan?

3. Berapakah biaya produksi yang dikeluarkan petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan?

4. Berapakah produksi kebun karet yang dihasilkan petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan?

5. Bagaimanakah pemasaran hasil produksi oleh petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan?

6. Berapakah pendapatan yang diperoleh petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan?

D.Tujuan Penelitian

(29)

E.Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai sarana aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh peneliti selama pendidikan di Perguruan Tinggi khususnya mengenai Geografi Ekonomi. 3. Sebagai bahan masukan dan saran bagi pemerintah dan masyarakat luas

khususnya petani kebun karet yang bermukim di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan tahun 2014.

4. Sebagai suplemen bahan ajar Geografi SMA Kelas XI semester 1 pokok bahasan sumber daya alam.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subjek penelitian yaitu Petani responden yang membuka usaha kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan tahun 2014.

2. Ruang lingkup objek penelitian yaitu Luas lahan garapan kebun karet, Pengetahuan petani karet tentang pertanian Karet, Biaya produksi kebun karet, Produksi yang dihasilkan dari kebun karet, Pemasaran hasil kebun karet, Pendapatan bersih hasil usaha kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan tahun 2014.

(30)

4. Ruang lingkup ilmu yaitu ilmu Geografi Ekonomi.

Geografi Ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi. Dengan demikian, sehingga titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang termasuk di dalamnya bidang pertanian, industri, perdagangan, komunikasi, transportasi dan sebagainya (Nursid Sumaatmadja 1988:54 ).

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala-gejala yang ada di permukaan bumi baik lingkungan alamnya maupun makhluk hidupnya termasuk manusia (IGI Tahun 1988 dalam Nursid Sumaatmadja 2001:11).

Geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang kondisi fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, udara dan segala prosesnya. Geografi manusia adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari hubungan masyarakat yang ditelaah dari geografis sosial, geografi ekonomi, dan geografi politik (Daldjoeni 1997:7).

(32)

Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa geografi ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan stuktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk.

Dalam penelitian tentang petani kebun karet di Desa Menanga Jaya menitik beratkan menggunakan ruang lingkup ilmu geografi ekonomi karena meninjau keruangan aktivitas ekonomi dibidang pertanian. Pengolahan suatu lahan pertanian oleh manusia merupakan hubungan manusia dengan alam, didukung kemajuan akal dan teknik manusia, serta aktivitas daya cipta dan keuletan manusia mampu mengadakan perubahan-perubahan dalam lingkungan alam sekitarnya.

2. Petani Kebun Karet

Petani adalah seseorang yang melakukan usaha dibidang pertanian (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:1140) dengan bermata pencaharian dalam bercocok tanam (mengusahakan tanah dengan tanam menanam) untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

(33)

3. Tanaman Karet

Tanaman karet (Havea Brasiliensis) berasal dari Brazil. Tanaman karet merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya, karet ditanam dikebun Raya Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi. Selanjutnya, karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut:

Divisi : Spermatopyta Subsidi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Havea

Spesies : Havea brasiliensis (Tim Karya Tani Mandiri 2010:24)

(34)

Tanaman karet mempunyai masa produksi 30 tahun, namun kenyataannya yang efektif adalah 25 tahun setelah itu tanaman karet akan diremajakan dengan klon-klon unggulan terbaru. Klon-klon-klon anjuran yang dianjurkan untuk digunakan pada saat okulasi maupun penanaman bibit unggul adalah bahan tanaman karet. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi 4 untuk periode tahun 2006 – 2010 yaitu klon IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118 (Tim Penulis Penebar Swadaya 2011:85)

3.1. Persiapan Tanam

Persiapan tanam sebenarnya merupakan perencanaan sebelum penanaman. Persiapan yang teliti akan mengurangi biaya dan pekerjaan. Dalam persiapan penanaman karet perlu dilaksanakan beberapa pekerjaan seperti pembukaan lahan (land clearing) hasil pembabatan semak belukar, pemberantasan alang-alang, pendongkelan akar kayu dan pembersihan gulma, pemupukan, pembuatan teras, pengajiran, pelubangan, penanaman penutup tanah, pembuatan jalan dan sebagainya.

(35)

pertumbuhan dan matang sadap. Jenis pupuk yang diberikan adalah urea (45%) SP36 (36%) dan KCL (50%) dengan dosis pemupukan berbeda untuk tiap jenis tanah. Biasanya tanah kebun tidak semuanya datar, ada yang berbukit-bukit, sistem penanaman pada tanah tersebut harus dapat menahan dan mencegah terjadinya erosi. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah penanaman menurut kontur, pembuatan teras pada tanah yang memiliki kemiringan diatas 100 hendaknya di buat teras dengan lebar teras berkisar 1,5 – 2,5 meter dengan jarak antara teras yang satu dengan yang lain 7 meter untuk jarak tanam 7x3 meter, serta penanaman tanaman penutup tanah. Jenis tanaman penutup tanah dibedakan menjadi tiga golongan yaitu tanaman merayap, tanaman semak dan tanaman pohon. Selain itu, pembuatan jalan kebun sangat perlu untuk memperlancar berbagai macam pekerjaan yang dilaksanakan di kebun.

