• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Asahan"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN

DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Oleh

IRFANSYAH HARAHAP

087003027/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

EFEKTIVITAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN

DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

IRFANSYAH HARAHAP

087003027/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : EFEKTIVITAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

Nama mahasiswa : Irfansyah Harahap Nomor pokok :

087003027

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua

)

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (Dr. Rujiman, MA Anggota Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur

(4)

Telah diujikan pada

Tanggal : 25 April 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec

2. Dr. Rujiman, MA

(5)

EFEKTIVITAS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN ASAHAN

ABSTRAK

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah efektif penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan. Penyusunan perencanaan tersebut akan menghasilkan rencana kerja pemerintahan daerah setiap tahunnya.

Dalam penelitian ini, fokus utamanya adalah efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan indikator Sumber daya manusia dan Koordinasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan tehnik pengumpulan data utama adalah Wawancara terhadap 8 (delapan) orang responden dan telaah dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Asahan dilihat dari indikator sumber daya manusia yang ada belum memadai, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan pegawai Bappeda yang lebih dominan setingkat SLTA.

Sedangkan terhadap indikator koordinasi sudah mencerminkan adanya hubungan-hubungan pembagian tugas dan fungsi-fungsi antar bagian dan bidang secara sistematis, sehingga dari kondisi ini dapat dijadikan kekuatan bagi Sumber daya manusia perencana dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Sedangkan rencana Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah berpedoman pada surat edaran Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri tentang petunjuk teknis dalam penyelenggaraan musrenbang.

Tetapi dalam mensosialisasikan surat edaran tersebut belum baik, hal ini dikarenakan surat edaran tersebut terlambat sampai kepada kecamatan, kelurahan dan desa serta Dinas/Instansi terkait. Sehingga rencana program pembangunan yang dimusrenbangkan di tingkat desa/kelurahan sampai kecamatan tidak berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini mengakibatkan skala prioritas dalam rencana pembangunan yang akan di musrenbangkan ditingkat Kabupaten lebih condong kepada pembangunan tahun kemarin.

Atas hal tersebut diatas, disarankan Sumber daya manusia yang ada di Bappeda perlu diadakan peningkatan pendidikan dengan mengirimkan pegawainya untuk mengikuti pendidikan contohnya di berikan sekolah dengan biaya pemerintah daerah, Bappenas maupun kerjasama dengan Instansi lain yaitu Tugas Belajar sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu dengan memberikan pegawai pelatihan dengan mengikuti diklat-diklat teknis khususnya diklat perencanaaan yang di selenggarakan oleh Bappenas ataupun yang lainnya. Dari hal tersebut maka diharapkan adanya suatu perubahan pada sumber daya aparatur yang ada di Bappeda Kabupaten Asahan.

(6)

EFFECTIVENESS IN THE DEVELOPMENT OF REGIONAL DEVELOPMENT PLANNING BOARD REGIONAL DEVELOPMENT DISTRICT ASAHAN

ABSTRACT

Implementation of this study aims to determine whether effective regional development planning undertaken by the Regional Planning Board Asahan District. The preparation of these plans will result in local government work plan each year.

In this study, its main focus is the effectiveness of regional development planning in the Regional Planning Board District Asahan with indicators of human resources and coordination.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach, with primary data collection techniques were interviews of 8 (eight) of the respondents and document review.

The results showed that Bappeda in the preparation of regional planning district Asahan seen from the indicators of human resources are not adequate, this can be seen from the level of employee education Bappeda more dominant high school level

While the coordination of the indicators have to reflect the relationships and division of duties between the functions and fields systematically, so that from this condition can be a force for human resource planners in carrying out the duties and fungsi. so Bappeda plans in the preparation of regional planning based on circular Bappenas and the Ministry of Interior of the technical guidance in the administration of musrenbang.

.

But in the dissemination of the circular is not good, this is because the circular was delayed until the districts, villages and countryside as well as the Department/Institution. So plan musrenbang development program at the village/sub district is not going according to a predetermined schedule. This resulted in the development plan priorities that will be more inclined musrenbang district level to the development last year.

On the above, it is suggested that human resources are needed to be improved Bappeda education by sending their employees to follow the example of education in schools given the cost of local government, Bappenas and cooperation with other agencies in accordance with the task of learning their tasks. In addition to providing training to employees following the training, technical training, especially training that planning on hold by the National Development Planning Agency or the other. From this it is expected that there is a change in personnel resources that exist in Bappeda Asahan District.

(7)

KATA PENGANTAR

Ucapan rasa syukur penulis panjatkan keharibaan ALLAH SWT, karena berkat kehendak nyalah akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya dan sesuai dengan kemampuan serta kapabilitas penulis selaku mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, serta tak lupa penulis juga selalu panjatkan shalawat dan salam kepada Rasullullah Muhammad S.A.W. Penulisan tesis ini berjudul, “Efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan

Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Asahan”. yang juga merupakan

salah satu syarat untuk meraih gelar Pascasarjana pada Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengakui bahwa penulisan Tesis ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan baik ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada Dosen Pembimbing penulis yang terhormat yakni Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, dan Bapak Dr. Drs. Rujiman, MA yang mana dengan penuh kesabaran dan pengertian telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM). Sp.A (K) Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua Program Studi S2/S3 Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Bupati Kabupaten Asahan yang berperan dalam memberikan Izin Belajar kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. H. Mahendra, MM, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan beserta unsur staf yang juga telah turut berperan dalam memberikan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian di lapangan khususnya dalam meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan pengambilan data-data.

(8)

Akhirnya dengan segala kekurangan yang dimiliki penulis serta keterbatasan dalam melakukan penelitian ini harus diakui bahwa penulisan tesis ini belumlah begitu sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan berbagai masukan dan saran dari para pembaca sekalian baik dalam bentuk kritik maupun saran yang sifatnya membangun guna perbaikan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Mei 2012 Penulis,

(9)
(10)

DAFTAR ISI

2.3. Administrasi Pembangunan ... 15

2.4. Konsep Pembangunan Daerah ... 18

2.5. Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 24

2.6. Faktor-faktor Perencanaan Pembangunan Daerah ... 26

2.7. Sumber Daya Manusia ... 27

2.8. Koordinasi ... 30

2.8.1. Prinsip-Prinsip Koordinasi ... 35

2.9. Konsep Kunci ... 38

2.10. Kerangka Berpikir ... 39

(11)

4.2.1. Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural ... 58

4.3. Analisis Data Hasil Penelitian ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

5.1. Kesimpulan ... 117

5.2. Saran ... 118

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1.Jadwal Pelaksanaan Musrenbang Tahun 2011... 7

1.2.Tingkat Pendidikan Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan Tahun 2011 ... 8

3.1. Responden Penelitian ... 45

4.1. PDRB menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga berlaku tahun 2009

dan 2010 ... 55

4.2. Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha atas dasar

Harga Konstan Tahun 2009 dan 2010 ... 55

4.3. Tingkat Pendidikan Pegawai Negeri Sipil Bappeda Kabupaten Asahan

Tahun 2011 ... 79

4.4. Masa Kerja Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan ... 86

4.5. Jenis Teknik dan Fungsional Bappeda Kabupaten Asahan ... 89

4.6. Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan yang Mengikuti Diklat Teknis dan

Fungsional ... 90

4.7. Diklat Struktural bagi Aparatur Bappeda yang telah Mengikuti Diklat

Struktural ... 93

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1.Kerangka Berfikir ... 40

4.1.Struktur Organisasi Bappeda Kabupaten Asahan ... 76

4.2.Struktur Organisasi Tim Pelaksana Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan ... 100

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(15)

EFEKTIVITAS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN ASAHAN

ABSTRAK

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah efektif penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan. Penyusunan perencanaan tersebut akan menghasilkan rencana kerja pemerintahan daerah setiap tahunnya.

Dalam penelitian ini, fokus utamanya adalah efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan indikator Sumber daya manusia dan Koordinasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan tehnik pengumpulan data utama adalah Wawancara terhadap 8 (delapan) orang responden dan telaah dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Asahan dilihat dari indikator sumber daya manusia yang ada belum memadai, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan pegawai Bappeda yang lebih dominan setingkat SLTA.

Sedangkan terhadap indikator koordinasi sudah mencerminkan adanya hubungan-hubungan pembagian tugas dan fungsi-fungsi antar bagian dan bidang secara sistematis, sehingga dari kondisi ini dapat dijadikan kekuatan bagi Sumber daya manusia perencana dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Sedangkan rencana Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah berpedoman pada surat edaran Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri tentang petunjuk teknis dalam penyelenggaraan musrenbang.

Tetapi dalam mensosialisasikan surat edaran tersebut belum baik, hal ini dikarenakan surat edaran tersebut terlambat sampai kepada kecamatan, kelurahan dan desa serta Dinas/Instansi terkait. Sehingga rencana program pembangunan yang dimusrenbangkan di tingkat desa/kelurahan sampai kecamatan tidak berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini mengakibatkan skala prioritas dalam rencana pembangunan yang akan di musrenbangkan ditingkat Kabupaten lebih condong kepada pembangunan tahun kemarin.

Atas hal tersebut diatas, disarankan Sumber daya manusia yang ada di Bappeda perlu diadakan peningkatan pendidikan dengan mengirimkan pegawainya untuk mengikuti pendidikan contohnya di berikan sekolah dengan biaya pemerintah daerah, Bappenas maupun kerjasama dengan Instansi lain yaitu Tugas Belajar sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu dengan memberikan pegawai pelatihan dengan mengikuti diklat-diklat teknis khususnya diklat perencanaaan yang di selenggarakan oleh Bappenas ataupun yang lainnya. Dari hal tersebut maka diharapkan adanya suatu perubahan pada sumber daya aparatur yang ada di Bappeda Kabupaten Asahan.

(16)

EFFECTIVENESS IN THE DEVELOPMENT OF REGIONAL DEVELOPMENT PLANNING BOARD REGIONAL DEVELOPMENT DISTRICT ASAHAN

ABSTRACT

Implementation of this study aims to determine whether effective regional development planning undertaken by the Regional Planning Board Asahan District. The preparation of these plans will result in local government work plan each year.

In this study, its main focus is the effectiveness of regional development planning in the Regional Planning Board District Asahan with indicators of human resources and coordination.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach, with primary data collection techniques were interviews of 8 (eight) of the respondents and document review.

The results showed that Bappeda in the preparation of regional planning district Asahan seen from the indicators of human resources are not adequate, this can be seen from the level of employee education Bappeda more dominant high school level

While the coordination of the indicators have to reflect the relationships and division of duties between the functions and fields systematically, so that from this condition can be a force for human resource planners in carrying out the duties and fungsi. so Bappeda plans in the preparation of regional planning based on circular Bappenas and the Ministry of Interior of the technical guidance in the administration of musrenbang.

.

But in the dissemination of the circular is not good, this is because the circular was delayed until the districts, villages and countryside as well as the Department/Institution. So plan musrenbang development program at the village/sub district is not going according to a predetermined schedule. This resulted in the development plan priorities that will be more inclined musrenbang district level to the development last year.

On the above, it is suggested that human resources are needed to be improved Bappeda education by sending their employees to follow the example of education in schools given the cost of local government, Bappenas and cooperation with other agencies in accordance with the task of learning their tasks. In addition to providing training to employees following the training, technical training, especially training that planning on hold by the National Development Planning Agency or the other. From this it is expected that there is a change in personnel resources that exist in Bappeda Asahan District.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses

penyelenggaran pemerintah baik di tingkat pusat mupun daerah adalah bagaimana

membangun atau menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban

misinya untuk mewujudkan raison de’etre pemerintahan yaitu menyejahterakan

masyarakat secara berkeadilan. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut,

pemerintah harus melaksanakan pembangunan. Selain untuk memelihara

keabsahannya (legitimasi), pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan bagi

masyarakatnya sesuai dengan perkembangan jaman.

Terdapat dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, pertama: perlu

aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya, dan perlu

sensitive terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang

dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. Kedua:

pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh

masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain pemerintah perlu

menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek

pembangunan.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat (Community development)

(18)

mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan

dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan

melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai

dengan kebutuhan masyaratnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal

dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah,

yang pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru.

Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan

strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan efektif dari segi

hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan dimana

peran pemerintah dan dimana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu

berperan secara optimal dan sinergis. Selain dengan amanat yang diemban dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan di ubah terakhir kali Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan salah satu

bentuk perwujudan cita-cita pembangunan nasional dan penjabaran dari pasal 18 UUD

1945 khususnya ayat (1) dan (2) yang berbunyi:

1. Negara Kesatuan Republik Indonesiadibagi atas daerah-daerah Provinsi dan

daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi,

kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan

Undang-undang;

2. Pemerintah Daerah Provinsi, daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus

(19)

Dalam Undang-undang ini dimaksud otonomi daerah adalah sebagai hak,

wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Berdasarkan pada pemahaman otonomi daerah tersebut, maka

pada hakekatnya otonomi daerah dari aspek pembangunan regional adalah hak

mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom yang dalam

penyelenggaraannya memberikan tekanan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta

masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi keragaman daerah.

Hal ini menyiratkan dengan jelas bahwa daerah berhak untuk mengatur dan

merencanakan pembangunan di daerah masing-masing, seperti yang tercantum pada

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 2 ayat

(3) bahwa:

Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi

seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing

daerah.

Untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam kegiatan

pembangunan maka pemerintah membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) pada daerah tingkat I sejak tahun 1974 melalui Keputusan Presiden

Nomor 15 Tahun 1974 dan Keputusan menteri Dalam Negeri Nomor 142 tahun 1974

serta Badan Perencanaan Daerah TK II melalui Keputusan Presiden Nomor 27 tahun

(20)

Terbitnya Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pembentukan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah diseluruh Indonesia, membuktikan adanya

perhatian khusus pemerintah akan pentingnya perencanaan pembangunan daerah.

Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah didasarkan atas dua

pertimbangan pokok yaitu: pertama dalam rangka usaha meningkatkan keserasian

sektoral dan pembangunan daerah dan kedua dalam rangka usaha menjamin laju

perkembangan kesimbangan dan kesinambungan pembangunan yang lebih

menyeluruh.

Disamping itu dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara dan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 diubah terakhir kali

Undang-undang Nimor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah dan

Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang

(RPJP/D), Rencana Pembangunan jangka Menengah (RPJM/D) dan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP/D) sebagai rencana tahunan.

Setiap Proses penyusunan Dokumen rencana pembangunan tersebut diperlukan

koordinasi antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan,

melalui forum yang disebut Mjusyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

yang dilakukan dari tingkat Desa/kelurahanurahan sampai tingkat Pusat. Musrenbang

berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan

tentang rencaangan RKP dan rancangan RKPD, yang menitikberatkan pada

(21)

perangkat daerah dan antar pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam

pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah.

Berlakunya Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional juga telah mengubah wajah proses perencanaan pembangunan

didaerah, dari bersifat top down yang terfokus pada pencapaian kepentingan

pemerintah secara internal saja, menjadi penyusunan perencanaan pembangunan

daerah yang lebih bersifat partisipatif dengan meningkatkan keterlibatan baik

masyarakat maupun dunia usaha yang lebih luas. Oleh karena itu pemerintah daerah

harus dapat segera merespon tuntutan yang dimaksud melalui penyusunan perencanaan

pembangunan daerah yang mengadopsi nilai-nilai baru sebagai tuntutan masyarakat

lain deioktratis, transparan, partisipatif dan melibatkan seluruh stakeholder di daearh.

Senada dengan perihal tersebut di atas Rasyid (1998;103) dalam buku kajian awal

birokrasi pemerintahan dan politik orde naru mengemukakan:

Secara prinsipil, yang dibutuhkan saat ini adalah terwujudnya administrasi

pembangunan daerah yang disatu pihak mampu mengakomodasi serta selaras dengan

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian pembangunan nasional. Dilain pihak, ia juga

mampu menjawab kebutuhan masyarakat di tiap-tiap daerah berdasarkan tantangan

yang mereka hadapi serta peluang yang tersedia pada suatu periode pembangunan

tertentu.

Berdasarkan hal tersebut terbentuklah Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) melalui Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang

(22)

Dalam menjalankan tugas pokok Kepala Bappeda Kabupaten Asahan bertanggung

jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Asahan, di dalam

mengkoordinasikan perencanaan pembangunan serta evaluasi pelaksanaan

pembangunan di daerah Kabupaten Asahan. Disampaing itu Bappeda Kabupaten

Asahan mempunyai fungsi:

1. Mengkoordinasikan pelaksanaan program tahunan sebagai pelaksanaan rencana

dalam Propeda dan Repetada.

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan perencanaan antar dinas-dinas, satuan organisasi

dalam lingkungan Pemerintah Daerah.

3. Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian untuk kepentingan perencanaan

pembangunan daerah.

4. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan pelaksanaan pembangunan daerah.

Mengacu pada tugas pokok dan fungsi Bappeda Kabupaten Asahan yang

merupakan dapur dari perencanaan pembangunan di daerah dan Bappeda masih

banyak menghadapi hambatan, terutam dalam mengkoordinasikan segenap

perencanaan pembangunan sesuai dengan pendataan akurat dan teliti dalam

mengintegrasikan program-program pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari table

(23)

Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Musrenbang Tahun 2011

No Kegiatan Jadwal

Pelaksanaan

Terlaksana Keterangan

1 Musrenbang desa/kelurahan

10 Januari 2011 17 Januari 2011 Peserta rapat tidak mewakili dalam unsur peserta rapat

Musrenbang 2 Musrenbang

kecamatan

7 Februari 2011 8 Maret 2011 Peserta rapat tidak mewakili dalam unsur peserta rapat

Musrenbang 3 Musrenbang

Kabupaten

2 Maret 2011 11 Mei 2011 Peserta rapat tidak mewakili dalam unsur peserta rapat

Musrenbang Sumber: Bappeda Kabupaten Asahan, 2011

Dari hal tersebut di atas, terlihat bahwa jadwal kegiatan Musrenbang yang telah

disepakati tidak sesuai jadwal yang telah ditetapkan pada Musrenbang sehingga

terhambat dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Asahan.

Sedangkan dalam pelaksanaan Musrenbang sebagaimana ketentuan yang telah

diatur dalam surat edaran bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Bappenas dan Menteri Dalam Negeri No. 0008/M.PPN/01/2007 perihal

Petunjuk Teknis penyelenggaraan Musrenbang dilaksanakan secara terjadwal seperti

tertera pada table di atas, akan tetapi pada setiap pelaksanaannya tidak sesuai dengan

yang telah dijadwalkan. Hal ini dikarenakan pada setiap pelaksanaan Musrenbang

unsure peserta rapat yang terlibat tidak terwakili seperti yang telah ditetapkan dalam

setiap rapat Musrenbang sehingga menyebabkan terjadinya penundaan jadwal. Kondisi

ini memperlihatkan bahwa Bappeda Kabupaten Asahan belum dapat

(24)

pemerintah daerah akan terlambat menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD).

Dalam hal lain juga dapat dilihat berdasarkan latar belakang Pendidikan

Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan memang sebagian besar adalah Pendidikan

SLTA dan SMP seperti yang tergambar pada Tabel dibawah ini:

Tabel 1.2. Tingkat pendidikan Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan Tahun 2011

No Uraian Jumlah (org)

1 Strata 2 (S2) 4

2 Strata 1 (S1) 8

3 Diploma 3 (D3) 2

4 SLTA/SMA/SMK 20

5 SMP 1

Jumlah 35

Sumber: Bappeda Kabupaten Asahan 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan apartur Bappeda

Kabupaten Asahan belum cukup memadai, tingkat pendidikan aparatur Bappeda yang

paling dominan pendidikan setingkat SLTA. Sementara itu Bappeda yang perananya

merumuskan konsep-konsep pembangunan memerlukan aparatur-aparatur yang

memiliki kemampuan teknis sesuai dengan bidang masing-masing dan wawasan yang

luas dengan kondisi pegawai yang dominannya adalag SLTA. Hal ini tentu

menyebabkan tidak optimalnya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi terlebih yang

sesuai dengan kebutuhan sebagai perencana.

(25)

Pembangunan Daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Asahan.

Dengan pertimbangan bahwa secara praktis penelitian mengenai apakah efektif

penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Asahan akan memberi manfaat kepada penulis, dan juga mungkin

bermanfaat juga bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan, maka penulis

memandang perlu melakukan penelitian terhadap fenomena penyusunan Perencanaan

Pembangunan Daerah yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Asahan. untuk merealisasikan penelitian tersebut, penulis memilih

judul penelitian: “Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah di Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana yang ditetapkan di atas,

selanjutnya masalah dalam penelitian penulis rumuskan dengan mengajukan

pertanyaan penelitian (research questions) sebagai berikut:

1 Bagaimana dukungan Sumber Daya Manusia pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dalam penyusunan Rencana

Pembangunan Daerah ?

2 Bagaimana koordinasi yang dilaksanakan Badan Perencanaan Pembangunan

(26)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah efektif Penyusunan

Perencanaan Pembangunan Daerah pada Badan Perencanaan pembangunan

Daerah Kabupaten Asahan.

2. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan sudah dipahami dan dituangkan

dalam strategi kerja oleh semua pihak memiliki hasil yang efektif.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Terhadap Kepentingan Akademik

a. Dengan mengetahui penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah pada

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan diharapkan dapat

memperkaya pengetahuan teori Administrasi pembangunan melalui

perencanaan pembangunan yang efektif berdasarkan indikator Koordinasi dan

Indikator sumber daya manusia.

b. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Asahan untuk menjadi

data bantu perencanaan (planning data) pembangunan yang lebih

mengakomodasi dimensi efektivitas dalam perencanaan pembangunan daerah.

2. Terhadap kepentingan Dunia Praktis

Penelitian ini mempunyai kegunaan untuk meningkatkan efektivitas penyusunan

rencana pembangunan daerah di tingkat Kelurahan (Musrenbang Kelurahan) dan

tingkat Kecamatan (Musrenbang Kecamatan). Sedangkan dari sisi akademis adalah

untuk mengkaji efektivitas suatu model perencanaan, sehingga dapat dijadikan

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk melaksanakan kegiatan penelitian yang sesuai dengan

pedoman-pedoman yang berlaku, tentu tidak terlepas dari pola (kerangka) pemeikiran yang

mengacu pada beberapa konsep-konsep teoritis dalam kerangka teori yang

dikemukakan oleh para ahli serta acuan lain yang dianggap relevan dengan judul tesis

ini.

Berangkat dari pemikiran di atas, dalam tinjauan teori ini, akan diuraikan

secara konseptual melalui melalui tinjauan teori dan konsep kunci tentang hal-hal

yang berhubungan dengan Efektifitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah

pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan sevara sistematis.

Untuk lebih lengkapnya uraian-uraian teritis akan ditampilkan sebagai berikut.

2.1. Konsep Efektivitas

Setiap kegiatan manajemen dalam organisasi ditujukan untuk mencapai tingkat

efektivitas yang tinggi, dimana dengan efektivitas yang tinggi segala apa yang

direncanakan dapat dicapai, baik dari sudut kualitas, kuantitas maupun waktu.

Pengertian efektitivitas, banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya menurut

Hutapea (1997:98),: Efektivitas berasal dari kata efek, yang berarti mempunyai

pengaruh yang besar dan tepat, memberikan perubahan sesuai dengan tujuan dan

(28)

Menurut Komaruddin (1994:269) efektivitas adalah: Suatu keadaan yang

menunjukkan tingkat keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Tercapainya tujuan manajemen

(artinya manajemen yang efektif) tidak selamanya disertai dengan efisiensi yang

maksimum. Dengan perkataan lain manajemen yang efektif tidak perlu disertai

manajemen yang efisien.

Menurut Handayaningrat (1996:16),: yang dimaksud dengan efektif adalah bila

suatu sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.

Jadi kalau sasaran atau tujuan itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,

maka pekerjaan itu tidak efektif.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa Efektivitas merupakan suatu

keadaan yang mencerminkan bahwa aktivitas yang dilaksanakan telah mencapai hasil

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Untuk menentukan efektif tidaknya suatu pekerjaan yang dilakukan oleh

seseorang pegawai dapat dilihat dari ketepatan sasaran/tujuan pekerjaan itu, apakah

sesuai dengan waktu (rencana) yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Emerson (dalam Handayaningrat, 1996:16),:

Efectivity is measuring in term of attaining prescribed goals or objectives

(efektivitas ialah pengukuran dalam arti pencapaian sasaran atau tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya).

Dalam mewujudkan efektivitas tersebut, para pegawai/karyawan yang ada

(29)

memanfaatkan waktu kerja sebaik mungkin, sehingga hasil kerja dapat dicapai secara

maksimal tanpa adanya kesalahan-kesalahan, dan kalaupun ada dapat ditekan hingga

seminimal mungkin.

2.2.Perencanaan

Pada dasarnya perencanaan merupakan lengan intelektual dari perkembangan

hari depan kita. Seorang pimpinan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk

mengetahui sasaran-sasaran yang dibutuhkan, tentang cara untuk mencapainya

sebagaimana ditetapkan oleh perencanaannya. Tidak ada seorang pimpinan pun yang

dapat mencapai sukses tanpa ditunjung oleh perencanaan yang baik.

Terry (dalam Soekarno, 1992:71) mengemukakan pendapat bahwa

Perencanaan adalah: Gambaran tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian

memberikan pedoman, garis-garis besar tentang apa yang akan dituju. Perencanaan

merupakan persiapan daripada pelaksanaan suatu tujuan.

Sedangkan menurut Stoner & Freeman (1994:13), bahwa Perencanaan dapat diartikan

yaitu: Perencanaan yaitu menunjukkan bahwa manajer berpikir melalui

sasaran-sasaran dan kegiatan mereka sebelumnya, bahwa kegiatan-kegiatan mereka lebih di

dasarkan pada suatu metode, rencana atau pikiran logis ketimbang pada praduga.

Rencana memberikan sasaran sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik

untuk mencapai sasaran tersebut.

Dari pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa pada intinya, perencanan

(30)

organisasi serta bagimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan

melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu.

Adapun menurut pendapat Siagian (1997:108) bahwa Perencanaan dapat

diartikan yaitu: Perencanaan (Planning) yaitu keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan

datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Sedangkan pendapat Manullang (2005:13) bahwa Perencanaan adalah: Perencanaan

adalah penetapan tujuan, policy (kebijaksanaan), prosedur, budget, program dari suatu

organisasi.

Dari beberapa pendapat di atas, terlihat bahwa dalam melaksanakan suatu

kegiatan perlu adanya suatu pemikiran maupun penentuan yang secara matang dan

juga adanya suatu penetapan kebijaksanaan, prosedur, badget dan program dari

organisasi sehingga pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan

tujuan yang diinginkan.

Handoko (2003:23) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan

sebagai berikut adalah: Perencanaan yaitu (1). Pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan

organisasi dan (2). Penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,

metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutukan untuk mencapai tujuan. Dalam

suatu organisasi perencanaan merupakan salah satu aspek yang menjadi perhatian

utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang dikelola dengan cara pemilihan

(31)

2.3.Administrasi Pembangunan

Administrasi Pembangunan lahir dari kesadaran tentang diperlukannya

berbagai pendekatan disipliner untuk mensukseskan usaha-usaha pembangunan

nasional, khususnya pembangunan ekonomi negara-negara berkembang. Administrasi

pembangunan merupakan disiplin ilmu administrasi yang diarahkan pada penerapan

konsep administrasi atau manajemen dalam pembangunan.

Administrasi pembangunan dimaksudkan untuk lebih menjamin pelaksanaan

perencanaan pembangunan secara baik dengan melakukan

penyempurnaan-penyempurnaan administrasi negara (reformasi administrasi) dan mengembangkan

berbagai sistem administrasi guna mendukung perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan (Tjokroamidjojo, 1996:176).

Gant (dalam Tjokroamidjojo, 1988: 83) menyatakan bahwa: administrasi

pembangunan adalah administrasi mengenai kebijakan, program dan proyek untuk

mendukung tujuan-tujuan pembangunan. Administrasi pembangunan juga sebagai

penyempurnaan birokrasi (apartur pemerintah) dalam menghadapi meningkatnya

jumlah, jenis, dan kompleksitas fungsi-fungsi pemerintah untuk memenuhi berbagai

kebutuhan masyarakat dalam pembangunan.

Kemudian Mustopadidjaya (dalam Tjokroamidjojo 1988:83) berpendapat

bahwa: administrasi pembangunan adalah ilmu dan seni tentang bagaimana

pembangunan suatu sistem administrasi negara dilakukan sehingga sistem administrasi

tersebut mampu menyelenggarakan berbagai fungsi umum pemerintahan dan

(32)

Administrasi pembangunan dilingkungan pemerintah daerah merupakan bagian

dari administrasi negara Indonesia yang memiliki fungsi nyata, fungsi-fungsi tersebut

adalah 1. Perencanaan, 2 Pengerahan, 3. Sumber daya, 4. Penganggaran,

5. Pelaksanaan pembangunan yang ditangani langsung oleh pemerintah pusat,

6. Koordinasi dan evaluasi 7. Pengawasan (Kartasasmita, 1997: 48).

Kedelapan fungsi di atas tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, namun

terintegrasi dala suatu sistem yang utuh. Dalam konteks kebijaksanaan desentralisasi

yang memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah, sehingga secara

langsung dapat menunjang pembangunan daerah. Menurut Rasyid (1998:52)

menyatakan bahwa: terdapat beberapa bidang yang perlu diperbaiki, yakni dibidang

perencanaan pembangunan, dibidang organisasi pemerintahan dan dibidang

kepegawaian.

Kartasasmita (1997:53) mengemukakan lima kriteria perencanaan

pembangunan daerah yang efektif. Kelima kriteria itu adalah:

1. Perencanaan pembangunan harus bersifat garis besar dan indikatif.

2. Perencanaan pembangunan daerah harus dapat mengendalikan dan mengarahkan

invetasi pemerintah yang mendorong meningkatnya usaha masyarakat swasta.

