• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Ulang Tataletak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Metode Hill Climbing Di PT. Mahogany Lestari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Ulang Tataletak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Metode Hill Climbing Di PT. Mahogany Lestari"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS

PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HILL

CLIMBING DI PT. MAHOGANY LESTARI

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

HERMAN SITORUS

040403058

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS

PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HILL

CLIMBING DI PT. MAHOGANY LESTARI

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

HERMAN SITORUS

040403058

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Danci Sukatendel) (Tuti Sarma Sinaga, ST, MT.)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih setia dan penyertaanNya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan

menyelesaikan tugas sarjana ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis melakukan penelitian pada PT. Mahogany Lestari yang merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk

menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas sarjana ini berjudul “Perancangan Ulang Tataletak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Metode Hill Climbing Di PT. Mahogany Lestari.” Tugas Sarjana ini disusun berdasarkan literatur yang berhubungan dengan Tataletak dan metode Hill Climbing, perolehan data perusahaan dan pengamatan langsung pada lantai produksi PT. Mahogany Lestari.

Penulis berharap Tugas Sarjana ini dapat menjadi referensi bacaan bagi mahasiswa yang ingin menambah pengetahuan khususnya dalam hal Tataletak dan metode Hill Climbing. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini bermanfaat

bagi kita semua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

(4)

UCAPAN TERIMAKASIH

Selama penyusunan laporan tugas sarjana ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan

ini dengan hati yang tulus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir Danci Sukatendel, sebagai dosen pembimbing I dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktu dan perhatian untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.

2. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT., sebagai dosen pembimbing II dalam

penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktu dan perhatian untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.

3. Bapak Ir. Sugiharto, MM, sebagai Koordinator Tugas Akhir yang telah

mengarahkan penulis dalam memahami judul Tugas Sarjana.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng, sebagai Koordinator Bidang

Rekayasa Sistem Manufaktur yang telah mengarahkan penulis dalam memahami judul Tugas Sarjana.

5. Pimpinan produksi PT. Mahogany Lestari yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.

6. Fernando Gultom selaku rekan penulis dalam penelitian tugas akhir atas bantuan, dukungan serta kerja sama yang baik selama penelitian sampai

penyelesaian tugas sarjana ini.

(5)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI... ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I – 1

1.2. Rumusan Permasalahan ... I – 2 1.3. Tujuan Penelitian ... I – 2 1.4. Manfaat Penelitian ... I – 3 1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi ... I – 3

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I – 4 II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

(6)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Organisasi dan Manajemen ... II – 1

2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II – 1 2.2.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II – 2 2.2.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II – 11

2.2.4. Sistem Pengupahan, Fasilitas dan Jaminan Sosial ... II – 12 2.3. Proses Produksi... II – 13

2.3.1. Bahan yang Digunakan ...

2.3.1.1. Bahan Baku ... II – 14 2.3.1.2. Bahan Tambahan ... II – 14

2.3.1.3. Bahan Penolong ... II – 15 2.3.2. Uraian Proses Produksi ... II – 16

2.3.3. Mesin ,Peralatan dan Sarana Pendukung Produksi ... II – 23 2.3.3.1. Mesin dan Peralatan ... II – 23 2.3.3.2. Sarana Pendukung Kegiatan Produksi ... II – 24 2.3.6.2. Sarana Pendukung Kegiatan Produksi ... II – 24

2.3.4. Pemeliharaan dan Perawatan Mesin ... II – 24 III LANDASAN TEORI

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.2. Tujuan Perencanaan dan Pengatuan Tataletak Pabrik ... III – 2 3.3. Jenis Persoalan Tataletak Pabrik ... III – 2

3.4. Tipe Tataletak, Pola Aliran Bahan ... III – 5 3.4.1. Tipe Tataletak ... III – 5

3.4.2. Pola Aliran Bahan ... III – 7 3.5. Pemindahan Bahan (Material Handling) ... III –11 3.6. Tujuan Utama Kegiatan Pemindahan Bahan ... III – 12

3.7. Algoritma Hill Climbing ... III - 14 IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Sifat Penelitian ... IV – 1 4.2. Prosedur Penelitian ... IV – 1 4.2.1. Objek Penelitian ... IV – 1

4.2.2. Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan ... IV – 1 4.2.3. Pelaksanaan Penelitian ... IV – 3

4.2.4. Metode Pengumpulan Data... IV – 3 4.2.4.1. Sumber Data ... IV – 3 4.2.4.2. Cara Pengumpulan Data ... IV – 4

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.3.2. Penggambaran Lantai Produksi ... IV – 5 4.3.3. Penentuan Jarak Antar Departemen ... IV – 6

4.3.4. Penentuan Frekuensi Perpindahan Material Antar

Departemen ... IV – 6

4.3.5. Penentuan Bobot Tiap Departemen ... IV – 6 4.3.6. Perhitungan Total Cost Pemindahan Bahan Pada Tata

Letak Awal... IV – 6

4.3.7. Perancangan Layout Lantai Produksi Usulan dengan

Metode Hill Climbing ... IV – 7

4.4. Analisis Pemecahan Masalah ... IV – 8 4.5. Kesimpulan dan Saran ... IV – 8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V – 1

5.1.1. Tata Letak Lantai Produksi ... V – 1 5.1.2. Proses Produksi ... V – 2

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2. Pengolahan Data ... V – 4 5.2.1. Multi Product Process Chart ... V – 4

5.2.2. Penggambaran Lantai Produksi ... V – 6 5.2.3. Penentuan Jarak Antar Departemen ... V – 6 5.2.4. Perhitungan Perpindahan Setiap Jenis Komponen

Produk per Tahun ... V -11 5.2.5. Perhitungan Cost ... V -18

5.2.6. Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode Hill

Climbing ... V – 20

VI ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Pertukaran Posisi Departemen ... VI – 1 6.2. Analisis Jarak Pemindahan Bahan Terhadap Total Cost ... VI – 2

6.3. Analisis Aliran Material ... VI – 5 6.4. Pemilihan Layout Terbaik ... VI – 6 VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII – 1

7.2. Saran ... VII – 2 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Sistem Pembagian Jam Kerja Karyawan Administrasi Kantor ... II – 11

2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja Karyawan Bagian Keamanan ... II – 12 2.3. Spesifikasi Mesin dan Peralatan... II – 23 2.4. Spesifikasi Sarana Pendukung Kegiatan Produksi ... II – 24

5.1. Lantai Produksi PT. Mahogany Lestari ... V – 1 5.2. Back Tracking Pada Layout Awal ... V – 3

5.3. Jenis, Jumlah dan Urutan Proses Komponen Produk ... V – 3 5.4. Jumlah Produksi Pintu Napoleon 6P Bulan

Mei 2008 s/d April 2009 ... V – 4

5.5. Titik Pusat (Centroid) dari Setiap Departemen Tata Letak Awal ... V – 8 5.6. Matriks Jarak Awal Antar Departemen Produksi ... V – 10

5.7. Ukuran Load Komponen Produk ... V – 11 5.8. Perhitungan Jumlah Perpindahan di Lantai Produksi ... V – 12 5.9. Matriks Total Frekuensi Perpindahan Bahan Antar Departemen

Produksi ... V – 16

5.10. Matriks Bobot Aliran Perpindahan Bahan Antar Departemen

Produksi ... V – 17

5.11. Perhitungan Total Cost Perpindahan Pada Lantai Produksi Awal .. V – 19 5.12. Total Cost Perpindahan Bahan Pada Pertukaran Departemen A

(11)

5.13. Posisi Departemen Sebagai Keadaan Layout Awal Pada Level 1 .. V – 22 5.14. Posisi Departemen Sebagai Keadaan Layout Awal Pada Level 2 .. V- 22

5.15. Posisi Departemen Sebagai Keadaan Layout Awal Pada Level 3 .. V – 22

6.1. Total Cost Pemindahan Bahan Setiap Pertukaran Posisi

Departemen ... VI – 1

6.2. Perbandingan Posisi Departemen Awal Dengan Posisi Departemen Usulan ... VI – 2

6.3. Perhitungan Total Cost Layout Awal ... VI – 3 6.4. Perhitungan Total Cost Layout Usulan ... VI – 4 6.5. Back Tracking Pada Layout Awal ... VI – 5

6.6. Back Tracking Pada Layout Usulan ... VI – 5

(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Gambar Struktur Organisasi PT. Mahogany Lestari ... II – 4

2.2. Pintu Jenis Napoleon 6P ... II – 23 2.2. Block Diagram Pembuatan Pintu ... II – 24 2.2. Block Diagram Pembuatan Kusen ... II – 25

3.1. Contoh ARC ... III –12 3.2. Contoh Diagram Hubungan Ruangan... III –13

4.1. Blok Diagram Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian... IV – 4 4.2. Flow Chart Pengolahan dan Analisis Data ... IV – 8 5.1. Proses Produksi Pintu Napoleon 6P ... V – 2

5.2. Block Layout Lantai Produksi Awal ... V – 12 5.3. Koordinat (x,y) Tiap Lokasi Departemen ... V – 15

5.4. Multi Product Process Chart ... V – 44 5.5. Trave Chart ... V – 45 5.6. Activity Relationship Diagram ... V – 46 5.7. Diagram Hubungan Ruangan Metode SLP... V – 47

5.8. Block Layout Hasil Metode SLP ... V – 48 5.9. Tata Letak Untuk Uji Reliabilitas Pertama ... V – 55

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

HALAMAN

1. Hasil Iterasi Pertukaran Posisi Departemen Menggunakan

Metode Hill Climbing... L – 1 2. Layout Lantai Produksi Awal PT. Mahogany Lestari ... L – 2

3. Layout Lantai Produksi Hasil Metode Hill Climbing ... L – 3 4. Layout Lantai Produksi Usulan PT. Mahogany Lestari ... L – 4

(14)

ABSTRAK

PT. Mahogany Lestari adalah perusahaan yang memproduksi daun pintu dan kusen pintu. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Bintang Terang Gg. Bintang No. 7 Km. 13,8 Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Produk daun pintu dan kusen yang dihasilkan terdiri dari berbagai macam komponen produk. Banyaknya jenis produk serta aliran proses produksi yang berbeda dari setiap produk/komponen menyebabkan tingkat perpindahan bahan yang tinggi Hal ini menyebabkan terjadinya beberapa back-tracking pada aliran bahan sehingga memperpanjang jarak pemindahan bahan.

Dalam upaya perbaikan tata letaklantai produksi, maka dilakukan perancangan ulang terhadap tataletak yang telah ada dengan mempertimbangkan frekuensi pemindahan bahan dan jarak antar departemen pada proses pembuatan salah satu produk daun pintu Napoleon 6P. Faktor yang dilihat dalam penentuan tataletak yang lebih baik pada penelitian ini adalah total cost pemindahan bahan yang lebih kecil, dan juga mempertimbangkan back-tracking yang terjadi pada aliran produksi. Total cost pemindahan bahan adalah jarak antar departemen dikali dengan frekuensi perpindahan antar departemen yang berhubungan.

Cara yang digunakan dalam perancangan ulang tataletak yang baru adalah dengan menggunakan metode Hill Climbing. Metode Hill Climbing melakukan pertukaran posisi departemen di lantai produksi untuk menghasilkan total cost pemindahan bahan.

(15)

ABSTRAK

PT. Mahogany Lestari adalah perusahaan yang memproduksi daun pintu dan kusen pintu. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Bintang Terang Gg. Bintang No. 7 Km. 13,8 Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Produk daun pintu dan kusen yang dihasilkan terdiri dari berbagai macam komponen produk. Banyaknya jenis produk serta aliran proses produksi yang berbeda dari setiap produk/komponen menyebabkan tingkat perpindahan bahan yang tinggi Hal ini menyebabkan terjadinya beberapa back-tracking pada aliran bahan sehingga memperpanjang jarak pemindahan bahan.

Dalam upaya perbaikan tata letaklantai produksi, maka dilakukan perancangan ulang terhadap tataletak yang telah ada dengan mempertimbangkan frekuensi pemindahan bahan dan jarak antar departemen pada proses pembuatan salah satu produk daun pintu Napoleon 6P. Faktor yang dilihat dalam penentuan tataletak yang lebih baik pada penelitian ini adalah total cost pemindahan bahan yang lebih kecil, dan juga mempertimbangkan back-tracking yang terjadi pada aliran produksi. Total cost pemindahan bahan adalah jarak antar departemen dikali dengan frekuensi perpindahan antar departemen yang berhubungan.

Cara yang digunakan dalam perancangan ulang tataletak yang baru adalah dengan menggunakan metode Hill Climbing. Metode Hill Climbing melakukan pertukaran posisi departemen di lantai produksi untuk menghasilkan total cost pemindahan bahan.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

PT. Mahogany Lestari adalah perusahaan yang memproduksi daun pintu

dan kusen pintu. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan kayu yang memerlukan suatu proses produksi yang berjalan lancar untuk menghasilkan

produk tepat waktu. Hal ini dapat tercapai jika perusahaan mempunyai fasilitas produksi yang baik, selain faktor-faktor mesin-mesin yang terawat, sumber daya manusia yang terlatih dan tataletak letak fasilitas yang baik untuk mendukung

kelancaran proses produksi. Terkait dengan penataan letak fasilitas, yang perlu dilakukan adalah meminimisasi jarak pemindahan bahan karena produk pintu dan

kosen yang dihasilkan terdiri dari berbagai macam komponen yang berbeda proses pengerjaannya yang harus melewati beberapa departemen produksi.

Berdasarkan penelitian sebelumnya di PT. Mahogany Lestari, diketahui

bahwa tataletak lantai produksi di perusahaan ini belum baik. Hal ini disebabkan back-tracking yang terjadi pada aliran bahan serta pemindahan bahan antar

departemen produksi yang banyak melewati departemen yang lain yang bukan merupakan tujuan pemindahan sehingga memperpanjang jarak pemindahan bahan. Back-tracking yang terjadi antar departemen produksi adalah departemen

laminating ke rip saw, radial arm saw ke moulding, band saw ke radial arm saw,

(17)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa saat ini proses produksi yang terjadi di PT. Mahogany Lestari berjalan dengan rute yang panjang akibat

pengaturan tataletak lantai produksi yang belum teratur. Hal ini akan berdampak terhadap total cost pemindahan bahan yang semakin besar pula. Kondisi ini perlu diperbaiki dengan melakukan suatu penelitian untuk memberikan sebuah solusi

untuk perbaikan tataletak fasilitas produksi di perusahaan tersebut.

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana mengatur tataletak lantai produksi yang lebih baik

untuk mendukung kelancaran proses produksi.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menata kembali tata letak lantai produksi dengan menggunakan metode Hill Climbing sehingga dapat diperoleh

tata letak usulan dengan total cost perpindahan bahan yang lebih minimum. Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui total cost perpindahan bahan tata letak lantai produksi yang ada saat ini.

2. Membandingkan total cost antara layout awal dengan layout usulan yang

dihasilkan.

3. Menganalisis aliran material apabila terjadi penataan ulang tata letak lantai

(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa

Menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku perkuliahan dan membandingkan antara teori yang diperoleh

dengan permasalahan pada perusahaan. 2. Bagi Departemen Teknik Industri

Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU.

3. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan dan perbandingan bagi perusahaan dalam menilai atau menata ulang tata letak produksi yang sekarang.

1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi

Dalam melakukan penelitian, dilakukan beberapa pembatasan masalah

seperti:

1. Perancangan ulang tataletak hanya difokuskan pada lantai produksi.

2. Tidak membahas mengenai biaya yang diakibatkan perubahan tataletak yang direncanakan.

3. Analisis difokuskan pada aliran material dalam kaitannya dengan

menentukan total cost pemindahan pada lantai produksi.

4. Aliran produksi yang dibahas adalah proses pembuatan produk daun pintu

(19)

5. Metode yang digunakan dalam penentuan alternatif layout adalah algoritma Hill Climbing.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tidak ada penambahan mesin atau peralatan baru yang mempengaruhi

susunan dan ukuran tiap departemen dalam lantai produksi.

2. Proses produksi berlangsung secara normal dan tidak ada gangguan atau

perubahan urutan operasi yang mempengaruhi jalannya proses produksi. 3. Parameter optimisasi yang dinilai adalah total cost pemindahan bahan di

lantai produksi.

4. Biaya per satuan meter jarak pemindahan adalah sama. 5. Jumlah permintaan tidak melebihi kapasitas pabrik.

6. Tidak ada penambahan desain produk.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika yang disajikan dalam bentuk bab. Pada bab satu merupakan pendahuluan tentang latar belakang

penelitian, masalah penelitian, ruang lingkup penelitian, serta pentingnya penelitian secara teori maupun praktik. Juga dibuat asumsi dan manfaat penelitian.

Pada bab dua dijelaskan mengenai gambaran umum perusahaan yang

(20)

Bab tiga merupakan landasan teori dari konsep dasar serta metode yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. Landasan teori dikumpulkan dari

berbagai literatur dan jurnal-jurnal ilmiah.

Pada bab empat disusun metodologi penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Metodologi penelitian menjelaskan tentang jenis

penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengolahan data, serta metode analisis yang digunakan dan dijelaskan secara terperinci.

Bab lima merupakan pengumpulan dan pengolahan data. Pada bab ini dijelaskan jenis data yang dibutuhkan, darimana dan bagaimana data diperoleh. serta teknik dari metode yang digunakan untuk mengolah data dalam

memecahkan permasalahan. Pemecahan masalah melalui pengolahan data pada bab lima dianalisis pada bab enam. Pada bab ini pemecahan masalah dianalisis

dengan metode yang telah ditetapkan pada bagian metodologi penelitian.

Setelah dilakukan analisis, pada bab tujuh ditarik kesimpulan berupa hasil dari pemecahan masalah terhadap permasalahan yang sedang dihadapi

perusahaan. Laporan diakhiri dengan saran-saran mengenai penerapan penemuan penelitian yang dilakukan dan juga saran untuk pengembangan penelitian lebih

(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Mahogany Lestari, awalnya adalah sebuah perusahaan CV. Mahogany

Arts & Crafts dengan Akta Notaris Ibu Sundari Siregar, SH No. 10 tanggal 27 November 1991. Tanggal 2 Juni 1994 diadakan perubahan pengurus dan

anggaran dasar, sehingga berganti nama menjadi PT. Mahogany Lestari dan berlokasi di Medan – Binjai, Jl. Bintang Terang Gg. Bintang No. 7 Km. 13,8 Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

Perusahaan ini mengolah kayu untuk menghasilkan produk daun pintu dan kusen pintu. Pemasarannya dikoordinir oleh suatu badan yang bernama ISA

(Indonesian Sawmill Association) yang bertujuan untuk menjaga persaingan antar perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Prosuk-produk yang dihasilkan dipasarkan ke daerah Sumatera Utara dan sebagian didistribusikan di daerah

Jambi dan Riau serta diekspor ke negara-negara di benua Afrika.

2.2. Organisasi dan Manajemen

2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. Mahogany Lestari adalah berbentuk campuran. Hal

ini dapat diketahui dari struktur organisasi perusahaan, dimana terdapat hubungan campuran antara lini dan fungsional. Hubungan lini terjadi karena pembagian

(22)

perusahaan ini juga mengaplikasikan struktur organisasi bentuk fungsional yang berarti pembagian tugas juga dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi yang

membentuk hubungan fungsional, artinya bahwa pekerjaan yang satu akan mempengaruhi pekerjaan yang lain, untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik.

Struktur organisasi PT. Mahogany Lestari dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.2.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab pada susunan organisasi perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Direktur Utama

Merupakan pimpinan tertinggi perusahaan yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional pabrik dan kelangsungannya serta

pengembangan dari organisasi.

Adapun tugas Direktur adalah sebagai berikut :

a. Bertugas mengawasi kebijaksanaan dan tindakan setiap kepala bagian dan

menjalin hubungan baik.

b. Melaksanakan kontrak-kontrak dengan pihak luar.

c. Mempunyai wewenang dalam merencanakan, mengarahkan dan menganalisa dan mengevaluasi serta menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan.

(23)

2. Kepala Bagian Personalia

Kepala Personalia memiliki tanggung jawab mengelola kegiatan bagian

personalia dan umum, mengatur kelancaran kegiatan ketenagakerjaan, hubungan industrial dan umum, serta menyelesaikan masalah yang timbul.

Adapun tugas dari Kepala Bagian Personalia adalah sebagai berikut:

a. Mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan karyawan

b. Mengadakan pengangkatan dan pemberhentian karyawan dan

menyelesaikan konflik antara sesama karyawan antara atasan dan bawahan.

c. Membantu pimpinan dalam promosi dan mutasi karyawan

d. Melaporkan keadaan personalia dan kemudian bertanggung jawab kepada direktur utama.

3. Kepala Bagian Lapangan dan Kiln Dryer

Adapun tugas Kepala Bagian Lapangan dan Kiln Dryer adalah sebagai berikut: a. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dan hasil kerja dari seksi

produksi.

b. Mengkoordinir dan mendelegasi tugas di lapangan pada seksi lapangan

dan grader.

4. Kepala Bagian Produksi

Kepala Bagian Produksi memiliki tanggung jawab membantu memastikan

(24)

Direktur Utama Kabag. Personalia Satpam/ Umum Seksi Personalia Kabag. Produksi Seksi Proses Seksi Pengeleman Seksi Perakitan Kabag. Finishing Seksi QC Seksi Finishing Kabag.Pembelian Bahan Baku Seksi Persediaan Seksi Pembelian Kabag. Pemasaran Pemasaran Ekspor Kabag. Keuangan Kabag. Teknik Akuntansi Seksi Listrik Seksi Perawatan Mesin Kasir Kabag. Lap. & KD

Seksi Lapangan Seksi KD Seksi Pengetaman& Pemotongan Keterangan: = Lini = Fungsional

(25)

Adapun tugas Kepala Bagian Produksi adalah sebagai berikut :

a. Bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung di pabrik baik

kegiatan produksi, pengendalian mutu maupun gudang.

b. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan

c. Mempunyai wewenang untuk mengkoordinir dan mengarahkan setiap bagian bawahannya serta menentukan pembagian tugas bagi setiap

bawahannya.

d. Menerima order dari bagian marketing dan mempunyai standar model, lalu dibuat dalam bentuk SPKP (Surat Perintah Kerja Produksi) kemudian

disampaikan ke bagian bahan baku untuk melihat persediaan bahan baku yang ada.

5. Kepala Bagian Finishing

Adapun tugas Kepala Bagian Finishing adalah sebagai berikut : a. Bertugas mengawasi semua hasil produksi

b. Bertanggung jawab atas mutu proses di bagian finishing 6. Kepala Bagian Pembelian Bahan baku

Adapun tugas Kepala Bagian Pembelian Bahan Baku adalah sebagai berikut : Bertugas menyediakan bahan baku yang diminta oleh bagian perencanaan

sesuai dengan ukuran kebutuhan order (SPKP)

7. Kepala Bagian Pemasaran

(26)

a. Bertugas untuk melakukan analisis pasar, meneliti persaingan dan kemungkinan perubahan permintaan serta mengatur distribusi produksi.

b. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen dan tingkat persaingan sehingga dapat ditentukan rencana volume penjualan.

c. Menentukan kebijaksanaan dan strategi pemasaran perusahaan yang

mencakup jenis produk yang akan dipasarkan, harga pendistribusian dan promosi.

d. Bertanggung jawab atas segala yang berhubungan dengan pemasaran produk dalam perusahaan sampai ke konsumen.

8. Kepala Bagian Keuangan

Adapun tugas Kepala Bagian Keuangan adalah sebagai berikut :

a. Bertugas merencanakan annual budget dan perkiraan penyaluran dana.

b. Mempunyai wewenang dalam mengawasi penggunaan dana, barang dan peralatan pada masing-masing departemen dalam perusahaan.

c. Bertanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan administrasi

dan keuangan perusahaan.

d. Mengkoordinir seksi pembukuan dan kasir

9. Kepala Bagian Teknik

Adapun tugas Kepala Bagian Teknik adalah sebagai berikut :

a. Mendelegasikan dan mengkoordinir tugas-tugas di bagian perawatan

mesin dan listrik.

b. Bertanggung jawab atas tersedianya mesin, peralatan dan kebutuhan listrik

(27)

10. Seksi Lapangan

Adapun tugas Seksi Lapangan adalah sebagai berikut :

a. Menyusun bahan baku agar dapat dikeringkan secara merata

b. Mentransfer hasil pengeringan alami atau bahan yang belum dikerjakan namun sudah memenuhi syarat dimasukkan ke KD (Kiln Dryer)

c. Menyortir dan menentukan grade kayu atau bahan baku 11. Seksi KD (Kiln Dryer)

Adapun tugas Seksi KD adalah sebagai berikut :

a. Mengangkut atau mentransfer bahan baku untuk dikeringkan di ruangan KD sehingga kadar airnya 12%.

b. Memberikan hasil pengeringan kepada bagian pemotongan 12. Seksi Pemotongan dan Pengetaman

Adapun tugas Seksi Pemotongan dan Pengetaman adalah sebagai berikut : a. Bertugas menyortir bahan-bahan dan Kiln Dryer

b. Mengetam / blanking kasar 2 sisi

c. Memotong bahan yang diketam sesuai order

d. Menyortir ukuran yang dipotong-potong dan mengelem serta mengepres

dengan manual dan mesin. 13. Seksi Proses

Adapun tugas Seksi Proses adalah sebagai berikut :

(28)

14. Seksi Pengeleman

Adapun tugas Seksi Pengeleman adalah sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab atas semua pengeleman bahan-bahan komponen pintu 15. Seksi Perakitan

Adapun tugas Seksi Perakitan adalah sebagai berikut :

a. Merakit komponen-komponen pintu dari proses moulding dan proses laminating kemudian diproses di mesin door press dan master shander.

16. Seksi Finishing

Adapun tugas Seksi Finishing adalah sebagai berikut :

a. Merevisi atau memperbaiki pintu yang kerusakannya sedikit

b. Memasang label

c. Pembungkusan dengan menggunakan plastik

17. Seksi Quality Control

Adapun tugas Seksi Quality Control adalah sebagai berikut : a. Memeriksa proses pengerjaan komponen pintu

b. Memeriksa mutu (grade) 18. Seksi Persediaan

Adapun tugas Seksi Persediaan adalah sebagai berikut :

a. Memeriksa persediaan material (control stock) sehingga pada saat diperlukan selalu tersedia

b. Mencatat jumlah persediaan material yang masuk dan keluar 19. Seksi Pembelian

(29)

a. Mencari calon penjual material yang diperlukan apabila kepala bagian menyatakan untuk membeli suatu material tertentu.

b. Melakukan analisa harga.

c. Melakukan negosiasi harga material dan meminta persetujuan kepala bagian pembelian bahan baku.

20. Seksi Perawatan Mesin

Adapun tugas Seksi Perawatan Mesin adalah sebagai berikut :

a. Melakukan pengecekan dan mencatat keadaan mesin/perawatan secara berkala (rutin) atau pada saat-saat diperlukan dan melaporkannya kepada kepala bagian teknik.

b. Melakukan perawatan dan perbaikan secara berkala atau saat-saat yang diperlukan.

c. Membuat mata pisau untuk mesin-mesin sesuai dengan bentuk-bentuk kayu yang akan dibuat sesuai order.

21. Seksi Listrik

Adapun tugas Seksi Listrik adalah sebagai berikut :

Bertugas melakukan pemeriksaan kebutuhan listrik secara berkala yang

dipakai untuk produksi. 22. Seksi Ekspor

Adapun tugas Seksi Ekspor adalah sebagai berikut :

Bertugas melakukan koordinasi penjualan langsung dengan konsumen 23. Akuntansi

(30)

a. Bertugas membantu kabag. Keuangan dalam hal kegiatan administrasi dan keuangan

b. Mengkoordinir kasir. 24. Seksi Personalia

Adapun tugas Seksi Personalia adalah sebagai berikut :

Bertugas mencetak daftar absensi yang ditujukan dalam time recorder card untuk menetukan jumlah jam kerja biasa dan jam kerja lembur serta

mencatatnya dalam slip gaji. 25. Kasir

Adapun tugas Kasir adalah sebagai berikut :

a. Memberikan secara langsung upah atau gaji karyawan yang telah ditetapkan oleh atasan.

b. Mencairkan kuitansi dan mencatat kuitansi yang telah disetujui oleh atasan.

26. Satpam

Adapun tugas Satpam adalah sebagai berikut :

a. Melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan keamanan dan

kebersihan.

(31)

2.2.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Tenaga kerja pada PT. Mahogany terdiri atas tenaga kerja tetap dan tenaga

kerja harian. Tenaga kerja tetap terdiri dari staff dan kepala seksi, sedangkan tenaga kerja harian biasanya bekerja pada bagian produksi. Tenaga kerja harian jumlah dan hari kerjanya tidak tetap karena tergantung kepada banyaknya

pekerjaan yang akan dikerjakan.

Agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai

maka diperlukan peraturan jam kerja yang baik pula. Sesuai dengan ketentuan peraturan Departemen Tenaga Kerja bahwa kerja seorang karyawan adalah 40 jam/minggu selebihnya diperkirakan sebagai lembur. Jam kerja untuk tenaga kerja

setiap hari adalah sebagai berikut :

1. Karyawan Kantor (Tenaga Kerja Tidak Langsung)

Tabel 2.1. Sistem Pembagian Jam Kerja Karyawan Administrasi Kantor

Hari Jam Kerja Keterangan

Senin - Kamis

08.00 – 12.00 WIB Bekerja 12.00 – 13.00 WIB Istirahat 13.00 – 16.00 WIB Bekerja

Jumat

08.00 – 12.00 WIB Bekerja 12.00 – 13.30 WIB Istirahat 13.30 – 16.00 WIB Bekerja

Sabtu 08.00 – 13.00 WIB Bekerja

Sumber : PT. Mahogany Lestari

2. Karyawan Bagian Produksi

Karyawan ini mulai bekerja pukul 08.00-16.00 WIB dan istirahat pukul 12.00-13.00 WIB (Senin-Kamis), Jumat jam istirahat pukul 12.00-13.30, Sabtu

(32)

3. Satuan Pengamanan

Tabel 2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja Karyawan Bagian Keamanan

Shift Jam Kerja

I 07.00 - 19.00 WIB

II 19.00 - 07.00 WIB

Sumber : PT. Mahogany Lestari

2.2.4. Sistem Pengupahan, Fasilitas dan Jaminan Sosial

Sstem pengupahan pada PT. Mahogany Lestari disesuaikan berdasarkan

status karyawan, yakni karyawan harian, bulanan dan borongan. Upah pada dasarnya ditetapkan berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, prestasi kerja, dan sebagainya dari karyawan yang bersangkutan. Pajak upah menjadi tanggung

jawab dari masing-masing karyawan. Pengupahan pada perusahaan ini terdiri atas: a. Upah pokok

b. Insentif

c. Tunjangan makan

Bagi karyawan yang melakukan kerja lembur dan mendapatkan tambahan

yang dihitung berdasarkan tarif lembur (TUL).

Perusahaan juga memberikan jaminan sosial dan tunjangan selain dari gaji

pokok kepada karyawan. Adapun tunjangan yang diberikan antara lain : a. Tunjangan Hari Raya dan Tahun Baru

b. Biaya pengobatan

(33)

Bagi karyawan yang sakit dan disertai dengan surat keterangan dokter, upahnya akan tetap dibayarkan. Apabila sakit dalam jangka waktu yang lama dan

disertai dengan surat keterangan dokter, upahnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan perusahaan. Ketentuan-ketentuan tersebut sebagai berikut :

a. Tiga bulan pertama dibayar sebesar 100%

b. Tiga bulan kedua dibayar sebesar 75% c. Tiga bulan ketiga dibayar sebesar 50%

d. Tiga bulan keempat dibayar sebesar 25%

Dan apabila setelah lewat 12 bulan ternyata karyawan yang bersangkutan belum mampu untuk bekerja kembali, maka perusahaan dapat memutuskan

hubungan kerja yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur UU No. 12/1964.

Usaha-usaha lain yang dilakukan PT. Mahogany Lestari untuk

meningkatkan kesejahteraan karyawan seperti : a. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) b. hak cuti.

2.3. Proses Produksi

PT. Mahogany Lestari merupakan perusahaan manufaktur jenis perakitan yang menghasilkan produk daun pintu dan kusen pintu. Proses produksi merupakan urutan proses yang berlangsung untuk menghasilkan produk agar

(34)

2.3.1. Bahan yang Digunakan

Bahan–bahan yang digunakan dalam proses produksi pada Mahogany

Lestari dikelompokkan menjadi 3 jenis bahan, yaitu:

2.3.1.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah semua bahan yang digunakan dan berfungsi sebagai bahan

dasar serta memiliki komposisi terbesar dalam pembuatan produk dimana sifat dan

bentuknya akan mengalami perubahan. Adapun bahan baku yang digunakan untuk

produk pintu dan kusen pintu adalah kayu setengah jadi atau kayu belahan. Jenis kayu

yang digunakan untuk diolah adalah jenis kayu durian. Sumber bahan baku utama

produksi PT. Mahogany Lestari diperoleh dari Tebing Tinggi dan juga Bahorok.

2.3.1.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah semua bahan yang digunakan pada proses produksi untuk memberikan nilai tambah suatu produk. Bahan tambahan yang digunakan untuk menambah nilai produk adalah sebagai berikut:

a. Label

Label digunakan untuk menunjukkan spesifikasi dari produk yang akan

dikirim.

b. Karton Pengaman Siku

Karton ini digunakan untuk melindungi produk dari goresan pada sisi daun

pintu saat pengiriman. c. Kawat Baja

(35)

d. Plastik

Plastik ini digunakan untuk membungkus daun pintu yang telah selesai

dirakit.

e. Lem Syntheco

Lem ini digunakan sebagai bahan perekat antara komponen-komponen

profil untuk penyambung rail, mullion dan style dengan menggunakan dowel. f. Tepung Dempul

Tepung dempul digunakan untuk menutupi sambungan dari kayu supaya produk yang terbentuk kelihatannya tidak tersambung. Untuk pemakaian tepung dempul biasanya dicampur dengan air sebelum digunakan.

2.3.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang diperlukan guna menyelesaikan suatu produk secara langsung maupun tidak langsung agar proses produksi dapat berjalan dengan baik, dimana keberadaan bahan penolong ini tidak tampak pada

hasil akhir produk. Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah kertas ampelas, kertas ini digunakan untuk menghaluskan permukaan kayu dari

produk yang dihasilkan dengan tujuan supaya mutu produk lebih baik.

2.3.2. Uraian Proses Produksi

Produk utama yang diproduksi oleh PT. Mahogany Lestari adalah pintu selain memproduksi daun pintu, dan door jamb yang biasanya disebut dengan

(36)

Model pintu yang sering menjadi permintaan konsumen adalah model Colonial 8P, Pattern 10, Colonial 4P, Colonial 10P, dan Napoleon 6P.

Proses pembuatan daun pintu dan kusen hampir sama, hanya saja untuk kusen tidak melewati proses pemboran, finishing dan juga perakitan.

Untuk menggambarkan uraian proses produksi daun pintu, disini diambil

contoh model Napoleon 6P yang dianggap dapat memberikan gambaran proses produksi model daun pintu lainnya. Gambar daun pintu dapat dilihat pada Gambar

2.2. pada halaman berikut.

Keterangan untuk setiap komponen-komponen daun pintu tersebut adalah sebagai berikut:

1. Style adalah bingkai yang paling luar dari sebuah pintu sebelah kiri dan kanan. Pada sebuah pintu terdapat 2 buah style yang masing-masing beralur dan

sudah dibor pada kedua ujungnya sebagai tempat pasak yang disebut dowel. 2. Rail (pen) adalah balok beralur yang dipasang pada bagian atas (TR), tengah

(MR) dan bawah (BR) dari sebuah pintu. Komponen ini berfungsi untuk

(37)

ST ST TR

BR MR MR M

M

M P P

P P

[image:37.595.247.375.111.355.2]

P P

Gambar 2.2. Daun Pintu Napoleon 6P

3. Mullion adalah balok beralur pada kedua sisinya yang berfungsi sebagai

penyangga rail dengan menghubungkan panel kiri dengan kanan. Pada sebuah

daun pintu model Napoleon 6P terdapat 3 buah mullion dengan panjang yang sesuai dengan panjang panelnya.

4. Panel adalah lembaran kayu berbentuk segi empat yang telah diberi profil bentuk sudut. Pada sebuah daun pintu Napoleon 6P ini terdapat 3 pasang panel.

(38)

Laminating

Pemotongan Bersih Pengeringan

Rolling Cutting Blanking

Moulding

Packing Pembuatan

Profil

Pengeboran

Assembly

[image:38.595.241.382.104.684.2]

Finishing

(39)

1. Pengeringan

Pengeringan merupakan tahap awal yang dilakukan pada proses produksi

kayu menjadi barang jadi menjadi pintu ataupun kusen. Tujuan proses pengeringan dalam pengolahan kayu adalah sebagai berikut:

a. Memperkecil kadar air pada kayu menjadi 11-12%

b. Mencegah serangan jamur dan serangga-serangga pengerek kayu

c. Menaikkan kekuatan kayu agar kayu mudah dikerjakan untuk proses

berikutnya.

PT. Mahogany Lestari melakukan 2 jenis pengeringan yaitu pengeringan secara alami di lapangan dan pengeringan dalam tungku-tungku pengeringan.

Pengeringan alami memang lambat dan tergantung udara sekitar yang dipanaskan oleh matahari juga sirkulasi udara di sekeliling dan di sel-sel susunan kayu.

Namun pengeringan di lapangan ini sangat perlu karena selain murah biayanya, penguapan air yang terjadi tidak terlalu cepat sehingga penyusutan yang tiba-tiba

dan tidak merata tidak terjadi. Pengeringan di lapangan dilakukan selama ± 3 hari.

Apabila mutu kayu ada yang tidak sesuai atau rusak yang disebut dengan mutu afkir (lokal) maka kayu tersebut disusun tersendiri untuk menunggu pelelangan

atau penjualan langsung dengan menegosiasikan harganya. Setelah 3 hari kayu kemudian diangkut ke KD dengan forklift untuk pengeringan lebih lanjut. Proses pengeringan alami ini berlangsung selama ± 3 hari dan mampu mengurangi kadar

air samapi sekitar 30%-50%. Setelah itu, kayu-kayu kemudian dibawa ke Kiln Dryer (KD) untuk proses pengeringan lebih lanjut dengan tujuan mengurangi

(40)

kamar ± 80 m3. Proses pengeringan yang dilakukan di Kiln Dryer ± 20 hari. Selain

untuk mengurangi kadar air, di KD juga dilakukan pemberian anti rayap.

Untuk mengukur kadar air digunakan alat ukur jenis tokok yang bentuknya seperti jarum suntik yang dimasukkan ke kayu sehingga kadar air dapat diketahui. Kayu hasil pengeringan di KD kemudian diangkut ke bagian Blanking untuk

proses selanjutnya.

2. Blanking (Pengetaman awal)

Bahan kayu yang dari KD dibawa ke penumpukan sementara menunggu untuk diketam. Pada bagian blanking ini, pengetaman hanya dilakukan pada dua sisi saja yaitu sisi atas dan sisi bawah. Mesin yang digunakan pada proses ini

adalah Blanking Planner. Pengetaman awal ini bertujuan untuk melihat mutu (grade) dari bahan kayu. Dalam pemilihan grade ini ada istilah yang disebut

dengan jatuh grade yang terjadi apabila grade yang dinyatakan semula tidak sesuai atau turun grade. Kayu-kayu hasil pengetaman awal ini disusun menjadi dua bagian yaitu disatu sisi merupakan kayu yang memenuhi syarat-syarat grade

dan di sisi lain adalah kayu yang jatuh grade. Bahan kayu hasil pengetaman awal ini kemudian dibawa ke bagian Cutting.

3. Cutting

Selanjutnya bahan-bahan kayu yang telah diketam masuk ke proses pemotongan. Pada bagian ini bahan-bahan kayu dipotong menjadi

(41)

4. Rolling

Setelah bahan kayu dipotong kasar, kemudian bahan kayu dibawa ke

bagian rolling. Proses rolling ini memakai mesin jointer yang mana berguna untuk meluruskan kayu-kayu yang bengkok.

5. Laminating

Proses laminating ini dilakukan untuk panel ataupun untuk komponen-komponen yang lebarnya kurang dari bahan baku. Dalam proses ini kayu yang

telah dipotong dan diluruskan digabungkan dan dilakukan proses penyambungan yang disebut dengan laminating. Peralatan yang digunakan adalah hot press. Pada proses ini kayu yang digabungkan adalah kayu yang grade dan warnanya adalah

sama sehingga tidak mengurangi mutu kayu tersebut.

6. Pemotongan Bersih

Pada bagian ini, kayu dipotong sesuai ukurannya, panjang maupun lebarnya sudah disesuaikan dengan spesifikasi produk yang ditetapkan untuk diproduksi. Kemudian dari bagian ini, bahan kayu dibawa ke bagian moulding

untuk proses selanjutnya.

7. Moulding

Pada bagian ini, kayu diketam pada keempat permukaan sisinya. Hal ini untuk mencegah adanya permukaan yang tidak rata akibat pemotongan pada kayu. Namun proses pengetaman pada moulding ini berbeda dengan pengetaman awal

(42)

permukaan saja sedangkan pada moulding ini bertujuan untuk menghaluskan keempat sisinya.

8. Pembuatan Profil

Pembuatan profil ini hanya pada komponen kusen pintu dan daun pintu Pembuatan profil ada dua yaitu pembuatan profil panjang dengan menggunakan

mesin Shaper dan profil pendek dengan menggunakan mesin Double End.

9. Pengeboran

Pada proses pengeboran komponen-komponen yang dikerjakan adalah ST,TR,MR,BR, dan M. Pengeboran pada ST menggunakan mesin Six Bor atau biasa disebut dengan bor 6 kepala, sedangkan pada komponen-komponen lain

pengeboran dilakukan dengan menggunakan mesin Double Bor atau bor 2 kepala dan Single Bor yang biasa disebut dengan bor 1 kepala.

10. Assembly (Perakitan)

Komponen-komponen MR, M, BR, panel, dan dowel dirakit secara manual. Setelah itu dilanjutkan dengan penyatuan komponen-komponen diatas

dengan ST dan TR dengan menggunakan mesin Door Press.

11. Shanding

Pada proses finishing dilakukan penghalusan terhadap permukaan pintu dengan menggunakan mesin Shanding. Selain itu juga dilakukan pembersihan abu dengan menggunakan air gun.

12. Finishing Manual

Finishing ini dilakukan dengan pendempulan bagian yang kasar atau untuk

(43)

13. Pengepakan

Proses pengepakan diawali pemberian label dan karton pengaman,

kemudian penyatuan pintu ke dalam satu bundelan (10 pintu) lalu pemberian plastik yang dibungkus secara manual.

2.3.3. Mesin ,Peralatan dan Sarana Pendukung Produksi 2.3.3.1. Mesin dan Peralatan

Adapun mesin-mesin dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi pada PT. Mahogany Lestari antara lain:

1. Blanking Planner

Fungsi : Mengetam kedua sisi komponen pintu

Merek : Wellsaw

Dimensi : 950 mm x 830 mm x 1230 mm

Lebar maksimum ketam : 500 mm Tebal maksimum ketam : 200 mm

Tebal minimum ketam : 8 mm Panjang minimum ketam : 220 mm

Jumlah pisau : 4

Berat : 476 kg

Jumlah : 3 unit

2. Under Cut

Fungsi : Memotong kayu menjadi komponen

(44)

Dimensi : 1020 mm x 180 m x 90 mm Kecepatan putar : 4700 rpm

Diameter pisau maximum : 200 mm

Berat : 77 kg

Jumlah : 4 unit

3. Radial Arm Saw

Fungsi : Memotong komponen pintu sesuai ukuran

Merek : Scromab-Italy

Dimensi : 1110 mm x 1000 mm x 1665 mm

Kecepatan putar pisau : 2840 rpm

Jangkauan maksimum : 620 mm

Berat : 220 kg

Jumlah : 3 unit

4. Rip Saw

Fungsi : Membelah komponen pintu

Merek : Kuang Yung

Dimensi : 1669 mm x 1045 mm x 1356 mm

Panjang minimum : 200 mm

Ketebalan : 10-85 mm

Berat : 924 kg

(45)

5. Spinder Moulder

Fungsi : Mengetam komponen di empat sisi

Merek : CMP-523

Dimensi : 3200 mm x 1520 mm x 1542 mm

Lebar maksimum : 160 mm

Lebar minimum : 25 mm

Tebal maksimum : 100 mm

Tebal minimum : 10 mm

Panjang meja depan : 1475 mm

Berat : 2125 kg

Jumlah : 3 unit

6. Shaper Panel

Fungsi : Membuat profil pada panel

Merek : ABE-CN

Ukuran Meja : 480 mm x 690 mm

Daya : 5 Hp

Voltase : 380 V

Jumlah : 2 unit

7. Shaper komponen

Fungsi : Membuat profil pada panel

Merek : ABE-CN

Ukuran meja : 900 mm x 700 mm

(46)

Daya : 5 Hp

Voltase : 380 V

Jumlah : 3 unit

8. Double End

Fungsi : Membuat profil pendek pada komponen

Merek : Thai Chan Taiwan

Daya : 5 Hp

Voltase : 380 V

Jumlah : 1 unit

9. Six Head Bor

Fungsi : membuat lubang pada komponen ST

Merek : Champ Fond

Daya : 1 Hp

Voltase : 220 V

Jumlah mata bor : 6 unit

Dimensi : 700 mm x 1005 mm x 950 mm

Jumlah : 1 unit

10.One head bor

Fungsi : Membuat lubang di sisi komponen

Merek : Kin Kong

Daya : 1 Hp

Voltase : 220 V

(47)

Dimensi : 576 mm x 520 mm x 876 mm

Berat : 98 kg

Jumlah : 1 unit

11.Double head bor

Fungsi : Membuat lubang di sisi komponen

Merek : Thai Chan Taiwan

Daya : 1 Hp

Voltase : 220 V

Jumlah mata bor : 2 unit

Jumlah : 1 unit

12.Door Press

Fungsi : Perakitan daun pintu

Merek : CMP-523

Daya : 1,5 KW

Voltase : 220 V

Dimensi : 200 cm x 210 mm x 100 cm

Jumlah : 2 unit

13.Automatic Round Dowell Machine

Fungsi : Membuat dowell

Merek : LCS

Daya : 3 Hp

Voltase : 380 V

(48)

Jumlah : 2 unit 14.Master Shander

Fungsi : Menghaluskan permukaan pintu

Merek : SbF

Daya : 9,4 HP

Voltase : 220 V

Dimensi : 3860 mm x 1530 mm x 1430 mm

Berat : 300 kg

Jumlah : 2 unit

15.Rolling Machine

Fungsi : Untuk meluruskan kayu

Merek : ABE-CN

Dimensi : 710 mm x 570 mm x 560 mm

Daya : 9,4 HP

Voltase : 220 V

Jumlah : 4 unit

16.Band Saw

Fungsi : Membentuk panel

Merek : Kuang Yung

Kedalaman potong : 155 mm

Lebar pemotongan : 300 mm Panjang pisau : 2085 mm

(49)

Berat : 68 kg

Jumlah : 1 unit

17.Hot Press

Fungsi : Mengelem komponen produk

Jumlah : 5 unit

Dimensi : 2950 mm x 2715 m x 550 mm

18.Meja pendempulan

Fungsi : Untuk pendempulan pintu

Jumlah : 35 unit

2.3.3.2. Sarana Pendukung Kegiatan Produksi

Adapun spesifikasi sarana pendukung yang digunakan dalam kegiatan

produksi pada PT. Mahogany Lestari adalah : 1. Forklift

Fungsi : Mengangkut bahan baku

Merek : Nissan

Tipe : CPCD

Kapasitas : 3000 kg

Tinggi Pengangkutan : 3000 mm

Ukuran : 3765 mm x 2090 mm

2. Hand Lift

Fungsi : Mengangkut bahan baku

(50)

3. Listrik (PLN)

Fungsi : Sumber Arus Listrik

Daya : 600 KVA

4. Generator Set

Fungsi : Sebagai pembangkit listrik

Merek : Dongwa

Tipe : DW7000DX

Daya : 690 KVA

Ukuran : 680 mm x 510 mm x 590 mm

5. Air Gun

Fungsi : Membersihkan debu

2.3.4. Pemeliharaan dan Perawatan Mesin

Perawatan merupakan kegiatan yang diarahkan pada tujuan untuk menghindari breakdown (kerusakan) yang tidak terencana dan mencegah

kegagalan fungsi suatu alat produksi.

Pelaksanaan perawatan terhadap mesin-mesin dan peralatan yang ada

dilakukan pada suatu periode waktu tertentu dan teratur sesuai dengan yang dijadwalkan. Reparasi akan dilakukan bila ditemukan kerusakan selama pemeriksaan. Tindakan-tindakan preventif dari kerusakan dilakukan dengan

harapan mesin-mesin dan peralatan akan lebih terjamin kondisi kemampuan kerjanya serta menghindari terjadinya pembongkaran secara besar-besaran

(51)

tindakan pemeliharaan dan perawatan operasional yang dilakukan secara kontinyu, sementara pengecekan terhadap kondisi mesin dilakukan secara berkala.

Pemeliharaan pada mesin dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Perbaikan Langsung

Hal ini dilakukan bila terdapat kerusakan pada proses produksi. Di sini pihak

maintenance dari bengkel pabrik langsung memperbaiki mesin tersebut

supaya proses produksi dapat berjalan kembali.

2. Pemeliharaan Terencana Pemeliharaan ini meliputi:

a. Pemeriksaan yaitu pemeriksaan terhadap peralatan produksi yang

dilakukan satu kali dalam seminggu, jika ditemui kerusakan/kelainan dilakukan perbaikan.

b. Pemeliharaan, yaitu membersihkan mesin-mesin setelah selesai beroperasi dari kotoran-kotoran seperti serbuk-serbuk kayu

c. Pelumasan, yaitu memberi minyak pelumas pada mesin berdasarkan

jadwal pelumasan, cara-cara pelumasan dan jenis minyak pelumas ynag sudah ditentukan menurut petunjuk-petunjuk dari mesin dengan tujuan

memelihara komponen-komponen mesin dan memperlancar kerja mesin. d. Pemberian minyak solar sebagai pelicin supaya bahan baku yang akan

diproses dapat masuk ke mesin dengan lancar. Minyak solar juga berfungsi

sebagai zat pelindung mesin dari peristiwa perkaratan karena bahan baku yang masih basah ataupun lembab dapat menimbulkan perkaratan pada

(52)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Defenisi Tataletak Pabrik1

1. Pengaturan tataletak mesin dan fasilitas produksi lainnya (machines layout), yaitu pengaturan dari semua mesin-mesin dan fasilitas yang

diperlukan untuk proses produksi di dalam tiap-tiap departemen yang ada di pabrik.

Tataletak pabrik (plant layout) atau tataletak fasilitas (facilities layout)

dapat didefenisikan sebagai tatacara pengatutran fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi, dimana dalam pengaturan tersebut akan

dilakukan pemanfaatan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang lainnya, kelancaran gerakan pemindahan bahan (material handling), penyimpanan bahan (storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen,

personel kerja dan sebagainya. Tataletak pabrik berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan tata letak dari mesin, peralatan, aliran bahan,

dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja yang ada.

Pada dasarnya, dalam pengaturan fasilitas produksi dalam pabrik, dibedakan atas dua hal yang akan diatur tata letaknya, yaitu:

2. Pengaturan tataletak departemen, yaitu pengaturan bagian atau

departemen, serta hubungannya antara satu departemen dengan yang lainnya di dalam pabrik.

1

(53)

3.2. Tujuan Perencanaan dan Pengatuan Tataletak Pabrik2

a. Menaikkan Output produksi

Secara garis besar, tujuan utama dari tataletak pabrik adalah mengatur area

kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi yang aman dan nyaman sehingga akan dapat menaikkan moral kerja dan kinerja (performance) dari operator. Lebih spesifik lagi, suatu tataletak pabrik yang baik

akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi, sebagai berikut :

b. Mengurangi waktu tunggu (delay)

c. Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling)

d. Penghematan penggunaan luas lantai e. Mengurangi Inventory in-proscess

f. Proses manufaktur yang lebih singkat.

3.3. Jenis Persoalan Tataletak Pabrik3

2

Ibid.pp. 69-70

Ada beberapa macam permasalahan yang sering terjadi yang sering terjadi dalam perencanaan tataletak pabrik. Permasalahan ini sangat erat kaitannya

dengan berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-faktor yang banyak mempengaruhi tersebut antara lain permintaan pasar yang sulit diprediksi, selera terhadap produk yang berubah-ubah, penggantian alat

(54)

Pada dasarnya permasalahan yang sering dihadapi manajemen dalam tataletak pabrik adalah sebagai berikut:

1. Perubahan rancangan

Seringkali perubahan rancangan produk menuntut perubahan proses atau operasi yang diperlukan. Perubahan ini mungkin hnaya memerlukan sebagian

kecil tataletak yang ada atau berbentuk perancangan ulang tataletak. Hal ini bergantung kepada perubahan yang terjadi.

2. Penambahan produk baru

Jika terjadi penambahan produk baru yang berbeda prosesnya dengan produk yang sudah ada, maka dengan sendirinya akan muncul masalah baru. Peralatan

yang ada dapat digunakan dengan menambah beberapa mesin baru pada tataletak yang ada dengan penyusunan ulang minimum, atau mungkin

memerlukan penyiapan departemen baru atau mungkin juga dengan pabrik baru.

3. Perluasan departemen

Perluasan departemen dapat terjadi bila ada penambahan sejumlah mesin yang dapat diatasi dengan membuat ruangan atau mungkin diperlukan perubahan

seluruh tataletak jika pertambahan produksi menuntut perubahan proses. 4. Pengurangan departemen

Penurunan volume produksi dalam suatu perusahaan perlu untuk dilakukan

penelitian seksama, apakah penurunan tersebut disebabkan oleh permintaan pasar yang cenderung menurun atau sebab lain. Jika penurunan tingkat

(55)

penurunannyabersifat tetap pada titik tertentu maka yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen adalah melakukan pengurangan peralatan

atau pengurangan departemen yang ada. 5. Memindahkan satu departemen

Memindahkan satu departemen dapat menimbulkan masalah tataletak yang

besar. Jika tataletak yang ada masih memenuhi, hanya diperlukan pemindahan ke lokasi lain. Jika tata letak yang ada sekarang tidak memenuhi lagi, hal ini

menghadirkan untuk perbaikan kekeliruan yang baru. Hal ini dapat berubah ke arah tataletak ulang pada wilayah yang baru.

6. Peremajaan peralatan yang rusak

Persoalan ini menuntut pemindahan peralatan yang berdekatan untuk mendapatkan tambahan ruang.

7. Penambahan departemen baru

Salah satu penyebab dilakukan penambahan departemen baru adalah adanya pekerjaan yang belum pernah dilakukan selama ini.

8. Perubahan metode produksi

Setiap perusahaan kecil dalam satu tempat kerja seringkali mempunyai

pengaruh terhadap tempat kerja yang berdekatan. Hal ini menuntut peninjauan kembali atas wilayah yang terlibat.

9. Perencanaan fasilitas baru

Persoalan ini merupakan persoalan terbesar tataletak pabrik. Perancang umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilita yang ada. Perancang bebas

(56)

10.Biaya

Masalah utama dalam perencanaan fasilitas adalah mengenai biaya. Seberapa

besar biaya yang akan dikeluarkan akan sangat tergantung dari kemampuan mengatasi masalah di atas.

3.4. Tipe Tataletak, Pola Aliran Bahan 3.4.1. Tipe Tataletak4

1. Product Layout (Tataletak Berdasarkan Aliran Produk)

Susunan mesin dan peralatan pada suatu perusahaan akan sangat mempengaruhi kegiatan produksi, terutama pada efektivitas waktu proses produksi dan kelelahan yang dialami oleh operator di lantai produksi.

Ada 4 tipe tata letak pabrik yang utama, yaitu:

Susunan mesin dan peralatan berdasarkan produk, sangat baik digunakan apabila jumlah volume produksi besar dan produk yang dihasilkan memiliki karateristik yang sama. Dengan cara ini mesin dan peralatan disusun

sedemikian rupa sehingga didapatkan aliran bahan yang terus-menerus (continuous flow), membentuk garis lurus. Mesin dan peralatan disusun sesuai

dengan urutan proses dari pembuatan produk. Contoh gambar product layout dapat dilihat pada Gambar 3.1.

4

(57)

Mesin A Mesin B Mesin C Mesin A Mesin B Mesin D Mesin E Mesin C

Mesin C Mesin D

Mesin E Mesin D Gudang Bahan Baku (Material ) Gudang Barang Jadi

Gambar 2.1. Product Layout

2. Process Layout (Tataletak proses)

Tataletak proses adalah penyusunan tataletak dimana alat yang sejenis atau yang mempunyai fungsi yang sama ditempatkan dalam bagian yang sama. Misalnya, mesin potong ditempatkan pada bagian pemotongan. Jadi, hanya

terdapat satu jenis proses di setiap bagian atau departemen. Tipe ini cocok untuk proses produksi yang tidak baku yaitu perusahaan membuat berbagai

macam produk yang berbeda atau suatu produk dasar yang diproduksi dalam berbagai macam variasi. Contoh gambar process layout dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Mesin A Mesin A Mesin B Mesin C

Mesin A Mesin A Mesin B Mesin F

Mesin D Mesin E Mesin E Gudang Bahan Baku (Material) Gudang Barang Jadi Mesin F

(58)

3. Fixed Position Layout

Merupakan susunan dimana mesin-mesin dan perlatan ditempatkan pada tempat yang tetap karena posisi benda yanhg dikerjakannya tidak dapat dipindahkan. Pada umumnya digunakan untuk produk akhir yang dimensinya besar, salah satu contohnya adalah pembuatan galangan kapal. Contoh gambar fixed position layout dapat dilihat pada Gambar 3.3. Gudang Bahan Baku (Material ) Gudang Barang Jadi

Mesin D Mesin E Mesin F

[image:58.595.126.488.439.643.2]

Mesin A Mesin B Mesin C

Gambar 2.3. Fixed Position Layout

4. Group Technology Layout

Merupakan susunan dimana mesin-mesin dan perlatan dikelompokkan berdasarkan bentuk komponen yang

dikerjakannya, bukan berdasarkan produk akhir. Sehingga untuk pengerjaan part/bagian yang prosesnya hampir sama dikerjakan di satu departemen. Contoh gambar group technology layout dapat dilihat pada Gambar 3.4.

3.4.2. Pola Aliran Bahan5

Mesin A Mesin B Mesin C Mesin E Mesin C Mesin D Mesin A Mesin B Mesin E Perakita n Perakita n Perakita n Gudang Bahan Baku (Material ) Gudang Barang Jadi Mesin D Mesin B

Perancang tataletak berpengalaman menyarankan sejumlah cara potensial atau dasar bagi aliran barang menyeluruh. Sementara beberapa diantaranya menyangkut aliran barang, beberapa yang lainnya mengacu pada karakteristik

Gambar 2.4. Group Technology Layout

masalah atau proses tataletak. Alternatif-alternatif itu adalah untuk

dipertimbangkan perancang aliran, dan mengarahkan agar aliran didasarkan atas aliran barang, produk, pegawai, atau kegiatan yang:

1. Membutuhkan mesin-mesin atau peralatan serupa.

5

(59)

2. Membutuhkan proses yang sama. 3. Membutuhkan operasi yang sama.

4. Mengikuti urutan operasi .

5. Memiliki waktu operasi yang sama.

6. Memiliki bentuk, ukuran, kegunaan atau rancangan yang sama.

7. Menuntut derajat mutu yang sama.

8. Terbuat dari bahan yang serupa atau sama.

Begitu perancang tataletak mengamati dan meninjau dokumentasi aliran sejalan dengan faktor dan patokan terdahulu, dia harus berusaha menggambarkan kesimpulan mengenai faktor dan patokan yang mungkin cocok dengan situasi

yang dihadapinya. Akan tampak nanti bahwa beberapa metode yang dikemukakan diatas berhubungan dengan cara tata letak proses, produk atau kelompok, yang

harus ditinjau pada kesempatan ini. Dalam seluruh kemungkinan, aliran keseluruhan untuk produk produksi massal akan tetap didasarkan pada tuntutan aliran barang dan komponen. Sedangkan, untuk job-shop atau yang sejenisnya,

dan proses-proses serta operasi-operasi penunjang, aliran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diatas. Karakteristik-karakteristik aliran masing-masing yang

khas, harus dipertimbangkan dalam pola aliran keseluruhan.

Pola aliran umum ini yang digambarkan pada Gambar 3.5 menunjukkan sebagian faktor dasar dalam situasi aliran tertentu. Beberapa komentar akan

membantu memahami pemakaian pola yang ditunjukkan:

1. Garis lurus: dapat digunakan jika proses produksi pendek, relatif sederhana,

(60)

2. Seperti ular atau zig-zag: dapat diterapkan jika lintasan lebih panjang dari ruangan yang dapat digunakan untuk ditempatinya, dan karenanya

berbelok-belok dengan sendirinya untuk memberikan lintasan aliran yang lebih panjang dalam bangunan yang luas, bentuk, dan ukuran yang lebih ekonomis.

3. Seperti ular atau zig-zag: dapat diterapkan jika lintasan lebih panjang dari

ruangan yang dapat digunakan untuk ditempatinya, dan karenanya berbelok-

1. Jalur lurus

2. Ular atau zig-zag

3. Bentuk U

4. Melingkar

5. Sudut ganjil 1 1 1 1 1 2 2 2 2

2 3 5 6

[image:60.595.189.455.307.681.2]

3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6

(61)

belok dengan sendirinya untuk memberikan lintasan aliran yang lebih panjang dalam bangunan yang luas, bentuk, dan ukuran yang lebih ekonomis.

4. Seperti ular atau zig-zag: dapat diterapkan jika lintasan lebih panjang dari ruangan yang dapat digunakan untuk ditempatinya, dan karenanya berbelok-belok dengan sendirinya untuk memberikan lintasan aliran yang lebih panjang

dalam bangunan yang luas, bentuk, dan ukuran yang lebih ekonomis.

5. Bentuk U: dapat diterapkan jika diharapkan produk jadinya mengakhiri proses

pada tempat yang relative sama dengan awal proses, karena keadaan fasilitas transportasi (luar pabrik), pemakaian mesin bersama, dsb. (juga karena alasan yang sama seperti bentuk ular).

6. Melingkar: dapat diterapkan jika diharapkan barang atau produk kembali ke tempat yang tepat waktu memulai, seperti pada: (a) bak–cetakan penuangan,

(b) penerimaan dan pengiriman terletak pada satu tempat yang sama, (c) digunakan mesin dengan rangkaian yang sama untuk kedua kalilnya.

5. Bersudut ganjil: pola tak tentu, tetapi sangat sering ditemui (a) jika tujuan

utamanya untuk memperpendek lintasan aliran antar kelompok dari wilayah yang berdekatan; (b) jika pemindahannya mekanis, (c) jika keterbatasan

(62)

3.5. Pemindahan Bahan (Material Handling) 6

3.6. Tujuan Utama Kegiatan Pemindahan Bahan

Pengertian dari istilah pemindahan bahan dirumuskan oleh American

Material Handling Society (AMHS), yaitu sebagai suatu seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (storing), sekaligus pengawasan (controlling) bahan atau material

dengan segala bentuknya. Dalam kaitannya dengan pemindahan bahan, maka proses pemindahan bahan ini akan dilaksanakan dari satu lokasi ke lokasi yang

lain baik secara vertikal, horizontal, maupun lintasan yang membentuk kurva. Demikian pula, aktivitas ini bisa dilaksanakan dalam suatu lintasan yang tetap atau pun berubah-ubah. Selanjutnya, material yang dipindahkan bisa berbentuk

gas, cairan, ataupun padat. Dalam pengertian umum, khususnya dikaitkan dengan industri manufakturing, aktivitas pemindahan bahan ini lebih ditujukan untuk

memindahkan material dalam bentuk fisik dan padat (solid).

7

1. Meningkatkan kapasitas produksi

Kegiatan pemindahan bahan merupakan kegiatan yang membutuhkan biaya dan ikut mempengaruhi struktur biaya produksi, sehingga perlu dilakukan

perencanaan, pengawasan, pengendalian serta perbaikan yang sebaik-baiknya agar tujuan kegiatan pemindahan bahan itu sendiri dapat tercapai, yaitu:

Peningkatan kapasitas produksi ini dapat tercapai melalui: − Peningkatan produktivitas kerja per man-hour.

6

Wignjosoebroto, op. cit., p. 212. 7

(63)

Peningkatan efisiensi mesin atau peralatan dengan mengurangi down time.

− Menjaga kelancaran aliran kerja dalam pabrik.

− Perbaikan kontrol dan pengawasan terhadap kegiatan produksi.

2. Mengurangi limbah buangan (waste)

Untuk mencapai tujuan ini, maka dalam kegiatan pemindahan bahan harus

memperhatikan hal-hal berikut ini:

− Kontrol dan pengawasan yang sebaik-baiknya terhadap keluar-masuknya

persediaan material yang dipindahkan.

− Eliminasi kerusakan pada bahan selama proses pemindahan berlangsung

− Fleksibilitas untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dan kondisi-kondisi

khusus dalam memindahkan bahan ditinjau dari sifatnya. 3. Memperbaiki kondisi area kerja

Pemindahan bahan yang baik akan dapat memenuhi tujuan ini, dengan cara: − Memberikan kondisi kerja yang lebih nyaman dan aman.

− Mengurangi faktor kelelahan bagi pekerja/operator.

− Meningkatkan perasaan nyaman bekerja bagi operator.

− Memacu pekerja untuk mau bekerja lebih produktif lagi.

4. Memperbaiki distribusi material

Kegiatan material handling memiliki sasaran:

− Mengurangi terjadinya kerusakan terhadap produk selama proses

pemindahan dan pengiriman.

(64)

− Memperbaiki lokasi dan pengaturan dalam fasilitas penyimpanan

(gudang).

− Meningkatkan efisiensi dalam hal pengiriman dan penerimaan.

5. Mengurangi biaya

Pengurangan biaya ini dapat dicapai melalui: − Penurunan biaya persediaan.

− Pemanfaatan luas area untuk kepentingan yang lebih baik.

− Peningkatan produktivitas.

3.7. Algoritma Hill Climbing8

8

Sri Kusumadewi dan Purnomo, H, Penyelesaian Masalah Optimasi Dengan Teknik-Teknik Heuristik, (Graha Ilmu, 2005), pp. 59-63.

Algoritma Hill Climbing merupakan algoritma optimisasi pendekatan

baru yang digunakan untuk menyelesaikan kombinasi masalah. Pada penerapannya dalam perancangan tata letak fasilitas diperlukan penyelesaian awal

dari tata letak fasilitas produksi yang ada, setelah itu dilakukan optimisasi dengan Algoritma Hill Climbing sehingga di akhir iterasi didapatkan tata letak fasilitas produksi yang mencapai nilai optimum.

Metode ini menggunakan proses pengujian yang dilakukan dengan fungsi heuristik. Pembangkitan keadaan berikutnya sangat tergantung pada feedback dari

(65)

Pengolahan dengan metode Hill Climbing memiliki langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mulai dari keadaan awal, yaitu dengan menetapkan total cost pemindahan bahan layout lantai produksi saat ini sebagai keadaan pada level awal. 2. Lakukan pengujian, pengujian dilakuan dengan menukarkan lokasi antara

2 departemen. Jumlah pertukaran atau iterasi yang dilakukan setiap level

pencarian diperoleh dengan rumus C2n =

( )

2 !

! 2

! − n

n .

3. Kerjakan langkah-langkah iterasi hingga sebuah solusi ditemukan.

Solusi dari setiap level merupakan keadaan awal untuk melakukan iterasi pada level selanjutnya.

4. Perhitungan ini dilakukan berulang – ulang dengan melakukan pertukaran lokasi departemen sampai ditemukan total cost pemindahan bahan yang

minimum. Level pencarian akan berhenti jika total cost pemindahan bahan pada level selanjutnya lebih besar dari total cost pemindahan bahan level sebelumnya.

Pada metode Hill Climbing ini, ada beberapa kelemahan yang dapat

terjadi, yakni sebagai berikut :

1. Algoritma akan berhenti apabila mencapai nilai optimum local. 2. Tidak mampu menggunakan 2 operator sekaligus

(66)

Variabel yang digunakan dalam algoritma Hill Climbing adalah jarak antar departemen, bobot antara departemen, serta momen perpindahan mater

Gambar

Gambar 2.2. Daun Pintu Napoleon 6P
Gambar 2.3. Block Diagram Pembuatan Daun Pintu
Gambar 2.3. Fixed Position Layout
Gambar 3.5. Pola Aliran Umum
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

komunitas yaitu cerminan dan kesadaran kritis, membangun identitas komunitas, tindakan representasi dan politis, praktek yang berhubungan dengan budaya, asosiasi

(1998) dalam Nurwahyuni (2001), perbanyakan tanaman jeruk secara in vitro melalui kultur jaringan memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah dapat menghasilkan bibit

Selama ini dalam melaksanakan proses produksi UD Kartika Plastik masih belum menerapkan metode check sheet , perusahaan hanya melakukan pencatatan terhadap

Atmosfer dari planet merkurius terdiri dari gas natrium dan kalium yang sangat tipis sehingga kadang-kadang dikatakan bahwa planet ini tidak memiliki atmosfer.. Jarak

Selain ruam ini, timbul gejala-gejala lainnya, seperti demam, pembesaran kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, sakit kepala, kehilangan berat badan, nyeri otot, dan perlu

Otot lurik, atau yang dikenal juga dengan nama otot rangka tak lain adalah jaringan yang menempel pada bagian rangka tubuh hewan atau manusia dimana