EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA PULO DOGOM KECAMATAN KUALUH HULU KABUPATEN
LABUHAN BATU UTARA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Disusun Oleh: IVAN HARIS
060902063
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Halaman Persetujuan
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:
NAMA : Ivan Haris
NIM : 060902063
JUDUL : Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara
Medan, Juli 2010
PEMBIMBING
Drs. Matias Siagian, M. Si NIP: 19630313 199303 1 001
KETUA DEPARTEMEN
Drs. Matias Siagian, M. Si NIP: 19630313 199303 1 001
DEKAN FISIP USU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi telah diuji dan dipertahankan di hadapan Penguji Skripsi Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat : Ruang Sidang FISIP USU
Tim Penguji
Ketua Penguji : ( )
Reader/Penguji I : ( )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : IVAN HARIS
NIM : 060902063
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 94 halaman, 24 tabel, 1 lampiran, serta 19 kepustakaan dan sumber lain yang berasal dari internet)
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan pada dua kelompok simpan pinjam perempuan. Efektivitas pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan dalam penelitian ini, dilihat melalui 4 indikator, yaitu : tingkat kualitas, tingkat kuantitas, tingkat dampak dan tingkat waktu.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota dari dua kelompok simpan pinjam perempuan, yaitu sebanyak 40 orang. Instrumen analisa data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel data tunggal.
Analisa data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pulo Dogom belum efektif. Hal itu terlihat dari 4 indikator dalam melihat efekktivitas suatu kegiatan, yaitu terdiri dari : tingkat kualitas, dimana anggota kelompok kurang mudah untuk mendapatkan pendanaan dan pengembalian angsuran pinjaman. Tingkat kuantitas, dilihat dari modal yang diterima masih kurang dalam pembagian yang tidak merata kepada anggota kelompok dan penghasilan hanya bertambah sedikit dikarenakan anggota yang membuka usaha dengan modal sendiri yang jumlahnya lebih besar dari pada modal yang diberikan oleh PNPM-MP. Tingkat dampak, dilihat dari jenis usaha yang dilakukan sebelum dan setelah mengikuti kegiatan, jenis usaha tidak ada yang berubah menjadi usaha yang lebih besar, melainkan hanya terhadap penghasilan anggota kelompok yang berpengaruh. Tingkat waktu, dilihat dari pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan sebagian besar anggota membutuhkan waktu diatas 2 tahun untuk dapat menunjukkan hasil. Dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan simpan pinjam perempuan dari PNPM-MP ini adalah program yang belum efektif bagi kelompok masyarakat, dan dalam pengentasan kemiskinan.
NORTH SUMATERA UNIVERSITY
FAKULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTMENT
NAME : IVAN HARIS NIM : 060902063
ABSTRACT
(This Skripsi consisted of 6 chapter, 89 pages, 17 tableses, an attachment as well and 19 literature and other sources from the internet).
This Skripsi submitted up to standard usage reachs for college degree Sosial, with title " Execution Effectiveness of National Program of Enableness of Self-supporting Public of Countryside (PNPM-MP) In Countryside Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara". This research aim to know level of execution effectiveness of activity of woman saving and loan at two group of woman saving and loan. execution effectiveness of Activity of woman saving and loan in this research, seen through 4 indicator, that is : level of quality, level of amount, level of impact and level of time.
This research is descriptive research, where sample in this research is all members from two group of woman saving and loan, that is 40. instrument of Data analysis applied is questionaire, interview, and tabulation data written in unique data tables.
Data analysis done, hence obtained by result that Activity of Woman Saving And Loan in Desa Pulo Dogom has not effective. That thing seen from 4 indicator in seeing efektivity an activity, that is consisted of : level of quality, where member of group of less easy to get financing and return of instalment of loan. Level of amount, seen from capital received that there are still less in division that is is not flattens to member of group and production only increase a few because of members opening business with capital x'self the numbers bigger than at capital given by PNPM-MP. Level of impact, seen of business type done before and after following activity, type effort for nothing that turns into business larger ones, but only to production of member of group having an effect. Level of time, seen from execution of activity of woman saving and loan most of member is requiring time to 2 year to be able to show result. From research done, hence writer can conclude that activity of woman saving and loan from this PNPM-MP is effective has not program for group of public, and in destroy to poorness.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan kasih- Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah : “ EFEKTIVITAS PELAKSANAAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA PULO DOGOM KECAMATAN
KUALUH HULU KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA”.
Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam
mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah
kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik
yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan dating.
Skripsi ini penulis persembahkan terkhusus kepada orang tuaku
tersayang, Ayahanda Baktiar Efendi Nasution dan Ibunda Harnayati Sipahutar,
yang sudah mendidik dan membesarkan penulis, dan memenuhi semua keperluan
penulis sampai dengan penyelesaian skripsi ini, serta semua keluarga yang telah
mendukung dan mendoakan penulis selama penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi saya.
3. Ibu Zuraida Hanum, selaku bagian administrasi Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara yang telah membantu dalam surat izin penelitian.
4. Bapak Selamat, selaku Kepala Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu
Kabupaten Labuhan Batu Utara.
5. Ibu Rohana, Ibu Tri Indrayani, dan Ibu Yulisma selaku para pengurus
Kelompok Simpan Pinjam Perempuan, dan tak lupa keseluruhan anggota
Kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pulo Dogom Kecamatan
Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara.
6. Kepada kakak penulis Indah Eferina, SE yang telah memberikan motivasi
dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk semua adik penulis,
Ika Enda Sukanti, Iqbal Dwi Putra dan Iga Tri Putri yang selalu
mendoakan penulis dan menjadi penyemangat untuk setiap permasalahan
yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skkripsi ini, serta untuk masih
sahabatku Deci Handayani Batu Bara yang juga telah memberi dukungan
kepada penulis. Terima kasih untuk semua perhatian yang telah diberikan
sepenuhnya kepada penulis.