3. Perencanaan pembangunan daerah harus dapat mendorong bekerjanya pasar.

4. Harus dapat mengikutsertakan masyarakat dalam prosesnya

5. Harus dapat memajukan golongan masyarakat dan wilayahnya yang dengan

ekonomi pasar saja tidak mungkin berkembang atau bersaing dalam memperoleh

(33)

Selanjutnya ada berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam proses

perencanaan (Kartasasmita 1997:49) pendekatan tersebut adalah: pertama dasar

perencanaan;kedua keterlibatan stakeholders;ketiga ruang lingkup dan tujuan sasaran

perencanaan; keempat metode perencanaan; kelima hierarki perencanaan;keenam

jangka wakti perencanaan; ketujuh alur perencanaan, kedelapan arah perencanaan;

kesembilan sifat perencanaan dan kesepuluh produk perencanaan.

Agar pelaksanaan pembangunan daerah berjalan dengan baik diperlukan

adanya kelembagaan yang bertanggung jawab langsung terhadap penyelenggaraan

pembangunan didaerah Rasyid (dalam Kartasasmita, 1998:145) kelembagaan dalam

hal ini mencakup organisasi-organisasi baik organisasi pusat yang berada di daerah

maupun organisasi daerah sendiri beserta perangkatnya termasuk sumber daya

manusia yang berada didalamnya. Dibidang organisasi, diperlukan kajian lengkap

mengenai efektivitas keberadaan lembaga-lembaga pusat dan daerah yang bertanggung

jawab terhadap penyelenggaraan pembangunan didaerah sesuai dengan

perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam kewenangan daerah dalam penyelenggaraan urusan

pemerintahan, dalam perencanaan pembangunan dan dalam pengelolaan keuangan.

Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa administrasi

pembangunan adalah meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan

penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan maupun pembangunan terutama pada

(34)

2.4.Konsep Pembangunan Daerah

Disetiap negara, pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan

berbeda-beda, namun secara umum dapat dilihat dari tiga hal pokok yaitu melalui

pendekayan makro, pendekatan sektoral dan pendekatan regional. Hal ini sebagaimana

yang diungkapkan oleh Wrihatnolo (2006;23) yang menyebutkan: pada umumnya

pembangunan yang dilaksanakan suatu negara atau bangsa di dasarkan pada tiga

pendekatan yaitu pendekatan makro, sektoral dan regional. Pembangunan makro

mencakup sasaran-sasaran dan upaya pada lingkup nasional, yang mencapaianya

merupakan hasil dari upaya-upaya pada tingkat sektoral dan regional. Pembangunan

sektoral hanya memfokuskan pada bidang-bidang tertentu seperti pertanian dan

pembangunan regional yang menekankan pada pelaksanaan pembangunan suatu

daerah tertentu, pada dasarnya merupakan bagian dari pembangunan nasional itu

sendiri.

Ini berarti bahwa keberhasilan pembangunan di daerah-daerah akan membawa

dampak positif terhadap pembangunan nasional secara keseluruhan. Kartasasmita

(dalam Bratakusuma, 2003:43) Yaitu: Proses Pembangunan daerah dilihat dengan tiga

cara pandang berbeda. Pertama Pembangunan bagi suatu Kota, daerah atau wilayah

sebagai wujud bebas yang pengembangannya tidak terikat pada Kota, daerah atau

wilayah lain sehingga penekanannya perencanaan pembangunannya mengikuti pola

yang lepas dan mandiri. Kedua pembangunan daerah merupakan bagian dari

pembangunan nasional, ketiga perencanaan pembangunan daerah sebagai instrumen

(35)

Cara pandang pertama wujud pelaksanaan otonomi yang diimplementasikan

dalam proses desentralisasi, dimana daerah dberikan kewenangan untuk melakukan

perencanaan pembangunannya secara mandiri dan independen, baik dari

keterikatannya dengan pemerintah pusat maupun daerah. Cara pandang kedua bahwa

pembangunan yang dilaksanakan didaerah merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional, dimana perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh

pusat. Ini merupakan perwujudan dari dekonsentrasi. Sedangkan cara pandang ketiga

lebih menunjukkan adanya tugas pembantuan. Dalam konteks ini, perencanaan

pembangunan terpusat dengan alokasi sumber daya dan kegiatan yang ada di daerah

(Bratakusuma; 2003:43). Meskipun Perencanaan Pembangunan bersifat indenpenden

(mandiri) sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 di ubah terakhir kali

menjadi Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, dimana

setiap daerah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan sendiri untuk melakukan

kegiatan-kegiatan secara otonom, namun hal itu tidak berarti bahwa daerah harus

mengabaikan kepentingan nasionalnya. Hal ini sejalan dengan prinsip otonomi yang

bertanggung jawab berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

semakin baik, pengembangan kehidupan berdemokras, keadilan dan pemerataan serta

pemeliharaan hubungan yang serasi antar pusat dan daerah dalam rangka menjaga

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal ini sebagaimana yang diInformasikan bahwa Perencanaan Pembangunan

(36)

pelaksanaan perencanaan pembangunan ditingkat pusat dan daerah diserasikan dengan

adanya pelaksanaan Musrenbang.

Pembangunan Daerah adalah Usaha untuk meningkatkan kualitas dan

perikehidupan manusia dan masyarakat daerah yang dilakukan secara terus menerus,

berlandaskan kemampuan daerah dan kemampuan nasional dengan memanfaatkan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan

perkembangan keadaan daerah, nasional dan global. Pengertian daerah adalah

mencakup Kabupaten/Kota dan daerah Provinsi, masing-masing sebagai daerah

otonom (Wrihatnolo, 2006:125).

Sedangkan menurut Siagian (2005:5): pembangunan yaitu seluruh usaha

dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara

sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang

bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhir.

Menurut Kartasasmita seperti yang dikutip (Bratakusuma, 2003:4) Pembangunan

yaitu sebagai suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang

dilakukan secara terencana.

Hal lain menurut Razal (1988:2) bahwa: Aspek sangat penting dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan adalah penyusunan program. Program dan proyek

merupakan penjabaran atau unit kecil dari perencanaan pembangunan. Dengan

demikian keseluruhan tujuan yang ditetapkan dalam rencana tersebut

diimplementasikan dan dicapai melalui pencapaian sasaran0sasaran atau target yang

(37)

Menurut Nigo seperti yang dikutip (dalam Abidin, 1984:4) menyebutkan:

Perencanaan sebagai penentuan dasar dari oragnisasi dan pemilihan program terbaik

untuk mencapai tujuan. Dia membedakannya dengan program, yang diartikan sebagai

penjadwalan kegiatan dan pelaksanaan seefisien mungkin dari proyek-proyek yang

diperlukan untuk mewujudkan program tersebut.

Hal yang paling penting dalam melaksanakan setiap kegiatan-kegiatan yang

menuntut adanya kerjasama antar kelompok maupun individu adalah makna dari

kerjasama untuk pencapaian tujuan. Oleh karena sebab itu agar kegiatan kelompok

atau individu dapat diwujudkan secara efektif, maka kepada setiap anggota dalam

kelompok dimaksud harus memahami dengan baik setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Disinilah pentingnya makna perencanaan sebagai suatu landasar atau kerangka dari

keseluruhan fungsi manajemen, sebab keberadaannya menyangkut semua

pilihandiantara beberapa alternatif usaha kegiatan dimasa yang akan datangoleh setiap

unit kerja yang terdpat dalam satu kelompok organisasi.

Dari hal tersebut di atas dapat diperluas lingkupnya, dalam Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah dapat

dibedakan menjadi:

a. Perencanaan Nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu bangsa

dalam berbagai bidang): pelaksanaan pembangunan nasional yang

perencanaannya dilakukan dalam suatu rencana nasional melalui Badan

(38)

b. Perencanaan Regional (untuk menggali potensi suatu wilayah dan

mengembangkan kehidupan masyarakat wilayah bersangkutan) dalam hal ini

sebagai contoh rencana pembangunan wilayah Indonesia bagian Timur dan

sejenisnya;

c. Perencanaan Lokal, Misalnya:

1. Perencanaan Kota, (untuk mengatur pertumbuhan Kota, menertibkan

penggunaan tempat, memperindah Kota sebagai ciri khas kota bersangkutan.

2. Perencanaan desa, (utnuk menggali potensi suatu desa serta mengembangkan

masyarakat desa tersebut).

Perencanaan lokal sesungguhnya dapat mengandung pengertian perencanaan

daerah jika dikaitkan dengan konteks pelaksanaan pembangunan daerah. Sehubungan

dengan pengertian hal di atas, dapat dikaitkan dengan pembangunan daerah nyang

merupakan pembangunan yang suatu wilayah atau daerah. Menurut Itisastro ( dalam

Tjokroamidjojo, 1994:14) menyebutkan: perencanaan ini sebenarnya berkisar kepada

dua hal yang pertama adalah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan

konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu yang akan datang atas dasar

nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, dan yang kedua adalah pilihan

pilihan diantara alternatif-alternatif cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna

mencapai tujuan – tujuan tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria

tertentu terlebih dahulu.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pada hakekatnya tujuan dari

(39)

kebutuhaan yang ingin dicapai dengan sumber daya atau potensi yang dimiliki oleh

suatu negara, wilayah atau daerah yang bersangkutan. Hal ini juga diperkuat dari

pendapat Beratha (1982;79) bahwa tujuan pokok perencanaan tiada lain adalah untuk

menentukan, menciptakan dengan mengusahakan kesimbangan antara kebutuhan

dengan bahan yang tersedia.

Pembangunan menurut Siagian (1999:4) menyebutkan bahwa Pembangunan

adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan

sadar dan ditempuh oleh suatu bangsa menuju modrenitas dalam rangka pembinaan

bangsa (Nation-Building).

Kartasasmita (1997: 9) menyatakan: Pembangunaan adalah sebagai suatu

proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang di lakukan secara

terencana. Sedangkan Wrihatnolo dan Nugroho (2006:10) mengatakan: Pembangunan

diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesehteraan sevara terukur dan alami.

Perubahan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi dari definisi ekonomi, politik

dan hukum. Petubahan alami ditentukan oleh siapa yang berperan dalam perubahan

itu. Perubahan alami adalah perubahan yang melembaga dalam bangun sosial

sekelompok manusia. Hanya perubahan alami yang mampu menjamin adanya

perubahan terukur secara konstan.

Berpedoman pada pengertian di atas, makna dari perencanaan pembangunan

dapat disebutkan sebagai suatu proses kegiatan tentang bagaimana malakukan sumber

daya pembangunan yang ditentukan oleh ketetapan yang berlaku untuk melaksanakan

(40)

2.5.Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Seiring dengan berkembangnya proses demokrasi dalam pemerintahan dan

demokrasi dalam pembangunan pada otonomi daerah, maka peran serat masyarakat

dengan keikutsertaanya dalam proses perencanaan sangat diperlukan. Masyarakat pada

masa sekarang ini bukan hanya berperan sebagai objek perencanaan, tetapi mereka

telah dapat di berdayakan menjadi subyek perencanaan. Dengan demikian proses

perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan dilakukan dari

atas ke bawah (Top down planning): Perencanaan ideal yang disebut Interactive

Planning ialah perencanaan memenuhi tiga prinsip yaitu Partisipatif, kesimabnungan

dan holistik. Partisipatif yaitu masyarakat terlibat dalam proses perencanaan,

kesinambunga yaitu dapat menjamin adanya kemajuan terus menerus dalam

kesejahteraan serta prinsip holistik adalah melihat berbagai aspek tetapi dalam

keutuhan konsep secara keseluruhan.

Friedman (dalam Korten, david dan Sjahrir, 1988:67) menyatakan:

Perencanaan yang melibatkan masyarakat adalah sebagai proses belajar sosial yang

menekankan adanya dialog yang melibatkan hubungan yang saling mempercayai antar

dua pihak atau lebih dan dalam perencanaan partisipatif terdapat apa yang disebut

dengan gaya transaktif yakni hasil perencanaan tergantung pada hubungan timbal balik

pribadi-pribadi menurut latar belakang khususnya dan bukan pada lembaga-lembaga

yang abstrak.

Partisipatif atau keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan sangat diharapkan

(41)

bahwa: disatu pihak partisipasi masyarakat penting bagi pembangunan dan

bukanmenjadi salah satu tujuan pembangunan itu sendiri. Yakni terlibatnya,

tergeraknya, seluruh masyarakat dalam proses pembangunan berencanasesuai dengan

arah dan strategi ditetapkan melalui suatu bentuk partisipasi dalam sistem politik.

Dilain pihak proses pembangunan itu sendiri di harapkan akan menimbulkan

partisipatif.

Huntington (dalam Abidin, 2006: 161) menyatakan partisipatif masyarakat

adalah kegiatan warga negara biasa yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan

keputusan oleh pemerintah.

Conyer (1991:186) keberhasilan atau kegagalan partisipasi dalam perencanaan

pembangunan di pengaruhi beberapa faktor yaitu:

1. Hasil keterlibatan masyarakat itu sendiri, masyarakat tidak akan ikut berpartisipasi

atas kemauan sendiri dengan antusiasme yang tinggi dalam perencanaan kalau

mereka merasa dalam perencanaan tersebut tidak mempunyai pengaruh pada

rencana akhir.

2. Masyarakat merasa enggan berpartisipasi dalam kegiatan yang tidak menarik

minat mereka atau yang tidak mempunyai pengaruh langsung yang dapat mereka

rasakan.

Sedangkan Abidin (2006: 163) partisipasi masyarakat sangat penting dalam

penyelenggaraan pemerintahan karena:

1. Keikutsertaan masyarakat merupakan cara untuk memobilitasi pendapat dan

(42)

brilian yang muncul dalam masyarakat maka akan baik dalam penyelenggaraan

pemerintahan, karena pemerintah tidak bersifat otoriter sehingga pemerintah di

dukung oleh masyarakat.

2. Adanya keterbukaan berpendapat melalui partisipasi memungkinkan munculnya

aspirasi masyarakat dengan demikian mempermudah pemerintah dalam proses

identifikasi masalah danformulasi kebijakan yang tepat.

3. Meringankan pemerintah dalam mengambil kebijakan yang mengandung resiko

besar.tanpa ada dukungan dari masyarakat, pemerintah tidak mampu mengambil

resiko untuk membuat kebijakan dalam menyatakan perang atau membuat sebuah

perubahan besar.

Dari pendapat di atas perencanaan partisipatif dapat penulis simpulkan yaitu

suatu proses atau rangkaian beberapa kegiatan yang saling berhubungan dalam

memilih salah satu beberapa alternatif tentang tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

organisasi atau kelompok dalam jangka waktu tertentu ataupun dalam skala jangka

waktu yang panjang pada sasaran tertentu dengan melibatkan masyarakat dan pelaku

stakeholders.

