PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN
(Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI
MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK
SKRIPSI
RUBEN PAHOTAN TAMBUNAN 060301023
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN
(Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI
MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK
SKRIPSI
Oleh:
RUBEN PAHOTAN TAMBUNAN 060301023/AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae Var. acephala) pada Berbagai Media Tanam dan Pemberian Pupuk
Nama : Ruben Pahotan Tambunan
Nim : 060301023
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Ir. T. Sabrina, M AgrSc, PhD Ketua Departemen Agroekoteknologi Prof. Dr. Ir. B. S. J. Damanik, M. Sc
Ketua
ABSTRAK
RUBEN PAHOTAN TAMBUNAN : Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae Var. acephala) pada Berbagai Media dan Pemberian Pupuk.
Dibimbing oleh B. SENGLI. J. DAMANIK dan MEIRIANI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai media tanam dan pemberian spupuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brasisca oleraceae Var. Acephala.). Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dari bulan Juni 2010 sampai September 2010 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama media tanam dengan 2 taraf: top soil (3,75 kg) : kompos TKKS (1,25kg), dan top soil (3,75 kg) : kascing (1,25 kg). Faktor kedua pupuk hayati agrobost dengan 6 taraf : tanpa pupuk hayati + pupuk kimia 100% dosis anjuran; tanpa pupuk hayati + pupuk kimia 50% dosis anjuran; 5 ml pupuk hayati /liter air + pupuk kimia 100% dosis anjuran; 5 ml pupuk hayati /liter air + pupuk kimia 50% dosis anjuran; 10 ml pupuk hayati /liter air + pupuk kimia 100% dosis anjuran; dan 10 ml pupuk hayati / liter air + pupuk kimia 50 % dosis anjuran.
ABSTRACT
RUBEN PAHOTAN TAMBUNAN : Growth and Production of Cale (Brassica oleraceae Var. acephala) in various planting medias and to the addition
fertilizer. Supervise by B. SENGLI. J. DAMANIK dan MEIRIANI.
The aim of this experiment was to study the effect of various planting medias and to the addition fertilizer on the growth and production of cale (Brasisca oleraceae Var. Acephala.). The experiment was conduted at experimental garden Faculty of Agriculture North Sumatera University Medan, on June 2010 to September 2010 by using a Group Random Design (RAK Factorial) with two treatments factor and three replications. The first factor is giving various planting medias by two levels, they were top soil (3,75 kg) : palm oil bunch fruits compost (1,25kg), dan top soil (3,75 kg) : casting (1,25 kg).. The second factor is dose of biofertilizer and chemistry fertilizer with six levels, they were with out biofertilizer + chemistry fertilizer 100% recommendation dose; with out biofertilizer + chemistry fertilizer 50% recommendation dose; 5 ml biofertilizer /liter water + chemistry fertilizer 100% recommendation dose; 5 ml biofertilizer /liter water + chemistry fertilizer 50% recom recommendation dose; dan 10 ml biofertilizer / liter water + chemistry fertilizer 50 % recommendation dose. The results showed that the various planting medias given significant effect to plant height, leaf area, leaf number, canopy wet weight, plant dry weight, net assimilation rate, and relative growth rate. Biofertilizer given significant effect to plant height, canopy wet weight, plant dry weight, and net assimilation rate. The interaction between various planting medias and biofertilizer given significant effect to canopy wet weight, plant dry weight, and net assimilation rate.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Medan pada tanggal 01 November 1987, anak pertama
dari lima bersaudara, ayahanda P. Tambunan dan Ibunda B. Simangunsong.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kuala dan pada tahun yang
sama terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi, Departemen
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian, sebagai anggota UKM PARINTAL FP-USU
Fakultas Pertanian dan sebagai asisten Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan
Dasar Agronomi.
Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di perkebunan kelapa
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae Var. acephala)
pada Berbagai Media Tanam dan Pemberiaan Pupuk”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Ir. B. S. J. Damanik, M. Sc selaku ketua komisi pembimbing dan
Ir. Meiriani, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan berbagai masukan kepada penulis dari mulai menetapkan judul,
melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda P. Tambunan dan Ibunda B. Simangunsong serta adik-adikku Damaris,
Lian, Intan, dan Elfrida yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan baik
secara moril maupun material selama menjani perkuliahan hingga pada akhir studi
penulis.
Di samping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Melinsani
Manalu, rekan mahasiswa BDP 2006, AET 2009, dan PARINTAL FP USU yang
tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab
itu penulis mengarapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Pemeliharaan Tanaman di Persemaian... 17
Persiapan Media ... 18
Panen ... 20
Parameter Pengamatan ... 20
Tinggi Tanaman (cm) ... 20
Jumlah Daun (helai) ... 20
Luas Daun (mm2) ... 20
Bobot Basah Tajuk (g) ... 20
Bobot Kering Tanaman (g) ... 21
Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1) ... 21
Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1) ... 21
Diameter Batang (mm2) ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23
Pembahasan ... 48
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 53
Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
1. Rataan tinggi tanaman kailan umur 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk ... ... 23
2. Rataan Jjumlah daun tanaman kailan umur 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk... ... 27
3. Rataan luas daun tanaman kailan umur 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk... ... 29
4. Rataan bobot basah tajuk tanaman kailan umur 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk... ... 31
5. Rataan berat kering tanaman kailan umur 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk ... ... 35
6. Rataan laju asimilasi bersih tanaman kalian umur 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk... ... 39
7. Rataan laju pertumbuhan relatif tanaman kailan umur 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk... ... 45
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
1. Hubungan Tinggi Tanaman 40 hspt dengan media tanam (cm)... 25
2. Hubungan Tinggi Tanaman 40 hspt dengan pupuk hayati
agrobost(cm)...
3. Hubungan Jumlah Daun 40 hspt dengan media tanam (helai)... . 28
4. Hubungan Luas Daun 40 hspt dengan media tanam (mm2) ... 30
5. Hubungan Bobot Basah Tajuk 40 hspt dengan pupuk hayati dan
pemberian 100% pupuk kimia pada berbagai media (g) ... 33
6. Hubungan Bobot Kering Tanaman 40 hspt dengan pupuk hayati
dan pemberian 100% pupuk kimia pada berbagai media (g) ... 37
7. Hubungan Laju Asimilasi Bersih 40 hspt dengan pupuk hayati
dan pemberian 100% pupuk kimia pada berbagai media
(g.cm2.hari-1)... ... 41
8. Hubungan Laju Pertumbuhan Relatif 40 hspt dengan berbagai
media tanam (g.g-1.hari-1)... ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal
1. Data pengamatan tinggi tanaman kalian (cm) 10 HSPT... ... 56
2. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kalian 10 HSPT... ... 56
3. Data pengamatan tinggi tanaman kalian (cm) 20 HSPT... ... 57
4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kalian 20 HSPT... ... 57
5. Data pengamatan tinggi tanaman kalian (cm) 30 HSPT... ... 58
6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kalian 30 HSPT... ... 58
7. Data pengamatan tinggi tanaman kalian (cm) 40 HSPT .... ... 59
8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kalian 40 HSPT... ... 59
9. Data pengamatan jumlah daun tanaman kalian (helai) 10 HSPT... ... 60
10. Daftar sidik ragam jumlah daun tanaman kailan 20 HSPT... ... 60
11. Data Data pengamatan jumlah daun tanaman kalian (helai) 20 HSPT... ... 61
12. Daftar sidik ragam jumlah daun tanaman kailan 20HSPT... ... 61
13. Data Data pengamatan jumlah daun tanaman kalian (helai) 30 HSPT... ... 62
14. Daftar sidik ragam jumlah daun tanaman kailan 30 HSPT... ... 62
15. Data Data pengamatan jumlah daun tanaman kalian (helai) 40 HSPT... ... 63
16.Daftar sidik ragam jumlah daun tanaman kailan 40 HSPT... ... 63
17.Data pengamatan luas daun tanaman kailan (mm2) 10 HSPT... ... 64
18.Daftar sidik ragam jumlah daun tanaman kailan 10 HSPT... ... 64
20.Daftar sidik ragam jumlah daun tanaman kailan 20 HSPT... ... 65
21.Data pengamatan luas daun tanaman kailan (mm2) 30 HSPT... ... 66
22.Daftar sidik ragam jumlah daun tanaman kailan 30 HSPT... ... 66
23. Data pengamatan luas daun tanaman kailan (mm2) 40 HSPT... .. 67
24.Daftar sidik ragam jumlah daun tanaman kailan 40 HSPT... ... 67
25.Data pengamatan bobot basah tajuk tanaman kailan (g) 10 HSPT... ... 68
26.Daftar sidik ragam basah tajuk tanaman kalian 10 HSPT... ... 68
27.Data pengamatan bobot basah tajuk tanaman kailan (g) 20 HSPT... ... 69
28.Daftar sidik ragam basah tajuk tanaman kalian 20 HSPT... ... 69
29.Data pengamatan bobot basah tajuk tanaman kailan (g) 30 HSPT... ... 70
30.Daftar sidik ragam basah tajuk tanaman kalian 30 HSPT... ... 70
31.Data pengamatan bobot basah tajuk tanaman kailan (g) 40 HSPT... ... 71
32.Daftar sidik ragam basah tajuk tanaman kalian 40 HSPT... ... 71
33.Data pengamatan bobot kering tanaman kalian (g) 10 HSPT... ... 72
34.Daftar sidik ragam bobot kering tanaman kailan 10 HSPT... ... 72
35.Data pengamatan bobot kering tanaman kalian (g) 20 HSPT... ... 73
36.Daftar sidik ragam bobot kering tanaman kailan 20 HSPT... ... 73
37.Data pengamatan bobot kering tanaman kalian (g) 30 HSPT... ... 74
38.Daftar sidik ragam bobot kering tanaman kailan 30 HSPT... ... 74
39.Data pengamatan bobot kering tanaman kalian (g) 40 HSPT... ... 75
41.Data pengamatan laju asimilasi bersih tanaman kalian
(g.cm2.hari-1) 10-20 HSPT... ... 76
42.Daftar Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih 10-20 HSPT... ... 76
43.Data pengamatan laju asimilasi bersih tanaman kalian (g.cm2.hari-1) 20-30 HSPT... ... 77
44.Daftar Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih 20-30 HSPT... ... 77
45.Data pengamatan laju asimilasi bersih tanaman kalian (g.cm2.hari-1) 30-40 HSPT... ... 78
46.Daftar sidik ragam laju asimilasi bersih tanaman kailan 30-40 HSPT... ... 78
47.Data pengamatan diameter batang tanaman kailan (mm2) 40 HSPT... ... 79
48.Daftar sidik ragam diameter batang tanaman kailan 40 HSPT... . 79
49.Rangkuman Data Pengamatan Parameter... 80
50. Deskripsi Kailan Varietas Tropika Sensation... ... 81
51. Bagan Penelitian... ... 82
52. Bagan Plot Penelitan... ... 83
53.Jadwal Kegiatan Penelitian ... 84
54. Kandungan Kompos TKKS... ... 85
55. Foto Lahan Penelitian ... 86
ABSTRAK
RUBEN PAHOTAN TAMBUNAN : Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae Var. acephala) pada Berbagai Media dan Pemberian Pupuk.
Dibimbing oleh B. SENGLI. J. DAMANIK dan MEIRIANI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai media tanam dan pemberian spupuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan (Brasisca oleraceae Var. Acephala.). Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dari bulan Juni 2010 sampai September 2010 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama media tanam dengan 2 taraf: top soil (3,75 kg) : kompos TKKS (1,25kg), dan top soil (3,75 kg) : kascing (1,25 kg). Faktor kedua pupuk hayati agrobost dengan 6 taraf : tanpa pupuk hayati + pupuk kimia 100% dosis anjuran; tanpa pupuk hayati + pupuk kimia 50% dosis anjuran; 5 ml pupuk hayati /liter air + pupuk kimia 100% dosis anjuran; 5 ml pupuk hayati /liter air + pupuk kimia 50% dosis anjuran; 10 ml pupuk hayati /liter air + pupuk kimia 100% dosis anjuran; dan 10 ml pupuk hayati / liter air + pupuk kimia 50 % dosis anjuran.
ABSTRACT
RUBEN PAHOTAN TAMBUNAN : Growth and Production of Cale (Brassica oleraceae Var. acephala) in various planting medias and to the addition
fertilizer. Supervise by B. SENGLI. J. DAMANIK dan MEIRIANI.
The aim of this experiment was to study the effect of various planting medias and to the addition fertilizer on the growth and production of cale (Brasisca oleraceae Var. Acephala.). The experiment was conduted at experimental garden Faculty of Agriculture North Sumatera University Medan, on June 2010 to September 2010 by using a Group Random Design (RAK Factorial) with two treatments factor and three replications. The first factor is giving various planting medias by two levels, they were top soil (3,75 kg) : palm oil bunch fruits compost (1,25kg), dan top soil (3,75 kg) : casting (1,25 kg).. The second factor is dose of biofertilizer and chemistry fertilizer with six levels, they were with out biofertilizer + chemistry fertilizer 100% recommendation dose; with out biofertilizer + chemistry fertilizer 50% recommendation dose; 5 ml biofertilizer /liter water + chemistry fertilizer 100% recommendation dose; 5 ml biofertilizer /liter water + chemistry fertilizer 50% recom recommendation dose; dan 10 ml biofertilizer / liter water + chemistry fertilizer 50 % recommendation dose. The results showed that the various planting medias given significant effect to plant height, leaf area, leaf number, canopy wet weight, plant dry weight, net assimilation rate, and relative growth rate. Biofertilizer given significant effect to plant height, canopy wet weight, plant dry weight, and net assimilation rate. The interaction between various planting medias and biofertilizer given significant effect to canopy wet weight, plant dry weight, and net assimilation rate.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kubis-kubisan (cruciferae) merupakan salah satu jenis sayuran utama di
dataran tinggi bahkan sayuran penting di Indonesia, disamping kentang dan tomat.
Kailan adalah salah satu jenis sayuran daun yang termasuk keluarga
kubis-kubisan. Kailan merupakan sayuran yang relatif baru (Widadi, 2009).
Tanaman kalian (Brassica oleraceae Var. Acepaphala) merupakan salah
satu jenis sayuran family kubis-kubisan (Brassicaceae) yang diduga berasal dari
negeri Cina. Kailan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17, namun sayuran ini
sudah cukup populer dan diminati di kalangan masyarakat (Darmawan, 2009).
Mula-mula tanaman kubis-kubisan hanya ditanam di daerah dingin, tetapi
sekarang sudah mulai banyak kubis yang ditanam di daerah sejuk, dan di daerah
dataran rendah (Pracaya, 1999).
Kailan (Brassica oleraceae Var. achepala) termasuk dalam kelompok
tanaman sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Karena itu, kailan
memiliki prospek yang cukup menawan untuk dibudidayakan sebagai sayuran
untuk macam-macam masakan Cina dan Jepang, Kailan juga bisa dikonsumsi
mentah sebagai lalapan karena batangnya memiliki rasa agak manis dan empuk
serta daunnya sangat enak dan legit di lidah. Selain sebagai bahan sayuran yang
mengandung zat gizi cukup lengkap, kailan sangat baik untuk kesehatan karena
kaya vitamin A, kalsium dan zat besi
Menurut Balai Pusat Statistik produksi kalian yang tergolong tanaman
kubis mengalami pasang surut. Pada tahun 1998 merupakan puncak produksi
dan meningkat kembali pada tahun 2008 mencapai 1,32 juta
2009).
Untuk itu maka perlu dilakukan inovasi teknologi dalam membudidayakan
tanaman kalian agar produksinya dapat terus meningkat. Karena hasil yang
dipanen pada kailan adalah daunnya maka peningkatan hara untuk perkembangan
vegetatif lebih diutamakan. Salah satunya yaitu dengan menggunakan pupuk
hayati sehingga diharapkan pertumbuhan daun meningkat dan menghemat
penggunaan pupuk kimia.
Pupuk hayati adalah mikroorganisme hidup yang ditambahkan ke dalam
tanah dalam bentuk inokulan atau dalam bentuk lain untuk memfasilitasi atau
menyediakan hara tertentu bagi tanaman (Hasibuan, B.E.,2009).
Teknologi yang semakin berkembang memberikan dampak negatif bila
secara terus menerus digunakan dalam pertanian. Pencemaran lingkungan,
penurunan kualitas lahan, dampak residu serta kandungan dari hasil produksi
dapat membahayakan kesehatan konsumen. Pertanian organik merupakan
jawaban untuk terus membudidayan hasil pertanian secara berkelanjutan, salah
satunya yaitu dengan penggunaan pupuk hayati maupun pupuk kompos.
Media tanam yang baik merupakan salah satu syarat untuk meningkatkan
produksi tanaman. Banyak jenis media tanam yang baik untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman, seperti top soil, maupun menggunakan bahan organik yang
bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah baik dari segi fisika, biologi
maupun kimia tanah. Dan dengan mengkombinasikan media tanam dengan pupuk
hayati maka tanaman dapat tumbuh baik karena hara yang dibutuhukan ada
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
guna mengetahui pertumbuhan dan produksi kailan pada berbagai media tanam
dan pupuk hayati.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi kailan (Brassica oleraceae
Var. acephala) pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk.
Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan respon yang nyata pada pertumbuhan dan produksi kailan pada
berbagai media tanam.
2. Peningkatan dosis pupuk akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
kailan.
3. Ada interaksi antara berbagai media tanam dan dosis pupuk terhadap
pertumbuhan dan produksi kailan.
Kegunaan Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menentukan media tanam dan dosis
pupuk yang tepat dalam budidaya kailan.
2. Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1995), klasifikasi tanaman kailan adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae Var. acephala
Tanaman kailan yang dibudidayakan umumnya tumbuh semusim (annual)
ataupun dwimusim (biennual) yang berbentuk perdu. Sistem perakaran relative
dangkal, yakni menembus kedalaman tanah antara 20-30 cm (Rukmana, 1995).
Batang tanaman kailan umumnya pendek dan banyak mengandung air
(herbaceous). Di sekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat tangkai daun yang
bertangkai pendek (Rukmana, 1995).
Tanaman ini dikenal dengan daun roset yang tersusun spiral kearah puncak
cabang tak berbatang. Sebagian besar sayuran kailan memiliki ukuran daun yang
lebih besar, dan permukaan serta sembir daun yang rata. Pada tipe tertentu, daun
yang tersusun secara spiral ini selalu bertumpang tindih sehingga agak mirip
Umumnya bunga berwarna kuning namun ada pula yang berwarna putih.
Bunganya terdapat dalam tandan yang muncul dari ujung batang/tunas. Kailan
berbunga sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam dua lingkaran.
Empat benang sari dalam lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran luar
(Sunarjono, 2003).
Buah kailan berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji.
Biji-bijinya bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman. Biji-biji inilah yang
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman kailan (Rukmana, 1995).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman kalian sesuai ditanam di kawasan yang mempunyai suhu antara
23-350C. Kelembaban udara yang sesuai bagi pertumbuhan kalian berkisar antara
80-90% (Sunarjo, 2004).
Kailan yang ditanam di daerah yang bersuhu di atas 25oC, terutama untuk
varietas-varietas dataran tinggi akan gagal krop. Demikian pula untuk penanaman
yang kurang mendapat sinar matahari (terlindung), pertumbuhan kailan akan
kurang baik dan mudah terserang penyakit, dan pada waktu masih kecil sering
terjadi pertumbuhan terhenti (stagnasi, etiolasi) (Rukmana, 1995).
Pada umumnya kalian baik ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian
1000-3000meter di atas permukaan laut, seperti halnya kubis tunas yang hanya
baik ditanam pada ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan laut.
Beberapa varietas kubis-kubisan (brassicaoleraceae) ada yang dapat ditanam di
dataran rendah, seperti kalian mampu beradaptasi dengan baik pada dataran
Tanaman kalian memerlukan curah hujan berkisar 1000-1500 mm/tahun,
keadaan curah hujan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air bagi tanaman.
Kalian termasuk tanaman yang toleran terhadap kekeringan atau ketersediaan air
yang terbatas. Curah hujan terlalu banyak dapat menurunkan kualitas sayur,
karena kerusakan daun yang diakibatkan oleh hujan deras (Cahyono, 2001).
Tanah
Kailan menghendaki keadaan tanah yang gembur dengan pH 5,5 – 6,5.
Tanaman kailan dapat tumbuh dan beradaptasi di semua jenis tanah, baik tanah
yang bertekstur ringan sampai berat (Tim Penulis PS, 1992).
Pada tanah-tanah yang masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kailan
sering mengalami hambatan, mudah terserang penyakit akar bengkak atau “Club
root” yang disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae Wor.
Sebaliknya pada tanah yang basa atau alkalis (pH lebih besar dari 6,5) tanaman
terserang penyakit kaki hitam (blackleg) akibat cendawan Phoma lingam.
(Rukmana, 1995).
Media Tanam
Media tanam memiliki fungsi yang cukup penting bagi tanaman, yaitu
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman dan penyedia air dan unsur
hara bagi tanaman. Secara umum, media tanam dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu media tanam tanah dan nontanah (http://www.agromedia.net, 2009).
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan unsur umumnya
berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti
daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Bahan media tanam juga memiliki
yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi
(http://www.agromedia.net, 2009).
dunia pertanian. Di bidang pertania
penting karena di lapisan itu terkonsentrasi kegiatan-kegiatan mikroorganisme
yang secara alami mendekomposisi serasah pada permukaan tanah yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesuburan tanah
(Andy, 2009).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah, dengan jumlah
yang tidak besar (sekitar 3 – 5 %), namun pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah
sangat besar. Adapun pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan akibat terhadap
pertumbuhan tanaman adalah :
• Sebagai granulator (memperbaiki struktur tanah)
• Sumber unsur hara makro maupun unsur hara mikro • Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
• Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur hara (kapasitas tukar
kation tanah menjadi tinggi)
• Sumber energi bagi mikroorganisme.
Keberadaan bahan unsur di dalam tanah ditunjukkan oleh lapisan berwarna
gelap atau hitam, biasanya pada lapisan atas setebal 10-15 cm. Jumlah dan
ketebalan lapisan ini bergantung pada proses yang terjadi seperti pelapukan,
pengaruh lingkungan seperti drainase, kelembapan, suhu, ketinggian tempat, dan
keadaan geologi (Suhardjo et al. 1993).
Kompos merupakan media tanam yang bahan dasarnya berasal dari proses
fermentasi tanaman atau limbah unsur, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan
sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah
sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan
sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi
fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh
tanam
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan kompos 27% dari berat
tandan buah segar. TKKS ini sebagai lirnbah menjadi masalah dalam industri
minyak sawit. Limbah ini akan terus bertambah berkaitan dengan peningkatan
produksi minyak kelapa sawit atau meluasnya areal kelapa sawit. Luas
perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 1993 adalah 1.636.986 ha. Dari
areal tersebut diperoleh TKKS sebanyak 4.321.321 ton (Ibnusantosa, 1994).
Kompos TKS adalah salah satu limbah padat yang dihasilkan dari
pengolahan pabrik kelapa sawit. TKS merupakan bahan organik yang
mengandung unsur hara utama N, P, K dan Mg. Selain diperkirakan mampu
memperbaiki sifat fisik tanah, kompos tandan kosong sawit diperkirakan mampu
meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk yang digunakan untuk
pembibitan kelapa sawit dapat dikurangi (Lalang Buana dkk, 2003 dalam
Hasil analisis di Laboratorium PPKS kompos tandan kosong kelapa sawit
mengandung unsur N 2,0-3,0%; P 0,2-0,4%; K 4,0-6%; Ca 1,0-2,0%; Mg
0,8-1,0% dan bahan organik >50%.
Kascing atau vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil
perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Kascing
merupakan campuran kotoran cacing tanah dengan sisa media atau pakan dalam
budidaya cacing tanah. Oleh karena itu, kascing merupakan pupuk organik yang
ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan
kompos lain (Mashur, 2001).
Kascing adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang
melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan
organiknya. Walaupun sebagian besar penguraian dilakukuan oleh jasad renik,
kehadiran cacing justru membantu memperlancar proses dekomposisi. Pasalnya,
bahan yang akan diurai oleh jasad renik pengurai, telah diurai terlebih dahulu oleh
cacing. Proses pengomposan dengan melibatkan cacing dikenal dengan istilah
vermi-composting. Sementara hasilnya disebut kascing (Agromedia, 2007).