7. Kepada Sahabat penulis selama perkuliahan, Beni Susanto, Erwin
Pratama, Ferri Hutasoit, Win Hally, M. Anwar Munthe, Dicky Girsang,
Fenny Clara, Lery Harsen Simatupang, Dear Marisson, Mag Aulia
8. Kepada Sahabat penulis semasa sekolah yang tetap member dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Andre Afani, Dian Hasri,
Isna Harahap, Jumakhir, Maharani Dewi, Maya Junita, Nurafrida Pohan,
Rini Setiani, Trisnawati Hutagalung, dan Wandes Sianipar. Serta teman
yang lain yang belum saya sebutkan namanya.
9. Teman-teman UKM Sepakbola FISIP USU, bang Gatuso, bang diding
(coach), bang Ipin, Pak Hendra dan Pak Dani, adek-adek junior dan timnas
PERSIKS tentunya (Persatuan Sepakbola Ilmu Kesejahteraan Sosial) buat
kerjasamanya selama ini, dengan sepakbola ini kesehatan saya dapat
terjaga dan hobi tersalurkan.
10.Kepada teman-teman Stambuk 2006 Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah
menjadi teman yang baik, Alex C. Malau, Alfredo Damanik, Ananta
Purba, Bobby Simare-mare, Dewi Molina, Dotti Ganesha, Elbiando
Lumbangaol, Halim Murdani, Hammad Azhar, Hermanto Sitindaon, Evi
Yanti Simanullang, Forman Tambunan, Immanuel Sembiring, Joko
Hutasoit, Novalina K. Pasaribu, Nurmala Dewi Lubis, Nobel Silitonga,
Lista Siregar, Ranita Irene, serta semua teman-teman yang tidak dapat
saya sebutkan.
11.Kepada Senior 2003, 2004 dan 2005, serta semua Senior Ilmu
Kesejahteraan Sosial yang telah membantu penulis.
12.Kepada semua Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan semua dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
perkuliahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya atas
kebaikan dan kemurahan hati bapak/ ibu, saudara/ i sekalian.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi dunia pendidikan.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... .x
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 11
1.3Pembatasan Masalah ... 11
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
1.5Sistematika Penulisan ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Efektivitas ... 15
2.2Pengembangan Masyarakat ... 20
2.3 Pemberdayaan Masyarakat ... 29
2.4 Kebijakan Sosial... 32
2.5 Program Nasonal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) ... 33
2.7 Kerangka Pemikiran ... 49
2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 52
2.8.1 Defenisi Konsep ... 52
2.8.2 Defenisi Operasional ... 53
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 56
3.2 Lokasi Penelitian ... 56
3.3 Populasi ... 56
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.5 Teknik Analisa Data ... 57
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian ... 58
4.2 Sejarah dan Asal usul Lokasi Penelitian ... 58
4.3 Data Monografi ... 60
4.3.1 Batas wilayah ... 60
4.3.2 Pemerintahan ... 60
4.3.3 Struktur Organisasi Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu ... 61
4.3.4 Kependudukan ... 62
4.4 Sejarah dan Kepengurusan SPP Desa Pulo Dogom ... 65
5.2 Identitas Responden ... 70
5.3 Informasi Tentang Jawaban Responden ... 74
5.3.1 Kualitas Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan... 74
5.3.2 Kuantitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ... 77
5.3.3 Dampak Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ... 83
5.3.4 Waktu Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ... 85
5.4 Hasil Analisa Data ... 87
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 90
6.2 Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : IVAN HARIS
NIM : 060902063
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 94 halaman, 24 tabel, 1 lampiran, serta 19 kepustakaan dan sumber lain yang berasal dari internet)
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan pada dua kelompok simpan pinjam perempuan. Efektivitas pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan dalam penelitian ini, dilihat melalui 4 indikator, yaitu : tingkat kualitas, tingkat kuantitas, tingkat dampak dan tingkat waktu.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota dari dua kelompok simpan pinjam perempuan, yaitu sebanyak 40 orang. Instrumen analisa data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel data tunggal.
Analisa data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pulo Dogom belum efektif. Hal itu terlihat dari 4 indikator dalam melihat efekktivitas suatu kegiatan, yaitu terdiri dari : tingkat kualitas, dimana anggota kelompok kurang mudah untuk mendapatkan pendanaan dan pengembalian angsuran pinjaman. Tingkat kuantitas, dilihat dari modal yang diterima masih kurang dalam pembagian yang tidak merata kepada anggota kelompok dan penghasilan hanya bertambah sedikit dikarenakan anggota yang membuka usaha dengan modal sendiri yang jumlahnya lebih besar dari pada modal yang diberikan oleh PNPM-MP. Tingkat dampak, dilihat dari jenis usaha yang dilakukan sebelum dan setelah mengikuti kegiatan, jenis usaha tidak ada yang berubah menjadi usaha yang lebih besar, melainkan hanya terhadap penghasilan anggota kelompok yang berpengaruh. Tingkat waktu, dilihat dari pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan sebagian besar anggota membutuhkan waktu diatas 2 tahun untuk dapat menunjukkan hasil. Dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan simpan pinjam perempuan dari PNPM-MP ini adalah program yang belum efektif bagi kelompok masyarakat, dan dalam pengentasan kemiskinan.
NORTH SUMATERA UNIVERSITY
FAKULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTMENT
NAME : IVAN HARIS NIM : 060902063
ABSTRACT
(This Skripsi consisted of 6 chapter, 89 pages, 17 tableses, an attachment as well and 19 literature and other sources from the internet).
This Skripsi submitted up to standard usage reachs for college degree Sosial, with title " Execution Effectiveness of National Program of Enableness of Self-supporting Public of Countryside (PNPM-MP) In Countryside Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara". This research aim to know level of execution effectiveness of activity of woman saving and loan at two group of woman saving and loan. execution effectiveness of Activity of woman saving and loan in this research, seen through 4 indicator, that is : level of quality, level of amount, level of impact and level of time.