3.2. Pembibitan

(36)

akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif lebih pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam, bertujuan agar produksi lebih baik. Kebutuhan bibit tiap hektar dipengaruhi oleh jarak tanamnya dengan jarak tanam 7x3 meter jumlah pohon yang bisa ditanam satu hektar adalah 476 pohon.

3.3. Penanaman

Penanaman dilaksanakan bila keadaan curah hujan telah mencukupi. Penanaman pada umumnya dilakukan pada awal musim hujan. Penanaman karet harus direncanakan sebaik-baiknya, untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan sistem penanaman yang sesuai. Sistem penanaman karet ada dua yaitu sistem tumpang sari dan sistem monokultur.

Pada sistem tumpang sari dikenal sistem penanaman dengan jarak pagar dan jalanan sedangkan pada sistem monokultur dikenal sistem penanaman dengan jarak segitiga, bujur sangkar dan tidak teratur. Penanaman dengan tumpang sari harus direncanakan dari semula. Jarak tanaman harus sesuai, jika tidak akan menyebabkan tanaman terlalu rapat dan terjadi persaingan penyerapan unsur hara. Jarak tanam dalam barisan tanaman dibuat rapat dan jarak tanam antar barisan dibuat renggang.

(37)

sebelum saat menanam tiba. Lubang tanam dibuat dengan jarak antar lubang 7x3 meter. Ukuran lubang tergantung pada sifat tanah, umumnya dibuat denngan ukuran 0,6x0,6x0,6 meter sampai 0,8x0,8x0,8 meter. Setelah lubang tanam disiapkan, bibit dapat ditanam. Pada waktu penanaman, akar tunggang harus lurus masuk ke dalam tanah dengan memperdalam bagian tengah lubang.

3.4. Pemeliharaan

Tujuan pemeliharaan tanaman karet secara keseluruhan antara lain untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan dan produksi serta menjaga kondisi lahan dan tanaman. Pemeliharaan tanaman karet yang dilakukan petani dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan pemeliharaan tanaman menghasilkan.

3.4.1. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan

(38)

pohon yang sehat dan homogen menjelang masak sadap perlu dilaksanakan, pohon yang tetap tertinggal adalah pohon yang benar-benar baik dan tidak terserang penyakit sedangkan penjarangan dilakukan dengan cara membongkar pohon-pohon yang tidak baik dan terserang penyakit. Pemeliharaan tanaman penutup tanah dengan cara pemupukan dan penyiangan.

3.4.2. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan

Penyiangan pada tanaman menghasilkan dipakai cara konvensional dengan dibabat, dicangkul atau dengan memakai herbisida sedangkan pemupukan, pupuk dapat diberikan dengan menerapkan beberapa metode antara lain pupuk ditaburkan disekeliling pohon, dilarikan antara pohon, diantara larikan dan barisan serta dengan sistem tapal kuda. Waktu pemberian pupuk sama dengan tanaman belum menghasilkan, yaitu pada awal musim hujan dan awal musim kemarau, dilakukan dua kali setiap tahun dengan dosis berdasarkan jenis tanah.

3.5. Penyadapan

Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan karet (menderes, menoreh, tapping) merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Penyadapan dilaksanakan di kebun produksi dengan menyayat atau mengiris kulit batang dengan cara tertentu, dengan maksud untuk memperoleh lateks atau getah.

(39)

bagi pohon itu sendiri maupun bagi produksinya.Tanaman karet akan siap disadap apabila sudah matang sadap pohon, artinya tanaman sudah menunjukan kesanggupan untuk disadap. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan lilit batang dan umurnya.

Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap setelah tanaman berumur 5-6 tahun yang mencapai lilit batang 45 cm dengan masa produksi 25-30 tahun. Namun seringkali dijumpai, tanaman belum siap disadap lebih dari 6 tahun akibat kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Hal yang sebaliknya penyadapan dapat dilakukan kurang dari 5 tahun, karena kondisi lingkungan dan pemeliharaan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat.

Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang sadap kebun. Kriteria matang sadap kebun perlu ditetapkan agar hasil yang diperoleh menguntungkan. Kebun dikatakan telah matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang matang sadap pohon sudah mencapai 60% atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon biasanya mencapai 60-70% pada umur 4-5 tahun.

Penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit karet, jika terjadi kesalahan dalam penyadapan maka produksi lateks akan berkurang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:

(40)

atas baik pada tanaman okulasi baik biji maupun okulasi, bidang sadap dilakukan pada ketinggian 280 – 300cm.

 Arah irisan sadap berbentuk potongan spiral dari kiri kekanan yang membentuk sudut 30 – 400.

 Tebal irisan dianjurkan 1,5 – 2mm.

 Kedalaman irisan dianjurkan 1 – 1,5mm dari lapisan kambium.  Penyadapan dilakukan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara

pukul 5.00 - 6.00 pagi. Sedangkan pengumpulan lateksnya dilakuka antara pukul 8.00 – 10.00. (Tim Penulis Penebar Swadaya 2011:172)

3.6. Peremajaan

Peremajaan tanaman karet dilakukan pada kebun-kebun yang pohonnya sudah tidak berproduksi dengan baik. Karet yang sudah tua ditebang dan akarnya dibongkar. Perlakuan peremajaan dilakukan seperti saat penanaman baru. Hanya saja, pada penanaman bibit perlu dilakukan pemupukan karena tanah bekas kebun karet sangat kurang unsur haranya. Tanaman penutup tanah hendaknya diganti dengan yang baru untuk menghindari serangan bakteri dan jamur.

4. Luas Lahan Garapan Petani Kebun Karet

(41)

Secara umum dapat dikatakan, semakin luas lahan garapan, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut maka pendapatan semakin besar. Lahan garapan yang diusahakan sempit maka akan semakin sedikit produksi yang dihasilkan dan semakin rendah pendapatan yang diperoleh dari usaha tani. Dari pendapat tersebut, jelas bahwa luas lahan garapan memegang peran penting terhadap besarnya penghasilan atau pendapatan petani.

Untuk menentukan luas dan sempitnya lahan pertanian di Desa Menanga Jaya mengacu pada pendapat Fhadoli Hernanto (1990:64) luas lahan yang digarap selama satu tahun dihitung dalam satuan hektar (ha), dengan kriteria penggolongan luas lahan garapan menjadi 3 kelompok yaitu:

 Lahan garapan sempit yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0,5hektar.  Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 – 2hektar.

 Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2hektar.

Status lahan garapan adalah pernyataan hubungan antara lahan usaha tani dengan kepemilikan atau pengusahaannya. Adapun status lahan garapan dapat dibedakan antara lain: lahan hak milik sendiri, lahan sewa, lahan sakap, lahan gadai, lahan pinjaman (Moehar Daniel 2004:70).

Jadi luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan yaitu jumlah seluruh lahan kebun karet yang digarap oleh petani karet dan ukuran lahan garapan dapat dinyatakan dengan hektar (ha).

1. Pengetahuan Petani Kebun Karet

(42)

proses belajar mengajar ini, diperlukan adanya pengetahuan berupa segala sesuatu hal yang diketahui individu tentang sesuatu dan dapat menciptakan gagasan baru atau pun keterampilan baru maupun merubah sikapnya sehinggga dapat meningkatkan produktifitas usahanya.

Petani menggunakan sumber-sumber yang berbeda untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk mengelola usaha tani mereka. Dalam L. Suhardiyono (2000:15) menyebutkan bahwa para ahli pendidikan mengenal 3 sumber pengetahuan yaitu:

 Pendidikan Informal (pengalaman pribadi, petani lain dan keluarga)  Pendidikan Formal (lembaga pendidikan berjenjang)

 Pendidikan Nonformal (penyuluhan pertanian)

(43)

Pendidikan formal adalah struktur dari suatu sistem pengajaran yang kronologi dan berjenjang lembaga pendidikan dari pra sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Di daerah pedesaan, pendidikan informal cakupannya kurang tersedia dan sangat terbatas sehingga para pelajar harus pindah ke daerah lain untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Pendidikan nonformal seperti penyuluhan mempunyai peranan sangat besar di daerah pedesaan karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk meningkatkan standar kehidupan dan produktifitas kegiatan usaha masyarakat pedesaan.

Menurut Entang Sastraatmadja (1986:3) penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya untuk mengubah perilaku sikap, tindakan dan pengetahuan kearah yang lebih baik. Penyuluhan juga merupakan penghubung atau saluran atau jembatan antara lembaga pendidikan dengan rakyat tani atau sebaliknya dari rakyat tani kepada lembaga-lembaga penelitian. Sebagai penghubung penyuluhan bertugas menyebarluaskan kepada petani keterangan yang berguna, cara-cara praktis dan efisien dalam bidang pertanian, dan mengumpulkan persoalan untuk dapat dipecahkan oleh jawatan penyuluhan atau diteruskan kepada lembaga-lembaga penelitian. Beberapa lembaga yang berkaitan dengan kegiatan pertanian antara lain: Badan Penyuluhan Pertanian (BPP), Dinas, BPTP, dan Koperasi/Asosiasi.

(44)

2. Biaya Produksi Petani Kebun Karet

Dalam pengelolaan usaha taninya, petani mengupayakan agar hal yang diperoleh secara ekonomis menguntungkan, dimana biaya yang dikeluarkan dapat menghasilkan produksi yang maksimal sehingga pada akhirnya pendapatan petani akan meningkat, dengan meningkatkannya pendapatan maka secara otomatis tingkat kesejahteraan petani tersebut akan meningkat pula.

Biaya produksi adalah seluruh pengeluaran untuk membiayai proses produksi dalam usaha tani (Moehar Daniel 2004:121). Biaya produksi dalam usaha tani dapat berupa uang tunai atau barang yang bernilai ekonomis dan berguna dalam proses produksi. Biaya produksi untuk pertanian diperlukan sebagai modal bergerak untuk pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, upah tenaga kerja dan sebagainya (Soekartawi 2003:25).

Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi karet yang digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel yang diukur dalam rupiah (Rp). Biaya tetap yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli bibit dan peralatan, sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani setiap tahunnya untuk pemeliharaan tanaman karet antara lain biaya pembelian pupuk, pestisida dan herbisida serta penyadapan.

(45)

Untuk lebih jelasnya tentang rincian biaya berkebun karet dapat dilihat pada penjelasan berikut ini:

1) Pada fase I (berumur 1 tahun) biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap untuk membeli bibit 550 + 50 batang (10% untuk penyulaman) jadi 600 batang @ Rp 5000 jumlah biaya seluruhnya Rp. 3.000.000 dan biaya membeli peralatan sebesar Rp. 4.500.000, sedangkan biaya variabel yaitu untuk biaya pemupukan Rp. 2.400.000, biaya pestisida dan herbisida Rp. 600.000, biaya pembukaan lahan Rp. 3.000.000, pembuatan lubang dan penanaman Rp. 2.500.000 dan pemeliharaan Rp. 2.400.000., Jadi biaya tahun pertama adalah Rp. 18.400.000

2) Pada fase ke II (umur2-5 tahun), biaya dibutuhkan yaitu sebesar Rp.3.000.000 untuk biaya pemupukan dan pemeliharaan.

3) Pada fase III setelah pohon karet berumur 6 tahun (umur sadap) dan seterusnya setelah tanaman menghasilkan produksi, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.500.000, biaya tersebut dikeluarkan untuk biaya pemeliharaan, penyiangan, biaya pemupukan, obat-obatan, dan asam semut untuk pembekuan lateks (Hasil penelitian 2013).

Dalam penelitian ini biaya produksi yang digunakan adalah biaya yang dikeluarkan setelah tanaman menghasilkan produksi (fase III) dalam waktu satu tahun. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diklasifikasikan biaya produksi kebun karet setelah tanaman menghasilkan adalah sebagai berikut:

1) Biaya produksi ≥ Rp3.500.000 2) Biaya produksi < Rp3.500.000

Jadi besarnya biaya produksi karet dalam penelitian ini yaitu biaya produksi setelah tanaman menghasilkan produksi (lateks) yang digunakan untuk pemupukan, obat-obatan dan penyadapan karet.

3. Produksi yang Dihasilkan Petani Kebun Karet

(46)

sesuatu yang dihasilkan tanaman (akar, batang, getah, buah dan sebagainya) yang diusahakan dan dapat menjadi nilai secara komersil sehingga menjadi tujuan dalam usaha pertanian.

Pada prinsipnya hasil merupakan besaran yang menggambarkan banyaknya produk panenusaha tani yang diperoleh dalam satu luasan lahan dalam satu siklus produksi. Hasil membantu menggambarkan tingkat nisbah atau rasio keuntungan yang diperoleh dari pemberian masukan terhadap lahan untuk usaha tani. Satuan hasil biasanya adalah bobot (massa) per satuan luas, sedangkan satuan produksi hanya satuan berat (Moehar Daniel 2004:121).

Berdasarkan pendapat tersebut yang dimaksud dengan produksi yang dihasilkan kebun karet adalah hasil usaha kebun karet yang diperoleh setiap luas lahan garapan petani pada setiap pengambilan lateks dalam satu hektar, dihitung dengan satuan berat kilogram (kg) dan bernilai dengan satuan rupiah (Rp) per kilogram (kg). Standar produksi perkebunan karet nasional per hektar 2.300 kg dengan produktivitas 3.000 per kilogram (Tim Karya Tani Mandiri 2010:109). Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini akan menggunakan kriteria standar produksi karet menurut standar nasional yaitu:

1) Produksi karet ≥ 2.300 kg 2) Produksi karet < 2.300 kg

4. Pemasaran Hasil Produksi Petani Kebun Karet

(47)

ragam. Menurut Sudiyono (2002:2) definisi pasar bagi produsen (penjual) adalah sebagai tempat untuk menjual barang-barang atau jasa yang dihasilkan, konsumen (pembeli) mendefinisikan pasar sebagai tempat membeli barang dan jasa sehingga memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Pasar sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, barang atau jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan kepemilikan. Pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan produksi yaitu penjualan, dimana produsen sebagai penghasil karet menjual karet yang dihasilkan kepada konsumen.

Pemasaran merupakan faktor penting yang tidak terpisahkan dari usaha tani. Banyak pihak yang terlibat dalam pemasaran hasil usaha tani kebun karet, Pemasaran yang biasanya dilakukan oleh petani karet adalah dengan menjual ke pedagang perantara (Agen), pedagang pengumpul (toke/tengkulak), KUD dan tempat pelelangan. Para pembeli karet rakyat ini biasanya menjualnya lagi ke pabrik karet pengolahan.

5. Pendapatan Petani Kebun Karet

(48)

pekerja dan sebagai pemilik modal. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Mulyanto Sumardi (1985:20) pendapatan dapat diartikan sebagai suatu hasil yang diterima seseorang baik berupa uang atau barang maupun jasa yang diperoleh pada priode tertentu.

Pendapatan petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diperoleh petani karet dari hasil usaha tani kebun karet berupa pendapatan bersih. Pendapatan bersih adalah total penerimaan yang diperoleh petani karet setelah dikurangi total biaya-biaya produksi yang dikeluarkan, dinilai dalam rupiah (Rp) dan dihitung dalam waktu setahun guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diklasifikasikan pendapatan bersih petani kebun karet per hektar per tahun adalah sebagai berikut:

1) Pendapatan ≥ Rp7.700.000 2) Pendapatan < Rp7.700.000

B.Kerangka Pikir

Pekerjaan sebagai petani merupakan mata pencaharian utama di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit. Salah satunya yaitu sebagai petani yang menanam karet. Sebagai tanaman utama yang diusahakan, maka ketergantungan terhadap pendapatan dari hasil penjualan karet ini sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka.

(49)

Masalah-masalah tersebut antara lain pengelolaan lahan kebun karet, pengetahuan petani kebun karet tentang pertanian karet, biaya produksi kebun karet, produksi yang dihasilkan kebun karet, pemasaran hasil kebun karet dan pendapatan bersih petani kebun karet.

(50)

dikeluarkan. Untuk mengetahui deskripsi petani kebun karet dapat digambarkan pada bagan kerangka pikir berikut ini:

Gambar 1. Kerangka Pikir Deskripsi Petani Kebun Karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan tahun 2014.

DESKRIPSI PETANI KEBUN KARET

1. Luas Lahan Garapan 2. Pengetahuan

(51)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metodologi adalah ilmu yang membicarakan cara, jalan, atau petunjuk praktis dalam penelitian atau membahas konsep teoritis berbagai metode, dasar-dasar filsafat ilmu dari metode penelitian.

Berdasarkan pendapat di atas maka metodologi dapat dikatakan yaitu ilmu tentang kerangka kerja untuk melaksanakan penelitian yang bersistem; sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu; studi atau analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode; atau cabang ilmu logika yang berkaitan dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan.

(52)

Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam penelitian, karena akan menentukan keberhasilan suatu penelitian dan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam suatu penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Juliansyah Noor (2011:34), bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi disaat sekarang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2006;195) yang mengatakan bahwa metode yang bersifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan atau suatu fenomena.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dengan menggunakan metode penelitian deskriptif diharapkan dapat menggambarkan suatu keadaan atau suatu fenomena yang terdapat dilapangan. Berkaitan dengan penelitian ini maka keadaan atau fenomena yang akan dilihat adalah deskripsi petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2014.

B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

(53)

Berdasarkan pendapat tersebut populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan tahun 2013 yang berjumlah 503 orang yang tersebar di 5 dusun, yaitu di Dusun Sumber Sari I ada 96 orang, di Dusun Sumber Sari II ada 103 orang, di Dusun Mekar Sari ada 104 orang, di Dusun Suka Jaya ada 102 orang, dan di Dusun Jaroh ada 98 orang (Profil Desa Menanga Jaya 2013)

2. Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang akan diteliti dengan menggambarkan cara-cara tertentu dan banyaknya sampel tergantung pada:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan biaya.

2. Sempit dan luasnya pengamatan setiap data sampel, hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Selanjutnya untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian, apabila banyaknya subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Akan tetapi apabila banyaknya subyek lebih dari 100 dapat diambil antara 10% – 15% atau lebih” (Suharsimi Arikunto 2006:113). Dari pendapat tersebut, maka dapat dijadikan acuan pengambilan sampel dalam penelitian ini. Oleh karena itu, sampel diambil sebesar 10% dari populasi yang ada yaitu 50 petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2014.

(54)

mengundinya, semua nama-nama calon responden yaitu populasi dari tiap-tiap dusun dicatat satu persatu. Kemudian setiap nama akan dimasukan kedalam sebuah gelas pengundian, nama sampel akan dikeluarkan dengan cara diundi satu per satu kemudian dicatat. Mengenai jumlah dan persebaran populasi dan sampel pada setiap dusun dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 7. Populasi dan Sampel Petani Kebun Karet Di Desa Menanga Jaya sKecamatan Banjit Kabupaten Way kanan Tahun 2013

DUSUN POPULASI SAMPEL

Sumber Sari I 96 10

Sumber Sari II 103 10

Mekar Sari 104 10

Suka Jaya 102 10

Jaroh 98 10

Jumlah 503 50

Sumber: Profil Desa Menanga Jaya Tahun 2013

(55)

37

(56)

C.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan petani karet, pengetahuan petani karet tentang pertanian karet, biaya produksi kebun karet, produksi yang dihasilkan kebun karet, pemasaran hasil kebun karet, pendapatan bersih hasil usaha kebun karet.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:

1. Luas lahan garapan adalah jumlah lahan kebun karet yang digarap oleh petani karet dalam satuan luas (ha). Dengan penggolongan luas lahan sebagai berikut:

 Lahan garapan sempit yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0,5hektar  Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 – 2hektar

 Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2hektar

2. Pengetahuan petani tentang pertanian karet dalam penelitian ini adalah cara yang ditempuh petani untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan tentang pertanian karet yang bersumber dari:

 Pendidikan Informal (pengalaman pribadi, petani lain dan keluarga)  Pendidikan Formal (lembaga pendidikan berjenjang)

(57)

3. Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan setelah tanaman menghasilkan produksi dalam waktu satu tahun. Hal ini berarti biaya yang dikeluarkan masuk kedalam fase III. Klasifikasi biaya produksi kebun karet setelah tanaman menghasilkan yaitu:

 Biaya produksi ≥ Rp3.500.000  Biaya produksi < Rp3.500.000

4. Produksi petani karet adalah getah karet (lateks) yang dihasilkan oleh seluruh petani karet dari hasil proses usaha tani yang dihitung dengan satuan berat (kg) dalam satuan hektar per tahun.

 Produksi karet ≥ 2.300 kg  Produksi karet < 2.300 kg

5. Pemasaran adalah cara yang ditempuh petani karet dalam menjual hasil getah karetnya. Cara pemasaran yang dilakukan oleh petani karet yaitu:

 Menjual ke pedagang perantara (agen)

 Menjual ke pedagang pengepul (toke/tengkulak)  Menjual ke KUD, tempat pelelangan atau pabrik

6. Pendapatan bersih dalam penelitian ini adalah total penerimaan yang diperoleh petani karet setelah dikurangi total biaya-biaya produksi yang dikeluarkan, dinilai dalam rupiah (Rp) dan dihitung dalam waktu setahun.

(58)

D.Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian (Juliansyah Noor 2011:138). Dalam penelitian ini cara mengumpulan data yang digunakan diantaranya:

1. Teknik Observasi

Dalam penelitian ini teknik observasi dilaksanakan dalam rangka mengumpulkan data primer dengan cara mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Selain mengamati peneliti juga mencatat hal-hal yang berkaitan dengan penelitiannya seperti luas lahan garapan, pengetahuan petani karet tentang pertanian karet, biaya produksi, hasil produksi, pemasaran dan pendapatan bersih petani kebun karet sehingga data tersebut nantinya yang akan diolah dalam penelitian dan dituangkan dalam skripsi.

2. Teknik Wawancara

(59)

3. Teknik Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk melengkapi dan memperoleh data sekunder seperti, peta administrasi desa, jumlah penduduk, jenis mata pencaharian penduduk, luas lahan pertanian serta data-data lainya yang dianggap perlu untuk mendukung dalam penelitian ini.

E.Teknik Analisis Data

(60)

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian

Keadaan geografis adalah keadaan berbagai bentuk nyata dari lingkungan alam maupun hasil adaptasi manusia terhadap lingkungan alam (Daldjoeni 1998:32). Keadaan geografis Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit dilihat dari letak astronomis, letak dan batas administratif, keadaan topografi, keadaan iklim dan keadaan kependudukan.

1. Keadaan Fisik Desa Menanga Jaya

1.1. Letak Astronomis

(61)

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Menanga Jaya yang berada di Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan yang terletak pada koordinat 040 12’ 00” LU sampai 040 58’ 00” LS dan 1040 17’ 00” BB sampai 1050 04’ 00” BT (Profil Desa Menanga Jaya 2013).

1.2. Letak Batas Administratif dan Luas Wilayah

Letak administratif suatu daerah merupakan letak yang berdasarkan pembagian wilayah administratif pemerintahan. Jika ditinjau secara administratif Desa Menanga Jaya termasuk dalam wilayah Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan. Jarak antara Desa Menanga Jaya dengan pusat pemerintahan Ibukota Kecamatan Banjit ±12 Km, dan jarak antara Desa Menanga Jaya dengan pusat pemerintahan Ibukota Kabupaten Way Kanan sejauh ±83 Km (Profil Desa Menanga Jaya 2013).

Desa Menanga jaya memiliki luas wilayah 1.100ha yang dibagi menjadi lima dusun yaitu Dusun Sumber Sari I (I), Dusun Sumber Sari II (II), Dusun Mekar Sari (III), Dusun Suka Jaya (IV), Dusun Jaroh (V). Pada kelima dusun tersebut, pusat pemerintahan ada di Dusun Sumber Sari I. Adapun batas-batas administratif Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kasui.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung Reg.24 Bukit Punggur. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Lindung Reg.24 Bukit Punggur. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Jukubatu.

(62)

44

(63)

1.3. Keadaan Topografi

Keadaan topografi adalah keadaan fisik suatu daerah yang menunjukan tinggi rendahnya daerah tersebut terhadap permukaan bumi. Keadaan topografi pada suatu daerah akan berpengaruh terhadap aktifitas penduduk pada mata pencahariannya. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh Budiyono (2003:12) bahwa topografi adalah lahan muka bumi yang bergelombang, miring, lereng gunung, lembah dan lainnya yang sangat berpengaruh pada kegiatan manusia baik untuk pertanian, perindustrian, sumber daya air, pembangkit tenaga listrik, jalur lalu lintas, perikanan dan lain-lainnya. Lahan merupakan salah satu unsur produksi yang turut menentukan keberhasilan suatu usaha tani sehingga kesesuaian lahan menjadi salah satu dasar pertimbangan bagi pihak-pihak terkait dalam memilih jenis tanaman yang sesuai dengan lahan.

(64)

Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian 0 - 200 meter di atas permukaan laut. Daerah di dataran tinggi tidak cocok untuk budidaya karet. Ketinggian tempat dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karet dan hasilnya. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 meter dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet (Tim Karya Tani Mandiri, 2010:26).

(65)

47

(66)

1.4. Keadaan Iklim

Iklim adalah keadaan yang mencirikan atmosfer pada suatu daerah dalam jangka waktu yang cukup lama dan dapat diungkapkan dengan melakukan pengukuran atau pengamatan berbagai unsur cuaca yang dilakukan dalam periode tertentu, sekurang-kurangnya 10 tahun (Subarjo 2003:2). Untuk mengetahui iklim suatu wilayah maka diperlukan pengukuran atau pengamatan terhadap unsur iklim, yaitu suhu atau temperatur udara, kelembaban udara, curah hujan, arah dan kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan sebagainya.

Untuk mengetahui iklim yang ada di Desa Menanga Jaya dapat dicari berdasarkan data curah hujan Stasiun Pencatatatan curah hujan selama 10 tahun terakhir yang dikemukakan oleh Schmidt-Ferguson yang didasarkan pada nilai Q yang diperoleh dari nilai rata-rata bulan kering dibagi rata-rata bulan basah dikali 100%. Berikut ini adalah data curah hujan di Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan:

Tabel 8. Data Curah Hujan Kecamatan Banjit Tahun 2004 – 2013

Thn Bulan BB BL BK

(67)

Schmidth-Ferguson membuat ketentuan bulan basah dan bulan kering dalam Subarjo (2004:55) sebagai berikut:

1) Bulan Kering (BK) : bulan dengan curah hujan <60 mm

2) Bulan Lembab (BL) : bulan dengan curah hujan antara 60 – 100 mm 3) Bulan Basah (BB) : bulan dengan curah hujan >100 mm

Berdasarkan data pada Tabel 8, diketahui bahwa:

1) Curah hujan minimum selama Tahun 2004 – 2013 adalah 4 mm/bulan. 2) Curah hujan maksimum selama Tahun 2004 – 2013 adalah 1074 mm/bulan. 3) Banyaknya bulan kering selama Tahun 2004 – 2013 adalah 12 bulan. 4) Banyaknya bulan lembab selama Tahun 2004 – 2013 adalah 10 bulan. 5) Banyaknya bulan basah selama Tahun 2004 – 2013 adalah 98 bulan.

Jumlah rata-rata curah hujan di Kecamatan Banjit Tahun 2004 – 2013 dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Schmidth-Ferguson sebagai berikut:

Rata-rata bulan kering

Q = X 100% Rata-rata bulan basah

Maka nilai Q di Kecamatan Banjit Tahun 2004 – 2013 adalah

Q = 1,2

9,8 x 100%

Q = 1,2

9,8 x

100 100

(68)

Dari perhitungan nilai Q tersebut, selanjutnya disesuaikan dengan zona/tipe iklim berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh Schmidth-Ferguson sebagaimana tabel berikut:

Tabel 9. Zona/Tipe Iklim Menurut Klasifikasi Schmidth-Ferguson

No Zona/Tipe Iklim Besarnya Nilai Q Kondisi Iklim 1 A 0 < Q < 0,143 Sangat Basah

2 B 0,143 < Q < 0,333 Basah

3 C 0,333 < Q < 0,60 Agak Basah

4 D 0,60 < Q < 1,00 Sedang

5 E 1,00 < Q < 1,67 Agak Kering

6 F 1,67 < Q < 3,00 Kering

7 G 3,00 < Q < 7,00 Sangat Kering

8 H 7,00 < Q < - Luar Biasa Kering

Sumber: Subarjo (2004:55)

Berdasarkan dari hasil perhitungan nilai Q diperoleh nilai sebesar 0,122 dan penggolongan zona/tipe iklim menurut Schmidth-Ferguson, maka Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan tergolong ke dalam zona/tipe iklim A (sangat basah). Tipe iklim sangat basah memiliki vegetasi hutan hujan tropis. Kondisi iklim yang sangat basah sangat cocok untuk tanaman sejenis palma seperti kelapa, aren dan juga pohon sagu.

(69)

Gambar 6. Diagram Tipe Curah Hujan menurut Schmidth–Ferguson

Berdasarkan teori yang didapat, bahwa karet dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal pada suhu 250C – 300C dan curah hujan tahunan rata-rata antara 2.500 – 4.000 mm/tahun dengan hari hujan mencapai 150 hari per tahun (Bambang Cahyono 2010:29). Suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan tanaman dan pembentukan lateks, sehingga produksinya akan rendah.

(70)

tetapi pada kasus di kebun karet daerah penelitian secara jelas mengalami penurunan, hal ini diduga karena curah hujan di atas 4000 mm per tahun sudah melampaui curah hujan optimal untuk produksi tanaman karet. Penyebab lainnya yaitu bahwa di kebun karet daerah penelitian sering terjadi hujan disore hari. Hal ini menyebabkan saat dilakukan sadap pada keesokan harinya, keadaan tanaman karet masih belum kering dan kadar air dalam lateks yang dihasilkan masih tinggi, akibatnya kadar karet kering relatif lebih rendah daripada keadaan normal. Kecepatan angin yang tinggi juga cenderung meningkatkan jumlah kerusakan tanaman karet dalam bentuk patah batang ataupun tumbang. Dengan demikian, kondisi iklim di Desa Menanga Jaya yang beriklim sangat basah kurang mendukung untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

2. Keadaan Penduduk Desa Menanga Jaya

Keadaan penduduk adalah kondisi penduduk yang bertempat tinggal di wilayah penelitian. Dalam penelitian ini keadaan penduduk yang akan dibahas meliputi jumlah dan kepadatan penduduk serta komposisi penduduk.

2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

(71)

Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah jiwa dengan luas wilayah yang didiami dalam satuan luas Km2 (Ida Bagoes Mantra 2003:75). Dalam penelitian ini yang akan dikemukakan adalah kepadatan penduduk aritmatik (kasar) yang dapat dicari dengan rumus:

Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk di Suatu Wilayah Luas Wilayah

Desa Menanga Jaya mempunyai jumlah penduduk sebanyak 1.602 jiwa dengan luas wilayah 11 km2 maka berdasarkan rumus di atas, kepadatan penduduk di Desa Menanga Jaya adalah sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk = 1602 11

= 146 Jiwa/Km²

Berdasarkan perhitungan tersebut, berarti dalam setiap satu kilometer persegi di wilayah Desa Menanga Jaya dihuni oleh 146 jiwa penduduk. Untuk mengetahui kategori kepadatan penduduk di Desa Menanga Jaya penulis berpedoman kepada pendapat berikut:

 1 sampai dengan 50 jiwa / Km2 tidak padat  51 sampai dengan 250 jiwa / Km2 kurang padat  251 sampai dengan 400 jiwa / Km2 cukup padat

 Diatas 400 jiwa / Km2 sangat padat (Supeno 1984: 65).

(72)

Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:76), kepadatan penduduk agraris adalah jumlah penduduk petani tiap-tiap km2 lahan pertanian, dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk Agraris = Jumlah Petani Suatu Wilayah Luas Lahan Pertanian

Dengan mengetahui rumus menghitung kepadatan penduduk agraris, maka kepadatan penduduk agraris karet tiap-tiap km2 lahan perkebunan karet dapat dihitung juga dengan rumus sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk Agraris = Jumlah Petani Karet Suatu Wilayah Luas Lahan Kebun Karet

Di Desa Menanga Jaya jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 858 jiwa dengan luas wilayah pertanian 831 ha atau 8,31 km2. Jumlah petani kebun karet sebanyak 206 KK dengan luas lahan perkebunan karet yang diusahakan seluas 464 ha atau 4,64 km2. Berdasarkan rumus tersebut, maka kepadatan penduduk agraris dan kepadatan penduduk agraris karet di Desa Desa Menanga Jaya aya adalah:

Kepadatan Penduduk Agraris = 858 8,31

= 103 Jiwa/Km²

Kepadatan Penduduk Agraris Karet = 503 4,64

(73)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, berarti setiap km2 lahan pertanian di Desa Desa Menanga Jaya terdapat 103 petani, sedangkan setiap km2 lahan perkebunan karet terdapat 108 petani karet. Dengan ini kepadatan penduduk agraris dan kepadatan penduduk petani karet di Desa Menanga Jaya kategori kurang padat. Dalam hal ini setiap petani di Desa Menanga Jaya memiliki lahan garapan pertanian yang cukup luas untuk setiap kepemilikannya.

2.2. Komposisi Penduduk Desa Menanga Jaya

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas variabel-variabel tertentu. Menurut Said Rusli (Ida Bagoes Mantra 2003:23) menyatakan bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama. Komposisi penduduk dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu yaitu sebagai berikut:

 Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin.

 Sosial, misalnya tingkat pendidikan dan status perkawinan.

 Ekonomi, misalnya penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan.

 Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, Kelurahan, Provinsi, Kabupaten dan sebagainya (Ida Bagoes Mantra 2003:41).

(74)

2.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin ini menunjukan tingkat golongan umur dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, komposisi ini diperoleh dengan cara mengelompokan penduduk laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013

No Umur

Sumber : Profil Desa Menanga Jaya Tahun 2013

(75)

tergolong lanjut usia (lansia). Komposisi Penduduk menurut umur dan jenis kelamin Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2014 yang ada pada Tabel 10 dapat digambarkan secara visual pada grafik yang disebut piramida penduduk. Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar berikut ini:

Gambar 7. Piramida Penduduk Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013

Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:44) struktur umur penduduk suatu wilayah dapat digolongkan menjadi 2 kategori sebagai berikut:

1. Dikatakan berstuktur umur muda apabila kelompok penduduk berumur kurang dari 15 tahun jumlahnya lebih besar (lebih dari 35%). Sedangkan besarnya kelompok penduduk usia diatas 65 tahun kurang dari 3%.

2. Dikatakan berstuktur umur tua apabila kelompok penduduk berusia dibawah 15 tahun jumlahnya lebih kecil (kurang dari 35%) dari seluruh penduduk dan persentase penduduk usia diatas 65 tahun lebih dari 15%.

Maka dapat dikatakan bahwa penduduk di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 termasuk ke dalam kategori penduduk

150 100 50 00 50 100 150

Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan

Gambar

Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Karet Menurut Status Pengusahaan Seluruh Indonesia Tahun 2006-2011
Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Karet di Propinsi Lampung Menurut   Kabupaten/Kota Tahun 2013
Tabel 3. Luas Lahan dan Produksi Karet di Kabupaten Way Kanan Menurut Kecamatan Tahun 2013
Tabel 4. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Karet di Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Eliott Jacques dalam Perilaku Organisasi (Nimran ; 1999 ; h. 134) budaya organisasi adalah the customary or traditional ways of thinking and doing things, which are

a) Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan Masa trimester I disebut juga masa organogenesis, dimana dimulainya perkembangan organ-organ janin. Apabila terjadi

Sistem yang digunakan memiliki kesamaan yaitu melacak suatu objek menggunakan GPS, namun yang menjadi perbedaan adalah GPS yang dipasang didalam kendaraan dan

Tugas akhir ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan IRP dengan penggunaan algoritma ant colony untuk tipe permintaan yang bersifat stokastik, sehingga

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus pertama ini ada aktivitas guru yang belum dikuasai sepenuhnya karena guru masih baru dalam menggunakan model

Sedang Suprihanto mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan

Komitmen untuk menjadi parlemen terbuka yang dicanangkan oleh DPRD Jawa Tengah menjadi momentum bagi anggota dewan untuk menjadi lebih terbuka dan komunikatif pada

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Sekampung yang terbagi dalam lima kelas sedangkan sampel