3
Transformasi
pesan direksi
Menuju Bisnis Terintegrasi Kelas Dunia
L
ingkungan bisnis ketenagalistrikan di Indonesiatelah berubah, seiring dengan perubahan dan perkembangan ekonomi serta sosial bangsa Indonesia. Usaha bidang pembangkitan semakin kompetitif, pembangkit-pembangkit baru telah bermunculan dan akan terus bermunculan sejalan dengan program 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2014 yang lalu.
Karena industri ketenagalistrikan merupakan industri yang sangat menarik sehingga banyak perusahaan yang berekspansi ke industri ketenagalistrikan khususnya pembangkitan. Perusahaan-perusahaan besar yang selama ini tidak pernah terjun di bidang pembangkitan, tiba-tiba menjelma mejadi kompetitor. Tidak hanya perusahaan lokal dan BUMN, bahkan banyak diantaranya adalah perusahaan dari luar Indonesia dengan kemampuan finansial yang sangat kuat, mereka juga mengusung teknologi baru, serta memiliki tenaga-tenaga kerja kompeten.
Menghadapi perubahan tersebut, mau tidak mau PJB harus melakukan perubahan supaya dapat beradaptasi agar tetap growth dan sustain dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah. Itulah mengapa PJB harus melakukan transformasi perusahaan. Tanpa melakukan transformasi, bukan mustahil perusahaan berjalan di tempat, tertinggal jauh dengan para kompetitor hingga akhirnya hanya akan menjadi penonton dalam kompetisi industri ketenagalistrikan.
Transformasi merupakan proses yang dapat mengantarkan perusahaan survive dan unggul di masa depan. Transformasi telah dimulai dengan merumuskan visi dan misi baru yang sejalan dengan perubahan. Ini sangat penting mengingat visi berperan sebagai pemersatu semua sumber daya. Visi yang kuat dan jelas akan menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh seluruh elemen perusahaan. Menjadi perusahaan terpercaya dalam bisnis pembangkitan terintegrasi dengan standar kelas dunia. Demikian visi baru yang telah
Iwan Agung Firstantara, Direktur Utama
kita rumuskan dan kita sepakati bersama. Apakah transformasi selalu berhasil? Riset yang dilakukan Konsultan The Ken Blanchard Companies menunjukkan bahwa 74% perusahaan bagus dalam melakukan perencanaan.
Namun dari 74% itu hanya 4% yang mampu melakukan eksekusi rencana dengan baik. Transformasi membutuhkan komitmen seluruh elemen perusahaan dari level paling tinggi (top
management) sampai level staf/pelaksana untuk
menjalankan program transformasi secara konsisten.
Perubahan yang terus terjadi pada internal maupun eksternal perusahaan harus dapat diubah menjadi potensi untuk mencapai keunggulan kompetitif. Proses penyusunan Visi – Misi sampai program-program untuk mencapainya telah kita lakukan. Kunci keberhasilan dari keseluruhan proses transformasi ada pada eksekusinya.
Para atasan harus dapat
mengkomunikasikan program transformasi sampai level paling bawah. Agar program-program transformasi dapat tereksekusi dengan excellence, serta dilakukan monitoring atas setiap program transformasi sehingga seluruh action
plan (keputusan atau rencana
kerja) yang telah ditetapkan tereksekusi secara cepat dan akuntabel. Mari kita bertransformasi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan. Kita tidak bisa mengubah arah angin,
namun kita bisa memanfaatkannya untuk mencapai tujuan berlayar.(*)
4 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
Penasihat: Direksi PT PJB | Pemimpin Redaksi: Sekretaris Perusahaan | Redaksi: Bidang Stakeholder Management Jl. Ketintang Baru No. 11 Surabaya Telp. (031) 8283180 (hunting) Psw. 133 | Facsimile: (031) 8298132 | Email: info@ptpjb.com Redaksi menerima tulisan berupa berita, artikel maupun opini. Tulisan diketik dalam satu spasi font 12 sepanjang 2 halaman kuarto. Redaksi berhak melakukan editing dengan tidak mengurangi arti. Naskah dikirim ke redaksi (Bidang Stakeholder Management) atau melalui email: info@ptpjb.com atau fax (031) 8298132.
n
Susunan Redaksi
10
Instruksi Direksi PLNFokus Pencapaian RKaP dan Penurunan BPP
13
Operational Excellence Roll Out Sistem dan Teknologi Pembangkit14
Pengembangan Usaha Berbuah Manis16
EBT, Potensi yang Terabaikan19
ari Basuki,General Manager PLN Tanjung Jati B “Jadilah Orang yang Bisa Diterima”
20
Benchmark Ketengalistrikandi Denmark Energi Terbarukan Kuasai 42% Pangsa Pasar
22
Duta Besar Denmark Kunjungi PLTa & PLTS Cirata23
Dekom Terkesan Melihat Kondisi PLTU Indramayu23
UP Paiton Siap Mendukung Business Excellence24
Bottom Up Sharing Session PJB Belajar Komunikasi yang Efektif26
Miftahul Jannah: “Jadikan Prestasi LombaK3 Sebagai Cermin Keseharian di Unit”
28
Langkah Brilian PLTU IndramayuBlack Start Up Tanpa Menggunakan Start Up Boiler
29
PLTU amurang Kembali Normal30
Bersihkan Sampah di Pantai danTanam Mangrove
32
Penyederhanaan Proses Pengadaan Barang/Jasa Bersifat Rutin dan Leverage36
UP Paiton Rajai PJB Creative Camp39
Info PJB The Best of Private Company Inhouse Magazine34
Pengadaan Barang dan Jasa PJB adopsi Konsep Value For Money40
Batik Binaan UP Brantas Peroleh Hak Cipta40
PJB Peduli Banjir Salurkan Bantuan Makanan dan Obat-Obatan untuk Korban Banjir41
Bupati apresiasi Budidaya Sayuran Hidroponik Binaan UP Paiton42
Kerjasama PJB-Dinas Pendidikan JatimUpaya Ciptakan Tenaga Kerja Siap Pakai di Pembangkitan
44
SIMaNIS PLTU Rembang CegahSertifikasi Expired
45
Solusi Penyaluran Zakat, Infak dan Shodaqoh bagi Karyawan46
Nomophobia Ketakutan Dipisahkan dengan GadgetKunjungan yang didanai oleh Pemerintah Denmark, sebagai bagian dari kerjasama bilateral kedua negara, ini berlangsung selama 6 hari dan mengunjungi berbagai lokasi strategis yang berhubungan dengan sektor energi, terutama ketenagalistrikan di Denmark.
PJB senantiasa berupaya untuk mendukung kelestarian lingkungan dengan memastikan seluruh proses bisnis yang dijalankannya dapat memenuhi standar PROPER.
daftar isi
Unit Pembangkitan (UP) Paiton merajai PJB CreatIve Camp 2017. Dari tiga kategori yang dikompetisikan, Profit, Planet dan People, juara pertama untuk ketiga kategori tersebut disabet UP Paiton. Gagasan yang diusung UP Paiton dinilai sangat menarik dan berpotensi memberikan kontribusi besar terhadap perusahaan.
Info PJB mendapat apresiasi dalam Malam Penghargaan Serikat Perusahaan Pers (SPS) yang digelar semalam Jumat 3 Pebruari 2017 di Jakarta. Majalah internal PJB tersebut mendapatkan penghargaan Bronze Winner untuk kategori The Best of Private Company inhouse Magazine (InMA) 2017.
Seluruh elemen di lingkungan PT PLN (Persero) diminta fokus mencapai target minimum Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017 dengan pencapaian laba sebesar Rp 15,6 triliun. Laba akan meningkat lebih besar dari Rp 20,0 triliun apabila perseroan dapat meningkatkan penjualan dan menurunkan Biaya Pokok Produksi (BPP), sehingga malampaui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.
5 laporan utama
M
enghadapi perubahan itu, mau tidak mau PJB juga harus melakukan perubahan supaya dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut dan sekaligus mengantisipasi perubahan-perubahan yang bakal terjadi. Itulah sebabnya PJB melakukanTRANSFORMASI
KORPORAT
Lingkungan bisnis ketenagalistrikan telah berubah
seiring dengan dinamika perubahan ekonomi dan
sosial di Indonesia. Pembangkit-pembangkit baru
telah bermunculan dan akan terus bertambah sejalan
dengan Program Percepatan 35.000 MW. Begitu juga
pelaku usaha bidang pembangkitan semakin banyak.
Perusahaan-perusahaan besar yang selama ini tidak
pernah berkecimpung di bidang pembangkitan,
tiba-tiba menjelma menjadi kompetitor. Mereka tidak
bisa dianggap remeh karena selain mempunyai
kemampuan finansial yang kuat, mereka juga
mengusung teknologi baru dengan tenaga-tenaga
kompeten.
Terpercaya Dalam Bisnis Pembangkitan Terintegrasi
transformasi perusahaan. Tanpa melakukan transformasi, bukan mustahil perusahaan berjalan di tempat, tertinggal jauh dengan para kompetitor hingga akhirnya hanya akan menjadi entitas purba.
Mind set bahwa PJB selamanya
5 Diretur Utama PJB, Iwan Agung
Firstantara memberikan arahan dalam pertemuan membahas Transformasi Korporasi PJB.
6 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017 laporan utama
akan aman harus dibuang jauh-jauh. Meski anak perusahaan PLN, tanpa melakukan sesuatu, bukan tidak mungkin terpinggirkan oleh pemain-pemain baru.
Sebagai contoh salah satu BUMN di Indonesia yang gagal beranjak dari landasan adalah Merpati airlines. Perusahaan yang berdiri tahun 1962 itu fokus melayani penerbangan di daerah-daerah terpencil. Berbagai gejolak, dinamika dan perubahan yang terjadi pada internal maupun eksternal perusahaan membuat seluruh kegiatan operasional Merpati berhenti pada tahun 2014 lalu.
Direktur Utama PJB, Iwan agung Firstantara memaparkan kondisi eksternal dan internal sebagai pendorong utama PJB melakukan transformasi, antara lain: 1. Kebijakan pemerintah: Program pembangunan
pembangkit 35.000 MW dan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan serta Peraturan Perubahan Nomor 14 Tahun 2017.
2. Kebijakan pemegang saham: mengenai perubahan organisasi induk PLN dan kebijakan revaluasi aset tahun 2015 yang berdampak pada beban penyusutan serta pajak yang semakin tinggi.
3. Persaingan pasar: pembangkit IPP semakin banyak terutama setelah mendapat porsi lebih besar dalam program pembangunan pembangkit 35.000 MW, persaingan yang terjadi dari luar negeri seperti Masyarakat Ekonomi aSEaN (MEa) maupun industri hulu antara lain cadangan gas dan batubara yang semakin menipis.
4. Trend teknologi: mayoritas investasi global merupakan energi baru dan terbarukan serta pemerintah
menargetkan paling sedikit energy mix dari EBT sebesar 25% pada tahun 2025.
5. Kondisi keuangan: pendanaan internal PJB terbatas karena covenant bond PLN.
6. Pangsa pasar: terus menurunnya pangsa pasar penjualan listrik PJB dan meningkatnya BPP/kWh serta penurunan efisiensi pembangkit.
7. Sinergi PJB Raya: tumpang tindih kapabilitas dan portofolio bisnis akibat belum optimalnya corporate
charter PJB Raya.
8. Produktivitas: produktivitas perusahaan (MW/pegawai) terus menurun.
9. Kompetensi: kompetensi bidang bisnis belum optimal serta sebagai catatan bahwa hasil kinerja tahun 2016 pada indikator utama pembangkitan banyak yang tidak tercapai.
BERaWaL DaRI VISI
Transformasi dimulai dengan merumuskan visi dan misi baru yang sejalan dengan perubahan. Ini sangat penting mengingat visi berperan sebagai pemersatu semua sumber daya. Visi yang kuat dan jelas akan menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh seluruh elemen perusahaan sehingga akan tergambar dalam setiap aktivitasnya.
“Menjadi perusahaan terpercaya dalam bisnis
pembangkitan terintegrasi dengan standar kelas dunia.” Demikian visi baru yang telah dirumuskan, menggantikan visi sebelumnya. Visi baru ini mengandung makna : • PJB adalah perusahaan yang menjalankan dan
mengembangkan usahanya sesuai dengan tata kelola perusahaan dan performa finansial yang baik sehingga meningkatkan kredibilitas perusahaan untuk menjadi pilihan utama dalam melakukan bisnis.
• Menambah fokus dalam pengembangan bisnis tanpa meninggalkan operational excellence.
• Bergerak dalam bisnis pembangkitan tenaga listrik yang terintegrasi secara horizontal (end-to-end pembangkit) dan vertikal (energi primer-pembangkit-transmisi). Pengembangan perusahaan akan berfokus dan didasari di pembangkitan sebagai bidang yang dikuasai PJB. Selain bisnis, integrasi juga akan berada pada resource PJB untuk seluruh anak perusahaan dan perusahaan afiliasi.
• PJB bertekad untuk mampu tumbuh dan mencapai kinerja kelas dunia baik dari sisi operasional, keuangan,
7 laporan utama
dan bisnis pada tingkat regional dan global.
Sejalan dengan perubahan visi, maka misi perusahaan juga dilakukan perubahan. ada tiga misi yang diemban PJB, yaitu:
• Memberikan solusi dan nilai tambah dalam bisnis pembangkitan terintegrasi untuk menjaga kedaulatan listrik nasional.
• Menjalankan bisnis pembangkitan secara berkualitas, berdaya saing dan ramah lingkungan.
• Mengembangkan kompetensi dan produktivitas human
capital untuk pertumbuhan yang berkesinambungan.
Perubahan visi dan misi perusahan tersebut
ditindaklanjuti dengan perumusan strategic goal PJB, yang diikuti dengan penyusunan strategy map yang didasarkan kondisi internal dan eksternal PJB. Masing-masing strategic
goals memiliki strategic initiatives yang merupakan
sekelompok program, sub-program dan kegiatan yang harus dieksekusi oleh seluruh elemen perusahaan.
Direktur Utama PJB, Iwan agung Firstantara, dalam Rapat Kerja yang berlangsung di Surabaya 16-17 Februari 2017 menjelaskan, ada lima sasaran strategis PJB yang hendak dicapai dalam kurun waktu lima tahun ke depan (2017-2021), yaitu:
1. Strengthen Market Positioning dengan target
pencapaian; pembangkit eksisting dan IPP meningkat menjadi 20.000 MW, jasa operation and maintenance 18.000 MW, jasa Engineering, Procurement and
Construction (EPC) Rp 12 triliun, dan income commercial market mencapai 25%.
2. Improve Financial Performance dengan target
7 Gambar 1. Penjabaran Visi – Misi ke dalam Program Kerja (Source RJPP PJB 2017 – 2021)
Direktur SDM dan Administrasi PJB, Suharto menyampaikan paparan tentang Transformasi Direktorat SDM.
8 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
pencapaian: Return of asset (ROa) 3,2%, operating
margin 10,4%, dan EBITDa Margin 19,7%.
3. Best in Operational Excellent dengan target pencapaian:
top 10% NERC untuk pembangkit eksisting, dan top 25% NERC untuk pembangkit FTP-1.
4. Most Productivity Power Company dengan target
pencapaian: GWH jual/pegawai 12,6, dan laba/pegawai Rp 1,5 Miliar.
5. Most Trusted and Prefered Company dengan target
pencapaian: quality partners 75 percent, Platts and
Asian Power Award, dan Moody’s Credit Rating Malcolm Baldrige Industry Leader.
Manajemen PJB optimis mampu mewujudkan sasaran strategis 2021 tersebut. Direktur Pengembangan dan Niaga, Hengky Heru Basudewo mengatakan, saat ini pembangkit eksisting dan IPP yang dikelola PJB sekitar 10.000 MW, sehingga diperlukan penambahan kurang lebih 10.000 MW dengan cara berpartisipasi sebagai Independent Power
Producer (IPP) dalam program 35.000 MW.
Beberapa proyek yang saat ini dalam tahap pelaksanaan konstruksi, diantaranya: PLTU Jawa 7 (2 x 1.000 MW), PLTU Mamuju (50 MW), dan segera disusul PLTa Batang Toru (510 MW), serta sejumlah proyek dalam tahap pengembangan seperti PLTU Banten (2 x 1.000 MW), PLTGU Jawa 3 (800 MW), PLTGU Sumbagut 1, 3, 4 (750 MW), PLTU Sumsel 6 (600 MW), serta sejumlah proyek yang masih dalam tahap studi kelayakan.
Potensi industri
ketenagalistrikan Indonesia dengan adanya program 35.000 MW telah menyebabkan peningkatan persaingan antar pemain lokal
maupun asing. Banyak perusahaan lokal dan asing seperti Pertamina, Medco, Shanghai Electric Corporation (China), Marubeni (Jepang) dan sebagainya, terjun dalam bisnis pembangkitan di Indonesia. Demikian halnya kompetisi dalam bisnis jasa operation and maintenance maupun EPC, semakin meningkat dengan masuknya pemain-pemain baru. Kehadiran mereka tidak dapat disepelakan karena didukung kemampuan finansial yang kuat, memiliki tambang energi primer, dan diantara mereka merupakan
manufacture peralatan industri listrik.
Untuk itu PJB perlu meningkatkan strategic stakeholder
relationship, memperkuat strategic parnership dan
pendanaan, mengembangkan paket-paket pekerjaan untuk jasa operation and maintenance, mencari peluang usaha jasa
operation and maintenance di luar negeri, dan
terobosan-terobosan lain.
PJB menetapkan arah perkembangan perusahaan sebagai berikut:
Gambar 2. Arah Pengembangan PJB (Source RJPP PJB 2017 – 2021) laporan utama Direktur Operasi 2 PJB, Miftahul Jannah sampaikan paparan tentang Transformasi Direktorat Operasi. Suasana penyusunan road map terkait Transformasi Korporasi PJB.
9 9 • Operational Excellence + Business Excellence
PJB akan mengembangkan kapabilitas business
excellence untuk pengembangan pasar dengan tetap
meningkatkan kapabilitas operational excellence dalam pengoperasian pembangkit.
• Digitalization & Customization Service Manajemen
Aset (MA)
Penekanan pada optimasi teknologi dan proses manajemen asset yang efektif dan efisien sebagai dasar pengelolaan seluruh unit pembangkit yang masuk dalam lingkup PJB baik pembangkit eksisting maupun pembangkit jasa O&M.
• PJB Raya Terintegrasi
adanya integrasi antar lini bisnis dan portfolio produk dan jasa yang ditawarkan PJB Raya sebagai strategi pengembangan bisnis agar dapat lebih bersaing di pasar kelistrikan yang lebih kompetitif.
• Regulated Business + Go-to-market
Fokus pengembangan tidak hanya bertumpu pada PLN, namun juga akan ke pasar luar dengan mengusung prinsip
cost leadership and excellence agar dapat bersaing dengan
kompetitor lokal maupun global. • Asset Based + Investment Based
Asset PJB tidak lagi hanya diukur dari kepemilikan
pembangkit eksisting, tetapi juga kepemilikan saham di IPP atau bisnis-bisnis lainnya.
Terkait dengan tranformasi perusahaan, PJB telah menyusun blueprint strategi selama periode 15 tahun, yang digambarkan pada diagram (gambar 3).
Roadmap transformasi fokus pada blue print 5 tahun pertama, yaitu “Core business expansion through capabilities optimization” PJB akan memperkuat kapabilitas dari tiap lini bisnis sebagai tahapan awal transformasi. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kesiapan PJB dalam melakukan ekspansi bisnis serta pasar di periode-periode berikutnya.
Program tranformasi korporat tersebut untuk dapat berhasil tentu membutuhkan dukungan seluruh insan PJB. Disamping itu, diperlukan unsur-unsur pendukung, seperti:
• adanya tata kelola dan struktur program transformasi yang jelas untuk memastikan seluruh pihak memahami tanggung jawab dan peranannya.
• adanya waktu yang cukup, sumber daya yang terlatih, dan target hasil yang dapat diukur secara jelas.
• Memastikan program quick wins berhasil dilakukan pada tahapan awal transformasi untuk mendapatkan kepercayaan stakeholder pada program transformasi secara keseluruhan.
• adanya tim khusus untuk melakukan sosialisasi dan mengawal eksekusi seluruh program transformasi sehingga organisasi dapat memahami dengan cepat beradaptasi dengan arah transformasi.
• adanya integrasi dan sinergi antara pihak-pihak yang menjalankan program transformasi. (*)
laporan utama
10 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
D
emikian antara lain instruksi Direksi PT PLN (Persero) yang disampaikan Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero), Nicke Widyawati, di depan peserta Rapat Kerja PJB 2017 di Surabaya. Rapat Kerja berlangsung 16-17 Pebruari 2017, diikuti Direksi PJB, Direksi anak Perusahaan, para senior leader dan Genaral Manager (GM) Unit.Sedangkan untuk unit kerja dan anak perusahaan, Direksi PT PLN (Persero) menginstruksikan supaya: • Meningkatkan pertumbuhan penjualan tenaga listrik
minimum sama dengan target tahun 2017.
• Meningkatkan kehandalan pembangkit (EaF, CF, SFC dan NPHR), transmisi,
gardu induk dan distribusi (menurunkan susut jaringan).
• Melakukan pengendalian
terhadap pencapaian target-target fisik maupun finansial secara konsisten dengan disertai mitigasi menyeluruh terhadap kendala dan risiko.
• Efisiensi pada pembelanjaan anggaran yang memenuhi asas Good Corporate Governance (GCG).
• Menghindari praktek inefisiensi dalam pengelolaan sumber daya serta bertindak cepat dan tegas terhadap setiap kebocoran dan penyelewengan.
Dalam kesempatan itu Nicke Widyawati memaparkan kinerja operasi dan keuangan PT PLN (Persero), dimana penjualan tahun 2016 diperkirakan sebesar 216,7 TWh atau sedikit dibawah target yang ditetapkan sebesar 219,4 TWh. Pertumbuhan penjualan pada golongan pelanggan non subsidi diestimasikan naik 6,9% ekuivalen dengan 8,9 TWh dari 129,9 TWh (2015) menjadi 138,9 TWh (2016), sementara
FOKUS PENCAPAIAN RKAP DAN PENURUNAN BPP
raKEr
Instruksi Direksi PLN
Seluruh elemen di lingkungan PT PLN (Persero) diminta fokus mencapai target
minimum Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017 dengan pencapaian
laba sebesar Rp 15,6 triliun. Laba akan meningkat lebih besar dari Rp 20,0 triliun apabila
perseroan dapat meningkatkan penjualan dan menurunkan Biaya Pokok Produksi (BPP),
sehingga melampaui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.
10 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero), Nicke Widyawati, memberikan arahan dalam Raker PJB 2017.
11
pertumbuhan penjualan pada golongan pelanggan bersubsidi diestimasikan naik 6,7% ekuivalen dengan 4,9 TWh dari 72,9 TWh (2015) menjadi 77,8 TWh (2016).
Produksi dengan bahan bakar gas mengalami kenaikan terutama karena konsumsi pada PLTG arun 184 MW, PLTMG Bangkanai 155 MW dan PLTMG Pesanggaran 125 MW. Sedangkan produksi dengan bahan bakar batubara belum mencapai target RKaP 2016, karena tertundanya COD PLTU Tenayan (2 x 110 MW), PLTU Kalbar 1 (2 x 50 MW), PLTU Kalbar 2 (2 x 27,5 MW), PLTU Kalbar 3 (2 x 50 MW), PLTU Kalteng (2 x 60 MW), PLTU Kaltim (2 x 110 MW), PLTU Lombok (2 x 25 MW) dan PLTU ambon (2 x 15 MW). Prognosa EaF tahun 2016 sebesar 80,8% lebih kecil dibandingkan target RKaP (83,5%) disebabkan rendahnya EaF PLTU Indramayu 1, PLTU Pacitan 2, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Bukit asam I, PLTU Ombilin 2, PLTU Sebalang yang berdampak naiknya pemakaian BBM di sistem Sumatera sehingga BBM dalam fuel mix masih lebih besar dari target.
Dari sisi keuangan, pendapatan penjualan tenaga listrik diperkirakan sebesar Rp 212,5 triliun dari target Rp 227,4 triliun, akibat turunnya volume penjualan sebesar 2,7 TWh (ekuivalen Rp 2,6 triliun) dan perbedaan harga jual antara target dan prognosa 2016 sebesar Rp 55,8/kWh (ekuivalen dengan Rp 12,1 triliun). Prognosa laba usaha sebelum subsidi lebih rendah dibandingkan target RKaP 2016 dari negatif Rp 26,4 triliun menjadi negatif Rp 30,3 triliun. Subsidi listrik 2016 diestimasikan Rp 62,1 triliun lebih rendah dari RKaP 2016 sebesar Rp 66,7 triliun. Laba Bersih tahun 2016 diestimasikan sebesar Rp 11,1 triliun.
Direktur Perencanaan Korporat PLN juga mengungkapkan beberapa hal yang disebutnya sebagai anomali. Diantaranya: • Pada tahun 2016, meskipun tarif PLN tidak terendah
dibandingkan negara lain, pada kenyataannya masih lebih rendah dari BPP, sehingga penjualan listrik non subsidi mengalami kerugian Rp 6,8 triliun. Sebagai perusahaan PSO, harga jual/tarif tenaga listrik dibatasi dengan ceiling
price, sedangkan BPP terdiri dari unsur controllable dan uncontrollable sesuai dengan mekanisme pasar. apabila
PLN tidak dapat melakukan efisiensi atas biaya controllable (seperti biaya pemeliharaan, NPHR, SFC dan biaya operasional lainnya), maka BPP akan lebih tinggi dari harga jual/tarif. Sedangkan unsur yang uncontrollable, PLN dapat melakukan upaya memperoleh biaya energi yang lebih murah (misalnya penguasaan sektor hulu energi batubara dan strategic partnership dengan hulu migas).
• PLN menguasai dan mengoperasikan pembangkit sebesar 53.541 MW (82,9%), sementara Independent Power Producer (IPP) menguasai 11.064 MW (17,1%)/ akan tetapi produksi tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit milik PLN hanya mencapai 185,1 TWh (74,5%) dengan target Capacity Factor (CF) 62%, sedangkan produksi IPP sebesar 63,5 TWh (25,5%) dengan target CF 80%. Segenap elemen perseroan diminta untuk mengupayakan peningkatan prosentase produksi tenaga listrik melalui perbaikan EaF dan penurunan EFOR pembangkit. • Biaya pemeliharaan pembangkit PLTU mengalami kenaikan
rata-rata sebesar 46,3% per tahun, namun tidak diiringi dengan
raKEr
12 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
perbaikan kinerja aset baik EaF maupun CF. Sedangkan biaya pemeliharaan fungsi distribusi mengalami kenaikan rata-rata sebesar 18% per tahun, tidak sebanding dengan pertumbuhan penjualan yang rata-rata hanya mencapai 5,5% per tahun. Setiap elemen organisasi Perseroan diminta untuk melakukan evaluasi terhadap efektifitas dan profitabilitas dari penggunaan anggaran pemeliharaan aset.
Menurut Nicke, terdapat sejumlah potensi efisiensi di tahun 2017 senilai Rp 8,90 triliun, yang antara lain:
• Efisiensi belanja Rp 3,5 triliun. • Capacity factor PLTU Rp 2,6 triliun. • SFC BBM Rp 131,3 miliar.
• SFC Batubara Rp 714,8 miliar. • Susut Jaringan Rp 2,5 miliar. • Umur stok BBM Rp 86,8 miliar. • Umur stok material Rp 60,4 miliar. • COD proyek Rp 1,8 triliun.
Kondisi PT PLN (Persero) akan sangat menjanjikan apabila target-target pembangunan pembangkit, transmisi, jaringan distribusi, serta pembangunan gardu-gardu induk dalam program 35.000 MW dapat tercapai secara tersinkronisasi dan diserap dengan baik oleh para pelanggan. Begitu juga target efisiensi di bidang operasi (EAF dan CF bagus, NPHR, SFC, susut dan biaya pemeliharaan rendah) dapat dicapai. Dengan demikian target rasio elektrifikasi dapat terpenuhi, BPP lebih efisien, harga penjualan memadai. “Ini merupakan tantangan yang sangat berat. Tidak ada jalan lain bagi seluruh elemen organisasi di PLN mulai dari jajaran paling atas sampai dengan jajaran pelaksana, harus bekerja dengan penuh disiplin, dedikasi yang tinggi serta melakukan evaluasi dan monitoring efektivitas pelaksanaannya. Kealpaan dari salah satu elemen saja akan mengakibatkan distorsi beban yang sangat signifikan bagi PLN kedepan,” kata Nicke Widyawati.
Sebaliknya, kata Nicke Widyawati apabila ada salah satu target yang tidak tercapai, risikonya sangat besar. Misalnya, saat ada pembangkit IPP yang telah selesai on time sementara transmisi, gardu dan infrastruktur lainnya belum selesai, akan ada risiko reputasi dan finansial take or pay yang magnitude-nya tergantung dari besarmagnitude-nya pembangkit yang tidak dapat dievakuasi. Sebagai ilustrasi, setiap 1.000 MW take or pay atas kontrak misalnya 6 cent/kwh, Rp Rp 5.47 Trilyun per tahun.
Risiko lainnya adalah take or pay atas energi primer gas dan panas bumi. Maka akan terjadi financial stress yang signifikan karena masih harus membayar pokok dan bunga atas proyek PLN sendiri sehingga dapat mengakibatkan cross default atas hutang PLN.
“Hal–hal tersebut harus menjadi perhatian bersama agar terhindar dari kemungkinan risiko yang bisa terjadi. Maka dari itu mulai sekarang kita harus melakukan langkah-langkah yang nyata dan terarah serta evaluasi dan monitoring yang sistematis maupun sistem reward and punishment yang terukur dan jelas,” kata Nicke.
Di tahun 2017 ini perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 8,0% (dibandingkan prognosa 2016) dengan fokus pada penambahan pelanggan dan pertumbuhan penjualan pada golongan industri dan bisnis. Perseroan akan mendorong efisiensi operasi melalui perbaikan EAF pembangkit dari 80,8% menjadi 82,7%, menurunkan konsumsi BBM dari 4,4 juta kilo liter
menjadi 3,3 juta kilo liter, serta meningkatkan penggunaan gas alam dari 514,4 TBTU menjadi 529,4 TBTU dan meningkatkan pemakaian batubara dari 50,0 juta ton menjadi 56,0 juta ton.
apabila perseroan dapat beroperasi sesuai dengan target yang ditetapkan dalam aPBN 2017, maka perseroan memiliki potensi untuk membukukan laba bersih sebesar Rp 20 triliun. Namun jika operasional tahun 2017 mengikuti trend tahun 2016, maka akan terjadi penurunan laba sebesar Rp17,4 triliun, sehingga laba bersih tergerus menjadi hanya Rp 3,6 triliun.
Terkait dengan penugasan ke anak perusahaan, Nicke menilai penugasan yang diberikan selama ini berjalan baik. Kendati demikian masih perlu diefektifkan. Proyek IPP dalam RUPTL 10 Tahun langsung diidentifikasi mana yang akan ditugaskan ke anak perusahaan. Kejelasan penugasan sejak dini akan meningkatkan tingkat kesuksesan proyek karena anak perusahaan bisa langsung menyiapkan key factors seperti: FS, lahan, calon partner, akuisisi tambang batubara, optimalisasi transportasi penyediaan energi primer. Selain itu kebutuhan dan sumber pendanaan dapat direncanakan dengan lebih baik. Pembagian tugas antara Indonesia Power dan PJB juga akan diperjelas dengan membangun sistem pembagian penugasan antara lain mempertimbangan
economies of scale (misal regionalisasi: Sumatera dibagi dua,
Sumbagut PJB dan Sumbagsel IP, dan seterusnya). Penugasan IPP akan dilakukan secara terintegrasi. Jasa operation and maintenance pembangkit IPP wajib dilaksanakan oleh anak perusahaan untuk menjaga kendali PLN atas operasional pembangkit di Sistem Kelistrikan (IP & PJB).
Khusus kepada PJB, Direksi PLN minta supaya PJB di tahun 2017 ini memberikan kontribusi berupa:
• Akselerasi perbaikan EAF, EFOR, dan NPHR PLTU FTP-1 untuk meningkatkan CF pembangkit murah.
• Perbaikan NPHR PLTU Eksis milik PJB untuk menurunkan BPP. • Zero Accident.
• Meningkatkan kontribusi laba dari perusahaan afiliasi dan bisnis jasa diluar PLN.
• Melakukan efisiensi pembelanjaan anggaran.
• Melaksanakan proyek penugasan agar on quality, on time, &
on cost.
• Mengawal efektivitas dan efisiensi anak perusahaan baru di bisnis penyediaan sparepart. (*)
raKEr
13
S
alah satu dari lima sasaran strategis PJB tahun 2017 – 2021 adalah best in operational excellence, dengan target pencapaian Top 10% NERC untuk pembangkit eksisting dan Top 25% NERC untuk pembangkit Fast Track Program Tahap Pertama (FTP-1). Untuk mencapai sasaran tersebut, Direktorat Operasi PJB akan melakukan roll out sistem (teknologi) LCCM pada pembangkit yang dioperasikan PJB, dan mejadikan Unit Paiton pilot project .Selain itu, Direktorat Operasi juga menjadikan PJB Engineering Excellence Center sebagai center untuk research & innovation, engineering, dan technical support, serta remote engineering untuk predictive maintenance, melakuikan penyempurnaan sistem dan tata kelola aset manajemen kelas dunia, pengembangan kontrak batubara dan gas jangka panjang, peningkatan efisiensi energi primer, serta melakukan transformasi LK3.
Direktur Operasi I PJB, Yuddy Setyo Wicaksono menjelaskan, tujuan program roll out sistem (teknologi) LCCM pada pembangkit adalah untuk menghasilkan kajian komprehensi untuk keputusan apakah pembangkit dipertahankan, direhabilitasi, di-up grade/repowering, direlokasi atau di-demolish, serta menyusun road map pengembangan pembangkit existing. Sebagai pilot project program roll out sistem (teknologi) LCCM adalah UP Paiton untuk selanjutnya diteruskan ke seluruh unit PJB. Program tersebut dijalankan melalui pengembangan program LCCM secara sistematis, pengembangan kapabilitas personil dan infrastruktur, integrasi sistem IT, Remaining Life Assessment (RLa), evaluasi new technology, mapping dan forecasting
electricity market demand, serta menyusun rekomendasi
secara berkala. Tantangannya cukup berat, karena decicion
criteria untuk plant life cycle optimization sebagai anak
perusahaan PLN dan IPP belum ada. Dibutuhkan analisa dan integrasi data yang valid, akurat, accountable dan
continuous.
Sedangkan program pengembangan kontrak batubara jangka panjang bertujuan untuk memastikan keamanan
supply di pembangkit eksisting PJB dan terciptanya coal mix yang optimal. Begitu juga program pengembangan
kontrak gas jangka panjang bertujuan untuk memastikan keamanan supply di pembangkit eksisting PJB, dan mencari pasokan gas alternatif yang lebih murah. Sementara program peningkatan efisiensi energi primer dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, menurunkan emisi, menjaga keamanan pasokan energi primer dan memastikan kualitas
bahan bakar sesuai yang dipersyaratkan.
Untuk transformasi K3, sasaran utama transformasi K3 adalah terciptanya kondisi kerja yang aman dan ramah lingkungan untuk stakeholders, asset dan mengurangi probabilitas terjadinya kecelakaan kerja pada manusia, lingkungan, aset, dan kelangsungan bisnis perusahaan. Untuk itu Direktorat Operasi telah menyusun road map sebagaimana terlihat pada diagram I (Road map K3).
Tahun 2017 ini PJB mantargetkan PROPER Emas untuk salah satu unit pembangkit eksisting melalui perbaikan implementasi CSR dan inovasi lingkungan. Sedangkan untuk pembangkit FTP-1 dalam proses penyiapan PROPER Biru, serta standarisasi house keeping & landscaping. Direktorat Operasi berkomitmen memenuhi segala ketentuan perijinan lingkungan, penurunan emisi gas buang, peningkatan konservasi energi. Selain itu juga berkomitmen menjalankan 23 program K3 yang sudah disepakati PLN, menerapkan
safety management (SMK3), menerapkan 5S di seluruh level
bidang (budaya kerja) & penataan landscapping, serta roll
out LK3 percontohan di FTP-1 dan penerapan di seluruh JOM
Jawa maupun Luar Jawa. (*)
Operational Excellence
ROLL OUT SISTEM DAN TEKNOLOGI PEMBANGKIT
Diagram Road Map K3
OpEratiOnal ExcEllEncE
Direktur Operasi 1 PJB, Yuddy Setyo Wicaksono (atas) dan Direktur Operasi 2 PJB, Miftahul Jannah (bawah), saat menyampaikan Rencana Strategis Direktorat Operasi 1 dan 2 tahun 2017.
14 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
Y
ang sangat membanggakan, usahajasa operation and maintenance yang dilakukan bersama Komipo melalui
Joint Venture Company (JVC) PT Komipo
Pembangkitan Jawa-Bali (K-PJB). Dari Rp 11 Miliar dana yang disetorkan pada tahun
2011, kini telah menghasilkan deviden sebesar Rp 139 Miliar. “Pengembangan usaha terus kita lakukan,” kata Direktur Utama PJB, Iwan agung Firstantara, ketika memberi sambutan dalam Coffee Morning yang berlangsung Rabu, 25 Januari 2015.
Pengembangan usaha antara lain dilakukan melalui:
• Pengembangan investasi IPP dalam proyek 35.000 MW.
• Jasa Engineering, Procurement and
Construction (EPC) dan operation and maintenance di energi baru dan
terbarukan (EBT) lainnya.
• Pengembangan IPP untuk pembangkit EBT.
• Pengembangan IPP di captive power. • Pengembangan produk dan service
dari core capability operation and
maintenance, EPC, teknologi
informasi).
• Jasa PMO pembangkit 35.000 MW • Inisiasi terminal energi primer (Coal
Terminal & LNG Terminal)
• Inisiasi jasa operation and maintenance, EPC, IT di captive market sektor pembangkitan, dll.
PENGEMBANGAN USAHA
BerBuah MaNIS
Pengembangan usaha yang dilakukan PT Pembangkitan Jawa-Bali
(PJB), baik dalam usaha jasa kepemilikan Independent Power Producer
(IPP) maupun jasa operation and maintenance membuahkan hasil
yang ‘manis’. Penyertaan saham di PT Bajra Daya Sentra Nusa (BDSN)
sebesar Rp 379 Miliar telah menghasilkan deviden sebesar Rp 213
Miliar, sedangkan penyertaan saham di PT Sumber Segara Primadaya
(S2P) sebesar Rp 455 Miliar telah menghasilkan deviden sebesar
Rp 156 Miliar. Aset awal PJB di S2P sebesar Rp 1,83 Triliun kini telah
berkembang menjadi Rp 6,86 Triliun. Kapasitas pembangkit yang
semula 2 x 300 MW kini telah berkembang menjadi 2.260 MW (1.260
beroperasi, 1.000 MW dalam proses konstruksi).
cOffEE mOrning
15 Secara umum pencapaian kinerja
keuangan 2016 menggembirakan, dimana laba bersih mencapai Rp 2.372 Milyar atau 140,48% persen dari Rencana Kerja dan anggaran Perusahaan (RKaP) 2016. Kendati demikian, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian karena berpotensi mengurangi pendapatan, diantaranya adalah harga jual dan NPHR, serta kondisi dan kualitas aset FTP-1. Kondisi dan kualitas aset PLTU FTP-1 masih perlu peningkatan yang signifikan sedangkan target NPHR dari tahun ke tahun dituntut lebih efisien. Diperlukan strategi, komitmen dan kerja keras untuk menghasilkan program-program yang handal dan berkualitas, dengan kemampuan eksekusi yang baik sehingga peningkatan kualitas aset dan target kinerja dapat tercapai sesuai dengan harapan stakeholder.
“Keandalan dan efisiensi pembangkit
harus selalu ditingkatkan supaya Biaya Pokok Produksi (BPP) Tenaga Listrik semakin turun. Hal ini akan berdampak langsung pada peningkatan kinerja keuangan PJB dan PLN, serta meningkatkan kepercayaan stakeholder kepada PJB dalam mengelola aset pembangkitan,” kata Direktur Keuangan PJB, Tjutju Kurnia Sutjiningsih saat memaparkan kinerja keuangan 2016 dalam
Coffee Morning tersebut.
Coffee Morning berlangsung di PJB
kantor Pusat, diikuti 18 unit yang tersebar di Indonesia melalui sarana teleconference. Selain silaturahmi dengan karyawan kantor pusat dan unit, acara rutin yang dikemas dengan suasana santai tersebut ditujukan untuk memaparkan berbagai informasi strategis yang perlu diketahui oleh karyawan. acara diawali dengan sapaan
hangat Direktur Utama PJB, Iwan agung Firstantara ke seluruh unit yang hadir pada telekonferensi. Suasana penuh keakraban diselingi canda mewarnai perbincangan Direktur Utama PJB dengan manajemen serta karyawan unit. Dirut menanyakan seputar kondisi dan isu terkini unit.
Paparan direksi seputar hasil RUPS dan rencana startegis PJB di tahun 2017 menjadi agenda inti Coffee Morning. Selepas paparan, unit diberikan kesempatan untuk melontarkan pertanyaan, pendapat ataupun masukan seputar paparan tersebut. Rangkaian acara kemudian ditutup dengan soft launching Mars dan Hymne PJB. Seluruh karyawan yang hadir termasuk yang berada di unit-unit berdiri menyanyikan mars dan hymne tersebut dipandu paduan suara karyawan serta video yang ditayangkan pada layar
teleconference. (dwk)
PENGEMBANGAN USAHA
BerBuah MaNIS
cOffEE mOrning
16 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
D
ata di Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menyebutkan cadangan EBT di Indonesia untuk pembangkit tenaga listrik adalah sebagai berikut:Melihat potensi tersebut, tidak berlebihan apabila pemerintah selalu mendorong pemanfaatan EBT dengan menetapkan target pemanfaatan EBT pada tahun 2025 mencapai 23
persen, setara dengan pembangkit berkapasitas total 45.000 MW, dengan rincian: • PLT Panas Bumi 7.200 MW. • PLT Hidro 17.900 MW. • PLT Mikrohidro 3.000 MW. • PLT Bioenergi 5.500 MW. • PLT Surya 6.500 MW. • PLT Angin 1.800 MW. • PLT EBT lainnya 3.000 MW.
Menurut Sekretaris Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana MSc, ada banyak alasan mengapa pemerintah mendorong pemanfaatan EBT, diantaranya:
• EBT tersedia di semua daerah. • Energi fosil akan terus berkurang,
harga akan semakin mahal, dan subsidi BBM meningkat. • Ramah lingkungan, mengurangi
emisi gas rumah kaca. • Pemanfaatan EBT akan
menjamin pembangunan secara berkelanjutan.
• Pemanfaatan EBT akan meningkatkan ekonomi lokal. • Pemanfaatan EBT akan menjamin
Ketahanan Energi Nasional. Sampai saat ini, ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil masih tinggi, dengan dominasi minyak bumi mencapai 46 persen, batubara 26 persen, dan gas bumu 23 persen. Sementara pemanfaatan EBT baru sekitar 5 persen. Cadangan minyak bumi yang sekarang tinggal 3,6 miliar barel diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 13 tahun, sedangkan gas bumi dengan cadangan 100,3 TSCF akan habis dalam 34 tahun.
Potensi dan kebijakan yang ditetapkan pemerintah terkait Energi Baru Terbarukan (EBT) perlu ditinjau lebih dalam terutama dari perspektif teknologi pembangkitan. Hal ini agar pengembangan bisnis EBT yang dilakukan tepat guna
No. Jenis Energi Potensi Kapasitas Terpasang Pemanfaatan
1. air 19.000 MW 5.250 MW 28% 2. Surya 560.000 MW 70 MW 0,013% 3. Panas Bumi 29.000 MW 1.440 MW 5% 4. angin 107.000 MW 3,61 MW 0,0034% 5. Bioenergi 34.000 MW 1.740 MW 5,1% 6. Energi Laut 61.000 MW 0,28 MW 0,0005%
EBT,
Potensi yang Terabaikan
EBt
Potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk pembangkit
tenaga listrik di Indonesia sangat besar, mencapai lebih dari
810.000 MW. Potensi EBT yang demikian besar masih terabaikan,
karena yang dimanfaatkan baru sekitar 8.780 MW atau 1,1
persen. Hal ini tentu tidak sesuai dengan visi pengelolaan
energi nasional, yaitu; “Terwujudnya pengelolaan energi yang
berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
dengan memprioritaskan pengembangan energi terbarukan dan
konservasi energi dalam rangka mewujudkan kemandirian dan
ketahanan energi nasional.”
16 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
Anggota DEN, Tumiran mempresentasikan makalah berjudul Prospek EBT mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional, dengan moderator Kepala Satuan Teknologi PJB, Teguh Wijayanto.
17 dalam memanfaatkan potensi
yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia, serta pemilihan teknologi pembangkitan yang sesuai dengan potensi tersebut. Untuk itu Satuan Teknologi PJB mengadakan seminar yang didedikasikan terhadap EBT dengan tajuk Tinjauan Potensi
& Pengembangan Energi Baru Terbarukan dalam Perspektif Teknologi Pembangkitan.
Seminar yang dibuka Direktur Operasi II PJB, Miftahul Jannah itu
berlangsung selama dua hari, 20-21 Pebruari 2017 di Novotel Hotel Surabaya, menghadirkan sejumlah pembicara, diantaranya:
• DR Ir Tumiran M.Eng. dari Dewan Energi Nasional.
• Dadan Kusdiana MSc, Sekretaris Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
Kementerian ESDM. • Dr. Surya Darma, Ketua
Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia.
• Dr Agus Nurrohim dari Balai Besar Teknologi Konservasi Energi BPPT. • Tri Mumpuni, socialpreneur di
bidang EBT.
• Agussalim Syamsuddin dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) PT PLN (Persero). • Adi Surjosatyo dari Pengkajian
Energi Universitas Indonesia. “PJB berkomitmen dalam pengembangan EBT, bahkan membentuk divisi khusus yang difokuskan terhadap pengembangan
EBT,
Potensi yang Terabaikan
EBt17
Tabel Share Pembangkit Listrik EBT dari Total Pembangkit Listrik
Peserta seminar serius menyipak pemaparan para pemateri. Ketua Umum METI, Surya Darma mempresentasikan potensi energi terbarukan dan teknologi pembangkitan yang tepat diimplementasikan.
18 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017 EBT
EBT,” kata Miftahul Jannah. PJB memiliki sejumlah pembangkit EBT (PLTA dan PLTS) dengan total kapasitas sekitar 1.300 MW. Pengembangan terus dilakukan, diantaranya membangun PLTA Batang Toru 510 MW yang merupakan PLTA terbesar di Indonesia, PLTA Merebo 59 MW, PLTA Sibundong 120 MW dan PLTA Karangkates 137 MW. PJB juga telah menandatangani
Memorandum of Understanding (MoU)
dengan PT PLN (Persero) untuk pengembangan EBT di kawasan Sumatera, serta sedang melakukan penjajakan kerjasama dengan perusahaan pengolah kelapa sawit dalam memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Dadan mengapresiasi langkah PJB yang sedang menjajaki kerjasama dengan perusahaan pengelola kepala sawit untuk membangun PLTBM Kelapa Sawit. Menurut Dadan, potensi kelapa sawit di Indonesia sangat besar. “Indonesia kaya kelapa sawit. Kita mempunyai sekitar 1.000 pabrik pengolah kelapa sawit. Kalau setiap pabrik kelapa sawit itu menghasilkan listrik 4-5 MW saja, maka kalau kita fokus ke satu itu (kelapa sawit) kita akan mendapat tambahan pembangkit 4.000 hingga 5.000 MW dalam 2 tahun. Kalau semuanya bekerja bareng, target pemanfaatan EBT 23 persen di tahun 2025 tentu tercapai,” kata Dadan sembari menambahkan, “Membangun PLTBM Kelapa Sawit hanya butuh waktu dua tahun.”
Ia mengingatkan bahwa konsumsi energi minyak masih mendominasi. Tingkat konsumsi 429 juta barrel per tahun, sementara produksi minyak dalam negeri hanya mencapai 287 juta barrel per tahun, sehingga Indonesia menjadi negara pengimpor. Impornya mencapai 195 juta barrel per tahun untuk jenis BBM dan 121 juta a barrel per tahun untuk jenis minyak bumi. Uang negara yang harus dikeluarkan untuk subsidi energi mencapai Rp 400 triliun di 2014 dan Rp 138 triliun di 2015.
Harusnya Indonesia bisa lebih memanfaatkan EBT seperti yang telah dilakukan beberapa negara maju (lihat tabel). Potensi EBT Indonesia
yang sangat besar bisa dimanfaatkan untuk mengaliri listrik daerah-daerah yang belum memperoleh aliran listrik. Sampai saat ini masih ada sekitar 2.519 desa dan 136 kecamatan dengan total 8,5 juta rumah tangga yang belum teraliri listrik di seluruh Indonesia.
Menurut Dadan, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk mengembangkan EBT, diantaranya: • Penyamaan pola pikir dalam
pengembangan EBT.
• Skema bisnis dan Insentif belum optimum.
• Harga relatif masih mahal. • Kecuali untuk panas bumi (dan
sebagian PLTA), belum ada daftar proyek pembangkit EBT yang pasti/
committed.
• Skala kecil dan tersebar, sistem interkoneksi masih terbatas. • Masih terdapat resistensi
masyarakat, terutama nuklir sebagai energi baru.(*) 18 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
Dari Kiri: Kepala Satuan Teknologi PJB, Teguh Wijayanto, Anggota DEN, Tumiran, Direktur Operasi II PJB, Miftahul Jannah, Ketua METI, Surya Darma, dan Sekjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana.
Direktur Utama PJB, Iwan Agung Firstantara menandatangani MoU pengebangan EBT dengan General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Aceh.
19
N
yentrik. Itulah kesan pertama melihat sosok ari Basuki, General Manager PLN Tanjung Jati B. Bagaimana tidak? Seorang General Manager berpenampilan rambut gondrong, dicat merah kecoklatan pula. Penampilan layaknnya anak muda, padahal usianya sudah mendekati pensiun. “Penampilannya memang nyentrik. Ramputnya pirang dan panjang, menandakan bahwa beliau orang yang simple, sederhana, mudah bergaul, low profil, namun tegas,” komentar karyawan PLN Tanjung Jati B yang ditulis dalam Blog PLN Tanjung Jati B.Namun bagi insan PJB yang sudah lama kenal dengannya, penampilan semacam itu bukan hal yang mengherankan. Rambut gondrong sudah menjadi ciri khas ari Basuki sejak pertama bergabung dengan PJB dan bertugas di Sektor Gresik (kini Unit Pembangkitan Gresik). “Usia boleh saja tua, namun semangat dan penampilan selalu muda.” Ungkapan ini tampaknya pas untuk menggambarkan lelaki kelahiran Jakarta 11 april 1962 ini. Di usia yang mendekati pensiun, semangat kerjanya tidak pernah kendur, terlihat enerjik, dan capaian kinerja yang sangat fantastis. Unit yang dipimpinnya, PLN Tanjung Jati B, menjadi unit terbaik di lingkungan PLN dan mampu memberikan kontribusi keuntungan besar. Dari empat unit pembangkit yang dikelola, mampu memberikan keuntungan bersih lebih dari Rp 1 triliun per tahun.
Berbagai jabatan di PJB pernah dipercayakan kepadanya, mulai dari manajer, senior manajer, kepala satuan dan juga direktur anak perusahaan. “Jadilah orang yang bisa diterima,” tuturnya ketika berbicara mengenai key success factor. “Untuk bisa diterima, maka dalam bergaul tidak hanya ke atas dan ke samping, tetapi juga ke bawah. Kita harus bergaul dengan semua lapisan. Sholat berjamaah di masjid adalah momen yang paling tepat, karena di situlah karyawan berkumpul. Sempatkan untuk mengobrol dengan siapa saja tanpa ada sekat, meski hanya sebentar. Dengan banyak teman, Insya allah banyak yang membantu kita,” pesan mantan Kepala Satuan
Manajemen Risiko dan Kinerja PJB ini. Banyak yang terkejut ketika yang bersangkutan diangkat menjadi General Manager PLN Tanjung Jati B. Mereka mengira terjadi penurunan pangkat, mengingat PLN Tanjung Jati B hanya mengelola 4 unit PLTU, dan itupun hanya sebagai asset manager. Namun keterkejutan itu berubah menjadi respect ketika mengetahui bahwa PLN Tanjung B sekelas dengan unit induk dan anak perusahaan PLN seperti PJB.
Memang benar, PLN Tanjung Jati B satu-satunya unit pembangkitan di lingkungan PT PLN (Persero) yang sekelas dengan unit induk. Unit ini berperan sebagai asset manager PLTU Tanjung Jati B unit 1,2,3 dan 4. Pembangkitnya sendiri milik PT Central Jawa Power yang dibangun dengan mekanisme Build – Operate –
Transfer (BOT), sedangkan pelaksana operation and maintenance untuk unit
1 dan 2 adalah PT Tanjung Jati B Power Services (perusahaan patungan antara Medco Group dan Fortum, Finlandia), sedangkan untuk 3 dan 4 adalah PT K-PJB (perusahaan patungan antara Komipo Korea dan PJB).
Tugas utama PLN Tanjung Jati B adalah melaksanakan Financial
Lease Agreement (FLa) pada fase
operasional, yang meliputi:
• Payment of Finance Lease
Installment (FLI). Melakukan
pembayaran setiap 6 bulan selama periode leasing, yaitu 23 tahun setelah COD pada tahun 2006 untuk PLTU 1&2 dan 20 tahun untuk TJB 3&4 setelah COD pada pada tahun 2012.
• Operation & Maintenance:
Melaksanakan operation and
maintenance PLTU selama masa leasing dan tahap berikutnya, yang
dalam operasionalnya dilakukan oleh PT Tanjung Jati B Power Services dan PT K-PJB.
• Fuel Supply. Menyediakan
kebutuhan bahan bakar.
“Ibarat mobil, PLN Tanjung Jati B ini membeli mobil secara leasing, lalu mobil tersebut kami rentalkan. Mobil kami beli dari PT Central Jawa Power, sehingga kami harus membayar
leasing dengan besaran dan waktu
sesuai perjanjian. Pengemudinya PT
Tanjung Jati B Power Services dan PT K-PJB, yang juga harus kami bayar sesuai dengan perjanjian. Sedangkan user atau penyewa mobil tersebut adalah PLN. Sisa uang untuk membayar leasing dan sopir itulah keuntungan PLN Tanjung Jati B,” papar ari Basuki menganalogikan tentang keberadaan dan posisi PLN Tanjung Jati B.
PLTU Tanjung Jati B berbahan bakar batu bara kalori tinggi, yang didatangkan menggunakan kapal, bukan tongkang. Kendati demikian, dalam bidding, PLTU Tanjung jati B selalu menawarkan harga terendah, sehingga energi listrik yang diproduksi diserap sistem.
Pengalaman selama menjabat Direktur Pemasaran PT PJB Services sangat membantu dalam menjalankan tugasnya. Semasa menjabat Direktur Pemasaran PT PJB Services, dia banyak terlibat dalam diskusi dengan PLN Tanjung Jati B sehingga memahami proses bisnis yang dijalankan.(*)
sOsOK
ari Basuki, General Manager PLN Tanjung Jati B
“JADILAH ORANG YANG BISA DITERIMA”
20 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017 benchmark
Benchmark Ketengalistrikan di Denmark
Dimas Kaharudin
Pjs Manajer Perencanaan & Pengembangan Bisnis EBT & Jasa Lainnya
ENERGI TERBARUKAN KUASAI 42% PANGSA PASAR
Pada bulan Januari 2016, pemerintah Denmark mengundang delegasi dari Indonesia untuk mempelajari sistem integrasi dan bisnis kelistrikan di negara tersebut. Delegasi yang berjumlah 39 orang ini terdiri dari berbagai macam instansi, mulai dari Kementerian ESDM, Dewan Energi Nasional, BPPT, Perwakilan Pemerintah Daerah, hingga perwakilan dari PLN Group. PJB mengirimkan dua delegasinya, yaitu Wirawan (Kepala Divisi Pengembangan EBT & Jasa Lainnya) dan Dimas Kaharudin (Pjs Manajer Perencanaan & Pengembangan Bisnis EBT & Jasa Lainnya). Kunjungan yang didanai oleh Pemerintah Denmark, sebagai bagian dari kerjasama bilateral kedua negara, ini berlangsung selama 6 hari dan mengunjungi berbagai lokasi strategis yang berhubungan dengan sektor energi, terutama ketenagalistrikan di Denmark. Berikut Laporan Dimas Kaharudin.
ENERGINET.DK
K
unjungan pertama para delegasi adalah ke Kantor Pusat Energinet.dk di PederstrupvejBallerup, Denmark. Energinet. dk adalah sebuah perusahaan Transmission System Operator yang
bertanggungjawab mengelola transmisi pada sistem interkoneksi di
Denmark. atau identik dengan P2B
pada sistem kelistrikan di Indonesia. Dari kunjungan ini, didapatkan beberapa informasi yang menarik tentang bagaimana sistem kelistrikan Denmark bekerja. Diantaranya adalah mekanisme jual beli tenaga listrik. Dimana setiap pembangkit yang berada dalam sistem kelistrikan Denmark wajib melakukan bidding / penawaran harga tenaga listrik kepada
Transmission System Operator untuk kemudian
dipilih berdasarkan harga termurah. Dalam mekanisme ini, tidak dikenal adanya Power Purchasing
Agreement (PPa) jangka
panjang. Sehingga para pembangkit dipacu untuk selalu berkompetisi sehingga menghasilkan bidding yang paling ekonomis. Selain itu, mekanisme ini memungkinkan terjadinya harga jual listrik yang bervariasi dari waktu ke waktu.
Informasi menarik berikutnya dari sistem kelistrikan Denmark adalah penetrasi energi terbarukan
Wind Farm di area Avedøre Power Station 20 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
21 (khususnya Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu / PLTB) yang cukup tinggi, berkisar antara 42% dari total konsumsi energi (KWh) per tahun. Karena sifat dari energi angin yang intermiten (berfluktuasi sesuai kondisi alam), Energinet.dk mendedikasikan sebuah tim enjinir khusus yang bertugas untuk memprediksi output dari semua wind farm yang ada di sistem kelistrikan Denmark secara akurat hingga ke resolusi dengan orde jam, dengan deviasi rata-rata sekitar 2-5%. Hasil prediksi tersebut kemudian disampaikan ke dispatcher sehingga mereka mampu melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjaga kestabilan sistem kelistrikan di Denmark.
Karena penetrasi energi angin yang tinggi tersebut, terdapat saat-saat tertentu dimana daya yang dihasilkan oleh Wind Farm melebihi permintaan listrik di sistem Denmark, yaitu hingga 110 – 120% dari permintaan. Untuk menjaga agar listrik tetap stabil, Denmark menjalin interkoneksi dengan sistem kelistrikan negara-negara sekitarnya sehingga kelebihan energi dari Wind Farm tersebut mampu diserap oleh sistem.
AVEDØRE POWER STATION
Kunjungan berikutnya adalah ke Avedøre Power Station di Copenhagen Denmark. Avedøre
Power Station adalah pusat
pembangkit yang memproduksi listrik sekaligus panas untuk kepentingan
district heating di
area Copenhagen dan sekitarnya. Hampir 95% dari energi panas yang dihasilkan dari bahan bakar mampu dimanfaatkan untuk kepentingan komersial. Dimana 49% diantaranya adalah berupa
energi listrik sebesar 793 MW. Yang unik dari
pembangkit ini adalah, Avedøre Power
Station menggunakan biomassa berupa
serpihan kayu (wood chip) dan jerami (straw) sebagai bahan bakar utamanya. Keunikan berikutnya adalah, meskipun
Avedøre Power Station adalah sebuah
PLTU, namun telah di-upgrade sehingga memiliki kapabilitas untuk mengikuti beban sistem (load follower). Dimana pada umumnya kapabilitas ini hanya bisa dimiliki oleh pembangkit dengan bahan bakar gas combined cycle (PLTGU).
Keunikan berikutnya adalah, bentuk arsitektur dari Avedøre Power
Station didesain sehingga memiliki
estetika yang bagus. Hal ini penting karena Avedøre Power Station terletak di kota Copenhagen, dimana apabila tidak didesain dengan khusus, kehadiran PLTU bisa mengurangi keindahan pemandangan landscape di kota Copenhagen.
VESTAS & SIEMENS WIND POWER
Kunjungan berikutnya adalah ke dua perusahaan manufaktur Wind
Turbine terbesar di dunia. Yaitu Vestas
di Hedeager, Aarhus, Denmark dan
Siemens Wind Power di Borupvej,
ENERGI TERBARUKAN KUASAI 42% PANGSA PASAR
Avedøre Power Station Suasana Control Room
Transmission System Operator Energinet.dk
21 BEnchmarK
Perbandingan ukuran produk dari Vestas dari masa
22 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017 22 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
Brande, Denmark. Dari kunjungan ini,
para delegasi mendapatkan berbagai informasi tentang bagaimana turbin angin raksasa dibuat serta teknologi-teknologi terbaru apa saja yang saat ini sedang dikembangkan. Diantara teknologi baru tersebut adalah,
Vestas mengembangkan turbin angin
yang memiliki kapabilitas menjaga frekuensi sistem (Load Frequency
Control / LFC), dimana sebelumnya
fungsi tersebut hanya dimiliki oleh pembangkit-pembangkit peakers non
intermittent seperti PLTD, PLTa Besar
dan PLTG. Kapabilitas ini didapatkan melalui Power Electronic yang secara otomatis melakukan pembebanan berdasarkan kebutuhan sistem. Dimana apabila dibutuhkan, Power
Electronic akan meningkatkan output
daya dari wind turbine secara sesaat (burst power) dengan mengambil energi kinetik cadangan (Reserve
Kinetic Energy) dari rotasi turbin.
Dengan kapabilitas ini, wind turbine mampu menghasilkan daya besar secara sesaat bila dibutuhkan untuk menjaga keandalan frekuensi sistem.
Teknologi baru berikutnya adalah teknologi Gearboxless Wind Turbine yang dibawa oleh Siemens Wind Power. Biasanya, wind turbine menggunakan
gearbox untuk mengkonversi putaran
rendah dari rotor menjadi putaran
S
ebagai lanjutan dari kunjungan para delegasi Indonesia ke Denmark di bulan Januari 2017 lalu, Delegasi dari Kedutaan Besar Denmark mengunjungi UP Cirata pada bulan Maret 2017. Pada kunjungan tersebut, rombongan delegasi yang terdiri atas Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Mr. Casper Klynge dan didampingi oleh delegasi dari Danish Energy Agency, Energy Counselor dari Indonesian DanishEmbassy, diajak berkeliling ke beberapa destinasi di
area UP Cirata oleh GM UP Cirata - Fahmy Ryadin, Kadiv EBT – Wirawan, dan Manajer EBT – Dimas Kaharudin. Diantaranya adalah berkeliling ke area
Control Room utama PLTA Cirata, Control Room
PLTS Cirata, Power House, hingga Dam Control
Center.
Pada kunjungan tersebut, Delegasi dari Duta Besar Denmark dijelaskan tentang berbagai hal berkaitan dengan PLTA dan Renewable Energy pada umumnya. Yaitu tentang Visi PJB dalam implementasi energi terbarukan, pembangunan PLTS Cirata 1MW sebagai sarana riset implementasi teknologi Photovoltaic skala besar di Indonesia, Hingga metode-metode pemeliharaan yang dilakukan oleh Tim EBT PJB di PLTS Cirata. Bahkan Duta Besar Denmark, Mr. Casper Klynge, juga sempat mencoba mengoperasikan salah satu tools Predictive
Maintenance PLTS Cirata, yaitu Remote Aerial Thermography. Tools berbasiskan Quadcopter ini
dioperasikan beliau untuk men-scanning anomali suhu pada Array PLTS Cirata.
Duta Besar Denmark terlihat antusias dan sangat menikmati kunjungan dan pemaparan-pemaparan yang disampaikan oleh Tim EBT PJB. Bahkan beliau langsung men-Tweet kunjungan tersebut di akun Twitternya. Dan dengan ekspresi wajah yang gembira, Duta Besar Denmark mengakhiri kunjungannya dengan berkomentar singkat: “It’s very fascinating”.
tinggi pada sisi generator. adapun berdasarkan analisa pareto histori kerusakan, gearbox adalah komponen yang sering mengalami kerusakan. Oleh karena itu, Siemens Wind Power berinovasi membuat wind turbine yang tidak menggunakan gearbox, melainkan Power Electronic untuk melakukan konversi dari putaran rendah rotor ke frekuensi sistem. Teknologi ini membuat wind turbine menjadi lebih andal sekaligus membuat ukurannya menjadi sedikit lebih kompak bila dibandingkan dengan wind turbine teknologi sebelumnya.
Kunjungan Lainnya
Selain berkunjung di dua lokasi di atas, para delegasi juga sempat berkunjung dan dijamu oleh Duta Besar Indonesia untuk Denmark, Muhammad Ibnu Said, di kediamannya di Copenhagen. Kemudian, para delegasi juga berkunjung ke beberapa tempat lainnya seperti Danish Energy Agency,
Technical University of Denmark, dan
beberapa destinasi lainnya. Dimana kunjungan-kunjungan tersebut bertujuan untuk memperkuat kerjasama antara Denmark dengan Indonesia, khususnya dibidang energi dan ketenagalistrikan. (*)
benchmark
Delegasi Indonesia yang berkunjung ke Denmark.
DuTa BeSar DeNMark
kuNJuNGI PLTa & PLTS CIraTa
Tweet dari Duta Besar Denmark setelah berkunjung ke PLTA & PLTS Cirata
23
Y
el-yel PJB itu terdengar lantang diteriakkan segenap karyawan dan karyawati UP Paiton, sebagai penutup acara Coffee Morning yang diselenggarakan Rabu, 1 Maret 2017. Mereka begitu semangat dan penuh rasa optimis, selaras dengan semangat transformasi korporat yang baru saja disosialisasikan oleh General Manager UP Paiton, Abu Hasan.Coffee Morning UP Paiton yang
diadakan pagi itu diisi dengan dua agenda, yaitu pemaparan kinerja unit yang disampaikan manajer Enjiniring dan Quality Assurance Moch. Yunan, dan pemaparan transformasi korporat yang merupakan oleh-oleh GM UP Paiton dari mengikuti Raker PJB 2017 di Surabaya. “UP Paiton berhasil meraih nilai kinerja organisasi terbesar sepanjang sejarah berdirinya UP Paiton,
yaitu 99,79 persen. Hal ini tidak terlepas dari hasil kerja keras seluruh karyawan. Untuk itu di tahun 2017 kita hendaknya terus bersemangat dan terus bekerja keras supaya mendapatkan hasil yang lebih baik lagi,” kata Moch. Yunan,
Sementara Abu Hasan
menginformasikan bahwa perusahaan telah melakukan transformasi korporat sebagai respons atas perubahan-perubahan pada lingkungan bisnis serta perkembangan perusahaan yang cukup signifikan. “Saat ini perusahaan melakukan transformasi korporat menuju Business Excellence. Ibarat sebuah handphone, handphone yang kecil-kecil dan jadul, sudah saatnya diganti dengan yang baru mengikuti tren. Bagi yang tidak bisa melakukan perubahan, tentu akan tertinggal dan mati,” kata Abu Hasan
uP Paiton Siap Mendukung Business excellence
PJB.... Great Great Great! PJB.... Great Great Great!!
PJB.... Growth, Reliability, Empowerment, Agility, Trust
Coffee morning
D
ewan Komisaris (Dekom) PJB mengunjungi PLTU Indramayu, Selasa 31 Januari 2017. Ini merupakan kunjungan pertama Dekom ke unit, sejak dilantik tanggal 2 Desember 2016. Kunjungan yang dipimpin Komisaris Utama PJB, Sriyono D Siswoyo, sebagai bagian dari tugas pengawasan Dekom terhadap pengelolaan perusahaan, termasuk pengelolaan unit. Mereka sangat terkesan dengan kondisi PLTU Indramayu yang terlihat bersih dan tertata dengan rapi.Dekom Terkesan
Melihat Kondisi
PLTU Indramayu
menganalogikan transformasi perusahaan yang dilakukan PJB. “Karyawan harus bisa mengikuti dan mendukung perubahan tersebut” imbuhnya.(*)
Kunjungan diisi dengan presentasi seputar unit oleh General Manager UBJOM Indramayu, Jakfar Sadiq, dilanjutkan dengan keliling unit. Secara terbuka Komisaris Usata PJB menyampaikan rasa bangganya atas hasil improvement yang telah dilaksanakan Tim UBJOM Indramayu. Sriyono berpesan agar UBJOM Indramayu menjaga prestasi sebagai Unit Percontohan Keselamatan, Kesehatan Kerja, Keamanan dan Lingkungan (K3L), dan terus melakukan improvement dalam kinerja operasionalnya.
PLTU Indramayu telah ditetapkan oleh Direksi PT PLN (Persero) dalam penerapan K3L. Lounching PLTU Indramayu sebagai Percontohan K3L dilakukan Direktur Human Capital PT PLN (Persero), Muhamad Ali, Selasa 17 Januari 2017. Peresmian ditandai dengan Peresmian Gedung Indramayu Safe Station (i-Safe Station), gedung yang berfungsi sebagai pusat edukasi dan pelatihan K3L, sekaligus sebagai tempat pengurusan izin kerja (permit to work) bagi mitra kerja UBJOM Indramayu.
Terkait dengan penetapan tersebut, UBJOM Indramayu, telah menyusun sejumlah langkah strategis. Langkah pertama adalah normalisasi kondisi PLTU melalui program i-Care. Program ini ditargetkan tuntas tahun 2016. Langkah kedua adalah standardisasi peralatan dan sistem manajemen melalui program i-Enlight. Program ini ditargetkan tuntas tahun 2017. Langkah ketiga yang merupakan terakhir adalah terwujudnya PLTU Percontohan K3L melalui program i-Succeed. Program ini ditargetkan tuntas tahun 2018, yang diwujudkan dalam bentuk pengelolaan K3L secara terintegrasi didukung kondisi peralatan yang sesuai best practice standard.(jks)
kunjungan
Semangat karyawan UP Paiton menyambut Transformasi Korporasi PJB.
Dekom berkunjung ke PLTU Indramayu.
24 Info PJB nedisi 104, Pebruari 2017
M
enurut Direktur Utama PJB, Iwan agung Firstantara, masih banyak insan PJB di level senior yang belum memiliki kapabilitas untukberkomunikasi dengan baik, terutama komunikasi yang memiliki pendekatan bisnis. Tidak berlebihan bila PJB menggelar Workshop: Bottom Up
Sharing Effective Speech Short Course, untuk melatih para senior leader, khususnya general manager unit berkomunikasi yang efektif. Workshop berlangsung dua hari, Jumat dan Sabtu 10-11 Pebruati 2017 di Hyatt Regency Jogjakarta, menghadirkan pembicara dari John Robert Power Indonesia yaitu Harry Sulistyo, dan Pungky Kusuma yang merupakan pakar dalam effective
speech.
Sesi pertama, Harry Sulistyo memberikan materi-materi mendasar dalam melakukan komunikasi yang baik adalah bagaimana membungkus dengan baik terhadap materi atau
Bottom Up Sharing Session PJB
BELAJAR KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Komunikasi memegang peran penting dalam berbisnis. Keberhasilan
dan kegagalan sebuah perusahaan dapat ditentukan oleh komunikasi,
baik komunikasi dengan pihak eksternal maupun dengan internal
perusahaan. Komunikasi yang baik efektif akan sangat membantu
menyukseskan tujuan-tujuan perusahaan.
wOrKshOp
Direksi dan senior leader PJB bersepeda bersama di sela-sela acara bottom up sharing session.
25 topik yang akan dikomunikasikan.
Melalui presentasinya Harry menjelaskan bahwa konsep awal dari sebuah komunikasi adalah menyamakan persepsi pengirim pesan dan penerima pesan, sehingga pesan dapat diterima dengan baik. Terdapat lima strategi yang dijadikan fondasi dalam berkomunikasi yang disebut dengan OPEN UP, yaitu:
• Organized, memastikan dalam berkomunikasi tidak terlalu membuang waktu dengan memberikan informasi yang kurang dibutuhkan, sehingga penerima pesan hanya mendapatkan informasi yang memang penting bagi penerima. • Passionate, memiliki gairah dan
semangat dalam menyampaikan pesan.
• Engaged, membuat suasana komunikasi menjadi dua arah. • Natural, penampilan yang tidak
dibuat-buat.
• Understand your audience, memahami audiens untuk mengetahui bagaimana audiens tetap tertarik untuk mencerna informasi yang diberikan. • Practice, melatih performa
sehingga pembicara dapat terus memoles kemampuan berkomunikasinya menjadi lebih baik.
Setelah mendapatkan materi dasar dalam berkomunikasi, berikutnya adalah metode dalam melakukan
Elevator pitch. Elevator pitch adalah
teknik melakukan presentasi dengan durasi yang sangat singkat lalu mampu meyakinkan lawan bicara semasa presentasi berlangsung. Pungky Kusuma yang menjadi pelatih elevator
pitch mengungkapkan bahwa kunci
dalam melakukan elevator pitch adalah dengan menguasai tiga elemen, yaitu: • Case, mengangkat poin utama
dalam berpresentasi.
• Creativity, cara dalam membungkus pesan sehingga pesan terangkai menjadi lebih menarik untuk disimak.
• Delivery, kemampuan dalam menyampaikan pesan yang dapat dibantu dengan kemampuan fisik dan juga psikis.
Ditambahkan bahwa percaya diri juga menjadi ‘senjata’ ampuh untuk menyampaikan seluruh gagasan, pemberian data yang akurat sebagai landasan presentasi akan meningkatkan minat audiens dalam menyimak materi.
Selanjutnya, sebelum menutup
Workshop di hari pertama, Pungky
memanggil seluruh general manager dari semua unit untuk melatih kemampuan elevator pitch dengan topik-topik hiburan yang telah ditentukan. Gelak tawa pun muncul dari seluruh peserta Workshop ketika para general manager dengan piawai mempresentasikan topik seperti ‘menjual korek api’, ‘menawarkan minyak angin’ dan topik-topik unik lainnya.
Pada hari kedua, sebelum memulai acara utama, peserta Workshop melakukan ‘Biking in The Morning’ dengan mengendarai sepeda bersama jajaran direksi dengan rute mengelilingi kompleks persawahan di sekitar Hotel Hyatt Regency Jogjakarta. Kegiatan bersepeda ini pula memperhangat suasana dari seluruh peserta yang berisi direksi, senior leaders, hingga staf. Keceriaan seperti bersepeda dengan santai dan minum jamu membaurkan suasana sehingga para senior leaders tidak sungkan untuk bersenda gurau dengan jajaran direksi.
Selepas kegiatan bersepeda, seluruh general manager didaulat untuk menunjukkan keahliannya dalam melakukan elevator pitch. Elevator
pitch yang dilakukan oleh tiap GM
berisikan topik yang membahas tentang keunggulan dari tiap unit yang dipimpin, dan dari presentasi yang diberikan jajaran direksi akan memberikan penilaian terhadap performa dan juga konten dari presentasi-presentasi yang ada. Di akhir sesi presentasi dari tiap GM.(*)
wOrKshOp