EFEKTIVITAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN
DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH KABUPATEN ASAHAN
TESIS
Oleh
IRFANSYAH HARAHAP
087003027/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SE K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA N
EFEKTIVITAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN
DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH KABUPATEN ASAHAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
IRFANSYAH HARAHAP
087003027/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : EFEKTIVITAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN
Nama mahasiswa : Irfansyah Harahap Nomor pokok :
087003027
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua
)
(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (Dr. Rujiman, MA Anggota Anggota
)
Ketua Program Studi Direktur
Telah diujikan pada
Tanggal : 25 April 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE
Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec
2. Dr. Rujiman, MA
EFEKTIVITAS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN ASAHAN
ABSTRAK
Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah efektif penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan. Penyusunan perencanaan tersebut akan menghasilkan rencana kerja pemerintahan daerah setiap tahunnya.
Dalam penelitian ini, fokus utamanya adalah efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan indikator Sumber daya manusia dan Koordinasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan tehnik pengumpulan data utama adalah Wawancara terhadap 8 (delapan) orang responden dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Asahan dilihat dari indikator sumber daya manusia yang ada belum memadai, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan pegawai Bappeda yang lebih dominan setingkat SLTA.
Sedangkan terhadap indikator koordinasi sudah mencerminkan adanya hubungan-hubungan pembagian tugas dan fungsi-fungsi antar bagian dan bidang secara sistematis, sehingga dari kondisi ini dapat dijadikan kekuatan bagi Sumber daya manusia perencana dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Sedangkan rencana Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah berpedoman pada surat edaran Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri tentang petunjuk teknis dalam penyelenggaraan musrenbang.
Tetapi dalam mensosialisasikan surat edaran tersebut belum baik, hal ini dikarenakan surat edaran tersebut terlambat sampai kepada kecamatan, kelurahan dan desa serta Dinas/Instansi terkait. Sehingga rencana program pembangunan yang dimusrenbangkan di tingkat desa/kelurahan sampai kecamatan tidak berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini mengakibatkan skala prioritas dalam rencana pembangunan yang akan di musrenbangkan ditingkat Kabupaten lebih condong kepada pembangunan tahun kemarin.
Atas hal tersebut diatas, disarankan Sumber daya manusia yang ada di Bappeda perlu diadakan peningkatan pendidikan dengan mengirimkan pegawainya untuk mengikuti pendidikan contohnya di berikan sekolah dengan biaya pemerintah daerah, Bappenas maupun kerjasama dengan Instansi lain yaitu Tugas Belajar sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu dengan memberikan pegawai pelatihan dengan mengikuti diklat-diklat teknis khususnya diklat perencanaaan yang di selenggarakan oleh Bappenas ataupun yang lainnya. Dari hal tersebut maka diharapkan adanya suatu perubahan pada sumber daya aparatur yang ada di Bappeda Kabupaten Asahan.
EFFECTIVENESS IN THE DEVELOPMENT OF REGIONAL DEVELOPMENT PLANNING BOARD REGIONAL DEVELOPMENT DISTRICT ASAHAN
ABSTRACT
Implementation of this study aims to determine whether effective regional development planning undertaken by the Regional Planning Board Asahan District. The preparation of these plans will result in local government work plan each year.
In this study, its main focus is the effectiveness of regional development planning in the Regional Planning Board District Asahan with indicators of human resources and coordination.
The method used in this research is descriptive method with qualitative approach, with primary data collection techniques were interviews of 8 (eight) of the respondents and document review.
The results showed that Bappeda in the preparation of regional planning district Asahan seen from the indicators of human resources are not adequate, this can be seen from the level of employee education Bappeda more dominant high school level
While the coordination of the indicators have to reflect the relationships and division of duties between the functions and fields systematically, so that from this condition can be a force for human resource planners in carrying out the duties and fungsi. so Bappeda plans in the preparation of regional planning based on circular Bappenas and the Ministry of Interior of the technical guidance in the administration of musrenbang.
.
But in the dissemination of the circular is not good, this is because the circular was delayed until the districts, villages and countryside as well as the Department/Institution. So plan musrenbang development program at the village/sub district is not going according to a predetermined schedule. This resulted in the development plan priorities that will be more inclined musrenbang district level to the development last year.
On the above, it is suggested that human resources are needed to be improved Bappeda education by sending their employees to follow the example of education in schools given the cost of local government, Bappenas and cooperation with other agencies in accordance with the task of learning their tasks. In addition to providing training to employees following the training, technical training, especially training that planning on hold by the National Development Planning Agency or the other. From this it is expected that there is a change in personnel resources that exist in Bappeda Asahan District.
KATA PENGANTAR
Ucapan rasa syukur penulis panjatkan keharibaan ALLAH SWT, karena berkat kehendak nyalah akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya dan sesuai dengan kemampuan serta kapabilitas penulis selaku mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, serta tak lupa penulis juga selalu panjatkan shalawat dan salam kepada Rasullullah Muhammad S.A.W. Penulisan tesis ini berjudul, “Efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan
Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Asahan”. yang juga merupakan
salah satu syarat untuk meraih gelar Pascasarjana pada Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengakui bahwa penulisan Tesis ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan baik ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada Dosen Pembimbing penulis yang terhormat yakni Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, dan Bapak Dr. Drs. Rujiman, MA yang mana dengan penuh kesabaran dan pengertian telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM). Sp.A (K) Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua Program Studi S2/S3 Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Bupati Kabupaten Asahan yang berperan dalam memberikan Izin Belajar kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. H. Mahendra, MM, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan beserta unsur staf yang juga telah turut berperan dalam memberikan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian di lapangan khususnya dalam meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan pengambilan data-data.
Akhirnya dengan segala kekurangan yang dimiliki penulis serta keterbatasan dalam melakukan penelitian ini harus diakui bahwa penulisan tesis ini belumlah begitu sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan berbagai masukan dan saran dari para pembaca sekalian baik dalam bentuk kritik maupun saran yang sifatnya membangun guna perbaikan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Medan, Mei 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
2.3. Administrasi Pembangunan ... 15
2.4. Konsep Pembangunan Daerah ... 18
2.5. Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 24
2.6. Faktor-faktor Perencanaan Pembangunan Daerah ... 26
2.7. Sumber Daya Manusia ... 27
2.8. Koordinasi ... 30
2.8.1. Prinsip-Prinsip Koordinasi ... 35
2.9. Konsep Kunci ... 38
2.10. Kerangka Berpikir ... 39
4.2.1. Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural ... 58
4.3. Analisis Data Hasil Penelitian ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117
5.1. Kesimpulan ... 117
5.2. Saran ... 118
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1.Jadwal Pelaksanaan Musrenbang Tahun 2011... 7
1.2.Tingkat Pendidikan Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan Tahun 2011 ... 8
3.1. Responden Penelitian ... 45
4.1. PDRB menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga berlaku tahun 2009
dan 2010 ... 55
4.2. Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha atas dasar
Harga Konstan Tahun 2009 dan 2010 ... 55
4.3. Tingkat Pendidikan Pegawai Negeri Sipil Bappeda Kabupaten Asahan
Tahun 2011 ... 79
4.4. Masa Kerja Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan ... 86
4.5. Jenis Teknik dan Fungsional Bappeda Kabupaten Asahan ... 89
4.6. Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan yang Mengikuti Diklat Teknis dan
Fungsional ... 90
4.7. Diklat Struktural bagi Aparatur Bappeda yang telah Mengikuti Diklat
Struktural ... 93
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1.Kerangka Berfikir ... 40
4.1.Struktur Organisasi Bappeda Kabupaten Asahan ... 76
4.2.Struktur Organisasi Tim Pelaksana Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan ... 100
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
EFEKTIVITAS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN ASAHAN
ABSTRAK
Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah efektif penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan. Penyusunan perencanaan tersebut akan menghasilkan rencana kerja pemerintahan daerah setiap tahunnya.
Dalam penelitian ini, fokus utamanya adalah efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan indikator Sumber daya manusia dan Koordinasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan tehnik pengumpulan data utama adalah Wawancara terhadap 8 (delapan) orang responden dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Asahan dilihat dari indikator sumber daya manusia yang ada belum memadai, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan pegawai Bappeda yang lebih dominan setingkat SLTA.
Sedangkan terhadap indikator koordinasi sudah mencerminkan adanya hubungan-hubungan pembagian tugas dan fungsi-fungsi antar bagian dan bidang secara sistematis, sehingga dari kondisi ini dapat dijadikan kekuatan bagi Sumber daya manusia perencana dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Sedangkan rencana Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah berpedoman pada surat edaran Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri tentang petunjuk teknis dalam penyelenggaraan musrenbang.
Tetapi dalam mensosialisasikan surat edaran tersebut belum baik, hal ini dikarenakan surat edaran tersebut terlambat sampai kepada kecamatan, kelurahan dan desa serta Dinas/Instansi terkait. Sehingga rencana program pembangunan yang dimusrenbangkan di tingkat desa/kelurahan sampai kecamatan tidak berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini mengakibatkan skala prioritas dalam rencana pembangunan yang akan di musrenbangkan ditingkat Kabupaten lebih condong kepada pembangunan tahun kemarin.
Atas hal tersebut diatas, disarankan Sumber daya manusia yang ada di Bappeda perlu diadakan peningkatan pendidikan dengan mengirimkan pegawainya untuk mengikuti pendidikan contohnya di berikan sekolah dengan biaya pemerintah daerah, Bappenas maupun kerjasama dengan Instansi lain yaitu Tugas Belajar sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu dengan memberikan pegawai pelatihan dengan mengikuti diklat-diklat teknis khususnya diklat perencanaaan yang di selenggarakan oleh Bappenas ataupun yang lainnya. Dari hal tersebut maka diharapkan adanya suatu perubahan pada sumber daya aparatur yang ada di Bappeda Kabupaten Asahan.
EFFECTIVENESS IN THE DEVELOPMENT OF REGIONAL DEVELOPMENT PLANNING BOARD REGIONAL DEVELOPMENT DISTRICT ASAHAN
ABSTRACT
Implementation of this study aims to determine whether effective regional development planning undertaken by the Regional Planning Board Asahan District. The preparation of these plans will result in local government work plan each year.
In this study, its main focus is the effectiveness of regional development planning in the Regional Planning Board District Asahan with indicators of human resources and coordination.
The method used in this research is descriptive method with qualitative approach, with primary data collection techniques were interviews of 8 (eight) of the respondents and document review.
The results showed that Bappeda in the preparation of regional planning district Asahan seen from the indicators of human resources are not adequate, this can be seen from the level of employee education Bappeda more dominant high school level
While the coordination of the indicators have to reflect the relationships and division of duties between the functions and fields systematically, so that from this condition can be a force for human resource planners in carrying out the duties and fungsi. so Bappeda plans in the preparation of regional planning based on circular Bappenas and the Ministry of Interior of the technical guidance in the administration of musrenbang.
.
But in the dissemination of the circular is not good, this is because the circular was delayed until the districts, villages and countryside as well as the Department/Institution. So plan musrenbang development program at the village/sub district is not going according to a predetermined schedule. This resulted in the development plan priorities that will be more inclined musrenbang district level to the development last year.
On the above, it is suggested that human resources are needed to be improved Bappeda education by sending their employees to follow the example of education in schools given the cost of local government, Bappenas and cooperation with other agencies in accordance with the task of learning their tasks. In addition to providing training to employees following the training, technical training, especially training that planning on hold by the National Development Planning Agency or the other. From this it is expected that there is a change in personnel resources that exist in Bappeda Asahan District.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses
penyelenggaran pemerintah baik di tingkat pusat mupun daerah adalah bagaimana
membangun atau menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban
misinya untuk mewujudkan raison de’etre pemerintahan yaitu menyejahterakan
masyarakat secara berkeadilan. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut,
pemerintah harus melaksanakan pembangunan. Selain untuk memelihara
keabsahannya (legitimasi), pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan bagi
masyarakatnya sesuai dengan perkembangan jaman.
Terdapat dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, pertama: perlu
aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya, dan perlu
sensitive terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. Kedua:
pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh
masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain pemerintah perlu
menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek
pembangunan.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat (Community development)
mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan
dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan
melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai
dengan kebutuhan masyaratnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal
dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah,
yang pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru.
Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan
strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan efektif dari segi
hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan dimana
peran pemerintah dan dimana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu
berperan secara optimal dan sinergis. Selain dengan amanat yang diemban dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan di ubah terakhir kali Undang-Undang
Nomor 12 tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan salah satu
bentuk perwujudan cita-cita pembangunan nasional dan penjabaran dari pasal 18 UUD
1945 khususnya ayat (1) dan (2) yang berbunyi:
1. Negara Kesatuan Republik Indonesiadibagi atas daerah-daerah Provinsi dan
daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi,
kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan
Undang-undang;
2. Pemerintah Daerah Provinsi, daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus
Dalam Undang-undang ini dimaksud otonomi daerah adalah sebagai hak,
wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Berdasarkan pada pemahaman otonomi daerah tersebut, maka
pada hakekatnya otonomi daerah dari aspek pembangunan regional adalah hak
mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom yang dalam
penyelenggaraannya memberikan tekanan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi keragaman daerah.
Hal ini menyiratkan dengan jelas bahwa daerah berhak untuk mengatur dan
merencanakan pembangunan di daerah masing-masing, seperti yang tercantum pada
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 2 ayat
(3) bahwa:
Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing
daerah.
Untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam kegiatan
pembangunan maka pemerintah membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) pada daerah tingkat I sejak tahun 1974 melalui Keputusan Presiden
Nomor 15 Tahun 1974 dan Keputusan menteri Dalam Negeri Nomor 142 tahun 1974
serta Badan Perencanaan Daerah TK II melalui Keputusan Presiden Nomor 27 tahun
Terbitnya Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pembentukan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah diseluruh Indonesia, membuktikan adanya
perhatian khusus pemerintah akan pentingnya perencanaan pembangunan daerah.
Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah didasarkan atas dua
pertimbangan pokok yaitu: pertama dalam rangka usaha meningkatkan keserasian
sektoral dan pembangunan daerah dan kedua dalam rangka usaha menjamin laju
perkembangan kesimbangan dan kesinambungan pembangunan yang lebih
menyeluruh.
Disamping itu dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 diubah terakhir kali
Undang-undang Nimor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP/D), Rencana Pembangunan jangka Menengah (RPJM/D) dan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP/D) sebagai rencana tahunan.
