ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SDN 1 METRO UTARA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh Tetin Pebrina
Rendahnya aktivitas dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas 52 dari Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran PKn 71 pada kelas V B SDN 1 Metro Utara melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan alat pengumpulan data berupa lembar observasi dan soal-soal tes. Teknik analisis data yang dilengkapi dengan bentuk analisis kualitatif dan kuantitatif yang dilaksanakan dalam 3 siklus.
Hasil analisa data perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam proses pembelajaran PKn siswa kelas V B SDN 1 Metro Utara menunjukkan peningkatan persentase rata-rata aktivitas dan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus 1 (65,17%), siklus 2 (73,83%), dan siklus 3 (91,83%). Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 1 (67,07), siklus 2 (71,80), dan siklus 3 (80,07) yang berarti terjadi peningkatan hasil belajar tiap siklusnya.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa adalah pendidikan. Pendidikan memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa karena bangsa yang cerdas akan memberikan kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 mengemukakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
mata pelajaran yang mengajarkan tentang nilai, moral dan norma yakni mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Menurut Mulyasa (dalam Ruminiati, 2007: 26) mengemukakan salah satu tujuan pembelajaran PKn yakniuntuk menjadikan siswa berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggungjawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatandan untuk menjadikan siswa bisa berkembang secara positif dan demokratis.
Tujuan pembelajaran PKn ini dapat tercapai jika pendidikan nilai, moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini, karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik maka tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan mudah untuk diwujudkan. Siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil, cerdas, dan bersikap baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi. Salah satu upaya untuk pencapaian tujuan PKn tersebut didukung oleh suasana pembelajaran kondusif yang diciptakan oleh guru dalam kelasnya agar siswa mudah menerima materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran yang di dalamnya mencakup guru dan siswa.
barang tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif (Hamalik, 2011: 52). Dalam hal ini guru dan siswa dituntut untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan dan studi dokumentasi padahari Sabtu, 16 Juni 2012 di SDN 1 Metro Utara yang dilakukan pada kelas VB dapat dilihat model, pendekatan atau strategi yang digunakan dalam pembelajaran PKn yang masih menitikberatkan pada guru dalam menyampaikan materi dan pembelajaran menjadi berpusat pada guru (teacher centered). Guru kurang dapat membuat siswa untuk berpikir dan memberikan pengalaman belajar dalam kegiatan pembelajaran PKn.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada kelas V B tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut seperti faktor dari guru dan faktor dari diri siswa. Faktor dari guru yaitu guru kurang dapat merangsang aktivitas berpikir siswa sehingga guru tidak tahu apakah siswa sudah memahami pelajaran atau belum. Guru kurang melibatkan siswa dalam memahami materi pelajaran PKn, siswa hanya duduk mendengarkan guru, dan kadang guru membagi siswa menjadi kelompok, memberikan soal dan guru keluar kelas. Sedangkan faktor dari diri siswa yaitu banyak siswa kelas V B pada saat pembelajaran PKn terlihat kurang berani atau takut untuk berkata belum mengerti terhadap pembelajaran PKn dan hanya diam ketika ditanya oleh guru. Hanya beberapa siswa yang dapat tegas menjawab jika siswa tersebut sudah atau belum mengerti. Keadaan seperti ini dapat membuat siswa yang belum paham tapi hanya diam saja tersebut yang akan dirugikan.
kesempatan siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dimengerti, hanya siswa tertentu yang mengacungkan jari. Hal ini terjadi pula ketika siswa di kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok. Pada saat diskusi kelompok terlihat pada satu kelompok yang mengerjakan soal yang diberikan, yang berdiskusi untuk menyelesaikan suatu soal hanya siswa-siswa tertentu saja. Sedangkan siswa yang kurang menyumbangkan masukan dalam kelompoknya hanya diam dan memperhatikan hal-hal yang dilakukan oleh teman dalam kelompoknya.
Keadaan aktivitas di kelas V B di atas berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa kelas V B tergolong rendah, yakni hanya 12 siswa (40%) yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan yang belum mencapai KKM yakni 18 siswa (60%) dari jumlahsiswa30 siswa dengan rata-rata kelas yang belum memenuhi KKM yaitu 52 dari nilai KKM yang ditentukan untuk mata pelajaran PKn yaitu 71 (data nilai ulangan harian tahun ajaran 2011-2012). Rendahnya nilai dari pembelajaran PKn dapat menyimpulkan bahwa masih kurang pahamnya siswa SDN 1 Metro Utara khususnya kelas VB terhadap materi-materi dalam pembelajaran PKn tentang nilai, moral dan norma untuk membentuk siswa seperti pada tujuan pembelajaran PKn yakni membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik.
Share sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Model ini memberikan siswa
kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain.
Hartina (2008: 12) menjabarkan salah satu kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipeTPS adalah siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok yang terdiri dari 2-6 orang, dan siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
Terkait model pembelajaran kooperatif tipeTPS dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini adalah salah satu model yang sesuai untuk meningkatkan aktivitas, pemahaman, pembelajaran bermakna yang berbuah hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam PTK ini peneliti mengangkat judul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPairShare (TPS) Pada Mata Pelajaran PKn Kelas V B SDN 1 Metro Utara”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :
1) Rendahnya aktivitas siswa kelas V B SDN 1 Metro Utara pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3) Pembelajaran terkesan membosankan dengan peran guru yang monoton menggunakan metode dalam proses pembelajaran.
4) Pembelajaran yang masih menggunakan pola teacher centered.
5) Rendahnya partisipasi siswa mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru.
6) Siswa kurang berani atau takut untuk berkata belum paham apabila siswa tersebut belum paham pada pembelajaran PKn.
7) Mayoritas siswa kurang ikut andil dalam diskusi kelompok dan hanya siswa-siswa tertentu yang aktif dalam diskusi kelompok.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti pemecahan masalahnya, adapun permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeTPS dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V B SDN 1 Metro Utara?
2. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Metro Utara?
1.4. Tujuan Penelitian
1. Peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VB SDN 1 Metro Utara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran PKn. 2. Peningkatan hasil belajar siswa kelas VB SDN 1 Metro Utara dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipeTPS dalam pembelajaran PKn.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1) Bagi Siswa
Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
2) Bagi Guru
Sebagai bahan masukan untuk dapat menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS secara tepat.
3) Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai inovasi model dalam pembelajaran PKn khususnya.
4) Bagi Peneliti
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) 2.1.1.Pengertian Model Pembelajaran
Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru
di kelasnya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mulai dari perpaduan
metode yang dilakukan, teknik dan taktik yang dilakukan berbeda-beda tapi dengan
tujuan yang sama yaitu untuk mencapai tujuan belajar. Ketika hal itu dilakukan oleh
guru dalam kelasnya, pada saat itu seorang guru sedang menerapkan sebuah model
pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru
(Komalasari, 2011: 57). Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model
pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar (Suprijono, 2011: 46).
Soekamto, dkk., (dalam Trianto, 2010: 22) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
Dengan demikian penggunaan model pembelajaran yang dilakukan guru dalam
kelasnya dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara
berpikir, dan mengekspresikan ide. Dan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif
dan menyenangkan di kelasnya.
2.1.2.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak
digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered) terutama untuk mengatasi permasalahan guru dalam mengaktifkan
siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain (Isjoni, 2007: 16).
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil
siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar (Depdiknas, 2003: 5).
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang merujuk pada berbagai
metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran
(Slavin, 2010: 4).
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 2-5 orang, struktur kelompoknya yang bersifat heterogen
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas akan dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa yang akan berpengaruh pada hasil belajar siswa karena dalam
model pembelajaran kooperatif ini siswa dikelompokkan dengan karakteristik dan
kemampuan yang beragam, maka siswa yang kurang akan sangat terbantu dan
termotivasi siswa yang lebih. Serta memungkinkan siswa bekerja sama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok.
2.1.3.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share (TPS)
Arends (dalam Komalasari, 2011: 64) menyatakan bahwa Think Pair Share
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
Sejalan dengan itu, menurut Trianto (2010: 81) mengemukakan bahwa model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir-berpasangan-berbagi merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa dengan TPS siswa diberi
kesempatan untuk berpikir sendiri terlebih dahulu kemudian berdiskusi dengan
temannya yang diperkuat lagi dengan teori dari Ibrahim (2011) yang mengemukakan
bahwa model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan pada siswa untuk
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Hartina, 2008 mengemukakan
bahwaThink Pair Share (TPS) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit sehingga model pembelajaran
TPS dapat disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran di
Dengan demikian yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TPSadalah suatu model yang dapat memberi siswa lebih banyak kesempatan untuk
berpikir dan berpendapat secara individu untuk merespon pendapat yang lain
kemudian saling membantu dalam kelompoknya kemudian membagi pengetahuan
kepada siswa lain.
2.1.4.Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu pula
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini. Hartina (2008) memaparkan
kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah siswa
akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan
temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. Jadi, siswa
dapat meningkatkan keberaniannya untuk berpendapat karena siswa diberi
kesempatan untuk mencari pendapat masing-masing sebelum didiskusikan dengan
temannya. Selain itu siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan
tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompokterdiri dari 2-6 orang, kegiatan
berkelompok akan menjadikan anak lebih aktif sehingga pembelajaran tidak lagi
berpusat pada guru.
Siswa juga memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya
dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar, jadi seluruh siswa
mendapatkan informasi yang beragam dari kegiatan yang telah dilakukan. Sedangkan
kekurangan dari Think Pair Share (TPS) ialah pada saat peralihan dari seluruh kelas
harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan
jumlah waktu yang terbuang.
2.1.5.Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebelumnya,
lebih jelas akan dipaparkan bagaimana prosedur atau langkah-langkah dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Menurut Muslimin (2009) langkah-langkahThink Pair Share ada tiga, yaitu: Thinking (berpikir), siswa diberi pertanyaan dan harus memikirkan jawaban secara individu.Pairing (berpasangan), siswa dengan teman sebangku mendiskusikanyang
telah dipikirkan pada tahap thinking, dan Sharing (berbagi), siswa berpasangan berbagi hasil diskusi kepada seluruh kelas.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS pada penelitian ini menggunakan langkah-langkah seperti tersebut di atas
dengan penyesuaian pada siswa kelas V B yang menjadi kelas penelitian. Berikut
langkah-langkahnya yaitu:
1. Think, guru membimbing siswa saat mencari masukan jawaban atau pendapat yang bersumber dari buku yang relevan secara individu atas pertanyaan yang
diberikan kepada siswa.
2. Pair, mengembangkan aktivitas berpikir siswa dalam berdiskusi jawaban satu
sama lain dengan teman sebangku, dan mengupayakan siswa aktif dalam diskusi
dengan teman sebangku di belakang/ di depannya atau dalam kelompok
3. Share, membimbing aktivitas penyajian hasil diskusi masing-masing kelompok yang ditanggapi oleh kelompok lain.
2.2. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar 2.2.1. Belajar
Dikehidupan sehari-hari yang terlintas bila kita mendengar kata “belajar” adalah
jika seseorang sedang membaca buku, atau seorang siswa yang duduk di kelas
mendengarkan gurunya menjelaskan materi pelajaran dan lain sebagainya. Namun,
ketika ditelaah lagi kata “belajar” itu sendiri memiliki makna yang lebih luas lagi.
Seperti yang disampaikan oleh Gagne (dalam Suprijono, 2011: 2)bahwa belajar
adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis,
konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai
komponen belajar (Suprijono, 2011:4). Sedangkan Reber (dalam Suprijono, 2011:
3)mengatakan belajar adalah the process of acquiring knowladge, yakni belajar
adalah proses mendapatkan pengetahuan.
Robbins (dalam Trianto, 2010: 15) mendefinisikan belajar sebagai proses
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di pahami dengan
sesuatu (pengetahuan) yang baru. Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan
pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir (Trianto, 2010: 16).
Budiningsih (2008: 58), menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan
pebelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwayang
dimaksud belajar bukan hanya proses pembelajaran di dalam kelas, melainkan dapat
dimana saja, setiap kejadian atau peristiwa dapat disebut sebagai belajar karena
belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperoleh perbaikan baik
dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotor.
2.2.2. Pengertian Aktivitas Belajar 2.2.2.1. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajarmerupakan tuntutan logis dari hakekat belajar dan mengajar
seperti yang dikemukakan oleh Mulyono (dalam Ahmad, 2010) tentang
pengertian mendasar sebelum ke pengertian aktivitas belajar yaitu
mengemukakan tentang pengertian aktivitas yang artinya “kegiatan atau
keaktivan”. Segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi
baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Terkait pendapat
tersebut Reber (dalam Syah, 2003: 109) mengemukakan bahwa aktivitas adalah
proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengan beberapa
perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Pada proses
pembelajaran terjadi aktivitas yang disebut aktivitas belajar seperti yang
dikemukakan oleh Machrus (2012) bahwa pengertian aktivitas belajaradalah
kegiatan yang mengarah kepada perbuatan belajar yang membawaperubahan
Aktivitas bagian yang sangat penting dalam proses belajar,sebabkegiatan
pembelajaran tidak akan terjadi apabila tidak ada aktivitas. Seperti yang
dikemukakan Trinandita (dalam Ahmad, 2010)bahwa hal yang paling mendasar
yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktivan siswa.Keaktivan
siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan
yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.
2.2.2.2. Jenis-jenis Aktivitas
Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich dalam Hamalik (2011: 90-91) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:
a)Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
b)Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c)Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
d)Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e)Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f)Kegiatan-kegiatan matrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
g)Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h)Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas, dan bersifat tumpang tindih (Bruton dalam Hamalik, 2011: 91).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan suatu
pengetahuan, pengalaman belajar serta mencapai tujuan dalam suatu pembelajaran,
dengan indikator tenang, membuat keputusan, mengerjakan tes, memecahkan
masalah, berani, mengemukakan pendapat, kerjasama, serta kreatif dan terampil.
2.2.3. Hasil Belajar
Aktivitas belajar berakhir pada hasil belajar seperti menurut Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Gagne
(dalam Suprijono, 2011: 6) mengemukakan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor seperti yang dikemukakan oleh
Kosasih dan Angkowo (2007: 50) yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa dan
dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.Suparno (dalam Suwarjo, 2008: 36)
mengemukakan bahwa hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui pebelajar, yakni konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi
interaksi dengan beban yang dipelajarinya. Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2011:
6-7), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
buah belajar yang bergantung pada proses belajar siswa dalam menerima setiap
pengalaman belajar. Melalui penilaian tes dalam proses pembelajaran dapat dilihat
hasil belajar yang diperoleh siswa. Indikator hasil belajar siswa dalam penelitian ini
2.3. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
2.3.1.Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Winataputra (dalam Ruminiati, 2007: 1.25) mengemukakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara
yang pada awalnya diatur dalam Undang-undang No. 2 th. 1949.
Undang-undang tersebut berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan
tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia.
Undang-undang ini telah diperbarui dalam UU No. 62 th. 1958. Dalam
perkembangannya, UU ini dianggap cukup diskriminatif, sehingga diperbarui lagi
menjadi UU No. 12 th. 2006 tentang kewarganegaraan, yang diberlakukan mulai 1
Agustus 2006.
Menurut Soemantri (dalam Ruminiati, 2007: 1-25) mengemukakan pengertian
PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan
Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Sedangkan PKn
(n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan bidang studi yang bersifat
multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan. Namun secara filsafat, bidang
studi ini memiliki objek kajian ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik
(political democracy) untuk aspek hak dan kewajiban (duties and right of citizen)
(Martati, 2010: 16). Winataputra dan Budimansyah (dalam Martati, 2010: 35),
sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya, maka pendidikan
PKn merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education” (Martati, 2010: 36).
Dengan demikian pembelajaran PKn memuat sarat afektif namun dilaksanakan
secara kognitif sebagai jawaban untuk mengatasi persoalan siswa sejak dini
khususnya menyangkut perilaku dan moral yang menjadi tanggung jawab seluruh
bangsa.
2.3.2.Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Depdiknas (dalam Martati, 2010: 41) mengemukakan bahwa mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan memiliki beberapa tujuan, salah satunya yakni
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya. Terkait dengan mata pelajaran PKn yang merupakan pendidikan
nilai, dan nasionalisme, rasa mencintai negara dan bangsa diwujudkan oleh setiap
warga negara dari setiap unsur politik yang berbeda untuk mencapai tujuan yaitu
membangun harga diri dan cinta bangsa (Martati, 2010: 43).
Berdasarkan penyataan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diantaranya ialah untuk
mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Indonesia yang berakhlaq
mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab. Sesuai dengan materi dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu mendidik siswa untuk menjadi
2.4. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, “Apabila dalam pembelajaran PKn
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan
memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
2.1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan
pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan classroom action research.Wardhani,
dkk.,(2007: 1.3) mengemukakan penelitaian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian
tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu
pembelajaran. Menurut Hopkins (dalam Arikunto, dkk., 2006: 58) daur ulang penelitian
tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan
(action), mengobservasi tindakan (observing) dan melakukan refleksi (reflection) dan
seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan rencana pelaksanaan
tigasiklus, tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yakni; perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada akhir kegiatan diadakan tes formatif. Siklus
Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Alur Siklus PTK Adaptasi dari Arikunto (2004: 16)
Perencanaan 1
Pelaksanaan 1 SIKLUS 1
Pengamatan 1 Refleksi 1
Perencanaan II
SIKLUS II Pelaksanaan II Refleksi II
dst Pengamatan II
Perencanaan III
Pelaksanaan III SIKLUS III
Refleksi III
2.2. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antara peneliti
dengan guru kelas VB SDN 1 Metro Utara. Adapun subjek penelitian adalah 1 orang guru
yaitu guru kelas V B dansiswa kelas VB SDN 1 Metro Utara tahun pelajaran 2011/2012
dengan jumlah 30 siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.
2.3. Setting Penelitian
3.2.1. Tempat penelitian
Penelitian inidilaksanakan di SDN 1 Metro Utara. Jalan Pattimura No. 136
Kelurahan Banjarsari Kecamatan Metro Utara Kota Metro yang juga merupakan
SDN tempat peneliti melaksanakan kegiatan Program Pengenalan Proses
Pembelajaran dan Kompetensi Akademik (P4KA) yang telah dilaksanakan sejak
tahun 2008 sampai 2012. Dari kegiatan P4KA peneliti diberikan kesempatan untuk
mengobservasi kegiatan pembelajaran di SDN 1 Metro Utara sampai akhirnya
peneliti menemukan kesenjangan yang terjadi di SDN 1 Metro Utara khususnya di
kelas V B seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang. Oleh karena itu peneliti
membuat rencana perbaikan dengan menggunakan PTK di SDN 1 Metro Utara
tepatnya di kelas V B mata pelajaran PKn.
3.2.2. Waktu Penelitian
Kegiatan ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
Persiapan pada bulan Januari dan selesai pada bulan Mei.
Sumber data penelitian yaitu pihak-pihak yang menghasilkan keterangan yakni guru
dan siswa kelas V B SDN 1 Metro Utara. Dalam penelitian ini berupa data kualitatif
diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar siswa dan kinerja guru sedangkan data
kuantitatif diperoleh dari hasil post tes siswa.
.
2.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan seluruh data
adalah teknik tes dan non tes.
1. Tes: tes formatif, digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
penguasaan materi sesuai dengan materi yang telah dipelajari.
2. Non tes: observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa
maupunkinerja guru pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilaksanakan oleh
pengamat (observer).
2.6. Alat Pengumpulan data
1. Soal-soal tes formatif, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai
siswa setelah diimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe TPS guna mengetahui
hasil belajar siswa.
2. Lembar panduan observasi, digunakan untuk mengetahui bagaimanakah aktivitas
siswa dan kinerja guru menggunakan model kooperatif tipe TPS di kelas. Observasi
dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun kinerja guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
2.7. TeknikAnalisis Data
a. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan
perkembangan suatu data dengan tidak memerlukan statistik. Analisis data tesebut
menunjukkan proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam
sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu tentang aktivitas belajar siswadan kinerja
guruyang bersumber dari data observasi.
Persentase aktivitas siswa dan kinerja guru diperoleh dengan rumusberikut di bawah
ini:
NP =
x 100
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimumyang ditentukan
100 = Bilangan tetap
Adopsi dari Purwanto (2008: 102).
Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Belajar Siswa dan Kinerja Guru
Persentase Keterangan
Adaptasi dari Arikunto (2007: 17).
b. Sedangkan analisis kuantitatifdigunakan untuk mendeskripsikan kemampuan belajar
menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara individual digunakan
rumusberikut di bawah ini:
S =
Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor yang dijawab benar
N = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2008: 112).
Untuk menghitung nilai rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan
rumusberikut di bawah ini:
x =
Keterangan:
x = Nilai rata-rata yang dicari
x = Jumlah nilai
N = Banyak siswa (Adopsi Muncarno, 2010: 15).
Untuk menghitungpersentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan rumus
sebagai berikut :
P = x 100%
(Adopsi Aqib, 2009: 41).
No Tingkat Keberhasilan Keterangan
(Sumber: Arikunto dalam Suherman, 2008: 30).
2.8. Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila adanya peningkatan
rata-rata nilai siswa setiap siklusnya dari nilai KKM mata pelajaran PKn kelas V B SDN 1
Metro Utara adalah 71. Siswa dianggap tuntas belajar jika telah mendapatkan nilai 71 dan
secara klasikal dianggap tuntas belajar apabila 75% dari jumlah siswa memperoleh nilai
sekurang-kurangnya 71 dan aktivitas belajar dianggap tuntas apabila sudah mencapai 75%
dari jumlah siswanya (Depdiknas, 2008: 5).
2.9. RincianProsedur Penelitian
Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah berikut
:
a. Siklus I
1. Tahap Perencanaan
1) Pada tahap ini untuk siklus pertama materi pembelajaran adalah Peran Serta
Dalam Organisasi kelas V B semester genap sesuai dengan kurikulum yang
berlaku di SDN 1 Metro Utara.
2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan SK/KD,
Permendiknas No 41 Tahun 2007 yang disesuaikan dengan pembelajaran
kooperatif tipe TPS, LKS, soal-soal tes, dan media pembelajaran.
3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja
guru selama proses pembelajaran berlangsung.
4) Merangking siswa untuk penempatan tempat duduk siswa dalam pembentukan
kelompok nantinya yang beranggotakan 6 orang tiap kelompok heterogen.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS meliputi beberapa tahap, yaitu :
A. Kegiatan awal
Pada kegiatan awal dalam penelitian yang telah dilakukan guru ialah
sebagai berikut: (a) setelah guru masuk kelas, guru mengondisikan kelasnya
untuk siap menerima pelajaran (berdoa, mengabsen siswa), (b) membagikan
topi bernomor absen masing-masing siswa untuk mempermudah observer
mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (c) melakukan
apersepsi untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
media karton struktur organisasi kelas (berbeda tiap siklus dan pertemuannya)
untuk masuk ke dalam materi yang akan dibahas untuk merangsang siswa
berpikir dan menggali pengetahuan awal siswa, (d) memotivasi siswa, (e)
memberikan tes awal/pre tes (diberikan pada pertemuan 1) yang dikerjakan
secara individu untuk memperoleh nilai siswa sebelum menerima pembelajaran.
1) Think, guru membimbing siswa saat mencari masukan jawaban atau
pendapat yang bersumber dari buku yang relevan secara individu atas
pertanyaan yang diberikan kepada siswa.
2) Pair, mengembangkan aktivitas berpikir siswa dalam berdiskusi jawaban
satu sama lain dengan teman sebangku, dan mengupayakan siswa aktif
dalam diskusi dengan teman sebangku di belakang/ di depannya atau dalam
kelompok (kelompok terbentuk).
3) Share, membimbing aktivitas penyajian hasil diskusi masing-masing
kelompok yang ditanggapi oleh kelompok lain.
C. Kegiatan Akhir
Guru memberikan soal post tes (pemberian post tes dilakukan pada
pertemuan kedua), kemudian bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
dan melaksanakan refleksi dengan memberi siswa kesempatan untuk bertanya
terkait materi yang belum dipahami, serta guru memberikan pekerjaan rumah
(PR) sebagai tindak lanjut. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan,
pengamatan/ observasi pun dilakukan oleh observer.
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini, observer mengobservasi kegiatan pembelajaran yang
berlangsung yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Aspek-aspek yang diobservasi mencakup dari segi aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Kemudian dari segi kinerja guru mulai dari awal penyampaian materi
dan akhir pembelajaran.
Pada tahap terakhir siklus ini yaitu refleksi oleh peneliti untuk mengkaji
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa serta kinerja guru selama pembelajaran
berlangsung, untuk menjadi acuan dalam membuat rencana pelaksanaan tindakan
pembelajaran pada siklus selanjutnya. Adapun kekurangan-kekurangan yang ada
pada siklus 1 akan diperbaiki pada siklus II.
b. Siklus II
Pelaksanaan pada siklus II ini dilakukan setelah merefleksikan siklus I
1. Tahap Perencanaan
1) Pada tahap ini untuk siklus pertama materi pembelajaran adalah Pengertian
Keputusan dan Bentuk-bentuk Keputusan Bersama kelas V B semester genap
sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SDN 1 Metro Utara.
2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan SK/KD,
silabus, rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
Permendiknas No 41 Tahun 2007 yang disesuaikan dengan pembelajaran
kooperatif tipe TPS, LKS, soal-soal tes, dan media pembelajaran.
3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja
guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS meliputi beberapa tahap, yaitu :
Pada kegiatan awal dalam penelitian yang telah dilakukan guru ialah
sebagai berikut: (a) setelah guru masuk kelas, guru mengondisikan kelasnya
untuk siap menerima pelajaran (berdoa, mengabsen siswa), (b) membagikan
topi bernomor absen masing-masing siswa untuk mempermudah observer
mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (c) melakukan
apersepsi untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
media karton struktur organisasi kelas (berbeda tiap siklus dan pertemuannya)
untuk masuk ke dalam materi yang akan dibahas untuk merangsang siswa
berpikir dan menggali pengetahuan awal siswa, (d) memotivasi siswa, (e)
memberikan tes awal/pre tes (diberikan pada pertemuan 1) yang dikerjakan
secara individu untuk memperoleh nilai siswa sebelum menerima pembelajaran.
B. Kegiatan Inti
1) Think,guru membimbing siswa saat mencari masukan jawaban atau
pendapat yang bersumber dari buku yang relevan secara individu atas
pertanyaan yang diberikan kepada siswa.
2) Pair, mengembangkan aktivitas berpikir siswa dalam berdiskusi jawaban
satu sama lain dengan teman sebangku, dan mengupayakan siswa aktif
dalam diskusi dengan teman sebangku di belakang/ di depannya atau dalam
kelompok (kelompok terbentuk).
3) Share, membimbing aktivitas penyajian hasil diskusi masing-masing
kelompok yang ditanggapi oleh kelompok lain.
Guru memberikan soal post tes (pemberian post tes dilakukan pada
pertemuan kedua), kemudian bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
dan melaksanakan refleksi dengan memberi siswa kesempatan untuk bertanya
terkait materi yang belum dipahami, serta guru memberikan pekerjaan rumah
(PR) sebagai tindak lanjut. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan,
pengamatan/ observasi pun dilakukan oleh observer.
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini, observer mengobservasi kegiatan pembelajaran yang
berlangsung yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Aspek-aspek yang diobservasi mencakup dari segi aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Kemudian dari segi kinerja guru mulai dari awal penyampaian materi
dan akhir pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap terakhir siklus ini yaitu refleksi oleh peneliti untuk mengkaji
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa serta kinerja guru selama pembelajaran
berlangsung, untuk menjadi acuan dalam membuat rencana pelaksanaan tindakan
pembelajaran pada siklus selanjutnya. Adapun kekurangan-kekurangan yang ada
pada siklus II akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
c. Siklus III
Pelaksanaan pada siklus III ini dilakukan setelah merefleksikan siklus II.
1) Pada tahap ini untuk siklus pertama materi pembelajaran adalah Mematuhi
Keputusan Bersama kelas V B semester genap sesuai dengan kurikulum yang
berlaku di SDN 1 Metro Utara.
2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan SK/KD,
silabus, rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
Permendiknas No 41 Tahun 2007 yang disesuaikan dengan pembelajaran
kooperatif tipe TPS, LKS, soal-soal tes, dan media pembelajaran.
3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja
guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS meliputi beberapa tahap, yaitu :
A. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal dalam penelitian yang telah dilakukan guru ialah
sebagai berikut: (a) setelah guru masuk kelas, guru mengondisikan kelasnya
untuk siap menerima pelajaran (berdoa, mengabsen siswa), (b) membagikan
topi bernomor absen masing-masing siswa untuk mempermudah observer
mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (c) melakukan
apersepsi untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
media karton struktur organisasi kelas (berbeda tiap siklus dan pertemuannya)
untuk masuk ke dalam materi yang akan dibahas untuk merangsang siswa
memberikan tes awal (pre tes) yang dikerjakan secara individu untuk
memperoleh nilai siswa sebelum menerima pembelajaran pada hari itu.
B. Kegiatan Inti
1) Think, guru membimbing siswa saat mencari masukan jawaban atau
pendapat yang bersumber dari buku yang relevan secara individu atas
pertanyaan yang diberikan kepada siswa.
2) Pair, mengembangkan aktivitas berpikir siswa dalam berdiskusi jawaban
satu sama lain dengan teman sebangku, dan mengupayakan siswa aktif
dalam diskusi dengan teman sebangku di belakang/ di depannya atau dalam
kelompok (kelompok terbentuk).
3) Share, membimbing aktivitas penyajian hasil diskusi masing-masing
kelompok yang ditanggapi oleh kelompok lain.
C. Kegiatan Akhir
Guru memberikan soal post tes (pemberian post tes dilakukan pada
pertemuan kedua), kemudian bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
dan melaksanakan refleksi dengan memberi siswa kesempatan untuk bertanya
terkait materi yang belum dipahami, serta guru memberikan pekerjaan rumah
(PR) sebagai tindak lanjut. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan,
pengamatan/ observasi pun dilakukan oleh observer.
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini, observer mengobservasi kegiatan pembelajaran yang
berlangsung yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
pembelajaran. Kemudian dari segi kinerja guru mulai dari awal penyampaian materi
dan akhir pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap terakhir siklus ini yaitu refleksi penelitimengkaji aktivitasdan hasil belajar siswa serta kinerja guru selama pembelajaran berlangsung dari siklus I, II, dan III sebagai bahan
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Berdasarkanhasiltindakandanpembahasan yang telahdiuraikanpada
BAB IV,
makadapatdirumuskankesimpulanhasilperbaikanpembelajaranmenggunakan
model pembelajarankooperatiftipeThink Pair Share (TPS)
padamateritentangperansertapemimpindananggotadalamorganisasi,
bentuk-bentukkeputusanbersama, danmematuhikeputusanbersamasebagaiberikut.
1. Pembelajaranmenggunakan model pembelajarankooperatiftipe TPS
terbuktidapatmeningkatkanaktivitassiswa SDN 1 Metro Utara kelas V
B. Secaraberurutan rata-rata persentasetiapsiklusnyaadalahpadasiklus 1
mencapai 65,17% padasiklus 2 mencapai 73,83% danpadasiklus 3
mencapai 91,83%.
2. Pembelajaranmenggunakan model pembelajarankooperatiftipe TPS
terbuktidapatmeningkatkanhasilbelajarsiswa. Secaraberurutan rata-rata
hasilbelajarsiswatiapsiklusnyaadalahpadasiklus 1 adalah67,07
2
1.2. Saran
Berdasarkankesimpulan yang dipaparkan di atas, berikutdisampaikan
saran-saran dalammenggunakan model kooperatiftipeThink Pair Share
(TPS) yakni:
1. Bagisiswa, memilikipengetahuanawaldalam proses
pembelajaranmenggunakan model pembelajarankooperatiftipe TPS,
tersedianyasumberbelajarataubahan ajar yang
cukupsesuaidenganjumlahmuriddalamkelas.
2. Bagi guru, untukdapatmenyiapkan LKS yang cukupuntuksiswadalam
proses pembelajaranmenggunakan model pembelajarankooperatiftipe
TPS.
3. Bagisekolah, agar
dapatmemberikandukungandalambentukbuku-bukupelajaran yang relevandancukuppadatiap-tiapkelas agar
dapatmeningkatkanmutudankualitaspendidikan di sekolah.
4. Bagipeneliti, untukdapatmengimplementasikan model
pembelajarankooperatiftipe TPS padamatapelajaran lain denganmateri
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SDN 1 METRO UTARA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Skripsi
Oleh
TETIN PEBRINA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SDN 1 METRO UTARA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
TETIN PEBRINA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR PUSTAKA
Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.
Ahmad, Defri. 2010. Aktivitas Belajar.
(http://id.shoong.com/socialscience/1961162-aktivitas-belajar/. Tanggal akses pada 10 Nopember 2011 @ 14.12 WIB).
Arikunto, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. ____________2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.
Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual: Contextual Teaching and Learning (CTL). Ditjen Dikdasmen. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hartina. 2008. Kelebihan Think-Pair-Share.
(http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/metode-think-pair
share.html1:55:00PM. Tanggal akses, 14 Nopember 2011, @ 09.30 WIB). Hartono, Yusuf. Pendekatan Matematika Realistik.
(http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/pendekatan-matematika-realistik.pdf. Tanggal akses, 9 Desember 2011 @ 14.22 WIB).
Ibrahim, dkk. 2011. Pengertian Think-Pair-Share.
(http://ofiiick.blogspot.com/2011/08/model-pembelajaran-kooperatif.html?zx=7e6c231b5775402b. Tanggal akses, 2 Nopember 2011, @ 19.12 WIB).
Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.
Kasiani, Kasbolah. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Debdikbud. Malang. Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.
Refika Aditama. Bandung.
Kosasih dan Angkowo. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. PT Grasindo. Jakarta.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajawali Pers. Jakarta.
Machrus. 2012. Aktivitas Belajar.
(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2257232-pengertian-aktivitas-belajar/#ixzz1m0YCbVSZ. Tanggal akses pada 10 Pebruari 2012 @ 11:14 WIB).
Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Strategi Penanaman Nilai. Genesindo. Bandung.
Muncarno. 2010. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. Bahan Ajar. Metro. Muslim. 2009. Langkah-langkah Think-Pair-Share.
(http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/metode-think-pair-share.html. Tanggal akses pada 10 Nopember 2011 @ 14.21 WIB).
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas. Jakarta.
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Slavin, Robert. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Nusa
Media. Bandung.
Suherman. 2008. Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa yang Berdampak pada Hasil Belajar Menggunakan Metode Master Learning-Discovery Berbasis Komik Matematika. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sulhan, Najib. Dkk., 2008. Mari Belajar PKN untuk SD/ MI Kelas V: BSE. Depdiknas. Jakarta.
Sunyono. 2009. Modul Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Surya, Badra TIM. Panduan Praktis PKn Kelas V: LKS. Surya Badra. Surakarta. Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Suya Pena
Gemilang. Malang.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. PT Raja Grasindo Persada. Jakarta. Tim Penyusun. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41
Tahun 2007Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.
Tim Redaksi. 2008. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Sinar Grafika. Jakarta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KTS. Kencana. Jakarta.
Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Unversitas Terbuka. Jakarta. Widihastuti, Setiati dan Rahayuningsih Fajar. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan
SD/ MI Kelas V: BSE. Depdiknas. Jakarta.
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tetin Pebrina NPM : 0813053061 Program Studi : S1 PGSD Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Mata Pelajaran PKn Kelas V B SDN 1 Metro Utara Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah asli hasil penelitian saya dan tidak plagiat, kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Bandar Lampung, Januari 2013 Yang Membuat Pernyataan,
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Mata Pelajaran PKn Kelas V B SDN 1 Metro Utara Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama : Tetin Pebrina
NPM : 0813053061
Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Hi. A. Sudirman, M. H. Drs. Mugiadi, M. Pd.
NIP 19540505 198303 1 003 NIP 19520511 197207 1 001
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji:
Ketua Tim Penguji, Drs. Hi. A. Sudirman, M. H. ...
Sekretaris, Drs. Mugiadi, M. Pd. ...
Penguji Utama, Dr. Alben Ambarita, M. Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003
MOTTO
“Bisa, mampu, sanggup, dan sukses ada di kepala dan kaki ku”. (Tetin Pebrina)
PERSEMBAHAN
Bissmillahhirahmannirrahim, puji syukur kehadirat Allah Swt karena hanya dengan ridho dan rahmat-Nya dapat kupersembahkan karya
ini kepada :
Ibundaku Astuti dan ayahandaku Marlan tercinta, yang tiada henti mendoakan, memberikan dorongan moril dan materil, semangat,
serta menanti kesuksesanku.
Kakak dan adik-adikku tersayang, Mahesa Nopisa, Nur Zurika Rahma, dan Achmad Danu Wijaya, yang selalu memotivasi dan
menemaniku selama ini.
Bapak dan Ibu dosen, atas semua ilmu-ilmu bermanfaat yang telah diberikan.
Sahabat-sahabatku seperjuangan, susah, sulit, sedih, duka, lara, serta suka cita, bahagia dan tawa kita. Selalu akan ku rindu saat
kebersamaan kita.
..dan seseorang yang selalu mendoakan, menemani dalam suka dan duka, serta menyemangatiku.
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung Propinsi
Lampung, pada tanggal 13 Pebruari 1991. Merupakan anak
kedua dari empat bersaudara yang dilahirkan oleh pasangan
Bapak Marlan dan Ibu Astuti. Penulis mengenal pendidikan
pertama di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Tanjung Agung Bandar Lampung
yang diselesaikan pada tahun 2002.
Penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Arjuna Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Bandar Lampung diselesaikan pada
tahun 2008. Setelah pendidikannya di SMK, pada tahun 2008 penulis mengikuti
tes SNMPTN Universitas Lampung dan terdaftar sebagai mahasiswa di
i SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul ” Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran PKn
Kelas V B SDN 1 Metro Utara Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di
Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M. S., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. H. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD
Universitas Lampung.
ii
6. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembahas dalam penulisan
skripsi ini yang telah banyak memberikan saran-saran, dan ilmu-ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak Drs. A. Sudirman, M. H., selaku Dosen Pembimbing Pertama dalam
penulisan skripsi ini yang telah membimbing, memberikan ilmu yang berarti
untuk penulis.
8. Bapak Drs. Mugiadi, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Pembantu dalam
penulisan skripsi ini yang juga telah memberikan, ilmu, saran, dan nasihat
yang bermanfaat bagi penulis.
9. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., selaku Pembimbing Akademik yang
membimbing dan mengarakan dengan penuh kearifan.
10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.
11. Ibu Mundriyani, S. Pd. SD., selaku Kepala Sekolah SDN 1 Metro Utara, serta
Dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah membantu penulis selama
penyusunan skripsi ini.
12. Ibu Nahrotun S. Pd. SD., selaku teman sejawat yang banyak membantu
penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
13. Siswa siswi kelas V B SDN 1 Metro Utara yang telah berpartisipasi aktif
sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
14. Teristimewa kedua orang tua, kakak, serta adik-adik penulis yang telah
memberikan bantuan baik moral maupun materil demi keberhasilan studi
iii
15. Keluarga Bpk. Haspani Yusuf dan Ibu. Zuryati, Melia Verawati, dan Mertha
Yulius, serta keluarga besar yang telah menjadi saudara baru bagi penulis.
16. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2008 khususnya kelas B, Maiko Sabri
Martha, Mandasari Ad’ha, Rebecca Mardalena S, Nova Amalia, Fitka
Aprilita, Depit Akhtiar, Muhammad Rinaldi, Novita Dwi Astuti, Shella Dyah
Wulansari, Ida Puspitasari, Yuliana Fajar Ningsih, Winda Triliana P. Success
for us.
17. Teman-teman yang pernah satu kosan, Devi Yulita Ariani. S. Pd., Eva
Kristiana. S. Pd., terima kasih kakak-kakakku yang selalu memotivasi,
membimbing, menasehati, dan memberikan informasi, serta ilmu-ilmu yang
bermanfaat untuk penulis.
18. Teman-temanku, Ellisa Octaviani, semua teman-temanku di SDN 1 Tanjung
Agung Bandar Lampung, SMP Arjuna Bandar Lampung, dan SMKN 3
Bandar Lampung, terima kasih banyak.
19. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih kurang sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
dan peningkatan dunia pendidikan khususnya ke SD-an.
Metro, Januari 2013 Penulis