This research is descriptive research, where sample in this research is all members from two group of woman saving and loan, that is 40. instrument of Data analysis applied is questionaire, interview, and tabulation data written in unique data tables.
Data analysis done, hence obtained by result that Activity of Woman Saving And Loan in Desa Pulo Dogom has not effective. That thing seen from 4 indicator in seeing efektivity an activity, that is consisted of : level of quality, where member of group of less easy to get financing and return of instalment of loan. Level of amount, seen from capital received that there are still less in division that is is not flattens to member of group and production only increase a few because of members opening business with capital x'self the numbers bigger than at capital given by PNPM-MP. Level of impact, seen of business type done before and after following activity, type effort for nothing that turns into business larger ones, but only to production of member of group having an effect. Level of time, seen from execution of activity of woman saving and loan most of member is requiring time to 2 year to be able to show result. From research done, hence writer can conclude that activity of woman saving and loan from this PNPM-MP is effective has not program for group of public, and in destroy to poorness.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di
Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.
Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional,
dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya.
Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya
Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat
jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan,
kurangnya tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah
tindakan kekerasan dan kejahatan.
Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai
suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan, membuat banyak
masyarakat Indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya
masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang
dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada
Pada periode 1996 - 1999 jumlah penduduk miskin Indonesia meningkat
sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996
menjadi 47,97 juta pada tahun 1999. Persentase penduduk miskin meningkat dari
17,47 % menjadi 23,43 % pada periode yang sama.
Pada periode 2000 - 2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun
dari 38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif
juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14 % pada tahun 2000,
menjadi 15,97 % pada tahun 2005.
Namun pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang
cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta orang (15,97 %) pada bulan Februari 2005
menjadi 39,30 juta (17,75 %) pada bulan Maret 2006. Penduduk miskin di daerah
perdesaan bertambah 2,11 juta, sementara di daerah perkotaan bertambah 2,09
juta orang. Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama Februari
2005 - Maret 2006 terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama
periode tersebut naik tinggi, yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95
%. Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya
berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi
miskin.
Terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin yang cukup
signifikan pada periode Maret 2007 - Maret 2008, dari 37,17 juta (16,58 %) pada
tahun 2007 menjadi 34,96 juta (15,42 %) pada tahun 2008 (BPS, 2009).
Penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara masih cukup banyak. Hasil
menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah ini sebanyak 1.768.400
orang atau sebesar 13,9 % terhadap jumlah penduduk seluruhnya.
Namun demikian, kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan pada
tahun 2006 karena jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menurun sekitar
211.300 orang. Pada tahun 2006, penduduk miskin Sumatera Utara sebanyak
1.979.702 orang atau 15,66 % dari jumlah penduduk pada saat itu. Secara
nasional, jumlah penduduk miskin tahun 2007 sebanyak 37,17 juta atau 16,58 %.
Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006 yang berjumlah
39,30 juta (17,75 %), berarti jumlah penduduk miskin di Indonesia turun sebanyak
2,13 juta.
Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara sejalan dengan
perbaikan indikator makro ekonomi Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi
triwulan pertama Sumatera Utara tahun 2007 dari tahun ke tahun sebesar 8,44 %,
lebih baik dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,97 % diperiode yang
sama. Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2007 juga lebih baik
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2006 yang
tumbuh sebesar 2,89 %.
Dilihat dari sisi tenaga kerja meskipun tingkat pengangguran masih cukup
besar namun menunjukkan penurunan dari periode sebelumnya. Tingkat
pengangguran terbuka Sumatera Utara bulan Februari 2007 sebesar 10,63 % lebih
rendah dibandingkan bulan Agustus 2006 sebesar 11,51 % (BPS Sumut, 2007).
Untuk mencapai tujuan nasional, pembangunan nasional harus
dilaksanakan di segala sektor kehidupan bangsa. Sektor-sektor pembangunan
sektor ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta sektor keamanan. Guna
mencapai semuanya itu diperlukan peran negara dalam membangun dan
mengimplementasikan kebijakan publik di bidang kesejahteraan.
Pembangunan nasional dapat diwujudkan dengan upaya
penanggulangan kemiskinan, baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui Program Keluarga Berencana, pengucuran dana Inpres pendidikan,
kesehatan, perbaikan sarana dan prasarana transportasi. Ada berbagai program
yang berskala nasional yang bertujuan untuk melakukan intervensi bagi
penanggulangan masalah kemiskinan seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS), Inpres Desa Tertinggal (IDT).
Disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menggantikan UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi tonggak pelaksanaan otonomi
daerah dengan paradigma baru. Pemberlakuan UU ini tidaklah dimaksudkan
sebagai upaya resentralisasi atau mengembalikan iklim politik dengan kekuasaan
yang memusat. Namun di dalamnya justru terkandung semangat penguatan makna
desentralisasi dengan membuka peluang luas bagi daerah untuk merencanakan
dan melaksanakan pembangunan secara lebih baik, lebih mandiri dan
terkoordinasi.
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, tak dapat dipungkiri
desentralisasi selama ini masih menimbulkan bias persepsi yang menjadi
tantangan tersendiri. Pergeseran ketersediaan dana dan kewenangan pembangunan
dari Pemerintah Pusat ke daerah membuat pelaksanaan program lebih efisien dan
tepat sasaran karena lebih dekat ke masyarakat sebagai sasaran akhirnya, dengan
Dengan demikian, perlu adanya dukungan peran dan fungsi Pemerintah
Daerah dalam menjaga proses pembangunan yang mempunyai fokus
pemberdayaan masyarakat. Kuncinya adalah bagaimana menyediakan mekanisme
yang sesuai bagi daerah untuk berlomba memberdayakan masyarakatnya dalam
menanggulangi kemiskinan dan melakukan pembangunan partisipatif, serta
mengesampingkan ego sektoral yang berdampak pada kepentingan masyarakat
luas.