Setiap Proses penyusunan Dokumen rencana pembangunan tersebut diperlukan
koordinasi antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan,
melalui forum yang disebut Mjusyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
yang dilakukan dari tingkat Desa/kelurahanurahan sampai tingkat Pusat. Musrenbang
berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan
tentang rencaangan RKP dan rancangan RKPD, yang menitikberatkan pada
perangkat daerah dan antar pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam
pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah.
Berlakunya Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional juga telah mengubah wajah proses perencanaan pembangunan
didaerah, dari bersifat top down yang terfokus pada pencapaian kepentingan
pemerintah secara internal saja, menjadi penyusunan perencanaan pembangunan
daerah yang lebih bersifat partisipatif dengan meningkatkan keterlibatan baik
masyarakat maupun dunia usaha yang lebih luas. Oleh karena itu pemerintah daerah
harus dapat segera merespon tuntutan yang dimaksud melalui penyusunan perencanaan
pembangunan daerah yang mengadopsi nilai-nilai baru sebagai tuntutan masyarakat
lain deioktratis, transparan, partisipatif dan melibatkan seluruh stakeholder di daearh.
Senada dengan perihal tersebut di atas Rasyid (1998;103) dalam buku kajian awal
birokrasi pemerintahan dan politik orde naru mengemukakan:
Secara prinsipil, yang dibutuhkan saat ini adalah terwujudnya administrasi
pembangunan daerah yang disatu pihak mampu mengakomodasi serta selaras dengan
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian pembangunan nasional. Dilain pihak, ia juga
mampu menjawab kebutuhan masyarakat di tiap-tiap daerah berdasarkan tantangan
yang mereka hadapi serta peluang yang tersedia pada suatu periode pembangunan
tertentu.
Berdasarkan hal tersebut terbentuklah Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) melalui Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang
Dalam menjalankan tugas pokok Kepala Bappeda Kabupaten Asahan bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Asahan, di dalam
mengkoordinasikan perencanaan pembangunan serta evaluasi pelaksanaan
pembangunan di daerah Kabupaten Asahan. Disampaing itu Bappeda Kabupaten
Asahan mempunyai fungsi:
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan program tahunan sebagai pelaksanaan rencana
dalam Propeda dan Repetada.
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan perencanaan antar dinas-dinas, satuan organisasi
dalam lingkungan Pemerintah Daerah.
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian untuk kepentingan perencanaan
pembangunan daerah.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan pelaksanaan pembangunan daerah.
Mengacu pada tugas pokok dan fungsi Bappeda Kabupaten Asahan yang
merupakan dapur dari perencanaan pembangunan di daerah dan Bappeda masih
banyak menghadapi hambatan, terutam dalam mengkoordinasikan segenap
perencanaan pembangunan sesuai dengan pendataan akurat dan teliti dalam
mengintegrasikan program-program pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari table
Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Musrenbang Tahun 2011
No Kegiatan Jadwal
Pelaksanaan
Terlaksana Keterangan
1 Musrenbang desa/kelurahan
10 Januari 2011 17 Januari 2011 Peserta rapat tidak mewakili dalam unsur peserta rapat
Musrenbang 2 Musrenbang
kecamatan
7 Februari 2011 8 Maret 2011 Peserta rapat tidak mewakili dalam unsur peserta rapat
Musrenbang 3 Musrenbang
Kabupaten
2 Maret 2011 11 Mei 2011 Peserta rapat tidak mewakili dalam unsur peserta rapat
Musrenbang Sumber: Bappeda Kabupaten Asahan, 2011
Dari hal tersebut di atas, terlihat bahwa jadwal kegiatan Musrenbang yang telah
disepakati tidak sesuai jadwal yang telah ditetapkan pada Musrenbang sehingga
terhambat dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Asahan.
Sedangkan dalam pelaksanaan Musrenbang sebagaimana ketentuan yang telah
diatur dalam surat edaran bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas dan Menteri Dalam Negeri No. 0008/M.PPN/01/2007 perihal
Petunjuk Teknis penyelenggaraan Musrenbang dilaksanakan secara terjadwal seperti
tertera pada table di atas, akan tetapi pada setiap pelaksanaannya tidak sesuai dengan
yang telah dijadwalkan. Hal ini dikarenakan pada setiap pelaksanaan Musrenbang
unsure peserta rapat yang terlibat tidak terwakili seperti yang telah ditetapkan dalam
setiap rapat Musrenbang sehingga menyebabkan terjadinya penundaan jadwal. Kondisi
ini memperlihatkan bahwa Bappeda Kabupaten Asahan belum dapat
pemerintah daerah akan terlambat menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD).
Dalam hal lain juga dapat dilihat berdasarkan latar belakang Pendidikan
Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan memang sebagian besar adalah Pendidikan
SLTA dan SMP seperti yang tergambar pada Tabel dibawah ini:
Tabel 1.2. Tingkat pendidikan Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan Tahun 2011
No Uraian Jumlah (org)
1 Strata 2 (S2) 4
2 Strata 1 (S1) 8
3 Diploma 3 (D3) 2
4 SLTA/SMA/SMK 20
5 SMP 1
Jumlah 35
Sumber: Bappeda Kabupaten Asahan 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan apartur Bappeda
Kabupaten Asahan belum cukup memadai, tingkat pendidikan aparatur Bappeda yang
paling dominan pendidikan setingkat SLTA. Sementara itu Bappeda yang perananya
merumuskan konsep-konsep pembangunan memerlukan aparatur-aparatur yang
memiliki kemampuan teknis sesuai dengan bidang masing-masing dan wawasan yang
luas dengan kondisi pegawai yang dominannya adalag SLTA. Hal ini tentu
menyebabkan tidak optimalnya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi terlebih yang
sesuai dengan kebutuhan sebagai perencana.
Pembangunan Daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Asahan.
Dengan pertimbangan bahwa secara praktis penelitian mengenai apakah efektif
penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Asahan akan memberi manfaat kepada penulis, dan juga mungkin
bermanfaat juga bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan, maka penulis
memandang perlu melakukan penelitian terhadap fenomena penyusunan Perencanaan
Pembangunan Daerah yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Asahan. untuk merealisasikan penelitian tersebut, penulis memilih
judul penelitian: “Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana yang ditetapkan di atas,
selanjutnya masalah dalam penelitian penulis rumuskan dengan mengajukan
pertanyaan penelitian (research questions) sebagai berikut:
1 Bagaimana dukungan Sumber Daya Manusia pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Daerah ?
2 Bagaimana koordinasi yang dilaksanakan Badan Perencanaan Pembangunan
1.3. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah efektif Penyusunan
Perencanaan Pembangunan Daerah pada Badan Perencanaan pembangunan
Daerah Kabupaten Asahan.
2. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan sudah dipahami dan dituangkan
dalam strategi kerja oleh semua pihak memiliki hasil yang efektif.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Terhadap Kepentingan Akademik
a. Dengan mengetahui penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan diharapkan dapat
memperkaya pengetahuan teori Administrasi pembangunan melalui
perencanaan pembangunan yang efektif berdasarkan indikator Koordinasi dan
Indikator sumber daya manusia.
b. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Asahan untuk menjadi
data bantu perencanaan (planning data) pembangunan yang lebih
mengakomodasi dimensi efektivitas dalam perencanaan pembangunan daerah.
2. Terhadap kepentingan Dunia Praktis
Penelitian ini mempunyai kegunaan untuk meningkatkan efektivitas penyusunan
rencana pembangunan daerah di tingkat Kelurahan (Musrenbang Kelurahan) dan
tingkat Kecamatan (Musrenbang Kecamatan). Sedangkan dari sisi akademis adalah
untuk mengkaji efektivitas suatu model perencanaan, sehingga dapat dijadikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk melaksanakan kegiatan penelitian yang sesuai dengan
pedoman-pedoman yang berlaku, tentu tidak terlepas dari pola (kerangka) pemeikiran yang
mengacu pada beberapa konsep-konsep teoritis dalam kerangka teori yang
dikemukakan oleh para ahli serta acuan lain yang dianggap relevan dengan judul tesis
ini.
Berangkat dari pemikiran di atas, dalam tinjauan teori ini, akan diuraikan
secara konseptual melalui melalui tinjauan teori dan konsep kunci tentang hal-hal
yang berhubungan dengan Efektifitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah
pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan sevara sistematis.
Untuk lebih lengkapnya uraian-uraian teritis akan ditampilkan sebagai berikut.
2.1. Konsep Efektivitas
Setiap kegiatan manajemen dalam organisasi ditujukan untuk mencapai tingkat
efektivitas yang tinggi, dimana dengan efektivitas yang tinggi segala apa yang
direncanakan dapat dicapai, baik dari sudut kualitas, kuantitas maupun waktu.
Pengertian efektitivitas, banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya menurut
Hutapea (1997:98),: Efektivitas berasal dari kata efek, yang berarti mempunyai
pengaruh yang besar dan tepat, memberikan perubahan sesuai dengan tujuan dan
Menurut Komaruddin (1994:269) efektivitas adalah: Suatu keadaan yang
menunjukkan tingkat keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Tercapainya tujuan manajemen
(artinya manajemen yang efektif) tidak selamanya disertai dengan efisiensi yang
maksimum. Dengan perkataan lain manajemen yang efektif tidak perlu disertai
manajemen yang efisien.
Menurut Handayaningrat (1996:16),: yang dimaksud dengan efektif adalah bila
suatu sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.
Jadi kalau sasaran atau tujuan itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
maka pekerjaan itu tidak efektif.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa Efektivitas merupakan suatu
keadaan yang mencerminkan bahwa aktivitas yang dilaksanakan telah mencapai hasil
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Untuk menentukan efektif tidaknya suatu pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang pegawai dapat dilihat dari ketepatan sasaran/tujuan pekerjaan itu, apakah
sesuai dengan waktu (rencana) yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Emerson (dalam Handayaningrat, 1996:16),:
“Efectivity is measuring in term of attaining prescribed goals or objectives”
(efektivitas ialah pengukuran dalam arti pencapaian sasaran atau tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya).
Dalam mewujudkan efektivitas tersebut, para pegawai/karyawan yang ada
memanfaatkan waktu kerja sebaik mungkin, sehingga hasil kerja dapat dicapai secara
maksimal tanpa adanya kesalahan-kesalahan, dan kalaupun ada dapat ditekan hingga
seminimal mungkin.
2.2.Perencanaan
Pada dasarnya perencanaan merupakan lengan intelektual dari perkembangan
hari depan kita. Seorang pimpinan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk
mengetahui sasaran-sasaran yang dibutuhkan, tentang cara untuk mencapainya
sebagaimana ditetapkan oleh perencanaannya. Tidak ada seorang pimpinan pun yang
dapat mencapai sukses tanpa ditunjung oleh perencanaan yang baik.
Terry (dalam Soekarno, 1992:71) mengemukakan pendapat bahwa
Perencanaan adalah: Gambaran tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian
memberikan pedoman, garis-garis besar tentang apa yang akan dituju. Perencanaan
merupakan persiapan daripada pelaksanaan suatu tujuan.
Sedangkan menurut Stoner & Freeman (1994:13), bahwa Perencanaan dapat diartikan
yaitu: Perencanaan yaitu menunjukkan bahwa manajer berpikir melalui
sasaran-sasaran dan kegiatan mereka sebelumnya, bahwa kegiatan-kegiatan mereka lebih di
dasarkan pada suatu metode, rencana atau pikiran logis ketimbang pada praduga.
Rencana memberikan sasaran sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik
untuk mencapai sasaran tersebut.
Dari pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa pada intinya, perencanan
organisasi serta bagimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan
melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu.
Adapun menurut pendapat Siagian (1997:108) bahwa Perencanaan dapat
diartikan yaitu: Perencanaan (Planning) yaitu keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan
datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Sedangkan pendapat Manullang (2005:13) bahwa Perencanaan adalah: Perencanaan
adalah penetapan tujuan, policy (kebijaksanaan), prosedur, budget, program dari suatu
organisasi.
Dari beberapa pendapat di atas, terlihat bahwa dalam melaksanakan suatu
kegiatan perlu adanya suatu pemikiran maupun penentuan yang secara matang dan
juga adanya suatu penetapan kebijaksanaan, prosedur, badget dan program dari
organisasi sehingga pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
Handoko (2003:23) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan
sebagai berikut adalah: Perencanaan yaitu (1). Pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan
organisasi dan (2). Penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutukan untuk mencapai tujuan. Dalam
suatu organisasi perencanaan merupakan salah satu aspek yang menjadi perhatian
utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang dikelola dengan cara pemilihan
2.3.Administrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan lahir dari kesadaran tentang diperlukannya
berbagai pendekatan disipliner untuk mensukseskan usaha-usaha pembangunan
nasional, khususnya pembangunan ekonomi negara-negara berkembang. Administrasi
pembangunan merupakan disiplin ilmu administrasi yang diarahkan pada penerapan
konsep administrasi atau manajemen dalam pembangunan.
Administrasi pembangunan dimaksudkan untuk lebih menjamin pelaksanaan
perencanaan pembangunan secara baik dengan melakukan
penyempurnaan-penyempurnaan administrasi negara (reformasi administrasi) dan mengembangkan
berbagai sistem administrasi guna mendukung perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan (Tjokroamidjojo, 1996:176).
Gant (dalam Tjokroamidjojo, 1988: 83) menyatakan bahwa: administrasi
pembangunan adalah administrasi mengenai kebijakan, program dan proyek untuk
mendukung tujuan-tujuan pembangunan. Administrasi pembangunan juga sebagai
penyempurnaan birokrasi (apartur pemerintah) dalam menghadapi meningkatnya
jumlah, jenis, dan kompleksitas fungsi-fungsi pemerintah untuk memenuhi berbagai
kebutuhan masyarakat dalam pembangunan.
Kemudian Mustopadidjaya (dalam Tjokroamidjojo 1988:83) berpendapat
bahwa: administrasi pembangunan adalah ilmu dan seni tentang bagaimana
pembangunan suatu sistem administrasi negara dilakukan sehingga sistem administrasi
tersebut mampu menyelenggarakan berbagai fungsi umum pemerintahan dan
Administrasi pembangunan dilingkungan pemerintah daerah merupakan bagian
dari administrasi negara Indonesia yang memiliki fungsi nyata, fungsi-fungsi tersebut
adalah 1. Perencanaan, 2 Pengerahan, 3. Sumber daya, 4. Penganggaran,
5. Pelaksanaan pembangunan yang ditangani langsung oleh pemerintah pusat,
6. Koordinasi dan evaluasi 7. Pengawasan (Kartasasmita, 1997: 48).
Kedelapan fungsi di atas tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, namun
terintegrasi dala suatu sistem yang utuh. Dalam konteks kebijaksanaan desentralisasi
yang memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah, sehingga secara
langsung dapat menunjang pembangunan daerah. Menurut Rasyid (1998:52)
menyatakan bahwa: terdapat beberapa bidang yang perlu diperbaiki, yakni dibidang
perencanaan pembangunan, dibidang organisasi pemerintahan dan dibidang
kepegawaian.
Kartasasmita (1997:53) mengemukakan lima kriteria perencanaan
pembangunan daerah yang efektif. Kelima kriteria itu adalah:
1. Perencanaan pembangunan harus bersifat garis besar dan indikatif.
2. Perencanaan pembangunan daerah harus dapat mengendalikan dan mengarahkan
invetasi pemerintah yang mendorong meningkatnya usaha masyarakat swasta.
3. Perencanaan pembangunan daerah harus dapat mendorong bekerjanya pasar.
4. Harus dapat mengikutsertakan masyarakat dalam prosesnya
5. Harus dapat memajukan golongan masyarakat dan wilayahnya yang dengan
ekonomi pasar saja tidak mungkin berkembang atau bersaing dalam memperoleh
Selanjutnya ada berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam proses
perencanaan (Kartasasmita 1997:49) pendekatan tersebut adalah: pertama dasar
perencanaan;kedua keterlibatan stakeholders;ketiga ruang lingkup dan tujuan sasaran
perencanaan; keempat metode perencanaan; kelima hierarki perencanaan;keenam
jangka wakti perencanaan; ketujuh alur perencanaan, kedelapan arah perencanaan;
kesembilan sifat perencanaan dan kesepuluh produk perencanaan.
Agar pelaksanaan pembangunan daerah berjalan dengan baik diperlukan
adanya kelembagaan yang bertanggung jawab langsung terhadap penyelenggaraan
pembangunan didaerah Rasyid (dalam Kartasasmita, 1998:145) kelembagaan dalam
hal ini mencakup organisasi-organisasi baik organisasi pusat yang berada di daerah
maupun organisasi daerah sendiri beserta perangkatnya termasuk sumber daya
manusia yang berada didalamnya. Dibidang organisasi, diperlukan kajian lengkap
mengenai efektivitas keberadaan lembaga-lembaga pusat dan daerah yang bertanggung
jawab terhadap penyelenggaraan pembangunan didaerah sesuai dengan
perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam kewenangan daerah dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan, dalam perencanaan pembangunan dan dalam pengelolaan keuangan.
Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa administrasi
pembangunan adalah meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan
penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan maupun pembangunan terutama pada
2.4.Konsep Pembangunan Daerah
Disetiap negara, pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan
berbeda-beda, namun secara umum dapat dilihat dari tiga hal pokok yaitu melalui
pendekayan makro, pendekatan sektoral dan pendekatan regional. Hal ini sebagaimana
yang diungkapkan oleh Wrihatnolo (2006;23) yang menyebutkan: pada umumnya
pembangunan yang dilaksanakan suatu negara atau bangsa di dasarkan pada tiga
pendekatan yaitu pendekatan makro, sektoral dan regional. Pembangunan makro
mencakup sasaran-sasaran dan upaya pada lingkup nasional, yang mencapaianya
merupakan hasil dari upaya-upaya pada tingkat sektoral dan regional. Pembangunan
sektoral hanya memfokuskan pada bidang-bidang tertentu seperti pertanian dan
pembangunan regional yang menekankan pada pelaksanaan pembangunan suatu
daerah tertentu, pada dasarnya merupakan bagian dari pembangunan nasional itu
sendiri.
Ini berarti bahwa keberhasilan pembangunan di daerah-daerah akan membawa
dampak positif terhadap pembangunan nasional secara keseluruhan. Kartasasmita
(dalam Bratakusuma, 2003:43) Yaitu: Proses Pembangunan daerah dilihat dengan tiga
cara pandang berbeda. Pertama Pembangunan bagi suatu Kota, daerah atau wilayah
sebagai wujud bebas yang pengembangannya tidak terikat pada Kota, daerah atau
wilayah lain sehingga penekanannya perencanaan pembangunannya mengikuti pola
yang lepas dan mandiri. Kedua pembangunan daerah merupakan bagian dari
pembangunan nasional, ketiga perencanaan pembangunan daerah sebagai instrumen
Cara pandang pertama wujud pelaksanaan otonomi yang diimplementasikan
dalam proses desentralisasi, dimana daerah dberikan kewenangan untuk melakukan
perencanaan pembangunannya secara mandiri dan independen, baik dari
keterikatannya dengan pemerintah pusat maupun daerah. Cara pandang kedua bahwa
pembangunan yang dilaksanakan didaerah merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional, dimana perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh
pusat. Ini merupakan perwujudan dari dekonsentrasi. Sedangkan cara pandang ketiga
lebih menunjukkan adanya tugas pembantuan. Dalam konteks ini, perencanaan
pembangunan terpusat dengan alokasi sumber daya dan kegiatan yang ada di daerah
(Bratakusuma; 2003:43). Meskipun Perencanaan Pembangunan bersifat indenpenden
(mandiri) sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 di ubah terakhir kali
menjadi Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, dimana
setiap daerah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan sendiri untuk melakukan
kegiatan-kegiatan secara otonom, namun hal itu tidak berarti bahwa daerah harus
mengabaikan kepentingan nasionalnya. Hal ini sejalan dengan prinsip otonomi yang
bertanggung jawab berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin baik, pengembangan kehidupan berdemokras, keadilan dan pemerataan serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antar pusat dan daerah dalam rangka menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal ini sebagaimana yang diInformasikan bahwa Perencanaan Pembangunan
pelaksanaan perencanaan pembangunan ditingkat pusat dan daerah diserasikan dengan
adanya pelaksanaan Musrenbang.
Pembangunan Daerah adalah Usaha untuk meningkatkan kualitas dan
perikehidupan manusia dan masyarakat daerah yang dilakukan secara terus menerus,
berlandaskan kemampuan daerah dan kemampuan nasional dengan memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan
perkembangan keadaan daerah, nasional dan global. Pengertian daerah adalah
mencakup Kabupaten/Kota dan daerah Provinsi, masing-masing sebagai daerah
otonom (Wrihatnolo, 2006:125).
Sedangkan menurut Siagian (2005:5): pembangunan yaitu seluruh usaha
dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara
sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang
bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhir.
Menurut Kartasasmita seperti yang dikutip (Bratakusuma, 2003:4) Pembangunan
yaitu sebagai suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang
dilakukan secara terencana.
Hal lain menurut Razal (1988:2) bahwa: Aspek sangat penting dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan adalah penyusunan program. Program dan proyek
merupakan penjabaran atau unit kecil dari perencanaan pembangunan. Dengan
demikian keseluruhan tujuan yang ditetapkan dalam rencana tersebut
diimplementasikan dan dicapai melalui pencapaian sasaran0sasaran atau target yang
Menurut Nigo seperti yang dikutip (dalam Abidin, 1984:4) menyebutkan:
Perencanaan sebagai penentuan dasar dari oragnisasi dan pemilihan program terbaik
untuk mencapai tujuan. Dia membedakannya dengan program, yang diartikan sebagai
penjadwalan kegiatan dan pelaksanaan seefisien mungkin dari proyek-proyek yang
diperlukan untuk mewujudkan program tersebut.
Hal yang paling penting dalam melaksanakan setiap kegiatan-kegiatan yang
menuntut adanya kerjasama antar kelompok maupun individu adalah makna dari
kerjasama untuk pencapaian tujuan. Oleh karena sebab itu agar kegiatan kelompok
atau individu dapat diwujudkan secara efektif, maka kepada setiap anggota dalam
kelompok dimaksud harus memahami dengan baik setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Disinilah pentingnya makna perencanaan sebagai suatu landasar atau kerangka dari
keseluruhan fungsi manajemen, sebab keberadaannya menyangkut semua
pilihandiantara beberapa alternatif usaha kegiatan dimasa yang akan datangoleh setiap
unit kerja yang terdpat dalam satu kelompok organisasi.
Dari hal tersebut di atas dapat diperluas lingkupnya, dalam Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah dapat
dibedakan menjadi:
a. Perencanaan Nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu bangsa
dalam berbagai bidang): pelaksanaan pembangunan nasional yang
perencanaannya dilakukan dalam suatu rencana nasional melalui Badan
b. Perencanaan Regional (untuk menggali potensi suatu wilayah dan
mengembangkan kehidupan masyarakat wilayah bersangkutan) dalam hal ini
sebagai contoh rencana pembangunan wilayah Indonesia bagian Timur dan
sejenisnya;
c. Perencanaan Lokal, Misalnya:
1. Perencanaan Kota, (untuk mengatur pertumbuhan Kota, menertibkan
penggunaan tempat, memperindah Kota sebagai ciri khas kota bersangkutan.
2. Perencanaan desa, (utnuk menggali potensi suatu desa serta mengembangkan
masyarakat desa tersebut).
Perencanaan lokal sesungguhnya dapat mengandung pengertian perencanaan
daerah jika dikaitkan dengan konteks pelaksanaan pembangunan daerah. Sehubungan
dengan pengertian hal di atas, dapat dikaitkan dengan pembangunan daerah nyang
merupakan pembangunan yang suatu wilayah atau daerah. Menurut Itisastro ( dalam
Tjokroamidjojo, 1994:14) menyebutkan: perencanaan ini sebenarnya berkisar kepada
dua hal yang pertama adalah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan
konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu yang akan datang atas dasar
nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, dan yang kedua adalah pilihan
pilihan diantara alternatif-alternatif cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna
mencapai tujuan – tujuan tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria
tertentu terlebih dahulu.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pada hakekatnya tujuan dari
kebutuhaan yang ingin dicapai dengan sumber daya atau potensi yang dimiliki oleh
suatu negara, wilayah atau daerah yang bersangkutan. Hal ini juga diperkuat dari
pendapat Beratha (1982;79) bahwa tujuan pokok perencanaan tiada lain adalah untuk
menentukan, menciptakan dengan mengusahakan kesimbangan antara kebutuhan
dengan bahan yang tersedia.
Pembangunan menurut Siagian (1999:4) menyebutkan bahwa Pembangunan
adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan
sadar dan ditempuh oleh suatu bangsa menuju modrenitas dalam rangka pembinaan
bangsa (Nation-Building).
Kartasasmita (1997: 9) menyatakan: Pembangunaan adalah sebagai suatu
proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang di lakukan secara
terencana. Sedangkan Wrihatnolo dan Nugroho (2006:10) mengatakan: Pembangunan
diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesehteraan sevara terukur dan alami.
Perubahan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi dari definisi ekonomi, politik
dan hukum. Petubahan alami ditentukan oleh siapa yang berperan dalam perubahan
itu. Perubahan alami adalah perubahan yang melembaga dalam bangun sosial
sekelompok manusia. Hanya perubahan alami yang mampu menjamin adanya
perubahan terukur secara konstan.
Berpedoman pada pengertian di atas, makna dari perencanaan pembangunan
dapat disebutkan sebagai suatu proses kegiatan tentang bagaimana malakukan sumber
daya pembangunan yang ditentukan oleh ketetapan yang berlaku untuk melaksanakan
2.5.Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Seiring dengan berkembangnya proses demokrasi dalam pemerintahan dan
demokrasi dalam pembangunan pada otonomi daerah, maka peran serat masyarakat
dengan keikutsertaanya dalam proses perencanaan sangat diperlukan. Masyarakat pada
masa sekarang ini bukan hanya berperan sebagai objek perencanaan, tetapi mereka
telah dapat di berdayakan menjadi subyek perencanaan. Dengan demikian proses
perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan dilakukan dari
atas ke bawah (Top down planning): Perencanaan ideal yang disebut Interactive
Planning ialah perencanaan memenuhi tiga prinsip yaitu Partisipatif, kesimabnungan
dan holistik. Partisipatif yaitu masyarakat terlibat dalam proses perencanaan,
kesinambunga yaitu dapat menjamin adanya kemajuan terus menerus dalam
kesejahteraan serta prinsip holistik adalah melihat berbagai aspek tetapi dalam
keutuhan konsep secara keseluruhan.
Friedman (dalam Korten, david dan Sjahrir, 1988:67) menyatakan:
Perencanaan yang melibatkan masyarakat adalah sebagai proses belajar sosial yang
menekankan adanya dialog yang melibatkan hubungan yang saling mempercayai antar
dua pihak atau lebih dan dalam perencanaan partisipatif terdapat apa yang disebut
dengan gaya transaktif yakni hasil perencanaan tergantung pada hubungan timbal balik
pribadi-pribadi menurut latar belakang khususnya dan bukan pada lembaga-lembaga
yang abstrak.
Partisipatif atau keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan sangat diharapkan
bahwa: disatu pihak partisipasi masyarakat penting bagi pembangunan dan
bukanmenjadi salah satu tujuan pembangunan itu sendiri. Yakni terlibatnya,
tergeraknya, seluruh masyarakat dalam proses pembangunan berencanasesuai dengan
arah dan strategi ditetapkan melalui suatu bentuk partisipasi dalam sistem politik.
Dilain pihak proses pembangunan itu sendiri di harapkan akan menimbulkan
partisipatif.
Huntington (dalam Abidin, 2006: 161) menyatakan partisipatif masyarakat
adalah kegiatan warga negara biasa yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah.
Conyer (1991:186) keberhasilan atau kegagalan partisipasi dalam perencanaan
pembangunan di pengaruhi beberapa faktor yaitu:
1. Hasil keterlibatan masyarakat itu sendiri, masyarakat tidak akan ikut berpartisipasi
atas kemauan sendiri dengan antusiasme yang tinggi dalam perencanaan kalau
mereka merasa dalam perencanaan tersebut tidak mempunyai pengaruh pada
rencana akhir.
2. Masyarakat merasa enggan berpartisipasi dalam kegiatan yang tidak menarik
minat mereka atau yang tidak mempunyai pengaruh langsung yang dapat mereka
rasakan.
Sedangkan Abidin (2006: 163) partisipasi masyarakat sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan karena:
1. Keikutsertaan masyarakat merupakan cara untuk memobilitasi pendapat dan
brilian yang muncul dalam masyarakat maka akan baik dalam penyelenggaraan
pemerintahan, karena pemerintah tidak bersifat otoriter sehingga pemerintah di
dukung oleh masyarakat.
2. Adanya keterbukaan berpendapat melalui partisipasi memungkinkan munculnya
aspirasi masyarakat dengan demikian mempermudah pemerintah dalam proses
identifikasi masalah danformulasi kebijakan yang tepat.
3. Meringankan pemerintah dalam mengambil kebijakan yang mengandung resiko
besar.tanpa ada dukungan dari masyarakat, pemerintah tidak mampu mengambil
resiko untuk membuat kebijakan dalam menyatakan perang atau membuat sebuah
perubahan besar.
Dari pendapat di atas perencanaan partisipatif dapat penulis simpulkan yaitu
suatu proses atau rangkaian beberapa kegiatan yang saling berhubungan dalam
memilih salah satu beberapa alternatif tentang tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
organisasi atau kelompok dalam jangka waktu tertentu ataupun dalam skala jangka
waktu yang panjang pada sasaran tertentu dengan melibatkan masyarakat dan pelaku
stakeholders.
2.6.Faktor-faktor Perencanaan Pembangunan Daerah
Dapat ditambahkan bahwa keberhasilan perencanaaan pembangunan sangat
tergantung dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya.beberapa negara,
perencanaan pembangunan dapat berhasil dengan baik karena disebabkan oleh
a. Kestabilan politik dan keamanan dalam negeri;
b. Dilakukan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya;
c. Realistis, sesuai dengan sumber daya dan dana;
d. Koordinasi yang baik;
e. Top down dan battom up planning;
f. Sistem pemantauan dan pengawasan yang terus menerus.
Jika dilihat dari faktor pengaruh perencanaan pembangunan yang diungkapkan
tersebut, sepertinya terlalu luas untuk peneliti melakukan penelitian, maka penulis
akan membatasi pembahasan dalam penulisan tesis ini, yaitu Penyusunan Perencanaan
pembanguna Daerah di Kabupaten Asahan dimana penulis tidak akan membahas
tentang ketujuh faktor yang terdapat di atas, jadi arah pembahasannya terbatas pada
Sumber Daya manusia dan Koordinasi yang terdapat pada badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan.
2.7. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (human resaurcess) merupakan unsur terpenting dalam
setiap organisasi karena sumber daya manusia merupakan penggerak dalam organisasi
dan menentukan berkembang atau tidak organisasi sebagaimana dikemukakan oleh
Soedjadi (2002:2) menyebutkan kekuatan yang bersumber dari diri manusia sendiri
yang mempunyai kemampuan (competency) untuk membangun dalam arti untuk
maju-Positif.
Menurut Siagian (1992:20) menyatakan bahwa: sumber daya manusia
paling berharga dengan pengertian bahwa manusia diperlukan sesuai dengan harkat
dan martabatnya sehingga berprilku positif dalam kegidupan organisasunya.
Sedangkan Zainun (1997:20) menyebutkan: sumber daya manusia adalah
daya/kekuatan atau kemampuan yang bersumber dari manusia. Jadi pada instansi
pemerintah yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah pegawai Negeri Sipil
(PNS).
Oleh sebab itu keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya melalui pemanfaatan kemampuan sumber daya manusia untuk
menghadapi berbagai tantangan (treats) baik itu internal ataupun eksternal sangat
ditentukan oleh kampuan dalam mengelola secara profesional SDM (pegawai) untuk
dikembangkan dan dimanfaatkan sebagaimana disarankan Flippo (dalam Edwin,
1988:5) yang mengemukakan: Human Resources managemen is the development and
utilizaion of personnel for the effective achievement of individual, organization,
community, national and international goal and objective (manajemen sumber daya
manusia adalah pengembangan dan pemanfaatan pegawai bagi pencapaian yang fektif
mengenai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan individu, organisasi, masyarakat, nasional
dan internasional).
Sedangkan Cushway (1996:6) menyebutkan sumber daya manusia adalah
rangakaian strategi, proses dan aktivitas yang didesain untuk menunjang tujuan
Lebih lanjut Handoko (1996:3) menyebutkan sebagai penarik, seleksi,
pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai
hasil baik tujuan individu maupun organisasi.
Hasibuan mengemukakan (2000:245) yaitu sumber daya manusia adalah
kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan
sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya
dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa sumber daya manusia sangat
dominan dalam suatu organisasi, oleh sebab itu dibutuhkan penanganan sumber daya
manusia dengan tepat dan konsisten sehingga akan berpengaruh bagi perkembangan
organisasi Bappeda Kabupaten Asahan dimasa yang akan datang dalam merumuskan
program perencanaan pembangunan di Kabupaten Asahan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan sumber daya manusia adalah
pengembanagan dan pemanfaatan pegawai untuk menunjang dalam pencapaian
tujuan-tujuan individu atau organisasi.
Suatu organisasi harus mampu untuk mengembangkan dan menerapkan satu
sistem yang memuaskan para pegawainya, apabila organisasi masih mengingikan
adanya orang-orang yang terampil dan berkemampuan tinggi dilingkungan
2.8. Koordinasi
Dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan,
setiap aparatur pemerintah bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas umum
pemerintahan dan pembangunan dibidangnya masing-masing. Namun demikian tujuan
dan sasaran yang harus dicapai oleh pemerintah selalu menyangkut kegiatan-kegiatan
atau tugas lebih dari satu aparatur pemerintahan dan pembangunan tidak saja
tergantung dari segi tersedianya dana, sumber daya manusia, akan tetapi sering kali
tergantung dari adanya koordinasi antar Dinas/instansi terkait.
Dalam hal ini kata koordinasi berasal dari bahasa inggris didalamnya
terkandung pengertian kesetaraan, kesesuaian, saling mengisi dan saling mendukung.
White (dalam Syafie 1997:85) mengungkapkan: koordinasi adalah penyesuaian diri
dari masing-masing bagian dan usaha menggerakkan serta mengoperasikan
bagian-bagian pada waktu yang cocok sehingga dengan demikian masing-masing bagian-bagian
dapat memberikan sumbangan terbanyak pada keseluruhan hasil.
Terry (dalam Syafie, 1997:87) Koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari
usaha-usaha untuk menciptakan pengaturan waktu dan terpimpin dalam hasil
pelaksanaan yang harmonis dan bersatu untuk menghasilkan tujuan yang telah
ditetapkan.
Hidayanigrat (dalam Tamim, 2002:32) menyatakan bahwa: koordinasi adalah
sebagian usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja (unit-unit)
organisasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat, guna
Awaluddin (dalam Tamim, 2002:32) mengemukakan: Koordinasi adalag suatu
usaha bersama antar badan,instansi, unit organisasi dalam pelaksanaan tugas-tugas
tertentu sedemikian rupa sehingga terdapat saling mengisi, membantu dan melengkapi.
Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, koordinasi sebagaimana
peraturan pemerintah nomor: 6 Tahun 1988 tentang koordinasi kegiatan instansi
vertikal di daerah, dinyatakan bahwa: Koordinasi adalah upaya yang dilaksanakan oleh
kepala wilayah guna mencapai keselarasan, keserasian, dan keterpaduan baik
perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta semua kegiatan instansi vertikal dan
antar instansi vertikal dengan dinad-dinas agar tercapai hasil guna dan daya guna yang
sebesar-besarnya.
Jadi koordinasi dapat diartikan menurut penulis yaitu suatu hubungan
komunikasi serta usaha untuk mencapai sebuah tujuan yang sama, yang dilakukan oleh
beberapa orang atau kelompok atau satuan kerja yang berstatus setara dan sederajat
dengan yang lainnya.
Hasil dari koordinasi adalah keputusan-keputusan atau kesepakatan bersama
antar intansi terkait. Keputusan tersebut harus dilaksanakan, pimpinan berkewajiban
mengawasi dan memastikan bahwa semua keputusan sudah dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dari hal tersebut di atas Sugandha (1984:35) koordinasi adalah sebagai
pemersatu gerak dalam proses administrasi. Hal lain menurut Abdurachman
1. Pengkoordinasian adalah kegiatan-kegiatan untuk menertibkan, sehingga segenap
kegiatan manajemen maupun kegiatan pelaksanaan satu sama lain tidak
simpangsiur, tidak berlawanan dan dapat ditujukan kepada titik arah pencapaian
tujuan. Hasil dari pengkoordinasian adalah ketertiban, ketidaksimpangsiuran.
2. Sebagian ahli berpendapat bahwa pengkoordinasian adalah kegiatan manajemen
yang berdiri sendiri disamping kegiatan manajemen yang lain seperti perencanaan,
pengorganisasian dan sebagainya (Fayol), akan tetapi kebanyakan ahli
berpendapat bahwa pengkoordinasian adalah salah satu fungsi diri setiap kegiatan
manajemen.
3. Bahwa ada yang berpendapat kegiatan pengkoordinasian dapat pula dilakukan
oleh mereka yang bukan manajemen.
4. Perbedaan antara manajemen dan bukan manajemen dalam melakukan koordinasi
ialah bahwa manajemen dapat melaksanakan koordinasi itu karena koordinasi itu
dilakukan terhadap orang-orang bawahannya, sedangkan yang bukan manajemen
lebih banyak menggunakan Personal authority, kewibawaan, pribadi wewenang,
karena pengaruh kepribadiannya, sehingga faktor paksaan tidak ada, tegasnya
apabila kegiatan pengkoordinasian dari bukan manajemen ditolak oleh
orang-orang yang di koordinasikan, maka bukan manajemen itu dapat memaksanya
untuk diterima.
Selain itu Mooney (dalam Handayaningrat, 1980:88) mendefinisikan
Koordinasi sebagai berikut: Coordinating as the achievement of orderly group effort,
usaha kelompok secara teratur dan kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan
bersama).
Sedangkan Farland (dalam Handayaningrat, 1990:89) mendefinisikan
koordinasi sebagai berikut: Cordinating is the process where by an executive
developan ordely pattern is of group efforts among his subordinate and secure unity of
action in the pursit of common purpose (koordinasi adalah suatu proses dimana
pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur diantar bawahannya
dan menjamin kesatuan tindakan didalam mencapai tujuan bersama).
Selanjutnya Farland (dalam Hadayaningrat, 1992;187) mendefinisikan
koordinasi atas lima pokok yaitu:
1. Bahwa tanggung jawab Koordinasi adalah terletak pada pimpinan, oileh karena itu
koordinasi merupakan tugas dari pimpinan;
2. Adanya proses yang terus menerus, sebab koordinasi adalah pekerjaan pimpinan
yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai dengan baik;
3. Penyusunan usaha kelompok secara aturan, maka oleh sebab itu koordinasi
merupakan konsep yang diterapkan didalam kelompok, bukan terhadap usaha
individu;
4. Konsep kesatuan tindakan, hal ini merupakan inti koordinasi, kesatuan tindakan
berarti bahwa pimpinan harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha setiap
5. Tujuan organisasi adalah tujuan bersama, kesatuan usaha meminta suatu
pengertian kepada semua individu agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai
kelompok tempat mereka bekerja.
Disamping pengertian dan definisi di atas perlu juga penulis kemukakan
jenis-jenis koordinasi menurut para ahli antara lain:
1. Koordinasi intern yaitu koordinasi yang langsung dilakukan oleh atasan kepada
bawahannya didalam suatu organisasi yang sama, koordinasi intern dibagi atas
tiga kelompok yaitu: a. Koordinasi Vertikal, b. Koordinasi Horizontal,
c. Koordinasi diagonal.
2. Koordinasi ekstern yaitu koordinasi yang dilakukan oleh suatu organisasi dengan
organisasi lainnya, koordinasi ekstern ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Koordinasi yang bersifat Horizontal, b. Koordinasi ekstern yang bersifat
diagonal.
Juga Abdurachman (dalam Tamim, 2002:45) mengungkapkan pula macam koordinasi
sebagai berikut:
a. Buat management, maupun bukan management dinamakan koordinasi vertikal,
karena yang dikoordinasikan adalah orang-orang bawahan atau orang-orang dalam
status kedudukan dalam oragnisasi atau status sosial dapat dipandang sebagai
bawahan;
b. Buat pejabat/fungsional dalam suatu oragnisasi yang mempunyai wewenang
fungsional yang ada padanya untuk koordinasi khusus dalam bidang fungsinya,
Untuk lebih memperjelas tentang koordinasi perlu pula dikemukakan
prinsip-prinsip koordinasi, mekanisme dan syarat-syarat koordinasi berikut ini.
2.8.1 Prinsip-Prinsip Koordinasi
Menurut Abdurachman (1995;47) mengemukakan prinsip-prinsip koordinasi
sebagai berikut:
1. Prinsip efisiensi;
2. Prinsip kesatuan arah dan tujuan;
3. Prinsip koordinasi;
4. Prinsip ketetapan penggunaan alat-alat koordinasi.
Sugandha (1996:47) menyebutkan prinsip-prinsip koordinasi yaitu:
a. Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai sasaran yang harus
dicapai sebagai kegiatan bersama;
b. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan dan atau tindakan yang harus
dilakukan oleh masing-masing pihak termasuk target dan jadwalnya;
c. Adanya kesatuan atau loyalitas pada setiap pihak terhadap tugas
masing-masing serta jadwal yang telah ditetapkan;
d. Adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan serta memonitor
kerjasama tersebut sertapemechahan masalah bersama.
Maka di dalam pelaksanaan koordinasi dalam pengembangan baik koordinasi
intern maupun ekstern membutuhkan koordinasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip
fundamental yang harus dijadikan pegangan oleh koordinator untuk menyelesaikan
suatu kegiatan.
Juga didalam operasional dari proses pengkoordinasian perlu memperhatikan
hal-hal yang dikemukan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (1985;58)
sebagai berikut:
a. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau satuan mana yang secara fungsional
berwenang dan bertanggung jawab atas sesuatu masalah;
b. Perlu di rumuskan program kerja organisasi yang jelas memperlihatkan keserasian
kegiatan diantara satuan-satuan kerja;
c. Perlu di rumuskan secar jelas wewenang tanggung jawab dan tugas-tugas
satuan-satuan kerja;
d. Perlu dikembangkan kesatuan bahasa dan kerjasama antara lain melalui rapat
berkala, briefing, rapat kerja, team adhoc dll;
e. Koordinasi sudah harus dimulai pada saat penyusunan program kerja dan
anggarannya.
Selanjutnya didalam pengembangan dan pembangunan perlu pula
mempedomani prinsip-prinsip koordinasi menurut Pamuji (1997;40-41) adalah:
a. Koordinasi dimulai dari tahapan permulaan;
b. Tahapan yang kontinu;
c. Sepanjang kemungkinan koordinasi harus merupakan pertemuan-pertemuan