• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA PULO DOGOM KECAMATAN KUALUH HULU KABUPATEN

LABUHAN BATU UTARA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh: IVAN HARIS

060902063

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Halaman Persetujuan

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:

NAMA : Ivan Haris

NIM : 060902063

JUDUL : Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

Medan, Juli 2010

PEMBIMBING

Drs. Matias Siagian, M. Si NIP: 19630313 199303 1 001

KETUA DEPARTEMEN

Drs. Matias Siagian, M. Si NIP: 19630313 199303 1 001

DEKAN FISIP USU

(3)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi telah diuji dan dipertahankan di hadapan Penguji Skripsi Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

Tim Penguji

Ketua Penguji : ( )

Reader/Penguji I : ( )

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : IVAN HARIS

NIM : 060902063

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 94 halaman, 24 tabel, 1 lampiran, serta 19 kepustakaan dan sumber lain yang berasal dari internet)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan pada dua kelompok simpan pinjam perempuan. Efektivitas pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan dalam penelitian ini, dilihat melalui 4 indikator, yaitu : tingkat kualitas, tingkat kuantitas, tingkat dampak dan tingkat waktu.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota dari dua kelompok simpan pinjam perempuan, yaitu sebanyak 40 orang. Instrumen analisa data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel data tunggal.

Analisa data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pulo Dogom belum efektif. Hal itu terlihat dari 4 indikator dalam melihat efekktivitas suatu kegiatan, yaitu terdiri dari : tingkat kualitas, dimana anggota kelompok kurang mudah untuk mendapatkan pendanaan dan pengembalian angsuran pinjaman. Tingkat kuantitas, dilihat dari modal yang diterima masih kurang dalam pembagian yang tidak merata kepada anggota kelompok dan penghasilan hanya bertambah sedikit dikarenakan anggota yang membuka usaha dengan modal sendiri yang jumlahnya lebih besar dari pada modal yang diberikan oleh PNPM-MP. Tingkat dampak, dilihat dari jenis usaha yang dilakukan sebelum dan setelah mengikuti kegiatan, jenis usaha tidak ada yang berubah menjadi usaha yang lebih besar, melainkan hanya terhadap penghasilan anggota kelompok yang berpengaruh. Tingkat waktu, dilihat dari pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan sebagian besar anggota membutuhkan waktu diatas 2 tahun untuk dapat menunjukkan hasil. Dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan simpan pinjam perempuan dari PNPM-MP ini adalah program yang belum efektif bagi kelompok masyarakat, dan dalam pengentasan kemiskinan.

(5)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY

FAKULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTMENT

NAME : IVAN HARIS NIM : 060902063

ABSTRACT

(This Skripsi consisted of 6 chapter, 89 pages, 17 tableses, an attachment as well and 19 literature and other sources from the internet).

This Skripsi submitted up to standard usage reachs for college degree Sosial, with title " Execution Effectiveness of National Program of Enableness of Self-supporting Public of Countryside (PNPM-MP) In Countryside Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara". This research aim to know level of execution effectiveness of activity of woman saving and loan at two group of woman saving and loan. execution effectiveness of Activity of woman saving and loan in this research, seen through 4 indicator, that is : level of quality, level of amount, level of impact and level of time.

This research is descriptive research, where sample in this research is all members from two group of woman saving and loan, that is 40. instrument of Data analysis applied is questionaire, interview, and tabulation data written in unique data tables.

Data analysis done, hence obtained by result that Activity of Woman Saving And Loan in Desa Pulo Dogom has not effective. That thing seen from 4 indicator in seeing efektivity an activity, that is consisted of : level of quality, where member of group of less easy to get financing and return of instalment of loan. Level of amount, seen from capital received that there are still less in division that is is not flattens to member of group and production only increase a few because of members opening business with capital x'self the numbers bigger than at capital given by PNPM-MP. Level of impact, seen of business type done before and after following activity, type effort for nothing that turns into business larger ones, but only to production of member of group having an effect. Level of time, seen from execution of activity of woman saving and loan most of member is requiring time to 2 year to be able to show result. From research done, hence writer can conclude that activity of woman saving and loan from this PNPM-MP is effective has not program for group of public, and in destroy to poorness.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan kasih- Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah : “ EFEKTIVITAS PELAKSANAAN

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA PULO DOGOM KECAMATAN

KUALUH HULU KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA”.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam

mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah

kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik

yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan dating.

Skripsi ini penulis persembahkan terkhusus kepada orang tuaku

tersayang, Ayahanda Baktiar Efendi Nasution dan Ibunda Harnayati Sipahutar,

yang sudah mendidik dan membesarkan penulis, dan memenuhi semua keperluan

penulis sampai dengan penyelesaian skripsi ini, serta semua keluarga yang telah

mendukung dan mendoakan penulis selama penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara khusus

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

(7)

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi saya.

3. Ibu Zuraida Hanum, selaku bagian administrasi Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara yang telah membantu dalam surat izin penelitian.

4. Bapak Selamat, selaku Kepala Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu

Kabupaten Labuhan Batu Utara.

5. Ibu Rohana, Ibu Tri Indrayani, dan Ibu Yulisma selaku para pengurus

Kelompok Simpan Pinjam Perempuan, dan tak lupa keseluruhan anggota

Kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pulo Dogom Kecamatan

Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara.

6. Kepada kakak penulis Indah Eferina, SE yang telah memberikan motivasi

dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk semua adik penulis,

Ika Enda Sukanti, Iqbal Dwi Putra dan Iga Tri Putri yang selalu

mendoakan penulis dan menjadi penyemangat untuk setiap permasalahan

yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skkripsi ini, serta untuk masih

sahabatku Deci Handayani Batu Bara yang juga telah memberi dukungan

kepada penulis. Terima kasih untuk semua perhatian yang telah diberikan

sepenuhnya kepada penulis.

7. Kepada Sahabat penulis selama perkuliahan, Beni Susanto, Erwin

Pratama, Ferri Hutasoit, Win Hally, M. Anwar Munthe, Dicky Girsang,

Fenny Clara, Lery Harsen Simatupang, Dear Marisson, Mag Aulia

(8)

8. Kepada Sahabat penulis semasa sekolah yang tetap member dukungan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Andre Afani, Dian Hasri,

Isna Harahap, Jumakhir, Maharani Dewi, Maya Junita, Nurafrida Pohan,

Rini Setiani, Trisnawati Hutagalung, dan Wandes Sianipar. Serta teman

yang lain yang belum saya sebutkan namanya.

9. Teman-teman UKM Sepakbola FISIP USU, bang Gatuso, bang diding

(coach), bang Ipin, Pak Hendra dan Pak Dani, adek-adek junior dan timnas

PERSIKS tentunya (Persatuan Sepakbola Ilmu Kesejahteraan Sosial) buat

kerjasamanya selama ini, dengan sepakbola ini kesehatan saya dapat

terjaga dan hobi tersalurkan.

10.Kepada teman-teman Stambuk 2006 Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah

menjadi teman yang baik, Alex C. Malau, Alfredo Damanik, Ananta

Purba, Bobby Simare-mare, Dewi Molina, Dotti Ganesha, Elbiando

Lumbangaol, Halim Murdani, Hammad Azhar, Hermanto Sitindaon, Evi

Yanti Simanullang, Forman Tambunan, Immanuel Sembiring, Joko

Hutasoit, Novalina K. Pasaribu, Nurmala Dewi Lubis, Nobel Silitonga,

Lista Siregar, Ranita Irene, serta semua teman-teman yang tidak dapat

saya sebutkan.

11.Kepada Senior 2003, 2004 dan 2005, serta semua Senior Ilmu

Kesejahteraan Sosial yang telah membantu penulis.

12.Kepada semua Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan semua dosen

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut

(9)

perkuliahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya atas

kebaikan dan kemurahan hati bapak/ ibu, saudara/ i sekalian.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua, khususnya bagi dunia pendidikan.

Medan, Juni 2010

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... .x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 11

1.3Pembatasan Masalah ... 11

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1.5Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Efektivitas ... 15

2.2Pengembangan Masyarakat ... 20

2.3 Pemberdayaan Masyarakat ... 29

2.4 Kebijakan Sosial... 32

2.5 Program Nasonal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) ... 33

(11)

2.7 Kerangka Pemikiran ... 49

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 52

2.8.1 Defenisi Konsep ... 52

2.8.2 Defenisi Operasional ... 53

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 56

3.2 Lokasi Penelitian ... 56

3.3 Populasi ... 56

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.5 Teknik Analisa Data ... 57

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian ... 58

4.2 Sejarah dan Asal usul Lokasi Penelitian ... 58

4.3 Data Monografi ... 60

4.3.1 Batas wilayah ... 60

4.3.2 Pemerintahan ... 60

4.3.3 Struktur Organisasi Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu ... 61

4.3.4 Kependudukan ... 62

4.4 Sejarah dan Kepengurusan SPP Desa Pulo Dogom ... 65

(12)

5.2 Identitas Responden ... 70

5.3 Informasi Tentang Jawaban Responden ... 74

5.3.1 Kualitas Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan... 74

5.3.2 Kuantitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ... 77

5.3.3 Dampak Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ... 83

5.3.4 Waktu Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ... 85

5.4 Hasil Analisa Data ... 87

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 90

6.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : IVAN HARIS

NIM : 060902063

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 94 halaman, 24 tabel, 1 lampiran, serta 19 kepustakaan dan sumber lain yang berasal dari internet)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan pada dua kelompok simpan pinjam perempuan. Efektivitas pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan dalam penelitian ini, dilihat melalui 4 indikator, yaitu : tingkat kualitas, tingkat kuantitas, tingkat dampak dan tingkat waktu.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota dari dua kelompok simpan pinjam perempuan, yaitu sebanyak 40 orang. Instrumen analisa data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel data tunggal.

Analisa data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pulo Dogom belum efektif. Hal itu terlihat dari 4 indikator dalam melihat efekktivitas suatu kegiatan, yaitu terdiri dari : tingkat kualitas, dimana anggota kelompok kurang mudah untuk mendapatkan pendanaan dan pengembalian angsuran pinjaman. Tingkat kuantitas, dilihat dari modal yang diterima masih kurang dalam pembagian yang tidak merata kepada anggota kelompok dan penghasilan hanya bertambah sedikit dikarenakan anggota yang membuka usaha dengan modal sendiri yang jumlahnya lebih besar dari pada modal yang diberikan oleh PNPM-MP. Tingkat dampak, dilihat dari jenis usaha yang dilakukan sebelum dan setelah mengikuti kegiatan, jenis usaha tidak ada yang berubah menjadi usaha yang lebih besar, melainkan hanya terhadap penghasilan anggota kelompok yang berpengaruh. Tingkat waktu, dilihat dari pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan sebagian besar anggota membutuhkan waktu diatas 2 tahun untuk dapat menunjukkan hasil. Dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan simpan pinjam perempuan dari PNPM-MP ini adalah program yang belum efektif bagi kelompok masyarakat, dan dalam pengentasan kemiskinan.

(14)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY

FAKULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTMENT

NAME : IVAN HARIS NIM : 060902063

ABSTRACT

(This Skripsi consisted of 6 chapter, 89 pages, 17 tableses, an attachment as well and 19 literature and other sources from the internet).

This Skripsi submitted up to standard usage reachs for college degree Sosial, with title " Execution Effectiveness of National Program of Enableness of Self-supporting Public of Countryside (PNPM-MP) In Countryside Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara". This research aim to know level of execution effectiveness of activity of woman saving and loan at two group of woman saving and loan. execution effectiveness of Activity of woman saving and loan in this research, seen through 4 indicator, that is : level of quality, level of amount, level of impact and level of time.

This research is descriptive research, where sample in this research is all members from two group of woman saving and loan, that is 40. instrument of Data analysis applied is questionaire, interview, and tabulation data written in unique data tables.

Data analysis done, hence obtained by result that Activity of Woman Saving And Loan in Desa Pulo Dogom has not effective. That thing seen from 4 indicator in seeing efektivity an activity, that is consisted of : level of quality, where member of group of less easy to get financing and return of instalment of loan. Level of amount, seen from capital received that there are still less in division that is is not flattens to member of group and production only increase a few because of members opening business with capital x'self the numbers bigger than at capital given by PNPM-MP. Level of impact, seen of business type done before and after following activity, type effort for nothing that turns into business larger ones, but only to production of member of group having an effect. Level of time, seen from execution of activity of woman saving and loan most of member is requiring time to 2 year to be able to show result. From research done, hence writer can conclude that activity of woman saving and loan from this PNPM-MP is effective has not program for group of public, and in destroy to poorness.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional,

dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya.

Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya

Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat

jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan,

kurangnya tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah

tindakan kekerasan dan kejahatan.

Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai

suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan, membuat banyak

masyarakat Indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya

masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang

dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada

(16)

Pada periode 1996 - 1999 jumlah penduduk miskin Indonesia meningkat

sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996

menjadi 47,97 juta pada tahun 1999. Persentase penduduk miskin meningkat dari

17,47 % menjadi 23,43 % pada periode yang sama.

Pada periode 2000 - 2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun

dari 38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif

juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14 % pada tahun 2000,

menjadi 15,97 % pada tahun 2005.

Namun pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang

cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta orang (15,97 %) pada bulan Februari 2005

menjadi 39,30 juta (17,75 %) pada bulan Maret 2006. Penduduk miskin di daerah

perdesaan bertambah 2,11 juta, sementara di daerah perkotaan bertambah 2,09

juta orang. Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama Februari

2005 - Maret 2006 terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama

periode tersebut naik tinggi, yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95

%. Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya

berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi

miskin.

Terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin yang cukup

signifikan pada periode Maret 2007 - Maret 2008, dari 37,17 juta (16,58 %) pada

tahun 2007 menjadi 34,96 juta (15,42 %) pada tahun 2008 (BPS, 2009).

Penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara masih cukup banyak. Hasil

(17)

menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah ini sebanyak 1.768.400

orang atau sebesar 13,9 % terhadap jumlah penduduk seluruhnya.

Namun demikian, kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan pada

tahun 2006 karena jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menurun sekitar

211.300 orang. Pada tahun 2006, penduduk miskin Sumatera Utara sebanyak

1.979.702 orang atau 15,66 % dari jumlah penduduk pada saat itu. Secara

nasional, jumlah penduduk miskin tahun 2007 sebanyak 37,17 juta atau 16,58 %.

Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006 yang berjumlah

39,30 juta (17,75 %), berarti jumlah penduduk miskin di Indonesia turun sebanyak

2,13 juta.

Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara sejalan dengan

perbaikan indikator makro ekonomi Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi

triwulan pertama Sumatera Utara tahun 2007 dari tahun ke tahun sebesar 8,44 %,

lebih baik dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,97 % diperiode yang

sama. Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2007 juga lebih baik

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2006 yang

tumbuh sebesar 2,89 %.

Dilihat dari sisi tenaga kerja meskipun tingkat pengangguran masih cukup

besar namun menunjukkan penurunan dari periode sebelumnya. Tingkat

pengangguran terbuka Sumatera Utara bulan Februari 2007 sebesar 10,63 % lebih

rendah dibandingkan bulan Agustus 2006 sebesar 11,51 % (BPS Sumut, 2007).

Untuk mencapai tujuan nasional, pembangunan nasional harus

dilaksanakan di segala sektor kehidupan bangsa. Sektor-sektor pembangunan

(18)

sektor ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta sektor keamanan. Guna

mencapai semuanya itu diperlukan peran negara dalam membangun dan

mengimplementasikan kebijakan publik di bidang kesejahteraan.

Pembangunan nasional dapat diwujudkan dengan upaya

penanggulangan kemiskinan, baik secara langsung maupun tidak langsung

melalui Program Keluarga Berencana, pengucuran dana Inpres pendidikan,

kesehatan, perbaikan sarana dan prasarana transportasi. Ada berbagai program

yang berskala nasional yang bertujuan untuk melakukan intervensi bagi

penanggulangan masalah kemiskinan seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat

(JAMKESMAS), Inpres Desa Tertinggal (IDT).

Disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menggantikan UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi tonggak pelaksanaan otonomi

daerah dengan paradigma baru. Pemberlakuan UU ini tidaklah dimaksudkan

sebagai upaya resentralisasi atau mengembalikan iklim politik dengan kekuasaan

yang memusat. Namun di dalamnya justru terkandung semangat penguatan makna

desentralisasi dengan membuka peluang luas bagi daerah untuk merencanakan

dan melaksanakan pembangunan secara lebih baik, lebih mandiri dan

terkoordinasi.

Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, tak dapat dipungkiri

desentralisasi selama ini masih menimbulkan bias persepsi yang menjadi

tantangan tersendiri. Pergeseran ketersediaan dana dan kewenangan pembangunan

dari Pemerintah Pusat ke daerah membuat pelaksanaan program lebih efisien dan

tepat sasaran karena lebih dekat ke masyarakat sebagai sasaran akhirnya, dengan

(19)

Dengan demikian, perlu adanya dukungan peran dan fungsi Pemerintah

Daerah dalam menjaga proses pembangunan yang mempunyai fokus

pemberdayaan masyarakat. Kuncinya adalah bagaimana menyediakan mekanisme

yang sesuai bagi daerah untuk berlomba memberdayakan masyarakatnya dalam

menanggulangi kemiskinan dan melakukan pembangunan partisipatif, serta

mengesampingkan ego sektoral yang berdampak pada kepentingan masyarakat

luas.

Sejalan dengan disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dimulai pelaksanaannya sejak tahun 1998,

semakin dewasa belajar dari pengalaman untuk melakukan transisi pengelolaan

program pemberdayaan secara bertahap kepada pemerintah daerah. Sebagai

sebuah program pemberdayaan, PPK telah menjadi sarana belajar bagi setiap

stakeholder di daerah, khususnya Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk

melaksanakan pembangunan yang bertumpu pada perencanaan dari bawah bukan

lagi perencanaan dari atas.

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan usaha pemerintah

Indonesia untuk mengurangi kemiskinan masyarakat di pedesaan, dan juga untuk

memperbaiki kinerja pemerintah daerah. Selain Program Pengembangan

Kecamatan (PPK), Pemerintah Indonesia sejak tahun 2007 juga

mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM

MANDIRI) yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri

Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal

(Departemen Dalam Negeri. 2007. PTO PNPM-PPK. Jakarta : Tim Koordinasi

(20)

Pendekatan PNPM MANDIRI merupakan pengembangan dari Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa

keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah berupa

penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin,

efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan

dan partisipasi masyarakat.

Sasaran program ini adalah kecamatan-kecamatan yang dinilai paling

miskin di Indonesia dintaranya Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu

termasuk salah satu yang masuk dalam Program Nasioanal Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (PNPM MANDIRI) karena lapisan masyarakatnya yang

beragam dari mulai petani, pedagang, pejabat atau pun sopir yang kesemuanya

itu mempunyai kebutuhan hidup, akan tetapi lahan pertanian dalam desa

tersebut tidak begitu dapat memberikan hasil sehingga untuk memenuhi

kebutuhan hidup dari sekian banyak profesi diatas maka pekerjaan yang

paling dominan untuk usaha mereka adalah berdagang sehingga untuk usaha

tersebut mereka meminjam pada bank sebagai modal awal dan juga untuk

memajukan usaha kecil mereka demi meningkatkan taraf ekonomi untuk

hidup yang lebih baik.

Sehubungan dengan hal tersebut, usaha kecil perlu diberdayakan

dalam memanfaaatkan peluang kerja dan menjawab tantangan perkembangan

ekonomi dimasa yang akan datang. Yang dimaksud dengan usaha kecil sesuai

dengan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha

Kecil adalah “usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil

(21)

kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”. Banyak masyarakat

Desa Pulo Dogom yang berdagang kecil-kecilan terlebih lagi kaum perempuan

atau ibu-ibu. Berdagang dilakukan guna membantu perekonomian keluarga

supaya dapat mencukupi kehidupan sehari-hari.

Dengan suku bunga yang lebih rendah daripada bank, diharapkan

dapat membantu masyarakat terutama kaum perempuan untuk dapat

meningkatkan taraf hidup serta menunjang perekonomian negara dan juga

yang menjadi daya tarik penulis adalah adanya sistem Tanggung Renteng apabila

terjadi kesalahan juga pinjaman tersebut hanya dikhususkan kepada kaum

perempuan saja. Namun dalam prakteknya tidak selalu berjalan mulus dalam

setiap pengeluaran dari suatu program, terlebih lagi yang berhubungan dengan

uang. PNPM-MP SPP banyak mengalami hambatan dan kendala dalam hal

pengembalian uang dari para nasabah atau peminjam antara lain :

1. Pengembalian telat atau tidak sesuai dari jadwal yang

ditentukan dalam musyawarah

2. Nasabah tidak mau membayar atau karena belum ada uang

Penulis disini mencoba melakukan penelitian karena program ini

adalah untuk Desa yang memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran.

Kemiskinan dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu: kemiskinan alamiah,

kemiskinan struktural dan kesenjangan antar wilayah. Sedangkan persoalan

pengangguran lebih di picu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi

angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan

(22)

tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas dan

pendayagunaan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas maka peneliti

merasa tertarik untuk melihat bagaimana efektivitas program PNPM-MP yang

dijalankan oleh pemerintah khususnya pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Untuk itu peneliti melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi berjudul

“Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten

Labuhan Batu Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena

langkah ini menentukan ke mana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah

pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari

melalui penelitian (Soehartono, 2008 : 23).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis

merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Pelaksanaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)

pada kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pulo Dogom Kecamatan

Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara efektif atau tidak efektif”.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka

(23)

masalah yang dibuat adalah Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) tahun

anggaran 2008 Di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten

Labuhan Batu Utara.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Mesyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom

Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara efektif atau tidak

efektif.

2. Untuk mengetahui perbedaan kondisi kehidupan masyarakat setelah

menerima program (PNPM-MP).

3. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan PNPM-MP di Desa Pulo Dogom

Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara telah mencapai

sasaran dan sesuai dengan harapan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap teori-teori dan konsep-konsep tentang efektivitas pelaksanaan

Program Nasional Pemberdayaan Mesyarakat Mandiri Perdesaan

(24)

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun terhadap

pelaksanaan PNPM-MP pada keluarga miskin.

c. Meningkatkan kemampuan penulis dalam berfikir dan memahami

permasalahan kemiskinan perdesaan serta dapat menerapkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan di FISIP USU melalui

penulisan karya ilmiah.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan

masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi

konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,

populasi dan sample, teknik pengumpulan data serta teknik

analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana

(25)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisanya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang

bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif

yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai

kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga

bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan,

dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil

yang dicapai. Jadi pengertian efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau

disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana

tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan

(Starawaji.

pada tanggal 10 November 2009, jam 18.00 WIB).

Penjelasan di dalam Ensiklopedia Agama dan Filsafat bahwa efektivitas

adalah menunjukkan taraf tercapainya tujuan. Suatu program atau usaha dikatakan

efektif kalau usaha mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan

dengan ukuran yang dapat dihitung seperti dalam persentase (Ensiklopedia Agama

dan Filsafat, 2001 : 101).

Dapat disimpulkan bahwa pengertian efektivitas adalah keberhasilan suatu

aktifitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan dan target, sesuai dengan yang telah

ditentukan sebelumnya, dan apabila tujuan dan target dapat tercapai sesuai dengan

(27)

dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya

maka aktifitas itu dikatakan tidak efektif.

Terdapat cara pengukuran terhadap efektivitas yang secara umum dan

yang paling menonjol adalah sebagai berikut :

1. Keberhasilan program

2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program

4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989 : 121)

Berdasarkan empat cara pengukuran terhadap efektivitas tersebut, maka

dalam pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan, pengukuran terhadap

efektivitas dapat dilihat melalui indikator yaitu sebagai berikut :

1. Kualitas, indikator ini menunjukkan standar kualitas dari kegiatan Simpan pinjam perempuan. Misalnya, apaka pelayanan kegiatan simpan pinjam

perempuan sudah memenuhi syarat dalam hal keramahan, keresponsifan,

dan sikap empati terhadap kelompok Simpan pinjam perempuan.

2. Kuantitas, merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh anggota kelompok selama mengikuti kegiatan SPP tersebut.

3. Dampak, indikator ini melihat apakah kegiatan SPP yang dilakukan benar-benar memberikan perubahan di masyarakat. indikator ini melihat

apakah kegiatan SPP yang dilakukan benar-benar memberikan perubahan

di masyarakat. Melalui jenis usaha yang dijalankan.

(28)

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas

itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:

a. Pendekatan Sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam

pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan

mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.

Selain tercapainya tujuan, efektivitas juga selalu memperhatikan faktor

waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektivitas selalu terkandung unsur

waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program

tersebut efektif. Pendekatan sasaran dalam pelaksanaan kegiatan SPP dapat dilihat

dari kader PNPM mampu melakukan pendekatan kepada kelompok terutama

anggota kelompok SPP dalam mengarahkan tujuan yang ingin dicapai yakni RTM

yang produktif.

b. Pendekatan Sumber

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu

lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu

lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara

keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori

mengenai keterbukaan system suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena

lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari

lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan

(29)

sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan

bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam Kegiatan SPP ini dilihat dari seberapa

jauh hubungan antara kelompok SPP dengan lingkungan sekitarnya, berupa lahan

usaha yang menjadi sumber kelompok SPP dalam mencapai tujuan akhir.

c. Pendekatan Proses

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan

dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan

dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara

terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan

memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber

yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan

lembaga. Pada pendekatan proses yang dilakukan Unit Pengelola Kegiatan

PNPM-MP bidang SPP adalah terlihat dari bagaimana Unit Pengelola Kegiatan

mampu menggunakan semua program secara terkoordinir dan tersosialisasi

dengan baik kepada kelompok SPP tersebut.

2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektivitas

Efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas dan laba.

Pengukuran efektivitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya dan

memberikan hasil dari pada pengukuran efektivitas berdasarkan sasaran resmi

dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut :

a. Adanya macam-macam output

Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan

(30)

Pengukuran juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan

sasaran lainnya.

Efektivitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu

indikator atau efektivitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai

dengan efektivitas yang rendah pada sasaran lainnya.

Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran efektivitas adalah profil

atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektivitas pada setiap sasaran

yang dimilikinya. Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan adalah

frekuensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektivitas seperti yang

dikemukakan oleh R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan hal-hal

tersebut dalam pengukuran efektivitas adalah :

1. Adaptabilitas dan fleksibilitas

2. Produktivitas

3. Keberhasilan memperoleh sumber

4. Keterbukaan dalam komunikasi

5. Keberhasilan pencapaian program

6. Pengembangan program (Steers, 1982 : 546)

b. Subjektivitas dalam adanya penilaian

Pengukuran efektivitas dengan menggunakan pendekatan sasaran

seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang

sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam

mencapai sasaran. Hal ini karena sasaran yang sebenarnya dalam pelaksanaan

(31)

Berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat di atas maka penulis

menyimpulkan bahwa efektivitas adalah kebehasilan suatu kegiatan dalam rangka

mencapai tujuan awal yang ditentukan sebelumnya. Jelasnya, bila tujuan atau

sasaran tercapai tepat pada waktunya maka program tersebut dikatakan efektif

namun sebaliknya jika tujuan tidak tercapai sesuai dengan tujuan awal maka

aktivitas atau program tersebut tidak efektif.

2.2 Pengembangan Masyarakat

2.2.1 Defenisi Pengembangan Masyarakat

Ada beberapa defenisi mengenai pengembangan masyarakat.

1. Defenisi dari PBB. Pengembangan masyarakat adalah suatu proses dimana

usaha masyarakat bertemu dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan

kondisi, baik kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.

2. Arthur Durkheim mengatakan, Pengembangan masyarakat adalah suatu

proses yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan sosial

seluruh masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat.

3. Henry, mengatakan pengembangan masyarakat adalah suatu proses untuk

menciptakan masyarakat yang sadar terhadap pembangunan dan

menstimulir aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan tanggung jawab

pribadi terhadap kesejahteraan masyarakat.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa, pengembangan masyarakat adalah

suatu proses dimana masyarakat mengadaptasi dirinya dengan perubahan dibantu

dengan lembaga pembangunan desa, dimana lembaga ini biasanya datang dari luar

(32)

Pengembangan masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan

masyarakat lokal dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan

ini ditunjang oleh keterlibatan dari anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi,

sehingga perlu pembinaan kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk

mewujudkan kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh kehidupan

yang lebih baik.

Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik

pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh

sebab itu proses pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik

dan perkembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan

suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek penting. Keberadaan aspek

tersebut sebagai persyaratan terlaksananya upaya pengembangan masyarakat.

Aspek-aspek tersebut adalah :

1. Masyarakat sebagai unit kegiatan.

Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi

yang sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat

berbagai jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari

masyarakat lingkungan desa, kota dan negara. Anggota masyarakat memiliki

konsen dan kepentingan untuk kemajuan kehidupan yang lebih baik yang

menuntut keterlibatan dari semua anggota. Pengembangan mayarakat

menempatkan masyarakat sebagai unit dari kegiatan mereka.

2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal

Pada masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat

(33)

perubahan dalam masyarakat lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan

kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber tersebut.

3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar

Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk

mengadakan perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu sumber-sumber

apa yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya untuk

memberikan manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari dalam atau

luar masyarakat lokal yang menggunakannya secara fleksibel sesuai dengan

kebutuhan.

4. Partisipasi secara inklusif

Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua

kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam

pengembangan masyarakat. Struktur masyarakat harus terbuka yang

memungkinkan kelompok-kelompok baru menjadi bagian dari proses yang

berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa memainkan

peranannya dalam pengembangan masyarakat.

5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari partisipasi

inklusif

Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian

terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian

tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang

luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat

dalam pendekatan yang digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan

(34)

6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan diorientasikan

pada pencapaian tugas yang khusus.

Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap

orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat

mereka. Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan

keputusan, namun perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan tersebut

logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam pelaksanaan tugas yang

spesifik.

Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyarakat adalah

perencanaan dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk

menentukan, menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan

hakekat ruang lingkup masalah, mempertimbangan berbagai upaya yang

diperlukan guna penanggulangannya, memilih upaya yang kiranya dapat

dilaksanakan serta mengadakan yang sesuai dengan upaya yang telah dipilih.

Integrasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap

dan praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai peningkatan dalam

mengidentifikasi dengan masyarakat secara keseluruhan, minat dan partisipasi

dalam urusan masyarakat dan saling menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk

mengutarakan nilai-nilai (Susantyo, 2008 : 40-44).

2.2.2 Model-model Pengembangan Masyarakat

Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut :

(35)

Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk

menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi

aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat

dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai

masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum

spenuhnya dikembangkan.

Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses

interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial.

Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan

kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

2. Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial di sini menunjuk pada proses pragmatis untuk

menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah

sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan,

kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Berbeda dengan pengembangan

masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas.

3. Aksi Sosial

Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan

fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses

pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi

sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang

seringkali menjadi korban ketidakadilan struktur. Mereka miskin karena

dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak berdaya karena tidak

(36)

ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses

dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran,

pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan

agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan (Suharto, 2005 :

42-45).

Menurut Batten, pada dasarnya ada dua pendekatan dalam pengembangan

masyarakat, yang pertama adalah pendekatan direktif, dan yang kedua adalah

pendekatan nondirektif.

2.2.3 Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

Pendekatan dalam pengembangan masyarakat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Pendekatan Direktif

Pendekatan direktif dilakukan berlandaskan asumsi bahwa pekerja

masyarakat tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat.

Dalam pendekatan ini peranan pekerja masyarakat bersifat lebih dominan karena

prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari

pekerja masyarakat. Pekerja masyarakat lah yang menetapkan apa yang baik atau

buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu dilakukan untuk

memperbaikinya dan menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan

tersebut (Adi, 2008 : 227).

Dengan pendekatan ini, memang banyak hasil yang telah diperoleh, tetapi

hasil yang didapat lebih terkait dengan tujuan jangka pendek dan sering kali lebih

bersifat pencapaian secara fisik. Pendekatan direktif menjadi kurang efektif untuk

(37)

mendasar yang berkaitan dengan perilaku sesorang. Hal ini antara lain disebabkan

akan perlunya perubahan pengetahuan, keyakinan, sikap, dan niat individu

sebelum terjadinya perubahan perilaku, bila pelaku perubahan menginginkan

perubahan yang terjadi bukanlah perubahan yang bersifat temporer belaka (Adi,

2008 : 228).

2. Pendekatan Nondirektif

Penedekatan Nondirektif, dilakukan berlandaskan asumsi bahwa

masyarakat sudah mempunyai pengetahuan tentang apa yang sebenarnya mereka

butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada pendekatan ini, pekerja

masyarakat tidak menempatkan diri sebagai orang yang menetapkan apa yang

baik atau buruk bagi suatu masyarakat. Pemeran utama dalam perubahan

masyarakat adalah masyarakat itu sendiri, pekerja masyarakat lebih bersifat

menggali dan mengembangkan potensi masyarakat. Masyarakat diberikan

kesempatan untuk membuat analisis dan mengambil keputusan yang berguna bagi

mereka sendiri, serta mereka diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara

untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan (Adi, 2008 : 229).

2.2.4 Tahapan-tahapan Pengembangan Masyarakat

Adi (2008: 244-258) menilai setidaknya ada enam tahapan pengembangan

masyarakat yang mencakup yaitu:

1. Tahapan persiapan. Tahapan persiapan didalamnya terdapat tahap-tahap

yaitu, persiapan petugas dan persiapan lapangan. Persiapan petugas dalam

(38)

petugas pengembang masyarakat melakukan studi kelayakan terhadap

daerah atau wilayah yang akan dijadikan sasaran.

2. Tahap Assessment. Proses ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah

atau kebutuhan yang dirasakan atau pun kebutuhan yang diekspresikan dan

juga sumber daya yang dimiliki komunitas sasaran. Pada tahap ini

partisipasi dan peranan masyarakat sangat dibutuhkan dalam

mengidentifikasi masalah mereka.

3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahap ini pelaku

perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir

tentang masalah mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya.

4. Tahap memformulasikan rencana aksi. Pada tahap ini pelaku perubahan

membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan

program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan guna mengatasi

permasalahan yang ada.

5. Tahap pelaksanaan program atau kegiatan. Tahap pelaksanaan ini

merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam proses

pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang direncanakan dengan

baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada

kerja sama antara pelaku perubahan dan warga masyarakat.

6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai suatu proses pengawasan dari warga dan

petugas terhadap program yang sedang dilakukan dengan melibatkan

warga. Karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan

terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan

(39)

Jika tahap-tahap ini sudah dilakukan secara benar, selanjutnya adalah

mengukur keberhasilan yang telah diperoleh dari program tersebut. Selain

mengukur tingkat keberhasilan, pengukuran ini dapat digunakan juga sebagai

evaluasi keseluruhan suatu program yang telah selesai dilaksanakan. Terkait

dengan kriteria keberhasilan program pengembangan masyarakat, Feurstein

mengajukan beberapa indikator yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a. Indikator ketersediaan. Indikator ini melihat apakah unsur yang

seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.

b. Indikator relevansi.

c. Indikator keterjangkauan. Indikator ini melihat apakah layanan yang

ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang

membutuhkan.

d. Indikator pemanfaatan. Indikator ini melihat seberapa banyak suatu

layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan dan

digunakan atau dimanfaatkan oleh kelompok sasaran.

e. Indikator cakupan. Indikator ini menunjukkan proporsi orang-orang

yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan tersebut.

f. Indikator kualitas. Indikator ini menunjukkan standar kualitas dari

layanan dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran.

g. Indikator upaya. Indikator ini menggambarkan berapa banyak upaya

yang sudah ditanamkam dalam rangka mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan.

h. Indikator efisiensi. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan

(40)

tepat guna, atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya

mencapai tujuan.

i. Indikator dampak. Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita

lakukan benar-benar memberikan perubahan di masyarakat.

7. Tahap terminasi. Tahap ini merupakan tahap “perpisahan” hubungan

secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan sering kali

bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak

jarang terjadi karena melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya,

atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang

dapat dan mau meneruskan program tersebut (Adi, 2008: 254-256).

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

2.3.1 Defenisi Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk

mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang

diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar

masyarakat miskin menuju masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta

berlandaskan iman dan takwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).

Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin

dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti

(41)

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005 : 60).

Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan

pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta

landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin

pertumbuhan yang berkelanjutan.

Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal :

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang.

Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat

memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran

bahwa potensi itu dapat dikembangkan

2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu

langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta

pembukaan berbagai akses kepada berbagai peluang yang akan membuat

masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur

ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan produktif, pelatihan,

pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial, dan

pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.

3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk

mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan

yang saling menguntungkan (Suriadi, 2005 : 56).

Memberdayakan masyarakat dalam pembangunan biasanya diidentikan

dengan memberikan bantuan uang. Tetapi banyak proyek-proyek Inpres yang

(42)

mematikan swadaya masyarakat, bahkan sebaliknya menjadikan masyarakat

menggantungkan diri kepada pemberi bantuan. Pola pemberdayaan dengan hanya

memberikan bantuan langsung uang atau bantuan proyek kepada masyarakat tidak

akan merangsang peran serta masyarakat untuk terlibat di dalam pembangunan.

Pada kasus tertentu, di dalam konsep pembangunan masyarakat, memang

diperlukan, akan tetapi yang lebih penting adalah pengembangan swadaya

masyarakat untuk membangun diri sendiri. Ciri khas dari suatu kegiatan swadaya

adalah adanya sumbangan dalam jumlah besar yang diambil dari sumberdaya

yang dimiliki oleh masyarakat baik yang dimiliki individu maupun kelompok di

dalam masyarakat.

Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah

program yang disusun sendiri oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar

masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin, perempuan, buta huruf dan

kelompok terabaikan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap

nilai-nilai budaya setempat, memerhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan

ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat, serta berkelanjutan (Suriadi, 2005 :

61).

Pembangunan pedesaan harus melakukan empat upaya besar yang saling

berkaitan :

a. Memberdayakan ekonomi masyarakat desa yang memerlukan masukan

modal, bimbingan teknologi, dan pemasaran untuk memandirikan

(43)

b. Meningkatkan kualitas sumber daya penduduk pedesaan dengan

peningkatan pendidikan, kesehatan, dan gizi sehingga memperkuat

produktivitas dan daya saing.

c. Membangun prasarana pendukung pedesaan yang cukup karena lokasi

perkampungan terpencil, seperti jalan, jaringan telekomunikasi dan

penerangan, yang masih merupakan tanggung jawab pemerintah.

Keikutsertaan masyarakat desa setempat dalam gotong-royong harus

diutamakan.

d. Mengatur kelembagaan pedesaan, yaitu berbagai lembaga pemerintah dan

lembaga kemasyarakatan desa. Pemerintahan desa harus mampu

menampung aspirasi dan menggali aspirasi masyarakat (Kartasasmita

dalam Jayadinata & Pramandika, 2006 : 3).

2.4 Kebijakan Sosial

2.4.1 Kebijakan Sosial dan Kebijakan Publik

Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan

sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang

bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan

masyarakat banyak (Suharto, 2007 : 10).

Dalam garis besar, kebijakan sosail diwujudkan dalam tiga kategori, yakni

perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan.

Berdasarkan kategori ini, maka dapat dinyatakan bahwa setiap

perundang-undangan, hukum atau peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan

(44)

berbentuk perundang-undangan. Sebagai sebuah kebijakan publik, kebijakan

sosial memiliki fungsi preventif atau pencegahan, kuratif atau penyembuhan, dan

pengembangan atau developmental (Suharto, 2007 : 11).

Kebijakan sosial seringkali melibatkan program-program bantuan yang

sulit diraba atau dilihat secara kasat mata. Karenanya, masyarakat luas

kadang-kadang sulit mengenali kebijakan sosial dan membedakannya dengan kebijakan

publik lainnya. Secara umum kebijakan publik lebih luas daripada kebijakan

sosial. Kebijakan transportasi, jalan raya, air bersih, pertahanan dan keamanan

merupakan beberapa kebijan publik. Sedangkan kebijakan mengenai jaminan

sosial, seperti bantuan sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi

kelompok miskin atau rentan, adalah contoh kebijakan sosial (Suharto, 2007 : 12).

Kebijakan publik, termasuk di dalamnya kebijakan sosial, dapat dijadikan

perangkat negara yang penting dalam membangun dan meningkatkan modal sosial

(Suharto, 2007 : 96).

2.5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)

2.5.1 Latar Belakang PNPM-MP

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,

kemiskinan struktural, kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih

di picu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di

(45)

multidisiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus

memadukan aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan.

Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri

Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan

desa tertinggal. PNPM-MP adalah program untuk mempercepat penanggulangan

kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan (PTO PNPM-MP, BAPEMMAS

SUMUT, 2007). Pendekatan PNPM-MP merupakan pengembangan dari PPK,

yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa

penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi

dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi

masyarakat.

Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian

masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar

masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi

sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar

lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah

kemiskinan. Misi PNPM-MP adalah:

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;

2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;

3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan

(46)

5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan (PTO PNPM-MP,

2007 : 2).

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM-MP, strategi yang

dikembangkan PNPM-MP yaitu menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai

kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta

mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan

strategi yang dikembangkan, maka PNPM-MP lebih menekankan pentingnya

pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM-MP diharapkan

masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya

kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui

PPK.

2.5.2 Tujuan PNPM-MP

Tujuan Umum PNPM-MP adalah meningkatnya kesejahteraan dan

kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong

kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Tujuan khususnya meliputi:

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat

miskin dan kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan;

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayagunakan, sumber daya lokal;

3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi

(47)

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang

diprioritaskan oleh masyarakat;

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir;

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Antar Desa

(BKAD);

7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.5.3 Prinsip Pokok PNPM-MP

Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menekankan prinsip-prinsip pokok

SiKOMPAK, yang terdiri dari:

1. Transparansi dan Akuntabel, yaitu masyarakat harus memiliki akses yang

memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan,

sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan

dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legasl maupun

administratif.

2. Desentralisasi, yaitu kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan

sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau

masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya.

3. Keberpihakan pada Orang Miskin, yaitu semua kegiatan yang

dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat

(48)

4. Otonomi, yaitu masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk

berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan

secara swakelola.

5. Partisipasi, yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses

pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong

menjalankan pembangunan.

6. Prioritas, yaitu Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan

pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak

dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan

mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

7. Kesetaraan dan Keadilan Gender, yaitu Laki-laki dan perempuan

mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan

dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

8. Kolaborasi, yaitu semua pihak yang berkepentingan dalam

penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan

sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

9. Keberlanjutan, yaitu setiap pengambilan keputusan harus

mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat,

tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga

kelestarian lingkungan

2.5.4 Prinsip lain PNPM-MP

1. Bertumpu pada pembangunan manusia, yaitu setiap kegiatan diarahkan

(49)

2. Demokratis, yaitu setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan

secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada

kepentingan masyarakat miskin.

2.5.5 Sasaran PNPM-MP

1. Lokasi Sasaran

Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM-MP meliputi seluruh kecamatan

pedesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

Untuk tahun 2008, ketentuan pemilihan lokasi sasaran berdasarkan ketentuan :

a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan

bermasalah dalam PPK”.

b. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintahan daerah dalam

skema kontribusi pendanaan.

2. Kelompok Sasaran

a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan

b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan

c. Kelembagaan pemerintahan local

2.5.6 Ketentuan Dasar PNPM-MP

Ketentuan dasar PNPM-MP dimaksudkan untuk mencapai tujuan secara

lebih terarah. Ketentuan dasar meliputi :

1. Desa Berpartisipasi

Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM-MP berhak berpartisipasi

(50)

pemilihan maupun penentuan besarnya BLM didasarkan pada adanya desa

tertinggal, maka kegiatan yang diusulkan oleh desa-desa tertinggal akan mendapat

prioritas pendanaan.

Besarnya pendanaan kegiatan dari desa tertinggal tergantung pada besar

kegiatan yang diusulkan. Pembagian dana BLM secara otomatis kepada desa-desa

tertinggal samasekali tidak diinginkan, karena setiap usulan kegiatan harus dinilai

kelayakannya secara teknis maupun manfaat sosial ekonominya.

Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM-MP, dituntut adanya kesiapan

dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan

musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas

secara sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan

ketentuan dalam PNPM-MP.

Untuk mengoptimalkan pengelolaan program, bagi kecamatan yang

memiliki jumlah desa lebih dari 20 disarankan untuk menggabungkan desa-desa

tersebut menjadi sekurang-kurangnya 10 satuan desa.

2. Kriteria dan Jenis Kegiatan

Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan untuk

kegiatan yang memenuhi kriteria :

a. Lebih bermanfaat bagi RTM, baik di lokasi desa tertinggal maupun bukan

desa tertinggal;

b. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan;

c. Dapat dikerjakan oleh masyarakat;

d. Didukung oleh sumber daya yang ada;

(51)

Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM-MP adalah sebagai

berikut :

a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat

memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM;

b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan,

termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat atau

pendidikan nonformal;

c. Kegiatan peningkatan kapasitas atau ketrampilan kelompok usaha

ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi

berbasis sumber daya lokal tidak termasuk penambahan modal;

d. Penambahan permodalan Simpan pinjam untuk Kelompok Perempuan

(SPP).

3. Mekanisme Usulan Kegiatan

Setiap desa dapat mengajukan tiga usulan untuk dapat didanai dengan

BLM PNPM-MP. Setiap usulan harus merupakan satu jenis kegiatan atau satu

paket kegiatan yang secara langsung saling berkaitan. Tiga usulan dimaksud

adalah :

a. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan kualitas

hidup masyarakat bidang kesehatan atau pendidikan dan peningkatan

kapasitas juga ketrampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh

musyawarah desa khusus perempuan;

b. Usulan kegiatan Simpan pinjam bagi Kelompok Perempuan (SPP) yang

ditetapkan oleh m

Gambar

Gambar 2.1 BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien regresi variabel iklim komunikasi (β3= 0,390) memberikan makna bahwa pada kondisi ceteris paribus , jika skor rata-rata luas lahan meningkat sebesar

Berdasarkan hasil analisis statistic dengan pengujian Rank Spearman diperoleh nilai  = 0,721 ; p-value = 0,001 (p<0,05), sehingga kesimpulan yang diambil dalam

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap lembaga pendidikan anak usia dini di kecamatan sebangau, dapat disimpulkan sebagi berikut:

2) That list can be composed of both mandatory and optional properties... 3) However, if all mandatory properties are not listed in the projection clause the WFS shall augment the

Dense point cloud created by VisualSFM from single circular flight over machine storage area using the NGA quadcopter with a GoPro flat lens camera..

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

Hasil amplifikasi gen COI menggunakan DNA template ekstrak DNA genom rotifer terobservasi adanya pita DNA pada posisi sekitar 700 bp.Kualitas hasil pengurutan

1) Sesuai dengan sifat accesoir dari Hak Tanggungan, adanya Hak Tanggungan tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Oleh karena itu, apabila piutang