Sejalan dengan disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dimulai pelaksanaannya sejak tahun 1998,
semakin dewasa belajar dari pengalaman untuk melakukan transisi pengelolaan
program pemberdayaan secara bertahap kepada pemerintah daerah. Sebagai
sebuah program pemberdayaan, PPK telah menjadi sarana belajar bagi setiap
stakeholder di daerah, khususnya Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk
melaksanakan pembangunan yang bertumpu pada perencanaan dari bawah bukan
lagi perencanaan dari atas.
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan usaha pemerintah
Indonesia untuk mengurangi kemiskinan masyarakat di pedesaan, dan juga untuk
memperbaiki kinerja pemerintah daerah. Selain Program Pengembangan
Kecamatan (PPK), Pemerintah Indonesia sejak tahun 2007 juga
mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM
MANDIRI) yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri
Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal
(Departemen Dalam Negeri. 2007. PTO PNPM-PPK. Jakarta : Tim Koordinasi
Pendekatan PNPM MANDIRI merupakan pengembangan dari Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa
keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah berupa
penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin,
efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan
dan partisipasi masyarakat.
Sasaran program ini adalah kecamatan-kecamatan yang dinilai paling
miskin di Indonesia dintaranya Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu
termasuk salah satu yang masuk dalam Program Nasioanal Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM MANDIRI) karena lapisan masyarakatnya yang
beragam dari mulai petani, pedagang, pejabat atau pun sopir yang kesemuanya
itu mempunyai kebutuhan hidup, akan tetapi lahan pertanian dalam desa
tersebut tidak begitu dapat memberikan hasil sehingga untuk memenuhi
kebutuhan hidup dari sekian banyak profesi diatas maka pekerjaan yang
paling dominan untuk usaha mereka adalah berdagang sehingga untuk usaha
tersebut mereka meminjam pada bank sebagai modal awal dan juga untuk
memajukan usaha kecil mereka demi meningkatkan taraf ekonomi untuk
hidup yang lebih baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, usaha kecil perlu diberdayakan
dalam memanfaaatkan peluang kerja dan menjawab tantangan perkembangan
ekonomi dimasa yang akan datang. Yang dimaksud dengan usaha kecil sesuai
dengan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha
Kecil adalah “usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”. Banyak masyarakat
Desa Pulo Dogom yang berdagang kecil-kecilan terlebih lagi kaum perempuan
atau ibu-ibu. Berdagang dilakukan guna membantu perekonomian keluarga
supaya dapat mencukupi kehidupan sehari-hari.
Dengan suku bunga yang lebih rendah daripada bank, diharapkan
dapat membantu masyarakat terutama kaum perempuan untuk dapat
meningkatkan taraf hidup serta menunjang perekonomian negara dan juga
yang menjadi daya tarik penulis adalah adanya sistem Tanggung Renteng apabila
terjadi kesalahan juga pinjaman tersebut hanya dikhususkan kepada kaum
perempuan saja. Namun dalam prakteknya tidak selalu berjalan mulus dalam
setiap pengeluaran dari suatu program, terlebih lagi yang berhubungan dengan
uang. PNPM-MP SPP banyak mengalami hambatan dan kendala dalam hal
pengembalian uang dari para nasabah atau peminjam antara lain :
1. Pengembalian telat atau tidak sesuai dari jadwal yang
ditentukan dalam musyawarah
2. Nasabah tidak mau membayar atau karena belum ada uang
Penulis disini mencoba melakukan penelitian karena program ini
adalah untuk Desa yang memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran.
Kemiskinan dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu: kemiskinan alamiah,
kemiskinan struktural dan kesenjangan antar wilayah. Sedangkan persoalan
pengangguran lebih di picu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi
angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan
tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas dan
pendayagunaan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas maka peneliti
merasa tertarik untuk melihat bagaimana efektivitas program PNPM-MP yang
dijalankan oleh pemerintah khususnya pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Untuk itu peneliti melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi berjudul
“Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten
Labuhan Batu Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena
langkah ini menentukan ke mana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah
pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari
melalui penelitian (Soehartono, 2008 : 23).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Pelaksanaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)
pada kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pulo Dogom Kecamatan
Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara efektif atau tidak efektif”.
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka
masalah yang dibuat adalah Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) tahun
anggaran 2008 Di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten
Labuhan Batu Utara.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Mesyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom
Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara efektif atau tidak
efektif.
2. Untuk mengetahui perbedaan kondisi kehidupan masyarakat setelah
menerima program (PNPM-MP).
3. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan PNPM-MP di Desa Pulo Dogom
Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara telah mencapai
sasaran dan sesuai dengan harapan.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap teori-teori dan konsep-konsep tentang efektivitas pelaksanaan
Program Nasional Pemberdayaan Mesyarakat Mandiri Perdesaan
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun terhadap
pelaksanaan PNPM-MP pada keluarga miskin.
c. Meningkatkan kemampuan penulis dalam berfikir dan memahami
permasalahan kemiskinan perdesaan serta dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan di FISIP USU melalui
penulisan karya ilmiah.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan
masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi
konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,
populasi dan sample, teknik pengumpulan data serta teknik
analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian dan analisanya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang
bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas
2.1.1 Pengertian Efektivitas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif
yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai
kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga
bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan,
dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil
yang dicapai. Jadi pengertian efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau
disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana
tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan
(Starawaji.
pada tanggal 10 November 2009, jam 18.00 WIB).
Penjelasan di dalam Ensiklopedia Agama dan Filsafat bahwa efektivitas
adalah menunjukkan taraf tercapainya tujuan. Suatu program atau usaha dikatakan
efektif kalau usaha mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan
dengan ukuran yang dapat dihitung seperti dalam persentase (Ensiklopedia Agama
dan Filsafat, 2001 : 101).
Dapat disimpulkan bahwa pengertian efektivitas adalah keberhasilan suatu
aktifitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan dan target, sesuai dengan yang telah
ditentukan sebelumnya, dan apabila tujuan dan target dapat tercapai sesuai dengan
dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya
maka aktifitas itu dikatakan tidak efektif.
Terdapat cara pengukuran terhadap efektivitas yang secara umum dan
yang paling menonjol adalah sebagai berikut :
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
3. Kepuasan terhadap program
4. Tingkat input dan output
5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989 : 121)
Berdasarkan empat cara pengukuran terhadap efektivitas tersebut, maka
dalam pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan, pengukuran terhadap
efektivitas dapat dilihat melalui indikator yaitu sebagai berikut :
1. Kualitas, indikator ini menunjukkan standar kualitas dari kegiatan Simpan pinjam perempuan. Misalnya, apaka pelayanan kegiatan simpan pinjam
perempuan sudah memenuhi syarat dalam hal keramahan, keresponsifan,
dan sikap empati terhadap kelompok Simpan pinjam perempuan.
2. Kuantitas, merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh anggota kelompok selama mengikuti kegiatan SPP tersebut.
3. Dampak, indikator ini melihat apakah kegiatan SPP yang dilakukan benar-benar memberikan perubahan di masyarakat. indikator ini melihat
apakah kegiatan SPP yang dilakukan benar-benar memberikan perubahan
di masyarakat. Melalui jenis usaha yang dijalankan.
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas
itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:
a. Pendekatan Sasaran
Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam
pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan
mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.
Selain tercapainya tujuan, efektivitas juga selalu memperhatikan faktor
waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektivitas selalu terkandung unsur
waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program
tersebut efektif. Pendekatan sasaran dalam pelaksanaan kegiatan SPP dapat dilihat
dari kader PNPM mampu melakukan pendekatan kepada kelompok terutama
anggota kelompok SPP dalam mengarahkan tujuan yang ingin dicapai yakni RTM
yang produktif.
b. Pendekatan Sumber
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu
lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu
lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara
keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori
mengenai keterbukaan system suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena
lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari
lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan
sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan
bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam Kegiatan SPP ini dilihat dari seberapa
jauh hubungan antara kelompok SPP dengan lingkungan sekitarnya, berupa lahan
usaha yang menjadi sumber kelompok SPP dalam mencapai tujuan akhir.
c. Pendekatan Proses
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan
dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan
dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara
terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan
memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber
yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan
lembaga. Pada pendekatan proses yang dilakukan Unit Pengelola Kegiatan
PNPM-MP bidang SPP adalah terlihat dari bagaimana Unit Pengelola Kegiatan
mampu menggunakan semua program secara terkoordinir dan tersosialisasi
dengan baik kepada kelompok SPP tersebut.
2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektivitas
Efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas dan laba.
Pengukuran efektivitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya dan
memberikan hasil dari pada pengukuran efektivitas berdasarkan sasaran resmi
dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut :
a. Adanya macam-macam output
Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan
Pengukuran juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan
sasaran lainnya.
Efektivitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu
indikator atau efektivitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai
dengan efektivitas yang rendah pada sasaran lainnya.
Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran efektivitas adalah profil
atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektivitas pada setiap sasaran
yang dimilikinya. Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan adalah
frekuensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektivitas seperti yang
dikemukakan oleh R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan hal-hal
tersebut dalam pengukuran efektivitas adalah :
1. Adaptabilitas dan fleksibilitas
2. Produktivitas
3. Keberhasilan memperoleh sumber
4. Keterbukaan dalam komunikasi
5. Keberhasilan pencapaian program
6. Pengembangan program (Steers, 1982 : 546)
b. Subjektivitas dalam adanya penilaian
Pengukuran efektivitas dengan menggunakan pendekatan sasaran
seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang
sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam
mencapai sasaran. Hal ini karena sasaran yang sebenarnya dalam pelaksanaan
Berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa efektivitas adalah kebehasilan suatu kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan awal yang ditentukan sebelumnya. Jelasnya, bila tujuan atau
sasaran tercapai tepat pada waktunya maka program tersebut dikatakan efektif
namun sebaliknya jika tujuan tidak tercapai sesuai dengan tujuan awal maka
aktivitas atau program tersebut tidak efektif.
2.2 Pengembangan Masyarakat
2.2.1 Defenisi Pengembangan Masyarakat
Ada beberapa defenisi mengenai pengembangan masyarakat.
1. Defenisi dari PBB. Pengembangan masyarakat adalah suatu proses dimana
usaha masyarakat bertemu dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan
kondisi, baik kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
2. Arthur Durkheim mengatakan, Pengembangan masyarakat adalah suatu
proses yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan sosial
seluruh masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat.
3. Henry, mengatakan pengembangan masyarakat adalah suatu proses untuk
menciptakan masyarakat yang sadar terhadap pembangunan dan
menstimulir aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan tanggung jawab
pribadi terhadap kesejahteraan masyarakat.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa, pengembangan masyarakat adalah
suatu proses dimana masyarakat mengadaptasi dirinya dengan perubahan dibantu
dengan lembaga pembangunan desa, dimana lembaga ini biasanya datang dari luar
Pengembangan masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan
masyarakat lokal dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan
ini ditunjang oleh keterlibatan dari anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi,
sehingga perlu pembinaan kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk
mewujudkan kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh kehidupan
yang lebih baik.
Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik
pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh
sebab itu proses pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik
dan perkembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan
suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek penting. Keberadaan aspek
tersebut sebagai persyaratan terlaksananya upaya pengembangan masyarakat.
Aspek-aspek tersebut adalah :
1. Masyarakat sebagai unit kegiatan.
Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi
yang sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat
berbagai jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari
masyarakat lingkungan desa, kota dan negara. Anggota masyarakat memiliki
konsen dan kepentingan untuk kemajuan kehidupan yang lebih baik yang
menuntut keterlibatan dari semua anggota. Pengembangan mayarakat
menempatkan masyarakat sebagai unit dari kegiatan mereka.
2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal
Pada masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat
perubahan dalam masyarakat lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan
kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber tersebut.
3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar
Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk
mengadakan perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu sumber-sumber
apa yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya untuk
memberikan manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari dalam atau
luar masyarakat lokal yang menggunakannya secara fleksibel sesuai dengan
kebutuhan.
4. Partisipasi secara inklusif
Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua
kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam
pengembangan masyarakat. Struktur masyarakat harus terbuka yang
memungkinkan kelompok-kelompok baru menjadi bagian dari proses yang
berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa memainkan
peranannya dalam pengembangan masyarakat.
5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari partisipasi
inklusif
Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian
terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian
tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang
luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat
dalam pendekatan yang digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan
6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan diorientasikan
pada pencapaian tugas yang khusus.
Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap
orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat
mereka. Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan
keputusan, namun perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan tersebut
logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam pelaksanaan tugas yang
spesifik.
Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyarakat adalah
perencanaan dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk
menentukan, menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan
hakekat ruang lingkup masalah, mempertimbangan berbagai upaya yang
diperlukan guna penanggulangannya, memilih upaya yang kiranya dapat
dilaksanakan serta mengadakan yang sesuai dengan upaya yang telah dipilih.
Integrasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap
dan praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai peningkatan dalam
mengidentifikasi dengan masyarakat secara keseluruhan, minat dan partisipasi
dalam urusan masyarakat dan saling menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk
mengutarakan nilai-nilai (Susantyo, 2008 : 40-44).
2.2.2 Model-model Pengembangan Masyarakat
Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut :
Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi
aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat
dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai
masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum
spenuhnya dikembangkan.
Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses
interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial.
Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan
kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.
2. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial di sini menunjuk pada proses pragmatis untuk
menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah
sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan,
kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Berbeda dengan pengembangan
masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas.
3. Aksi Sosial
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan
fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses
pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi
sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang
seringkali menjadi korban ketidakadilan struktur. Mereka miskin karena
dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak berdaya karena tidak
ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses
dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran,
pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan
agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan (Suharto, 2005 :
42-45).
Menurut Batten, pada dasarnya ada dua pendekatan dalam pengembangan
masyarakat, yang pertama adalah pendekatan direktif, dan yang kedua adalah
pendekatan nondirektif.
2.2.3 Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat
Pendekatan dalam pengembangan masyarakat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pendekatan Direktif
Pendekatan direktif dilakukan berlandaskan asumsi bahwa pekerja
masyarakat tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat.
Dalam pendekatan ini peranan pekerja masyarakat bersifat lebih dominan karena
prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari
pekerja masyarakat. Pekerja masyarakat lah yang menetapkan apa yang baik atau
buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu dilakukan untuk
memperbaikinya dan menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan
tersebut (Adi, 2008 : 227).
Dengan pendekatan ini, memang banyak hasil yang telah diperoleh, tetapi
hasil yang didapat lebih terkait dengan tujuan jangka pendek dan sering kali lebih
bersifat pencapaian secara fisik. Pendekatan direktif menjadi kurang efektif untuk
mendasar yang berkaitan dengan perilaku sesorang. Hal ini antara lain disebabkan
akan perlunya perubahan pengetahuan, keyakinan, sikap, dan niat individu
sebelum terjadinya perubahan perilaku, bila pelaku perubahan menginginkan
perubahan yang terjadi bukanlah perubahan yang bersifat temporer belaka (Adi,
2008 : 228).
2. Pendekatan Nondirektif
Penedekatan Nondirektif, dilakukan berlandaskan asumsi bahwa
masyarakat sudah mempunyai pengetahuan tentang apa yang sebenarnya mereka
butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada pendekatan ini, pekerja
masyarakat tidak menempatkan diri sebagai orang yang menetapkan apa yang
baik atau buruk bagi suatu masyarakat. Pemeran utama dalam perubahan
masyarakat adalah masyarakat itu sendiri, pekerja masyarakat lebih bersifat
menggali dan mengembangkan potensi masyarakat. Masyarakat diberikan
kesempatan untuk membuat analisis dan mengambil keputusan yang berguna bagi
mereka sendiri, serta mereka diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan (Adi, 2008 : 229).
2.2.4 Tahapan-tahapan Pengembangan Masyarakat
Adi (2008: 244-258) menilai setidaknya ada enam tahapan pengembangan
masyarakat yang mencakup yaitu:
1. Tahapan persiapan. Tahapan persiapan didalamnya terdapat tahap-tahap
yaitu, persiapan petugas dan persiapan lapangan. Persiapan petugas dalam
petugas pengembang masyarakat melakukan studi kelayakan terhadap
daerah atau wilayah yang akan dijadikan sasaran.
2. Tahap Assessment. Proses ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah
atau kebutuhan yang dirasakan atau pun kebutuhan yang diekspresikan dan
juga sumber daya yang dimiliki komunitas sasaran. Pada tahap ini
partisipasi dan peranan masyarakat sangat dibutuhkan dalam
mengidentifikasi masalah mereka.
3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahap ini pelaku
perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir
tentang masalah mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya.
4. Tahap memformulasikan rencana aksi. Pada tahap ini pelaku perubahan
membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan
program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan guna mengatasi
permasalahan yang ada.
5. Tahap pelaksanaan program atau kegiatan. Tahap pelaksanaan ini
merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam proses
pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang direncanakan dengan
baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada
kerja sama antara pelaku perubahan dan warga masyarakat.
