• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UMUR TELUR TETAS ITIK MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA TETAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH UMUR TELUR TETAS ITIK MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA TETAS"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH UMUR TELUR TETAS ITIK MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP

FERTILITAS DAN DAYA TETAS Oleh

Neka Meliyati

Penetasan dapat dilakukan secara alami dan buatan atau dengan cara

mengkombinasikannya. Berdasarkan pengalaman Kelompok Tani Ternak Rahayu di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran yang telah

melakukan cara kombinasi yaitu melalui penetasan alami pada entok selama 10 hari sebelum dimasukkan ke dalam mesin tetas menghasilkan fertilitas dan daya tetas yang lebih tinggi. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi fertilitas, daya tetas, susut tetas (weight loss), dan bobot tetas adalah umur telur tetas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur telur tetas itik Mojosari dengan penetasan kombinasi terhadap fertilitas, susut tetas (weight loss), daya tetas, dan bobot tetas serta mengetahui pengaruh umur telur tetas terbaik dari telur itik Mojosari dengan penetasan kombinasi terhadap fertilitas, susut tetas (weight loss), daya tetas, dan bobot tetas.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari tiga perlakuan dengan ulangan sebanyak enam kali, yaitu P1 (1 hari), P2 (4 hari), dan P3 (7 hari). Setiap perlakuan umur telur tetas itik Mojosari tersebut ditetaskan pada entok selama 10 hari sebelum dimasukkan ke dalam mesin tetas. Telur itik Mojosari yang ditetaskan sebanyak 144 butir. Rata-rata bobot awal berkisar antara 65,65--68,41 g dengan koefisien keragaman + 1,40%. Data yang

dihasilkan dianalisis sesuai dengan asumsi sidik ragam pada taraf nyata 5 %. Jika perlakuan berpengaruh nyata pada peubah tertentu (P < 0, 05), maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan.

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

permintaan terhadap produk hasil ternak. Produk hasil unggas merupakan produk

yang lebih diminati dibandingkan dengan ternak besar (sapi, kerbau, kambing,

dan domba) karena harganya yang terjangkau. Produk hasil unggas adalah telur

dan daging.

Itik merupakan salah satu jenis unggas yang menghasilkan telur dan daging.

Kebutuhan telur masyarakat di Indonesia dipenuhi dari telur itik sebanyak 16%

dan 3% dari dagingnya (Ditjennak, 2005).

Sarwono (1994) menyatakan bahwa dibandingkan dengan telur ayam, telur itik

mengandung protein, kalori, lemak yang lebih tinggi, dan dapat dimanfaatkan

untuk berbagai keperluan pembuatan bahan makanan, hanya saja penggunaannya

tidak seluas penggunaan telur ayam. Hal tersebut disebabkan oleh telur itik

memiliki bau yang kuat dan menyengat. Selain itu, telur itik mempunyai daya

simpan sekitar 20% lebih lama dari telur ayam ras yaitu sekitar 2 minggu jika

disimpan dalam kondisi lingkungan yang sama (Srigandono, 1997).

Telur itik yang sering dijumpai adalah telur yang berasal dari itik Mojosari. Itik

(3)

2

Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur. Itik Mojosari tergolong itik yang

produktif. Namun, pengembangan populasi itik Mojosari di beberapa daerah di

Indonesia belum tersebar merata. Hal ini berdampak pada penurunan

ketersediaan produk hasil itik tersebut. Untuk mengatasi penurunan ketersediaan

produk hasil itik perlu dilakukan pengembangan populasi.

Penetasan merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk pengembangan populasi

itik Mojosari sehingga permintaan konsumen terhadap produk hasil itik Mojosari

dapat terpenuhi. Tujuan penetasan adalah untuk menghasilkan bibit. Telur yang

akan ditetaskan pada penetasan merupakan telur fertil yang dihasilkan dari

peternakan ayam pembibit bukan dari peternakan ayam petelur untuk perdagangan

yang digunakan untuk ditetaskan (Suprijatna, et al., 2008).

Keberhasilan usaha penetasan sebagian besar dapat dilihat dari fertilitas dan daya

tetasnya. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa semakin tinggi fertilitas,

maka daya tetas cenderung semakin tinggi. Fertilitas dapat diketahui dengan

peneropongan (candling) sedangkan daya tetas dapat diketahui dengan melihat

banyaknya telur yang menetas dari telur fertil.

Salah satu faktor yang memengaruhi fertilitas dan daya tetas adalah umur telur

tetas. Menurut Winarno dan Koswara (2002), umur telur tetas yang semakin

meningkat akan menurunkan kualitas telur karena penguapan CO2 dan H2O.

Menurunnya kualitas telur akan memengaruhi fertilitas dan daya tetas.

Umur telur tetas juga akan memengaruhi bobot tetas. Telur yang disimpan terlalu

(4)

disitasi Iskandar, 2003). Penguraian zat organik tersebut menyebabkan

penurunan bobot telur yang berdampak pada penurunan bobot tetas. Selain itu,

selama proses penetasan akan terjadi susut tetas (weight loss) yang disebabkan

oleh adanya pengaruh suhu dan kelembapan saat penetasan yang berdampak pada

penurunan bobot tetas.

Usaha penetasan telur tetas dapat dilakukan secara alami dan buatan. Secara

alami dengan penetasan pada entok sedangkan secara buatan dengan

menggunakan mesin tetas. Menurut Lasmini, et al. (1992), cara penetasan alami

dengan menggunakan entok mendapatkan hasil yang lebih baik daripada

penetasan buatan. Hal ini sesuai dengan kondisi alamiah entok yang dapat

mengatur sendiri kebutuhan suhu, kelembapan, pemutaran telur, dan sebagainya

melalui tingkah laku entok selama penetasan.

Berdasarkan pengalaman Kelompok Tani Ternak Rayahu di Desa Sidodadi,

Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran yang telah memulai usaha

penetasan sejak 2011 dengan menggunakan entok sebagai penetasan alami

sebelum dimasukkan ke dalam mesin tetas, tingkat keberhasilannya mencapai

90% bahkan lebih. Penetasan alami dengan bantuan entok disebabkan oleh

bangsa itik domestik yang dikenal sekarang tidak lagi memiliki sifat mengeram.

Menurut Hetzell (1985), hilangnya sifat mengeram ini disebabkan oleh proses

domestikasi dan terjadinya mutasi-mutasi alamiah dari sifat-sifat mengeram.

Kelompok Tani Ternak Rahayu telah memulai usaha penetasan sejak 2010.

Awalnya Kelompok Tani Ternak Rahayu memulai usaha penetasan dengan

(5)

4

30--50%. Tingkat keberhasilan yang rendah tersebut mendorong peternak untuk

menemukan alternatif lain dalam meningkatkan usaha penetasannya. Bapak Yasri

yang merupakan Ketua Kelompok Tani Ternak Rahayu mencoba menetaskan

telur-telur itik dengan menggunakan entok sejak 2011. Telur-telur tersebut

ditetaskan selama 7 hari dan 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan

mesin tetas sampai dengan menetas.

Penetasan telur tetas itik selama 10 hari pada entok sebelum dimasukkan ke dalam

mesin tetas merupakan cara pertama yang dilakukan oleh Bapak Yasri. Ternyata,

cara tersebut mendapatkan keberhasilan lebih dari 90%. Untuk efisiensi waktu,

Bapak Yasri mencoba melakukan penetasan selama 7 hari sebelum dimasukkan

ke dalam mesin tetas. Akan tetapi, tingkat keberhasilannya lebih rendah

dibandingkan dengan yang ditetaskan selama 10 hari sebelum dimasukkan ke

dalam mesin tetas. Akhirnya, hingga saat ini Kelompok Tani Ternak Rahayu

menetaskan telur-telur tetas di kelompoknya selama 10 hari pada entok sebelum

dimasukkan ke dalam mesin tetas.

Telur-telur yang akan ditetaskan Kelompok Tani Ternak Rahayu memiliki umur

telur tetas yang berbeda karena telur tetas yang berumur 1 hari (baru keluar dari

kloaka induk) tidak langsung ditetaskan melainkan dikumpulkan sampai dengan

jumlah yang cukup untuk ditetaskan. Sampai saat ini, belum didapatkan umur

telur tetas yang ideal yang dapat menghasilkan fertilitas dan daya tetas terbaik

untuk telur yang ditetaskan selama 10 hari menggunakan entok sebelum

(6)

Pengalaman dari Kelompok Tani Ternak Rayahu di Desa Sidodadi tersebut yang

mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh umur telur

tetas itik Mojosari dengan penetasan kombinasi yaitu dengan melakuakan

penetasan alami pada entok selama 10 hari sebelum dimasukkan ke dalam mesin

tetas terhadap fertilitas, susut tetas (weight loss), daya tetas, dan bobot tetas.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini :

(1) mengetahui pengaruh umur telur tetas itik Mojosari dengan penetasan

kombinasi terhadap fertilitas, susut tetas (weight loss), daya tetas, dan bobot

tetas;

(2) mengetahui pengaruh umur telur tetas terbaik dari telur itik Mojosari

dengan penetasan kombinasi terhadap fertilitas, susut tetas (weight loss), daya

tetas, dan bobot tetas.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

mengenai pengaruh umur telur tetas terbaik dari telur itik Mojosari dengan

penetasan kombinasi terhadap fertilitas, susut tetas (weight loss), daya tetas, dan

bobot tetas.

D. Kerangka Pemikiran

Itik Mojosari merupakan itik yang berasal dari Desa Motopuro, Kecamatan

(7)

6

produktif. Ranto dan Moloedyn (2007) menyatakan bahwa daya bertelur itik

Mojosari dapat mencapai 270 butir/ekor/tahun. Menurut Rasyaf (1991), sifat

produksi induk sangat memengaruhi fertilitas karena semakin tinggi produksi

telur, fertilitas semakin tinggi. Selain memiliki kemampuan produksi yang tinggi,

itik Mojosari juga memiliki berat telur tetas yang baik. Berat telur tetas yang baik

untuk telur itik antara 65--75 g (Srigandono, 1997).

Telur-telur itik Mojosari banyak digemari konsumen karena rasa telurnya lebih

enak dan memiliki kerabang yang menarik yaitu berwarna biru kehijau-hijauan

(Suharno dan Amri, 2002). Selain menghasilkan fertilitas dan daya tetas yang

tinggi, itik Mojosari mudah beradaptasi dengan lingkungan pedesaan sehingga itik

ini banyak dibudidayakan di pedesaan. Untuk membudidayakan itik Mojosari,

banyak peternak yang melakukan penetasan. Penetasan merupakan suatu proses

biologis yang kompleks yang berlangsung secara kontinyu pada berbagai spesies

unggas (Setiadi, et al., 1992).

Penetasan dengan mesin tetas merupakan cara yang biasa dilakukan peternak

untuk mengembangkan populasi unggas. Penetasan dengan cara ini biasanya

bertujuan untuk mencari keuntungan karena mesin tetas dapat menetaskan telur

dalam jumlah banyak tergantung dari kapasitas mesin tetas yang digunakan.

Namun, keberhasilan penetasan dengan cara ini dianggap kurang memuaskan

karena tidak akan melebihi keberhasilan yang dilakukan secara alami. Hal ini

disebabkan oleh banyak terjadinya kesalahan dalam pengelolaan penetasan.

Rasyaf (1991) menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan tentang

(8)

Penetasan secara alami dapat dilakukan dengan bantuan itik Manila (entok) atau

ayam Kampung. Keuntungan cara alami ini yaitu mudah dilakukan petani kecil,

daya tetas cukup tinggi, tidak memerlukan pengawasan yang intensif seperti

pengaturan suhu, kelembapan, dan pemutaran telur sedangkan kerugiannya yaitu

kapasitas yang sangat terbatas, memerlukan biaya untuk memelihara entok, dan

resiko kematian entok akibat terlalu lama menetaskan atau penyakit lainnya

(Setioko, 1998). Penetasan pada entok sebelum dimasukkan ke dalam mesin tetas

memiliki keuntungan yaitu tingkat keberhasilan penetasan berkisar 80--90 %

(Suharno dan Amri, 2002).

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menetaskan telur tetas dengan jumlah

yang banyak dan menghasilkan fertilitas serta daya tetas yang tinggi yaitu dengan

mengkombinasikan kedua metode penetasan tersebut. Penetasan secara

kombinasi telah dilakukan oleh Kelompok Tani Ternak Rahayu di Desa Sidodadi

yaitu dengan melakukan penetasan alami pada entok selama10 hari sebelum

dimasukkan ke dalam mesin tetas. Cara tersebut ternyata mendapatkan

keberhasilan penetasan lebih dari 90 %. Tingginya tingkat keberhasilan setelah

telur tetas itik ditetaskan selama 10 hari pada entok sebelum dimasukkan ke dalam

mesin tetas disebabkan pertumbuhan embrio yang telah sempurna karena umur

1--10 hari merupakan proses pembentukan organ dalam dan jaringan luar,

sehingga pada waktu embrio dimasukkan ke dalam mesin tetas embrio tidak

rentan lagi terhadap kematian.

Tingkat keberhasilan suatu usaha penetasan ditentukan oleh tingginya fertilitas

(9)

8

peranan penting dalam menjaga kualitas telur. Rasyaf (1991) menyatakan bahwa

semakin lama umur telur terhitung sejak ditelurkan akan semakin buruk kualitas

kerabangnya, pori-pori akan bertambah banyak dan semakin labil pengaruhnya

terhadap suhu. Menurunnya kualitas telur akan menghambat perkembangan

embrio sehingga dapat menurunkan fertilitas dan daya tetas.

Umur telur tetas juga akan berpengaruh pada bobot tetas. Menurut Murtidjo

(1988), makin lama disimpan kesempatan pertukaran gas dan udara makin besar

dan penguapan makin cepat sehingga terjadi penyusutan bobot telur dan kantong

udara makin besar. Terjadinya penyusutan bobot telur akan berdampak pada

penurunan bobot tetas karena bobot tetas berkorelasi positif terhadap bobot telur.

Menurut Gunawan (2001), bobot tetas itik memiliki hubungan erat dengan bobot

telurnya, semakin besar berat telur maka anak itik yang menetas semakin besar.

Selama proses penetasan baik menggunakan entok ataupun mesin tetas akan

terjadi susut tetas (weight loss). Menurut Tullet dan Burton (1982), penyusutan

bobot telur diakibatkan oleh pengaruh suhu dan kelembapan selama masa

penetasan yang dapat memengaruhi daya tetas dan kualitas anak ayam yang

dihasilkan.

Daulay, et al.(2008) menyatakan bahwa umur telur tetas 1, 3, 5, dan 7 hari pada

penetasan ayam arab menghasilkan daya tetas berturut-turut 83,33; 68,75; 43,75;

dan 27,00 %. Sinabutar (2009) menyatakan bahwa umur telur tetas 3, 5, dan

7 hari pada penetasan itik menghasilkan daya tetas berturut-turut 87,4; 66,8; dan

(10)

Telur tetas dapat disimpan selama 7 hari tanpa kehilangan daya tetasnya (Paimin,

2003 ). Nuryati, et al. (2000) menyatakan bahwa telur tetas baik untuk ditetaskan

harus yang masih segar, sebaiknya berumur kurang dari 7 hari. Selanjutnya,

North dan Bell (1990) menyatakan bahwa daya tetas paling baik akan diperoleh

bila telur berumur 1--4 hari. Umur tetas telur yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah 1, 4, dan 7 hari.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini :

(1) adanya pengaruh umur telur tetas itik Mojosari dengan penetasan kombinasi

terhadap fertilitas, susut tetas (weight loss), daya tetas, dan bobot tetas;

(2) umur telur tetas itik Mojosari yang akan menghasilkan fertilitas, susut tetas

(11)

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu pada Mei--Juni 2012, bertempat di

rumah Kelompok Tani Ternak Rayahu di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima,

Kabupaten Pesawaran.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini:

(1) induk entok dengan umur + 1 tahun dengan bobot badan berkisar antara

2--3 kg sebagai penetasan alami sebanyak 8 ekor. Setiap entok menetaskan

telur tetas sebanyak 20 butir;

(2) telur tetas itik Mojosari yang ditetaskan sebanyak 144 butir dan 15%

cadangan per perlakuan. Rata-rata bobot awal berkisar antara 65,65--

68,41 g/butir dengan koefisien keragaman sebesar + 1,40 % yang dihasilkan

dari perkawinan jantan dan betina yang dipelihara secara intensif. Jantan

dengan umur + 15 bulan sedangkan betina + 12 bulan dengan perbandingan

1:23. Umur induk pertama kali bertelur yaitu umur 6 bulan. Ransum yang

diberikan terdiri dari dedak, konsentrat, dan keong dengan pemberian sekitar

270 g/ekor/hari;

(12)

(4) air untuk mengatur kelembapan di dalam mesin tetas.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini :

(1) satu buah mesin tetas semi otomatis yang tersusun 3 tingkat berkapasitas

1.000 butir dengan sumber pemanas lampu listrik berdaya 150 watt. Mesin

tetas memiliki 4 buah rak pada masing-masing tingkat ukuran 70 x 40 cm

dengan kapasitas 87 butir telur. Pada penelitian ini menggunakan 2 buah rak.

Mesin tetas yang digunakan Kelompok Tani Ternak Rahayu dapat dilihat

pada Gambar 3;

(2) timbangan digital kapasitas 3.000 g dengan ketelitian 0,001 g;

(3) egg tray untuk meletakkan telur tetas ;

(4) keranjang telur dan serutan bambu untuk menyimpan telur tetas;

(5) thermohygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan di dalam mesin

tetas;

(6) candler untuk meneropong telur tetas;

(7) tray hatcher (rak telur) untuk tempat menetaskan telur;

(8) busa untuk membersihkan telur;

(9) sarang yang terbuat dari serutan bambu untuk pengeraman;

(10) nampan sebagai wadah air;

(11) kawat kasa;

(12) alat tulis.

C. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

(13)

35

(7 hari). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 6 kali, setiap satu satuan

percobaan terdiri dari 8 butir telur itik Mojosari. Ke-3 perlakuan umur telur itik

Mojosari tersebut ditetaskan pada entok selama 10 hari sebelum dimasukkan ke

dalam mesin tetas.

Seluruh data yang diperoleh dari percobaan ini dianalisis sesuai dengan asumsi

sidik ragam pada taraf nyata 5%. Jika suatu perlakuan berpengaruh nyata pada

suatu peubah tertentu (P < 0, 05), maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan

pada taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1991). Untuk data persentase jika hasil

yang diperoleh < 30 atau > 70 ditransformasi dengan Archin. Tata letak telur

tetas penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Seleksi telur tetas. Seleksi dilakukan terhadap ukuran, bobot telur (60--75 g),

keutuhan, dan kualitas telur sedangkan dari segi kualitas telur dinilai dari segi

kebersihan, warna, ketebalan kerabang, dan bentuk telur (oval).

b. Pengumpulan telur tetas. Pengumpulan telur tetas terdiri dari 3 tahap.

Pengumpulan pertama untuk umur telur tetas 7 hari, pengumpulan kedua untuk

umur telur tetas 4 hari, dan pengumpulan ketiga untuk umur telur tetas 1 hari.

Setiap perlakuan disimpan di dalam keranjang telur yang dilapisi dengan

serutan bambu pada suhu ruang 30--320C. Setiap pengumpulan telur ada

penambahan sebanyak 15% dari jumlah total per perlakuan sebagai cadangan.

c. Membersihkan telur. Telur dibersihkan dengan menggunakan air hangat yang

(14)

d. Menimbang dan menandai telur. Penimbangan dilakukan untuk mendapatkan

data bobot awal telur dan penandaan bertujuan agar jelas masing-masing

perlakuan.

e. Membuat sekat-sekat menggunakan kawat kasa untuk tiap perlakuan pada

mesin tetas.

f. Menyiapkan mesin tetas. Mesin tetas yang digunakan dicek kebersihan, suhu,

dan kelembapannya. Selain itu, mesin tetas juga disterilkan menggunakan

glutacap®3 hari sebelum digunakan. Mesin tetas dinyalakan dan diatur suhu

dan kelembapannya 24 jam sebelum telur masuk ke mesin tetas dengan

menggunakan thermohygrometer.

g. Memilih dan menandai entok yang digunakan untuk proses penetasan alami.

Induk entok yang akan digunakan pada proses penetasan alami ini adalah

induk entok yang memiliki bobot tubuh dengan kisaran 2 --3 kg sebanyak

8 ekor.

2. Pelaksanaan Penetasan

a. Menetaskan telur pada induk entok. Setiap induk menetaskan 20 butir telur

tetas itik. Penetasan dilakukan selama 10 hari sebelum dimasukkan ke dalam

mesin tetas.

b. Memasukkan telur ke mesin tetas dengan posisi horizontal untuk

mempermudah pembalikkan telur tetas. Hal ini dilakukan karena pembalikan

(15)

37

c. Candling. Sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin tetas, terlebih dahulu di

candling untuk melihat telur yang fertil dan yang infertil. Candling dilakukan

sekali lagi pada saat telur masing-masing perlakuan berumur 20 hari, untuk

mendapatkan data fertilitas. Candling dilakukan dengan menggunakan candler

dan dilakukan pada malam hari agar lebih jelas.

d. Pengontrolan harian. Pengontrolan harian dilakukan terhadap suhu,

kelembapan, dan pemutaran telur. Suhu mesin tetas pada hari ke-10 sampai

dengan telur menetas berkisar antara 38--39 0C dengan kelembapan berkisar

antara 60--70%. Pemutaran telur dilakukan 3 kali sehari pada pukul

08.00 WIB, 13.00 WIB, dan 18.00 WIB sampai dengan hari ke-25 proses

penetasan.

e. Menimbang telur. Pada umur 20 hari bersamaan dengan waktu candling telur

ditimbang untuk mendapatkan data susut tetas selama proses penetasan.

f. Menimbang DOD. Setelah telur-telur menetas dilakukan penimbangan DOD

untuk mendapatkan data bobot tetas. Penimbangan dilakukan ketika bulu-bulu

DOD telah mengering.

E. Parameter Penelitian

1. Fertilitas

Fertilitas adalah persentase telur fertil dari sejumlah telur yang digunakan dalam

suatu penetasan (Suprijatna, et al., 2008).

(16)

Jumlah telur fertil

Fertilitas = X 100% Jumlah telur yang ditetaskan

2. Susut tetas (weight loss)

Susut tetas (weight loss) adalah bobot telur yang hilang selama penetasan

berlangsung sampai telur menetas (Rusandih, 2001).

Susut tetas = bobot awal telur– bobot akhir telur (didapat dari penimbangan hari ke-20)

bobot awal telur – bobot akhir telur

(%) Susut tetas = X 100%

bobot awal telur

3. Daya tetas

Daya tetas diartikan sebagai persentase telur yang menetas dari telur yang fertil

(Suprijatna, et al., 2008).

Jumlah telur yang menetas

Daya tetas = X 100% Jumlah telur yang fertil

4. Bobot tetas

Bobot tetas yaitu bobot DOD dihitung setelah itik menetas 1 hari dengan bulu

(17)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Umur telur tetas (1, 4, dan 7 hari) memberikan pengaruh yang nyata

(P < 0,05) terhadap fertilitas, tetapi tidak nyata (P > 0,05) terhadap susut tetas

(weight loss), daya tetas, dan bobot tetas telur itik Mojosari.

2. Umur telur tetas 1 hari memberikan pengaruh terbaik terhadap fertilitas,

tetapi umur telur tetas (1, 4, dan 7 hari) memberikan pengaruh yang sama

baiknya terhadap susut tetas (weight loss), daya tetas, dan bobot tetas telur

itik Mojosari.

B. Saran

1. Secara teknis, umur telur tetas (1,4, dan 7 hari) berpengaruh tidak nyata

terhadap susut tetas, daya tetas, dan bobot tetas telur itik Mojosari sehingga

peternak masih dapat menggunakan umur telur tetas 7 hari dalam penetasan

telur itik Mojosari.

2. Agar keberhasilan penetasan dapat optimal, sebaiknya peternak lebih

memperhatikan kebutuhan suhu dan kelembapan telur tetas pada mesin tetas

(18)

3. Peternak perlu memperhatikan kebersihan sarang penetasan, telur tetas, dan

induk entok yang akan digunakan sebagai penetasan alami.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut umur telur itik Mojosari dengan

perlakuan kombinasi untuk umur telur tetas yang berbeda sehingga diketahui

pengaruh umur telur tetas terbaik pada susut tetas (weight loss), daya tetas,

(19)

PENGARUH UMUR TELUR TETAS ITIK MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP

FERTILITAS DAN DAYA TETAS

Oleh : Neka Meliyati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Peternakan

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(20)

PENGARUH UMUR TELUR TETAS ITIK MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP

FERTILITAS DAN DAYA TETAS

(Skripsi)

Oleh Neka Meliyati

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(21)

75

Gambar 2. Tata letak telur tetas penelitian

Keterangan : P1 = umur telur tetas 1 hari P2 = umur telur tetas 4 hari P3 = umur telur tetas 7 hari U1 -- U6 = ulangan 1--6

P1U1 P2U1 P1U2

P2U2 P1U4 P3U1 P2U3 P1U3 P2U4

P3U6 P3U4 P1U6

(22)
(23)
(24)
(25)

DAFTAR TABEL

9. Data transformasi arcsin pengaruh umur telur tetas terhadap fertilitas telur itik Mojosari ... 66

10. Analisis ragam pengaruh umur telur tetas terhadap fertilitas telur itik Mojosari ... 66

11. Uji lanjut jarak berganda duncan fertilitas telur itik Mojosari ... 66

12. Data transformasi arcsin pengaruh umur telur tetas terhadap susut tetas telur itik Mojosari ... 67

13. Analisis ragam pengaruh umur telur tetas terhadap susut tetas telur itik Mojosari ... 67

14. Data transformasi arcsin pengaruh umur telur tetas terhadap daya tetas telur itik Mojosari ... 68

(26)

17. Suhu dan kelembapan mesin tetas... 69

18. Data fertilitas, weight loss, dan daya tetas telur itik Mojosari (P1) .. 70

19. Data fertilitas, weight loss, dan daya tetas telur itik Mojosari (P2).. 70

20. Data fertilitas, weight loss, dan daya tetas telur itik Mojosari (P3).. 70

21. Data bobot awal, bobot setelah penyimpanan, bobot umur 20 hari, dan bobot tetas telur itik Mojosari untuk umur tetas 1 hari (P1) ... 71

22. Data bobot awal, bobot setelah penyimpanan, bobot umur 20 hari, dan bobot tetas telur itik Mojosari untuk umur tetas 1 hari (P2) ... 72

23. Data bobot awal, bobot setelah penyimpanan, bobot umur 20 hari, dan bobot tetas telur itik Mojosari untuk umur tetas 1 hari (P3) ... 73

(27)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kondisi embrio saat peneropongan telur... 23

2. Tata letak telur tetas penelitian ... 75

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Antawidjaja, T., B. Wibowo, S. Iskandar, E. Juarini, dan E. Masbulan. 1995. Pengaruh Pencabutan Bulu Sayap terhadap Produktivitas Entok(Cairina moschata)di Pedesaan. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor.

Ardhie. 2011. Manajemen Penetasan. http//www. image manajemen multiplycontent. Com. (28 Januari 2011).

Basran. 2002. Fertilitas, Daya Tetas, dan Nisbah Kelamin Anak Entok(Cairina moschata)yang Diperoleh dari Penetasan Alami. Skripsi. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Blakely, J. dan H.B. David. 1998. Ilmu Peternakan. Cetakan ke-4. Terjemahan : Bandung, Srigandono. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Bogenfurst, F. 1995. The Current State of Incubation in Waterfowl. Proceedings 10th European Symposium on Waterfowl. World's Poultry Science

Association, Halle (Saale) Germany.

Brahmantio, B. dan L.H Prasetyo. 2001. Pengaruh Bangsa Itik Alabio dan Mojosari terhadap Performans Reproduksi. Makalah Lokakarya Nasional Unggas Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Buckle, K. A., R. A. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Indonesia University Press, Jakarta.

Buhr, R. J. dan J. L. Wilson. 1991. Incubation Relative Humidity Effect on Allantoic Fluid Volume and Hatchability. Poultry Sci. 70 : 1--188.

Card, L.E. dan M.C. Nesheim. 1979. Poultry Production. 12th Edition. Lea and Febriger, Philadelphia.

Christensen, V. L. 2001. Factors Associated with Early Embryonic Mortality.

World’s Poultry. Sci. 57: 359--372.

(29)

61

Ditjennak. 2005. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Gunawan, H. 2001. Pengaruh Bobot Telur terhadap Daya Tetas serta Hubungan Antara Bobot Telur dan Bobot Tetas Itik Mojosari. Skripsi. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hardjosworo, P. S. dan Rukmiasih. 2001. Itik, Permasalahan dan Pemecahan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Harianto. A. 2010. Manajemen Penetasan Telur Itik. http://Itik Mojosari. Cara- mudah menetaskan telur-itik. html.(22 Juli 2010).

Hetzell, D. J. S . 1985. Domestic ducks : An Historical Perspective. in : Duck Production Science and World Practice. Farrell, D.J . and Stapleton, p . (ed), University of New England.

Hodgetts. B. 2000. Incubation - The Physical Requierments. Abor Acress Service Bulletin No. 15, August 1.

Imai, C., A. Mowlah, dan J. Satto. 1986. Storage Stability of Japanese Quail (Cortunix-cortunix Japonica) Eggs at Room Temperature.

Iskandar. R. 2003. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur dan Frekuensi Pemutaran Telur terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Telur Puyuh. Skripsi. FP- USU, Medan.

Jasa, L. 2006. Pemanfaatan Mikrokontroler Atmega 163 pada Prototipe Mesin Penetasan Telur Ayam. FTE-Udayana, Bali.

Jassim, E. W., M. Grossman, W.J. Koops, and R. Luykx. 1996. Multiphasic Analysis of Embrionic Mortality in Chickens. Poultry Sci. 75 : 464--471.

Jayasamudera D.J. dan B. Cahyono. 2005. Pembibitan Itik. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Karnama, I. K. 1996. Studi Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Daya Tetas Telur Itik Bali pada Penetasan Tradisional dengan Gabah. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kartasudjana. R. dan Suprijatna. E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya, Jakarta.

(30)

Koswara, S. 1997. Teknik Pengawetan Telur Segar. Poultry Indonesia 113: 18--19.

Kurtini, T. 1988. Pengaruh Bentuk dan Warna Kulit Telur terhadap Daya Tetas dan Sex Ratio Itik Tegal. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Unpad, Bandung.

Kusmidi, I. 2000. Produktivitas Itik Manila (Cairina moschata) di Desa yang Berbeda Topografinya di Kabupaten Cianjur. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lasmini, A., R. Abdelsamie, dan N.M. Parwati. 1992. Pengaruh Cara Penetasan terhadap Telur Itik Tegal dan Alabio. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Balai Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor.

Leeson, S. 2000. Egg Numbers and Size Both Influence Broiler Yields. Service Bull, University of Georgia.

Lukman, H. 2008. Alternatif Penggunaan Alat Peneropong Telur (Candler) Sederhana untuk Mengetahui Kualitas Internak dan Kerabang Telur Bagi Para Pembuat Telur Asin. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat. N0. 45 : 1410--0770.

Lyons, J. 1998. Incubation of Poultry. Agricultural Publications, University of Missouri.

Murtidjo, B.A. 1988. Mengelola Itik. Cetakan ke-17. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Najib, C. 2004. Tiktok. www.sentral ternak.com. Liptan BPTP Jakarta, No: 03/ Hn/Liptan/BPTP Jakarta, Jakarta. (28 Juli 2007)

North, M.O. dan D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition. By Van Nestrod Rainhold, New York.

Nurcahyo, E. M. dan Y. E. Widyastuti. 2001. Usaha Pembesaran Ayam Kampung Pedaging. Cetakan ke-5. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nuryati, T., Sutarto, M. Khamim, dan P. S. Hardjosworo. 2000. Sukses Menetaskan Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Oluyemi, J. A. dan F. A Roberts. 1980. Poultry Production in Warm Wet

Climates. Macmillan Tropical Agriculture, Horticulture and Aplied Ecology Series. The Macmillan Press Ltd, London and Basingstoke.

(31)

63

Pattison, M. 1993. The Health of Poultry. Longman Scientific and Technical.

Peebles, E. D. dan J. Brake. 1985. Relationship of Egg Shell Porosity of Stage of Embrionic Development in Broiler Breeders. Poult. Sci. 64(12): 2388.

Prasetyo, L.H. dan T. Susanti. 2000. Persilangan Timbal Balik Antara Itik Alabio dan Mojosari Periode Awal Bertelur. Jurnal Imu Ternak dan Veteriner, Vol. 5, No. 4 : 210--213.

Rahn, H., C.V. Paganelli, and A. R. Amos. 1987. Pores and Gas Exchange of Avian Eggs: A review. The Journal of Experimental Zoology Supplement. Sci. 1: 165--172.

Ramanoff, A.L. dan A.J. Ramanoff. 1963. The Avian Egg. 3th Edition. John Willey and Sons, Inc., J, New York.

Ranto. dan S. Moloedyn. 2007. Panduan Lengkap Beternak Itik. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Penetasan. Cetakan ke-2. Kanisius, Yogyakarta.

Rose. 1997. Principles of Poultry Science. Cab. International, United Kingdom.

Rusandih. 2001. Susut Tetas dan Jenis Kelamin Itik Mojosari Berdasarkan Klasifikasi Bobot dan Nisbah Kelamin. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sainsbury, D. 1984. Poultry Health of Management. 2th Edition, Granada Publishing.

Sakti, S.W. 2000. Beternak Itik Tanpa Air. Cetakan ke-20. Penebar Swadaya, Jakarta.

Samosir, D.J. 1983. Ilmu Ternak Unggas. Cetakan ke-1. Gramedia, Jakarta.

Sarwono, B. 1994. Ayam Arab Petelur Unggul. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya, Jakarta.

Setiadi, P., A. Lasmini, A. R. Setioko, dan P. Sinosat. 1992. Pengujian Metode Penetasan Telur Itik Tegal di Pedesaan. Prosiding Pengolahan dan

Komunikasi Hasil-hasil Penelitian. Unggas dan Aneka Ternak. Balai Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor.

Setioko, A.R., A.P. Sinurat, P. Setiadi, dan A. Lasmini. 1994. Budidaya Ternak Itik. Publikasi Teknis. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi

(32)

Setioko, A.R. 1998. Penetasan Telur Itik di Indonesia. Wartazoa 7(2): 40--46. Balai Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor.

Shanawany, M. M. 1987. Hatching Weight in Relation to Egg Weight in Domestic Birds. World’s Poultry. Sci. 43 (2): 107--114.

Simanjuntak, L. 2002. Tiktok Unggas Pedaging Hasil Persilangan Itik dan Entok. Agromedia, Jakarta.

Sinabutar. 2009. Pengaruh Frekuensi Inseminasi Buatan terhadap Daya Tetas Telur Itik Lokal (Anas plathyrynchos) Yang Di Inseminasi Buatan Semen Entok. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumuatera Utara, Medan.

Srigandono, B. 1996. Kamus Istilah Peternakan. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Cetakan ke-3. Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta.

Stanhope, W. C. 1973. Diversification with Other Species Turkey, Ducks, and Geese. in: Poultry Officers' Refresher Course, Healesville.

Steel, R.G.D. dan J. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Alih Bahasa B. Sumantri. Gramedia, Jakarta.

Suarez, M. E., H. R.Wilson, B. N. Mcpherson, F. B.Mather, and C. J. Wilcox. 1996. Low temperature Effect on Embrionic Development and Hatch Time. Poultry Sci. 75: 1321--1331.

Sudaryani, T. H. 1996. Kualitas Telur. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudaryani, T. H. dan Santoso. 1999. Pembibitan Ayam Ras. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suharno, B. dan Amri. 2002. Beternak Itik Secara Intensif. Cetakan ke-10. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E.,U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan ke-2. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tai, C. 1985. Duck Breeding and Artificial Insemination in Taiwan. In : Duck Production Science and World Practice. Farrell, D.J . and Stapleton, p. (ed), University of New England.

(33)

65

Hatchability, and Chick Body Wieght from Broiler Breeders. J. Poultry Sci. 81:327--332.

Tullet, S. G. dan F. G. Burton. 1982. Factor Affecting the Weight and Water Status of Chick and Hatch. British Poult. Sci. 32: 361--369.

Whendrato, I. dan I.M. Madyana. 1986. Beternak Itik Tegal. Eka Offset, Semarang.

Wibowo, B., T. Antawidjaja, E. Basuno, I. A. K. Bintang, dan S. Iskandar. 1995. Pengaruh Suplementasi pada Dedak dengan Pemisahan dan Tanpa Pemisahan DOD Secara Dini terhadap Produktivitas Entok di Pedesaan. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian APBN 1994/1995 Balai Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor.

(34)

Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu al-kitab

(al-quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa

yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk

dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya

dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan

kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggungjawab

terhadap mereka

(Q.S. Az-Zumar ayat 41).

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak

mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya

pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan

diminta pertanggungjawabannya

(Q.S. Al-

Isra’

ayat

36).

Bahkan dengan menempuh pendidikan yang tinggi pun

belum menjamin seseorang dapat dikatakan cerdas, karena di

dalam kecerdasan sendiri mengandung tiga unsur yaitu

cerdas intelektual, emosional, dan spiritual, dimana

(35)

Judul Penelitian : PENGARUH UMUR TELUR TETAS ITIK MOJOSARI DENGAN PENETASAN

KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA TETAS

Nama Mahasiswa : Neka Meliyati

Nomor Pokok Mahasiswa : 0814061045

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Khaira Nova, M.P. Dian Septinova, S.Pt., M.T.A. NIP 196110181986032001 NIP 197109141997022001

2. Ketua Jurusan Peternakan

(36)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Khaira Nova, M.P. ...

Sekretaris : Dian Septinova, S.Pt., M.T.A. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Tintin Kurtini, M.S. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NIP 19610826 198702 1 001

(37)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada 9 Agustus 1989. Anak pertama dari tiga

bersaudara keluarga Bapak Rudi Riyanto dan Ibu Susanna. Penulis

menyelesaikan Sekolah Dasar Negeri 1 Sukabanjar pada 2001, Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Talang Padang pada 2004, dan Sekolah Menengah Atas Negeri

1 Talang Padang 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi

Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung pada

2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Mekar Sari, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji pada

2011 dan Praktik Umum (PU) di PT. Sumber Jaya Farm Dusun 4 Blitar Rejo,

Desa Kibang, Kecamatan Metro Kibang, Kabupaten Lampung Timur pada 2012.

Penulis juga pernah menjadi asisten dosen Ilmu Nutrisi Bahan Pakan.

Penulis aktif di beberapa organisasi yaitu Himpunan Mahasiswa Peternakan

(HIMAPET) FP UNILA periode 2010--2011 sebagai Ketua Bidang IV Dana dan

Usaha, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian periode

2011--2012 sebagai Wakil Gubernur BEM FP, Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa

(UKPM) TEKNOKRA periode 2010-2011 sebagai Staf Unit Iklan, dan Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Periode 2011--2012 sebagai Sekretaris Bidang

(38)

Alhamdulillahi Rabbil’alamin..

Puji syukur kuhaturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,

hidayah, dan nikmat-Nya yang senantiasa tercurah

pada hamba-Nya,

Serta shalawat kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah

menuntun umat-Nya dari zaman jahiliyah kepada zaman yang

penuh ilmu pengetahuan ini,

Hanya sebuah karya kecil atas hasil pembelajaranku selama ini yang

bisa kupersembahkan kepada orang-orang yang selalu menyayangiku

dalam suka maupun duka,

Ibu, bapak , dan kedua adikku yang tercinta, serta

saudara-saudaraku semua yang telah lama menanti keberhasilanku, serta

(39)

[

SANWACANA

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi ini.

Ucapan terimakasih dengan setulus hati penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P.--selaku pembimbing utama--atas bimbingan,

saran, dan motivasinya;

2. Ibu Dian Septinova, S.Pt., M.T.A.--selaku pembimbing anggota--atas

bimbingan, saran, dan arahannya;

3. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S.--selaku pembahas sekaligus pembimbing

akademik--atas bimbingan, saran, nasihat, dan bantuannya;

4. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Sekretaris Jurusan Peternakan--atas

izin, bimbingan, saran, dan koreksi dalam penulisan skripsi;

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan

Peternakan--atas izin dan bimbingannya;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung--atas izin yang telah diberikan;

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Peternakan--atas bimbingan, saran,

motivasi, dan kesabarannya dalam mendidik;

(40)

--atas izin dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian;

10. Ibu, Bapak, dan kedua adikku tersayang beserta keluarga besar ku--atas

kasih sayang yang tidak pernah terputus, nasihat, dukungan, dan do’a

yang tulus senantiasa tercurah tiada henti bagi penulis;

11. Sahabat-sahabatku tercinta Trisna, Yuni, Wira, Yuza, Desi, dan

Almunizar --atas bantuan, saran, semangat, dan nasihatnya;

12.Teman-teman seperjuangan saat penelitian Elda, Dimas, Ana, Ari--atas

kerjasama dan motivasinya;

13.Teman-teman mahasiswa Jurusan Peternakan angkatan 2007, 2008, 2009,

2010, dan 2011--atas bantuan, kebersamaan, kerjasama, motivasi, dan

kasih sayang yang diberikan;

14. Teman-teman di Asrama Dewi: Mbak Santi, Mbak Sri, Meta, Wanti, dan

Tory--atas motivasinya;

Semoga semua yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan

dan rahmat dari Allah SWT, serta penulis berharap karya ini bisa

bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung,

Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wata’ala atas berkah rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik guna memperoleh

Variabel komitmen organisasi terbukti sebagai variabel intervening dari budaya manajemen syariah ke kinerja karyawan, tetapi tidak untuk gaya kepemimpinan dan

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi konsep partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata buatan di kelurahan meruyung (2) mengidentifikasi konsep pengembangan

Tujuan:    Setelah Setelah melaksanakan melaksanakan PI/PKL PI/PKL mahasiswa mahasiswa memahami tentang manajemen perusahaan/dunia industri memahami tentang manajemen

Tidak ada, guru menggunakan metode pada umumnya seperti metode klasikal, setoran individual Proses pembentukan karakter religius, disiplin, dan tanggung jawab siswa melalui

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

Pihak luar ( terminator/external entity ) dapat berupa sistem lain perankat keras, orang atau organisasi, dalam Sistem Autoresponse ini yang bertindak sebagai

Pada gastritis terjadi respons inflamasi baik akut maupun kronik. Terjadi aktivasi sitokin-sitokin yang menyebabkan terjadinya inflamasi mukosa.. IL-6 dan IL-8 mukosa