Jenis cacing tanah yang biasa digunakan pada pembuatan kompos adalah
Lumbricus rubellus. Cacing ini dapat hidup dalam populasi yang padat. Jenis
cacing Lumbricus rubellus sering ditemukan di bawah timbunan dedaunan atau
timbunan kotoran ternak. Cacing ini tidak hidup jauh didalam tanah seperti jenis
cacing lainnya, tetapi lebih sering hidup dilapisan yang mendekati permukaan
tanah (Djuarnani, dkk, 2005).
Kotoran cacing (kascing) mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
meningkatkan tinggi dan berat tanaman. Jumlah optimal kascing yang dibutuhkan
untuk mendapatkan hasil positif hanya 10-20% dari volume media tanam
(Mashur, 2006).
Kascing memiliki tekstur yang didominasi ukuran pasir (diameter 0,05-2
mm), sehingga kascing bersifat remah. Kascing juga mempunyai kemampuan
menahan air yang besar, yakni sekitar 145-168%. Artinya berat air yang tertahan
disimpan dalam kascing sebesar 1,45-1,68 kali berat kascingnya. Dengan
demikian kascing dapat meningkatkan penyimpanan air dalam tanah, sagar tanah
tidak mudah mengalami kekeringan. Dalam pembuatan kascing, banyaknya
cacing yang dibutuhkan adalah 0,5 kg per 2 kg bahan organik yang dapat berupa
sisa bahan sayuran, dedaunan dan sisa buah-buahan dan mengandung 20,20% C;
1,58% N; C/N 13; 70,30 mg P/100g; 21,8 mg K/100g; 34,99 mg Ca/100g;
21,43 mg Mg/100g; 153,7 mg S/100 kg; dan 13,5 mg Fe/kg (Mulat, 2003).
Pupuk Hayati
Pupuk hayati atau biofertilizer dalah semua bentuk bahan organik yang
dapat meningkatkan ketersediaan unsure hara bagi tanaman sebagai akibat dari
aktifitas mikroorganisme di dalamnya. Pupuk hayati mengandung
mikroorganisme hidup (laten) penambat N2, pelarut fosfat, selulotik dan
sebagainya yang diberi pada benih, tanah, atau areal pengomposan untuk
meningkatkan jumlah dan aktifitas mikroorganisme (Zulkarnain, 2009).
Pupuk hayati Agrobost adalah pupuk hayati yang berbahan aktif
mikrobakteri indigenous asli Indonesia yang ramah lingkungan karena tidak
mengandung logam berat dan mikroba patogen. Pupuk hayati Agrobost
inokulan bakteri dan beberapa unsur hara makro maupun mikro. Kandungan
pupuk hayati Agrobost yaitu:
• Azotobacter sp 2,0 x 107-105 sel/ml
• Azospirilium sp 2,3 x 108-105 sel/ml • Mikroba pelarut fosfat 3,0 x 107-105 sel/ml
• Mikroba Pendegradasi Selulose 3,5 x 107-104 sel/ml
• Lactobacilus sp 1,5 x 104-103 sel/ml
• Pseudomonas sp 1,7 x 106-104 sel/ml
P = 34,70 ppm, K = 1700 ppm, N = 0,04 %, C organik = 0,92 %, Fe = 44,3
ppm, Mn = 0,23 ppm, Cu = 0,85 ppm, Zn = 3,7 ppm
(www. Agrobost.net, 2008).
Banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan pupuk hayati, antara lain:
(1) menyediakan sumber hara bagi tanaman; (2) melindungi akar dari gangguan
hama dan penyakit; (3) menstimulir sistem perakaraan tanaman agar berkembang
sempurna; (4) memacu pertumbuhan jaringan meristem pada titik tumbuh, pucuk,
kuncup bunga, dan stolon; (5) sebagai penawar racun beberapa logam berat; (6)
sebagai metabolik pengatur tumbuh dan; (7) sebagai bioaktifator. Dengan
lengkapnya fungsi pupuk hayati tersebut maka pupuk hayati sering dikenal
sebagai Bio Regulator of Soil (Hasibuan, 2009).
Kebutuhan tanaman akan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan
dan perkembangannya (terutama dalam hal penyerapannya) adalah tidak sama.
Tanaman membutuhkan waktu (fase) berbeda dan jumlah unsur hara yang
dibutuhkan. Selama pertumbuhan dan perkembangannya (sejak kecambah hingga
intensitasnya berbeda-beda. Pada setiap fase pertumbuhannya, tanaman
membutuhkan pemupukan (penambahan unsur hara) yang sesuai dengan
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 meter di atas
permukaan laut. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2010 hingga bulan Juli
2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih tanaman
kailan (Brassica oleraceae Var. acephala), pupuk hayati Agrobost dan berbagai
media tanam yaitu top soil, kascing (kotoran cacing dari jenis cacing
Lumbricus rubellus, dan kompos tandan kosong kelapa sawit, insektisida Decis,
fungisida Dithane M-45, polibek berukuran 5 kg, dan bahan-bahan lain yang
mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan pada penelitian adalah cangkul, meteran, gembor,
jangka sorong, timbangan analitik, handsprayer, knapsack, gelas ukur, pipet skala,
leaf area meter, oven, kalkulator, pacak sampel, alat tulis, dan alat lain yang
membantu dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Media Tanam dengan 2 taraf, yaitu:
M1 = Top soil : kompos TKKS (3,75 kg:1,25kg)
Faktor II : Pemberian pupuk dengan 6 taraf, yaitu :
P1 = tanpa pupuk hayati + pupuk kimia 100% dosis anjuran ( Urea 4,8 g/
tanaman (300 Kg/Ha), SP-36 2,4 g/ tanaman (150 Kg/ Ha), dan
Kcl 2,4 g/ tanaman (150 Kg/Ha),
P2 = 5 ml pupuk hayati Agrobost /liter air + pupuk kimia 100% dosis
anjuran ( Urea 4,8 g/ tanaman (300 Kg/Ha), SP-36 2,4 g/ tanaman
(150 Kg/ Ha), dan Kcl 2,4 g/ tanaman (150 Kg/Ha),
P3 = 10 ml pupuk hayati Agrobost /liter air + pupuk kimia 100% dosis
anjuran ( Urea 4,8 g/ tanaman (300 Kg/Ha), SP-36 2,4 g/ tanaman
(150 Kg/ Ha), dan Kcl 2,4 g/ tanaman (150 Kg/Ha),
P4 = tanpa pupuk hayati + pupuk kimia 50% dosis anjuran ( Urea 2,4 g/
tanaman (150 Kg/Ha), SP-36 1,2 g/ tanaman (75 Kg/ Ha), dan
Kcl 1,2 g/ tanaman (75 Kg/Ha),
P5 = 5 ml pupuk hayati Agrobost /liter air + pupuk kimia 50% dosis
anjuran ( Urea 2,4 g/ tanaman (150 Kg/Ha), SP-36 1,2 g/ tanaman
(75 Kg/ Ha), dan Kcl 1,2 g/ tanaman (75 Kg/Ha),
P6 = 10 ml pupuk hayati Agrobost / liter air + pupuk kimia 50 % dosis
anjuran ( Urea 2,4 g/ tanaman (150 Kg/Ha), SP-36 1,2 g/ tanaman
(75 Kg/ Ha), dan Kcl 1,2 g/ tanaman (75 Kg/Ha),
Sehingga diperoleh12 kombinasi yaitu:
M1P1 M1P2 M1P3 M1P4 M1P5 M1P6
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot/blok : 12 plot
Jumlah plot seluruhnya : 36 plot
Panjang plot : 200 cm
Lebar plot : 200 cm
Jarak antar plot : 50 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah polibek/plot : 16 polibek
Jumlah tanaman/polibek : 1 tanaman
Jumlah sampel destruktif/plot : 12 tanaman
Jumlah sampel nondestruktif/plot : 3 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 540 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 576 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yijk = µ+ρi+αj+βk+(αβ)jk+εijkl
Yijk : hasil pengamatan untuk unit percobaan ke-i dengan perlakuan pemberian
media tanam taraf ke-j, dan perlakuan pupuk hayati pada taraf ke-k.
µ : nilai tengah perlakuan
ρi : pengaruh blok ke-i
αj : pengaruh perlakuan berbagai media tanam pada taraf ke-j
βk : pengaruh perlakuan pupuk organik cair pada taraf ke-k
εijk : galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan berbagai media tanam
taraf ke-j, perlakuan pupuk organik cair taraf ke-k.
Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan
dengan menggunakan Uji Rata-Rata Uji Duncan berjarak ganda dengan taraf 5%
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar tanaman, kemudian tanah
diratakan dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat plot percobaan dengan
ukuran 200 cm x 200 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 50 cm dan
jarak antar blok 50 cm. Selain itu, juga dibuat naungan yang terbuat dari pelepah
kelapa sawit untuk persemaian benih kailan dengan ketinggian ± 1 meter yang
menghadap ke timur dan ± 50 cm yang menghadap ke bagian barat.
Persemaian
Sebelum ditanam benih kailan disemaikan dahulu agar diperoleh bibit
tanaman yang baik dan seragam. Benih disemai pada bedengan khusus
persemaian dengan ukuran 100 cm x 200 cm yang diberi naungan pelepah kelapa
sawit. Media persemaian berupa campuran top soil, kompos, dan pasir dengan
perbandingan (3:1:1). Untuk menghindari agar benih tidak saling berlekatan,
sehingga memudahkan penebaran maka digunakan abu gosok atau pasir,
dilakukan 2 minggu sebelum tanam.
Pemeliharaan Tanaman di Persemaian
Bibit yang ditanam di persemaian dipelihara dengan melakukan
penyiraman pada pagi dan sore hari sampai kondisi kapasitas lapang, yaitu dengan
memperhatikan media tanam, jika air sudah merembes maka media sudah pada
kondisi kapasitas lapang.
Persiapan media
Persiapan media meliputi penyediaan top soil, kascing dan kompos tandan
Kemudian, media tanam dicampur rata menurut perlakuan yaitu M1 (Top soil :
kompos TKKS) (3,75 kg : 1,25kg) dan M2 (Top soil : kascing )(3,75 kg : 1,25
kg) lalu dimasukkan pada polibek ukuran 5 kg.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 15 hari atau telah tumbuh 2
helai daun pada persemaian. Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit
dari persemaian ke polibek yang telah diberi perlakuan. Dengan cara membuat
lubang tanam kira-kira 3 cm dan bibit ditanam 1 bibit per lubang tanam.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dan disesuaikan dengan
kondisi lapangan dengan menggunakan gembor dengan jumlah air yang sama tiap
tanaman sampai kondisi media kapasitas lapang. Sebelumnya dilakukan kalibrasi
kebutuhan air sampai media pada kapasitas lapang, kemudian takaran jumlah air
yang sudah diperoleh dijadikan patokan untuk penyiraman selanjutnya.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman rusak atau mati dan dilakukan
seminggu setelah pindah tanam ke lapangan agar diperoleh tanaman yang
seragam. Tanaman yang digunakan pada penyulaman adalah tanaman cadangan
yang di tanam pada polibag yang sudah disiapkan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terlihat ada gulma yang tumbuh pada polibek,
dengan cara mencabut gulma yang ada dalam polibek dan menyiangi plot dengan
lebar seperti babandotan ( Ageratum conyzoides) . Penyiangan dilakukan 2
minggu sekali.
Pemupukan
Pupuk hayati Agrobost diaplikasikan sebanyak dua kali yaitu pada saat
sebelum pindah tanam ( minimal 3 hari sebelum pemupukan pupuk kimia) dan
setelah pindah tanam yaitu pada saat tanaman berumur 15 hari setelah pindah
tanam. Pupuk hayati agrobost diaplikasikan ke media tanam dengan dosis sesuai
dengan perlakuan. Pupuk kimia diaplikasikan pada saat sebelum pindah tanam
pada media tanam dan sesuai dengan perlakuan. Pupuk kimia yang digunakan
adalah Urea, SP-36, dan KCl sesuai dengan dosis perlakuan. Untuk
pemupukan kimia dilaksanakan minimum tiga hari setelah aplikasi pupuk hayati
yang pertama.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis
dengan dosis 2 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan
penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/liter air. Penyemprotan
dilakukan sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit pada tanaman
dengan menggunakan handsprayer. Hama yang sering mengganggu adalah hama
ulat garayak dan ulat tentara. Penyakit berupa jamur.
Panen
Panen dilakukan sebanyak 4 tahap yaitu pada umur 10, 20, 30, dan 40
HSPT (hari setelah pindah tanam), bertujuan untuk mengukur parameter
desktruktif tanaman. Pemanenan dilakukan dengan hati-hati yaitu dengan cara
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran parameter tinggi tanaman kailan dilakukan dengan mengukur
panjang mulai dari pangkal batang yang berada di permukaan tanah sampai bagian
tanaman tertinggi, pengukuran dilakukan saat tanaman berumur 10, 20, 30, 40 hari
setelah pindah tanam.
Jumlah Daun (helai)
Penghitungan jumlah daun kailan dilakukan dengan menghitung jumlah
helai daun yang telah membuka sempurna, pengamatan dilakukan saat tanaman
berumur 10, 20, 30, 40 hari setelah pindah tanam.
Luas Daun (mm2)
Pengukuran luas daun kailan dilakukan dengan alat leaf area meter,
dilakukan dengan mengukur luas daun tanaman yang berada pada urutan tengah,
dilaksanakan pada saat tanaman berumur 10, 20, 30, 40 hari setelah pindah tanam.
Bobot Basah Tajuk (g)
Penghitungan bobot basah tajuk dilakukan dengan menimbang seluruh
bagian tanaman kailan kecuali akar, pengamatan dilakukan saat tanaman berumur
10, 20, 30, 40 hari setelah pindah tanam.
Bobot Kering Tanaman (g)
Bobot kering tanaman ( akar + tajuk) ditimbang setelah melalui proses
pengovenan pada suhu 65o C sampai bobot tanaman stabil. Pengamatan parameter
Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1)
Nilai laju assimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman dari
assimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 10,
20, 30, 40 hari setelah pindah tanaman, dengan persamaan sebagai berikut :
LAB =
Dimana : W1 dan W2 = Bobot kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2
A1 dan A2 = Luas daun tanaman pengamatan ke -1 dan ke-2
T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2
Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1)
Laju pertumbuhan relatif merupakan penambahan berat kering tanaman
dalam interval waktu terhadap berat permulaan (Sitompul dan Guritno,1995).
Dihitung pada umur 10, 20, 30, 40 hari setelah pindah tanaman, dengan
persamaan sebagai berikut :
LPR=
Dimana : W1 = Bobot kering tanaman pengamatan ke-1
W2 = Bobot kering tanaman pengamatan ke-2
T1 = Waktu pengamatan ke-1
T2 = Waktu pengamatan ke-2
Diameter Batang (mm2)
Pengamatan parameter diameter batang kailan, dilakukan dengan
mengambil 3 sampel per plot, dilaksanakan pada saat tanaman berumur 40 hari
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi tanaman 10-40 HSPT
dapat dilihat pada lampiran 1-8 yang menunjukkan bahwa perlakuan media tanam
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 10-40 HSPT, sedangkan perlakuan
pemberian pupuk berpengaruh tidak nyata tehadap tinggi tanaman 10 HSPT dan
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 20, 30, dan 40 HSPT. Interaksi antara
kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 10-40 HSPT.
Tinggi tanaman umur 40 HSPT pada berbagai media tanam dan pemberian
pupuk dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Tinggi tanaman kailan 40 HSPT pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk
Pupuk Hayati MediaTanam
Rataan
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf 0,05 menurut uiji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi diperoleh pada
penggunaan media campuran top soil + kascing (M2) yaitu 30,32 cm yang
Tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi pada pemberian pupuk
kimia 100% dosis anjuran berbeda tidak nyata dengan pemberian pupuk kimia
50% dosis anjuran.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pemberian pupuk kimia 100% dosis
anjuran peningkatan dosis pupuk hayati hingga 10 ml/liter air meningkatkan
tinggi tanaman hingga 27,88 cm, dimana tanaman tertinggi diperoleh pada P3 (10
ml pupuk hayati /liter air) yang berbeda nyata dengan P1 dan berbeda tidak nyata
dengan P2.
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pada pemberian pupuk kimia 50% dosis
anjuran peningkatan dosis pupuk hayati hingga 10 ml/liter air meningkatkan
tinggi tanaman hingga 27,51 cm, dimana tanaman tertinggi diperoleh pada P6 (10
ml pupuk hayati/liter air) yang berbeda tidak nyata dengan P4 dan P5.
Gambar hubungan tinggi tanaman kailan 40 hspt dengan media tanam
dapat dilihat pada gambar 1.
Keterangan :
M1: Top Soil : TKKS (3,75 kg : 1,25kg)
M2: Top Soil : kascing (3,75 kg : 1,25kg)
Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman kailan 40 hspt dengan media tanam
Gambar 1 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan
Gambar hubungan tinggi tanaman kailan 40 hspt dengan dosis pupuk
hayati pada pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran dalam bentuk grafik
dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Hubungan tinggi tanaman kailan 40 hspt dengan pupuk hayati Agrobost pada pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran
Gambar 2 menunjukan bahwa hubungan tinggi tanaman kailan dengan
dosis pupuk hayati agrobost pada pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran
bersifat linier.
Gambar hubungan tinggi tanaman kailan 40 hspt dengan dosis pupuk
hayati pada pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran dapat dilihat pada gambar
3.
Gambar 3. Hubungan tinggi tanaman kailan 40 hspt dengan pupuk hayati Agrobost pada pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran.
Gambar 3 menunjukkn bahwa pengaruh pupuk hayati agrobost pada
pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran menunjukkan hubungan yang bersifat
linier.
Jumlah Daun (helai)
Data pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun 10-40 HSPT dapat
dilihat pada lampiran 9-16 yang menunjukkan bahwa perlakuan media tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun 10 dan 20 HSPT dan berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun 30 dan 40 HSPT. Sedangkan perlakuan pemberian
pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun 10,20,30, dan 40 HSPT.
Begitu juga interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah daun 10-40 HSPT.
Jumlah daun kailan 40 HSPT pada berbagai media tanam dan pemberian
Tabel 2. Jumlah daun kailan (helai) 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk
Pupuk Hayati MediaTanam
Rataan
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf 0,05 menurut uiji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman kailan terbanyak
diperoleh pada penggunaan media campuran top soil + kascing (M2) yaitu 5,96
helai yang berbeda nyata dengan media campuran top soil + TKKS (M1).
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun kailan terbanyak cenderung
pada pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran yang berbeda tidak nyata
dengan pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran.
Tabel 2 menujukkan bahwa pada pemberian pupuk kimia 100% dosis
anjuran, jumlah daun terbanyak cenderung diperoleh pada P3 (10 ml pupuk hayati
/liter air) yaitu 6,22 helai yang berbeda tidak nyata dengan P1 dan P2.
Tabel 2 juga menujukkan bahwa pada pemberian pupuk kimia 50% dosis
anjuran, jumlah daun terbanyak cenderung diperoleh pada P5 (5 ml pupuk
Gambar hubungan jumlah daun tanaman kailan 40 hspt dengan media
tanam dapat dilihat pada gambar 4.
Keterangan :
M1: Top Soil : TKKS (3,75 kg : 1,25kg)
M2: Top Soil : kascing (3,75 kg : 1,25kg)
Gambar 4. Hubungan jumlah daun tanaman kailan (helai) 40 hspt dengan media tanam
Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman kailan terbanyak
terdapat pada perlakuan top soil + kascing (M2).
Luas Daun (mm2)
Data pengamatan dan daftar sidik ragam luas daun 10-40 HSPT dapat
dilihat pada lampiran 17-24 yang menunjukkan bahwa perlakuan media tanam
berpengaruh nyata terhadap luas daun 10-40 HSPT, sedangkan perlakuan
pemberian pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun 10, 20, dan 40
HSPT dan berpengaruh nyata terhadap luas daun 30 HSPT. Interaksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun 10 dan 40 HSPT dan
berpengaruh nyata terhadap luas daun 20 dan 30 HSPT.
Luas daun kailan 40 HSPT pada berbagai media tanam dan pemberian
Tabel 3. Luas daun kailan (mm2) 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk
Pupuk Hayati MediaTanam
Rataan
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf 0,05 menurut uiji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 3 menunjukkan bahwa luas daun tanaman kailan terbanyak
diperoleh pada penggunaan media campuran top soil + kascing (M2) yaitu
130,78 mm2 yang berbeda nyata dengan media campuran top soil + TKKS (M1).
Tabel 3 menunjukkan bahwa daun kailan terluas cenderung pada
pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran yang berbeda tidak nyata dengan
pemberian pupuk kimia100% dosis anjuran.
Tabel 3 menujukkan bahwa pada pemberian pupuk kimia 100% dosis
anjuran, daun kailan terluas cenderung diperoleh pada P2 (10 ml pupuk hayati
/liter air) yaitu 126,21 mm2 yang berbeda tidak nyata dengan P1 dan P3.
Tabel 3 juga menujukkan bahwa pada pemberian pupuk kimia 50% dosis
anjuran, daun kailan terluas diperoleh pada P4 (0 ml pupuk hayati/liter air) yaitu
Gambar hubungan luas daun kailan (mm2) 40 hspt dengan media tanam
dapat dilihat pada gambar 5.
Keterangan :
M1:Top Soil : TKKS (3,75 kg : 1,25kg)
M2:TopSoil : kascing (3,75 kg : 1,25kg)
Gambar 5. Hubungan luas daun kailan (mm2) 40 hspt dengan media tanam
Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman kailan terbanyak
terdapat pada perlakuan top soil + kascing (M2).
Bobot Basah Tajuk (g)
Data pengamatan dan daftar sidik ragam bobot basah tajuk 10-40 HSPT
dapat dilihat pada lampiran 25-32 yang menunjukkan bahwa perlakuan media
tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk 10-40 HSPT, sedangkan
perlakuan pemberian pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk
20 HSPT dan berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk 10, 30, dan 40 HSPT.
Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk
10-40 HSPT.
Bobot basah tajuk 40 HSPT pada berbagai media tanam dan pupuk hayati
Tabel 4. Bobot basah tajuk kailan (g) 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf 0,05 menurut uiji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 4 menunjukkan pada penggunaan media campuran top soil +
TKKS (M1) bobot basah tajuk kailan terberat diperoleh pada pemberian pupuk
kimia 50% dosis anjuran, yang berbeda tidak nyata dengan pemberian pupuk
kimia100% dosis anjuran. Tabel 4 juga menunjukkan bahwa pada pemberian
pupuk kimia 100% , bobot basah tajuk kailan terberat diperoleh pada pemberian
pupuk hayati P2 (5 ml/ liter air) yaitu 59,11 g yang berbeda tidak nyata dengan P1
dan P3. Sedangkan pada pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran, bobot basah
tajuk kailan terberat diperoleh pada pemberian pupuk hayati P6 (10 ml/liter air)
yaitu 77,10 g yang berbeda nyata dengan P4 dan P5.
Tabel 4 juga menunjukkan pada penggunaan media campuran top soil +
kascing (M2) diperoleh bobot basah tajuk kailan terberat pada pemberian pupuk
kimia 100% dosis anjuran, yang berbeda nyata dengan pemberian pupuk
kimia50% dosis anjuran. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada pemberian pupuk
Pupuk Hayati MediaTanam
kimia 100% , bobot basah kailan terberat diperoleh pada pemberian pupuk hayati
P2 (5 ml/ liter air) yaitu 173,53 g yang berbeda nyata dengan P1 dan P3.
Sedangkan pada pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran, bobot basah tajuk
kailan terberat diperoleh pada pemberian pupuk hayati P4 (0 ml/liter air) yaitu
114,32 g yang berbeda tidak nyata dengan P5 dan P6.
Gambar hubungan bobot basah tajuk kailan dengan dosis pupuk hayati dan
pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran pada berbagai media dapat dilihat
pada gambar 6.
K
eterangan :
M1:TopSoil :TKKS (3,75 kg : 1,25kg) M2:TopSoil : kascing (3,75 kg : 1,25kg)
Gambar 6. Hubungan bobot basah tajuk kailan dengan dosis pupuk hayati dan pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran pada berbagai media 40 HSPT.
Gambar 6 menunjukkan hubungan bobot basah tajuk kailan dengan dosis
pupuk hayati dan pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran pada media
campuran top soil + TKKS (M1) membentuk hubungan linier yang berarti dosis
Sedangkan pada media campuran top soil + Kascing (M2) membentuk hubungan
kuadratik, dengan bobot basah kailan maksimum 173,36 g pada pemberian pupuk
hayati 5,62 ml/liter air.
Gambar hubungan bobot basah tajuk kailan dengan dosis pupuk hayati dan
pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran pada berbagai media dapat dilihat pada
gambar 7.
Keterangan :
M1:TopSoil :TKKS (3,75 kg : 1,25kg) M2:TopSoil : kascing (3,75 kg : 1,25kg)
Gambar 7. Hubungan bobot basah tajuk kailan dengan dosis pupuk hayati dan pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran pada berbagai media 40 HSPT
Gambar 7 menunjukkan hubungan bobot basah tajuk kailan dengan dosis
pupuk hayati dan pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran pada media
campuran top soil + TKKS (M1) membentuk hubungan kuadratik, dengan bobot
basah kailan minimum 64,77 g pada pemberian pupuk hayati 4,97 ml/liter air.
Sedangkan pada media campuran top soil + Kascing (M2) membentuk hubungan
linier yang berarti dosis pupuk hayati masih meningkatkan bobot basah tanaman
Bobot Kering Tanaman (g)
Data pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering tanaman kailan
10-40 HSPT dapat dilihat pada lampiran 33-10-40 yang menunjukkan bahwa perlakuan
media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tanaman kailan 10-40
HSPT, sedangkan perlakuan pemberian pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot kering tanaman kailan 10 dan 30 HSPT dan berpengaruh nyata terhadap
bobot kering tanaman 20 dan 40 HSPT. Interaksi antara kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tanaman kailan 30 HSPT dan
berpengaruh nyata terhadap bobot kering tanaman 10, 20, dan 40 HSPT.
Bobot kering tanaman kailan 40 hspt pada berbagai media tanam dan
pemberian pupuk dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5. Bobot kering tanaman (g) 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk
Pupuk Hayati Media Tanam
Rataan
Tabel 5 menunjukkan pada penggunaan media campuran top soil +
TKKS (M1) bobot kering tanaman kailan terberat diperoleh pada pemberian
pupuk kimia 50% dosis anjuran, yang berbeda tidak nyata dengan pemberian
pupuk kimia100% dosis anjuran. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada pemberian
pupuk kimia 100% , bobot kering tanaman kailan terberat diperoleh pada
pemberian pupuk hayati P3 (10 ml/ liter air) yaitu 6,22 g yang berbeda tidak nyata
dengan P1 dan P2. Sedangkan pada pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran,
bobot kering tanaman kailan terberat diperoleh pada pemberian pupuk hayati P4
(0 ml/liter air) yaitu 7,64 g yang berbeda nyata dengan P5 dan P6.
Tabel 5 juga menunjukkan pada penggunaan media campuran top soil +
kascing (M2) diperoleh bobot kering tanaman kailan terberat terdapat pada
pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran, yang berbeda tidak nyata dengan
pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada
pemberian pupuk kimia 100% , bobot kering tanaman kailan terberat diperoleh
pada pemberian pupuk hayati P2 (5 ml/ liter air) yaitu 16,73 g yang berbeda nyata
dengan P1 dan P3. Sedangkan pada pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran,
bobot basah tajuk kailan terberat diperoleh pada pemberian pupuk hayati P6 (10
ml/liter air) yaitu 10,34 g yang berbeda tidak nyata dengan P4 dan P5.
Gambar hubungan bobot kering tanaman kailan dengan dosis pupuk hayati
dan pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran pada berbagai media dapat dilihat
Keterangan :
M1:Top Soil :TKKS (3,75 kg: 1,25kg) M2:Top Soil : kascing (3,75 kg : 1,25kg)
Gambar 9. Hubungan bobot kering tanaman kailan dengan dosis pupuk hayati dan pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran pada berbagai media 40 HSPT
Gambar 9 menunjukkan hubungan bobot kering tanaman kailan dengan
dosis pupuk hayati dan pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran pada media
campuran top soil + TKKS (M1) membentuk hubungan kuadratik, dengan bobot
basah kailan minimum 5,48 g pada pemberian pupuk hayati 2,93 ml/liter air.
Begitu juga pada media campuran top soil + Kascing (M2) membentuk hubungan
kuadratik, dengan bobot kering tanaman kailan maksimum 16,77 g pada
pemberian pupuk hayati 5,25 ml/liter air.
Gambar hubungan bobot kering tanaman kailan dengan dosis pupuk hayati
dan pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran pada berbagai media dapat dilihat
Keterangan :
M1:TopSoil :TKKS (3,75 kg : 1,25kg) M2:TopSoil : kascing (3,75 kg : 1,25kg)
Gambar 10. Hubungan bobot basah tajuk kailan dengan dosis pupuk hayati dan pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran pada berbagai media 40 HSPT
Gambar 10 menunjukkan hubungan bobot kering tanaman kailan dengan
dosis pupuk hayati dan pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran pada media
campuran top soil + TKKS (M1) membentuk hubungan kuadratik, dengan bobot
kering tanaman kailan minimum 5,72 g pada pemberian pupuk hayati 5,52
ml/liter air. Begitu juga pada media campuran top soil + Kascing (M2) membentuk
hubungan kuadratik, dengan bobot kering tanaman kailan minimum 9,66 g pada
pemberian pupuk hayati 4,89 ml/liter air.
Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1)
Data pengamatan dan daftar sidik ragam laju asimilasi bersih tanaman
kailan 10-40 HSPT dapat dilihat pada lampiran 41-48 yang menunjukkan bahwa
perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap laju asimilasi bersih tanaman
kailan 10-40 HSPT, sedangkan perlakuan pemberian pupuk berpengaruh tidak
terhadap laju asimilasi bersih tanaman kailan 20-30 dan 30-40 HSPT. Interaksi
antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih
tanaman kailan 10-20 HSPT dan berpengaruh nyata terhadap bobot kering tan laju
asimilasi bersih tanaman kailan 20-30, dan 30-40 HSPT.
Laju asimilasi bersih tanaman kailan 40 HSPT pada berbagai media tanam
dan pupuk hayati dapat dilihat pada tabel 6
Tabel 6. Laju asimilasi bersih tanaman kailan (g.cm2.hari-1) 40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk
Pupuk Hayati MediaTanam
Rataan
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf 0,05 menurut uiji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 6 menunjukkan pada penggunaan media campuran top soil +
TKKS (M1) diperoleh laju asimilasi bersih tanaman kailan tertinggi pada
pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran, yang berbeda tidak nyata dengan
pemberian pupuk kimia100% dosis anjuran. Tabel 6 menunjukkan bahwa pada
pemberian pupuk kimia 100% , laju asimilasi bersih tanaman kailan tertinggi
diperoleh pada pemberian pupuk hayati P1 (0 ml/ liter air) yaitu 0,009 g.cm2.hari
-1
pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran, laju asimilasi bersih tanaman kailan
tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk hayati P4 (0 ml/liter air) yaitu 0,014
g.cm2.hari-1 yang berbeda nyata dengan P5 dan P6.
Tabel 6 juga menunjukkan pada penggunaan media campuran top soil +
kascing (M2) diperoleh laju asimilasi bersih tanaman kailan tertinggi pada
pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran, yang berbeda tidak nyata dengan
pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran. Tabel 6 menunjukkan bahwa pada
pemberian pupuk kimia 100% , laju asimilasi bersih tanaman kailan tertinggi
diperoleh pada pemberian pupuk hayati P1 (0 ml/ liter air) yaitu 0,007 g.cm2.hari
-1
yang berbeda tidak nyata dengan P2 dan P3. Sedangkan pada pemberian pupuk
kimia 50% dosis anjuran, laju asimilasi bersih kailan tertinggi diperoleh pada
pemberian pupuk hayati P5 (5 ml/liter air) yaitu 0,003 g.cm2.hari-1 yang berbeda
tidak nyata dengan P4 dan P6.
Gambar hubungan laju asimilasi bersih kailan dengan dosis pupuk hayati
dan pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran pada berbagai media dapat dilihat
pada gambar 11.
M1:TopSoil :TKKS (3,75 kg : 1,25kg) M2:TopSoil : kascing (3,75 kg : 1,25kg)
Gambar 11. Hubungan laju asimilasi bersih kailan dengan dosis pupuk hayati dan
pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran pada berbagai media 40
HSPT.
Gambar 11 menunjukkan hubungan laju asimilasi bersih kailan dengan
dosis pupuk hayati dan pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran pada media
campuran top soil + TKKS (M1) membentuk hubungan linier yang berarti
peningkatan dosis pupuk hayati masih meningkatkan laju asimilasi bersih
tanaman kailan .
Begitujuga pada media campuran top soil + Kascing (M2) membentuk hubungan
kuadratik linier yang berarti peningkatan dosis pupuk hayati masih meningkatkan
laju asimilasi bersih tanaman kailan .
Gambar hubungan laju asimilasi bersih kailan dengan dosis pupuk hayati
dan pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran pada berbagai media dapat dilihat
pada gambar 11.
Gambar 11 menunjukkan hubungan laju asimilasi bersih kailan dengan
dosis pupuk hayati dan pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran pada media
campuran top soil + TKKS (M1) membentuk hubungan kuadratik , dengan laju
asimilasi bersih kailan minimum 0,0053 g.cm2.hari-1 pada pemberian pupuk
hayati 5,56 ml/liter air. Sedangkan pada media campuran top soil + Kascing (M2)
membentuk hubungan kuadratik linier yang berarti peningkatan dosis pupuk
hayati masih meningkatkan laju asimilasi bersih tanaman kailan .
Gambar hubungan laju asimilasi bersih tanaman kailan dengan umur
tanaman pada berbagai pemberian pupuk dapat dilihat pada gambar 13
Keterangan :
P1 : 0 + 100% P. Kimia
P2 : 5ml P. Hayati + 100% P. Kimia P3 : 10ml P. Hayati + 100% P. Kimia P4 : 0 + 50% P. Kimia
P5 : 5ml P. Hayati+ 50% P. Kimia P6 : 10ml P. Hayati + 50% P. Kimia
Gambar 13. Hubungan laju asimilasi bersih tanaman kailan (g.cm2.hari-1) dengan umur tanaman pada berbagai pemberian pupuk
Gambar 13 menunjukkan hubungan laju asimilasi bersih dengan umur
menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik. Terlihat bahwa laju asimilasi
bersih tanaman kailan tertinggi pada umur 20-30 hspt pada perlakuan P6 (10ml
Pupuk Hayati + 50% Pupuk Kimia).
Gambar hubungan laju asimilasi bersih tanaman kailan dengan umur
tanaman kailan pada berbagai media tanam dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14. Hubungan laju asimilasi bersih tanaman kailan dengan umur tanaman kailan pada berbagai media tanam
Gambar 14 menunjukkan hubungan laju asimilasi bersih tanaman kailan
dengan umur kailan pada berbagai media tanam yang bersifat kuadratik. Terlihat
bahwa laju asimilasi bersih tertinggi pada umur pengamatan 20-30 hspt pada
perlakuan M1 (top soil : TKKS (3,75 kg : 1,25kg)).
Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1)
Data pengamatan dan daftar sidik ragam laju pertumbuhan relatif tanaman
10-40 HSPT dapat dilihat pada lampiran 49-56 yang menunjukkan bahwa
perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif
tanaman 10-40 HSPT, sedangkan perlakuan pemberian pupuk berpengaruh tidak
kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan relatif
tanaman 10-40 HSPT.
Laju pertumbuhan relatif 30-40 HSPT pada berbagai media tanam dan
pupuk hayati dapat dilihat pada tabel 7
Tabel 7. Laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) 30-40 hspt pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk
Pupuk Hayati MediaTanam
Rataan
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf 0,05 menurut uiji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 7 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan relatif tanaman kailan
tertinggi diperoleh pada penggunaan media campuran top soil + TKKS (M1)
yaitu 0,074 g.g-1.hari-1 yang berbeda nyata dengan media campuran top
soil+kascing (M1).
Tabel 7 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan relatif tanaman kailan
cenderung tertinggi pada pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran walaupun
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada pemberian pupuk kimia 100% dosis
anjuran laju pertumbuan relatif tertinggi cenderung diperoleh pada P2 (5 ml pupuk
hayati /liter air) yaitu 0,074 g.g-1.hari-1 yang berbeda tidak nyata dengan P1 dan P3.
Tabel 7 juga menunjukkan bahwa pada pemberian pupuk kimia 50% dosis
anjuran laju pertumbuan relatif tertinggi cenderung diperoleh pada P4 (0 ml pupuk
hayati/liter air) yaitu 0,70 g.g-1.hari-1 yang berbeda tidak nyata dengan P5 dan P6.
Hubungan antara laju pertumbuhan relatif kailan 40 hspt dengan media
tanam dalam bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 15.
Keterangan :
M1:TopSoil :TKKS (3,75 kg : 1,25kg)
M2:TopSoil : kascing (3,75 kg : 1,25kg)
Gambar 15. Hubungan antara laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) 40 hspt dengan berbagai media tanam
Gambar 15 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan relatif tertinggi terdapat
pada perlakuan M1 yaitu Top Soil : TKKS (3,75 kg : 1,25kg).
Diameter Batang 40 HSPT (mm)
Data pengamatan dan daftar sidik ragam diameter batang tanaman 40
HSPT dapat dilihat pada lampiran 57 yang menunjukkan bahwa perlakuan media
tanam berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman kailan 40 HSPT,
sedangkan perlakuan pemberian pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap diameter
batang tanaman kailan 40 HSPT. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh
Diameter batang tanaman umur 40 HSPT pada berbagai media tanam dan
pupuk hayati dapat dilihat pada tabel 8
Tabel 8. Diameter Batang Tanaman 40 HSPT Pada Berbagai Media Tanam dan Pupuk Hayati
Pupuk Hayati MediaTanam
Rataan
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf 0,05 menurut uiji Jarak Berganda Duncan.
Tabel 8 menunjukkan bahwa diameter batang tanaman kailan terbesar
diperoleh pada penggunaan media campuran top soil + kascing (M1) yaitu
2,33 mm yang berbeda nyata dengan media campuran top soil + TKKS (M1).
Tabel 8 menunjukkan bahwa diameter batang tanaman kailan terbesar
pada pemberian pupuk kimia 50% dosis anjuran berbeda tidak nyata dengan
pemberian pupuk kimia 100% dosis anjuran.
Tabel 8 menunjukkan bahwa pada pemberian pupuk kimia 100% dosis
anjuran diameter batang tertinggi cenderung diperoleh pada P2 (5 ml pupuk hayati
Tabel 7 juga menunjukkan bahwa pada pemberian pupuk kimia 50% dosis
anjuran diameter batang terbesar cenderung diperoleh pada P4 (0 ml pupuk
hayati/liter air) yaitu 2,04 mm yang berbeda tidak nyata dengan P5 dan P6.
Hubungan antara diameter batang (mm) 40 hspt dengan media tanam
dalam bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 16.
Keterangan :
M1:TopSoil :TKKS (3,75 kg : 1,25kg)
M2:TopSoil : kascing (3,75 kg : 1,25kg)
Gambar 16. Hubungan antara diameter batang (mm) 40 hspt dengan media tanam
Gambar 16 menunjukkan bahwa diameter batang terbesar terdapat pada
perlakuan M1 yaitu Top Soil : TKKS (3,75 kg : 1,25kg).
Pembahasan
Pengaruh berbagai media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala).
Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa aplikasi berbagai media
tanam menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua perameter kecuali parameter
jumlah daun 10 dan 20 hspt.
Hasil analisis data statistik juga menunjukkan bahwa nilai tertinggi dari
semua parameter dalah perlakuan M2 dan diikiuti oleh perlakuan M1. Hal ini
disebabkan karena perlakuan M2 memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan