• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL MIKRO ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PEDAGING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL MIKRO ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PEDAGING"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL MIKRO ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY ACID (VFA)

CAIRAN RUMEN PADA SAPI PEDAGING Oleh

Andik Kristiawan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian mineral mikro organik dalam ransum terhadap volatile fatty acid (VFA) dan amonia (NH3) rumen sapi pedaging dan untuk mengetahui tingkat terbaik penggunaan mineral mikro organik dalam ransum terhadap volatile fatty acid dan amonia sapi pedaging.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 4 ekor sapi pedaging pascasapih dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), 4 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan yang diberikan yaitu R0 : Ransum basal (20% hijauan + 80% konsentrat), R1: Ransum basal + Mineral mikro organik ½ kali dosis, R2 :

Ransum basal + Mineral mikro organik 1 kali dosis, R3: Ransum basal + Mineral mikro organik 1½ kali dosis. Rekomendasi NRC 1 dosis kali (Zn 40ppm, Cu 10ppm, Cr 0,30ppm, Se 0,10ppm). Data yang diperoleh diuji dengan analysis of variance (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal untuk menentukan tingkat terbaik penggunaan mineral mikro organik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pengunaan mineral mikro organik dalam ransum berpengaruh tidak nyata terhadap kadar volatile fatty acid dan amonia

tetapi memberikan pengaruh yang positif terhadap kadar volatile fatty acid dan

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam

pembangunan perekonomian masyarakat lampung, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter. Oleh karena itu peningkatan pembangunan

peternakan harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan peternak. Perkembangan di sektor peternakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan peningkatan taraf hidup masyarakat

menyebabkan perubahan pola kunsumsi masyarakat dari konsumsi karbohidrat ke konsumsi perotein, terutama protein hewani. Peningkatan konsumsi protein diikuti dengan peningkatan populasi ternak serta diikuti pula oleh peningkatan kebutuhan akan pakannya.

Pakan sebaiknya dapat memenuhi persyaratan nutrisi, kondisinya baik, dan harganya yang murah. Pakan berguna untuk kebutuhan pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik kualitas maupun kuantitas dapat meningkatkan produksi ternak ruminansia. Namun semakin sempitnya lahan hijaun sebagai sumber pakan yang disebabkan penggunaan lahan untuk

(3)

2

memaksimalkan kualitas pakan. Maka diperlukan usaha dan juga alternatif lain untuk menekan biaya pakan dan pengganti hijau-hijauan, seperti dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan bahan pakan yang murah dan tersedian melimpah, yaitu pemanfaatan pakan nonkonfesional berupa limbah usaha pertanian dan

agroindustri yang penggunaannya dapat meningkatkan efisiensi pakan dan pada akhirnya dapat menghasilkan kenaikan yang nyata pada efisiensi usaha ternak sapi. Solusi untuk meningkatkan dan menjaga produktivitas ternak adalah

memaksimumkan pemberian bahan- bahan pelengkap (suplement) baik yang tidak mengandung zat nutrisi seperti antibiotik, antioksidan, dan perangsang nafsu makan maupun yang mengandung zat nutrisi seperti mineral, vitamin, asam amino, dan asam lemak tambahan.

Salah satu suplement yang saat ini sedang diteliti pemanfaatannya sebagai campuran ransum ternak adalah mineral organik karena penggunaan mineral harus disediakan dalam jumlah yang tepat. Bioproses dalam rumen dan

pascarumen harus didukung oleh kecukupan mineral makro dan mikro. Mineral-mineral ini berperan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan metabolisme zat-zat makanan. Mineral mikro dan makro di dalam alat pencernaan ternak dapat saling berinteraksi positif atau negatif dan faktor lainnya seperti asam fitat, serat kasar, dan zat-zat lainnya dapat menurunkan ketersediaan (availability) mineral. Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan

(4)

Pengaruh Penggunaan mineral mikro organik diharapkan dapat mengoptimalkan produksi VFA dan NH3 dalam rumen (pertumbuhan mikroba meningkat) dan pascarumen (penyerapan zat makanan meningkat) serta metabolisme zat-zat makanan lebih baik (metabolisme protein, karbohidrat, dan mineral serta zat lainnya meningkat) sehingga berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ternak ruminansia.

B. Tujuan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk :

1) mengetahui pengaruh pemberian mineral mikro organik dalam ransum terhadap Volatile Fatty Acid dan NH3 rumen sapi pedaging.

2) mengetahui tingkat terbaik penggunaan mineral mikro organik dalam ransum terhadap Volatile Fatty Acid dan NH3 sapi pedaging.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan penambahan wawasan ilmu pengetahuan serta informasi tentang pengaruh tingkat pemberian dan penentuan tingkat penggunaan mineral mikro organik terhadap Volatile Fatty Acid dan NH3 rumen pada sapi pedaging.

D. Kerangka Pemikiran

Peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan

(5)

4

secara terus menerus dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan

meningkatkan kesejahteraan peternak. Perkembangan subsektor peternakan di pengaruhi oleh pakan yang diberikan, karena pakan merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam budidaya ternak untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pakan berguna untuk kebutuhan pokok, produksi,dan

reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik kualitas maupun kuantitas sehingga dapat meningkatkan produksi ternak ruminansia.

Salah satu solusi untuk meningkatkan dan menjaga produktivitas ternak dengan memaksimumkan pemberian bahan-bahan pelengkap (suplement) serta menjaga kondisi optimum cairan rumen untuk proses fermentasi, dan mensuplai nutrien bagi pertumbuhan mikroba rumen. Nutrien yang cukup bagi pertumbuhan mikroba rumen mempengaruhi proses pencernaan di dalam rumen. Mineral berperan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan pascarumen,

metabolisme zat-zat makanan, dan pertumbuhan mikroba rumen. Keunggulan penggunaan mineral organik antara lain mudah larut dan mudah diserap dalam tubuh ternak serta dapat langsung masuk ke dalam sel organ sasaran dan lebih efisien penggunaannya (Sutardi, 2003). Dengan adanya penambahan mineral organik dalam ransum diharapkan meningkatkan populasi mikroba rumen sehingga kecernaan terhadap zat-zat makanan meningkat. Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan mineral sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak (Muhtarudin, 2003 dan Muhtarudin et al.,

(6)

Mineral harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang cukup, karena apabila terlalu banyak mineral akan membahayakan tubuh ternak (Anggorodi, 1994). Penentuan jumlah penggunaan mineral mikro organik dalam ransum diharapkan dapat mengoptimalkan bioproses dalam rumen (pertumbuhan mikroba meningkat) dan pascarumen (penyerapan zat makanan meningkat) serta metabolisme zat-zat makanan lebih baik (metabolisme protein, karbohidrat, dan mineral, serta zat lainnya) sehingga berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ternak ruminansia. Pada penelitian sebelumnya digunakan sapi ongole untuk mengetahui pengaruh pemberian mineral organik dan mineral anorganik dalam ransum.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

1) pemberian mineral mikro organik berpengaruh meningkatkan kadar

Volatile Fatty Acid dan kadar NH3 dalam rumen sapi pedaging;

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mineral Mikro Organik

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makluk hidup. Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu sebagai senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi peggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentu garam anorganik (Davis dan Mertz, 1987). Unsur-unsur mineral dalam tubuh terdiri atas dua golongan,yaitu mineral mikro dan mineral makro. Mineral makro adalah komponen yang dibutuhkan untuk membentuk komponen organ didalam tubuh, seperti kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), sodium atau natrium (Na), dan klorida (Cl). Sedangkan mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit dan umumnya terdapat pada jaringan dengan kosentrasi sangat kecil, seperti seng (Zn), cuprum (Cu), kromium (Cr), dan selenium (Se).

Mineral mikro dan makro di dalam alat pencernaan ternak dapat saling

berinteraksi positif atau negatif dan faktor lainnya seperti asam fitats, serat kasar, dan zat-zat lainnya dapat menurunkan ketersediaan (availability) mineral.

Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan

(8)

misalnya cara biologis dan cara kimiawi. Penggunaan suplement Zn, Cu, Cr, dan Se diharapkan dapat meningkatkan penyerapan bioproses rumen, pascarumen dan metabolisma zat makanan dalam upaya meningkatkan produksi ternak ruminansia. Berikut ini adalah jenis-jenis mineral mikro organik adalah:

1. Mineral Zn

Seng (Zn) ditemukan hampir dalam seluruh jaringan hewan. Zn lebih banyak terakumulasi dalam tulang dibanding dalam hati yang merupakan organ utama penyimpan mineral, dan merupakan komponen penting dalam enzim. Zn juga merupakan mineral yang menstimulasi aktifitas mikroba rumen. Selain itu mineral Zn berfungsi sebagai activator dan komponen dari beberapa dehidrogenase, peptidase dan fosfatase yang berperan dalam metabolisme asam nukleat, sintesis protein dan metabolisme karbohidrat (Parakkasi, 1998).

(9)

8

2. Mineral Cu

Cuprum (Cu) merupakan mineral mikro karena keberadaanya dalam tubuh sangat

sedikit namun diperlukan dalm proses fisiologis, bila kelebihan dapat mengganggu kesehatan atau mengakibatkan keracunan. Defisien Cu dapat menyebabkan mencret, pertumbuhan terhambat, perubahan warna pada rambut dan rapuh serta mudah patahnya tulang–tulang panjang. Defisiensi sekunder mineral mikro sering dialami oleh ternak ruminansia walaupun ternak diberi suplemen mineral dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan unsur Cu diabsorpsi kurang baik oleh ruminansia dalam metabolisme tubuh. Namun walaupun

dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit bila terjadi kekurangan Cu dalam darah dapat menyebabkan anemia. Cu merupakan komponen yang sangat penting untuk pembentukkan sel darah merah dan menjaga aktivitasnya dalam sirkulasi.

3. Mineral Cr

Kromium (Cr) untuk pertama kali diketahui sebagai unsur yang esensial, termasuk mineral mikro yang harus tersedia dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit.

Kromium berperan dalam sintesis lemak, metabolisme protein, dan asam nukleat (McDonald et al., 1995). Kromium tidak diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipasok dari pakan, karena sedikitnya kebutuhan kromium sehingga sering tidak diperhitungkan padahal zat ini sangat diperlukan bagi hampir semua jaringan tubuh ternak termasuk kulit, otot, limpa, ginjal, dan testis.

(10)

dalam plasma darah. Selain itu mineral Cr esensial untuk kerja optimum hormon insulin dan jaringan mamalia serta terlibat dalam kegiatan lipase (Nasoetion, 1984).

Mineral Cr erat kaitannya dalam produksi susu. Susu mengandung karbohidrat (laktosa) yang membutuhkan precursor, yaitu propionat hasil fermentasi rumen. Propionat tersebut masuk kedalam sel susu dalam bentuk glukosa dan Cr dapat meningkatkan pemasukan glukosa kedalam sel alveolus untuk pembentukan laktosa susu.

4. Mineral Se

Selenium (Se) memang tidak sepopuler mineral lain seperti : Calsium, Phosphor, Zinc. Padahal Se adalah salah satu mineral esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang dapat bekerja secara bersama-sama dengan vitamin E, yang selama ini dikenal sebagai antioksidan yang mampu menetralisir radikal bebas. Radikal bebas sebenarnya adalah partikel terkecil dari suatu molekul yang mengandung gugusan elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya dan hal ini sangat mudah bereaksi dengan molekul lain. Kombinasi mineral Se dengan vitamin E berperan dalam sistem imun dan dapat mencegah keracunan logam berat (McDonald, 1995).

(11)

10

penyerapan lipid di saluran pencernaan atau pengangkutan lemak melalui dinding usus (Parakkasi, 1998).

B. Kadar NH3 Rumen

Pada ternak ruminansia sebagain protein yang masuk ke dalam rumen akan mengalami prombakan/degradasi menjadi amonia oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Produksi amonia tergantung pada kelarutan protein ransum, jumlah protein ransum, lamanya makanan berada dalam rumen, dan pH rumen. Sebanyak 82% jenis mikroba rumen mampu memanfaatkan NH3 (amonia) untuk perbanyakan dirinya, terutama dalam proses sintesis selnya. Mikroba rumen akan menghasilkan enzim proteolitik yang akan menghidrolisis protein di dalam rumen menjadi oligopeptida. Oligopeptida selanjutnya akan diubah menjadi peptide dan asam amino yang kemudian mengalami metabolisme menjadi NH3, VFA, CO2, dan metan.

Konsentrasi NH3 yang mampu dan baik dalam mendukung pertumbuhan

(12)

C. Volatil Fatty Acid (VFA)

Volatil Fatty Acid (VFA) merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan sumber energi utama bagi ternak ruminansia (Parakkasi, 1999). Bahan pakan yang masuk ke dalam rumen mengalami fermentasi untuk menghasilkan produk berupa VFA, sel-sel mikroba, gas metan, dan CO2. Karbohidrat pakan di dalam rumen mengalami dua tahap pencernaan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Pada tahap pertama karbohidrat mengalami hidrolisis menjadi

monosakarida, seperti glukosa, fruktosa, dan pentosa. Hasil pencernaan tahap pertama masuk ke jalur glikolisis Embden-Meyerhoff untuk mengalami pencernaan tahap kedua yang menghasilkan piruvat. Piruvat selanjutnya akan diubah menjadi VFA yang umumnya terdiri dari asetat, butirat, dan propionat (Arora, 1995).

VFA rumen merupakan sumber utama energi dan karbon untuk pertumbuhan ternak inang dan mempertahankkan mikroorganisme dengan rumen (Hungate, 1966). Sebanyak 70--80% kebutuhan energi ternak ruminansia dipenuhi oleh produksi VFA rumen (Ensminger et al., 1990). Banyaknya VFA yang dihasilkan di dalam rumen sangatlah bervariasi yaitu sebesar 200--1500 mg/100 ml cairan rumen. Hal ini tergantung pada jenis ransum yang dikonsumsi. Jumlah produksi VFA yang baik untuk memenuhi sintesis mikroba rumen yaitu sekitar 70--150 mM (Mc Donald, 1995). VFA merupakan sumber energi utama yang berasal dari hasil fermentasi karbohidrat di dalam rumen. VFA dapat menggambarkan

(13)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Juli sampai Oktober 2011, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Analisis VFA dan NH3 dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

(14)

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 4 ekor sapi pedaging pascasapih dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), 4 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh diuji dengan analysis of variance (ANOVA), kemudian

dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal untuk menentukan tingkat terbaik penggunaan mineral mikro organik. Perlakuan yang diujicobakan adalah:

R0 : Ransum basal (20% hijauan + 80% konsentrat)

R1 : Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan Cr) ½ kali dosis*) R2 : Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan Cr) 1 kali dosis*) R3 : Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan Cr) 1½ kali dosis*) Tabel 1. Dosis mineral mikro organik di dalam ransum perlakuan

Dosis mineral Mineral mikro organik

Zn Cu Cr Se

Tabel 2. Komposisi bahan pakan penyusun konsentrat

(15)

14

D. Peubah yang Diamati

Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah kadar NH3 dan VFA rumen. Menurut Muhtarudin et al. (2002), perhitungan kadar NH3 dan VFA adalah sebagai berikut :

 Kadar NH3 = (ml titrasi x N H2SO4 x 1000) mM

 Kadar VFA = ((ml blanko – titrasi) x N HCl) x (1000/5)) mM

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan ransum basal

1) Pertama-tama menyiapkan timbangan, kemudian menimbang sesuai ukuran pakan yang akan dicampurkan untuk membuat kosentrat sebanyak 100, yaitu onggok 41,25 kg , kulit kopi 31,25 kg, bungkil kelapa 12,50kg, dedak 12,50 kg, urea 1,25 kg, premik 1,25 kg;

2) mengaduk hingga semua bahan-bahan tersebut tercampur rata; 3) tambahkan dengan mineral mikro organik disesuaikan kebutuhan.

Misalkan dengan 1 dosis yang terdiri dari mineral Zn 123,92 ml, Cu 31,49 ml, Se 11,11 ml, Cr 56,66 ml;

4) kemudian mineral dicampurkan dengan ransum basal yang akan

(16)

2. Pembuatan mineral Zn, Cu, Se, dan Cr

1) Zn-lysinat

Lys(HCl)2 + ZnSO4 Zn(Lys(HCl)2) + SO42-

Campur lysin 43,823 gr lysin HCl yang dilarutkan dalam 100 ml air + ZnSO4 16,139 gr yang dilarutkan dalam 100 ml air.

2) Cu- lysinat

2 Lys(HCl)2 + CuSO4 Cu(Lys(HCl)2) + SO4

Campur lysin 43,823 gr lysin HCl yang dilarutkan dalam 100 ml air + CuSO4 15,995 gr yang dilarutkan dalam 100 ml air.

3) Se- lysinat

2 Lys(HCl)2 + NaSeO3.5H2O LysSeO3 + 2 NaCl

Campur 0,8712 gr lysin (HCl)2 yang dilarutkan dalam 100 ml air + 0,627 gr NaSeO3 yang dilarutkan dalam 100 ml air.

4) Cr-Lysinat

3 Lys(HCl)2 + CrCl3.6H2O Lys3Cr + H2O

Campur 11,2 gr lysin (HCl)2 yang dilarutkan dalam 100 ml air + 0,5 gr CrCl3.6H2O yang dilarutkan dalam 100 ml air.

3. Persiapan penelitian

(17)

16

tata letak yang telah ditentukan. Sebelum penelitian dimulai, dilaksanakan masa pra penelitian yang bertujuan agar sapi yang digunakan dalam penelitian dapat beradaptasi dengan lingkungan dan ransum penelitian yang akan diberikan. Sapi melalui masa prelium selama 9 hari dan dilanjutkan dengan perlakuan selama 5 hari, setelah hari terakhir atau hari ke 5 dari perlakuan dilakukan pengambilan sampel cairan rumen. Setelah itu sapi diberikan masa istirahat selama 10 hari, dan tahapan tersebut dilakukan 4 kali selama 96 hari.

4. Prosedur mengambil cairan rumen

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel cairan rumen yang diperoleh selama 5 hari masa pengamatan dan 1 hari pengambilan data. Sampel cairan rumen yang dikoleksi sebanyak 10 ml. Diperoleh dengan cara menyedot isi rumen sapi dengan menggunakan selang penyedot. Sampel tersebut kemudian dianalisis kadar NH3 dan kadar VFA rumen yang dilakukan di

Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

5. Prosedur analisis NH3 dan VFA rumen

1) analisis NH3 rumen

Menurut Muhtarudin et al. (2002) analisis NH3 rumen dilakukan dengan cara, sebagai berikut :

(18)

b. mengambil 1 ml supernatan cairan rumen dan meletakkan disisi kanan cawan conway dengan 1 ml larutan Na2CO3 jenuh pada sisi kirinya; c. memasukkan asam borat 2% sebanyak 1 ml pada bagian tengah cawan

conwei untuk menangkap nitrogen sampel, tutup cawan conwei dengan di olesi vaselin;

d. menyampurkan supernatan dengan larutan Na2CO3 jenuh hingga merata lalu diamkan selama 24 jam hingga warna berubah dari warna unggu menjadi warna hijau;

e. menitrasi asam borat dengan menggunakan H2SO4 0,0143 N;

f. menghentikan titrasi setelah larutan kembali kewarna semula (dari warna hijau menjadi unggu) dan catat volume H2SO4 0,0143 N yang terpakai; g. menghitung kadar NH3 dengan rumus, sebagai berikut:

kadar NH3 = (ml titrasi x N H2SO4 x 1000) mM

2) Analisis VFA rumen

Menurut Muhtarudin et al. (2002) analisis VFA rumen dilakukan dengan cara, sebagai berikut :

a. mensentrifugasi cairan rumen pada kecepatan 800 rpm selama 10 menit, lalu ambil 5 ml supernatan cairan rumen dan memasukkan ke dalam alat destilasi;

(19)

18

d. menghidupkan pemanas dan hentikan setelah volume mencapai 200 ml lalu teteskan indikator PP dalam tabung erlenmeyer yang berisi cairan sebanyak 2 tetes;

e. menitrasi larutan dengan HCl 0,5 N sehingga warna merah jingga menjadi hilang; catat volume titrasi HCl;

f. menghitung kadar VFA dengan rumus:

(20)

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL MIKRO ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY ACID (VFA)

CAIRAN RUMEN PADA SAPI PEDAGING Oleh

ANDIK KRISTIAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(21)

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL MIKRO ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY ACID (VFA)

CAIRAN RUMEN PADA SAPI PEDAGING (Skripsi)

Oleh Andik Kristiawan

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(22)

Judul : PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL MIKRO ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) DAN VOLATILE FATTY ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PEDAGING

Nama : Andik Kristiawan

NPM : 0614061015

Jurusan : Peternakan Fakultas : Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. Ir. Yusuf Widodo, M.P.

NIP 19610307 198503 1 006 NIP 1956109198503 1 003

2. Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.

(23)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. ….……..

Sekretaris : Ir. Yusuf Widodo, M.P. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Nining Purwaningsih .………..

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NIP 19610826 198702 1 001

(24)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Mineral Mikro Organik ... 6

1. Mineral Zn ... 7

2. Mineral Cu ... 8

3. Mineral Cr ... 8

4. Mineral Se ... 9

B. Kadar NH3 Rumen ... 10

C. Volatil Fatty Acid (VFA) ... 11

III. BAHAN DAN METODEPENELITIAN ... 12

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 12

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 12

(25)

D. Peubah yang Diamati ... 14

E. Pelaksanaan Penelitian ... 14

1. Pembuatan ransum basal ... 14

2. Pembuatan mineral Zn,Cu,Se dan Cr ... 15

3. Persiapan penelitian ... 15

4. Prosedur mengambil cairan rumen... 16

5. Prosedur analisis NH3 dan VFA rumen ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Volatile Fatty Acid (VFA) Cairan Rumen ... 19

B. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Amonia (NH3) Cairan Rumen ... 22

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 25

A. Simpulan ... 25

B. Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi,R.1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.

Calsamiglia S, Busquet M,Cardozo PW,Castillejos L, Ferret A, 2007. “Essential

oils as modifiers of rumen microbial fermentation”. J. Dairy Sci 90:2580-2595 Ensminger, M.E., J.E. oldefield, and W.W. Heinemann. 1990. Feed and Nutrion.

The Ensimiger Publishing Company. Reston. Virginia.

Litlle. D.A. 1986. “The Mineral Content of Ruminant Feeds and the Potential for Mineral Suplementation in Soutt East Asia with Particular Reference to

Indonesia”. IDP. Camb.

Mc Donald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalgh, C.A. Morgan. 1995. Animal Nutrition. 5th Ed. Library of Congress Cataloging Publication. London.

Muhtarudin. 2003. ”Pembuatan dan penggunaan zn-proteinat dalam ransum untuk meningkatkan nilai hayati dedak gandum dan optimalisasi bioproses dalam

pencernaan ternak kambing” . Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. III (5): 385-393

, Erwanto, F. Fathul. 2002. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia. Jurusn Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nasution, A.H. dan K Darwin. 1984. mineral : pengetahuan gizi mutahir. PT.Gramedia. Jakarta.

NRC (Nasional Reseach Council). 1989. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 6th Revised edit. National Academy Press, Washington,D.C

(27)

27

Prihandono. 2001. “Pengaruh Suplementasi Probiotik Bioplus, lisinat Zn, dan Minyak Lemuru (Sardinella longiceps) terhadap Tingkat Penggunaan Pakan dan Produksi Fermentasi Rumen Domba”. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Riis PM,1983. Dynamic Biochemistry of Animal Production. Elsevier Science Publishing Company Inc, New York

Satter,L. D. dan L.L. Styler. 1974. “Pengaruh konsentrasi ammonia di produksi

protein mikroba rumen in vitro”. British Journal of Nutrition. 32: 199-203

Sutardi. 2003. “Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi rumen dan

manfaatnya bagi peningkatan produktifitas ternak”. Prosiding Seminar. Lembaga penelitian dan pengembangan peternakan. Departemen Pertanian Bogor. Bogor. . 1977.”Ikhtisar Ruminologi”. Bahan Kursus Peternakan Sapi Perah. Kayu Ambon. Dirjen Peternakan – FAO.

(28)

THE INFLUENCES OF ORGANIC MICRO MINERAL IN AMMONIA

LEVELS (NH3) AND VOLATILE FATTY ACID (VFA) RUMEN

LUQUID IN COWS

By

Andik Kristiawan

The objective of this research was to know the influence organic micro mineral in feed, against Volatile Fatty Acid (VFA) and NH3 the rumen of cow and to knew the level determination in use organic micro mineral on feed against Volatile Fatty Acid (VFA) and NH3 of cow.

This research used 4 post-weaning cows with used Latin square design, with 4 treatments and 4 replications. The treatment was arranged RO=Basal feed(20%mix grass +80% concentrates) R1= Basal feed + organic micro mineral( Zn,Cu,Se and Cr)*1/2x ,R2= Basal feed l +organic micro mineral(Zn,Cu,Se and Cr)*1 x,R3= Basal feed +organic micro

mineral(Zn,Cu,Se and Cr)*11/2 x. Data obtained was analyzed using variant analysis and the relation of treatments polynomial orthogonal analysis to determine the best level in used organic micro mineral.

The results showed that: (1) The used organic micro mineral in feed had no effect ,but give positive influence of Volatile Fatty Acid(VFA) and ammonia (NH3)content.(2) the level of organic micro mineral used 11/2X from recommendation into feed treatment(R3) that the best level.

(29)
(30)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Gajah pada 11 Juni 1988 merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Maryono (Alm) dan Ibu Karmilah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD1, Sumberejo pada 2000; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Muhammadiah 1 Kota Gajah pada 2003; Sekolah Menengah Atas di SMA PGRI 1, Punggur. Pada 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Peternakan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).

(31)

Bermimpilah sebanyak yang kau bisa

Dan kejarlah mimpi

mimpimu itu

Dan yakinlah pasti salah satu dari mimpimu itu pasti akan jadi

Kenyataan!!

(&ik 2012)

Orang yang kuat itu bukan orang yang kuat berkelahi,

Melainkan orang yang kuat menahan diri ketika marah

Dan mendapatkan cobaan!!

Hidup bukanlah seperti roda yang berputar

Yang menunggu saat

saat berada diatas

Tapi hidup bagaikan anak tangga

Jika kita tidak berusaha menaikinya

Maka akan selamanya berada dibawah

!!

(&ik 2012)

(32)

Dengan senantiasa mengucapkan puji syukur

kehadirat

“Allah SWT”

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai

ungkapan bakti dan kasihku kepada:

“Bapak dan Mamak tersayang”

Adikku, serta semua keluarga ku dan seseorang yang

akan menjadi pendampingku kelak.

Terimakasih

Atas do’a, dukungan dan kasih sayang yang diberikan

(33)

SANWACANA

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin M.S., selaku dosen Pembimbing Utama dan Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, atas segala bimbingan, arahan, dan motivasi yang telah diberikan;

2. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M.P., selaku dosen Pembimbing Kedua, atas segala masukan, saran, dan bantuan dalam penyempurnaan skripsi ini; 3. Ibu Ir. Nining Purwaningsih, selaku Pembahas atas saran, kritik, dan

bimbingan yang diberikan;

4. Bapak drh. Madi Hartono M.P., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan, motivasi, serta arahannya selama ini;

5. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Peternakan, atas bimbingan dan arahannya;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

(34)

9. Seseorang yang selalu memberikan support dan dukungan dengan caranya sendiri, serta selalu bisa membuat ku tersenyum disaat ku berduka, yang mau berbagi cerita dan waktu bersamaku. Kau kan selalu dihatiku, terimaksih atas semua yang kau berikan;

10. Keluarga besar Mas Rajino, Mas Tio atas bantuan nya selama penulis menjadi mahasiswa;

11. Anggi, Andra, Jepron, Alek atas kebersamaan, kerjasama, bantuan, dan pengertiannya tanpa kalian penelitiaan ini akan terasa berat;

12. Doni, Made, Dwi (dekil), Dwi (dugem), Prio, Ivan, Ian, Zaki, Risqi, Wahyu, Aulia, serta seluruh angkatan 06 terimakasih atas persahabatan dan

persaudaraanya yang indah selama ini;

13. Tegar, Bobi, Doni, Anam, Zaki, Deni serta seluruh angkatan, 07, 08, 09, 10, 11 terimakasih atas bantuan dan persaudaraannya;

14. Bang Panji, Bang Arif, Bang Aan, Bang Hendro, Bang Dodo dan Bang Muksit yang telah memberikan saran dan bantuan serta persaudaraannya.

Penulis berdoa semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, dan karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembacanya, Amiin.

Bandar Lampung, Maret 2012 Penulis

Gambar

Tabel 2. Komposisi bahan pakan penyusun konsentrat
Tabel 12. Jadwal kegiatan penelitian

Referensi

Dokumen terkait