2.6.Faktor-faktor Perencanaan Pembangunan Daerah

Dapat ditambahkan bahwa keberhasilan perencanaaan pembangunan sangat

tergantung dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya.beberapa negara,

perencanaan pembangunan dapat berhasil dengan baik karena disebabkan oleh

(43)

a. Kestabilan politik dan keamanan dalam negeri;

b. Dilakukan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya;

c. Realistis, sesuai dengan sumber daya dan dana;

d. Koordinasi yang baik;

e. Top down dan battom up planning;

f. Sistem pemantauan dan pengawasan yang terus menerus.

Jika dilihat dari faktor pengaruh perencanaan pembangunan yang diungkapkan

tersebut, sepertinya terlalu luas untuk peneliti melakukan penelitian, maka penulis

akan membatasi pembahasan dalam penulisan tesis ini, yaitu Penyusunan Perencanaan

pembanguna Daerah di Kabupaten Asahan dimana penulis tidak akan membahas

tentang ketujuh faktor yang terdapat di atas, jadi arah pembahasannya terbatas pada

Sumber Daya manusia dan Koordinasi yang terdapat pada badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan.

2.7. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (human resaurcess) merupakan unsur terpenting dalam

setiap organisasi karena sumber daya manusia merupakan penggerak dalam organisasi

dan menentukan berkembang atau tidak organisasi sebagaimana dikemukakan oleh

Soedjadi (2002:2) menyebutkan kekuatan yang bersumber dari diri manusia sendiri

yang mempunyai kemampuan (competency) untuk membangun dalam arti untuk

maju-Positif.

Menurut Siagian (1992:20) menyatakan bahwa: sumber daya manusia

(44)

paling berharga dengan pengertian bahwa manusia diperlukan sesuai dengan harkat

dan martabatnya sehingga berprilku positif dalam kegidupan organisasunya.

Sedangkan Zainun (1997:20) menyebutkan: sumber daya manusia adalah

daya/kekuatan atau kemampuan yang bersumber dari manusia. Jadi pada instansi

pemerintah yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah pegawai Negeri Sipil

(PNS).

Oleh sebab itu keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya melalui pemanfaatan kemampuan sumber daya manusia untuk

menghadapi berbagai tantangan (treats) baik itu internal ataupun eksternal sangat

ditentukan oleh kampuan dalam mengelola secara profesional SDM (pegawai) untuk

dikembangkan dan dimanfaatkan sebagaimana disarankan Flippo (dalam Edwin,

1988:5) yang mengemukakan: Human Resources managemen is the development and

utilizaion of personnel for the effective achievement of individual, organization,

community, national and international goal and objective (manajemen sumber daya

manusia adalah pengembangan dan pemanfaatan pegawai bagi pencapaian yang fektif

mengenai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan individu, organisasi, masyarakat, nasional

dan internasional).

Sedangkan Cushway (1996:6) menyebutkan sumber daya manusia adalah

rangakaian strategi, proses dan aktivitas yang didesain untuk menunjang tujuan

(45)

Lebih lanjut Handoko (1996:3) menyebutkan sebagai penarik, seleksi,

pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai

hasil baik tujuan individu maupun organisasi.

Hasibuan mengemukakan (2000:245) yaitu sumber daya manusia adalah

kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan

sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya

dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa sumber daya manusia sangat

dominan dalam suatu organisasi, oleh sebab itu dibutuhkan penanganan sumber daya

manusia dengan tepat dan konsisten sehingga akan berpengaruh bagi perkembangan

organisasi Bappeda Kabupaten Asahan dimasa yang akan datang dalam merumuskan

program perencanaan pembangunan di Kabupaten Asahan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan sumber daya manusia adalah

pengembanagan dan pemanfaatan pegawai untuk menunjang dalam pencapaian

tujuan-tujuan individu atau organisasi.

Suatu organisasi harus mampu untuk mengembangkan dan menerapkan satu

sistem yang memuaskan para pegawainya, apabila organisasi masih mengingikan

adanya orang-orang yang terampil dan berkemampuan tinggi dilingkungan

(46)

2.8. Koordinasi

Dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan,

setiap aparatur pemerintah bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas umum

pemerintahan dan pembangunan dibidangnya masing-masing. Namun demikian tujuan

dan sasaran yang harus dicapai oleh pemerintah selalu menyangkut kegiatan-kegiatan

atau tugas lebih dari satu aparatur pemerintahan dan pembangunan tidak saja

tergantung dari segi tersedianya dana, sumber daya manusia, akan tetapi sering kali

tergantung dari adanya koordinasi antar Dinas/instansi terkait.

Dalam hal ini kata koordinasi berasal dari bahasa inggris didalamnya

terkandung pengertian kesetaraan, kesesuaian, saling mengisi dan saling mendukung.

White (dalam Syafie 1997:85) mengungkapkan: koordinasi adalah penyesuaian diri

dari masing-masing bagian dan usaha menggerakkan serta mengoperasikan

bagian-bagian pada waktu yang cocok sehingga dengan demikian masing-masing bagian-bagian

dapat memberikan sumbangan terbanyak pada keseluruhan hasil.

Terry (dalam Syafie, 1997:87) Koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari

usaha-usaha untuk menciptakan pengaturan waktu dan terpimpin dalam hasil

pelaksanaan yang harmonis dan bersatu untuk menghasilkan tujuan yang telah

ditetapkan.

Hidayanigrat (dalam Tamim, 2002:32) menyatakan bahwa: koordinasi adalah

sebagian usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja (unit-unit)

organisasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat, guna

(47)

Awaluddin (dalam Tamim, 2002:32) mengemukakan: Koordinasi adalag suatu

usaha bersama antar badan,instansi, unit organisasi dalam pelaksanaan tugas-tugas

tertentu sedemikian rupa sehingga terdapat saling mengisi, membantu dan melengkapi.

Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, koordinasi sebagaimana

peraturan pemerintah nomor: 6 Tahun 1988 tentang koordinasi kegiatan instansi

vertikal di daerah, dinyatakan bahwa: Koordinasi adalah upaya yang dilaksanakan oleh

kepala wilayah guna mencapai keselarasan, keserasian, dan keterpaduan baik

perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta semua kegiatan instansi vertikal dan

antar instansi vertikal dengan dinad-dinas agar tercapai hasil guna dan daya guna yang

sebesar-besarnya.

Jadi koordinasi dapat diartikan menurut penulis yaitu suatu hubungan

komunikasi serta usaha untuk mencapai sebuah tujuan yang sama, yang dilakukan oleh

beberapa orang atau kelompok atau satuan kerja yang berstatus setara dan sederajat

dengan yang lainnya.

Hasil dari koordinasi adalah keputusan-keputusan atau kesepakatan bersama

antar intansi terkait. Keputusan tersebut harus dilaksanakan, pimpinan berkewajiban

mengawasi dan memastikan bahwa semua keputusan sudah dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan.

Dari hal tersebut di atas Sugandha (1984:35) koordinasi adalah sebagai

pemersatu gerak dalam proses administrasi. Hal lain menurut Abdurachman

(48)

1. Pengkoordinasian adalah kegiatan-kegiatan untuk menertibkan, sehingga segenap

kegiatan manajemen maupun kegiatan pelaksanaan satu sama lain tidak

simpangsiur, tidak berlawanan dan dapat ditujukan kepada titik arah pencapaian

tujuan. Hasil dari pengkoordinasian adalah ketertiban, ketidaksimpangsiuran.

2. Sebagian ahli berpendapat bahwa pengkoordinasian adalah kegiatan manajemen

yang berdiri sendiri disamping kegiatan manajemen yang lain seperti perencanaan,

pengorganisasian dan sebagainya (Fayol), akan tetapi kebanyakan ahli

berpendapat bahwa pengkoordinasian adalah salah satu fungsi diri setiap kegiatan

manajemen.

3. Bahwa ada yang berpendapat kegiatan pengkoordinasian dapat pula dilakukan

oleh mereka yang bukan manajemen.

4. Perbedaan antara manajemen dan bukan manajemen dalam melakukan koordinasi

ialah bahwa manajemen dapat melaksanakan koordinasi itu karena koordinasi itu

dilakukan terhadap orang-orang bawahannya, sedangkan yang bukan manajemen

lebih banyak menggunakan Personal authority, kewibawaan, pribadi wewenang,

karena pengaruh kepribadiannya, sehingga faktor paksaan tidak ada, tegasnya

apabila kegiatan pengkoordinasian dari bukan manajemen ditolak oleh

orang-orang yang di koordinasikan, maka bukan manajemen itu dapat memaksanya

untuk diterima.

Selain itu Mooney (dalam Handayaningrat, 1980:88) mendefinisikan

Koordinasi sebagai berikut: Coordinating as the achievement of orderly group effort,

(49)

usaha kelompok secara teratur dan kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan

bersama).

Sedangkan Farland (dalam Handayaningrat, 1990:89) mendefinisikan

koordinasi sebagai berikut: Cordinating is the process where by an executive

developan ordely pattern is of group efforts among his subordinate and secure unity of

action in the pursit of common purpose (koordinasi adalah suatu proses dimana

pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur diantar bawahannya

dan menjamin kesatuan tindakan didalam mencapai tujuan bersama).

Selanjutnya Farland (dalam Hadayaningrat, 1992;187) mendefinisikan

koordinasi atas lima pokok yaitu:

1. Bahwa tanggung jawab Koordinasi adalah terletak pada pimpinan, oileh karena itu

koordinasi merupakan tugas dari pimpinan;

2. Adanya proses yang terus menerus, sebab koordinasi adalah pekerjaan pimpinan

yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan

organisasi dapat tercapai dengan baik;

3. Penyusunan usaha kelompok secara aturan, maka oleh sebab itu koordinasi

merupakan konsep yang diterapkan didalam kelompok, bukan terhadap usaha

individu;

4. Konsep kesatuan tindakan, hal ini merupakan inti koordinasi, kesatuan tindakan

berarti bahwa pimpinan harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha setiap

(50)

5. Tujuan organisasi adalah tujuan bersama, kesatuan usaha meminta suatu

pengertian kepada semua individu agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai

kelompok tempat mereka bekerja.

Disamping pengertian dan definisi di atas perlu juga penulis kemukakan

jenis-jenis koordinasi menurut para ahli antara lain:

1. Koordinasi intern yaitu koordinasi yang langsung dilakukan oleh atasan kepada

bawahannya didalam suatu organisasi yang sama, koordinasi intern dibagi atas

tiga kelompok yaitu: a. Koordinasi Vertikal, b. Koordinasi Horizontal,

c. Koordinasi diagonal.

2. Koordinasi ekstern yaitu koordinasi yang dilakukan oleh suatu organisasi dengan

organisasi lainnya, koordinasi ekstern ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Koordinasi yang bersifat Horizontal, b. Koordinasi ekstern yang bersifat

diagonal.

Juga Abdurachman (dalam Tamim, 2002:45) mengungkapkan pula macam koordinasi

sebagai berikut:

a. Buat management, maupun bukan management dinamakan koordinasi vertikal,

karena yang dikoordinasikan adalah orang-orang bawahan atau orang-orang dalam

status kedudukan dalam oragnisasi atau status sosial dapat dipandang sebagai

bawahan;

b. Buat pejabat/fungsional dalam suatu oragnisasi yang mempunyai wewenang

fungsional yang ada padanya untuk koordinasi khusus dalam bidang fungsinya,

(51)

Untuk lebih memperjelas tentang koordinasi perlu pula dikemukakan

prinsip-prinsip koordinasi, mekanisme dan syarat-syarat koordinasi berikut ini.

2.8.1 Prinsip-Prinsip Koordinasi

Menurut Abdurachman (1995;47) mengemukakan prinsip-prinsip koordinasi

sebagai berikut:

1. Prinsip efisiensi;

2. Prinsip kesatuan arah dan tujuan;

3. Prinsip koordinasi;

4. Prinsip ketetapan penggunaan alat-alat koordinasi.

Sugandha (1996:47) menyebutkan prinsip-prinsip koordinasi yaitu:

a. Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai sasaran yang harus

dicapai sebagai kegiatan bersama;

b. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan dan atau tindakan yang harus

dilakukan oleh masing-masing pihak termasuk target dan jadwalnya;

c. Adanya kesatuan atau loyalitas pada setiap pihak terhadap tugas

masing-masing serta jadwal yang telah ditetapkan;

d. Adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan serta memonitor

kerjasama tersebut sertapemechahan masalah bersama.

Maka di dalam pelaksanaan koordinasi dalam pengembangan baik koordinasi

intern maupun ekstern membutuhkan koordinasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip

(52)

fundamental yang harus dijadikan pegangan oleh koordinator untuk menyelesaikan

suatu kegiatan.

Juga didalam operasional dari proses pengkoordinasian perlu memperhatikan

hal-hal yang dikemukan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (1985;58)

sebagai berikut:

a. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau satuan mana yang secara fungsional

berwenang dan bertanggung jawab atas sesuatu masalah;

b. Perlu di rumuskan program kerja organisasi yang jelas memperlihatkan keserasian

kegiatan diantara satuan-satuan kerja;

c. Perlu di rumuskan secar jelas wewenang tanggung jawab dan tugas-tugas

satuan-satuan kerja;

d. Perlu dikembangkan kesatuan bahasa dan kerjasama antara lain melalui rapat

berkala, briefing, rapat kerja, team adhoc dll;

e. Koordinasi sudah harus dimulai pada saat penyusunan program kerja dan

anggarannya.

Selanjutnya didalam pengembangan dan pembangunan perlu pula

mempedomani prinsip-prinsip koordinasi menurut Pamuji (1997;40-41) adalah:

a. Koordinasi dimulai dari tahapan permulaan;

b. Tahapan yang kontinu;

c. Sepanjang kemungkinan koordinasi harus merupakan pertemuan-pertemuan

Gambar

Tabel  1.1.  Jadwal Pelaksanaan Musrenbang Tahun 2011
Tabel 1.2. Tingkat pendidikan Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan Tahun 2011
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Tabel 3.1. Responden Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

TEORI Variabel (Konsep [Simbol/Defini si} Variabel (Konsep [Simbol/Defini si} Variabel (Konsep [Simbol/Defini si} Variabel (Konsep [Simbol/Defini si} Relationship: Proposisi

Hasil respon siswa yang diperoleh melalui angket siswa pada saat uji coba menunjukkan bahwa kelima aspek komponen modul yang dikembangkan mendapatkan kriteria

Hasil uji validasi diperoleh media layak digunakan dengan persentase 88% berdasarkan ahli materi dengan kategori sangat baik, 85% berdasarkan ahli media dengan

Al-Mujrimu>n dalam ayat tertuju pada orang yang melakukan perbuatan yang dilakukan oleh kaum Luth AS, dengan demikian maka takdir dari ayat ini adalah.. صوصخلما

Proses meng- Klik tombol ”Mendaftar” di atas maka sistem akan mengirimkan em ail ke alamat e- mail perusahaan dengan subject ”(LPSE) Konfirmasi Pendaftaran Rekanan”,

pengawasan kegiatan pengelolaan sumber daya, kelautan dan pesisir, lingkungan kelautan dan pesisir serta kegiatan / usaha masyarakat pesisir di wilayahnya. Membantu

[r]

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 dan Pasal 25 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010