• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJA SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW SD NEGERI 2 BUKIT GEMURUH WAY TUBA KABUPATEN WAY KANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJA SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW SD NEGERI 2 BUKIT GEMURUH WAY TUBA KABUPATEN WAY KANAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI

MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

SD NEGERI 2 BUKIT GEMURUH WAY TUBA KABUPATEN WAY KANAN

Oleh MARIYUN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJA SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI

MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

SD NEGERI 2 BUKIT GEMURUH WAY TUBA KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

Mariyun

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 2 Bukit Gemuruh, Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model Cooperative Learning Tipe Jigsaw. Penelitian bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Bukit Gemuruh Kecamatan Way Tuba Kabupaten Way Kanan.

Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas yang diterapkan adalah melalui dua siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan panduan observasi dan soal-soal tes. Data yang terkumpul di analisis dengan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian membuktikan terjadi peningkatan aktivitas siswa. Aktivitas siswa pada siklus I adalah 68.37%, siklus II adalah 79,99, terjadi peningkatan sebesar 11,62%. Hasil belajar siklus I adalah 68,96, terjadi peningkata pada siklus II menjadi 92,60.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Seting Penelitian ... 22

B. Subyek penelitian ... 22

C. Faktor yang diteliti ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 23

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Siklus I ... 30

1. Perencanaan ... 30

2. Pelaksanaan ... 31

3. Observasi Aktivitas Belajar Siklus I ... 38

4. Refleksi ... 42

Siklus II ... 43

1. Perencanaan ... 44

2. Pelaksanaan ... 44

3. Observasi ... 50

4. Refleksi ... 55

B. Pembahasan ... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui pe-mecahan masalah–masalah yang dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman dan pengalaman belajar. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat sekolah dasar diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar melalui penerapan konsep IPA secara bijaksana.

UU NO. 20 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 tentang sikdiknas menyatakan bahwa:

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

(9)

pasif. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan mengerjakan tugas yang diberikan. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa sangat rendah karena siswa kurang memahami apa yang diajarkan oleh guru.

Masalah-masalah pembelajaran di atas penulis rasakan juga di kelas V SDN 2 Bukit Gemuruh dimana penulis sebagai guru kelas. Dari 29 siswa di kelas V, rerata nilai hasil belajar IPA hanya mencapai 53 dari nilai ideal 100. Setelah diadakan refleksi dan diskusi dengan teman sejawat, penulis menyadari bahwa banyak permasalahan yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Permasalahan itu adalah minat belajar siswa rendah, motivasi belajar kurang, aktivitas belajar siswa yang rendah, dan aktivitas mengajar guru yang rendah. Untuk itu perlu diadakan upaya perbaikan pembelajaran dalam bentuk penelitian tidakan kelas.

Upaya untuk memperbaiki pembelajaran, penulis menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw, dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, siswa belajar betanggung jawab, mandiri, sehingga hasil belajarnya meningkat. Oleh sebab itu penulis mengambil judul “ Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 2 Bukit Gemuruh Melalui Model Pembelajaran Cooperative

(10)

B. Identifikasi Masalah

Ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi penulis dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN 2 Bukit Gemuruh, antara lain sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajran IPA 2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA 3. Rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA

4. Rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis dan menghafal materi pelajaran IPA

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah melalui model Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa di kelas V SDN 2 Bukit Gemuruh Kabupaten Way Kanan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatnya aktivitas siswa melalui model Cooperative Learning tipe

Jigsaw.

2. Meningkatnya hasil belajar siswa melalui model Cooperative Learning

(11)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru

a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran.

b. Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

c. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.

2. Bagi siswa

a. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. b. Memberi peluang pembelajaran yang berpusat pada siswa. c. Siswa lebih merasa terlayani dalam belajar.

3. Bagi Peneliti

Meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik. 4. Bagi sekolah

a. Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

(12)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan saja penguasaan kum-pulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kom-petensi dasar agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dari berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

(13)

berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”. (Internet. 09

Desember 2012)

Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang

diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. ( Internet. 09 desember 2012 )

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih untuk diidentifikasi.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetisi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori.

2. Tujuan Pembelajaran IPA

(14)

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan penciptaanNya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keturunan-nya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Sumber: Satndar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan SD/MI 2006.

3. Fungsi IPA

Dua fungsi yang sangat penting menurut Bernal : yaitu meningkatkan produksi dan mengubah sikap juga pandangan manusia terhadap alam. Ipa dapat dipandang sebagai faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi, karna ipa menggunakan pendekatan experimentasi dengan uji coba sehingga dapat diketahui dengan jelas faktor-faktor yang menghambat untuk mencapai tujuan.

Dalam KTSP (2010:27), Fungsi pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

(15)

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi pembelajaran IPA di SD dapat menumbuhkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Ruang lingkup kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek berikut:

1. makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 2. benda/Materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan

gas.

3. energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4. bumi dan alam semesta, meliputi: tanah bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

(16)

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dari adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, ciri seseorang telah melakukan proses belajar adalah adanya perubahan tingkah laku yang relatif permanen. Sumiati (2007:54).

Soemanto, mengemukakan definisi belajar adalah sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Learning may be defined as the process by which behavior originates or

is altered through training or experience.” Dengan demikian,

perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obatobatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.

Belajar merupakan suatu proses yang mengandung rangkaian perbuatan atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yang dialami oleh setiap manusia sepanjang hayatnya.

(17)

diamati ialah memahami prestasinya.

Rukmana dan Suryana, (2006:3) berpendapat bahwa belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi, individu, dengan lingkungan.

Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini berlangsung secara sengaja, kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor , kesiapan

(vaidiness) yaitu kapasitas baik fisik dan mental untuk melakukan

sesuatu, motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melaksanakan tujuan yang ingin dicapai.

David Asubel dalam Hera (2009:6.13) mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi.

1. Menyangkut cara materi diterima peserta didik. Dilihat dari dimensi ini, peserta didik memperoleh materi atau informasi melalui

penerimaan dan penemuan.

2. Menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada.

Gagne dalam Ella Yulailawati (2007:93) mengemukakan kejadian pem-belajaran dalam sembilan kategori meliputi :

a. Mengaktifkan motivasi,

(18)

Nashar, (2004: 49) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang memberikan motivasi, penjelasan, pengarahan, stimulasi, dan bimbingan sehingga terjadi proses belajar.

2. Pengertian Pembelajaran

Dari pendapat yang akan dikemukakan di bawah ini, terdapat perbedaan pengertian antara belajar dengan pembelajaran. Belajar lebih menitik-beratkan pada proses yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat mem-punyai kompetensi tertentu yang dilakukan secara sepihak, sedangkan pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik atau lingkungannya untuk mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik serta meningkatkan kemampuan meng-konstruksi pengetahuan baru.

Menurut Mulyasa, (2005) pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu tersebut.

(19)

Mengacu dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa secara umum pem-belajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.

3. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas adalah segala usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar yang bukan hanya mendengarkan dan mencatat saja. Akan tetapi sebuah proses interaksi guna mencapai tujuan belajar.

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, m e n g - k l a s i f i k a s i , m e m p r e d i k s i , m e n g u k u r , m e n yi m p u l k a n d a n meng-komunikasikan. internet (2010: 3).

Sedangkan Hamalik Oemar (2001:12) mengemukakan aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Paul D. Dierich membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok, yaitu: 1. Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan, yaitu: mengunkapkan suatu fakta atau prinsip, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan dan diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

(20)

5. Kegiatan-kegiatan menggabar, yaitu: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola.

6. Kegitan-kegiatan metrik, yaitu: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, penyelunggaraan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu: minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Oemar Hamalik (2011 :177).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang aktivitas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah usaha yang dilakukan individu baik fisik maupun nonfisik yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal, melalui proses interaksi antara individu dengan individu ataupun individu dengan lingkungannya untuk melakukan proses pembelajaran.

4. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Djamrah (2000:45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.

(21)

yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Perubahan tingkah laku itu sendiri adalah hasil belajar.

Menurut Damiyati dan Moejiono (1994: 4), hasil belajar merupakan hasil dari suatu intraksi tindak mengajar atau tindak belajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar sehingga dapat berprestasi baik secara individu maupun kelompok.

C. Model Pembelajaran

Model pembelajaran ditinjau dari pengertian secara harfiah adalah suatu obyek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, WJ, 1985:2).

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Soekamto, dkk dalam Nurulwati, 2000 : 10). Dengan demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

(22)

1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembang-nya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000:9).

Menurut Nieveen model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Sahih (valid), aspek ini dikaitkan denagn dua hal yaitu: (1) apakah model yang dikembangkan didasarkan kepada rasional teoritis yang kuat (2) apakah terdapat konsistensi internal.

2. Praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan dan kenyataan yang menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan

3. Efektif, aspek efektif bila ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif dan secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Arends (2001 ; 24) menyeleksi 6 model pengajaran yang sering digunakan guru dalam mengajar, yaitu : presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Menurut Arends, tidak ada satu model pembelajaran yang terbaik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang mana yang paling diseleksi model pembelajaran mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu.

(23)

D. Model Pembelajaran IPA di SD

Penerapan pembelajaran IPA yang dialami oleh setiap siswa memilki karakter yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh isi materi dan kemampuan guru itu sendiri. Kreatifitas seorang guru akan sangat diperlukan khususnya pembelajaran IPA, karena dalam pembelajaran IPA tidaklah cukup dengan menggunakan model dan metode yang biasa diterapkan dalam pembelajaran yang lainnya.hal ini harus diakui secara seksama karena materi IPA memerlukan suatu aktifitas yang langsung dan benar-benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. IPA dalam pembelajarannya memilki ciri yang berbeda dengan membelajarkan materi yang lain kepada siswa, salah satu ciri yang menonjol adalah adanya proses pembelajaran yang berproses dengan menggunakan observasi, percobaan, dan pemecahan masalah. Memang ciri ini dimiliki oleh materi pelajaran yang lain, akan tetapi prosedur dalam pelaksanaannya memliki persamaan dengan metode yang dilakukan oleh para ahli, dan para penemu-penemu sebelumnya. Adapun model-model pembelajaran IPA adalah salah satunya pendekatan

Cooperative Learning.

Adapun penerapan pendekatan Cooperative Learning di dalam kelas secara umum adalah sebagaiberikut:

1. construtivisme

2. inquiri (penemuan)

3. questioning (bertanya)

(24)

5. model (media)

6. reflction (rangsangan)

7. authentic assessment (penilaian nyata) atau penilaian langsung.

(http//ipadanmodelpembelajaran, blogspot.com)

E. Model Pembelajaran Cooperative

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan bentuk pem-belajaran dengan cara siswabelajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya, dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. (Rusman, 2011: 203)

Adapun model-model Cooperative Learning adal ah sebagai berikut: 1. Model St udent T eams Achi ev ement Di vi sion (S TAD) 2. Model Ji gsaw

3. Invest i gasi Kel om pok (Group Investi gat ion) 4. Model Make a Mat ch (Mem buat pasangan) 5. Model TGT (T eams games tournaments) 6. Model S t ruktural

Dalam hal ini peneliti menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw

C o o p era ti ve Lea rn ing T ip e Ji gs a w

(25)

dikembangkan oleh Elliot Aronson di Universitas Texas dan kemudian diadopsi Slavin. Dalam penerapannya siswa dibagi menjadi kelompok dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi pelajaran yang ditugaskan kepadanya dan selanjutnya mengajarkan materi pelajaran tersebut kepada kelompoknya, kelompok ini disebut kelompok asal. Anggota dari kelompok-k e l o m p o k ya n g m e n d a p a t t a n g gu n g j a w a b s a m a b e r k u m p u l u n t u k mempelajari materi pembelajaran, kelompok ini disebut Tim Ahli.

Pembelajaran model Cooperative Learning t i pe Ji gsaw didesain untuk meningkatkan rasa t a n g g u n g j a w a b s i s w a t e r h a d a p p e m b e l a j a r a n - n ya s e n d i r i d a n j u g a pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap mem-berkan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kclompoknya yang lain. Dengan demikian, "siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan" menurut Lie, 1999 (Rusman, 2011: 218).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa -siswa itu kembali padatim atau kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

(26)

berhubungan dengan topik-nya, kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal (Muslimin Ibrahim, 2001 : 20).

Adapun langkah model Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

a) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-5); b) Materi pelajaran dibagi kepada siswa dalam bentuk teks yang telah

dibagi menjadi beberapa sub bab.

c) Seti ap anggot a kel ompok m em baca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

d) M a k a s e o r a n g s i s w a d a r i s a t u k e l o m p o k mempelajari materi yang diberikan

e) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya

f) Setelah anggota kelompok ahli kembali ke kelompoknya bertugas mengajar temannya secara bergilir.

g) Setelah seluruh siswa selesai melaporkan guru menunjukkan satu kelompok u n t u k m e n ya m p a i k a n h a s i l n ya , k e l o m p o k l a i n m e n a n g g a p i d a n g u r u m e n g k l a r i f i k a s i .

(27)

Gambar 1. Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw (Diadopsi Muslimin Ibrahim, 2001 : 22)

Ilustrasi Kelompok Cooperative Learning t i pe Ji gsaw

Kelompok asal

Kelebihan metode pembelajaran Cooperative Learning tip e Ji g s aw:

1. Siswa lebih aktif.

2. Siswa lebih memahami topik yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya.

3. Topik yang diberikan dapat merata. 4. Meningkatkan kerja sama

(28)

Kekurangan metode pembelajaran Jigsaw: 1. Waktu yang dibutuhkan cukup panjang.

2. Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit dijalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti kelompok.

D a r i b e b e r a p a p c n d a p a t d i a t a s d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a pembelajaran model Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah suatu proses pembelajaran dengan menggunakan dinamika kelompok secara

heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

F. Hipotesis Tindakan

Jika dilihat dari kajian teori tersebut di atas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SD Negeri 2 Bukit Gemuruh Kecamatan Way Tuba Kabupaten Way Kanan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013.

B. Subyek Penelitian

(30)

C. Faktor Yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam tindakan kelas ini adalah: 1. Kinerja guru selam proses pembelajaran 2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran. 3. Hasil belajar selama proses pembelajaran.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah gambaran terinci tentang proses yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini menerapkan konsep model Kemmis dan MC Taggart (dalam Hufad, Ahmad, 2009; 48) yang meliputi 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 1. Bagan alur penelitian kelas. Menurut Kemmis dan MC Taggart (dalam Hufad, Ahmad, 2009; 48)

(31)

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Uraian dari tahap-tahap siklus adalah:

Siklus I Pertemuan ke 1

1. Perencanaan

Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah sesuai dengan masalah yang teridentifikasi dalam proses pembelajaran adalah :

a. Menyiapkan perangkat pembelajaran. b. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS). c. Menyiapkan soal tes.

d. Menyiapkan lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan pendahuluan.

(32)

b. Kegiatan inti

1. Siswa dikelompokkan dengan anggota empat sampai lima orang siswa.

2. Setiap orang siswa dari kelompok asal membentuk kelompok baru (kelompok ahli).

3. Setiap kelompok ahli membahas materi dan tugas yang berbeda. 4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, setiap anggota kembali ke

kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang sub bab yang mereka kuasai.

5. Tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

c. Kegiatan penutup

Guru menyimpulkan hasil kerja kelompok dan memberikan tugas secara perorangan dengan menggunakan lembar kerja siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Siklus I Pertemuan ke- 2

(33)

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini yang bertindak sebagai observer adalah peneliti. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh guru sebagai teman sejawat yang telah mendapat izin dari kepala sekolah, dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan.

4. Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti mengevaluasi hasil pembelajaran pada setiap akhir pertemuan. Hasil pertemuan pertama dianalisis dan didiskusikan dengan teman sejawat, dari hasil diskusi tersebut kemudian dijadikan dasar penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya.

E. Teknik dan alat pengumpulan data

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut a. Observasi

Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang siswa pada pembelajaran model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Aktivitas siswa meliputi: mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, berdiskusi dan mengerjakan LKS.

(34)

b. Tes

Tes yang dilakukan oleh peneliti adalah tes pada ahir tindakan yaitu: Tes tertulis. Tes dilakukan dalam rangka mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari setelah pemberian tindakan. Tes yang diberikan kepada siswa berupa tes pilihan ganda. Pemilihan jenis tes tersebut dilakukan untuk mengetahui kejelian siswa dalam menemukan jawaban.

2. Analisis data

a. Aktivitas belajar siswa

Untuk melihat aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung maka dilakukan observasi. Observasi yang dilakukan adalah menggunakan lember observasi sebagai berikut :

Tabel 3.1 Lembar observasi aktivitas belajar siswa

No Nama

1. Mencatat hal-hal yang dianggap penting 2. Mengajukan pertanyaan

3. Menjawab pertanyaan

(35)

b. Hasil belajar

Data hasil belajar yang diperoleh adalah dengan memberikan tes pada setiap akhir siklus pembelajaran.

Proses analisis untuk data pencapaian hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Lembaran nilai hasil belajar siswa.

No Nama Nilai tes % PHB Katagori

Kriteria keberhasilan didasarkan pada pencapaian kemampuan siswa untuk membangun pengetahuan yang difasilitasi guru, sehingga siswa dapat mem-pelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar serta mampu mengembangkan lebih lanjut dengan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila:

(36)

>70% siswa dinyatakan sangat aktif 60-70% siswa dinyatakan cukup aktif

<60% siswa dinyatakan kurang aktif ( Sudiyono : 1997 )

2. Hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila 75% siswa mendapatkan nilai dengan kriteria baik. Kriteria peningkatan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

>70 = Baik 60-69 = Cukup

(37)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut. Setelah pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning Tipe

Jigsaw maka :

1. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 68,37% dan pada siklus II menjadi 79,99% terjadi peningkatan 11,62%.

2. Hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 68,96 dan pada siklus II menjadi 92,60 dengan kriteria tuntas atau mencapai KKM.

B. Saran

1. Untuk Gurunm

Agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara maksimal, sebaiknya guru. a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

SK/KD dan pemilihan model/strategi disesuaikan dengan karakteristik siswa.

(38)

1) Memberikan penjelasan tentang tugas siswa terkait model

Cooperatif Learning Tipe Jigsaw dengan bahasa yang jelas dan

mudah dipahami siswa.

2) Memberi batasan waktu agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia

3) untuk memperkaya pengetahuan siswa sebaiknya diberi ulasan c. Melakukan penilaian proses untuk mengetahui kelemahan dan

kele-bihan dari proses pembelajaran yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun RPP.

d. Melakukan penilaian hasil belajar (tes formatif)

2. Untuk Pihak Sekolah

a. Menyiapkan sarana pembelajaran untuk menunjang kegiatan pembela-jaran aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro Toha.M. dkk. 2009. Metode Penelitian . Universitas Terbuka . Jakarta Anonim. http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-di- sekolah.html#ixzz2HBclTHAE. Tgl. 12 januari 2013

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Damiyati dan Moejiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamrah, 2000 Pengertian Hasil Belajar.

http://www.inforppsilabus.com/2012/03/pengertian hasi belajar menurut ahli/didownload tanggal 2 Desember 2012.

Gagne dan Berliner, 1995 Macam-macam Teori Belajar,

http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/#ixzz1mEQZ9jGe/ didownload tanggal 2 Desemser 2012.

Hamalik Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung. Ibrahim Muslimin, 2001. Pembelajaran Kooperatif. UNESA. Surabaya. Mikarsa, Lestari Hera. 2009. Pendidikan Anak Di SD. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Model pembelajaran IPA pada SD, http//ipadanmodelpembelajaran, blogspot.com. didownload tanggal 24 maret 2013..

Nashar. 2004. Peran Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia. Jakarta.

Riyanto Yatim, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.

Rusman, 2011 Model-model pembelajaran, Rajawali Pers. Jakarta.

(40)

Sujono, dkk 2012 Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V. Tiga Serangkai. Jakarta.

Sukandar. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk SD/MI.

Pustaka Candra. Jakarta.

Sumiati dan Asra. 2007, Metode Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung.

Suyono. 2011. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

UU RI No.14 Tahun . 2005 Tentang Guru dan Dosen serta UU RI No.20 Tahun

2003 Tentang SISDIKNAS . 2006 . Citra Umbara. Bandung .

Winataputra. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Pakar Raya. Jakarta. Model pembelajaran IPA pada SD, http//ipadanmodelpembelajaran,

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw (Diadopsi
Gambar 1. Bagan alur penelitian kelas. Menurut Kemmis dan MC Taggart
Tabel 3.1 Lembar observasi aktivitas belajar siswa
Tabel 3.2  Lembaran nilai hasil belajar siswa.

Referensi

Dokumen terkait

pengaruh kadar IL-8 plasma pada perbaikan klinis pasien dengan skor CAT dan. lama rawat inap pasien PPOK eksaserbasi dengan tambahan terapi

 Mendemonstrasikan cara melipat benda-benda yang telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan rapi sesuai simetri lipatnya.  Mempraktikkan cara menata benda-benda yang sudah

Freedom needs equality to make a harmony. Equality in the concept of anarchism does not mean that everything should be divided in equal number. Equality means

Berdasarkan hasil penelitian maka yang baik untuk diberikan kepada ternak adalah bagian daun muda karena nilai NDF dan lignin yang tidak terlalu tinggi dibandingkan yang tua,

penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar yang.

3 Frequency of affiliation and agonistic of six classes macaques in Telaga Warna Nature Reserve and Recreational Park 4 4 Percentage of Macaque-Human interaction

Berdasarkan penelitian ini, diperoleh tiga genotipe padi elit transgenik yang lebih toleran terhadap kekeringan yaitu Batutegi, Code, dan Konawe transgenik yang mungkin berguna

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Granger untuk menentukan pola hubungan kausalitas antara variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan