UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 REGULER MEDAN
SKRIPSI
Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa
Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
OLEH :
NAMA : TOMMY D. SARAGIH
NIM : 060503110
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan
Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, adalah benar hasil karya
sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti
oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program reguler S-1
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua
sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar
apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 18 November 2010 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat juga syukur, saya naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
Juruselamat dan Allah pemilik kehidupan saya. T’rimakasih Tuhan buat hikmat dan
penyertaanMu, selama proses pengerjaan skrispi ini sehingga saya bisa menyelesaikannya
dengan baik dan tepat waktu.
Adapun skrispi ini berjudul ”Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan
Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI)”, disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas
Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, bantuan, dan doa selama proses
penyusunan skripsi ini. Untuk itu, dengan hati yang tulus Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. H. Azhar Maksum, M. Ec. Ak selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM selaku dosen pembanding I dan Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku dosen pembanding II yang telah
memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Secara khusus Penulis persembahkan kepada kedua orangtua penulis yang sangat Penulis sayangi, Ayahanda M. Saragih dan Ibunda E. br Damanik, terima kasih
atas kasih sayang, didikan, dukungan, dan doanya.
6. Teman-teman di fakultas Ekonomi angkatan 2006 serta seluruh staf pengajar,
staf departemen akuntansi, dan staff administrasi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah kedepan. Akhir kata, penulis
berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan,3 November 2010 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan model Altman Z-Score pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2008.
Metode sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh sebanyak 9 perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data laporan keuangan perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia pada Indonesia Capital Market Directory. Adapun yang menjadi variabel terikat adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Z-Score.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Z-Score Altman tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Model Z-Score Altman tersebut mampu mengelompokkan perusahaan farmasi pada tiga kategori yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut, dan bangkrut.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the Altman Z-Score analysis to predicting the loss rate at pharmaceuticals company written at Indonesia Stock Exchange from 2005-2008.
Sampling method that used is purposive sampling and the result are 9 firms as sample in this research. Data that used in this research is secondary data that is financial statements from each company from Indonesia Stock Exchange at Indonesia Capital Market Directory. Independent variable in this research are financial ratios that is in Altman’s Z-Score model.
The result of this research shows that Altman’s Z-Score model can be implementation to predicting the loss rate at pharmaceuticals company written at Indonesia Stock Exchange. Altman’s Z-score can to clssificate the pharmaceuticals company to three category, are not bankrupt, at grey area, and bankrupt.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ...i
KATA PENGANTAR ...ii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT ...v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN A. ... La tar Belakang Masalah ...1
B... Pe rumusan Masalah ...5
C... Tu juan Penelitian ...5
D. ... M anfaat Penelitian ...6
A. ... Ti njauan Teoritis
1. ... La poran Keuangan ...7
2. ... Tu juan Laporan Keuangan ...9
3. ... Je nis-Jenis Laporan Keuangan ...11
4. ... A nalisis Laporan Keuangan ...13
5. ... A nalisis Rasio Keuangan ...16
a. ... Ra sio Likuiditas...18
b. ... Ra sio Aktivitas ...19
c. ... Ra sio Leverage Atau Solvabilitas ...20
d. ... Ra sio Rentabilitas Atau Profitabilitas...21
6. ... Ke terbatasan Analisis Rasio Keuangan ...23
7. ... A nalisis Potensi Kebangkrutan...23
8. ... Pr ediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman ...26
B... Ti njauan Penelitian Terdahulu ...28
C... Ke rangka Konseptual ...29
1. ... Ke rangka Konseptual ...30
2. ... Hi potesis ...30
BAB III METODE PENELITIAN
A. ... De sain Penelitian ...32
B... Po pulasi Dan Sampel Penelitian ...32
D. ... Te knik Pengumpulan Data ...34
E. ... De fenisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ...34
F. ... M etode Analisa Data ...37
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. ... Da ta Penelitian ...39
B... A nalisis Dan Hasil Penelitian...41
1. ... St atistik Deskriptif ...41
2. ... Pe ngujian Asumsi Klasik ...42
a. ... Uj i Normalitas ...42
b. ... Uj i Multikolinieritas ...44
a. ... Uj i-f ...46
b. ... Uj i Validasi ...47
C... Pe mbahasan Hasil Penelitian ...49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. ... Ke simpulan ...61
B... Ke terbatasan...63
C... Sa ran ...63
DAFTAR PUSTAKA ...65 LAMPIRAN ...68
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ...28
Tabel 4.1 Nilai Z-Score Sampel ...40
Tabel 4.2 Pengkategorian Perusahaan ...41
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif ...41
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ...43
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ...45
Tabel 4.6 Hasil Uji-F ...47
Tabel 4.7 Uji Validasi (Hit Ratio) ...48
Tabel 4.8 Working Capital / Total Assets Ratio ...49
Tabel 4.9 Retained Earning / Total Assets Ratio ...51
Tabel 4.10 Earning Before Interest And Taxes / Total Assets Ratio ...53
Tabel 4.11 Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities Ratio ...54
Tabel 4.12 Sales / Total Sales Ratio ...56
Tabel 4.13 Analisis Kebangkrutan Altman Z-Score ...58
Nomor
Judul
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka konseptual ...30
Nomor
Judul
Halaman
Lampiran i Daftar sampel perusahaan ...68
Lampiran ii Working capital / total assets ratio ...69
Retained earning / Total assets ratio ...69
Earning before interest and taxes / total assets ratio ...69
Lampiran iii Market value of Equity / Book value of total liabilities ...70
Sales / Total sales ratio ...70
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan model Altman Z-Score pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2008.
Metode sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh sebanyak 9 perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data laporan keuangan perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia pada Indonesia Capital Market Directory. Adapun yang menjadi variabel terikat adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Z-Score.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Z-Score Altman tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Model Z-Score Altman tersebut mampu mengelompokkan perusahaan farmasi pada tiga kategori yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut, dan bangkrut.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the Altman Z-Score analysis to predicting the loss rate at pharmaceuticals company written at Indonesia Stock Exchange from 2005-2008.
Sampling method that used is purposive sampling and the result are 9 firms as sample in this research. Data that used in this research is secondary data that is financial statements from each company from Indonesia Stock Exchange at Indonesia Capital Market Directory. Independent variable in this research are financial ratios that is in Altman’s Z-Score model.
The result of this research shows that Altman’s Z-Score model can be implementation to predicting the loss rate at pharmaceuticals company written at Indonesia Stock Exchange. Altman’s Z-score can to clssificate the pharmaceuticals company to three category, are not bankrupt, at grey area, and bankrupt.
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau
lembaga dengan tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Disamping itu ada
pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive)
dalam persaingan, berkembang (growth) serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi
sosial lainnya di masyarakat. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan
global akan mengakibatkan mengecilnya volume usaha yang pada akhirnya
mungkin mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Risiko kebangkrutan bagi
perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan
cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang bersangkutan.
Data menunjukkan, secara umum lima kelompok perusahaan farmasi
terbesar yang ada hanya menguasai sekitar 36% pangsa pasar. Kondisinya
mungkin akan berbeda kalau dilihat dari struktur pasar per kategori produk.
Dengan analisis yang lebih rinci terhadap pasar kategori produk antibiotik,
misalnya, boleh jadi ditemukan satu atau segelintir perusahaan yang menguasai
pasar itu secara mono atau oligopolistis.
Awalnya, pemerintah hanya menugaskan tiga BUMN Farmasi yaitu
Indofarma, Kimia Farma, Phapros untuk mencukupi kebutuhan obat bermutu
dengan harga terjangkau. Oleh pemerintah, harga beberapa jenis obat generik
yang wajib mereka sediakan ditetapkan di bawah harga produksi dan kerugiannya
ditutup oleh beberapa jenis obat generik lainnya yang bermargin agak besar, atau
diizinkan masuk hanya memproduksi obat-obat yang bermargin dan pasarnya
besar, sehingga Dexa Medica, misalnya, bisa menjadi produsen obat generik yang
besar sekaligus menguntungkan. Dari tiga pabrik farmasi yang dimiliki oleh
pemerintah di atas, hanya Phapros yang dipandang terkecil, serta Dexa yang
berada di daerah, memiliki portofolio produk relatif lengkap dan seimbang yang
mampu membukukan kinerja keuangan memadai. Kenaikan harga obat-obat
generik tertentu yang dilakukan pemerintah itu boleh dibilang hanya
mengembalikan harga obat ke tingkat yang lebih wajar, dan hanya memerlukan
sedikit subsidi silang. Dengan ditetapkannya peraturan yang sama, level playing
field, bisa membawa Indofarma menjadi produsen obat generik yang sehat.
Strategi fokus ke obat generik adalah masuk akal. Di tingkat global ada semacam
gerakan yang mendorong ketersediaan obat bermutu yang harganya terjangkau
masyarakat luas.
Fenomena lain yang mesti diwaspadai adalah dari dalam negeri, rencana
pemberlakuan UU Sosial Asuransi Kesehatan yang oleh pemerintah merupakan
hal yang mesti diwaspadai. Masuknya asuransi besar yang pasti bakal mengubah
struktur pasar ini harus diantisipasi oleh industri farmasi dengan inovasi di bidang
pemasaran. Bagi masyarakat, UU SAK (Sosial Asuransi Kesehatan) merupakan
berita baik. Dengan hadirnya asuransi yang memiliki posisi perundingan kuat
terhadap perusahaan farmasi itu, kita semua dapat berharap di masa mendatang
harga obat tidak terlalu tinggi.
Analisis rasio merupakan analisis yang sering digunakan dalam menilai
laporan keuangan perusahaan. Namun terdapat masalah dalam pemakaian analisis
rasio karena masing- masing rasio memiliki kegunaan dan memberikan indikasi
yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
Beberapa teknik statistik yang paling sering digunakan untuk menganalisis
kebangkrutan adalah analisis parametrik, yaitu model logit dan MDA
(multivariate discrimant analysis), sedangkan model non parametrik sering
digunakan akhir-akhir ini seperti model trait recognition dan artificial neural
network (ANN). Munculnya berbagai model prediksi kebangkrutan merupakan antisipasi dan sistem peringatan dini terhadap financial distress karena model
tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan
memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan. Hal
lain yang mendorong perlunya peringatan dini adalah munculnya problema
keuangan yang mengancam operasional perusahaan. Faktor modal dan risiko
keuangan mempunyai peran penting dalam menjelaskan fenomena kepailitan/
tekanan keuangan perusahaan tersebut. Dengan terdeteksinya lebih awal kondisi
perusahaan, sangat memungkinkan bagi perusahaan dan investor melakukan
langkah-langkah antisipatif untuk mencegah agar krisis keuangan segera
tertangani.
Terkait model prediksi financial distress, menurut Rifqi (2009:3) ada
beberapa model yang mencoba membantu calon-calon investor dan kreditur dalam
memilih perusahaan tempat menaruh dana supaya tidak terjebak dalam masalah
financial distress tersebut. Model tersebut antara lain dikemukakan oleh Beaver
Altman (1968) telah menemukan lima rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan beberapa saat sebelum
perusahaan tersebut bangkrut
. Kelima rasio tersebut terdiri dari cash flow to total debt, net income to
total assets, total debt to total assets, working capital to total assets dan current
ratio. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu, terutama likuiditas dan leverage, memberikan sumbangan terbesar dalam rangka mendeteksi dan
memprediksi kebangkrutan perusahaan. Model Altman dipilih karena menurut
Adnan dan Kurniasih dalam Rosmika (2005:12) bahwa pendekatan Altman dapat
membuktikan secara empiris bahwa rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat
untuk memprediksi kebangkrutan kelompok perusahan perbankan dan non
perbankan dengan cukup akurat. Penelitian ini ingin menguji kembali hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan mengambil
obyek penelitian pada sektor farmasi yang terdaftar di BEI untuk memprediksi
potensi kebangkrutan perusahaan. Tingkat kesehatan keuangan bisa juga
digunakan sebagai alat ukur yang pertama untuk menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan, dan untuk lebih meyakinkan kondisi kebangkrutannya bisa digunakan
untuk memprediksi potensi kebangkrutan. Dengan demikian formula yang
ditemuka n Altman bisa digunakan sebagai salah satu alat ukur yang handal dalam
memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan.
Berdasarkan gambaran dan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman dengan
Z-Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)”, dengan maksud untuk melanjutkan penelitian sebelumnya melalui pengembangan objek perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari
tulisan yang pernah dibuat oleh Siti Rodliyah (2003), namun untuk membedakan
dengan penelitian terdahulu, peneliti memilih perusahaan di sektor farmasi
sebagai objeknya dengan periode penelitian tahun 2005 – 2008.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah yang ingin diteliti dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut: “Apakah rasio keuangan model Z-Score Altman dapat
memprediksi kebangkrutan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan apakah perusahaan milik pemerintah atau swasta yang lebih mampu
bertahan dalam menghadapi potensi kebangkrutan?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris
mengenai kegunaan rasio keuangan metode Z-Score Altman dalam memprediksi
kebangkrutan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan peneliti di dalam bidang akuntansi
mengenai metode Altman, ukuran perusahaan, kebangkrutan perusahaan, dan
prediksi metode Altman Z-Score terhadap kebangkrutan perusahaan.
2. Bagi perusahaan, sebagai masukan dan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan jangka pendek dan mempertahankan likuiditas perusahaan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama tahun buku bersangkutan yang menggambarkan kemajuan
perusahaan dan disusun secara periodik. Periode yang biasa digunakan adalah
tahun yang dimulai dari misalnya 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31
Desember. Periode seperti ini disebut dengan periode tahun kalender. Selain tahun
kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1 Januari.
Istilah periode akuntansi yang seperti ini sering disebut dengan isilah periode
tahun buku. Periode tahun buku yang digunakan dapat secara tahunan, atau
menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek misalnya bulanan,
triwulan atau kwartalan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai
arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
terhadap perusahaan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan.
Ada beberapa pengertian laporan keuangan, yaitu :
Menurut IAI (2004:2) :
Menurut Munawir (2002:2), laporan keuangan adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak
yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut.
Pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan antara lain : pemilik
perusahaan, kreditor, investor, manajer atau pemimpin perusahaan, karyawan
perusahaan dan pemerintah. Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap
laporan keuangan perusahaannya untuk menilai keberhasilan manajemen dalam
menjalankan perusahaan. Hal ini dapat dilihat melalui laba yang dihasilkan
perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan diperlukan untuk menilai
hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan serta memperkirakan hasil-hasil-hasil-hasil yang akan
dicapai pada masa yang akan datang sehingga pemilik dapat menaksir keuntungan
yang akan diperoleh.
Kreditor menggunakan laporan keuangan untuk mengambil keputusan
dalam hal pemberian kredit suatu perusahaan. Disamping itu kreditor bisa
mengukur apakah perusahaan dapat mengembalikan pokok pinjaman kredit dan
bunganya. Manajer atau pimpinan perusahaan menggunakan laporan keuangan
untuk menyusun rencana dan strategi perusahaan, memperbaiki operasional
perusahaan dan menentukan kebijaksanaan perusahaan. Investor berkepentingan
dengan laporan keuangan untuk mengetahui apakah modal yang telah
diinvestasikan memberikan prospek keuntungan di masa yang akan datang.
Pemerintah melihat laporan keuangan untuk menentukan jumlah pajak yang akan
dalam hal ini adalah Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dan Tenaga Kerja. Melalui laporan keuangan dapat dilihat kemampuan
perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek, struktur permodalan,
distribusi aktiva, efektifitas penggunaan aktiva dan hasil atau pendapatan yang
telah dicapai serta nilai buku tiap lembar saham suatu perusahaan. Karyawan
perusahaan berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk
kepentingan kompensasi. Dari laporan keuangan akan terlihat kemampuan
perusahaan dalam memberikan kompensasi yang lebih baik, misal dengan
memberikan tunjangan hari tua, Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) agar
karyawan dapat bekerja dengan optimal sehingga kegiatan operasional perusahaan
dapat berjalan dengan baik.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kepada semua
pihak yang berkepentingan dan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen
kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan.
Menurut IAI dalam PSAK No. 1 (2008:1.2) :
Sedangkan menurut Bab 4 Accounting Principle Board (APB) statement
no. 4, tujuan laporan keuangan terdiri dari :
a. Tujuan khusus
Untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar sesuai dengan GAAP.
b. Tujuan umum
- Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan,
- Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaaan bersih yang berasal dari kergiatan usaha dalam mencari laba,
- Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba,
- Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban,
- Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan pada pemakai laporan
c. Tujuan Kualitatif - Relevance
Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan,
- Understandability
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting, tetapi juga harus informasi dimengerti pemakai,
- Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama,
- Neutrality
Laporan keuangan itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan, - Timelines
Laporan keuangan itu hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat,
- Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya ada kekonsistenan dalam menjalankan prinsip akuntansi,
- Completeness
3. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut Warren, et al (2005:24-25) jenis-jenis laporan keuangan
perusahaan terdiri dari:
a. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu
tertentu berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan (matching concept).
Konsep ini diterapkan dengan membandingkan atau mengaitkan beban dengan
pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan
laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban yang terjadi
yang disebut dengan laba bersih.
b. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama
jangka waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi
karena laba bersih atau rugi bersih dalam periode berjalan harus dilaporkan
dalam laporan ini. Laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan
neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan
didalam neraca.
c. Neraca
Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada
tanggal tertentu biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Bagian aktiva
tersebut dikonversikan kedalam kas atau digunakan dalam operasi. Pada bagian
kewajiban, utang usaha kepada pihak luar (kreditor) yang biasanya
diidentifikasi dalam neraca sebagai jumlah jumlah terutang. Ekuitas atau modal
adalah hak pemilik terhadap aktiva bisnis, yang disajikan di neraca di bawah
bagian kewajiban dimana ekuitas pemilik dijumlahkan dengan total kewajiban
sama dengan total aktiva.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan suatau ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran
kas selama periode waktu tertentu. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian
yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan catatan-catatan sistematis yang
berisi penjelasan dari bagian-bagian dalam laporan keuangan yang disajikan.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI,2004):
a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,
b) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,
4. Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input yaitu
informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan
akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas,
yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan.
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami
dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan
keputusan.
Analisis laporan keuangan sangat membantu manajemen dalam menilai
kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil keputusan lebih lanjut baik itu
dalam hal investasi, ekspansi, ataupun pendanaan perusahaan. Di lain pihak
analisis laporan keuangan juga membantu investor yang ingin menanamkan
dananya ke dalam perusahaan. Dalam analisis laporan keuangan, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu
dalam laporan keuangan.
2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu
diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka
yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa dipakai sebagai
pembanding. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk perbandingan.
Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah dengan
yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi leader dalam
industri.
3. Informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan untuk memberikan
analisis yang lebih tajam lagi. Untuk memudahkan pembacaan data-data
keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu) dapat
menggunakan: anilisis common-size dengan jalan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca, serta dapat menggunakan analisis
rasio.
Tujuan analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Juliaty (2002:53)
antara lain :
1. sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger,
2. sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa datang,
3. sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau
masalah lainnya,
4. sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.
Ada beberapa jenis analisa yang dapat digunakan dalam melakukan analisa
terhadap sebuah laporan keuangan, (Supardi dan Mastuti, 2003; 78) yaitu:
1. Analisa Internal
Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen
dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang
terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang
laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai
untuk maksud-maksud internal saja.
2. Analisa Eksternal
Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihakpihak di luar
manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan calon
kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa
memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya diterbitkan
untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja perusahaan yang
bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial dengan
perusahaan tersebut.
3. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)
Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data
operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain mengadakan
pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu
dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar pembanding. Dari
analisa ini akan dapat terlihat perkembangan maupun penurunan operasional
perusahaan.
4. Analisa Vertikal (Analisa Statis)
Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada satu
periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk mengetahui
Wild, et al dalam Purwanti (2005:23) menyebutkan bahwa analisis rasio
(ratio analysis) merupakan suatu alat analisis keuangan yang sangat populer dan
banyak digunakan. Namun perannya sering disalah pahami dan sebagai
konsekuensinya, kepentingan sering dilebih – lebihkan.
Haruslah ingat bahwa rasio merupakan alat untuk menyatakan pandangan
terhadap kondisi yang mendasari, dalam hal ini adalah kondisi finansial
perusahaan. Rasio merupakan titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang
diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasikan area yang memerlukan
investigasi lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting
dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit
untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk
rasio.
5. Analisis Rasio Keuangan
Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu
perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick”
tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio”.
Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam
“arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
dua macam data keuangan.
Menurut Munawir (2002:64):
perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Menurut Riyanto (2001:329) penganalisa keuangan dalam mengadakan
analisa rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukan dua macam cara
pembandingan yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan
untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/company
ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standard) untuk waktu yang sama.
Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat
menurut kebutuhan penganalisa. Menurut Riyanto (2001:330) angka rasio
digolongkan berdasarkan sumber datanya sebagai berikut:
1. Rasio neraca (balance sheet ratios) yaitu semua rasio yang datanya diambil
atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, cash ratio,
dan sebagainya.
2. Rasio laporan laba rugi (income statement ratios) yaitu semua rasio yang
datanya diambil atau bersumber dari laporan laba rugi misalnya groos profit
margin, net operating margin, operating ratio dan sebagainya.
3. Rasio antar laporan (interestatement ratios) yaitu semua rasio yang datanya
diambil atau bersumber dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi,
misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turnover), tingkat perputaran
Menurut Riyanto (2001:331) penggolongan rasio keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Rasio likuiditas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas
perusahaan misalnya current ratio, acid test ratio, cash ratio, working capital
to total asset ratio.
2. Rasio laverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, misalnya total debt to
total asset ratio, total debt to total capital asset, long debt to equity ratio, tangible asset debt coverage, time interest earned ratio.
3. Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber
dayanya, misalnya total asset turnover, receivable turnover, average collection
period, inventory turnover, average days inventory, working capital turnover. Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau
kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian
adalah:
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau
Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:
1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar( kewajiban Lancar).
Rasio Lancar =
2. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar
persediaan.
Rasio Cepat =
3. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets
ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancar (kewajiban lancar).
Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva =
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauh mana
efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang
termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya:
1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama
Rasio Periode Pengumpulan Piutang =
2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali tingkat
perputaran piutang dalam satu tahunnya. Rasio Tingkat Perputaran Piutang =
3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas
manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam dalam
persediaan.
Rasio Tingkat Perputaran Persediaan =
4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana efektifitas
perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti
semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.
Rasio Tingkat Perputaran Aktiva Tetap =
c. Rasio Laverage atau Solvabilitas
Rasio laverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kawajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang
termasuk dalam rasio laverage atau solvabilitas diantaranya:
1. Rasio Hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
2. Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan
menggunakan modal sendiri.
Rasio Kewajiban terhadap Modal =
3. Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar
bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain
seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup
beban bunga.
Time Interest Earned Ratio =
4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.
Rasio Kewajiban Lancar Terhadap Total Aktiva =
5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar
total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan lancar.
Rasio Kewajiban Tidak Lancar Terhadap Total Aktiva =
d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Riyanto, (2001:332)
1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan
selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga
pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan
perusahaan.
Marjin Laba Kotor =
2. Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok
penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.
Marjin Laba Usaha =
3. Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha,
beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan.
Marjin Laba Bersih =
4. Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen dalam
mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih
yang diinginkan.
ROI =
5. ROA (Return on Assets) =
e. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan.
6. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Meskipun analisis rasio keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa
keterbatasan yang perlu diperhatikan menurut Weston dan Copeland dalam
Deviasri (2008:19), antara lain:
1. Rasio keuangan disusun dari data laporan keuangan dan data tersebut
dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bias merupakan
hasil manipulasi. Hal ini terkait dengan perilaku manajemen yang mungkin
melakukan window dressing (suatu teknik untuk mempercantik laporan
keuangan) agar laporan keuangan telihat lebih baik bagi pihak-pihak yang
berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut.
2. Rasio keuangan tidak selalu menggambarkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya, khususnya cash inflow dan cash flow.
3. Metode analisis rasio keuangan bersifat suatu penyimpangan, yaitu setiap rasio
diuji secara terpisah sehingga tidak dapat menggambarkan secara keseluruhan.
7. Analisis Potensi Kebangkrutan
Bangkrut adalah keadaan atau situasi di mana perusahaan mengalami
kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjukan
negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi
akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya
sudah sakit kemudian tambah sakit dan bangkrut. Selain kesulitan ekonomi,
pemacu kebangkrutan dapat berasal dari adanya permasalahan yang timbul yang
mempengaruhi operasi utama dari perusahaan seperti kekurangan bahan baku.
Pada umumnya, jauh sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan, tanda-tanda
awal yang menunjuk ke arah kecenderungan yang kurang menguntungkan akan
muncul. Akan tetapi, seringkali manajemen menganggap bahwa tanda-tanda yang
menunjukkan ketidaksehatan perusahaan merupakan gejala sementara yang
diperkirakan akan hilang dengan sendirinya tanpa perlu ada intervensi
manajemen. Anggapan ini mengakibatkan pihak manajemen terlambat melakukan
tindakan antisipasi proses perbaikan terhadap kinerja perusahaan.
Kebangkrutan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Sistem perekonomian
Di dalam system perekonomian dimana roda perekonomian lebih banyak
dikendalikan oleh persaingan bebas, sehingga untuk perusahaan yang tidak
mempunyai kemampuan menghadapi persaingan akan lebih cepat menghadapi
kebangkrutan.
2. Faktor-faktor ekstern perusahaan
Kecelakaan dan bencana alam yang sewaktu-waktu menimpa perusahaan
misalnya, merupakan contoh yang barangkali pernah atau bahkan sering
memaksa perusahaan untuk menutup atau menghentikan usahanya secara
3. Faktor-faktor intern perusahaan.
Faktor intern biasanya merupakan hasil dari keputusan dan kebijaksanaan yang
tidak tepat di masa yang lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu
pada saat yang diperlukan. Berbagai faktor internal tersebut adalah terlalu
besarnya pinjaman/kredit yang diberikan kepada debitur, manajemen yang
tidak efisien, kekurangan modal, penyalahgunaan wewenang dan
kecurangan-kecurangan.
Kebangkrutan tidaklah terjadi secara tiba-tiba namun dapat diramalkan
sebelumnya. Sebelum perusahaan dinyatakan bangkrut, biasanya ditandai oleh
berbagai situasi atau keadaan khususnya berhubungan dengan efektivitas dan
efisiensi operasinya, seperti volume penjualan yang relative rendah atau adanya
trend penjualan yang menurun, cash flow yang negative, kerugian yang terus-
menerus,dan hutang yang semakin membengkak.
Tahap permulaan perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan ditandai
oleh adanya satu atau lebih keadaan operasi dan finansial perusahaan yang tidak
menggembirakan, misalnya (Harnanto, 1986):
1. Penurunan volume penjualan.
2. Kenaikan biaya-biaya komersial dan financial
3. Ketidakefisienan produksi
4. Tingkat persaingan yang semakin ketat
5. Kegagalan dalam melaksanakan ekspansi
Keadaan-keadaan di atas selalu diikuti dengan kesulitan likuiditas, dimana
biaya operasinya. Jika kesulitan likuiditas tidak segera diatasi, maka hal tersebut
akan mengancam solvabilitas yang berdampak pada kebangkrutan perusahaan.
8. Prediksi Kebangkrutan dengan Metode Altman
Altman (1968) merumuskan formula Z-Score yang secara umum dapat
untuk mengukur kesehatan keuangan suatu perusahaan. Pengukuran rasio Altman
bertujuan untuk mengetahui potensi kebangkrutan dengan menggunakan
perhitungan Z-Score. Nilai Z-Score akan menjelaskan kondisi keuangan
perusahaan manufaktur yang dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu :
1. Untuk nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,88 (Z-Score ≤1,88), berarti
perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi.
2. Apabila diperoleh nilai Z-Score antara 1,88 sampai 2,99 (1,88 < Z-Score ≤
2,99), maka perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area).
Pada kondisi ini perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus
ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat. Pada grey area ini ada
kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan dan mungkin pula tidak.
3. Untuk nilai Z-Score lebih besar dari 2,99 (Z-Score > 2,99) memberikan
penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga
kemungkinan kebangkrutan sangat kecil.
Pengukurannya antara lain :
Prediksi kebangkrutan yang diformulasikan Altman dalam bentuk persamaan
Z-Score:
Rasio-rasio yang ada dalam formula tersebut, terdiri dari :
1. Working Capital / Total Assets (X1)
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal
kerja, dimana modal kerja (Working Capital) diperoleh dari selisih antara
aktiva lancar dengan utang lancar.
2. Retairned Earnings / Total Assets (X2)
Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang
bersangkutan dalam memperoleh laba.
3. Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (X3)
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua
investor.
4. Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (X4)
Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri.
5. Sales / Total Assets (X5)
Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu.
Rasio ini dapat pula digunakan untuk mengukur 25 kemampuan modal yang
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh pada
rasio-rasio tersebut di atas adalah rendahnya pangsa pasar produk kunci, berpindahnya
penguasaan pasar kepada para pesaing, kecilnya modal kerja, rendahnya
perputaran persediaan, kepercayaan konsumen yang rendah, dan beberapa
indikator lainnya.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu mengenai analisis kebangkrutan perusahaan
dengan menggunakan metode Altman Z-Score yaitu:
Tabel 2.1 yang tercatat di BEJ)
3. Almilia
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara
teoritis antara varibel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan variabel
terikat. Pengukuran rasio Altman bertujuan untuk mengetahui potensi
kebangkrutan menggunakan perhitungan Z-Score. Nilai Z-Score akan menjelaskan
kondisi keuangan perusahaan manufaktur yang dibagi dalam beberapa tingkatan.
Metode Altman Z-Score memiliki rasio yang terdiri dari: working capital / total
assets, retairned earnings / total assets, earning before interest and taxes / total assets, market value of equity / book value of total liabilities, sales / total assets.
Bangkrut adalah keadaan atau situasi dimana perusahaan mengalami
kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjukan
usahanya. Pemicu kebangkrutan dapat berasal dari adanya permasalahan yang
Kebangkrutan tidaklah terjadi secara tiba-tiba dan dapat diramalkan sebelumnya.
Sebelum perusahaan dinyatakan bangkrut, biasanya ditandai oleh berbagai situasi
atau keadaan khususnya berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi operasinya,
seperti volume penjualan yang relative rendah atau adanya trend penjualan yang
menurun, cash flow yang negative, kerugian yang terus- menerus,dan hutang yang
semakin membengkak.
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat
pada skema gambar di bawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
A. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu
yang telah dikemukakan di awal maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Rasio keuangan (working capital / total assets, retairned earnings / total
assets, earning before interest and taxes / total assets, market value of equity / book value of total liabilities, sales / total assets) mampu untuk memprediksi kebangkrutan ( financial distress) pada perusahaan farmasi yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut Sugiyono (2007:30) desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab
akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel
dependen (variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini menguji kemampuan rasio
keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di
BEI yang hanya terdiri dari 9 perusahaan.
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus
benar-benar representatif atau mewakili. Jika sample kurang representative maka
mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga
nilai populasi sesungguhnya (Erlina dan Sri Mulyani, 2007:74).
Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Purposive
mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang
digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah
(quota) tertentu (Jogiyanto, 2004:79). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur di bidang industri farmasi yang terdaftar di BEI pada
tahun 2005-2008,
2. Perusahaan tersebut tidak keluar (didelisting) dari BEI selama tahun
2005-2008,
3. Perusahaan memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited selama
tahun 2005-2008.
Berdasarkan karateristik penarikan sampel di atas, maka diperoleh sampel
penelitian sebanyak 9 perusahaan dan diamati selama periode 4 tahun yang
termasuk sebagai data pooling.
C. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari
perusahaan. Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan
keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahun oleh pihak-pihak yang berkompeten
yang terdapat di dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 dan
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data eksternal. Pengumpulan data dilakukan dengan mendownload dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009
dan www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang
dibutuhkan dalam penelitian.
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau
memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang
diperlukan peneliti untuk mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya
variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan
variabel dependen.
1. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(Sugiyono,2008:3). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
a. Rasio Modal Kerja Terhadap Total Harta (Working Capital / Total Assets
(X1))
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan
posisi modal kerja. Dimana modal kerja (Working Capital) diperoleh
dari selisih antara aktva lancar dengan utang lancar. Indikator yang
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat
kekurangan kas, besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta
kekayaan), tingginya hutang yang tidak terkendali dan beberapa
indikator lainnya.
X1=
b. Rasio Laba yang Ditahan Terhadap Total Harta (Retairned Earnings / Total Assets (X2))
Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan
perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba.
X2=
c. Rasio Pendapatan Sebelum Pajak dan Bunga Terhadap Total Harta
(Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (X3))
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor. Beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya masalah adanya masalah pada
kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah tingginya
piutang dagang, tingkat penjualan yang rendah, besarnya persediaan,
rendahnya perputaran piutang, kecilnya kredibilitas perusahaan, serta
kesediaan member kredit pada konsumen yang tidak dapat membayar
X4 =
X3=
d. Rasio Nilai Pasar Ekuitas Terhadap Nilai Buku dari Hutang (Market Value
of Equity / Book Value of Total Liabilities (X4))
Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal
sendiri.
e. Rasio Penjualan Terhadap Total Harta (Sales / Total Assets (X5))
Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam
satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula digunakan untuk mengukur
kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk
menghasilkan revenue.
X5=
2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:3). Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kebangkrutan (financial distress).
Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan
kewajiban – kewajibannya karena kekurangan dan ketidakcukupan dana
untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya. Pengukuran tersebut
dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh perusahaan yang bersangkutan.
F. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan bersifat kuantitatif yaitu analisis statistika yang diterapkan dengan menggunakan data dua sampai lima
tahun sebelum perusahaan tersebut bangkrut. Analisis statitika ini menunjukkan
bahwa semua rasio yang diamati mempunyai X1 sampai X5 yang condong
memperburuk dengan semakin mendekati kebangkrutan, dengan perubahan yang
paling buruk pada rasio tersebut terjadi antara tahun ketiga dan tahun kedua
sebelum kebangkrutan terjadi.
Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji apakah model tersebut
memenuhi asumsi klasik yang meliputi 1)uji normalitas, 2)uji multikolinoeritas,
atau tidak. Sebab menurut Nachrowi dan Usman (2002:131) parameter yang
diestimasi pada saat terjadi kolinieritas menjadi tidak reliable. Model yang
mengandung kolinieritas masih bermanfaat, jika model yang terestimasi hanya
digunakan untuk membuat suatu ramalan (prediksi) saja, sebab untuk keperluan
meramal, yang penting adalah menganalisis keseluruhan model dan tidak
a. Analisis Z-Score Altman
Analisis Z-Score Altman dilakukan dgn cara :
Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Keterangan:
X1= Working Capital /Total Assets
X2= Retairned Earnings / Total Assets
X3= Earning Before Interest and Taxes / Total Asset
X4= Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities
X5= Sales / Total Assets
b. Pengujian Hipotesis 1. Uji-f
Uji-f digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara
bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Jika f hitung > f
tabel maka hipotesis diterima berarti variabel independen secara bersama-sama
mempunyai hubungan dan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya jika f hitung < f tabel maka hipotesis ditolak berarti
variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
2. Uji Validasi
Fungsi dari validasi Z-Score atau hit ratio adalah mengetahui kemampuan
persamaan Z-Score yang telah diperoleh, untuk mampu mengklasifikasikan
masing-masing anggota populasi. Jika jumlah anggota antar populasi adalah
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005 sampai 2008. Perusahaan
yang dijadikan sampel berjumlah 9 perusahaan. Sampel sebanyak 9 perusahaan
tersebut terlebih dahulu dihitung nilai Z-Score Altman masing-masing dengan
rumus:
Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Dimana: X1 : Working Capital / Total Assets
X2 : Retairned Earnings / Total Assets
X3 : Earning Before Interest and Taxes / Total Assets
X4 : Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities
X5 : Sales / Total Assets
Dari nilai Z-Score yang didapat sampel perusahaan kemudian dikelompokkan ke
kategori financial distress, gray area atau non financial distress, dengan interval:
a. Z-Score ≤1,88, perusahaan dikategorikan bangkrut
b. Z-Score 1,88 – 2,99, perusahaan dikategorikan rawan bangkrut c. Z-Score >2,99, perusahaan dikategorikan tidak bangkrut
Tabel 4.1 di bawah memuat nilai Z-Score yang dimiliki masing-masing
Tabel 4.1 Nilai Z-Score Sampel
No Nama Perusahaan Tahun Z-Score Prediksi
1 PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk 2005 3,108 Tidak bangkrut 2006 3,183 Tidak bangkrut 2007 3,853 Tidak bangkrut 2008 3,668 Tidak bangkrut 2. PT. Indofarma (Persero) Tbk 2005 1,854 Bangkrut
2006 2,026 Rawan bangkrut
2007 1,570 Bangkrut
2008 1,830 Bangkrut
3. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk 2005 3,227 Tidak bangkrut 2006 3,243 Tidak bangkrut 2007 3,110 Tidak bangkrut 2008 3,326 Tidak bangkrut
4. PT. Kalbe Farma Tbk 2005 3,085 Tidak bangkrut
2006 4,074 Tidak bangkrut 2007 4,222 Tidak bangkrut 2008 3,968 Tidak bangkrut
5. PT. Merck Tbk 2005 5,912 Tidak bangkrut
2006 6,291 Tidak bangkrut 2007 6,259 Tidak bangkrut 2008 6,906 Tidak bangkrut 6. PT. Schering-Plough Indonesia Tbk 2005 1,615 Bangkrut
2006 0,945 Bangkrut
2007 1,311 Bangkrut
2008 1,196 Bangkrut
7. PT. Pyridam Farma Tbk 2005 2,770 Rawan bangkrut 2006 2,550 Rawan bangkrut 2007 2,174 Rawan bangkrut 2008 2,549 Rawan bangkrut 8. PT. Bristol-Myers Squibb
Indonesia Tbk
Pengkategorian perusahaan menurut nilai Z-Score :
Tabel 4.2
Pengkategorian Perusahaan
No. Kategori Jumlah Perusahaan
1. Bangkrut (Z-Score ≤1,88) 7
2. Rawan bangkrut (Z-Score 1,88 – 2,99) 6
3. Tidak bangkrut (Z-Score > 2,99) 23
Sumber : Diolah penulis, 2010
B. Analisis dan Hasil Penelitian 1. Statistik Deksriptif
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata serta standar deviasi data yang
digunakan dalam penelitian.
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2010
Berdasarkan data dari tabel 4.3 diatas dapat dijelaskan bahwa :
a) Variabel X1 (Working Capital / Total Assets) memiliki sampel (N)
sebanyak 36, dengan nilai minimum (terkecil) −0,323, nilai maksimum
(terbesar) 0,738 dan mean (nilai rata-rata) 0,34694. Standar Deviation
b) Variabel X2 (Retained Earning / Total Assets) memiliki sampel (N)
sebanyak 36, dengan nilai minimum (terkecil) −0,231, nilai maksimum
(terbesar) 0,766 dan mean (nilai rata-rata) 0,26569. Standar Deviation
(simpangan baku) variabel ini adalah 0,27926.
c) Variabel X3 (Earning Before Income Tax / Total Assets) memiliki
sampel (N) sebanyak 36, dengan nilai minimum (terkecil) −0,07, nilai
maksimum (terbesar) 0,470 dan mean (nilai rata-rata) 0,16828. Standar
Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 0,148912.
d) Variabel X4 (Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities)
memiliki sampel (N) sebanyak 36, dengan nilai minimum (terkecil) −0,014, nilai maksimum (terbesar) 6,856 dan mean (nilai rata-rata)
2,61578. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah
1,710031.
e) Variabel X5 (Sales / Total Sales) memiliki sampel (N) sebanyak 36,
dengan nilai minimum (terkecil) 0,518, nilai maksimum (terbesar)
1,871 dan mean (nilai rata-rata) 1,28619. Standar Deviation
(simpangan baku) variabel ini adalah 0,326131.
f) Jumlah sampel yang ada sebanyak 36.
2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Syarat data yang layak untuk diuji adalah data tersebut harus
dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen,
ataupun keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Uji data
statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk
mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak.
Ghozali (2005:115), memberikan pedoman pengambilan keputusan
rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan
uji Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat dari:
a) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi
data adalah tidak normal,
b) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas >0,05, maka distribusi
data adalah normal.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov
adalah seperti yang ditampilkan berikut ini :
Tabel 4.4
Std. Deviation .264938 .279261 .148912 1.710031E0 .326131
Most Extreme
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov
seperti yang terdapat dalam tabel 4.4 dapat dilihat nilai
Asymp.Sig.(2-tailed) Kolmogorov-Smirnov variabel X1 (Working Capital / Total
Assets), X2 (Retairned Earnings / Total Assets), X3 (Earning Before Interest and Taxes / Total Assets), X4 (Market Value of Equity / Book
Value of Total Liabilities) dan X5 (Sales / Total Assets) terdistribusi normal karena memiliki nilai yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,475,
0,424, 0,301, 0,953, dan 0,922. Maka dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji ini diperlukan karena untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen yang
lainnya dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen dalam
satu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat
antara suatu variabel independen dengan variabel independen lainnya
(Lubis, et al; 2007:32).
Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas yaitu:
a) Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan
nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan
terbebas dari multikolinieritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 0
maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin
b) Jika nilai koefisien korelasi antar masing – masing variabel
independen kurang dari 0,7, maka model dapat dinyatakan bebas
dari asumsi klasik multikonieritas. Jika lebih dari 0,7 maka
diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel
independen sehingga terjadi multikolinieritas.
Hasil uji multikolinieritas disajikan pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2010
Hasil uji melalui Variance Inflation Factor (VIF) pada hasil output
SPSS tabel Coefficients, masing – masing variabel independen memiliki
VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Jadi
dapat dinyatakan bahwa variabel X1 (Working Capital / Total Assets),
X2 (Retained Earning / Total Assets), X3 (Earning Before Income Tax /
Liabilities), dan X5 (Sales / Total Sales) tidak ada multikolnieritas antar variabel independen dan dapat digunakan dalam penelitian.
3. Pengujian Hipotesis a. Uji-f
Uji-f digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara
bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Jika f
hitung > f tabel maka hipotesis diterima berarti variabel independen
secara bersama-sama mempunyai hubungan dan berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika f hitung < f tabel
maka hipotesis ditolak berarti variabel independen secara bersama-sama
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Nugroho (2005, 53), memberikan pengertian bahwa uji simultan
dengan f-test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil f-test ini pada
output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA. Hasil f-test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil
dari level of significant yng ditentukan, atau f hitung (pada kolom F)
lebih besar dari f tabel. F tabel dihitung dengan cara df1 = k − 1, dan