6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai suatu proses pengawasan dari warga dan
petugas terhadap program yang sedang dilakukan dengan melibatkan
warga. Karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan
terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan
Jika tahap-tahap ini sudah dilakukan secara benar, selanjutnya adalah
mengukur keberhasilan yang telah diperoleh dari program tersebut. Selain
mengukur tingkat keberhasilan, pengukuran ini dapat digunakan juga sebagai
evaluasi keseluruhan suatu program yang telah selesai dilaksanakan. Terkait
dengan kriteria keberhasilan program pengembangan masyarakat, Feurstein
mengajukan beberapa indikator yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Indikator ketersediaan. Indikator ini melihat apakah unsur yang
seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.
b. Indikator relevansi.
c. Indikator keterjangkauan. Indikator ini melihat apakah layanan yang
ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang
membutuhkan.
d. Indikator pemanfaatan. Indikator ini melihat seberapa banyak suatu
layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan dan
digunakan atau dimanfaatkan oleh kelompok sasaran.
e. Indikator cakupan. Indikator ini menunjukkan proporsi orang-orang
yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan tersebut.
f. Indikator kualitas. Indikator ini menunjukkan standar kualitas dari
layanan dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran.
g. Indikator upaya. Indikator ini menggambarkan berapa banyak upaya
yang sudah ditanamkam dalam rangka mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan.
h. Indikator efisiensi. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan
tepat guna, atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya
mencapai tujuan.
i. Indikator dampak. Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita
lakukan benar-benar memberikan perubahan di masyarakat.
7. Tahap terminasi. Tahap ini merupakan tahap “perpisahan” hubungan
secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan sering kali
bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak
jarang terjadi karena melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya,
atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang
dapat dan mau meneruskan program tersebut (Adi, 2008: 254-256).
2.3 Pemberdayaan Masyarakat
2.3.1 Defenisi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk
mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang
diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar
masyarakat miskin menuju masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta
berlandaskan iman dan takwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).
Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005 : 60).
Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan
pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta
landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin
pertumbuhan yang berkelanjutan.
Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal :
1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang.
Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat
memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran
bahwa potensi itu dapat dikembangkan
2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu
langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta
pembukaan berbagai akses kepada berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur
ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan produktif, pelatihan,
pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial, dan
pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.
3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk
mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan
yang saling menguntungkan (Suriadi, 2005 : 56).
Memberdayakan masyarakat dalam pembangunan biasanya diidentikan
dengan memberikan bantuan uang. Tetapi banyak proyek-proyek Inpres yang
mematikan swadaya masyarakat, bahkan sebaliknya menjadikan masyarakat
menggantungkan diri kepada pemberi bantuan. Pola pemberdayaan dengan hanya
memberikan bantuan langsung uang atau bantuan proyek kepada masyarakat tidak
akan merangsang peran serta masyarakat untuk terlibat di dalam pembangunan.
Pada kasus tertentu, di dalam konsep pembangunan masyarakat, memang
diperlukan, akan tetapi yang lebih penting adalah pengembangan swadaya
masyarakat untuk membangun diri sendiri. Ciri khas dari suatu kegiatan swadaya
adalah adanya sumbangan dalam jumlah besar yang diambil dari sumberdaya
yang dimiliki oleh masyarakat baik yang dimiliki individu maupun kelompok di
dalam masyarakat.
Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah
program yang disusun sendiri oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar
masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin, perempuan, buta huruf dan
kelompok terabaikan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap
nilai-nilai budaya setempat, memerhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan
ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat, serta berkelanjutan (Suriadi, 2005 :
61).
Pembangunan pedesaan harus melakukan empat upaya besar yang saling
berkaitan :
a. Memberdayakan ekonomi masyarakat desa yang memerlukan masukan
modal, bimbingan teknologi, dan pemasaran untuk memandirikan
b. Meningkatkan kualitas sumber daya penduduk pedesaan dengan
peningkatan pendidikan, kesehatan, dan gizi sehingga memperkuat
produktivitas dan daya saing.
c. Membangun prasarana pendukung pedesaan yang cukup karena lokasi
perkampungan terpencil, seperti jalan, jaringan telekomunikasi dan
penerangan, yang masih merupakan tanggung jawab pemerintah.
Keikutsertaan masyarakat desa setempat dalam gotong-royong harus
diutamakan.
d. Mengatur kelembagaan pedesaan, yaitu berbagai lembaga pemerintah dan
lembaga kemasyarakatan desa. Pemerintahan desa harus mampu
menampung aspirasi dan menggali aspirasi masyarakat (Kartasasmita
dalam Jayadinata & Pramandika, 2006 : 3).
2.4 Kebijakan Sosial
2.4.1 Kebijakan Sosial dan Kebijakan Publik
Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan
sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang
bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak (Suharto, 2007 : 10).
Dalam garis besar, kebijakan sosail diwujudkan dalam tiga kategori, yakni
perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan.
Berdasarkan kategori ini, maka dapat dinyatakan bahwa setiap
perundang-undangan, hukum atau peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan
berbentuk perundang-undangan. Sebagai sebuah kebijakan publik, kebijakan
sosial memiliki fungsi preventif atau pencegahan, kuratif atau penyembuhan, dan
pengembangan atau developmental (Suharto, 2007 : 11).
Kebijakan sosial seringkali melibatkan program-program bantuan yang
sulit diraba atau dilihat secara kasat mata. Karenanya, masyarakat luas
kadang-kadang sulit mengenali kebijakan sosial dan membedakannya dengan kebijakan
publik lainnya. Secara umum kebijakan publik lebih luas daripada kebijakan
sosial. Kebijakan transportasi, jalan raya, air bersih, pertahanan dan keamanan
merupakan beberapa kebijan publik. Sedangkan kebijakan mengenai jaminan
sosial, seperti bantuan sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi
kelompok miskin atau rentan, adalah contoh kebijakan sosial (Suharto, 2007 : 12).
Kebijakan publik, termasuk di dalamnya kebijakan sosial, dapat dijadikan
perangkat negara yang penting dalam membangun dan meningkatkan modal sosial
(Suharto, 2007 : 96).
2.5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)
2.5.1 Latar Belakang PNPM-MP
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan
di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,
kemiskinan struktural, kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih
di picu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di
multidisiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus
memadukan aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan.
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri
Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan
desa tertinggal. PNPM-MP adalah program untuk mempercepat penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan (PTO PNPM-MP, BAPEMMAS
SUMUT, 2007). Pendekatan PNPM-MP merupakan pengembangan dari PPK,
yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa
penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi
dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi
masyarakat.
Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi
sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar
lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah
kemiskinan. Misi PNPM-MP adalah:
1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;
2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;
3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan
5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan (PTO PNPM-MP,
2007 : 2).
Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM-MP, strategi yang
dikembangkan PNPM-MP yaitu menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai
kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta
mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan
strategi yang dikembangkan, maka PNPM-MP lebih menekankan pentingnya
pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM-MP diharapkan
masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya
kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui
PPK.
2.5.2 Tujuan PNPM-MP
Tujuan Umum PNPM-MP adalah meningkatnya kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong
kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
Tujuan khususnya meliputi:
1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan;
2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan, sumber daya lokal;
3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi
4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang
diprioritaskan oleh masyarakat;
5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir;
6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Antar Desa
(BKAD);
7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan perdesaan.
2.5.3 Prinsip Pokok PNPM-MP
Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menekankan prinsip-prinsip pokok
SiKOMPAK, yang terdiri dari:
1. Transparansi dan Akuntabel, yaitu masyarakat harus memiliki akses yang
memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan,
sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legasl maupun
administratif.
2. Desentralisasi, yaitu kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan
sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau
masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya.
3. Keberpihakan pada Orang Miskin, yaitu semua kegiatan yang
dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat
4. Otonomi, yaitu masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk
berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan
secara swakelola.
5. Partisipasi, yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses
pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong
menjalankan pembangunan.
6. Prioritas, yaitu Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak
dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan
mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
7. Kesetaraan dan Keadilan Gender, yaitu Laki-laki dan perempuan
mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan
dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.
8. Kolaborasi, yaitu semua pihak yang berkepentingan dalam
penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan
sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
9. Keberlanjutan, yaitu setiap pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan
2.5.4 Prinsip lain PNPM-MP
1. Bertumpu pada pembangunan manusia, yaitu setiap kegiatan diarahkan
2. Demokratis, yaitu setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan
secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada
kepentingan masyarakat miskin.
2.5.5 Sasaran PNPM-MP
1. Lokasi Sasaran
Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM-MP meliputi seluruh kecamatan
pedesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
Untuk tahun 2008, ketentuan pemilihan lokasi sasaran berdasarkan ketentuan :
a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan
bermasalah dalam PPK”.
b. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintahan daerah dalam
skema kontribusi pendanaan.
2. Kelompok Sasaran
a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan
b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan
c. Kelembagaan pemerintahan local
2.5.6 Ketentuan Dasar PNPM-MP
Ketentuan dasar PNPM-MP dimaksudkan untuk mencapai tujuan secara
lebih terarah. Ketentuan dasar meliputi :
1. Desa Berpartisipasi
Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM-MP berhak berpartisipasi
pemilihan maupun penentuan besarnya BLM didasarkan pada adanya desa
tertinggal, maka kegiatan yang diusulkan oleh desa-desa tertinggal akan mendapat
prioritas pendanaan.
Besarnya pendanaan kegiatan dari desa tertinggal tergantung pada besar
kegiatan yang diusulkan. Pembagian dana BLM secara otomatis kepada desa-desa
tertinggal samasekali tidak diinginkan, karena setiap usulan kegiatan harus dinilai
kelayakannya secara teknis maupun manfaat sosial ekonominya.
Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM-MP, dituntut adanya kesiapan
dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan
musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas
secara sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan
ketentuan dalam PNPM-MP.
Untuk mengoptimalkan pengelolaan program, bagi kecamatan yang
memiliki jumlah desa lebih dari 20 disarankan untuk menggabungkan desa-desa
tersebut menjadi sekurang-kurangnya 10 satuan desa.
2. Kriteria dan Jenis Kegiatan
Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan untuk
kegiatan yang memenuhi kriteria :
a. Lebih bermanfaat bagi RTM, baik di lokasi desa tertinggal maupun bukan
desa tertinggal;
b. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan;
c. Dapat dikerjakan oleh masyarakat;
d. Didukung oleh sumber daya yang ada;
Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM-MP adalah sebagai
berikut :
a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat
memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM;
b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan,
termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat atau
pendidikan nonformal;
c. Kegiatan peningkatan kapasitas atau ketrampilan kelompok usaha
ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi
berbasis sumber daya lokal tidak termasuk penambahan modal;
d. Penambahan permodalan Simpan pinjam untuk Kelompok Perempuan
(SPP).
3. Mekanisme Usulan Kegiatan
Setiap desa dapat mengajukan tiga usulan untuk dapat didanai dengan
BLM PNPM-MP. Setiap usulan harus merupakan satu jenis kegiatan atau satu
paket kegiatan yang secara langsung saling berkaitan. Tiga usulan dimaksud
adalah :
a. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan kualitas
hidup masyarakat bidang kesehatan atau pendidikan dan peningkatan
kapasitas juga ketrampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh
musyawarah desa khusus perempuan;
b. Usulan kegiatan Simpan pinjam bagi Kelompok Perempuan (SPP) yang
ditetapkan oleh m